PERGESERAN MAKNA KOLOKASI DALAM TEKS IKLAN DI TELEVISI INDONESIA
JURNAL SKRIPSI DiajukanUntuk Memenuhi Persaratan dalam Menyelesaikan Studi Strata Satu (S1) pada Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah
Oleh HAFIZIN (E1C 112 041)
PRODI BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2016
PERGESERAN MAKNA KOLOKASI DALAM TEKS IKLAN DI TELEVISI INDONESIA Hafizin, I Nyoman Sudika, Syamsinas Jafar PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FKIP UNIVERSITAS MATARAM
[email protected]
ABSTRAK Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah: (1) bagaimanakah wujud pergeseran makna kolokasi dalam teks iklan di televisi Indonesia, (2) bagaimanakah pergeseran makna kolokasi dalam teks iklan di televisi Indonesia. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini berupa teks iklan di televisi Nasional (RCTI, SCTV, GLOBAL TV, MNC TV, TRANS TV dan TRANS 7). Dalam penelitian ditemukan sebanyak 26 data dalam wujud frase dan klausa. Data diperoleh dengan menggunakan metode simak, teknik catat dan metode dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Data disajikan dalam bentuk informal. Hasil penelitian ini menunjukkan wujud pergeseran makna kolokasi dalam teks iklan di televisi Indonesia berupa bentuk frase yang memiliki tipe nomina berpola (N+N), tipe nomina berpola (N+V), tipe nomina berpola (N+A) dan tipe verba berpola (V+N). Bentuk klausa yang ditemukan memiliki pola (S-P), (P-S), (S-P-O), (P-O) dan (S-P-K). Adapun pergeseran makna kolokasi dalam teks iklan di televisi Indonesia ditemukan dalam bentuk frase dan klausa masing-masing kata yang disandingkan tidak memiliki hubungan berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sehingga mengalami pergeseran makna kolokasi. Kata kunci: wujud, pergeseran makna kolokasi dan teks iklan
SHIFTS IN THE MEANING COLLOCATION AD TEXT TELEVISION IN INDONESIA Hafizin, I Nyoman Sudika, Syamsinas Jafar LITERARY LANGUAGE EDUCATION INDONESIA AND REGIONAL UNIVERSITY FKIP MATARAM
[email protected] ABSTRACT Issues addressed in this study are: (1) how the shift in the meaning collocation form of text advertising on television in Indonesia, (2) how the shift in the meaning of the collocation in ad text on Indonesian television. This type of research is qualitative descriptive. The data in this study in the form of text advertising on national television (RCTI, SCTV, GLOBAL TV, MNC TV, Trans TV and Trans 7). In the study found as many as 26 data in the form of phrases and clauses. Data obtained using methods refer, techniques and methods of documentation record. Data analysis method used is descriptive qualitative. Data is presented in the form of informal. The results of this study indicate a form of a shift in meaning collocation in ad text in the Indonesian television a form phrases that have the type of noun patterned (N + N), types of nouns patterned (N + V), types of nouns patterned (N + A) and the types of verbs patterned ( V + N). Forms clause is found to have a pattern (S-P), (P-S), (S-PO), (P-O) and (S-P-K). The shift in meaning collocation in ad text in the Indonesian television is found in the form of phrases and clauses of each word is juxtaposed does not have a relationship based on Big Indonesian Dictionary (KBBI) so that the shift in the meaning of the collocation. Keywords: form, meaning a shift collocation and advertisement text
