PERILAKU DAN POLA KONSUMSI RUSA TIMOR (Rusa timorensis de Blainville 1822) DI PENANGKARAN AKIBAT PEMBERIAN PAKAN OLEH PENGUNJUNG
DEWI AYU AMIATI
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perilaku Dan Pola Konsumsi Rusa Timor (Rusa timorensis de Blainville 1822) Di Penangkaran Akibat Pemberian Pakan Oleh Pengunjung adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2013 Dewi Ayu Amiati NIM E34090010
ABSTRAK DEWI AYU AMIATI. Perilaku Dan Pola Konsumsi Rusa Timor (Rusa timorensis de Blainville 1822) Di Penangkaran Akibat Pemberian Pakan Oleh Pengunjung. Dibimbing oleh BURHANUDDIN MASYUD dan R. GARSETIASIH. Rusa Timor (Rusa timorensis) merupakan rusa asli Indonesia yang kini populasinya banyak ditemukan di luar habitat aslinya (ex-situ). Rusa menjadi daya tarik pengunjung sebagai obyek wisata di penangkaran. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi pakan rusa yang diberikan pengunjung di penangkaran, serta mengidentifikasi ada tidaknya perubahan perilaku dan pola konsumsi pakan rusa timor akibat pemberian pakan oleh pengunjung. Jenis pakan yang diberikan pengunjung meliputi kangkung sebanyak 89%, wortel 8%, daun-daun 2%, dan rumput liar 1%. Pakan yang memiliki pengaruh besar guna memenuhi kebutuhan pokok rusa adalah kangkung dengan kandungan protein 8,93% dan wortel yang mengandung 19,99% protein. Hasil uji statistika dengan chi-kuadrat menunjukkan bahwa pemberian pakan oleh pengunjung tidak memberikan pengaruh nyata terhadap perilaku dan pola konsumsi rusa, namun secara nominal menunjukan adanya peningkatan dan penurunan presentasenya. Berdasarkan pengamatan, perilaku yang memberikan perubahan yaitu perilaku makan dan sosial yang semakin meningkat, perilaku istirahat, lokomosi, dan mamah-biak yang semakin menurun. Kata kunci : Perilaku, pola konsumsi, rusa timor.
ABSTRACT DEWI AYU AMIATI. Behavior and Consumption of Timor Deer-Rusa timorensisde Blainville 1822 Consequence Food Present by Visitor in Captive Breeding. Supervised by BURHANUDDIN MASYUD dan R. GARSETIASIH. Timor deer (Deer timorensis) which known as deer java is native fauna indonesia which much found in ex-situ. Deer be an attraction object of tourism in captivity. The purpose of this research is identify deer feed that given by visitors in captivity, and identity the whereabouts changes in the behavior patterns of consumption and feed timor deer cause the provision of feed by visitor. The identified feed given by visitors to deer are about 89% convolvulus, 8% carrots, 2% the leaves, 1% wild grasses. Feed which gave great influence in order to meet the basic needs of a deer is convolvulus containing 8,93% protein and carrots containing 19,99% protein. Result of statistic test by used chi-square indicates that no real influence on the behaviour and consumption patterns of deer in captivity, but nominally showed the increase and decrease of presentation. Based on observations, behaviour that increase are food and social, whice breaks, locomotion, and rumination behavior decreased. Keywords : Behavior, consumption, timor deer.
PERILAKU DAN POLA KONSUMSI RUSA TIMOR (Rusa timorensis de Blainville 1822) DI PENANGKARAN AKIBAT PEMBERIAN PAKAN OLEH PENGUNJUNG
DEWI AYU AMIATI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Perilaku Dan Pola Konsumsi Rusa Timor (Rusa timorensis de Blainville 1822) Di Penangkaran Akibat Pemberian Pakan Oleh Pengunjung Nama : Dewi Ayu Amiati NIM : E34090010
Disetujui oleh
Dr Ir Burhanuddin Masy'ud, MS Pembimbing I
Dr Ir R. Garsetiasih, MP Pembimbing II
~fDr If Sambas Basuni, MS ~etua
Tanggal Lulus:
Departemen
Judul Skripsi : Perilaku Dan Pola Konsumsi Rusa Timor (Rusa timorensis de Blainville 1822) Di Penangkaran Akibat Pemberian Pakan Oleh Pengunjung Nama : Dewi Ayu Amiati NIM : E34090010
Disetujui oleh
Dr Ir Burhanuddin Masy’ud, MS Pembimbing I
Dr Ir R. Garsetiasih, MP Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret-April 2013 ini ialah Rusa, dengan judul Perilaku dan Pola Konsumsi Rusa Timor (Rusa timorensis de Brainville 1822) Di Penangkaran Akibat Pemberian Pakan oleh Pengunjung. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Burhanuddin Masyud dan Ibu Dr Ir Raden Garsetiasih selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Mariana Takandjandji beserta staff dari Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam. Helmi Kurniawan yang senantiasa membantu dalam proses pembuatan skripsi. Reni Anggraeni dan Dyah Nurfitri Cipta Sari yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2013 Dewi Ayu Amiati
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
METODE
2
Bahan
2
Alat
2
Prosedur Analisis Data
2
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
5
Perilaku Rusa Akibat Pemberian Pakan Oleh Pengunjung
7
Pola Konsumsi Rusa Akibat Pemberian Pakan Oleh Pengunjung SIMPULAN DAN SARAN
17 20
Simpulan
20
Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
21
LAMPIRAN
24
DAFTAR TABEL 1 Data dan Informasi yang dikumpulkan 2 Peruntukan lahan HP Dramaga 3 Hasil perhitungan jumlah kandungan gizi dari jenis pakan yang diberikan kepada rusa di HP Dramaga 4 Rata-rata konsumsi pakan rusa per ekor per hari pada kondisi kontrol (tidak ada pengunjung) dan kondisi pengunjung rendah dan tinggi di HP Dramaga
3 6 19
19
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Presentase perilaku harian rusa timor di penangkaran Adaptasi rusa di penangkaran Presentase perilaku harian rusa timor di kandang peraga Pola aktivitas makan rusa timor di penangkaran Pola aktivitas makan rusa timor di kandang peraga Pola aktivitas istirahat rusa timor di penangkaran Pola aktivitas istirahat rusa timor di kandang peraga Pola aktivitas lokomosi rusa timor di penangkaran Pola aktivitas lokomosi rusa timor di kandang peraga Pola aktivitas sosial rusa timor di penangkaran Pola aktivitas sosial rusa timor di kandang peraga Pola aktivitas mamah-biak rusa timor di penangkaran Pola aktivitas mamah-biak rusa timor di kandang peraga
8 8 9 10 11 12 12 13 14 15 15 16 17
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5
Jumlah pemberian pakan oleh pengunjung Nilai Oi pada masing-masing perilaku dan kandang Nilai Ei pada masing-masing perilaku dan kandang Nilai Oi pada masing-masing perilaku dan kandang Nilai Ei pada masing-masing perilaku dan kandang
24 24 24 24 25
PENDAHULUAN Latar Belakang Rusa Timor (Rusa timorensis) merupakan salah satu jenis rusa asli Indonesia. Sebaran habitat alaminya adalah di Pulau Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara, namun saat ini penyebarannya lebih banyak ditemukan di luar habitat aslinya seperti di Papua dan Kepulauan Maluku (Takandjandji et al. 2011). Rusa timor merupakan jenis rusa yang paling banyak ditangkarkan yaitu 90% dari rusa yang ada di daerah tropik, dan sisanya adalah rusa sambar dan rusa totol (Semiadi dan Nugraha 2004). Rusa timor memiliki daya adaptasi yang tinggi, sehingga mampu hidup diberbagai daerah (Takandjandji et al. 2011). Rusa memiliki potensi untuk dimanfaatkan, baik secara langsung seperti daging, kulit, ranggah, dan tulang maupun secara tidak langsung seperti eko-wisata (Takandjandji et al. 2011). Pemanfaatan untuk ekowisata merupakan pengembangan yang mendukung upaya pelestarian terhadap lingkungan serta partisipasi masyarakat dalam pengelolaan yang konservatif, sehingga mampu memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat setempat. Penangkaran merupakan upaya perbanyakan yang dilakukan melalui pengembangbiakan dan pembesaran baik tanaman maupun satwa liar dengan tetap menjaga kemurnian jenisnya. Pemanfaatan hasil penangkaran satwa liar pada umumnya dapat dijadikan sebagai bahan pangan, produk kerajinan, sarana untuk rekreasi, maupun sarana pendidikan. Menurut Takandjandji (2009) penangkaran rusa timor di Hutan Penelitian (HP) Darmaga berdekatan dengan areal wisata alam sehingga pada akhirnya lokasi penangkaran rusa tidak hanya sebagai pusat pengembangan teknologi penangkaran rusa yang dapat menghasilkan bibit, memanfaatkan rusa, sarana pendidikan dan pelatihan, tetapi dapat pula menggabungkan beberapa fungsi dalam meningkatkan potensi eko-widya wisata. Pengembangan penangkaran menjadi obyek wisata akan meningkatkan jumlah pengunjung yang datang ke penangkaran untuk berwisata. Aktivitas yang biasanya dilakukan pengunjung dalam berwisata di areal HP Darmaga meliputi melihat rusa dan memberi makan rusa di penangkaran. Hal tersebut menjadi daya tarik wisata bagi pengunjung yang datang ke penangkaran rusa. Menurut Takandjandji et al. (2011), jumlah wisatawan yang sering berkunjung di penangkaran HP Dramaga sebanyak 20 orang per hari. Jumlah pengunjung akan meningkat pesat pada akhir pekan dan hari libur. Peningkatan pengunjung akan mengakibatkan tidak terkontrolnya aktivitas yang dilakukan oleh pengunjung, terutama pemberian pakan terhadap rusa di penangkaran, yang diduga berpengaruh terhadap perilaku rusa. Kegiatan pemberian pakan oleh pengunjung secara terus-menerus diduga dapat berpengaruh terhadap perilaku dan pola konsumsi pakan yang disediakan oleh pengelola. Pengulangan pemberian pakan yang dilakukan secara terus-menerus akan menimbulkan respon tertentu terhadap rusa yang pada akhirnya akan menjadi sebuah kebiasaan dari rusa. Hal tersebut merupakan sebuah proses belajar yang disebut generalisasi, yang dengan memberikan perlakuan yang sedikit berbeda dapat pula mengajarkan deskriminasi, yaitu tidak menimbulkan respon yang sama jika mendapat rangsangan yang berbeda
2 (Tomaszewska et al. 1991). Berdasarkan hal itu, timbul pertanyaan apakah pemberian pakan oleh pengunjung terhadap rusa di penangkaran sebagai obyek atraksi wisata berpengaruh terhadap perubahan perilaku dan pola konsumsi pakan. Untuk menjawab pertanyaan ini, maka penelitian ini dipandang penting untuk dilakukan.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi pakan rusa yang diberikan pengunjung di penangkaran. 2. Mengidentifikasi ada tidaknya perubahan perilaku dan pola konsumsi pakan rusa timor di penangkaran akibat pemberian pakan oleh pengunjung.
