D.04
PERGESERAN ORIENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MASYARAKAT JAWA
Laila Listiana Ulya Qurrota A’yun Riski Septifani Moordiningsih Center for Islamic and Indigenous Psychology (CIIP) Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
[email protected]
Abstraksi. Esensi dari pendidikan bertujuan untuk mengubah perilaku seseorang kearah yang lebih baik. Sehingga pendidikan karakter perlu diajarkan sejak dini. Fenomena yang terjadi saat ini bahwa pendidikan karakter sangat di dengung-dengungkan di kalangan masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami penanaman karakter yang dipilih oleh orangtua kepada anak pada masa kini maupun di masa depan. Metode pendekatan menggunakan metode kualitatif dan pengambilan data menggunakan kuesioner terbuka kepada 274 staf edukatif dan administratif yang berusia dewasa pada Perguruan Tinggi swasta di Surakarta. Analisis data dilakukan dengan membuat kategorisasi dan frekuensi dengan tema-tema yang ditemukan. Hasil penelitian menunjukkan adanya pergeseran pendidikan karakter dari orang tua ke anak. Untuk masa saat ini karakter membangun hubungan interpersonal dengan orang lain merupakan karakter hasil dari didikan orang tua di masa lalu yang paling nyaman dan sesuai dengan kondisi saat ini. Sementara pendidikan karakter untuk anak-anak mereka di masa depan, karakter yang terkait dengan penanaman nilai-nilai ketakwaan dan ketaatan kepada Tuhan lebih diutamakan. Kondisi ini membuktikan terjadinya pergeseran orientasi pendidikan karakter untuk anak di masa yang akan datang. Kata kunci: pergeseran orientasi, pendidikan karakter, masyarakat Jawa.
Maraknya
berbagai
permasalahan
Lemahnya karakter masyarakat Indonesia
sosial di masyarakat seperti kekerasan pada
mengakibatkan
anak, perilaku mencontek, tawuran pelajar,
dibanding bangsa lain. Di bidang ekonomi,
pergaulan
pendapatan per kapita Indonesia jauh lebih
bebas,
narkoba,
pelecehan
seksual, pengangguran, pembunuhan hingga
rendah
terkuaknya kasus korupsi petinggi negara
(Lestari, 2012).
menegaskan
bahwa
daripada
kita
tertinggal
bangsa-bangsa
maju
negatif
Bangsa yang besar adalah bangsa
merupakan permasalahan kronis kehidupan
yang berkarakter kuat. Strategi yang perlu di
berbangsa dan bernegara. Moral dan nilai-
dukung adalah menggunakan cara preventif
nilai
berupa pendidikan karakter dan moral pada
masyarakat
budaya
bangsa
semakin
merosot.
415
416 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013
generasi muda. Salah satu penyebab dari
anut
segala permasalahan tersebut terletak pada
Pendekatan
Psikologi
tingkat mikrosistem yaitu sistem yang
pendekatan
kajian
paling dekat dengan individu sehari-hari,
pengaruh agama Islam pada kehidupan
seperti keluarga dan sekolah. Keluarga
manusia. Pendekatan Psikologi Indigenous
menjadi sendi yang sangat penting bagi
merupakan salah satu pendekatan untuk
kehidupan bangsa, mengingat masyarakat
memahami manusia berdasarkan konteks
Indonesia
budaya
yang melingkupi
tempat
manusia
memiliki
kolektivistik.
corak
Keluarga
adalah
cenderung
diturunkan
berupa
ke
anak.
Islam
adalah
keilmuan
tentang
kehidupan sehari-hari kondisi
demografis,
pertama individu belajar moral, budi pekerti,
biologis, letak geografis, aspek budaya yang
dan karaktek yang di dalamnya terdapat pula
mempengaruhi
proses komunikasi dan interaksi. Ayah dan
manusia.
ibu,
dipandang
utama
untuk
mempunyai memberikan
kehidupan
psikologis
kewajiban
Salah satunya adalah masyarakat
pendidikan
Jawa yang menempati sekitar 41,7 % dari
karakter yang baik kepada individu, di
225
samping
mempunyai keunggulan budaya yang khas
sekolah
yang
juga
dianggap
sebagai pusat pengembangan karakter.
