PERKEBUNAN TEH MALABAR, PANGALENGAN, BANDUNG TAHUN 1890-1942, SEBAGAI KAJIAN ARKEOLOGI INDUSTRI Amdi Ariefianto Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia, Kampus UI, Depok 16424
[email protected]
Abstrak Perkebunan teh Malabar, merupakan tinggalan industri masa lalu yang masih dan diteliti menggunakan sudut pandang arkeologi industri. Pemilihan tema tersebut dalam penelitian ini dengan pertimbangan, penelitian mengenai perkebunan teh di Indonesia dari sudut pandang arkeologi belum pernah dilakukan, Pada awalnya, tanaman yang ditanam adalah kopi, tebu, nila dan rempah-rempah dengan menggunakan alat tradisional. Masuknya bangsa Belanda ke Indonesia, menyebabkan adanya komiditi baru yaitu karet dan teh, bersamaan dengan alat-alat modern sebagai alat produksi di perkebunan dan pabrik yang ada di Indonesia. Alat-alat tersebut menggunakan mesin uap bertekanan dan listrik untuk beroperasi. Alat-alat tersebut ditemukan bersamaan dengan berkembangnya teknologi akibat Revolusi Indsutri di Inggris pada abad ke-18. Perkebunan teh malabar terdiri dari beberapa komponen pendukung seperti, lingkungan, sumber daya alam, bahan baku lain, mesin dan alat produksi serta non produksi, bangunan dan sumber daya manusia. Dari komponen-kompenen tersebut, memperlihatkan perencaan yang matang dalam pembuatan perkebunan ini, baik secara ekologis, letak bangunan dan rencana bagaimana pekerja perkebunan dapat hidup. Beberapa tinggalan perkebunan teh Malabar, seperti tempat tinggal, pabrik, mesin dan tinggalan lainnya, memperlihatkan adanya perkembangan teknologi yang mencolok dibandingkan teknologi yang digunakan pada perkebunan sebelum datangnya bangsa Belanda ke Indonesia. Selain itu, terlihat juga adanya pemilihan letak pendirian tempat tinggal dan perbedaan kelas sosial yang terjadi di masyarakat industri.
Malabar Tea Plantation, Pangalengan, Bandung, In The Year 1890-1942, A Study On Industrial Archaeology Abstract Malabar tea plantation, an industrial remnants of the past are still active and examined using the point of view of industrial archeology. The selection of the themes in this study with the consideration, research on tea plantations in Indonesia from the archaeological point of view has not been done, at first, the plants grown are coffee, sugar, indigo and spices using traditional tools. The entry of the Dutch in Indonesia, leading to a new commodity that is rubber and tea, along with modern tools as a means of production in plantations and factories in Indonesia. Such tools using pressurized steam engine and electricity to operate. The tools were found along with the development of technology a result of industrial revolution in England in the 18th century. Malabar tea plantations consist of several components such support, the environment, natural resources, other raw materials, machinery and equipment production and non-production, building and human resources. Of component-kompenen, shows a mature planning in making this plantation, ecologically, building layout and plan how plantation workers can live. Some remnants of Malabar tea plantation, such as housing, factories, machinery and other remains, shows a striking technological developments than the technology used on the plantations before the arrival of the Dutch in Indonesia. In addition, the look is also a selection of the location of residence and establishment of social class differences that occur in the industry. Kata kunci: perkebunan teh, Malabar, arkologi industri
1 Perkebunan teh ..., Amdi Ariefianto, FIB UI, 2013
membuat analisis fungsional situs dan
Latar Belakang Ilmu
arkeologi
terus
struktur atau memberi konteks ekonomi dan
mengalami
teknologi (Palmer: 1998: 3).
perkembangan, hingga muncul satu kajian baru yaitu arkeologi Industri. Arkeologi
Tinggalan Industri yang masih bertahan
Industri adalah studi sistematis terhadap
sampai sekarang, masih digunakan ataupun
struktur dan artefak sebagai sarana untuk
hanya
memperluas pemahaman tentang industri
awalnya, seperti alat perkebunan, mesin dan
masa lalu. Pertama kali Arkeologi muncul
bangunan di suatu perkebunan. Tinggalan
pada abad ke-19 yang diperkenalkan oleh
tersebut termasuk sebagai materi budaya
Michael Rix. Michael Rix membuat artikel
yang dapat merekonstruksi budaya masa
berjudul ”Industrial Archaeology”. Artikel
lalu, sesuai dengan tujuan arkeologi (Deetz:
tersebut
banyak
1967: 5; Sharer & Ashmore: 1979: 5). Salah
yang
satu tinggalan industri milik Swasta Hindia
memperlihatkan revolusi industri. Namun,
Belanda adalah Perkebunan yang ada di
kajian industri tersebut tidak dapat perhatian
daerah Bandung, yaitu Perkebunan Teh
publik. Kajian mengenai arkeologi industri
Malabar. Perkebunan teh ini dapat menjadi
baru dikaji kembali pada pertengahan abad
sebuah warisan budaya di Indonesia karena
ke-20 (khususnya di Inggris). Hal tersebut
memiliki nilai sejarah dan budaya bagi
memunculkan
pelestarian
bangsa Indonesia. Keletakan banguan pada
monumen dan bangunan dari masa revolusi
perkebunan ini tidak mengalami banyak
industri, menyebabkan munculnya perhatian
perubahan, begitu juga dengan alat produksi
kepada ilmu arkeologi industri ini ( Palmer:
yang digunakan serta sistem produksinya,
1998:1 ).
dalam
monumen
menuliskan bersejarah
mengenai di
Inggris
kebijakan
sekedar
masih
beberapa
berada
aspek
ditempat
saja
yang
dikondisikan agar lebih efektif dengan
Arkeologi industri menjadi bagian dari studi
kegiatan produksi masa kini. Dengan begitu
arkeologi sejak tahun 1960. Arkeologi
perkebunan teh ini menjadi salah satu objek
industri bersifat lebih deskriptif dari pada
penelitian
analitis dan berkonsentrasi pada tinggalan
arkeologi
menggambarkan
masa lalu sebagai ekspresi dari usaha
yang
kemajuan
dapat atau
perkembangan teknologi perindustrian di
manusia. Data mengenai arkeologi industri
Indonesia, dan juga menjadi awal masuknya
pada umumnya terbatas pada sisa-sisa situs,
budaya industri masal/modern di Indonesia.
struktur, peta dan foto. Tidak seperti kajian arkelogi pada umumnya, arkeologi industri
Seperti yang dikatakan oleh Palmer, bahwa
tidak terfokus dengan artefak melainkan
arkeologi industri fokus pada interpretasi
pada interpretasi pada situs, struktur dan
situs, struktur dan lanskap. Maka, keletakan
lanskap. Dalam pengkajian data arkeologi
bangunan pada perkebunan ini menjadi salah
industri,
satu
arkeologi
industri
cenderung
pertahtian
2 Perkebunan teh ..., Amdi Ariefianto, FIB UI, 2013
dalam
penelitian
ini.
