PERILAKU PELANGGAN DAN INSENTIF HARGA DAGING AYAM DALAM PENGENDALIAN PENYAKIT UNGGAS
DITA MELIANA
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi berjudul Perilaku Pelanggan dan Insentif Harga Daging Ayam dalam Pengendalian Penyakit Unggas adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2017
Dita Meliana NIM H24120035
ABSTRAK DITA MELIANA. Perilaku Pelanggan dan Insentif Harga Daging Ayam dalam Pengendalian Penyakit Unggas. Dibimbing oleh EKO RUDDY CAHYADI. Tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap daging ayam cenderung mengalami peningkatan pada tahun 2011 hingga 2015 yang diiringi oleh fluktuasi harga. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis karakteristik dan perilaku konsumen daging ayam. (2) Menganalisis kesediaan membayar konsumen dan insentif harga daging ayam saat kelangkaan dan terjamin kesehatannya. (3) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar konsumen daging ayam. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, pendekatan Contingent Valuation Method (CVM): TIOLI dan Bidding Games, dan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukan karakteristik dan perilaku kosumen didominasi oleh ibu rumah tangga yang membeli daging ayam di pasar tradisional. Harga yang bersedia konsumen bayarkan sebesar Rp 38 165 per kg saat kelangkaan dan Rp 38 205 per kg untuk daging ayam yang terjamin kesehatannya. Insentif yang didapat sebesar Rp 16 per kg sehingga tidak memadai untuk insentif para pelaku usaha rantai pasok daging ayam. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan konsumen membayar daging ayam yakni tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, jumlah anggota keluarga, dan jumlah konsumsi daging ayam. Kata kunci: harga daging ayam, perilaku konsumen, TIOLI dan Bidding Games.
ABSTRACT DITA MELIANA. Customer Behavior and The Incentive Price Of Chicken Meat In The Control Of Poultry Diseases. Supervised by EKO RUDDY CAHYADI. The consumption level of Indonesian society towards chicken meat tends to increase in 2011 and 2015 were accompanied by price fluctuations. This study aims to: (1) to analyze the characteristics and behavior of consumers of chicken meat. (2) analyze the consumer's willingness to pay and incentives chicken meat prices when scarcity and health guaranteed. (3) to analyze the factors that influence consumer willingness to pay for chicken meat. The analysis used in this research is descriptive analysis, approach Contingent Valuation Method (CVM): TIOLI and Bidding Games, and multiple linear regression analysis. The results showed the characteristics and behavior consuming dominated by housewives who buy chicken in the traditional market. The price consumers are willing to pay Rp38 165 per kg when scarcity and Rp38 205 per kg for chicken meat is guaranteed healthy. Incentives earned Rp16 per kg so inadequate to incentive businesses chicken meat supply chain. Factors affecting consumers' willingness to pay of chicken meat that is the level of education, occupation, income level, family size, and the amount of consumption of chicken meat. Keywords: chicken meat price, customer behavior, TIOLI and Bidding Games.
PERILAKU PELANGGAN DAN INSENTIF HARGA DAGING AYAM DALAM PENGENDALIAN PENYAKIT UNGGAS
DITA MELIANA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2016 ini adalah Perilaku Pelanggan dan Insentif Harga Daging Ayam dalam Pengendalian Penyakit Unggas. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Eko Ruddy Cahyadi, S.Hut, MM selaku dosen pembimbing Skripsi atas bimbingan dan arahannya dalam pelaksanaan penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu, kakak-kakak, sahabat dan seluruh keluarga penulis atas segala doa dan kasih sayangnya. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh temanteman, dosen, dan staff Departemen Manajemen Institut Pertanian Bogor atas segala doa dan dukungannya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2017
Dita Meliana
DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Ayam Pedaging Perilaku Konsumen Willingness To Pay Penelitian Terdahulu yang Relevan METODE Kerangka Pemikiran Jenis dan Sumber Data Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Penentuan Sampel Metode Pengolahan dan Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik dan Perilaku Pelanggan Analisis Harga Implikasi Manajerial SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
i ii ii ii 1 1 3 3 3 3 4 4 4 4 5 5 5 7 7 7 8 13 13 24 38 39 39 40 40 42 53
DAFTAR TABEL 1 Kasus AI pada unggas tahun 2007-2013 2 Karakteristik lokasi penelitian 3 Jumlah penentuan responden 4 Variabel-variabel independen dan dependen 5 Frekuensi pembelian daging ayam broiler 6 Pengeluaran konsumen daging ayam broiler 7 Harga daging ayam broiler dalam satu tahun terakhir 8 Perbandingan presentase responden daging ayam broiler metode TIOLI 9 Perbandingan presentase responden daging ayam broiler metode BG 10 Perbandingan presentase responden daging ayam broiler Kab. Ciamis 11 Perbandingan presentase responden daging ayam broiler Kab. Tasik 12 Perbandingan presentase responden daging ayam broiler Kab. Subang 13 Perbandingan presentase responden daging ayam Kab. Sukabumi 14 Perbandingan harga rata-rata WTP konsumen 15 Perbandingan harga optimal bagi pedagang 16 Faktor-faktor yang mempengaruhi WTP saat kelangkaan 17 Faktor-faktor yang mempengaruhi WTP kesehatan daging ayam
2 7 8 12 17 18 24 27 28 29 31 32 33 35 35 36 37
DAFTAR GAMBAR 1 Perkembangan harga eceran daging ayam broiler 2 Kerangka pemikiran penelitian 3 Kurva permintaan 4 Hubungan kurva permintaan dan total penerimaan 5 Jenis kelamin konsumen 6 Tingkat pendidikan konsumen 7 Posisi dalam rumah tangga konsumen 8 Jenis pekerjaan konsumen 9 Status pernikahan konsumen 10 Tingkat pendapatan konsumen 11 Jumlah konsumsi daging ayam broiler 12 Tempat membeli daging ayam broiler 13 Persepsi konsumen terhadap daging ayam broiler sehat dikonsumsi 14 Persepsi konsumen terhadap proses daging ayam yang terjamin 15 Sebaran konsumen berdasarkan warna karkas 16 Sebaran konsumen berdasarkan kebersihan Kulit 17 Sebaran konsumen berdasarkan ukuran karkas 18 Sebaran konsumen berdasarkan kondisi tulang 19 Sebaran konsumen berdasarkan kesegaran daging ayam broiler 20 Sebaran konsumen berdasarkan bagian karkas 21 Sebaran konsumen berdasrkan atribut keputusan membeli DAB 22 Harga daging ayam broiler saat ini berdasarkan persepsi konsumen 23 Kurva permintaan metode TIOLI
1 6 10 10 14 15 15 16 16 17 18 19 19 20 21 21 22 22 23 23 24 25 27
24 Kurva permintaan metode bidding games 25 Kurva permintaan Kab. Ciamis 26 Kurva permintaan Kab. Tasik 27 Kurva permintaan Kab. Subang 28 Kurva permintaan Kab. Sukabumi
28 30 31 32 34
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4
Kuisioner penelitian Contoh perhitungan harga Hasil analisis regresi linear berganda saat kelangkaan Hasil analisis regresi linear berganda kesehatan terjamin
44 48 49 51
PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut Kementrian Pertanian Indonesia (2015) tingkat konsumsi daging ayam di Indonesia tahun 2011 hingga 2015 secara berturut-turut sebanyak 1 034 683 ton, 985 382 ton, 1 024 953 ton, 1 131 514 ton, 1 148 366 ton, dengan tingkat pertumbuhan sebesar 2.78%. Selain itu, menurut Badan Pusat Statistik tahun 2015 bahwa tingkat rata-rata konsumsi daging ayam perkapita secara berturut-turut dari tahun 2012 hingga 2014 antara lain sebesar 0,076 kg; 0,078 kg; 0,086 kg per tahun. Hal tersebut menyatakan bahwa tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap daging ayam cenderung mengalami peningkatan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Secara langsung rata-rata tingkat membeli masyarakat Indonesia terhadap daging ayam juga meningkat. Seiring dengan peningkatan konsumsi daging ayam, harga daging ayam mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Harga daging ayam dalam kurun waktu tiga tahun terakhir mengalami fluktuasi antara Rp 23 000 hingga Rp 30 000 per kg. Fluktuasi harga daging ayam tersebut tidak terlalu berpengaruh pada konsumen untuk membeli dan mengkonsumsi daging ayam. Fluktuasi harga daging ayam yang terjadi di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 1 yang menjelaskan perkembangan harga eceran daging ayam broiler pada tahun 2012 hingga Januari 2015. 35.000
Harga (Rp/Kg)
30.000 25.000 2012
20.000
2013 15.000
2014 2015
10.000 5.000 0 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
Gambar 1 Perkembangan harga eceran daging ayam broiler Sumber: Buletin Analisis Perkembangan Harga Komoditas Pertanian, Pusdatin 2015
Pada Gambar 1 diatas menggambarkan fluktuasi harga daging ayam broiler yang terjadi antara tahun 2012 hingga Januari 2015. Rata-rata harga daging ayam broiler di tingkat nasional selama tahun 2012 hingga Januari 2015 berfluktuasi, namun terjadi peningkatan yang cukup tajam pada bulan Juli setiap tahunnya yakni sebesar Rp 27 566 β Rp 31 188 per kg, hal ini berkaitan dengan bulan ramadhan dan hari raya Idhul Fitri. Fluktuasi harga daging ayam dapat disebabkan oleh adanya harga musiman, kelangkaan pakan ternak, dan adanya isu wabah
2 virus Avian Influenza / flu burung. Peningkatan harga daging ayam juga disebabkan oleh adanya biaya tambahan yang dilakukan oleh peternak untuk menjaga kesehatan ayam pedaging agar terhindar dari virus penyakit Avian Influenza (AI) / flu burung dengan cara memberikan vaksin virus AI kepada ternak unggas khususnya ternak ayam pedaging. Menurut Laporan Tahunan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (2013) bahwa kasus kematian unggas akibat AI terjadi sejak akhir tahun 2003. Sejak saat itu Jawa Barat berstatus sebagai provinsi tertular AI. Pada tahun 2012 tercatat 76 kasus yang tersebar di 17 kab/kota meliputi 59 kecamatan dan 73 desa dengan jumlah kematian unggas sebanyak 6 493 (ayam buras 2 704 ekor dan itik/entog 3 789 ekor). Sedangkan pada tahun 2013 tercatat 73 kasus yang tersebar di 17 kab/kota meliputi 55 kecamatan dan 65 desa dengan jumlah kematian unggas sebanyak 17 286 (ayam buras 1 075 ekor, layer 181 ekor, itik 13 330 ekor, broiler 700 ekor, ayam bangkok 600 ekor dan puyuh 1 400 ekor). Kasus AI yang terjadi di Jawa Barat tersebar di beberapa wilayah antara lain Kab. Sukabumi, Kab. Bekasi, Kab. Subang, Kab. Cirebon, Kab. Majalengka, Kab. Kuningan, Kab. Indramayu, Kab. Bandung, Bandung Barat, Kab. Garut, Kab. Tasikmalaya, Pangandaran, serta Kota Sukabumi, Depok, Bandung, Tasikmalaya, Banjar. Tabel 1 Kasus AI pada unggas tahun 2007 s.d 2013 No.
Bulan Kasus
Tahun 2007 344 48 931
Tahun 2008 170 10 292
Tahun 2009 199 5 528
Jumlah Kasus Tahun Tahun 2010 2011 141 65 13 145 35 308
Jumlah Kasus AI Kematian Ternak Kab/Kota 3. 21 24 21 22 18 Tertular Kecamatan 4. 198 107 59 119 53 Tertular Desa/Kelurahan 5. 301 157 73 193 65 Tertular Sumber : Laporan Tahunan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 2013 1. 2.
Tahun 2012 76 6 493
Tahun 2013 73 17 286
17
17
59
55
73
65
Berdasarkan pada Tabel 1 mengenai kasus AI pada unggas tahun 2007 sampai dengan 2013 menjelaskan bahwa jumlah kasus AI tertinggi pada tahun 2007 dan terendah pada tahun 2011, kematian ternak tertinggi pada tahun 2007 dan terendah tahun 2009, Kab/Kota yang tertular terbanyak pada tahun 2008 dan terendah tahun 2012-2013, kecamatan yang tertular terbanyak pada tahun 2007 dan terendah pada tahun 2011, sedangkan desa/kelurahan yang tertular terbanyak pada tahun 2007 dan terendah pada tahun 2011 & 2013. Kasus AI pada unggas di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2007 hingga tahun 2013 cenderung menurun hal ini disebabkan oleh adanya tindakan pengendalian yang dilakukan terhadap unggas. Terdapat beberapa cara pengendalian virus AI terhadap unggas diantaranya penerapan biosekuriti, vaksinasi, dan pemusnahan (culling). Pengendalian terhadap virus AI tersebut memerlukan biaya, sehingga dapat meningkatkan harga daging ayam. Peningkatan harga daging ayam tersebut menjamin bahwa daging ayam yang dijual telah memiliki kualitas kesehatan yang terjamin. Sehingga
3 konsumen perlu selektif dalam membeli daging ayam agar produk yang dibeli terhidar dari virus AI. Sikap selektif tersebut dapat membangkitkan kesadaran konsumen pada kualitas produk daging ayam yang akan dibeli. Konsumen perlu bersedia membayar lebih terhadap daging ayam yang telah terjamin kualitas kesehatannya. Hal tersebut mendorong peneliti untuk melakukan penelitian mengenai seberapa besar konsumen bersedia untuk membayar daging ayam yang terjamin kualitas kesehatannya dan saat terjadi kelangkaan. Willingness To Pay (WTP) konsumen tersebut meliputi karakteristik konsumen daging ayam, nilai maksimal yang bersedia dibayarkan oleh konsumen, besaran insentif untuk para pelaku usaha rantai pasok daging ayam, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar konsumen daging ayam.
Perumusan Masalah Rumusan masalah yang akan dikaji dari penelitian ini adalah : (1) Bagaimana karakteristik dan perilaku konsumen daging ayam ? (2) Berapa maksimal harga yang bersedia konsumen bayarkan untuk daging ayam saat kelangkaan dan daging ayam yang terjamin kesehatannya ? (3) Bagaimana maksimal harga yang dibayarkan konsumen terhadap insentif para pelaku usaha rantai pasok ayam pedaging ? (4) Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar konsumen daging ayam ? Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Menganalisis karakteristik dan perilaku konsumen daging ayam. (2) Menganalisis kesediaan membayar konsumen daging ayam saat kelangkaan dan daging ayam yang terjamin kesehatannya. (3) Menganalisis maksimal harga yang dibayarkan konsumen terhadap insentif para pelaku usaha rantai pasok ayam pedaging. (4) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar konsumen daging ayam. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain : (1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak-pihak terkait dengan usaha pengelolaan peternakan ayam pedaging khususnya dalam insentif yang diperoleh para pelaku usaha. (2) Membangkitkan kepedulian konsumen terhadap daging ayam yang terjamin kesehatannya. (3) Penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan analisis penulis sebagai aplikasi ilmu yang diperoleh saat perkuliahan. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada konsumen daging ayam yang berada di empat wilayah Jawa Barat meliputi Kab. Tasikmalaya, Kab. Subang, Kab. Sukabumi, dan Kab. Ciamis. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik konsumen daging ayam saat kelangkaan dan daging ayam yang
4 terjamin kesehatannya, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan konsumen untuk membayar (WTP) terhadap daging ayam, dan besaran insentif para pelaku usaha rantai pasok ayam pedaging.
