PERGESERAN PERILAKU POLITIK MASYARAKAT KECAMATAN CIPEDES PADA PEMILIHAN WALIKOTA TASIKMALAYA Resta Nova 093507017 Ilmu Politik, FISIP UNSIL, Jalan Siliwangi No. 24 Tasikmalaya
[email protected]
Abstrak Penelitian ini berjudul “Pergeseran Perilaku Politik Masyarakat Kecamatan Cipedes Pada Pemilihan Walikota Tasikmalaya”. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan teknik purposive sampling dan snow ball. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor kandidat dalam hal ini calon walikota dan wakil walikota mempunyai pengaruh yang tinggi terhadap perilaku pemilih, karena pemilih melihat kandidat dari citra suatu kandidat. Faktor lain adalah money politic berpengaruh terhadap perilaku pemilih namun tergolong sangat rendah karena tidak dapat merefresentasikan secara signifikan terhadap pilihan pemilih. Faktor identifikasi partai dengan responden juga mempunyai pengaruh yang rendah terhadap perilaku pemilih. Faktor isu dan kebijakan mempunyai pengaruh yang cukup baik, karena banyak pemilih mengetahui program kerja kandidat calon walikota dan wakil walikota. Faktor peristiwa tertentu mempunyai pengaruh yang sangat besar, karena banyak pemilih yang kecewa akan kejadian tahun – tahun sebelumnya yang dipimpin oleh incumbent. Dan faktor Epistemi (sosok baru) juga mempunyai pengaruh yang besar, karena semua pemilih tertarik dengan wajah baru kandidat. Saran peneliti adalah merubah cara berkampanye calon walikota dan wakil walikota kota Tasikmalaya 2012 ,dari yang hanya menonjolkan citra kandidat menjadi lebih realistis dalam memaparkan program kerja para calon walikota dan wakil walikota kota Tasikmalaya untuk kedepannya kepada masyarakat. Dan merubah gaya kepemimpinan yang lebih kongkrit akan kontrak sosial yang telah dibuat dengan masyarakat terutama janji – janji dimasa kampanye dan itu harus dirasakan masyarakat dalam kebijakan – kebijakan yang dibuat. Kata Kunci : Perubahan Perilaku, Perilaku Politik, Politik Uang
Abstract This research entitled “Cipedes Society’s Political Behaviour Change at The Mayor’s Election of Tasikmalaya” Method used in this research is the qualitative method of research applying technic of purposive sampling and snow ball. The results of the research show that some facts regarding candidate, in this case the candidate of the Mayor and Vice Mayor has very large influences to voter’s behaviour, because the voters evaluate candidate from their images. Among others are money politic which has small influence because it cannot represent the voter’s option significantly. Then, the party’s identification factor has small influence too. Besides, the problems and solutions have influenced more, for many voters know the action plans of the candidates. The realism that exist has disappointed the voters to the incumbent. Epistemic factor has a same influences, because the voters are interested in new faces candidates. The researcher suggests that candidates should renew their strategy for campaign, from only showing their images to present the real action plans of the candidate for the future of the society.
