FAKTOR RISIKO PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA Laurencia Agustaviane*, Woodford B.S Joseph*, Dina V. Rombot* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado
ABSTRAK Setiap tahun diperkirakan lebih dari 2 juta balita di dunia meninggal karena pneumonia (Kemenkes RI, 2011). Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Maluku Utara tahun 2012 kasus pneumonia pada balita di Provinsi Maluku Utara yaitu sebanyak 11.392 penderita. Kabupaten Halmahera Utara mencapai urutan ke 4 penderita pneumonia sebanyak 1.635 penderita.Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor risiko pneumonia pada balita. Penelitian ini merupakan survei analitik dengan rancangan studi kasus kontrol. Populasi adalah seluruh balita yang berkunjung ke Puskesmas Tobelo pada bulan januari 2013 sampai maret 2014, dimana terdapat 71 balita menderita pneumonia. Sampel kasus berjumlah 35 balita yang diambil secara random dari balita yang menderita pneumonia. Sampel kontrol berjumlah 35 balita diambil dari balita yang tidak menderita pneumonia melalui pencocokan (matching) umur, jenis kelamin dan status imunisasi. Variabel penelitian dalam penelitian ini yaitu tingkat kelembaban, kebiasaan merokok, bahan bakar untuk memasak dan penggunaan obat nyamuk bakar. Instrumen penelitian ini yaitu Hygrometer dan Kuesioner. Analisis data menggunakan uji Chi-square dengan α=0,05 dan CI:95%. Hasil Uji statistik menunjukkan bahwa probabilitas hubungan dari variabel diatas dengan kejadian pneumonia, sebagai berikut:tingkat kelembaban p=0,382, kebiasaan merokok p=0,001 (p<0,05) dan OR=7,3 (CI95%; 2,130-25,151), bahan bakar memasak p=0,022 (p<0,05) dan OR=5,7 (CI95%; 1,135-28,748), dan penggunaan obat anti nyamuk bakar p=0,008 (p<0,05) dan OR=3,8 (CI95%; 1,401-10,590). Disimpulkan bahwa kamar tidur dengan kelembaban yang tidak memenuhi syarat tidak menjadi faktor risiko pneumonia pada balita, kebiasaan merokok, bahan bakar untuk memasak (kayu minyak atau api) dan penggunaan obat anti nyamuk merupakan faktor risiko untuk pneumonia pada balita. Kata Kunci: Faktor Risiko, Pneumonia, Anak Balita
ABSTRACT Every year, an estimated more than 2 million children in the world dead because of pneumonia (Kemenkes RI, 2011). Based on the Health Profile of North Maluku Provincial 2012 cases of pneumonia for children under five in province of North Maluku total is 11 392 patients. District of North Halmahera achieving 4 sequences of pneumonia total is 1,635 patients. The purpose of this study was to analyze the risk factors of pneumonia in children under five. This study uses an analytical survey of the case control study. The population is all children under five who visited the Tobelo health centers in January 2013 to March 2014, where there are 71 children under five suffering from pneumonia. Samples cases of 35 toddlers taken at random from a toddler suffering from pneumonia. Control samples of 35 toddlers taken from a toddler is not suffering from pneumonia by matching age, sex and immunization status. The variables in this research is level humidity, smoking habits, cooking fuels and the use of mosquito fuels. The instrument is Hygrometer and Qusioner. The data analysis use tests Chisquare test with α=0.05 and CI:95%. The result showed that the probability of the correlation from the variables above with the incidence of pneumonia, is as follows: level humidity p=0.382, smoking habits p=0.001 (p<0.05) and OR=7.3 (CI95%; 2.130-25.151), cooking fuel (kerosene/fuel wood) p=0.022 (p<0.05) and OR=5.7 (CI95%; 1.135-28.748), and the use of anti mosquito grilled p=0.008 (p<0.05) and OR=3.8 (CI95%; 1.401-10.590). It was concluded that the bedroom with the humidity that are not eligible are not to become risk factor for pneumonia in toddlers, smoking habit, cooking fuel (kerosene/fuel wood) and the use of anti-mosquito drugs is a risk factor pneumonia in children under five. Keywords: Risk Factors, Pneumonia, Children under five
1
PENDAHULUAN
balita di wilayah kerja Puskesmas Tobelo
Pneumonia merupakan pembunuh utama balita
Kabupaten Halmahera Utara Provinsi Maluku
di dunia, lebih banyak dibanding dengan
Utara.