Keletakan bangunan dapat dilihat dari skala
kuno dan sarana lain yang ada pada
makro ataupun mikro. Skala makro yang
kompleks perkebunan teh Malabar, termasuk
melihat keletakan satu bangunan dengan
pabrik, sumber air, sumber bahan baku,
bangunan lain, keletakan sumber air untuk
gudang,
perkebunan ini, keletakan sumber bahan
didalamnya.
baku (dalam hal ini perkebunan teh),
makna penempatan suatu bangunan dan
keletakan
pada
hubungan antar bangunan. Keletakan tiap
satu
bangunan
jalur-jalur
perkebunan
yang
yang
ada
menghubungkan
rumah,
kantor
Kedua
mempunyai
dan
jalan
mengungkapkan
pengaruh
dalam
bangunan dengan bangunan lain. Secara
pembagian ruang dan sistem kerja pada
mikro melihat tata telat ruangan yang ada
kegiatan indusri ataupun kegiatan non
didalam pabrik ataupun bangunan yang ada
produksi dan kelompok sosial pada masa
di Perkebunan Teh Malabar, yang berkaitan
lalu
dengan kegiata produksi ataupun kehidupan masyarakat industri. Persamaan tinggalan
Dengan begitu, terdapat tujuan dan maafaat
bangunan dengan bangunan yang ada pada
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
masa kini jug dapat menjadi cara interpretasi
bentuk dan keletakan bangunan-bangunan
untuk merekonstruksi budaya.
kuno pada kompleks perkebunan teh dari masa kolonial di Indonesia, berikut kegiatan
Alat-alat yang digunakan dalam perkebunan
produksi dan non produksi yang terjadi di
atau pabrik ini merupakan tinggal atau objek
perkebunan teh Malabar pada masa lalu.
penelitian
tersebut
Begitu juga dengan tingkat sosial dan
mengenai
interaksi yang mungkin terjadi antara pihak
perkembangan teknologi dan budaya industri
Belanda, pegawai dan buruh. Penelitian ini
di Indonesia pada masa kolonial. Selain itu,
juga sangat bermanfaat sebagai sumber
keletakan
pengetahuan baru, khususnya dalam bidang
arkeologi.
memberikan
dan
menggambarkan
Alat-alat
informasi
bentuk
bangunan
kehidupan
dapat
masyarakat
industri
masa
kolonial
di
Bandung,
industri pada masa lalu. Seperti rumah
Indonesia. Penelitian ini bahkan dapat
ardministratur, rumah pegawai dan rumah
menjadi penelelitian awal bagi para peneliti
buruh, dapat memperlihatkan tingkat sosial
yang berminat dalam penelitian bangunan-
yang ada pada masa lalu. Jangka waktu
bangunan kuno yang terdapat di perkebunan
dibatasi dari tahun 1890-1942 karena tahun
atau
tersebut dapat dikatakan tahun puncak
Indonesia. Penelitian ini juga bermanfaat
kepopuleran komoditi teh di Eropa dan
secara
puncak kejayaan Perkebunan Teh Malabar
perindustrian, khususnya dalam perkebunan
ini pada masa kolonial
pada masa kolonial di Indonesia. Penelitian
pabrik-pabrik
umum
buatan
mengenai
Belanda
di
kehidupan
ini pun dapat memperlihatkan bagaimana
Dari latar belakang tersebut terdapat
budaya industri masal/modern berkembang
masalah penelitian sebagai bertikut:
di Indonesia.
bagaimana bentuk dan keletakan bangunan
3 Perkebunan teh ..., Amdi Ariefianto, FIB UI, 2013
membutuhkan dana untuk menutupi hutang
Sejarah Perkebunan Di Indonesia
dan kerugian yang diakibatkan oleh perang Pada
awalnya
kegiatan perkebunan di
tersebut. Hal tersebut membuat Belanda,
Indonesia belum terstruktur dan modern
pada tahun 1830 mengangkat Johannes Van
seperti sekarang. Pada masa kerjaan di
den Bosch sebagai gubernur jendral Hindia
Indonesia,
masih
Belanda
dengan
tugas
menanam secara bebas tanaman apa yang
kegiatan
pertanian
dan
mereka ingin tanam, dan sebagian hasil
Indonesia untuk mendapatkan keuntungan
panen
yang
sebesar-sebasarnya. Inilan menjadi awal
memerintah. Berbeda dengan perkebunan
sistem tanam paksa dan awal masuk industri
yang dikelola oleh Belanda di Indonesia.
perkebunan modern di Indonesia (Siahaun:
Perkebunan tersebut memiliki struktur dan
1996:
pembagian kerja yang lebih baik, dan hanya
Poesponegoro:
menanam
tergantung
tersebut komoditi yang banyak ditanam
tempat dan kebutuhan pasar (Syamsulbahri:
adalah kopi dan tebu, karena dua komoditi
1996:1-2).
inilah yang ramai dicari dipasar Eropa.
pemilik
diberikan
perkebunan
kepada
tanaman
Raja
tertentu
Perkebunan
yang
didirikan
6;
meningkatkan perkebunan
Kartodirdjo: 1993:
97).
1991: Pada
di
3; masa
Belanda di Indonesia bersifat komersil, skala besar, pada modal, kompleks, menggunakan
Tanam paksa yang sangat memberatkan
tenaga kerja yang banyak, pembagian kerja
penduduk mendapat kecamaan keras dari
secara
modern,
tokoh dan masyarakat di Belanda. Mereka
spealisasi kerja serta sistem administrasi dan
mengatakan Belanda memiliki hutang budi
birokrasi yang baik. Hal tersebut bertujuan
yang besar kepada Indonesia dan meminta
mencari
sebesar-sebasarnya.
untuk penghapusan kebijakan tanam paksa.
