Luh Putu Sri Ariyani
Perpustakaan Sebagai Ruang Publik (perspektif Habermasian)
PERPUSTAKAAN SEBAGAI RUANG PUBLIK (PERSPEKTIF HABERMASIAN) Oleh Luh Putu Sri Ariyani*)
Abstract
Perpustakaan memiliki peranan yang sangat penting dalam perjalanan demokrasi. Perpustakaan merupakan kunci bagi penyediaan akses kepada pengetahuan, informasi dan ide-ide kepada setiap warganya dengan setara, sehingga setiap orang akan bisa memiliki modal kultural dengan memanfaatkan perpustakaan. Peran perpustakaan dalam demokrasi memiliki fungsi pendidikan, fungsi sosial dan fungsi politik. Pada fungsi ini melekat peran perpustakaan sebagai penyedia informasi yang tidak biasa, yang mendasarkan pluralisme atau keragaman sebagai landasan utama demokrasi. Dengan tersedia dan teraksesnya informasi secara utuh, masyarakat akan memiliki informasi yang cukup yang tidak saja berguna untuk mengambil keputusan, bahkan untuk mengontrol proses pembentukan kebijakan. Tulisan ini akan membahas tentang usaha perpustakaan dalam menyediakan informasi agar terwujud ruang publik dalam perspektif Jurgen Habermas. Kata kunci: perpustakaan, demokrasi, ruang publik, Jurgen Habermas.
1.
PENDAHULUAN Dilihat dari jumlah penduduknya,
dipungkiri sistem perpolitikan Indonesia
Indonesia merupakan salah satu negara
masih menyisakan berbagai persoalan.
demokrasi terbesar di dunia. Pemilihan
Kekerasan, politik uang, nepotisme, dan
umum nasional, sebagai sarana bagi
lain-lain merupakan noktah-noktah buram
rakyat untuk menyalurkan aspirasinya,
pengotor aspirasi masyarakat yang terjadi
secara rutin diselenggarakan setiap lima
hampir di setiap perhelatan demokrasi di
tahun sekali untuk memilih anggota DPR,
Indonesia. Beberapa kasus yang hangat
DPRD,
serta
diberitakan media adalah adanya dugaan
Bahkan, yang tidak kalah
pemanfaatan birokrasi dan politik uang
Wakilnya.
DPD
dan
Presiden
membanggakan, sistem demokrasi ini
(baca:
juga diselenggarakan untuk memilih para
pasangan pemimpin daerah tertentu atau
wakil rakyat di daerah.
wakil rakyat.
Meskipun membanggakan, 41
secara namun
prosedural tidak
dapat
suap)
Kondisi perpolitikan
ACARYA PUSTAKA Volume 1, No. 1, Juni 2015
untuk
ini Indonesia
memenangkan
menjadikan hanya
dapat
Luh Putu Sri Ariyani
Perpustakaan Sebagai Ruang Publik (perspektif Habermasian)
diakses oleh sekelompok masyarakat
(akumulasi modal simbolik), dan lain-
yang memiliki kelebihan modal. Modal
lain.
ini
dapat
berupa
modal
(kekayaan),
modal
finansial
kultural
(gelar
Berbagai masalah yang membelit sistem
pemilihan
di
Indonesia
akademik, gelar kebangsawanan), modal
menjadikan sistem ini hanya memberikan
sosial
modal
legitimasi bagi kekuasaan namun belum
simbolik (kehormatan dan prestise di
dapat mencerminkan aspirasi masyarakat
masyarakat) (Ritzer dan Goodman, 2004:
secara murni. Kondisi inilah yang disebut
526-527; Takwin, 2005: xx; Fashri, 2007:
oleh Habermas sebagai kekuasaan yang
x; Mutahir, 2011). Oleh sebab itu,
irasional (Hardiman, 2009). Rasionalisasi
tidaklah mengherankan jika pada saat ini
kekuasaan hanya dapat terjadi jika setiap
pemimpin
sistem
orang dapat menyalurkan aspirasinya
perpolitikan Indonesia umumnya berasal
secara setara tanpa melihat logika-logika
dari kaum kaya, memiliki jaringan yang
modal yang melatarbelakanginya.
luas,
(jaringan
sosial),dan
yang
berasal
lahir
dari
dari
yang
Terciptanya sebuah kekuasaan yang
berpengaruh, memiliki gelar akademis
rasional ini menurut Habermas tidak
yang mentereng, dan sebagainya.
