1 PERILAKU COPING IBU YANG MEMPUNYAI ANAK PENDERITA THALASSAEMIA DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA _FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARI...
PERILAKU COPING IBU YANG MEMPUNYAI ANAK PENDERITA THALASSAEMIA
DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA
104070002387
_FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HJUAYATULLAH JAKARTA
2008
Perilaku Coping lbu yang Mempunyai Anak Penderita Thalassaemia
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat Memperoleh gelar sarjana psikologi
Oleh: Gina Hikmatur Redha NIM: 104070002397
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing II
Pembimbing I
~~
/" Yufl'Anclriani, M.Si, Psi
Neneng Tati Sumiati, M.Si, Psi NIP. 150 300 679
FAKUL TAS PS!KOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H .I 2008 M
PENGESAHAN PANITIA U.JIAN
Skripsi yang berjudul PERILAKU COPING IBU YANG l\/IEMPUNYAI ANAK PENOERITA THALASSAEMIA telah diajukan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 15 September 2008. Skripsi ini telah diterima s13bagai salah satu syarat untuk memperolah gelar Sarjana Psikologi.
Jakarta, 15 September 2008 Sidang Munaqasyah
Sekretaris Merangkap Anggota,
A,,
Ora. Zahrotun N. NIP: 150238T/3
Dra. Ne t Hartati M. Si NIP 15 15938
ah M.Si
Anggota: 1-~engUJI
i
Ora. NIP.
Penguji II
M. $j
Neo~~;eti,
M,;p,;
NIP 150300679
Pembimbing I
Pembimbing II
Neneng Tati Sumiati, Msi.Psi NIP: 150300679
Yufi And.ffi'..ani, Msi. Psi
MOTTC>
'Kita nen.tl.a.l
~at:ana pem/Jen.a.'14211
fiet:ta pen.s.uatJlwa
l tl.lt:l
KATA MUTIARA Kebanggaan; Hanyalah bagi mereka yang berilmu. Mereka adalah petunjuk bagi siapa saya yang meminta. Harga diri; Terdapat pada tingkah lakunya yang baik. Orang-orang bodoh adalah musuh bagi mereka yang berilmu. Raihlah kemenangan dengan ilmumu. Niscaya ilmu adalah kekal. Semua manusia menanti mati, sedangkan ahli ilmu hidup abadi. (Ali ra)
Belajarlah llmu, karena belajar ilmu karena Allah itu merupakan suatu bukti takut kepadaNya, menuntutnya adalah ibadah mendiskusikan adalah tasbih membahasnya adalah jihad dan mengajarkan kepada orang yang belum mengetahuinya adalah sedekah
Dedicated to: Mamoy, papoy and all my family
ABSTRAKSI (A.). Fakultas Psikologi (8). Agustus 2008 (C). Gina Hikmatur Redha (D). Perilaku Coping ibu yang Mempunyai Anak Penderita Penyakit Thalassaemia (E). xv +91 halaman (F). Thalassaemia adalah sejenis penyakit anemia yang juga penyakit keturunan (genetis) yang tidak bisa disembuhkan, adapun penderita thalassaemia harus menjalani transfusi darah seumur hidupnya. Apabila penderita tidak melakukan transfusi darah secara rutin dapat menyebabkan kematian. Bayangan kematian inilah yang selalu menghampiri perasaan ketakutan pada orang tua. Penyakit thalassaemia merupakan penyakit yang sangat menguras materi dan imateril. Menguras materi dalam kasus ini adalah biaya untuk transfusi darah yang nominalnya tidak sedikit. Sedangkan menguras imateril, dalam kasus ini orangtua senantiasa merasa bersalah kepada anaknya karena penyakit yang diderita oleh anaknya adalah penyakit yang diturunkannya (oran!;;itua). lbu yang