PERPUSTAKAAN MOBILE (M-LIBRARIES) Akhmad Syaikhu1) dan Zakiah Muhajan2) Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Jalan Ir. H. Juanda No. 20, Bogor 16122, Telp. (0251) 8321746, Faks. (0251) 8326561 E-mail:
[email protected]. 2) Balai Besar Penelitian Veteriner Jalan R.E. Martadinata No. 30, Bogor 16114, Telp. (0251) 8331048, 8334456, Faks. (0251) 8336425 E-mail:
[email protected] 1)
Diajukan: 6 Juli 2010; Diterima: 31 Agustus 2010
ABSTRAK Perpustakaan sebagai penyedia informasi seyogianya selalu mengikuti perkembangan mutakhir teknologi informasi dan komunikasi. Meningkatnya penggunaan telepon seluler oleh berbagai kalangan memunculkan tantangan bagi perpustakaan dan untuk memikirkan kembali cara menyampaikan jasa perpustakaan dan persoalan yang terkait dengan penggunaan alat portable untuk mengakses perpustakaan pada suatu tempat, waktu, dan cara yang dipilih pengguna. Wireless application protocol sebagai suatu teknologi layanan menjadi infrastruktur dalam mengembangkan mobile web sehingga pengguna dapat mengakses perpustakaan. Tulisan ini bertujuan untuk menyampaikan suatu tinjauan tentang perpustakaan mobile dengan harapan di masa depan perpustakaan dapat secara berkesinambungan menyajikan jasa terbaik dan termutakhir bagi pengguna.
ABSTRACT Mobile Library The library as an information provider should always follow the current development of information and communication technology. The increasing use of cellular telephone by users are likely to challenge the library to rethink the way it delivers its services to, and address the issues of users, who use portable devices to access the library from a place, time and manner of their choices. Wireless application protocol becomes an infrastructure to develop mobile web, in which user can obtain an access to the library. The purpose of this paper is to present an overview of mobile libraries/m-libraries in hope that in the future the library can continuously provide the best and the most current services to its users. Keywords: Mobile libraries, overview
PENDAHULUAN Komunikasi mobile telah hadir sejak pertengahan abad ke-20. Alat yang berbentuk pemancar radio dua arah
72
merupakan telepon mobile pertama dan resmi digunakan di Swedia pada tahun 1946. Namun, alat tersebut kurang efisien dan kurang praktis karena jangkauannya sangat terbatas. Pada tahun 1982, Motorola menemukan telepon seluler (ponsel) yang ringan dan mudah dipindahkan (portable). Pada awal tahun 1990, ponsel dianggap sebagai alat generasi kedua (2G) dan dapat digunakan dalam sistem telepon mobile. Jaringan digital telepon mobile digunakan di Amerika pada tahun 1990 dan di Eropa pada tahun berikutnya. Pada era 3G seperti sekarang ini, laptop dan alat bantu digital personal lainnya umumnya dilengkapi dengan wireless cards atau bluetooth interfaces yang memungkinkan pengguna mengakses internet dengan nyaman (Saravani 2010). Jumlah pengguna ponsel di seluruh dunia meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir (Bridges et al. (2010). International Telecommunication Union (ITU) melaporkan, penetrasi ponsel meningkat tajam dari 5% pada 10 tahun yang lalu menjadi 61% pada tahun 2008 (ITU 2009a). Menurut laporan Information Society Statistical Profiles 2009, pelanggan ponsel di Amerika bagian utara, tengah, dan selatan meningkat tajam pada lima tahun terakhir dari 300 juta pada tahun 2003 menjadi sekitar 750 juta pada tahun 2008 (ITU 2009b). Hal menarik yang perlu dicatat adalah banyak negara di luar Amerika dan Kanada yang tingkat penetrasi ponselnya melampaui kedua negara tersebut, seperti El Salvador, Venezuela, Guatemala, Panama, Afrika Selatan, Gabon, Armenia, Rusia, Malaysia, dan Thailand (ITU 2009b, c, d, e). Fenomena ini menunjukkan bahwa teknologi ponsel telah memungkinkan negara berkembang dan daerah terpencil melakukan lompatan tajam dalam menciptakan infrastruktur komunikasi dan transportasi. Upaya ini dimaksudkan agar pengguna mudah mengakses informasi dari satu tempat ke tempat lain secara cepat.