dapat dipisahkan dari keberadaan ruang
Kehadiran dapat
keluarga
penguasa
merugikan
model
masyarakat
ini
publik. Habermas menyatakan bahwa
karena
ruang publik merupakan “semua wilayah
setelah terpilih mereka akan cenderung
kehidupan
untuk
kekuasaannya
memungkinkan kita untuk membentuk
untuk mengakumulasi kepemilikan modal
opini publik” (Hardiman, 2009: 151).
yang telah dimilikinya. Jika ini terjadi,
Difinisi ini menjadikan ruang publik
bukannya tidak mungkin kebijakan yang
dapat
disusunnya akan bertujuan memperkaya
maupun ruang fisik yang menjadi ajang
diri
kepemilikan
pembentukan pendapat anggota-anggota
modal finansial), memperkaya orang lain
masyarakat di luar kendali pemerintah.
(akumulasi
modal
banyak
Pada setiap ruang publik masyarakat
melakukan
kebijakan-kebijakan
yang
memiliki hak dan kemampuan untuk
seolah-olah
berpihak
rakyat
berdebat, bersepakat dan berkeputusan
mempergunakan
sendiri
(akumulasi
sosial),
kepada
berupa
sosial
sebuah
kita
yang
ruang abstrak
tentang hal-hal penting yang menyangkut 42
ACARYA PUSTAKA Volume 1, No. 1, Juni 2015
Luh Putu Sri Ariyani
Perpustakaan Sebagai Ruang Publik (perspektif Habermasian)
diri mereka (Pendit, 2007). Ruang publik
kontekstual sangat bersesuaian dengan
diharapkan mampu menjadi
ruang
kondisi Indonesia saat ini. Pada fungsi ini
komunikasi
untuk
melekat
para
menciptakan
warganegara
keadaan
negara
yang
demokratis dan independen. Perpustakaan
perpustakaan
sebagai
penyedia informasi yang tidak biasa, yang
sebagai
peran
mendasarkan
keragaman
penyedia informasi memiliki peranan
demokrasi.
Dengan
demikian,
yang sangat penting dalam perjalanan
perpustakaan
seharusnya
menjamin
demokrasi. Dalam hal ini perpustakaan
tersediannya
keragaman
pendapat,
mampu mendemokratisasi pengetahuan.
sehingga tidak satu entitas pun dapat
Perpustakaan
bagi
menyatakan dirinya sebagai pemegang
penyediaan akses kepada pengetahuan,
kebenaran sejati. Pada fungsi ini pula
informasi dan ide-ide kepada setiap
perpustakaan
warganya dengan setara, sehingga setiap
menjamin terdorongnya partisipasi politik
orang akan bisa memiliki modal kultural
warga negara dengan penyediaan akses
dengan
informasi
memanfaatkan
Rosch
dalam
kunci
perpustakaan.
landasan
atau
lembaga
merupakan
sebagai
pluralisme
diharapkan
sebagai
hak
utama
mampu
dasar
dan
Asmini
(2009)
kebebasan berekspresi. Dengan tesedia
pentingnya
peran
dan teraksesnya informasi secara utuh,
perpustakaan dalam demokrasi dengan
masyarakat akan memiliki informasi yang
membaginya menjadi beberapa fungsi
cukup yang tidak saja berguna untuk
yaitu; pertama, fungsi pendidikan yang
mengambil keputusan, bahkan untuk
mencakup
mengontrol
menyebutkan
pendidikan
secara
umum,
proses
pembentukan
pendidikan dalam bentuk pelatihan dan
kebijakan. Penyediaan akses informasi
keberaksaraan
keberaksaraan
akan mampu menyuburkan nilai-nilai
informasi. Fungsi kedua adalah fungsi
transparansi dan anti korupsi sehingga
sosial
tercipta pemerintahan yang terbuka, yang
yang
atau
mencakup
pelibatan
minoritas, dan mendorong emansipasi
berujung
pada
terselenggaranya
dari strata sosial yang lemah. Fungsi yang
pemerintahan yang baik.
tata
ketiga adalah fungsi politik perpustakaan.