Penanaman dan produksi barang hasil kebun
Setalah tanam paksa dihentikan, daerah
juga ditujukan untuk memenuhi komoditi
Hindia Belanda dinyatakan terbuka untuk
ekspor pasaran Dunia (Kartodirdjo: 1991: 4).
modal swasta. Ditambah dengan undang-
Tidak seperti perkebunan awa yang ada di
undang agrarian pada tahun 1870 membuat
Indonesia, bersifat jauh lebih sederhana
banyak tanah yang dapat disewakan kepada
dibandingkan dengan perkebunan buatan
pengusaha Eropa. Pada periode ini lah
Belanda.
banyak berdatangan investor swasta dari
detail
dan
teknologi
keuntungan
Pada
awalnya
perkembangan
perkebunan ini dilakukan oleh pihak VOC
Eropa,
(Vereenigde
menanamkan
Oost-Indische
Compagnie),
khususnya modal
Belanda
banyak
di
Hindia
tanah
di
Belanda. Periode ini disebut juga dengan
Pemerintah
Zaman Liberalisme yang terjadi pada tahun
Hindia-Belanda dengan membubarkan VOC
1870-1900. Selama kurun waktu tersebut
pada tahun 1799. Akibat perang yang
banyak modal swasta yang berdatangan ke
dilakukan oleh Belanda di Perang Dunia,
tanah Jawa dan Sumatra untuk mendirikan
ataupun Perang di Indonesia, Belanda
pertanian dan perkebunan. Banyak swasta
mengalami kerugian yang begitu besar, dan
yang mendirikan perkebunan teh, tebu, kopi
namun Indonesia
pengembangan dilanjutkan
perkebunan oleh
4 Perkebunan teh ..., Amdi Ariefianto, FIB UI, 2013
dan kina beserta pabrik pengolahan bahan
Perkebunan Teh Malabar
mentah perkebunan (Boomgard: 2004: 64Perkebunan Teh Malabar berada di daerah
65; Siahaun: 1996: 6-7).
barat daya kota Bandung dengan jarak + 53 Tahun 1870 merupakan awal pergantian
km. Secara Astronomis, Perkebunan Teh
sistem perekonomian di Indonesia menjadi
Malabar terletak pada 7°12'00" - 7°14'00"
ekonomi liberal. Pada dasarnya zaman
Lintang Selatan dan 107°27'00" Bujur
liberalisme ini masih bersifat eksploitasi
Timur. Perkebunan ini topografi berbukit
Negara jajahan. Namun, pemerintah Hindia
dengan ketinggian 1500-1550 meter diatas
Belanda sudah memberikan keleluasaan
permukaan laut. Jenit tanah pada perkebunan
pada golongan swasta Eropa (khususnya
ini sebaian besar adalah tanah andosol
Belanda)
serta
dengan curah hujan tahunan 2300-3200 mm
kewirausahaan di Indonesia. Itu berarti
dan temperature harian 20-26 derajat celcius
masyarakat selain pribumi, khususnya Eropa
(Bankzaken:
sudah diperbolehkan untuk menyewa tanah
Geografis, Perkebunan ini berada di Gunung
ataupun persawahan sebagai lahan usaha di
Malabar,
Indonesia.
modal
Kabupaten Bandung. Wilayah Perkebunan
tanah
Teh Malabar, hampir keseluruhan berada di
Indonesia, kemudian pemerintah Hindia
bagian lereng. Wilayah perkebunan ini juga
Belanda membuat undang-undang agraria
dikelilingi
pada tahun 1870 untuk mengatur masuknya
Gunung Tilu, Gunung Wayang, Gunung
modal swasta (Kartodirdjo: 1991: 79-80;
Windu, Gunung Kancana dan Gunung
Poesponegoro: 1993: 118, 123).
Kendeng.
Dominasi kepemilikan pemerintahan Hindia
Perkebunan Teh Malabar ini bukan lah milik
Belanda atas perkebunan-perkebunan di
pemerintah Hindia Belanda, melainkan milik
Indonesia juga mulai bergeser ketangan
swasta Belanda bernama Ir. Kerkhoven yang
swasta Belanda. Perbandingan kepemilikan
berasal dari Firma John Peet & Co.
perkebunan antara milik pemerintah dan
Perkebunan ini dibuka pada tahun 1890,
swasta cukup jauh, dari yang pada awalnya
dengan membuka hutan + 300HA untuk
seluruh
menjadi
swasta
melakukan
Akibatnya,
banyak
usaha
investasi
berdatangan
perkebunan
milik
ke
pemerintah,
1929:
19-20).
Kecamatan
deretan
lahan
Secara
Pangakengan,
pegunungan
perkebunan
seperti
termasuk
sekarang hampir keseluruhan dimiliki oleh
bangunan pabrik, perumahan, jalan, kantor,
pihak swasta. Hal ini juga mengubah sistem
gudang
para pekerja, dari kerja paksa menjadi kerja
Pembangunan bangunan dan infrastrutur
upah
industri
tersebut banyak menggunakan kayu hasil
modern di Indonesia (Kartodirdjo: 1991: 84,
dari pembukaan hutan, seperti halnya kayu
86; Kanumoyoso: 2001: 21).
tersebut digunakan sebagai kayu bakar untuk
dan
pendorong
lahirnya
dan
bangunan
lainnya.
penghasil panas oven guna produksi. Ir. Kerkhoven tidak menjalankan perkebunan
5 Perkebunan teh ..., Amdi Ariefianto, FIB UI, 2013
ini sendiri, melainkan mengangkat K.A.R
dibawah
Bosscha sebagai administratur pertamanya
Malabar, Suganda: 2008:262; Prabowo:
di perkebunan teh Malabar pada tahun 1896.
1994: 5).
Pengelolaan atas perkebunan teh Malabar ini
Bangunan Pada Perkebunan Teh Malabar
mengalami beberapa kali pergantian badan pengelola.
Dimulai
dari
tahun
1951,
di Indonesia
khususnya milik Belanda. Tidak hanya perkebunan teh saja yang dinasionalisasikan, tapi perkebunan-perkebunan jenis tanaman lain
seperti
kopi,
dinasionalisasikan 86/1958
dan
kina,
gula
juga
dengan dasar UU No.
PP
No.19/1959.
Untuk
perkebunan teh Malabar sendiri diambil alih oleh pemerintah Indonesia pada tanggal 27 Desember
1957
dibawah
PTPN
VIII.
(Arsip
Perkebunan teh malabar memiliki beberapa bangunan sebagai penunjang kegiatan produksi ataupun kehidupan sehari-hari masyarakat industri. Dari bangunanbangunan tersebut dapat dibagi menjadi tiga bagia, pertama komponen perkebunan teh Malabar, kedua tempat tinggal, dan ketiga infrastruktur lain. Bangunan komponen perkebunan teh Malabar terdiri dari: perkebunan teh, pabrik produksi, kantor administrator, gudang, bangunan teknik, bangunan pengepakan. Bangunan untuk tempat tinggal terdiri dari: rumah administrator dan pejabat Belanda, rumah buruh. Untuk infrastruktur lain terdiri dari: jalan, pembangkit listrik, sumber air, alat transportasi, sekolah, kawasan hiburan, dan pasar.
