BAB II TINJAUAN PENELITIAN
A.
Tinjauan Teoritis 1. Pengertian dan Penggolongan Aktiva Tetap Aktiva tetap merupakan aktiva operasional yang digunakan oleh perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasinya yang menjadi hak milik perusahaan dan dipergunakan secara terus-menerus dalam kegiatan normal perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa. Menurut PSAK No.16 (2004 : paragraph 5) aktiva tetap adalah : “Aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan, dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun”. Menurut Soemarso (2003 hal.20) aktiva tetap adalah “aktiva berwujud (tangible asset) yang (1) Masa manfaatnya lebih dari satu tahun; (2) Digunakan dalam kegiatan perusahaan; (3) Dimiliki untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan serta; (4) Nilainya cukup besar”. Dari semua penjelasan dan defenisi yang dikemukakan diatas aktiva tetap mempunyai karakteristik sebagai berikut : a. Mempunyai bentuk fisik, b. Digunakan secara aktif dalam kegiatan normal perusahaan, c. Dimiliki tidak sebagai investasi dan tidak untuk dijual,
d. Memiliki masa manfaat relatif permanen (lebih dari satu periode akuntansi / lebih dari satu tahun), e. Memberi manfaat dimasa yang akan datang.
Warren,dkk (2006:504) mengemukakan bahwa, “aktiva tetap (fixed asset) merupakan Aktiva jangka panjang atau aktiva yang relatif permanen”. Dari pengertian tersebut aktiva tetap merupakan aktiva berwujud karena terlihat secara fisik dan aktiva yang dimiliki dan digunakan oleh perusahaan serta tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian dari operasi normal perusahaan. Berdasarkan kriteria di atas maka akan mudah untuk membedakan aktiva tetap diantara aktiva-aktiva yang dimiliki perusahan. Misalnya mobil
pada
perusahaan
dealer
mobil
adalah
persediaan
yang
dikelompokkan sebagai aktiva lancar, sedangkan mobil yang dipergunakan dalam operasi perusahaan adalah merupakan aktiva tetap perusahaan. Aktiva tetap dapat dikelompokan ataupun digolongkan berdasarkan berbagai sudut pandang antara lain dari sudut pandang substansinya dan sudut pandang disusutkan dan tidak disusutkan. 1) Dari sudut pandang substansinya aktiva tetap dapat dibagi menjadi aktiva berwujud dan aktiva tidak berwujud. a) Aktiva Berwujud (Tangible Assets) Aktiva berwujud adalah aktiva yang dimiliki oleh perusahaan yang berwujud, atau ada secara fisik serta tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian dari operasi normal. Aktiva tetap
berwujud dibagi menjadi lima bagian, antara lain tanah, bangunan, kendaraan, mesin, peralatan, inventaris. b) Aktiva Tidak Berwujud (Intangible Assets) Aktiva Tidak Berwujud merupakan aktiva jangka panjang yang tidak eksis secara fisik yang bermanfaat bagi perusahaan dan tidak untuk dijual. Aktiva tidak berwujud terdiri dari : paten, hak cipta dan merek dagang, goodwill. 2) Dari sudut pandang disusutkan atau tidak disusutkan : a) depreciated plant assets yaitu aktiva tetap yang disusutkan seperti bangunan, peralatan, mesin, inventaris dan lain-lain, b) undepreciated plant assets, aktiva yang tidak disusutkan seperti tanah.
2. Akuntansi Perolehan Aktiva Tetap Banyak cara yang dilakukan oleh perusahaan dalam memperoleh aktiva tetap. Cara perolehan aktiva tetap akan mempengaruhi akuntansi dari aktiva tetap khususnya mengenai masalah harga perolehannya yang merupakan dasar pencatatan suatu aktiva tetap. Harga perolehan tersebut mencakup seluruh biaya-biaya dalam rangka perolehan aktiva tetap sampai aktiva tetap tersebut siap digunakan. Menurut Smith and skousen (1996 hal.443) aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan dapat diperoleh dengan berbagai cara antara lain : a. b. c. d.
Membeli dengan tunai Membeli dengan angsuran Pertukaran Sewa guna usaha / leasing
e. Penerbitan surat-surat berharga f. Membuat sendiri g. Pemberian atau hibah
a. Membeli dengan tunai Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara membeli tunai dicatat sebesar jumlah uang yang dikeluarkan yang mencakup semua pengeluaran untuk pembelian dan penyiapan
hingga dapat dipakai sebagaimana
dimaksudkan. Apabila ada potongan harga, maka langsung dipotong harga faktur. Contoh : Pada tanggal 20 Januari 2010, dibeli mesin dengan tunai sebesar Rp.5.000.000,-
biaya
pengangkutan
Rp.300.000,-
dan
biaya
pemasangan Rp.200.000,- maka akan dijurnal sebagai berikut : Tabel 2.1 Jurnal Pembelian Tunai Tanggal 20/Jan/2010
Uraian Mesin Kas
Ref.
Debit Rp. 5.500.000
Kredit Rp. 5.500.000
b. Membeli dengan angsuran Perolehan aktiva tetap dengan angsuran pembayarannya dilakukan dikemudian hari secara angsuran disertai bunga angsuran. Contoh: Pada tanggal 1 Februari 2009, dibeli Mesin dengan harga Rp.25.000.000,- pembayaran pertama Rp. 10.000.000,- dan sisanya diangsur tiap tanggal 31 Desember selama 3 tahun sebesar Rp.5.000.000,- dengan bunga 12% pertahun, maka akan dijurnal sebagai berikut :
Tabel 2.2 Jurnal Pembelian Angsuran Tgl. 1/Feb/ 2009
31/Des/ 2009
Uraian Mesin
Ref.
Debit Rp. 25.500.000
Hutang Usaha Kas Hutang Usaha Beban Bunga Kas
Kredit Rp. 15.000.000 Rp. 10.000.000
Rp. 5.000.000 Rp. 1.650.000 Rp.6.650.000
Jurnalnya akan dibuat setiap akhir tahun sampai masa angsuran aktiva yang dibeli lunas.
c. Pertukaran Pertukaran adalah perolehan aktiva tetap dengan menyerahkan aktiva tetap yang dimiliki untuk dipertukarkan dengan aktiva tetap yang baru (baru disini bukan berarti senantiasa belum pernah dipakai). Aktiva tetap yang ditukarkan dapat sejenis dan tidak sejenis. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pertukaran aktiva tetap : 1) Harga perolehan aktiva yang dipertukarkan; 2) Nilai buku aktiva tetap; 3) Akumulasi penyusutan; 4) Harga pasar yang wajar; 5) Jumlah uang tunai yang diberikan atau diterima jika dengan tukar tambah.
