PERGESERAN NILAI BUDAYA PADA BANGUNA RUMAH TRADISIONAL JAWA
Danarti Karsono
ABSTRAK Rumah tradisional sebagai salah satu peninggalan Arsitektur Tradisional mempunyai arti sebagai arsitektur yang mencerminkan gagasan dan perilaku masyarakat pendukungnya berkenaan dengan pemafaatan bentuk dan ruang untuk memenuhi hajad hidup masyarakat pada masanya baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Masyarakat jawa dalam membangun rumah selalu berpedoman pada kaidah-kaidah yang telah dianut secara turun temurun berdasarkan kebudayaan jawa. Kaidah-kaidah membangun dalam arsitektur jawa sebagai suatu unsure kebudayaan sangat ditentukan oleh manusia, tradisi dan filosofi dan unsur-unsur itu sangat menentukan fungsi dsari arsitektur, bangunan dan ruang. Pada penelitian ini dikaji fenomena karateristik pergeseran nilai budaya dengan mengkaitan perubahan aspek fisik dan non fisik. Untuk memperoleh faktor pengaruh yang bersifat deskriptif dari perubahan bentuk bangunan maka metoda pendekatan yang digunakan adalah metoda observasi jejak fisik. Diharapkan dengan metoda ini nantinya akan dapat dijelaskan adanya pengaruh yang melatar belakangi terjadinya perubahan tersebut. Dalam pembahasan penelitian ini diambil kriteria pergeseran nila-nilai budaya yang berkaitan dengan bangunan rumah tradisional jawa, bangunan-bangunan yang digunakan perbandingan adalah bangunan rumah tradisional yang terletak diwilayah inti (kutanegara) dan nagaragung. Pengambilan smpel ini dengan pertimbangan bahwa bangunan-bangunan yang terdapat pada wilayah tersebut dalam pembangunannya menggunakan kaidah dan norma yang baku. Hasil pembahasan menghasilkan kesimpulan yang antara lain menggugah kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilai luhur budaya jawa yang dicerminkan pada bagnuna rumah tradisional, hendaknya selalu dijaga kelestariaannya dan dipelihara selaras dengan perkembanhan jaman.
Kata kunci : Pergeseran Budaya, Rumah Tradisional Jawa. 1. Pendahuluan Rumah tradisional sebagai salah satu peninggalan Arsitektur tradisional mempunyai arti penting sebagai arsitektur yang,mencerminkan gagasan dan perilaku suatu masyarakat pendukungnya berkenaan dengan pemanfaatan bentuk ruang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Masyarakat jawa dalam membangun rumah selalu berpedoman pada kaidah-kaidah yang telah dianut secara turun temurun berdasarkan kebudayaan
jawa, dimana bentuk, ukuran serta bahan yang dipergunakan pada rumah tersebut akan mencerminkan keberadaan penghuninya yang dilihat dari derajat, pangkat, kekuasaan serta kewibawaannya. Di dalam masyarakat jawa, rumah yang lengkap terdiri dari beberapa bangunan yaitu pendopo, dalem, pringgitan , gandok, pawon dan lain sebagainnya. Setiap bangunan mempunyai fungsi serta makna yang berbeda. Salah satu fungsi rumah tradisional jawa misalnya pendopo merupakan daerah untuk laki-laki, sedangkan daerah perempuan adalah dibelakang pendopo yaitu dalem yang bersifat pribadi. Sesuai dengan tradisi jawa
1
mengisyaratkan bahwa perempuan ada dibelakang laki-laki. Kaidah-kaidah membangun dalam arsitekturjawa sebagai unsur kebudayaan yang sangat ditentukan oleh manusia tradisi dan filosofi jawa. Unsur-unsur itu sangat menentukan fungsi dari arsitektur, fungsi dari bangunan dan fungsi ruang ( Parmono Admadi, 1984). Adanya perubahan dan perkembangan pada berbagai unsure tersebut diatas tentunya mempengaruhi perkembangan arsitektur jawa. 1.1 Permasalahan Adanya pergeseran nilai-nilai yang hakiki pada kebudayaan jawa mempengaruhi berkembangnya rumah tradisional jawa, dimana perubahan ini dapat berupa perubahan fisik maupun non fisik. Dengan adanya pergeseran dan perubahan tersebut maka timbul permasalah yakni : a. Apakah faktor- faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut? b. Bagaimanakah perubahan fisik dan non fisik yang terdapat pada rumah tradisional jawa?
