I Wayan Wahyu Wira Udytama, S.H., M.H. Perlindungan…
85
.
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP EKSISTENSI LAYANG -LAYANG TRADISIONAL BALI SEBAGAI PENGUATAN PARIWISATA BUDAYA Oleh : I Wayan Wahyu Wira Udytama, S.H., M.H. Dosen Fakultas Hukum Universitas Mahasaraswati Denpasar
Abstract The soul of Bali tourism is cultural tourism, where one aspect of culture that became a tourist attraction in Bali is a traditional Balinese Kite. This research aims to find out how the protection of traditional Balinese kites as strengthening the Bali culture associated with cultural tourism. The author takes the method in writing in the form of the empirical method, which method to use facts as a major analysis by linking the law who live in the community and using descriptive analytical approach. The results of this paper is the existence of the protection of traditional Balinese kites only to the extent of organizing events conducted between local government and traditional Balinese kites Sekehe, Pakraman own sheltered by giving space to young people to work in traditional Balinese kites. Keywords : Legal Protection, Cultural, Traditional Balinese Kites. Abstrak Jiwa pariwisata Bali adalah Pariwisata Budaya, dimana salah satu aspek budaya yang menjadi atraksi wisata di Bali adalah Layang layang tradisional Bali. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perlindungan kepada layang layang tradisional Bali sebagai penguatan Budaya Bali yang berhubungan dengan pariwisata budaya. Penulis mengambil metode dalam penulisan berupa metode empiris, dimana metode yang menggunakan fakta fakta sebagai bahan analisis utama dengan mengkaitkan hukum yang hidup dalam masyarakat serta menggunakan pendekatan Deskriptif analitis. Hasil penulisan ini adalah Perlindungan eksistensi layang layang tradisional Bali hanya sebatas penyelenggaraan event yang dilakukan antara pemerintah daerah dengan sekehe layang layang tradisional bali, Desa Pakraman sendiri melindungi dengan cara memberikan ruang kepada generasi muda untuk berkarya layang layang tradisional Bali. Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Budaya, Layang Layang Tradisional Bali.
I Wayan Wahyu Wira Udytama, S.H., M.H. Perlindungan… .
A. PENDAHULUAN 1.
Nyepi. Ada pula budaya Omed Omedan
Latar Belakang Bali merupakan pulau terkenal di
Indonesia dan menjadi tujuan utama Pariwisata di Indonesia, bahkan lebih dikenal
dibanding
Indonesia
sendiri.
Dengan luas wilayah hanya 5.561 km2, atau 0,3 persen dari keseluruhan luas Negara Kesatuan Republik Indonesia, jadi dapat dikatakan Bali merupakan salah satu
provinsi
terkecil
di
Indonesia.
Peradaban mencatat bahwa Bali memiliki
yang hanya dilaksanakan hanya di Desa Pakraman
yang istimewa tentang alam, sejarah, legenda,
agama,
seni,
arsitektur dan manusianya itu sendiri1. Pariwisata di Bali bernafaskan nilai
nilai
mengakar
budaya dalam
bali
yang
masyarakat
telah Bali2.
Banyak budaya bali yang menjadi daya tarik pariwisata, contoh nyata budaya sebagai daya tarik pariwisata di Bali tampak dari kegiatan kegiatan yang telah dilakukan di Bali, seperti misalnya Pawai Ogoh Ogoh yang dilaksanakan satu tahun sekali, yaitu pada malam pengerupukan atau malam satu hari sebelum hari raya
Sesetan
Denpasar
selatan,
Budaya perang pandan yang dilakukan di Desa Pakraman Tenganan Pegringsingan, Budaya Megibung yang lumrah dilakukan oleh
masyarakat
di
Kabupaten
Karangasem dan Budaya Melayangan yang dilakukan oleh Pemuda di Bali pada Khususnya dan masyarakat Bali pada Umumnya. Budaya
mikrokosmos yang luar biasa, epitom
kesusasteraan,
86
Melayangan
pada
masyarakat Bali bermula dari sebuah permainan
masyarakat
sederhana,
Tradisi
terjadi
secara
yang
Melayangan
turun
temurun
sangat telah yang
diwariskan oleh masyarakat Bali. Layanglayang dan juga tradisi Melayangan sangat erat kaitannya dengan cerita rare angon3, Dipercaya bahwa Dewa Siwa dalam manivestasinya sebagai Rare angon merupakan Dewa Layang-layang. Pada musim layangan atau setelah panen di sawah Rare angon turun ke Bumi diiringi dngen tiupan deruling bertanda untuk memanggil sang angin. Rare Angon berarti anak gembala,
1
http://www.wacananusantara.org/menge nal-budaya-bali-lebih-dekat/diakses pada 18 Maret 2016. 2 Ketut Arnaya, Bali Jadi Pusat Hindu Dunia, Antara Tantangan Dan Harapan,http://www.worldhinduparisad.org/ind/? p=561, diakses pada 18 Maret 2016.