Indonesia melakukan nasionalisasi seluruh industri asing yang ada
naungan
pengawasan
Perkebunan Negara Unit Jawa Barat III (PNU Jabar III) berdasarkan UU No. 86/1958 dan peraturan pemerintah No.
Pola Keletakan Perkebunan dan Bangunan Pada Perkebunan Teh Malabar
2/1959. PNU sendiri mengalami perubahan pada tahun 1964. Pada tahun tersebut PNU Jabar III berubah menjadi Perusahaan Perkebunan Negara Aneka Tanaman (PPN
Perkebunan teh malabar terdapat pada lokasi
Antan
yang strategis untuk mendukung segala
IX).
Setalah
PPN
Antan
IX,
perkebunan ini di reorganisasi kedalam
proses produksi daun teh,
Perusahaan Perkebunan XIII (PNP XIII)
penanaman, perawatan, produksi hingga
pada tanggal 12 April 1968 berdasarkan PP
pengepakan.
No.14/1968. PNP XIII berubah menjadi
dilokasi yang tinggi untuk mendapatkan
Perseorangan Terbatas (PT) pada tangaal 1
suhu dan iklim yang cocok untuk budi daya
Agustus 1971 melalui PP No. 24/1971 dan
teh.
diperkuat
GHS
perkebunan ini juga terdapat beberapa
Loemban Tobing No. 68 pada tanggal 31
sumber air sebagai penunjang kegiatan
Juli 1971. Berdasarkan PP No. 13 Tahun
produksi.
dengan
Akte
Notaris
1996, PTP XI, PTP XII dan PTP XIII
perkebunan
VIII, teh
sehingga Malabar
dari
posisi
terdapat
ketinggian,
ini merupakan salah satu hal penting bagi
manajemen juga
Selain
ini
masa
Pola keletakan bangunan pada perkebunan
digabung menjadi satu manajeme yaitu PTP Nusantara
Perkebunan
dari
arkeologi. Pola keletakan bangunan yang
berada
ada
pada
perkebunan
6 Perkebunan teh ..., Amdi Ariefianto, FIB UI, 2013
ini,
dari
antar
bangunan sampai antar ruang di dalam
berbatasan dengan jalan raya yang mengarah
bangunan memiliki makna tersendiri. Makna
ke kota Banjaran dan Bandung, sebelah
tersendiri itu yang membuat pola keletakan
barat
bangunan yang berbeda-beda ini menjadi hal
penduduk,
yang penting untuk di teliti bagi penilitian
dengan aliran sungai dari danau Cilaki dan
arkeologi. Seperti yang nyatakan oleh Ian
Situ Gede, dan sebelah timur berbatasan
Hodder mengenai pola keletakan yang dapat
dengan
memberikan dan memahami makna, juga
perkebunan hanya di tandai dengan patok
dapat memberikan interpretasi di balik
yang ditanam setiap dua meter mengelilingi
benda-benda materi (Inagurasi, 2010: 113).
perkebunan. Secara area yang lebih luas
Dibalik makna pola keletakan bangunan,
sebenarnya
dapat dilihat pengelompokkan kehidupan
dengan gunung-gunung disekitarnya, bagian
sosial yang ada di perkebunan teh Malabar
barat, Selatan dan timur perkebunan ini
ini dari pembagian kerja atau jabatan mereka
berbatasan dengan Gunung Tilu, Gunung
masing-masing sebagai masyarakat industri.
Wayang, Gunung Windu, Gunung Kancana
berbatasan sebelah
hutan.
dengan
perumahan
Selatan
berabatasan
Semua
perkebunan
batas
ini
dan Gunung Kendeng. Batas-batas wilayah perkebunan ini terdiri dari, sebelah Utara (pintu masuk utama) Denah 1: Keletakan Bangunan Pada Perkebunan Teh Malabar
. Keterangan:
5: Kawasan perumahan buruh
1: Rumah administrator kepala
6: Kawasan pabrik Malabar
2: Rumah kepala afdeling
pertama
3: Rumah kepala afdeling
7: Rumah kepala afdeling
4: Area sekolah rakyat
8: Kawasan perumahan buruh
7 Perkebunan teh ..., Amdi Ariefianto, FIB UI, 2013
wiliyah
berbatasan
----: Batas antar afdeling
9: Kawasan pabrik Malabar kedua
: Jalan Utama
10: Rumah kepala afdeling
: Pintu gerbang perkebunan
11: Kawasan perumahan buruh
Malabar
12: PLTA Cilaki
Untuk mempermudah pembagian kerja dan
seperti
administrasi dalam perkebunan. Perkebunan
Namun, pada afdeling ini terdapat pintu
ini dibagi menjadi empat wilayah/afdeling,
masuk utama perkebunan. Lokasi berikutnya
yaitu afdeling Utara, afdeling Selatan,
ada afdeling Sukaratu yang berada di timur
afdeling Sukaratu dan afdeling Tanara (lihat
afdeling Utara. Pada kawasan ini, hanya
denah 1). Setiap afdeling ini memiliki lokasi
terdapat satu kawasan perumahan pegawai.
perumahan dan pemimpin yang berbeda-
Bangunan yang ada pada kawasan ini adalah
beda. Lokasi perumahan pertama ada di
satu rumah pemimpin dan satu kawasan
perbatasan afdeling Selatan dan afdeling
perumahan buruh. Lokasi terakhir ada di
Utara, lokasi ini dapat dikatakan lokasi awal
Selatan afdeling Sukaratu yaitu afdeling
didirikannya kawasan bangunan perkebunan.
Tanara. Pada afdeling ini terdapat dua
Pada lokasi ini terdapat penggabungan dua
kawasan bangunan. Pertama adalah kawasan
kawasan
perumahan pegawai, kawasan perumahan ini
perumahan
afdeling,
yaitu
halnya
afdeling
sama
Kawasan bangunan ini merupakan kawasan
Sukaratu,
bangunan yang paling besar. Terdapat tiga
pemimpin Belanda dengan satu kawasan
rumah pemimpin Belanda, termasuk rumah
perumahan buruh. Kawasan yang ke dua
administrator
kawasan
adalah kawasan pabrik Malabar kedua
perumahan buruh (termasuk 420 unit omah
(Tanara). Kawasan pabrik Malabar kedua
hideung), dan sekolah buruh. Tidak jauh dari
cukup besar, karena terdiri dari beberapa
lokasi ini juga terdapat kawasan pabrik
bangunan
Malabar yang berada di sebalah barat.
bangunan pabrik sebagai pusat kegiatan.
dua
kawasan
Selatan.
perumahan afdeling Selatan dan Utara.