unsur-unsur yang mendukung adanya pergeseran nilai rumah tinggal tradisional. Permasalahan Arsitektur tradisional jawa tidak boleh dianggap permasalahn secra teknis atau fisk semata karena terdapat faktor-faktor lain yang harus diperhatikan yaitu tingginya budaya, patokan dan perhitungan ( petungan) jawa, batasannya dapat didefinisikan berdasarkan tempat dan waktu. 1.5 Metodologi Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian yakni mengkaji fenomena karateristik pergeseran nilai budaya dengan mengkaitkan perubahan aspek fisik dan non fisik untuk memperoleh fakto-faktor pengaruh yang bersifat deskriptif dari perubahan bentuk bangunan rumah tradisional jawa, maka metoda pendekatan yang digunakan adalah metoda observasi jejak fisik ( observing Phisical Tracer). Metoda ini dapat menjelaskan adanya pengaruh fisik dan non fisik sebagai latar belakang terjadinya perubahan, digunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. 1.6 Langkah-langkah Pokok Penelitian
1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk : a. Melestarikan kebudayaan jawa dengan menggali elemen-elemen fisik dan non fisik pada rumah tradisional jawa. b. Menentukan elemen-elemen fisik dan non fisik yang harus tetap ada agar bangunan rumah tradisional jawa tetap berakar pada bangunan jawa yantg melandasinya. 1.3 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan sumbangan pemahaman bagi suatu bangunan rumah tradisional jawa sebagai rumah tinggal, disamping untuk memperkaya wawasan konsep-konsep arsitektur yang tanggap terhadap perkembangan sosial budaya, bahan dan teknologi. 1.4 Lingkup Penelitian Ruang lingkup Penelitian berkaitan dengan karakter bangunan tradisional yang menyangkut masalah fisik arsitektur serta
Penelitian secara garis besar dapat dibagi dalam dua tahap, yakni : a. Metodologi Penelitian (research) b. Teori-teori yang berkaitan dengan perubahan sosiologi arsitektur pada umumnya. c. Tentang arsitektur Tradisional jawa. d. Perkembangan sosio-budaya masyarakat jawa. Penelitian lapangan, pada tahap ini merupakan kegiatan yang dilakukan dilapangan, antara lain : a. Observasi Pendahuluan. b. Pengamatan dan sketsa bangunan rumah tradisional jawa. Data fisik yang akan dilihat secara visual sebagai gambaran terhadap fenomena perubahan fisik direkam dengan fotografi, sketsa perubahan beserta deskripsi-deskripsi perubahan serta non fisik dijaring melalui wawancara.
2
Data non fisik yang akan dikaji terhadap faktor-faktor penentu pergeseran nilai budaya rumah tradisioanl jawa meliputi data penghuni, latar belakang dan kehidupan sosio-budaya dalam konteks perubahan masyarakat serta peran aerta kemajuan teknologi serta adanya intervensi pemerintah terhadap pelestarian rumah tradisional jawa.
2. TINJAUAN PUSTAKA a. Manusia dan Budaya Pemahaman tentang manusia dan budaya merupakan pemahaman atas dua hal yang terpisahkan. Karena manusia adalah pelaku kebudayaan dan kebudayaan adalah lingkup tempat seharusnya manusia hidup. Dalam kebudayaanyalah tercermin sgala kenyataan bernilai dan berharga. Keeratan hubungan manusia dengan kebudayaan, dapat disimak dari konsep awal tentang kebudayaan, yakni keseluruhan komplek yang meliputi pengetahuan, keyakinan, kesenian, moral, hukum adat istiadat dan kemampuan serta kebiasaan yang lain yang diperoleh manusia sebagai warga masyarakat. Oleh karenanya, manusia disebut sebagai makhluk budaya. Dipandang sebagai makhluk alamiah, manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan fisik dan rohani. Sedangkan aktivitas kebudayaan berfungsi untuk memenuhi komplek kebutuhan naluri manusia (Malinowski, dalam Koentjaraningrat, 1974). Maka pernyataan manusia sebagai makhluk budaya mengandung pengertian bahwa kebudayaan merupakan dimensi hidup dalam perilaku manusia, dan dalam kebudayaanyalah tercakup hal-hal berkaitan dengan persepsi manusia terhadap lingkungannya serta masyarakatnya. Dengan demikian hubungan antar manusia, kebudayaan, perilaku, dan lingkungan sangatlah erat. b. Hubungan antara Manusia, Budaya, Perilaku, dan Lingkungan binaan Kemampuan manusia meraih sebanyak mungkin hal dalam hidupnya adalah melalui kesanggupannya untuk mengatur lingkungan tempat hidupnya, sebagaimana dikatakan oleh
