PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT DHF PADA PASIEN DI PUSKESMAS SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO SITI NURFAIDAH 11001043 Subject : Perilaku, Pencegahan,Pasien, DHF DESCRIPTION Demam berdarah dengue merupakan permasalahan pokok di seluruh dunia. WHO melaporkan bahwa 2,5-3 juta manusia berisiko terhadap penyakit ini. Penyakit demam berdarah merupakan penyakit yang berbasis perkotaan namun mulai meluas kepedesaan. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009 World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus demam berdarah tinggi di Asia Tenggara. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menerangkan atau menggambarkan masalah penelitian yang terjadi berdasarkan karakteristik tempat, waktu, umur, jenis kelamin, sosial, ekonomi, pekerjaan, status perkawinan, cara hidup (pola hidup) dan lain – lain. Atau rancangan ini digunakan untuk mendeskripsikan seperangkat peristiwa atau kondisi populasi saat itu. Deskripsi tersebut dapat terjadi pada lingkup individu di suatu daerah tertentu, atau lingkup kelompok pada masyarakat di daerah tertentu. Berdasarkanhasil penelitian perilaku pencegahan penyakit DBD di Puskesmas Sooko Mojokerto didapatkan data bahwa dari 7 responden sebagian besar berperilaku negatif yaitu sebanyak 4 responden (57.142%). Simpulan daril penelitian perilaku pencegahan penyakit DBD di Puskesmas Sooko Mojokerto didapatkan data bahwa dari 7 responden sebagian besar berperilaku negatif yaitu sebanyak 4 responden (57.142%).
ABSTRACT Dengue Hemoragic Fever is the most rapid spreading mosquito-borne viral disease in the world.Indonesia has one of the DHF is endemic in Southeast Asia and still be one of the health problems in Indonesia.Preventationdengue can be done with controlling vector of mosquito. This study is to know the behavior of preventative DHF disease to patients in Puskesmas Sooko,Mojokerto. This study is descriptive. Thevariabel is the behavior of DHF disease patients in Puskesmas Sooko Mojokerto.The population of this study is 23 respondent. The sampel used is 7 respondents the technique uses a total sampling.The data are collected and processed with editing, coding and tabulating. The results of this study on the behavior of preventive patients with DHF disease in Puskesmas Sooko Mojokerto show the most of respondent consist of 4 respondent (57.142%) from in public 7 respondents have negative behavior.But the fraction of them has positive,consist of 3 respondents (42.85%). The negative behavior is reflected from the unusual habit is not able to replac water flower pots, replace pet drinking water, supervise the mosquito larvae, use abate, close the window.
The results of this study show that the most negative with behavior of preventative DHF disease (Dengue Hemoragic Fever). From the results of this study it is hoped to community or respondents can change behavior from the worse to be the best behaviors that are changing water in the flower, changing the drinking water of animals, monitoring the mosquito larvae, using abate, closing the window. Keywords: Behavioral, Preventation, DHF, Patient Contributor Date Type Material Identifier Right Summary
: 1. Eka Diah K., SKM 2. Sunyoto,S.Kep.Ns : 02 Mei 2014 : Laporan Penelitian : : Open Document :
LATAR BELAKANG Demam berdarah dengue merupakan permasalahan pokok di seluruh dunia. WHO melaporkan bahwa 2,5-3 juta manusia berisiko terhadap penyakit ini. Penyakit demam berdarah merupakan penyakit yang berbasis perkotaan namun mulai meluas kepedesaan. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009 World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus demam berdarah tinggi di Asia Tenggara (Dinkes Makasar 2012). Kementrian Kesehatan menyebutkan Indonesia masih menjadi sarang kasus demam berdarah. Hingga pertengahan tahun 2013, kasus demam berdarah terjadi di 31 provinsi dengan penderita 48.905 orang 376 diantaranya meninggal dunia. Jumlah penderita demam berdarah pada semester pertama tahun 2013 menunjukkan kenaikan dibanding tahun 2012. Sepanjang 2012 Kemenkes mencatat 90.24 5 penderita. Kemajuan teknologi penanganan kasus demam berdarah bisa menekan angka kematian. Angka kematian demam berdarah mencapai 816 orang pada tahun 2012 (Kurniati 2013). Jumlah penderita demam berdarah di kabupaten Mojokerto pada tahun 2012, 291 penderita dengan rincian lakilaki 