keadaanya lebih mudal1 tertekan daripada ayah menyebabkannya lebih mudah depresi, karena desakan-desakan yang terjadi guna memperpanjang kehidupan anaknya, oleh karena itu ibu akan melakukan coping yaitu usaha menangani dan mengasai situasi penuh stres yang menekan akibat dari masalah yang sedang dihadapinya yaitu penyakit thalassaemia yang diderita oleh anaknya dengan cara melakukan perubahan kognitif, maupun prilaku guna memperoleh rasa aman pada dirinya yaitu anaknya akan bertahan hiolup. Coping memiliki dua jenis strategi yaitu pertama problem-focused coping, yang terdiri dari active coping, planning, seeking social support for instrument reasoan, suppression of competing activities dan restraint coping. Sedangkan yang kedua yaitu emotional-focused coping yang terdiri dari seeking social support for emotional reason, positiv1:: reinterprntation and growth, denial dan acceptance. Penelitian ini be1iujuan untul< mengetahui bagaimana coping ibu yang mempunyai anak yang menderita penyakit thalassaiamia. Dengan metode kualitatif diharapkan bisa mendapatkan hasil penelitian yang mendalam dengan teknik observasi dan wawancara. Sample terdiri dari satu ibu yang mempunyai anak menderita penyakit thalassaemia minor, dan dua ibu yang mempunyai anak menderita penyakita thalassaemia mayor.
Hasil penelitian yang diperoleh dari ketiga subjek menunjukkan bahwa penyakit thalassaemia yang diderita oleh anaknya menimbulkan masalah-masalah yang harus dihadapi olehnya, adapun masalahmasalah tersebut antara lain: Merasa bersalah, kanena menurunkan gen thalassaemia kepada anaknya, tidal< dapat meneffima kenyataan bahwa anaknya menderita penyakil thalassaemia, kesulitan membangkitkan rasa percaya diri anal<, kesulitan mendapatkan uang untuk biaya tmasfusi darah, stigma yang salah para tetangga mengenai penyakit thalassaemia, tidal< adanya obat, yang dapat meny•embuhkan penyakit thalassaemia, keadaan anak yang selalu menurun, anak menderita thalassaemia seumur hidup, perasaan tidal< tega melihat anak ketika melakukan transfusi darah, dan kekhawatiran mem~1enai kelanjutan hidup anaknya. Sehingga para subjek memilih menggunakan strategi coping problem focused coping dengan jenis restrain coping dan seeking social support for instrumental reasons, dan strategi emotion focused coping dengan jenis denial, seeking social support for emotional reasons, dan acceptance Kesimpulan hasil penelitian menunjukan bahwa tidal< ada perbedaan antara ibu yang mempunyai anak dengan thalassaemia minor dan mayor dalam menggunakan strategi coping. Dari pe1nelitian yang diperoleh, diharapkan dapat di jadikan referensi apabila terdapat kasus atau masalah yang sama. Saran bagi para peneliti dalam hal observasi responden hendaknya dilakukan tidal< l1anya pada saat wawancara berlan!;;isung untuk menghindari keadaan yang telah di kontrol oleh responden, dan menyebabkan peneliti tidal< mendapatkan keadaan sesungguhnya dari responden, sebaiknya juga mengobservasi perilaku anak dan bagaimana interaksi antara ibu dan anak un!uk melihat apakah coping yang dilakukan oleh ibu cukup berhasil atau tidak.
