15
2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini diawali dengan sejumlah penelitian tentang studi pemasaran, khususnya pemasaran produk pertanian/perikanan yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu, dalam rangka menunjukkan kebaharuan dari penelitian yang dilakukan. Penelitian tentang sistem pemasaran produk pertanian telah banyak dilakukan dan Tabel 3 maupun 4 menunjukkan sebagian kecil yang ada. Pada hakekatnya, esensi tujuan penelitian pemasaran mengkaji bagaimana efisiensi sistem pemasaran dapat tercapai melalui analisis berbagai komponen yang biasanya terlibat dalam sistem tersebut, yaitu Marketing mix, Segmenting, Targetting, Positioning (STP) dan Five Diamond Porter. Marketing mix (bauran pemasaran) yang terdiri dari Product, Price, Place, Promotion (4P‟s) merupakan suatu konsep untuk menerjemahkan perencanaan pemasaran ke dalam pelaksanaan. Bauran pemasaran bukanlah suatu teori ilmiah, melainkan kerangka konseptual yang membantu manajer membentuk penawaran yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Konsep ini dapat digunakan untuk membangun strategi jangka panjang maupun program taktis jangka pendek (Palmer 2004). Dua manfaat penting dari konsep bauran pemasaran adalah memungkinkan
seseorang
melihat
pekerjaan
manajer
pemasaran
dan
mengungkapkan dimensi lain pekerjaan manajer pemasaran. Setiap manajer harus mengalokasikan sumber daya yang tersedia di antara berbagai permintaan yang ada dan pada akhirnya mengalokasikan sumber daya tersebut di antara elemen kompetitif dari bauran pemasaran (Chai 2009). Lebih lanjut dikatakan bahwa bauran pemasaran yang digunakan oleh suatu perusahaan akan berbeda dengan perusahaan lainnya, tergantung dari sumber daya yang dimiliki, kondisi pasar dan perubahan kebutuhan dari konsumen. Keputusan tidak dapat diambil hanya berdasarkan satu unsur dalam bauran pemasaran, tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap unsur lainnya. Segmenting, Targetting, Positioning (STP) merupakan konsep dasar dalam memahami pemasaran dan strategi perusahaan. Pemahaman tentang model STP merupakan dasar utama bagi seseorang untuk lebih memahami hubungan antara
16
segmentasi pasar, penetapan pasar sasaran dan penetapan posisi produk. Proses STP menunjukkan hubungan antara keseluruhan pasar dan bagaimana perusahaan memilih untuk bersaing di pasar, yang didahului dengan pelaksanaan segmentasi sedang, diikuti oleh pemilihan satu atau lebih target pasar dan akhirnya pelaksanaan posisi. STP berfungsi sebagai
panduan perusahaan untuk
mengembangkan dan melaksanakan bauran pemasaran (Market Segmentation Study Guide 2012). Five Diamond Porter merupakan suatu model yang menunjukkan lima kekuatan yang memengaruhi lingkungan kompetitif suatu usaha. Kekuatan tersebut adalah kekuatan tawar-menawar produsen dan konsumen, ancaman dari pesaing baru, ancaman produk substitusi dan industri pesaing. Five Diamond Porter menentukan lingkungan kompetitif perusahaan yang memengaruhi profitabilitas. Kekuatan tawar menawar penjual dan pembeli memengaruhi perusahaan untuk meningkatkan harga dan mengelola biaya masing-masing. Apabila produk yang sama tersedia dari beberapa penjual, maka pembeli memiliki daya tawar yang tinggi atas penjual. Namun jika hanya tersedia satu penjual untuk produk tertentu, maka penjual tersebut lebih memiliki daya tawar dibandingkan pembeli. Rendahnya hambatan untuk berkompetisi dalam suatu usaha menarik lebih banyak penjual untuk ikut dalam kompetisi tersebut (Basu 2013). Walau penelitian tentang pemasaran di bidang pertanian telah banyak dilakukan, namun penelitian tentang pemasaran produk perikanan khususnya di Maluku masih sangat terbatas. Tabel 3 Studi terdahulu tentang sistem pemasaran produk pertanian/perikanan PENELITI Abdallah Omezzine
TAHUN
1998
Asri Hidayati
2000
Eleni Z. Gabre Mahdin
2001
METODE
HASIL
Peningkatan efisiensi dapat dilakukan melalui perbaikan fasilitas, Descriptive penguatan quality control (QC), penegakan hukum dan pengembangan pemusatan pasar ikan. Kinerja Usaha; Struktur, Tingkah Jasa lembaga pemasaran sangat Laku dan Keragaan Pasar, Margin diperlukan dalam proses pemadan Distribusi, Lembaga saran, karena jauhnya jarak tempat Penunjang Pemasaran. produksi dengan konsumsi. Pedagang perantara berpengaruh Bilateral Optimal Model positif dalam meningkatkan surplus.
17
Lanjutan Tabel 3 PENELITI
TAHUN
METODE
David A. Hennesy and Jutta Roosen
2003
Endogenous seasonility Model
Adam Lindgreen and Michael Beverland
2004
Matriks Situasi Perubahan Penjual dan Pembeli.
Bambang Sayaka
2005
Market Conduct : institutional and functional approach
Godfred Yeboah
2005
The Farmapine Model
Marcel Fafchamps, Eleni Gabre-Madhin, Bart Minten
2005
Statistic
Lokman Zaibet, Houcine Boughanmi and Qaseem Habib
2005
Statistic : “Delphi Method”
William G.Tomek and Hikaru Hanawa Peterson
2005
Ordinary Stochastic Dominance
Ron Wilson
2006
Descriptive
M.H.A. Binnekamp and P.T.M. Ingenbleek
2006
Descriptive
Bambang Sayaka
2006
Market Structure
A. Wagenaar and M. D‟Haese
2007
Survei
2012
Analisis Regresi Linear Sederhana
Pasquale Cirillo, Gabrielle Tedeschi and Mauro Gallegati
HASIL Produk musiman berimplikasi terhadap keamanan pangan. Konsumsi produk musiman turut menyeimbangkan program diet pada masyarakat Uni Eropa. Perubahan keinginan konsumen, tingkah laku pedagang dan kebijakan Pemerintah mengakibatkan orientasi usaha berubah. Tingginya modal, teknologi dan SDM, mengakibatkan perusahaan multinasional cenderung oligopolistik. Koperasi sangat berfungsi dalam produksi dan pemasaran produk. Pemerintah harus menemukan teknologi dan institusi baru dalam rangka meningkatkan efisiensi pasar pertanian. Tingginya biaya transaksi merupakan faktor utama inefisiensi pemasaran. Efisiensi suatu komoditas mendorong beragamnya tingkah laku harga dan alternatif strategi pemasaran. Kesuksesan dan/atau kegagalan keputusan yang diambil tergantung pada tingkah laku jangka panjang pasar yang dimasuki. Sejumlah kunci dalam mengantisipasi tantangan pemasaran produk baru. Struktur pasar industri benih jagung di tingkat produsen Jawa Timur sangat oligopoli, perusahaan multinasional mendominasi pasar. Koperasi merupakan instrumen penting dalam menyediakan kredit dan pemasaran produk. Loyalitas berdampak terhadap penentuan harga.
Omezzine (1998) dalam penelitiannya tentang Pemasaran Ikan Segar di Tepi Pantai Oman dengan menggunakan metode deskriptif menemukan bahwa sedikitnya terdapat dua struktur pasar dengan kinerja yang berbeda. Persaingan struktur biasa dilakukan di pasar dimana pembeli bertindak sebagai pedagang atau konsumen. Kedua pasar kelihatannya mempunyai masalah efisiensi dan persaingan yang ada akan terkoreksi melalui mekanisme pasar. Efisiensi dapat
18
ditingkatkan melalui perbaikan fisik fasilitas, penguatan QC, penegakan hukum dan pengembangan pemusatan pasar ikan. Lindgreen and Beverland (2004) mengemukakan bahwa berubahnya keinginan konsumen, tingkah laku pedagang dan kebijakan pemerintah mengakibatkan orientasi suatu usaha berubah. Akibat perubahan tersebut pemasar terdorong untuk lebih mengindahkan proses pemasaran, termasuk di dalamnya bentuk hubungan dalam pasar. Dalam penelitiannya tentang Analisis Kinerja Sistem Pemasaran Rumput Laut di Lombok Timur, Hidayati (2000) mengemukakan bahwa jasa lembaga pemasaran sangat diperlukan dalam proses pemasaran, karena jauhnya jarak tempat produksi dengan konsumsi. Dengan menjual hasil ke pedagang pengumpul desa, harga yang diperoleh petani akan lebih tinggi dibandingkan dengan jika menjual hasil ke pedagang pengumpul dusun, namun sedikitnya jumlah produk yang dipasarkan membuat petani merasa lebih efisien apabila menjual produknya ke pedagang pengumpul dusun. Tidak adanya alternatif tempat meminjam uang, mengakibatkan petani meminjam uang untuk keperluan modal dan kebutuhan lainnya kepada pedagang pengumpul, sehingga terjadi kesepakatan yang bersifat mengikat walaupun tidak tertulis bahwa petani harus menjual produksi rumput lautnya ke pedagang pengumpul tersebut. Hal serupa dikemukakan oleh Madhin (2001) dalam penelitiannya tentang peran pedagang perantara dalam memperluas efisiensi pasar padi dan biji-bijian, menemukan bahwa kehadiran pedagang perantara memberikan dampak positif terhadap surplus total dengan cara memungkinkan alokasi pasar yang lebih efisien. Sementara Yeboah (2005) menerapkan The Farmapine Model sebagai suatu strategi pemasaran yang kooperatif dan pendekatan pengembangan berbasis pasar. Model ini menunjukkan fungsi koperasi sebagai penolong petani untuk memproduksi dan memasarkan produksinya dengan baik. Sejalan dengan hal tersebut, Wagenaar dan D‟Haase (2007) dalam penelitian terhadap Pengembangan Perikanan Skala Kecil di Yaman, menemukan bahwa koperasi merupakan suatu instrumen yang berperan penting dalam penyediaan bantuan kredit dan pemasaran produk perikanan. Koperasi juga harus memperkuat sekaligus membantu nelayan dalam
mengembangkan
teknologi
penangkapannya.
