FAKTOR RISIKO PENYAKIT HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI USIA PRODUKTIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANGSAL KABUPATEN MOJOKERTO DENI PRASETYO NIM. 11001013 Subject : Faktor, Resiko, Hipertensi, Laki-laki, Produktif DESCRIPTION Hipertensi dianggap sebagai penyakit serius karena dampak yang ditimbulkan sebagai silent killer, karena dapat mengakibatkan kematian mendadak bagi penderitanya. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor resiko hipertensi pada laki-laki usia produktif. Jenis penelitian deskriptif. Variabel penelitian faktor resiko hipertensi pada laki-laki usia produktif. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 2.791 penderita hipertensi pada tahun 2013. Teknik sampling menggunakan purposive sampling dengan sampel sebanyak 23 penderita hipertensi laki-laki usia produktif. Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Bangsal Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto pada tanggal 17-22 Mei 2014. Instrument penelitian menggunakan kuesioner. Teknik pengolahan data menggunakan, editing, coding, entry data, cleaning dan tabulating. Hasil penelitian didapatkan bahwa kurang dari setengah laki-laki usia produktif bekerja sebagai karyawan swasta mengalami hipertensi sebanyak 10 responden (43,5%), sebagian besar laki-laki usia produktif memiliki kebiasaan merokok ½-1 bungkus/hari yaitu sebanyak 14 responden (60,9%) dan kurang dari setengah laki-laki usia produktif mengkonsumsi alkohol <½-1 gelas/minggu sebanyak 11 responden (47,8%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerjaan, konsumsi rokok dan kebiasaan konsumsi alkohol merupakan faktor resiko terjadinya hipertensi pada laki-laki usia produktif. Pekerjaan, kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol merupakan faktor resiko terjadinya hipertensi. Oleh karena itu Penderita hipertensi diharapkan dapat lebih aktif untuk mencari informasi tentang pentingnya manajemen diri positif untuk meningkatkan kemampuan penderita hipertensi dalam mencegah terjadinya peningkatan tekanan darah, selain itu tenaga kesehatan diharapkan dapat menjelaskan program konseling dan penyuluhan bagi penderita hipertensi untuk meningkatkan manajemen diri penderita hipertensi. ABSTRACT Hypertension is considered a serious disease because of the impact as the silent killer, because it can lead to sudden death for the sufferer. The purpose of the study was to determine the risk factors of hypertension in men of reproductive age. Type of study was descriptive. The research variables were the risk factors of hypertension in men of reproductive age. The population in this study were 2,791 patients with hypertension in 2013. Sampling technique used purposive
sampling with a sample of 23 male hypertension patients of reproduktive age. The experiment was conducted at the Bangsal Public Health Center Bangsal district Mojokerto regency on May 17 to 22 May 2014. Instrument research used questionnaires. Data processing technique used, editing, coding, data entry, cleaning and tabulating. The results showed that less than half of men of reproductive age working as a private employee have hypertension as many as 10 respondents (43.5%), most of the men of reproductive age have a smoking habit ½ to 1 pack / day as many as of 14 respondents (60 , 9%) and less than half of men of reproductive age consume alcohol <½ to 1 cup / week were 11 respondents (47.8%). Based on the results of the study indicated that the work, the consumption of cigarettes and alcohol consumption habits is a risk factor for hypertension in men of reproductive age. Occupation, smoking and alcohol consumption is a risk factor for hypertension. Therefore hypertension patient expected to be more active to find information about the importance of positive self-management to improve the ability of patients with hypertension in preventing the blood pressure increasing, in addition to the health workers are expected to explain the counseling programs and counseling for patients with hypertension to improve patient self-management of hypertension. Keywords