KATA PENGANTAR Puji serta syul
Penulis skripsi ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan Akademik Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, untuk memperoleh gelar sarjana psikologi. Penulis menyadari dalam penulisan skripsi yang berjudul "Perilaku Coping lbu yang Mempunyai Anak Penderita Thalassaemia" tidak luput dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu pEmulis mengucapkan terimakasih dan pengl1argaan yang tulus pada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada: 1. lbu Ora. Netty Hartaty, M.si selaku Dekan Fakultas Psikologi dan lbu
Ora. Zahrotun nihayah, M.si. Psi selaku Pembantu Dekan beserta jajarannya. 2. lbu Neneng Tati Sumiati, M.si. Psi dan lbu Yufi Andriani, M.si. Psi yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian dan penyusunan skripsi ini. 3. Bapak Dr. Achmad Syahid selaku dosen penasehat kelas D angkatan 2004, yang telah memberikan arahan kepada penulis selama berkuliah di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. 4. Papa dan Mamaku yang tersayang, untuk semua cinta, doa dan dukungannya yang tak temilai dan tak akan pernah terbayar "I Love
You Both", karena alas semua cintah kasihnyalah skripsi ini bisa
selesai. Thanks ... mam and dad ... 5. l<eluarga besar Rasyid yang tercinta, untuk abang (Edooy, Gaox, lril), kakak (Noenk, Maida), ade satu-satunya yang tersayang (Abon) dan keponakan yang lucu-lucu dan kadang suka ngerecokin (Afi, Ciput, Cuwa-cuwa, Ina, lntan, Indra, dan Cuna) "/Love you all and I am Very lucky to be pan of you"
6. Saudara, sahabat, dan sekaligus teman baik ... (barudak kosan dan barudak De-A salikur&salapan). Suka duka bareng-bareng, indah bang et... jangan pada lupa kehidupan bareng-baneng di kosan oke oke. Thanks . .for all. 7. Seluruh dosen dan Akademik Fakullas Psikologi, alas semua ilmu dan pelayanan adminislratif yang diberikan kepada pEmulis selarna penyelesaian kuliah di Fakullas Psikologi UIN Syafir Hidayatullah, Jakarta. 8. Pelayanan Perpuslakaan Fakullas Psikologi, Perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan-perpustakaan urnurn yang lainnya yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini 9. Partisipan dalan skripsi ini yaitu lbu E, ibu H dan ll:lu S, serta anakanaknya yang menderila thalassaemia, makasih sudah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, dan moga kita letap menjaga hubungan keluarga ini 10. Teman seperjuangan darma, cimoet, ulya, dan tarni, Thanks alas sernua senyurn, kelawa, suka, cita, segala perhatian, dan supportnya yang besar-besaran .. "You're the best I ever had" 11. Rekan-rekan mahasiswa seperjuangan dalarn rnenyelesaikan skripsi, bersarna kita bangun dunia Psikologi yang tak terlupakan dalam
angkatan 2004. Kita masuk bareng, dan moga aja kita keluar bareng juga. Amien ... amien. Ayo semangat... 12. Muhammad Amirul Mu'minin yang selalu memberikan dukungan, dan perhatiannya kepada penulis, semoga Allah mericlloi hubungan kita, Amin ...
Akhir kata penulis sangat mengharapkan kritik clan saran yang membangun dan bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi kemajuan penulis di masa akan da!ang, semoga Allah senantiasa memberikan petunjukNya kepada penulis. Amin Yaa Robal Alamin.
Daftar lsi .................................................................................................
xi
Daftar Tabel ...........................................................................................
xv
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................... 1-14 1. 1 Latar Belakang Masai ah ...................... .............................
1
1.2 ldentifikasi Masalah ........ .. .................................. ..............
11
1.3
Pembatasan dan Perumusan Masalah .............................
11
1.3.1
Pembatasan Masalah .................... ..................... ...
11
1.3.2 Perumusan Masalah ..................... ........................
12
1.4 Tujuan dan Manfaat Peneli!ian .......... ...... ... .. ............... .... .
12
1.4.1
Tujuan Penelitian ..................................................
