Modul Perpajakan I
PERTEMUAN 12: PPh Pasal 24 (Umum /Perhitungan) A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai penerapan perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 24 (Umum dan Perhitungannya), Anda harus mampu: 1.1 Memahami Pengertian obyek dan subyek dan mekanisme pengkreditan PPH pasal 24 1.2 Memahami Pengertian pajak terhutang sebagai dasar perhitungan 1.3 Memahami Perhitungan PPh masimal yang diperbolehkan
B. URAIAN MATERI Tujuan Pembelajaran 1.1: Memahami Pengertian obyek dan subyek dan mekanisme pengkreditan pajak PPH pasal 24 •
Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 24
Pajak Penghasilan Pasal 24 (PPh Pasal 24) pada dasarnya adalah sebuah peraturan yang mengatur hak wajib pajak untuk memanfaatkan kredit pajak mereka di luar negeri, untuk mengurangi nilai pajak terhutang yang dimiliki di Indonesia. Sehingga, jumlah pajak yang harus dibayar di Indonesia dapat dikurangi dengan jumlah pajak yang telah mereka bayar di luar negeri, asalkan nilai kredit pajak di luar negeri tidak melebihi hutang pajak yang ingin dibayar di Indonesia.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 dengan perubahan terakhir yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, Pasal 24 ayat (1), pajak penghasilan pasal 24 merupakan Pajak yang dibayar di luar negeri atas penghasilan luar negeri yang diperoleh wajib pajak dalam negeri (WPDN) boleh dikreditkan dengan pajak
S1 Manajemen Universitas Pamulang
1
Modul Perpajakan I
yang terutang dalam tahun pajak yang sama, sebesar pajak yang dibayarkan diluar negeri tersebut tetapi tidak boleh melebihi penghitungan pajak yang terutang berdasarkan UU No. 10 Tahun 1994. Untuk itu harus dicari batas maksimum kredit pajak luar negeri (KPLN). .
Pada dasarnya Wajib Pajak dalam negeri terutang pajak atas seluruh penghasilan baik penghasilan yang diterima dalam negeri maupun penghasilan yang diterima dari luar negeri. Jadi perhitungan berapa besar jumlah pajak yang sudah dibayar atas penghasilan diluar negeri dan pajak tersebut dapat dikreditkan atau dikurangkan dari penghasilan yang ada didalam negeri sehingga menghindari pengenaan pajak berganda.
Jika nilai pajak di luar negeri yang telah Anda gunakan sebagai kredit pajak di Indonesia, telah berkurang atau dikembalikan kepada Anda, sehingga nilai kredit Anda kurang untuk menutup pajak terhutang Anda di sini, maka Anda harus membayar jumlah terhutang tersebut ke kantor pelayanan pajak Indonesia. •
Subjek dan Objek PPH Pasal 24
Subjek PPh Pasal 24 adalah: Wajib Pajak dalam negeri terutang pajak atas seluruh penghasilan, termasuk penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri.
Objek PPh pasal 24 adalah penghasilan yang berasal dari luar negeri.
Mekanisme Pengkreditan PPh yang Dibayar di Luar Negeri
Menurut Keputusan Menteri Keuangan (164/KMK.03/2002) 1. Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di Luar Negeri dapat dikreditkan dengan Pajak Penghasilan yang terutang di Indonesia. S1 Manajemen Universitas Pamulang
2
Modul Perpajakan I
2. Pengkreditan PPh yang dibayar di Luar Negeri (PPh Pasal 24) dilakukan dalam tahun pajak digabungkannya penghasilan dari luar negeri tersebut dengan penghasilan di Indonesia. 3. Jumlah PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan maksimum sebesar jumlah yang lebih rendah di antara PPh yang dibayar atau terutang di Luar Negeri dan jumlah yang dihitung menurut perbandingan antara penghasilan dari luar negeri dan seluruh Penghasilan Kena Pajak, atau maksimum sebesar PPh yang terutang atas seluruh Penghasilan Kena Pajak dalam hal di dalam negeri mengalami kerugian (Penghasilan dari LN lebih besar dari jumlah Penghasilan Kena Pajak). 4. Apabila penghasilan dari luar negeri berasal dari beberapa negara, maka penghitungan PPh Pasal 24 dilakukan untuk masing-masing negara. 5. Penghasilan Kena Pajak (PKP) yang dikenakan PPh Final (Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 ) dan/atau penghasilan yang dikenakan pajak tersendiri (Pasal 8 ayat (1 dan 4) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 ) tidak dapat digabungkan dengan penghasilan lainnya, baik yang diperoleh dari Dalam Negeri maupun dari Luar Negeri. 6. Dalam hal jumlah PPh yang dibayar atau terutang di luar negeri melebihi PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan, kelebihan tersebut tidak dapat diperhitungkan di tahun berikutnya, tidak boleh dibebankan sebagai biaya, dan tidak dapat direstitusi. 7. Untuk melaksanakan prengkreditan PPh Luar Negeri, wajib pajak wajib menyampaikan permohonan ke KPP bersamaan dengan penyampaian SPT Tahunan PPh, dilampiri dengan ; i.