setelah musim panen para prtani terutama anak
gembala 3
mempunyai
waktu
Putu Yogi Asmara jaya, Layang Layang Tradisi Budaya Bali “Rare Angon Sejati (R.A.S)”, Jurnal Pariwisata Budaya Dan Agama Fakultas DharmaDuta IHDN Denpasar, hal. 1.
I Wayan Wahyu Wira Udytama, S.H., M.H. Perlindungan…
87
.
senggang yang mereka gunakan untuk
ritual yang menyertainya. sampai saat ini,
senang-senang.
Masyarakat Bali mengenal dua jenis
Sambil
menjaga
ternaknya salah satu permainan yang
layang-layang
sering mereka lakukan adalah bermain
Tradisional dan Layang-layang Kreasi
Layang-layang4.
baru. Selain layang-layang tradisional dan
Bagi Masyarakat Bali layanglayang mempunyai nilai kesungguhan yang menonjol dan bukan sebagai benda kosong tanpa nilai, Masyarakat Bali percaya
bahwa
Layang-layang
yaitu
Layang-layang
kreasi masyarakat juga mengenal Layanglayang aduan. Layang-layang Tradisional merupakan layang-layang yang sudah mentradisi di Masyarakat Bali. Untuk sebuah
layang-layang
yang
akan
diikiutkan dalam sebuah festival, Dalam
mempunyai badan, Tulang dan Roh. Salah
proses
satu event yang diadakan rutin setiap
melibatkan hampir semua Masyarakat
tahun dan sangat antusias diikiuti oleh
dalam sebuah Banjar.
pembuatannya
masyarakat Bali adalah Festival Layang-
biasanya
Bentuk layang-layang Tradisional telah dikenal sejak jaman dulu mulai dari
layang. bali
bentuk yang paling sederhana sampai
pertama kali dilakukan pada tahun 1979
ahirnya berkembang seperti sekarang.
bertempat di Subak Tanjung Bungkak
Kerangka layang-layang yang terbuat dari
Denpasar. Setelah hampir seperempat
bambu yang dihaluskan serta kain yang
Abad
masih
digunakan sebagai penutup sangat warna-
mendapat sambutan yang luar biasa dari
warni, secara umum warna yang sering
masyarakat5. Festival Layang layang yang
dijumpai adalah warna Hitam, Merah dan
dilakukan di Bali terbukti sebagai daya
Putih. layang-layang Be-bean, Pecukan
tarik pariwisata yang besar baik untuk
dan
wisatawan
Layang-layang Tradisional Bali yang
Festival
festival
Layang-layang
Layang-layang
lokal
Indonesia
maupun
janggan
merupakan
tiga
jenis
sudah sangat dikenal. Daya tarik budaya
wisatawan asing. Layang-layang masyarakat Bali
layang
layang
di
Bali,
tidak
bisa
sangat dikagumi diluar Negeri Selain
dilepaskan dari kepercayaan masyarakat
karena
Bali bahwa dalam layang layang hasil
bentuknya
yang
khas,layang-
layang Bali juga dikenal dengan proses
kreatifitas bersemayam
4
http://bengkelredaksi.blogspot.co.id/20 13/01/layang-layang-bali_190.html, diakses pada 18 Maret 2016. 5 http://supringacir.blogspot.co.id/2012/0 2/tradisi-unik-layang-layang-bali.html, diakses pada 18 Maret 2016.
masyarakat kekuatan
bali lain
tersebut diluar
kekuatan manusia, atau yang dikenal dalam masyarakat Bali dikenal dengan nama.Taksu.
I Wayan Wahyu Wira Udytama, S.H., M.H. Perlindungan…
Taksu melayangan pada masyarakat Bali
.