kepala,
dengan
pada
hanya
terdapat
penunjang
perumahan satu
produksi
di
rumah
dengan
Lokasi ke dua adalah afdeling Utara, pada afdeling ini tidak ada kawasan bangunan
Tata Ruang Bangunan Dari tata ruang yang ada pada tiap tempat
rumah yang paling besar dengan fungsi dan
tinggal di perkebunan ini, terlihat adanya
jenis ruang paling banyak, memperlihatkan
perbedaan jumlah, luas dan fungsi tiap
bahwa rumah tersebut merupakan bangunan
ruang. Dari tiap tata ruang yang ada pada
dengan tingkat sosial paling tinggi. Rumah
tempat
dapat
kepala afdeling, rumah yang cukup besar
memperlihatkan juga tingkat sosial dari
tetapi memiliki jenis ruang dengan fungsi
orang yang tinggal di rumah tersebut.
yang lebih sedikit dari rumah kepala
Rumah kepala administrator merupakan
administrator, dengan begitu tingkat sosial
tinggal
tersebut,
9 Perkebunan teh ..., Amdi Ariefianto, FIB UI, 2013
bangunan tersebut lebih rendah dari tempat
bangunan, tingkat sosial juga dapat dilihat
tinggal administrator. Tempat tinggal yang
dari bentuk dan gaya bangunan. Untuk
paling kecil dan tingkat sosial paling rendah
golongan yang lebih tinggi memiliki bentuk
adalah rumah buruh, hal tersebut dapat
dan
dilihat dari jenis dan jumlah ruang yang
dibandingkan
paling sedikit. Selain dari tata ruang
sosial dibawah bangunan tersebut.
gaya
bangunan
yang
bangunan
lebih
dengan
baik
tingkat
Denah 3: Tata Ruang Rumah Kepala Afdeling
Denah 2: Tata Ruang Rumah Administrator Kepala
Keterangan: 1: Ruang tamu 2: Ruang keluarga 3: Ruang belakang 4: Kamar tidur 5: Kamar tidur 6: Dapur 7: Lorong 8: Kamar mandi 9: Teras dan Halaman
1. Ruang kamar 2. Ruang kamar 3. Ruang kamar 4. Ruang kamar 5. Ruang tamu 6. Ruang tamu 7. Lorong 8. Ruang belakang
Denah 4 : Tata ruang rumah buruh kecil
Keterangan: 1.Ruang tamu 2.Kamar tidur 3.Dapur
10 Perkebunan teh ..., Amdi Ariefianto, FIB UI, 2013
9. Dapur 10. Gudang 11. Kamar mandi 12. Kamar mandi
perawatan dan pemetikan teh pada perkebunan ini
Rekonstruki Produksi
sangat menjaga kualitasnya. Untuk menjamin kualitas Kegiatan produksi teh pada perkebunan ini terdiri dari
tersebut, perkebunan ini memiliki orang yang menjabat
3 macam tahapan, pertama adalah tahapan pra
sebagai kepala tanaman yang disebut juga sebagai
produksi, tahapan kedua adalah kegiatan produksi dan
“sinder”. Sinder merupakan orang yang mengontrol
tahapan terakhir adalah kegiatan pasca produksi.
seluruh kegiatan yang berkaitan dengan daun teh di perkebunan.
Pra Produksi
Proses
penanaman,
perawatan
dan
pemetikan teh membutuhkan tenaga kerja yang sangat Pra produksi merupakan tahapan yang berkaitan
besar. Untuk memenuhi kebutuhan sumber daya
dengan
manusia, perkebunan ini tidak hanya menggunakan
produksi
teh,
namun
kegiatan
tersebut
dilaksanakan di luar pabrik dan termasuk dalam tahap
tenaga kerja dari Priyangan saja, namun
persiapan
mendatangkan pekerja dari Jawa Tengah.
produksi.
Dalam
proses
penanaman,
juga
Produksi
Keterangan: 1. Proses pelayuan 2. Proses penggilingan 3. Proses oksidasi
4. Proses pengeringan 5. Proses sortasi 6. Proses penyimpanan
Kegiatan produksi daun teh pada perkebunan ini
Pertama adalah kepala teknis/macinist dan ahli teh
dilakukan di dalam pabrik yang menggunakan mesin-
yang disebut chemicer. Macinist bertanggung jawab
mesin mekanik dalam memproses daun teh tersebut.
atas produksi yang menggunakan mesin-mesin mekanis
Terdapat dua pabrik yang digunakan pada perkebunan
dan chemicer bertanggung jawab atas kualitas daun teh
ini. Pabrik pertama yang lebih kecil memuat lebih
sebelum di bungkus. Tahap-tahap proses produksi pada
sedikit angka produksi dibandingkan pabrik kedua
perkebunan ini dapat dilihat pada bagan 4.1.
yang jauh lebih besar. Seluruh mesin yang ada di kedua Proses pelayuan dilakukan untuk melayukan daun
pabrik tersebut digerakkan oleh tenaga listrik yang
dengan tujuan mengurangi kadar air yang ada dalam
disediakan oleh turbin-turbin yang digerakkan dengan
daun
tenaga air di PLTA Malabar.
teh
tersebut.
Hal
ini
dilakukan
akan
mempermudah proses penggilingan, karena daun yang Produksi daun teh pada pabrik Malabar terdiri dari
lebih layu akan lebih mudah dihancurkan dibandingkan
beberapa proses dengan menggunakan alat-alat yang
yang masih basah. Proses kedua adalah proses
berbedat. Proses-proses tersebut adalah (1) proses
penggilingan, atau proses penghancuran daun teh untuk
pelayuan, (2) proses penggilingan, (3) proses oksidasi,
mendapat potongan teh yang kecil-kecil. Pada proses
(4) proses pengeringan, (5) proses sortasi, dan (6)
ini menggunakan dua jenis alat yang berbeda dengan
proses penyimpanan. Pada proses produksi ini terdapat
fungsi penggilingan yang berbeda. Proses selanjutnya
dua orang dengan jabatan berbeda yang bertanggung
adalah
jawab atas kegiatan produksi di perkebunan ini.
penggilingan yang sudah terayak tadi akan dioksidasi
proses
oksidasi
11 Perkebunan teh ..., Amdi Ariefianto, FIB UI, 2013
daun
teh.
Hasil
dari
berdasar kan jenis kualitas daun teh masing-masing.