gabungan penyakit AIDS (Acquired Immuno METODE PENELITIAN
Deficiency Syndrome), malaria dan campak. Di
Jenis penelitian ini merupakan penelitian
dunia setiap tahun diperkirakan lebih dari 2
survei analitik dengan desain Kasus Kontrol
juta balita meninggal karena Pneumonia (1
(Case
balita/20 detik) dari 9 juta total kematian Balita
Populasi dalam penelitian ini adalah
pneumonia pada balita di Provinsi Maluku 11.392
seluruh balita yang berobat di Wilayah Kerja
penderita,
Puskesmas Tobelo dari bulan Januari 2013
Kabupaten Halmahera Utara mencapai urutan
sampai bulan Maret 2014. Sampel dalam
ke 4 penderita pneumonia dengan kasus
penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok
sebanyak 1.635 penderita (Profil Kesehatan
yaitu
Provinsi Maluku Utara, 2012). Berdasarkan
ini
yaitu terdapat 71 kasus balita sakit pneumonia
cara
adalah
balita
yang
tidak
menderita
Tobelo yang berjumlah 35 balita yang dipilih
hasil observasi awal sebagian rumah di
dengan cara pencocokkan (matching) umur,
dapat
Jenis kelamin dan status imunisasi. Responden
dikatakan belum memenuhi syarat rumah
yang diwawancarai adalah ibu dari balita.
sehat. Masyarakat juga masih mengunakan
Instrumen penelitian yang digunakan
kayu api dan minyak tanah sebagai bahan
adalah berupa hygrometer dan Kuesioner. Data
bakar untuk memasak.
primer yaitu hasil wawancara dan observasi
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk apakah
dengan
pneumonia di Wilayah Kerja Puskesmas
(Profil Puskesmas Tobelo, 2014). Berdasarkan
menganalisis
penderita
ditetapkan
dan untuk kelompok kontrol dalam penelitian
kejadian pneumonia pada balita cukup tinggi
Tobelo
35
kasus
Sampling dan untuk memenuhi sampel besar
Januari 2013 sampai dengan bulan Maret 2014
Puskesmas
kelompok
pengambilan sampel secara Simple Random
Sakit (MTBS) di Puskesmas Tobelo dari bulan
kerja
untuk
berjumlah
data bulanan dari Manajemen Terpadu Balita
wilayah
di
bulan Juni sampai September 2014.
Maluku Utara tahun 2012 penemuan kasus
sebanyak
dilakukan
Halmahera Utara Provinsi Maluku Utara.Pada
Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi
yaitu
Penelitian
wilayah kerja Puskesmas Tobelo Kabupaten
(Kemenkes RI, 2011).
Utara
Control).
tingkat
terhadap
kelembaban
variabel-variabel
bebas
dalam
penelitian ini. Dan data sekunder yaitu data
kamar tidur, kebiasaan merokok, bahan bakar
kejadian pneumonia pada balita yang diperoleh
untuk memasak dan penggunaan obat nyamuk
dari Puskesmas Tobelo khususnya dari bagian
bakar menjadi faktor risiko pneumonia pada
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). 2
Analisis univariat untuk menjelaskan atau
umur 37-48 bulan ada 17% dan umur 49-59
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel
bulan ada 9%. Berdasarkan jenis kelamin pada
penelitian. Dan Analisis bivariat dilakukan
kelompok kasus dan kelamin laki-laki 57% dan
untuk mengetahui hubungan antara variabel
perempuan 43%. Untuk status imunisasi
bebas
Untuk
kelompok kasus dan kontrol berjumalah sama
mengetahui apakah variabel bebas menjadi
yaitu status imunisasi lengkap 83% dan status
faktor risiko variabel terikat maka dilakukan
imunsasi
uji hubungan terlebih dahulu menggunakan uji
pendidikan terakhir ibu pada kelompok kasus
Chi-square dengan 𝛼=0,05 dan CI:95%, bila
yang terbanyak yaitu berpendidikan SMA
nilai p<𝛼 berarti ada hubungan antara variabel
(54%) dan pada kelompok kontrol juga paling
bebas dengan variabel terikat.
banyak
dengan
variabel
terikat.
tidak
lengkap
berpendidikan
17%.
