1
Pengembangan Kawasan Perkebunan Teh di Kabupaten Bandung Dimas Darmawansyah dan Sardjito Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail:
[email protected]
Abstrak—Komoditas teh merupakan salah satu andalan ekonomi wilayah Kabupaten Bandung, namun semakin lama semakin menurun produksinya, sehingga memerlukan arahan pengembangan, tidak hanya dari produksi petik teh, tetapi juga dari sektor-sektor lain seperti industri, perdagangan dan jasa, serta pariwisata, melalui diversifikasi kawasan perkebunan teh. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan prospek pengembangan kawasan perkebunan teh yang sesuai dalam rangka meningkatkan nilai tambah ekonomi berbasis sumber daya alam dan sektor unggulan di Kabupaten Bandung. Berdasarkan hasil analisis, survey primer kondisi eksisting, dan expert judgement, maka terbentuk cluster-cluster di dalam kawasan perkebunan teh, yaitu Agribisnis, Agroindustri, dan Agrowisata. Kata Kunci—diversifikasi kawasan, kawasan perkebunan teh.
I. PENDAHULUAN
B
ASIS ekonomi wilayah dapat diartikan sebagai sektor ekonomi yang aktivitasnya menyebabkan suatu wilayah itu tetap hidup, tumbuh dan berkembang atau sektor ekonomi di suatu wilayah yang dapat menghidupi wilayah tersebut beserta masyarakatnya. Basis ekonomi memainkan peran yang vital didalam menentukan tingkat pendapatan wilayah [1]. Kabupaten Bandung memiliki potensi perkebunan yang cukup besar yang didominasi oleh perkebunan teh di wilayah selatan dan tercatat sebagai daerah penghasil teh utama di Jawa Barat. Masalah yang menghinggapi kebun teh rakyat di Kabupaten Bandung adalah keterbatasan biaya untuk memelihara kebun, seperti memberantas hama atau pemupukan, sehingga petani teh mengalami kerugian dan kebun dibiarkan tidak dipelihara. Untuk meminimalisasi efek dari penurunan produktivitas teh di Kabupaten Bandung, maka diperlukan konsep pengembangan melalui diversifikasi kawasan perkebunan guna menimbulkan kegiatan ekonomi baru yang kemudian akan meningkatkan nilai tambah untuk subsektor perkebunan, khususnya komoditas teh, dengan cara mengkaitkan subsektor perkebunan komoditas teh dengan sektor-sektor ekonomi lainnya seperti industri, perdagangan, dan pariwisata. Ditjen Perkebunan pada tahun 2008 menetapkan bahwa teh merupakan salah satu komoditi perkebunan yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian Indonesia. Berbagai
dampak positif pengembangan komoditi teh di Indonesia antara lain adalah jumlah petani yang terlibat di dalam usahatani teh sekitar 320 ribu kepala keluarga yang dapat menghidupi 1,3 juta jiwa keluarga petani. Dengan kemampuan menyerap tenaga kerja seperti itu, maka penyerapan tenaga kerja per hektar di perkebunan teh merupakan yang tertinggi dibandingkan komoditas perkebunan lainnya. Secara nasional usaha perkebunan teh menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar Rp 1,2 trilyun dan menyumbang devisa bersih US$ 110 per tahun, serta kontribusi terhadap devisa sektor pertanian mencapai 8,41%. Kebijakan pengembangan perkebunan diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan rakyat melalui pengembangan kawasan dengan pengelolaan sumberdaya secara optimal [2]. Diversifikasi usaha perkebunan memiliki keuntungan-keuntungan di mana bukan saja dilihat dari faktor ekonomi tetapi juga lingkungan. Didasarkan pada keuntungan-keuntungan tersebut, diversifikasi usaha perkebunan dapat dijadikan sebagai strategi untuk pengentasan kemiskinan, meningkatkan lapangan kerja, konservasi lingkungan, dan peningkatan pendapatan usahatani melalui penggunaan yang lebih baik dari sumberdaya yang tersedia [3]. Menurunnya produktivitas pengelolaan perkebunan berakibat pada penurunan pendapatan. Usaha penambahan fungsi agro diharapkan dapat memberikan nilai tambah dan pada akhirnya dapat memberikan sumber keuntungan baru bagi sektor perkebunan [4]. Hal ini mendorong diperlukannya suatu kajian tentang potensi unggulan yang dimiliki tiap wilayah agar dapat ditentukan metode pengembangan wilayah yang tepat. II. METODE PENELITIAN A. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey primer dan survey sekunder. Survey primer dilakukan untuk melihat langsung kondisi eksisting wilayah penelitian dan melakukan wawancara dengan perangkat pemerintahan setempat. Survey sekunder dilakukan melalui survey instansi untuk memperoleh data dari instansi-instansi terkait berupa data kualitatif dan kuantitatif yang berhubungan
2 dengan wilayah studi, serta studi literatur berupa pencarian informasi terkait tema penelitian melalui buku, jurnal, dokumen, tugas akhir, media massa, dan internet yang memuat tentang permasalahan dalam penelitian. B. Teknik Analisis Data Tahapan analisis untuk mencapai tujuan penelitian terdiri dari dua tahapan analisis, yaitu analisis identifikasi potensi komoditas teh untuk menentukan deliniasi kawasan perkebunan teh, serta analisis identifikasi potensi sektor lain yang didukung dengan expert judgement untuk menentukan diversifikasi kawasan perkebunan teh. Identifikasi Potensi Komoditas Teh Penentuan deliniasi kawasan perkebunan teh di Kabupaten Bandung berdasarkan potensinya, diidentifikasi melalui teknik analisis LQ, Shift Share, dan Kuadran. Data yang digunakan adalah hasil produksi 13 komoditas perkebunan di masingmasing kecamatan di Kabupaten Bandung. Langkah pertama adalah perhitungan LQ komoditas perkebunan di masing-masing kecamatan di Kabupaten Bandung. LQ digunakan untuk mengetahui komoditas teh sebagai komoditas basis atau non basis. Rumus perhitungan LQ yang digunakan adalah sebagai berikut.
(1) dimana: Xr : nilai produksi komoditas i pada kecamatan; Xn : nilai produksi komoditas i pada kabupaten; RVr : total produksi komoditas pada kecamatan; RVn : total produksi komoditas pada kabupaten. Perhitungan LQ menghasilkan tiga kriteria. Jika LQ > 1, maka komoditas dikatakan “basis” yang berarti memiliki keunggulan dan dapat diekspor ke wilayah lain. Jika LQ = 1, maka komoditas dikatakan “non basis” yang berarti tidak memiliki keunggulan namun cukup untuk memenuhi kebutuhan wilayah sendiri. Jika LQ < 1, maka komoditas juga dikatakan “non basis” namun bahkan tidak dapat memenuhi kebutuhan wilayah sendiri. Selanjutnya adalah teknik analisis Shift Share yang dihitung berdasarkan tiga komponen pendukung, yaitu perhitungan National Share (NS), Proposional Share (PS), Differential Shift (DS), dan Total Share (TS). Perhitungan NS digunakan untuk mengukur perbandingan laju pertumbuhan produksi komoditas kecamatan dengan kabupaten, dengan rumus sebagai berikut.
(2) dimana: VAr.i(t-n) : Nilai tambah komoditas i kecamatan tahun awal; VAn(t) : Nilai tambah komoditas kecamatan tahun tertentu;
VAn(t-n) : Nilai tambah komoditas kabupaten tahun awal. Perhitungan PS digunakan untuk mengukur pertumbuhan produksi komoditas kecamatan secara kabupaten, dengan rumus sebagai berikut.
(3) dimana: VAr.i(t-n) : Nilai tambah komoditas i kecamatan tahun awal; VAn.i(t) : Nilai tambah komoditas i kabupaten tahun tertentu; VAn.i(t-n): Nilai tambah komoditas i kabupaten tahun awal; VAn(t) : Nilai tambah komoditas kabupaten tahun tertentu; VAn(t-n) : Nilai tambah komoditas kabupaten tahun awal. Perhitungan PS menghasilkan dua kriteria. Jika PS bernilai positif (+) maka pertumbuhan komoditas secara kabupaten tergolong cepat, sedangkan jika PS bernilai negatif (–) maka pertumbuhan komoditas secara kabupaten tergolong lambat. Perhitungan DS digunakan untuk mengukur keuntungan komoditas dari segi lokasi, dengan rumus sebagai berikut.