Pasca Produksi
Setelah melalui proses oksidasi, daun teh tersebut akan Pasca produksi merupakan kegiatan yang dilakukan
masuk ke tahap pengeringan. Pada tahap ini terdapat 2
setelah produksi. Terdapat empat kegiatan dalam tahap
jenis mesin, pertama mesin pengering yang disebut
ini. Pertama adalah tahap uji kualitas, kedua adalah
delong/siroc, dan kedua adalah tungku pembakaran
tahap
kayu bakar yang merupakan sumber panas bagi mesin
proses
produksi
tahap
ketiga
adalah
terakhir adalah penananganan limbah. Tahap pertama
proses ini merupakan proses penyortiran daun-daun teh mengalami
teh,
pendistribusian teh yang sudah dikemas, dan tahap
pengering. Proses selanjutnya adalah proses sortasi,
setelah
pengepakan
adalah tahap pengujian kualitas daun teh sebelum di
berdasarkan
kemas. Pada tahap ini setiap jenis teh yang sudah
kualitas dari daun-daun tersebut. Proses sortasi
disimpan akan diambil sedikit untuk diuji. Pengujian
menggunakan mesin yang disebut sortasee dan proses
ini seperti halnya membuat teh biasa, daun teh ditaruh
penyortiran ini terjadi berulang-ulang hingga benar-
ke dalam gelas, kemudian disiram air mendidih dan
benar terpisah kualitas yang baik dengan yang buruk.
didiamkan selama 15 menit dalam keadaan gelas Foto 1:Salah satu contoh mesin giling
tertutup. Pengepakan dimulai dari pengambilan daun teh dari lubang bagian bawah kotak penyimpanan seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Daun teh tersebut akan dimasukan kedalam karung goni dan kemudian ditimbang. Pengiriman daun teh menuju kota dan akan diekspor merupakan perjalan yang sangat jauh, sehingga perkebunan ini membuat kemasan yang kuat untuk teh-teh mereka. Kegiatan ketiga adalah distribusi, kegiatan distribusi adalah proses pengiriman hasil teh yang sudah di kemas menuju kota dan pelabuhan untuk di ekspor. Alat yang digunakan untuk mendistribusikan teh menuju kota adalah truk, kereta kuda dan kereta. berbeda dengan yang ada pada perkebunan teh
Kelompok Sosial
Malabar.
Pengelompokan
ini
berdasarkan
jenis
Sumber daya manusia ini termasuk dari jabatan paling
pembagian kerja, dengan dasar tersebut kelompok
tinggi hingga paling rendah, dan kesatuan masyarakat
sosial yang ada pada perkebunan ini digolongkan
ini dikategorikan sebagai masyarakat industri. Pada
menjadi, golongan tingkat atas, golongan tingkat
penelitian yang dimaksud dengan kelompok sosial
menengah dan golongan tinggat pekerja. Selain
adalah, penggolongan komponen masyarakat industri
pengelompokan sosial dilihat dari pembagian kerja,
pada perkebunan teh Malabar pada zaman kolonial
pengelompokan sosial juga dapat dilihat dari bentuk
Belanda.
rumah tinggal dan pakaian yang digunakan oleh masyarakat industri itu tersebut.
Pada masa sebelum industrialisasi di Indonesia, sistem sosial yang ada pada masyarakat industri sedikit
12 Perkebunan teh ..., Amdi Ariefianto, FIB UI, 2013
Bagan 1: Kelompok sosial menurut Watson
Tabel 1: Kelompok Sosial Pada Perkebunan Teh Malabar Golongan atas
Pemimpin pabrik (administratur kepala) : Orang Belanda
Golongan menengah
Tenaga ahli : Orang Belanda Kepala teknis (macinist) Ahli teh (chemicer) Ahli tanaman teh (sinder)
Golongah pekerja
Mandor,
Buruh
:
orang
pribumi
Indonesia
Sumber: Watson, 2003:198
Menurut Watson, kelompok sosial pada masyarakat
terakhir
membagi
menjadi
tiga
golongan
yaitu
industri dapat di bagi tiga jenis. Jenis petama terdapat
golongan atas, golongan menengah dan golongan
lima golongan didalamnya dibagi menurut jabatan
pekerja.
mereka. Paling tinggi merupakan pemilik industri Pada
tersebut, kedua adalah pejabat senior, ketiga adalah
perkebunan
teh
Malabar,
pengelompokan
golongan sosial menggunakan jenis ketiga dari yang
jabatan menengah yang diisi beberapa ahli, keempat
dikemukakan Watson. Tetap menggunakan pembagian
adalah pengawas, dan kelima adalah pekerja kasar.
golongan sosial berdasarkan pembagian kerja, namun
Jenis kedua langsung membagi menjadi dua golongan,
disesuai kan dengan keadaan masa tersebut, bahwa
yaitu marx’s bourgeouises yang merupakan golongan
Indonesia menjadi negara koloni Belanda. Maka
kelas atas, pengusaha ataupun “boss” yang tidak
pembagian golongan sosial pada perkebunan teh
bekerja secara langsung. Golongan kedua adalah
Malabar dapat dilihat dari pembagian kerja, pakaian,
marx’s proletariat, merupakan golongan kelas bawah
dan tempat tinggal.
yang terus bekerja untuk golongan atas. Jenis yang
Tabel 2: Perbedaan Tiap Golongan Golongan Atas
Jabatan Administrator kepala
Tempat tinggal - Ukuran paling
Pakaian
besar dan paling
lengkap
(orang Belanda)
- Ruangan
Sekolah
- Baju khas Eropa,
- Bersekolah di kota,
- Menggunakan alas kaki
- Menggunakan bis sekolah
- Baju khas Eropa,
- Bersekolah di kota,
- Menggunakan alas kaki
- Menggunakan bis sekolah
paling banyak dengan
fungsi tertentu - Detail bangunan lebih banyak - Terdapat taman, halaman dan taman Menengah
Kepala
afdeling,
chemicer, machinist, sinder
- Ukuran sedang tidak lebih besar dibandingkan rumah administrator - Ruangan
dalam
rumah
cukup
banyak (orang Belanda)
- Tidak memiliki teras, halaman dan taman
13 Perkebunan teh ..., Amdi Ariefianto, FIB UI, 2013
- Detail bangunan tidak begitu banyak Pekerja
Mandor, Buruh
- Ukuran paling kecil
- Buruh pria:
- Hanya terdapat 3 ruangan
Menggunakan
- Kamar mandi di luar (kamar mandi umum)
Bersekolah di sekolah rakyat celana
kain
dengan bertelanjang dada
pada
perkebunan
Malabar
- Buruh wanita:
- Tidak memiliki taman, halaman dan teras
Menggunakan
baju
seperti
kebaya dengan bawahan kain - Mandor: Mengenakan baju seperti baju orang Belanda, menggunkan blangkon,
dan
tidak
menggunakan alas kaki
Hubungan Bangunan
dan
Fungsi
tujuan dan makna tersendiri, mengapa bangunan-
Keletakan
bangunan yang ada dibuat dengan letak tertentu. Salah
Pola keletakan dari tiap bangunan pada perkebunan ini
satu makna yang ada dalam pola keletakan bangunan
memiliki makna tersendiri. Seperti yang dikatakan Ian
adalah tujuan pengawasan, yang dimaksud dengan
Hodder
dapat
pengawasan ini adalah golongan atas atau pejabat
memberikan dan memahami makna, juga dapat
perkebunan dapat memantau kegiatan yang terjadi di
memberikan interpretasi di balik benda-benda materi
perkebunan ataupun di bangunan lain di perkebunan ini
(Inagurasi, 2010: 113). Dengan begitu keletakan tiap
(lihat denah 2).