175 penderita dan perempuan 116 penderita. Penderita yang meninggal 2 orang laki-laki dan 1 perempuan. Pada tahun 2011, jumlah penderita yang meninggal 3 orang penderita, dan pada tahun 2010 terdapat 540 penderita (Dinkes Kabupaten Mojokerto 2012). Faktor yang mempengarui penyebaran penyakit demam berdarah yaitu meningkatnya kepadatan dan tersebar luasnya nyamuk penular demam berdarah. Menurut Hasyim (1996) dalam Darjito dkk (2008) pada penelitian pengetahuan dan sikap terhadap nyamuk penular penyakit demam berdarah di keseluruhan ancol Jakarta Utara bahwa pada umumnya masyarakat sudah mengerti cara seseorang terjangkit penyakit demam berdarah yaitu dari nyamuk Aedes Aegypti, walaupun umumnya mereka belum pernah melihat nyamuk demam berdarah dan kebiasaan menggigit nyamuk di siang hari, mereka pada umumnya juga mengetahui tempat yang menjadi perindukan nyamuk. Faktor resiko yang lain adalah tentang kebiasaan pengurasan tempat penampungan air (TPA), kebiasaan tidur siang, kebiasaan gantung pakaian, kebiasaan menggunakan obat anti nyamuk, faktor resiko tanaman hias dan tanaman sekitar rumah (Darjito,v2008). Beberapa studi yang dilakukan oleh Kesehatan Organisasi Dunia (WHO) terungkap bahwa 80% masyarakat tahu cara mencegah penyakit demam berdarah dengan melakukan 3M (menguras, mengubur, dan menutup),
namun hanya 35% dari masyarakat tersebut yang benar-benar melakukan 3M (Notoadmojo, 2005).Kejadian DBD di Puskesmas Sooko tahun 2013 sebanyak 23, dengan perincian 7 orang positif terkena DBD dan 16 orang terkena Demam Dengue. Pencegahan demam berdarah dapat dilakukan dengan mengendalikan vektor nyamuk, antara lain dengan menguras bak mandi/penampungan air kurang lebih seminggu sekali, mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali, menutup dengan rapat tempat penampungan air, mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas disekitar rumah. Vektor nyamuk pembawa virus dengue dapat dikontrol dengan menggunakan ikan pemakan jentik dan bakteri, pengasapan (fogging) dapat membunuh nyamuk dewasa, sedangkan pemberian bubuk abate pada tempattempat penampungan air dapat membunuh jentik nyamuk. Selain itu oleh karena nyamuk Aedes Aegypti aktif di siang hari, beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah menggunakan senyawa anti nyamuk yang mengandung DEET, pikaridin, atau minyak lemon eucalyptus, serta gunakan pakaian tertutup untuk dapat melindungi tubuh dari gigitan nyamuk bila sedang beraktivitas diluar rumah. Selain itu, segeralah berobat bila muncul gejala-gejala penyakit demam berdarah sebelum berkembang menjadi semakin parah. Petugas kesehatan memberikan contoh pada masyarakat dalam melakukan pencegahan terhadap demam berdarah, dan mengadakan gotong royong untuk memberantas sarang nyamuk, (blogspot. Comdaundaunan, 2012). METODOLOGI Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Variabel merupakan konsep dari berbagai level abstrak yang didefinisikan sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran dan atau untuk manipulasi suatu pengukuran. Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah non probability sampling. Teknik sampling yang dipakai adalah total sampling. Dalam teknik pengolahan data terdiri dari editing, coding. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menjelaskan bahwa dari 7 responden sebagian besar berumur < 20 tahun yaitu sebanyak 5 responden (71.4%), 4 responden (57.1%) berstatus anak,6 responden (85.7%) tidak bekerja, sebagian besar berpendidikan SMU / sederajat yaitu sebanyak 4 responden (57.1%). Sedangkan tidak satupun responden yang berpendidikan tidak sekolah, akademi, PT.Dari 7 responden sebagian besar yang berpengalaman mengalami demam berdarah yaitu sebanyak 4 responden (57.142%), dan semua responden sudah dalam kondisi yang sehat. Hasil penelitian perilaku pencegahan penyakit DBD di Puskesmas Sooko Mojokerto didapatkan data bahwa dari 7 responden sebagian besar berperilaku negatif yaitu sebanyak 4 responden (57.142%). Definisi perilaku menurut kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud digerakan (sikap), tidak saja badan atau ucapan (Kaunang, 2009). Perilaku diartikan sebagai suatu aksi reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu (Qym, 2009). Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku terbentuk melalui suatu proses tertentu, dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya.