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan data dan informasi bagi pengelola mengenai perilaku dan pola konsumsi rusa akibat aktivitas pengunjung sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengelolaan rusa timor di penangkaran.
METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2013 di Penangkaran Rusa Hutan Penelitian Dramaga milik Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, Bogor.
Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kamera, kalkulator, timbangan dan alat tulis. Bahan yang digunakan sebagai obyek penelitian adalah rusa timor (Rusa timorensis).
Prosedur Analisis Data Data dan informasi yang dikumpulkan meliputi data tentang perilaku dan pola konsumsi rusa (Tabel 1). Definisi dari masing-masing peubah perilaku yang diamati (Tomaszewska et al. 1991) adalah : 1. Makan : meliputi pemilihan pakan, memasukan ke mulut, mengunyah, dan diikuti dengan menelan. 2. Lokomosi : bergerak atau berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain. 3. Istirahat : ditandai apabila dalam suatu periode indvidu rusa tidak aktif bergerak dan diam di posisi/tempatnya.
3 4. Sosial : perilaku yang menunjukan interaksi antar rusa dalam satu kelompok. 5. Mamah-biak : perilaku mengunyah makanan sebelum dicerna.
Tabel 1 Data dan Informasi yang dikumpulkan No Tujuan 1 Perilaku
2
Pola Konsumsi
Peubah Makan Istirahat Lokomosi Sosial Mamah-biak Jenis Frekuensi Jumlah
Data Frekuensi aktivitas Waktu aktivitas Lama aktivitas Distribusi penggunaan ruang gerak Jenis dan kandungan pakan Waktu pemberian pakan Jumlah pemberian pakan
Metode Obeservasi Wawancara Studi Pustaka
Obeservasi Wawancara Studi Pustaka
Metode Pengumpulan Data dan Informasi Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan langsung di lapangan serta wawancara. Selain itu data juga dikumpulkan melalui studi pustaka. Observasi Observasi adalah pengamatan langsung di lapangan (kandang penangkaran) untuk mendapatkan data yang akurat dan spesifik mengenai perilaku dan pola konsumsi rusa. Metode yang digunakan adalah focal animal sampling (Altmann 1974) yaitu pengamatan perilaku dilakukan khusus pada individu-individu khusus dan biasanya digunakan dalam studi satwa yang berkelompok. Metode pengambilan data pengamatan perilaku dengan mengamati rusa yang menjadi fokus pengamatan dengan menggunakan metode pencatatan sampling dengan One-zero sampling (Altmann 1974) yaitu pencatatan yang dilakukan dengan cara memberi nilai terhadap perilaku yang dilakukan (satu) atau tidak dilakukan (nol) yang terjadi pada interval waktu dalam suatu sesi pengamatan perilaku rusa. Pengamatan dilakukan terhadap individu rusa yang berada dalam kandang yang dijadikan obyek atraksi wisata (kandang peraga) dan rusa yang tidak dijadikan obyek atraksi wisata (kandang kontrol). Pengamatan dilakukan terhadap 4 ekor rusa remaja (2 ekor di kandang peragadan 2 ekor di kandang kontrol). Pengamatan terhadap rusa meliputi jenis perilaku, waktu, frekuensi, dan lama aktivitas rusa serta distribusi terhadap penggunaan ruang gerak. Data pola konsumsi rusa yang diamati meliputi jenis dan kandungan gizi pakan, waktu, dan jumlah pemberian pakan. Pengamatan dilakukan setiap 2 jam selama 12 jam mulai dari pukul 06.00-18.00 WIB. Pengamatan dilakukan selama 4 minggu (1 minggu di kandang kontrol, 3 minggu di kandang peraga). Wawancara Wawancara dilakukan terhadap responden secara langsung dengan melakukan tanya jawab kepada pihak pengelola dan pengunjung. Wawancara
4 dengan pengelola untuk mendapatkan data terhadap pakan yang diberikan meliputi jenis, jumlah, dan waktu pemberian pakan. Adapun wawancara dengan pengunjung dilakukan secara mendalam pada pengunjung yang datang ke penangkaran rusa tentang pakan yang diberikan (jenis, jumlah, waktu pemberian pakan). Tingkat intensitas pengunjung dibagi menjadi dua kategori, yakni tinggi dan rendah. Pengunjung dengan intensitas tinggi terjadi pada hari libur, dengan jumlah pengunjung 341-617 orang. Sedangkan pengunjung dengan intensitas rendah terjadi pada hari tidak libur, dengan jumlah pengunjung 63–340 orang. Studi Pustaka Studi pustaka dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian yang tidak didapat dari observasi lapangan ataupun wawancara seperti kandungan gizi pakan. Selain itu juga pustaka yang dibutuhkan dalam pembahasan. Data-data diambil dari berbagai sumber seperti dokumen, laporan, buku, jurnal, dan media elektronik.
Analisis Data Data dan informasi hasil pengamatan rusa di dalam kandang dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan perilaku yang meliputi makan, istirahat, lokomosi, sosial, dan mamah-biak, serta menggambarkan pola konsumsi rusa. Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui persentase perilaku dan jumlah konsumsi pakan rusa, yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Perilaku Rusa Analisis untuk perilaku rusa menurut Martin dan Bateson (1988) dapat dihitung dengan rumus : Presentase waktu seluruh perilaku (%) = Keterangan: A = waktu yang digunakan untuk suatu perilaku dalam satu hari pengamatan B = Jumlah waktu dalam satu hari (720 menit) Jumlah Konsumsi Jumlah pakan yang dikonsumsi menurut Kartasudjana dan Suprijatna (2006) dapat dihitung dengan rumus : JK = B – b Keterangan: JK : Jumlah konsumsi pakan rusa (g) B : Berat pakan yang diberikan (g) b : Berat pakan sisa (g) Pengujian Hipotesis Pengujian terhadap hubungan antara parameter yang diukur dan diamati menggunakan hipotesis sebagai berikut: H0 = Tidak terdapat perubahan perilaku/pola konsumsi rusa akibat pemberian pakan oleh pengunjung.
5 H1
= Terdapat perubahan perilaku/pola konsumsi rusa akibat pemberian pakan oleh pengunjung. Hipotesis tersebut kemudian diuji menggunakan uji X2 atau chi-kuadrat (Walpole 1993), melalui rumus: ∑
(
)
Keterangan: Oi = nilai pengamatan perilaku/pola konsumsi rusa Ei = nilai harapan perilaku/pola konsumsi rusa Untuk mengetahui nilai harapan perilaku dengan pola konsumsi rusa, dapat dicari dengan menggunakan rumus:
Pengambilan keputusan atau hipotesis yang diuji dengan uji chi-kuadrat dilakukan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut: Jika X2hitung > dari X2tabel, maka tolak H0 Jika X2hitung ≤ dari X2tabel, maka tolak H1 Untuk mengetahui nilai pada X2 tabel, maka digunakan rumus: (
)
Dengan b = baris, k = kolom, menggunakan selang kepercayaan yang dipakai adalah 99 %
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Letak dan Luas Hutan Penelitian (HP) Dramaga terletak di Desa Setu Gede dan Desa Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat. HP Dramaga dibangun pada tahun 1956 seluas 57.75 ha. Secara geografis lokasi HP Dramaga terletak pada 6033’8’’-6033’35’’ LS dan 106044’50’’-1060105’19’’ BT. Peruntukan lahan di HP Dramaga tersaji dalam tabel 2.