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 19, Nomor 2, 2010
Kantor Berita Indonesia ANTARA (2010) melaporkan bahwa berdasarkan data Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI), jumlah pengguna ponsel di Indonesia hingga Juni 2010 diperkirakan mencapai 180 juta pelanggan, atau 80% dari total penduduk Indonesia. Dengan pengguna ponsel sebanyak itu, pendapatan seluruh operator seluler menembus angka Rp100 triliun. Industri seluler terus tumbuh dengan investasi yang meningkat menjadi sekitar US$2 miliar per tahun dengan jumlah base transceiver station (BTS) lebih dari 100.000 unit. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa pengguna ponsel di Indonesia tumbuh dengan cepat, dan meliputi berbagai golongan usia atau kelompok pendapatan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, dari masyarakat kelas bawah hingga masyarakat kelas atas. Demikian pula teknologi ponsel berkembang pesat, yang ditunjukkan oleh beragam merek/tipe dan spesifikasinya. Para produsen ponsel terus berupaya memenuhi kebutuhan pengguna dengan menciptakan inovasi teknologi baru. Ponsel yang awalnya hanya digunakan sebagai alat komunikasi dengan teknologi sederhana, kini semakin canggih dengan hadirnya smart-phone, PDA, iPOD, dan Blackberry. Saat ini, pengguna ponsel tidak hanya dapat berkomunikasi, tetapi juga mengakses internet, chat, mengirim dan mengambil gambar, video call, dan lain sebagainya. Fenomena tersebut merupakan tantangan besar bagi perpustakaan. Sebagai institusi yang berperan mengumpulkan, mengolah, dan menyebarkan informasi, perpustakaan harus aktif dan inovatif dalam memberikan dan menciptakan layanan berbasis teknologi informasi (TI) kepada pengguna. Salah satunya adalah mempersiapkan perpustakaan agar dapat diakses pengguna dengan menggunakan ponsel. Istilah ini kemudian dikenal dengan perpustakaan mobile atau mobile library/m-library. Mills (2009) menyatakan masyarakat cenderung memaknai perpustakaan mobile sebagai sebuah mobil atau truk yang dirancang menjadi perpustakaan berjalan, atau istilah umum yang sudah dikenal yaitu perpustakaan keliling. Meningkatnya akses internet melalui PCs dan ponsel mendorong pengelola perpustakaan mencari terobosan dalam memberikan layanan yang dapat diakses dengan telepon mobile (bergerak, dapat berpindah-pindah) atau alat yang memiliki layar kecil. Dengan adanya layanan tersebut, pengguna dapat mengakses perpustakaan kapan dan di mana saja, semudah mengirim pesan tertulis untuk memesan tempat
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 19, Nomor 2, 2010
(reservasi) atau memberitahukan buku yang sudah habis masa pinjamnya; atau serumit seperti di ruang baca digital Perpustakaan Universitas Athabasca, yang memungkinkan pengguna mengakses buku elektronik (ebook) lengkap dan artikel jurnal melalui langganan keanggotaan perpustakaan dengan menggunakan alat mobile jenis apa pun. Menurut Needham dan Ally (2008), jasa perpustakaan seperti ini secara kolektif dikenal sebagai m-libraries. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang konsep perpustakaan mobile. Perpustakaan sebagai sumber informasi diharapkan dapat memberikan layanan terbaik, mutakhir, dan berkesinambungan kepada pengguna sehingga mendorong pustakawan untuk melakukan pengkajian, penelitian atau keperluan lain untuk melahirkan pemikiran dan inovasi yang bermanfaat bagi khalayak luas.