d. Sewa guna usaha / leasing Lease adalah penyajian kontraktual yang memberikan hak bagi lesse untuk menggunakan aktiva yang dimiliki lessor adalah selama
suatu periode waktu tertentu dengan biaya periodik tertentu. Lessor adalah perusahaan yang memiliki aktiva tetap atau yang memberikan sewa guna usaha. Sedangkan Lesse adalah perusahaan yang menyewa guna usaha aktiva tetap. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004 ; 30.1) dalam PSAK memberikan defenisi leasing sebagai berikut : “Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunkana oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (optie) bagi perusahaan untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang disepakati”. Berdasarkan definisi di atas sewa guna usaha dengan opsi adalah salah satu cara yang dapat dikategorikan sebagai pembelian angsuran. Pada masa sewa guna usaha aktiva tetap dikapitalisasi sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran ditambah nilai sisa (harga opsi) yang harus dibayar pada akhir masa sewa guna usaha.
e. Penerbitan surat-surat berharga Dalam memperoleh aktiva tetap dapat dilakukan dengan cara menerbitkan surat-surat berharga yaitu berupa obligasi atau saham sendiri. Dalam hal ini aktiva tetap tersebut dicatat sebesar harga pasar saham atau obligasi pada saat pengeluarannya. Jika obligasi atau saham dijual dengan harga lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai pari atau nominal, hutang obligasi atau saham harus dikredit sebesar jumlah pari dan selisihnya dicatat sebagai agio atau disagio.
Contoh : Pada tanggal 5 februari 2009, diterbitkan 1000 lembar saham bernilai pari Rp.50.000,- untuk memperoleh bangunan, saham tersebut pada periode berjalan dijual ke pasar dengan harga Rp.55.000,- maka jurnalnya adalah sebagai berikut : Tabel 2.3 Jurnal Pembelian dengan Saham Tgl. 5/Feb / 2009
Uraian Tanah Saham Biasa Agio Saham Biasa
Ref.
Debit Rp. 55.000.00
Kredit Rp. 50.000.000 Rp. 5.000.000
f. Membuat sendiri Ada saatnya perusahaan memutuskan untuk membangun sendiri aktiva tetap mereka. Beberapa pertimbangan yang diambil oleh perusahaan sebagai alas an pembangunan sendiri tersebut antara lain : 1) Memanfaatkan fasilitas yang tidak terpakai atau kapasitas menganggur; 2) Anggapan menghemat biaya atau adanya cost saving yang diharapkan; 3) Keinginan untuk mendapatkan mutu yang lebih baik; 4) Untuk segera memenuhi kebutuhan, karena perusahaan lain tidak mampu memenuhi tepat pada saat diperlukan. Untuk memperoleh aktiva tetap perusahaan dapat mengambil suatu kebijakan atas pertimbangan sendiri untuk membuat aktiva tetap yang akan digunakan dengan beberapa alasan seperti untuk
menghemat
biaya
konstruksi,
menggunakan
fasilitas
yang
menganggur, untuk mencapai kualitas konstruksi yang lebih tinggi. Biaya yang membentuk harga perolehan aktiva tetap yang dibuat sendiri adalah seluruh biaya-biya pembuatannya yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya tidak langsung yang merupakan biaya operasi sehari-hari. Apabila harga pokok dari aktiva tetap yang dibangun sendiri lebih dari tinggi dari harga perolehanya dicatat menurut harga pasar dan selisihnya sebagai kerugian.
g. Pemberian atau hibah. Jika aktiva tetap diperoleh sebagai sumbangan atau pemberian maka tidak ada harga perolehan sebagai basis penilaiannya, atau aktiva tetap dicatat dengan harga pasarnya yang wajar. Kendatipun pengeluaran tertentu mungkin dilakukan atas pemberian aktiva tetap tersebut. Tetapi pengeluaran itu biasanya jauh lebih kecil dari nilai aktiva tetap. Dalam PSAK, Ikatan Akuntan Indonesia (2004 : 16.7) mengemukakan tentang pencatatan aktiva tetap yang berasal dari sumbangan sebagai berikut “Aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan harus dicatat sebesar harga taksiran atau harga pasar yang layak dengan mengkreditkan akun modal donasi”.
Contoh : Pada tanggal 21 Maret 2009, diperoleh Tanah dan Bangunan dari sumbangan dengan nilai Rp.90.000.000,- dan Rp.50.000.000,- maka ayat jurnalnya adalah : Tabel 2.4 Jurnal Pemberian / Hibah Tgl. 21/Mar/ 2009
Uraian Tanah Bangunan Modal Donasi
Ref.
Debit Rp. 90.000.00 Rp. 50.000.000
Kredit
Rp. 140.000.000
3. Penyusutan Aktiva Tetap Menurut IAI, PSAK No. 16 “Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat estimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung.” Aktiva tetap yang digunakan oleh perusahaan didalam menjalankan operasinya akan mengalami penurunan produktivitas, kecuali tanah. Penurunan produktivitas ini disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor fisik dan faktor fungsional. a. Faktor fisik Faktor fisik terjadi karena kerusakan dan keausan ketika digunakan dan karena cuaca. b. Faktor fungsional Faktor fungsional terjadi karena : 1) Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan produksi, 2) Perubahan permintaan terhadap barang dan jasa yang dihasilkan,
3) Kemajuan teknologi sehingga aktiva tetap tersebut tidak ekonomis lagi.
3 faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan jumlah beban penyusutan yang diakui setiap periode yaitu: a) Harga Perolehan Harga perolehan aktiva tetap meliputi seluruh pengeluaran yang berkaitan dengan perolehan dan penyajiannya agar dapat dipakai, b) Nilai residual atau nilai sisa Nilai sisa adalah suatu jumlah yang diharapkan dapat diwujudkan bila aktiva tersebut tidak dapat digunakan lagi, tetapi dalam menghitung beban penyusutan nilai ini dikurangkan dari harga perolehan. Nilai residu merupakan nilai taksiran. c) Masa Manfaat Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004 : 16.2) dalam PSAK No.16 “masa manfaat adalah (1) Periode suatu aktiva yang diharapkan digunakan oleh perusahaan, atau (2) Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan”.
Masa manfaat dapat dinyatakan dalam periode waktu, seperti bulan, tahun, atau jasa operasi seperti jam kerja atau unit output. Pengalokasian biaya aktiva berdasarkan pengurangan manfaat yang diperoleh dari padanya dikenal tiga istilah yaitu:
a. Penyusutan Istilah penyusutan digunakan sebagai aktiva tetap yang dibuat manusia yang dapat digunakan berulang-ulang dalam produksi b. Deplesi Istilah ini digunakan sebagai penyusutan aktiva tetap yang berupa sumber-sumber alam. Aktiva tersebut tidak dapat dipakai berulangulang dan karena sifat alamiahnya justru menjadi produksi untuk dijual.Karena perusahaan melakukan penanaman atau penambangan dan kemudian dijual maka sebagian biaya yang timbul harus didebit kea kun biaya. Misalnya kayu hutan, bijih besi, atau sumber daya alam lainnya. c. Amortisasi Istilah amortisasi sebagai penyusutan aktiva tidak berwujud dan merupakan aktiva jangka panjang yang bermanfaat bagi perusahaan dan tidak untuk dijual. Misalnya paten, goodwill dan biaya yang ditangguhkan.