And improve the leadership style to more concrete action as demanded by the social contract as promised in the campaign stages. And it should be fulfilled in the realism. Keywords : Behaviour Change, Political Behaviour, Money Politic
Pendahuluan Pemilihan Kepala Daerah yang dilakukan secara langsung ini berada dalam koridor demokrasi lokal dalam lingkup asas pemerintahan desentralisasi dan didasarkan pada rel kebijakan publik UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah
adalah,
penyelenggaraan
urusan
pemerintah
oleh
Pemerintahan Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan Tugas Pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilihan kepala daerah yang dilaksanakan di Kota Tasikmalaya. Merupakan perwujudan dari sistem pemilihan kepala daerah secara langsung merupakan wujud perbaikan format perbaikan politik di Indonesia sebagai formulasi bentuk berdasarkan pasal 18 ayat 4, Undang-Undang Dasar tahun 1945. Bahwa kepala daerah dipilih secara demokratis. Pemilihan kepala daerah secara langsung oleh masyarakat dianggap formulasi lebih demokrasi di bandingkan pemilihan legislatif. Untuk yang ke dua kalinya Kota Tasikmalaya melaksanakan pemilihan kepala daerah (walikota dan wakil walikota) secara langsung, dengan waktu pelaksanaannya pada tanggal 09 Juli 2012, pemilihan kepala daerah Kota Tasikmalaya adalah wahana pelaksanaan hak demokrasi masyarakat untuk memilih walikota dan wakil walikota secara langsung menyampaikan aspirasi politiknya sesuai hati nurani masyarakat tanpa ada paksaan. Bagi kebanyakan masyarakat pemilihan walikota dan wakil walikota tidaklah begitu berarti, sebab masyarakat sudah bosan dengan janji-janji politik yang disuarakan oleh para elit politik seperti pada pemilihan walikota dan wakil walikota sebelumnya yang dinilai tidak membela dan memperjuangkan nasib masyarakat kearah yang lebih baik. Hal ini bisa dilihat dari dua kali pemilihan kepala daerah Kota Tasikmalaya. Calon Incumbent tidak pernah menjabat atau tidak pernah memenangkan/meraup suara terbanyak. Masyarakat hari ini tidak
menginginkan sekedar janji-janji politik yang hanya sebatas dimulut saja melainkan bukti nyata,dan itu salah satunya untuk meringankan beban kehidupan masyarakat. Lunturnya kepercayaan masyarakat Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya kepada pemerintah Kota Tasikmalaya yang dipimpin oleh Syarif Hidayat terlihat sekali dimana pada awalnya pemilihan kepala daerah tahun 2007 masyarakat kecamatan cipedes memilih Syarif Hidayat namun pada tahun 2012 menjadi memilih Budi Budiman. Hal ini menandakan terjadinya perubahan perilaku politik di masyarakat Kota Tasikmalaya khususnya untuk Kecamatan Cipedes. Perubahan perilaku politik yang terjadi di masyarakat kecamatan cipedes tersebut sungguh cukup ironis dalam pemilihan kepala daerah tahun 2012 karena Di Kecamatan Cipedes telah mengalami penurunan suara yang cukup signifikan untuk memilih Syarif Hidayat yaitu 4.988 ribu jiwa, yang semula tahun 2007 sangat tinggi untuk memilih Syarif Hidayat sekitar 16.811 ribu jiwa, mengingat Syarif Hidayat merupakan Incumbent yang masih menjabat WaliKota, namun untuk pemilihan kepala daerah yang ke dua tahun 2012 di Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya yang memilih Syarif Hidayat mengalami penurunan menjadi 11.823 ribu jiwa.(KPUD Kota Tasikmalaya). Dan itu tentunya tidak akan terlepas dari berbagai faktor – faktor jika melihat fenomena perubahan perilaku politik yang terjadi di masyarakat Kecamatan Cipedes. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas peneliti akan merumuskan masalah: 1.
Bagaimana pergeseran perilaku politik masyarakat Kecamatan Cipedes dalam pemilihan walikota di kotaTasikmalaya?
2.
Apakah Faktor yang menyebabkan masyarakat Cipedes Berubah pilihan pada pemilihan walikota di kota Tasikmalaya?
Perilaku Politik Dalam Gatara (2009:307) mengartikan perilaku politik adalah proses-proses atau kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh individu atau kelompok. Seorang individu/kelompok
diwajibkan
oleh
negara
untuk
melakukan
hak
dan
kewajibannya guna melakukan perilaku politik adapun yang dimaksud dengan perilaku politik Kartaprawira (1988:54) mengartikan pendidikan politik sebagai "Upaya untuk meningkatkan pengetahuan politik rakyat dan agar mereka dapat berpartisipasi secara maksimal dalam sistem politiknya."Berdasarkan pendapat Kartaprawira tersebut, maka pendidikan politik perlu dilaksanakan secara berkesinambungan agar masyarakat dapat terus meningkatkan pemahamannya terhadap dunia politik yang selalu mengalami perkembangan. Pembelajaran pendidikan politik yang berkesinambungan diperlukan mengingat masalahmasalah di bidang politik sangat kompleks, bersegi banyak, dan berubah-ubah. Menurut Ramlan Surbakti, dalam memberikan pengertian tentang pendidikan politik harus dijelaskan terlebih dahulu mengenai sosialisasi politik. Surbakti (1999:117) berpendapat bahwa: Sosialisasi politik dibagi dua yaitu pendidikan politik dan indoktrinasi politik. Pendidikan politik merupakan suatu proses dialogik diantara pemberi dan penerima pesan. Melalui proses ini para anggota masyarakat mengenal dan mempelajari nilai-nilai, norma-norma, dan simbol-simbol politik negaranya dari berbagai pihak dalam sistem politik seperti sekolah, pemerintah, dan partai politik.