TEKNOLOGI INFORMASI DAN PERPUSTAKAAN MOBILE Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat dapat dilihat dari meningkatnya jumlah temuan baru di berbagai bidang. Media publikasi tercetak maupun elektronis dimanfaatkan untuk menyebarkan berbagai temuan tersebut. Kondisi ini akan bertambah kompleks karena perkembangan TI dalam segala aspek juga meningkat pesat. Saat ini, keberadaan TI telah mengubah perilaku pengguna dalam mencari dan memilih informasi yang mereka butuhkan. Pengguna membutuhkan kecepatan dan ketepatan akses informasi di mana dan kapan saja melalui perangkat TI yang mereka miliki. Ponsel dengan berbagai tipe dan spesifikasinya merupakan media yang saat ini banyak digunakan orang. Perpustakaan sebagai sumber informasi tentunya berkepentingan dengan hadirnya perangkat bergerak tersebut. Perpustakaan ditantang untuk mampu menyediakan informasi yang dapat diakses pengguna melalui ponsel karena menurut Murphy (2010), smart-phone, ponsel, dan teknologi mobile lainnya menjadi sesuatu yang umum dan pertama-tama digunakan orang saat mencari informasi. Perangkat mobile digunakan sebagai alat untuk kesiagaan informasi mutakhir maupun untuk penelusuran. Perpustakaan perlu mengantisipasi kondisi yang demikian antara lain dengan menyediakan layanan mobile web sehingga pengguna dapat mengakses informasi melalui ponsel. Greenall (2010) menegaskan bahwa
73
tidak ada alasan bagi perpustakaan untuk mengabaikan keberadaan ponsel jika pustakawan tanggap terhadap tuntutan pengguna. Tidak akan ada teknologi yang lebih relevan bagi perpustakaan selain yang saat ini digunakan pengguna.
PEMBUATAN MOBILE WEB Pembuatan mobile web perlu mempertimbangkan beberapa hal. Menurut Griggs et al. (2009), terdapat tiga pertimbangan penting dalam mengembangkan aplikasi suatu mobile web, yaitu: (1) konteks pengunjung mobile web; (2) tujuan pengunjung web mobile; dan (3) tugas yang mungkin dan tidak mungkin dilakukan oleh suatu mobile web. Murphy (2009) menambahkan, pertimbangan utama dalam mengembangkan mobile web yaitu lokasi untuk menempatkan sumber daya, platform yang pantas dan memungkinkan menjadi pusat perhatian, serta tempat perpustakaan memprioritaskan upaya penelusuran mobile. Griggs et al. (2009) dan Nielsen (2009) menyatakan ada empat hambatan utama dalam penggunaan perangkat mobile untuk mengakses berbagai aplikasinya. Pertama, layar yang kecil dengan resolusi yang terbatas. Hal ini akan menyebabkan terbatasnya pilihan penglihatan pengguna pada waktu tertentu, selain pengguna memerlukan memori yang bersifat jangka pendek untuk memahami suatu informasi online. Layar yang sempit juga akan membatasi kesempatan pengguna dalam membaca dokumen yang panjang atau mencari/menelusur informasi. Hal ini juga menyebabkan interaksi menjadi lebih sulit. Oleh karena itu, pengembang perangkat mobile perlu mempertimbangkan untuk mengurangi isi situs sesuai dengan ukuran layar yang kecil. Kedua, pengguna menjadi canggung atau sulit dalam mengetik/ memasukkan data. Menjadi sulit mengoperasikan GUI widgets tanpa mouse: menu, tombol, hypertext links dan scrolling membutuhkan waktu lama dan cenderung membuat kesalahan, walaupun perangkat mobile diaktifkan dengan sentuhan atau dimanipulasi dengan trackball kecil. Entri teks menjadi lambat dan sering terjadi salah ketik, meskipun pada alat yang telah dilengkapi dengan mini-keyboards. Ketiga, pengunduhan menjadi tertunda karena perpindahan halaman layar lebih lama daripada bila melakukannya lewat dialup, meskipun menggunakan fasilitas 3G yang lebih cepat. Keempat, situs yang didesain keliru karena situs web secara khusus dioptimalkan untuk kemampuan penggunaan desktop, sedangkan pustakawan tidak
74
mengikuti pedoman yang diperlukan agar mampu melakukan akses mobile. Dua masalah pertama merupakan masalah utama karena alat mobile tidak akan pernah menawarkan layar sebesar alat untuk meng-input, sebaik full-fledged PC. Masalah koneksi diharapkan akan berkurang di masa mendatang, meskipun memerlukan waktu bertahuntahun hingga koneksi mobile akan secepat kabel modem sederhana, bahkan secepat koneksi broadband melalui perbaikan wireline. Alat mobile tidak akan pernah sama dengan desktop. Oleh karena itu, diharapkan situs web dapat mendesain kembali kemampuan untuk penggunaan alat mobile yang lebih baik. Hal yang tidak kalah penting adalah kesiapan petugas perpustakaan atau pustakawan dalam menghadapi teknologi mobile web tersebut karena merekalah yang nantinya akan mengelola komunikasi data dengan pengguna dalam penyediaan dan pelayanan informasi. Murphy (2010) menjelaskan, sedikitnya terdapat lima hal yang perlu menjadi perhatian pustakawan, yaitu: •
