Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
DAYA DUKUNG LAHAN SEMI ARID UNTUK PENGEMBANGBIAKAN RUSA TIMOR (Rusa timorensis timorensis BLAINVILLE 1822) DENGAN SISTEM MINI RANCH (Carrying Capacity of Semi Arid Land, for Timor Deer Breeding (Rusa timorensis timorensis Blainville 1822) in Mini Ranch) SISWADI dan G.S. SARAGIH Balai Penelitian Kehutanan Kupang, Jl. Untung Suropati No .7B Airnona, Kupang, Nusa Tenggara Timur
ABSTRACT Wildlife Conservation in captivity outside their natural habitat (exsitu conservation) has its disadvantages and advantages. Study on the carrying capacity on the region of Timor Deer miniranch was carried out. Carrying capacity was calculated by performing periodic harvesting of forage on sample plots representing the production of the area. Twenty plots in an area of 1 ha with the size of 1 × 1m each were established. Results showed that 12.5 kg/ha/day was enough to provide 2.9 deer/ha. Type of forage on a mini ranch which had the highest palatability was Nonokotkotos (Calopogiunium mucunoides), Metbesi (Agrantum sp.), Nabkaret (Centella asiatica), Nabkiu (Flamengia sp.) and Hupiok (Cyperus sp.) Key Words: Carrying Capacity, Timor Deer, Grass Productivity ABSTRAK Konservasi satwaliar dalam bentuk penangkaran di luar habitat aslinya (exsitu conservation) memiliki kekurangan dan kelebihan. Studi daya dukung (carrying capacity) pada lahan mini ranch rusa Timor diukur secara berkala, dengan menggunakan petak plot ukur 1 × 1 m sebanyak 20 buah, pada lahan seluas 1 ha. Hasil pengukuran produktivitas rumput yang sebesar 12,5 kg/ha/hari diperkirakan cukup untuk 2,9 ekor rusa/ha. Jenis hijauan pada mini ranch yang memiliki palatabilitas tertinggi adalah Nonokotkotos (Calopogiunium mucunoides), Metbesi (Agrantum sp.), Nabkaret (Centella asiatica), Nabkiu (Flamengia sp.), Hupiok (Cyperus sp.) Kata Kunci: Daya Dukung, Rusa Timor, Produktivitas Rumput
PENDAHULUAN Potensi keanekaragaman jenis satwaliar telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat, khususnya mamalia penghasil protein hewani. Dalam perkembangannya, pemanfaatan jenis satwa liar tersebut juga dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sebagai hewan percobaan biomedis, obat-obatan, bahan baku industri dan pemanfaatan secara komersial. Jenis-jenis satwa liar tersebut pada umumnya merupakan jenis yang telah masuk ke dalam kriteria jenis satwa yang dapat dimanfaatkan (Appendix II. CITES) (Suyanto et al., 2002). Sehingga dalam perdagangan satwaliar tersebut jumlahnya ditentukan berdasarkan kuota yang
ditetapkan oleh otoritas pengelola dan otoritas keilmuan, yang tujuannya untuk menekan terjadinya kepunahan. Rusa Timor (Rusa timorensis timorensis) berpotensi untuk menjadi alternatif komoditi pangan sumber protein hewani. Daging, tanduk, velvet dan kulit rusa mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Namun International Union for Conservation of Nature (IUCN) (2009) mengkategorikan Rusa Timor dalam klasifikasi Vulnerable (Rawan) yang berarti satwa ini berada pada risiko kepunahan yang tinggi di alam dalam waktu dekat. Dalam memelihara Rusa Timor tidak dapat dilepaskan dengan ketersediaan pakan. Pemeliharaan sistem mini ranch yang melebihi
691
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