Berdasarkan
Peraturan
88 tersebut
berlangsung secara turun temurun dan
maka di Bali sudah tercover perlindungan
mendarah daging dalam jiwa pemuda
mengenai Pariwisata Budaya Bali dengan
pada masyarakat Bali, berlangsung secara
ketentuan sebagaimana yang diisyaratkan
turun
dilaksanakan
dalam Perda Provinsi Bali Nomor 2 tahun
berdasarkan kepercayaan serta kebiasaan
2012. Desa Pakraman memiliki andil
yang ada dalam masyarakat Bali.
yang besar dalam upaya pelestarian
temurun
dan
Hubungan budaya melayangan di
pariwisata budaya di Bali, hal tersebut
denganperkembangan
pariwisata
tersurat dalam ketentuan Pasal 25 Perda
budaya di Bali adalah sebagai daya tarik
Provinsi Bali Nomor 2 tahun 2012 yang
wisata yang bertitik tolak dari budaya
menyatakan
lokal kemasyarakatan di Bali, Di Bali
dan/atau lembaga tradisional lainya, dapat
pariwisata
dengan
bekerja sama dengan pemerintah daerah
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2
melakukan usaha-usaha untuk mencegah
Tahun
Kepariwisataan
aktivitas kepariwisataan yang tidak sesuai
Budaya Bali, dalam Peraturan tersebut
dengan kepariwisataan budaya Bali, pada
Kepariwisataan
adalah
Pasal 26 ayat (2) menguatkan fungsi Desa
kepariwisataan Bali yang berlandaskan
Pakraman dalam menjaga kepariwisataan
kepada Kebudayaan Bali yang dijiwai
Bali yang sesuai dengan kearifan lokal
oleh ajaran Agama Hindu dan falsafah Tri
atau potensi lokal yang bersumber dari
Hita
desa pakraman setempat, dalam Pasal
Bali
budaya
2012
Karana
dengan
diatur
tentang
Budaya
sebagai
menggunakan
Bali
potensi
utama
kepariwisataan
tersebut
bahwa
Desa
menyatakan
bahwa
pakraman
terwujud hubungan timbal-balik yang
mempunyai hak untuk mengembangkan
dinamis
wisata pedesaan sesuai dengan potensi
kepariwisataan
dan
kebudayaan yang membuat keduanya berkembang secara sinergis, harmonis dan
lembaga
Desa
sebagai wahana aktualisasinya, sehingga
antara
dan
Pakraman
tradisional
setempat. Penulis
menilai
berkelanjutan untuk dapat memberikan
pemngkajian
kesejahteraan
masyarakat,
Layang layang Tradisional Bali sebagai
kelestarian budaya dan lingkungan sesuai
upaya Penguatan Pariwisata Budaya Bali
dengan ketentuan pada Pasal 1 ayat (14)
sangat menarik, karena Pariwisata di Bali
Perda Provinsi Bali Nomor 2 tahun 2012.
sendiri sebagian besar diwarnai dengan
kepada
tentang
bahwa Perlindungan
nafas Budaya, salah satu aspek budaya
I Wayan Wahyu Wira Udytama, S.H., M.H. Perlindungan…
89
.
melalui perlindungan layang layang di
atau pejabat yang berwenang. Selain itu
bali agar tetap eksis dan tetap dikenal baik
konsep ini juga memandang hukum
untuk generasi penerus di Bali.
sebagai sistem normatif yang bersifat otonom, tertutup namun tidak terlepas
2.
Rumusan Masalah
dari
Berdasarkan Latar belakang diatas
kehidupan
masyarakat.6
mempertimbangkan
penemuan
maka penulis menganggap menarik untuk
hukum
membahas hal hal sebagai berikut terkait
indikator
dengan perlindungan hukum terhadap
Namun keistimewaan dalam penulisan ini
eksistensi layang layang tradisional Bali.
pendekatan yang digunakan tidak semata
a.
perlindungan
mata hukum demi hukum melainkan
terhadap eksistensi layang layang
hukum untuk masyarakat, khususnya
tradisional Bali ?
hukum untuk masyarakat hukum adat
Bagaimana upaya yang dilakukan
bali.
b.
Bagaimana
oleh
bentuk
Desa
Pakraman
untuk
dalam
aspek
Serta
dalam
masyarakat
sebagai
empirisme
hukum.