Perpustakaan dengan fungsi-fungsi
Fungsi yang sangat terkait langsung
yang dipaparkan di atas memiliki konsep
dengan
yang hampir sama dengan konsep ruang
43
era
demokrasi
dan
secara
ACARYA PUSTAKA Volume 1, No. 1, Juni 2015
Luh Putu Sri Ariyani
Perpustakaan Sebagai Ruang Publik (perspektif Habermasian)
publik baik secara fisik sebagai tempat
informasi agar terwujud ruang publik
berkumpulnya orang-orang secara setara
dalam perspektif Jurgen Habermas?
dan independen, maupun secara abstrak menyediakan informasi sebagai hak dasar masyarakat. Lalu bagaimanakah usaha perpustakaan
2.
dalam
menyediakan
PEMBAHASAN tidak banyak bergeser dari jaman Yunani
2.1. Konsep ruang publik Kata ‘publik’ (public) berasal dari
dan Romawi kuno.
Namun terdapat
bahasa latin yaitu ‘publicus’. Dalam
beberapa nuansa baru karena hukun
masyarakat Romawi kuno, kata publicus
kanonik Gereja Katolik mengembangkan
memiliki dua arti: (1). Milik rakyat
banyak distingsi yang penting seperti,
sebagai satuan politis atau milik negara;
publicus
(2) sesuai dengan rakyat sebagai seluruh
dengan antinomi antara ‘duniawi’ dan
penduduk atau kata lain untuk ‘umum’.
‘gerejawi’, suatu distingsi penting untuk
Di dalam konsep tersebut tersirat dua hal
sekularisasi di kemudian hari.
yaitu suatu ruang tempat hal-hal umum
Ruang bicara dalam masyarakat Yunani
dibicarakan dan suatu subjek hukum ,
kuno adalah polis, sementara orang-orang
yakni rakyat suatu negara.
Eropa Abad Pertengahan memiliki alun-
Pada publicus
jaman
Yunani
mengandung
Romawi
privatus
dihubungkan
laun kota (Platz, piazza, plaza).
terkait
Kata publicus atau yang kita pakai dalam
kekuasaan para pejabat negara. Para
bahasa Indonesia yaitu ‘publik’ mengacu
pejabat negara dan para pemimpin agama
pada ‘umum, ‘terbuka’, ‘diumumkan’ dan
termasuk ke dalam status publik yang
sebagainya.
dalam hal ini dibedakan dari orang-rang
sebagai lingkup spasial (sphere) yang
privat
menjadi locus partisipasi warganegara.
yang
bertindak
arti
dan
bukan
untuk
kepentingan umum, misalnya pedagang. Dalam
Eropa
ruang
publik
Dalam pandangan Habermas ruang
Abad
publik berkaitan dengan aktivitas suatu
Pertengahan pemaknaan kata publicus
komunitas bahasa, dan bahkan dengan
44
masyarakat
Pengertian
ACARYA PUSTAKA Volume 1, No. 1, Juni 2015
Luh Putu Sri Ariyani
Perpustakaan Sebagai Ruang Publik (perspektif Habermasian)
akal sehat manusia , maka ia sebuah
cerdas, perpustakaan menjadi salah satu
ruang yang terbentuk lewat interaksi dan
lembaga
komunikasi sosial (Hardiman, 2010).
”yang publik”.
Ruang publik adalah wahana di mana
kandungan informasi yang dimilikinya,
setiap
bersentuhan langsung dengan wilayah
kepentingan
gamblang, memiliki
terungkap
setiap akses
berpartisipasi,
warga yang
masyarakat sama
untuk
kepentingan
bersama
untuk
membangun
Perpustakaan
dengan
publik.
untuk
Salah satu fungsi perpustakaan
mereka
adalah fungsi informasional yaitu dalam
mendahulukan
penyediaan akses terhadap informasi
kemudian
terdorong
secara
penting
dan
mencapai
secara bebas, demokratisasi informasi,
konsensus mengenai arah masyarakat
dan
tersebut ke depan dan menemukan solusi
global. Informasi adalah inti dari ruang
bersama dalam memecahkan maasalah-
publik pada lembaga informasi atau
masalah yang mereka hadapi. Dari apa
perpustakaan (Webster, 2006). Dengan
yang dikemukakan di atas, kita bisa lihat
kemampuan perpustakaan menyediakan
bahwa
Habermas
informasi bagi perkembangan opini-opini
mengidealkan suatu ruang partisipatif
independen, secara abstrak perpustakaan
emansipatoris.
adalah ruang publik.
ruang
publik
konektifitas
Sebagai 2.2.