Tingkat
SMA
(40%).
Berdasarkan pengasuh utama untuk kelompok HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan
tabel
1
kasus dan kontrol yang terbanyak diasuh oleh
didapatkan
bahwa
ibu kandung (97%). Ibu-ibu pada kedua
kelompok umur pada kelompok kasus dan kelompok kontrol
berjumlah
sama
kelompok sampel yang terbanyak tidak bekerja
yaitu
untuk kelompok kasus (88%) dan kelompok
kelompok umur 2-12 bulan ada 14%, umur 13-
kontrol (94%).
24 bulan ada 23%, umur 25-36 bulan ada 37%, Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Provinsi Maluku Utara Karakteristik Subjek Penelitian
Kategori
n 5 8 13 6 3 35
% 14 23 37 17 9 100
Laki-laki Perempuan
20 15 35
57 43 100
20 15 35
57 43 100
Lengkap Tidak Lengkap
29 6 35
83 17 100
29 6 35
83 17 100
SD SMP SMA D3 S1
6 6 19 1 3 35
17 17 54 3 9 100
9 9 14 1 2 35
26 26 40 3 5 100
Ibu Kandung Nenek
34 1 35
97 3 100
34 1 35
97 3 100
Tidak Bekerja PNS Pegawai
31 2 2 35
88 6 6 100
33 2 35
94 0 6 100
Jumlah Jenis Kelamin Jumlah Status Imunisasi Jumlah Pendidikan Terakhir Ibu
Jumlah Pengasuh Utama Jumlah Pekerjaan Ibu Jumlah
Kontrol % 14 23 37 17 9 100
2-12 13-24 25-36 37-48 49-59
Usia Balita (Bulaan)
Kasus n 5 8 13 6 3 35
3
Tabel 2. Hasil Analisis Hubungan Antara Tingkat Kelembaban Kamar Tidur, Kebiasaan merokok, Bahan Bakar Untuk Memasak dan Penggunaan Obat Anti Nyamuk Bakar NO
Variabel
1
Tingkat Kelembaban Kamar Tidur
2
Kebiasaan Merokok
3
Bahan Bakar Memasak
<40&>70% 40-70% Merokok Tidak Merokok Minyak Tanah/Kayu Bakar Gas
Penggunaan Obat Nyamuk Bakar
4
Kasus
Kategori
Ya Tidak
Kontrol
P
OR CI:95%
47 60
0,382
1,67 (0,52-5,34)
18 17
37 81
0,001
7,31 (2,13025,151)
26
44 0,022
5,71 (1,13-28,74)
0.001
3,85 (1,40-10,59)
n
%
n
%
29 6
53 40
26 9
31 4
63 19
33
56
2
18
9
81
26 9
63 31
15 20
37 69
Hubungan Antara Tingkat Kelembaban
hubungan antara sanitasi rumah dan perilaku
Kamar Tidur Dengan Kejadian Pneumonia
dan kejadian pneumonia pada balita dengan
Pada Balita
jumlah
Dapat dilihat dari tabel 2 bahwa hasil analisis
mendapatkan
univariat
frekuensi
p>0,05) dengan demikian disimpulkan bahwa
tingkat kelembaban kamar tidur yang tidak
tidak ada hubungan yang bermakna antara
memenuhi syarat sebanyak 79% dan yang
tingkat
memenuhi syarat sebanyak 21%. Dari hasil
pneumonia pada balita (Pramudiyani dan
analisis
statistik
Prasmewari, 2011). Dan sejalan juga dengan
diperoleh kesimpulan bahwa antara tingkat
penelitian dengan judul kualitas udara rumah
kelembaban kamar tidur dengan kejadian
dengan kejadian pneumonia pada anak bawah
pneumonia tidak memiliki hubungan yang
lima tahun di Puskesmas Cimahi Selatan dan
bermakna di dapatkan nilai p=0,382. Hasil
Leuwi Gajah Kota Cimahi menyimpulkan
penelitian tersebut menunjukkan bahwa tingkat
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
kelembaban kamar tidur yang tidak memenuhi
antara tingkat kelembaban dengan kejadian
syarat tidak menjadi faktor risiko terjadinya
pneumonia
pneumonia pada balita.