Dalam prakteknya, tiga istilah yang berbeda telah dipakai secara luas untuk menggambarkan proses alokasi biaya ini, tergantung pada jenis aktiva yang bersangkutan. Ketiga istilah tersebut adalah sebagai berikut : a. alokasi biaya aktiva berwujud disebut penyusutan, b. untuk bahan mineral dan sumber daya alam lain, proses alokasi biayanya dikenal dengan deplesi,
c. untuk aktiva tidak berwujud, seperti goodwill proses alokasi biaya disebut amortisasi. Dalam Standar Akuntansi Keuangan yang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia (2004:16.3), metode alokasi biaya penyusutan dikelompokkan
menurut
kriteria
berdasarkan
waktu,
berdasarkan
penggunaan dan berdasarkan kriteria lainnya. 1. Berdasarkan waktu a. Metode garis lurus (straight-line-depreciation, b. Metode pembebanan menurun (decreasingt-chargedepreciation): (1) Metode-jumlah-angka Tahun (sum-of-the-year-digit method), (2) Metode-saldo-menurun/Saldo-menurun-ganda (declining/double declining-balance-method). 2. Berdasarkan penggunaan : a. Metode-jam-jasa (service-hour-method), b. Metode-jumlah-unit-produksi (productive-output-method). 3. Berdasarkan kriteria lainnya : a. Metode-berdasarkan jenis dan kelompok (group-andcomposite-method), b. Metode-anuitas (annuity-method), c. Sistem-persediaan (inventory-system). Penggunaan dari masing-masing metode penyusutan diatas beserta contoh perhitungan penyusutannya akan dicoba dijelaskan oleh penulis sebagai berikut.
1. Berdasarkan waktu a. Metode garis lurus (straight-line-depreciation) Metode garis lurus adalah metode yang paling sering digunakan karena sangat sederhana dalam penggunaanya. Dalam metode garis lurus aktiva tetap dianggap sama penggunaanya sepanjang waktu artinya mempertimbangkan penyusutan sebagai
fungsi waktu, bukan fungsi dari penggunaan. Beban penyusutan besarnya
sama
setiap
periode
(kecuali
ada
penyesuaian-
penyesuaian). Kelemahan metode garis lurus adalah kapasitas produksi aktiva tetap semakin lama semakin menurun serta biaya pemeliharaan dan reperasi dari suatu periode ke periode berikut akan semakin besar, seiring dengan semakin tuanya umur aktiva tetap tersebut. Untuk perhitungan penyusutan garis lurus didasarkan pada anggapan-anggapan sebagai berikut : 1) kegunaan ekonomi aktiva tersebut sama setiap tahun dan, 2) beban reparasi dan pemeliharaan pada dasarnya sama setiap periode. Untuk menentukan besarnya penyusutan dihitung dengan menggunakan rumus Penyusutan Garis Lurus =
Harga Perolehan - Nilai Sisa Estimasi Umur Manfaat dalam Tahun
Atau dalam Persentase =
100% = d% n
Penyusutan (D) = d% x (Biaya Akuisisi - Nilai Residu)
Contoh : PT .X membeli sebuah mesin dengan harga perolehan Rp. 20.000.000-. Taksiran nilai sisa Rp. 2.000.000,- dengan taksiran umur mesin 5 tahun, maka biaya penyusutan dapat dihitung sebagai berikut Penyusutan Garis Lurus =
Harga Perolehan - Nilai Sisa Estimasi Umur Manfaat dalam Tahun
=
Rp. 20.000.000 - Rp.2.000.000 5
= Rp.3.600.000,-
Tabel 2.5 Penyesuaian berdasarkan Metode Garis Lurus Thn. Harga perolehan 1 2 3 4 5
Rp.20,000,000 Rp.20,000,000 Rp.20,000,000 Rp.20,000,000 Rp.20,000,000
Beban Penyusutan Rp.3,600,000 Rp.3,600,000 Rp.3,600,000 Rp.3,600,000 Rp.3,600,000
Akumulasi Penyusutan Rp. 3,600,000 Rp. 7,200,000 Rp.10,800,000 Rp.14,400,000 Rp.18,000,000
Nilai Buku Rp. 6,400,000 Rp. 2,800,000 Rp. 9,200,000 Rp. 5,600,000 Rp. 2,000,000
Metode garis lurus lebih sesuai jika dipergunakan oleh perusahaan yang produksinya dari tahun ke tahun tidak banyak berfluktuasi. Bila produksi dari tahun ke tahun sangat bervariasi, penggunaan metode garis lurus kurang tepat, karena penghapusan selalu sama setiap tahunnya. Pada periode dimana produksinya rendah, beban penyusutan per unit bisa menjadi lebih besar, demikian sebaliknya. Fluktuasi beban penyustan mempengaruhi tingkat penjualan. Pada saat pasar sedang sepi dimana prosuksi kecil, harga pokok produk tersebut bisa menjadi tinggi. Demikian sebaliknya, pada saat pasar sedang ramai, harga pokok justru rendah.
b. Metode
pembebanan
menurun
(decreasingt-charge-
depreciation) i. Metode-jumlah-angka tahun (sum-of-the-year-digit method) Dalam metode jumlah angka tahun beban penyusutan akan menurun secara tetap, karena angka pecahan dikalikan
setiap tahunnya dengan harga perolehan dan dikurangi dengan nilai sisa jika ada. Pecahan dihitung dalam periode umur aktiva tersebut. Pembilangnya adalah angka-angka tahun yang ikut menurun, sedangkan penyebutnya adalah hasil penjumlahan angka-angka itu. Jika suatu aktiva taksiran umurnya 5 tahun, maka penyebut pecahan penyusutan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : r= n(n+1) = 15 2 atau dapat dihitung dengan cara lain yaitu : 5 + 4 + 3 + 2 + 1 = 15 Contoh : PT X membeli peralatan seharga Rp.20.000.000,- dengan taksiran umur ekonomis 5 tahun dan nilai residunya ditaksir sebesar Rp.2.000.000,Harga Perolehan
: Rp.20.000.000,-
Nilai Sisa
: Rp. 2.000.000,-
Nilai Buku
: Rp.18.000.000,-
Tabel 2.6 Penyesuaian berdasarkan Metode Jumlah Angka Tahun Thn
Dasar Penyusutan
Beban Penyusutan
Akumu-lasi Penyusutan
Nilai Buku Rp.20,000,000
1
Rp.18,000,000
2
Rp.18,000,000
3
Rp.18,000,000
4
Rp.18,000,000
5
Rp.18,000,000
5/15 x Rp.18.000.000 =Rp.6,000,000 4/15 x Rp.18.000.000 =Rp.4,800,000 3/15 x Rp.18.000.000 =Rp.3,600,000 2/15 x Rp.18.000.000 =Rp.2,400,000 1/15 x Rp.18.000.000 =Rp.1,200,000
Rp. 6,000,000 Rp.14,000,000 Rp.10,800,000 Rp. 9,200,000 Rp.14,400,000 Rp. 5,600,000 Rp.16,800,000 Rp. 3,200,000 Rp.18,000,000 Rp. 2,000,000
ii.
