PERGESERAN TERJEMAHAN TEKS BERMUATAN BUDAYA DALAM CERGAM LE PETIT SPIROU KARYA TOME DAN JANRY
Oleh : Aqmarina Hibaturrahmah 1805 1007 0031
PROGRAM STUDI SASTRA PERANCIS FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR Agustus, 2012
PERGESERAN TERJEMAHAN TEKS BERMUATAN BUDAYA DALAM CERGAM LE PETIT SPIROU KARYA TOME DAN JANRY
Oleh : Aqmarina Hibaturrahmah*
ABSTRAK Skripsi ini berjudul “Pergeseran Terjemahan Teks Bermuatan Budaya dalam Cergam Le Petit Spirou Karya Tome dan Janry”. Objek penelitiannya adalah pergeseran yang terjadi pada teks bermuatan budaya dari cergam Le Petit Spirou dan karya terjemahannya Little Spirou oleh Herry Wijaya. Dalam analisis skripsi ini, penulis mencari penyebab pergeseran teks bermuatan budaya yang telah diterjemahkan serta proses yang telah ditempuh penerjemah. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan tujuan untuk mengetahui pergeseran teks bermuatan budaya yang dikelompokkan berdasarkan sistem budaya, sistem sosial, dan karya/kebudayaan fisik. Hasil penelitian ini menunjukkan penyebab pergeseran makna dan memperlihatkan proses transposisi, modulasi, ekuivalensi, serta adaptasi yang dilakukan penerjemah sehingga teks-teks bermuatan budaya diterjemahkan dengan menyesuaikan budaya bahasa sasaran, dapat diterima dalam bahasa sasaran , dan pesan yang disampaikan sama dengan bahasa sumber.
Kata kunci : penerjemahan, pergeseran, teks bermuatan budaya, sistem budaya, sistem sosial, karya/kebudayaan fisik, transposisi, adaptasi, modulasi, ekuivalensi.
*penulis adalah mahasiswa Program Studi Sastra Perancis Fakultas Ilmu Budaya yang lulus pada 19 Juli 2012
ABSTRACT This thesis is entitled “The Shifting In The Translation Of Text Containing Culture Aspect In The Comic Book Le Petit Spirou By Tome And Janry”. The object of research is the shifting that occurs in texts containing culture aspect from the comic book series Le Petit Spirou and the work of translation Little Spirou by Herry Wijaya. In this thesis the author seek cause of the shift of texts containing culture aspect that have been translated and the process which the translator have through. The method research used is descriptive analysis with the aims to know about the shift of texts containing culture aspect which are formed based on culture system, social system, and artifacts. This study is showing the cause of the shift in meaning and shows the process of transposition, modulation, equivalence, and adaptation which translator has done so that the texts containing culture aspect are translated by adapt the culture of the target language, can be accepted in the target language, and the messages conveyed are similar with the messages of source language.
PENDAHULUAN Penerjemahan merupakan salah satu cara untuk menyampaikan pesan dari bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran (BSa). Penyampaian pesan dapat dilakukan secara linguistik maupun nonlinguistik seperti gerakan tubuh, mimik muka, kode, simbol dan lain sebagainya. Terjemahan merupakan penyampaian pesan secara linguistik melalui bentuk lisan maupun tulisan. Dalam proses penerjemahan, untuk memperoleh makna yang sesuai, seringkali penerjemah melakukan pergeseran agar pesan yang disampaikan dalam bahasa sasaran (BSa) sama dengan bahasa sumbernya (BSu), dan hasil terjemahan mencapai kesepadanan. Pergeseran juga seringkali dilakukan untuk menyesuaikan kebudayaan bahasa sumber (BSu) yang terdapat dalam teks, ke dalam kebudayaan pada bahasa sasaran (BSa).