: Factor, Risk, Hypertension, Male
: 1. Eka Diah K, M.Kes 2. Sunyoto, S. Kep. Ns Date : 28 Mei 2014 Type Material : Laporan Penelitian Permanen Link : Right : Open Dokument Summary : Contributor
LATAR BELAKANG Hipertensi merupakan penyakit yang sangat berbahaya, karena tidak ada gejala atau tanda khas sebagai peringatan dini. Keadaan ini tentunya sangat berbahaya, yang dapat menyebabkan kematian mendadak pada masyarakat (Depkes RI, 2013). Penyakit hipertensi umumnya dapat dicegah dengan cara melakukan olah raga raga secara teratur. Tekanan darah menjadi lebih baik melalui olah raga aerobik rutin, karena tubuh beradaptasi untuk melakukan aktivitas yang lebih berat atau beban kerja yang lebih tinggi dengan menumbuhkan lebih banyak pembuluh darah untuk memenuhi permintaan darah dan oksigen otot-otot yang bekerja (Divine, 2012). Namun sayang, tak banyak penderita hipertensi yang termotivasi meluangkan waktu untuk berolahraga, padahal berolahraga selama 30 menit sampai satu jam saja sudah cukup. Dimana hal tersebut yang menyebabkan terjadinya komplikasi hipertensi pada penderita yaitu timbulnya penyakit ginjal, jantung, otak, mata dan terdapat penyumbatan darah tepi (Dharmawan, 2008). Hipertensi dianggap sebagai penyakit serius karena dampak yang ditimbulkan sebagai silent killer, karena dapat mengakibatkan kematian mendadak bagi
penderitanya. Kematian terjadi akibat dampak hipertensi itu sendiri atau penyakit yang diawali oleh hipertensi diantaranya yaitu kerusakan ginjal, serangan jantung, stroke, glaucoma,disfungsi ereksi (Permadi, 2011). Badan kesehatan dunia (WHO) menunjukkan data bahwa di seluruh dunia, sekitar 1,4 milyar orang atau 39,6 penghuni bumi mengidap hipertensi, jumlah ini terus meningkat sejak tahun 2000 dimana jumlah penderita hipertensi yang ditemukan sebanyak 972 juta orang atau 26,4% dengan jumlah penderita terbanyak adalah laki-laki yaitu sebesar 76,6%. Di Indonesia setiap tahunnya terjadi 175.000 kematian akibat hipertensi dan terdapat 450.000 kasus penyakit hipertensi dari kasus hipertensi tersebut diketahui bahwa 337.500 kasus (75%) merupakan usia produktif (15-50 tahun) yang di dominasi oleh laki-laki, sisanya 112.500 kasus (25%) tidak terdiagnosis dan baru sebagian yang tercakup dalam program penanggulangan penyakit hipertensi sesuai dengan rekomendasi WHO (Depkes RI, 2008). Hasil Riskesdas 2013, Prevalensi hipertensi di Indonesia yang di dapat melalui pengukuran pada umur > 18 tahun sebesar 25,8%, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan elatan (30,8%), Kalimatan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang di dapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4%, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat sendiri. Responden yang mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang minum obat hipertensi sebesar 0,7%. Jadi prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5% (25,8+0,7%). Menurut profil kesehatan Provinsi Jawa Timur pada tahun 2010 data jumlah penderita hipertensi yang diperoleh dari dinas kesehatan Provinsi Jawa Timur terdapat 275.000 jiwa penderita hipertensi. Dari hasil survei tentang penyakit terbanyak di rumah sakit di Provinsi Jawa Timur, jumlah penderita hipertensi sebesar 4,89% pada hipertensi essensial dan 1,08% pada hipertensi sekunder. Sementara dari kunjungan penyakit terbanyak di Puskesmas di Provinsi Jawa Timur, penyakit hipertensi menduduki peringkat ke 3 setelah influenza dan diare dengan prosentase sebesar 12,41 (Dinkes Jatim, 2010). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Mojokerto, hipertensi menjadi urutan ke-5 dari 10 besar penyakit di Kota Mojokerto pada tahun 2011 yaitu sebanyak 7.637 kasus. Berdasarkan tingkat usia, penderita hipertensi terbanyak pada usia 60-69 tahun yaitu sebesar 27,88%. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Bangsal Kabupaten Mojokerto dengan metode wawancara dari dari 5 penderita hipertensi didapatkan 2 responden bekerja sebagai petani, 2 responden bekerja sebagai karyawan swasta dan 1 responden sebagai pensiunan, pada kebiasaan konsumsi rokok didapatkan seluruhnya responden mengkonsumsi rokok, pada kebiasaan konsumsi alkohol didapatkan hanya 1 responden yang mengatakan kadang-kadang mengkonsumsi alkohol, 4 responden tidak pernah mengkonsumsi alkohol sama sekali. Penderita hipertensi sangat heterogen dan di derita oleh orang banyak yang datang dari berbagai sub-kelompok berisiko di dalam masyarakat khususnya pada laki-laki. Jenis kelamin sangat berpengaruh terhadap kadar hormone yang dimiliki seseorang. Estrogen yang dominan dimiliki oleh perempuan diketahui sebagai faktor protektif atau perlindungan pembuluh darha, sehingga penyakit jantung dan pembuluh darah termasuk hipertensi lebih banyak ditemukan pada laki-laki yang kadar estrogennya lebih rendah dari pada perempuan. Hipertensi dipengaruhi oleh faktor risiko ganda, baik yang bersifat endogen (tidak dapat diganti), seperti usia,
jenis kelamin dan genetic, maupun yang bersifat eksogen (dapat diubah), seperti kelebihan berat badan, konsumsi garam, rokok dan kopi (Yuda Hananta, 2011). Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun secara tidak senagaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud, yang sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan. Padahal gejala tersebut bisa terjadi pada penderita hipertensi maupun pada seseorang dengan tekanan darah normal (Permadi, 2011). Penderita hipertensi membutuhkan perubahan gaya hidup yang sulit dilakukan dalam jangka pendek. Oleh karenanya faktor yang menentukan dan membantu kesembuhan pada dasarnya adalah efikasi diri yang tinggi dari penderita hipertensi sendiri (Darmawan, 2008). Berdasarkan fenomena diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Faktor Risiko Penyakit Hipertensi pada Laki-laki Usia Produktif di Wilayah Kerja Puskesmas Bangsal Kabupaten Mojokerto”. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini adalah untuk menggambarkan faktor risiko penyakit hipertensi pada laki-laki usia produktif di Wilayah Kerja Puskesmas Bangsal Kabupaten Mojokerto. Variabel dalam penelitian ini adalah faktor risiko penyakit hipertensi yang meliputi pekerjaan, konsumsi rokok, konsumsi alkohol. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien hipertensi yang berjenis kelamin laki-laki usia 25-45 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Bangsal Kabupaten Mojokerto sebanyak 2.791 penderita hipertensi pada tahun 2013 dan pada bulan Januari-April 2014 didapatkan populasi 47 laki-laki usia produktif yang mengalami hipertensi. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian pasien hipertensi laki-laki usia produktif yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Bangsal Kabupaten Mojokerto sebanyak 23 responden pada tanggal 17-22 Mei 2014 teknik pengambilan sampel secara consecutive sampling. Instrument dalam penelitian ini menggunakan lembar check list. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menjelaskan bahwa seluruhnya responden berumur 25-45 tahun yaitu sebanyak 23 responden (100%), sebagian besar responden berpendidikan SMP yaitu sebanyak 15 responden (65,2%), pendapatan penderita hipertensi setiap bulan sebagian besar Rp. 2.040.000 yaitu sebanyak 13 responden (56,5%). Hasil penelitian menjelaskan bahwa kurang dari setengah laki-laki usia produktif bekerja sebagai karyawan swasta mengalami hipertensi yaitu sebanyak 10 responden (43,5%). Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah ini sering dianggap sinonim dengan profesi (Santoso, 2012). Menurut Notoatmodjo (2005) menyatakan ada beberapa aspek sosial yang mempengaruhi status kesehatan seseorang, antara lain adalah: umur, jenis kelamin, pekerjaan dan sosial