6 Tabel 2 Peruntukan lahan HP Dramaga No. 1 2 3 4 5 6 7
Peruntukan Lahan Hutan Tanaman Areal Penyangga CIFOR Areal Wisata Alam Areal Pusat Pengelolaan Fasilitas Umum Areal Makam Jumlah
Luas (ha) 24.00 11.90 10.00 4.25 3.00 2.50 2.10 57.75
Keterangan 127 jenis pohon Tanaman Obat Kantor Tepi danau Kantor, Lapangan Perumahan Dinas Dekat Pemukiman
Sumber : Takandjandji (2009).
Kondisi Fisik HP Dramaga memiliki topografi datar sampai agak bergelombang dengan kelerengan 0-6 %. Tanah di areal HP Dramaga termasuk latosol coklat kemerahan. Tekstur tanahnya terdiri dari liat sampai berdebu halus, struktur gumpal sampai remah dan gembur. Batas lapisan umumnya baur, drainase sedang sampai baik dan air tanahnya dalam sekitar 8-12 m (Parisy et al. 1999). Kondisi iklim HP Dramaga menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson termasuk ke dalam tipe A dengan rata-rata curah hujan tahunan sebesar 3.940 mm dan tidak memiliki bulan kering. Berdasarkan data Stasiun Klimatologi Kelas I Dramaga tahun 2005-2007, suhu rata-rata tertinggi pada bulan Oktober (26,23oC) dan terendah pada bulan Februari (25,33oC). Kelembaban tertinggi pada bulan Februari (89,33%) dan terendah pada bulan September (77%). Curah hujan tertinggi pada bulan Februari (364 mm) dan terendah pada bulan Agustus (71,5 mm) sedangkan curah hujan rata-rata tahunan sebesar 2383,5 mm (Parisy et al. 1999). Sarana dan prasarana yang dimiliki HP Dramaga meliputi perkantoran, bangunan yang mencakup kandang, pagar, gudang peralatan, perumahan karyawan dan areal pengembangan pakan, tempat rekreasi, serta penangkaran satwa rusa timor dan trenggiling Kondisi Biologi Flora yang terdapat di HP Dramaga adalah hasil introduksi 130 jenis tanaman berdaun jarum (Gymnospermae) dan jenis daun lebar (Angiospermae) yang mencakup 88 marga dan 33 famili. Jenis tanaman asing dari Gymnospermae terdiri dari tiga jenis dari marga pinus, sedangkan dari jenis tanaman Angiospermae terdiri dari 39 jenis (34 marga, 18 famili) khususnya marga khaya dan terminalia. Jenis pohon introduksi tersebut berasal dari negara beriklim tropis dan sub tropis. Jenis tanaman asli Indonesia terdiri dari marga Agathis, Pinus, Podocarpus, Shorea, Eugenia, Dipterocarpus dan Hopea. Jenis tanaman bawah yang terdapat di bawah tegakan pohon pada HP Dramaga, terdiri dari jukut kakawatan (Cynodon dactylon), paku kawat (Lycopodium cernuum), kirinyuh (Eupatorium pallescens), paku areuy (Gleichenia linearis) dan harendong (Melastoma polyanthum). Jenis tanaman unggulan HP Dramaga diantaranya Hopea mengarawan, Khaya anthotheca, Shorea stenoptera dan Shorea pinanga (Parisy et al. 1999).
7 Fauna yang dapat ditemukan di HP Dramaga meliputi Burung, Mamalia, dan Reptil. Menurut Takandjandji (2009) terdapat burung sebanyak 31 jenis, mamalia sebanyak 14 jenis, dan reptil sebanyak 12 jenis.Menurut Solihati (2007), terdapat burung 29 jenis terdiri dari 21 suku, dua jenis diantaranya merupakan burung endemik Pulau Jawa yakni Spizaetus bartelsi dan Stachyris grammiceps. Jenis yang paling sering dijumpai adalah Lonchura leucogastroides, Sterptopelia chinensis dan Prinia familiaris. ular tanah (Agkistrodon rhodostoma), tupai atau bajing (Lariscus sp), dan musang (Paradosurus hermaphroditus). Kondisi Penangkaran Penangkaran rusa merupakan salah satu kegiatan diwabah pengelolaan Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam. Penangkaran yang diberi nama Pusat Pengembangan Teknologi Penangkaran Rusa Timor (Rusa timorensis). Lokasi penangkaran berapa di dalam kawasan HP Dramaga. Penangkaran rusa ini dibagun pada tahun 2008, yang diresmikan pada tanggal 15 Mei 2008 oleh Menteri Kehutanan H. MS Kaban. Luas area penangkaran yang direncanakan sekitar 12% dari luas Hutan Penelitian Dramaga, namun yang terealisasikan sekitar 7% dari Jumlah perencanaan awal yaitu 7 ha. Sarana dan prasarana yang tersedia meliputi kantor informasi, gudang, pos jaga, kandang (individu, pedok, exercise), dan gudang pakan. Populasi rusa yang ada di penangkaran hingga kini terus bertambah dari kelahiran. Jumlah polulasi hingga bulan Mei 2013 tercatat 41 individu rusa.
Perilaku Harian Rusa Akibat Adanya Pemberian Pakan oleh Pengunjung Hasil pengamatan menunjukan perilaku harian rusa yaitu 25,58% makan, 18,60% istirahat, 25,58% lokomosi, 17,44% sosial, dan 12,79% mamah-biak (Gambar 1). Di alam menurut Clutton-Brock et al. (1982) yang diacu dalam Wirdateti et al. (1997) pada rusa merah kegiatan hariannya 56% merumput, 22% memamah-biak, 12% tidur, 5% berdiri, dan 3% berjalan-jalan. Menurut Masy’ud et al. (2007) aktivitas harian dari rusa timor di kawasan padang perumputan Tanjung Sari Taman Nasional Bali Barat pada setiap periode aktivitas pagi, siang dan sore hari. Sebagian besar alokasi waktu digunakan untuk aktivitas ingesti atau makan-minum (52,05%) sebagai aktivitas utama untuk memenuhi kebutuhan hidup (energi), diikuti istirahat (30,61%), bergerak (6,12%), investigative (6,12%) dan grooming (5,10%). Terlihat adanya perbedaan dengan hasil pengamatan di penangkaran HP Dramaga (Gambar1), terutama dalam hal merumput. Hal ini karena pakan hijauan di penangkaran telah disediakan, sementara di alam dapat mencari pakan sepuasnya karena persedian hijauan yang cukup banyak. Menurut Wirdateti et al. (1997) kegiatan rusa sehari-hari di alam dan di penangkaran mempunyai proporsi yang berbeda-beda tergantung kondisi lingkungan dan jenis rusa. Hasil uji Chi-Square (X2) menunjukan tidak ada perbedaan yang nyata 2 (X hitung yaitu 3,8104 lebih kecil dari X2 tabel yaitu 13,277). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pakan oleh pengunjung tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap perilaku rusa di penangkaran.
Persentase Perilaku %
8 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00
25,58
26,94
25,58
25,07 19,66 17,44
18,60 15,63
Makan
Istirahat Kandang Kontrol
12,79
Lokomosi
Sosial
12,69
Mamah-biak
Kandang Peraga
Gambar 1 Presentase perilaku harian rusa timor di penangkaran. Peningkatan dan penurunan presentase perilaku rusa timor diduga disebabkan oleh adanya pengunjung yang datang ke penangkaran. Pengunjung biasanya membawa dan memberikan makanan ke rusa, sehingga mengakibatkan rusa bergerak mendekati pengunjung. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa dengan adanya rangsangan kehadiran pengunjung dan pemberian pakan oleh pengunjung secara berulang mengakibatkan rusa terbiasa dan selalu memberi respon setiap ada kehadiran pengunjung. Gambaran kondisi perilaku rusa ini sebagaimana dijelaskan dalam teori Paplovian tentang pengkondisian klasik (classical conditioning) (Dugatkin 1962) bahwa pembentukan dari satu kesatuan antara stimulus terkondisikan (CS) dengan stimulus yang tidak terkondisikan (US) dengan respon (CR), sebagai bentuk adaptasi rusa seperti digambarkan pada skema gambar 2.
Pengunjung Stimulus netral
Rusa tidak mendekat Unconditioned deer Steps in conditionin
Step 1 Step 2 Step 3
Pakan (US) Pakan + Pengunjung
Rusa mendekat (UR) Rusa mendekat
Pengunjung (CS)
Rusa mendekat (CR)
Gambar 2 Adaptasi rusa di penangkaran.
Pengunjung yang datang akan menarik perhatian rusa dan mendekatinya, terutama jika membawa makanan. Rusa selalu mendekati pengunjung yang berada dipinggir-pinggir kandang meskipun tidak membawa makanan. Hal ini merupakan bentuk adaptasi dari rusa yang terbangun melalui proses belajar dari pengalaman yaitu ketika pengunjung datang, rusa akan mendapatkan pakan. Proses belajar dan motivasi merupakan faktor penentu perubahan suatu perilaku satwa (Rinaldi 2012).
9
Presentase Perilaku %
Satwa memberikan reaksi berupa perubahan perilaku maupun sikap untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Adaptasi menjadi salah satu strategi satwa untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya agar dapat bertahan hidup. Rusa yang ada di penangkaran berbeda dengan rusa di alam, rusa di penangkaran sudah beradaptasi dengan lingkungan kandang dan ruang yang serba terbatas. Hal ini mempengaruhi aktivitas rusa, apalagi dengan adanya keberadaan pengunjung di penangkaran.