Karenanya
untuk
19
membangun suatu koperasi yang baik, harus ada saling percaya dan tindakan bersama, sehingga pengembangan kapasitas koperasi meningkat. Dalam penelitian tentang hubungan margin dan biaya pemasaran, Fafchamps et al., (2005) menemukan bahwa apabila penerimaan meningkat tetap, maka kehadiran pedagang kecil dalam jumlah banyak tidak akan efisien. Dengan peningkatan penerimaan, diharapkan sejumlah pedagang berkembang dan secara bertahap mengeliminasi operator kecil yang tidak efisien. Akan tetapi dengan adanya keterbatasan seperti rendahnya akses modal dan kegagalan koordinasi dalam transport mungkin dapat menunda proses tersebut, sehingga intervensi kebijakan dituntut untuk mempercepat proses „kematangan‟ dari pasar pertanian liberal. Margin yang ditemukan menunjukkan kecilnya hubungan dengan ukuran transaksi. Sehubungan dengan hal tersebut, Zaibet et al., (2005) menemukan bahwa para importir yang beroperasi di Pasar Al-Mawaleh Oman, menghadapi tingginya biaya transaksi yang terdiri atas tiga (3) komponen : biaya meneliti, monitor dan pelaksanaan. Hal ini dapat dipahami sebagai ijin impor dan jadwal impor yang membentuk aturan kebijakan yang sangat mempengaruhi para importir. Perubahan jadwal impor dan ketidakjelasan prosedur ijin impor meningkatkan biaya pencarian dan monitor para importir. Tomek and Petterson (2005) meneliti tentang hubungan tingkah laku harga terhadap strategi pemasaran dengan menggunakan Ordinary Stochastic Dominance. Ditemukan bahwa komoditas yang efisien dapat mendorong tingkah laku harga yang sangat beragam dengan demikian alternatif strategi pemasaran yang ditawarkan juga beragam. Suatu strategi spesifik hanya dapat dilaksanakan di waktu tertentu, sementara strategi umum dilaksanakan sepanjang waktu. Wilson (2006) menyimpulkan dari penelitiannya, bahwa strategi pemasaran sangat penting dalam usaha jangka panjang. Seorang manajer harus mempunyai pemahaman yang cukup akan dasar-dasar pemasaran, karena kesuksesan dan kegagalan keputusan yang diambil tergantung pada tingkah laku jangka panjang dari pasar yang dimasuki suatu produk. Lebih lanjut dikatakan bahwa suatu strategi pemasaran haruslah merupakan suatu dokumen yang tersusun dengan rapih, memuat seluruh informasi, asumsi dan cara untuk mencapai strategi tersebut. Binnekamp and Ingenbleek (2006) memberikan beberapa kunci dalam
20
mengantisipasi tantangan pemasaran produk baru, yaitu (1) produk yang dijual harus benar-benar memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen, (2) perbandingan harga dan mutu produk membuat konsumen bernilai dalam mencoba produk tersebut, (3) „pesan‟ dari produk tersebut harus tersampaikan dengan baik, melalui nama, kemasan dan promosinya, (4) ketepatan segmen konsumen sebagai sasaran produk, dan (5) produk diterima oleh segmen ini. Tabel 4 Studi terdahulu tentang integrasi pasar produk pertanian PENELITI
TAHUN
METODE
Barry K. Goodwin and Nicholas E. Piggott
2001
Treshold Autoregression dan Cointegration Model
Thomas L. Cox and Jean-Paul Chavas
2001
Interregional Spatial Market Equilibrium Model
Thomas Vollrath and Charles Hallahan
2006
Law-of- one price (LOP) and Vector Autoregressive (VAR)
Asfaw Negassa and Robert J. Myers
2007
Treshold Autoregression and Parity Bounds Model (PBM)
2007
Uji Kointegrasi Johansen, Vector Error Correction Model dan Uji Kausalitas Granger
Andi Irawan dan Dewi Rosmayanti Muhammad Firdaus dan Irwanto Gunawan
Nikolaos Papavassiliou
2010
2012
Pendekatan Kointegrasi dan Model Ravallion
Linear Multiple Regression Analysis
HASIL Harga gandum dan soybean di sejumlah pasar di North Carolina terintegrasi, adanya treshold memengaruhi hubungan harga spasial. Dibandingkan dengan kebijakan yang tidak ditetapkan sebagai peraturan, kebijakan umum lebih memengaruhi perbedaan daerah dan agregat substantif. Pertukaran nilai uang menghambat integrasi pasar sejumlah komoditi di Amerika Serikat dan Kanada. Proses penyesuaian dan reformasi pasar gandum yang dinamis meningkatkan efisiensi spasial pada beberapa pasar. Pasar beras Bengkulu adalah pasar yang terintegrasi spasial secara tidak sempurna.
Tidak adanya perilaku integrasi pasar sayur di tingkat produsen dengan pasar acuan untuk daerah sentra produksi tertinggi, maupun terendah. Karakteristik produk, kondisi geografis dengan keterbatasan sistem transportasi dan informasi merupakan faktor utama penentu ketidakefisienan pemasaran produk perikanan di Yunani.
Dengan menggunakan Treshold Autoregression dan Cointegration Models, Goodwin and Piggott (2001) mengevaluasi hubungan antara harga spasial dengan dinamika harga harian gandum dan soybean di sejumlah pasar di North Carolina. Ditemukan bahwa pasar-pasar tersebut terintegrasi kuat dan adanya treshold mempengaruhi hubungan harga spasial. Biaya transaksi mengakibatkan suatu ikatan yang kuat antar pasar yang terintegrasi walaupun harga di pasar-pasar tersebut tidak berhubungan secara langsung. Vollarth and Hallahan (2006)
21
melakukan penelitian untuk menguji integrasi pasar daging dan ternak antara Amerika Serikat dan Kanada, menemukan pasar produk daging babi AmerikaKanada lebih terintegrasi dibandingkan pasar produk daging sapi dan lembu. Pertukaran nilai uang juga turut menghambat integrasi pasar komoditi tersebut di Amerika dan Kanada. Ditemukan pula bahwa faktor berpengaruh terhadap harga spasial adalah biaya transaksi, siklus musiman, kebijakan Pemerintah dan keterlambatan penyerahan. Sementara Hennesy and Roosen (2003) membangun model berdasarkan biaya yang dikeluarkan. Penelitian dilakukan terhadap produk musiman seperti susu. Aplikasi model menunjukkan bahwa tidak adanya pembatasan kuota telah mengakibatkan meningkatnya, atau menurunnya produksi seiring dengan subsidi penyimpanan. Produk musiman dapat berimplikasi terhadap keamanan pangan. Penyimpanan rahasia, maupun intervensi pasar produk hanya akan memperburuk masalah. Pada tahun 2000 ditemukan bahwa produksi susu bulanan di Belanda lebih rendah dari Irlandia, namun lebih tinggi dari produksi Perancis dan Inggris. Cox and Chavas (2001) menganalisis hubungan antara diskriminasi harga dan reformasi kebijakan domestik pada usaha pemerahan susu. Kehadiran banyak pasar untuk produk susu membuat banyak pilihan untuk diskriminasi harga. Disimpulkan juga bahwa diskriminasi harga pada pasar produk berupa cairan lebih efektif dan mempengaruhi alokasi pasar dan harga dibandingkan pada pasar produk non-cairan seperti keju dan mentega. Walau begitu kemungkinan untuk diskriminasi harga pada pasar produk non-cairan juga turut meningkatkan tambahan penerimaan. Negassa and Myers (2007) dalam penelitiannya tentang Pengaruh Kebijakan Terhadap Efisiensi Pasar Spasial dengan menggunakan Treshold Autoregression dan Parity Bounds Model, menyimpulkan bahwa proses penyesuaian dan reformasi pasar gandum yang dinamis meningkatkan efisiensi spasial pada beberapa pasar. Penelitian pemasaran produk perikanan, khususnya ikan segar di Maluku masih sangat sedikit dilakukan. Karenanya penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan sistem pemasaran ikan segar yang berlaku di Maluku, khususnya di Kawasan Maluku Tengah, mengidentifikasi kekuatan eksternal dan internal dari
22
sistem pemasaran tersebut, menganalisis derajat efisiensi spasial, maupun temporal antar pasar di Pulau Ambon dan Pulau Seram. Berdasarkan hasil tersebut, kemudian dirumuskan strategi dalam rangka peningkatan efisiensi pemasaran ikan segar di Kawasan Maluku Tengah. Dari sejumlah penelitian pemasaran yang telah dilakukan para ahli dengan berbagai pendekatan untuk menghasilkan pemasaran yang efisien seperti yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian ini akan mengacu pada pendekatanpendekatan yang digunakan Sayaka (2005;2006), Vollarth and Hallahan (2006), Firdaus dan Gunawan (2010) serta Papavassiliou (2012). 2.1
Pengertian dan Ruang Lingkup Pemasaran Tiga (3) aspek pokok kegiatan ekonomi yang menyangkut cara manusia
berpencaharian dan hidup, yaitu produksi, distribusi dan konsumsi. Produksi dan distribusi merupakan kegiatan penciptaan dan penambahan fungsi dari barang dan jasa, sementara konsumsi berhubungan dengan penurunan kegunaan barang dan jasa. Dalam dunia usaha, perkataan produksi dipakai sebagai tindakan pembuatan barang dan jasa, sedangkan distribusi atau yang sering diartikan pemasaran dipakai sebagai tindakan yang bertalian dengan pergerakan barang dan jasa dari produsen ke konsumen.