Spesifikasi
penulisan
ini
melindungi laying-layang tradisional
menggunakan tipe Deskriptif analitis
sebagai aset budaya bali ?
yaitu
penelitian
yang
disamping
memberikan gambaran, menuliskan dan B. METODOLOGI Penulisan dengan judul Perlindungan Hukum Layang
Terhadap
Eksistensi
Tradisional
Bali
Layang
melaporkan suatu obyek
atau suatu
peristiwa
mengambil
juga
akan
kesimpulan umum dari masalah yang dibahas.
Sebagai
Penguatan Pariwisata Budaya. merupakan penelitian yang menggunakan metode penelitian Metode
yuridis
normatif
pendekatan
yang
empiris. digunakan
C. PEMBAHASAN 1.
Perlindungan Tradisional Bali
Layang-Layang
dalam penelitian ini adalah metode yuridis
Membahas masalah perlindungan
normative empiris, yaitu pendekatan yang
layang layang tradisional bali, tidak bisa
menggunakan konsep legis positivis yang
dilepaskan dari budaya bali sendiri, secara
menyatakan bahwa hukum adalah identik dengan norma-norma tertulis yang dibuat dan diundangkan oleh lembaga-lembaga
6
Ronny Hanitijo Soemitro, 1988, Metode Penelitian Hukum dan jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta, hal. 11.
I Wayan Wahyu Wira Udytama, S.H., M.H. Perlindungan…
90
.
umum perlindungan terhadap keberadaan
sehingga angin bertiup dari Australia ke
layang layang di Bali merupakan upaya
Asia. Angin tersebut melewati gurun yang
untuk melindungi budaya bali yang sarat
luas di Australia sehingga bersifat kering.
dengan kearifan lokal yang didukung oleh
Oleh karena itu di Indonesia mengalami
masyarakat
musim kemarau, dengan bekerjasama
Bali
sebagai
pelaksana
kelestarian budaya Bali. Dalam
dengan
masyarakat
mengedepankan
sifat
Bali
hidup
yang
komunal
sekehe
layangan
se-Kota
Denpasar dan beberapa sekehe layangan yang berasal dari luar kota Denpasar.
dalam berbagai aspek kehidupan telah mengenal upaya perlindungan terhadap eksistensi
budaya
Bali
2.
dengan
melaksanakan kegiatan Budaya secara
Upaya Desa Pakraman Untuk Melindungi Layang Layang Tradisional Sebagai Asset Budaya Bali
terus menerus dan berperiodik. namun
Melihat Bali secara komprehensif,
jika melihat dari ketentuan hukum yang
sorotan kita tidak dapat lepas untuk
nyata pada beberapa daerah di Bali belum
melihat masyarakat Bali sebagai satu
memiliki
persekutuan hukum yang disebut dengan
ketentuan
melindungi
eksistensi
hukum
guna
layang
layang
tradisional Bali sebagai bentuk penguatan pariwisata budaya di Bali.
desa
pakraman
perkembangannya
yang dewasa
alam ini
lebih
populer disebut dengan nama desa adat.
Pemerintah sudah mengupayakan
Desa adat atau desa pakraman mengatur
Perlindungan layang layang tradisional Bali agar tetap eksis dan lestari di Bali dengan
cara
layang
layang
mengadakan dengan
kompetisi bekerjasama
hubungan manusia dengan dengan Tuhan Yang Maha Esa, Para Dewata dan Leluhur
disebut
parhyangan,
dengan
dengan sekehe layang layang tradisional
sesamanya yang disebut pawongan, dan
yang ada di Bali, seperti yang dilakukan
dengan
oleh Pemerintah Kota Denpasar pada
palemahan. Ketiga komponen ini menyatu
setiap setelah musim angin muson timur
dalam kehidupan masyarakat Bali.
alam
lingkungannya
desa
atau Angin yang Bertiup mulai bulan
Istilah
April - Oktober, saat kedudukan semu
dipergunakan
matahari di sebelah belahan bumi utara,
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3
akibatnya tekanan udara di Asia rendah
Tahun 2001 tentang Desa Pakraman.