(4) dimana: VAr.i(t) : Nilai tambah komoditas i kecamatan tahun tertentu; VAn.i(t) : Nilai tambah komoditas i kabupaten tahun tertentu; VAn.i(t-n): Nilai tambah komoditas i kabupaten tahun awal; VAr.i(t-n) : Nilai tambah komoditas i kecamatan tahun awal. Tahap selanjutnya adalah analisis kuadran. Analisis ini digunakan untuk menenntukan sektor unggulan dengan menggabungkan hasil dari metode analisis LQ dan Shift Share. Nilai Shift Share yang digunakan untuk analisis kuadran adalah Total Share (TS), yaitu jumlah dari nilai PS dan DS. Tujuan dari analisis kuadran yaitu untuk melihat deskripsi kegiatan ekonomi yang potensial berdasarkan kriteria kontribusi dan kriteria pertumbuhan. Analisis kuadran menghasilkan empat kriteria. Jika nilai LQ ≥ 1 dan TS bernilai (+) maka komoditas termasuk dalam kuadran “andalan”. Jika nilai LQ ≥ 1 dan TS bernilai (–) maka komoditas termasuk dalam kuadran “unggulan”. Jika nilai LQ < 1 dan TS bernilai (+) maka komoditas termasuk dalam kuadran “prospektif”. Jika nilai LQ < 1 dan TS bernilai (–) maka komoditas termasuk dalam kuadran “tertinggal”. Identifikasi Potensi Sektor Lain untuk Diversifikasi Kawasan Penentuan diversifikasi kawasan perkebunan teh di berdasarkan potensi sektor lain di Kabupaten Bandung dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara expert judgement yang dilakukan pada perangkat pemerintahan kecamatan setempat dengan teknik purposive sampling. Expert dipilih berdasarkan kemampuan stakeholder dalam memahami dan menguasai kondisi wilayah penelitian secara detail. Jumlah sampel menyesuaikan dengan jumlah
3 kecamatan yang memiliki potensi komoditas teh berdasarkan hasil analisis pada tahapan penelitian sebelumnya. Pertanyaan yang diajukan untuk wawancara didapatkan dari kajian literatur, yaitu aspek-aspek terkait sektor industri untuk Agroindustri, perdagangan dan jasa untuk Agribsinis, serta pariwisata untuk Agrowisata. Aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut. 1. Agribisnis: a. komoditi yang dapat dipasarkan b. pasar hasil dan sarana perkebunan c. kelompok tani, koperasi, dan asosiasi d. pendapatan sektor perdagangan 2. Agroindustri: a. produksi komoditas teh (bahan baku) b. industri pengolahan c. sarana dan prasarana penunjang industri d. pendapatan sektor industri 3. Agrowisata: a. bentang alam b. kegiatan pariwisata dan pendukungnya c. interaksi kegiatan agro dengan pariwisata d. pendapatan sektor hiburan, rekreasi, dan hotel III. ANALISA DAN DISKUSI A. Deliniasi Kawasan Subsektor perkebunan di Kabupaten Bandung mencakup beberapa komoditas utama, antara lain Kopi, Kina, Teh, Tembakau, dan lain-lain. Data komoditas perkebunan di Kabupaten Bandung tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Data Komoditas Perkebunan Kabupaten Bandung Tahun 2010 Komoditas Luas (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Kg/Ha) Aren 133 40 360 Cengkeh 751 112 215 Kapok 5 2 400 Kelapa dalam 709 462 779 Kemiri 8 2 333 Kina 25 Kopi 8.941 4.273 1.279 Lada 2 1 1 Nilam 6 22 5,5 Pala 10 Pinang 18 1 80 Teh 19.538 31.235 1.738 Tembakau 1.371 1,05 766 Sumber: Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Barat, 2012
Tahap pertama dalam penentuan deliniasi kawasan perkebunan teh adalah analisis LQ komoditas perkebunan yang dilakukan untuk mencari komoditi-komoditi apa saja yang menjadi unggulan di masing-masing kecamatan di Kabupaten Bandung. Data yang digunakan untuk analisis ini adalah hasil produksi komoditas perkebunan setiap kecamatan di Kabupaten Bandung tahun 2008 sampai dengan tahun 2011. Beradasarkan hasil analisis LQ secara khusus, komoditas teh menjadi komoditas perkebunan potensial di Kecamatan Ciwidey, Kertasari, Pangalengan, Pasrijambu, dan