(dalam
Dharma,
masyarakat
Indonesia
yang
dan dominan. Pola penerapan pendidikan
Definisi pendidikan karakter menurut Megawangi
juta
2011)
karakter memiliki
pada
masyarakat
karakteristik
Jawa yang
juga unik.
pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai
Bratawijaya (1997) menerangkan bahwa
sebuah usaha untuk mendidik anak-anak
pamardi siwi berasal dari kata pamardi
agar dapat mengambil keputusan dengan
artinya tempat mendidik anak, sedangkan
bijak
dalam
siwi artinya anak. Jadi pamardi siwi adalah
mereka
dapat
tempat mendidik yang memiliki strategis
positif
kepada
dan
kehidupan memberikan
mempraktikkannya sehari-hari konstribusi
lingkungannya.
dan
jangkauan
menitikberatkan
Di sisi lain, manusia hidup dalam
masa upaya
depan yang
serta
sungguh-
sungguh dari orangtua agar anak-anaknya
setting budaya yang berbeda-beda dan
menjadi
beraneka ragam. Pendidikan karakter pun
mendhem jero lan mikul dhuwur, artinya
menjadi bervariasi sesuai bentukan dan tata
menutupi lubang sedalam-dalamnya dan
nilai yang ada dalam masyarakat tersebut.
memikul tinggi. Maknanya adalah anak
Pada budaya tertentu terjadi proses transmisi
wajib menutupi keburukan orangtua dan
budaya dari generasi ke generasi selanjutnya
menjaga nama baik orangtua.
dilakukan
dengan
enkulturasi
orang
yang
baik
yaitu
bisa
dan
Orang Jawa adalah penduduk asli
sosialisasi. Nilai dan karakter yang orangtua
bagian tengah dan timur bahasa pulau Jawa
Pergeseran Orientasi Pendidikan Karakter pada Masyarakat Jawa | 417 Ulya, L.L., A’yun, Q., Septifani, R., & Moordiningsih [hal.415-425]
yang bahasa ibunya bahasa Jawa. Orang
sesungguhnya dan hanya mengenal agama
Jawa membedakan dua golongan sosial : (1)
pada kulitnya (Hardjowirogo, 1989).
wong cilik (orang kecil),
terdiri dari
Hubungan interpersonal dan menjaga
sebagian besar massa petani dan mereka
hubungan baik dengan orang lain di
berpendapatan rendah di kota, dan (2) kaum
masyarakat Jawa menjadi sesuatu yang
priyayi dimana termasuk pegawai negeri
diutamakan
dan orang-orang intelektual. Kecuali itu
Kebudayaan mengajarkan warganya untuk
masih ada kelompok ketiga yang kecil tetapi
memahami peran sesama manusia dan
mempunyai prestise yang cukup tinggi yaitu
lingkungan
alam
ningrat (ndara). Dari segi dasar keagamaan
kedamaian
dan
dibedakan menjadi dua kelompok yaitu
hayuning
“abangan”
ketentraman
yang cara
hidupnya
masih
dan
dijunjung
dalam
tinggi.
mewujudkan
ketentraman,
memayu
„menciptakan
bawono dunia‟.
Selain
itu
ditentukan oleh tradisi Jawa pra-Islam dan
mengedapankan sikap andhap ashor „rendah
“santri” yang berusaha hidup sesuai ajaran
hati‟, tidak menggunggulkan diri, berusaha
Islam (Magnis dan Suseno, 2003). Ada
menyenangkan orang, menghidari konflik-
tingkatan khas bahasa yang dipakai yaitu,
konflik dengan cara perilaku dan tutur kata
ngoko, madya, krama, yang di dalamnya
yang halus. Nilai-nilai tersebut diajarkan
juga masih dibagi menjadi beberapa sub
orangtua supaya dapat beradaptasi dengan
bagian seperti andhap (rendah/kasar), dan
lingkungan tempat tinggal mereka sehingga
inggil (tinggi/halus).