Keneth Zola ( Suparlan, 1984. 6). Sejak bahasa pengamatan dan cara berfikir merupakan hal utama dalam aspek fungsional manusia, cara manusia menerima, berfikir dan mengingatingat lingkungannya, sangat memberi penjelasan. Cara manusia berfikir dan merasakan tentang lingkungannya, akan direfleksikan penggunaannya melalui proses psikologis yang menjadi kunci perilaku dan aktifitas untuk menghargai lingkungan binaan, selain untuk membentuk dan mengarahkan kebutuhan-kebutuhan yang telah disediakan di dalam lingkungan ( Altman, 1980, 3). Perilaku manusia pada hakekatnya dapat disesuaikan dengan lingkungan fisik maupun social disekitarnya secara bertahap dan dinamis. Perilaku dapat pula dijabarkan sebagai proses interaksi antara kepribadian dan lingkungan. Laingkungan mengandung rangsang/stimulus, kemudian akan ditanggapi oleh manusia dalam bentuk respon. Respon inilah yang disebut perilaku. Oleh karenanya manusia dengan keterbatasannya daya tahan psiko-fisiknya ( Budoyo, dkk, 1986, 10) menciptakan suatu lingkungan buatan sebagai perantara antara dirinya dengan lingkungan alamiah ( natural world) dan lingkungan masyarakat beradab ( civilized society). Lingkungan buatan bersifat nyata dan diciptakan atas dasar pengalaman empiris manusia dengan lingkungan-lingkungannya, baik secara special maupun temporal, lingkungan buatan ini bersifat objektif. Hubungan manusia dengan lingkungan binaannya, merupakan suatu jalinan saling ketergantungan antara satu dengan lainnya ( transcational interdependency). Artinya , manusia mempengaruhi lingkungannya, demikian pula sebaliknya lingkungan akan mempengaruhi manusia. Berdasarkan suatu teori yang menganggap lingkungan merupakan rangsang/ stimulus terhadap proses kejiwaan manusia yang menghasilkan pola perilaku tertentu, maka hubungan antara manusia dengan lingkungannya adalah sebagai mana tergambar dalam diagram dibawah ini :
3
yang penting. Biasanya rumah jawa menghadap selatan, yang diartikan sebagai arah masuk bangunan atau arah terdapatnya pendopo (Ruang penerima tamu). Arah selatan ini didalam konsep kehidupan Jawa mempunyai nilai sacral berkaitan dengan konsep kosmologi gunung dan laut. Dalam hal ini gunung merapi dan laut selatan mempunyai arti penting dalam kaitannya dengan arah hadap rumah. Salah satu penyebab pergeseran budaya adalah adanya interaksi dengan unsur-unsur dari luar sehingga terjadi proses alkuturasi. Di dalam prose tersebut terjadi perpaduan antara budaya lokal dengan budaya luar. Seberapa jauh pengaruh budaya luar terhadap budaya lokal tergantung dari local genius yang dimiliki oleh suatu masayarakat. 3. PEMBAHASAN Dalam pembahasan penelitian Bangunan Rumah Tradisional Jawa disini akan diambil kriteria pergeseran nilai-nilai budaya bangunan yang telah mengalami pergeseran-pergeseran baik karena tingkat sosial budaya penghuninya maupun adanya intervensi yang berupa masuknya budaya luar ataupun adanya perkembangan penggunaan material. Untuk mendapatkan hasil yang dimaksud, maka dalam pembahasan ini diambil bangunan rumah, tradisional rumah tradisional jawa yang letaknya masih dalam wilayah negaragung dan bangunan rumah tradisional yang ada diluar kawasan Kutanegara.
Ditinjau dari sebarannya sesuai kriteria yang diambil maka rumah tradisional pada wilayah kutanegara (disebut dengan wilayah I) Menunjukkan rumah dengan konsep orientasi utara-selatan menunjukkan prosentase tinggi, dimana banyak rumah tradisional disini yang sedikit sekali mengalami pergeseran dalam hal orientasi. Adapun bangunan rumah tradisional yang telah mengalami pergeseran pada wilayah ini disebabkan karena faktor ekonomi, perubahan kepemilikan atau disebabkan karena kebutuhan privasi sehingga orientasi menjadi ganda. Dengan demikian gambaran orientasi bangunan kea rah selatan yang menunjukkan nilai sakral masih banyak dilestarikan dan dianut pada penghuni bangunan rumah tradisional di bagian I (bagian inti), dan akan bergeser berkurang ke arah luar (diluar kutanegara), bila nilai sacral tersebut sebagai nilai yang dihormati dan terdapat pada masyarakat, maka dengan demikian telah terjadi pergeseran nilai. Pergeseran nilai tersebut dapat disebabkan oleh nilai penghormatan atas peninggalan (warisan) yang telah memudar, perubahan pandangan hidup atas keyakinan yang baru dan kebutuhan akan wadah fisik menuntut untuk lebih didahulukan.