TINJAUAN PUSTAKA Ayam Pedaging Menurut Yuwanta (2004), unggas merupakan jenis ternak bersayap dari kelas Aves yang telah didomestikasikan dan cara hidupnya diatur oleh manusia dengan tujuan untuk memberikan nilai ekonomis dalam bentuk barang (daging dan telur) dan jasa (pendapatan). Kelompok unggas meliputi ayam (petelur dan pedaging), ayam kampung, itik, kalkun, burung puyuh, burung merpati, dan angsa yang sekarang sudah diusahakan secara komersial. Peranan unggas dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut Rasyaf (2001), ayam pedaging adalah ayam jantan atau betina muda yang berumur dibawah delapan minggu ketika dijual dengan bobot tubuh tertentu, mempunyai pertumbuhan yang cepat serta mempunyai dada yang lebar dengan timbunan daging yang baik dan banyak. Menurut Tamalluddin (2014), ayam pedaging merupakan jenis ayam yang dipelihara untuk dimanfaatkan dagingnya. Daging ayam merupakan daging yang digemari oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.
Perilaku Konsumen Menurut Engel et al. dalam Umar (2000) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai suatu tindakan yang langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi serta menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan penyusuli tindakan tersebut. Kepuasan konsumen adalah tingkat perasaan konsumen setelah membandingkan dengan harapannya. Menurut Kotler dan Keller (2010) perilaku konsumen dipengaruhi oleh tiga faktor yakni budaya (budaya, subbudaya, dan kelas sosial), sosial (kelompok referensi, keluarga, serta peran dan status sosial), dan pribadi (usia, tahap dalam siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian, dan konsep diri).
Willingness To Pay Menurut Fauzi (2006), kesediaan atau keinginan membayar dapat didefinisikan sebagai jumlah yang dapat dibayarkan seorang konsumen untuk memperoleh suatu barang atau jasa. Willingness to pay didasarkan pada pengertian dasar bahwa individu memiliki preferensi terhadap barang dan jasa. Bagi seseorang, nilai dari suatu barang adalah keinginan dan kemampuannya untuk berkorban terhadap barang atau jasa tersebut. Dalam ekonomi berkorban dapat dianalogikan sebagai daya beli, sedangkan nilai suatu barang dapat diartikan sebagai keinginan membayar untuk mendapatkan barang tersebut. Willingness to
5 pay merefleksikan kemampuan membayar seseorang. Tingkat kesejahteraan seseorang dapat mempengaruhi keinginannya untuk berkorban.
Penelitian Terdahulu yang Relevan Ridwan (2013) dalam penelitiannya mengenai Analisis Persepsi dan Kesediaan Membayar Lebih Kosumen Ayam Potong yang Menerapkan Biosekuriti di Misi Pasaraya Antang, Makassar. Metode penelitian yang digunakan yaitu persepsi konsumen terhadap membeli ayam potong. Penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi konsumen terhadap membeli ayam potong yakni, membeli ayam potong di Misi Pasaraya Antang Makassar pada kriteria ASUH (Aman, Sehat, Utuh, Halal) berada pada Kategori Sangat Tinggi. Pemahaman responden tentang perbedaan antara produk unggas dari peternakan yang biasa dan yang diterapkan biosekuriti, yang memahami perbedaan 85% yang tidak memahami perbedaan adalah 15% dan hal ini kemungkinan berhubungan dengan tingkat pendidikan responden. Hakim (2007) dalam penelitiannya mengenai Perilaku Konsumen Dalam Konsumsi Ayam Potong Setelah Menyebar Wabah Flu Burung (Avian Influenza) (Studi Kasus di Kelurahan Jodipan, Kecamatan Blimbing, Kota Malang). Metode Penelitian yang digunakan analisis deskriptif dan perhitungan Analisis Faktor. Penelitian ini menunjukkan bahwa variabel produk, harga, tempat, promosi, pengalaman belajar, perubahan sikap, persepsi konsumen, motivasi, kelompok referensi, dan keputusan membeli secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jumlah konsumsi. Masyarakat di Kelurahan Jodipan merasa enggan untuk mengkonsumsi daging ayam dibandingkan dengan sebelum adanya wabah flu burung, pada akhirnya perilaku konsumen berpengaruh terhadap jumlah konsumsi. Natasha (2013) dalam penelitiannya menganalisis Analisis Willingness to Pay Terhadap Pelanggan Sayuran Organik Agatho Bina Sarana Bakti. Metode penelitian yang digunakan yaitu Pendekatan Contigent Valuation Method (CVM) dan analisis regresi logistik. Penelitian ini menujukkan bahwa faktor yang mempengaruhi kesediaan konsumen untuk membayar adalah jumlah anggota keluarga dan pendapatan konsumen.
METODE Kerangka Pemikiran Kasus kematian unggas di Indonesia akibat AI terjadi sejak akhir tahun 2003. Sejak saat itu Provinsi Jawa Barat berstatus sebagai provinsi tertular virus AI. Para peternak unggas khususnya ternak ayam pedaging melakukan pemberian vaksin terhadap ternak ayam pedaging sebagai tindakan untuk mencegah tingkat kematian ternak ayam pedaging yang semakin tinggi. Pemberian vaksin terhadap
6 unggas menimbulkan tambahan biaya produksi, sehingga biaya produksi ternak ayam pedaging meningkat. Peningkatan biaya produksi mengakibatkan harga jual ternak ayam pedaging meningkat di setiap pelaku rantai pasok usaha ternak ayam pedaging. Harga ayam pedaging yang selalu meningkat mengakibatkan konsumen untuk memiliki batasan harga maksimal yang bersedia dibayarkan untuk daging ayam yang terjamin kesehatannya. Selain itu, terdapat karakteristik konsumen dan faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen untuk membayar daging ayam yang kesehatannya terjamin. Kemudian, nilai maksimal yang bersedia dibayarkan konsumen (WTP) tersebut berpengaruh terhadap insentif para pelaku usaha rantai pasok ayam pedaging. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik dan perilaku konsumen daging ayam, menganalisis kesediaan membayar konsumen untuk daging ayam saat kelangkaan dan daging ayam yang terjamin kesehatannya, menganalisis maksimal harga yang dibayarkan konsumen terhadap insentif para pelaku usaha rantai pasok ayam pedaging, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi WTP konsumen daging ayam. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini antara lain analisis deskriptif, contigent valuation method (CVM): bidding games method & TIOLI method, regresi linier berganda. Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan Microsoft Office Excel 2007 dan Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 23. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah dengan teknik wawancara langsung dengan menggunakan kuisioner, sehingga alur kerangka pemikiran penelitian dapat digambarkan pada Gambar 2. Pengendalian Penyakit Membutuhkan Biaya
Harga Jual Daging Ayam Dapat Meningkat Kesediaan Konsumen untuk Membayar Harga yang Meningkat Perilaku Konsumen
Karakteristik Konsumen Daging Ayam (Analisis Deskriptif)
Willingness To Pay (WTP) (TIOLI dan Bidding games)
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi WTP (Analisis Regresi Linear Berganda) Insentif Para Pelaku Usaha Rantai Pasok Ayam Pedaging Rekomendasi
Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian
7 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuisioner kepada konsumen daging ayam. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi literatur dari berbagai literatur yang ada pada Badan Pusat Statistik, perpustakaan, dan literatur-literatur lainnya yang mendukung seperti buku, jurnal, skripsi, tesis, dan disertasi.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di daerah Kab. Ciamis, Kab. Tasikmalaya, Kab. Sukabumi, Kab. Subang. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa pada lokasi tersebut merupakan pusat peternakan ayam broiler di wilayah Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2016 hingga Oktober 2016. Tabel 2 Karakteristik lokasi penelitian Karakteristik
Kab. Tasikmalaya
Kab. Ciamis
Kab. Subang
Kab. Sukabumi
Populasi Penduduk (BPS Jabar 2015)
1 675 675 jiwa
1 532 504 jiwa
1 465 157 jiwa
2 341 409 jiwa
Populasi Ternak (BPS 2013)
24 220 985 ekor
48 592 257 ekor
6 589 270 ekor
22 335 279 ekor
Frekuensi Virus AI
3 kejadian awal tahun 2016 (inilah.com)
Setiap pergantian cuaca (galamedianews.c om)
3 kejadian awal tahun 2016 (inilah.com)
3 kejadian awal tahun 2016 (inilah.com)
Metode Penentuan Sampel Metode pengumpulan data yang digunakan dengan teknik wawancara menggunakan kuisioner. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah nonprobability sampling dengan teknik purposive sampling yakni cara keputusan atau yang lebih dikenal dengan purposive sampling. Purposive sampling merupakan salah satu teknik penarikan sampel berdasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap memiliki keterkaitan dengan karakteristik populasi yang telah diketahui sebelumnya (Umar 2003). Beberapa kriteria yang ditetapkan dalam pemilihan responden antara lain responden rutin membeli daging ayam setiap bulan, responden merupakan pengambil keputusan dalam membeli daging ayam, dan membeli daging ayam untuk dikonsumsi sendiri bukan untuk dijual kembali (konsumen akhir). Menurut Umar (2003), untuk menentukan jumlah sampel dari populasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode Slovin, yaitu:
8 π
π = 1+ππ 2 ........................................................................................................ (1) Dimana : n = Jumlah sampel N = Ukuran Populasi e = Kesalahan yang ditolerir (5%) Populasi penduduk di empat kabupaten sebanyak 7 014 745 jiwa. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat (2015). Sehingga jumlah responden yang dibutuhkan dalam penelitian adalah: 7 014 745
π = 1+7 014 745(0.05)2 = 399 977 ο» 400 ......................................................... (2) Tabel 3 Presentase jumlah responden konsumen daging ayam broiler Lokasi
Populasi Penduduk Presentase (%) (jiwa) 1 675 675 24 Kab. Tasikmalaya 1 465 157 21 Kab. Subang 1 532 504 22 Kab. Ciamis 2 341 409 33 Kab. Sukabumi 7 014 745 100 Total Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Barat 2015 (diolah)
Jumlah Responden (orang) 96 84 87 133 400
Tabel 3 diatas menjelaskan jumlah responden yang akan digunakan pada masing-masing wilayah kabupaten di Jawa Barat. Metode analisis data yang akan digunakan adalah analisis deskriptif, pendekatan CVM (Contingent Valuation Method): bidding games method & TIOLI method, analisis regresi linear berganda.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Analisis Deskriptif Analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Analisis deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk menganalisis karakteristik dan perilaku konsumen yang bersedia membayar lebih untuk daging ayam dengan terjamin kualitas kesehatannya agar terhidar dari penyakit flu burung. Pendekatan CVM (Contingent Valuation Method) Penggunaan metode CVM dibagi dalam enam tahap, yaitu: 1. Membuat Pasar Hipotesis. Pasar hipotesis yang digunakan pada penelitian kali ini yaitu: Dalam hal terjadi kenaikan harga pakan dan terkadang daging ayam tidak tersedia di pasar. pada tahun 2003 terdapat masalah mengenai penyakit virus pada unggas yang
9 mudah menular, seperti flu burung. Peternak perlu menghabiskan lebih banyak biaya untuk meningkatkan biosekuriti dan vaksinasi untuk unggas mereka. Pedagang harus menyediakan transportasi dan logistik yang lebih baik dan pasar perlu diatur. Semua membutuhkan biaya tambahan untuk menghasilkan ayam yang kesehatan terjamin. Sehingga terdapat harga maksimal yang bersedia dibayarkan oleh konsumen apabila harga daging ayam mengalami kecenderungan meningkat dan kualitasnya terjamin. 2. Menentukan Nilai Terdapat dua cara dalam menentukan nilai WTP yakni dengan menggunakan cara Take It Or Leave It (TIOLI) dan biddings games. Menurut Tresnadi (2000), TIOLI dilakukan dengan cara menawarkan kepada responden sebuah tawaran tunggal dan menanyakan apakah mereka akan membayar jumlah tersebut untuk mendapatkan perbaikan yang digambarkan. Keuntungan TIOLI antara lain responden lebih mudah dalam menentukan keinginan membayar mereka diatas atau dibawah jumlah yang ditawarkan. Kerugian dari TIOLI yakni diperlukannya sampel yang lebih besar untuk menghitung nilai WTP rata-rata dengan keakuratan yang sama, kemungkinan adanya bias keatas akibat adanya kecenderungan menyatakan ya pada responden. Bidding games sebuah metode yang didasarkan pada beberapa putaran pertanyaan ya dan tidak. Kemudian pada pertanyaan akhir ditanyakan "berapa jumlah minimal atau maksimal uang yang akan anda habiskan untuk membayar". Keuntungan dari Bidding games antara lain membantu responden untuk mempertimbangkan preferensi mereka secara hati-hati. Kerugian dari Bidding games yakni petunjuk nilai baik tawaran pendahuluan ataupun pembukaan yang disajikan dalam kuisioner, mengakibatkan adanya kemungkinan responden untuk menggunakannya ketika memformulasikan pembayaran maksimal mereka. Berikut tahapan Take It Or Leave It (TIOLI) dan biddings games: β’ Take It Or Leave It (TIOLI) merupakan metode penentuan harga awal secara acak yang dilakukan oleh penanya kepada responden. β’ Menayakan kepada responden apakah bersedia membayar untuk harga awal seperti yang ditanyakan β’ Jika jawaban awal bersedia, maka melakukan permainan bidding (tawaran) dengan meningkatkan harga ke angka berikutnya sampai responden mengatakan tidak bersedia β’ Jika jawaban awal responden adalah tidak bersedia, maka menurunkan harga secara bertahap dan berhenti ketika ia mengatakan bersedia membayar pada harga yang ditanyakan. β’ Jawaban terakhir Ya, adalah WTP maksimal baginya. 3. Menghitung Rata-Rata Willingness to Pay. 4. Mengestimasi Kurva WTP` Cara Penentuan Insentif Nilai insentif untuk para pelaku usaha rantai pasok ayam pedaging berasal dari selisih antara harga optimal untuk daging ayam yang terjamin kesehatan dan kualitasnya dengan harga optimal saat kelangkaan. Harga optimal didapat dari