Uraian tersebut mendefinisikan pemasaran sebagai
keseluruhan tindakan atau kegiatan yang berhubungan dengan pergerakan barang dan jasa dari produsen sampai ke konsumen (Hanafiah dan Saefuddin 2006). Menurut Kotler dan Amstrong (2004), pemasaran dapat didefinisikan sebagai proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang diinginkan dan dibutuhkan melalui penciptaan dan pertukaran barang dan nilai dengan pihak lain. Pemasaran juga berarti proses pemberian kepuasan kepada konsumen untuk mendapatkan laba. Tujuan akhir dari pemasaran adalah menempatkan barang dan jasa ke tangan konsumen akhir. Untuk mencapai tujuan tersebut, dilaksanakan kegiatankegiatan pemasaran yang dibangun berdasarkan arus barang dan jasa yang meliputi proses pengumpulan (konsentrasi), proses pengimbangan (ekualisasi) dan proses penyebaran (dispersi). Proses konsentrasi merupakan tahap pertama dari arus barang dan jasa, dimana barang dan jasa yang dihasilkan dikumpulkan ke
23
dalam jumlah besar, agar dapat disalurkan ke pasar-pasar eceran lebih efisien. Ekualisasi merupakan tahap kedua yang bertujuan untuk menyesuaikan permintaan dan penawaran, berdasarkan tempat, waktu, jumlah dan mutu. Dispersi merupakan tahap terakhir, dimana barang dan jasa yang telah terkumpul disebarkan ke arah konsumen atau pihak yang membutuhkannya (Hanafiah dan Saefuddin 2006). Purcell (1979) menekankan pengertian pemasaran kepada adanya koordinasi atas suatu proses/sistem yang menjembatani, atau menghubungkan gap antara apa yang diproduksi produsen (what is produced) dan apa yang diinginkan konsumen (what is demanded).
Kohls and Uhls (2002) mendefinisikan
pemasaran sebagai keragaan dari semua aktivitas bisnis dalam aliran dari produkproduk dan jasa-jasa yang dimulai dari tingkat produksi hingga ke tingkat konsumen akhir. Dahl and Hammond (1977) menekankan definisi pemasaran kepada serangkaian fungsi yang diperlukan dalam pergerakan produk dan jasa yang dimulai dari titik produksi primer sampai ke konsumen akhir. Selanjutnya Kotler (2005) menyatakan bahwa aktivitas pemasaran terdiri dari sejumlah keputusan dengan strategi bauran pemasaran 4P‟s. Schaffner et al., (1998) mengemukakan pengertian pemasaran ditinjau dari dua (2) perspektif, yaitu perspektif makro dan mikro.
Perspektif makro
menganalisis sistem pemasaran setelah dari produsen, yaitu fungsi-fungsi yang diperlukan untuk menyampaikan produk dan jasa yang berhubungan dengan nilai guna, bentuk, tempat dan kepemilikan kepada konsumen dan kelembagaan, atau perusahaan (pengolah, distributor, broker, agen, grosir dan pedagang eceran) yang terlibat dalam sistem tersebut.
Sementara perspektif mikro menekankan
pemasaran dalam aspek manajemen dimana perusahaan secara individu, pada setiap tahapan pemasaran dalam mencari keuntungan, melalui pengelolaan bahan baku, produksi, penetapan harga, distribusi dan promosi yang efektif terhadap produk perusahaan yang akan dipasarkan. Baik perspektif makro, maupun mikro, mempunyai sasaran akhir kepada kepuasan konsumen.
24
2.1.1 Bentuk-Bentuk Pasar Pasar sering diartikan sebagai tempat atau lokasi terjadi transaksi antara penjual yang melakukan fungsi penawaran dan pembeli yang melakukan fungsi permintaan, sehingga membentuk harga tertentu. Dahl and Hammond (1977) mengartikan pasar sebagai ruang, atau dimensi dimana kekuatan penawaran dan permintaan bekerja untuk menentukan, atau mengubah harga. Pasar merupakan himpunan semua pelanggan potensial yang sama-sama mempunyai keinginan dan kebutuhan untuk terlibat dalam pertukaran untuk memutuskan keinginan dan kebutuhan tersebut (Kotler 1993). Pasar adalah arena pengorganisasian beserta fasilitas dari aktifitas bisnis untuk menjawab pertanyaan ekonomi pasar: apa yang diproduksi, bagaimana memproduksi, berapa banyak diproduksi dan bagaimana mendistribusikan hasil produksi (Kohls and Uhls 2002). Bentuk pasar adalah bentuk yang menunjukkan keadaan-keadaan obyektif, dimana terjadi pertukaran. Dalam membedakan pasar berdasarkan bentuk biasanya dipakai kriteria jumlah penjual dan pembeli. Hanafiah dan Saefuddin (2006), membedakan bentuk pasar atas : 1. Pasar persaingan murni Suatu pasar dikatakan pasar persaingan murni, apabila mempunyai tiga (3) macam sifat, atau syarat berikut : a. Pada pasar tersebut berbagai perusahaan menjual produk tunggal yang identik. b. Jumlah penjual dan pembeli demikian banyaknya, sehingga tidak seorangpun di antaranya dapat mempengaruhi harga produk secara berarti. c. Penjual dan pembeli leluasa dalam mengambil keputusan, tidak ada perjanjian antara satu dengan yang lainnya. 2. Pasar monopoli dan monopsoni Pasar monopoli dalam arti umum adalah situasi pasar dimana seorang, atau sekelompok penjual mempunyai pengaruh demikian besar atas penawaran produk tertentu, sehingga dapat menentukan harga.
Pada monopoli murni,
25
perusahaan bersangkutan tidak mempunyai saingan langsung dan juga tidak berhadapan dengan produk, atau sekelompok produk yang bersaing dengan produknya. Bentuk pasar yang dekat keadaannya dengan monopoli adalah duopoli dan oligopoli. Pasar duopoli adalah bentuk pasar dimana hanya terdapat dua (2) penjual produk tertentu, sementara pasar oligopoli (monopoli parsial) adalah bentuk pasar dimana terdapat lebih dari dua (2) penjual (tetapi sedikit jumlahnya, misalnya tiga (3) atau empat (4) penjual) produk tertentu dan karenanya setiap perusahaan dapat memengaruhi penjualan pihak saingannya dengan jumlah yang berarti. Pasar monopsoni akan dijumpai apabila terdapat seorang atau sebuah badan pembeli untuk benda tertentu, sehingga dapat memengaruhi permintaan dan harga barang tersebut.
Bentuk pasar yang dekat keadaannya dengan pasar
monopsoni adalah pasar duopsoni dan pasar oligopsoni. Pasar duopsoni adalah kebalikan dari pada pasar duopoli, dimana hanya terdapat dua (2) pembeli komoditi tertentu.