tercipta
Kehidupan orang Jawa menampakan keberpangkalannya pada nilai-nilai lahiriah yang
dianggapnya
bisa
memberi
masyarakat
yang
saling
menghormati. Praktek gotong royong mewujudkan kerukunan, yaitu saling membantu seperti
kebahagiaan dalam hidup dan terjadi suatu
membantu tetangga
krisis di dalam kepercayaan pada nilai-nilai
rumah, perispana pesta dan melakuakn
batiniah. Pada umumnya orang-orang Jawa
perkerjaan bersama untuk kepentingan desa
hanya
bisa membuktikan keislamannya
seperti pelebaran jalan, perbaikan irigasi,
karena fasih mengucapkan syahadat, namun
perbaikan jembatan (Magnis dan Susesno,
di samping itu ia tidak sembahyang lima
2003). Adanya
waktu, tidak pula berpuasa, menunaikan
rewangan
rukun Islam kelima dan tidak melibatkan
mengadakan
diri
agama
membangun rumah tersebut bisa menjadi
sehingga di Jawa Tengah dan Jawa Timur
salah satu cara masyarakat Jawa untuk
sering disebut Islam Abangan dalam arti
membangun
bahwa mereka tak beriman dalam arti kata
tetangga, teman, dan masyarakat. Budaya
dalam
kegiatan-kegiatan
dalam membangun
budaya
sambatan
„bergotong
royong‟
pesta
pernikahan
relasi
yang
baik
dan ketika atau
dengan
418 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013
tersebut
menjadikan
karakter
menjaga
Pertanyaan
dalam
penelitian
ini
hubungan interpersonal diterapkan begitu
meliputi : apa saja karakter dan hal-hal baik
kental pada masyarakat Jawa. Hardjowirogo
yang ditanamkan dan dididikkan oleh
(1989) mengatakan bahwa dalam hal bahasa
orangtua atau keluarga besar kepada Anda
dan budaya Jawa berbuat sangat terperinci.
sejak kecil yang paling nyaman dan sesuai
Dalam mengahadapi seseorang yang lebih
dengan kondisi Anda sekarang ini? Karakter
tua dalam usia orang Jawa menggunakan
apa yang ingin Anda tanamkan pada anak-
kata-kata
anak Anda kelak dan Anda yakin itu akan
berlainan
dengan apabila
ia
menghadapi seseorang lebih muda atau
membuat mereka bahagia?
sama dalam usia. Di sisi lain, kebudayaan sebagai suatu
Metode Penelitian
pranata yang melekat pada kehidupan
Pengolahan
data
yang
dilakukan
rupanya tidak selalu menjadi panduan
dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan
praktik bermasyarakat di masa kini. Adanya
kualitatif adalah suatu proses penelitian dan
tuntutan
berbeda
pemahaman
yang
berdasarkan
pada
menjadikan orientasi pendidikan karakter
metodologi
yang
menyelidiki
suatu
dari orangtua yang akan diberikan pada anak
fenomena sosial dan masalah manusia. Pada
agar mereka kelak bisa bahagia mulai
pendekatan ini, peneliti membuat suatu
bergeser. Orangtua cenderung menginginkan
gambaran kompleks, meneliti kata-kata,
adanya sikap taat dan patuh kepada Tuhan
laporan terinci dari pandangan responden,
(hablumminallah). Orangtua ingin anaknya
dan melakukan studi pada situasi yang alami
menjadi pribadi yang mempunyai agama
(Creswell, 1998). Jenis Pendekatan kualitatif
yang kuat sehingga berbakti pada orangtua
ini
dan
ketika
fenomenologi, dimana tulisan ini mencoba
meninggal. Salah satu fenomena yang
menjelaskan dan memaparkan makna dalam
muncul
banyak
suatu konsep atau fenomena yang disadari
orangtua yang berusaha mengarahkan dan
oleh beberapa individu. Tehnik pengambilan
mendidik anaknya untuk menghafal Al
sampel
Qur‟an (khafidh) sebagai bekal kebahagiaan
sampling hingga diperoleh 274 staf, yang
hidup anak di dunia dan di akhirat. Anak
terdiri
diberi bekal spiritualitas di rumah dan
administratif di Perguruan Tinggi swasta di
diarahkan untuk mempelajari ilmu agama
Surakarta.