10 hasil turunan persamaan linear pada masing-masing kurva ( perhitungan sebagai berikut :
ππ¦ ππ₯
) dengan
Gambar 3 Kurva Permintaan Sumber: Theory of Econometrics 2001
Gambar diatas menggambarkan kurva permintaan dimana barang Q dijual dengan harga sebesar P, dengan persamaan linear : y = a β bx ......................................................................................................... (3) Menurut Pracoyo (2006), dari kurva permintaan pasar dapat diturunkan pengeluaran total konsumen yang disisi lain merupakan penerimaan total perusahaan dari penjualan sejumlah komoditi. Penerimaan total adalah kuantitas produk perusahaan yang terjual dengan harga tertentu : TR = Q . P ........................................................................................................ (4) Bila permintaan pasar linear maka kurva permintaan total akan melengkung dengan slope yang mula-mula meningkat, mencapai maksimum dan kemudian menurun seperti yang digambarkan oleh Gambar 4 berikut ini :
Gambar 4 Hubungan kurva permintaan dan total penerimaan
11 ππ¦
Total penerimaan maksimal terjadi apabila (ππ₯ ) = 0 sehingga perhitunganya sebagai berikut : y = (a β bx) . x y = ax β bx2 ππ¦ =0 ππ₯ a β 2 bx =0 a = 2 bx a =x 2b
X Ket : TR Q P D Ep a b
=
a 2b
(Harga Optimal)
: Total Revenue (Total penerimaan) : kuantitas barang : harga : demand : elastisitas permintaan : konstanta : slope persamaan linear
Sehingga nilai insentif didapat dari harga optimal daging ayam yang terjaminn kesehatan dan kualitasnya (X2) dikurangi dengan harga optimal saat kelangkaan (X1). Nilai Insentif = X2β X1 .................................................................................... (5) 5. Mengagregatkan Data Agregat mengacu pada proses dimana nilai WTP rata-rata atau nilai WTP diubah ke dalam total populasi. 6. Mengevaluasi. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh atau hubungan secara linier antara dua atau lebih variabel independen dengan satu variabel dependen (Priyatno 2014). Penentuan variabel dependen menggunakan nilai WTP yang didapat dalam instrumen kuisioner, kemudian variabel independen ditentukan dari penelitian terdahulu, kumpulan beberapa teori kemudian diolah dan disaring dengan pemikiran peneliti. Variabel independen yang diasumsikan dapat mempengaruhi nilai WTP adalah sebagai berikut :
12 Tabel 4 Variabel independen yang diasumsikan dapat mempengaruhi nilai WTP Variabel (X1) Jenis Kelamin
(X2) Usia
(X3) Pendidikan
(X4) Jenis Pekerjaan
(X5) Pendapatan Per Bulan
(X6) Jumlah Anggota Keluarga
(X7) Jumlah Konsumsi (X8) Tempat Membeli Daging Ayam (X9) Persepsi Pentingnya Kesehatan Dibanding Harga Sumber : Data Diolah (2016)
Pilihan 1 Laki-laki 2 Perempuan 1 (16-18 tahun) 2 (19-24 tahun) 3 (25-35 tahun) 4 (36-50 tahun) 5 (51-65 tahun) 6 (>65 tahun) 1 SD 2 SMP 3 SMA 4 Sarjana 5 Pascasarjana 0 Bekerja 1 Ibu Rumah Tangga 1 (< Rp2 000 000) 2 (Rp2 000 000 - Rp4 000 000) 3 (Rp4 000 001 - Rp6 000 000) 4 (Rp6 000 001 - Rp8 000 000) 5 (> Rp8 000 000) 1 Kecil (<4 orang) 2 Sedang (5-6 orang) 3 Besar (> 7 orang) 1 (< 1 kg) per bulan 2 (1 kg- 5 kg) per bulan 3 (5 kg-10 kg) per bulan 4 > 10 kg per bulan 1 Pasar Tradisional 2 Pasar Modern 0 Kesehatan Kurang Penting dari Harga 1 Kesehatan Lebih Penting dari Harga
Khusus untuk variabel independen persepsi pentingnya kesehatan dibanding harga didapatkan dari penilaian responden terhadap kesehatan produk daging ayam dan penilaian terhadap harga daging ayam yang murah. Jika kesehatan produk lebih penting dibanding harga maka bernilai 1, sedangkan jika kesehatan produk kurang penting dari harga maka bernilai 0. Maka dapat dirumuskan persamaan regresi linier berganda menjadi : Nilai WTP = Ξ²0 + Ξ²1 (X1) + Ξ²2(X2) + Ξ²3(X3) +Ξ²4(X4) + Ξ²5(X5) + Ξ²6(X6) + Ξ²7(X7) + Ξ²8(X8) + Ξ²9(X9) + Ξ΅ Dimana: Ξ²0 Ξ²1...Ξ²9 X1...X9 Ξ΅
= Konstanta = Koefisien regresi = Variabel Independen = error
13 Menurut Nugroho (2005), model regresi linear berganda disebut sebagai model yang baik apabila model tersebut memenuhi asumsi normalitas data dan terbebas dari asumsi klasik statistik yang meliputi multikolineritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. Proses uji asumsi klasik dilakukan secara bersamaan dengan proses uji regresi. Pada penelitian ini dilakukan empat uji asumsi, yaitu normalitas, multikolineritas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. 1. Uji Normalitas Uji normalitas merupakan suatu bentuk pengujian tentang kenormalan distribusi data. Tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah data yang diambil adalah data yang terdistribusi normal. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. 2. Uji Multikolineritas Uji multikolineritas bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya peubah independent yang memiliki korelasi antar peubah independent lain dalam satu model. Multikolineritas diuji dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) yang tidak lebih dari 10 sehingga model dapat dikatakan terbebas dari multikolineritas. 3. Uji Autokorelasi Pengujian autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah antar data pengamatan memiliki korelasi. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi khususnya dalam model regresi linear berganda, dilihat melalui nilai Durbin Watson pada hasil pengolahan data. 4. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan ragam dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah di mana terdapat kesamaan ragam dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut homoskedastisitas. Ada tidaknya heteroskedastisitas dapat diprediksi dengan melihat pola gambar Scatterplot.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik dan Perilaku Pelanggan Penelitian terhadap karakteristik dan perilaku pelanggan dilakukan untuk mengetahui gambaran umum dari konsumen daging ayam broiler. Responden yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 101 orang di Kabupaten ciamis, 103 orang di Kabupaten Tasikmalaya, 100 orang di Kabupaten Subang, dan 102 orang di Kabupaten Sukabumi sehingga total responden yang digunakan berjumlah 406 orang. Karakteristik dan perilaku pelanggan yang diteliti meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, posisi dalam rumah tangga, jenis pekerjaan, status pernikahan, total pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, jumlah anggota keluarga yang mengkonsumsi daging ayam broiler, frekuensi konsumen membeli daging ayam per bulan, jumlah konsumsi daging ayam broiler per bulan, tempat membeli daging ayam broiler, persepsi konsumen,
14 atribut produk daging ayam broiler, dan atribut keputusan membeli daging ayam broiler. Jenis Kelamin Berdasarkan data yang diperoleh jenis kelamin konsumen daging ayam broiler di empat kabupaten didominasi oleh perempuan. Hal ini dikarenakan dalam rumah tangga yang mengambil keputusan untuk membeli kebutuhan rumah tangga adalah istri rumah tangga. Secara keseluruhan sebanyak 2% responden berjenis kelamin laki-laki dan 98% responden berjenis kelamin perempuan. Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin disajikan pada Gambar 5. Laki-laki 2%
Perempuan 98%
Gambar 5 Sebaran konsumen berdasarkan jenis kelamin Usia Berdasarkan hasil penelitian rata-rata usia konsumen yang melakukan membeli daging ayam broiler di empat kabupaten antara lain: Kabupaten Ciamis 40 tahun, Kabupaten Tasikmalaya 40 tahun, Kabupaten Subang 43 tahun, Kabupaten Sukabumi 39 tahun, sehingga secara keseluruhan rata-rata usia konsumen daging ayam broiler adalah 40 tahun. Tingkat Pendidikan Pada penelitian tingkat pendidikan dikategorikan dalam enam kategori yang meliputi Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Diploma tiga (D3), Sarjana satu (S1), dan Pasca Sarjana (S2). Hasil penelitian menunjukkan tingkat pendidikan konsumen daging ayam broiler di empat kabupaten secara keseluruhan tingkat pendidikan konsumen daging ayam broiler sebanyak 43% telah menempuh pendidikan SMA. Sebaran konsumen berdasarkan tingkat pendidikan disajikan pada Gambar 6.
15 S2 1%
S1 15%
SD 16%
DIII 8%
SMP 17% SMA 43%
Gambar 6 Sebaran konsumen berdasarkan tingkat pendidikan Posisi dalam Rumah Tangga Berdasarkan hasil penelitian posisi dalam rumah tangga konsumen daging ayam broiler didominasi oleh istri kepala rumah tangga. Hal ini dikarenakan dalam mengambil keputusan untuk membeli kebutuhan rumah tangga adalah istri rumah tangga. Sehingga secara keseluruhan sebanyak 3% konsumen sebagai kepala rumah tangga, 95% konsumen sebagai istri kepala rumah tangga, 2% konsumen sebagai anak kepala rumah tangga. Sebaran responden daging ayam broiler berdasarkan posisi dalam rumah tangga disajikan pada Gambar 7. Anak Kepala RT 2%
Kepala RT 3%
Istri Kepala RT 95%
Gambar 7 Sebaran konsumen berdasarkan posisi rumah tangga Jenis Pekerjaan Jenis pekerjaan konsumen daging ayam broiler dibagi dalam enam kategori. Jenis pekerjaan meliputi pengusaha, Pegawai Negeri Sipil (PNS), pegawai swasta, ibu rumah tangga, pelajar, dan lainnya. Jenis pekerjaan didominasi oleh ibu rumah tangga sebanyak 74%, karena ibu rumah tangga memiliki tugas mengurus kebutuhan rumah tangga seperti membeli kebutuhan pangan. Sebaran responden daging ayam broiler berdasarkan jenis pekerjaan disajikan pada Gambar 8.
16 1% 1%
12%
6%
Pengusaha
6%
PNS Pegawai Swasta Ibu RT Pelajar
74%
Lainnya
Gambar 8 Sebaran konsumen berdasarkan jenis pekerjaan Status Pernikahan Konsumen daging ayam broiler dibagi dalam tiga kategori yang meliputi menikah, belum menikah, dan pernah menikah. Status pernikahan konsumen daging ayam broiler didominasi oleh status menikah. Sehingga secara keseluruhan konsumen daging ayam yang berstatus menikah sebanyak 96%, berstatus belum menikah 1%, dan berstatus pernah menikah sebanyak 3%. Sebaran konsumen berdasarkan status pernikahan disajikan pada Gambar 9. Pernah Menikah 3%
Belum Menikah 1%
Menikah 96%
Gambar 9 Sebaran konsumen berdasarkan status pernikahan Tingkat Pendapatan Rumah Tangga Total pendapatan rumah tangga per bulan dikategorikan dalam lima kategori yang meliputi < Rp2 000 000, Rp2 000 001 β Rp4 000 000, Rp4 000 001 β Rp6 000 000, Rp6 000 001 β Rp8 000 000, dan > Rp8 000 000. Sehingga secara keseluruhan sebagian besar total pendapatan konsumen daging ayam broiler sebesar Rp2 000 001 - Rp4 000 000 dengan presentase responden sebanyak 46%. Sebaran responden berdasarkan total pendapatan rumah tangga per bulan disajikan pada Gambar 10.
17 6.000.0018.000.000 5%
4.000.0016.000.000 17%
> 8.000.000 7%
<= 2.000.000 25%
2.000.0014.000.000 46%
Gambar 10 Sebaran konsumen berdasarkan total pendapatan rumah tangga
Jumlah Anggota Rumah Tangga Menurut Sumarwan (2015), jumlah anggota keluarga atau rumah tangga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi suatu barang dan jasa. Jumlah anggota keluarga akan menggambarkan potensi permintaan terhadap suatu produk dari sebuah rumah tangga. Penelitian ini menunjukan bahwa rata-rata jumlah anggota rumah tangga di empat kabupaten berjumlah sebanyak 4 orang yang terdiri dari kedua orang tua dan dua orang anak dan secara rata-rata seluruh anggota keluarga mengkonsumsi daging ayam broiler. Frekuensi Membeli Daging Ayam Broiler Penelitian ini menunjukan bahwa konsumen di Kabupaten Ciamis rata-rata membeli daging ayam broiler sebanyak 8 kali dalam satu bulan. Konsumen di Kabupaten Tasikmalaya rata-rata membeli daging ayam broiler sebanyak 6 kali dalam satu bulan. Konsumen di Kabupaten Subang rata-rata membeli daging ayam broiler 7 kali dalam satu bulan. Konsumen di Kabupaten Sukabumi rata-rata membeli daging ayam broiler sebanyak 5 kali dalam satu bulan. Jumlah frekuensi membeli daging ayam broiler per bulan di masing-masing kabupaten disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Frekuensi membeli daging ayam broiler (kali per bulan) Lokasi Kab. Ciamis Kab. Tasikmalaya Kab. Subang Kab. Sukabumi Total Sumber : Data Diolah (2016)
Min 1 1 1 1 1
Maks 30 30 30 30 30
Rata-Rata 8 6 7 5 6
Pada Tabel 5 menjelaskan frekuensi konsumen membeli daging ayam broiler setiap bulan. Seluruh kabupaten memiliki frekuensi maksimal dan minimal yang sama yakni paling sedikit satu kali per bulan dan paling banyak 30 kali per bulan.