dan tekanan udara di Australia tinggi
Sebelumnya,
sejak
istilah
pakraman
disebut
mulai
dikeluarkannya
yang
digunakan
I Wayan Wahyu Wira Udytama, S.H., M.H. Perlindungan…
adalah desa adat sesuai Peraturan Daerah
dapat
6
menurut
Tahun
1986
tentang
Kedudukan,
dibagi
menjadi
dasar
91
.
dua golongan
susunannya,
yaitu
Fungsi, dan Peranan Desa Adat sebagai
berdasarkan pertalian suatu keturunan
Kesatuan Masyarakat Hukum Adat dalam
(genealogi) dan berdasarkan lingkungan
Provinsi Daerah Tingkat I Bali.
daerah
Desa adat sebagai desa dresta adalah kesatuan masyarakat hukum adat
(teritorial).
menambahkan
lagi
Soepomo susunan
yang
didasarkan atas genealogi-teritorial7.
di Provinsi Daerah Tingkat I Bali yang
Membahas masalah perlindungan
mempunyai satu kesatuan tradisi dan tata
layang layang tradisional Bali, tidak bisa
krama pergaulan hidup masyarakat umat
dillepaskan
Hindu secara turun temurun dalam ikatan
kesatuan
masyarakat
Kahyangan Tiga (Kahyangan Desa) yang
mendasar
di
mempunyai
harta
perlindungan terhadap keberadaan atau
kekayaan sendiri, dan berhak mengurus
eksistensi layang layang sendiri sebagai
rumah tangganya sendiri.
upaya untuk menjaga salah satu aspek
wilayah
tertentu,
Secara yuridis desa adat mendapat
budaya
dari
yang
perlindungan
Bali,
yang
paling
terlebih
upaya
digunakan
pariwisata
oleh
pengayoman dan dan landasan hukum
penguatan
di
yang kuat bukan saja dari Pancasila dan
berbasis pada Budaya Bali.
Bali
sebagai yang
Pasal 18 UUD 1945 tetapi juga dari Pasal
Perlindungan yang diberikan oleh
29 ayat (1) dan ayat (2) UUD 1945 yang
masing masing Desa Pakraman tentang
menyatakan
berdasarkan
keberadaan atau eksistensi layang layang
Ketuhanan Yang Maha Esa dan negara
tradisional Bali, dari awal mula budaya
menjamin
tiap-tiap
layang layang atau budaya melayangan itu
penduduk untuk memeluk agama masing-
ada hingga saat ini perlindunganya hanya
masing dan untuk beribadat menurut
sebatas
agama dan kepercayaannya itu. Tempat
memajang hasil karya seni berbebtuk
pelembagaan ajaran-ajaran agama Hindu
layang layang pada masing masing Banjar
dalam adat istiadatnya inilah yang disebut
yang ada diwilayah Desa Pakraman yang
negara
kemerdekaan
memberikan
ruang
untuk
desa adat. Persekutuan persekutuan hukum di Indonesia awalnya menurut Soepomo
7
Soerjono Soekanto, 2012, Hukum Adat Indonesia, Rajawali Press, Jakarta, hal. 95.
I Wayan Wahyu Wira Udytama, S.H., M.H. Perlindungan…
92
.
bersangkutan, dan memberikan upacara
Kabupaten/Kota dengan kelompok
pemelaspasan
masyarakat penggemar layang layang
layangan
untuk
memberikan jiwa dan kekuatan diluar
tradisional
kekuatan manusia pada layang layang
layang) atau event tersebut dilakukan
tersebut
kepercayaan
atas prakarsa dari organisasi pemuda
masyarakat Bali yang diwarnai dengan
(sekehe truna) di suatu wilayah
Budaya, Adat serta Agama Hindu di Bali.
dengan mengundang sekehe layang
sesuai
dengan
Perlindungan layang layang oleh Desa Pakraman lebih banyak dilakukuan
Bali
(Sekehe
Layang
layang tradisional Bali. b.