Rancabali. Tahap selanjutnya adalah analisis Shift Share komoditas perkebunan, dilakukan untuk mencari komoditi-komoditi apa saja yang memiliki prospek untuk dikembangkan di masingmasing kecamatan di Kabupaten Bandung. Data yang digunakan untuk analisis ini adalah hasil produksi komoditas perkebunan setiap kecamatan di Kabupaten Bandung tahun 2008 sampai dengan tahun 2011. Beradasarkan hasil analisis Shift Share, secara khusus, komoditas teh menjadi komoditas perkebunan yang memiliki prospek untuk dikembangkan di Kecamatan Ciwidey dan Pasrijambu. Secara lebih detail, hasil perhitungan analisis LQ dan Shift Share untuk komoditas teh di Kabupaten Bandung dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Nilai Hasil Perhitungan LQ dan Shift Share Komoditas Teh Kecamatan LQ NS PS DS TS Arjasari 0,01 4,84 -0,56 0,48 -0,09 Baleendah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Banjaran 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Bojongsoang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Cangkuang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Cicalengka 0,02 24,19 -2,82 2,39 -0,44 Cikancung 0,00 48,37 -5,65 -42,72 -48,37 Cilengkrang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Cileunyi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Cimaung 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Cimenyan 0,00 385,94 -45,05 -340,90 -385,94 Ciparay 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Ciwidey 1,01 2318,72 -270,63 391,91 121,28 Dayeuhkolot 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Ibun 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Katapang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Kertasari 1,23 9242,58 -1078,75 -114,61 -1193,35 Kutawaringin 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Majalaya 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Margaasih 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Margahayu 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Nagreg 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Pacet 0,00 9,67 -1,13 -8,55 -9,67 Pameungpeuk 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Pangalengan 1,22 19849,16 -2316,70 -403,47 -2720,16 Paseh 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Pasirjambu 1,44 9815,21 -1145,58 2199,43 1053,84 Rancabali 1,37 11650,79 -1359,82 -1683,96 -3043,78 Rancaekek 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Solokanjeruk 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Soreang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Sumber: Statistik Perkebunan Kabupaten Bandung, 2012
Setelah perhitungan LQ dan Shift Share, tahap selanjutnya adalah komparasi nilai LQ dan TS dengan metode kuadran. Kuadran 1 sebagai “andalan”, Kuadran 2 sebagai “unggulan”, Kuadran 3 sebagai “prospektif”, dan Kuadran 4 sebagai “tertinggal”. Hasil komparasi perhitungan LQ dan Shift Share komoditas teh di setiap kecamatan di Kabupaten Bandung dalam kuadran kategori yaitu menjadi komoditas andalan di Kecamatan Pasirjambu dan Ciwidey, serta komoditas unggulan di Kecamatan Pangalengan, Kertasari dan Rancabali. Selengkapnya dapat dilihat dalam Gambar 1.
4 dengan spesialisasi diversifikasi usaha perkebunan melalui konsep yang sesuai dengan potensi ekonomi lokal. Maka langkah selanjutnya adalah menentukan sektor-sektor basis masing-masing kecamatan melalui perhitungan LQ, Shift Share, dan kuadran, dengan menggunakan data PDRB. Teknik yang digunakan sama dengan teknik untuk mencari unggulan komoditas teh, tetapi data komoditas digantikan dengan pendapatan dalam PDRB Atas Dasar Harga Berlaku. Hasil perhitungan LQ dan Shift Share PDRB lima kecamatan dalam kawasan perkebunan teh Kabupaten Bandung disajikan dalam Tabel 3. dan Tabel 4. Tabel 3. Nilai LQ PDRB
Gambar 1. Pembagian Kuadran Berdasarkan Potensi Komoditas Teh di Kabupaten Bandung (Sumber: Hasil Analisis, 2013)
B. Diversifikasi Kawasan Perkebunan Teh Setelah melalui beberapa tahap analisis, langkah selanjutnya adalah menentukan cluster-cluster kawasan
KERTA SARI
RANCA BALI
PASIR JAMBU
Hasil analisis menunjukkan bahwa kecamatan-kecamatan yang menjadi kawasan perkebunan teh di Kabupaten Bandung sebanyak lima kecamatan, yaitu Kecamatan Ciwidey, Rancabali, Pasirjambu, Pangalengan, dan Kertasari. Kelima kecamatan ini kemudian dideliniasi menjadi kawasan perkebunan teh yang akan dianalisis secara lebih lanjut dalam lingkup wilayah desa untuk menentukan diversifikasi kawasan untuk membentuknya menjadi cluster-cluster Agroindustri, Agrowisata, dan Agribisnis, berbasis potensi unggulan sektor lain.