Laporan Keuangan dari penghasilan yang berasal dari luar negeri
ii.
Foto kopi Surat Pemberitahuan Pajak yang disampaikan di luar negeri
S1 Manajemen Universitas Pamulang
3
Modul Perpajakan I
iii.
Dokumen pembayaran PPh di luar negeri.
8. Atas permohonan wajib pajak, Kepala KPP dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian lampiran-lampiran di atas, karena alasan-alasan di luar kekuasaan wajib pajak. 9. Dalam hal terjadi perubahan besarnya penghasilan yang berasal dari luar negeri, wajib pajak harus melakukan pembetulan SPT Tahunan yang bersangkutan dengan melampirkan dokumen-dokumen yang berkenaan dengan perubahan tersebut. 10. Apabila karena pembetulan SPT tersebut menyebabkan PPh kurang dibayar, maka atas kekurangan bayar tersebut tidak dikenakan sanksi bunga. 11. Apabila karena pembetulan SPT tersebut menyebabkan lebih bayar, maka atas kelebihan tersebut dapat dikembalikan kepada wajib pajak setelah diperhitungkan dengan utang pajak lainnya.
Tujuan Pembelajaran 1.2: Memahami Pengertian pajak terhutang sebagai dasar perhitungan
Penentuan Sumber Penghasilan PPh Pasal 24
Dalam menghitung batas jumlah pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan, perlu diperhatikan penentuan sumber penghasilan sebagai berikut: 1. Penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya serta keuntungan dari pengalihan saham dan sekuritas lainnya adalah negara tempat badan yang menerbitkan saham atau sekuritas tersebut didirikan atau bertempat kedudukan. 2. Penghasilan berupa bunga, royalti dan sewa sehubungan dengan penggunaan harta bergerak adalah negara tempat pihak yang
S1 Manajemen Universitas Pamulang
4
Modul Perpajakan I
membayar atau dibebani bunga, royalti atau sewa tersebut bertempat kedudukan atau berada. 3. Penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak gerak adalah negara tempat harta tersebut terletak. 4. Penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani imbalan tersebut bertempat kedudukan atau berada. 5. Penghasilan bentuk usaha tetap adalah Negara tempat bentuk usaha tetap tersebut menjalankan usaha atau melakukan kegiatan. 6. Penghasilan dan pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau tanda turut serta dalam pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan pertambangan adalah Negara tempat lokasi penambangan berada. 7. Keuntungan karena pengalihan harta tetap adalah Negara tempat harta tetap itu berada. 8. Keuntungan karena pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu bentuk usaha tetap adalah Negara tempat bentuk usaha tetap itu berada.
Penggabungan Penghasilan yang berasal dari luar negeri
Penggabungan penghasilan dari luar negri dilakukan sebagai berikut: 1.
Untuk
penghasilan
dari
usaha
dilakukan
dalam
tahun
pajak
diperolehnya penghasilan tersebut; 2.
Untuk penghasilan lainnya, seperti penghasilan bunga, sewa, dan lainnya dilakukan dalam tahun pajak diterimanya penghasilan tersebut;
3.
Untuk penghasilan berupa deviden untuk mengurangi kemungkinan penghindaran pajak, maka terhadap penanaman modal diluar negri selain pada badan usaha yang menjual sahamnya dibursa efek, Menteri Keuangan berhak untuk menentukan saat diperolehnya deviden.
Jadi, Pajak Penghasilan dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak yang dihitung berdasarkan seluruh penghasilan yang diterima dan diperoleh oleh Wajib
S1 Manajemen Universitas Pamulang
5
Modul Perpajakan I
Pajak, baik penghasilan tersebut berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Dalam menghitung Pajak Penghasilan, maka seluruh penghasilan tersebut digabungkan dalam tahun pajak di peroleh atau diterimanya penghasilan, atau dalam tahun pajak.