30,00 25,00
28,35 25,54
25,54 24,61 15,69 15,58
20,00 15,00
20,31 19,00 12,92 12,46
10,00 5,00 0,00 Makan
Istirahat Lokomosi Sosial Pengunjung Rendah Pengunjung Tinggi
Mamah-biak
Gambar 3 Presentase perilaku harian rusa timor di kandang peraga.
Banyak sedikitnya pengunjung yang datang ke penangkaran, akan mempengaruhi perilaku harian rusa (Gambar 3). Semakin banyak pengunjung, semakin besar perubahan perilaku yang terjadi pada rusa. Perubahan perilaku terhadap rusa di penangkaran akan memberikan dampak positif maupun negatif. Dampak positifnya adalah, bahwa penangkaran merupakan sarana pendidikan bagi manusia, sehingga adanya satwa peraga sangat penting dilakukan di penangkaran. Dampak negatifnya adalah, bahwa secara konservasi untuk tujuan pelepasliaran, adanya perubahan perilaku satwa sangat tidak diperbolehkan, sehingga adanya interaksi pengunjung harus dikurangi. Perilaku Makan Hasil pengamatan rata-rata aktivitas makan rusa sebesar 25,58% (Gambar 1), dengan lama waktumakan 184,18 menit/12 jam. Ismail (2001) yang melaporkan bahwa lama waktu makan (merumput) rusa di Cariu 192,67±59,88 menit/12 jam. Wirdateti et al. (2005) melaporkan lamanya waktu rusa timor merumput dalam satu kali periode selama 25-190 menit. Hal ini menunjukan bahwa lamanya waktu yang dibutuhkan rusa untuk memakan rumput tidak jauh berbeda meskipun berada ditempat yang berbeda. Perbedaan lama makan rusa disebabkan oleh adanya perbedaan bobot badan dan jenis pakan yang diberikan (Afzalani et al. 2008). Menurut Masy’ud et al. (2007) rusa timor di alam melakukan aktivitas makan hingga 1020 menit. Hal ini diakibatkan oleh melimpahnya pakan yang ada di alam, sehingga rusa cenderung makan terus sebelum merasa kenyang. Aktivitas makan rusa dilakukan secara mengelompok ditempat makan yang telah disediakan. Perilaku yang dilakukan rusa sebelum makan yaitu lokomosi disekitar tempat makan, setelah pakan datang rusa akan tetap diposisi makan,
10
120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% 06.00 06.30 07.00 07.30 08.00 08.30 09.00 09.30 10.00 10.30 11.00 11.30 12.00 12.30 13.00 13.30 14.00 14.30 15.00 15.30 16.00 16.30 17.00 17.30
Persentase Perilaku (%)
dengan sesekali berpindah tempat untuk mendapatkan posisi makan yang nyaman. Perilaku makan diawali dengan mendekati tempat makan, lalu memilih-milih pakan dengan menciumi pakannya, setelah itu mengambil pakan dengan mulutnya. Pakan yang biasa dipilih pertama adalah jenis pakan yang paling disukainya yaitu rumput gajah. Setelah merasa cukup kenyang, rusa akan berjalan-jalan dan kemudian kembali ke tempat pakan untuk mengulangi hal serupa.
Kandang Peraga
Kandang Kontrol
Gambar 4 Pola aktivitas makan rusa timor di penangkaran. Rata-rata aktivitas makan rusa ketika ada pengunjung sebesar 26,94% (Gambar 1), lebih tinggi dibandingkan rusa di kandang kontrol. Dengan adanya pengunjung, makan rusa menjadi bertambah, karena adanya pemberian pakan oleh pengunjung (Gambar 4). Rusa di kandang peraga lamanya waktu makan bertambah menjadi 193,97 menit/12 jam. Dari model interaksi antara rusamanusia ditunjukkan adanya fungsi manusia, yakni sebagai penyedia pakan non alami yang diduga menjadi penyebab terjadinya perubahan perilaku makan rusa (Maulani 2009). Perilaku makan rusa ketika ada pengunjung menjadi berubah yaitu ketika rusa sedang makan dan kemudian ada pengunjung, maka rusa akan cenderung mendekati pengunjung meskipun rusa sedang makan. Pengunjung menjadi sumber pakan bagi rusa, karena biasanya pengunjung membawa dan memberi pakan rusa. Rusa berjalan mendekati pengunjung yang berada di pinggir-pinggir kandang untuk mendapatkan pakan dari pengunjung. Rusa-rusa tersebut kemudian akan berebut pakan dengan rusa lain. Rusa dewasa cenderung lebih dominan diantara rusa-rusa lain. Rusa remaja sering kali tersingkir dari rusa dewasa, sehingga mengakibatkan rusa berpindah tempat untuk mendekati pengunjung lain, atau kembali ke tempat makan untuk mengulangi hal serupa. Pola aktivitas makan rusa berbeda ketika adanya pengunjung, yaitu semakin banyak pengunjung, maka semakin tinggi aktivitas makan rusa (Gambar 5). Hal ini terlihat ketika kunjungan rendah aktivitas makan rusa hanya 25,54%, sedangkan ketika kunjungan tinggi menjadi 28,35% (Gambar 3). Pengunjung saat kunjungan tinggi bisa mencapai 600 orang dalam sehari. Pengunjung yang datang umumnya adalah anak-anak 49%, anak senang dengan hal-hal yang baru yang tidak biasa dilakukan. Memberi makan rusa merupakan hal yang baru dan
11
120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% 06.00 06.30 07.00 07.30 08.00 08.30 09.00 09.30 10.00 10.30 11.00 11.30 12.00 12.30 13.00 13.30 14.00 14.30 15.00 15.30 16.00 16.30 17.00 17.30
Persentase Perilaku (%)
menarik untuk anak, sehingga kecenderungan untuk memberi makan akan terus terjadi.
Pengunjung Rendah
Pengunjung Tinggi
Gambar 5 Pola aktivitas makan rusa timor di kandang peraga. Aktivitas makan tertinggi ditunjukkan pada saat pakan tersedia, yaitu ketika pagi (pukul 08.00-10.00) dan sore hari (pukul 16.00-18.00). Tingginya aktivitas makan ini berhubungan erat dengan waktu pemberian pakan yang diberikan pada pagi hari. Menurut Lelono (2004) pola perilaku makan harian rusa timor terdiri dari empat periode puncak, yaitu: dini (01.00-03.00), pagi (06.00-08.00), siang (11.00-14.00) dan malam (17.00-20.00). Rutinitas harian pada sebagian hewan herbivora menurut Arnold (1981) ditentukan oleh tipe diurnal dari grazing, waktu untuk memamah biak, periode istirahat dan minum yang disesuaikan dengan interval ketika hewan tidak merumput. Sebagian besar periode merumput dimulai pada pagi hari sampai tengah hari, kemudian berakhir pada saat matahari mulai terbenam. Alokasi waktu untuk merumput selama periode waktu 24 jam akan dipengaruhi oleh kebutuhan pakan, jumlah, dan distribusi vegetasi pakan, dan kecepatan makan hewan. Perilaku Istirahat Hasil pengamatan rata-rata aktivitasi stirahat rusa sebesar 18,60% (Gambar 1), dengan lama waktuistirahat selama 133,92 menit/12 jam, sambil melakukan aktivitas mamah-biaknya. Rusa timor di alam menghabiskan waktu untuk istirahat selama 600 menit (Masy’ud et al. 2007). Perbedaan lama istirahat rusa tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan tempat hidupnya. Di alam rusa beristirahat di bawah pohon yang digunakan sekaligus sebagai peneduh dari panas dan hujan (Mukhtar et al. 2011). Di penangkaran rusa beristirahat ditempat yang disediakan oleh pengelola. Seringkali tidak tersedia pohon peneduh, sehingga ketika istirahat rusa harus berpindah mencari tempat teduh yang terhindar dari panas. Hal ini mengakibatkan istirahat rusa menjadi terganggu, dan waktu istirahatnya menjadi lebih sedikit. Aktivitas istirahat rusa dilakukan secara mengelompok. Perilaku istirahat rusa diawali dengan mencari tempat teduh kemudian berbaring, diam, dan tidur. Pada saat tidur, rusa akan menjulurkan kepalanya,diam, dan sesekali mengibaskan telinga untuk mengusir lalat. Apabila ada gangguan dari rusa lain karena berebut
12
120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% 06.00 06.30 07.00 07.30 08.00 08.30 09.00 09.30 10.00 10.30 11.00 11.30 12.00 12.30 13.00 13.30 14.00 14.30 15.00 15.30 16.00 16.30 17.00 17.30
Persentase Perilaku (%)
tempat, maka rusa akan berdiri dan berpindah tempat kemudian akan kembali berbaring.
Kandang Peraga
Kandang Kontrol
Gambar 6 Pola aktivitas istirahat rusa timor di penangkaran.