Perilaku tersebut tercermin dari kebiasaan untuk tidak biasa menguras dan membersihkan bak mandi / tempat penampungan air yang berada di rumah, tidak mengganti air pot bunga, tidak mengganti air minum peliharaan di sekitar rumah, tidak memberihkan, mengubur dan memakar barang bekas secara teratur, tidak menggunakan abate pada tempat penampungan air di rumah, tidak menutup pintu, jendela, lubang angin dengan kawat anti nyamuk, kebiasaan menempatkan baju yang telah dipakai di tempat kotor, tidak biasa menggunakan perlindungan terhadap gigitan nyamuk pada saat beristirahat pagi dan sore, dan biasa membuang sampah di sungai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 7 responden (100%) melakukan menguras bak mandi dengan frekuensi 1 minggu sekali. Perkembangbiakan nyamuk edes aegyti mempunyai kebiasaan meletakkan telur di tempat air yang jernih terutama bak air dikamar mandi (WC), bak mandi, bak atau gentong tendon air minum. Perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti berawal dari meletakkan telurnya yang tidak beralaskan tanah dan menjadi nyamuk dwasa, responden perlu berperilaku menguras bak mandi .Untuk meningkatkan perilaku menguras bak mandi khususnya pencegahan demam berdarah dengue dengan melakukan 3M, dibutuhkan suatu dukungan masyarakat serta spanduk mengenai pencegahan 3M yang dipasang setiap gang.Spanduk tersebut berisikan informasi pencegahan demam berdarah dengue dengan melakukan 3M,serta gambar nyamuk yang sedang menaruh telurnya di dalam bak mandi.Hal ini berati menunjukkan bahwa besarnya kejadian DHF dikarenakan perilaku menguras bak mandi yang jarang dilakukan. Tidak semua responden menutup penampungan air hanya ada 6 responden (85,7%), supaya terhindar dari jentik nyamuk. Tempat penampungan air responden sangat berpotensi bagi nyamuk aedes aegepty untuk bertelur dan berkrmbang biak. Hal ini menjadi lebih buruk lagi dengan perilaku responden yang tidak menutup tempattempat penampungan air. Keadaan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sitorus dan Ambarita (2004) yang menunjukan bahwa perilaku penduduk dalam hal menampung air untuk keperluan sehari-hari tidak hanya pada satu tempat dan jarang membersihkan bak penampungan air memungkinkan nyamuk aedes aegepty memiliki peluang lebih banyak untuk bertelur. Hal ini berati menunjukkan bahwa besarnya kejadian DHF dikarenakan perilaku menutup tempat penampungan air dan jarang membersihkan tempat penampungan air, itu yang menyebabkan nyamuk aedes aegepty memiliki peluang untuk bertelur di tempat penampungan air dan yang menyebabkan masyarakat terkena DHF. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 7 responden tidak semua menggunakan hanya 4 responden (57,142%). Supaya terhindar dari jentik nyamuk dan untuk menghin dari terjadinya demam berdarah. Intektisida pembasmi jentik yang dikenal dengan istilah larvasida.Larvasida yang biasa digunakan adalah temephos dimana formulasi yang digunakan adalah dalam bentuk granule (sand granules) dengan dosis 1 ppm atau 100 gram (±1 sendok makan rata) untuk setiap 100 liter air. Larvasida dengan temophos ini mempunyai efek residu 3 bulan.Larvasida yang lain yang dapat digunakan adalah golongan insect growth regulator (Hadinegoro,2005). Hal ini berarti menunjukkan bahwa besarnya kejadian DHF dikarenakan perilaku masyarakat yang tidak semuanya menggunakan Abate. Karena dengan melakukan 3M dan menjaga kebersihan lingkungan itu dianggap sudah dapat menghindari kejadia DHF. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 7 responden sebagian besar tidak melakukan pengawasan jentik nyamuk yaitu sebanyak 5 (71.42%). Pemantauan jentik berkala setiap 3 (tiga) bulan dirumah dan tempat – tempat umum. Diharapkan angka