daya dukung ranch dapat mengakibatkan penurunan kondisi fisik dan dapat mengakibatkan kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya dukung (carrying capacity) mini ranch rusa Timor pada lahan semi arid baik pada saat musim hujan maupun musim kemarau. MATERI DAN METODE Pengambilan data Beberapa parameter yang diukur pada penelitian yaitu produktivitas pakan, palatabilitas, daya dukung, dan nilai gizi pakan. Untuk mengetahui komposisi vegetasi tumbuhan bawah penghasil pakan dilakukan analisis vegetasi dengan petak contoh berukuran 1 × 1 m yang dipagar agar tidak terganggu selama pengamatan (ALIKODRA dalam GARSETIASIH, 2005). Penetapan petak pertama dilakukan secara purposive random sampling, adapun jumlah petak yang diukur sebanyak 20 buah dengan jarak antar petak 20 m. Data perkembangbiakan rusa di ukur dengan melakukan penimbangan rusa setiap akhir bulan, adapun rusa yang digunakan dalam uji coba ini adalah 5 ekor rusa yang terdiri dari 1 ekor jantan dewasa dan 2 ekor betina (> 18 bulan), 2 ekor rusa remaja (< 18 bulan). Palatabilitas pakan Untuk mengetahui tingkat palatabilitas pakan, dilakukan pengamatan terhadap bekas pagutan/gigitan rusa pada rumput. Adapun teknik pengambilan data adalah dengan menggunakan kawat harmoni selebar 1 m2. Jumlah petak ukur yang digunakan adalah 20. Nilai palatabilitas suatu jenis pakan ditentukan dengan menggunakan rumus (GARSETIASIH, 2005): X P=
Y
P: Palatabilitas dari suatu jenis hijauan X: Jumlah petak contoh ditemukannya suatu jenis yang mengandung pagutan rusa Y: Jumlah seluruh petak contoh ditemukannya jenis tersebut
Penelitian daya dukung dilakukan pada mini ranch untuk menghitung produktivitas
692
pakan/rumput alam dibuat plot contoh berukuran 1 × 1 m sebanyak 20 buah. Daya dukung mini ranch dihitung dengan menggunakan rumus (SUSETYO, 1980): Daya dukung = P : p.u : A : C :
P × p.u ×A C
Produktivitas hijauan (kg/ha/hari) 0,70 Luas permukaan yang ditumbuhi pakan (ha) Kebutuhan makan rusa (kg/ekor/hari)
Kebutuhan pakan Rusa Timor apabila dilepas di alam/ranch diperkirakan hanya perlu 3 kg/ekor/hari (TAKANDJANDJI, 2006). Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka diperkirakan konsumsi pakan Rusa Timor di dalam mini ranch berkisar 3 – 4 kg/ekor/hari. Guna mengetahui perbedaan produktivitas pakan pada musim hujan dan musim kemarau maka pengukuran dilakukan setiap satu atau dua bulan sekali sesuai dengan kecepatan pertumbuhan rumput/pakan yang ada. Untuk mengetahui pengaruh dari komposisi pakan/rumput terhadap pertumbuhan dan perkembangbiakan rusa, maka dilakukan pengukuran fisik rusa berupa berat. Gambaran umum lokasi penelitian Stasiun Penelitian Bu’at terletak di Kec. Mollo Utara, sekitar 7 km sebelah barat daya kota SoE Kab. Timor Tengah Selatan dengan jenis tanah grumusol dengan pH 6,5; ketinggian 840 m dpl pada posisi 9°52’19” LS dan 124°16’07” BT. Vegetasi atas/pohon didominasi oleh jenis Cemara (Casuarina junghuhniana), Mahoni (Switenia macrophylla) dan Ekaliptus (Eucalyptus uruphylla) sedangkan tumbuhan bawah terdiri dari berbagai jenis rumput alam. HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaman rumput dalam mini ranch Daerah semi arid memiliki iklim yang cukup ekstrim, dimana pada daerah ini memiliki jumlah curah hujan tahunan yang cukup tinggi. 2.352 mm/tahun dengan jumlah hari hujan 81 hari, dimana curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari. Musim
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
kemarau dan sedikitnya hari hujan menyebabkan karakteristik lahan yang persediaan air tanahnya terbatas. Faktor inilah yang menyebabkan daerah semi arid tidak dapat disamakan dengan daerah-daerah lain di Indonesia. Dari hasil analisis vegetasi tumbuhan bawah yang dilakukan didapatkan Indeks Nilai Penting (INP) secara berturut-turut sebagaimana berikut: Alang-alang (Imperata cylindrica) 23,2%; Hubelu (Eulalia amaura) 19,277%; Litlite (Borreria sp.) 12,558%; Teki (Cyperus sp.) 8,882%; Kunfomate (Asysta ganetica) 8,166%; Metbesi (Agrantum sp.) 7,331% dan Natfunu (Siperaceae) 6,255%. Jenis dengan INP tertinggi (23,2%) adalah alang-alang (Imperata cylindrica), jenis ini tersebar cukup merata di dalam mini ranch, daun alang-alang yang masih muda sangat disukai oleh rusa namun nilai proteinnya akan menurun seiring dengan pertumbuhannya. Alang-alang berkembang biak dengan akar dan biji yang disebar melalui bunga berwarna putih yang mudah terbawa angin. Perkembangbiakan tumbuhan ini tergolong sangat cepat, sedangkan zat alelopatinya akan menghambat perkembangbiakan jenis rumput lain. Palatabilitas pakan di mini ranch
