JURNAL KOMUNIKASI VOL. I NO. 1 Maret 2010
PERAN RADIO ETNIK SEBAGAI MEDIA PENGUATAN EKSISTENSI BUDAYA MASYARAKAT BETAWI Ita Suryani Mahasiswa Magister Komunikasi Universitas Mercubuana Staf Pengajar Akademi Komunikasi Bina Sarana Informatika Abstract Along with the development and current era of globalization in the capital of Jakarta, Betawi culture slowly began to disappear. Lifestyle subculture individuals and groups that the more developed. Development of technology such as TV and the Internet became one of the causes. To back up the existence of Betawi culture is more scarce, apart from the Betawi community itself, the support from various event are also expected, and it can also occur with the role of print media or electronic media. Radio is a medium that has the advantages compared with other media, is fast and easy to carry everywhere. Radio broadcasts not only provide entertainment but also education and enlightenment. Similarly conducted by Bens Radio, Betawi culture slump right now made it essential for the BENS Radio as a bridge between the Betawi culture with other cultures. With the slogan "Radio Atu-atunye Betawi" (Betawi radio only), BENS Radio as ethnic radio hopes to be a strengthening of the media, especially for the existence of the Betawi. Because the entire broadcast using Betawi, also shows. Goal of this research is to know the role of Radio Etnic For Strengthening Media Culture Society Betawi existence. Qualitative method used for this research and the data analysis form the primary data through interviews with key informant, and informants, and secondary data obtained from the study of literature and observations. From the research results can be seen that what is done by Bens Radio as ethnic radio in each program aims to preserve and strengthen the culture of the Betawi people's existence through dialect, music and even the Betawi community arts activities, especially for the Betawi Rt. 009/08, Setu Babakan, Jagakarsa. Keywords: Role of Ethnic Radio, Media Culture Society Strengthening , existence Betawi. I. PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan zaman dan arus globalisasi di Ibukota Jakarta, kebudayaan Betawi sedikit demi sedikit mulai menghilang. Gaya hidup individu maupun kelompok subkultur yang kian berkembang, perkembangan teknologi seperti TV dan internet menjadi salah satu penyebabnya. Revolusi trend dan gaya hidup yang cepat juga menjadi orang tua bagi tumbuhnya komunitaskomunitas subkultur baru seperti pecinta fashion ala bohemian, klasik, minimalis, mewah dan banyak lagi. Salon-salon kecantikan pun menjadi tempat berkumpul dan bahkan bisa dikatakan sebagai agen perubahan gaya hidup. Gaung perubahan yang berembus berbarengan dengan reformasi yang menumbangkan rezim suharto berimbas pada kesadaran komunitas Betawi untuk menunjukkan eksistensinya sebagai bagian dari negara Indonesia. Munculnya organisasi atau komunitas dengan label Betawi, dan adanya media yang mengangkat kebudayaan Betawi sekurangnya mencerminkan sebuah hasrat dari etnis Betawi
untuk menunjukkan eksistensinya sebagai komunitas yang punya hak berekspresi di dalam pergaulan global Jakarta, termasuk dalam ruang-ruang berkesenian. Untuk membangkitkan kembali eksistensi kebudayaan Betawi yang kian menghilang, selain dari komunitas Betawi itu sendiri, dukungan dari berbagai pihak juga sangat diharapkan, dan hal tersebut juga dapat terjadi dengan adanya peran media cetak atau media elektronik. Media elektronik merupakan salah satu dari sekian beragamnya bentuk media saat ini. Umumnya media elektronik yang sering kita konsumsi antara lain televisi dan radio. Sejak runtuhnya rezim orde baru, perkembangan media massa (baik cetak maupun elektronik) mengalami peningkatan yang cukup terlihat jelas, terutama jika dilihat dari kuantitasnya. Terlepas dari perkembangannya, media elektronik juga mengemban amanah sebagaimana media massa lainnya. Menurut Onong Uchjana Effendy (2002:149-150) diantaranya :
JURNAL KOMUNIKASI VOL. I NO. 1 Maret 2010
a.
b.
c.
d.
Fungsi Menyiarkan informasi (to inform).
Menyiarkan informasi merupakan fungsi pers yang pertama dan utama. Khalayak pembaca berlangganan atau membeli surat kabar, majalah atau tabloid karena memerlukan informasi mengenai berbagai hal di bumi ini, mengenai peristiwa yang terjadi, gagasan atau pikiran orang lain, apa yang dilaukan orang lain, apa yang dikatakan oleh orang lain dan sebagainya. Fungsi Mendidik (to educate). Fungsi kedua adalah mendidik. Sebagai sarana pendidikan massa (mass education), surat kabar dan majalah memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga khalayak pembaca bertambah pengetahuannya. Fungsi mendidik ini bisa secara implisit dalam bentuk artikel atau tajuk rencana. Kadang-kadang cerita bersambung atau berita bergambar juga mendukung aspek pendidikan. Fungsi Mempengaruhi (to influence) Fungsi yang ketiganilah yakni fungsi mempengaruhi yang menyebabkan pers memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Sebagai contoh adalah Napoleon yang pada masa jayanya pernah berkata bahwa ia lebih takut kepada empat surat kabar dari pada seratus serdadu dengan bersangkur terhunus. Sudah tentu surat kabar, majalah, tabloid yang idependent, yang bebas menyatakan pendapat, bebas melakukan kontrol sosial. Fungsi Menghibur (to Entertaint) Hal-hal yang bersifat hiburan sering dimuat oleh surat kabar dan majalah untuk mengimbangi berita-berita berat dan artikel-artikel yang berbobot. Isi surat kabar dan majalah bersifat hiburan bisa berbentuk cerita pendek, cerita bersambung, foto, gambar, cerita
II. PEMBAHASAN Waktu berubah, dan kita ikut berubah juga didalamnya. Waktu berubah dan cara-cara manusia mengekspresikan dirinya, menelusuri jejak pencarian makna tentang siapakah dirinya, orang lain dan dirinya bersama orang lain (masyarakat) juga berubah. Begitu juga
bergambar. Demikian halnya yang dilakukan oleh BENS Radio, keterpurukan kebudayaan masyarakat Betawi saat ini dijadikan hal mendasar bagi BENS Radio tersebut sebagai jembatan antara kebudayaan Betawi dengan kebudayaan yang lain. Dengan berslogan ”Radio Betawi Atu-atunye” (Radio Betawi Satu-satunya), BENS Radio sebagai radio etnik berharap dapat menjadi media penguatan eksistensi khususnya bagi masyarakat Betawi. Karena seluruh siarannya menggunakan bahasa Betawi, juga acara-acaranya. Benar, sebagai radio Betawi, BENS lebih cenderung memanjakan masyarakat kelas bawah dan pinggiran, dengan dominan lagu-lagu dangdut dan lagu-lagu Alm. Benyamin Sueb (sebagai maskot Seniman Betawi). Berkaitan dengan alasan tersebut, penulis mencoba meneliti peran radio etnik Sebagai Media Penguatan Eksistensi Budaya Masyarakat Betawi (studi deskriptif di BENS RADIO dan masyarakat Betawi Rt.009/08, Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Juga apa saja mengenai kebudayaan masyarakat betawi yang diambil oleh BENS Radio, sehingga dapat dijadikan sebagai media komunikasi bagi budaya lainnya dan bagi masyarakat Betawi itu sendiri. Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam mengangkat tema ini adalah untuk mengetahui peran radio ethnic sebagai media penguatan eksistensi budaya masyarakat Betawi (studi deskriptif di BENS Radio, Jagakarsa, Jakarta Selatan). Dalam pembahasan ini penulis hanya membatasi ruang lingkup pada: 1. Kegiatan pada BENS Radio. 2. Program unggulan BENS Radio untuk tetap mempertahankan eksistensi budaya budaya Betawi, dan 3. Strategi yang dilakukan BENS Radio untuk tetap dapat mempertahankan eksistensi budaya Betawi dan mempertahankan kebetawiannya. 1. Komunikasi Sebagai Proses Budaya dengan budaya atau kebudayaan (culture). Seturut konteks jaman yang berubah, orangorang dengan alam pikir dan rasa, karsa dan cipta, kebutuhan dan tantangan yang mengalami perubahan, serta budaya pun ikut berubah.