probabilitasnya
didapatkan
bivariat
atau
distribusi
hasil
uji
sampel
sebanyak
nilai
79
responden
probabilitas
(p=0,183;
kelembaban
pada
dengan
balita
kejadian
dimana
(p=0,923;p>0,05)
nilai dan
OR=0,774 (CI95%;0,225-2,657) (Fahima dkk,
Hasil penelitian ini tidak berhubungan
2014).
mungkin dapat disebabkan karena perbedaan luas ventilasi kamar tidur tiap responden dan
Hubungan Antara Kebiasaan Merokok
juga dipengaruhi oleh tingkat kelembaban dari
Dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita
luar rumah. Hasil penelitian ini sejalan
Dapat dilihat pada tabel 2 hasil analisis
dengaan penelitian yang dilakukan tentang
univariat 4
didapatkan
distribusi
frekuensi
kebiasaan merokok anggota keluarga yang
dilakukan tentang faktor lingkungan rumah
merokok sebanyak 70% dan yang tidak
dan praktik hidup orang tua yang berhubungan
merokok 30%. Dari hasil bivariat atau hasil uji
dengan kejadian pneumonia pada anak balita di
statistik diperoleh kesimpulan bahwa ada
Kabupaten Kubu Raya Tahun 2011 yang
hubungan yang bermakna antara kebiasaan
menunjukkan bahwa nilai p=0,000 (p<0,05)
merokok dari anggota keluarga dalam rumah
dan OR= 10,886 (CI 95%: 2,712-43,072) yang
dengan kejadian pneumonia (p=0,001). Besar
artinya ada hubungan yang signifikan antara
risiko menderita pneumonia dapat dilihat dari
keberadaan anggota keluarga yang merokok
nilai OR=7,32 yang artinya balita yang
dengan
anggota keluarganya mempunyai kebiasaan
(Sartika dkk, 2012).
merokok
dalam
rumah
risiko
Pada Balita Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa hasil analisis
Banyaknya jumlah perokok dalam rumah
univariat didapatkan distribusi frekuensi bahan
akan memperbesar risiko anggota keluarga
bakar untuk memasak yaitu keluarga yang
menderita gangguan pernapasan khususnya
menggunakan bahan bakar minyak tanah/kayu
pada balita. Paparan yang terus menerus akan
bakar sebanyak 84% dan yang menggunakan
menimbulkan gangguan pernapasan terutama timbulnya
infeksi
bahan bakar gas sebesar 16%. Hasil analisis
saluran
bivariat atau hasil uji statistik diperoleh
pernapasan akut dan gangguan paru-paru pada (Kepmen
Pemukiman
kesimpulan antara bahan bakar untuk memasak
dan
dengan
Prasarana Wilayah, 2002).
yang
berhubungan
keluarganya
bakar
yang keluarganya tidak menggunkan bahan
CI 95%; 1,076-10,315 yang artinya secara
bakar minyak tanah/kayu bakar.
statistik bahwa ada hubungan yang signifikan merokok
bahan
kali lebih besar dibandingkan dengan balita
nilai p=0,037 (p<0,005) dan OR=3,331 dengan
bahaya
menggunakan
minyak tanah/kayu bakar lebih berisiko 5,7
Pangandaran Kabupaten Ciamis, didapatkan
tingkat
mempunyai
nilai OR=5,71 yang artinya balita yang
dengan
kejadian pneumoia di wilayah kerja Puskesmas
antara
pneumonia
risiko menderita pneumonia dapat dilihat dari
penelitian tentang faktor-faktor lingkungan rumah
kejadian
hubungan yang bermakna (p=0,022). Besar
Hasil penelitian ini relavan dengan hasil
fisik
balita
Memasak Dengan Kejadian Pneumonia
dalam rumah.
dewasa
pada
Hubungan Antara Bahan Bakar Untuk
yang anggota keluarganya tidak merokok
saat
pneumonia
terkena
pneumonia 7,3 kali lebih besar daripada balita
memperberat
kejadian
Bahan
dengan
bakar
untuk
memasak
yang
digunakan kebanyakan masyarakat di wilayah
kejadian pneumonia pada balita (Yulianti dkk,
kerja Puskesmas Tobelo adalah kayu bakar dan
2012). Sejalan juga dengan penelitian yang
minyak tanah, hanya beberapa masyarakat 5
yang
mulai
karena
pneumonia (p=0,008). Dengan besar risiko
kemampuan ekonomi keluarga dan juga masih
menderita pneumonia dapat dilihat dari nilai
takut untuk menggunakan bahan bakar gas.