A. PENDAHULUAN Manusia dan bahasa adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Bahasa memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, manusia membutuhkan bahasa untuk menjalin komunikasi dengan manusia lain. Dalam hal ini, bahasa memainkan fungsinya sebagai alat komunikasi. Bahasa dalam fungsinya sebagai alat komunikasi, menjadikan media sebagai alat mengungkapkan ide, gagasan dan pikiran sehingga bahasa berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Salah satu media yang dipakai untuk mengungkapkan gagasan adalah iklan dalam media televisi. Televisi sebagai salah satu media komunikasi massa memiliki peran besar dalam menyebarkan informasi dan memberikan hiburan ke semua lapisan masyarakat. Media televisi memiliki informasi persuasif yang lebih sempurna dibandingkan dengan media komunikasi lain karena media ini mampu menimbulkan pengaruh yang kuat dengan menekankan pada kedua panca indra yakni dari pendengaran dan penglihatan dan dapat dengan mudah menjangkau semua kalangan masyarakat. Perpaduan antara kata-kata dan gambar mampu tercipta di televisi. Beragam iklan selalu tampil dan menghiasi stasiun-stasiun televisi pada saat jeda program acaranya. Hal tersebut secara tidak disadari mampu memikat hati pemirsa, karena intensitas serta kepiawaian perusahaan tersebut mempromosikan produk mereka. Masyarakat yang tidak menyukai iklan, akhirnya tertarik pada produk yang di iklankan karena menarik dan menghibur. Iklan yang dikatakan berhasil adalah iklan yang memikat sasarannya menjadi mitra, penikmat, hingga menjadi pelanggan setia barang tersebut. Disinilah peran iklan dan bahasanya dalam menyampaikan produknya kepada konsumen, padahal belum tentu barang yang diiklankan tersebut sesuai dengan kenyataannya. Secara umum media iklan terbagi atas tiga macam, yaitu iklan audiovisual (iklan televisi), iklan audio (iklan radio) dan iklan visual (iklan media cetak). Secara khusus teks iklan di televisi lebih menekankan bahasa tutur dalam menyampaikan maksudnya kepada masyarakat.
Dalam beragam iklan yang ditayangkan di televisi, masing-masing teksnya dikemas semenarik mungkin untuk menarik minat dari para konsumen agar membeli produk yang sedang diiklankan. Dalam penggunaan teks iklan di televisi ditemukan penggunaan bahasa yang mengalami pergeseran makna, khususnya pergeseran makna kolokasi. Pergeseran makna kolokasi dalam penggunaan bahasa iklan menunjukkan tidak ada hubungan logis antarkata yang disandingkan dengan kata yang seharusnya. Makna kolokasi adalah asosiasi hubungan makna kata yang satu dengan yang lain yang masing-masingnya memiliki hubungan ciri yang relatif tetap (lihat Aminuddin 2001:110). Fenomena pergeseran makna kolokasi yang dapat diamati dalam teks iklan di televisi salah satu contoh, seperti berikut : Ekstra joss blend “bandel susunya”. Seharusnya kata “bandel” tersebut disandingkan dengan kata “anak” seperti “bandel anaknya” atau “anak itu bandel” maka maknanya akan berkolokasi. Kata “susunya” seharusnya disandingkan dengan sifat benda tersebut seperti susu sapi dan
susu kerbau sehingga makna yang disampaikan tidak
mengalami pergeseran makna kolokasi. Disamping itu, selain dapat mengetahui pergeseran makna kolokasi dalam teks iklan di televisi Indonesia perlu kiranya juga mengetahui bagaimana wujud pergeseran makna kolokasi dalam teks iklan di televisi Indonesia. B. KAJIAN TEORI Kata semantik dalam bahasa Indonesia (Inggris: semantics) berasal dari bahasa Yunani sema
(kata benda yang berarti “tanda” atau “lambang”). Kata
kerjanya adalah semaino yang berarti “menandai” atau melambangkan”. Sesuatu yang dimaksud dengan tanda atau lambang disini sebagai padanan kata sema itu adalah tanda linguistik Chaer (2009:2). Kolokasi adalah asosiasi hubungan makna kata yang satu dengan yang lain yang masing-masingnya memiliki hubungan ciri yang relatif tetap. Kata menyalak memiliki hubungan dengan anjing Aminuddin (2001:110). Menurut Chaer (2009:112), kolokasi (berasal dari bahasa latin colloco yang berarti ada di tempat yang sama dengan) menunjuk kepada hubungan sintagmatik yang terjadi antara kata-kata atau unsur-unsur leksikal itu. Kata-kata yang berkolokasi