JURNAL KOMUNIKASI VOL. I NO. 1 Maret 2010
Komunikasi merupakan suatu proses budaya. Artinya, komunikasi yang ditujukan pada orang atau kelompok lain adalah sebuah pertukaran kebudayaan. Dalam proses tersebut terkandung unsur-unsur kebudayaan, salah satunya adalah bahasa. Sedangkan bahasa adalah alat komunikasi. Dengan demikian, komunikasi juga disebut proses budaya. Komunikasi adalah salah satu wujud kebudayaan. Sebab, komunikasi hanya bisa terwujud setelah sebelumnya ada gagasan yang akan dikeluarkan oleh pikiran individu. Jika komunikasi itu dilakukan dalam suatu komunitas, maka menjadi sebuah kelompok aktivitas (kompleks aktivitas dalam lingkup Kebudayaan digunakan secara luas sedikitnya dalam dua makna yaitu sebagai seni dan sebagai cara hidup. Kebudayaan atau budaya merupakan parameter atau tolak ukur bagi setiap manusia dalam melakukan kegiatannya, karena kebudayaan berkaitan erat dengan norma-norma, adat istiadat, kebiasaan dalam sebuah lingkungan sosial yang kesemuanya harus kita jalankan sesuai tradisi. Untuk tetap menjaga dan melestarikan kebudayaan yang beraneka ragam diperlukan suatu media yang dapat digunakan sebagai alat untuk menjembatani antara kebudayaan dan masyarakat. Dalam era globalisasi sekarang ini telah banyak berbagai macam media yang dijadikan saluran yang mampu untuk menyampaikan informasi atau menyoalisasikan suatu kebijakan kebudayaan, sehingga masyarakat dapat turut berpartisipasi dalam perkembangan kebudayaan, media tersebut antara lain adalah media elektronik (TV, radio, internet, dan lainnya), media cetak (koran, majalah, tabloid, dan media tradisional (kesenian rakyat, lembaga-lembaga sosial yang bersifat tradisional). Saluran (channel) yang digunakan untuk menyampaikan suatu pesan merupakan faktor yang sering menjadi pertimbangan untuk dapat memperkuat norma-norma budaya dengan informasi-informasi yang disampaikan setiap hari. Perhatian penting yang perlu diberikan adalah bahwa dibutuhkan suatu cara yang spesifik dan sistematis untuk menjamin bahwa pesan melalui berbagai media yang ditujukan kepada khalayak yang sudah dipilih adalah Hubungan antara budaya dan komunikasi bersifat timbal balik. Keduanya
komunitas tertentu). Komunikasi sebagai proses budaya tidak bisa dipungkiri menjadi objektivitas antara budaya dengan komunikasi. Proses ini meliputi peran dan pengaruh komunikasi dalam proses budaya. Komunikasi adalah proses budaya karena di dalamnya ada proses seperti layaknya sebuah proses kebudayaan, punya wujud dan isi serta kompleks keseluruhan. Sesuatu dikatakan komunikasi jika ada unsur-unsur yang terlibat di dalamnya. Kebudayaan juga hanya bisa disebut kebudayaan jika ada unsur-unsur yang terlibat didalamnya yang membentuk sebuah sistem. 2. Peran Media Dalam Kebudayaan akan berinteraksi satu sama lain untuk melestarikan kebudayaan. Di sini, penulis mengambil bentuk contoh dari media dalam kebudayaan adalah penggunaan BENS Radio sebagai medium kebudayaan. Selama ini orang memandang bahwa radio hanyalah sebagai medium hiburan bagi masyarakat, akan tetapi radio harus sebagai medium yang dapat menyatukan berbagai macam budaya pada bangsa Indonesia khususnya masyarakat Betawi, yaitu BENS Radio yang memberikan pemberitaan bersifat kebudayaan (budaya Betawi). Menurut Krishna Ken dan David T. Hill (2001:13) menyatakan bahwa: Secara eksplisit dibeberapa kasus, dan secara implisit pada semua media, mendefinisikan media sebagai kendaraan bagi terciptanya ‟kebudayaan nasional‟. Berdasarkan pendapat Krishna Ken dan David T. Hill tersebut, penulis menyimpulkan bahwa penggunaan BENS Radio sebagai medium komunikasi antarbudaya dengan penyampaian informasiinformasi mengenai kebudayaan Betawi secara tidak langsung dapat memperkuat normanorma budaya yang telah berlaku selama ini. Selain itu BENS Radio dapat mengaktifkan perilaku tertentu, apabila informasi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan individu dan tidak bertentangan dengan struktur normanorma budaya yang berlaku, bahkan dapat menumbuhkan norma-norma budaya yang baru dalam masyarakat. 3. Komunikasi Antarbudaya saling mempengaruhi. Apa yang kita bicarakan, bagaimana kita membicarakannya,
JURNAL KOMUNIKASI VOL. I NO. 1 Maret 2010
apa yang kita lihat, perhatikan atau abaikan, bagaimana kita berfikir, dan apa yang kita pikirkan dipengaruhi oleh budaya. Pada gilirannya, apa yang kita bicarakan, bagaimana kita membicarakannya, dan apa yang kita lihat turut membentuk, menentukan, dan menghidupkan budaya kita. Budaya tidak akan hidup tanpa komunikasi, dan komunikasi pun tidak akan hidup tanpa budaya. Masingmasing tak dapat berubah tanpa menyebabkan perubahan pada yang lainnya. Komunikasi merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dalam kehidupan seseorang. Karena itu setiap manusia yang hidup bermasyarakat membutuhkan komunikasi untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Menurut Deddy Mulyana dan Jalaludin Rakhmat (2001:18) mengatakan: ”Budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan minat. Secara formal budaya didefinisikan sebagai suatu tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep, alam semesta, objek-objek Betawi adalah mosaik kebudayaan yang memiliki teksture Islami tanpa kehilangan nuansa tradisionalnya. Kehidupan yang toleran berlangsung ratusan tahun di negeri Betawi tatkala struktur demografi masih berpihak secara kuantitatif kepada orang Betawi. Karena peran Kota Jakarta semakin penting sebagai ibukota negara, maka dengan sendirinya tata pergaulan dan bahasa yang digunakan masyarakat Jakarta menjadi parameter modernisme bagi orang-orang daerah. Maka peran komunitas Betawi dalam modernisasi Indonesia menjadi makin penting. Seperti yang dikatakan oleh Ridwan Saidi (2001:219) yaitu: ”Untuk menyongsong milenium ketiga dalam beberapa tahun sejak sekarang, diperlukan suatu perencanaan kebudayaan yang memperhitungkan kedudukan strategis kebudayaan Betawi dalam mandala kebudayaan nasional. Apalagi wilayah kebudayaan Betawi makin luas melebihi wilayah administrasinya. Dan orang Betawi itu merupakan inti masyarakat Jakarta”. Karena itu, pemerintah Indonesia harus memperhatikan hal tersebut, sehingga kebudayaan Betawi tetap dapat terpelihara dengan baik seiring perkembangan zaman dan teknologi yang kiat marak dan pesat.
materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok”. Budaya menampakkan diri dalam bentuk bahasa, bentuk kegiatan-kegiatan dan perilaku. Budaya kita secara pasti mempengaruhi kita sejak dalam kandungan hingga mati, dan bahkan setelah mati pun kita dikuburkan dengan cara-cara yang sesuai dengan budaya kita. Budaya dan komunikasi tidak dapat dipisahkan karena budaya tidak hanya menentukan siapa bicara dengan siapa, tentang apa, dan bagaimana orang menyandi pesan, makna yang ia miliki untuk pesan, dan kondisi-kondisinya untuk mengirim, memperhatikan dan menafsirkan pesan. Sebenarnya seluruh perbendaharaan perilaku kita sangat tergantung pada budaya tempat kita dibesarkan. Konsekuensinya, budaya merupakan landasan komunikasi. Bila budaya beraneka ragam, maka beraneka ragam pula praktik-praktik komunikasi. 4. Masyarakat Betawi Menurut Ridwan Saidi (2001:218-219) Karakteristik atau pun ciri dari masyarakat Betawi itu sendiri. Antara lain: a. Orang Betawi memiliki jiwa toleransi yang tinggi. b. Islam memberi nafas kuat pada kebudayaan dan, untuk cabang tertentu, kesenian Betawi. Islam memberi identitas sosio-kultural kepada orang Betawi yang untuk kurun waktu lama disebut, dan menyebut diri, sebagai orang Selam. c. Orang Betawi adalah seleranya yang tinggi terhadap humor. Boleh dikatakan, tidak ada orang Betawi, baik tua atau muda, baik perempuan atau laki-laki, yang tidak dapat melucu. Bias-bias humor itu terasa pada setiap bentuk komunikasi orang Betawi, sekalipun dalam memberi nasehat yang mestinya seratus persen serius. Menurut Ridwan Saidi (2001:116-168) Dalam kehidupan masyarakat Betawi terdapat berbagai macam kebudayaan dan tradisi antara lain: a. Ngarak penganten Merupakan suatu tradisi dalam acara pernikahan bagi kehidupan masyarakat Betawi dengan formasi prosesi sebagai berikut (1) Sepasang ondel-ondel; (2)
JURNAL KOMUNIKASI VOL. I NO. 1 Maret 2010
b.
Barisan remaja pesilat berseragam membawa senjata Cina bernama Toya; (3) Barisan santri yang menabuh rebana sambil membaca selawat; (4) Penganten pria; (5) Regu musik tanjidor; (6) Kelompok musik tradisional Betawi dengan instrumen gendang, ketipung, kempul, gong dan kenong; (7) Penganten Perempuan; (8) Pengiring penganten perempuan, atau dalam bahasa Betawi disebut pengejek. Bagi masyarakat Betawi setiap formasi prosesi yang dilakukan memiliki nilai falsafi yang sangat bermakna untuk kamakmuran dalam hidup berumah tangga. Seni pantun Betawi Dalam kebanyakan cabang kesenian Betawi kita mengenal pemetaan, misalnya Cokek digemari di beberapa tempat, tetapi tidak di suatu tempat tertentu. Begitu juga halnya dengan topeng, acel, samrah. Wilayah pendukung budaya pantun merata di seluruh jagat Betawi, dan merasuk ke seluruh stratifikasi sosial Betawi. Pantun adalah ekspresi budaya Betawi yang paling komunikatif, dibanding dengan yang lain. Struktur pantun Betawi tidak mutlak empat baris, bisa kurang, dan bisa lebih. Semangat pantun Betawi, baik sampiran maupun isi, biasanya cukup menyegarkan. tidak banyak yang mengandung nasehat, tetapi umumnya sindiran, tapi juga dapat sekedar untuk hiburan. Pantun beredar lewat budaya oral. Pantun terdiri dari berbagai macam antara lain: 1). Pantun kalangan mu‟alim berisi dorongan untuk bekerja mencari nafkah dengan motivasi ibadah. 2). Pantun Nelayan berisi kegetiran hidup. 3). Pantun Tiga Baris merupakan teks nyanyian anak-anak tempoe doeloe. 4). Pantun banyak baris pantun yang strukturnya lebih dari empat baris. Tidak ada makna melainkan bunyibunyian saja. 5). Pantun yang baku baik kalimat sampai maupun isi disusun dengan tertib. Pantun ini mempunyai pesan yang jelas yaitu membanggakan kehidupan sebagai birokrat, orang
c.
d.
yang berilmu pengetahuan, orang yang agamanya tinggi. Contoh pantun: Ya Allah ya Robbi, Nyari untung biar lebi, Biar bisa naik haji, Jiarah kuburan Nabi Wayang Betawi Wayang betawi adalah wayang wong dan wayang kulit. Khazanah cerita yang dibawakan tidak jelas mengacu kepada sumber mana, yang pasti tidak dari babad Mahabharata dan Ramayana. Wayang Betawi semata-mata sarana hiburan, tidak ada latar belakang spriritualismenya. Dalam persepsi kebudayaan Betawi tokoh-tokoh wayang hanya fiktif belaka tidak perlu disakralkan. Masakan Betawi Masakan dapat digolongkan pada seni, dapat juga suatu tradisi dan adat istiadat. Misalnya dodol. Dodol merupakan seni masak Betawi Depok yang terkenal. Tidaklah dapat dikatakan orang Depok asli bila tidak pandai membuat dodol yang gurih, manisnya terasa, dan legit. Masakan dapat dikatakan tradisi dalam kasus panganan untuk menyambut bulan puasa. Di bulan puasa, baik waktu sahur atau buka, harus ada sambel terbang, yaitu kentang goreng iris dicampur udang kering dan cabe merah. Sayur asem juga merupakan khas masakan Betawi. Masakan luar yang masuk pada masakan Betawi adalah dari Arab, terutama pada masakan dengan unsur pokoknya daging. Jika di lihat dari tata boga, ”lidah” Betawi memang khas, tidak sama dengan selera Jawa, Sumatra atau Sunda.