dengan cara memasukan mereka ke sekolah-
digunakan adalah kuesioner terbuka (open
sekolah Islam dan pondok pesantren yang
ended
kini semakin banyak.
pertanyaan terbuka. Hasil data lapangan
kehidupan
bisa
mendoakan
adalah
kini
yang
orangtua
semakin
lebih
mengarah
dilakukan
dari
staf
Alat
pada
dengan
edukatif
pengumpul
quetinnaire)
yang
penelitian
insidental
dan
data
staf
yang
berjumlah
2
Pergeseran Orientasi Pendidikan Karakter pada Masyarakat Jawa | 419 Ulya, L.L., A’yun, Q., Septifani, R., & Moordiningsih [hal.415-425]
yang diperoleh selanjutnya dianalisa dengan
Hasil Penelitian
melakukan abstraksi yang didapatkan dari
Secara umum, hasil yang diperoleh
beragam fenomena. Analisis data dilakukan
dari penelitian ini berupa uraian karakter
dengan membuat kategorisasi dan frekuensi
didikan orangtua yang paling nyaman dan
dengan tema-tema yang ditemukan.
sesuai dengan kondisi saat ini yang tertera pada tabel 1.
Tabel 1. Gambaran Karakter Didikan Orangtua yang Paling Nyaman dan Sesuai dengan Kondisi Saat Ini Kategori Hubungan interpersonal yang baik Kejujuran Taqwa Disiplin Berani dan kerja keras Ikhlas, sabar dan syukur Sederhana Terdidik
Prosentase 29.7% 23.4% 16.7% 15.1% 5.7% 4.7% 2.6% 2.1%
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui
yaitu manusia yang pandai bergaul dengan
gambaran karakter didikan orangtua yang
lingkungannya, bermanfaat bagi orang lain,
paling nyaman dan sesuai dengan kondisi
dan tidak pernah merugikan orang lain.
saat
Untuk kepandaian bergaul itu terdapat
ini.
Responden
paling
dominan
menjawab hubungan interpersonal yang baik
istilah
sebesar
Hardjowirogo
pandang bulu, setiap manusia harus pandai
(1989) masyarakat Jawa yang dikenal
bergaul dengan siapa pun. Baik dari
dengan sifat rumangsan dan tepa slira,
golongan bangsawan, priyayi, saudagar, atau
dimana seseorang menjadi sensitif bahwa
orang biasa sampai pada buruh kasar
tindak-tanduknya selalu diperhatikan orang
sekalipun.
29.7%.
Menurut
lain. Selain itu juga sikap masyarakat Jawa yang
berusaha
untuk
hancur-luluh.
Tanpa
Masyarakat Jawa juga cenderung
dapat
sering melakukan introspeksi diri atau
menempatkan dirinya dalam keadaan orang
dalam bahasa Jawa mawas diri dimana
lain hingga orang tersebut dapat merasakan
seseorang melihat kembali apakah tindakan
hal yang dirasakan oleh orang lain. Adapun
yang dilakukan sudah sesuai dengan norma-
orang tua pada masyarakat Jawa selalu
norma, adat-istiadat, atau nilai-nilai yang
ngudang
ada di masyarakat.
(menimang),
selalu
ajur-ajer,
dengan
tujuan
Prinsip kerukunan
membentuk karakter pribadi anak mereka
adalah upaya tercapainya kedamaian dan
menjadi manungsa utama (manusia utama),
keselarasan dalam lingkungan baik di
420 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013
keluarag maupun di masyarakat. Untuk
fase penanaman nilai-nilai karakter berupa
mencapai keselarasan ada ungkapan Jawa
kejujuran, mengenal mana yang benar dan
yaitu Rukun agawe santoso, crah agawe
mana yang salah, mengenal mana yang baik
bubrah artinya bahwa kerukunan menjadi
dan mana yang buruk, dimana hal-hal
kekuatan sedangkan pertengkaran akan
tersebut menjadi bagian dari adab. Seperti
menjadi rusak (Bratawijaya, 1997).