Perkembangbiakan rusa di mini ranch Hasil pengukuran perkembangan berat rusa yang dipelihara dalam mini ranch disajikan sebagaimana Gambar 1. Pada mini ranch peningkatan berat tertinggi terjadi pada bulan Oktober yakni dari 34,8 kg menjadi 36,5 kg, menunjukkan bahwa berat awal rusa dibandingkan dengan berat pada bulan kedua mengalami peningkatan yang cukup tinggi. sebelum rusa dipelihara dalam mini ranch rusa tersebut dipelihara dalam kandang berukuran 10 × 12 m dengan pemberian pakan cut and
kg (kg) Bobot
Perhitungan palatabilitas adalah kegiatan pengukuran tingkat kecenderungan terhadap suatu jenis pakan. Untuk mengetahui palatabilitas pakan maka dilakukan pengukuran dengan membuat PU 1 × 1 m sebanyak 20 PU
pada mini ranch. Dari PU yang diamati dilihat banyaknya pagutan dan setiap plot kemudian dikelompokkan menjadi masing-masing jenis tumbuhan. Lima jenis rumput dengan nilai palatabilitas tertinggi adalah sebagai berikut: Nonokotkotos (Calopogiunium mucunoides), Metbesi (Agrantum sp.), Nabkaret (Centella asiatica), Nabkiu (Flamengia sp.), Hupiok (Cyperus sp.). Kelima jenis rumput merupakan jenis yang paling tinggi palatabilitasnya, ada beberapa penyebab yang membuat nilai palatabilitas suatu jenis menjadi tinggi, antara lain adalah jenis tersebut memang memiliki kandungan bahan rasa khas, keberadaannya/ produksinya tidak terlalu banyak sehingga jenis tersebut menjadi favorit. Bekas gigitan rusa pada tumbuhan akan cepat mengalami regenerasi/tumbuh trubusan ketika kondisi tumbuhan mendapatkan lingkungan, air, iklim dan unsur hara yang cukup.
Bulan Sumber: Data primer Gambar 1. Perkembangan berat rusa berdasarkan bulan
693
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
carry. Peningkatan berat yang signifikan ini disebabkan oleh perilaku rusa yang mendapatkan sumber pakan langsung dari alam yang lebih segar dan terpenuhi. Secara keseluruhan terjadi kenaikan rata-rata seberat 5,8 kg, kenaikan tertinggi terjadi pada rusa anak sampai dengan remaja. Pada rusa yang telah dewasa (usia lebih dari 2 tahun) perkembangan tidak terjadi secara signifikan, sehingga jika suatu pemeliharaan rusa dengan tujuan untuk diambil karkasnya sebaiknya pemotongan dilakukan pada saat rusa berumur sebelum 2 tahun. Penyebab terjadinya penurunan berat pada induk rusa nomor XII adalah karena rusa tersebut melahirkan anak dengan berat 3,2 kg, akan tetapi anak tersebut mati. Menurut THOMAS dan KORNEGAY (1981) dalam FUAH (1985) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antara jantan dan betina dalam hal laju pertumbuhan, konsumsi ransum atau efisiensi penggunaan pakan. Laju pertumbuhan dipengaruhi sifat genetis ternak, macam pakan,
jumlah konsumsi lingkungan.
ransum
dan
pengaruh
Produktivitas hijauan pakan di mini ranch Guna mengetahui produktivitas mini ranch baik yang masih alami, dilakukan pengukuran pakan secara periodik sesuai dengan kecepatan tumbuh rumput. Adapun hasil dari pengukuran produktivitas hijauan pada mini ranch jenis yang dimakan rusa disajikan pada Tabel 1, sedangkan produksi bulanan di tampilkan pada Gambar 2. Ada beberapa hal yang mempengaruhi produktivitas pakan dalam mini ranch, di antaranya adalah curah hujan. Berdasarkan data stastistik Kabupaten TTS bulan hujan terjadi pada bulan November sampai dengan Juni, dan ternyata memiliki dampak langsung pada penurunan produktivitas pakan antara bulan Juli sampai dengan Oktober.