Metode Penelitian Metode yang digunakan penulis dalam penyususnan usulan penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.Lokasi penelitian dilakukan di kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya. Perubahan Perilaku Politik Ada banyak perspektif dalam memahami perilaku politik di dunia misalnya Dieter Roth (2003) mengungkapkan model-model penjelasan teoritis mengenai perilaku pemilu. Menurutnya terdapat tiga macam pendekatan yang dapat menerangkan perilaku pemilu. Ketiganya tidak sepenuhnya berbeda, bahkan dalam banyak hal memiliki kesamaan dalam hal kronologis dasar pemikirannya : Pertama, pendekatan sosiologis, terbagi atas model penjelasan mikro sosiologis yang diilhami dari sosiolog Paul Lazarsfeld, Bernard Berelson dan Hazel Gaudet. Sedangkan makrososiologis dari Seymor Martin Lipset dan Rokkan. Menurut mikrososiologis, setiap manusia terikat alam lingkaran
sosialnya, semisal keluarga, rekan-rekan, tempat kerja dan lain sebagainya. Model ini kemudian diterapkan dalam memahami perilaku memilih. Makrososiologis mengacu pada konflik-konflik mendasar yang biasa muncul di masyarakat yang kesetimbangannya perlu dipertahankan dalam sebuah demokrasi. Kajian ini mereka lihat dari studi empiris di Jerman. Kedua, pendekatan sosial psikologis, menerangkan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan pemilu jangka pendek atau keputusan yang diambil dalam waktu singkat, yang dijelaskan lewat Trias Determinan, yakni identifikasi partai, orientasi kandidat dan orientasi isu politik. Ketiga, Pendekatan rasional choice, menurut model ini yang menentukan dalam sebuah pemilu bukanlah adanya ketergantungan dalam ikatan sosial tertentu, melainkan hasil penilaian dari warga yang cakap. Pusat perhatiannya terletak pada perhitungan biaya dan manfaat (cost and benefit). Penganut model ini salah satunya adalah VO.Key yang melakukan penelitian di tahun 60-an dan menghasilkan karya The Responsible Electorate. Dari pendekatan pendekatan diatas, masih ada yang belum tercover, misalnya pengaruh media dalam mempengaruhi perilaku memilih seseorang. Media dalam konteks mempengaruhi perilaku memilih meliputi dua hal yakni converting (mengubah pandangan awal pemilih menjadi pilihan lain), atau reinforcing (memperkuat pilihan awal yang sudah diyakini sebelumnya). Secara garis besar, perubahan perilaku perilaku politik dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam dan luar masyarakat itu sendiri. Di mana faktor yang berasal dari dalam masyarakat seperti pada kondisi ekonomi, sosial, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seperti hasil penelitian yang penulis dapat dari masyarakat Cipedes yang mana perubahan perilaku politik mereka disebabkan karena pengaruh dari beberapa faktor seperti salah satunya faktor kondisi ekonomi, mereka cenderung akan lebih melihat hasil daripada kepemimpinan yang pertama terkait masalah ekonomi, apakah tingkat ekonomi mereka makin stabil atau malah sebaliknya. Dan kebanyakan yang terjadi dilapangan malah sebaliknya dan itu yang menyebabkan perubahan perilaku politik dalam masyarakat.Adapun yang berasal dari luar masyarakat biasannya
ialah yang terjadi diluar perencanaan manusia seperti bencana alam. Kedua faktorfaktor ini memunculkan teori perubahan perilaku politik.(Setiadi dan Kolip, 2011:611) Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan resultansi dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan). Pada garis besarnya perilaku, manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yakni aspek fisik, psikis: dan sosial. Akan tetapi dari tiga aspek tersebut sulit untuk ditarik garis yang tegas dalam mempengaruhi perilaku manusia. Secara lebih terinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap, dan sebagainya. Namun demikian pada realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan yang menentukan perilaku seseorang. Apabila ditelusuri lebih lanjut, gejala kejiwaan tersebut ditentukan atau dipengaruhi oleh berbagai faktor lain, diantaranya adalah faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik, sosio-budaya masyarakat, dan sebagainya sehingga proses terbentuknya perilaku ini dapat ditelusuri. Hal yang terpenting dalam perilakukesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan lainnya. Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai dengan konsep yang digunakan oleh para ahli dalam pemahamannya terhadap perilaku. Menurut WHO yang dikutif oleh Notoatmodjo (2003),bentuk perubahan perilaku yang dikelompokan dalam tiga kelompok, diantaranya (Syamrilaode,2011): 1.