18 Jumlah Konsumsi Daging Ayam Broiler Jumlah konsumsi daging ayam broiler dibagi dalam empat kategori. Jumlah konsumsi daging ayam broiler meliputi < 1 kg, 1 kg β 5 kg, 5 kg β 10 kg, > 10 kg. Jumlah konsumsi daging ayam broiler didominasi sebanyak 1 kg β 5 kg per bulan. Sehingga secara keseluruhan 63% konsumen daging ayam broiler mengkonsumsi daging ayam broiler sebanyak 1 kg β 5 kg per bulan di setiap rumah tangga. Sebaran responden berdasarkan jumlah konsumsi daging ayam broiler disajikan pada Gambar 11. > 10 kg 9%
< 1 kg 9%
5 kg - 10 kg 19%
1 kg - 5 kg 63%
Gambar 11 Jumlah konsumsi daging ayam broiler Pengeluaran Konsumen untuk Membeli Daging Ayam Broiler Penelituan ini menunjukan bahwa pengeluaran konsumen untuk membeli daging ayam broiler pada masing-masing kabupaten antara lain: konsumen Kabupaten Ciamis rata-rata pengeluaran untuk membeli daging ayam broiler sebesar Rp222 584 per bulan, konsumen Kabupaten Tasikmalaya rata-rata pengeluaran untuk membeli daging ayam broiler sebesar Rp175 291 per bulan, konsumen Kabupaten Subang rata-rata pengeluaran untuk membeli daging ayam broiler sebesar Rp257 120 per bulan, konsumen Kabupaten Sukabumi rata-rata pengeluaran untuk membeli daging ayam broiler sebesar Rp145 490 per bulan. Sebaran respoden berdasarkan pengeluaran untuk membeli daging ayam broiler disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Pengeluaran konsumen untuk membeli daging ayam broiler per bulan (Rp/bulan) Lokasi Kab. Ciamis Kab. Tasikmalaya Kab. Subang Kab. Sukabumi Total Sumber : Data Diolah (2016)
Min 36 000 30 000 30 000 10 000 10 000
Maks 900 000 500 000 1 800 000 900 000 1 800 000
Rata-Rata 222 584 175 291 257 120 145 490 199 724
Tabel 6 menjelaskan pengeluaran konsumen untuk membeli daging ayam broiler per bulan. Pengeluaran minimal terdapat di Kabupaten Sukabumi sebesar Rp10 000 per bulan. Sedangkan pengeluran maksimal untuk membeli daging ayam boiler sebesar Rp1 800 000 terdapat di Kabupaten Subang.
19 Tempat Membeli Daging Ayam Broiler Tempat membeli daging ayam broiler dikategorikan dalam tiga tempat yakni pasar tradisional, pasar modern, dan warung eceran. Tempat membeli daging ayam broiler didominasi oleh pasar tradisional sebanyak 46% konsumen. Sebaran responden berdasarkan tempat membeli daging ayam broiler disajikan pada Gambar 12.
Warung Eceran 36%
Pasar Tradisional 46%
Pasar Modern 18%
Gambar 12 Tempat membeli daging ayam broiler
% Responden
Persepsi Konsumen Terhadap Tempat Pembelian Penelitian ini mengukur persepsi konsumen terhadap daging ayam di pasar tradisional atau pun di pasar modern yakni sehat untuk dikonsumsi. Selain itu, mengukur persepsi konsumen terhadap daging ayam yang ada di pasar tradisional atau di pasar modern berasal dari proses yang terjamin kesehatannya. Secara keseluruhan lebih dari 50% konsumen di empat kabupaten menyatakan setuju bahwa daging ayam di pasar tradisonal sehat untuk dikonsumsi. Hal tersebut dikarenakan konsumen merasa lebih percaya dan aman membeli di pasar tradisional yang dapat langsung melihat proses pemotongannya. Selain itu pun konsumen merasa daging ayam yang dijual di pasar tradisional lebih segar dibandingkan di pasar modern. Sebaran persepsi konsumen terhadap daging ayam di pasar tradisional atau di pasar modern sehat untuk dikonsumsi disajikan pada Gambar 13. 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
Persepsi Daging Ayam di Pasar Tradisional Sehat untuk Dikonsumsi Persepsi Daging Ayam di Pasar Modern Sehat untuk Dikonsumsi
Wilayah Kabupaten
Gambar 13 Persepsi konsumen terhadap daging ayam yang sehat dikonsumsi
20 Gambar 12 menjelaskan persepsi konsumen terhadap daging ayam di pasar tradisional / di pasar modern sehat untuk dikonsumsi. Konsumen Kabupaten Ciamis, Tasikmalaya, dan Subang menyatakan setuju bahwa daging ayam di pasar tradisional sehat untuk dikonsumsi. Sedangkan, persepsi konsumen di Kabupaten Sukabumi menyatakan setuju bahwa daging ayam di pasar modern lebih sehat dikonsumsi dibandingkan di pasar tradisional. Namun, pada kenyataannya konsumen Kabupaten Sukabumi masih sering membeli daging ayam di pasar tradisional. Persepsi konsumen terhadap daging ayam yang ada di pasar tradisional / di pasar modern berasal dari proses yang terjamin kesehatannya disajikan pada Gambar 14. 70%
% Responden
60% 50% 40%
Persepsi Daging Ayam yang Ada di Pasar Tradisional Berasal dari Proses yang Terjamin Kesehatannya
30% 20% 10%
Persepsi Daging Ayam yang Ada di Pasar Modern Berasal dari Proses yang Terjamin Kesehatannya
0%
Wilayah Kabupaten
Gambar 14 Persepsi konsumen terhadap daging ayam yang berasal dari proses terjamin kesehatannya Gambar 14 menjelaskan persepsi konsumen terhadap daging ayam yang ada di pasar tradisional / di pasar modern berasal dari proses yang terjamin kesehatannya. Lebih dari 50% konsumen di Kab. Ciamis, Tasikmalaya, Subang menyatakan setuju bahwa daging ayam yang ada di pasar tradisional berasal dari proses yang terjamin kesehatannya. Hal tersebut dikarenakan konsumen di Kab. Ciamis, Kab. Tasikmalaya, dan Kab. Subang dapat melihat langsung proses pemotongan ayam di pasar tradisional sehingga menurut mereka daging ayam benar-benar aman, dan terjamin kesehatan serta kualitasnya. Sedangkan hampir 60% konsumen di Kab. Sukabumi menyatakan setuju bahwa daging ayam yang ada di pasar modern berasal dari proses yang terjamin kesehatannya. Hal tersebut dikarenakan konsumen di Kab. Sukabumi menilai bahwa pasar modern lebih bersih dibandingkan pasar tradisional. Konsumen Kab. Sukabumi menilai pasar modern lebih sehat dan berasal dari proses yang terjamin kesehatannya dibanding pasar tradisional dikarenakan pasar modern memiliki tempat yang lebih bersih, lebih higienis, dan produk daging ayam yang dijual di pasar modern memiliki kemasan yang lebih menarik dibandingkan di pasar tradisional. Namun, persespi tersebut belum sejalan dengan tindakan yang dilakukan oleh konsumen yang pada kenyataannya masih banyak konsumen Kab. Sukabumi yang membeli daging ayam di pasar tradisional.
21
Atribut Produk Daging Ayam Broiler Penelitian ini mengukur ciri-ciri daging ayam broiler yang paling disukai konsumen saat membeli daging ayam broiler. Ciri-ciri daging ayam broiler tersebut meliputi warna karkas, kebersihan kulit, ukuran karkas, kondisi tulang, kesegaran daging, dan bagian karkas. Warna Karkas Penelitian ini mengukur ciri-ciri daging ayam yang paling disukai oleh konsumen berdasarkan warna karkas daging ayam. Pada penelitian ini warna karkas daging ayam dibagi dalam tiga kategori yang meliputi putih, putih kekuningan, dan kuning. Secara keseluruhan di empat kabupaten paling menyukai warna karkas yang berwarna putih kekuningan. Hal tersebut dikarenakan konsumen daging ayam tidak terlalu menyukai warna karkas yang begitu putih, karena menurut persepsi konsumen daging ayam berwarna putih sudah tidak segar. Sebaran konsumen daging ayam broiler berdasarkan warna karkas disajikan pada Gambar 15. Kuning 4%
Putih Kekuningan 50%
Putih 46%
Gambar 15 Sebaran konsumen berdasarkan warna karkas Kebersihan Kulit Ciri-ciri kebersihan kulit daging ayam broiler dibagi dalam tiga kategori yang meliputi bersih, agak bersih, dan kotor. Secara keseluruhan konsumen di empat kabupaten didominasi menyukai keadaan daging ayam broiler yang bersih. Hal tersebut dikarenakan daging ayam broiler yang dibeli untuk dikonsumsi sehingga dipilih daging ayam broiler yang bersih. Sebaran konsumen daging ayam broiler berdasarkan kebersihan kulit disajikan pada Gambar 16. Agak Bersih 2%
Kotor 1%
Bersih 97%
Gambar 16 Sebaran konsumen berdasarkan kebersihan kulit
22
Ukuran Karkas Pengukuran ciri-ciri ukuran karkas dibagi dalam tiga kategori yang meliputi ukuran besar, sedang, dan kecil. Atribut daging ayam broiler berdasarkan ukuran karkas didominasi oleh ukuran sedang. Sebaran konsumen daging ayam broiler berdasarkan atribut ukuran karkas disajikan pada Gambar 17. Kecil 1%
Besar 19%
Sedang 80%
Gambar 17 Sebaran konsumen berdasarkan ukuran karkas Kondisi Tulang Atribut daging ayam broiler berdasarkan kondisi tulang dibagi dalam tiga kategori yang meliputi utuh, patah sebagian, dan banyak patah. Berdasarkan hasil penelitian di empat kabupaten atribut kondisi tulang didominasi oleh kondisi tulang yang utuh. Sebaran konsumen berdasarkan atribut kodisi tulang disajikan pada Gambar 18. Banyak Patah 1% Patah Sebagian 15%
Utuh 84%
Gambar 18 Sebaran konsumen berdasarkan kondisi tulang Kesegaran Daging Ayam Broiler Daging ayam broiler di pasaran banyak yang dijual dalam keadaan segar, dingin, beku. Kesegaran daging ayam broiler didominasi oleh kategori segar di empat kabupaten. Sebaran konsumen berdasarkan atribut kesegaran daging ayam broiler disajikan pada Gambar 19.
23 Dingin 4%
Beku 1%
Segar 95%
Gambar 19 Sebaran konsumen berdasarkan kesegaran daging ayam broiler
Bagian Karkas Atribut daging ayam broiler berdasarkan bagian karkas dibagi dalam empat kategori yang meliputi bagian paha, dada, sayap, dan karkas utuh. Hasil penelitian konsumen terhadap atribut daging ayam broiler bagian karkas yang paling disukai. Konsumen daging ayam broiler di empat kabupaten mayoritas menyukai bagian karkas secara utuh. Menurut pendapat konsumen membeli daging ayam secara utuh karena anggota keluarga konsumen memiliki kesukaan yang berbeda-beda terhadap bagian daging ayam broiler. Sebaran konsumen berdasarkan bagian karkas disajikan pada Gambar 19.
Paha 21% Karkas Utuh 52%
Dada 18% Sayap 9%
Gambar 19 Sebaran konsumen berdasarkan bagian karkas Atribut Keputusan Membeli Daging Ayam Broiler Atribut keputusan membeli daging ayam broiler yang digunakan dalam penelitian ini meliputi harga murah, kualitas baik, kesehatan produk terjamin, cara termudah membeli daging ayam, dan terjamin halal. Sebaran konsumen berdasarkan atribut keputusan membeli daging ayam disajikan pada Gambar 21.