•
•
•
Sebelum menetapkan sumber daya produk mobile, pustakawan perlu mempertimbangkan bagaimana menanggapi revolusi alat mobile, bereaksi terhadap upaya yang ditawarkan penjual (vendor), dan menyesuaikan keahlian mereka dengan alat mobile dalam pencarian informasi di perpustakaan. Dalam hal ini termasuk pula mengikuti kemutakhiran teknologi mobile dan membiasakan diri dengan penelusuran menggunakan alat mobile. Pustakawan akan mampu mengelola pergeseran penelusuran melalui alat mobile dengan meningkatkan kemampuan literasi mobile yang dibutuhkan untuk mengembangan diri sendiri maupun membimbing pengguna dengan menetapkan proses baru dalam mengelola akses ke sumber informasi alat mobile. Pustakawan yang menerapkan sepenuhnya budaya mobile ke dalam pekerjaan mereka perlu mengubah cara melakukan penelusuran dengan mengurangi penekanan pada penggunaan Boolean dalam proses penelusuran bila alat mobile tidak memfasilitasinya serta merampingkan koneksi ke dan dalam sumber daya mobile dan portal. Pustakawan akan menghadapi teknik dan manajemen yang unik dalam mengimplementasikan sumber daya mobile dan memfasilitasi koneksi antara sumber daya mobile dan pengguna, termasuk cara baru untuk mengelola akses, verifikasi, pemasaran, penyediaan dukungan teknis, pengoptimalan portal dan halaman untuk alat mobile, termasuk sumber daya vendor
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 19, Nomor 2, 2010
•
mobile dan yang terkait dengan mobile ke dalam alat penelusuran dan panduan. Pustakawan perlu mempertimbangkan pengalaman penelusuran dengan alat mobile dalam setiap tahapan pekerjaan di perpustakaan, mulai dari pembelian bahan pustaka hingga penyediaan akses dan pengembangan platform lokal. Hal ini berarti pustakawan menyambut baik dan memasuki budaya mobile dalam pengelolaan perpustakaan sesuai dengan kebutuhan informasi pengguna mobile.
Berbagai pertimbangan tersebut bertujuan agar penyediaan layanan mobile web dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan pengguna. Apalagi dengan adanya beragam tipe, spesifikasi, dan platform menyebabkan pengembangan situs mobile web yang dapat diterima berbagai perangkat tersebut akan mengalami kesulitan. Untuk itu, mobile web best practices (MWBP) telah mendefinisikan suatu default delivery context (DDC) sebagai acuan dalam pembuatan mobile web (Griggs et al. 2009) (Tabel 1). Menurut Griggs et al. (2009) terdapat tiga teknik adaptasi yang dapat mengaktifkan mobile web agar dapat bekerja secara optimal pada berbagai perangkat sesuai dengan kemampuannya. Masing-masing teknik memiliki kelebihan dan kekurangan serta bergantung pada tingkat keahlian pengguna, mulai dari yang sederhana hingga mahir. Ketiga teknik adaptasi tersebut adalah: (1) mendeteksi alat dan penghubung (link) ke file CSS yang tepat; (2) mendeteksi alat dan mengarahkan kembali ke halaman versi ganda; dan (3) secara otomatis menghasilkan (auto-generate) alat spesifik dari halaman yang sama. Dalam mendesain mobile web pada
layar yang kecil seperti pada ponsel, MWBP dan iPhone, Human Interface Guidelines mengeluarkan 10 rekomendasi yang harus diperhatikan seperti disajikan pada Tabel 2 (Griggs et al. 2009). Tips and triks lain dalam mendesain mobile web dapat menggunakan metode lain untuk memastikan bahwa halaman dapat dilihat pada perangkat mobile (Tin et al. 2008), yaitu: (1) menghindari menggunakan markup lebar, terutama untuk blok HTML; (2) memastikan tata letak bersifat fluid/liquid dan reflowable agar terlihat pada ukuran layar yang berbeda; (3) menghilangkan penggunaan tabel untuk keperluan tata letak; (4) menghindari penggunaan gambar untuk konten teks dan tombol tautan; (5) menghindari penggunaan frame. Metode ini dapat membantu memastikan bahwa halaman yang dapat dilihat pada setiap perangkat mobile dan perubahan halaman sesuai dengan ukuran layar yang berbeda. Fitur penting lainnya digunakan untuk menggabungkan auto-deteksi sehingga halaman dapat diakses oleh perangkat selanjutnya perangkat tersebut akan dideteksi dan konten yang sesuai perangkat dapat dikirimkan (Gambar 1).