Pasar oligopsoni kebalikan dari pasar oligopoli, dimana
terdapat tiga (3), atau empat (4) orang pembeli komoditi tertentu. 3. Pasar persaingan monopolistik Pasar persaingan monopolistik disebut juga sebagai pasar monopoli tidak sempurna, atau pasar persaingan tidak sempurna. Pasar ini merupakan bentuk antara dari pasar persaingan murni dan pasar monopoli murni, karena dijumpai unsur-unsur tertentu dari persaingan murni dan kondisi-kondisi yang berkaitan dengan monopoli murni. Salah satu kondisi dari persaingan murni yang terdapat dalam pasar persaingan monopolistik adalah bahwa terdapat sejumlah besar penjual barang tertentu, tetapi di antaranya ada penjual yang dapat memengaruhi penjualan dari setiap penjual lainnya hingga timbul suatu reaksi. 2.1.2
Tingkatan Pasar Tingkatan pasar biasanya dibagi atas tingkat distribusi barang dan jasa
yang diproduksi (Hanafiah dan Saefuddin 2006), yaitu :
26
1. Pasar Lokal Pasar lokal ini sering disebut pasar pengumpul lokal (local assembling market) dan sering dijumpai di daerah atau di sekitar daerah produksi, di luar kota besar. Dalam pemasaran hasil perikanan, pasar ini sering pula disebut pasar petani (grower market) dan biasanya satu kompleks dengan tempat pendaratan ikan (TPI). Kegiatan yang banyak dijumpai di pasar ini adalah pembelian hasil perikanan dalam jumlah-jumlah kecil dari nelayan atau petani ikan untuk kemudian dikirim dalam jumlah yang lebih besar ke pasar-pasar sentral, usahausaha pengolahan maupun pembeli lainnya. Kegiatan lain yang menonjol di pasar ini adalah sortir, grading dan packing. Di pasar lokal ini banyak dijumpai pedagang yang mengumpulkan hasil produksi seperti tengkulak, pedagang besar, pedagang besar perantara dan kadang-kadang perkumpulan koperasi, yang membeli hasil perikanan dari nelayan, atau petani ikan untuk dikirim ke pasar sentral, atau pembeli lainnya. Di pasar lokal daerah perikanan laut di Indonesia banyak pula dijumpai usaha pengolahan seperti usaha pengasinan, pemindangan, pengasapan, pengalengan dan lainnya yang membeli hasil produksi nelayan untuk diolah menjadi ikan asin, ikan pindang, ikan asap, ikan kaleng dan sebagainya. Di pasar lokal ini juga biasanya tersedia fasilitas-fasilitas penimbangan, penyimpanan, pengangkutan dan lainnya. Fasilitas pengangkutan seperti jalan raya harus tersedia untuk kelancaran perhubungan antara pasar lokal dengan pusat-pusat konsumsi, agar pemenuhan kebutuhan hasil perikanan di daerah konsumsi berjalan lancar dan hasil perikanan tersebut tidak mudah busuk. Fasilitas lain yang juga harus tersedia di pasar lokal adalah lembaga pelelangan ikan. Pentingnya lembaga pelelangan disesuaikan dengan sifat ikan yang cepat rusak, yang harus segera terjual, pada tingkat harga yang wajar.
Betapa
pentingnya lembaga pelelangan ikan ini tersedia di tempat pendaratan ikan ikan laut di Indonesia bila disadari bahwa keadaan ekonomi sebagian besar nelayan masih rendah dengan hasil produksi yang relatif besar pada musim ikan, sementara tempat pendaratan ikan berjauhan dengan sebagian besar daerah konsumen yang disertai dengan komunikasi kurang lancar.
27
2. Pasar Sentral Pasar sentral sering pula dinamakan pasar terminal (terminal atau primary market) yang merupakan pusat-pusat perdagangan dan banyak terdapat di kotakota besar. Pasar ini menerima barang dari pasar lokal atau langsung dari nelayan dan petani ikan.
Sebagai pusat pasar, maka di pasar ini ditemukan proses
konsentrasi, equalisasi dan dispersi, terutama konsentrasi fisik dari hasil-hasil perikanan. Di pasar ini dijumpai lembaga-lembaga pemasaran seperti pedagang besar (wholesaler, jobber), pedagang komisi (komisioner), makelar, spekulator dan sebagainya. Pedagang besar umumnya membeli barang dalam jumlah lebih besar melalui agen-agennya (komisioner dan makelar) dan menjualnya dalam jumlah-jumlah kecil, biasanya kepada grosir yang lebih kecil, toko (pedagang eceran), hotel dan restauran.
Grosir yang lebih kecil ini menjual barangnya
kepada pengecer, hotel, restauran, rumah sakit dan penjaja tertentu. 3. Pasar ekspor-impor Pasar ini disebut juga pasar pelabuhan, merupakan pasar pusat bagi barang-barang yang akan dikirim ke luar negeri, atau ke pulau-pulau dan barang yang diimpor. Barang yang akan dikirim ke luar negeri berasal dari pasar pusat, pasar lokal dan jarang dari produsen (nelayan, petani ikan, atau petani pada umumnya). Lembaga pemasaran terpenting yang beroperasi di pasar ini adalah para eksportir, importir, perusahaan pergudangan, pengangkutan antar pulau dan antar negara dan lembaga lainnya. 4. Pasar antar negara Di pasar antar negara (pasar dunia atau pasar internasional) ini terdapat hubungan antara penawaran dan permintaan barang tingkat dunia. Di pasar ini hanya tersedia monster (contoh barang) yang diperjualbelikan yang mempunyai standar tertentu. Dengan demikian standardisasi sangat penting dalam perdagangan antar negara.
28
5. Pasar eceran Pasar eceran merupakan pusat perdagangan dimana pedagang eceran menjual barang dagangannya dalam jumlah kecil kepada konsumen akhir (keluarga penduduk) secara langsung.
Di pasar eceran dijumpai berbagai
pedagang eceran, ada yang memiliki toko dan tidak memiliki toko (kios). Banyak macam barang sandang, pangan, obat-obatan dan lain-lain dijual di pasar eceran; ada toko yang hanya menjual satu macam barang, ada yang membatasi beberapa macam dan ada pula toko yang menjual berbagai macam barang. Di pasar eceran, dijumpai pula eating places seperti restauran dan rumah makan (warung nasi) yang juga merupakan konsumen ikan.
Pasar eceran terutama
ditemukan di daerah pusat konsumsi, yaitu kota-kota besar, kota-kota kecil dan di daerah pedesaan. Di daerah-daerah dimana daya beli masyarakat dan sumber kapital terbatas, sebuah pasar eceran dapat terdiri dari kedai-kedai (kios), dimana banyak jenis barang diperdagangkan, atau suatu kelompok penjual di sepanjang pinggir jalan. 2.1.3 Fungsi-Fungsi Pemasaran Dahl and Hammond (1977) menekankan definisi pemasaran kepada serangkaian fungsi yang diperlukan dalam penanganan/pergerakan input ataupun produk mulai dari titik produksi primer sampai ke konsumen akhir. Serangkaian fungsi tersebut adalah fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan), fisik (pengolahan, pengangkutan dan penyimpanan) dan fasilitas (pembiayaan, risiko, standardisasi dan intelijen pemasaran). Fungsi-fungsi pemasaran tersebut adalah kegiatan produktif (meningkatkan nilai guna bentuk, tempat, waktu dan kepemilikan), sedangkan pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut dapat dilakukan oleh kelompok perusahaan atau individu yang disebut lembaga pemasaran. Untuk memudahkan pengertian dan memperluas analisis pemasaran produk pertanian, Dahl and Hammond (1977) membaginya dalam empat (4) segmen, yaitu segmen sarana produksi pertanian (farm-input industries), segmen aktivitas usahatani, segmen pemasaran produk pertanian (perusahaan pengumpul, penyimpanan, pengangkutan, pengolahan dan distribusi produk-produk pertanian
29
maupun olahannya) dan segmen terakhir adalah kebijakan, maupun fasilitas pemerintah. 2.2
Permintaan dan Penawaran Pasar Serta Faktor-Faktor Berpengaruh
2.2.1
Permintaan Pasar dan Faktor-Faktor Berpengaruh Rosyidi (2011) menyatakan bahwa permintaan adalah keinginan yang
disertai dengan kesediaan serta kemampuan untuk membeli barang yang bersangkutan. Seseorang boleh saja menginginkan suatu barang, namun jika keinginannya tidak ditunjang oleh kesediaan serta kemampuan untuk membeli, maka keinginannya hanya akan keinginan saja. Gaspersz (2005) mengemukakan bahwa permintaan (demand) didefinisikan sebagai kuantitas barang dan jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode waktu tertentu berdasarkan kondisi-kondisi tertentu. Periode waktu disini berupa satuan jam, satuan hari, satuan minggu, satuan bulan, satuan tahun atau periode lainnya. Sedangkan kondisi-kondisi tertentu adalah berkaitan dengan faktor-faktor yang memengaruhi permintaan terhadap barang atau jasa itu sendiri. Lebih lanjut Gaspersz (2005) menyatakan dalam permintaan, ada tiga (3) hal penting yang perlu diperhatikan, yaitu: a
Jumlah yang diminta merupakan kuantitas yang diinginkan. Ini menunjukkan berapa banyak yang ingin dibeli oleh konsumen.
b
Apa yang diinginkan tidak merupakan harapan kosong, tetapi merupakan permintaan efektif.
c
P
Kuantitas yang diminta merupakan arus pembelian kontinyu.
D P = harga Q = jumlah yang diminta D = permintaan (demand)
Q Gambar 2 Kurva Permintaan.