Dari uraian diatas, bahwa untuk tetap dapat melestarikan dan mempertahankan kebudayaan Betawi diperlukan kekuatan rohani rakyat, sikap optimis mencerminkan kekuatan rohani yang tangguh. Disamping perlu dikembangkan sifat-sifat lain yang relevan dengan tantangan jaman seperti disebut dimuka. Inilah yang memerlukan usaha keras untuk mengali nilai-nilai kebudayaan etnik di Indonesia dalam rangka memperkaya nilai-nilai ke-Indonesia-an yang kita tumbuh kembangkan dalam masyarakat berdasar Pancasila.
JURNAL KOMUNIKASI VOL. I NO. 1 Maret 2010
Radio merupakan suatu media yang memiliki kelebihan dibanding dengan media lainnya, ialah cepat dan mudah dibawa kemana-mana. Radio bisa dinikmati sambil mengerjakan pekerjaan lain seperti memasak, menulis, menjahit, dalam suatu perjalanan dan sebagainya. Menurut Onong Uchjana Effendy (2003:139-144) Radio dianggap memiliki kekuasaan yang begitu hebat, hal ini disebabkan oleh tiga faktor : a. Radio Siaran Bersifat Langsung Untuk mencapai sasarannya, yakni pendengar sesuatu hal atau program yang akan disampaikan tidaklah mengalami proses yang kompleks. Demikian kompleksnya penyebaran berita dengan surat kabar. Dengan medium radio jauh lebih mudah dan cepat. Tinggal menyusun saja secara singkat (berita radio harus singkat dan padat), lalu menyerahkannya kepada penyiar untuk dibacakan pada masa siaran berita terdekat. Berita radio dibacakan setiap jam, bahkan kalau beritanya sangat penting dapat disiarkan secara ”stop-press” di tengah-tengah acara siaran apa saja dan secara berulang kali. b. Radio Siaran Menembus Jarak dan Rintangan Faktor lain yang menyebabkan radio dianggap memiliki kekuasaan ialah bahwa siaran radio tidak mengenal jarak dan rintangan. Selain waktu, ruang pun bagi radio siaran tidak merupakan masalah. Bagaimana pun jauhnya sasaran yang dituju dengan radio dapat dicapainya. Gunung-gunung, lembah-lembah, padang pasir, maupun lautan luas semuanya tidak menjadi rintangan. c. Radio Siaran Mengandung Daya Tarik Faktor ketiga yang menyebabkan radio siaran mempunyai kekuasaan ialah daya III. METODE Pada penelitian ini peneliti menggunakan penelitian deskriptif analisis. Menurut Artherton dan Klemmack (1982) yang dikutip Rosady Ruslan, S.H., M.M. dalam bukunya Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi menerangkan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian untuk menggambarkan tentang karakteristik (ciri-ciri) suatu masyarakat, kelompok atau individu tertentu sebagai obyek penelitiannya.
5. Radio tarik yang kuat yang dimilikinya. Daya tarik ini ialah disebabkan sifatnya yang serba hidup berkat tiga unsur yang ada padanya, yakni : Musik, kata-kata, efek suara. Menurut Onong Uchjana Effendy (2003:137-138) Pada tahun-tahun sesudah ditemukannya radio, medium tersebut hanya mempunyai tiga fungsi, yakni sebagai : a. Sarana hiburan b. Sarana penerangan c. Sarana pendidikan Radio dapat diklasifikasikan sebagai berikut Talk Program and New; music, sport and news; ethniccontemporary; popular music; dan good music. Di dalam proses komunikasi sosial, peran ideal radio sebagai media publik adalah mewadahi sebanyak mungkin kebutuhan dan kepentingan pendengarnya. Ada tiga kebutuhan, yaitu informasi, pendidikan dan hiburan. Ada beberapa tingkatan peran sosial yang diemban radio dalam kapasitasnya sebagai media publik, atau yang dikenal dalam konsep radio for society, menurut Masduki (2001:2-3) yaitu: a. Radio sebagai media penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak lain. b. Radio sebagai sarana mobilisasi pendapat publik untuk mempengaruhi kebijakan. c. Radio sebagai sarana untuk mempertemukan dua pendapat berbeda / diskusi untuk mencari solusi bersama yang saling menguntungkan. d. Radio sebagai sarana untuk mengikat kebersamaan dalam semangat kemanusiaan dan kejujuran. Beberapa fungsi tersebut bisa diemban sekaligus, tetapi ada kalanya hanya salah satu saja. Yang penting adalah konsistensi dan optimalisasi pada satu peran. Pada metode ini peneliti mengunakan metode kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (1975) mendefinisikan ”metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati menurut mereka pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Dalam kerangka pemikiran demikian, rancangan penelitian kualitatif sesungguhnya bersifat fleksibel, luwes dan terbuka
JURNAL KOMUNIKASI VOL. I NO. 1 Maret 2010
kemungkinan bagi suatu perubahan dan penyesuaian-penyesuaian ketika proses penelitian berjalan. Dengan demikian, meskipun tetap menjadi pedoman awal yang begitu penting untuk masuk ke lapangan tetapi rancangan penelitian yang di susun tidak perlu membelenggu peneliti untuk terlalu tunduk padanya manakala kenyataan di lapangan menunjukan kecenderungan yang berbeda dengan yang dipikirkan sebelumnya. Sementara teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah : 1. Studi Kepustakaan (Library Research) Studi kepustakaan adalah pengumpulan data dengan cara mempelajari berbagai literatur, sumber bacaan dan buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. 2. Wawancara (Interview) Menurut Lexy J. Moleong (2002:186), menerangkan bahwa ”wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak dengan maksud tertentu”. Yaitu antara pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara 1. Kegiatan BENS Radio (on-air dan offMenurut hasil wawancara dengan Operasional Manager ”Program ini dipilih karena ada dua alasan yaitu memang secara langsung merupakan bagian dari masyarakat dan secara tidak langsung merupakan kebutuhan dari lembaga formal maupun non formal”. Seperti pada kegiatan on-air BENS Radio, yaitu a. Kegiatan on-air BENS Radio yaitu : 1). Program Betawi Kite yaitu memberi informasi seputar sejarah masyarakat Betawi, mitos-mitos masyarakat Betawi, tokoh dan tradisi budaya Betawi. 2). Program Kilik Kuping yaitu mengorek tentang profil seorang figur, misalnya tokoh Betawi atau budayawan Betawi. Hal ini memang secara langsung memenuhi kepada alasan yang pertama, artinya masyarakat bisa langsung mengetahui bahwa ini memang berhubungan dengan sesuatu yang benar-benar Betawi. 3). Mengundang bintang tamu (seniman, penyanyi, tokoh masyarakat, budayawan bahkan gubernur DKI Jakarta).
