]PERKEMBANGAN SERANGAN PENYAKIT BAKTERI PEMBULUH KAYU CENGKEH (BPKC) Pseudomonas syzygii DI PROPINSI JAWA TIMUR pada BULAN SEPTEMBER 2013 Oleh : Endang Hidayanti, SP dan Fitri Yuniarti, SP
Tanaman cengkeh (Syzigium aromaticum) dikenal sebagai tanaman rempah yang digunakan sebagai obat tradisional. Cengkeh termasuk salah satu penghasil minyak atsiri yang biasa digunakan sebagai bahan baku industri farmasi maupun industri makanan, sedangkan penggunaan yang terbanyak sebagai bahan baku rokok (Anonim,2002). Penyakit Bakteri Pembuluh Kayu Cengkeh (BPKC) merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh bakteri Pseudomonas syzygii. Bakteri ini menyerang tanaman dewasa melalui vektor atau perantara. Vektor dari penyakit ini adalah serangga Hindola sp. Gejala serangan yang ditimbulkan oleh P. syzygii
ditandai
dengan menguningnya daun yang kemudian berguguran, ranting-ranting dan cabang mati diikuti layu mendadak. Gugurnya daun dapat berlangsung
beberapa
minggu
sampai
beberapa bulan. Kematian tanaman cengkeh akibat penyakit ini dapat berlangsung cepat yaitu antara 3-12 bulan atau lambat yaitu antara 1-6 tahun. Umumnya pohon dewasa yang terlebih dahulu terserang (Irwan, 2013). Penyakit BPKC yang paling merusak tanaman cengkeh karena dapat menyebabkan kehilangan hasil mencapai 10 – 15%. Pola penyebaran penyakit ini umumnya mengikuti arah angin. Penularan penyakit ini dapat pula melalui alat-alat pertanian seperti golok, gergaji, sabit yang digunakan untuk memotong pohon sakit (BBPPTP Surabaya, 2013).
PERKEMBANGAN SERANGAN Pseudomonas syzygii Pada beberapa sentra cengkeh di Jawa Timur, penyakit BPKC menunjukkan tingkat serangan yang tinggi di Kabupaten Jombang, Kediri, Malang, Ngawi, dan Ponorogo. Tingginya serangan dipengaruhi oleh iklim, keadaan tanah yang kurang baik, drainase yang jelek, kekurangan unsur hara dan kurangnya pemeliharaan.
PETA PERKEMBANGAN SERANGAN Pseudomonas syzygii TANAMAN CENGKEH DI WILAYAH JAWA TIMUR
1.
Kabupaten Jombang
Di Kabupaten Jombang, serangan tinggi terjadi di Kecamatan Wonosalam dan diikuti oleh Kecamatan Bareng (tingkat serangan sedang), seperti tampak pada peta di atas. 2.
Kabupaten Kediri
Di Kabupaten Kediri, serangan tinggi terjadi di Kecamatan Mojo, Banyakan, Grogol, Kandangan, Puncu, Kepung dan Ngancar yang diikuti oleh Kecamatan Plosoklaten dan Semen (tingkat serangan sedang), seperti tampak pada peta di atas. 3.
Kabupaten Malang
Di
Kabupaten
Malang,
serangan
tinggi
terjadi
di
Kecamatan
Sumbermanjing Dampit dan Tirtoyudo, seperti tampak pada peta di atas. 4.
Kabupaten Ngawi
Di Kabupaten Ngawi, serangan tinggi terjadi di Kecamatan Kendal, Jogorogo, Ngrambe dan Sine, seperti tampak pada peta di atas. 5.
Kabupaten Ponorogo
Di Kabupaten Ponorogo, serangan tinggi terjadi di 10 kecamatan yaitu Kecamatan Ngrayun, Slahung, Sambit, Sawoo, Sooko, Pulung, Pudak, Ngebel, Jenengan dan Badegan seperti tampak pada peta di atas. Pada tanaman cengkeh jika sudah terserang oleh P. syzygii, sudah di kategorikan serangan tinggi dan harus segera dikendalikan. TEKNIK PENGENDALIAN Upaya pengendalian yang dilakukan untuk mengendalikan penyakit ini adalah: 1.
Mencegah masuknya penyakit ke daerah baru. Pemerintah melarang pengiriman bibit dari daerah yang sudah terjangkit penyakit ke daerah yang belum terjangkit penyakit.
2.
Sanitasi dan eradikasi, pohon yang terjangkit sebaiknya ditebang dan dibakar.
3.
Menghindari penanaman dekat hutan, terdapat banyak bukti bahwa sumber awal penyakit Sumatera berasal dari hutan. Membuat pertanaman cengkeh baru minimal dalam jarak 5 - 10 km dari batas pinggir hutan
4.
Pemberian antibiotik oksitetrasiklin (OTC) sebanyak 6 gr/100 ml air. Jarum infus yang digunakan berdiameter 1 mm. Penginfusan dilakukan setiap 3-4 bulan sekali.
Pemberian antibiotik oksitetrasiklin ini dapat menekan persentase pembuluh kayu terinfeksi dan juga dapat menekan penyebaran BPKC di dalam pembuluh kayu. Pengendalian dapat dipadukan dengan melakukan penyemprotan insektisida dengan sasaran serangga vektor penular penyakit BPKC menggunakan insektisida Matador 25 EC, Akodan 35 EC, Curacron 500 EC dan Dads 2,5 EC dengan interval 6 minggu sekali sampai serangga vektor tidak ada lagi. Pohonpohon yang terserang berat sebaiknya ditebang dan dibakar (Anonim, 2013). 5.
Pemupukan N yang dikombinasikan dengan K dapat meningkatkan ketahanan pohon dari serangan penyakit Bakteri Pembuluh Kayu Cengkeh.
6.
Pengendalian penyakit-penyakit sekunder yang timbul, antara lain dengan memakai fungisida tembaga atau karbamat.
7.
Pengendalian vektor Hindola sp. dengan insektisida, sihalotrin, monokrotofos, aldikarb, karbofuran dan asefat (Semangun, 2008)
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2002. Budidaya Tanaman Cengkeh (1). http://www.kopsyahirsyady.com/56-kebun/330-tanaman-cengkeh. Dikutip tanggal 23 Oktober 2013. Anonim. 2013. Penyakit Tanaman Tahunan. http://ujianoke.blogspot.com/2013/04/penyakit-tanaman-tahunan-p.html. Dikutip tanggal 23 Oktober 2013. BBPPTP Surabaya. 2013. Bakteri Pseudomonas syzygii sebagai Penyebab Penyakit Bakteri Pembuluh Kayu Cengkeh (BPKC). http://ditjenbun.deptan.go.id/bbpptpsurabaya/berita-210-bakteri-pseudomonas-syzigiisebagai-penyebab-penyakit-bakteri-pembuluh-kayu-cengkeh-bpkc-.html. Dikutip tanggal 23 Oktober 2013. Irwan, S. 2013. Hama dan Penyakit Tanaman Cengkeh. http://syarifirwan.blogspot.com/2013/06/hama-dan-penyakit-cengkeh-tanaman.html. Dikutip tanggal 23 Oktober 2013. Semangun, H. 2008. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Hal. 459-466.