yang dijelaskan dalam sebuah hadits bahwa
Masyarakat merasa lebih nyaman apabila
merasakan
kebersamaan
dan
“Muliakanlah anak-anakmu dan didiklah mereka dengan adab (budi pekerti) yang baik (HR. Ibnu Majah).
kekeluargaan di linglungannya. Magnis dan Ketiga, responden juga merasa taqwa
Suseno (2003) mengemukakan bahwa rukun adalah keadaan ideal yang diharapkan dapat dipertahankan
dalam
hubungan
sosial,
dalam keluarga, dalam rukun tetangga, dan
menjadi karakter
didikan yang paling
nyaman dan sesuai dengan kondisi saat ini. Sejumlah 16.7% responden merasakan hal demikian. Seperti yang disampaikan dalam
di desa. Pada ayat Al Qur‟an disebutkan bahwa “Berpegang teguhlah kamu sekalian pada agama Allah, dan janganlah kamu berpecah belah. Ingatlah karunia Allah kepadamu, ketika kamu dahulunya bermusuh-musuhan, lalu dipersatukan-Nya hatimu, sehingga kamu dengan karunia Allah itu menjadi bersaudara. Dan kamu dahulunya berada di tepi jurang neraka, lalu Allah melepaskanmu dari sana. Demikianlah Allah menjelaskan keteranganketeranganNya kepadamu supaya kamu mendapat petunjuk (Al-Imran: 103).
makna lagu dolanan orang Jawa yaitu tembang
sluku-sluku
didalam
lagu
bathok.
tersebut
memanifestasikan
Dimana
orang
nilai-nilai
Jawa
hubungan
antara manusia dan Tuhannya. “Bertaqwalah kepada Allah di mana saja kamu berada; iringilah kejahatan atau kejelekan dengan kebaikan niscaya akan menghapusnya, dan bergaulah dengan manusia dengan akhlah budi pekerti yang baik” (HR. At-Thabrani). Hadist tersebut antara lain menunjukkan bahwa akhlak/ budi pekerti
Kedua, karakter didikan orangtua
yang baik sangat penting dan menetukan
yang dirasa paling nyaman dan sesuai
dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu,
dengan kondisi saat ini adalah kejujuran.
penanaman atau pendidikan akhlak bagi
Responden menJawab dengan prosentase
anak menjadi penting artinya.
sebesar
23.4%. Menurut Samani dan
Keempat, sebanyak 15.1% responden
Hariyanto (2011) kejujuran di dalam budaya
menJawab disiplin. Adanya istilah jam karet
Jawa dikenal dengan temen dan titi, yang
dalam
sehari-hari
artinya benar-benar mengerti persoalan,
didikan
disiplin
mengerti bidang tugasnya, mengerti betul
karakter yang penting untuk diajarkan
kewajibannya. Pada usia 5-6 tahun, menjadi
kepada
anak.
menjadikan menjadi
Menurut
karakter
bagian
Sjarif
dari
(dalam
Pergeseran Orientasi Pendidikan Karakter pada Masyarakat Jawa | 421 Ulya, L.L., A’yun, Q., Septifani, R., & Moordiningsih [hal.415-425]
Hidayatulloh,
pada
Jawa salah satunya adalah iklas dan nrima.
hakikatnya merupakan suatu ketaatan yang
Iklas artinya besedia dan nrima artinya
sungguh-sungguh didukung oleh kesadaran
orang dalam keadaan kecewa dan kesulitan
untuk menunaikan tugas kewajiban serta
pun berekasi dengan rasional, dengan tidak
berperilaku sebagaimana mestinya menurut
ambruk,
aturan-aturan atau tata
percuma. Sabar berarti mempunyai nafas
seharusnya
2010)
berlaku
disiplin
di
kelakuan yang dalam
suatu
lingkungan tertentu.