120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% 06.00 06.30 07.00 07.30 08.00 08.30 09.00 09.30 10.00 10.30 11.00 11.30 12.00 12.30 13.00 13.30 14.00 14.30 15.00 15.30 16.00 16.30 17.00 17.30
Persentase Perilaku (%)
Rata-rata aktivitas istirahat rusa ketika ada pengunjung sebesar 15,63% (Gambar 1), lebih rendah dibandingkan rusa di kandang kontrol. Dengan adanya pengunjung, istirahat rusa menjadi berkurang, karena adanya gangguan dari pengunjung (Gambar 6). Rusa di kandang peraga lamanya waktu istirahat berkurang menjadi 112,54 menit/12 jam. Rusa telah beradaptasi dengan adanya pengunjung, yaitu rusa akan selalu mendekat jika ada pengunjung. Hal ini mengakibatkan, ketika rusa istirahat juga akan mendekat ke pengunjung, sehingga mengakibatkan istirahat rusa menjadi terganggu dan berkurang. Perilaku istirahat rusa ketika ada pengunjung menjadi berubah yaitu ketika rusa sedang istirahat dan kemudian ada pengunjung, maka rusa akan cenderung mendekati pengunjung meskipun rusa sedang istirahat. Rusa akan berdiri, berjalan mendekati pengunjung yang berada di pinggir-pinggir kandang, setelah pengunjung pergi rusa akan kembali berbaring.
Pengunjung Rendah
Pengunjung Tinggi
Gambar 7 Pola aktivitas istirahat rusa timor di kandang peraga. Pola aktivitas istirahat rusa berbeda ketika adanya pengunjung, yaitu semakin banyak pengunjung, maka semakin berkurang istirahat rusa (Gambar 7).
13 Hal ini terlihat ketika kunjungan rendah aktivitas istirahat rusa mencapai 15,69%, sedangkan ketika kunjungan tinggi hanya15,58% (Gambar 3). Aktivitas istirahat rusa tertinggi terjadi pada siang hari yaitu sekitar pukul 12.00-14.00 WIB. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wirdateti et al. (1997), rataan kegiatan istirahat lebih tinggi di siang hari yaitu setelah makan yaitu sekitar pukul 13.00-16.30 WIB. Menurut Lelono (2004), aktivitas istirahat dilakukan pada pagi dan sore hari setelah aktivitas makan.
120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% 06.00 06.30 07.00 07.30 08.00 08.30 09.00 09.30 10.00 10.30 11.00 11.30 12.00 12.30 13.00 13.30 14.00 14.30 15.00 15.30 16.00 16.30 17.00 17.30
Persentase Perilaku (%)
Perilaku Lokomosi Hasil pengamatan rata-rata aktivitas lokomosi rusa sebesar 25,58% (Gambar 1), dengan lama waktu lokomosi 184,18 menit/12 jam. Rusa timor di alam menghabiskan waktu untuk lokomosi selama 120 menit (Masy’ud et al. 2007). Adanya perbedaan disebabkan oleh perbedaan tempat hidupnya. Pada umumnya aktivitas harian rusa tertinggi dilakukan untuk makan. Di alam pakan cenderung melimpah, sehingga rusa tidak banyak melakukan lokomosi untuk mendapatkan makanan. Perilaku lokomosi ditunjukan dengan berjalan, berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Aktivitas lokomosi rusa dilakukan diantara aktivitas lain, yaitu ketika makan dan berperilaku sosial yaitu bergerak dari satu posisi ke posisi lain untuk mendapatkan posisi makan yang nyaman diantara rusa lain, ketika istirahat dan mamah-biak yaitu saat diganggu oleh rusa lain, maka rusa akan bergerak pindah tempat untuk beristirahat dan mamah-biak. Aktivitas lokomosi rusa dengan adanya pengunjung yaitu rusa akan berjalan mendekati pengunjung yang berada di pinggir-pinggir kandang, kemudian akan tetap pada posisi dekat pengunjung untuk memakan pakan dari pengunjung. Hal ini mengakibatkan aktivitas makan, istirahat, sosial, dan mamah-biak rusa menjadi berubah.
Kandang Peraga
Kandang Kontrol
Gambar 8 Pola aktivitas lokomosi rusa timor di penangkaran. Rata-rata aktivitas lokomosi ketika ada pengunjung sebesar 25,07% (Gambar 1), lebih rendah dibandingkan rusa di kandang kontrol. Rusa di kandang peraga lamanya waktu lokomosi berkurang menjadi 180,50 menit/12 jam. Adanya pengunjung mengakibatkan rusa akan mendekati pengunjung, sehingga aktivitas lokomosi rusa menjadi lebih sedikit.
120% 100% 80% 60% 40% 20% 0%
06.00 06.30 07.00 07.30 08.00 08.30 09.00 09.30 10.00 10.30 11.00 11.30 12.00 12.30 13.00 13.30 14.00 14.30 15.00 15.30 16.00 16.30 17.00 17.30
Persentase perilaku (%)
14
Pengunjung Rendah
Pengunjung Tinggi
Gambar 9 Pola aktivitas lokomosi rusa timor di kandang peraga. Pola ativitas lokomosi rusa berbeda ketika adanya pengunjung, yaitu semakin banyak pengunjung, mengakibatkan aktivitas lokomosi rusa menjadi berkurang ketika banyak pengunjung yang datang membawa pakan (Gambar 9). Hal ini terlihat ketika kunjungan rendah aktivitas lokomosi rusa mencapai 25,54%, sedangkan ketika kunjungan tinggi hanya 24,61% (Gambar 3). Rusa sangat peka dengan keadaan lingkungan sekitarnya, bila terdengar sedikit suara, rusa akan mengangkat kepala tanpa bersuara dengan pandangan penuh curiga kearah datangnya suara, kemudian rusa-rusa akan berkumpul hingga mereka merasa aman (Wirdateti et al. 1997). Namun sifat alami tersebut sudah hilang, terbukti dengan adanya pengunjung, rusa justru mendekat ke sumber suara. Hal ini akibat faktor lingkungan, rusa di penangkaran sudah beradaptasi dengan lingkungan yang banyak pengunjung, karena pada dasarnya daya adaptasi rusa sangat tinggi (Takandjandji et al. 2011). Aktivitas lokomosi tertinggi terjadi pada pagi hari yaitu sekitar pukul 06.00-08.00 WIB (Gambar 8), yaitu ketika sebelum pakan datang rusa biasanya akan berjalan-jalan dan pindah tempat sambil berteriak sampai pakan datang. Hal ini berbeda dengan pernyataan Wirdateti et al. (1997), rataan kegiatan berjalan lebih tinggi di siang hari. Perbedaan tersebut diduga akibat perbedaan lingkungan setempat. Perilaku Sosial Hasil pengamatan rata-rata aktivitas sosial rusa yaitu 17,44% (Gambar 1), dengan lama waktu melakukan perilaku sosial yaitu 125,57 menit/12 jam. Di alam bebas satu kelompok rusa dapat mencapai ratusan ekor (Hoogerwerf 1970 yang diacu dalam Wirdateti et al. 1997). Menurut Wirdateti et al. (1997) pada waktu makan, rusa sering membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 ekor. Pada lokasi penelitian, rusa berada dalam kandang yang sudah dikelompokan yang terdiri dari 4-6 ekor, sehingga ketika makan semua rusa akan berkumpul pada satu tempat. Perilaku sosial ditunjukan ketika makan, berkelahi, berkejaran, naik ke punggung rusa lain, ketika istirahat, ketika berteduh. Menurut Wirdateti et al. (1997), ketika makan rusa biasanya akan diselingi dengan bermain antar rusa, dalam keadaan lapar menjelang makan, rusa jarang diam, selalu berjalan-jalan disekitar lokasi penangkaran sambil berteriak, yang diikuti oleh rusa-rusa lainnya
15
100% 80% 60% 40% 20% 0% 06.00 06.30 07.00 07.30 08.00 08.30 09.00 09.30 10.00 10.30 11.00 11.30 12.00 12.30 13.00 13.30 14.00 14.30 15.00 15.30 16.00 16.30 17.00 17.30
Persentase Perilaku (%)
yang saling bersahutan, kemudian untuk beberapa saat diam dan berteriak lagi sampai pakan datang. Rata-rata aktivitas sosial rusa ketika ada pengunjung yaitu 19,66% (Gambar 1), lebih tinggi dibandingkan rusa di kandang kontrol. Dengan adanya pengunjung, mengakibatkan aktivitas sosial rusa meningkat. Hal ini karena adanya pengunjung, akan memberikan banyak peluang rusa untuk mendapatkan makanan sehingga interaksi antar rusa menjadi semakin bertambah karena ada persaingan dalam merebutkan makanan. Rusa di kandang peraga lamanya waktu sosial bertambah menjadi 141,55 menit/12 jam.
Kandang Peraga
Kandang Kontrol
Gambar 10 Pola aktivitas sosial rusa timor di penangkaran.
120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% 06.00 06.30 07.00 07.30 08.00 08.30 09.00 09.30 10.00 10.30 11.00 11.30 12.00 12.30 13.00 13.30 14.00 14.30 15.00 15.30 16.00 16.30 17.00 17.30
Persentase Perilaku (%)
Rusa di penangkaran telah beradaptasi dengan adanya pengunjung, yaitu mendekat jika ada pengunjung. Hal ini mengakibatkan, ketika rusa bergerak mendekati pengunjung yang berada di pinggir-pinggir kandang, mengakibatkan perilaku sosial rusa menjadi meningkat akibat adanya persaingan dalam memperoleh makanan dengan rusa lain.