Metode-saldo-menurun / Saldo-menurun-ganda (declining / double declining – balance – method) Metode saldo menurun adalah perhitungan beban penyusutan dalam suatu periode dengan mengalikan suatu persentase tertentu yang tetap terhadap nilai buku aktiva tetap, dengan menggunakan rumus : r = 1- n
s c
Keterangan : r = persentase per tahun s = nilai sisa n = taksiran umur prmakaian c = harga perolehan Contoh PT.X membeli sebuah mesin dengan harga Rp.20.000.000,- nilai sisa Rp.2.000.000,- taksiran umur pemakaian 5 tahun dengan penyusutan saldo menurun, dapat dihitung sebagai berikut
r = 1- n
s c
r = 1- 5
Rp.2.000.000 Rp.20.000.000
r = 1 − 0,63 r = 37% (dibulatkan) Tabel 2.7 Penyesuaian berdasarkan Saldo Menurun Thn 1 2 3 4 5
Beban Penyusutan 37% x Rp.20.000.000 = Rp.7,400,000 37% x Rp.12,600,000 = Rp.4,622,000 37% x Rp. 7,978,000 = Rp.2,951,860 37% x Rp. 5,026,140 = Rp.1,859,672 37% x Rp. 3,166,468 = Rp.1,171,593
Akumulasi Penyusutan Rp.7,400,000 Rp.12,022,000 Rp.14,973,860 Rp.16,833,532 Rp.18,005,125
Nilai Buku Rp.20,000,000 Rp.12,600,000 Rp.7,978,000 Rp.5,026,140 Rp.3,166,468 Rp.1,994,875
Beban penyusutan yang dihitung dengan metode saldo menurun tiap periode akan semakin kecil dibandingkan dengan periode sebelumnya. Metode saldo menurun tidak dapat digunakan apabila aktiva yang dihitung tersebut tidak memiliki nilai sisa. Metode saldo menurun ganda hampir sama dengan metode saldo menurun. Perbedaanya hanya terletak pada penentuan persentase tarif penyusutan. Untuk menentukan persentase tarif penyusutan dalam periode ini dengan mengalikan dua persentase tarif penyusutan yang digunakan dalam menghitung penyusutan garis lurus tanpa memperhatikan nilai sisa. Misalnya suatu peralatan dengan taksiran umur 5 tahun maka tarif berganda adalah 2(100%/5) = 40%. Contoh PT.X membeli sebuah mesin dengan harga Rp.20.000.000,- nilai sisa Rp.2.000.000,-
taksiran umur pemakaian 5 tahun dan
penyusutan dapat dihitung sebagai berikut Tabel 2.8 Penyesuaian berdasarkan Saldo Menurun Ganda: Tarif Nilai Buku Beban Saldo Thn Aktiva Awal Menurun Penyusutan Tahun Ganda
Akumulasi Penyusutan
Nilai Buku Rp.20,000,000
1
Rp.20,000,000
40%
Rp.8,000,000 Rp. 8,000,000 Rp.12,000,000
2
Rp.12,000,000
40%
Rp.4,800,000 Rp.12,800,000 Rp. 7,200,000
3
Rp. 7,200,000
40%
Rp.2,880,000 Rp.15,680,000 Rp. 4,320,000
4
Rp. 4,320,000
40%
Rp.1,728,000 Rp.17,408,000 Rp. 2,592,000
5
Rp. 2,592,000
40%
Rp. 592,000 Rp.16,816,000 Rp. 2,000,000
Beban penyusutan pada tahun terakhir terbatas hanya pada Rp. 592.000,- karena nilai buku tidak boleh lebih rendah dari nilai sisa.
2. Berdasarkan penggunaan a. Metode-jam-jasa (service-hour-method) Metode jam jasa didasarkan atas asumsi bahwa penurunan umur manfaat aktiva tetap dihubungkan langsung dengan jumlah waktu penggunaan aktiva. Sehingga di dalam mengestimasi umur aktiva tersebut diperlukan taksiran usia dalam ukuran jasa jam produksi. besarnya beban penyusutan menurut metode jam jasa adalah mengalikan jam jasa aktiva tetap dengan tingkat penyusutan per jam. Perhitungan besarnya beban penyusutan per jam adalah dengan rumus berikut : Penyusutan =
Harga Perolehan - Nilai Sisa Jumlah Jam Kerja
Contoh PT.X membeli sebuah mesin dengan harga Rp.20.000.000,- nilai sisa Rp.1.500.000,- Jumlah jam kerja mesin tersebut diestimasi sebesar 500.000 jam. Beban penyusutan mesin per jam dapat dihitung sebagai berikut Penyusutan =
Rp.20.000.000 - Rp.1.500.000 = 37,-/ Jam 500.000 jam
Jika dalam tahun pertama mesin tersebut telah bekerja selama 100.000 jam kerja maka beban penyusutan untuk tahun tersebut adalah : 100.000 jam x 37 = Rp.3.700.000,Tabel 2.9 Penyesuaian berdasarkan Jam Jasa Tahun
Jam kerja
Beban Penyusutan
Akumulasi Penyusutan
Nilai Buku Rp. 20,000,000
1
100,000
Rp. 3,700,000
Rp. 3,700,000
Rp. 16,300,000
2
20,000
Rp.
740,000
Rp. 4,440,000
Rp. 15,560,000
3
130,000
Rp. 4,810,000
Rp. 9,250,000
Rp. 10,750,000
4
140,000
Rp. 5,180,000
Rp.14,430,000
Rp.
5,570,000
5
110,000
Rp. 4,070,000
Rp.18,500,000
Rp.
1,500,000
b. Metode-jumlah-unit-produksi (productive-output-method) Pada dasarnya sama dengan metode jam jasa. Jika pada metode sebelumnya menggunakan jam kerja sebagai dasar perhitungan maka pada metode jumlah unit produksi jumlah jam kerja tersebut digambarkan sebagai output atau produksi dalam unit. Rumus untuk mencari besarnya penyusutan per unit adalah Penyusutan =
Harga Perolehan - Nilai Sisa Output
Untuk mencari besarnya beban penyusutan per tahun adalah Total produksi tahun berjalan x besarnya penyusutan per unit. Contoh PT.X membeli sebuah mesin dengan harga Rp.20.000.000,- nilai sisa Rp.1.500.000,-
Taksiran produksi aktiva tersebut sebesar
1.000.000 unit, maka beban penyusutan mesin per unit dapat dihitung sebagai berikut
Penyusutan =
Rp.20.000.000 - Rp.1.500.000 = Rp.18,5 / Unit 1.000.000 Unit
Jika pada hari pertama diproduksi 120.000 unit, maka besarnya beban penyusutan untuk tahun tersebut adalah : 120.000 unit x Rp.18,5/unit = Rp.2.220.000,Tabel 2.10 Penyesuaian berdasarkan Metode Jumlah Unit Produksi Thn.