OR= 3,85 yang artinya balita yang sering
Hasil
menggunakan
penelitian
dengan
menggunakan obat anti nyamuk berisiko
penelitian tentang faktor–faktor lingkungan
terkena pneumonia 3,8 kali lebih besar
fisik
daripada balita yang tidak menggunkan obat
rumah
yang
ini
gas
sejalan
berhubungan
dengan
kejadian pneumonia pada anak balita di wilayah
kerja
puskesmas
anti nyamuk.
kawunganten
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
kabupaten cilacap yang disimpulkan bahwa
penelitian yang dilakukan di wilayah kerja
terdapat hubungan yang signifikan antara
puskesmas pangandaran kabupaten ciamis
bahan bakar memasak yang digunakan (kayu
yang mendapatkan bahwa terdapat hubungan
bakar) dengan kejadian pneumonia (p=0,011;
yang signifikan antara praktik penggunaan
p<0,05) pada balita (Yuwono, 2008). Dan
obat anti nyamuk bakar dengan kejadian
sama dengan penelitian tentang faktor-faktor
pneumonia
yang memepengaruhi kejadaian pneumonia
probabilitas sebesar (p=0,003) dan OR=3,949
pada anak balita di Puskesmas Donggala
dengan (CI 95%;1,649-9,456) (Yulianti dkk,
Sulawesi
bahwa
2012). Sejalan juga dengan penelitian tentang
terdapat hubungan yang bermakna antara
hubungan kondisi rumah dengan keluhan ISPA
polusi asap dapur dengan kejadian pneumonia
pada balita di wilayah kerja Puskesmas
balita dengan (p=0,000; p<0,05) (Zulkipli dkk,
Tuntungan
2009).
didapatkan bahwa terdapat hubungan antara
Tenggah
menyimpulkan
pada
Kecamatan
penggunaan Hubungan Antara Obat Nyamuk Bakar
balita,
bahan
yaitu
Medan
dengan
Tuntungan
pengendali
serangga
dengan keluhan ISPA didapatkan p=0,010
Dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita
(p<0,05) (Naria dkk, 2008).
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa hasil analisis univariat didapatkan distribusi frekuensi dari
KESIMPULAN
penggunaan obat anti nyamuk bakar yaitu Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
untuk keluarga yang menggunakan obat anti
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
nyamuk bakar sebanyak 84% dan keluarga
1. Kamar tidur dengan kelembaban <40% dan
yang tidak menggunakan obat anti nyamuk
>70% atau yang tidak memenuhi syarat
bakar sebanyak 16%. Hasil analisis bivariat
tidak menjadi faktor risiko pneumonia pada
atau hasil uji statistik Hasil uji statistik diperoleh
kesimpulan
bahwa
balita.
terdapat
2. Balita
hubungan yang bermakna antara penggunaan
yang
mempunyai
obat anti nyamuk bakar dengan kejadian 6
anggota
keluarganya
kebiasaan merokok dalam
rumah lebih berisiko terkena pneumonia 7,3
untuk memasak agar tidak membawah anak
kali lebih besar dibandingkan dengan balita
balita ke dapur pada saat memasak.
yang anggota keluarganya tidak merokok
4. Bagi ibu-ibu yang sering menggunakan
dalam rumah. 3. Balita
obat anti nyamuk bakar didalam kamar
yang
keluarganya
mengunakan
balita
agar
dapat
merubah
kebiasaan
minyak tanah/kayu bakar sebagai bahan
penggunaan obat anti nyamuk bakar dengan
bakar untuk memasak lebih berisiko terkena
cara menggunakan kelambu, raket nyamuk
pneumonia
besar
ataupun alat lainnya yang dapat membunuh
dibandingkan dengan balita yang tidak
nyamuk tetapi tidak menghasilkan asap
menggunakan minyak tanah/kayu bakar
yang berbahaya bagi kesehatan balita.