ditemukan bersama atau berada dalam satu tempat atau satu lingkungan. Misalnya, pada kalimat tiang layar perahu nelayan itu patah dihantam badai, lalu perahu itu digulung ombak, dan tenggelam beserta isinya. Kata-kata layar, perahu, nelayan, badai, ombak dan tenggelam yang merupakan kata-kata dalam satu kolokasi; satu tempat atau lingkungan. Jadi, kata-kata yang berkolokasi ditemukan bersama atau berada bersama dalam satu tempat atau lingkungan. Dalam pembicaraan tentang jenis makna menurut Chaer (2009:113), ada juga istilah kolokasi, yaitu jenis makna kolokasi. Maksudnya disini adalah makna kata yang tertentu berkenaan dengan keterikatan kata tersebut dengan kata lain yang merupakan kolokasinya. Misalnya kata tampan, cantik dan indah sama-sama bermakna denotatif “bagus”. Tetapi kata tampan memiliki ciri makna [+ laki-laki] sedangkan kata cantik memiliki ciri makna [-perempuan] dan kata indah memiliki ciri makna [-manusia]. Oleh karena itulah, ada bentuk-bentuk pemuda tampan, gadis cantik, dan pemandangan indah, sedangkan bentuk *pemuda indah, gadis tampan dan *pemandangan cantik tidak dapat diterima. Bahasa berkembang sesuai dengan perkembangan pemikiran bahasa. Pemakaian bahasa diwujudkan dalam bentuk kata-kata dan kalimat. Manusialah yang menggunakan kata dan kalimat dan manusia pula yang menambah kosa kata yang sesuai
dengan
kebutuhannya.
Pemikiran
setiap
manusia
terus
mengalami
perkembangan, oleh karena itu pemakaian kata dalam bahasa dapat berkembang pula. Bahasa berkembang sesuai dengan perkembangan pemakaian bahasa. Manusia menggunakan kata-kata dan kalimat dan sejalan dengan itu kata dan kalimat berubah maka dengan sendirinya maknanya pun berubah atau makna dari suatu kata yang digunakan manusia mengalami perubahan (Lihat Pateda 2001:158). Menurut Djajasudarma (2013:96) makna berkembang dengan melalui perubahan, penyempitan atau pergeseran. Pergeseran makna terjadi pada kata dalam bahasa Indonesia. Menurut Aminuddin (2001:130), bentuk kebahasaan dapat mengalami perkembangan, pergeseran, atau bahkan perubahan makna. Perkembangan, pergeseran dan perubahan makna itu dapat terjadi secara; (1) meluas, yakni apabila suatu
bentuk
kebahasaan
mengalami
berbagai
penambahan
makna
yang
keseluruhannya digunakan secara umum. Kata menarik yang semula berkaitan dengan tali, maknanya meluas sehingga dapat pula diartikan “cantik”, “cakap”, “simpatik”, “ganteng”, “menyenangkan”, “baik”, maupun “menjadikan anggota”; serta; (2) menyempit, yakni apabila makna suatu kata semakin memilki spesifikasi ataupun spesialisasi. Kata guru, misalnya pada mulanya dapat diartikan “pembimbing rohani”, “pengajar silat”, sehingga dikenal pula kata “peguron”, akhirnya memiliki pengertian khusus “pengajar di sekolah” sebagai salah satu bidang profesi. Makna kata juga dapat mengalami pergeseran akibat adanya sikap dan penilaian tertentu masyarakat pemakainya. Dalam hal ini makna kata dapat mengalami adanya (1) degradasi atau peyorasi, yakni apabila makna suatu kata akhirnya dianggap memiliki nilai rendah atau memiliki konotasi negatif. Kata ngamar yang semula mengandung makna “berada di kamar”, tetapi akhirnya dapat mengandung pengertian negatif sehingga pemakaiannya pun berusaha dihindari; (2) elevasi atau ameliorasi, yakni bila suatu kata memiliki makna yang memiliki nilai maupun konotasi lebih baik dari makna sebelumnya. Kata yang mengalami elevasi itu, misalnya kata “gambaran” dengan masuknya kata abstraksi, kata gambaran akhirnya dapat mengandung pengertian “pembayangan secara imajinatif”. Begitu pula kata wanita yang lebih dekat dengan bentuk banita atau betina akhirnya memiliki nilai lebih baik daripada perempuan. C. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif karena masalah yang akan diteliti memerlukan pengamatan atau penelitian yang cermat dan berusaha mendeskripsikan serta membuat kesimpulan umum. Selain itu jenis penelitian ini tidak didesain atau dirancang menggunakan prosedur-prosedur statistik. Penelitian deskriptif mencatat dengan teliti dan cermat data yang berwujud kata-kata, kalimatkalimat wacana, gambar-gambar, atau foto-foto, video dan tidak menggunakan angka-angka. Data yang diperoleh peneliti mula-mula disusun, dijelaskan, kemudian dianalisis. Sumber data yang didapatkan yakni teks iklan yang ditayangkan di stasiun televisi Nasional berkaitan dengan pergeseran makna kolokasi.