24
Atribut Keputusan
Harga Murah Kualitas Baik Kesehatan Produk terjamin Cara Termudah Membeli Daging Ayam Terjamin Halal 1
2
3
4
Skala Kepetingan
Gambar 21 Sebaran konsumen berdasarkan atribut keputusan membeli daging ayam Gambar 21 menjelaskan mengenai penilaian menurut skala kepentingan konsumen secara keseluruhan terhadap atribut keputusan membeli daging ayam. Sebanyak 53% konsumen memberikan nilai 3 untuk atribut harga murah saat memutuskan membeli daging ayam yang menyatakan bahwa atribut tersebut dinilai konsumen sebagai atribut penting. Selain atribut harga murah yang dinilai penting oleh konsumen, atribut cara termudah membeli daging ayam pun dinilai penting oleh 56% konsumen. Menurut pendapat konsumen kedua atribut tersebut tidak sangat penting dalam hal memutuskan membeli daging ayam. Hal tersebut dibuktikan jika harga daging ayam sedang mahal konsumen tetap membeli daging ayam, dan konsumen tidak terlalu sulit dalam membeli daging ayam karena konsumen mudah menemukan tempat pembelian daging ayam. Sedangkan, lebih dari 50% konsumen menilai atribut kualitas baik, kesehatan produk terjamin, dan terjamin halal merupakan hal yang sangat penting dengan skala kepentingan 4. Hal tersebut dikarenakan konsumen hanya ingin membeli daging ayam yang sudah terjamin kualitas, kesehatan, dan halal sehingga aman serta layak untuk dikonsumsi. Analisis Harga
Penelitian terhadap analisis harga dilakukan untuk mengetahui persepsi konsumen terhadap harga daging ayam broiler pada saat ini, kesediaan membayar konsumen terhadap daging ayam broiler saat kelangkaan dan daging ayam yang terjamin kesehatan dan kualitasnya, harga optimal daging ayam bagi pedagang, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar konsumen. Harga Daging Ayam Broiler pada Saat Ini Berdasarkan Persepsi Konsumen Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata daging ayam broiler di empat kabupaten menurut persepsi konsumen dianggap normal oleh konsumen sebesar Rp32 857 pr kg, yang dianggap mahal sebesar Rp34 344 per kg, dan yang
25 dianggap murah sebesar Rp28 400 per kg. Sebaran harga rata-rata saat ini berdasarkan persepsi konsumen disajikan pada Gambar 22. normal 35290 35792
34454 35059 29500
Ciamis
29500
mahal
murah 34344
33455 31730
Tasikmalaya
27750
Subang
30245
32750
32857 28400
27600
Sukabumi
Total
Gambar 22 Harga rata-rata saat ini berdasarkan persepsi konsumen Harga Daging Ayam Broiler pada Satu Tahun Terakhir Berdasarkan penelitian ini didapatkan harga daging ayam broiler di masing-masing kabupaten berdasarkan pengalaman responden dalam membeli daging ayam broiler dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Harga rata-rata daging ayam broiler di Kabupaten Ciamis paling sering sebesar Rp33 871 per kg, rata-rata paling mahal sebesar Rp40 693 per kg, paling murah rata-rata sebesar Rp30 351 per kg. Harga rata-rata daging ayam broiler di Kabupaten Tasikmalaya paling sering sebesar Rp33 563 per kg, rata-rata paling mahal sebesar Rp40 680 per kg, paling murah rata-rata sebesar Rp28 951 per kg. Harga rata-rata daging ayam broiler di Kabupaten Subang paling sering sebesar Rp31 755 per kg, ratarata paling mahal sebesar Rp40 670 per kg, paling murah rata-rata sebesar Rp27 940 per kg. Harga rata-rata daging ayam broiler di Kabupaten Sukabumi paling sering sebesar Rp29 426 per kg, rata-rata paling mahal sebesar Rp38 049 per kg, paling murah rata-rata sebesar Rp26 446 per kg. Sebaran harga daging ayam broiler di masing-masing kabupaten disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Harga daging ayam broiler satu tahun terakhir (Rp/Kg) Paling Sering
Paling Mahal
Paling Murah
Lokasi Min
Maks
Rata-rata
Min
Maks
Rata-rata
Min
Maks
Rata-rata
Kab. Ciamis
23 000
40 000
33 871
34 000
51 000
40 693
20 000
36 000
30 351
Kab. Tasikmalaya
26 000
75 000
33 563
24 000
95 000
40 680
20 000
90 000
28 951
Kab. Subang
15 000
40 000
31 755
30 000
80 000
40 670
12 000
35 000
27 940
Kab. Sukabumi
17 500
36 000
29 426
20 000
60 000
38 049
17 500
35 000
26 446
Total
15 000
75 000
32 155
20 000
95 000
40 020
12 000
90 000
28 421
Sumber : Data Diolah (2016)
26 Pada Tabel 7 menjelaskan bahwa dalam satu tahun terakhir harga daging ayam broiler paling sering minimal harganya terdapat di Kabupaten Subang sebesar Rp15 000 per kg, harga maksimal terdapat di Kabupaten Tasikmalaya sebesar Rp75 000 per kg, dan rata-rata tertingginya terdapat di Kabupaten Ciamis sebesar Rp33 871 per kg. Harga paling mahal minimal harganya terdapat di Kabupaten Sukabumi sebesar Rp20 000 per kg, harga maksimal terdapat di Kabupaten Tasikmalaya sebesar Rp95 000 per kg, dan rata-rata tertingginya terdapat di Kabupaten Ciamis sebesar Rp40 693 per kg. Harga paling murah minimal harganya terdapat di Kabupaten Subang sebesar Rp12 000 per kg, harga maksimal terdapat di Kabupaten Tasikmalaya sebesar Rp90 000 per kg, dan ratarata tertingginya terdapat di Kabupaten Ciamis sebesar Rp30 351 per kg. Analisis Kesediaan Membayar Konsumen (Willingness to Pay) Penelitian ini ingin mengetahui kesediaan konsumen untuk membayar jumlah maksimal yang bersedia dibayarkan oleh konsumen daging ayam broiler saat terjadi kelangkaan daging ayam broiler dan untuk memperoleh produk daging ayam yang terjamin kesehatan dan kualitasnya. Selain itu penelitian ini ingin mengetahui harga jual yang optimal bagi pedagang daging ayam boiler ketika terjadi kelangkaan daging ayam broiler dan produk daging ayam broiler terjamin kesehatan dan kualitasnya. Metode yang digunakan untuk mengetahui jumlah maksimal yang bersedia dibayarkan oleh konsumen adalah metode Take it Or Leave It (TIOLI) dan Bidding Games. Metode TIOLI dilakukan dengan menawarkan kepada responden sebuah tawaran tunggal secara acak dan menanyakan apakah mereka akan membayar jumlah tersebut untuk mendapatkan produk daging ayam saat terjadi kelangkaan daging ayam dan mendapatkan produk daging ayam yang terjamin kesehatan dan kualitasnya. Sedangkan metode Bidding Games didasarkan pada beberapa putaran pertanyaan ya dan tidak. Kemudian pada pertanyaan akhir bidding games menanyakan jumlah maksimal atau minimal nilai yang bersedia responden bayarkan untuk produk daging ayam. Penelitian ini menggunakan dua metode yakni TIOLI dan Bidding Games untuk mendapatkan harga yang optimal bagi pedagang daging ayam broiler baik saat terjadi kelangkaan daging ayam broiler atau pun produk daging ayam yang terjamin kesehatan dan kualitasnya. Penelitian ini memilih salah satu metode yang memiliki selisih harga lebih kecil antara harga saat kelangkaan dengan produk terjamin kesehatan dan kualitasnya secara keseluruhan di empat kabupaten. Metode Take It Or Leave It (TIOLI) Pada metode ini sebanyak 59% responden dari 406 responden konsumen bersedia membayar sebesar Rp30 000 per kg untuk daging ayam ketika terjadi kelangkaan. Sedangkan untuk produk daging ayam terjamin kesehatan dan kualitasnya responden yang bersedia membayar sebesar Rp30 000 per kg sebanyak 65%. Presentase responden konsumen daging ayam dengan menggunakan metode TIOLI disajikan pada Tabel 8.
27 Tabel 8 Perbandingan presentase responden dengan metode TIOLI Harga Daging Ayam Broiler (Rp/kg) 30 000 33 000 36 000 39 000 42 000 45 000 48 000 51 000 54 000 57 000 60 000
% Responden Produk Daging Ayam Saat Kelangkaan Daging Terjamin Kesehatan & Ayam Broiler (%) Kualitasnya (%) 59 65 45 52 37 48 30 38 25 31 23 23 18 19 11 13 5 7 3 4 2 3 Total Responden 406 orang
Sumber : Data Diolah (2016)
Pada Tabel 8 menjelaskan presentase responden yang bersedia membayar untuk daging ayam broiler pada saat terjadi kelangkaan dan daging ayam yang terjamin kesehatan serta kualitasnya. Kemudian digambarkan dengan kurva WTP yang disajikan pada Gambar 23. 70 y = -0,0018x + 103,76 RΒ² = 0,951 y = -0,0021x + 121,12 RΒ² = 0,9681
60 % Responden
50 40
Scarcity
30 20
Health Broiler Chain
10 0 -10 0
Linear (Scarcity)
20000 40000 60000 80000 PRICE
Linear (Health Broiler Chain)
Gambar 23 Kurva permintaan daging ayam dengan metode TIOLI Gambar 23 menjelaskan dua kurva permintaan, kurva yang berwarna biru merupakan kurva permintaan daging ayam broiler pada saat terjadi kelangkaan dengan persamaan linearnya y = -0.0018x + 103.76 yang berarti setiap kenaikan harga sebesar Rp10 000 per kg saat kelangkaan mendorong sebanyak 18% konsumen membatalkan pembelian daging ayam broiler. Persamaan linear tersebut memiliki R2 sebesar 0.951 yang berarti bahwa sebesar 95% nilai kesediaan konsumen untuk membayar daging ayam dapat dijelaskan dengan menggunakan variabel harga dalam model. Sisanya sebanyak 5% dapat dijelaskan melalui variabel-variabel lain diluar model yang tidak digunakan dalam penelitian. Sedangkan kurva permintaan daging ayam yang terjamin kesehatan dan kualitasnya berwarna merah memiliki persamaan linear y = -0.0021x + 121.12 yang berarti setiap kenaikan harga sebesar Rp10 000 per kg untuk daging ayam
28 yang terjamin kesehatannya mendorong 21% konsumen membatalkan pembelian daging ayam broiler. Persamaan linear tersebut memiliki R2 sebesar 0.9681 yang berarti bahwa sebesar 97% nilai kesediaan konsumen untuk membayar daging ayam dapat dijelaskan dengan menggunakan variabel harga dalam model. Sisanya sebanyak 3% dapat dijelaskan melalui variabel-variabel lain diluar model yang tidak digunakan dalam penelitian. Metode Bidding Games Pada metode ini sebanyak 100% responden dari 406 responden konsumen bersedia membayar sebesar Rp30 000 per kg untuk daging ayam ketika terjadi kelangkaan dan juga untuk produk daging ayam terjamin kesehatan dan kualitasnya. Presentase responden konsumen daging ayam dengan menggunakan metode Bidding Games disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Perbandingan presentase responden dengan metode Bidding Games Harga Daging Ayam Broiler (Rp/kg) 30 000 33 000 36 000 39 000 42 000 45 000 48 000 51 000 54 000 57 000 60 000
% Responden Produk Daging Ayam Saat Kelangkaan Daging Terjamin Kesehatan & Ayam Broiler (%) Kualitasnya (%) 100 100 94 95 84 89 70 80 52 65 43 51 32 39 25 30 18 22 13 16 11 13 Total Responden 406 orang
Sumber : Data Diolah (2016)
Pada Tabel 9 menjelaskan presentase responden yang bersedia membayar untuk daging ayam broiler pada saat terjadi kelangkaan dan daging ayam yang terjamin kesehatan serta kualitasnya. Kemudian diGambarkan dengan kurva WTP yang disajikan pada Gambar 24. 120
60
y = -0,0032x + 195,56 RΒ² = 0,9653 y = -0,0033x + 201,04 RΒ² = 0,9804
40
Scarcity
20
Health Broiler Chain
% Responden
100 80
0
Linear (Scarcity)
0
20000 40000 60000 80000 PRICE
Linear (Health Broiler Chain)
Gambar 24 Kurva permintaan daging ayam dengan metode Bidding Games
29 Gambar 23 menjelaskan dua kurva permintaan, kurva yang berwarna biru merupakan kurva permintaan daging ayam broiler pada saat terjadi kelangkaan dengan persamaan linearnya y = -0.0032x + 195.56 yang berarti setiap kenaikan harga sebesar Rp10 000 per kg saat kelangkaan mendorong sebanyak 32% konsumen membatalkan pembelian daging ayam broiler. Persamaan linear tersebut memiliki R2 sebesar 0.9653 yang berarti bahwa sebesar 97% nilai kesediaan konsumen untuk membayar daging ayam dapat dijelaskan dengan menggunakan variabel harga dalam model. Sisanya sebanyak 3% dapat dijelaskan melalui variabel-variabel lain diluar model yang tidak digunakan dalam penelitian. Sedangkan kurva permintaan daging ayam yang terjamin kesehatan dan kualitasnya berwarna merah memiliki persamaan linear y = -0.0033x + 201.04 yang berarti setiap kenaikan harga sebesar Rp10 000 per kg untuk daging ayam yang terjamin kesehatannya mendorong 33% konsumen membatalkan pembelian daging ayam broiler. Persamaan linear tersebut memiliki R2 sebesar 0.9804 yang berarti bahwa sebesar 98% nilai kesediaan konsumen untuk membayar daging ayam dapat dijelaskan dengan menggunakan variabel harga dalam model. Sisanya sebanyak 2% dapat dijelaskan melalui variabel-variabel lain diluar model yang tidak digunakan dalam penelitian. Berdasarkan kelebihan yang dimiliki oleh kedua metode, maka metode yang sesuai untuk menentukan maksimal harga yang bersedia konsumen bayarkan dan harga jual optimal bagi pedagang yakni metode TIOLI. Menurut Tresnadi (2000), kelebihan metode TIOLI dibandingkan metode elisitasi lainnya antara lain memudahkan dalam menentukan keinginan membayar konsumen diatas atau dibawah jumlah yang ditawarkan dan mendapatkan nilai jawaban yang lebih akurat. Setelah menentukan kurva permintaan secara keseluruhan di Provinsi Jawa Barat, kemudian menentukan kurva permintaan per kabupaten. Konsumen Kabupaten Ciamis berjumlah sebanyak 101 orang responden. Sebanyak 75% responden ketika kelangkaan, dan sebanyak 67% daging ayam yang terjamin kesehatan dan kualitasnya bersedia membayar harga daging ayam sebesar Rp30 000 per kg. Sebaran konsumen daging ayam di Kabupaten Ciamis disajikan dalam Tabel 10. Tabel 10 Perbandingan presentase responden Kabupaten Ciamis untuk harga optimal daging ayam broiler (Rp/kg) Harga Daging Ayam Broiler (Rp/kg) 30 000 33 000 36 000 39 000 42 000 45 000 48 000 51 000 54 000 57 000 60 000
Sumber : Data Diolah (2016)
% Responden Saat Kelangkaan Daging Ayam Produk Daging Ayam Terjamin Broiler (%) Kesehatan & Kualitasnya (%) 75 67 66 59 45 55 34 35 28 32 24 26 19 24 7 17 1 13 1 8 0 5 Total Responden 101 orang
30 Tabel 10 menjelaskan presentase responden Kabupaten Ciamis yang bersedia membayar untuk daging ayam broiler pada saat terjadi kelangkaan dan daging ayam yang terjamin kesehatan serta kualitasnya. Kemudian digambarkan dengan kurva permintaan yang disajikan pada Gambar 25. 80 y = -0,0025x + 140,46 RΒ² = 0,9239 y = -0,0021x + 124,93 RΒ² = 0,9470
70
% Responden
60 50 40
scarcity
30 20
health broiler chain
10 Linear (scarcity)
0 -10 0 -20
20000
40000 PRICE
60000
80000 Linear (health broiler chain)
Gambar 25 Kurva permintaan daging ayam broiler Kab. Ciamis Gambar 25 menjelaskan dua kurva permintaan, kurva yang berwarna biru merupakan kurva permintaan daging ayam broiler pada saat terjadi kelangkaan dengan persamaan linearnya y = -0.0025x + 104.46 yang berarti setiap kenaikan harga sebesar Rp10 000 per kg saat kelangkaan mendorong sebanyak 25% konsumen membatalkan pembelian daging ayam broiler. Persamaan linear tersebut memiliki R2 sebesar 0.9239 yang berarti bahwa sebesar 92% nilai kesediaan konsumen untuk membayar daging ayam dapat dijelaskan dengan menggunakan variabel harga dalam model. Sisanya sebanyak 8% dapat dijelaskan melalui variabel-variabel lain diluar model yang tidak digunakan dalam penelitian. Sedangkan kurva permintaan daging ayam yang terjamin kesehatan dan kualitasnya berwarna merah memiliki persamaan linear y = -0.0021x + 124.93 yang berarti setiap kenaikan harga sebesar Rp10 000 per kg untuk daging ayam yang terjamin kesehatannya mendorong sebanyak 21% konsumen membatalkan pembelian daging ayam broiler. Persamaan linear tersebut memiliki R2 sebesar 0.9470 yang berarti bahwa sebesar 95% nilai kesediaan konsumen untuk membayar daging ayam dapat dijelaskan dengan menggunakan variabel harga dalam model. Sisanya sebanyak 5% dapat dijelaskan melalui variabel-variabel lain diluar model yang tidak digunakan dalam penelitian. Konsumen Kabupaten Tasikmalaya berjumlah sebanyak 103 orang responden. Sebanyak 54% responden bersedia membayar harga daging ayam sebesar Rp30 000 per kg baik untuk daging ayam ketika kelangkaan maupun daging ayam yang terjamin kesehatan dan kualitasnya. Sebaran konsumen daging ayam di Kabupaten Tasikmalaya disajikan dalam Tabel 11.