ARSITEKTUR MOBILE WEB Aplikasi wireless application protocol (WAP) digunakan untuk mempermudah dan memperluas pengguna dalam mengakses perpustakaan mobile web dari ponsel. WAP adalah suatu protokol atau teknik pelayanan pesan yang memungkinkan ponsel digital atau mobile terminal yang mempunyai fasilitas WAP dapat melihat atau membaca isi suatu situs di internet dalam format teks khusus. Situs
Tabel 1. Default Delivery Context (DDC) sebagai acuan dalam pembuatan mobile web. Aspek
Persyaratan
Lebar layar Dukungan bahasa markup
Minimum 120 piksel XHTML Basic 1.1 (XHTML-Basic) yang disampaikan dengan jenis aplikasi/xhtml+xml UTF-8 jUTF-81 JPEG, GIF 89a 20 kilobytes Minimum 256 warna CSS Level 1(jCSS) ditambah CSS Level 2 (jCSS21) @media rule bersama media dengan seluruh tipe media (lihat tipe media CSS 2) HTTP/1.0 (IHTTP1.01) atau yang terbaru (fHTTP1.1) tidak ada dukungan pada program client side scripting
Karakter encoding Dukungan format gambar Berat total halaman maksimum Warna Dukungan style sheet untuk tampilan dan format Http Skrip Sumber: Griggs et al. (2009).
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 19, Nomor 2, 2010
75
Tabel 2. Sepuluh rekomendasi dalam pembuatan mobile web. Aspek
Keterangan
Hierarki
Menggunakan metode penelusuran (drill down) dan header untuk memecah secara tegas informasi ke dalam gugus-gugus Meletakkan isi yang paling banyak digunakan pada bagian atas dan yang kurang banyak digunakan pada bagian bawah Menghindarkan pengguna mengklik lebih dari dua kali untuk mendapatkan isi Memastikan dan menampilkan setiap tautan dalam navigasi ke nomor yang ada dalam buku telepon (phone pad), tanpa melebihi batas yang ditentukan Memastikan tautan mengarah ke situs ikon deskriptif non-mobile Membuat nomor telepon terhubung ke dalam tautan yang dapat melakukan panggilan otomatis Meminimalkan scrolling pada halaman navigasi Memastikan setiap navigasi bertaut pada suatu ikon dan hanya menggunakan ikon yang menggambarkan isi Menempatkan navigasi yang paling banyak digunakan pada bagian atas flip Memasukkan navigasi dasar (home and back) pada bagian atas setiap halaman dan diletakkan dalam satu baris Memasukkan navigasi sekunder (tautan) pada bagian bawah halaman Menyertakan tautan ke situs web penuh Menyertakan tautan ke halaman "tentang" (about) dan halaman umpan balik (feed back) Menjaga agar halaman judul dan tautan navigasi tidak lebih dari 15 karakter Membuat URLs yang pendek dan mudah diketik Meminimalkan pengetikan karakter-karakter non-alfanumerik, seperti -, _, & Isi beban depan (frontload) menarik perhatian Memastikan subjek permasalahan suatu halaman diletakkan di bagian atas Menyeimbangankan pagination dan scrolling Tidak menggunakan frame atau tabel Tidak menggunakan ukuran piksel atau satuan absolut Tidak bergantung pada dukungan font-related styling atau stylesheets untuk mengorganisasi isi Menggunakan drop down, tombol radio atau kotak centang daripada bidang teks untuk meminimalkan pengetikan Menjaga jumlah penekanan tombol seminimum mungkin Menyediakan prapemilihan default values jika memungkinkan Memberikan nama seluruh bentuk kontrak secara tepat dan eksplisit; penamaan diasosiasikan dengan bentuk kontrol Merencanakan logo yang dapat bekerja dengan baik pada beberapa ukuran layar Menggunakan versi pared down dari skema/rencana pewarnaan Menjaga gambar seminimum mungkin dan dikompres agar ukurannya kecil Tidak menggunakan grafis untuk spasi Gambar isi maksimum 80% dari lebar layar Dibuat dua desain, satu untuk ponsel dengan pengaktifan web dan satu untuk smart-phone Satu desain harus menargetkan 176 x 220 dan dapat turun agar sesuai pada 128 x 160 Desain lain harus menargetkan 320 x 480
Tautan (links)
Navigasi
Informasi catatan kaki Judul halaman, tautan navigasi dan URLs Halaman isi
Tata letak halaman
Bentuk
Gambar dan warna
Ukuran layar
Sumber: Griggs et al. (2009).