dan
tidak
menentang
secara
panjang dalam kesadaran bahwa pada waktunya nasib yang baik akan tiba. Orang
Kelima, sikap berani dan kerja keras
Jawa juga bersikap sederhana (prasaja)
juga menjadi karakter didikan yang nyaman
bersedia untuk menganggap diri lebih
saat ini yang ditemukan di lapangan. Hal in
rendah daripada orang lain (andhap ashor).
terlihat dari hasil penelitian sebanyak 5,7 %
Seseorang merasa nyaman dengan
menjawab berani dan kerja keras. Setiap
didikan
orangtuanya
manusia perlu berusaha agar mendapatkan
tersebut
bisa
kehidupan yang layak. Dalam Al Qur‟an
berperilaku
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri” (Ar-Ra‟d: 11).
masyarakat. Dalam pelaksanaan karakter
Beberapa
responden
mengungkapkan
karakter
juga
yang
dirasa
nyaman dan sesuai kondisi saat ini adalah ikhlas, sabar dan syukur 4.7%, sederhana 2.6%, terdidik 2.1%. Menurut Magnis dan Suseno (2003), sikap-sikap penting orang
apabila
karakter
menjadi pedoman untuk
yang
baik
sesuai
harapan
tersebut pun telah dirasakan manfaatnya dalam kehidupannya dan sesuai dengan budaya saat itu sehingga dirinya merasa nyaman, aman, tidak akan tertolak oleh lingkungan. Secara umum, uraian karakter yang akan ditanamkan pada anak dan diyakini akan membuat mereka bahagia tertera pada tabel 2.
Tabel 2. Gambaran karakter yang akan ditanamkan pada anak dan yakin akan membuat mereka bahagia Kategori Taqwa dan taat kepada Tuhan Kejujuran Disiplin dan kerja keras Baik, sopan, rendah hati Mandiri dan percaya diri Rukun dan interpersonal baik Komitmen dan tanggung Jawab Berbakti Suka belajar dan cerdas Bersedekah
Prosentase 24.4 23.1 22.3 11.8 7.1 4.2 2.9 2.5 1.3 0.4
422 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013
Tabel tersebut menunjukan harapan
hidup. Dan bersegeralah kamu kepada
orangtua saat ini pada karakter yang akan
ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga
ditanamkan pada anak sehingga mereka bisa
yang luasnya seluas langit dan bumi yang
bahagia. Responden dominan menJawab
disediakan
taqwa dan taat kepada Tuhan yaitu sebesar
bertaqwa (Q.S. Al Imran : 133 ). Jika
24.4%. Karakter ini dianggap menjadi
seseorang bertaqwa pada Tuhan maka
karakter utama yang perlu dididikan pada
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat
anaknya kelak. Hal ini menunjukkan adanya
akan terjamin.
pergeseran orientasi pada orangtua tentang didikan
yang
dirasakan
nyaman pada
untuk
Ibadah sebagai
kuatnya
tentang
masyarakat
didikan
yang
akan
yang
salah satu yang
dididikkan oleh orangtua juga menunjukkan
kondisi saat ini dengan harapan orangtua karakter
orang-orang
pengaruh
agama
Jawa.
di
Pepatah
dalam
kuno
juga
diajarkan pada anaknya di masa depan. Pola
menyatakan agama ageming aji yang berarti
pikir
dan
bahwa agama menjadi dasar bagi semua
menyadari pentingnya aspek spiritualitas
perilaku kita dan pemimpin khususnya.
dan pengaplikasiannya dalam kehidupan,
Pemimpin harus menggunakan agama dalam
bukan
tanpa
semua pengambilan kebijakannya (Santosa,
yang
2012).
masyarakat
Jawa
sekedar
mengaplikasikan
berubah
meyakini sehingga
dari
awalnya banyak menganut Islam abangan
Senada dengan pendapat Q-Anees
menjadi Islam santri. Masayarakat Jawa
dan Hambali (2009) bahwa seluruh karakter
masa kini menginginkan anak mereka taqwa
didikan yang akan diajarkan pada anak telah
dan taat kepada Tuhan (hablumminallah)
dijelaskan
sehingga mereka bisa menjadi pribadi
kecerdasan spiritual (meliputi taqwa dan taat
dengan agama kuat dan berbakti pada
kepada
orangtua.