3.1 Pergeseran Orientasi Bangunan Bagi masyarakat jawa arah hadap bangunan rumah tradisional merupakan hal
3.2 Pergeseran bentuk bangunan Perubahan bentuk diartikan sebagai perubahan wujud ( form) dari bangunan, dapat dikategorikan sesuai dengan pembagian wujud
4
bangunan ( kepala,badan,kaki). Dalam penelitian ini dikategorikan dalam perubahan atap, dinding tolak ukur yang digunakan adalah 20 tahun terakhir. Dalam pergeseran maupun perubahan suatu tapak bangunan yang menjadi subyek adalah ruang dan material yang mempunyai volume, komposisi dan struktur ( Habraken, 1978). Dalam beberapa hasil penelitian pada perubahan bangunan rumah dapar disarikan bahwa bagian rumah yang sering mengalami perubahan adalah : a. Dinding luar, pintu, jendela pada fasad karena pengaruh modernisasi atau kebutuhan privasi ( Ratnawati, 1993). b. Fungsi dan besarnnya ruang, lay-out ruang karena kebutuhan penghuninya baik untuk kebutuhan ekonomi (usaha), bagi keluarga dan bagi kebutuhan privasi. c. Kepadatan atau koefisien dasar bangunan karena perkembangan keluarga atau kebutuhan ekonomi (Indrosaputro, 1993). d. Material bangunan, karena pengaruh modernisasi ( Ratnawati, 1993). Hasil penelitian pada bangunan rumah tradisional di wilayah I (wilayah kutanegara) pergantian atap terjadi karena pergantian bahan penutup dan bahan konstruksi, sedang untuk wujud, bentuknya tetap. Perubahan dinding meliputi penambahan pintu dan jendela, serta perubahan penggunaan bahan, perubahan lain berupa perubahan penggunaan bahan finishing ( warna, ornament/ hiasan). 3.3 Pergeseran Fungsi Bangunan Rumah merupakan cermin kehidupan penghuninya, karena rumah tidak saja berfungsi sebagai wadah atau tempat berteduh dan tinggal, namun juga menampilkan personifikasi secara individu dan kelompok dari penghuni, keberadaan dan peranan di masyarakat. Pergeseran fungsi bangunan dan ruang pada bangunan rumah tradisional jawa merupakan indikator pergeseran perilaku penghuninya, pergeseran tersebut dapat terjadi oleh berbagai sebab kualitatif dan kuantitatif berkaitan dengan jumlah dan macam kegiatan penghuni. Sedang
kegiatan yang bersifat kualitatif berkaitan dengan kebutuhan akan selera, rasa dan suasana. Hasil penelitian untuk pergeseran fungsi bangunan memperlihatkan bahwa bagian pusat (wilayah I : wilayah kutanegara) pergeseran nilai untuk fungsi bangunan yang berkaitan dengan symbol, status dan penggunan ruangnya tidak banyak bergeser, karena konsep nilai simbolisme sebagai symbol status kehidupan penghuni, nilai sacral dan upacara-upacaralebih diutamakan pada wilayah ini. Pada wilayah yang menjauhi pusat budaya ( wilayah I), bangunan rumah tradisional Jawa banyak mengalami Pergeseran terutama pada penggunaan ruang-ruangnya. Hal ini disebabkan karena pola kehidupan penghuninya telah bergeser dari kehidupab tradisional ke kehidupan modern yang tidak terikat lagi secara hakiki dengan nilai-nilai sakral dan simbol-simbol budaya yang penuh makna. 3.4 Penggunaan Bangunan
Konstruksi
dan
Bahan
Sistem konstruksi yang digunakan pada Pembangunan rumah tradisional Jawa adalah menggunakan struktur sendi dan jepit dengan konstruksi ragam jawa dan pasak kayu. Bangunan ditopang oleh soko guru serta tiangtiang dan blandar, pada bagian kaki terdapat umpak yang penampilannya selalu dihiasi oleh ornamen-ornamen. Untuk penutup atap pada bangunan yang masih asli digunakan penutup atap sirap. Rumah tradisional Jawa dengan kriteria diatas masih terdapat di daerah penelitian kawasan I ( kutanegara) dan sebagian daerah negaragung, apabila terdapat pergeseran yang terlihat jelas adalah pada penggunaan penutup atapnya yakni perubahan dari sirap berubah menjadi penutup atap genteng. Dalam penggunaan bahan bangunan untuk bangunan rumah tradisional yang masih belum mengalami pergeseran bentuk maupun fungsi-nya bahan yag digunakan masih asli, yakni bahan-bahan yang mempunyai kualitas tinggi. Kayu yang digunakan adalah kayu Jati berkualitas yang mengambilan asalnya diketahui
5
dari tempat-tempat yang dianggap mempunyai tuah. Pergeseran penggunaan bahan dan system konstruksi sangat berhubungan erat dengan perubahan fungsi bangunan, karena pada bangunan rumah tradiisional yang letak-nya sudah berjauhan dengan pusat kebudayaan pada saat sekarang sudah mengalami banyak pergeseran. Bahan yang digunakan untuk merubah serta mengganti konstruksi yang lama telah menggunakan bahan bangunan modern yang dianggap lebih awet dan kuat, sehingga system pasak sudah bergese menjadi system lain yang tidak jelas.