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode simak, teknik catat dan metode dokumentasi sedangkan metode analsis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif tahap yang terakhir yakni penyajian hasil analisis data ditulis dengan menggunakan metode informal. Mahsun (2014:123) mengemukakan bahwa metode informal merupakan perumusan dengan menggunakan kata-kata biasa, termasuk penggunaan terminologi yang bersifat teknis. D. PEMBAHASAN 1. Wujud Pergeseran Makna Kolokasi dalam Teks Iklan di Televisi Indonesia Wujud pergeseran makna kolokasi dalam teks iklan di televisi Indonesia ditemukan dalam bentuk frase dan klausa. Wujud frase pergeseran makna kolokasi dalam teks iklan di televisi Indonesia ditemukan pola kategori/kelas kata sedangkan dalam wujud klausa ditemukan beberapa fungsi pembentuk di antaranya subjek (S), predikat (P), objek (O) dan keterangan (K). Wujud pergeseran makna kolokasi dalam bentuk frase yang ditemukan dalam teks iklan di televisi Indonesia sebagai berikut: (1) pesta udara (RCTI, 19/06/2016, Pukul 09.01 WITA) (2) petasan lebaran (Global TV, 19/06/2016, Pukul 09.10 WITA) (3) warna-warni kemenangan (ANTV, 22/06/2016, Pukul 19.09 WITA) (4) ban ajaib (SCTV, 23/06/2016, Pukul 20.05 WITA) (5) pedas gila (SCTV, 20/01/2016, Pukul 20.25 WITA) (6) makan dingin (RCTI, 20/04/2016, Pukul 10.10 WITA) Wujud pergeseran makna kolokasi dalam bentuk frase di atas memiliki dua kategori yakni: a. Kategori nomina berpola N+N, N+V, dan N+A b. Kategori verba berpola V+N, V+V, dan V+A Masing-masing kategori dalam frase pergeseran makna kolokasi dalam teks iklan di televisi tersebut, memiliki unsur pusat nomina, verba dan adjektiva serta memiliki atribut nomina, verba dan adjektiva seperti dalam teks iklan pesta udara
teks iklan tersebut memiliki kategori nomina berpola (N+N). Unsur pusat pada frase tersebut berdistribusi nomina dan memiliki atribut nomina. Untuk lebih jelas, berikut diuraikan lebih lanjut mengenai wujud frase pergeseran makna kolokasi dalam teks iklan di televisi Indonesia. A. Bentuk Frase Pergeseran Makna Kolokasi Berkategori Nomina Dalam bentuk frase pergeseran makna kolokasi berkategori nomina, unsur pusat pada frase tersebut berdistribusi nomina. Berikut frase berkategorinomina dalam teks iklan di televisi Indonesia. 1. Frase Kategori Nomina Berpola N+N Contoh: (1) pesta udara (2) petasan lebaran (3) warna-warni kemenangan Ketiga frase yang mengalami pergeseran makna kolokasi di atas, merupakan frase dengan unsur pusat nomina dan memiliki atribut nomina (N+N).
2. Frase Kategori Nomina Berpola N+A (4) ban ajaib (5) pedas gila Kedua frase yang mengalami pergeseran makna kolokasi di atas, merupakan frase dengan unsur pusat nomina dan memiliki atribut adjektiva (N+A). B. Bentuk Frase Pergeseran Makna Kolokasi Berkategori Verba Dalam bentuk pergeseran makna kolokasi berkategori verba, unsur pusat pada frase tersebut berdistribusi verba. Berikut frase berkategoriverba dalam teks iklan di televisi Indonesia.