internet ini harus merupakan situs dengan fasilitas WAP (Wikipedia 2010). WAP merupakan spesifikasi terbuka yang dirancang untuk memungkinkan pengguna wireless mobile mengakses dan berinteraksi secara mudah dengan informasi dan layanan langsung. WAP dirancang untuk perangkat digital genggam tanpa kabel, seperti ponsel,
76
pager, radio dua arah, smart-phone, dan komunikator lainnya. WAP bekerja melalui jaringan tanpa kabel dan dapat dibangun pada sistem operasi, seperti PalmOS, Windows CE, dan JavaOS. WAP dapat dibangun pada world wide web programming (www) dengan beberapa perangkat tambahan seperti ditunjukkan pada Gambar 2 (Shimonski 2002).
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 19, Nomor 2, 2010
Pengguna
Muatan/isi
s Respon
Permintaan
s s Tampilan normal
Permintaan
s
Tampilan proxy
Tampilan mobile
s
Adaptor
s
Muatan yang sudah disesuaikan
s
Perangkat mobile
PC/Laptop Perangkat
Perangkat detektor
Pengguna/pelanggan
Server situs
Gambar 1. Pendeteksi otomatis dan proses format ulang (Tin et al. 2008).
Permintaan (URL)
s
WAP penjelajah mikro
HTTP server Muatan
s
Respon (isi)
Dorongan inisiator
s
Dorongan (muatan)
Gambar 2. Model arsitektur WAP 2.0 (Shimonski 2002).
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 19, Nomor 2, 2010
77
WAP browser untuk alat tanpa kabel analog dengan browser www standar pada komputer. WAP URLs juga sama dengan pada jaringan tradisional dan digunakan untuk mengidentifikasi sumber daya lokal dalam WAP untuk mengaktifkan klien. Spesifikasi WAP menambahkan dua perangkat tambahan penting dengan model pemrograman di atas: push and telephony support (wireless telephony application-WTA). WAP juga menyediakan proxy server seperti halnya server dalam menyediakan fungsi seperti dukungan public key infrastructure, profil pengguna, dan provisioning. Kelebihan WAP adalah menggunakan jaringan tanpa kabel (radio) dan user interface-nya menggunakan mobile device sebagai terminal data sehingga mobilitasnya tinggi (dapat digunakan dalam keadaan bergerak). Kelemahannya antara lain adalah karena menggunakan alat mobile maka kapasitas memorinya kecil dan ukuran layarnya pun kecil.
FASILITAS PERPUSTAKAAN MOBILE WEB Perpustakaan mobile web dipersiapkan untuk membawa pengunjung pada layanan baru dalam penyediaan informasi. Perpustakaan ini memanfaatkan teknologi yang sedang banyak digunakan pengguna, seperti ponsel dan iPod, sehingga layanan yang diberikan tidak mengganggu kenyamanan mereka. Menurut Kroski (2008), fasilitas layanan yang dapat diberikan oleh perpustakaan melalui mobile web antara lain adalah situs perpustakaan mobile dan mobile OPACs (MOPACs), koleksi mobile, petunjuk perpustakaan mobile, pangkalan data mobile, mobile audio tours, layanan penyampaian pesan, layanan rujukan mobile, dan sirkulasi perpustakaan mobile.