Tabel 1. Hasil pengukuran produktivitas hijauan tahunan Jenis
Nama latin
Alang-alang
Imperata cylindrica
Ausiko
Stentacrum secudatum
Bianeka
Tree volium
Fuakoti
Partulaca oleraceae L.
Hubelu
Eulalia amaura
321
Hubikase
Axonopus sp.
241
Hukie
Cypetrusina sp.
50
Humeoh
Zoysia sp.
85
Hupiok
Cyperus iria
Hupisu
Ischaenum timurensis
Kunfomate
asysta ganetica
Litlite
Borreria sp.
630
Metbesi
Agrantum sp.
205
Nabkaret
Centella asiatica
160
Nabkiu
Flamengia sp
150
Nonokotkotos
Calopogiunium mucunoides
270
Papay
Sidarhombi-folia spp. Retusa
305
Papo'oh
Arachis pintoi
1.165
Hukolkuna
Digitaria sp.
1.438
Total Sumber: Data primer
694
Jumlah kg/tahun 2.218 66 216 90
100 55 1.024
8.789
Kilogram (kg)
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
Gambar 2. Produktivitas hijauan dari mini ranch bulanan
Tabel 1 pengukuran merupakan tabel produktivitas tumbuhan pakan yang dilakukan di mini ranch sejak Bulan November 2009 sampai dengan Oktober 2010. Hasil pengukuran produksi hijauan yang dimakan adalah 12,5 kg/ha/hari yang berarti cukup untuk 2,9 ekor rusa/ha. Sedangkan produksi hijauan yang tidak dimakan adalah 3,883 kg/ha/hari. Konsumsi air minum Air merupakan komponen yang sangat penting dan dibutuhkan oleh semua makhluk hidup. Apabila tubuh hewan kekurangan air hingga 10% di bawah kebutuhan normalnya, maka dapat menimbulkan gangguan kesehatan, terlebih pada kelompok hewan yang berproduksi tinggi seperti rusa yang tengah mengandung dan menyusui. Rata-rata konsumsi air oleh Rusa Timor yang berada di penangkaran Bu’at sebanyak 1,15 liter/ekor/ hari dan konsumsi air lebih banyak pada rusa jantan dewasa dibandingkan dengan Rusa Timor jantan remaja (KAYAT, 2009). Rata-rata konsumsi air pada rusa Timor jantan dewasa sebanyak 3 liter/ekor/hari, sedangkan pada rusa Timor jantan remaja mengkonsumsi air sebanyak 2,5 liter/ekor/hari. SEMIADI dan NUGRAHA (2004) mengatakan rusa Timor yang ditangkarkan di kawasan Indonesia Timur mengkonsumsi air sekitar 1,0 – 2,5 liter/hari, tetapi di alam dilaporkan rusa Timor mampu
mengkonsumsi air hingga lima liter seharinya. SEMIADI dan NUGRAHA (2004) mengatakan pada kondisi iklim yang dingin, keinginan untuk minum dari seekor hewan relatif akan lebih rendah dibandingkan dengan yang tinggal di kawasan yang lebih panas. Semua hijauan dan pakan lainnya pasti mengandung air. Pada hijauan segar dan muda kandungan airnya dapat mencapai 60 – 85%. Sedangkan pada rerumputan yang telah tua dan mengering, kandungan air ini dapat menurun hingga hanya 20 – 35% saja. Apabila hewan mengkonsumsi lebih banyak hijauan segar, maka kebutuhan airnya lebih rendah dibandingkan dengan yang memakan hijauan kering (KAYAT, 2009). Kandungan gizi dan peran nutrisi bagi pertumbuhan rusa Untuk mengetahui kandungan gizi pakan yang diberikan dilakukan analisis proksimat di Laboratorium Pakan Ternak Almira Kupang. Untuk hidup, rusa membutuhkan protein 6 – 7%, sedangkan untuk pertumbuhan optimal membutuhkan protein, kalsium, dan fosfor masing-masing 13 – 16; 0,45 dan 0,35% dari bahan kering pakannya (GARSETIASIH, 1990). Hasil analisis beberapa jenis pakan di mini ranch disajikan pada Tabel 2. Kandungan protein yang tinggi sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan Rusa Timor. Menurut SUSETYO (1980) hijauan yang kaya akan protein, kalsium, dan fosfor adalah hijauan yang bergizi baik. Protein, kalsium, dan
695