Perubahan alamiah (natural change) Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian perubahan itu disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau social budaya dan ekonomi, maka anggota –anggota masyarakat di dalamnya juga akan mengalami perubahan.
2.
Perubahan terencana (planned change) perubahan perilaku ini karena memang direncanakan oleh subjek.
Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan di dalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut (berubah perilakunya), dan sebagian orang lagi sangat lambat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda. Hal yang sama terjadi di masyarakat Cipedes seperti apa yang dikatakan (Syamrilaode,2011). Sistem politik yang dipengaruhi atau dilandasi kebudayaan politik, baru dapat dimengerti dan dipahami dengan baik setelah mengarungi kurun waktu tertentu (yang mungkin cukup panjang). Struktur politik tidak pernah dalam keadaan diam (stasioner), tetapi selalu bergerak dan berinteraksi satu sama lain. (Gatara, 2007:246) Perubahan Perilaku Politik Masyarakat Cipedes Perubahan politik dalam bentuk tertentu berlangsung secara kontinyu di dalam setiap masyarakat dalam menghadapi berbagai kondisi internal dan eksternal yang terus berubah, yang meliputi hubungan dengan sifat dan dengan masyarakat lainnya, interaksi-interaksi kelompok masing-masing masyarakat, dan pergantian aktor secara kesinambungan dengan surutnya generasi tua dan munculnya generasi baru. Dengan mendasarkan diri pada tipe masyarakat yang dilibatkan ini, perubahan-perubahan politik yang cukup berarti dapat timbul dari diperkenalkannya suatu teknologi baru, perdagangan atau perang, tampilnya kepuncak kekuasaan raja yang kompeten atau tidak, ataupun karena munculnya seorang pemimpin politik yang talentanya begitu hebat, gerakan-gerakan budaya dan intelektual, pasang surutnya kelompok-kelompok sosial tertentu, termasuk para elit yang menunjukan kepentingan sosial yang berbeda.(Bottomore, 1992:82) Tipe-tipe perubahan politik : a. Perubahan yang terjadi secara gradual dan perubahan secara mendadak. b. Perubahan besar dan perubahan kecil. c. Perubahan yang terjadi dengan kekerasan dan perubahan yang terjadi dengan alami.