Pengurangan/pengembalian pajak penghasilan luar negeri Dalam hal terjadi pengurangan atau pengembalian pajak atas penghasilan yang dibayar di Luar Negeri, sehingga besarnya pajak yang dapat dikreditkan di Indonesia menjadi lebih kecil daripada kredit pajak Luar Negeri semula, maka selisihnya ditambahkan pada pajak penghasilan yang terutang atas seluruh penghasilan Wajib pajak dalam negeri pada tahun terjadinya pengurangan atau pengembalian tersebut.
Perubahan besarnya penghasilan luar negeri Apabila terjadi perubahan besarnya penghasilan yang berasal dari luar negeri, wajib pajak harus melakukan pembetulan SPT untuk tahun pajak yang bersangkutan dengan melampirkan dikumen yang berkenaan dengan perubahan tersebut. 1. jika
karena
perubahan
tersebut,
menyebabkan
adanya
tambahan
penghasilan yang mengakibatkan pajak yang terutang atas penghasilan luar negeri menjadi lebih besar daripada yang dilaporkan dalam SPT tahunan, sehingga pajak yang terutang di Luar Negeri menjadi kurang bayar, maka terdapat kemungkinan pajak penghasilan di Indonesia juga kurang bayar. Sesuai dengan UU No. 28 tahun 2007 tentang ketentuan Umum dan tatacara perpajakan, apabila WP membetulkan sendiri SPT yang mengakibatkan pajak yang terutang menjadi lebih besar, maka kepadanya dikenakan bunga sebesar 2% sebulan atas jumlah pajak yang S1 Manajemen Universitas Pamulang
6
Modul Perpajakan I
kurang dibayar, dihitung sejak saat penyampaian SPT terakhir sampai dengan tanggal pembayaran karena pembetulan SPT tersebut. 2. Apabila karena pembetulan SPT tersebut, menyebabkan penghasilan dan pajak atas penghasilan yang terutang di luar negeri menjadi lebih kecil daripada yang dilaporkan dalam SPT tahunan, sehingga pajak di luar negeri lebih di bayar, yang akan mengakibatkan pajak penghasilan yang terutang di Indonesia menjadi lebih kecil, sehingga pajak penghasilan menjadi lebih dibayar. Atas kelebihan bayar pajak tersebut dapat dikembalikan kepada wajib pajak setelah diperhitungkan dengan utang pajak lainnya. Batas maksimum kredit pajak luar negeri (KPLN) diambil yang terendah dari ketiga unsur berikut
1. Jumlah Pajak yang dibayar / terutang di luar negeri 2. Penghasilan Luar Negeri x PPh Terutang –> yang biasa digunakan Penghasila Kena Pajak 3. Jumlah PPh terutang untuk seluruh penghasilan kena pajak, dalam hal penghasilan kena pajaknya lebih kecil dari penghasilan luar negerinya.
Tujuan Pembelajaran 1.3: Memahami Perhitungan PPh masimal yang diperbolehkan
Jumlah kredit pajak luar negeri yang diperbolehkan hanya atas pajak yang langsung dikenakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari luar negeri, dan setinggi tingginya sama dengan jumlah pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri, tetapi tidak boleh melebihi jumlah yang dihitung menurut perbandingan antara penghasilan dari luar negeri terhadap penghasilan
S1 Manajemen Universitas Pamulang
7
Kena Pajak dikalikan dengan pajak yang terutang atas penghasilan kena pajak, atau setinggi-tingginya sama dengan pajak yang terutang atas penghasilan Kena Pajak dalam hal penghasilan Kena Pajak lebih kecil dari penghasilan luar negeri.