Dalam penelitian ini, penulis akan mencari dan menganalisis pergeseran dalam penerjemahan teks yang memiliki muatan budaya dengan melihat kesesuaiannya dengan bahasa sumber (BSu) dan hubungannya dengan faktorfaktor di luar teks pada cergam Le Petit Spirou karya Tome dan Janry yang diterjemahkan oleh Herry Wijaya dengan judul Little Spirou, serta proses apa yang telah ditempuh penerjemah. Data yang akan dianalisis diambil dari cergam Le Petit Spirou karya Tome dan Janry yang dibuat pada tahun 1987, dan terjemahannya dengan judul Little Spirou yang diterjemahkan dari bahasa Perancis ke dalam bahasa Indonesia oleh Herry Wijaya dengan hak cipta terjemahan bahasa Indonesia dan penerbitan dipegang oleh PT. Bhuana Ilmu Populer (Kelompok Gramedia) dan diterbitkan pada tahun 2011.
ISI/PEMBAHASAN Pada dasarnya, penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihbahasaan atau pengungkapan kembali isi suatu teks ke dalam bahasa lain. Para ahli linguistik memiliki sudut pandang yang berbeda-beda mengenai kegiatan terjemahan. J.C Catford (1965 : 1) berpendapat bahwa translation is an operation performed on languages: a process of substituting a text in one language for a text in another „terjemahan merupakan sebuah proses yang dilakukan terhadap bahasa, suatu proses mengalihkan sebuah teks dalam suatu bahasa ke sebuah teks dalam bahasa lain‟. Sedangkan Nida dan Taber (1974 : 12) mengemukakan bahwa penerjemahan adalah kegiatan mengungkapkan kembali makna yang terdapat pada bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran (BSa) dengan menggunakan padanan yang terdekat dan wajar. Pendekatan Nida dan Taber berorientasi pada calon penerima pesan sehingga perlu dilakukan perubahan. Lalu Peter Newmark dalam bukunya A Text Book of Translation (1988:184), memberikan definisi terjemahan atau menerjemahkan sebagai rendering the meaning of a text into another language in the way that the author intended the text „menerjemahkan makna suatu teks ke dalam bahasa lain sesuai
dengan apa yang dimaksudkan oleh pengarang‟. Newmark (1988) berpendapat bahwa sebuah teks yang akan diterjemahkan dipengaruhi oleh 10 faktor, yaitu : 1. Penulis teks sumber 2. Norma-norma yang berlaku dalam bahasa sumber 3. Kebudayaan yang melatari bahasa sumber 4. Tempat/waktu dan tradisi penulisan/penerbitan teks sumber 5. Pembaca teks sasaran 6. Norma-norma yang berlaku dalam bahasa sasaran 7. Kebudayaan yang melatari bahasa sasaran 8. Tempat/waktu dan tradisi penulisan/penerbitan teks sasaran 9. Hal yang dibicarakan 10. Penerjemah Kebudayaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses penerjemahan. Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar (2003 : 72). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kebudayaan juga mencakup cara berpikir dan tingkah laku yang merupakan ciri khas suatu masyarakat. Koentjaraningrat membedakan kebudayaan ke dalam empat wujud kebudayaan, yaitu nilai-nilai budaya, sistem budaya, sistem sosial, dan karya/kebudayaan fisik. Dalam proses penerjemahan, Vinay dan Darbelnet (Lawrence Venuti. 1958 : 84-93) mengemukakan deux stratégies de traduction, yaitu Direct (literal Translation) dan Oblique Translation yang terbagi menjadi transposition, modulation, equivalence, dan adaptation. Analisis komponen makna akan digunakan untuk melihat komponen makna apa saja yang terdapat dalam suatu kata dan menetapkan perbedaanperbedaan yang terdapat antara satu kata dan kata lainnya. Dari 41 data bermuatan budaya di bagi menjadi 3 kelompok berdasarkan wujud kebudayaannya, yaitu 8 data sistem budaya, 13 data sistem sosial, dan 20 data karya/kebudayaan fisik.