Perpustakaan
sebagai
Ruang
perpustakaan
terhadap
sebuah
informasi
ruang
berupa
fisik, gedung
perpustakaan adalah sebuah tempat di
Publik Dari konsep-konsep ruang publik
mana orang-orang bisa berkumpul untuk
Habermas di atas, konsep tersebut bisa
mengadakan
diaplikasikan
perpustakaan
diskusi, bedah buku, seminar, dan lain
mengingat perpustakaan adalah tempat
sebagainya. Sebelum mengikuti kegiatan-
unik, menarik, dalam hal relasi antara
kegiatan tersebut tentu para peserta
individu dan publik. Membaca adalah
diskusi akan membekali diri mereka
kegiatan
individual,
dengan informasi yang disediakan di
sedangkan perpustakaan adalah kegiatan
perpustakaan. Ketika kegiatan-kegiatan
kebudayaan yang bersifat publik. Dalam
tersebut dilaksanakan di perpustakaan,
gagasan
telah terjadi sebuah interaksi secara luas,
45
yang
pada
sangat
masyarakat
sebagai
entitas
ACARYA PUSTAKA Volume 1, No. 1, Juni 2015
kegiatan-kegiatan
seperti
Luh Putu Sri Ariyani
sehingga
secara
Perpustakaan Sebagai Ruang Publik (perspektif Habermasian)
fisik
perpustakaan
disebut sebagai ruang publik.
perpustakaan harus mampu memberikan kenyamanan bagi penggunanya.
Cossette (2009) menyatakan bahwa
Dalam perspektif ruang publik,
perpustakaan adalah penyedia informasi
perpustakaan harus bersifat demokratis
yang bersifat netral atau tidak memihak
sehingga perpustakaan terbuka bagi siapa
suatu
individu.
saja
informasi
informasi yang dimilikinya, baik orang
kelompok
Perpustakaan
atau
menyediakan
yang
hendak
bagi semua warga tanpa memandang
miskin,
status
perpustakaan
mahasiswa, dan lain-lain. Perpustakaan
adalah lembaga yang mendukung ide
harus bisa menerima dan merespon
demokrasi. British Library memberikan
masukan
ide yang hampir sama dengan Cossette
sehingga perpustakaan bisa memenuhi
yaitu pengertian perpustakaan sebagai
kebutuhan
tempat
Perpustakaan
sosial
sehingga
mengumpulkan
mengorganisasi
dan
informasi;
tempat
kaya,
memanfaatkan
pejabat,
dan
mengikuti
kritik
pedagang,
dari
pengguna
pengguna/masyarakat. juga
harus
perkembangan
mampu teknologi
menciptakan akses agar pengetahuan
informasi agar masyarakat pengguna
menjadi
tetap
lebih
demokratis,
dan
bisa
menjadikan
menyimpan ide-ide yang terekam untuk
sebagai
generasi mendatang. Kegiatan-kegiatan
mampu
yang dilakukan perpustakaan meliputi
informasi
pengadaan, pengolahan, pelestarian dan
mempertahankan
pelayanan
daya
perpustakaan, perpustakaan harus selalu
informasi. Kegiatan ini dilakukan untuk
introspeksi agar mampu menjadi tempat
memudahkan
perpustakaan
yang diidamkan oleh masyarakat serta
dalam mengakses informasi sehingga
tidak lupa melakukan promosi yang
perpustakaan
mengajak masyarakat gemar membaca.
berbagai
sumber
pengguna
sebagai
tempat
belajar
seumur hidup bisa terwujud. Kegiatan belajar
di
perpustakaan
melibatkan
pengguna, koleksi perpustakaan, serta tempat membaca dan diskusi. Agar menjadi tempat belajar yang memadai, 46
ACARYA PUSTAKA Volume 1, No. 1, Juni 2015
ruang publik
perpustakaan karena
menyediakan pengguna. ruang
selalu
kebutuhan Untuk publik
Luh Putu Sri Ariyani
3.