Pada umumnya, setiap orang tua mempunyai keinginan untuk memiliki anak yang sehat, mandiri kelak dimasa dewasanya, serta dapat berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Setiap orang tua mempunyai tanggung jawab untul< mengasuh dan mendidik anaknya, dengan didikan yang sebaikbaiknya. Namun dalam kenyatannya tidak semua analz dapat berkembang dalam lingkungan dan kesehatan yang selalu baik. Sepe11i halnya yang te1jadi pada Nafa. Nafa adalah salah satu anak dari ribuan pasien di Indonesia yang memiliki kelainan thalassaemia di tubuhnya. Balita yang masih berusia 19 bulan ini terpaksa harus merelakan kaki mungilnya ditusuk jarum yang membawa darah baru bagi tubuhnya. Rutinitas wajib transfusi bagi gadis mungil ini sudah dimulai sejak setahun lalu, kE;tika usianya baru saja menginjak enam bulan. Kulitnya menghitam dan terlihat kisut, belum lagi tubuhnya yang terlihat lebih kecil dibanding anak seusianya. Menurut kedua orang iua Nafa, Halim dan Jumiati, kelainan yang diderita bocah mungil ini terdeteksi sejak usianya enam bulan, kulitnya menghitam dan menjadi kisut. Belum lagi nafsu makannya yang turun drastis. Kekhawatiran Jumiati semakin kentara karena puteri sulungnya, Wiwi yang kini berusia sembilan
2
tahun juga mengidap gejala yang sama saat pertama kali didiagnosis menderita thalassaemia. Sejak itulah, bersama sang kakak, Nafa terpaksa menjadi pasien rutin Pusat Thalassaemia RS Cipto Mangunkusumo. Dalam sebulan, Halim dan istrinya yang bermukim di Seman;an, Kalideres, Jakarta Barat ini, bisa tiga kali mendatangi RSCM untuk menjalani proses transfusi darah kedua buah hatinya. Sejak menikah pada akhir tahun 90-an, kedua pasangan asal Betawi ini tidak pernah menyangka akan memiliki anak yang menderita kelainan ini. Kini, Halim dan Jumiati hanya bisa bersabar menjalani pengobatan kedua puterinya. Jumiati mengaku l
Penyakit thalassaemia seperti yang dialami oleh Nafa adalah penyakil kelainan darah yang diturunkan, yang di tandai oleh adanya sel darah merah yang abnormal (ada kelainan). Kelainan darah yang diala1mi oleh penderita thalassaemia ini menyebabkannya tidak bisa menghasilkan sel darah secara normal. Akibatnya sel darahnya mudah sekali pecah sehingga harus terus menerus ditransfusi darah. Seseorang yang menderita thalassaemia harus mentransfusi darah secara teratur setiap tiga minggu sarnpai satu bulan
3
sekali. Penderita thalassaemia setiap bulannya akan me1ngeluarkan biaya untuk pengobatan minimal 3-5 juta rupiah, antara lain, untuk biaya tranfusi darah berikut peralatannya (Faisal Yatim, 2003).
Indonesia termasuk wilayah dengan penderita thalassaemia cukup banyak. Data dari Rumah Saki! besar dan Rumah Saki! pendiclikan, gen pembawa sifat thalassaemia berkisar 8-10%. Berarti ada 8-10% or:ang pembawa sifat thalassaemia terdapat di antara 100 penduduk. Jumlah penderita thalassaemia yang tercatat di seluruh Indonesia sebanyak 8000 orang. Di Jakarta diperkirakan ada 1000 penderita thalassaemia. Di seluruh dunia, jumlah pembawa sifat thalassaemia sebanyak 8-15%, se1dangkan di Jakarta diperkirakan sekitar 5%. Dapat diperhitungkan bahwa dengan penduduk Indonesia 200 juta berarti ada sel
4