30
Permintaan akan suatu jenis barang adalah jumlah-jumlah itu yang pembeli (atau para pembeli) bersedia membelinya pada tingkat harga yang berlaku pada suatu pasar, serta waktu tertentu. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dipahami bahwa (1) permintaan merupakan sederetan angka yang menunjukkan banyaknya satuan barang yang diminta pada pelbagai tingkat harga dan (2) barang yang diselidiki dalam suatu pembicaraan mengenai permintaan adalah satu jenis barang saja dan bahwa permintaan tersebut terjadi di pasar serta waktu yang juga tertentu. Gambar 2 menunjukkan bentuk kurva permintaan akan satu jenis barang. Terlihat bahwa harga dan jumlah yang diminta menunjukkan hubungan yang erat dan negatif. Semakin tinggi harga suatu barang, maka akan semakin sedikitlah jumlahnya yang dapat dijual, sebaliknya semakin rendah harga, semakin banyak jumlahnya akan dibeli orang (Rosyidi 2011). Selanjutnya dikatakan bahwa permintaan seorang konsumen terhadap suatu barang, atau jasa ditentukan oleh banyak faktor seperti selera, daya beli, mode, harga barang lain (barang pengganti maupun pelengkap), harapan masyarakat dan sebagainya. 2.2.2 Penawaran Pasar dan Faktor-Faktor Berpengaruh Penawaran adalah jumlah barang yang ditawarkan untuk dijual pada pelbagai tingkat harga dalam suatu pasar pada suatu waktu tertentu. Penawaran merupakan gabungan antara pemilikan (ownership) dengan kesediaan untuk menjual barang yang dimilikinya (Rosyidi 2011). Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat dipahami bahwa penjual akan menjual sejumlah tertentu barangnya untuk masing-masing tingkat harga tertentu. Pada saat harga rendah, maka hanya menjual sedikit sebab takut rugi, tetapi pada saat harga naik, maka jumlah barang yang dijualpun banyak sebab akan memperoleh keuntungan. Penawaran barang tersebut terjadi pada pasar tertentu dan waktu yang tertentu pula, artinya pada pasar yang berbeda dan waktu yang berbeda, maka jumlah barang yang ditawarkan kemungkinan berbeda pula. Gambar 3 menunjukkan hubungan antara harga dengan jumlah yang ditawarkan. Terlihat dari gambar tersebut bahwa harga dan jumlah yang ditawarkan bergerak dengan arah gerakan yang sama, jika harga naik, maka
31
jumlah yang ditawarkanpun naik dan sebaliknya. Adalah hal yang wajar apabila hubungannya searah seperti itu, karena pada tingkat harga yang rendah, sedikit sekali yang ditawarkan. Hal ini sangat jelas jika diingat tujuan utama para pengusaha adalah untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya. Kalau harga rendah, sudah tentu uang yang akan diterima rendah juga; hanya saja dari pada tidak laku sama sekali, mereka pun tetap menjual, sekalipun dalam jumlah yang sedikit.
P = harga P
S
Q = jumlah yang diminta S = penawaran (supply)
Q Gambar 3 Kurva Penawaran.
Rosyidi (2011) menyatakan bahwa penawaran dipengaruhi oleh banyak faktor seperti stok barang, tingkat teknologi, harga faktor produksi dan sebagainya. Bervariasinya faktor-faktor penentu tersebut di antara para penawar dapat mengakibatkan bentuk kurva penawaran antara seorang penawar dengan penawar lainnya berbeda. 2.2.3
Hukum Harga dan Keseimbangan Pasar Rosyidi (2011) menyatakan bahwa permintaan dan penawaran adalah dua
kekuatan yang saling mendorong satu sama lain dengan arah yang berlawanan. Kekuatan dorongan masing-masing itulah yang kemudian bertemu dan berhenti pada titik di mana keduanya berpotongan pada titik E (Equilibrium) (Gambar 4). Equilibrium atau keseimbangan yang dinyatakan oleh titik E tersebut menyatakan pula suatu harga output di pasar. Pada titik tersebut terjadi tingkat
32
harga dan sekaligus juga tingkat output yang disepakati bersama-sama baik oleh pembeli dan penawar. Jelaslah bahwa harga keseimbangan adalah suatu tingkat harga, dimana pada tingkat itu jumlah yang ditawarkan sama dengan jumlah yang diminta, sedangkan jumlah keseimbangan adalah suatu tingkat output yang pada tingkat itu harga permintaan sama dengan harga penawaran.
P
D
S
P = harga Q = jumlah yang diminta D = permintaan (demand) S =penawaran (supply)
E
Q Gambar 4 Keseimbangan pasar (market equilibrium). Pada posisi keseimbangan seperti itu, baik harga maupun jumlah output tidak akan berubah-ubah lagi, kecuali jika terjadi pergeseran, baik pergeseran kurva permintaan maupun kurva penawaran, ataupun kedua-duanya. Apabila hal semacam itu terjadi, maka suatu harga dan jumlah keseimbangan yang baru akan terjadi, yaitu pada suatu titik dimana jumlah yang diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan. Dengan perkataan lain, kalau terjadi pergeseran seperti itu, maka akan terjadilah suatu titik keseimbangan baru dan titik itupun tetaplah akan terjadi pada perpotongan antara kurva permintaan dan penawaran yang baru pula. 2.3
Paradigma Sistem Manetsch dan Park
dikutip oleh Eriyatno (1998) menyatakan bahwa
sistem adalah gugus dari unsur yang saling berhubungan dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau suatu gugus dari tujuan-tujuan. Sistem merupakan himpunan atau kombinasi dari bagian-bagian yang membentuk sebuah kesatuan yang kompleks seperti sistem transportasi. Namun tidak semua kumpulan dan gugus bagian dapat disebut suatu sistem kalau tidak memenuhi syarat adanya kesatuan (unity), hubungan fungsional dan tujuan yang berguna.
33
Ilmu sistem ditumbuh kembangkan untuk merangkai secara utuh komponen-komponen
yang
berharga
dari
pengetahuan
spesialis,
dan
mewujudkannya menjadi gambaran yang jelas. Teori sistem dimanfaatkan untuk mempelajari kenyataan akan aturan yang sistematik dan ketergantungan (interdependency) di dunia ini. Oleh karena itu, dalam mendefinisikan suatu sistem, yang paling penting adalah perihal relevansi (kesesuaian). Karenanya adalah penting untuk selalu membayangkan suatu sistem sebagai koleksi yang terisolir dari komponen-komponen yang berinteraksi. Interaksi, atau hubungan antar dua atau lebih unsur menyatakan bahwa apabila ada perubahan dalam atribut suatu unsur akan mengakibatkan perubahan dalam atribut unsur yang terkait. Adanya interaksi tersebut menyebabkan kendala terhadap perilaku sistem, dimana perlu diketahui sifat hubungan unsur terhadap totalitas (relation to the whole) dan sifat hubungan antar unsur terkait (relation of an entitiy toward other entities). 2.4
Sistem Perikanan Widodo dan Suadi (2006) menyatakan bahwa sistem perikanan tersusun
oleh beberapa komponen yang memiliki berbagai bentuk interaksi kompleks. Sekurang-kurangnya sistem perikanan tersusun oleh tiga (3) komponen, yaitu sumber daya ikan, habitat, atau lingkungan dan manusia. Serupa dengan komponen tersebut, Charles (2001) menggambarkan perikanan sebagai suatu jaring dalam bentuk lebih detail yang tidak hanya melingkupi tiga (3) komponen besar di atas, tetapi juga sistem pengelolaannya (subsistem alam, manusia dan pengelolaan) serta berbagai faktor eksternal, seperti tersaji pada Gambar 5. Dalam kajian sumber daya ikan, dinamika sumber daya selain dipengaruhi oleh parameter populasi seperti pertumbuhan, rekrutmen dan mortalitas, juga sangat ditentukan oleh faktor lingkungan dan faktor eksternal lainnya seperti perubahan iklim. Keragaman habitat perikanan juga memberikan keragaman dalam potensi sumber daya ikan dan strategi pengembangan perikanan. Di antara habitat utama perikanan, dikenal tiga habitat perikanan utama, yaitu daerah pantai (continental self), upwelling, dan samudera (open ocean). Pusat-pusat perikanan saat ini, seperti halnya Indonesia, masih terbatas di wilayah pantai, sehingga
34
eksploitasi sumber daya di wilayah ini cenderung mengarah ke pemanfaatan secara berlebihan (over eksploitasi) dan meninggalkan berbagai konflik. Sementara, pengembangan perikanan tangkap ke arah samudera, walaupun dapat menghasilkan ikan dengan nilai ekonomi tinggi (sumbangan ekonomi yang tinggi bagi nelayan dan devisa negara), memerlukan perhitungan-perhitungan ekonomi dan sumber daya yang tepat untuk menghindari berbagai bentuk kerugian akibat karakter sumber daya alam (SDA) yang tidak seproduktif dua (2) daerah lainnya.
Sistem Pengelolaan
Sistem alam
Perencanaan Kebijakan
Komunitas
Pengembangan Perikanan
Pengelolaan Perikanan
Penelitian Perikanan
Lingkungan Perairan
Sistem Manusia
Kekuatan eksternal (misal Perubahan iklim)
Kekuatan eksternal (misal Kebijakan Pemerintah)
Pemananen Kelompok Nelayan
1
Kelompok Teknologi
P = D = M= W= R = C =
2
P
Komunitas C
Pasca Panen
D
4 M
R
RT
W
Lingkungan Sosek Kekuatan eksternal (misal Kebijakan ekonomi makro, struktur pasar, dll)
Gambar 5 Komponen utama sistem perikanan (Charles, 2001).