1. Frase Kategori Verba Berpola V+A (6) makan dingin Frase yang mengalami pergeseran makna kolokasi di atas, merupakan frase dengan unsur pusat verba dan memiliki atribut adjektiva. Klausa merupakan fungsi pembentuk kalimat yang paling tinggi dalam tata tingkat unit bahasa. Fungsi pembentuk dalam klausa yakni fungsi subjek, predikat, objek, dan keterangan. Berikut pergeseran makna kolokasi dalam bentuk klausa. (7) Bikin lidah menari-nari. (TRANS 7, 20/04/2016, 19.00 WITA) S P (8) Sensasi keharuman mewah (RCTI, 11/03/2016, 10.00 WITA) S P (9) Enaknya nyambung terus (MNC TV, 11/03/2016, Pukul 03.00 WITA) S P (10) Jagonya soto (TRANS TV, 13/04/2016, Pukul 09.00 WITA) S P (11) Wajah cerah berenergi (Global TV, 12/04/2016, Pukul 10.03 WITA) S P Klausa pada teks iklan di atas, memiliki fungsi subjek di depan dan diikuti oleh predikat di sebelah kanan (S-P). Terdapat pula teks iklan dalam bentuk klausa yang memiliki fungsi predikat mendahului fungsi subjek. Berikut teks iklan dalam bentuk klausa dengan fungsi predikat di depan dan diikuti fungsi subjek di belakang. (12) Awet rasanya (MNC TV, 19/05/2016, Pukul 22.30 WITA) P S (13) Bandel susunya (RCTI, 13/04/2016, Pukul 15.33 WITA) P S (14) Lebih berani kopinya (SCTV 03/05/2016, Pukul 19.30 WITA) P S (15) Ledakkan jiwa bikers. (RCTI, 13/12/2015, Pukul 15.09 WITA) P S (16) Ramai rasanya. (TRANS 7, 23/05/2016, Pukul 08.05 WITA) P S (17) Nyalakan nyali. (RCTI, 13/04/2016, Pukul 10.20 WITA) P S (18) Segarkan akalmu. (RCTI, 13/03/2016, Pukul 15.39 WITA) P S
Susunan fungsi dalam klausa di atas, memiliki fungsi predikat mendahului fungsi subjek (P-S). (19) Aromanya menghangatkan kebersamaan. S P O (TRANS 7, 13/06/2016, Pukul 15.03 WITA) (20) Minum makanan bergizi. (RCTI, 13/04/2016, Pukul 11.02 WITA) S P O (21) Percaya pink lupakan noda. (SCTV, 13/04/2016, Pukul 11.12 WITA) S P O Klausa di atas, memiliki fungsi subjek, predikat dan objek (S-P-O). Aromanya, minum dan percaya pink merupakan fungsi subjek (S). Kata menghangatkan, makanan dan lupakan merupakan fungsi predikat (P) sedangkan kata kebersamaan, bergizi dan noda merupakan fungsi objek (O). (22) Cepat sikat sakit mag (MNC TV, 13/04/2016, Pukul 11.20 WITA) P O (23) Lawan gerah keterlaluan (RCTI, 09/12/2015, Pukul 15.33 WITA) P O (24) Kalahkan batuk terus melaju. (TRANS TV, 13/03/2016, Pukul 15.00) P O Dalam klausa di atas dapat diamati, fungsi yang membentuknya yakni predikat dan objek. Klausa tersebut, tidak memilki fungsi subjek. (25) Rasanya merosot di tenggorokan (Global TV, 13/04/2016,Pukul 15.00) S P K (26) Tradisi manis di setiap momen ramadhan S P K (TRANS TV, 13/06/2016, Pukul 15.00 WITA) Teks iklan di atas memilki fungsi pembentuk subjek, predikat dan keterangan namun dalam teks iklan di atas tidak ditemukan fungsi objek yang melengkapi kalimat.