Menurut Djayadiman thalassaemia belum bisa disembuhkan, dan sedikit sekali penderita thalassaemia yang dapat menikmati hidup sampai usia 30 tahun meskipun rajin berobat dan memperoleh tranfusi darah secara teratur. Transfusi darah menjadi satu-satunya jalan untuk memperpanjang kehidupan penderitanya, karena apabila tidak menjalani tranfusi darah secara teratur maka kinerja organ tubuh akan terganggu sehingga penderita thalassaemia akan mengalami pembesaran pada perut seperti bengkak. Akan tetapi transfusi darah dapat menyebabkan penumpukan zat besi di dalam tubuh penderita thalassaemia. Kandungan zat besi yang menumpuk ini akan menjadi racun yang dapat membahayakan nyawa penderitanya. Akibatnya, selain transfusi darah, para penderita thalassaemia ini juga harus menjalani pengobatan untuk mengeluarkan penumpukan zat beisi dari dalam tubuhnya. Adapun cara mengeluarkan zat besi yang menumpuk dalam tubuh penderita thalassaemia ini adalah dengan memberikan suntikan Deferasirox secara rutin 5 kali dalam seminggu kepada penderita, akan tetapi kebanyakan penderita tidak menjalankan rutinitas ini karena proses suntikan Deferasirox ini sangat menyakitkan, membosankan clan untuk memperoleh suntikan ini, penderita harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Biaya untuk tranfusi darah dan untuk suntikan Deferasirox sangat sulit dijangkau oleh para penderita thalassaemia yang 85 persen penderitanya berasal dari keluarga kurang mampu. Sehingga mereka seringkali menghaclapi kebinggungan
5
untuk mendapatkan uang bagi anaknya yang menderita thalassaemia dan juga untuk memenuhi kebutuhan kehidupannya (http://www.republika.eo.id/koran_detail.asp).
Penyakit thalassaemia ini selain membutuhkan biaya yang sangat mahal juga dapat mengakibatkan dampak psikososial pada penderitanya. Menurut Hasto Prianggoro (dalam http://www.tabloid-nakita.com/artikel.php) penderita thalassaemia akan merasa lain dari anak-anak sebayanya yang normal, misalnya pada anak perempuan akan mengalami keterlambatan dalam pubertas (delay puberty), mengalami keterlambatan juga dalam menstruasi, bahkan buah dada tidak tampak menonjol. Selain itu, karena sebentarsebentar ditransfusi darah, anak juga bisa stres, sehingga anak tersebut akan merasa kehilangan kepercayaan dirinya akibat mengganggap atau tahu penyakitnya tidak dapat disembuhkan. Penderita thalassaemia ini tidak hanya menganggung penderitaan akibat penyakitnya, tetapi juga menanggung akibat dari transfusi darah yang rutin dilakukannya seperti kulit menjadi hitam (gosong). Peran orang tua dalam membangkitkan perasaan percaya diri anaknya sangat dibutuhkan oleh anak.
6
Orang tua yang memiliki anak menderita penyakit thalassaemia ini harus memikirkan bagaimana kelanjutan hidup anaknya, mulai dari mencari biaya untuk transfusi darah, suntikan dan obat bagi anaknya, orang tua juga harus memikirkan bagaimana membuat anaknya percaya diri clan tidak merasa berbeda dengan anak-anak sebayanya yang normal.
Selain pikiran di alas juga, orang tua yang mempunyai anak menderita thalassaemia, selalu dihampiri oleh perasaan takut akan kehilangan anaknya apabila ritual seperti transfusi darah, suntikan clan obat tidak terpenuhi. Bayangan akan kematian inilah yang selalu menghampiri perasaan ketakutan orang tua apabila suatu saat akan kehilangan anak yang disayanginya akibat penyakit thalassaemia ini. Penyakit thalassaemia ini merupakan penyakit yang sangat menguras materi dan imateril. Menguras materi dalam kasus ini setiap transfusi darah membutuhkan dana yang tidak sedikit, sehingga cara apasaja akan orang tua lakukan guna menyambung kehidupan sang anak. Adapun cara-cara yang dilakukan orang tua antara lain mulai dari gaji yang di peroleh bapak perbulannya akan ditukarkan dengan transfusi darah untuk anaknya, selain itu uang tabungan, sampai harta benda apapun yang bisa menghasilkan uang, akan ditukarkannya juga dengan transfusi darah untuk anaknya. Sedangkan menguras imateril, dalam kasus ini orangtua senantiasa
7
meningkat dan mengancam kesehatan mentalnya. Karena desakan-desakan yang terjadi guna memperpanjang kehidupan anaknya.