Perubahan politik bisa terjadi secara perlahan-lahan dan bersifat kecilkecilan, tetapi tidak harus secara damai (Rafael, 2001:129-130). Aktor-aktor yang berperan dalam perubahan politik ialah negara, dinasti, kelas sosial, elite dari berbagai golongan, kelompok generasional (khususnya generasi muda), kelompok etnis dan budaya. Mereka ini memainkan perubahan politik. Menurut Sudijono Sastroatmodjo (1995:235) Perubahan politik secara umum merupakan hal yang bersifat alamiah. Semua objek di dunia ini tidak dapat mempertahankan keabadiannya. Perubahan politik merupakan istilah yang disejajarkan dengan pembangunan politik dan modernisasi politik. Perubahan politik menyangkut persoalan-persoalan sistem nilai politik, struktur kekuasaan, serta strategi mengenai kebijakan umum yang berkenaan dengan masyarakat dan lingkungan alam yang mempengaruhi dan dipengaruhi sistem politik. Seperti yang penulis dapatkan dari hasil penelitian di kecamatan Cipedes bahwasannya perilaku perubahan di masyarakat cipedes juga dapat dikategorikan seperti natural change tersebut diatas seperti persoalan-persoalan sistem nilai politik, struktur kekuasaan, serta strategi mengenai kebijakan umum yang berkenaan dengan masyarakat dan lingkungan alam yang mempengaruhi dan dipengaruhi sistem politik. Dalam bentuk tertentu, perubahan politik terjadi secara kontinyu di dalam setiap masyarakat. Ini Berkaitan erat dengan perubahan kondisi internal dan eksternal sebagai dampak dari sifat dan interaksi antar-kelompok sosial yang ada, pergantian aktor politik dan kepemimpinan suatu masyarakat, dan surutnya generasi tua dan munculnya generasi muda ke pentas politik. Dan hal tersebut sangat terasa sekali pada masyarakat Cipedes setelah diteliti oleh penulis, seperti pergantian Walikota Dan Wakil Walikota Kota Tasikmalaya 2012, dimana disana terjadi pergantian kepemimpinan dan itu terjadi secara kontinyu bedasarkan hasil dari penelitian. Perubahan-perubahan politik yang cukup berarti dapat disebabkan oleh beberapa faktor misalnya, diperkenalkannya teknologi baru, perdagangan atau peperangan, kudeta istana, perubahan dinasti, tampilnya raja yang kompeten atau tidak kompeten, munculnya pemimpin politik yang karismatik, adanya gerakan-
gerakan kultural dan intelektual, dan pasang surutnya kelompok-kelompok sosial tertentu, termasuk para elite yang memiliki kepentingan sosial yang berbeda. Suatu
teori
alternatif
yang
dikemukakan
oleh
Raymond
Aron
mengungkapkan bahwa penyebab kehidupan sosial adalah kelahiran dan perkembangan masyarakat industri, yang dirangsang oleh perkembangan sains dan teknologi modern, serta perluasan teori tersebut di era pasca industri.(Rafael, 2001:124-125) Perubahan perilaku politik masyarakat Kecamatan Cipedes dimana diantara para pemberi keterangan ada yang mengatakan bahwa dirinya memilih sebagai wujud kesadaran bahwasannya sebagai warga negara Indonesia yang baik harus ikut berpartisipasi dalam pemilihana umum karena satu suara juga dapat menentukan nasib daerah kedepannya, jadi ketika kita ikut berpartisipasi dalam melakukan pemilihan baik kepala daerah ataupun presiden berarti kita ikut andil dalam melakukan pembangunan.
Dan itu sesuai dengan teori Surbakti (
1992:145-146 ) tentang pendekatan pilihan rasional (rational approach), dimana pendekatan pilihan rasional ini melihat kegiatan memilih sebagai produk kallkulasi untung dan rugi sehingga tidak hanya mempertimbangkan memilih dan kemungkinan suaranya dapat mempengaruhi hasil yanag diharapkan tetapi juga perbedaan dari alternatif berupa pilihan yang ada. Sebagian warga masyarakat Cipedes juga mengatakan kenapa memilih Budi Budiman ketimbang Syarif Hidayat karena pasangan Budi Budiman dan Dede Sudrajat adalah merupakan orang-orang dari satu partai yang sama yaitu Partai Persatuan Pembangunan, dan kebetulan di Kecamatan Cipedes mayoritas warga masyarakatnya berasal dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP), jadi tidak menutup kemungkinan untuk pasangan Budi Budiman dan Dede Sudrajat meraih suara terbanyak di Kecamatan Cipedes. Sedangkan pasangan Syarif Hidayat dan Cecep Bagja bukan bagian dari keluarga Partai Persatuan Pembangunan. Jadi kekuatan partailah yang juga ikut berperan dalam merubah pandangan politik masyarakat Cipedes. Sebagaimana teori Surbakti yaitu Pendekatan Psikologi Sosial (Social Phsycalogical approach), yaitu identifikasi partai, konsep ini menunjuk pada persepsi pemilih atas partai – partai yang ada atau keterikatan