31 Tabel 11
Perbandingan presentase konsumen Kabupaten Tasikmalaya untuk harga optimal daging ayam broiler (Rp/kg)
Harga Daging Ayam Broiler (Rp/kg) 30 000 33 000 36 000 39 000 42 000 45 000 48 000 51 000 54 000 57 000 60 000
% Responden Saat Kelangkaan Daging Ayam Produk Daging Ayam Terjamin Broiler (%) Kesehatan & Kualitasnya (%) 54 54 34 40 29 36 24 34 15 25 13 19 13 16 4 8 1 0 0 0 0 0 Total Responden 103 orang
Sumber : Data diolah (2016)
Pada Tabel 11 menjelaskan presentase responden Kabupaten Tasikmalaya yang bersedia membayar untuk daging ayam broiler pada saat terjadi kelangkaan dan daging ayam yang terjamin kesehatan serta kualitasnya. Kemudian digambarkan dengan kurva permintaan yang disajikan pada Gambar 26. 60
y = -0,0016x + 89,89 RΒ² = 0,8861
50
y = -0,0018x + 103,05 RΒ² = 0,9638
% Reaponden
40 30
scarcity
20 10
health broiler chain
0 -10 0 -20
20000
40000 PRICE
60000
80000
Linear (scarcity) Linear (health broiler chain)
Gambar 26 Kurva permintaan daging ayam broiler Kab. Tasikmalaya Gambar 26 menjelaskan dua kurva permintaan, kurva yang berwarna biru merupakan kurva permintaan daging ayam broiler pada saat terjadi kelangkaan dengan persamaan linearnya y = -0.0016x + 89.89 yang berarti setiap kenaikan harga sebesar Rp10 000 per kg saat kelangkaan mendorong sebanyak 16% konsumen membatalkan pembelian daging ayam broiler. Persamaan linear tersebut memiliki R2 sebesar 0.8861 yang berarti bahwa sebesar 89% nilai kesediaan konsumen untuk membayar daging ayam dapat dijelaskan dengan menggunakan variabel harga dalam model. Sisanya sebanyak 11% dapat dijelaskan melalui variabel-variabel lain diluar model yang tidak digunakan dalam penelitian. Sedangkan kurva permintaan daging ayam yang terjamin kesehatan dan kualitasnya berwarna merah memiliki persamaan linear y = -0.0018x + 103.05 yang berarti setiap kenaikan harga sebesar Rp10 000 per kg untuk daging ayam
32 yang terjamin kesehatannya mendorong sebanyak 18% konsumen membatalkan pembelian daging ayam broiler. Persamaan linear tersebut memiliki R2 sebesar 0.9638 yang berarti bahwa sebesar 96% nilai kesediaan konsumen untuk membayar daging ayam dapat dijelaskan dengan menggunakan variabel harga dalam model. Sisanya sebanyak 4% dapat dijelaskan melalui variabel-variabel lain diluar model yang tidak digunakan dalam penelitian. Konsumen Kabupaten Subang berjumlah sebanyak 100 orang responden. Sebanyak 62% responden daging ayam ketika kelangkaan dan sebanyak 82% responden daging ayam yang terjamin kesehatan dan kualitasnya bersedia membayar harga daging ayam sebesar Rp30 000 per kg. Sebaran konsumen daging ayam di Kabupaten Subang disajikan dalam Tabel 12. Tabel 12 Perbandingan presentase konsumen Kabupaten Subang untuk harga optimal daging ayam broiler (Rp/kg) Harga Daging Ayam Broiler (Rp/kg) 30 000 33 000 36 000 39 000 42 000 45 000 48 000 51 000 54 000 57 000 60 000
% Responden Produk Daging Ayam Saat Kelangkaan Daging Terjamin Kesehatan & Ayam Broiler (%) Kualitasnya (%) 62 82 44 64 38 58 35 45 33 34 33 22 21 19 19 14 9 6 3 6 3 6 Total Responden 103 orang
Sumber : Data diolah (2016)
Pada Tabel 12 menjelaskan presentase responden Kabupaten Subang yang bersedia membayar untuk daging ayam broiler pada saat terjadi kelangkaan dan daging ayam yang terjamin kesehatan serta kualitasnya. Kemudian digambarkan dengan kurva WTP yang disajikan pada Gambar 27. 90 y = -0,0018x + 107,73 RΒ² = 0,9457
80 70
y = -0,0026x + 147,59 RΒ² = 0,9283
% Responden
60 50 40
scarcity
30 20
health broiler chain
10 0 -10 0 -20
Linear (scarcity) 20000
40000 PRICE
60000
80000 Linear (health broiler chain)
Gambar 27 Kurva permintaan daging ayam broiler Kab. Subang
33 Gambar 27 menjelaskan dua kurva permintaan, kurva yang berwarna biru merupakan kurva permintaan daging ayam broiler pada saat terjadi kelangkaan dengan persamaan linearnya y = -0.0018x + 107.73 yang berarti setiap kenaikan harga sebesar Rp10 000 per kg saat kelangkaan mendorong sebanyak 18% konsumen membatalkan pembelian daging ayam broiler. Persamaan linear tersebut memiliki R2 sebesar 0.9457 yang berarti bahwa sebesar 95% nilai kesediaan konsumen untuk membayar daging ayam dapat dijelaskan dengan menggunakan variabel harga dalam model. Sisanya sebanyak 5% dapat dijelaskan melalui variabel-variabel lain diluar model yang tidak digunakan dalam penelitian. Sedangkan kurva permintaan daging ayam yang terjamin kesehatan dan kualitasnya berwarna merah memiliki persamaan linear y = -0.0026x + 147.59 yang berarti setiap kenaikan harga sebesar Rp10 000 per kg untuk daging ayam yang terjamin kesehatannya mendorong sebanyak 26% konsumen membatalkan pembelian daging ayam broiler. Persamaan linear tersebut memiliki R2 sebesar 0.9283 yang berarti bahwa sebesar 93% nilai kesediaan konsumen untuk membayar daging ayam dapat dijelaskan dengan menggunakan variabel harga dalam model. Sisanya sebanyak 7% dapat dijelaskan melalui variabel-variabel lain diluar model yang tidak digunakan dalam penelitian. Konsumen Kabupaten Sukabumi berjumlah sebanyak 102 orang responden. Sebanyak 45% responden untuk daging ayam ketika kelangkaan, dan 58% responden daging ayam yang terjamin kesehatan dan kualitasnya bersedia membayar harga daging ayam sebesar Rp30 000 per kg. Sebaran konsumen daging ayam di Kabupaten Sukabumi disajikan dalam Tabel 13. Tabel 13 Perbandingan presentase responden Kabupaten Sukabumi untuk harga optimal daging ayam broiler (Rp/kg) Harga Daging Ayam Broiler (Rp/kg) 30 000 33 000 36 000 39 000 42 000 45 000 48 000 51 000 54 000 57 000 60 000
% Responden Produk Daging Ayam Saat Kelangkaan Daging Terjamin Kesehatan & Ayam Broiler (%) Kualitasnya (%) 45 58 36 46 35 41 25 38 24 32 22 24 22 19 16 15 11 8 10 4 5 1 Total Responden 102 orang
Sumber : Data diolah (2016)
Pada Tabel 13 menjelaskan presentase responden Kabupaten Sukabumi yang bersedia membayar untuk daging ayam broiler pada saat terjadi kelangkaan dan daging ayam yang terjamin kesehatan serta kualitasnya. Kemudian digambarkan dengan kurva permintaan yang disajikan pada Gambar 28.
34 70
y = -0,0012x + 77,54 RΒ² = 0,9601
60
% Responden
50
y = -0,0019x + 109,63 RΒ² = 0,9872
40
scarcity
30 20
health broiler chain
10 Linear (scarcity)
0 -10 0
20000
40000 PRICE
60000
80000
Linear (health broiler chain)
Gambar 28 Kurva permintaan daging ayam broiler Kab. Sukabumi Gambar 28 menjelaskan dua kurva permintaan, kurva yang berwarna biru merupakan kurva permintaan daging ayam broiler pada saat terjadi kelangkaan dengan persamaan linearnya y = -0.0012x + 77.54 yang berarti setiap kenaikan harga sebesar Rp10 000 per kg saat kelangkaan mendorong sebanyak 12% konsumen membatalkan pembelian daging ayam broiler. Persamaan linear tersebut memiliki R2 sebesar 0.9601 yang berarti bahwa sebesar 96% nilai kesediaan konsumen untuk membayar daging ayam dapat dijelaskan dengan menggunakan variabel harga dalam model. Sisanya sebanyak 4% dapat dijelaskan melalui variabel-variabel lain diluar model yang tidak digunakan dalam penelitian. Sedangkan kurva permintaan daging ayam yang terjamin kesehatan dan kualitasnya berwarna merah memiliki persamaan linear y = -0.0019x + 109.63 yang berarti setiap kenaikan harga sebesar Rp10 000 per kg untuk daging ayam yang terjamin kesehatannya mendorong sebanyak 19% konsumen membatalkan pembelian daging ayam broiler. Persamaan linear tersebut memiliki R2 sebesar 0.9872 yang berarti bahwa sebesar 98% nilai kesediaan konsumen untuk membayar daging ayam dapat dijelaskan dengan menggunakan variabel harga dalam model. Sisanya sebanyak 2% dapat dijelaskan melalui variabel-variabel lain diluar model yang tidak digunakan dalam penelitian. Setelah menentukan kurva permintaan per kabupaten, kemudian menentukan harga maksimal yang bersedia konsumen bayarkan dan harga optimal yang sesuai bagi pedagang daging ayam. Harga Maksimal yang Bersedia Konsumen Bayar Hasil penelitian menyatakan bahwa harga rata-rata yang besedia konsumen bayar ketika terjadi kelangkaan daging ayam broiler paling tinggi terdapat di Kab. Sukabumi sebesar Rp40 176 per kg. Sedangkan harga rata-rata yang bersedia konsumen bayarkan utuk daging ayam broiler yang terjamin kesehatan dan kualitasnya terdapat di Kab. Ciamis sebesar Rp38 930 per kg. Hal ini menunjukan bahwa konsumen Kabupaten Ciamis lebih peduli terhadap kesehatan dan kualitas daging ayam broiler dibandingkan tiga kabupaten lainnya. Perbandingan harga rata-rata yang bersedia konsumen bayar disajikan pada Tabel 14.
35 Tabel 14 Perbandingan harga rata-rata yang bersedia konsumen bayarkan pada masing-masing kabupaten dengan metode TIOLI Lokasi Kab. Ciamis Kab. Tasikmalaya Kab. Subang Kab. Sukabumi Total Sumber : Data Diolah (2016)
Harga Daging Ayam (Rp/Kg) Terjamin Ketika Kelangkaan Kesehatan dan Kualitasnya 36 666 38 930 36 391 37 230 39 100 37 879 40 176 38 546 38 165 38 205
Selisih Harga / Nilai Insentif (Rp/kg) 2 265 840 -1 221 -1 630 40
Tabel 14 menjelaskan harga maksimal yang bersedia konsumen bayarkan untuk daging ayam broiler saat terjadi kelangkaan dan daging ayam yang terjamin kesehatan dan kualitasnya. Konsumen Kab. Ciamis dan Kab. Tasikmalaya bersedia membayar lebih untuk daging ayam yang terjamin kesehatan dan kualitasnya. Hal ini dinyatakan oleh nilai insentif yang bernilai positif yang menjelaskan bahwa konsumen Kab. Ciamis dan Kab. Tasikmalaya peduli terhadap kesehatan daging ayam. Sedangkan, konsumen Kab. Subang dan Kab. Sukabumi miliki nilai insentif bernilai negatif yang menyatakan bahwa konsumen di Kab. Subang dan Kab. Sukabumi lebih merespon pada kenaikan harga daging ayam ketika terjadi kelangkaan dibandingkan harga daging ayam yang terjamin kesehatan dan kualitasnya (ketersediaan daging ayam merupakan hal penting bagi konsumen Kab. Subang dan Kab. Sukabumi). Selain itu, konsumen di Kab. Subang dan Kab. Sukabumi tidak terlalu peduli terhadap kesehatan dan kualitas daging ayam yang terjamin. Secara keseluruhan konsumen bersedia membayar sedikit lebih mahal untuk daging ayam yang terjamin kesehatan dan kualitasnya, namun selisih harga yang relatif kecil tidak memadai untuk insentif pedagang jika menjual daging ayam yang terjamin kesehatan dan kualitasnya. Harga Optimal Daging Ayam Broiler Bagi Pedagang Harga optimal daging ayam saat terjadi kelangkaan dengan daging ayam yang terjamin kesehatan dan kualitasnya didapatkan dari turunan persamaan linear ππ¦ (ππ₯ ) pada masing-masing kurva sehingga dihasilkan harga optimal sebagai berikut : Tabel 15
Perbandingan harga optimal bagi pedagang pada masing-masing kabupaten dengan metode TIOLI
Lokasi Kab. Ciamis Kab. Tasikmalaya Kab. Subang Kab. Sukabumi Total Sumber : Data Diolah (2016)
Harga Optimal Daging Ayam (Rp/Kg) Terjamin Ketika Kelangkaan Kesehatan dan Kualitasnya 28 092 29 745 28 091 28 625 29 925 28 383 32 308 28 850 28 822 28 838
Selisih Harga / Insentif (Rp/kg) 1 653 534 -1 542 -3 458 16
36 Tabel 15 menjelaskan perbandingan harga optimal bagi pedagang pada masing-masing kabupaten. Penjualan daging ayam dengan harga optimal akan menghasilkan penerimaan maksimal bagi pedagang. Jika pedagang menjual diatas harga optimal maka pedagang akan mengalami penurunan penerimaan yang disebabkan oleh berkurangnya presentase konsumen yang akan membeli daging ayam karena membatalkan pembelian. Pada Kab. Ciamis dan Kab. Tasikmalaya harga daging ayam yang terjamin kesehatan dan kualitasnya lebih tinggi dibandingkan harga daging ayam ketika kelangkaan. Hal ini menyatakan bahwa jika pedagang menjual daging ayam yang terjamin kesehatan dan kualitasnya akan mendapatkan insentif positif sebesar Rp1 653 per kg untuk pedagang di Kab. Ciamis dan Rp 534 per kg untuk pedagang di Kab. Tasikmalaya. Sedangkan, di Kab. Subang dan Kab. Sukabumi harga optimal daging ayam yang terjamin kesehatan dan kualitasnya lebih rendah dibandingkan harga optimal daging ayam saat kelangkaan. Hal ini menyatakan bahwa jika pedagang menjual daging ayam yang terjamin kesehatan dan kualitasnya maka pedagang tidak mendapatkan insentif positif karena konsumen di Kab. Subang dan Kab. Sukabumi lebih merespon harga daging ayam ketika terjadi kelangkaan. Secara keseluruhan selisih harga yang didapat ketika menjual daging ayam yang terjamin kesehatan dan kualitasnya terlalu kecil yakni sebesar Rp16 per kg. Nilai insentif Rp16 per kg memiliki nilai ekonomis yang sangat kecil bagi pedagang jika pendagang menjual daging ayam yang terjamin kesehatan dan kualitasnya, sehingga tidak memadai untuk insentif yang layak bagi pedagang daging ayam. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi WTP Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi WTP dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Variabel dependen yang digunakan yakni nilai WTP saat terjadi kelangkaan dan nilai WTP daging ayam broiler terjamin kesehatan dan kualitasnya. Sedangkan variabel independen meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan rumah tangga, jumlah anggota keluarga, jumlah konsumsi daging ayam, tempat membeli daging ayam, dan persepsi pentingnya kesehatan dibanding harga. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar konsumen (WTP) disajikan pada Tabel 16 dan Tabel 17. Tabel 16 Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP saat kelangkaan Variabel Konstanta Jenis kelamin (X1) Usia (X2) Pendidikan (X3) Pekerjaan (X4) Tingkat pendapatan (X5) Jumlah Anggota Keluarga (X6) Jumlah Konsumsi Daging Ayam (X7) Tempat Membeli Daging Ayam (X8) Persepsi Pentingnya Kesehatan dibanding harga (X9) Sumber : Data Diolah (2016)