Maksimum Kredit Pajak = Penghasilan LN : PhKP x Pajak terhutang tahun berjalan
*Bandingkan antara “Maksimum Kredit Pajak dan Pajak Yang Terutang/Dibayar di luar negeri” (pilih yang terkecil). Contoh 1
PT.Cemara memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2016 sebagai berikut : Penghasilan luar negeri Rp.500.000.000 dengan tarif pajak 40% Penghasilan usaha di Indonesia Rp.750.000.000,Besarnya Penghasilan Kena Pajak adalah Rp.1.250.000.000,- ( Rp. 500.000.000,- + Rp. 750.000.000,-) Penghitungan Kredit Pajak Yang Diperbolehkan (PPh Pasal 24 ) : PPh dibayar diluar negeri : 40% X Rp.500.000.000 = Rp.200.000.000,PPh terhutang sesuai tarif psl 17 : 25% X Rp.1.250.000.000 = Rp.350.000.000,PPh berdasarkan perbandingan : 500.000.000 : 1.250.000.000 X Rp.350.000.000,- = Rp.140.000.000 Besarnya kredit pajak (psl 24) adalah Rp.140.000.000,--
Contoh 2 : PT XYZ di Jakarta memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2016 sebagai berikut:
Modul Perpajakan I
a. di negara Argentina, memperoleh penghasilan (laba) Rp5.000.000.000 dengan tarif pajak sebesar 40% (Rp2.000.000.000) b. di negara Brazil, memperoleh penghasilan (laba) Rp6.000.000.000 dengan tarif pajak sebesar 20% (Rp1.200.000.000) c. di negara Canada, menderita kerugian Rp3.000.000.000 d. Penghasilan usaha di dalam negeri Rp7.000.000.000 e. Dividen atas pemilikan saham pada "World Cup Ltd." yang terdaftar pada Bursa efek di Negara Drogba sebesar Rp500.000.000 yaitu berasal dari keuntungan tahun 2014 yang ditetapkan dalam rapat pemegang saham tahun 2015 dan baru dibayar dalam tahun 2016, dan dikenai pajak penghasilan dengan tarif 20% (Rp100.000.000)
Penghitungan kredit pajak luar negeri adalah sebagai berikut: 1. laba di negara Argentina = Rp5.000.000.000 laba di negara Brazil = Rp6.000.000.000 Rugi di negara Canada = Rp Deviden Negara Drogba = Rp500.000.000 Jumlah Rp11.500.000.000 2. Penghasilan dalam negeri Rp7.000.000.000 3. Jumlah Penghasilan Netto Rp18.500.000.000 4. Pajak Terutang (25%) Rp4.625.000.000 Batas maksimum kredit pajak luar negeri untuk masing-masing negara adalah: a. Untuk negara Argentina batasan kredit pajak: = 5.000.000.000 / 18.500.000.000 X 4.625.000.000 = 1.250.000.000 Pajak yang dibayar di Negara Argentina adalah Rp2.000.000.000 Jumlah maksimum yang dapat dikreditkan adalah Rp1.250.000.000 walaupun yang dibayarkan di Negara Argentina adalah Rp2.000.000.000 b. Untuk negara Brazil batasan kredit pajak: = 6.000.000.000 / 18.500.000.000 X 4.625.000.000 = 1.500.000.000 Pajak yang dibayar dinegara Brazil adalah Rp1.200.000.000
S1 Manajemen Universitas Pamulang
9
Modul Perpajakan I
Jumlah yang dapat dikreditkan dari Negara Brazil adalah Rp1.200.000,000, walaupun batas maksimum atas penghasilan dari dinegara Brazil adalah Rp1.500.000.000 c Rugi atas usaha di Negara Canada tidak digabungkan dalam penghitungan. d Deviden Negara Drogba, batasan kredit pajak: = 500.000.000 / 18.500.000.000 X 4.625.000.000 = 125.000.000 Pajak yang dibayar di Negara Drogba adalah Rp100.000.000 Jumlah yang dapat dikreditkan dari Negara Drogba adalah Rp100.000.000 walaupun batas maksimum atas penghasilan dari di Negara Drogba adalah Rp125.000.000
S1 Manajemen Universitas Pamulang
10
Modul Perpajakan I
C. SOAL LATIHAN/TUGAS 1. Jelaskan pajak penghasilan 24 secara umum! 2. PT ABC pada tahun 2006 memperoleh penghasilan neto sebagai berikut: Penghasilan beruba laba usaha di dalam negeri Rp500.000.000. Penghasilan berupa laba usaha dari negara A Rp100.000.000. Penghasilan berupa laba usaha dari negara B Rp300.000.000 dan rugi usaha dari negara C Rp40.000.000. Jika tarif pajak yang berlaku di negara A, B dan C masing-masing 20%, 30% dan 40%. Hitung PPh pasal 24 yang dapat dikreditkan di Indonesia!
S1 Manajemen Universitas Pamulang
11