mengenai
pola
keletakan
yang
bangunan pada perkebunan ini memiliki maksud,
Denah 2: Denah Hubungan Bangunan
Foto 2: Baju Orang Belanda
Keterangan: A. Bangunan golongan atas B. Bangunan golongan menengah C. Bangunan dan fasilitas pabrik D. Kawasan bangunan golongan bawah
E. Bangunan fasilitas golongan bawah . Jalan . Garis pengawasan imajiner . Garis pengawasan imajiner
14 Perkebunan teh ..., Amdi Ariefianto, FIB UI, 2013
teh
Rumah administrator (bangunan A) jika dilihat sekilas
para pegawai dan buruh, lewatnya kendaraan pribadi
merupakan bangunan biasa yang bagus, besar dan
ataupun kendaraan guna produksi, pasti melewati
hanya sebuah tempat tinggal bagi administrator.
rumah administrator. Rumah administrator memiliki
Namun, apabila letak bangunan tersebut dikaitkan
sisi dinding yang didominasi oleh jendela, dengan
dengan
begitu administrator dapat mengawasi kegiatan lalu
pengolompokan
sosial
yang
ada
pada
perkebunan ini. Pembuatan rumah administrator di
lalang dari dalam ataupun dari luar bangunan.
lokasi tersebut sudah dipertimbangkan terlebih dahulu Namun, seperti yang di gambarkan pada denah 4.1
hingga memiliki arti penting dan strategis, dalam hal ini
rumah
administrator
juga
memiliki
menggunakan garis imajiner. Rumah administrator
fungsi
tidak bisa mengawasi secara langsung kegiatan yang
pengawasan.
terjadi di kawasan
perumahan buruh (kawasan
Letak rumah administratur ( bangunan A) terdapat
bangunan D). Hal tersebut dikarenakan posisi kawasan
diposisi paling Utara dan arah hadap ke Selatan. Posisi
perumahan buruh yang jauh dan letaknya lebih rendah
rumah administratur terdapat di posisi yang terbuka
dari rumah administrator. Untuk pengawasan kawasan
dan memungkinkan untuk melihat ke segala arah. Dari
rumah buruh dilakukan oleh para pejabat perkebunan
rumah administrator dapat melihat langsung ke arah
yang tinggal di rumah kepala afdeling (bangunan B).
sekolah rakyat (bangunan E), rumah kepala afdeling
Letak rumah kepala afdeling berdekatan dengan
(bangunan B) dan ke arah kawasan pabrik (bangunan
kawasan perumahan buruh, dan terdapat di kawasan
C). Begitu juga sebaliknya, dari bangunan-bangunan
yang lebih tinggi dibandingkan rumah buruh. Hal
tersebut dapat melihat secara langsung ke rumah
tersebut membuat pengawasan terhadap kawasan
administrator. Dengan begitu administrator dapat
perumahan buruh lebih mudah dilakukan. Selain itu
dengan mudah mengawasi kegiatan yang terjadi di
terdapat jalan yang menghubungkan perumahan buruh
bangunan sekitarnya. Selain itu akses jalan dari tiap
dengan perkebunan. Dengan aktivitas lalu lalang para
bangunan pada area tersebut pasti akan melewati
buruh pasti melewati kedua rumah kepala afdeling,
rumah administrator. Dengan begitu kegiatan lalu
sehingga pengawasan kegiatan mobilitas para buruh
lalang yang terjadi di area ini, seperti pulang perginya
lebih mudah dilakukan.
Kesimpulan Penelitian yang dilakukan pada perkebunan teh
akibat perlawanan dari rakyat Indonesia. Selain itu,
Malabar
arkeologi
revolusi industri di Inggris menyebabkan kemajuan
industri menghasilkan beberapa penemuan sebagai
teknologi industri modern di negara-negara Eropa,
berikut. Munculnya perkebunan teh Malabar berikut
termasuk Belanda. Dengan begitu Belanda membuat
perkebunan-perkebunan lain di Indonesia merupakan
perkebunan-perkebunan
salah
mendapatkan
Eropa di Indonesia sebagai salah satu sumber devisa
keuntungan dari negara jajahannya. Hal tersebut
negara. Komoditi-komoditi tersebut adalah kopi, gula
dilakukan karena Belanda membutuhkan dana besar
dan indigo.
menggunakan
satu
usaha
sudut
Belanda
pandang
untuk
penghasil
komoditi
pasar
untuk menutup semua hutang dan kerugian yang Belanda
diakibatkan perang. Dalam hal ini perang dunia ke dua
terus
mengeskplorasi
Indonesia
dengan
kebijakan tanam paksa sebagai pengganti kebijakan
yang terjadi di Eropa, dan juga perang yang terjadi
15 Perkebunan teh ..., Amdi Ariefianto, FIB UI, 2013
sewa tanah yang dianggap gagal oleh pemerintah pusat
Selain dari pembagian kerja, golongan sosial dapat
Belanda.
semakin
dilihat dari tempat tinggal dan pakaian yang digunakan.
berkembang pada saat dihapuskannya kebijakkan
Semakin tinggi golongan sosialnya, maka semakin
tanam paksa dan diperbolehkan modal Eropa masuk ke
tinggi kualitas dari tempat tinggal mereka. Tempat
tanah Indonesia pada tahun 1870. Pada saat itu pihak
tinggal yang dimiliki oleh golongan atas merupakan
swasta Eropa mulai berdatangan dan mendirikan
tempat tinggal yang paling besar dan luas. Tempat
perkebunan-perkebunan baru dengan komoditi baru
tinggal tersebut memiliki ruangan paling banyak
yang mulai ramai di pasar Eropa, yaitu komoditi teh
dengan fasilitas yang lebih lengkap. Letaknya pun
dan karet. Salah satu perkebunan yang didirikan oleh
strategis
pihak swasta Belanda adalah perkebunan teh Malabar.
pengawasan perkebunan.