Unit
Beban Penyusutan
Akumulasi Penyusutan
Nilai Buku Rp. 20,000,000
1
120,000
Rp. 2,220,000
Rp. 2,220,000
Rp. 17,780,000
2
150,000
Rp. 2,775,000
Rp. 4,995,000
Rp. 15,005,000
3
300,000
Rp. 5,550,000
Rp.10,545,000
Rp. 9,455,000
4
240,000
Rp. 4,440,000
Rp.14,985,000
Rp. 5,015,000
5
190,000
Rp. 3,515,000
Rp.18,500,000
Rp. 1,500,000
3. Berdasarkan kriteria lainnya a. Metode-berdasarkan
jenis
dan
kelompok
(group-and-
composite-method) Perhitungan penyusutan menurut metode kelompok, tarif penyusutan didasarkan pada umur rata-rata seluruh aktiva dalam kelompok. Apabila menggunakan metode berdasarkan jenis dan kelompok akan tidak ada nilai buku aktiva tetap yang dihdapuskan 100 %. Penyusutan dicatat berdasarkan nilai sisa tanpa memandang umur aktiva tersebut. Apabila suatu aktiva dalam kelompok tersebut dihentikan penggunaanya, tidak ada keuntungan dan kerugian yang akan dicatat, perkiraan aktiva tersebut dikredit sebesar harga perolehannya dan perkiraan penilaian didebit sebesar selisih antara harga perolehan dengan nilai sisa.
Contoh PT.X
membeli
duapuluh
buah
mesin
dengan
harga
Rp.20.000.000,-Taksiran umur aktiva tersebut 5 tahun Enam buah peralatan tersebut ditarik pada akhir tahun ke-4. duabelas buah mesin ditarik pada tahun ke-5 dan sisanya berhenti beroperasi pada tahun ke-6. berdasarkan rata-rata umur tersebut 20% dari harga perolehan akan dibebankan sebagai penyusutan. beban penyusutan sebenarnya adalah Rp. 2.000.000,- per mesin per tahunnya. Maka beban penyusutan dapat dihitung sebagai berikut
Tabel
2.11
Penyesuaian Kelompok
AkBeban hir Penyusutan Debit Thn Rp.20,000 1 Rp. 4,000 2 Rp. 4,000 3 Rp. 4,000 4 Rp. 4,000 5 Rp. 2,800 6 Rp. 1,200 Rp.20,000 Rp.20,000
berdasarkan
Metode
Aktiva Kredit
Penyusutan
Akumulasi Penyusutan Saldo Debit Kredit Saldo Rp.20,000 Rp.20,000 Rp. 4,000 Rp. 4,000 Rp.20,000 Rp. 4,000 Rp. 8,000 Rp.20,000 Rp. 4,000 Rp.13,600 Rp. 6,000 Rp.14,000 Rp. 6,000 Rp. 4,000 Rp.10,000 Rp. 8,000 Rp. 6,000 Rp. 8,000 Rp. 2,800 Rp. 4,800 Rp. 6,000 Rp. 6,000 Rp. 1,200 Rp.20,000 Rp.20,000 Rp. 20,000
Nilai Buku Rp.20,000 Rp.16,000 Rp.12,000 Rp. 6,400 Rp. 4,000 Rp. 1,200
Maka pada akhir tahun 1, 2, 3, dan 4 penyusutan dicatat sebagai berikut Biaya Penyusutan Akumulasi Penyusutan
Rp.4.000.000,Rp.4.000.000,-
pada tahun ke-5 dan tahun ke-6 penyusutanya masing-masing Rp. 2.800.000,- dan Rp.1.200.000,-.
Jika dalam metode penyusutan kelompok, jenis aktiva yang dikelompokkan adalah aktiva yang sejenis, maka dalam metode jenis yang dikelompokkan memiliki masa manfaat yang berbedabeda maka penyusutannya dihitung dengan mencari umur rata-rata terlebih dahulu. Jika terjadi penarikan dalam satu aktiva yang dikelompokkan maka dijurnal dengan mengkreditkan perkiraan itu dan mendebit perkiraan akumulasi penyusutan sebesar perbedaan harga pokok dengan nilai residu dan tidak dicatat laba/rugi pada saat penarikan suatu aktiva. Contoh Tabel 2.12 Penyesuaian berdasarkan Metode Penyusutan Jenis Jenis Aktiva
Harga Perolehan
Nilai Residu
Taksiran Beban Harga Umur Penyusutan Perolehan dalam Tahunan yang Disusutkan Tahun (Garis Lurus)
A
Rp 4,000,000 Rp. 800,000 Rp. 3,200,000
B C D
Rp. 640,000
Rp. 7,000,000 Rp.1,200,000 Rp. 5,800,000
5 5
Rp.10,000,000 Rp.2,000,000 Rp. 8,000,000
5
Rp.1,600,000
Rp. 8,000,000 Rp.1,000,000 Rp. 6,200,000
10
Rp. 620,000
Rp.29,000,000 Rp.5,000,000 Rp.23,200,000
Rp.1,160,000
Rp.4,020,000
Tarif penyusutan dapat dihitung sebagai berikut Total Biaya Penyusutan Total Harga Perolehan Rp.23.200.000 = = 5,7 Tahun Rp.4.020.000
Rata - rata Umur Aktiva =
Penusutan per Tahun Harga Perolehan Rp.4.020.000 = = 13,86% Rp.29.000.000
Tarif penyusutan =
b. Metode-anuitas (annuity-method) Dalam metode anuitas aktiva tetap dianggap sebagai aktiva yang akan memberikan kontribusi selama umur teknisnya. Harga perolehan dari aktiva tersebut dianggap sebagai present value yang akan didiskontokan atau jasa yang akan diberikannya secara merata selama umur teknisnya. Menurut metode anuitas penyusutan merupakan angka bunga yang diperhitungkan atas harga perolehan aktiva yang belum disusutkan ditambah akumulasi penyusutan. beban penyusutannya dihitung berdasarkan rumus berikut
Penyusutan =
Harga Perolehan - Present Value Nilai Sisa PVIFn,, i
Contoh PT.X membeli sebuah mesin dengan harga Rp.1.600.000,- nilai sisa Rp.134.776,- dengan tingkat bunga 10%. Taksiran umur aktiva tersebut adalah 10 tahun, maka beban penyusutan mesin dapat dihitung sebagai berikut Penyusutan =
Rp.1.600.000 - PVIF5,, 10 Rp.134.776 PVIF5,, 10
=
Rp.1.600.000 - Rp.134.776 x 0,1241842 7,581574
=
Rp.1.600.000 - Rp.83.668 7,581574
= Rp.400.000
Melalui perhitungan diatas diketahui besarnya beban penyusutan adalah sebesar Rp.400.000,- per tahun yang akan
didistribusikan sebagai angka Implicit Interest Revenue dan penyusutan. Interest revenue dihitung 10% dari nilai buku. iktisar beban penyusutan, interest revenue, dan akumulasi penyusutan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.13 Penyesuaian berdasarkan Metode Anuitas Implisit Interest Thn Penyusutan Revenue 10%
Akumulasi Akumulasi Penyusutan Penyusutan /tahun
Nilai Buku Rp.1,600,000
1 2 3 4 5
Rp. 400,000 Rp.160,000 Rp. 400,000 Rp.136,000 Rp. 400,000 Rp.109,600
