PERKEMBANGAN SERANGAN BRONTISPA LONGISSIMA PADA TANAMAN KELAPA TRIWULAN II TAHUN 2013 WILAYAH KERJA BBPPTP SURABAYA Tri Rejeki, SP. dan Endang Hidayanti, SP.
Kelapa ajang
bisnis
Indonesia raksasa
menjadi
mulai
dari
pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida), proses produksi, pengolahan produk kelapa (turunan dari daging, tempurung, sabut, kayu, lidi,
dan
nira),
penunjangnya
dan
(keuangan,
aktivitas irigasi,
transportasi, perdagangan). Produksi Gambar 1. Tanaman Kelapa
buah kelapa rata-rata
15,5 milyar butir per tahun, total bahan ikutan yang dapat diperoleh 3,75 juta ton air, 0,75 juta ton arang tempurung, 1,8 juta ton serat sabut, dan 3,3 juta ton debu sabut (Suryana et al., 2005).
Gambar 2. Peta Luas Areal Tanaman kelapa di Wilayah kerja BBPPTP Surabaya pada Triwulan II Tahun 2013. Sumber: Data Bidang Proteksi BBPPTP SURABAYA
Sebagian sentra kelapa berada di wilayah kerja BBPPTP Surabaya yaitu Jawa Timur 241,588.95 Ha dan Jawa Tengah 148,566.92 Ha. Selain di dua provinsi yang mempunyai areal cukup luas, pada Triwulan II tahun 2013 ini luas areal kelapa diikuti oleh beberapa provinsi, seperti tabel di bawah ini: Tabel 1. Luas Areal Tanaman Kelapa. No.
Provinsi
1 2 3 4 5 6 7 8
Banten Jawa Barat Jawa Tengah DIY Jawa Timur Bali NTB NTT Total
LA (ha) 78,826.00 34,714.67 148,566.92 43,909.83 241,588.95 70,275.00 45,183.61 90,255.00 753,319.98
Sumber: Data Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya
Brontispa longissima merupakan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) asli Indonesia (Kepulauan Aru , Provinsi Maluku , Provinsi Papua) (Nakamura et al., 2006 cit. Ayri, 2005). Larva dan dewasa ditemukan di daun muda dan daun tua. Hama ini memakan jaringan lunak dari daun termuda di pangkal daun, baik dewasa maupun larva biasanya memakan epidermis abaxial dan bawah daun, merusak jaringan daun serta menghancurkan titik tumbuh kelapa, menyebabkan bercak-bercak nekrotik membujur pada daun muda (Howard, 2000 cit. Ayri & Ramamurthy, 2012). Daun melengkung dan berubah menjadi cokelat tampak hangus dan tidak rata (Kwan, 2013).
Gambar 3. Gejala kerusakan yang disebabkan B. longissima Sumber: Photo courtesy of the Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO)
Di wilayah kerja BBPPTP Surabaya pada triwulan II ini terdapat serangan B. longissima dengan tingkat serangan rendah dan sedang. Berdasarkan gambar peta di bawah ini terlihat bahwa hanya provinsi NTT yang berada pada tingkat serangan sedang, provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan NTB tingkat serangannya rendah.
Gambar 4. Peta Tingkat Serangan B. longissima pada Kelapa di Wilayah Kerja BBPPTP Surabaya Triwulan II 2013 Sumber: Data Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya
Luas serangan hama ini di seluruh wilayah kerja BBPPTP Surabaya adalah 6,515.36 Ha dari seluruh luas areal tanaman kelapa sebesar 753.319,98 Ha. Provinsi NTT merupakan yang paling tinggi yaitu 4.616,36 Ha atau 5,11% dari luas areal kelapa di NTT. Provinsi Bali tanaman kelapa terserang B. longissima seluas 414.75 Ha, yang merupakan urutan kedua setelah NTT.
Adanya komoditas
kelapa di setiap provinsi mewajibkan kita untuk selalu waspada terhadap adanya peningkatan serangan, sebab menurut Mawikere dan Lolong (2006) cit. Wiratno dan Rokhimatun (2012) penyebaran hama ini di lapangan sangat cepat karena pengaruh musim kering, tiupan angin yang kencang, dan jarak tanam yang berdekatan atau tidak beraturan sehingga imago mudah berpindah dari satu tanaman ke tanaman lain. Jika kerusakan daun mencapai 40% (8-10 pelepah rusak) maka penurunan produksi kelapa dapat mencapai 60%.