Pengunjung Rendah
Pengunjung Tinggi
Gambar 11 Pola aktivitas sosial rusa timor di kandang peraga. Pola aktivitas sosial rusa berbeda ketika adanya pengunjung, yaitu semakin banyak pengunjung, aktivitas sosial rusa semakin berkurang (Gambar 11). Hal ini
16 terlihat ketika kunjungan rendah aktivitas sosial rusa mencapai 20,31%, sedangkan ketika kunjungan tinggi hanya 19,00 (Gambar 3). Peningkatan lama waktu rusa melakukan aktivitas sosial di kandang peraga berbanding terbalik dengan adanya pengunjung. Hal ini karena, adanya persaingan antar rusa, rusa dewasa cenderung lebih dominan dalam perebutan makanan, sehingga rusa remaja akan memilih mendekati pengunjung lain yang memiliki peluang besar untuk mendapatkan makanan. Aktivitas sosial tertinggi terjadi sore hari menjelang malam yaitu pukul 16.00-18.00 WIB (Gambar 10). Hal ini terjadi ketika pakan sudah mulai habis, dan rusa mulai istirahat sambil mamah-biak. Selain itu juga terkait kondisi lingkungan ketika pengamatan cuaca disore hari seringkali hujan, sehingga mengharuskan rusa-rusa berteduh. Kondisi di penangkaran cenderung memiliki keterbatasan ruang, sehingga ketika hujan rusa cenderung berkumpul dalam satu tempat yang terbatas, yang menyebabkan timbul adanya kontak antar rusa dalam perebutan ruang berteduh.
100% 80% 60% 40% 20% 0% 06.00 06.30 07.00 07.30 08.00 08.30 09.00 09.30 10.00 10.30 11.00 11.30 12.00 12.30 13.00 13.30 14.00 14.30 15.00 15.30 16.00 16.30 17.00 17.30
Persentase perilaku (%)
Perilaku Mamah-biak Hasil pengamatan rata-rata aktivitas mamah-biak rusa sebesar 12,79% (Gambar 1), dengan lama wakturusa melakukan mamah-biak selama 92,09 menit/12 jam. Dalam sehari rusa paling sedikit menghabiskan waktunya untuk memamah-biak. Hasil penelitian Fajri (2000), pada rusa totol menunjukkan bahwa aktivitas mamah-biak 145,30 menit/12 jam. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh adanya perbedaan pada tempat hidup, kualitas hijauan, dan konsumsi pakan, yaitu karena berupa perumputan (halaman Istana Bogor) sehingga pakan melimpah, sedangkan lokasi penelitian, rusa berada di kandang. Aktivitas mamah-biak dilakukan setelah rusa merasa kenyang. Aktivitas mamah-biak diawali dengan mencari tempat teduh, kemudian rusa akan berbaring, dan memulai aktivitas mamah-biaknya. Perilaku mamah-biak rusa ditunjukan dengan mengunyah makanan dimulut, kemudian masuk ke dalam perut, lalu dikeluarkan untuk dikunyah lagi di mulut, dan seterusnya. Dalam satu periode memamah rusa rata-rata dalam satu menit terjadi 36-60 kunyahan. Hal ini tidak jauh berbeda dengan pernyataan Wirdateti et al. (1997), bahwa dalam satu periode memamah rusa rata-rata dalam satu menit terjadi 40-50 kunyahan.
Kandang Peraga
Kandang Kontrol
Gambar 12 Pola aktivitas mamah-biak rusa timor di penangkaran.
17
120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% 06.00 06.30 07.00 07.30 08.00 08.30 09.00 09.30 10.00 10.30 11.00 11.30 12.00 12.30 13.00 13.30 14.00 14.30 15.00 15.30 16.00 16.30 17.00 17.30
Persentase Perilaku (%)
Rata-rata aktivitas mamah-biak rusa ketika ada pengunjung sebesar 12,69% (Gambar 1), lebih rendah dibandingkan rusa di kandang kontrol. Dengan adanya pengunjung, mamah-biak rusa menjadi berkurang, karena adanya gangguan dari pengunjung. Rusa di kandang peraga lamanya waktu mamah-biak rusa bekurang menjadi 91,37 menit/12 jam. Rusa di penangkaran telah beradaptasi dengan adanya pengunjung, yaitu mendekat jika ada pengunjung. Hal ini mengakibatkan, ketika rusa mamah-biak juga akan bergerak mendekati pengunjung yang berada di pinggir-pinggir kandang, sehingga mengakibatkan mamah-biak rusa menjadi terganggu dan berkurang.
Pengunjung Rendah
Pengunjung Tinggi
Gambar 13 Pola aktivitas mamah-biak rusa timor di kandang peraga. Pola aktivitas mamah-biakrusa berbeda ketika adanya pengunjung, yaitu semakin banyak pengunjung, mamah-biak rusa semakin berkurang (Gambar 13). Hal ini terlihat ketika kunjungan rendah mamah-biak rusa mencapai 12,92%, sedangkan ketika kunjungan tinggi hanya 12,46% (Gambar 3). Adanya pengunjung mengakibatkan rusa mendekati pengunjung, sehingga aktivitas mamah-biak rusa menjadi berkurang. Aktivitas mamah-biak tertinggi terjadi di siang hari yaitu sekitar pukul 12.00-14.00 WIB (Gambar 12). Menurut Wirdateti et al. (1997), rataan kegiatan mamah-biak lebih tinggi di malam hari. Hal ini terlihat berbeda karena adanya perbedaan tempat hidup rusa, Wirdateti et al. (1997) rusa di Taman Safari yang dilepasliarkan di padang penggembalaan sehingga rusa ketika malampun masih bisa makan karena pakan tersedia. Pada penelitian, rusa berada di dalam kandang dengan pemberian pakan diberikan dua kali yaitu pagi dan sore hari, sementara malam hari tidak sehingga rusa tidak aktif makan pada malam hari dan mamah-biak pada malam hari.
Konsumsi Rusa Akibat Adanya Pemberian Pakan oleh Pengunjung Di penangkaran rusa HP Dramaga pakan yang dikonsumsi rusa selain diberikan langsung oleh pengelola dan pengunjung yang datang ke penangkaran. Pemberian pakan oleh pengelola dilakukan sebanyak 2 kali perhari yaitu pagi pukul 08.00 WIB dan sore pukul 14.00 WIB.
18 Pakan harian yang diberikan berupa rumput, dan setiap minggu diberikan pakan tambahan berupa ubi, serta vitamin yang diberikan setiap hari. Jenis rumput yang diberikan yaitu rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput raja (Pennisetum purpuphoides), rumput setaria (Setaria splendida), dan rumput lapangan seperti kolonjono (Panicum muticum), rumput kipait (Axonopus compressus), a’awian (Panicum montanum), gewor (Commelina benghalensis), babadotan (Ageratum conyzoides), kawatan (Ottochloa nodosa), malela (Brachiaria mutica), alang-alang (Imperata cylindrica), dan daun cabe-cabe (Asystasia spp). Jenis pakan tersebut berbeda dengan yang diberikan pada rusa di penangkaran Nusa Tenggara Timur (NTT) yaitu rumput, legum dan makanan penguat berupa dedak padi. Jenis rumput yang diberikan yaitu rumput gajah (Pennisetum purpureum), king grass (Pennisetum purpuphoides), turi (Sesbania grandiflora), lamtoro (Leucaena leucocephalla), beringin (Ficus benjamina), kabesak (Acacia leucophloea), name (Pipturus argenteus) dan busi (Melochia umbellata) (Takandjandji dan Garsetiasih 2002). Rusa merupakan jenis satwa herbivora yang memakan berbagai jenis hijauan. Menurut Wiyanto (2011) dalam hal pemilihan pakan, rusa lebih menyukai hijauan berdaun lunak dan basah serta bagian yang muda seperti dari jenis leguminosa atau kacang-kacangan dan rumput-rumputan. Berdasarkan komposisinya hijauan pakan berupa rumput menempati urutan terbesar yaitu sebanyak 75%, sedangkan 25% sisanya adalah dedaunan (Pattiselanno 2008). Pakan yang diberikan oleh pengunjung yang datang ke penangkaran berupa sayuran yaitu wortel, kangkung, sawi, rumput liar, danguguran daun jati yang ada di sekitar penangkaran, jenis pakan tersebut dimakan rusa. Hasnawati et al. (2006) menyatakan bahwa pakan rusa selain rerumputan dan dedaunan, sebagai tambahannya dapat berupa konsentrat, sayur-mayur, dedaunan, umbi-umbian atau limbah pertanian. Tingkat kesukaan rusa terhadap pakan yang diberikan oleh pengunjung di penangkaran HP Dramaga adalah sangat suka. Hal ini dikarenakan pakan utama rusa adalah hijauan, diantaranya mencakup sayuran wortel dan kangkung. Selain wortel dan kangkung, rusa juga menyukai daun jati yang jatuh. Menurut Tini dan Amri (2002) menyatakan bahwa jati merupakan jenis tanaman yang tidak selalu hijau atau biasa disebut deciduons, yakni ada saatnya mengalami gugur daun. Guguran daun jati mempunyai peluang sangat besar untuk digunakan sebagai pakan ruminansia yang dapat dilakukan dengan metode pakan lengkap, yang meliputi konsentrat dan hijauan (Mintarso 2008). Rusa tropis menyukai hampir segala jenis hijauan, sehingga tidak terlalu sulit mencari pakan (Semiadi dan Nugraha 2004). Pakan yang paling dominan diberikan pengunjung adalah kangkung. Pemberian pakan oleh pengunjung hampir setiap hari, karena penangkaran setiap hari didatangi pengunjung. Pada hari minggu pakan disediakan oleh pengelola untuk pengunjung yang akan memberi pakan rusa. Tingkat pemberian pakan oleh pengunjung pada hari minggu mencapai 87%. Hal ini karena pada hari minggu terjadi peningkatan jumlah pengunjung hingga 10 kali lipat dibanding hari biasa. Rusa membutuhkan hijauan yang memiliki kandungan gizi yang yang sesuai dengan kebutuhan. Protein merupakan salah satu zat pakan yang dapat digunakan sebagai indikator penentu tinggi rendahnya kualitas suatu jenis pakan (Susetyo 1980). Menurut Lubis (1985), untuk pertumbuhan optimal rusa membutuhkan protein 13-16%, sedangkan untuk kebutuhan pokok, rusa hanya
19 membutuhkan protein 6-7% dari bahan kering pakannya. Kandungan protein pada wortel dan kangkung ternyata dapat memenuhi kebutuhan pakan rusa, sedangkan kandungan gizi jenis hijauan lainnya kurang memenuhi syarat. Dengan demikian, pemberian wortel dan kangkung oleh pengunjung ternyata dapat memberikan dampak positif bagi rusa. Kebutuhan gizi rusa di kandang peraga akan terpenuhi dengan adanya pemberian pakan tambahan berupa kangkung dan wortel.