Proses produksi yang terjadi pada perkebunan ini
Pada perkebunan ini hubungan antar bangunan dapat
menghasilkan pembagian golongan masyarakat industri
dilihat dari keletakan bangunan dengan bangunan lain
berdasarkan pembagian kerja. Seperti golongan atas
di perkebunan ini. Pada perkebunan ini terdapat empat
pada perkebunan ini adalah administrator kepala yang
afdeling, namun terlihat kawasan yang paling padat
merupakan orang Belanda. Jabatan tersebut merupakan
berada
jabatan tertinggi yang ada di perkebunan teh Malabar.
administrator dan rumah kepala afdeling, perumahan
Golongan
pejabat-pejabat
buruh, dan kawasan pabrik. Dari letak dan posisi
perkebunan lain, seperti sinder, chemicer, macinist dan
ketinggian bangunan, dapat terlihat fungsi pengawasan
kepala afdeling. Orang yang menjabat dijabat tersebut
dari antar bangunan. Dalam hal ini rumah administrator
merupakan orang-orang Belanda yang didatangkan
sebagai bangunan yang dapat mengawasi seluruh
langsung dari Belanda. Golongan terendah adalah
bangunan dan kegiatan yang berlangsung disekitarnya.
golongan pekerja, golongan ini diisi oleh mandor dan
Pengawasan tersebut dibantu oleh tempat tinggal
buruh. Mandor dan buruh adalah orang pribumi
kepala afdeling yang mengawasi perumaha buruh.
Indonesia yang berasal dari priyangan dan dari
Hubungan bangunan untuk pengawasan tersebut dalam
beberapa daerah dari jawa. Untuk orang pribumi yang
memperlihatkan juga kelompok sosial yang ada,
bisa baca, tulis dan hitung dijadikan mandor, dan
dimana kelompok sosial yang lebih tinggi mengawasi
sisanya bekerja kasar menjadi buruh.
kegiata kelompok lain yang lebih rendah.
Perkebunan
menengah
di
diisi
Indonesia
oleh
untuk
di
tinggal
afdeling
ataupun
Selatan.
sebagai
Terdapat
fungsi
rumah
Daftar Pustaka -
-
-
Bachtiar, T. (2008, 3 Juni). Gunung Malabar,
Boomgard, Peter. (2004). Anak Jajahan
Melebar Keseluruh Arah. Pikiran Rakyat.
Belanda: Sejarah Sosial dan Ekonomi Jawa
Bankzaken, Alle. 1929. Handboek voor cultuur en Handelsondernemingen in Nederlandsch-Indie 1929.
1795-1880; Pengantar, Thee Kian Wie;
Binford,
Jakarta: Djambatam.
Lewis
R.
2009.
Penerjemah,
Monique
Sosman,
Koesalah
Soebagyo Toer; Editor, Saeno M. Abdi.
Debating
Archaeology: Updated Edition. California: Left Coast Press.
16 Perkebunan teh ..., Amdi Ariefianto, FIB UI, 2013
-
Casella, Eleanor Conlin & James Symonds.
Arkeologi:
(2005).
Kemanusiaan (Editor Ali Akbar) Halaman
Industrial
Archeology:
Future
-
Deetz,
James.
1976.
Invitation
-
to
-
-
-
Binjamin/Cummings Publishing
Java.
-
Indonesia: Sejak Hilang Kehormatan Sampai
Cambridge:
Banting
Hemly, C. (1998, Maret 19). Suguhan
Perindustrian dan Perdagangan. -
Jakarta:
Departemen
Soekiman, Djoko. (2011). Kebudayaan Indis: Dari Zaman Kompeni Sampai
Perusahaan Belanda di Indonesia. Jakarta:
Jakarta: Komunitas Bambu.
Pustaka Sinar Harapan.
--------
1982.
Seni
Bangunan
Revolusi.
Kolonial
Sejarah
Indonesia. Pertemuan Ilmiah Arkeologi II.
Perkebunan Indonesia. Yogyakarta: Aditya
Jakarta: Pusat Pengembangan dan Penelitian
Media.
Arkeologi Nasional.
Kartodirdjo,
Sartono.
(1991).
-
Lapian, Adrian B. 2008. Pelayaran dan
Suganda, Her. (2007). Jendela Bandung:
Perniagaan Nusantara Abad Ke-16 dan 17.
Pengalaman
Jakarta: Komunitas Bambu.
Penerbit Buku Kompas. -
Lombard, Denys. (2008). Nusa Jawa: Silang
Bersama
Kompas.
Jakarta:
Sutjiatiningsih, Sri. (1994). Sejarah Daerah
Budaya Jilid 2. Jakarta: Gramedia Pustaka
Jawa Barat. Jakarta: Proyek Inventarisasi dan
Utama.
Dokumentasi Sejarah Indonesia. -
Palmer, Marilyn & Peter Neaverson. (1998). Archaeology
Principles
Syamsulbahri.
(1996).
Bercocok
Tanam
Tanaman Perkebunan Tahunan. Yogyakarta:
and
Gajahmada University Press. -
Poesponegoro, Marawati Djoened. (1993).
Taylor, Jean. 2009. Kehidupan Sosial di Batavia. Jakarta: Masup Jakarta.
Sejarah Nasional Indonesia IV. Jakarta: Balai -
Pustaka.
Untoro, Heriyanti. 2007. Kapitalisme Pribumi
Prabowo, Dibyo. (1992). PT. Perkebunan XX
Awal Kesultanan Banten 1522-1684, Kajian
(Persero)
Arkeologi Ekonomi. Jakarta: Fakultas Ilmu
Dalam
Perjalanan
Waktu.
Pengetahuan Budaya.
Surabaya: Airlangga University Press. -
Stir.
Kanumoyoso, Bondan. (2001). Nasionalisasi
Practice. London: Routledge.
-
Siahaun, Bisuk. (1996). Industrialisasi di
Cambridge University Press.
Industrial
-
Sharer, Robert dan Wendy Ashmore. 1979.
Elson, R.E. (1986). Sugar Factory Workers
Bosscha Untuk Dunia. Kompas.
-
Bagi
Fundamental of Archaeology. California : The
Nineteenth-Century
-
Manfaat
Archaeology. New York: Garden City. and the Emergence of ‘Free Labour’ in
-
dan
117-119. Bandung: ALQAPRINT
Directions. New York: Springer -
Peran
Saptono,
Nanang.
(2011).
Permukiman
Watson, Tony. (2003). Sociology, Work, and Industry. New York: Routledge.
Emplasemen Perkebunan Di Daerah Subang.
17 Perkebunan teh ..., Amdi Ariefianto, FIB UI, 2013