Pengolahan Distribusi Pasar Pedagang Besar Pengecer Konsumen
(1). Konflik antar pengguna (2). Konflik alat tangkap (3). Ekonomi masyarakat dan interaksi sosial (4). Rantai Pemasaran
35
Dari aspek manusia, sistem perikanan lebih rumit lagi karena dinamika dari subsistem ini selain menyangkut aspek yang lebih banyak baik psikologi, antropologi, sosial dan ekonomi, juga menyangkut kelembagaan dan politik. Dalam kajian perikanan, komponen manusia meliputi nelayan, pasca panen dan pemasaran serta berbagai faktor sosial ekonomi perikanan. Sebagai ilustrasi, pada Tabel 5 diuraikan interaksi pemasaran perikanan dengan pengembangan ekonomi. Tabel 5 Interaksi pemasaran perikanan dengan pengembangan ekonomi Dampak pemasaran
Meningkatkan permintaan konsumen
Memperbaiki sistem distribusi
Memperbaiki akses pasar
Meningkatkan alternatif pekerjaan
Memberdayakan nelayan
Dampak Pertengahan
Meningkatnya produksi ikan yang kurang dimanfaatkan
Saluran pemasaran yang lebih baik
Meningkatkan ekspor dan nilai tukar uang
Berkurangnya ketergantungan antar nelayan
Berkurangnya pedagang perantara, pendapatan nelayan bertambah
Dampak Pembangunan
Lebih banyak pekerja dan ketersediaan pangan meningkat
Ketersediaan protein meningkat
Keseimbangan perdagangan meningkat
Menurunnya keinginan kredit bunga tinggi
Pengembangan masyarakat nelayan
Sumber : Charles, 2001 Pemasaran merupakan kegiatan penting dalam perikanan; dalam konteks komersial, hasil tangkap hanya akan bernilai apabila terjual. Pemasaran adalah tindakan menempatkan dan mengatur pasar (khususnya pembeli) untuk hasil tangkapan yang diperoleh nelayan, koperasi, perusahaan, atau masyarakat. Pada prinsipnya, tindakan seperti itu akan memberikan pendapatan nyata bagi nelayan, dibandingkan apabila sejumlah besar ikan tidak terjual. Ketika pemasaran bertujuan untuk memastikan bahwa ikan telah dibawa dari pesisir pantai menuju langkah selanjutnya yang adalah tingkat „mikro‟ penting bagi nelayan, koperasi, perusahan dan masyarakat, ternyata terdapat juga suatu pandangan luas bahwa pemasaran itu penting. Pada tingkat „makro‟, pemasaran meliputi promosi konsumsi ikan secara luas (misalnya kampanye nasional oleh suatu organisasi) dan promosi konsumsi secara spesifik (misalnya melalui iklan pada negara-negara target). Usaha pada skala ini untuk meningkatkan pemasaran dan distribusi
36
memegang peranan penting dalam pengembangan ekonomi suatu daerah, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5. Mekanisme distribusi ikan juga merupakan hal yang penting. Sistem penjualan hanya akan lengkap apabila ikan telah tersampaikan kepada pembeli. Ini merupakan bagian yang nyata, dimana kenyataan pada sejumlah negara berkembang bahwa sebagian besar populasi, terkadang bisa mencapai lebih dari 50% tidak makan ikan laut, sederhana karena ketidaktersediaannya. Pada sejumlah negara, konsumsi ikan per kapita rendah diakibatkan oleh harganya yang tinggi, sementara di negara lain, ikan bukanlah makanan tradisional, sehingga permintaannya rendah. 2.5
Sumber daya Ikan dan Karakteristiknya Sumber daya ikan tergolong sumber daya yang dapat diperbaharui, namun
bukan berarti tidak terbatas, dibutuhkan manusia untuk kehidupannya. Sampai sejauh mana sumber daya tersebut dapat memenuhi kebutuhan manusia, dapat diketahui melalui pengukuran ketersediaannya.
Gordon (1954) menyatakan
bahwa sumber daya ikan bersifat common property resources, atau SDA milik bersama dan open access. Karakteristik milik bersama dapat menimbulkan adanya kompetisi dalam proses penangkapannya, sedangkan kondisi open access atau terbuka akan menimbulkan lebih tangkap secara ekonomis (economic overfishing), karena perikanan tidak terkontrol. Kondisi tersebut berdampak kepada eksploitasi berlebihan (over-exploitation), investasi berlebihan (overcapitalization) dan tenaga kerja berlebihan (over-employment). Selain itu, sifat sumber daya ikan mengharuskan adanya hak kepemilikan (property right). Menurut Nikijuluw (2002), terdapat tiga (3) sifat khusus pada sumber daya perikanan milik bersama, yaitu : a.
Eskludabilitas berkaitan dengan upaya pengendalian dan pengawasan terhadap akses ke sumber daya bagi stakeholder tertentu, dimana upaya dimaksud semakin sulit dan mahal, karena sifat sumber daya ikan yang bergerak pada laut luas. Hal ini menimbulkan kebebasan pemanfaatan oleh siapa saja, maka otoritas manajemen menjadi sulit dalam pengawasan.
37
b.
Substraktabilitas merupakan suatu kondisi bagi seseorang untuk menarik manfaat dan keuntungan yang dimiliki oleh orang lain, walaupun telah ada kerjasama di antara stakeholder dalam pengelolaan sumber daya ikan. Kondisi tersebut dapat menimbulkan kompetisi, bahkan dapat mengarah ke konflik pemanfaatan sumber daya.
c.
Indivisibilitas menjelaskan sumber daya ikan sebagai milik bersama agak sulit dipisahkan, walaupun pemisahan secara administratif dapat dilakukan.
2.5.1
Usaha Perikanan Tangkap Usaha perikanan adalah semua usaha perorangan, atau badan hukum untuk
menangkap, atau membudidayakan ikan termasuk kegiatan menyimpan, mendinginkan, atau mengawetkan ikan untuk tujuan komersial, atau untuk mendapatkan laba dari kegiatan yang dilakukan. Perikanan laut sebagai salah satu sub sektor dari usaha perikanan terbagi dalam dua aspek, yaitu (1) penangkapan ikan di laut dan muara-muara sungai, laguna dan sebagainya yang dipengaruhi oleh pasang surut dan (2) budidaya di laut, yaitu semua kegiatan memelihara yang dilakukan di laut atau perairan lain yang terletak di muara sungai dan laguna (Syafrin dalam Novianti 2006). Monintja (2010) menyatakan bahwa perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan meliputi pengumpulan hewan, atau tanaman air yang hidup di laut atau perairan umum secara bebas. Definisi tersebut secara jelas menunjukkan bahwa kegiatan penangkapan ikan yang dimaksud bertujuan untuk mendapatkan keuntungan baik secara finansial maupun untuk memperoleh nilai tambah lainnya, seperti penyerapan tenaga kerja, pemenuhan kebutuhan terhadap protein hewani, devisa serta pendapatan negara. 2.5.2
Sifat dan Karakteristik Produk Perikanan, serta Implikasinya Dalam Pemasaran Produk perikanan, baik yang berasal dari perairan laut, maupun perairan
darat, biasanya dikonsumsi dalam bentuk segar dan olahan.
Hanafiah dan
Saefuddin (2006) menyatakan bahwa sifat dan karakteristik produk perikanan
38
berbeda dengan produk lainnya, dapat menimbulkan masalah dalam proses pemasarannya. Sifat dan karakteristik produk perikanan tersebut adalah : a.
Produksinya musiman (seasonal) dan berlangsung dalam ukuran kecil (small scale). Waktu panen yang relatif singkat dalam periode tertentu dan daerah produksi yang jauh dari pusat konsumsi, atau pasar menyebabkan tingginya kebutuhan lembaga, atau fasilitas pemasaran yang dapat menghimpunkan produksi yang jumlahnya kecil menjadi jumlah yang lebih besar guna diangkut ke pusat-pusat konsumsi dan pusat pengolahan (processing). Keadaan ini biasanya turut mengakibatkan adanya beban musiman (peak load) dalam pembiayaan, penyimpanan, pengangkutan dan pemasaran.
b.
Mudah rusak (perishable). Produk perikanan adalah organisme hidup dan karenanya mudah atau cepat mengalami kerusakan atau pembusukan akibat kegiatan bakteri, enzimatis dan oksidasi. Masalah ini membutuhkan usaha,
atau
perawatan
khusus
dalam
proses
pemasaran
guna
mempertahankan mutu. Penyimpanan dapat dilakukan di tempat-tempat atau ruangan dingin (kamar dingin dan peti dingin) dan pengangkutan perlu dilaksanakan dengan alat pengangkutan yang dilengkapi dengan alat, atau mesin pendingin. Usaha ini memerlukan biaya tambahan yang secara otomatis meninggikan biaya pemasaran. c.
Konsumsi relatif stabil.
Sifat demikian dihubungkan dengan sifat
produksinya yang musiman dan jumlahnya tidak berketentuan, karena pengaruh cuaca, dapat menimbulkan masalah dalam penyimpanan dan pembiayaan. d.