Nilai B 29842.633 530.623 6.952 759.488 -3350.082
Std. Error 6646.965 3062.815 44.134 456.821 1087.065
Sig .000 .863 .875 .097 .002
2370.666
527.571
.000
387.203
360.056
.283
2101.517
637.623
.001
1028.016
1250.072
.411
200.067
995.542
.841
37 Tabel 16 menjelaskan bahwa variabel tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, dan jumlah konsumsi daging ayam berpengaruh terhadap nilai WTP daging ayam broiler saat kelangkaan dengan nilai Adjusted R Square sebesar 22% dan tingkat keyakinan sebesar 90%. Sehingga persamaan regresi linear bergandanya sebagai berikut : Nilai WTP =
29842.633 + 759.488X3 β 3350.082X4 + 2370.666X5 + 2101.517X7
Berdasarkan nilai koefisien regresi dari masing-masing variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen dapat dinyatakan bahwa: variabel tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan jumlah konsumsi daging ayam berpengaruh positif terhadap nilai WTP yang artinya bahwa apabila terjadi kenaikan sebesar 1000 satuan maka akan meningkatkan kesediaan membayar untuk daging ayam broiler saat terjadi kelangkaan berturut-turut sebesar 759.488; 2370.666; 2101.517. Sedangkan, untuk variabel tingkat pekerjaan berpengaruh negatif terhadap nilai WTP yang artinya apabila terjadi kenaikan sebesar 1 000 satuan maka akan mengurangi kesediaan membayar konsumen untuk daging ayam broiler saat terjadi kelangkaan sebesar 3350.082. Tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan jumlah konsumsi daging ayam secara signifikansi berpengaruh positif terhadap nilai WTP. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin meningkat tingkat pendapatan, dan semakin banyak jumlah konsumsi daging ayam maka konsumen bersedia membayar harga daging ayam yang lebih tinggi ketika terjadi kelangkaan. Sedangkan untuk variabel jenis pekerjaan pada penelitian ini terbagi menjadi dua kategori yakni perempuan yang bekerja diluar rumah (wanita karir) dan perempuan yang bekerja sebagai ibu rumah tangga. Jenis pekerjaan secara signifikansi berpengaruh negatif terhadap nilai WTP. Hal ini menunjukan bahwa konsumen yang bekerja lebih memilih tidak membeli daging ayam apabila terjadi kenaikan harga daging ayam. Tabel 17
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP daging ayam yang terjamin kesehatannya
Variabel Konstanta Jenis kelamin (X1) Usia (X2) Pendidikan (X3) Pekerjaan (X4) Tingkat pendapatan (X5) Jumlah Anggota Keluarga (X6) Jumlah Konsumsi Daging Ayam (X7) Tempat Membeli Daging Ayam (X8) Persepsi Petingnya Kesehatan Dibanding Harga (X9) Sumber : Data Diolah (2016)
Nilai B 25514.896 2654.211 31.345 1392.594 -3340.064
Std. Error 7193.853 3314.813 47.765 494.406 1176.505
Sig .000 .424 .512 .005 .005
3015.404
570.978
.000
621.855
389.680
.111
1209.052
690.085
.081
-31.745
1352.923
.981
1018.318
1077.452
.345
38 Tabel 17 menjelaskan bahwa variabel tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, jumlah anggota keluarga, dan jumlah konsumsi daging ayam berpengaruh terhadap nilai WTP daging ayam broiler yang terjamin kesehatan dan kualitasnya dengan nilai Adjusted R Square sebesar 25% dan tingkat keyakinan sebesar 90%. Sehingga persamaan regresi linear bergandanya sebagai berikut : Nilai WTP = 25514.896 + 1392.594X3 β 3340.064X4 + 3015.404X5 + 621.855X6 + 1209.052X7 Berdasarkan nilai koefisien regresi dari masing-masing variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen dapat dinyatakan bahwa: variabel tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah anggota keluarga, dan jumlah konsumsi daging ayam berpengaruh positif terhadap nilai WTP yang artinya bahwa apabila terjadi kenaikan sebesar 1000 satuan maka akan meningkatkan kesediaan membayar untuk daging ayam broiler saat terjadi kelangkaan berturut-turut sebesar 1392.594; 3015.404; 621.855; 1209.052. Sedangkan, untuk variabel tingkat pekerjaan berpengaruh negatif terhadap nilai WTP yang artinya apabila terjadi kenaikan sebesar 1000 satuan maka akan mengurangi kesediaan membayar konsumen untuk daging ayam broiler saat terjadi kelangkaan sebesar 3340.064. Variabel tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah anggota keluarga, dan jumlah konsumsi daging ayam secara signifikansi berpengaruh positif terhadap nilai WTP. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin meningkat tingkat pendapatan, semakin bertambah anggota keluarga (dalam hal ini bertambah anak), dan semakin banyak jumlah konsumsi daging ayam maka konsumen bersedia membayar harga yang lebih tinggi untuk produk daging ayam terjamin kesehatannya. Sedangkan untuk variabel jenis pekerjaan (wanita karir dan ibu rumah tangga) secara signifikansi berpengaruh negatif terhadap nilai WTP. Hal ini menunjukan bahwa konsumen yang bekerja lebih memilih tidak membeli daging ayam apabila terjadi kenaikan harga meskipun daging ayam tersebut sudah terjamin kesehatannya.
Implikasi Manajerial Implikasi manajerial dalam penelitian ini merupakan rekomendasi yang ditujukan kepada penjual dan konsumen daging ayam broiler agar dapat mengetahui harga optimal daging ayam broiler saat terjadi kelangkaan dan daging ayam yang terjamin kesehatan dan kualitasnya berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya, Konsumen yang berada di Kab. Subang dan Kab. Sukabumi lebih merespon 1. harga daging ayam saat kelangkaan dibandingkan daging ayam yang terjamin kesehatan dan kualitasnya. Hal ini dikarenakan konsumen dikedua kabupaten tersebut tidak terlalu peduli terhadap kesehatan dan kualitas daging ayam. Ketersediaan daging ayam lebih dianggap penting bagi konsumen Kab. Subang dan konsumen Kab. Sukabumi. 2. Selisih harga jual optimal yang terlalu rendah mengakibatkan adanya insentif yang tidak memadai bagi para pedagang untuk menjual daging ayam yang terjamin kesehatan dan kualitasnya.
39 3.
4.
Daging ayam broiler yang akan dijual di pasaran harus memiliki sertifikat terjamin kesehatan, kualitas, dan halalnya agar konsumen yakin bahwa daging ayam broiler yang dibelinya aman untuk dikonsumsi. Para peternak dan penjual daging ayam broiler dapat meningkat harga jual daging ayam broiler baik saat kelangkaan maupun daging ayam terjamin kesehatan dan kualitasnya agar mendapat keutungan sesuai dengan perhitungan harga jual optimal dari hasil penelitian ini.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1.
2.
3.
4.
Karakteristik konsumen daging ayam broiler didominasi berjenis kelamin perempuan, berusia rata-rata 40 tahun, tingkat pendidikan yang ditempuh SMA, posisi dalam rumah tangga dan bekerja sebagai ibu rumah tangga, status pernikahan sudah menikah, total pendapatan per bulan Rp2.000.0014.000.000, dan memiliki jumlah anggota keluarga 4 orang yang semuanya mengkonsumsi daging ayam broiler. Frekuensi pembelian daging ayam ratarata sebayak 6-8 kali dalam satu bulan. Jumlah konsumsi daging ayam sebanyak 1 kg β 5 kg per bulan. Konsumen daging ayam broiler mayoritas membeli di pasar tradisional. Sedangkan, untuk atribut produk daging ayam broiler konsumen menyukai warna karkas berwarna putih kekuningan, keadaan kulit daging ayam yang bersih, ukuran karkas yang sedang, kondisi tulang yang utuh, daging ayam broiler yang segar, dan membeli daging ayam secara karkas utuh (semua bagian daging ayam). Harga yang bersedia konsumen bayarkan sebesar Rp38.165 per kg saat terjadi kelangkaan dan konsumen bersedia membayar Rp38.205 per kg untuk daging ayam yang terjamin kesehatannya. Harga jual optimal daging ayam broiler saat kelangkaan dan terjamin kesehatannya secara berturutturut sebesar Rp28.822 per kg dan Rp28.838 per kg. Nilai insentif yang didapat untuk para pelaku usaha rantai pasok daging ayam broiler saat kelangkaan dan kesehatan produk terjamin yakni sebesar Rp16 per kg. Konsumen bersedia membayar sedikit lebih mahal untuk daging ayam yang terjamin kesehatannya, namun karena selisih harga yang terlalu kecil sehingga tidak memadai untuk insentif para pelaku usaha rantai pasok daging ayam. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan konsumen membayar daging ayam broiler saat kelangkaan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, dan jumlah konsumsi daging ayam. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan konsumen membayar daging ayam yang terjamin kesehatan dan kualitasnya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, jumlah anggota keluarga, dan jumlah konsumsi daging ayam.
40 Saran 1.
2.
3.
Perlu ditingkatkan kembali sosialisasi dan penyuluhan terkait daging ayam broiler terjamin kesehatan dan kualitasnya kepada para pelaku rantai pasok daging ayam broiler yang terkait agar memahami akan pentingnya kesehatan dan kualitas produk daging ayam broiler yang berada dipasaran. Para peternak dan pedagang daging ayam broiler dapat meningkatkan harga jual daging ayam broiler berdasarkan persentase penambahan harga tersebut agar peternak dan pedagang mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Namun, harus tetap memperhatikan kualitas dan kesehatan daging ayam broiler yang bersedia dibayarkan oleh konsumen. Perlu adanya pengontrolan dan pengawasan dengan regulasi yang ketat dari pemerintah akan pentingnya kesehatan dan kualitas daging ayam broiler. Perlu adanya penelitian lanjutan untuk melakukan penelitian serupa dengan ruang lingkup yang lebih luas sehingga dapat mewakili konsumen secara lebih menyeluruh di Indonesia dan mengevaluasi penerapan hasil penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik Povinsi Jawa Barat. 2015. Jawa Barat dalam Angka 2015. Bandung (ID): Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Konsumsi Rata-Rata per Kapita Seminggu Beberapa Macam Bahan Makanan Penting, 2007-2014. [internet]. [diunduh 2016 Januari 18]. Tersedia pada [Disnak] Dinas Peternakan Jawa Barat. 2013. Laporan Tahunan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. [internet]. [diunduh 2016 Februari 02]. Tersedia pada http://disnak.jabarprov.go.id/ [Kementan] Kementrian Pertanian. 2015. Produksi Daging Ayam Ras Pedaging Menurut Provinsi. [internet]. [diunduh 2016 Februari 02]. Tersedia pada http://www.pertanian.go.id/ASEM2015NAK/Prod_DagingAyamRasPedaging_Prop_2015.pdf [Pusdatin] Pusat Data dan Sistem Informasi Pertania. 2015. Buletin Analisis Perkembangan Harga Komoditas Pertanian. Jakarta (ID): Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. Fauzi A. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Teori dan Aplikasi. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama. Hakim AA. (2007). Perilaku Konsumen Dalam Konsumsi Ayam Potong Setelah Menyebar Wabah Flu Burung (Avian Influenza) (Studi Kasus di Kelurahan Jodipan, Kecamatan Blimbing, Kota Malang). Jurnal Agribisnis. Hidayati N. 2013. Analisis Willingness To Pay untuk Sayuran Organik Di Toko All Fresh Bogor. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/950 Kotler P, Kevin LK. 2010. Manajemen Pemasaran. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga.
41 Natasha. 2013. Analisis Willingness to Pay Terhadap Pelanggan Sayuran Organik Agatho Bina Sarana Bakti. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Nugroho BA. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan SPSS. Yogyakarta (ID): Andi Offset. Nuryati L, Novianti, Budi W, Widaningsih. 2015. Outlook Komoditas Pertanian Subsektor Peternakan Daging Ayam. Jakarta (ID): Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jendral Kementrian Pertanian 2015. Pracoyo TK, Antyo P. 2006. Aspek Dasar Ekonomi Mikro. Jakarta (ID): PT. Grasindo. Priyatno D. 2014. SPSS 22 Pengolah Data Terpraktis. Yogyakarta (ID): CV. ANDI. Rasyaf M. 2001. Beternak Ayam Pedaging. Depok (ID): PT. Penebar Swadaya. Ridwan. 2013. Analisis Persepsi dan Kesediaan Membayar Lebih Kosumen Ayam Potong yang Menerapkan Biosekuriti di Misi Pasaraya Antang, Makassar. [Skripsi]. Makassar (ID): Universitas Hasanuddi Makassar. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Administrasi Dilengkapi Dengan Metode R&D. Bandung (ID): CV. Alfabeta. Sumarwan U. 2015. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Bogor (ID): Penerbit Ghalia Indonesia. Tamalluddin F. 2014. Panduan Lengkap Ayam Broiler. Depok (ID): Penebar Swadaya Group. Terfa ZG, Garikipati S, Dessie T, Lynch S, Wigley P, Bettridge JM, Christley RM. 2015. Farmersβ willingness to pay for a village poultry vaccine service in Ethiopia: prospect for enhancing rural livelihoods. International Journal of Food Sec. 7:905-917. Tresnadi H. 2000. Valuasi Komoditas Lingkungan Berdasarkan Contingent Valution Method. Jurnal Teknologi Lingkungan 1(1):38-53. Umar H. 2000. Pemasaran & Perilaku Konsumen. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama. Umar H. 2003. Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia Jakarta. Umar H. 2005. Riset Pemasaran & Perilaku Konsumen. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Winda. 2013. Analisis Willingness to Pay Terhadap Sertifikat Halal Produk Kosmetik Wardah Pada Dua Lokasi Penjualan di Bogor. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Yuwanta T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius.