Rp.240,000 Rp. 240,000 Rp.1,360,000 Rp.264,000 Rp. 504,000 Rp.1,096,000 Rp.290,400 Rp. 794,400 Rp. 805,600
Rp. 400,000 Rp. 80,560 Rp. 400,000 Rp. 48,616
Rp.319,440 Rp.1,113,840 Rp. 486,160 Rp.351,384 Rp.1,465,224 Rp. 134,776
Tahun I Beban penyusutan
Rp.400.000,-
Interest Revenue
Rp.160.000,
Akumulasi Panyusutan
Rp.240.000,-
Tahun II Beban penyusutan
Rp.400.000,-
Interest Revenue
Rp.136.000,-
Akumulasi Panyusutan
Rp.264.000,-
Angka yang dibebankan ke akumulasi penyusutan merupakan beban bersih (biaya perusahaan) yang menunjukkan peningkatan tiap tahun sehingga totalnya sama dengan harga pokok dikurangi nilai residu. Metode anuitas sangat cocok digunakan dalam mencatat besarnya penyusutan aktiva tetap yang diperoleh secara leasing.
c. Sistem-persediaan (inventory-system) Dalam metode persediaan, penyusutan dihitung dengan menambah persediaan awal aktiva yang tersedia dengan perolehan aktiva tetap selama periode berjalan, kemudian dikurangi persediaan akhir aktiva tetap tersebut. Metode persediaan biasanya dipakai untuk menilai aktiva tetap yang kecil seperti perkakas atau peralatan metode persediaan cukup mudah digunakan, tetapi tidak sistematis dan tidak rasional. Disamping itu juga sulit menentukan nilai sesungguhnya dari aktiva tetap tersebut pada akhir periode.
4.
Pengeluaran terhadap Aktiva Tetap Selama penggunaan aktiva tetap ada biaya-biaya yang harus
dikeluarkan. Biaya tersebut adalah biaya perbaikan, biaya pemeliharaan, biaya reperasi, biaya penambahan, biaya penggantian. Biaya-biaya tersebut dikeluarkan oleh perusahaan agar aktiva tetap yang digunakan dalam operasi perusahaan tetap dapat berfungsi dengan baik sesuai yang diharapkan. Kesalahan dalam pengelompokan biaya dapat mempengaruhi rencana perusahaan dalam mencapai tujuan. Pengelompokan pengeluaran perlu dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam pengklasifikasian biaya. Untuk itu perlu pengetahuan tentang taksiran umur ekonomis aktiva tetap, memilih penyusutan yang tepat dan batasan tentang pengeluaran pemeliharaan, perbaikan dan pengeluaran lainnya.
Menurut Zaki Baridwan (2004 hal.272)
mengklasifikasikan
pengertian pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan sebagai berikut: a. Pengeluaran Modal (capital expenditure) Adalah pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang akan dirasakan lebih dari satu periode akuntansi. Pengeluaran-pengeluaran seperti ini dicatat dalam rekening aktiva (dikapitalisasi). b. Pengeluaran Pendapatan (revenue expenditure) Adalah pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang hanya dalam periode akuntansi yang bersangkutan. Oleh karena itu, pengeluaran ini dicatat dalam rekening biaya. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa pengeluaran untuk pemeliharaan dan reparasi biasayang bersifat berulang harus digolongkan sebagai pengeluaran pendapatan dan didebit keperkiraan beban sedangkan pengeluaran modal dicatat dalam rekening aktiva karena memberikan manfaat dalam beberapa periode akuntansi dimasa yang akan datang Dengan adanya pemisahan kedua jenis pengeluaran menimbulkan masalah untuk menggolongkan pengeluaran mana yang dianggap sebagai pengeluaran pendapatan dan mana yang dianggap sebagai pengeluaran modal. Selama suatu aktiva tetap dipergunakan dalam operasi perusahaan, maka pengeluaran yang dilakukan adalah sebagai berikut : Menurut
Sofyan
Safri
Harahap
(2002:49)
pedoman
untuk
membedakan pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan adalah sebagai berikut : a. Segi Keuntungan Jika pengeluaran itu memberikan untung selama lebih dari 1 tahun dalam arti pengeluaran dapat menambah kegunaan aktiva itu maka dianggap sebagai Capital Expenditure, sedangkan jika manfaatnya hanya dalam tahun yang bersangkutan biasanya pengeluaran itu dianggap sebagai Revenue Expenditure. b. Kebiasaan
Jika pengeluaran itu merupakan pengeluaran yang sifatnya lazim dan rutin dikeluarkan dalam periode tertentu maka dianggap sebagai Revenue Expenditure sedangkan jika pengeluaran itu tidak lazim maka dianggap sebagai Capital Expenditure. c. Jumlah Jika pengeluaran itu jumlahnya relatif besar dan sifatnya penting, biasanya dianggap sebagai Capital Expenditur sedangkan jika pengeluaran itu relatif kecil maka dianggap sebagai Revenue Expenditure”
Pengeluaran – pengeluaran modal setelah aktiva tersebut diakuisisi dapat berupa : a. Penambahan pada Aktiva tetap Penambahan adalah memperbesar atau memperluas fasilitas suatu aktiva seperti penambahan bangunan, ruang parker dan lain-lain. Pengeluaran-pengeluaran untuk penambahan aktiva tetap ini merupakan pengeluaran modal untuk penambahan aktiva tetap ini merupakan pengeluaran modal yang merupakan penambahan harga perolehan aktiva tetap dan nilainya akan disusutkan sepanjang umur ekonomisnya. Biaya untuk penambahan aktiva tetap yang ada harus didebit kea kun aktiva yang terkait. b.
Perbaikan Aktiva Tetap Perbaikan
merupakan
perubahan-perubahan
atas
harta
yang
dilakukan untuk meningkatkan atau menyempurnakan aktiva tetap yang bersangkutan. Sama halnya seperti reperasi, perbaikan dengan biaya yang relatif kecil diperlakukan sebagai biaya sedangkan perbaikan dengan biaya yang relative besar akan mendebit perkiraan aktiva tetap yang diperbaiki.
c.