diprioritaskan
Orangtua menyadari bahwa sikap taqwa
dan
taat
tuhan)
(SQ)
Al-Qur‟an,
menjadi
sehingga
karakter
orangtua.
yang
Kecerdasan
merupakan
kecerdasan
Tuhan
pertama yang perlu dikembangkan pada
(hablumminallah) dinilai menjadi suatu hal
anak. Dengan kecerdasan spiritual, anak
yang lebih penting dimiliki anak daripada
mampu membedakan yang benar dan yang
sekedar
interpersonal
salah serta digunakan untuk membuat
(hablumminannas) yang baik sebab jika
kebaikan, kebenaran, keindahan, dan kasih
anak memiliki bekal agama yang kuat
sayang
diharapkan dapat berperilaku baik dengan
kebahagiaan.
Sumber
prinsip-prinsip
dirinya, orangtua, dan orang lain sehingga
karakter
pada
Quran
menciptakan kabahagiaan dan ketentraman
menyediakan banyak uraian yang tidak
hubungan
kepada
spriritual
dalam
sehingga
ada
bisa
Al
membangun
yang
Pergeseran Orientasi Pendidikan Karakter pada Masyarakat Jawa | 423 Ulya, L.L., A’yun, Q., Septifani, R., & Moordiningsih [hal.415-425]
hanya berisikan perintah larangan, juga
hubungan interpersonal yang baik. Menurut
kisah-kisah yang membangkitkan kesadaran.
Al-Quran dan Hadits, berbakti menjadi
Bertaqwa adalah terpeliharanya sifat
bagian dari budi pekerti yang baik kepada
diri untuk tetap taat melaksanakan perintah
orang
Allah SWT dan menjauhi segala larangan-
tanggung Jawab menjadi bagian dari budi
Nya. Ketaatan mengerjakan perintah Allah
pekerti terhadap orang lain.
SWT
dan
Keinsafan,
menjauhi kepatuhan
larangan-Nya. dan
tua,
sedangkan
komitmen
dan
Dua kategori yang terakhir yaitu suka
ketaatan
belajar dan cerdas 1.3%, bersedekah 0.4%.
melaksanakan perintah Allah SWT dan
Menuntut ilmu menjadi hal yang perlu
menjauhi larangan-Nya (Hidayat, 2010).
dididikan pada anak karena dengan bekal
Kedua, responden banyak menJawab
ilmu, anak kelak bisa menjadi pribadi yang
kejujuran dan disiplin. Dengan prosentase
cerdas sehingga membuat bahagia dan
yang sedikit berbeda yaitu 23.1% pada
mampu berbuat bijaksana
kejujuran lalu 22.3% pada disiplin. Terlihat
bersedekah. Allah akan meninggikan orang-
bahwa nilai ini mempunyai makna yang
orang yang beriman diantaramu dan orang-
penting
orang
sehingga
tetap
dipertahankan
yang
diberi
ilmu
serta
selalu
pengetahuan
sebagai karakter yang ingin diberikan pada
beberapa derajat (Al Mujadalah : 11).
anaknya.
Menurut Surat At Taubah : 20, orang-orang
Keempat, berbeda dengan hasil pada
yang beriman dan berhijrah serta berjihat
tabel pertama tentang karakter yang didikan
di jalan Allah dengan harta benda dan diri
oleh orangtua dan dirasa nyaman dengan
mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di
kondisi sekarang yang menunjukkan bahwa
sisi Allah dan itulah orang-orang yang
rukun dan hubungan interpersonal baik
mendapatkan kemenangan.