42 Lampiran 1 Kuisioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN PERILAKU PELANGGAN DAN INSENTIF HARGA DAGING AYAM DALAM PENGENDALIAN PENYAKIT UNGGAS No Kuesioner Tanggal Pengisian
: :
Kuesioner ini merupakan instrumen dalam rangka memenuhi tugas akhir (Skripsi) program sarjana alih jenis yang dilakukan oleh: Nama NIM Departemen/Fakultas Universitas
Dita: Meliana H24120035 : Manajemen/Ekonomi : dan Manajemen Institut : Pertanian Bogor
Peneliti memohon kesediaan anda untuk mengisi seluruh kuesioner ini secara jujur dan lengkap. Semua informasi yang diterima sebagai hasil kuesioner ini bersifat rahasia dan digunakan untuk kepentingan akademis. Terima kasih atas kesediaan dan partisipasi anda.
Penyaringan 1. Apakah Bapak/Ibu mengambil keputusan sendiri dalam membeli ayam? [1] ya [2] Tidak, saya hanya mengikuti perintah dari orang lain, maka BERHENTI 2. Apakah daging ayam yang Bapak/Ibu beli digunakan untuk konsumsi rumah tangga sendiri? (bukan untuk dijual kembali) [1] ya [2] Tidak, bila tidak BERHENTI Informasi Penelitian QID: Nama responden: Provinsi: Kabupaten: Kecamatan: Desa: Alamat:
Karakteristikresponden: 1. Karakteristik konsumen
Enumerator / pewawancara Nama / ID: Tanggal wawancara: Waktu mulai: Waktu selesai: Nomor telepon:
43 Pada bagian ini, kita akan menanyakan tentang karakteristik Bapak/Ibu termasuk usia, pendidikan dan pekerjaan. 1.1.Jenis Kelamin 1.2.Usia 1.3.Pendidikan
: : :
[1] Laki-laki [2] Perempuan [ ] tahun [1] SD [2] SMP [3] SMA [4] DIII [5] S1 [6] S2 [7] S3 [8] Tidak sekolah (BERHENTI)
1.4. Posisi dalam rumah tangga: [1] kepala rumah tangga [2] istri kepala rumah tangga [3] anak dari kepala rumah tangga [4] anak menantu dari kepala rumah tangga [5] lainnya⦠1.5. Pekerjaan:
[1] Pengusaha [2] PNS [3] Pegawai swasta [4] Ibu rumah tangga [5] Pelajar [6] Lainnya, sebutkan...
1.6. Status pernikahan: [1] menikah [2] belum menikah[3] pernah menikah 1.7. Total pendapatan rumah tangga secara bulanan [1] <= 2.000.000 [2] 2.000.001 - 4.000.000 [3] 4.000.001 β 6.000.000 [4] 6.000.001 β 8.000.000 [5] > 8.000.000 1.8. Jumlah anggota rumah tangga(yang tinggal di dalam rumah): [
] orang
1.9. Berapa banyak orang dalam rumah tangga Bapak/Ibu yang mengkonsumsi daging ayam? [ ] orang 2. Preferensi Konsumen Kami ingin mengetahui kebiasaan / kesukaan Bapak/Ibu tentang daging ayam 2.1.Seberapa sering Bapak/Ibu membeli daging ayam setiap bulan ? (kali per bulan)
44
2.2. Jumlah konsumsi daging ayam per bulan dalam setiap rumah tangga ? [1]< 1 Kg
[2] 1 Kg-5 Kg
[3] 5 Kg β 10 Kg
[4] > 10 Kg
2.3. Berapa banyak pengeluaran Bapak/Ibuuntuk membeli daging ayam setiap bulan? [ ]Rupiah/Bulan 2.4. Berapa harga daging ayamyang Bapak/Ibu belisaat ini per kg? Rp [ ] 2.5. ApapendapatBapak/Ibutentanghargasaatini? [1] normal
[2] mahal
[3] murah
2.6.Tolong ingat-ingat kembali harga dagingayam dalam pengalaman pembelian Bapak/Ibuselamasetahun terakhir (1 Agustus 2015 hingga 1 Agustus 2016) 2.6.1. harga yang paling sering Bapak/Ibu beli per kg: IDR [ ] 2.6.2. harga paling mahal per kg : IDR [
]
2.6.3. harga paling murah per kg : IDR [
]
2.7. Dimana Bapak/Ibu biasanya paling sering membeli daging ayam? [1] pasar tradisional
[2] supermarket/ pasar modern
[3]
warung
eceran 2.8. Mohon nilai seberapa penting hal-hal berikut ini dalam keputusan pembelian daging ayam Bapak/Ibu: 1 sampai dengan 4 ( tidak penting, kurang penting, penting, sangat penting) No.
Atribut
1.
harga murah
2.
kualias baik
3.
kesehatan produk terjamin
4.
cara termudah membeli ayam
5.
terjamin halal
1
2
3
3. Kesediaan untuk membayar Harga Daging ayam sering berubah di pasar. Ketikaterjadikelangkaan daging ayam, padaharga berapa Bapak/Ibumasihbersediamembayar untukmembelidaging ayam? Untuk Enumerator:
4
45
1. Memilih dan menyebutkan pilihan paling atas pada pertanyaan 'Harga mulai'. Pilihan paling atas akan menampilkan harga mulai yang berbeda-beda untuk setiap responden. 2. Apakah responden setuju dengan harga mulai tersebut? 2.1. Jika jawabannya 'Ya', kemudian lakukan 'Bidding games' dengan meningkatkan harga mulai secara bertahap sampai responden mengatakan TIDAK / tidak bersedia. Dan pilih jawaban Ya / bersedia yang terakhir. 2.2. Jika jawabannya 'Tidak", kemudian lakukan 'Bidding games' dengan menurunkan harga mulai secara bertahap sampai responden mengatakan YA / bersedia. Dan pilih jawaban Ya / bersedia tersebut. 3. Kemudian meminta responden untuk menentukan berapa harga tepatnya bersedia membeli. 3.1.Harga awal secara acak : [ ] 3.2. [1] Ya [0] Tidak 3.3. Hasil tawar menawar
:[
]
(bidding games)
[1] harga yang sama hari ini atau (misalnya 30.000) Rp / kg [2] hingga 10% lebih tinggi dari harga saat ini, atau (33.000) Rp / kg [3] hingga 20% lebih tinggi dari harga saat ini, atau (36.000) Rp / kg [4] hingga 30% lebih tinggi dari harga saat ini, atau (39.000) Rp / kg [5] hingga 40% lebih tinggi (42.000) Rp / kg [6] hingga 50% lebih tinggi (45.000) Rp / kg [7] hingga 60% lebih tinggi (48.000) Rp / kg [8] hingga 70% lebih tinggi (51.000) Rp / kg [9] hingga 80% lebih tinggi (54.000) Rp / kg [10] hingga 90% lebih tinggi (57.000) Rp / kg [11] hingga 100% lebih tinggi (60.000) Rp / kg 3.4. Pada harga berapa tepatnyaBapak/Ibu masih bersedia untuk membeli? Sekarang, mari kita mempertimbangkan bahwa ada masalah penyakit pada ayam yang mudah menular, seperti flu burung. Kita mungkin tidak yakin bahwa ayam yang kita beli hari ini berasal dari peternakan dan perdagangan yang menjamin kesehatan ayam. Peternak perlu menghabiskan lebih banyak biaya untuk meningkatkan keamanan biologis dari penyakit dan vaksinasi terhadap ayam mereka. Pedagang juga perlu menyediakan transportasi dan logistik yang lebih
46 baik, dan pasar pun perlu diatur. Semua membutuhkan biaya tambahan untuk menghasilkan ayam yang terjamin kesehatannya. Jika mereka menerapkan beberapa langkah untuk mengendalikan penyakit maka biaya keseluruhan akan meningkat. Pada harga berapa Bapak/Ibu masih bersedia membayar untuk membeli daging ayam yang terjamin kesehatan dan kualitasnya. Untuk Enumerator: 1. Memilih dan menyebutkan pilihan paling atas pada pertanyaan 'Harga mulai'. Pilihan paling atas akan menampilkan harga mulai yang berbeda-beda untuk setiap responden. 2. Apakah responden setuju dengan harga mulai tersebut? 2.1. Jika jawabannya 'Ya', kemudian lakukan 'Bidding games' dengan meningkatkan harga mulai secara bertahap sampai responden mengatakan TIDAK / tidak bersedia. Dan pilih jawaban Ya / bersedia yang terakhir. 2.2. Jika jawabannya 'Tidak", kemudian lakukan 'Bidding games' dengan menurunkan harga mulai secara bertahap sampai responden mengatakan YA / bersedia. Dan pilih jawaban Ya / bersedia tersebut. 3. Kemudian meminta responden untuk menentukan berapa harga tepatnya bersedia membeli. 3.5. Harga awal secara acak : [ 3.7. Hasil tawar menawar :[
] ]
3.6. [1] Ya [0] Tidak (bidding games)
[1] harga yang sama hari ini atau (misalnya 30.000) atau (..............) Rp / kg [2] hingga 10% lebih tinggi dari harga saat ini, atau (33.000) atau ( kg
) Rp /
[3] hingga 20% lebih tinggi dari harga saat ini, atau (36.000) Rp / kg [4] hingga 30% lebih tinggi dari harga saat ini, atau (39.000) Rp / kg [5] hingga 40% lebih tinggi (42.000) Rp / kg [6] hingga 50% lebih tinggi (45.000) Rp / kg [7] hingga 60% lebih tinggi (48.000) Rp / kg 3.8. Pada harga berapa tepatnya Bapak/Ibu masih bersedia untuk membeli?
1. Kepercayaan dan Norma Sosial Silahkan menilai sikap Bapak/Ibu terhadap pernyataan yang ada dengan skala penilaian 1 sampai 5 sebagai berikut: (dari sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju)
47 Pernyataan Keyakinan Perilaku Daging ayam di pasar tradisional sehat untuk dikonsumsi Daging ayam yang ada di pasar tradisional berasal dari proses yang terjamin kesehatannya Daging ayam di pasar modern sehat untuk dikonsumsi Daging ayam yang ada di pasar modern berasal dari proses yangterjamin kesehatannya
1
2
3
4
5. Atribut Produk Daging Ayam Broiler Berikut ini kami akan menanyakan tentang ciri-ciri daging ayam yang paling Bapak/Ibu sukai. Tolong pilih ciri-ciri daging ayam yang paling Bapak/Ibu sukai untuk dibeli. (centang jawaban Bapak/Ibu). No.
Atribut Daging Ayam Broiler
1.
Warna Karkas
2.
Kebersihan Kulit
3.
Ukuran Karkas
4.
Kondisi Tulang
5.
Kesegaran Daging
6.
Bagian Karkas
Kategori Atribut Daging Ayam Broiler [1] Putih [2] Putih Kekuningan [3] Kuning [1]Bersih [2] Agak Bersih [3] Kotor [1] Besar [2] Sedang [3] Kecil [1] Utuh [2] Patah Sebagian [3] Banyak patah [1] Segar [2] Dingin [3] Beku [1] Paha [2] Dada [3] Sayap [4] Karkas Utuh
5
48 Lampiran 2 Contoh Perhitungan Harga Harga maksimal yang bersedia dibayarkan konsumen Jumlah Jumlah WTP Harga Tawar (Rp) konsumen WTP kelangkaan konsumen untuk terjamin 1 saat (Rp) daging ayam sehat (Rp) kelangkaan (kolom 1 x kolom terjamin sehat (kolom 1 x (%) 2) (%) kolom 4) 2 4 30 000 59 1773399 65 1958128.079 33 000 45 1487438 52 1723152.709 36 000 37 1321182 48 1711330.049 39 000 30 1152709 38 1479310.345 42 000 25 1034483 31 1293103.448 45 000 23 1019704 23 1019704.433 48 000 18 886699.5 19 922167.4877 51 000 11 577832.5 13 678325.1232 54 000 5 292610.8 7 359113.3005 57 000 3 196551.7 4 252709.3596 60 000 2 118226.6 3 177339.9015 Total 258 9860837 303 11574384.24 Rata-rata WTP (Rp) 38 165 38 205 (Total WTP / Total konsumen) Selisih (Rp) (Rata-rata WTP terjamin 40 sehat β Rata-rata WTP kelangkaan) Sumber : Data Diolah 2016
Harga optimal daging ayam bagi pedagang y = - 0.0018x + 103.76 (masukan sebagai Q dalam persamaan TR, dan x pengganti P karena P berada pada sumbu x (lihat kurva permintaan pada bab hasil dan pembahasan). Harga optimal didapat jika turunan TR = 0. TR =Q.P TR = ( - 0.0018x + 103.76 ) . x TR = - 0.0018x2 + 103.76x ππ¦ ππ₯
2
=0
* - 0.0018x + 103.76 = 0 -0.0036x + 103.76 = 0 103.76 = 0.0036x 0.0036x = 103.76 103.76
x = 0.0036
x = 28 822 jadi, harga optimal yang didapat adalah Rp28 822 per kg.
49 Lampiran 3 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda (Kelangkaan)
50
51 Lampiran 4 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda (Kesehatan Produk Terjamin)
52
53
RIWAYAT HIDUP Penulis dengan nama lengkap Dita Meliana lahir di Bogor pada tanggal 26 Mei 1994 merupakan anak keempat dari (Alm.) AKP. PURN. Faustinus Dorani dan Sulastri. Penulis memulai pendidikan mulai dari Taman Kanak-Kanak (Tk) Kuncup Harapan Kota Bogor pada tahun 1999-2000. Sekolah Dasar (SD) di SDN Bantarjati V Kota Bogor pada tahun 2000. Pendidikan menengah pertama penulis selesaikan pada tahun 2009 di SMP Negeri 3 Kota Bogor. Pendidikan menengah atas dapat diselesaikan pada tahun 2012 di SMA Negeri 7 Kota Bogor dan pada tahun yang sama penulis langsung melanjutkan pendidikan di Program Sarjana Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Undangan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten dosen DasarDasar Komunikasi pada tahun ajaran 2014-2016. Penulis juga aktif dalam organisasi, yaitu pada tahun 2013, penulis menjadi On Job Training Direktorat Produksi Operasi Bisnis Centre Of Management (COM@), kemudian tahun 2014 menjadi staff Direktorat Produksi Operasi Bisnis Centre Of Management (COM@), dan tahun 2015 diamanahkan menjadi Direktur Direktorat Produksi Operasi Bisnis Centre Of Management (COM@). Penulis juga pernah menerima beasiswa BUMN Angkasa Pura II di tahun 2013-2014 dan beasiswa Genksi Sosial Fund (GSF) hingga lulus.