2. Pergeseran Makna Kolokasi dalam Teks Iklan di Televisi Indonesia Pergeseran makna kolokasi dalam teks iklan di televisi ditemukan dalam bentuk frase. Dalam bentuk frase, teks iklan tersebut tidak memiliki hubungan antarkata yang disandingkan seperti teks iklan pesta udara. Kata pesta yang semula bermakna perjamuan makan minum (manusia) (KBBI 2014:531) mengalami pergeseran makna kolokasi setelah disandingkan dengan kata udara yang bermakna campuran berbagai macam gas yang tidak berwarna dan tidak berbau yang menyelimuti permukaan bumi (KBBI 2014:681). Penyandingan kata dalam frase tersebut telah mengalami pergeseran makna kolokasi karena kedua kata memiliki hubungan dengan masing-masing kolokasinya seperti berikut. Kata pesta yang semula bermakna perjamuan makan minum tersebut selazimnya berkolokasi dengan kata pernikahan, perkawinan, dan ulang tahun sehingga menjadi frase berikut ini. (i) pesta perkawinan (ii) pesta pernikahan (iii) pesta ulang tahun Demikian pula kata udara yang memiliki makna campuran berbagai macam gas yang tidak berwarna dan tidak berbau yang menyelimuti permukaan bumi tersebut selazimnya berkolokasi dengan kata suhu dan polusi sehingga menjadi frase berikut. (iv) suhu udara (v) polusi udara Pergeseran makna kolokasi dalam teks iklan di televisi ditemukan dalam bentuk frase. Dalam bentuk frase, teks iklan tersebut tidak memiliki hubungan antarkata yang disandingkan seperti teks iklan petasan lebaran. Kata petasan yang semula bermakna mercon/meledak (KBBI 2014:459) mengalami pergeseran makna kolokasi setelah disandingkan dengan kata lebaran yang memiliki makna hari raya umat islam yang jatuh pada tanggal 1 syawal (KBBI 2014:423). Penyandingan kata
dalam frase tersebut telah mengalami pergeseran makna kolokasi karena, kedua kata memiliki hubungan dengan masing-masing kolokasinya seperti berikut. Kata petasan yang semula bermakna mercon/meledak tersebut selazimnya berkolokasi bunyi dan bakar sehingga menjadi frase berikut ini. (i) bunyi petasan (ii) bakar petasan Demikian pula kata lebaran yang bermakna hari raya umat islam yang jatuh pada tanggal 1 syawal selazimnya berkolokasi dengan kata hari, idul fitri, dan idul adha sehingga menjadi frase berikut. (iii) hari lebaran (iv) lebaran idul fitri (v) lebaran idul adha Pergeseran makna kolokasi dalam teks iklan di televisi ditemukan dalam bentuk frase. Dalam bentuk frase, teks iklan tersebut tidak memiliki hubungan antarkata yang disandingkan seperti teks iklan warna-warni kemenangan. Kata warna-warni yang semula berkaitan dengan bermacam-macam warna (KBBI 2014:694) mengalami pergeseran makna kolokasi setelah disandingkan dengan kata kemenangan yang memiliki makna dengan dapat mengalahkan musuh (KBBI 2014:457).