PERTANIAN Tanaman Bahan Makanan Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN Minyak dan Gas Bumi Pertambangan Tanpa Migas Penggalian INDUSTRI PENGOLAHAN Industri Migas Industri Tanpa Migas LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH Listrik Gas Kota Air Bersih BANGUNAN/KONTRUKSI PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN Perdagangan Besar & Eceran Hotel Restoran PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI Pengangkutan Komunikasi KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN Bank Lembaga Keuangan Lainnya Sewa Bangunan Jasa Perusahaan JASA - JASA Pemerintahan Umum Swasta Jasa Sosial Kemasyarakatan Jasa Hiburan dan Rekreasi Jasa Perseorangan dan Rumah Tangga Sumber: Hasil Analisis, 2013
PANGA LENGAN
Gambar 2. Peta Potensi Komoditas Teh Kabupaten Bandung (Sumber: Hasil Analisis, 2013)
Lapangan Usaha
CIWIDEY
Kecamatan
Hasil perhitungan komparasi ini menunjukkan bahwa kawasan perkebunan teh yang potensial adalah di wilayah selatan Kabupaten Bandung, khususnya di Kecamatan Ciwidey, Rancabali, Pangalengan, Kertasari, dan Pasirjambu. Selanjutnya hasil analisis ini dituangkan ke dalam peta untuk mengetahui persebaran kawasan dengan keunggulan komoditas tertentu yang memiliki prospek untuk dikembangkan, khususnya komoditas teh, menurut kecamatan di Kabupaten Bandung dalam Gambar 2.
3,06 2,77 5,50 1,99 3,65 1,59
3,41 2,86 6,59 3,63 1,45 0,12
3,68 2,23 12,21 2,21 3,72 1,36
1,93 0,69 8,29 1,59 3,18 1,05
2,90 1,45 10,17 3,07 3,38 0,95
0,18
12,49
0,05
0,00
0,12
0,00 0,00 1,42 0,30 0,00 0,30
14,31 0,00 0,20 0,34 0,00 0,34
0,00 0,00 0,36 0,80 0,00 0,80
0,00 0,00 0,04 1,06 0,00 1,06
0,00 0,00 0,97 0,62 0,00 0,62
2,71
7,24
0,66
0,58
0,58
1,03 0,00 1,39 1,85
8,03 0,00 1,80 0,55
0,71 0,00 1,04 0,89
0,62 0,00 1,10 0,68
0,63 0,00 1,00 1,23
1,94
0,77
0,97
0,79
1,31
2,13 3,64 0,96
0,81 1,59 0,56
1,01 0,00 0,75
0,85 2,58 0,49
1,27 9,01 1,45
1,67
1,12
0,86
0,66
2,41
1,78 0,97
1,24 0,28
0,93 0,40
0,72 0,28
2,61 1,04
1,67
0,72
0,63
0,56
0,84
2,56 2,58 1,57 0,78 1,37 0,75 1,51 2,13 1,72
0,80 2,27 0,55 0,69 1,08 1,34 0,78 0,93 5,44
0,10 0,57 0,84 0,27 0,33 0,44 0,23 0,67 0,24
0,00 0,52 0,79 0,15 0,69 0,35 0,77 1,04 14,14
0,30 1,40 0,97 0,58 0,82 0,45 0,90 1,68 0,44
1,31
0,67
0,09
0,51
0,67
5
Tabel 4. Nilai Total Share PDRB
PERTANIAN 43,77 Tanaman Bahan 499,66 Makanan Perkebunan -214,82 Peternakan 58,15 Kehutanan -33,03 Perikanan -266,20 PERTAMBANGAN -157,51 DAN PENGGALIAN Minyak dan Gas Bumi 0,00 Pertambangan Tanpa 0,00 Migas Penggalian -157,51 INDUSTRI -4705,17 PENGOLAHAN Industri Migas 0,00 Industri Tanpa Migas -4705,17 LISTRIK, GAS DAN -2744,99 AIR BERSIH Listrik -1310,91 Gas Kota 0,00 Air Bersih -75,57 BANGUNAN/ -1358,51 KONTRUKSI PERDAGANGAN, HOTEL DAN 21469,42 RESTORAN Perdagangan Besar & 18384,94 Eceran Hotel -0,59 Restoran 3085,07 PENGANGKUTAN -2411,54 DAN KOMUNIKASI Pengangkutan -1382,01 Komunikasi -1029,53 KEUANGAN, PERSEWAAN DAN -1878,55 JASA PERUSAHAAN Bank 71,73 Lembaga Keuangan -127,16 Lainnya Sewa Bangunan -1593,61 Jasa Perusahaan -229,51 JASA - JASA 72,02 Pemerintahan Umum 1313,37 Swasta -620,68 Jasa Sosial -512,05 Kemasyarakatan Jasa Hiburan dan 147,87 Rekreasi Jasa Perseorangan dan -256,50 Rumah Tangga Sumber: Hasil Analisis, 2013