1.
Sistem Budaya
Teks sumber Vertignasse
:”Alors, j’espère qu’avec Suzette, t’en as enfin profité pour
“conclure” dans le foin!” (Le Petit Spirou : Dis Bonjour À La Dame! hal. 4 ktk. 2)
Teks sasaran Verto
:”Kamu dan Suzeta pasti asyik pacaran!” (Little Spirou : Beri Salam Kepada Nyonya! hal. 5 ktk.2)
Gambar 1a. Le Petit Spirou 1 hal.4 ktk.2
Konteks Cerita Spirou dan Verto bertemu kembali setelah melewati liburan sekolah. Mereka saling menanyakan pengalaman selama liburan. Verto pergi berlibur bersama keluarganya, sedangkan Spirou tetap tinggal di desa dan melewatkan waktu bersama Suzeta.
Komponen Makna Tabel 1. Komponen makna “conclure dans le foin” (dalam BSu) dan “pacaran” (dalam BSa). Komponen makna
BSu
BSa
conclure dans le foin
Pacaran
menaruh rasa cinta; berkasih-kasihan bersenggama; bersetubuh
+
+
+
-
Berdasarkan tabel 1 di atas, dapat dilihat bahwa frasa “conclure dans le foin” dan verba “pacaran” memiliki satu komponen makna bersama dan satu komponen makna bersama.
Analisis Data Data 1 menunjukkan bahwa terdapat proses transposisi, yakni pergeseran frasa”conclure dans le foin” (BSu) menjadi verba “pacaran” (BSa). Komponen makna bersama [menaruh rasa cinta; berkasih-kasihan] menunjukkan adanya kesesuaian antara BSu dan BSa yang mengacu pada perasaan cinta atau kasih sayang. Frasa “conclure dans le foin” merupakan sebuah gaya bahasa dalam bahasa Perancis yang secara harfiah berarti bercinta. Gaya bahasa ini diambil dari kebudayaan jaman dulu bangsa Perancis yang menggunakan tumpukan jerami sebagai alas untuk tidur atau sekadar berbaring.
Gambar 1b. alas tidur dari jerami dalam Asterix Perjalanan Keliling Galia
Namun, ketika dua orang pasangan berbaring bersama dan umumnya berakhir dengan bercinta, kebudayaan ini dijadikan sebuah ilustrasi untuk gaya bahasa atau pengungkapan lebih halus untuk verba “bercinta”.
Penerjemah memilih verba “pacaran” karena dalam pola pikir dan norma sosial masyarakat BSa yang menganut budaya timur, verba “bercinta” dianggap terlalu vulgar untuk cergam anak-anak atau remaja. Walaupun cergam ini diperuntukkan bagi anak remaja usia 15 tahun ke atas, sangat mungkin anak-anak di bawah kelompok usia tersebut membaca cergam ini, sehingga penerjemah memilih verba “pacaran” yang dirasa lebih sesuai untuk calon pembaca BSa. Adanya perbedaan cara penyampaian pesan dalam penerjemahan serta perbedaan budaya antara BSu dengan BSa mengakibatkan frasa “conclure dans le foin” mengalami proses penerjemahan adaptasi, yakni padanan frasa “conclure dans le foin” disesuaikan dengan situasi budaya BSa yang menganut budaya timur menjadi verba “pacaran”. Terjemahan teks ini dapat diterima oleh pembaca BSa karena pesan yang disampaikan sama dengan BSu, yaitu bahwa Spirou dan Suzeta mempunyai hubungan khusus di dalam cergam ini. Cara penyampaiannya pun berterima dalam BSa karena disesuaikan dengan kelompok calon pembaca yaitu anak remaja usia 15 tahun ke atas.
2.