Tabel 3 Hasil perhitungan jumlah kandungan gizi dari jenis pakan yang diberikan kepada rusa di HP Dramaga Bahan Pakan Rumput gajah1 Rumput lapangan2 Guguran Jati3 Ubi Jalar4 Wortel5 Kangkung6 Sawi7
BK 23,70 24,40 89,07 29,30 91,67 23,76 8,32
PK 10,30 2,80 4,90 5,10 19,99 8,93 2,46
SK 25,70 11,40 26,04 3,50 6,15 3,19 1,10
LK 0,99 0,30 5,59 1,30 7,28 1,03 0,12
Keterangan : BK = Bahan Kering, PK = Protein Kasar,SK = Serat Kasar, LK = Lemak Kasar. Sumber :1. Nugraha (2009); 2. Garsetiasih (2007); 3.Mintarso (2008); 4.Parakkasi (1999); 5.Anton (2004); 6.Panut (2003); 7.Mansy (2000).
Kualitas hijauan sangat berpengaruh terhadap jumlah hijauan yang diberikan dalam pakan ruminansia. Menurut Etgen dan Reaves (1978), hijauan yang berkualitas tinggi akan mengandung nutrien yang lebih tinggi pula, demikian pula dengan nutrien yang tercerna juga tinggi. Kualitas hijauan yang diberikan pada ternak ruminansia tidak selalu seragam, pada umumnya cenderung mempunyai kualitas yang rendah. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain : jenis hijauan, umur pemotongan, kandungan nutrien, kecernaan dan iklim. Oleh karena itu, konsentrat mutlak diberikan sebagai pakan tambahan, karena tidak semua nutrien yang dibutuhkan dapat dipenuhi dari hijauan (Syarief dan Sumoprastowo 1985).
Tabel 4 Rata-rata konsumsi pakan rusa per ekor per hari pada kondisi tidak ada pengunjung, kondisi pengunjung rendah dan tinggi di HP Dramaga Konsumsi Pengelola (Kg) Pengunjung (Kg) Jumlah (Kg)
Jumlah Pengunjung Kontrol Rendah Tinggi 0 63-340 341-617 4,100 3,300 3,490 0,000 0,048 0,554 4,10 3,348 4,044
Jumlah 10,89 0,602 11,492
Konsumsi rusa di HP Dramaga dengan tingkat pemberian pakan yang berbeda menunjukan tingkat konsumsi yang berbeda pula (Tabel 4). Hal ini akibat
20 adanya pemberian pakan tambahan dari pengunjung. Hasil uji Chi-Square (X2) menunjukan tidak ada perbedaan yang nyata (X2 hitung yaitu 0,907 lebih kecil dari X2 tabel yaitu 9,210). Hal ini berarti bahwa pemberian pakan oleh pengunjung tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pola konsumsi rusa di penangkaran. Rata-rata tingkat konsumsi pakan harian rusa timor di penangkaran HP Dramaga sebesar 4,1 kg BB/individu/hari. Tingkat konsumsi tersebut lebih rendah dari hasil yang diperoleh Kwatrina et al. (2011) yang memperoleh rata-rata tingkat konsumsi harian sebanyak 6,4 kg BB/individu/hari, rendahnya tingkat konsumsi dalam penelitian ini dipengaruhi oleh adanya perbedaan kelas umur rusa yang digunakan. Kwatrina et al. (2011) menggunakan empat ekor rusa yang mewakili kelas umur anak dan dewasa serta jenis kelamin jantan dan betina sedangkan pada penelitian ini menggunakan dua ekor rusa remaja. Konsumsi pakan rusa dalam kandang kontrol lebih tinggi dibandingkan rusa yang ada di kandang peraga. Jumlah konsumsi pakan setiap hari rusa di kandang peraga rata-rata 3,36 kg BB/individu/hari. Rendahnya tingkat konsumsi rusa diakibatkan oleh jenis pakan yang diberikan. Menurut Mintarso (2008), jika kualitas hijauan tinggi, maka jumlah yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan ternak sedikit. Pakan yang diberikan pengelola di kandang peraga mayoritas rumput gajah yang memiliki kandungan gizi tinggi, sehingga proporsi pakan yang sedikit namun sudah cukup memenuhi kebutuhan rusa. Pakan yang diberikan di kandang kontrol mayoritas rumput lapangan yang kandungan gizi rendah, sehingga dibutuhkan jumlah yang lebih banyak agar mencukupi kebutuhan rusa. Kebutuhan ternak ruminansia menurut Parakkasi (1999) dipengaruhi faktor umur, jenis kelamin, komposisi tubuh dan tingkat pemberian makanan. Menurut Mukhtar (1996) kebutuhan energi rusa/ekor/hari adalah 3,381 Kkal. Energi merupakan pembatas utama dalam memperoleh pertumbuhan yang optimal (Parakkasi 1999). Di kandang peraga selain mendapatkan pakan dari pengelola, juga memperoleh pakan tambahan dari pengunjung. Jadi, jika dibandingkan dengan rusa di kandang kontrol, kecukupan gizi yang diperoleh rusa di kandang peraga lebih tinggi dibandingkan rusa di kandang kontrol.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Simpulan dari penelitian ini adalah : 1. Presentase jenis pakan yang diberikan oleh pengunjung yang datang ke penangkaran terdiri dari 89% kangkung, 8% wortel, 2% daun-daun, dan 1% rumput lapangan, pakan tersebut memiliki kandungan gizi yang mampu mencukupi kebutuhan gizi rusa di penangkaran. 2. Pemberian pakan oleh pengunjung secara nominal menunjukan terjadinya perubahan perilaku makan dan sosial yang semakin meningkat, perilaku istirahat, lokomosi dan mamah-biak yang semakin menurun pada rusa di Hutan Penelitian
21 Dramaga, namun secara uji statistik tidak memberikan adanya perubahan perilaku dan pola konsumsi hariannya. Saran Pengelola harus lebih memperhatikan pengelompokan rusa di setiap kandang dengan pengelompokkan berdasarkan kelas umur, sehingga pemberian pakan yang dilakukan pengunjung mampu memenuhi kebutuhan rusa secara merata untuk semua kelas umur.