emosional dirasakan sangat dekat dengannya merupakan partai yang selalu dipilih tanpa terpengaruh oleh faktor – faktor lain. Dan tidak sedikit masyarakat kelas menengah kebawah kecamatan cipedes juga mengatakan dan memberikan alasan kenapa sampai tidak memilih incumbent dalam pemilihan umum kepala daerah tahun 2012, diantara mereka mengatakan mereka tidak mau keadaan sosial dan ekonomi di Tasikmalaya berjalan seperti tahun-tahun sebelumnya dimana tingkat ekonomi masyarakat tidak mengalami kemajuan malah sebaliknya masyarakat miskin semakin lebih banyak khususnya di Kota Tasikmalaya dan itu akibat dari kurangnya perhatian pemerintah daerah terhadap masyarakatnya sehingga masyarakatnya sendiri dari sektor ekonomi dan sosial mengalami kemunduran. Teori Surbakti mengatakan dalam pendekatan perilaku memilih ada Pendekatan Sosiologis (Sociological approach), dimana pendekatan ini menempatkan kegiatan memilih dalam kaitan dengan konteks sosial sehingga pilihan seseorang dalam pemilu dipengaruhi latar belakang demografi dan sosial ekonomi seperti jenis kelamin, tempat tinggal (Kota – Kelurahan),pekerjaan, pendidikan, kelas, pendapatan dan agama. Dan yang terakhir kenapa kebanyakan masyarakat Cipedes lebih memilih Budi Budiman karena Visi Beliau yang diharapkan mampu memberikan perubahan yang baru
di kota Tasikmalaya. Visi "Dengan Iman Dan Taqwa,
Mewujudkan Kemandirian Ekonomi Yang Berdaya Saing Menuju Masyarakat Madani". Dan Misi Budi Budiman dan Dede Sudrajat, (1) Penataan Penyelenggaraan Pemerintahan yang Amanah (Terpercaya), (2) Meningkatkan Sarana dan Prasarana Infrastruktur Dasar, (3) Meningkatkan Kuantitas dan Kualitas Pelayanan Pendidikan, Kesehatan, Pembinaan Keagamaan dan Kesejahteraan Sosial. Itulah kemudian kenapa masyarakat cipedes lebih memilih Budi Budiman karena Visi dan Misi beliau sangat tepat sekali untuk memperbaharui kota Tasikmalaya saat ini, dengan Visi dan Misi beliau diharapkan kota Tasikmalaya dapat lebih maju dari kota-kota yang lainnya, baik dari segi Sumber Daya Manusianya dan dari segi kesejahteraan masyarakatnya. Dan itu sesuai dengan teori Surbakti dalam Pendekata Struktural (Structural approach), dimana
pendekatan ini merupakan kegiatan memilih sebagai produk dari konteks struktur yang lebih luas seperti struktur sosial, sistem partai, sistem pemilu, dan program yang ditonjolkan oleh setiap partai. Perilaku Memilih Masyarakat Cipedes Kegiatan warga negara untuk memilih ataupun tidak memilih dalam pemilihan umum merupakan serangkaian kegiatan membuat keputusan. Keputusan untuk memilih partai atau kandidat tertentu, juga dijelaskan oleh Subakti (1992:145-146) melalui pendekatan perilaku memilih yang dibedakan dalam lima bagian yaitu : a. Pendekatan Struktural (Structural approach) Pendekatan ini merupakan kegiatan memilih sebagai produk dari konteks struktur yang lebih luas seperti struktur sosial, system partai, system pemilu, permasalahan dan program yang ditonjolkan oleh setiap partai. b. Pendekatan Sosiologis (Sociological approach) Pendekatan ini menempatkan kegiatan memilih dalam kaitan dengan konteks social sehingga pilihan seseorang dalam pemilu dipengaruhi latar belakang demografi dan social ekonomi seperti jenis kelamin, tempat tinggal (Kota-Kelurahan), pekerjaan, pendidikan, kelas, pendapatan dan agama. c. Pendekatan Ekologis (Ecologi approach) Pendekatan ini relevan hanya ketika dalam satu daerah pemilihan terdapat perbedaan karakteristik pemilih, berdasarkan unit territorial seperti Desa, Kelurahan, Kecamatan dan Kabupaten.
d. Pendekatan Psikologi Sosial (Social Phsycalogical approach) Konsep yang digunakan dalam pendekatan ini adalah identifikasi partai, konsep ini menujuk pada persepsi pemilih atas partai - partai yang ada atau keterikatan emosional pemilih terhadap partai tertentu, konkretnya, partai yang secara emosional dirasakan sangat dekat dengannya merupakan partai yang selalu dipilih tanpa terpengaruh oleh factor - faktor lain.