Sistem Sosial
Teks sumber Madame Spirou
: “Spirou, pour la dernière fois! Descends immediatement
donner un gros bisou à Tante Fistule!” (Le Petit Spirou : Dis Bonjour À La Dame! hal. 34 ktk. 9)
Teks sasaran Nyonya Spirou
: “Spirou! Ayo, cepat turun dan beri salam pada Tante
Flo!” (Le Petit Spirou : Dis Bonjour À La Dame! hal. 35 ktk. 9)
Gambar 2. Le Petit Spirou 1 hal. 34 ktk.9
Konteks Cerita Spirou yang sedang bermain di kamarnya di lantai 2, tiba-tiba dipanggil oleh ibu untuk turun dan memberi salam pada Tante Fistule (Tante Flo, BSa). Tetapi, Spirou yang sepertinya takut pada Tante Fistule, malah kabur lewat jendela dan berlari menjauhi rumah.
Komponen Makna Tabel 2. Komponen makna “bisou” (dalam BSu) dan “salam” (dalam BSa). BSu
BSa
Bisou
Salam
bentuk sapaan
+
+
secara verbal
-
+
secara nonverbal
+
+
-
+
+
-
Komponen makna
pernyataan untuk menghormati seseorang sentuhan dengan bibir ; kecupan
Dari tabel 2, dapat disimpulkan bahwa nomina “bisou” dan nomina “salam” memiliki dua komponen bersama dan tiga komponen pembeda.
Analisis Data Data 2 menunjukkan bahwa tidak ada pergeseran bentuk atau transposisi, yakni nomina “bisou” (BSu) menjadi nomina “salam” (BSa). Komponen makna bersama [bentuk sapaan] menunjukkan adanya kesesuaian antara bahasa sumber dan bahasa sasaran yang mengacu pada bentuk sapaan kepada seseorang. Penyesuaian yang terjadi dari nomina “bisou” menjadi nomina “salam” disebabkan oleh perbedaan kebiasaan yang merupakan wujud kebudayaan antara BSu dan BSa. Pada bahasa sumber yang menganut budaya barat, bentuk salam yang dilakukan pada seorang kenalan adalah dengan memberikan kecupan di pipi, sedangkan pada bahasa sasaran yang menganut budaya timur, bentuk salam yang biasanya dilakukan adalah dengan mencium tangan, berjabat tangan atau mengucapkan salam. Pada bahasa sumber, bentuk salam dengan memberikan kecupan di pipi lebih flexibel, tidak terpaku pada tingkat usia ataupun gender, sedangkan pada bahasa sasaran, bentuk salam dengan mencium tangan bersifat konservatif karena masyarakat bahasa sasaran masih menganggap penting perbedaan usia dan gender. Berdasarkan gambar pada cergam, bentuk salam dalam BSa yang harus dilakukan oleh Spirou adalah menjabat sambil mencium punggung tangan Tante Flo karena Tante berusia lebih tua. Tetapi, penerjemah memilih nomina “salam” daripada frasa “mencium tangan” karena maknanya lebih luas dan netral. Oleh karena itu, nomina “bisou” mengalami proses penerjemahan adaptasi menjadi “salam” yang maknanya lebih luas agar sesuai dengan kebiasaan yang dilakukan masyarakat BSa serta berterima dalam BSa, dan tetap menyampaikan pesan yang sama yaitu Nyonya Spirou meminta Spirou menyapa dan memberi salam pada Tante Fistule (BSa. Tante Flo).
3.
Karya atau Kebudayaan Fisik
Teks sumber Abbé Langelusse :” Qui en a profité pour chaparder le camembert? Que le coupable lève la main?” (Le Petit Spirou : Mais Qu’est-ce Que Tu Fabriques? hal. 25 ktk.7)
Teks sasaran Pastor Angelo :” Siapa yang mengambil kejuku? Yang bersalah cepat angkat tangan?” (Little Spirou : HAH! Ada Apa Ya Di Dalam? hal. 26 ktk 7)
Gambar 3a. Le Petit Spirou 3 hal.25 ktk.7
Konteks Cerita Pastor Angelo dan Spirou beserta teman-temannya pergi berpiknik ke daerah hutan. Setelah menemukan tempat yang tepat, mereka menggelar tikar dan mengeluarkan bekal masing-masing. Lalu, Pastor Angelo memimpin doa sebelum makan sambil duduk di atas rumput. Namun ketika akan makan, ia kehilangan keju camembert nya yang ternyata tanpa sadar ia duduki.