DAFTAR PUSTAKA Afzalani, Muthalib RA, Musnandar E. 2008. Preferensi pakan, tingkah laku makan dan kebutuhan nutrien rusa sambar (Cervus unicolor) dalam usaha penangkaran di Provinsi Jambi. Media Petern. 31(2): 114-121. Altmann J. 1974. Observational Study of Behavior Sampling Methods. Chicago (US): University of Chicago. Anton. 2004. Performa Kecoa Madagaskar (Gromphadorhina portentosa) yang diberi pakan kombinasi konsentrasi dengan wortel, ubi jalar dan bengkuang [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor. Arnold GW. 1981. Grazing Behaviour. Morley FHW, editor. (ID): Elsivier Scientific. Dugatkin LA. 1962. Principles of Animal Behavior. London (US): WW Norton. Etgen MW, Reaves PM. 1978. Dairy Cattle Feeding Management. 6th Ed. (US): J Wiley. Fajri S. 2000. Perilaku harian rusa totol (Axis axis) yang dikembangbiakan di padang rumput halaman Istana Negara Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hasnawati, Alikodra HS, Mustari AH. 2006. Analisis populasi dan habitat sebagai dasar pengelolaan rusa totol (Axis axis) di Taman Monas Jakarta. Media Konser. 11(2): 46-51. Ismail D. 2001. Kajian tingkah laku dan kinerja reproduksi Rusa Jawa (Cervus timorensis) yang dipelihara di penangkaran [disertasi]. Bandung (ID): Universitas Padjadjaran. Kartasudjana R, Suprijatna. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Kwatrina RT, Takandjandji M, Bismark M. 2011. Ketersediaan tumbuhan pakan dan daya dukung habitat Rusa timorensis de Blainville, 1822 di Kawasan Hutan Penelitian Dramaga. Bul Plasma Nutfah. 17(2): 129-137. Lelono A. 2004. Ekologi perilaku makan Rusa (Cervus timorensis Lyd.) dalam penangkaran Di Ranca Upas Ciwidey [tesis]. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung. Lubis MI. 1985. Pengaruh level protein ransum terhadap kecernaan protein dan neraca nitrogen pada rusa dan kambing [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
22 Martin P, Bateson P. 1988. Measuring Behavior An Introduction Guide. 2th Ed. Cambridge: Cambridge Univ Pr. Masy’ud B, Wijaya R, Santoso IB. 2007. Pola distribusi dan aktivitas harian Rusa Timor (Cervus timorensis, de Blainville 1882) di Taman Nasional Bali Barat. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Maulani RA. 2009. Perubahan perilaku makan Rusa Timor (Cervus timorensis Blainville, 1822) di Taman Wisata Alam dan Cagar Alam Pananjung Pangandaran [skripsi]. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung. Mintarso B. 2008. Pengaruh penggunaan guguran daun Jati (Tectona grandis Linn.) sebagai pengganti hijauan dalam pakan lengkap terhadap kecernaan secara in vitro [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Mukhtar AS. 1996. Studi dinamika populasi rusa (Cervus timorensis de Blainville) dalam menunjang manajemen Taman Buru Pulau Moyo, Propinsi Nusa Tenggara Barat [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Mukhtar AS, Garsetiasih R, Iskandar S. 2011. Habitat dan populasi. Pengembangan penangkaran rusa timor. Sintesis hasil-hasil litbang. Mukhtar AS, Bismark M, Siran SA, Ismanto AD, editor. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Nugraha DW. 2009. Pengaruh sistem pemberian pakan dengan pola ex-situ terhadap konsumsi dan pertambahan bobot badan Rusa Timor (Cervus timorensis) [skripsi]. Malang (ID): Univ Brawijaya. Panut I. 2003. Pengaruh pemberian pakan konsentrat dengan daun kangkung dan daun singkong terhadap produktivitas Jangkrik Kalung (Gryllus bimaculatus) umur 60-90 hari [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Pattiselanno F, Isir DA, Takege A, Seseray D. 2008. Kajian awal penangkaran Rusa (Cervus timorensis) sistem back yard di Manokwari, Papua Barat. Biodfer. 25(2): 95-100. Pattiselanno F, Tethool AN, Seseray DY. 2008. Kareakteristik morfologi dan praktek pemeliharaan Rusa Timor di Manokwari. Berkala Ilmiah Biologi. 7(2): 61-67. Parakkasi A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Jakarta (ID): UI Pr. Rinaldi D. 2012. Proses belajar dan motifasi [modul kuliah]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Susetyo S. 1980. Padang Penggembalaan. Bogor (ID): Institut pertanian Bogor. Semiadi G, Nugraha RTP. 2004. Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis. Bogor (ID): Puslit Biologi LIPI. Solihati E. 2007. Keragaman jenis burung di Hutan Penelitian Dramaga Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Syarief MZ, Sumoprastowo RM. 1985. Ternak Perah. Jakarta (ID): CV Yasaguna. Tini N, Amri K. 2002. Mengebunkan Jati Unggul Pilihan Investasi Prospektif. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka. Takandjandji M, Garsetiasih R. 2002. Pengembangan penangkaran Rusa Timor (Cervus timorensis) dan permasalahannya di NTT [prosiding seminar
23 Nasional Bioekologi dan Konservasi Ungulata]. Bogor (ID): Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam. Takandjandji M. 2009. Desain Penangkaran Rusa Timor berdasarkan analisis komponen bio-ekologi dan fisik Di Hutan Penelitian Dramaga [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Takandjandji M, Garsetiasih R, Sawitry R, Heriyanto NM. 2011. Klasifikasi, sebaran, dan perilaku. Pengembangan penangkaran rusa timor. Sintesis hasil-hasil litbang. Mukhtar AS, Bismark M, Siran SA, Ismanto AD, editor. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Takandjandji M, Setio P, Kayat. 2011. Nilai ekonomi rusa. Pengembangan penangkaran rusa timor. Sintesis hasil-hasil litbang. Mukhtar AS, Bismark M, Siran SA, Ismanto AD, editor. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Tomaszewska MW, Sutama IK, Putu IG, Chaniago TD. 1991. Reproduksi Tingkah Laku dan Produksi Ternak di Indonesia. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama. Walpole RE. 1993. Pengantar Statistika Edisi Ke-3. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Wirdateti, Farida WR, Zein MSA. 1997. Perilaku harian Rusa Jawa (Cervus timorensis) di penangkaran Taman Safari Indonesia. Biota 2(2): 78-81. Wirdateti, Mansur M, Kundarmasno A. 2005. Pengamatan tingkah laku Rusa Timor (Cervus timorensis) di PT Kuala Tembaga, Desa Aertembaga, Bitung-Sulawesi. Animal Production 7(2) : 121-126. Wiyanto T. 2011. Habitat alami Rusa Timor (Cervus timorensis). [internet]. [diunduh23 Desember 2012]. Tyersedia pada: http://www. Googlescholar.com.
24 Lampiran 1. Jumlah pemberian pakan oleh pengunjung Pengunjung Tinggi Rendah Jumlah (gram)
Kangkung 470 29 499
Wortel 79 11 90
Daun Jati 5 5 9
Rumput 0 3 3
Jumlah 554 48 602
Pengujian Hipotesis Perilaku rusa akibat pemberian pakan oleh pengunjung Lampiran 2. Nilai Oi pada masing-masing perilaku dan masing-masing kandang Kandang Kontrol Pengunjung Jumlah (menit)
Makan Istirahat Lokomosi 184,18 133,92 184,18 193,97 112,54 180,5 378,15 246,46 364,68
Sosial 125,57 141,55 267,12
MB 92,09 91,37 183,46
Jumlah 719,94 719,93 1439,87
Lampiran 3. Nilai Ei pada masing-masing perilaku dan masing-masing kandang Kandang Kontrol Peraga
Makan Istirahat Lokomosi Sosial 189,07631 123,23086 182,34127 133,56093 189,07369 123,22914 182,33873 133,55907
MB 91,730637 91,729363
Nilai X2 hitung=
(184,18 189,07631 2 (133,92 123,23086 2 (184,18 182,34127 2 189,07631 123,23086 182,34127 (125,57 133,56093 2 (92,09 91,730637 2 (193,97 189,07369 2 133,56093 91,730637 189,07369 (112,54 123,22914 2 (180,5 182,33873 2 (141,55 133,55907 2 123,22914 182,33873 133,55907 (91,37 91,729363 2 91,729363 = 3,8104072
Dengan selang kepercayaan 99%, didapatkan X2 tabel > X2 hitung = 13,277 > 3,8104072 Kesimpulan : Terima H0, pemberian pakan oleh pengunjung tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap perilaku rusa di penangkaran. Pola konsumsi rusa akibat pemberian pakan oleh pengunjung Lampiran 4. Nilai Oi pada masing-masing pemberian pakan dan masing-masing kandang Konsumsi Pengelola Pengunjung Jumlah
Kontrol 4,100 0,000 4,10
Rendah 3,300 0,048 3,348
Tinggi 3,490 0,554 4,044
Jumlah 10,89 0,602 11,492
25 Lampiran 5. Nilai Ei pada masing-masing perilaku dan masing-masing kandang Konsumsi Pengelola Pengunjung Nilai X2 hitung =
Kontrol 3,885225 0,214775
(4,10 3,885225 2 3,885225 (0,00 0,214775 2 0,214775 = 0,907471
Rendah 3,172617 0,175383
Tinggi 3,832158 0,211842
(3,30 3,172617 2 (3,49 3,832158 2 3,172617 3,832158 (0,048 0,175383 2 (0,554 0,211842 2 0,175383 0,211842
Dengan selang kepercayaan 99%, didapatkan X2 tabel > X2 hitung = 9,210 > 0,907471 Kesimpulan : Terima H0, pemberian pakan oleh pengunjung tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadappola konsumsi rusa di penangkaran.
26
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tegal, Jawa Tengah pada tanggal 1 Maret 1991 dari ayah Suparto dan ibu Kuwati. Penulis adalah putri ketiga dari empat bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Slawi dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis mengikuti organisasi yang ada di IPB, diantaranya Kopma tahun 2009, BEM Fakultas Kehutanan tahun 2010, PC Sylva tahun 2011, dan Himpunan Mahasiswa Konservasi tahun 2012. Penulis aktif pada organisasi kemahasiswaan yaitu staf pengurus Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) periode 2010/2011 dan periode 2011/2012. Penulis pernah mengikuti kegiatan Eksplorasi Flora, Fauna dan Ekowisata Indonesia (RAFFLESIA) di Taman Nasional Gunung Halimun Salak tahun 2010, juga pernah mengikuti kegiatan Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional Kerinci Seblat tahun 2011. Penulis juga pernah mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa tahun 2013 dengan judul Persepsi Masyarakat Tentang Goa Desa Renah Kasah Taman Nasional Kerinci Seblat. Penulis menyelesaikan Penelitian dengan judul Perilaku Dan Pola Konsumsi Rusa Timor (Rusa Timorensis de Blainville 1822) Di Penangkaran Akibat Pemberian Pakan Oleh Pengunjung. Penulis dibimbing oleh Dr. Ir. Burhanuddin Masyud, MS dan Dr. Ir. R. Garsetiasih, MP.