Jumlah
dan
mutu
sering berubah.
Perubahan dalam
jumlah
mengakibatkan timbulnya fluktuasi harga besar sebagai akibat dari perubahan kondisi penawaran. Variasi yang besar dalam mutu cenderung mengakibatkan tidak terorganisirnya pasar, perubahan dalam harga, menambah ongkos dalam penyimpanan dan sukar dalam grading.
39
2.6
Analisis Market Structure-Conduct-Performance Analisis Market Structure-Conduct-Performance (S-C-P) merupakan salah
satu pendekatan yang digunakan untuk menganalisis sistem pemasaran kompetitif yang didasarkan pada kajian empiris berbasis ekonomi industri dan mekanisme harga dalam situasi persaingan (Mc Kie diacu dalam Asmarantaka 2009). 2.6.1
Market Structure Market Structure merupakan tipe atau jenis pasar yang didefinisikan
sebagai hubungan (korelasi) antara pembeli dan penjual secara strategik memengaruhi penentuan harga dan pengorganisasian pasar. Beberapa ukuran untuk melihat market structure (Mc Kie diacu dalam Asmarantaka 2009), antara lain : a
Market concentration (konsentrasi pasar); diukur berdasarkan persentase dari penjual/aset/pangsa pasar.
b
Exit-entry (kebebasan keluar-masuk calon penjual); perusahaan yang besar mempunyai kelebihan dalam menentukan price control, dalam rangka mempertahankan konsentrasinya di dalam pasar.
c
Product differentation (diferensiasi produk); perusahaan yang mempunyai konsentrasi pasar tinggi mempunyai kelebihan menentukan product differentiation untuk lebih meningkatkan keuntungannya.
2.6.2
Market Conduct Market conduct, atau perilaku pasar adalah seperangkat strategi dalam
pemilihan yang ditempuh, baik oleh penjual maupun pembeli untuk mencapai tujuannya masing-masing (Mc Kie dalam Asmarantaka 2009). Ada tiga (3) cara mengenal perilaku, yaitu : a
Penentuan harga dan setting level of output; penentuan harga dimana harga tersebut tidak berpengaruh terhadap perusahaan lain, ditetapkan secara bersama-sama penjual, atau penetapan harga berdasarkan pemimpin harga (price leadership).
b
Product promotion policy; melalui pameran dan iklan atas nama perusahaan.
40
c
Predatory and Exclusivenary tactics; strategi ini bersifat ilegal karena bertujuan mendorong perusahaan pesaing untuk keluar dari pasar. Strategi ini antara lain menetapkan harga di bawah biaya marginal, sehingga perusahaan lain tidak dapat bersaing secara sehat.
2.6.3 Market Performance Market Performance, atau keragaan pasar yang dapat diukur dengan beberapa ukuran. Mc
Kie dalam Asmarantaka (2009) secara
khusus
mengklasifikasikan ukuran tersebut sebagai berikut : a
Pricing efficiency, yaitu ukuran yang didasarkan pada seberapa jauh harga mendekati biaya total.
b
Cost efficiency or productive efficiency adalah ukuran yang digunakan dapat dalam jangka pendek, yaitu efisiensi pada fungsi produksi dan efisiensi alokasi sumber daya; sedangkan ukuran dalam jangka panjang adalah excess capacity and optimal size.
c
Sale promotion cost dengan ukuran dilihat dari volume penjualan.
d
Technical progressive (dinamic product efficiency), yang pengukurannya dilihat dari seberapa jauh menurunnya Long-run Average Total Cost.
e
Rate of product development, atau inovasi, dengan pengukurannya bagaimana memproduksi (how to produce) dengan mutu, efisiensi dan higienitas, sehingga dihasilkan produk
yang memiliki keunggulan
kompetitif. f
Exchange efficiency; meliputi efisiensi biaya dalam penentuan harga dan transportasi.
g
Market externality; bagaimana dapat meminimalkan market externalities negatif dan meningkatkan yang positif ?
h
Conservation; berkaitan dengan isu-isu antara lain ekolabeling dan greenpeace.
i
Price flexibility; dalam kaitan dengan bagaimana penyesuaian atau perubahan harga dengan adanya perubahan biaya. Selain pendekatan S-C-P ini, dikenal juga lima (5) pendekatan lain dalam
analisis
pemasaran,
yaitu
Pendekatan
Fungsi
(Functional
Approach),
41
Kelembagaan (Institutional Approach), Komoditas (Commodity Approach), Sistem
(System
Approach)
dan
Permintaan-Penawaran
(Demand-Supply
Approach) (Purcell 1977); Gonarsyah 1996; Kohls and Uhl diacu dalam Asmarantaka 2009). 2.7
Konsep Integrasi Pasar Integrasi pasar dapat dipahami melalui dua sisi. Pertama, integrasi pasar
merujuk pada integrasi vertikal dan integrasi horizontal. Integrasi vertikal berhubungan dengan kealamiannya usaha, sementara integrasi horizontal lebih berurusan dengan integrasi pasar spasial. Kedua, integrasi meliputi integrasi pasar spasial, integrasi pasar temporal, integrasi lintas bentuk harga dan integrasi lintas bentuk produk. Integrasi, atau keterpaduan pasar merupakan suatu indikator dari efisiensi pemasaran, khususnya efisiensi harga. Integrasi didefinisikan sebagai suatu ukuran yang menunjukkan seberapa jauh perubahan harga yang terjadi pada pasar acuan (pasar di tingkat lebih tinggi, misalnya di tingkat pedagang eceran) akan menyebabkan terjadi perubahan pada pasar pengikutnya (misalnya, pasar di tingkat petani). Dengan demikian analisis integrasi pasar erat kaitannya dengan analisis struktur pasar. Dua (2) pasar dikatakan terpadu, apabila perubahan harga dari salah satu pasar disalurkan, atau ditransfer ke pasar lain. Dalam struktur pasar persaingan sempurna, perubahan harga dari pasar acuan (misalnya, pasar sentral, atau pasar induk) diteruskan secara sempurna ke pasar pengikut. Keterpaduan pasar dapat terjadi apabila terdapat informasi pasar yang memadai dan informasi ini disalurkan dengan cepat ke pasar lain. Dengan demikian agar terjadi keterpaduan pasar, partisipan yang terlibat di antara pasar (pasar acuan dengan pasar pengikut) memiliki informasi sama. Ukuran dari integrasi pasar dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu (a) pendekatan dengan metode korelasi (r), (b) pendekatan dengan regresi sederhana (Ordinary Least Square, OLS) yang akan menghasilkan elastisitas ataupun fleksibilitas transmisi dan (c) pendekatan hubungan lag bersebaran autoregresif (autoregressive distribute lag) antara harga pasar acuan
42
dengan pasar pengikut (Ravallion, Heytens, Simatupang dan Situmorang serta Hutabarat diacu dalam Asmarantaka 2009). Ukuran integrasi pasar untuk butir (a) dan (b) ini dilakukan pada analisis harga di tingkat pasar yang satu dengan pasar lainnya terjadi pada waktu yang bersamaan (concurrent method). Sedangkan pada analisis (c) data yang dipakai merupakan the time lag method. Cara yang pertama menggunakan metode korelasi, cara yang kedua mempergunakan regresi sederhana (OLS) dan cara yang ketiga dengan pendekatan vektor autoregresi. 2.7.1
Integrasi Pasar Spasial dan Faktor Penyebab Analisis harga spasial pada mulanya didefinisikan sebagai „pergerakan
bersama‟ harga di sejumlah lokasi pasar yang berbeda (contohnya: ko-integrasi seperti pada Goodwin and Schroeder diacu dalam Vollarth and Hallahan 2006). Tahapan dimana pasar secara spasial disebut efisien memiliki implikasi penting terhadap liberalisasi pasar dan reformasi kebijakan lainnya. Dalam penelitiannya, Vollarth and Hallahan (2006) mengontrol beberapa faktor yang dianggap menjelaskan beberapa isu memengaruhi spasial harga seperti, keterlambatan penyerahan, biaya transaksi, siklus musiman dan kebijakan Pemerintah. Integrasi pasar spasial mencerminkan pengaruh perubahan harga di satu pasar terhadap pasar lainnya. Secara teoritis, di bawah asumsi persaingan penuh, ketika terjadi perdagangan antara dua tempat, maka harga produk pada tempat dimana produk tersebut diimpor sama dengan harga ekspor produk tersebut ditambah dengan biaya transportasi. Oleh sebab itu, perubahan harga di daerah ekspor akan menyebabkan perubahan harga di daerah impor pada arah dan derajat yang sama. Pada kondisi seperti itu, kedua pasar disebut terintegrasi secara sempurna. Integrasi pasar spasial meliputi integrasi pasar jangka panjang maupun pendek (Laping, 2001). Integrasi pasar jangka panjang merujuk kepada kondisi dimana terdapat suatu hubungan harga yang stabil antara dua pasar jangka panjang. Meskipun keseimbangan hubungan jangka panjang dapat terganggu pada suatu jangka pendek, namun pada akhirnya keseimbangan tersebut akan terpulihkan. Integrasi jangka pendek menunjukkan perubahan harga di suatu pasar