3.
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu dengan maksud tertentu. Observasi (Observation) Menurut Hadari Nawawi (2003:100) ”observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian”
Adapun yang menjadi key informan dalam penulisan ini adalah Bapak Saiful Uyun selaku Operasional Manager BENS Radio yang terdapat di dalam BENS Radio, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Karena selama ini Operasional Managerlah yang mengelola kegiatan yang ada pada BENS Radio. Dan yang menjadi informan adalah masyarakat betawi. Berikut ini penulis akan menguraikan permasalahan pokok mengenai peran Radio Ethnic sebagai media penguatan eksistensi budaya masyarakat Betawi Rt. 009/08, Setu Babakan, Jagakarsa. (Studi Deskriptif di BENS Radio, Jagakarsa, Jakarta Selatan) melalui kegiatan yang dilakukannya : air) 4). Program acara Campur Sari yaitu memutar lagu-lagu dari daerah lain (budaya Jawa). Ini lebih kepada tidak langsung, artinya kita juga ingin memberikan sebuah sikap yang terbuka bahwa budaya Betawi itu dan kita BENS Radio sebagai radio etnik tidak hanya memutar lagu-lagu Betawi saja, akan tetapi juga memutar lagu-lagu dari daerah lain seperti lagu Jawa dan Tarling dengan demikian ada kesan yaitu di masyarakat baik Betawinya atau di luar Betawi terbuka bagi budaya lain. Dengan demikian ini secara tidak langsung akan menguatkan eksistensi budaya Betawi, apalagi tentang gubernur yang datang ke BENS tentu saja konteks yang dibahas adalah Jakarta, namun kota jakarta pada dasarnya juga merupakan Betawi itu juga secara otomatis dalam hal ini dapat mempertahankan eksistensi budaya Betawi. b. Kegiatan off-air BENS Radio. off-air atau on-air sama seperti dua alasan diatas baik secara langsung atau tidak langsung dan berkesan bahwa budaya
JURNAL KOMUNIKASI VOL. I NO. 1 Maret 2010
Betawi itu sebenarnya tidak kaku. Dan ini semua tidak terlepas dari maksud dan tujuan dari dua alasan tadi. 1). Kegiatan pengajian yang diadakan tiap mingguan. Karena masyarakat Betawi itu merupakan masyarakat yang religius dan itu menjadi alasan dasar BENS Radio mengadakan kegiatan pengajian tiap mingguan. 2). Kegiatan senam jasmani bersama setiap hari minggu. Kegiatan senam jasmani itu hanya sebagai aktivitas tambahan pendengar saja. 3). Menyelenggarakan festival lagulagu Betawi dan lagu-lagu Benyamin Sueb. Merupakan program yang tidak tentu artinya berjangka panjang, hal ini diselenggarakan agar masyarakat Betawi dan non Betawi bisa mengekspresikan karyanya lewat musik, agar lagu-lagu Betawi tetap lestari. 4). Pawai budaya yang diselenggarakan pada HUT Kota Jakarta, ulang tahun BENS radio, hari kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang diikuti oleh warga sekitar. Kalau untuk pawai budaya yang kita adakan pada hari HUT kota jakarta dan pada hari ulang tahun Bens Radio yang dikemas dengan acara kebetawian ini memang sifatnya kontatif atau tidak tentu, maksudnya ini program jangka panjang dalam satu tahun. Menurut informan Bpk. H. Rojali ”untuk kegiatan off-airnya, pernah tepatnya pada tahun 2005 kemaren yang diikuti oleh 32 sanggar yang berada di Jakarta Selatan. Rute dari pawai tersebut biasanya dimulai dari kantor kecamatan setempat. Selain pakaian budaya Betawi, pawai budaya tersebut juga menghadirkan musik gambang kromong, tari topeng dan ondel-ondel”. Menurut informan ”Untuk kegiatan on-airnya, Saya suka program acara Temenan yaitu program acara yang menyiarkan lagulagu pop, info tips dan terkadang ada beritanya juga. Kalau pada malam hari saya suka acara Ngaso karena lebih kepada anak-anak muda dengan memutar lagu-lagu pop yang memang
saat ini lagi digemari (lagu baru)”. b. Program Unggulan BENS Radio untuk tetap mempertahankan eksistensi budaya Betawi. Menurut Operasional Manager BENS Radio yaitu : 1. Asal Goblek yaitu menyiarkan lagulagu Betawi, lagu-lagu Alm. Benyamin Sueb serta berbalas pantun. Karena dulunya dibawakan oleh Alm. Benyamin dan pada saat Alm. Benyamin siaran maka secara otomatis masyarakat Betawi sangat merasakan bagaimana Benyamin tokoh Betawi membawakan acara Betawi tersebut yang lagu-lagunya juga Betawi, jadi Betawi itu benar-benar terasa. Dan sampai saat ini acara asal goblek tetap diteruskan walaupun Benyamin telah tiada. BENS radio menindak lanjutinya dengan mengantikan seorang penyiar yang memang karakternya sama seperti Alm. Benyamin, sehingga acara „asal goblek‟ ini betul-betul dirasakan oleh sebagai masyarakat Betawi dan mendapatkan simpati untuk acara itu sendiri. Karena memang sangat kental dengan budaya Betawi mulai dari musik, pembawaaannya, „celetukannya‟, spontanitasnya. sehingga „asal goblek‟ ini menjadikan acara yang memang dilihat dari segi etnik 2. „Betawi Kite‟ yaitu program acara yang lebih banyak memunculkan informasi seputar budaya Betawi (sejarah Betawi, mitos-mitos Betawi, tokoh dan tradisi budaya Betawi). Program „Betawi kite‟ juga merupakan salah satu kebutuhan dari masyarakat, karena mereka ingin mengetahui tentang mitos (si Pitung dan si Jampang), asal muasal kota Jakarta mulai dari Sunda Kelapa-Batavia sampai Jakarta. Karena tidak semua masyarakat berkesempatan untuk membaca, walaupun materinya ada di dalam buku, namun tidak semua orang membaca buku. Tetapi dengan radio dan sekitar kurang lebih 4. 218 pendengar BENS Radio, mereka mendengarkan BENS dan di dalamnya terdapat program acara mengenai segala macam tentang Betawi, sehingga secara
JURNAL KOMUNIKASI VOL. I NO. 1 Maret 2010
efektif mereka bisa mendengarkan tanpa harus mencari buku tersebut, walaupun ada tidak semua orang mendapatkan buku mengenai hal itu bahkan buku-buku yang ada di dinas kebudayaanpun sangat terbatas. Tapi dengan adanya program cara Betawi kite secara efektif dapat memudahkan masyarakat maupun pendengar untuk dapat mengetahui berbagai hal mengenai kebudayaan Betawi. Menurut informan Aldi “untuk program unggulannya, Saya suka program acara Temenan yaitu program acara yang menyiarkan lagu-lagu pop, info tips dan terkadang ada beritanya juga. Kalau pada malam hari saya suka acara Ngaso karena lebih kepada anak-anak muda dengan memutar lagu-lagu pop yang memang saat ini lagi digemari”. c.