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
696
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
fosfor adalah zat pakan yang dapat digunakan sebagai indikator penentu tinggi rendahnya kualitas suatu bahan pakan. Selanjutnya SOEGIRI et al. (1981) dalam GARSETIASIH et al. (2003) menyatakan bahwa pakan penguat berupa jagung dan dedak padi mengandung kadar protein yang tinggi, palatabel, dan mengandung vitamin B (GARSETIASIH, 2007). Menurut SEMIADI (2004) mineral merupakan unsur anorganik yang umumnya dibutuhkan dalam jumlah kecil dibandingkan dengan protein, lemak atau air. Dalam jaringan tubuh, mineral berfungsi sebagai pembentuk tulang, gigi, rambut, kuku dan ranggah serta untuk pembentukan beberapa jaringan lunak dan sel darah. Pemberian pupuk kandang dapat meningkatkan kandungan protein kasar pada hijauan karena mempunyai kandungan N melalui proses pelapukan yang terjadi. Protein merupakan suatu bahan organik komplek yang terbuat dari susunan asam amino. Kelebihan protein yang dikonsumsi oleh hewan akan dirombak dan disimpan dalam jaringan hati dan dimanfaatkan oleh rusa sebagai energi. Rusa timor membutuhan protein antara 15 – 19% bahan kering (BK), dimana kandungan protein dikatakan rendah jika hanya terkandung (< 11% BK) dalam pakan yang diberikan (SEMIADI dan NUGRAHA, 2004). Semua jenis pakan menunjukkan kandungan protein dalam jumlah yang cukup. Kecukupan kandungan protein tidak terlepas dari tapak tumbuh tanaman pakan tersebut. Kondisi mini ranch lokasi penelitian pada lapisan atas didominasi oleh tanah mineral berpasir grumusol, sedangkan di beberapa bagian terdiri dari batu karang. Selain sebagai simpanan energi. Lemak berfungsi sebagai pelarut dari beberapa jenis vitamin yang hanya akan larut dalam lemak. Pada awalnya kelebihan lemak akan tertimbun dalam alat-alat pencernaan dan ginjal. Bersamaan dengan bertambahnya usia apabila kelebihan lemak terus berlangsung maka akan dijumpai penimbunan lemak antara jaringan otot/daging (inter muscular fat), sedangkan jika dibawah kulit disebut intra muscular fat. Zat lemak dalam tubuh tanaman dihasilkan dengan bahan baku karbohidrat. Salah satu unsur pada hijauan yang paling mempengaruhi daya cerna adalah kandungan unsur serat dan kerabatnya seperti selullosa, hemiselullosa dan lignin. Tingginya kandungan serat cenderung akan menurunkan nilai daya cerna dan
rendahnya daya cerna merefleksikan rendahnya kualitas hijauan tersebut ditinjau sebagai sumber nutrisi. Pada pakan berbahan karbohidrat tinggi, seperti dedak, jagung beras dan ubi-ubian cenderung mempunyai nilai daya cerna yang sangat tinggi, dimana unsur nutrisi dari jenis pakan tersebut mudah sekali dicerna (SEMIADI dan NUGRAHA, 2004). KESIMPULAN Teknologi mini ranch memiliki beberapa keunggulan dan kekurangan di antaranya adalah sistem pemeliharaannya tidak memerlukan banyak tenaga kerja dalam pengawasan dan pemeliharaannya, akan tetapi dalam proses pembuatannya memerlukan waktu dan biaya. Daya dukung mini ranch di Stasiun Penelitian Bu’at adalah 2,916 ekor rusa/ha, hal ini berhubungan erat dengan tapak tumbuh dan iklim di pulau Timor yang cenderung kering. Teknologi pengayaan pakan akan meningkatkan daya dukung mini ranch. Palatabilitas paling tinggi adalah tumbuhan jenis Calopogonium mucunoides, metbesi (Agrantum sp.), nabkaret (Centella asiatica), nabkiu (Flamengia sp.) dan rumput hupiok/teki (Cyperus