Orang tua menyadari akan l<edudukan anaknya antara l1oin anak sebagai anugrah dari Allah, anak sebagai amanat dari Allah, anak sebagai bukti kebesaran dan kasih sayang Allah dan anak sebagai peianjut, penerus dan pewaris orang tua (Hartono, 1997). Dengan menyadari akan kedudukan anaknya membuat orang tua menjadi lebih tabah dan sabar dalam menghadapi penyakit yang diderita oleh anaknya kare:na anal< adalah milik Allah yang dititipkan kepadanya, sehingga anak akan kembali kepada pemiliknya yaitu Allah SWT. Seper!i dalam surat Al-Baqarah ayat 155-156 yang berbunyi:
Artinya: "Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) Orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata: "innaa li/laahi wa innaa i/aihi raajiuun (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami kembali)"
8
Menurut Majdi As-Sayyid Ibrahim (2004, dalam http://lwww.assyifa.blogspot.com/2004/12/keutamaan-sabar-menghadapi-cobaan.html) Setiap orang akan menghadapi cobaan di dalam hidupnya, cobaan itu baik yang menimpa langsung pada dirinya atau suaminya atau anaknya ataupun anggota keluarga yang lainnya. Akan Tetapi justru disitulah akan tampak kadar iman seseorang. Allah menurunkan cobaan kepacla umatnya, agar Dia bisa menguji iman umatnya, apakah umatnya akan sabar dalam menghadapinya atau kebalikannya yaitu menghadapinyi:i dengan marahmarah. Oleh l<arena itu l1endaknya orang tua menghadapi segala cobaan yang terjadi pada anaknya dengan sabar dan memasrahkan segala masalahnya kepada Allah. Menurut Carver, C.S & Schel
Menurut Hurlock (2000), terdapat perbedaan antar jenis kelamin dalam streotip peran seks tradisional pada ciri kepribadian yaitu wanita dengan kepribadian feminim dan pria dengan kepribadian maskulin, yang mengarah pada perbedaan peran pria dan wanita dalam keluarga. Pria sebagai ayah sering diidentikkan sebagai sosok yang menjaga dan melindungi keluarga (bekerja untuk mencari nafkah) dan tugas-tugas kepemimpinan, sehingga ia
9
memiliki kesempatan yang lebih kecil untuk berintraksi dengan anak-anaknya dan memiliki ikatan emosional yang lemah dengan anaknya. Peran pria sebagai ayah berbanding terbalik dengan peran wanita sebagai ibu yang sering diidentikkan sebagai penjaga lingkungan
domestil~
dan Jebih
ditekankan pada kompetensinya memelihara, mengasuh anak serta melakukan aktivitas rumah tangga lainnya, sehingga t1al ini, membuat ibu akan mendapat banyak kesempatan untuk berintraksi deingan anaknya, memiliki ikatan emosional yang kuat dan menjadi lebih perhatian kepada keadaan anaknya menderita penyakit thalassaemia.
Dengan naluri agresif dan protektif yang dimiliki seorang ibu menjadikannya hipe1waspada tentang semua aspek mengenai keselamatan dan kesehatan anaknya. Sikap hiperwaspada yang dimiliki oleh ibu, menyebabkan kecemasan empat kali lebih sering di temui pada ibu, stre,sor yang sangat responsif pada perempuan membuatnya jauh lebih cepat cemas daripada suaminya. Keadaan ini menyebabkan ibu terpusat pada bahaya yang dihadapi dan bereaksi dengan cepat untuk melindungi anaknya (Lounann Brizendine, 2006).
Abu Muhammad (1999) juga mengatakan bahwa wanita mempunyai perbedaan dengan laki-laki dalam mengadapi problema kehidupan, wanita
10
lebih banyak rewel dan menggunakan perasaannya sehingga menyebabkannya lebih mudah kacau dibandingkan
den!~an
laki-laki, dan laki-
laki juga dalam menghadapi problema kehidupan lebih memakai logikanya.