Penyandingan kata dalam frase warna-warni kemenangan telah
mengalami pergeseran makna kolokasi karena, kedua kata tersebut memiliki hubungan dengan masing-masing kolokasinya seperti berikut. Kata warna-warni yang semula bermakna bermacam-macam warna tersebut selazimnya berkolokasi dengan lampu, cat dan suatu yang terlihat berwarna sehingga menjadi frase berikut ini. (i) lampu warna-warni (ii) cat warna-warni Demikian pula kata kemenangan yang memiliki makna suatu yang sudah diraih/hal menang tersebut selazimnya berkolokasi dengan kalah dan hal menang dalam suatu kejuaraan atau lomba sehingga menjadi frase berikut. (iii) kalah menang
(iv) kemenangan Indonesia (v) kemenangan tim bulu tangkis Pergeseran makna kolokasi dalam teks iklan di televisi ditemukan dalam bentuk klausa. Dalam bentuknya tersebut teks iklan mengalami pergeseran makna setelah kata lidah disandingkan dengan kata menari-nari. Kata lidah yang semula bermakna alat indra pengecap yang berada di dalam mulut bergerak mengatur makanan (KBBI 2014:432) mengalami pergeseran makna kolokasi setelah disandingkan dengan kata menari-nari yang memiliki makna menggerakkan badan yang diiringi bunyi-bunyian (KBBI 2014:647). Penyandingan kata dalam kalimat tersebut telah mengalami pergeseran makna kolokasi karena kedua kata memiliki hubungan dengan masing-masing kolokasinya seperti berikut. Kata lidah yang semula bermakna bagian tubuh dalam mulut yang dapat bergerak dengan mudah tersebut selazimnya berkolokasi dengan indra perasa seperti kalimat berikut ini. (i) Pedasnya terasa di lidah. (ii) Enaknya terasa di lidah. Demikian pula kata menari yang memiliki makna menggerakkan badan yang diiringi bunyi-bunyian tersebut selazimnya berkolokasi dengan suatu gerakan anggota badan/jenis seni tari seperti kalimat berikut. (iii) Kami menari bersama. (iv) Menari-nari jaipong bersama. Pergeseran makna kolokasi dalam teks iklan di televisi Indonesia ditemukan dalam bentuk klausa. Dalam bentuknya, teks iklan mengalami pergeseran makna antarkata yang disandingkan seperti teks iklan “cepat sikat sakit mag”. Kata sikat yang semula bermakna pembersih yang terbuat dari bulu (ijuk/serabut) (KBBI 2014:621) mengalami pergeseran makna kolokasi setelah disandingkan dengan kata sakit yang memiliki makna berasa tidak nyaman di bagian tubuh (KBBI 2014:589). Penyandingan kata dalam klausa tersebut telah mengalami pergeseran makna kolokasi karena kedua kata memiliki hubungan dengan masing-masing kolokasinya seperti berikut.
Kata sikat yang semula bermakna pembersih yang terbuat dari bulu (ijuk/serabut) tersebut selazimnya berkolokasi dengan pakaian dan gigi sehingga makna yang disampaikan berkolokasi seperti kalimat berikut. (i) Sikat pakaiannya (ii) Sikat giginya Demikian pula kata sakit yang memiliki makna berasa tidak nyaman di bagian tubuh tersebut selazimnya berkolokasi dengan tenggorokan, kepala, dan jenis penyakit lainnya seperti contoh berikut. (iii) Sakit tenggorokan (iv) Sakit kepala Pergeseran makna kolokasi dalam teks iklan di televisi Indonesia ditemukan dalam bentuk klausa. Dalam bentuknya, teks iklan mengalami pergeseran makna kolokasi antarkata yang disandingkan seperti teks iklan “lawan gerah keterlaluan”. Kata lawan yang semula bermakna imbangan, bandingan atau tandingan (KBBI 2014:421) mengalami pergeseran makna kolokasi setelah disandingkan dengan kata gerah yang memiliki makna terasa panas sperti hendak mau hujan (KBBI 2014:253) sedangkan kata keterlaluan memiliki makna sangat melampaui batas, sangat berlebihan (KBBI 2014:412). Penyandingan kata dalam klausa tersebut telah mengalami pergeseran makna kolokasi karena masing-masing kata memiliki hubungan dengan kolokasinya seperti berikut. Kata lawan yang semula bermakna imbangan, bandingan atau tandingan tersebut selazimnya berkolokasi dengan musuh atau tandingan seperti contoh berikut ini. (i) Lawan musuhmu (ii) Kalahkan lawanmu Demikian pula kata gerah yang memiliki makna badan terasa panas tersebut selazimnya berkolokasi dengan badan dan keringat seperti dalam kalimat berikut ini. (iii) Badan terasa gerah karena cuaca panas. (iv) Badan gerah sampai keluar keringat.
Sedangkan kata keterlaluan yang memiliki makna betul-betul melewati batas kewajaran tersebut selazimnya berkolokasi dengan suatu cara yang melampaui batas (perilaku dan perkataan) seperti dalam kalimat berikut. (v) Kata-katamu memang keterlaluan. (vi) Caramu sangat keterlaluan. (vii) Keterlaluan sekali kamu.
E. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis tentang pergeseran makna kolokasi dalam teks iklan di televisi Indonesia ditemukan wujud pergeseran makna kolokasi dalam bentuk frase dan dan klausa serta pergeseran makna kolokasi dalam teks iklan di televisi Indonesia. Wujud pergeseran makna kolokasi dalam bentuk frase dan klausa serta pergeseran makna kolokasi dalam teks iklan di televisi Indonesia ditemukan sebanyak 26 data. Data yang ditemukan berupa teks iklan yang ditayangkan di stasiun televisi Nasional diantaranya RCTI, SCTV, GLOBAL TV, MNC TV, TRANS TV dan TRANS 7. Data dalam bentuk frase memiliki dua kategori/kelas kata yakni frase nomina berpola (N+N), (N+V), (N+A) dan frase verba berpola (V+A). Masing-masing kategori frase dalam wujud pergeseran makna kolokasi yang ditemukan tersebut memiliki unsur pusat nomina dan verba serta memiliki atribut nomina, verba dan adjektiva. Wujud pergeseran makna kolokasi dalam bentuk klausa ditemukan pola (SP), (P-S), (S-P-O), (P-O) dan berpola (S-P-K). Pergeseran makna kolokasi dalam teks iklan di televisi ditemukan dalam bentuk frase dan klausa. Bentuk frase dan klausa dalam teks iklan di televisi mengalami pergeseran makna kolokasi antarkata yang disandingkan berdasarkan makna kata yang terdapat dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI). Bagi mahasiswa kajian ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam penelitian selanjutnya, khususnya dalam kajian semantik karena penelitian pergeseran makna kolokasi dalam teks iklan di televisi Indonesia belum pernah diteliti. Bagi peneliti, penelitian
ini jauh dari kata sempurna oleh karena itu peneliti berharap ada banyak penelitianpenelitian selanjutnya dalam bidang semantik khususnya dalam pergeseran makna kolokasi.
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 1988 Semantik: Pengantar Study Tentang Makna. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Edisi Revisi, Jakarta: Rieneke Cipta. Chulsum. Umi 2014, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Terbaru. Kashiko Publisher
Surabaya:
Djajasudarma, Fatimah. 2013. Semantik 2. Relasi makna paradigmatik, sintagmatik dan Derivasional. Edisi Revisi. Bandung: Refika Aditama. Kridalaksana, Harimurti. 2007. Pembentukan Kata Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Mahsun. 2014. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode dan Tekniknya. Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers. Muhammad. 2011. Paradigma Kualitatif: Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Liebe Book Press. Muhibuddin. 2015. Iklan Baris pada Harian Lombok Wacana. Skripsi. Mataram. UNRAM.
Post: Sebuah Analisis
Moleong, Lexy. 2008. Metodologi Penelitian kualitatif. Jakarta. Rosdakarya Rahmah, Nur Awaliya. 2012. Kajian Semantik Slogan Iklan pada Produk Garuda Food. Skripsi. Mataram. UNRAM.
PT.
Nisa’, Nurun. 2014, Makna Afektif pada Teks Brand Iklan Produk Kecantikan Unilever dan Kaitannya dengan Pembelajaran di SMA. Skripsi. Mataram. UNRAM Nuryanti. 2015. Makna Konotasi dalam Kata Bahasa Sasak Dialek (a-e) sebagai Bahan Penunjang Pembelajaran di SMA. Skripsi. Mataram. UNRAM. Parera J.D. 2009. Dasar-dasar analisis sintaksis. Jakarta: Erlangga Pateda, Mansour. 1996. Semantik Leksikal. Jakarta: Rieneke Cipta. Rizkiana, Siti Suci. (2015). Homonimi Bahasa Sasak Dusun Pancordao Desa Aik Darek Kecamatan Batu Kliang Lombok Tengah. Skripsi. Mataram. UNRAM.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Kualitatif
Sukini. 2010. Sintaksis. Sebuah panduan praktis. Surakarta: Yuma Pustaka Widyatama, Rendra. 2009. Pengantar Periklanan. Yogyakarta: Pustaka Publisher. (https://id.wikipedia.org/wiki/Iklan).
Book