sp). Hasil penelitian di atas dapat menjadi bahan pertimbangan di dalam pengembangan penangkaran rusa dan hewan jenis lain yang telah umum diternakkan oleh masyarakat seperti kambing dan sejenisnya. Rendahnya daya dukung mini ranch dapat ditingkatkan dengan pemeliharaan dan pengkayaan jenis pakan baru yang memiliki pertumbuhan cepat dan tahan terhadap kondisi ekstrim, seperti rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput raja (Pennisetum purpurhoides) dan gamal (Gliricidae sepium Stend). DAFTAR PUSTAKA ACHMAD, A. 2000. Penggunaan Analisis Sistem Dalam Manajemen Pemanenan Populasi Rusa Di Taman Buru Pulau Appatanah Kabupaten Selayar. Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin, Makassar. FUAH, A.M. 1985. Pengaruh Penambahan Tembaga (Cu) Dalam Ransum Terhadap Pertumbuhan Ternak Babi. Tesis. Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
697
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
KAYAT. 2009. Peningkatan Produktivitas Rusa Timor (Rusa timorensis) Melalui Perbaikan Teknik Penangkaran Sebagai Substitusi Penguatan Ketahanan Pangan Masyarakat di NTT. Laporan Program Insentif Riset Untuk Peneliti/Perekayasa LPND & LPD. GARSETIASIH. 1990. Potensi Lapangan Rerumputan Rusa di P. Menipo pada Musim Kemarau. Laporan Teknis. Balai Penelitian Kehutanan Kupang. GARSETIASIH, R. dan N.M. HERIYANTO. 2003. Pemanfaatan dedak padi sebagai pakan tambahan rusa. Bull. Plasma Nutfah 9(2): 23 – 27. GARSETIASIH, R. dan N. HERLINA. 2005. Evaluasi plasma nutfah rusa totol (Axis axsis) di halaman Istana Bogor. Bull. Plasmanutfah 11(1): 34 – 40. GARSETIASIH, R. dan M. TAKANDJANDJI. 2007. Model penangkaran rusa. Pros. Ekspose HasilHasil Penelitian, 2007. Departemen Kehutanan. hlm. 35 – 46. BPS 2008. Nusa Tenggara Timur Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kupang. PRIMACK, R.B., J. SUPRIATNA, M. INDRAWAN dan P. KRAMADIRATA. 1998. Biologi Konservasi.
RIBERU, P. 2002 Pembelajaran Pendidikan Penabur.
ekologi.
J.
PRATISTO, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta. SEMIADI, G. 2006. Biologi Rusa Tropis. Puslit Biologi LIPI, Bogor. SUSETYO, S. 1980. Padang Penggembalaan. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. TAKANDJANDJI, M. 1993. Pengaruh perbedaan manajemen terhadap pertumbuhan Rusa Timor (Cervus timorensis) di Oilsonbai dan Camplong, NTT. Santalum 12. BPK Kupang. TAKANDJANDJI, M. dan R. GARSETIASIH. 2002. Pengembangan penangkaran rusa Timor (Cervus timorensis) dan permasalahannya di NTT. Pros. Seminar Nasional. Biotekologi dan Konservasi Ungulata. Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan, Bogor. TAKANDJANDJI, M. dan EDY SUTRISNO. 2006. Teknik Penangkaran Rusa Timor (Cervus timorensis timorensis). Aisuli No. 20 Tahun 2006. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Bali dan Nusa Tenggara.
PRIJONO, S.N. dan S. HANDINI. 1998. Memelihara, Menangkar dan Melatih Nuri. Penebar Swadaya, Jakarta.
DISKUSI Pertanyaan: 1. Daya dukung limbah, sistem aridnya bagaimana? 2. Rusa yang dijadikan percobaan 5 ekor, apa sudah dapat mewakili tahap lahan tersebut? Jawaban: 1. Lahan semi arid adalah karakteristik lahan di NTT, tanah dari batu yang masih muda 2. Jumlah rusa 5 ekor karena banyak keterbatasan, pada tahun 1985 hanya mampu menampung 5 ekor rusa/tahun. 5 ekor ternyata daya dukung semi arid lebih kurang dari itu jika tidak dilakukan pengayaan lahan.
698