Upaya yang dilakukan oleh Desa
dengan cara pengadaan layang layang dan
Pakraman untuk melindungi Layang
mensakralisasi layang layang tersebut
layang
agar memiliki jiwa yang sesuai dengan
Budaya bali adalah dengan cara
taksu melayangan yang disebut dengan
memberikan ruang kepada organisasi
Rare Angon. Sementara perlindungan
pemuda
secara hukum oleh desa pakraman belum
lingkungan
dilindungi secara jelas, maksudnya adalah
layang
perlindungan tersebut belum tertuang
Pakraman bersifat memberikan ruang
dalam
untuk tetap melindungi agar layang
perangkat
hukum
oleh
Desa
Pakraman dan Banjar Adat.
tradisional
untuk
sebagai
berkreatifitas
banjar
layang
asset
di
menciptakan
tradisional,
Desa
layang tradisional bali itu ada, setelah layang layang tradisional tersebut ada, maka Desa Pakraman memiliki
D. PENUTUP
kewenangan 1.
untuk
mensakralisasi
Kesimpulan layang layang tersebut yang dikenal
a.
Bentuk
perlindungan
terhadap
dengan proses pemelaspasan alit,
eksistensi layang layang tradisional
dimana
fungsi
proses
Bali sampai saat ini hanya sebatas
tersebut
untuk
memberikan
pengadaan event atau perlombaan
kepada layang layang yang sudah
layang layang dengan menghadirkan
dibuat tersebut, di
sekehe layang layang tradisional yang
dengan istilah Taksu.
ada di Bali, event tersebut terlaksana atas kerjasama Pemerintah Daerah
sakralisasi jiwa
Bali dikenal
I Wayan Wahyu Wira Udytama, S.H., M.H. Perlindungan…
2.
pemerintah
Saran Berdasarkan pada kesimpulan atas
menegakan
daerah
.
93
diwajibkan
pengaturan
untuk
mengenai
pembahasan dari penulisan ini, maka
pengendalian alih fungsi lahan pertanian,
penulis berinisiatif untuk memberikan
sebab dengan tingginya angka alih fungsi
pemikiran
melindungi
lahan pertanian seperti yang ada saat ini
eksistensi layang layang tradisional Bali
sudah barang tentu membatasi ruang
sebagi bentuk penguatan Budaya yang
gerak layang layang tradisional bali untuk
menjadi jiwa pariwisata di Bali, masukan
menunjukan keindahanya serta taksunya
oleh penulis berupa Desa Pakraman
saat
sebagai tonggak penegak kebudayaan di
diperlukan keikut sertaan pemerintah
Bali hendaknya memberikan perlindungan
daerah untuk mengendalikan alih fungsi
terhadap layang layang tradisional di Bali
lahan pertanian, mengingat pariwisata
dengan produk hukum adat yang terbukti
yang ada di Bali adalah pariwisata budaya
sampai saat ini dan mungkin selamanya
Bali, bukan pariwisata industri komersial.
logis
guna
mengudara,
sehingga
sangat
akan tetap dipatuhi oleh masyarakat bali, baik berupa Awig Awig Desa Paraman
DAFTAR BACAAN
tentang
Buku
perlindungan
layang
layang
tradisional Bali dan turunan dari Awig Awig tersebut yang berupa perarem yang mengikat masyarakat Banjar adat di Bali. Selain Pakraman, kepada
masukan
masukan pemerintah
kepada juga daerah
Desa
diberikan
mengingat perlindungan eksistensi layang layang tradisional di Bali bukan hanya tanggung jawab Desa Pakraman saja, melainkan juga perlu kerjasama antara Pemerintah Daerah, Pelaku Pariwisata, sekehe layang layang tradisional Bali Desa
Pakraman,
Soerjono Soekanto, 2012, Hukum Adat Indonesia, Rajawali Press, Jakarta.
selaku
pemangku kebijakan publik di Bali,
dengan
Ronny Hanitijo Soemitro, 1988, Metode Penelitian Hukum dan jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta.
kepada
Internet http://www.wacananusantara.org/mengen al-budaya-bali-lebih-dekat/diakses pada 8 Maret 2016. Ketut Arnaya, Bali Jadi Pusat Hindu Dunia, Antara Tantangan dan Harapan, http://www.worldhinduparisad.org/i nd/?p=561, diakses pada 18 Maret 2016.
I Wayan Wahyu Wira Udytama, S.H., M.H. Perlindungan…
94
.
Jurnal
Sumber Hukum
Putu Yogi Asmara Jaya, Layang Layang Tradisi Budaya Bali “Rare Angon Sejati (R.A.S)”, Jurnal Pariwisata Budaya Dan Agama Fakultas DharmaDuta IHDN Denpasar.
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2 tahun 2012 tentang Desa Pakraman. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2012 tentang Kepariwisataan Budaya Bali.