Situs Perpustakaan Mobile and MOPACs MOPACs merupakan fasilitas layanan perpustakaan bagi pengguna dalam mencari katalog perpustakaan, informasi pameran portable, panduan subjek, jurnal elektronik, jam perpustakaan, koleksi perpustakaan, layanan peminjaman antarperpustakaan (inter library loan), layanan sirkulasi/ peminjaman buku dan lain sebagainya, yang semuanya diformat untuk layar kecil.
jauh dengan mengaktifkan koleksi tersebut melalui gadget masing-masing.
Petunjuk/Aturan Perpustakaan Mobile Pengguna perpustakaan yang tidak memiliki waktu atau keinginan untuk menghadiri lokakarya masih dapat memperoleh hasil maksimal dari sumber daya perpustakaan dengan mengakses kelas dan tutorial pada perangkat mobile mereka. Perpustakaan mendistribusikan pengetahuan dan keahlian tentang sistem perpustakaan dan bahan-bahan melalui file MP3 dan video. Selanjutnya, pengguna dapat mengunduh/menyalin informasi tersebut. Pangkalan Data Mobile Mobile web menyediakan berbagai pangkalan data untuk dapat diakses pengguna. Kutipan ilmiah dari suatu artikel dapat langsung dihubungkan dengan aplikasi manajemen EndNote untuk pemilik Pocket PC dengan rilis X1.0.1, pangkalan data berita, pangkalan data Westlaw untuk penelitian hukum. Pengguna juga dapat mengakses informasi perusahaan secara rinci melalui Hoover’s Mobile, serta memungkinkan mahasiswa kedokteran melakukan penelitian jarak jauh melalui PubMed. Mobile Audio Tours Perpustakaan dapat menyediakan layanan mobile audio tour yang lebih nyaman bagi pengguna yang sibuk dengan menawarkan tour self-service audio dengan perangkat genggamnya. Perpustakaan juga dapat menawarkan wisata mobile, dengan mengenalkan koleksi, jasa, dan bangunan perpustakaan. Layanan perpustakaan yang unik ini memungkinkan pengunjung perpustakaan membuat panggilan ke nomor bebas pulsa pada ponsel mereka untuk mengakses tur perpustakaan. Pengguna dapat menentukan sendiri minat mereka terhadap sesuatu yang ditawarkan perpustakaan, mempelajarinya dan memilikinya sesuai dengan cara masing-masing serta memberikan komentar atau umpan balik bagi perpustakaan. Layanan Penyampaian Pesan
Koleksi Mobile Layanan perpustakaan melalui mobile web menawarkan koleksi digital yang dapat diakses pengguna dari jarak
78
Bagi pengguna ponsel yang sibuk, layanan penyampaian pesan menawarkan informasi berupa pengumuman, berita cepat, pengingat peristiwa penting, atau informasi lain
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 19, Nomor 2, 2010
sesuai yang diminta pengguna. Perpustakaan menawarkan berbagai kemudahan ini sebagai layanan tambahan kepada pengguna.
Layanan Rujukan Mobile Layanan rujukan di perpustakaan saat ini menjadi semakin virtual dan sangat membantu peneliti yang bekerja dari jarak jauh. Teknologi seperti pesan instan, e-mail, dan pesan teks SMS memungkinkan perpustakaan dapat mempertahankan fungsinya sebagai pusat informasi dengan menawarkan layanan yang nyaman untuk pengguna yang sibuk.
Sirkulasi Perpustakaan Mobile Tidak semua perangkat mobile baru untuk perpustakaan melibatkan interaksi patron langsung. Pengguna dapat melakukan transaksi peminjaman dan perpanjangan koleksi perpustakaan tanpa harus bertemu langsung dengan petugas perpustakaan.