Reparasi Reparasi adalah perbaikan yang dilakukan terhadap kerusakan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan agar aktiva tetap tersebut tetap dapat menjalankan fungsinya. Pengeluaran untuk reparasi yang hanya memberikan manfaat untuk satu periode akuntansi diperlakukan sebagai biaya (pengeluaran pendapatan). Apabila reparasi yang dilakukan merupakan reparasi luar biasa yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntasi, maka pengeluaran untuk reparasi tersebut diperlakukannya sebagai biaya dalam periode-periode yang menerima manfaat. Pencatatan untuk reparasi luar biasa dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : 1) Apabila pengeluaran yang dilakukan menambah nilai kegunaan aktiva tetap dan tidak menambah umur, maka dicatat sebagai penambah perolehan. Contoh : Pada tanggal 23 maret 2009, Perusahaan mengeluarkan biaya untuk reparasi mesin-mesin yang dimiliki sebesar Rp.4.000.000,yang dapat meningkatkan nilai aktiva tetap tersebut. Maka ayat jurnal yang dibuat oleh perusahaan adalah : Tabel 2.14 Jurnal Pengeluaran Modal Tanggal Uraian 25/Mar/2009 Mesin Kas
Ref.
Debit Rp. 4.000.00
Kredit Rp. 4.000.000
2) Apabila pengeluaran yang dilakukan memperpanjang umur aktiva tetap atau memperbesar nilai residunya, maka pengeluaran ini diperlakukan sebagai prngurang akumulasi penyusutan. Contoh : Pada tanggal 25 maret 2009, Perusahaan mengeluarkan biaya untuk reparasi mobil yang dimiliki sebesar Rp.6.000.000,- yang dapat menambah umur manfaat aktiva tetap tersebut. Maka ayat jurnal yang dibuat oleh perusahaan adalah : Tabel 2.15 Jurnal Pengeluaran Pendapatan Tanggal Uraian 25/Mar/ Akumulasi Penyusutan Mobil 2009 Kas
Ref.
Debit Rp. 6.000.00
Kredit Rp. 6.000.000
3) Pemeliharaan Aktiva Tetap Biaya
pemeliharaan
adalah
biaya
yang
dikeluarkan
untuk
memelihara aktiva agar tetap dalam kondisi baik. Contoh pemeliharaan merupakan
berupa pos-pos
pengecatan biasa
dan
gedung.
Pemeliharaan
berulang-ulang
serta
ini tidak
meningkatkan atau menambah usianya, dan pengeluaran ini dicatat sebagai biaya. Contoh : Pada tanggal 28 maret 2009, Perusahaan mengeluarkan biaya untuk pemeliharaan gedung sebesar Rp.800.000,- maka ayat jurnal yang dibuat oleh perusahaan adalah : Tabel 2.16 Jurnal Pemeliharaan Aktiiva Tetap Tanggal 28/Mar/ 2009
Uraian Biaya Pemeliharaan Gedung Kas
Ref.
Debit Rp. 800.000
Kredit Rp. 800.000
d. Penggantian aktiva Tetap. Penggantian maksudnya adalahnpengeluaran yang dilakukan untuk mengganti aktiva tetap atau suatu bagian dari aktiva tetap dengan unit yang baru yang sama tipenya. Pengeluaran untuk penggantian ini dapat dikelompokkan pengeluaran atau merupakan pengeluaran modal. Sama seperti pengeluaran untuk reparasi. Pengeluaran untuk pengganti aktiva tetap yang nilainya relative kecil dibanding aktiva tetap secara keseluruhan, maka pengeluaran ini diperlakukan sebagai pengeluaran dan dibebankan sebagai biaya pada periode terjadinya penggantian. Apabila penggantian yang dilakukan memerlukan biaya yang cukup besar, maka pengeluaran tersebut diperlakukan sebagai pengeluaran modal dan harus dikapitalisasi dengan menghapuskan harga perolehan dan akumulasi penyusutan aktiva tetap yang bersangkutan. Contoh : Pada tanggal 30 maret 2009, mesin dengan harga perolehan Rp. 30.000.000,- sudah disusutkan 80% sebuah suku cadang yang diperkirakan harga perolehannya Rp. 10.000.000 atau 20 % dari harga perolehan diganti dengan suku cadang yang baru dengan harga Rp. 15.000.000,-. Maka ayat jurnal yang dibuat oleh perusahaan adalah : Tabel 2.17 Jurnal Penggantian aktiva Tetap Tgl. Uraian 25/ Akumulasi Penyusutan Mesin Mar/ Keuntungan pergantian suku cadang Mesin 2009
Ref.
Debit Rp.8.000.000
Kredit Rp.2.000.000 Rp.6.000.000
Perhitungan : Harga perolehan suku cadang yang diganti : 20% x Rp.30.000.000
= Rp.6.000.000,-
Akumulasi Penyusutan : 80% x Rp.10.000.000
= Rp.8.000.000,-
Keuntungan Pengganitan suku cadang
= Rp.2.000.000,-
5. Penarikan Aktiva Tetap Aktiva
tetap
perusahaan
dapat
dihentikan
operasinya
oleh
perusahaan baik secara normal maupun secara terpaksa. Aktiva tetap yang dihentikan penggunaanya dapat disebabkan aktiva tetap sudah berakhir masa taksiran masa manfaatnya, aktiva tetap telah rusak dan tidak dapat dipergunakan lagi. Akibat yang timbul dari penghentian aktiva tetap ini adalah timbulnya kerugian atapun keuntungan. Menurut PSAK no. 16 (2004 : 16.2) : “Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian atau pelepasan suatu aktiva tetap diakui sebagai keuntungan atau kerugian dalam laporan laba rugi”. Penghentian aktiva tetap dapat berpengaruh pada terganggunya proses produksi untuk penggantian aktiva dengan yang baru. Proses produksi dapat terganggu apabila ternyata aktiva tetap merupakan sarana yang vital bagi perusahaan. Pencatatan yang harus dilakukan bila terjadi penghentian aktiva tetap adalah :
a. Meng-up date kan buku Jumlah biaya penyusutan dari awal tahun buku berjalan sampai pada tanggal terjadinya transaksi penarikan itu harus dicatat b. Eliminasi Dalam mencatat transaksi ini maka harus dihapuskan semua perkiraan yang berhubungan dengan aktiva yang ditarik. Beberapa hal yang dilakukan oleh perusahaan sehubungan dengan penghetian aktiva tetap adalah dengan : a. Membuang aktiva tetap Dalam hal ini perkiraan aktiva tetap dan akumulasi penyusutan harus dihapuskan dengan mengkreditkan perkiraan aktiva tetap yang bersangkutan sebesar harga perolehannya dan mendebet akumulasi penyusutan sampai saat penyingkirannya. Apabila ada nilai sisanya, maka dicatat sebagai kerugian atas pelepasan aktiva. b. Menjual aktiva tetap Penyusutan yang terjadi selam periode waktu antara tanggal ayat jurnal penyusutan terakhir dibuat dengan tanggal penjualan harus dicatatkan. c. Menukar aktiva tetap Prosedur penukaran aktiva tetap sama dengan prosedur perolehannya yang dilakukan melalui pertukaran seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. d. Menon-aktifkan aktiva tetap
Aktiva yang tidak dipakai lagi dalam operasi perusahaan dicatat atau digolongkan sebagai aktiva lain-lain. e. Dipakai di luar operasi normal perusahaan Dalam hal ini aktiva tetap tersebut dicatat atau digolongkan sebagai investasi. Contoh : tanah yang dibeli yang tidak diperuntukkan untuk membangun pabrik atau bangungan di atasnya.