Strategi yang dilakukan BENS Radio untuk tetap dapat mempertahankan eksistensi budaya Betawi dan mempertahankan kebetawiannya. Menurut Operasional Manager BENS Radio yaitu : 1. Tetap menggunakan bahasa baku yaitu bahasa Betawi mulai dari awal kegiatan sampai akhir kegiatan. Karena tidak satu pun radio yang ada di Indonesia yang menggunakan bahasa baku terutama Betawi khususnya Jakarta, karena mereka menggunakan bahasa Indonesia secara total, tetapi BENS Radio mengemas bahasa Betawi yang dapat didengar oleh masyarakat luas tidak hanya masyarakat Betawi saja, dan ini yang membedakan kita dengan yang lainnya. 2. Mengemas informasi, program acara, nama acara dan konteks acara dengan pendekatan budaya yaitu Betawi. Ini tetap kita pertahankan karena
BENS Radio adalah radio etnik dan berdasarkan format acara semua kegiatan dan program acaranya menggunakan pendekatan budaya Betawi, misalnya ketika orang ingin menyampaikan isi berita, biasanya radio lain menggunakan backgroud musik barat atau pop, tetapi BENS Radio dalam menyampaikan isi pesan menggunakan backgroud musik dengan pendekatan budaya Betawi yaitu musik gambang. 3. Tetap menyiarkan lagu-lagu Betawi. Karena dari awal konsep BENS Radio adalah radio etnik, maka kita tetap mempertahankan lagu-lagu Betawi sebagai ciri khas dari BENS Radio itu sendiri. Menurut informan Bpk. Indra ” saya juga bersyukur sekali dengan BENS Radio yang masih dapat mempertahankan kelestarian budaya Betawi dengan format acaranya dan berharap eksistensi yang sudah ada dapat terus dikembangkan misalnya dari dialeknya atau informasi lainnya mengenai budaya Betawi dan potensi ataupun informasi mengenai budaya Betawi yang masih terpendam harus dapat digali lagi dan dicari sebanyak-banyaknya”. Dari pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Saiful Uyun selaku Operasional Manager BENS Radio bahwa masing-masing kegiatan yang dilakukan oleh BENS Radio memang mempunyai satu tujuan yang ingin dicapai yaitu mempertahankan eksistensi budaya masyarakat Betawi. Pada bagian ini penulis memaparkan bahasan pokok berdasarkan hasil wawancara sebagai hasil penelitiannya dan dikaitkan dengan teori komunikasi, yaitu mengenai ”Peran Radio Ethnic Sebagai Media Penguatan Eksistensi Budaya Masyarakat Betawi (Studi Deskriptif di BENS Radio dan Masyarakat Betawi Rt.009/08, Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan)”.
JURNAL KOMUNIKASI VOL. I NO. 1 Maret 2010
IV. PEMBAHASAN Dalam penyusunan jurnal ini penulis mengumpulkan data-data melalui wawancara dengan bapak Saiful Uyun selaku Operasional manager Bens Radio sebagai key informan dan melakukan wawancara dengan masyarakat betawi sekitar lingkungan Bens Radio sebagai informannya. Dari hasil wawancara maka dihasilkan data yaitu kegiatan pada Bens Radio dalam hal ini kegiatan on-air dan off-air meliputi Program Betawi Kite yaitu memberi informasi seputar sejarah masyarakat Betawi, mitos-mitos masyarakat Betawi, tokoh dan tradisi budaya Betawi; Program Kilik Kuping yaitu mengorek tentang profil seorang figur, misalnya tokoh Betawi atau budayawan Betawi; Mengundang bintang tamu (seniman, penyanyi, tokoh masyarakat, budayawan bahkan gubernur DKI Jakarta); Program acara Campur Sari yaitu memutar lagu-lagu dari daerah lain (budaya Jawa); Menyelenggarakan festival lagu-lagu Betawi dan lagu-lagu Benyamin Sueb. Merupakan program yang tidak tentu artinya berjangka panjang, hal ini diselenggarakan agar masyarakat Betawi dan non Betawi bisa mengekspresikan karyanya lewat musik, agar lagulagu Betawi tetap lestari; Pawai budaya yang diselenggarakan pada HUT Kota Jakarta, ulang tahun BENS radio, hari kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang diikuti oleh warga sekitar. Untuk pawai budaya yang kita adakan pada hari HUT kota jakarta dan pada hari ulang tahun Bens Radio yang dikemas dengan format budaya betawi ini memang sifatnya kontatif atau tidak tentu, maksudnya ini program jangka panjang dalam satu tahun. Menurut informan Bpk. H. Rojali ”untuk kegiatan off-airnya, pernah tepatnya pada tahun 2005 kemaren yang diikuti oleh 32 sanggar yang berada di Jakarta Selatan. Rute dari pawai tersebut biasanya dimulai dari kantor kecamatan setempat. Selain pakaian budaya Betawi, pawai budaya tersebut juga menghadirkan musik gambang kromong, tari topeng dan ondel-ondel”. Menurut informan ”Untuk kegiatan on-airnya, Saya suka program acara Temenan yaitu program acara yang menyiarkan lagu-lagu pop, info tips dan terkadang ada beritanya juga. Kalau pada malam hari saya suka acara Ngaso karena lebih kepada anakanak muda dengan memutar lagu-lagu pop yang memang saat ini lagi digemari (lagu baru)”. Dalam melestarikan dan memperkuat eksistensi budaya Betawi, Bens Radio juga memiliki program unggulan untuk tetap mempertahankan eksistensi masyarakat Betawi antara lain Asal Goblek yaitu menyiarkan lagu-lagu Betawi, lagu-lagu alm. Benyamin Sueb serta berbalas pantun; Betawi Kite
yaitu program acara yang lebih banyak memunculkan informasi seputar budaya Betawi (sejarah Betawi, mitos-mitos Betawi, tokoh dan tradisi budaya Betawi). Menurut informan Risda ”untuk program unggulannya, Saya suka program acara Temenan yaitu program acara yang menyiarkan lagu-lagu pop, info tips dan terkadang ada beritanya juga. Kalau pada malam hari saya suka acara Ngaso karena lebih kepada anak-anak muda dengan memutar lagu-lagu pop yang memang saat ini lagi digemari”. Untuk tetap mempertahankan kebetawian programnya, Bens Radio sebagai radio etnik juga memiliki strategi untuk hal tersebut yaitu tetap menggunakan bahasa baku yaitu bahasa Betawi mulai dari awal kegiatan sampai akhir kegiatan. Karena tidak satu pun radio yang ada di Indonesia yang menggunakan bahasa baku terutama Betawi khususnya Jakarta, karena mereka menggunakan bahasa Indonesia secara total, tetapi BENS Radio mengemas bahasa Betawi yang dapat didengar oleh masyarakat luas tidak hanya masyarakat Betawi saja, dan ini yang membedakan kita dengan yang lainnya; Mengemas informasi, program acara, nama acara dan konteks acara dengan pendekatan budaya yaitu Betawi. Ini tetap kita pertahankan karena BENS Radio adalah radio etnik dan berdasarkan format acara semua kegiatan dan program acaranya menggunakan pendekatan budaya Betawi, misalnya ketika orang ingin menyampaikan isi berita, biasanya radio lain menggunakan backgroud musik barat atau pop, tetapi BENS Radio dalam menyampaikan isi pesan menggunakan backgroud musik dengan pendekatan budaya Betawi yaitu musik gambang; Tetap menyiarkan lagu-lagu Betawi. Karena dari awal konsep BENS Radio adalah radio etnik, maka kita tetap mempertahankan lagu-lagu Betawi sebagai ciri khas dari BENS Radio itu sendiri. Menurut Lazarfeld dan Merton dalam Tommy Suprapto (2005) teori komunikasi dalam komunikasi antar budaya adalah teori norma-norma budaya (cultural norm). Ia juga menyatakan bahwa media sebenarnya hanya berpengaruh dalam memperkokoh norma-norma budaya yang berlaku Teori ini memberikan gambaran bahwa perilaku individu umumnya didasarkan pada norma-norma budaya yang disesuaikan dengan situasi yang dihadapi, dalam hal ini media akan bekerja secara tidak langsung untuk mempengaruhi sikap individu tersebut. Tiga cara untuk mempengaruhi normanorma budaya yang dapat ditempuh oleh media massa antara lain: 1. Pesan-pesan komunikasi massa dapat memperkuat pola-pola budaya yang berlaku dan membimbing masyarakat untuk mempercayai bahwa pola-pola tersebut masih tetap berlaku dan dipatuhi oleh masyarakat.