e. Pendekatan Pilihan Rasional (Rational approach) Pendekatan pilihan rasional ini melihat kegiatan memilih sebagai produk kalkulasi untung dan rugi sehingga tidak hanya mempertimbangkan memilih dan kemungkinan suaranya dapat mempengaruhi hasil yang diharapkan tetapi juga perbedaan dari alternatif berupa pilihan yang ada. Asumsi dari pendekatan di atas, adalah bahwa kegiatan memilih merupakan kegiatan otonom, tanpa ada paksaan dan desakan dari orang atau pihak manapun, meski dalam kenyataannya di negara berkembang masih terdapat paksaan dan tekanan dari pihak luar dan kelompok kepentingan. Setelah penulis melakukan penelitian ke lapangan dari ke lima pendekatan perilaku memilih seperti dijelaskan oleh Surbakti (1992:145-146) diatas, masyarakat Cipedes masuk pada empat kategori yaitu : a. Pendekatan Pilihan Rasional (Rational approach) b. Pendekatan Psikologi Sosial (Social Phsycalogical approach) c. Pendekatan Sosiologis (Sociological approach) dan d. Pendekatan Struktural (Structural approach) Disamping itu ada juga Individu sebagai pemilih yang dibedakan menjadi dua yaitu : pemilih yang emosional dan pemilih rasional. Pemilih yang emosional memiliki hubungan dengan kandidat dalam bentuk loyalitas sentimental yang mengkultuskan kandidat tersebut sebagai sosok mitologi. Mereka mengabadikan diri dengan berbagai macam cara namun tidak memiliki dasar pondasi yang kuat. Mereka juga memiliki kepercayaan yang buta dan irasional terhadap kandidat, sehingga mereka mau saja dijadikan sebagai korban demi suksesnya kandidat. Sedangkan pemilih yang rasional adalah pemilih yang terlebih dahulu mengalkulasikan kelayakan dan kepatuhan serta aspek-aspek di sekitar kandidat yang akan mereka pilih. Mereka hanya akan memilih kandidat yang mereka yakini
akan
memperjuangkan
aspirasi
dan
kepentingan
mereka
untuk
mewujudkan perubahan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. Pondasi pilihan mereka kuat dan berdasarkan pada kepercayaan yang terukur, historis kandidat bukan mitologis. Pemilih yang rasional tepatnya untuk masyarakat Cipedes karena hasil wawancara penulis kepada masyarakat menunjukan banyaknya keluhan dari
masyarakat untuk kepemimpinan sebelumnya yang dipegang oleh Syarif Hidayat. Masyarakat Cipedes kecewa karena Syarif Hidayat tidak memperhatikan aspirasi mereka dan juga tidak menghasilkan keadaan dan perubahan ke arah yang lebih baik untuk Kota Tasikmalaya akan tetapi stagnan. Kesimpulan Isu Strategis adalah pokok permasalahan yang harus diperhatikan dan dijawab oleh seorang kandidat. Dinamika masyarakat dewasa ini cenderung lebih rasional dalam menyikapi dan menentukan pilihan, meskipun tidak dipungkiri masih terdapat pemilih yang emosional dan tradisional. Figuritas dan popularitas kandidat di tengah masyarakat menjadi moment penting untuk dijadikan modal dalam mensosialisasikan diri. Perubahan Perilaku politik yang di lakukan oleh masyarakat Kecamatan Cipedes, terjadi secara alamiah. Berubah pilihan itu terjadi karena kurang adanya kepuasan terhadap pemerintahan sebelumnya diantaranya janji – janji yang tidak terealisasi,lalu kemudian kesederajatan yang memang menjadi motto incumbent seolah-olah hanya sebatas wacana tanpa implementasi yang nyata, dan tidak maksimal dalam menjalankan visi dan misinya. Yang di harapkan oleh masyarakat Kecamatan Cipedes adalah pemimpin yang pro terhadap masyarakat, yang menjalankan visi dan misinya. Di karenakan incumbent ( Syarif Hidayat ) tidak menjalankan visi dan misinya, masyarakat Kecamatan Cipedes merasa kecewa. Oleh karena itu masyarakat tidak mempercayakannya lagi untuk memimpin Kota Tasikmalaya periode 2012 - 2017. Masyarakat cenderung lebih memilih Budi Budiman. Karena di dasari beberapa faktor. Di antranya Budi Budiman sering menghadiri atau aktif dalam kegiatan kemasyarakatan, Budi Budiman dianggap lebih mampu untuk memimpin Kota Tasikmalaya. Proses pencitraan kepada masyarakat pun, itu sangat mempengaruhi untuk masyarakat memilih pemimpin. Hasil dari penelitian di lapangan tidak banyak di dapatkan tentang terjadinya money politik. Masyarakat Kecamatan Cipedes lebih cenderung memilih dengan hati nurani, karena masyarakat berfikiran 5 ( lima ) tahun
kedepan untuk Kota Tasikmlaya. Walaupun ada money politik tetapi tidak menjadi dasar atau faktor masyarakat untuk merubah pilihannya. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis menyarankan agar sikap Calon Pemimpin Kota Tasikmalaya lebih bisa mendekatkan diri dengan masyarakat dan dapat aktif dalam kegiatan yang ada dalam masyarakat. Di karenakan masyarakat sekarang itu sudah lebih cerdas dan rasional dalam memilih pemimpin. Jangan sesekali berfikiran kalau hak memilih masyarakat sekarang dapat dibeli dengan uang. Janganlah menghalalkan segala cara untuk meraih kedudukan. Jangan sampai membodohi masyarakat, hanya demi kekuasaan. Menjadi pemimpin itu adalah amanah yang harus dijlankan. Perilaku memilih masyarakat dapat di pengaruhi oleh gaya kepemimpinan serta proses interaksi calon pemimpin dengan masyarakat, sehingga untuk pemimpin yang sudah terpilih dan yang sudah dipercaya oleh masyarakat agar sekiranya bisa maksimal dalam menjalankan visi dan misinya, dan pro terhadap rakyat agar tidak terjadinya low trust society (rendahnya kepercayaan masyarakat) kepada seorang pemimpin. Menjadi suatu kebanggaan dan cita-cita, hasil penelitian lapangan disikapi dengan bijaksana oleh para pengambil keputusan. Biasanya diberikan rekomendasi, baik itu disampaikan kepada pemerintah atau lembaga-lembaga lain yang dianggap memiliki hak dan wewenang untuk mengambil suatu keputusan. Sehingga, diharapkan perubahan yang terjadi di masyarakat itu dapat dimaknai dengan baik. Kepada Pemimpin yang sudah terpilih dan dipercaya oleh masyarakat penulis memberi saran agar para pemimpin yang terpilih menjalankan visi dan misinya secara maksimal,efektif dan efisien dalam penggunaan anggaran dari rakyat, dan pro terhadap rakyat. Jangan sampai mengecewakan rakyat. Daftar Pustaka Bottomore, Tom. 1992. Sosiologi Politik. Rineka Cipta. Jakarta. Gatara, Sahid dan Dzulkiah Said. 2007. Sosiologi Politik : Konsep dan Dinamika Perkembangan Kajian. CV PUSTAKA SETIA. Bandung.
Kantaprawira, Rusadi.1988. Sistem Politik Indonesia. Bandung Sinar Baru Offset. Setiadi Emlly M dan Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. Kencana Prenada Media Group. Jakarta Maran Raga Rafael. 2001. Pengantar Sosiologi Politik. PT Asdi Mahasatya. Jakarta. Roth, Dieter. 2003. Studi Pemilu Empiris. Sumber, Teori-Teori dan Metode, (terj.), Friedrich Naumann-Stiftung-Fur die Friheit, Jakarta Sastroatmodjo, Sudijono. 1995. Perilaku Politik. IKIP Semarang Press. Semarang Subakti, Ramlan. 1992. Menahami Ilmu Politik. Jakarta. PT Gramedia Widiasarna Indonesia. Sumber Undang-Undang : Undang – undang No. 32 Tahun 2004 KPUD ( Komisi Pemilihan Umum Daerah ) Kota Tasikmalaya