ekonomi. Artinya keempat aspek sosial tersebut dapat mempengaruhi status kesehatan responden salah satunya adalah kepatuhan diit hipertensi. Hipertensi lebih banyak terjadi pada pekerja sebagai buruh / karyawan swasta karena salah satu faktor resikonya adalah berkaitan erat dengan cara hidup kita seperti cara kita dalam menghadapi permasalahan dan dipengaruhi juga oleh berat ringannya pekerjaan seseorang seperti para buruh / karyawan swasta maka kejadian hipertensi paling banyak terjadi pada golongan pekerja seperti mereka. Secara langsung memang pekerjaan tidak dapat dikatakan berhubungan dengan pengetahuan seseorang, namun adanya interaksi atau komunikasi yang terjadi selama seseorang bekerja berhubungan terhadap masalah pengetahuan. Interaksi atau komunikasi yang dilakukan seseorang dengan orang lain selama melaksanakan pekerjaan, tidak hanya berkaitan dengan pekerjaan tersebut, mungkin saja berhubungan dengan tema-tema lain, seperti masalah kehidupan rumah tangga serta masalah kesehatan. Pada waktu interaksi tersebut membahas mengenai penyakit hipertensi, maka secara tidak disadari pengetahuan seseorang tentang penyakit tersebut meningkat. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Rahajeng (2009) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan hipertensi. Walaupun demikian hasil yang berbeda ditunjukkan oleh Purniawaty (2010) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan hipertensi. Pekerjaan berpengaruh kepada aktifitas fisik seseorang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar lakilaki usia produktif bekerja sebagai karyawan swasta mengalami hipertensi. Beban kerja dan waktu kerja seseorang dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi pada laki-laki usia produktif. Dimana seseorang yang memiliki beban kerja terlalu banyak dan waktu kerja yang terlalu padat akan mempengaruhi pola seseorang sehingga mempengaruhi terjadinya tekanan darah tinggi/hipertensi Hasil penelitian menjelaskan bahwa sebagian besar laki-laki usia produktif mengalami hipertensi memiliki kebiasaan merokok ½-1 bungkus / hari yaitu sebanyak 14 responden (60,9%). Kebiasaan merokok dapat menambah berat kerja jantung sehingga mendorong naiknya tekanan darah. Nikotin dalam tembakau merupakan penyebab meningkatnya tekanan darah segera setelah hisapan pertama. Seperti zat-zat kimia lain dalam asap rokok, nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah amat kecil di dalam paru-paru dan diedarkan kealiran darah. Hanya dalam beberapa detik nikotin sudah mencapai otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi. Dengan mengisap sebatang rokok akan memberi pengaruh besar terhadap naikya tekanan darah.Bahaya efek langsung dari rokok yaitu hubujngan langsung dengan aktifitas berlebih saraf simpatik, yang meningkatkan kebutuhan oksigen dan miokardinal yang kemudian diteruskan dengan peningkatan pada tekanan darah, denyt jantung, dan kontraksi miokardinal. Senyawa kimia yang terkandung didalam satu batang rokok sangat berbahaya, terutama nikotin dan karbon monoksida. Zat kimia tersebut dihisap dan kemudian masuk ke dalam aliran darah. Zat beracun tersebut dapat merusak pembuluh darah yang akan menyebabkan aterosklerosis yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang akan menyebabkan tekanan darah dalam dinding arteri meningkat (Nunung, 2005).