76
JURNAL KOMUNIKASI VOL. I NO. 1 Maret 2010
2.
Media dapat menciptakan pola-pola budaya baru yang tidak bertentangan dengan pola budaya yang ada, bahkan menyempurnakannya. 3. Media massa dapat mengubah norma-norma budaya yang berlaku dan dengan cara demikian mengubah perilaku individu-individu dalam masyarakat Menurut Lazarsfeld dan Merton dalam Onong Uchjana Effendy (2003) “tentang fungsi media dalam memperkuat norma. Dikatakan bahwa media beroperasi secara perlahan-lahan dan mengikuti norma umum yang berkaitan dengan cita rasa dan nilai ketimbang membawanya ke bentukbentuk baru. Jadi media massa memperkuat status quo ketimbang menciptakan norma-norma baru atau mengubah pola-pola terlembaga secara mendalam”. Terkadang media massa menggalakkan bentukbentuk dari perilaku yang diterima oleh masyarakat secara luas. Dengan kata lain, dalam situasi-situasi tertentu media massa menciptakan norma-norma budaya baru. Mengenai hal ini tampak pada media surat kabar, radio, televisi dan film. Media tersebut menampilkan banyak bentuk baru hiburan, bahkan interaksi di kalangan keluarga. Hal ini dapat terlihat jelas pada kegiatan BENS Radio yang tetap mempertahankan budaya Betawi melalui radio siarannya, sehingga dapat dijadikan tolak ukur atas sebuah eksistensi budaya Betawi itu sendiri. Berkaitan dengan teori norma-norma budaya (cultur norm) yang digunakan sebagai landasan teori , menurut Tommy Suprapto (2005) ”teori komunikasi ini memberikan gambaran bahwa perilaku individu umumnya didasarkan pada norma-norma budaya yang disesuaikan dengan situasi yang dihadapi, dalam hal ini media akan bekerja secara tidak langsung untuk mempengaruhi sikap individu tersebut”. Tiga cara untuk mempengaruhi normanorma budaya yang dapat ditempuh oleh media massa antara lain: 1. Pesan-pesan komunikasi massa dapat memperkuat pola-pola budaya yang berlaku dan membimbing masyarakat untuk mempercayai bahwa pola-pola tersebut masih tetap berlaku dan dipatuhi oleh masyarakat. 2. Media dapat menciptakan pola-pola budaya baru yang tidak bertentangan dengan pola budaya yang ada, bahkan menyempurnakannya. 3. Media massa dapat mengubah norma-norma budaya yang berlaku dan dengan cara demikian mengubah perilaku individu-individu dalam masyarakat. Salah satu cara atau metode yang ditempuh adalah dengan melakukan suatu kegiatan yang dijadikan sebagai media atau sarana untuk memancing partisipasi. Hal ini telah dilakukan oleh
BENS Radio melalui kegiatan siarannya baik on-air maupun off-air. Dari uraian tersebut penulis menganalisa bahwa dalam era globalisasi sekarang ini telah banyak berbagai macam media yang dijadikan saluran yang mampu untuk menyampaikan informasi atau menyoalisasikan suatu kebijakan kebudayaan, sehingga masyarakat dapat turut berpartisipasi dalam perkembangan kebudayaan, media tersebut antara lain adalah media elektronik (TV, radio, internet, dan lainnya), media cetak (koran, majalah, tabloid, dan lainnya), dan media tradisional (kesenian rakyat, lembaga-lembaga sosial yang bersifat tradisional). Saluran (channel) yang digunakan untuk menyampaikan suatu pesan merupakan faktor yang sering menjadi pertimbangan untuk dapat memperkuat norma-norma budaya dengan informasi-informasi yang disampaikan setiap hari. Radio merupakan suatu media yang memiliki kelebihan dibanding dengan media lainnya, ialah cepat dan mudah dibawa kemana-mana. Radio bisa dinikmati sambil mengerjakan pekerjaan lain seperti memasak, menulis, menjahit, dalam suatu perjalanan dan sebagainya. Radio siaran tidak hanya memberikan hiburan saja, tetapi juga penerangan dan pendidikan. Stasiun radio menyajikan berbagai macam program untuk memenuhi selera pendengar. Tulang punggung radio siaran adalah musik, orang menyalakan radio terutama untuk mendengarkan musik, karena musik merupakan hiburan. Selain itu acara pemberitaan yang akan disajikan, diolah dan dihiasi musik dan efek suara. Siaran radio juga dapat memberikan pendidikan pada anak-anak seperti dongengan anak-anak, cerdas tangkas dan sebagainya diolah dan diberi hiasan agar menarik dan menjadi hidup. Bens Radio sebagai radio etnik ingin memberikan suatu sajian program yang dapat mengangkat kembali kebudayaan betawi. Tumbuhnya kesadaran putera bangsa untuk tetap mempertahankan eksistensi budayanya yaitu budaya Betawi, menjadikan landasan kuat berdirinya BENS Radio, menjadikan dirinya sebagai medium dalam kebudayaan. Peranan sebagai media dalam kebudayaan adalah Saluran (channel) yang digunakan untuk menyampaikan suatu pesan merupakan faktor yang sering menjadi pertimbangan untuk dapat memperkuat norma-norma budaya dengan informasi-informasi yang disampaikan setiap hari. Karena BENS Radio bukan hanya radio komunitas saja, akan tetapi juga ada satu nafas untuk sebuah promosi. Untuk itu diharapkan eksistensi yang sudah ada dapat terus dikembangkan misalnya dari dialeknya atau informasi lainnya mengenai budaya Betawi dan juga berharap bahwa BENS Radio dapat membawa eksistensi budaya Betawi
77
JURNAL KOMUNIKASI VOL. I NO. 1 Maret 2010