43
pada beberapa waktu akan segera membawa perubahan harga pada pasar lainnya. Hal ini mencerminkan penyebaran sensitivitas harga produk antar pasar-pasar tersebut. Integrasi pasar mencerminkan keterkaitan harga, apabila terdapat perdagangan antara dua pasar, oleh sebab itu studi tentang integrasi pasar biasanya menganalisis harga-harga dari kedua pasar tersebut. Transportasi merupakan faktor terpenting yang memengaruhi integrasi pasar, selain penyebaran informasi pasar, musim, inflasi dan kebijakan Pemerintah. Intervensi Pemerintah melalui kebijakan terkadang dapat membawa pada pemblokiran pasar regional, sehingga dapat menurunkan derajat integrasi pasar dan memotong hubungan harga antar pasar secara menyeluruh. Namun pada sisi lain, intervensi Pemerintah dapat mengakibatkan perubahan harga yang sama pada pasar regional, sehingga derajat integrasi pasar kelihatan lebih besar. Faktor musim dan inflasi mempengaruhi integrasi pasar, terutama pada jangka panjang. Lebih lanjut, karakteristik produk, hadirnya kekuatan monopoli dan tercukupnya produksi juga dapat mengakibatkan integrasi pasar. 2.7.2
Analisis Integrasi Pasar Para ekonom menggunakan definisi dan alat diagnosa yang berbeda untuk
menganalisis integrasi pasar melalui waktu dan ruang. Untuk mengkonsepsikan keterpaduan pasar yang mecoba mengukur pengaruh pada harga-harga setempat oleh harga-harga di tempat lain, diterapkan model yang dikembangkan oleh Ravallion diacu dalam Hutabarat (1988). Model dimulai dengan membangun hubungan lag bersebaran autoregresif (autoregressive distributed lag) antara setiap harga mata dagangan suatu tempat dengan tingkat harga acuan yang tepat (mungkin harga nasional, atau harga pusat pasar setempat, atau harga beberapa tempat). Lebih terperinci model ditulis berikut : ……………………… ( 2.5) Untuk αi = 1, 2, …, k dan t = 1, 2, …, n dimana Hit adalah harga produk di pasar i pada waktu t, HAt adalah harga produk di pasar acuan waktu t, X adalah vektor musiman dan peubah lain yang relevan di pasar i pada waktu t (dengan koleksi peubah yang sama pada semua pasar pada semua waktu), μit adalah galat, αi (L),βi
44
(L) dan γi (L) menggambarkan polinomial dalam operator lag (LiHt = Ht-i) dibatasi sebagai : -αi (L) = 1 – αi1L - … - αin Ln βi (L) = βi0 + βi1L + … +βim Lm γi (L) = γi0 + γi1L + … + γin Ln Untuk digunakan dalam penelitian empirik, persamaan (2.5) perlu ditulis kembali sebagai perbedaan pertama dari harga setempat sebagai peubah tak bebas. Tetapi, sebelumnya perlu dibatasi Δ sebagai operator perbedaan waktu (misalnya ΔHit = Hit – Hit-1) dan Δi adalah perbedaan harga berdasar jarak (Δi = Hit – HAt). Pada kasus n ≤ m, persamaan (2.5) dapat ditulis : Δit = (( Δ
……………… (2.6)
dapat diolah, sehingga perubahan harga pada periode saat ini merupakan suatu lag sebaran dari perbedaan harga berdasarkan tempat dan waktu dari waktu-waktu sebelumnya. Peubah-peubah harga ini dapat merupakan angka-angka mutlak, atau logaritma, sehingga Δ ini dapat dianggap sebagai perubahan harga mutlak, atau persentase. Persamaan (2.6) agak sulit ditafsirkan, sehingga perlu disederhanakan dalam satu lag untuk setiap beda harga pasar setempat dan pasar acuan (n=m=1), sehingga menjadi : ΔHit = (αi1 L-L)ΔiHt + βi0ΔHAt + (αi1 + βi0 + βi1-1)HAt-1 + γiX + μit ..….. (2.7) Apabila tanda Δ dibuang, maka persamaan tersebut menjadi : (Hit-Hit-1)=(αi-1)(Hit-1-HAt-1)+βi0(HAt–HAt-1)+(αi+βi0+βi1-1)HAt-1+γiX+μit… (2.8) Persamaan tersebut menyatakan bahwa perubahan harga di suatu tempat merupakan fungsi dari perubahan dalam selisih harga dengan pasar acuan waktu sebelumnya, perubahan harga pasar acuan pada waktu yang sama dan ciri-ciri pasar setempat. Dengan mengolah persamaan di atas lebih lanjut, maka akan diperoleh indikator keterpaduan pasar yang lebih tepat dan umum. Seandainya koefisien dalam persamaan (2.8) dilambangkan sebagai berikut : αi– 1 = b1, βi0= b2,
αi+βi0+βi1-1= b3 dan seterusnya, maka persamaan tersebut
dapat dituliskan sebagai :
45
(Hit-Hit-1)=b1(Hit-1-HAt-1)+b2(HAt–HAt-1)+b3HAt-1+b4 X+μit ……………
(2.9)
Yang kemudian dapat disusun kembali seperti : (Hit)=(1 +b1)(Hit-1)+b2(HAt–HAt-1)+(b3 -b1) HAt-1+b4 X ………............ 2.8
(2.10)
Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities dan Threats (SWOT) Analisis strengths, weaknesses, opportunities and threats (SWOT) adalah
identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategik selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan organisasi (Rangkuti 2002). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kinerja organisasi dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal (Strengths dan Weaknesses) dan eksternal
(Opportunities
dan
Threats).
Kedua
faktor
tersebut
harus
dipertimbangkan dalam analisis SWOT (Gambar 6). Kuadran 1 : merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Organisasi memiliki peluang dan kekuatan, sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan agresif (Growth oriented strategy). Kuadran 2 : meskipun menghadapi berbagai ancaman, organisasi masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi. Kuadran 3 : organisasi menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi organisasi ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal, sehingga dapat merebut peluang lebih baik. Kuadran 4 : merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, karena organisasi menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
46
3. Mendukung strategi turnaround
Berbagai Peluang
1. Mendukung strategi agresif
Kelemahan Internal
Kekuatan Internal
4 Mendukung strategi defensif
2. Mendukung strategi diversifikasi
Berbagai Ancaman
Gambar 6
2.10
Diagram analisis SWOT (Rangkuti, 2002).
Pengertian dan Jenis Model Kusnendi (2008) menyatakan bahwa model adalah kerangka pikiran atau
konstruksi teoritis penelitian yang dirumuskan dalam bentuk diagram dan atau persamaan matematik tertentu. Esensinya menyatakan hipotesis penelitian, maka model sebagai kerangka penelitian paling tidak akan menampilkan empat (4) hal sebagai berikut : 1. Peubah yang diteliti, 2. Prediksi atau hipotesis hubungan antar variabel, 3. Parameter yang diestimasi, 4. Dekomposisi pengaruh antar variabel. Sementara Dimyati dan Dimyati (2002) mengartikan model sebagai gambaran ideal dari suatu situasi (dunia) nyata, sehingga sifatnya yang kompleks dapat disederhanakan. Ada beberapa jenis model yang biasa digunakan, di antaranya : 1
Model-model ikonis/fisik, yaitu penggambaran fisik dari suatu sistem, baik dalam bentuk yang ideal maupun dalam skala yang berbeda. Contoh, foto, blue print, peta dan globe.
47
2
Model-model analog/diagramatis, yaitu penggambaran situasi yang dinamis dan lebih banyak digunakan dari pada model-model ikonik, karena sifatnya yang dapat dijadikan analogi bagi karakteristik sesuatu yang sedang dipelajari. Contoh, kurva distribusi frekuensi pada statistik, kurva supply demand, flow chart.
3
Model-model simbolis/matematik, yaitu penggambaran dunia nyata melalui simbol-simbol matematik. Pada awalnya model simbolis/matematik ini berupa model-model abstrak yang dibentuk di dalam pikiran seseorang, kemudian disusun menjadi model-model simbolis, seperti gambar, simbol atau rumus matematik. Model matematik yang paling banyak digunakan dalam penelitian operasional adalah model matematik yang berupa persamaan atau ketidaksamaan.
4
Model-model simulasi, yaitu model-model yang meniru tingkah laku sistem dengan mempelajari interaksi komponen-komponennya, karena tidak memerlukan fungsi-fungsi matematik secara eksplisit untuk merelasikan peubah-peubah sistem, maka model-model simulasi ini dapat digunakan untuk memecahkan sistem kompleks yang tidak dapat diselesaikan secara matematik. Akan tetapi, model-model ini tidak dapat memberikan solusi yang benar-benar optimum.
5 Model-model heuristik, yaitu suatu metode pencarian yang didasarkan atas intuisi atau aturan-aturan empiris untuk memperoleh solusi yang lebih baik daripada solusi yang telah dicapai sebelumnya. Dalam penelitian operasional, model yang paling banyak digunakan adalah model matematik/simbolis.