Perilaku merokok bermakna secara statistik atau dengan kata lain perilaku merokok merupakan faktor risiko terhadap kejadian hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laki-laki usia produktif mengalami hipertensi karena memiliki kebiasaan merokok ½-1 bungkus / hari. Hal tersebut disebabkan perilaku merokok sudah menjadi kebiasaan masyarakat. Selain itu sebagian besar pekerjaan laki-laki usia produkif penderita hipertensi adalah swasta sehingga untuk mengisi waktu disaat beristirahat kebanyakan mengisi waktu dengan merokok. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh faktor stres akibat jauh dari keluarga, bertugas di malam hari, berteman dengan perokok atau merasa sudah memiliki kemampuan untuk membeli rokok. Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Diyan (2013) pada masyarakat didapatkan bahwa perilaku merokok merupakan faktor risiko kejadian hipertensi dengan besar risiko 6,9 kali lebih besar untuk terjadinya hipertensi. Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosalina (2007) yang mengatakan adanya hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi. Hasil penelitian menjelaskan bahwa laki-laki usia produktif mengalami hipertensi kurang dari setengah responden memiliki kebiasaan mengkonsumsi alkohol ½-1 gelas/minggu yaitu sebanyak 11 responden (47,8%). Konsumsi lebih dari 250 ml alcohol sehari dapat meningkatkan tekanan darah, melemahkan otot jantung, serta menyebabkan kegemukan dan aterosklerosis (penyempitan pembuluh darah). Akibatnya, mempercepat timbulnya penyakit jantung yang lebih parah. Oleh karena itu, hindari alcohol sama sekali. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol dalam jumlah tertentu merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan penyakit hipertensi. Keterkaitan alkohol dengan hipertensi lebih kuat daripada banyaknya asupan garam yang dikonsumsi, hal itu terlihat pada hasil studi ini yang menyatakan bahwa peminum alkohol laki-laki dengan dosis 300-499 ml/minggu dapat meningkatkan tekanan sistolik/diastolik rata-rata 2,7/1,6 mmHg lebih tinggi dibandingkan bukan peminum alkohol, dan untuk peminum ≥500 ml/minggu memiliki tekanan darah 4,6/3,0 mmHg lebih tinggi dibandingkan bukan peminum (Nunung, 2005). Sebagian besar laki-laki usia produktif mengalami hipertensi karena minum alkohol terlalu sering atau terlalu banyak, dimana hal ini merupakan faktor resiko hipertensi. Responden yang terlalu sering mengkonsumsi alkohol cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada individu yang tidak minum atau minum sedikit. Hal ini disebabkan karena peningkatan kadar kortisol dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah berperan dalam menaikkan tekanan darah. Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Diyan (2013) dalam tesisnya mengenai faktor-faktor resiko hipertensi grade II pada masyarakat di Kabupaten Karanganyar menyatakan bahwa kebiasaan sering mengkonsumsi minuman beralkohol terbukti sebagai faktor risiko hipertensi dengan nilai p=0,028 dan nilai OR= 4,86 (CI 95% =1,0322,87) yang berarti bahwa responden yang mengkonsumsi alkohol berpeluang 4,86 kali lebih besar dibandingkan responden yang tidak mengkonsumsi alkohol.
SIMPULAN Hasil penelitian yang dilaksanakan di Puskesmas Bangsal Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto pada tanggal 17-22 Mei 2014 didapatkan bahwa faktor resiko hipertensi pada laki-laki usia produktif yaitu : 1. Kurang dari setengah laki-laki usia produktif bekerja sebagai karyawan swasta mengalami hipertensi yaitu sebanyak 10 responden (43,5%). 2. Sebagian besar laki-laki usia produktif memiliki kebiasaan merokok ½ bungkus/hari mengalami hipertensi yaitu sebanyak 14 responden (60,9%). 3. Kurang dari setengah laki-laki usia produktif mengkonsumsi alkohol <½ gelas / minggu mengalami hipertensi yaitu sebanyak 11 responden (47,8%). REKOMENDASI 1. Bagi Peneliti Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi seperti faktor usia, pekerjaan, merokok, dan konsumsi aslkohol secara kualitatif dengan jumlah responden yang lebih banyak dan wilayah penelitian yang lebih luas sehingga hasil penelitian lebih representatif. 2. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan Diharapkan dapat menjelaskan program konseling dan penyuluhan bagi penderita hipertensi untuk meningkatkan manajemen diri penderita hipertensi. 3. Bagi Responden Penderita hipertensi diharapkan dapat lebih aktif untuk mencari informasi tentang pentingnya manajemen diri positif untuk meningkatkan kemampuan penderita hipertensi dalam mencegah terjadinya peningkatan tekanan darah dan mencapai kesembuhan. Correspondensi : E-Mail Alamat No. Hp
:
[email protected] : Dusun Ngijingan Desa Purwojati Kec. Ngoro Kab. Mojokerto : 087702740828