Perpustakaan Sebagai Ruang Publik (perspektif Habermasian)
KESIMPULAN Perpustakaan
lembaga
Ruang publik Habermas adalah
penyedia informasi memiliki peranan
wahana di mana setiap kepentingan
yang sangat penting dalam perjalanan
terungkap secara gamblang, setiap warga
demokrasi.
merupakan
masyarakat memiliki akses yang sama
kunci bagi penyediaan akses kepada
untuk berpartisipasi, kemudian mereka
pengetahuan,
terdorong
untuk
kepada setiap warga secara setara satu
kepentingan
bersama
sama lain. Perpustakaan sebagai penyedia
konsensus mengenai arah masyarakat
informasi
yang
tersebut ke depan dan menemukan solusi
mendasarkan pluralisme atau keragaman
bersama dalam memecahkan maasalah-
sebagai
masalah yang mereka hadapi.
Perpustakaan
informasi
yang
landasan
Dengan seharusnya
sebagai
tidak
utama
demikian, menjamin
dan
ide-ide
biasa,
demokrasi. perpustakaan
Konsep
mendahulukan dan
perpustakaan
mencapai
dengan
tersediannya
konsep ruang publik memiliki kesamaan
keragaman pendapat, sehingga tidak satu
ciri, sehingga perpustakaan sebagai ruang
entitas pun dapat menyatakan dirinya
publik harus mampu mempertahankan
sebagai pemegang kebenaran sejati.
eksistensinya sebagai lembaga penyedia informasi yang bersifat demokratis.
47
ACARYA PUSTAKA Volume 1, No. 1, Juni 2015
Luh Putu Sri Ariyani
Perpustakaan Sebagai Ruang Publik (perspektif Habermasian)
DAFTAR PUSTAKA
Adian, Donny Gahral. 2011. Setelah Marxisme Sejumlah Teori Ideologi Kontemporer. Depok: Koekoesan. Asmini, Yuli. 2009. “Democracy and Library”: Sebuah Catatan diunduh pada http://isipii-librarian-indonesia.blogspot.com/2009/06/library-and-democracysebuah-catatan.html tanggal 11 Nopember 2011. Buschman, John. 2005. On Libraries and the Public Sphere. Diunduh melalui http://unllib.unl.edu/LPP/buschman.html pada tanggal 9 Nopember 2011. Fashri, F. 2007. Penyingkapan Kuasa Simbol Apropriasi Reflektif Pemikiran Pierre Bordieu. Yogyakarta: Juxtapose Hardiman, F. Budi. 2010. “Komersialisasi Ruang Publik menurut Hannah Arend dan Jurgen Habermas” dalam Ruang Publik Melacak “Partisipasi Demokratis” dari Polis sampai Cyberspace [F.Budi Hardiman, ed]. Yogyakarta: Kanisius. McCarthy, Thomas. 2006. Teori Kritis Jurgen habermas. [Penerjemah: Nurhadi]. Yogyakarta: Kreasi Wacana. McCook, Kathleen de la Pena. 2004. Sustaining the Public Sphere in Libraries. http://www.humanrightsproject.org/content.php?sec=essay&sub=sustaining diunduh pada tanggal 9 Nopember 2011. Mutahir, A. 2011. Intelektual Kolektif Pierre Bourdieu Sebuah Gerakan untuk Melawan Dominasi. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Ritzer, G. & Douglas J. Goodman. 2004. Teori Sosiologi Modern. [Penerjemah: Alimandan] Sumaryanto, Y. 2008. Ruang Publik Jurgen Habermas dan Tinjauan Atas Perpustakaan Umum Indonesia. (Tesis pada Jurusan Filsafat Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia tidak diterbitkan). Takwin, B. 2005. “Proyek Intelektual Pierre Bourdieu: Melacak Asal-usul Masyarakat, Melampaui Oposisi Biner dalam Ilmu Sosial”. Dalam Harker, R., Mahar, C. dan Wilkes, C. (ed.). (Habitus x Modal) + Ranah = Praktik Pengantar Paling Komprehensif kepada Pemikiran Pierre Bourdieu. [Penerjemah: P. Maizier]. Bandung: Jalasutra. 48
ACARYA PUSTAKA Volume 1, No. 1, Juni 2015
Luh Putu Sri Ariyani
Perpustakaan Sebagai Ruang Publik (perspektif Habermasian)
Webster, Frank. 2006. Theories of the Information Society third edition. New York: Routledge. Wibowo, A. Setyo. 2010. “Kepublikan dan Keprivatan di Dalam Polis Yunani” dalam Ruang Publik Melacak “Partisipasi Demokratis” dari Polis sampai Cyberspace [F.Budi Hardiman, ed]. Yogyakarta: Kanisius.
49
ACARYA PUSTAKA Volume 1, No. 1, Juni 2015