PASIR JAMBU
RANCA BALI
KERTA SARI
PANGA LENGAN
Lapangan Usaha
CIWIDEY
Kecamatan
-15558,84 1725,37 -15558,84
1725,37
-16113,00 2042,77 -16113,00
2042,77
-236,90 -182,50 910,94 100,38 -42,27 -39,51 -77,61 -195,77
-236,90 910,94 -42,27 -77,61
-182,50 100,38 -39,51 -195,77
11092,63
-37,93 11092,63
-37,93
11152,66
0,00 11152,66
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
-60,03
-37,93
-60,03
-37,93
-7060,09 -4026,64
-7060,09 -4026,64
0,00 0,00 0,00 0,00 -7060,09 -4026,64 -7060,09 -4026,64 -25055,29 -1254,43 -25055,29 -1254,43 -24813,09 -1202,66 -24813,09 -1202,66 0,00 0,00 0,00 0,00 -242,21 -51,77 -242,21 -51,77 -1239,77 -1202,89
-1239,77 -1202,89
26580,94 6877,36 26580,94
6877,36
23905,37 5468,74 23905,37
5468,74
-10,14 0,00 2685,71 1408,62
-10,14 2685,71
0,00 1408,62
-4178,59 -1911,72
-4178,59 -1911,72
-3260,94 -1270,97 -917,65 -640,75
-3260,94 -1270,97 -917,65 -640,75
-3506,81 -1439,24
-3506,81 -1439,24
128,36
-6,72
128,36
-6,72
-337,99
-45,08
-337,99
-45,08
-2606,83 -1287,64 -2606,83 -1287,64 -690,35 -99,79 -690,35 -99,79 1773,06 -184,43 1773,06 -184,43 5505,11 220,87 5505,11 220,87 -1866,03 -202,64 -1866,03 -202,64 -360,17 -157,93
-360,17
-157,93
-265,67
-265,67
-4,59
-40,13 -1240,19
-40,13
-1240,19
-4,59
Berdasarkan nilai LQ dan Total Share di atas maka dapat ditentukan prioritas sektor lain yang dapat mendukung kegiatan Agro berbasis komoditas teh khususnya industri untuk Agroindustri, perdagangan dan jasa untuk Agribisnis, serta pariwisata untuk Agrowisata. Hasil perhitungan ini
kemudian diperkuat oleh expert untuk mengetahui potensi secara lebih mikro. Melalui kegiatan wawancara dengan perangkat kecamatan setempat, maka dapat ditentukan prospek pengembangan kawasan perkebunan teh di Kabupaten Bandung secara lebih khusus, yautu dalam cakupan wilayah desa yang kemudian membentuk clustercluster kawasan. Wawancara expert ini dilakukan pada lima orang perangkat kecamatan yang wilayahnya merupakan cakupan kawasan perkebunan teh Kabupaten Bandung, yaitu Kecamatan Ciwidey, Rancabali, Pasirjambu, Pangalengan, dan Kertasari, untuk mengetahui potensi ekonomi secara lebih detail. Aspekaspek terkait yang menjadi pertanyaan dalam wawancara didapatkan melalui hasil kajian literatur yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah wawancara expert judgement dilakukan, maka akhirnya dapat ditentukan diversifikasi kawasan perkebunan di Kabupaten Bandung berdasarkan potensi ekonomi lokal, dalam bentuk cluster-cluster kawasan dengan spesialisasi kegiatan diversifikasi usaha perkebunan masing-masing, yaitu cluster Agrowisata, Agribisnis, dan Agroindustri. Secara detail, cluster-cluster kawasan perkebunan di Kabupaten Bandung berdasarkan diversifikasi kawasan disajikan dalam Tabel 5. dan deliniasinya dapat dilihat pada Gambar 3. Tabel 5. Diversifikasi Kawasan