yang melanggar norma-norma agama dan ketertiban yang telah digariskan. Pada akhir penelitian ini diharapkan agar dengan dasar pengetahuan yang benar maka pelestarian dan pengembangan rumah tradisional jawa akan mempunyai norma dan kaidah yang sesuai dengan tujuannya. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abum (1990), Psikologi Sosial, Jkaarta, Rineka Cipta. Arya Ronald, Manusiadan rumah Jawa, Penerbit Juta Jakarta. Blaang, C, Djemabud, (1986), Perubahan dan Pemukiman sebagai Kebutuhan Pokok, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia.
4. KESIMPULAN Sesuai dengan fungsi bangunan rumah tradisional jawa yang penuh dengan nilai-nilai budaya dan makna, maka untuk melestarikannya diperlukan kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilai luhur budaya jawa yang dicerminkan pada keberadaan bangunan tersebut baik yang terletak diwilayah pusat budaya (kawasan I) mauapun diluar kawasan I. untuk itu maka perlu selalu dijaga dan dipelihara selaras dengan perkembangan teknologi dan bahan serta perkembangan ilmu pengetahuan. Pergeseran bentuk bangunan hendak-nya masih dapat mencerminkan kemegahan dan keindahan sebagai bangunan rumah tradisional yang mempunyai akar budaya jawa. Dengan tidak meningggalkan kaidah dan norma-norma tradisional minimal harus tetap mempertahankan empat soko guru beserta rongrongannya. Untuk perubahan bahan dimensi, besarnya ukuranukuran bahan bangunannya dapat menyesuaikan dengan kebutuhan, tidak berdasarkan derajat dan pangkat keberadaan penghuninya.
F. Cristian, J, Sinar Tabuwijaya, (1992), Wujud Arsitektur sebagai Ungkapan Makna Sosial Budaya, Yogyakarta, Universitas Atmaja Yogyakarta. Lang, John, (1974), Disigning of Human Behavior, Dowden, Hutchingan Ross, Inc. Oliver, Paul, (1975), Shelter, Sign & Symbol, London, Barrie & Jenkins. Mintobudoyo, Perumahan Jawa Tradisional. Prijotomo, Josep, (1988), The Idea and Form of Javanese Architecture, Yogyakarta, Gajahmada University Press. Rapoport, Amos, (1969) House Form and Culture, N.J Prentice Hall. Inc., Englewood Cliffs. Schultz, C. Noberg, (1988), Architecture Meaning and Place, New York Electa, Rizzoli. Bio Data Penulis :
Fungsi bangunan rumah tradisional jawa yang penuh dengan makna symbol dan kosep dualism, dalam penerapannya pada saat ini telah banyak berubah karena pergeseran aktivitas dan tingkat kehidupan penghuninya. Untuk saat ini fungsi-fungsi ruang kegunaannya telah banyak bergeser sesuai dengan tuntutan penghuninya, tetapi sebaiknya tidak untuk wadah kegiatan
Ir. Danarti Karsono, MT., lahir di Surakarta 15 Maret 1958. Alumni S1 Jurusan Arsitektur Fakultas teknik Universitas Diponegoro. Pasca Sarjana (S2) Magister Teknik Arsitektur Universitas Diponegoro, Dosen pada Jurusan Arsitektur FT-UTP, Jabatan Struktural Pembantu Dekan I FT-UTP.
6
7
8