secara luas. Berdasarkan hasil wawancara dan data yang didapat oleh penulis, dapat diketahui bahwa peran BENS Radio sebagai media penguatan eksistensi budaya masyarakat Betawi, adalah sebagai berikut : 1. BENS Radio sebagai media yang memperkuat norma-norma budaya. 2. BENS Radio sebagai media yang dapat memberikan pengakuan terhadap eksistensi budaya masyarakat Betawi. 3. BENS Radio sebagai suatu media yang memberikan informasi mengenai budaya masyarakat Betawi. 4. BENS Radio sebagai media yang dapat mempertahankan kelestarian dan eksistensi budaya Masyarakat Betawi. Dari uraian diatas maka dapat terlihat bahwa apa yang dilakukan oleh Bens Radio sebagai radio etnik dalam setiap programnya bertujuan untuk melestarikan dan memperkuat eksistensi budaya masyarakat Betawi melalui dialek, musik bahkan kegiatan kesenian masyarakat Betawi, khususnya bagi masyarakat Betawi Rt. 009/08, Setu Babakan, Jagakarsa. V. KESIMPULAN Komunikasi merupakan suatu proses budaya. Artinya, komunikasi yang ditujukan pada orang atau kelompok lain tak lain adalah sebuah pertukaran kebudayaan. Dalam proses tersebut terkandung unsur-unsur kebudayaan, salah satunya adalah bahasa. Sedangkan bahasa adalah alat komunikasi. Dengan demikian, komunikasi juga disebut proses budaya. Kebudayaan digunakan secara luas sedikitnya dalam dua makna yaitu sebagai seni dan sebagai cara hidup. Kebudayaan atau budaya merupakan parameter atau tolak ukur bagi setiap manusia dalam melakukan kegiatannya, karena kebudayaan berkaitan erat dengan norma-norma, adat istiadat, kebiasaan dalam sebuah lingkungan sosial yang kesemuanya harus kita jalankan sesuai tradisi. Untuk tetap menjaga dan melestarikan kebudayaan yang beraneka ragam diperlukan suatu media yang dapat digunakan sebagai alat untuk menjembatani antara kebudayaan dan masyarakat. Salah satunya budaya Betawi yaitu mosaik kebudayaan yang memiliki teksture Islami tanpa kehilangan nuansa tradisionalnya. Kehidupan yang toleran berlangsung ratusan tahun di negeri Betawi tatkala struktur demografi masih berpihak secara kuantitatif kepada orang Betawi. Karena peran Kota Jakarta semakin penting sebagai ibukota negara, maka dengan sendirinya tata pergaulan dan bahasa yang digunakan masyarakat Jakarta menjadi
parameter modernisme bagi orang-orang daerah. Maka peran komunitas Betawi dalam modernisasi Indonesia menjadi makin penting. Dalam era globalisasi sekarang ini telah banyak berbagai macam media yang dijadikan saluran yang mampu untuk menyampaikan informasi atau menyoalisasikan suatu kebijakan kebudayaan, sehingga masyarakat dapat turut berpartisipasi dalam perkembangan kebudayaan, media tersebut antara lain adalah media elektronik (TV, radio, internet, dan lainnya), media cetak (koran, majalah, tabloid, dan lainnya), dan media tradisional (kesenian rakyat, lembaga-lembaga sosial yang bersifat tradisional). Saluran (channel) yang digunakan untuk menyampaikan suatu pesan merupakan faktor yang sering menjadi pertimbangan untuk dapat memperkuat norma-norma budaya dengan informasiinformasi yang disampaikan setiap hari. Radio merupakan suatu media yang memiliki kelebihan dibanding dengan media lainnya, ialah cepat dan mudah dibawa kemana-mana. Radio bisa dinikmati sambil mengerjakan pekerjaan lain seperti memasak, menulis, menjahit, dalam suatu perjalanan dan sebagainya. Radio siaran tidak hanya memberikan hiburan saja, tetapi juga penerangan dan pendidikan. Stasiun radio menyajikan berbagai macam program untuk memenuhi selera pendengar. Tulang punggung radio siaran adalah musik, orang menyalakan radio terutama untuk mendengarkan musik, karena musik merupakan hiburan. Selain itu acara pemberitaan yang akan disajikan, diolah dan dihiasi musik dan efek suara. Siaran radio juga dapat memberikan pendidikan pada anak-anak seperti dongengan anakanak, cerdas tangkas dan sebagainya diolah dan diberi hiasan agar menarik dan menjadi hidup. Dalam hal ini kegiatan yang dilakukan oleh BENS Radio sebagai media radio ethnic dalam mempertahankan dan memperkuatn eksistensi budaya masyarakat Betawi baik dari program siaran ataupun strategi yang dilakukan. Yaitu Peran Radio etnik sebagai media penguatan eksistensi budaya masyarakat Betawi (studi deskriptif di BENS Radio dan Masyarakat Betawi Rt.009/08, Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan) yang dilakukannya adalah sebagai berikut : a. BENS Radio sebagai media yang memperkuat norma-norma budaya. b. BENS Radio sebagai media yang dapat memberikan pengakuan terhadap eksistensi budaya Betawi. c. BENS Radio sebagai media yang memberikan informasi mengenai budaya Betawi. d. BENS Radio sebagai media yang dapat mempertahankan kelestarian dan eksistensi kebudayaan Betawi.
78
JURNAL KOMUNIKASI VOL. I NO. 1 Maret 2010
e. DAFTAR PUSTAKA Effendi, Onong, Uchjana. 2002. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Rosdakarya, Effendi, Onong, Uchjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, Hill, David, T., dan Send, Krisna, 2001, Media, Budaya dan Politik di Indonesia, Institut Studi Arus Informasi bekerja sama dengan, Jakarta: PT. Media Lintas Inti Nusantara,. Moleong, Lexy J, 2002.Metode Penelitian Kualitatif, Bandung. PT. Remaja Rosda Karya, Mulyana, Deddy. 2002. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Rakhmat, Jalaludin & Mulyana, Deddy. 2001. Komunikasi Antarbudaya, Bandung. PT. Remaja Rosdakarya, Suprapto, Tommy. 2005. Pengantar Teori Komunikasi, Yogyakarta: Media Pressindo,.
Saidi, Ridwan. 2001. Profil Orang Betawi, Asal Muasal, Kebudayaan dan Adat istiadatnya, Jakarta: PT. Gumara Kata.
79