OPT dari waktu ke waktu selalu mengalami perubahan populasi, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain kemampuan OPT untuk beradaptasi, berkembang biak, kondisi lingkungan, ketersediaan pakan maupun cuaca dan iklim.
Grafik Perbandingan Luas Serangan Brontispa longissima pada Kelapa di Wilayah Kerja BBPPTP Surabaya antara Triwulan I dengan Triwulan II tahun 2013 Luas Serangan (ha)
5,000.00 4,000.00
Triwulan I
3,000.00
Triwulan II
2,000.00 1,000.00 0.00 Banten
Jawa Jawa Barat Tengah
DIY
Jawa Timur
Bali
NTB
NTT
Gambar 5. Grafik Perbandingan Luas Serangan B. longissima antara Triwulan I dan Triwulan II Sumber: Data Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya
Seperti halnya perkembangan B. longissima terjadi peningkatan luas serangan sebesar 1,15%. Di NTB terjadi peningkatan sebesar 66,53%, hal ini perlu diwaspadai dan dilakukan tindakan pengendalian. Di provinsi NTT yang merupakan wilayah yang paling tinggi tingkat serangannyan, terjadi penurunan tingkat serangan sebesar 3,85%. Pada triwulan II ini telah dilakukan pengendalian secara mekanis. Di Banten dan Jawa Barat belum dilakukan pengendalian, di Jawa Tengah telah dilakukan pengendalian dengan dana swadaya petani. Di Jawa Timur pengendalian dilakukan menggunakan APBD II dan swadaya petani. Kerjasama antara pemerintah, petani dan instansi terkait sangat diperlukan untuk memperoleh hasil pengendalian yang maksimal. Penyebaran B. longissima begitu cepat dan dampak yang ditimbulkannya cukup besar, maka kehadiran hama ini di pertanaman perlu dikendalikan. Salah satu cara pengendalian yang dapat diterapkan adalah melalui pemanfaatan musuh alami, seperti parasitoid Tetrastichus brontispae dan cendawan patogen serangga, seperti Metarhizium anisopliae (Loc et al., 2004 cit. Wiratno dan Rokhimatun,
2012) dan Beauveria bassiana (Hosang et al., 1996 cit. Wiratno dan Rokhimatun, 2012).
Grafik Perbandingan Luas Serangan dan Luas Pengendalian Brontispa longissima pada Kelapa di Wilayah Kerja BBPPTP Surabaya pada Triwulan II tahun 2013
5,000.00
Luas Serangan
4,000.00
Luas Pengendalian
3,000.00 2,000.00 1,000.00 0.00 Banten
Jawa Jawa Barat Tengah
DIY
Jawa Timur
Bali
NTB
NTT
Gambar 6. Grafik Perbandingan Luas Serangan dan Luas Pengendalian B. longissima Sumber: Data Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya
Penggunaan parasitoid T. brontispae dapat menekan 10-30% larva (Siahaan dan Syahnen, 2010 cit. Wiratno dan Rokhimatun, 2012). Nematoda patogen serangga potensial yang bisa digunakan untuk mengendalikan B. longissima adalah nematoda Heterorhabditis sp. (Pionar, 1990 cit. Wiratno dan Rokhimatun, 2012). Selain pengendalian secara biologi, dapat juga dilakukan pengendalian dengan cara blokade dan menebang tanaman sampai 3 km dari tanaman terinfeksi (Kwan, 2013). DAFTAR PUSTAKA Ayri S. & V. V. Ramamurthy. 2012. Diagnostics of Cococnut Leaf Beetle Brontispa longissima (Gestro) and Its Importance as an Invasive Species. Mun. Ent. Zool. Vol. 7, No. 2, June 2012. P787 -791 Bidang Proteksi. 2013. Data Triwulan II. Bidang Proteksi Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya, Jombang. Kwan C. 2013. Coconut Leaf Beetles (Brontispa longissima-Pest Alert&Brontispa chalybeipennis-in Hawaii ). http://alohaarborist.com/index.php/pest-of-themonth-january-2013-coconut-leaf-beetles-brontispa-longissma-pest-alertbrontispa-chalybeipennis-in-hawaii/
Suryana, A., D. Allorerung, Z, Mahmud, A Wahyudi, G. S. Handono, Novarianto, H. & H. T. Luntungan. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kelapa. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta. Wiratno dan Rokhimatun. 2012. Patogenesitas Nematoda Heterorhabditis Sp. Terhadap Kumbang Daun Kelapa Brontispa longissima Gestro. Jurnal Littri 18(4), Desember 2012. Hlm. 137 – 142.