Penelitian yang dilakukan oleh Bamaisaiye, Bakare, &. Olatawura (dalam Midence, dkk,. 1993) menyatakan bahwa pengaruh kondisi anak yang menderita penyakit kronis pada keluarga terutama dirasakan oleh ibu. Penelitian mengenai efek dari kondisi anak yang menderita penyakit siklemia terhadap orang tua ini menunjukan bahwa 93% ibu menyatakan bahwa keadaan anak tersebut membuat perkawinan mereka tidak bahagia. Penelitian ini mengungkapkan bahwa 80% dari ibu men&1atakan bahwa kondisi anak yang saki! berpengaruh terhadap kehidupan pekerjaan, pendidikan dan kesehatan mental mereka. Sedangkan pengaruh bagi ayah hanya 20%.
Hasil penelitian di atas terlihat bahwa kondisi anak yang menderita penyakit kronis seperti thalassaemia memberikan pengaruh yang sangat besar dirasakan oleh ibu. lbu merasakan perasaan tidak berdaya, frustasi dan dapat mengancam kesehatan mentalnya.
11
Berdasarkan beberapa pembahasan di atas, penulis tertarik untuk mengetahui lebih jauh bagaimanakah ibu dalam men1ihadapi masalahnya agar terhindar dari distres psikologis akibat penyakit yang dialami oleh anaknya. Karena itu judul dalam penelitian ini adalah "Perilaku Coping ibu
yang Mempunyai Anak Pem:lerita Thalassaemia".
1.2. lde11tifikasi Masaiah Berkaitan dengan tema penelitian ini, maka dapat diketahui identifikasi masalahnya sebagai berikut: 1. Masalah-masalah psikologis apa saja yang dialami ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia? 2. Bagaimanakah pola-pola penyesuaian coping seorang ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia sebagai solusi terhadap masalah-masalah yang timbul karena penyakit th
1.3. Pembatasa11 dan Perumusa11 Masalah 1.3.1. Pembatasan Masaiah Dari identifikasi masalah di atas, maka dalam penelitian ini dibatasi dengan permasalahan penelitian sebagai berikut:
l
1. Coping adalah suatu usaha untuk mengubah secara konstan aspek kognitif dan perilaku untuk mengelola tuntutan-tuntutan eksternal (berasal dari lingkungan) maupun internal (berasal dari indivudu) yang dinilai sebagai beban dan atau telah melampaui sumber daya individu. 2. lbu memiliki anak penyakit thalassaemia ini adalah ibu
yan~1
mempunyai masalah-masalah yang timbul dari p1:inyakit thalassaemia.
1.3.2. Perumusa111 Masaiah Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah: "Bagaimanakah perilaku coping ibu yang mempunyai arn>k penderita penyakit thalassaemia?"
1.4.
Tujua111 da111 Manfaat pe111elitia111
1.4.1. Tujuan Masalah Untuk mengetahui coping ibu yang mempunyai anak penyakit thalassaemia sehingga dapat membantu anaknya menjalani kehidupan dan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya sebagai orang tua yang mempunyai anak menderita penyakit thalassaemia.
13
1.4.2. Manfaat Masalah Diharapkan penelitian ini membawa manfaat, diantaranya: a. Secara Teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan wawasan bagi ilmu psikologi secara umum dan khususnya bagi psikologi klinis untuk dijadikan wacana atau bahan bacaan yang dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan. b. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk para pembaca dalam menambah informasi atau masukan kepada orang tua yang mempunyai anak menderita penyakit thalassaemia. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi perilaku coping orang tua yang mempunyai anak menderita penyakit thalassaemia dan membantu orang tua dalam menangani masalah yang timbul dari penyakit thalassaemia.
1.5.
Sistematika Pen11.1iisa11
Untuk memudahkan pemahaman pada tulisan ini, mal
14