KESIMPULAN Perkembangan teknologi telepon seluler baik dari sisi pengguna maupun teknologinya merupakan peluang dan tantangan bagi perpustakaan dalam memberikan layanan dan menyediakan informasi kepada pengguna. Teknologi informasi telah banyak membawa perubahan dalam pengelolaan informasi dan dapat menjadi alat untuk mengembangkan perpustakaan mobile web yang handal dan nyaman bagi pengguna. Pembangunan mobile web perlu direncanakan secara cermat oleh pustakawan/petugas perpustakaan maupun manajer perpustakaan. Pemilihan teknologi, identifikasi pengguna, informasi yang akan ditampilkan, dan kesiapan infrastruktur perlu dipersiapkan dengan matang. Melalui upaya ini diharapkan berbagai fasilitas layanan yang diberikan melalui perpustakaan mobile menjadi investasi yang berdaya guna bagi pengguna. Di masa yang akan datang, perpustakaan sebagai penyedia layanan informasi diharapkan dapat memberikan layanan terbaik, mutakhir, dan berkesinambungan untuk mendukung pengkajian, penelitian atau keperluan lain dalam upaya melahirkan pemikiran dan inovasi yang bermanfaat bagi khalayak luas.
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 19, Nomor 2, 2010
DAFTAR PUSTAKA Bridges, L.M., H.G. Rempel, and K. Griggs. 2010. Reference services review: Making case for a fully mobile library website: From floor maps to the catalog. Ref. Services Rev. 38(2): 309-320. Greenall, R.T. 2010. Mobiles in libraries. Online J. Mar/Apr 34(2): 16-19. Griggs, K., L.M. Bridges, and H.G. Rempel. 2009. Library/mobile: Tips on designing and developing mobile web sites. Code4lib J. 8: 11-23. ITU (International Telecommunication Union). 2009a. Measuring the information society: The ICT Development Index. http:/ /www.itu.int/ITU-D/ict/publications/idi/2009/material/ IDI2009_w5.pdf. [1 December 2009]. ITU (International Telecommunication Union. 2009b. Information society statistical profiles 2009: America. http://itu.int/ dms_pub/itu-d/opb/ind/D-IND-RPM.AM-2009-E09— PDF-E.pdf [1 December 2009]. ITU (International Telecommunication Union). 2009c. Information society statistical profiles 2009: Africa. http://www.itu.int/ dsm_pub/itu-d/opb/ind/IND-RPM.AF-2009-PDF-E.pdf. [1 December 2009]. ITU (International Telecommunication Union). 2009d. Information society statistical profiles 2009: Asia and Pacific. http:// www.itu.int/dms_pub/opb/ind/D-IND-RPM.AP-2009-RIPDF-E.pdf. [1 December 2009]. ITU (International Telecommunication Union). 2009e. Information society statistical profiles 2009:Commonwealth Independent States. http://www.itu.int/dms_pub/itu-d/opb/ind/D-INDRPM.CIS-2009-PDF-E.pdf. [1 December 2009]. Kantor Berita Indonesia ANTARA. 2010. Pengguna ponsel Indonesia akan capai 80 persen. http://www.antaranews.com/ berita/1279093421/pengguna-ponsel indonesia-akan-capai80-persen [5 Juli 2010]. Kroski, E. 2008. Library mobile initiatives. Libr. Tech. Report, July: 33-38. Mills, K. 2009. M-libraries: Information use on the move: A Report from Arcadia Programme. University of Cambridge. Murphy, J. 2010. Using mobile device for research smartphones, database, and libraries. Online J. May/Jun: 14-18. Needham, G. and M. Ally. 2008. M-libraries: Libraries on the move to provide virtual access. London: Facet. Nielsen, J. 2009. Mobile usability. http://www.useit.com/alertbox/ mobile-usability.html. [5 Juli 2010]. R.J. Shimonski. 2002. Wireless Security Primer 101. Wireless security.com http://www.wirelesssecurity.com/articles/ wireless_security_primer_101.html. [8 April 2010]. Saravani, S.J. 2010. Standard informing design of library service delivery to mobile device and nomadic learners. http:// www.vala.org.au/vala 2010/papers2010/VALA2010 39 saravani final.pdf. [9 Agustus 2010]. Tony Tin, H. Sheikh, and C. Elliott. 2008. Designing and Developing e-learning Content for Adobile Platform: A Collaboration between Athabasca University and the Open University. M. Libraries: Libraries on the Move to Provide Virtual Access. G. Needham G. (Ed.) and A. Mohamed. London: Facet Publishing. p. 174-183. Wikipedia. 2010. Wireless application protocol. http://id.wild dia. or wikthnreless A licatio Protocol [5 Juli 2010].
79
Contoh tampilan perpustakan mobile web.
80
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 19, Nomor 2, 2010