Perkebunan Teh Kabupaten Bandung Agrowisata Agribisnis Agroindustri Neglawangi Sukamanah Santosa Banjarsari Cikembang Sukaluyu Wanasuka Margamekar Margaluyu Tarumajaya Cibeureum Cipelah Warnasari Margamukti Sukaresmi Pulosari Cihawuk Cibodas Margamulya Sukapura Mekarmaju Tribaktimulya Alamendah Cukanggenteng Patengan Margamulya Sukawening Sugihmukti Tenjolaya Cikoneng Mekarsari Panundaan Nengkelan Lamajang Ciwidey Indragiri Cisondari Lebakmuncang Panyocokan Rawabogo Pasirjambu Sumber: Hasil Analisis, 2013
6 Gambar 3. Peta Cluster Diversifikasi Kawasan Perkebunan Teh Kabupaten Bandung (Sumber: Hasil Analisis, 2013)
IV. KESIMPULAN/RINGKASAN Berdasarkan hasil analisis LQ dan Shift Share komoditaskomoditas perkebunan di Kabupaten Bandung yang kemudian dikomparasi dengan metode kuadran, komoditas teh merupakan komoditas unggulan di Kecamatan Rancabali, Pangalengan, dan Kertasari, serta menjadi komoditas andalan di Kecamatan Ciwidey dan Pasirjambu. Kelima kecamatan ini yang kemudian dideliniasi menjadi kawasan perkebunan teh di Kabupaten Bandung. Setelah dideliniasi, kemudian dilakukan wawancara expert judgement kepada perangkat kecamatan yang wilayahnya termasuk dalam kawasan perkebunan teh, untuk menentukan prospek pengembangan diversifikasi kawasan perkebunan teh dengan ruang lingkup wilayah desa yang kemudian membentuk cluster Agribisnis, Agrowisata, dan Agroindustri. Cluster Agribisnis meliputi Desa Sukamanah, Cikembang, Margamekar, Cibeureum, Margamukti, Cihawuk, Sukapura, Alamendah, Margamulya, Tenjolaya, Panundaan, Ciwidey, Cisondari, Panyocokan, dan Pasirjambu. Cluster Agrowisata meliputi Desa Neglawangi, Banjarsari, Wanasuka, Tarumajaya, Warnasari, Pulosari, Margamulya, Tribaktimulya, Patengan, Sugihmukti, Mekarsari, Lamajang, Indragiri, Lebakmuncang, dan Rawabogo. Cluster Agroindustri meliputi Desa Santosa, Sukaluyu, Margaluyu, Cipelah, Sukaresmi, Cibodas, Mekarmaju, Cukanggenteng, Sukawening, Cikoneng, dan Nengkelan. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis D.D. mengucapkan terima kasih kepada pihakpihak terkait, instansi, dan institusi, khususnya pemerintah Kabupaten Bandung, yang menjadi sumber data dan/atau responden yang membantu menyukseskan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA [1]
[2]
[3]
[4]
Pranoto, Endro. “Potensi Wilayah Komoditas Pertanian Dalam Mendukung Ketahanan Pangan Berbasis Agribisnis Kabupaten Banyumas”. Thesis. Universitas Diponegoro. Semarang: 2008. BAPPENAS. “Tata Cara Perencanaan Pengembangan Kawasan untuk Percepatan Pembangunan Daerah”. Direktorat Pngembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal. Jakarta: 2004. Budhi, Gelar Satya. “Dilema Kebijakan dan Tantangan Pengembangan Diversifikasi Usahatani Tanaman Pangan”. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor. Baskara, Medha dan Sitawati. “Konsep Pengembangan Wisata Agro Kebun Teh Wonosari: Usaha Diversifikasi dalam Meningkatkan Nilai Tambah Pengelolaan Perkebunan Teh”. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang: 2005.