berada pada urutan pertama yaitu dengan prosentase 29.7% berbeda jauh dengan tabel
Simpulan dan Saran
tentang karakter yang akan ditanamkan pada
Berdasarkan hasil penelitian yang
anak dan yakin akan membuat mereka
telah dilakukan dari responden masyarakat
bahagia, yaitu 4.2%. Hal ini menunjukan
Jawa
bahwa
hubungan
karakter didikan orangtua yang paling
interpersonal yang baik saat kini bukan
nyaman dan sesuai dengan kondisi saat ini
menjadi prioritas utama dalam menciptakan
dapat
suatu kebahagiaan.
sebagai berikut : (1) Hubungan interpersonal
karakter
membangun
menghasilkan
diperoleh
kesimpulan
tingkatan
bahwa
karakternya
Kelima, kategori komitmen (tanggung
(2) Kejujuran (3) Taqwa (4) Disiplin (5)
Jawab) sebesar 2,9 % dan berbakti sebesar
Berani dan kerja keras (6) Ikhlas, sabar dan
2,5 %, menjadi bagian dari kategori
syukur (9) Sederhana dan (10) Terdidik.
424 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013
Sedangkan karakter yang akan ditanamkan
dianggap
pada anak dan yakin akan membuat mereka
kebahagiaan.
bahagia urutannya adalah (1) Taqwa dan taat
akan
lebih
Berdasarkan
memberikan
hasil
penelitian,
pada Tuhan (2) Kejujuran (3) Disiplin dan
sebaiknya
orangtua
perlu
memberikan
kerja keras (4) Baik (meliputi sopan dan
pendidikan
karakter
yang
sesuai
rendah diri) (5) Mandiri dan percaya diri (6)
nyaman bagi dirinya, anaknya, dan keadaan
Rukun dan Interpersonal baik (7) Komitmen
lingkungan.
dan tanggung Jawab (8) Berbakti (9) Suka
penyeimbangan pendidikan karakter yang
belajar dan cerdas dan (10) Bersedekah.
berguna untuk keperluan dunia dan akhirat.
Tampak
orientasi
Peneliti lain dapat memperluas lingkup
pendidikan karakter masyarakat Jawa yang
topik penelitian pada aspek karakter didikan
semula karakter hubungan interpersonal
orangtua yang tidak sesuai dan tidak
baik
lebih
diharapkan dengan keadaan individu yang
diutamakan dan dirasa nyaman, namun kini
menimbulkan ketidaknyamanan. Perluasan
karakter taqwa dan taat pada Tuhan menjadi
responden juga akan memperkaya hasil
lebih penting dan diutamakan daripada
penelitian serupa sehingga dapat ditemukan
hubungan interpersonal baik, untuk didikan
kekhasan
pada anaknya
Indonesiaan, misalnya pada budaya lain di
adanya
menjadi
pergeseran
karakter
di
masa
yang
datang sebab
Serta
yang
perlu adanya
lebih
dan
usaha
bersifat
ke-
luar masyarakat Jawa.
DAFTAR PUSTAKA Al Qur’an Digital Versi 2.1. (2004) Bratawijaya, T. W. (1997). Mengungkap dan mengenal budaya Jawa. Jakarta : PT. Pradnya Paramita Hardjowirogo, M. (1989). Manusia Jawa. Jakarta: CV. Haji Masagung Hadits Digital Versi 3.2. (2010) Hidayat, M. F. (2010). Pendidikan karakter: membangun peradaban bangsa. Surakarta : Yuma Pustaka Kesuma, D., dkk. (2011). Pendidikan karakter : kajian teori dan praktik di sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Lestari, S. (2012). Psikologi keluarga : penanaman nilai dan penanganan konflik dalam keluarga. Jakarta : Kencana Magins, Franz dan Suseno. (2003). Etika Jawa. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Umum
Pergeseran Orientasi Pendidikan Karakter pada Masyarakat Jawa | 425 Ulya, L.L., A’yun, Q., Septifani, R., & Moordiningsih [hal.415-425]
Q-Anees, B. dan Hambali, A. (2009). Pendidikan karakter berbasis Al Quran. Bandung : Simbiosa Rekatama Media Samani, M. dan Hariyanto. (2011). Konsep dan model pendidikan karakter. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Santoso, IB (2012). Nasehat Hidup Orang Jawa. Cet 3. Yogyakarta : Diva Press