5,7
kali
lebih
sebagai bahan bakar untuk memasak.
5. Perlu dilakukan penelitian lanjutan yang
4. Balita yang keluarganya menggunakan obat
meneliti tentang faktor-faktor risiko lainnya
nyamuk bakar mempunyai risiko terkena
yang dapat menjadi penyebab pneumonia
pneumonia
pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas
3,8
kali
lebih
besar
dibandingkan dengan balita yang tidak
Tobelo
Kabupaten
Halmahera
Utara
menggunakan obat nyamuk bakar.
Provinsi Maluku Utara misalnya faktor status gizi balita, suhu kamar balita dan
SARAN
kebiasaan membuka jendela di pagi dan siang hari.
1. Bagi ibu-ibu dan bapak-bapak agar lebih diperhatikan lagi kondisi fisik rumah seperti
DAFTAR PUSTAKA
luas ventilasi rumah yang memberikan pengaruh terhadap tingkat kelembaban
Fahimah,
Kusumowardania
dan
Susanna.
dalam kamar tidur agar tingkat kelembaban
2014. Kualitas Udara Rumah dengan
dalam kamar dapat memenuhi syarat rumah
Kejadian Pneumonia Anak Bawah Lima
sehat dan tidak menimbulkan penyakit pada
Tahun di Puskesmas Cimahi Selatan
balita.
danLeuwi Gajah Kota Cimahi. Makara
2. Bagi
ibu-ibu
dan
bapak-bapak
yang
Seri Kesehatan, Volume 18, No 1, Hal
mempunyai balita agar menghindarkan
25-33.
anak dari keterpaparan asap rokok yang
Kemenkes RI. 2011. Pedoman Pengendalian
berbahaya bagi kesehatan anak dengan cara
Infeksi
tidak merokok di dalam rumah.
Direktorat
3. Bagi ibu-ibu yang menggunakan minyak
Saluran
Pernafasan
Jendral
Akut.
Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
tanah/kayu bakar sebagai bahan bakar
Jakarta.
7
KepMen Permukiman dan Prasarana Wilayah.
Naria,
Yuwono,
T.A.
2002. Pedoman Teknis Pembangunan
Lingkungan
Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat).
Berhubungan
Chahaya
dan
Asmawati.
2008.
Pneumonia
2008.
Faktor–Faktor
Fisik
Rumah
Dengan Pada
Anak
Yang
Kejadian Balita
Di
Hubungan Kondisis Rumah Dengan
Wilayah Kerja Puskesmas Kawunganten
Keluhan ISPA Pada Balita Di Wilayah
Kabupaten Cilacap. Tesis, Universitas
Kerja Puskesmas Tuntungan Kecamatan
Diponegoro.
Medan Tuntungan Tahun 2008. Jurnal
Zulkipli, Prayogi, Akhmadi dan Hartini. 2009.
Info Kesehatan Masyarakat. Volume
Faktor-Faktor
XII, No 1, Hal 1-7.
Kejadian Pneumonia Pada Anak Balita
Pramudiyani, N.A dan Prameswari, G.N. 2011.
Di
Puskesmas
Ynag
Mempengaruhi
Donggala
Sulawesi
Hubungan Antara Sanitasi Rumah Dan
Tengah. Jurnal Teknologi Kesehatan.
Perilaku Dengan Kejadian Pneumonia
Volume 5, No 3, ISSN 0216-4981.
Balita. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Volume 6, No 2, Hal 71-78, ISSN 18581196. Puskesmas Tobelo. 2014. Laporan Bulanan Manajemen
Terpadu
Balita
Sakit
(MTBS). Tobelo Sartika, Setiani dan Endah. 2012. Faktor Lingkungan Rumah dan Praktik Hidup Orang Tua Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pneumonia Pada Anak Balita di Kabupaten Kubu Raya Tahun 2011. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia. Volume 11, No 2, Hal 153-159. Yulianti, Setiani dan Hanani. 2012. Faktorfaktor Lingkungan Fisik RumahYang Berhubungan
Dengan
Kejadian
Pneumonia Pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas
Pangandaran
Kabupaten Ciamis. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia. Volume 11, No 2, hal 187-193. 8