6. Penyajian Aktiva Tetap dalam Laporan Keuangan Tujuan dari laporan keuangan adalah menyajikan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang disajikan manajemen haruslah dapat menggambarkan secara wajar posisi keuangan dan tidak menyesatkan. Dalam laporan keuangan, penyajian aktiva tetap akan terlihat dalam neraca. Neraca merupakan suatu daftar yang menggambarkan komposisi harta, hutang dan modal pada suatu periode tertentu. Aktiva tetap yang disajikan berdasarkan nilai perolehan aktiva tetap tersebut dikurangi dengan akumulasi penyusutannya. Setiap jenis aktiva tetap seperti: tanah, bangunan, inventaris kantor dan lain sebagainya harus dinyatakan dalam neraca secara terpisah atau dirinci dalam catatan atas laporan keuangan. Menurut Mulyadi (2002:539) perlu diketahui lebih dahulu prinsip akuntansi yang lazim dalam penyajian aktiva tetap dalam neraca berikut ini: 1. Dasar penilaian aktiva tetap harus dicantumkan di dalam neraca 2. Aktiva tetap yang digadaikan harus dijelaskan
3. Jumlah akumulasi depresiasi dan biaya depresiasi untuk tahun kini harus ditunjukkan di dalam laporan keuangan 4. Metode yang digunakan dalam perhitungan depresiasi golongan besar aktiva tetap harus diungkapkan dalam laporan keuangan 5. Aktiva tetap harus dipecah ke dalam golongan yang terpisah jika jumlahnya material 6. Aktiva tetap yang telah habis didepresiasi namun masih digunakan untuk beroperasi, jika jumkahnya material harus dijelaskan.
Namun banyak juga perusahaan menyajikan aktiva tetap sebesar jumlah bersihnya, dikarenakan pengurangan beban penyusutan. Akibat adanya beberapa alternative untuk menghitung beban penyusutan, maka metode penyusutan yang digunakan dalam menghitung beban penyusutan harus diungkapkan dalam laporan keuangan. Tanpa informasi ini, pemakai laporan dapat keliru dalam usahanya membandingkan hasil-hasil keuangan suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Metode penyusutan yang dianut suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya biasanya dilaporkan dalam penjelasan laporan keuangan sebagai kebijakan akuntansi perusahaan. Aktiva tetap sering masih digunakan walaupun harga perolehannya sudah habis disusutkan. Keadaan ini bias timbul karena keliru dalam membuat taksiran umur, dan umurnya tidak ditaksir keliru tetapi perusahaan tidak mampu untuk mengganti aktiva tersebut dengan aktiva yang baru. Aktiva tetap yang sudah habis masa manfaatnya tetapi masih digunakan perusahaan harus direvaluasi.
Berikut ini penulis akan mencoba membuat suatu contoh penyajian aktiva tetap dalam laporan keuangan.
Tabel 2.18 Penyajian Aktiva Tetap di Neraca PT. Y NERACA Per 31 Desember 20xx AKTIVA
PASIVA
Aktiva Lancar Kas Piutang Usaha Persediaan Barang dagang Perlengkapan Kantor Asuransi dibayar dimuka Total Aktiva lancar Aktiva Tetap Tanah Gedung Ak. Penyusutan Peralatan Ak. Penyusutan Mesin Ak. Penyusutan
Total Aktiva
Rp Dalam jutaan
Kewajiban lancar Utang usaha Wesel bayar Utang gaji Sewa dibayar dimuka
Rp50.000 90.000 60.000 48.000 26.000 Rp 274.000
Rp 27.000 Rp 5.000 Rp 20.000 Rp 4.000 Rp 22.000 Rp 5.000
Rp22.000 5.000 1.500 1.800 Rp30.300
Rp 20.000
Total kewajiban lancar Kewajiban jk panjang Wesel Bayar
Rp 22.000
Total kewajiban
Rp 16.000
Modal
Rp293.700
Total kewajiban dan modal
Rp 349.000
Rp 17.000
Rp
Rp25.000
75.000
Rp. 349.000
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Di bawah ini terdapat dua buah hasil penelitian terdahulu, yaitu : Tabel 2.18 Tinjauan Peneliti Terdahulu Nama
Perumusan Masalah
Hasil Penelitian
Ernie M.
Apakah penggunaan, penghentian
Kebijakan perusahaan dalam menentukan
Tampubolon
aktiva
capital expenditure atau renenue expenditure
Tahun
dalam laporan
Penelitian:
sesuai dengan PSAK No.16
tetap
dan
penyajiannya
keuangan
telah
dalam hal biaya pemeliharaan dan perawatan, yaitu
dengan
mengelompokkan
dan
pemeliharaan aktiva perusahaan dalam 4
2005
bagian. Dalam menghitung penyusutan perusahaan menggunakan metode Garis Lurus. Kebijakan
perusahaan
penghentian
aktiva
untuk
tetap
masalah
termasuk
cara
penghentian, pengalokasian biaya yang terjadi pada saat penghentian, dan lain-lain sudah cukup baik.
Ramot
Bagaimana perlakuan Akuntansi
Pada dasarnya, proses pengakuan awal yang
Nurlela. A
dalam
dilakukan oleh perusahaan terhadap bus-
Tahun
pengukuran
Penelitian:
perusahaan jasa angkutan darat
pencatatan dan perlakuan akuntansi selama
2004
Antar Kota Antar Propinsi di
penggunaan
lingkungan
Perhubungan
sempurna menimbulkan kesulitan dalam hal
Medan-Sumatera Utara dan apakah
pengukuran nilai aktiva tetap dalam laporan
perlakuan akuntansi tersebut telah
keuangan perusahaan pada akhir periode
sesuai dengan Standar Akuntansi
akuntansi.
hal
keuangan Indonesia.
pengakuan aktiva
Dinas
yang
tetap
berlaku
dan pada
di
busnya
sudah
memadai,
aktiva
tetap
namun
yang
proses
belum