Komponen Makna Tabel 3. Komponen makna “camembert” (dalam BSu) dan “keju” (dalam BSa).
Komponen makna
BSu
BSa
Camembert
keju
+
+
+
-
+
-
+
+
Produk padat hasil olahan susu berfermentasi makanan tradisional daerah Normandie khas Perancis Memiliki rasa asin gurih
Dari tabel 3, dapat dilihat bahwa nomina “camembert” dan nomina “keju” memiliki satu komponen makna bersama dan dua komponen makna pembeda.
Analisis Data Data 3 menunjukkan bahwa tidak ada proses transposisi, yakni nomina “camembert” (BSu) menjadi nomina “keju” (BSa). Komponen bersama [produk hasil olahan susu] menunjukkan adanya kesesuaian antara BSu dan BSa. Nomina “camembert”
dalam BSu merupakan nama dari salah satu jenis keju khas
Perancis. Jenis keju ini berasal dari suatu desa bernama Camembert di daerah Normandie, Perancis. Keistimewaan dari keju camembert yakni dalam tahap akhir pembuatannya, keju ini dilapisi oleh jamur’Penicillum candidum’ dan ditempatkan dalam lemari khusus yang disebut “les haloirs” untuk berfermentasi selama 12 hari sebelum dapat dikonsumsi. *http://www.taste-camembert.com/fromages-de-normandie/en/cheese-camembert.php
Gambar 3b. Le camembert
Penerjemah memilih nomina “keju” sebagai padanan dari nomina “camembert” dalam BSu karena keju jenis camembert tidak terdapat di negara BSa sehingga masyarakat BSa tidak mengenal jenis keju tersebut. Oleh karena itu, nomina “camembert” menjadi “keju” mengalami proses ekuivalensi karena ide atau makna dari BSu sama dengan BSa, namun menggunakan gambaran yang berbeda. Terjemahan nomina “camembert” menjadi “keju” ini berterima dalam BSa karena disesuaikan dengan budaya BSa, tidak mengubah konteks cerita, maka pesan yang disampaikan sama dengan BSu, yaitu Pastor Angelo tidak menyadari bahwa ia menduduki bekalnya sendiri dan menuduh seseorang mengambil bekalnya.
SIMPULAN Berdasarkan data-data yang dianalisis dari cergam Le Petit Spirou dan terjemahannya, dapat disimpulkan bahwa pergeseran terjemahan yang terjadi dalam cergam ini disebabkan oleh perbedaan budaya antara bahasa sumber dan bahasa sasaran. Penerjemah melakukan proses transposisi, modulasi, ekuivalensi, maupun adaptasi dari Vinay dan Darbelnet agar hasil terjemahan bersesuaian dengan bahasa sasaran. Kesesuaian hasil terjemahan juga dipengaruhi oleh gambar pada cergam dan perubahan sudut pandang agar dapat menyampaikan pesan yang sama dengan bahasa sumber.
Daftar Sumber
KOENTJARANINGRAT. 2003.Pengantar Antropologi. Cetakan kedua. Jakarta : Rineka Cipta NEWMARK, Peter.1988.A Textbook of Translation. London : Prentice Hall NIDA, Eugene A and Charles R. Taber. 1982. The Theory and Practice of Translation. Published for the united bible societies by E. J. Brill, Leiden. VENUTI, Lawrence.2000.The Translation Studies Reader.London and New York : Routledge