bebas jentik (ABJ) setiap kelurahan/desa dapat mencapai lebih dari 95% akan dapat menekan penyebaran penyakit DBD(Hadinegoro,2005). Hal ini berati menunjukkan bahwa besarnya kejadian DHF dikarenakan perilaku masyarakat tidak melakukan pengawasan jentik dan tidak menjaga kebersihan lingkungan dan kurang melakukan 3M. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 7 responden melakukan perlindungan terhadap gigitan nyamuk (100%) melakukan perlindungan terhadap gigitan nyamuk, untuk menghindari terjadinya demam berdarah.Dalam air jentik atau larva bergerak sangat lincah dan aktif dalam memperlihatkan gerakan naik turun kedasar tempat perindukan secara berulang-ulang. Saat jentik atau larva mengambil O2 dari udara, akan menempatkan sifonnya di atas permukaan air seolah olah badannya dalam posisi membentuk sudut dengan permukaan air. Jentik atau larva menggantung pada permukaan air membentuk sudut 450. Dalam waktu kurang lebih 2 hari. Jentik atau larva akan melakukan pengelupasan kulit sebanyak 4 kali, (Instar I, instar II, INSTAR III, INSTAR IV ) (Bascom, 2009). Hal ini menunjukkan bahwa besarnya kejadian DHF tidak dikarenakan perilaku masyarakat yang melakukan perlindungan dari gigitan nyamuk.Karena masyarakat sudah melakukan salah satu upaya dalam menghindari kejadian DHF. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 7 responden yang mengikuti pencegahan demam berdarah sebagian besar tidak semua melakukan yaitu 6 responden (85,71%), supaya terhindar dari jentik nyamuk dan agar tidak menjadi tempat bersarangnya nyamuk. Usaha pencegahan dan pemberantasan DBD yang telah dilakukan pemerintah, antara lain dengan metode pengasapan (fogging) dan abatisasi. Penyemprotan sebaiknya tidak dipergunakan ,kecuali keadaan genting selama terjadi KLB atau wabah. Upaya yang paling tepat untuk mencegah demam berdarah adalah membasmi jentik – jentiknya ini dengan cara sebagai berikut: Bersihkan (kuras) tempat penyimpanan air (seperti bak mandi/WC, drum dll) seminggu sekali. Tutuplah kembali tempatnya rapat – rapat setelah mengambil airnya, agar nyamuk demam berdarah tidak dapat masuk dan bertelur disitu. Gantilah air vas bunga dan pot tanaman air setiap hari. Kubur atau buanglah sampah pada tempatnya, plastik dan barang – barang bekas yang bisa digenangi air hujan (Bascom,2009). Hal ini berati menunjukkan bahwa besarnya kejadian DHF dikarenakan perilaku pencegahan DHF tidak dilakukan dengan baik,karena dari pengakuan responden mereka memberi masukan pada pihak puskesmas tapi diabaikan. Maka dari itu masih ada masyarakat yang terkena DHF. SIMPULAN Hasil penelitian perilaku pencegahan penyakit DBD di Puskesmas Sooko Mojokerto didapatkan data bahwa dari 7 responden sebagian besar berperilaku negatif yaitu sebanyak 4 responden (57.142%). REKOMENDASI 1. Bagi peneliti selanjutnya Peneliti selanjutnya dapat meneliti faktor lain yang mempengaruhi perilaku pencegahan penyakit DHF pada masyarakat seperti faktor pengetahuan dan sikap masyarakat tentang penyakit DHF.
2.
3.
Bagi Poltekkes Majapahit Agar dapat dijadikan sumber refrensi tentang penyebab penyakit menular yang. terjadi pada lingkungan sehingga dapat dilakukan upaya penelitian lebih lanjut dengan melakukan pencegahan secara promotif dan preventif penyakit menular. Bagi Masyarakat Desa Agar hasil penelitian ini dijadikan masukan bagi masyarakat agar dapat meningkatkan stategi upaya pencegahan penyebab terjadinya demam berdarah dan merencanakan dengan lebih baik dan efesien dalam pencegahan dan pemberantasan penyebab demam berdarah.
ALAMAT KORESPONDENSI: E-mail :
[email protected] No. Hp : 085606411577 Alamat : Desa Jarit Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang