PERAN TAMAN BALEKAMBANG SEBAGAI PEMBENTUK ESTETIKA KOTA Danarti Karsono Abstrak Taman Balekambang adalah area seluas 10 ha yang merupakan sebuah simbol kebesaran Swapraja Mangkunegaran, merupakan asset Kota Surakarta dan mempunyai nilai histories, serta nilai budaya yang tinggi mempunyai fasilitas rekreasi yang potensial untuk dikembangkan meliputi rekreasi air, rekreasi hiburan, dan rekreasi alam, selain sebagai daerah resapan air dan tata air kota. Taman Balekambang juga difungsikan menjadi taman rekreasi untuk memperindah tata ruang kota. Mangkraknya kawasan Balekambang nampaknya memaksa sebuah revitalisasi, dan revitalisasi saat ini telah terealisas. Pemerintah Kota Surakarta merevitalisasi taman Balekambang, mengembalikan kejayaan masa lampaunya dengan tidak menghilangkan konsep aslinya, yakni sebagai hutan buatan dan ruang publik yang juga berfungsi sebagai daerah resapan air dan paruparu kota. Dalam revitalisasi penataan Taman Balekambang sebagai taman kota, kebutuhan sarana dan prasarana taman mendapat perhatian utama karena nilai-nilai estetika taman merupakan hal yang sangat penting untuk diolah secara keseluruhan dan berkinambungan. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui perancangan sebuah taman yang mengacu pada komponen perancangan lansekap, sehingga taman dapat ditata dengan baik secara fungsional dan estetis. Setelah melakukan kajian dan pembahasan, dapat diketahui bahwa Taman Balekambang menerapkan unsur-unsur perancangan lansekap, prinsip perancangan lansekap dan aplikasi perancangan lansekap dengan baik. Pemerintah Kota Surakarta telah merevitalisasi, dengan tidak meninggalkan nuansa yang pernah ada yakni kejayaan masa lalunya untuk kembali diangkat sebagai penguat citra taman tersebut. Pemugaran dan penambahan fasilitas estetik taman yang berupa bangku tempat duduk, rancangan sirkulasi yang didesain dengan batuan, paving berornamen membuat nyaman penggunanya, penambahan sanitasi dan aspek kebersihan juga menjadi salah satu keunggulan dari taman ini. Lahan Parkir dan Fasilitas hot spot menjadikan Taman Balekambang tidak hanya sebagai tempat rekreasi keluarga tetapi juga sebagai taman edukasi dengan pengadaan rusa- rusa yang bebas berkeliaran dan tanaman langka menjadikan Balekambang benar-benar seperti yang diinginkan masyarakat yakni memunculkan kembali kejayaan masa lalu dan saatnya sekarang untuk dipelihara karena taman ini sarat manfaat dan sejarah Kata kunci : Peran taman, estetika, pembentuk kota, Taman Balekambang, Surakarta. 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk kota yang pesat beserta segala aktivitasnya, sangat berpengaruh terhadap peningkatan penggunaan lahan, sementara ketersediaan
lahan kota tidak pernah bertambah. Kondisi ini berdampak pada tingginya tingkat kepadatan penduduk kota serta terjadinya kompetisi penggunaan lahan di kawasan perkotaan.
1
Taman kota merupakan salah satu lahan yang sering dijadikan alternatif pilihan untuk mengatasi kebutuhan ruang hijau kota, karena taman kota bukan sekadar ruang geometris, tetapi juga ruang sosial. Kehidupan sosial inilah kiranya yang harus diwadahi di masa mendatang agar penghuni kota tidak kehilangan jati dirinya, dan akhirnya tercerabut dari akar kebudayaannya. Para perencana kota ataupun perancang taman adalah pembuat paradigma, di mana ide-ide dan aktivitasnya dapat membentuk wujud baru. Sebagai bagian dari RTH (Ruang Terbuka Hijau), taman kota memiliki manfaat bagi kelangsungan kota itu sendiri, berubahnya fungsi-fungsi taman kota secara tidak terkendali merupakan ancaman bahaya lingkungan, hilangnya fungsi paru-paru kota, terjadinya degradasi lingkungan berupa : pencemaran air, udara, rawan banjir, gersang, kotor, hilangnya fungsi rekreatif dan fungsi sosial, hal ini diduga berdampak pada masyarakat sekitar baik secara fisik, ekonomi maupun sosial. Penelitian dilakukan di Kota Surakarta dengan mengambil lokasi di taman Balekambang. Taman tersebut merupakan taman yang mempunyai peran penting di kota Surakarta, karena disamping menjadi paru-paru kota, taman tersebut juga mempunyai kaitan sejarah dengan Pura Mangkunegaran.
Taman Balekambang terletak di sebelah utara Manahan (bale ialah rumah; kambang artinya mengapung, balekambang artinya ialah rumah yang mengapung di tengah telaga buatan, yaitu Pemandian Bale Kambang). Bale Kambang disebut juga Partinitituin, artinya taman Partini. Dahulu taman ini dibuka pada hari Rabu Kliwon, tanggal 26 Sapar 1853 atau 1922 Masehi oleh KGPAA Mangkubumi VII untuk kenangkenangan terhadap puterinya yang bernama Bendara Raden Ajeng Partini, yang kemudian kawin dengan Prof. Dr. Husein Jayadiningrat. Keberadaan taman kota yang satu ini pada awal tahun 2000 awalnya kondisinya tidak terawatt. Pada Tahun 2008 Pemerintah Kota Surakarta menata taman Balekambang ini menjadi taman yang asri dan nyaman untuk rekreasi masyarakat dengan dilengkapi fasilitas yang menarik dengan kicauan burung, tertatanya kolam ikan yang dilengkapi dengan furniture dengan gaya kolonial dan terpeliharanya tanaman menjadikan taman ini teduh, rindang dan sejuk. Taman Balekambang yang terletak di Jl. Ahmad Yani ini dulu bernama Partinah Bosch, dibangun oleh kerabat Mangkunegara, kemudian dinamakan Balekambang karena di taman tersebut terdapat sebuah kolam ikan dan kolam renang yang di tengahnya terdapat rumah istirahat yang nyaman, dikelilingi kebun bunga yang sangat indah. Perpaduan kesenian tradisional dan modern dalam suatu tempat, membuat taman ini mempunyai sebuah keunikan tersendiri. Penelitian ini bertujuan mengkaji peran taman kota, yakni Taman Balekambang dalam meningkatkan kualitas lingkungan dengan melihat faktor-faktor social dan budaya yang berpengaruh terhadap terjadinya fungsi taman tersebut, serta melihat pengaruh peran taman Balekambang sebagai pembentuk estetika kota.
Gambar 1 : Taman Balekambang sebagai pembentuk estetika kota. 2
Gambar 2 : Plasa bari paving bermotif sebagai point of interest. Berkaitan dengan penelitian yang berlokasi di Surakarta maka perlu dikaji juga hubungan taman dengan estetikanya, dimana pada masa kini dominan memiliki konsep taman kota sebagai fungsi sosial, dengan melihat prosentase yang cukup tinggi pada unsur fungsi estetika pada konsep taman ini, maka ada kecenderungan masyarakat mulai menikmati taman Balekambang tidak hanya bersifat rekreatif tetapi juga edukatif. Unsur kesenangan dalam konsep penataan taman kota perlu dikaji penerapannya pada detail taman kota.
Gambar 4 : Penataan taman yang disesuaikan dengan fungsinya.
Gambar 3 : Fungsi estetika diterapkan pada penempatan furniture taman. Di era modern yang masyarakat nya cenderung berorientasi pada ekonomi, ada kecenderungan orang berorientasi pada kebutuhan hidup, sehingga suatu taman kota yang dilengkapi dengan fungsi ekonomi yang menawarkan kebutuhan kesenangan hidup manusia akan menjadi pilihan yang ideal, sebagai misal, taman kota yang dilengkapi dengan kehadiran tempat hiburan yang bernuansa seni. Dari uraian di atas pada masyarakat masa kini terdapat kemungkinan beberapa konsep tentang taman kota, yaitu : 1) taman kota yang bukan untuk kesenangan, 2) taman kota dengan fungsi sosial, dan 3) taman kota dengan fungsi ekonomi. Kearifan rancangan taman Balekambang ternyata masih dapat dinikmati hingga saat ini. Local genius yang sampai saat ini mendominasi inilah hendaknya dipertahankan agar keberadaan dan identitas ruang publik kota dapat tercapai, untuk menjadikan Kota
3
Surakarta semakin asri, nyaman, dan indah. 1.2. Permasalahan. Bagaimana meletakan fungsi dasar Ruang Terbuka Hijau Kota yang diperuntukkan sebagai ruang publik, yakni berupa taman kota yang nyaman, asri dan dilengkapi dengan furniture sebagai pembentuk estetika yang berfungsi sebagai elemen penataan taman dalam mendukung keindahan kota. 2. LANDASAN TEORI 2.1. Pembangunan Ruang Tata Hijau (RTH) Kota.
Akibat pembangunan tidak berwawasan lingkungan, luas Ruang Tata Hijau (RTH) kota di berbagai kota semakin berkurang, jauh dari luas optimal 30 persen dari total luas kota. Secara umum, permasalahan ketidaktersediaan RTH kota secara ideal disebabkan oleh (KLH, 2001) : Inkonsistensi kebijakan dan strategi penataan ruang kota, kurangnya pengertian dan perhatian akan urgensi eksistensi RTH dalam kesatuan wilayah perkotaan. Perencanaan strategis pembangunan RTH di daerah belum memadai, karena dianggap sebagai ruang publik (common property) yang secara ekonomis tidak menguntungkan sehingga saling melepas tanggungjawab.
Tabel : Jenis, fungsi, dan tujuan pembangunan RTH JENIS RTH TAMAN KOTA (termasuk: Taman Bermain Anak / Balita), Taman Bunga, (Lansia) JALUR (tepian) SEMPADAN SU-NGAI dan PANTAI TAMAN – OLAH RAGA, BERMAIN, RELAKSASI TAMAN PEMAKAMAN (UMUM) PERTANIAN KOTA TAMAN (HUTAN) KOTA/ PERHUTANAN TAMAN SITU, DANAU, WADUK, EMPANG KEBUN RAYA, KEBUN BINATANG (Nursery) TAMAN PURBAKALA TAMAN RUMAH sekitar bangunan Gedung - tingkat „PEKARANGAN‟
FUNGSI LAHAN Ekologis, Rekreatif, Estetis, Olahraga (terbatas) Konservasi, Pencegah Erosi, Penelitian Kesehatan, Rekreasi Pelayanan Publik (umum), Keindahan Produksi, Estetika, Pelayanan Public (umum) Konservasi, Pendidikan, Produksi Konservasi, Keamanan Konservasi, Pendidikan, Penelitian Konservasi, Preservasi, Rekreasi Keindahan, Produksi
Hubungan antara pencemaran pada media lingkungan udara, air dan tanah dengan kesehatan sangat terkait erat, sebab warga kota akan menghirup udara tercemar yang sama, makan dari hasil produksi bahan mentah dari sumberdaya buatan maupun alami yang relatif sama, di mana siklus rantai
TUJUAN Keindahan, kurangi cemaran, meredam bising, perbaiki iklim mikro, daerah resapan, penyangga sistem kehidupan, kenyamanan. Perlindungan, mencegah okupansi penduduk, mudah menyebabkan erosi, iklim mikro, penahan „badai‟. Kenikmatan, pendidikan, kesenangan, kesehatan, interaksi, kenyamanan. Pelindung, pendukung ekosistem makro, „ventilasi‟ dan „pemersatu‟ ruang kota. Kenyamanan spasial, visual, audial dan thermal, ekonomi. Pelayanan masyarakat dan penyangga lingkungan kota, wisata alam, rekreasi Keseimbangan ekosistem, rekreasi (pemancingan). Keseimbangan ekosistem, rekreasi, ekonomi. Reservasi, perlindungan situs, sejarah TOGA (tanaman obat keluarga)/Apotik Hidup, Karangkitri (sayur dan buahbuahan).
makanan (nutrient), terpaksa atau tumbuh melalui media tanam yang sudah tercemar. Sebagaimana kehidupan tubuh manusia yang sehat jasmani dan rohani, maka tubuh kota pun dapat selalu dijaga kesehatannya. RTH kota sebagai paruparu kota, mampu menghasilkan udara
4
bersih dan iklim mikro. Alur sungai yang ada dalam tubuh kota diumpamakan sebagai aliran darah yang harus selalu bersih dan lancar. Ketersediaan RTH digunakan sebagai salah satu kriteria pengembangan Kota Sehat, di mana warga kotanya dapat hidup sehat pula. Perencanaan RTH kota harus dapat memenuhi kebutuhan warga kota dengan berbagai aktivitasnya. Kepmen PU No. 387 tahun 1987, menetapkan kebutuhan RTH kota yang dibagi atas: 2 fasilitas hijau umum 2,3 m /jiwa, sedang untuk penyangga lingkungan kota (ruang 2 hijau) 15 m /jiwa. Dengan demikian, secara menyeluruh kebutuhan akan RTH 2 kota adalah sekitar 17,3 m /jiwa. RTH tersebut harus dapat memenuhi fungsi kawasan penyeimbang, konservasi ekosistem dan pencipta iklim mikro (ekologis), sarana rekreasi, olahraga dan pelayanan umum (ekonomis), pembibitan, penelitian (edukatif), dan keindahan lansekap kota (estetis). Semua jenis RTH harus diusahakan dapat berfungsi estetis, karena secara alami manusia membutuhkan hidup dekat dengan alam yang asri, nyaman dan sehat, sehingga terjadi siklus kehidupan penunjang fungsi ekosistem alam. 2.2. Taman Rekreasi. Taman-taman rekreasi seperti disebutkan di atas khusus dirancang untuk menampung kegiatan rekreatif penduduk kota yang mungkin bisa mencapai skala lebih luas dari batas kota. Taman-taman rekreasi semacam ini umumnya terletak di pinggiran atau perbatasan wilayah antar kota atau kabupaten, dimana diperlukan ruang yang relatif cukup luas untuk berbagai kegiatan pemenuhan kebutuhan rekreasi sesuai target yang terkandung dari namanya. Karakteristik pemilihan tanaman penghijauan untuk Taman Rekreasi ini pun disesuaikan dengan tujuan pembangunannya, kecuali Taman Botani (Kebun Raya) tentu dipilih karaketer
tanaman yang tidak membahayakan pengunjung ataupun penghuninya, misalnya tidak bergetah atau beracun, dahan tak mudah patah, perakaran yang tak mengganggu pondasi atau struktur bangunan taman, pengaturan tingkat pertumbuhan optimal masing-masing tanaman yang merupakan kombinasi tanaman, dan seterusnya. Sedang persentase lahan yang dihijaukan, sebaiknya tidak kurang atau melebihi sebaran antara 40-60% luas keseluruhan tapak. Taman-taman rekreasi ini, selain untuk kegiatan fisik yang menyehatkan adalah amat bermanfaat bagi pendidikan anak-anak maupun generasi muda untuk mencintai dan menghargai lingkungan hijau, karena secara nyata mereka dapat memperoleh manfaat langsung dari eksistensi Taman Rekreasi ini. Pendidikan di usia dini, seperti pendidikan dan pelatihan untuk menjaga kebersihan lingkungan, memang merupakan satu syarat penting dalam membentuk orang dewasa yang bertanggung jawab dengan kondisi kejiwaan dan raga yang sehat. 2.3. Taman Dalam Skala Kota. Taman dalam skala kota adalah sebuah ruang terbuka (open space) dimana di dalamnya terdapat aktifitas. Taman sebagai ruang terbuka menjadi pilihan warga kota untuk bersantai atau bersenang–senang secara individu atau kelompok. Awal abad ke19 dimana pada saat negara barat merupakan negara industri, taman diciptakan sebagai tempat untuk refresing secara fisik, moral, estetik dan ekonomi. Taman pada saat itu adalah ruang terbuka hanya terdiri dari pohon– pohon (vegetasi) dimana orang dapat menikmati kelegaan di luar kesibukan industri serta melakukan perenungan. Pada dewasa ini taman tidak lagi hanya berfungsi sebagai open space, namun berkembang fungsinya menjadi lebih kompleks, berbagai macam tipe taman memberikan pola–pola aktifitas yang berbeda.
5
a. Tipe pertama. Adalah taman yang fungsinya digabung dengan fasilitas olah raga, baik berupa lapangan terbuka dengan street furniture, jogging track, biking, dan olah raga lainnya.Taman menjadi sebuah places for play dan sport park. Taman jenis ini disebut sebagai Taman Aktif. Central Park di New York, Dunia Fantasi (Dufan) di Ancol-Jakarta serta Alun-alun di beberapa kota di Jawa, merupakan contoh taman aktif. b. Tipe kedua. Adalah dimana taman berfungsi sebagai sebuah taman rekreasi dengan fasilitas dan modamoda penikmatan yang lengkap dan orang-orang membayar untuk menikmatinya. Penikmatan kepada rekreasi secara visual yang melibatkan vista pada tiap-tiap obyeknya. Pengunjung berjalan ketiap-tiap obyeknya dan berhenti untuk melihat apa yang ada disana (pertunjukan), sehingga model taman rekreasi ini dapat dikategorikan sebagai “taman rekreasi pasif”. Bundesgaten Park, Cologne, Germany, sebuah contoh taman dengan penanganan aktifitas rekreatif yang sangat berbeda, pengunjung dapat menikmati taman dengan kereta gantung yang membawa pengunjung kesetiap bagian taman dan pengunjung dapat menikmati vista dari atas. Tiap-tiap obyek tujuan berupa gallery, panggung band, theatre, dan obyek lainnya yang tidak memerlukan pelibatan tubuh penontonnya. 2.4. Elemen Taman. Elemen taman serta prinsip perancangan taman yang dibahas pada bagian ini lebih merupakan refreshing (penyegaran). Penjelasan yang lebih detail dapat dibaca pada berbagai buku pertamanan, antara lain Buku Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap karya Rustam Hakim (2004). Menurut Arifin (2006), dalam perancangan taman perlu dilakukan
pemilihan dan penataan secara detail elemen-elemennya, agar taman dapat fungsional dan estetis. Elemen taman dapat diklasifikasikan menjadi: a. Berdasarkan jenis dasar elemen : 1) Elemen alami. 2) Elemen non alami (buatan). b. Berdasarkan kesan yang ditimbulkan: 1) Elemen lunak (soft material) seperti tanaman, air dan satwa. 2) Elemen keras (hard material) seperti paving, pagar, patung, pergola, bangku taman, kolam, lampu taman, dan sebagainya. c. Berdasarkan kemungkina perubahan: Taman dalam skala besar (dalam konteks lansekap), memiliki elemen perancangan yang lebih beragam yang memiliki perbedaan dalam hal kemungkinan dirubah. Elemen tersebut diklasifikasikan menjadi: 1) Elemen mayor (elemen yang sulit diubah), seperti sungai, gunung, pantai, hujan, kabut, suhu, kelembaban udara, radiasi matahari, angin, petir dan sebagainya. 2) Elemen minor (elemen yang dapat diubah), seperti sungai kecil, bukit kecil, tanaman, dan sebagainya serta elemen buatan manusia. 2.4.1 Jenis elemen taman kota. Elemen-elemen taman kota terdiri dari : a. Material Lansekap atau Vegetasi yang termasuk dalam elemen lansekap antara lain : 1) Pohon : Tanaman kayu keras dan tumbuh tegak, berukuran besar dengan percabangan yang kokoh. Yang termasuk dalam jenis pohon ini adalah asam kranji, lamtorogung, akasia, dan lainnya. 2) Perdu : Jenis tanaman seperti pohon terapi berukuran kecil, batang cukup berkayu tetapi kurang tegak dan kurang kokoh, yang termasuk dalam jenis perdu
6
adalah bougenvillle, kol banda, kembang sepatu, dan lainnya. 3) Semak: Tanaman yang agak kecil dan rendah, tumbuhnya melebar atau merambat. Yang termasuk dalam jenis semak adalah tehtehan, dan lainnya. 4) Tanaman penutup Tanah : Tanaman yang lebih tinggi rumputnya, berdaun dan berbunga indah. Yang termasuk dalam jenis ini adalah krokot, nanas hias dan lainnya. 5) Rumput : Jenis tanaman pengalas, merupakan tanaman yang persisi berada diatas tanah. Yang termasuk dalam jenis ini adalah rumput jepang, rumput gajah, dan lainnya. b. Material Pendukung atau Elemen Keras, yang termasuk dalam material pendukung adalah : 1) Kolam. Kolam dibuat dalam rangka menunjang fungsi gedung ataumerupakan bagian taman yang memiliki estetika sendiri. Kolam sering dipadukan dengan batuan tebing dengan permainan air yangmenambah kesan dinamis. Kolam akan tampil hidup bila ada permainan air didalamnya. Taman dengan kolam akan mampu meningkatan kelembaban lingkungan sehingga dapat berfungsi sebagai penyejuk lingkungan. 2) Tebing Buatan. Tebing buatan atau artificial banyak diminati oleh penggemar taman. Tebing ini dibuat untuk memberikan kesan alami, menyatu dengan alam, tebing dibuat dengan maksud untuk menyembunyikan tembok pembatas dinding yang licin massif, agar tidak menyilaukan pada saat matahari bersinar sepanjang siang. Penambah air kolam terjun pada
3)
4)
5)
6)
tebing buatan akan menambah suasana sejuk dan nyaman. Batuan. Batuan tidak baik bila diletakkan di tengah taman, sebaiknya diletakkan agak menepi atau pada salah satu sudut taman. Sebagian batu yang terpendam di dalam tanah akan memberi kesan alami dan terlihat menyatu dengan taman akan terlihat lebih indah bila ada penambahan koloni taman pada sela-sela batuan. Gazebo. Gazebo adalah bangunan peneduh atau rumah kecil di taman yang berfungsi sebagai tempat beristirahat menikmati taman. Sedangkan bangku taman adalah bangku panjang yang disatukan dengan tempat duduknya dan ditempatkan di gazebo atau tempat-tempat teduh untuk beristirahat sambil menikmati taman. Bahan pembuatan gazebo atau bangku taman tidak perlu berkesan mewah, tetapi lebih ditekankan pada nilai keindahan, kenyamanan dalam suasana santai, akrab, dan tidak resmi. Gazebo atau bangku taman bisa terbuat dari kayu, bambu, besi atau bahan lain yang lebih kuat dan tahan terhadap kondisi taman. Atapnya dapat bermacam-macam, mulai dari genting, ijuk, alang-alang dan bahan lain yang berkesan tahan sederhana. Jalan Setapak (Stepping Stone). Jalan setapak atau steppig stone dibuat agar dalam pemeliharaan taman tidak merusak rumput dan tanaman, selain itu jalan setapak berfungsi sebagai unsur variasi elemen penunjang taman. Perkerasan. Perkerasan pada taman dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam bahan, seperti tegel, paving, aspal, batu bata, dan
7
bahan lainnya. Tujuan perkerasan adalah untuk para pejalan kaki (pedestrian) atau sebagai pembatas. 7) Lampu Taman. Lampu taman merupakan elemen utama sebuah taman dan dipergunakan untuk menunjang suasana di malam hari. Lampu berfungsi sebagai penerang taman dan sebagai nilai artestik taman. 2.5. Prinsip Desain Taman. Beberapa prinsip desain yang harus diperhatikan dalam pembuatan taman adalah : a. Tema, unity. Penetapan tema yang terlihat dari adanya kesan kesatuan (unity) merupakan upaya untuk memunculkan kesan utama, karakter atau identitas. Melalui unity yang terjadi, karakter taman dapat terlihat dengan jelas, misal memiliki karakter sebagai taman bermain, taman rumah, taman formal, taman tropis, dan sebagainya. b. Gradasi, variasi, repetisi. Pembuatan gradasi bertujuan untuk menimbulkan kesan gerak sehingga terkesan dinamis dan berirama. Hal ini akan mencegah kemonotonan. Contoh : 1) warna hijau menjadi gradasi hijau tua ke hijau muda 2) bentuk bulat diolah menjadi berbagai variasi bulat, misal berdasarkan ukuran (kecil – besar), berdasarkan tekstur (halus – kasar) dan sebagainya. c. Kontras, penarik perhatian. Melalui pembuatan desain elemen tertentu yang memiliki kontras dengan elemen yang lainnya, akan menarik perhatian. Pemberian kontras ini akan memberikan kesan kejutan ataupun klimaks. Kontras, antara lain dapat dibuat dengan menerapkan: 1) warna yang menyolok 2) bentuk individual yang menarik
3) elemen yang unik, misal peletakan elemen tanaman pada lingkungan yang terdiri dari elemen buatan, dan sebagainya. d. Kontrol, balance, skala, sederhana. Prinsip desain ini mampu menjadi aspek penyeimbang, agar taman terkesan harmonis. Pada dasarnya desain merupakan pengaturan dan ekspresi dari elemenelemen desain. Elemen desain terdiri dari titik, garis, bentuk/pola, warna, tekstur, bunyi, aroma dan gerak. Karakter / sifat yang melekat pada elemen taman ditata berdasarkan prinsip –prinsip desain. 3. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini adalah merupakan penelitian deskriptif, yaitu suatu model penelitian yang berusaha untuk membuat gambaran dan menggali secara cermat tentang fenomena sosial yang berhubungan erat dengan kebutuhan masyarakat kota dalam memenuhi suatu keindahan dan kenyaman dalam taman yang diukur dengan persepsi, sehingga pendekatan yang dipakai adalah pendekatan kualitatif dan dalam penganalisaannya dilengkapi dengan data yang bersifat kuantitatif. 4. PEMBAHASAN Untuk pendekatan perencanaan sebuah taman kota yang sekaligus juga berarti ruang publik, dapat didekati dari pandangan Stephen Carr (1992) yang menyatakan bahwa tiga dimensi kemanusiaan yang sangat penting harus tercermin dalam ruang publik. Tiga dimensi itu meliputi : a. Responsif, Ruang publik harus dapat digunakan untuk berbagai kegiatan dan kepentingan warganya. b. Demokratis, Ruang publik yang dapat digunakan oleh berbagai lapisan masyarakat dengan latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya serta aksesibel
8
bagi para difabel, lansia dan berbagai kondisi fisik manusia, serta c. Bermakna, Ruang publik harus memiliki tautan dengan masyarakat, lingkungannya, serta dunia luas. Dengan demikian ruang publik juga harus memiliki tautan dengan konteks sosial budaya. 4.1. Analisis Taman Balekambang sebagai Sarana Ruang Terbuka Kota. Kota Surakarta sebagai kota budaya dan kota yang sedang berkembang menuju kota metropolitan dalam penataannya harus tetap mempertahankan prosentase kawasan hijau karena kawasan ini adalah penyangga agar ekosistem tetap seimbang, Penataan kota membutuh dukungan penuh dari berbagai sektor selain pemerintah, masyarakat juga sektor swasta, untuk itu butuh suatu bentuk kemitraan yang terpadu. Hal ini, akan membentuk dinamika kota yang saling mengisi, untuk itu maka jangan sampai akibat dinamika kota, dimana keberadaan ruang terbuka sebagai ruang publik sebagaimana yang dimaksud tersisih oleh kepentingan yang lain. Untuk itu perlu diupayakan agar Ruang Terbuka Hijau yang merupakan komponen utama sebagai penyedia air bersih kota dan daerah resapan tidak hanya menjadi sebagai pelengkap dari sebuah kota. Taman Balekambang sebagai Ruang Terbuka Hijau Kota yang pada saat ini telah ditata sebagai taman kota yang mempunyai asset sangat berharga bagi kelangsungan hidup kota karena disamping sebagai paru-paru kota taman ini juga berfungsi sebagai tempat rekreasi dan tempat menampung seniman berkreasi berupa pementasan ketoprak dan wayang orang. Taman Balekambang ini berkaitan erat dengan sejarah yang berhubungan dengan Pura Mangkunegaran. Awalnya ikon Srimulat dan ketoprak Tobong Gedung ketoprak adalah ikon kejayaan Taman Balekambang sebelum “kehilangan roh”
di era 1980-an. Di gedung inilah legenda hidup Srimulat dilahirkan oleh tangan Teguh Srimulat, yang dilahirkan dengan nama Kho Tjien Tiong. Maestro kelahiran 1926 ini lah pendiri dari Srimulat. Nama Srimulat sendiri diambil dari nama istri pertamanya, Raden Ayu Srimulat, putri seorang wedana di daerah Bekonang yang pada saat menikah usia Teguh terpat lebih muda 18 tahun dari R.Ay Srimulat. Ketoprak Tobong atau yang dikenal dengan ketoprak Balekambang juga sempat merasakan manisnya kebesaran Taman Balekambang. Dengan memanfaatkan bekas gedung Srimulat Solo, komunitas tobong terus berkarya dan berkesenian di sini. Hingga di era akhir 80-an dengan semakin berkemangnya media hiburan terutama televisi, para penonton seakan segan untuk melirik kesenian ini hingga benarbenar menyebabkan mati surinya kesenian ini di akhir era 80-an. Keunikan tersendiri dari Tobong Balekambang adalah para pemain tobong juga tinggal di sekitaran gedung tempat mereka melakukan pementasan, namun sungguh ironis ketika kesenian ini mati suri di akhir 1980-an. Taman Balekambang yang di siang hari ramai karena dipenuhi oleh “anak tobong” di siang hari menjadi sangat sepi. Berbeda kondisi ketika malam hari tiba, dinamisnya aksi panggung walau sepi pengunjung tetap mereka pertahankan. Apa yang mereka bangun dari awal, yakni kesenian tobong telah menjadi way of life bagi mereka.
Gambar 4 : Taman Balekambang sebelum direvitalisasi.
9
Gambar 5 : Taman Balekambang setelah direvitalisasi. Saat ini taman Balekambang oleh Pemerintah Kota Surakarta telah direvitalisasi, dengan tidak meninggalkan nuansa yang pernah ada, yakni kejayaan masa lalunya untuk kembali diangkat sebagai penguat citra taman tersebut. Pemugaran dan penambahan fasilitas estetik taman yang berupa bangku tempat duduk, rancangan sirkulasi yang didesain dengan batuan, paving beronamen membuat nyaman penggunanya, penambahan sanitasi dan aspek kebersihan juga menjadi salah satu keunggulan dari taman ini. Lahan Parkir dan fasilitas hot spot menjadikan Taman Balekambang tidak hanya sebagai tempat rekreasi keluarga, tetapi juga sebagai taman edukasi dengan pengadaan rusarusa yang bebas berkeliaran dan tanaman langka menjadikan Balekambang benarbenar seperti yang diinginkan masyarakat, yakni memunculkan kembali kejayaan masa lalu telah kembali dan saatnya sekarang untuk dipelihara karena taman ini sarat manfaat dan sejarah. 4.2. Taman Kota Sarana Ruang Publik Secara Fungsi. Berdasarkan analisis taman sebagai suatu ruang terbuka publik mempunyai konstribusi yang akan diberikan kepada manusia berupa dampak yang positif, oleh karenanya suatu ruang terbuka dikatakan sebagai sarana ruang publik apabila memenuhi fungsi-fungsi : 1. Fungsi Umum, meliputi : a. Tempat bermain dan berolah raga. b. Tempat bersantai. c. Tempat komunikasi sosial.
d. Tempat peralihan, tempat menunggu. e. Sebagai ruang terbuka untuk mendapatkan udara segar dengan lingkungan. f. Sebagai sarana penghubung antara suatu tempat dengan tempat yang lain. g. Sebagai pembatas atau jarak di antara massa bangunan. Analisis ruang terbuka sebagai sarana taman kota dilakukan apabila secara fungsi ruang terbuka memenuhi syarat sebagai sarana ruang publik dan juga memenuhi kelengkapan sebagai elemen kota, yang penataannya sedapat mungkin menggabungkan fungsi-fungsi yang telah ada dengan memperhatikan bangunan sebagai unsur estetika pengisi ruang terbuka. Dari uraian di atas, maka Taman Balekambang sebagai taman kota dalam revitalisasi penataannya sudah memenuhi fungsi-fungsi standar umum ruang publik yang nyaman dan aman. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan pengunjung taman di saat peneliti menyebarkan kuesioner. Penataan fungsi-fungsi umum pada Taman Balekambang diolah secara kompak dan berkesinambungan antara material lunak dan material keras pada hamparan tapak yang berkontur datar dengan pengakhiran kolam yang merupakan elemen air sebagai unsur surprise.
Gambar 6 : Fungsi jarak di antara massa bangunan, komunikasi sosial.
10
taman kota merupakan fasilitas umum tempat berkumpulnya masyarakat kota, untuk saling berinteraksi satu dengan yang lain dan tak kalah pentingnya sebagai sarana bermain bagi anak-anak. Gambar 7 : Fungsi pengarah, bersantai, sebagai ruang terbuka. 2. Fungsi Ekologis, meliputi : a. Penyegaran udara. b. Menyerap air hujan. c. Pengendalian banjir. d. Memelihara ekosistem tertentu. e. Pelembut arsitektur bangunan. Taman kota merupakan suatu bentuk aksi dalam meningkatkan kualitas lingkungan hidup kota. Fungsi taman kota, selain merupakan elemen estetika ruang kota, juga berfungsi sebagai elemen ekologi kota. Sebagai elemen ekologi kota, taman kota berfungsi sebagai penjaga dan pengatur iklim mikro (kota). Vegetasi dalam lahan taman berguna untuk menyerap zat-zat beracun di udara akibat pembakaran dan asap kendaraan bermotor, dan menyerapkan air ke dalam tanah, serta sebagai fasilitas sosial masyarakat Fungsi ekologi taman kota inilah yang menjadikan taman kota merupakan elemen penting di dalam keberlanjutan ekosistem perkotaan. Oleh karena itu, bentuk dan jenis vegetasi yang digunakan sangat mempengaruhi keberadaan taman kota sebagai pengatur iklim mikro kota. Jadi tidak sekedar memilih tanaman yang hanya terlihat indah namun tidak bermanfaat bagi peningkatan kualitas lingkungan kota. Tanaman atau vegetasi harus bermanfaat bagi penyerapan bahanbahan pencemar di udara akibat kegiatan tranportasi kota (misalnya) dan penyerapan air hujan ke dalam tanah. Secara keseluruhan, tanaman di dalam Taman Balekambang bermanfaat untuk memperbaiki iklim mikro kota. Manfaat lainnya dengan penataan Taman Balekambang ini adalah memfasilitasi hubungan timbal balik antara manusia satu dengan yang lain (interaksi), di mana
4.3. Taman Kota sebagai Pembentuk Estetika Kota. Taman merupakan kesatuan antara lingkungan fisik kota dan penduduk kota. sehingga sebuah taman akan mampu berperan meningkatkan kualitas iklim mikro kota. Manusia yang mengunjungi taman sudah tentu berharap untuk mendapatkan sesuatu yang memberinya kepuasan atau kesan tertentu. Hal ini dapat diperoleh dari penataan taman yang baik dari segi fungsi maupun dari segi estetika. Dalam fungsinya sebagai ruang terbuka kota, sudah pasti taman yang baik harus memiliki persyaratan tertentu dan prasarana sebagai penunjang. Sedangkan dalam fungsi rekreatif sudah barang tentu taman harus menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan, maka prasarana taman harus memperhatikan nilai-nilai estetika taman secara keseluruhan. Tujuan dari penulisan ilmiah ini adalah untuk mengetahui perancangan sebuah taman yang mengacu pada komponen perancangan lansekap sehingga taman dapat ditata dengan baik sehingga fungsional dan estetis. Setelah melakukan penelitian dan pembahasan, dapat diketahui bahwa Taman Balekambang menerapkan unsur-unsur perancangan lansekap, prinsip perancangan lansekap dan aplikasi perancangan lansekap dengan baik. Hal ini dapat ditinjau dari komposisi komposisi elemen lansekapnya, baik hard material maupun soft material. Karakteristik visual atau estetika erat kaitannya dengan rekreasi. Ukuran bentuk, warna dan tekstur tanaman serta unsur komposisi dan hubungannya dengan elemen-elemen sekitarnya merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas estetika. Penataan taman selain memberikan hasil utama dan sebagai
11
sumber air juga merupakan sarana untuk berekreasi.
Penataan hard material yang terdiri dari penyediaan furniture yang berupa tempat duduk, bangku, lampu taman, patung, tempat sampah dan perangkat estetika pada kolam dirancang sesuai dengan nuansa awalnya sehingga tidak mengurangi nilai-nilai seni dan tetap memperhatikan elemen-elemen aslinya dan apabila ada penggantian diusakan tidak merusak keserasian yang ada.
Gambar 8 : Patung sebagai sculpture yang menonjol pada kolam. Suatu penataan soft material berupa vegetasi dapat berfungsi dengan baik misalnya sebagai pembentuk ruang, pengendalian suhu udara, memperbaiki kondisi tanah. Penataan tanaman yang berhasil adalah apabila vegetasi itu berfungsi menarik. Struktur vegetasi berstrata banyak ternyata paling efektif menanggulangi masalah taman kota seperti suhu udara, kebisingan, debu, dan kelembaban. Hasil analisis secara multidimensi dari Taman Balekambang, ternyata merupakan taman kota yang berbentuk menyebar.
Gambar 11 : Patung sebagai estetika taman yang menonjol. Pemugaran dan penambahan fasilitas estetika taman yang berupa bangku tempat duduk, rancangan sirkulasi yang didesain dengan batuan, paving beronamen membuat nyaman pengguna dan juga sebagai pengarah arus sirkulasi karena Taman Balekambang dibagi menjadi zone-zone yang mempunyai kegiatan yang berbeda. Pembagian zone meliputi zone tempat pertunjukan in-door dan bangunan ruang serba guna, bangunan untuk service, toilet, tempat rekreasi keluarga out-door, kolam ikan dan hamparan rumput sebagai tempat rusa-rusa dibiarkan hidup bebas.
Gambar 9 : Vegetasi sebagai paru-paru kota.
Gambar 10 : Vegetasi sebagai pembentuk ruang.
Gambar 12 : Perpaduan hard dan soft material sebagai unsur estetika taman.
12
Gambar 13 : Kursi dan meja besi dengan ornament ukiran. Pada gerbang masuk Taman Balekambang dibuat rancangan yang bernuansa tradisional dengan ornamen ukiran. Salah satu kekurangan dari taman kota ini adalah akses masuk ke Taman Balekambang yang kurang terbuka / wellcome sehingga terkesan tertutup.
Gambar 14 : Pintu masuk Taman Balekambang dengan ornamen ukiran. Taman Balekambang mempunyai rusa sampai saat ini berjumlah lebih dari 3 ekor rusa yang bisa kita jumpai secara bebas berkeliaran membaur dengan pengunjung Taman Balekambang. Rusarusa ini menambah keindahan taman sekaligus sebagai hiburan tersendiri bagi yang mengunjungi taman ini.
Gambar 15 : Rusa sebagai elemen artestik pengisi taman. Rusa rusa di Taman Balekambang ini sangat jinak, sehingga bisa dikatagorikan juga sebagai elemen pembentuk taman. 5. KESIMPULAN Revitalisasi Taman Balekambang merupakan pendekatan dan penerapan fungsi taman di perkotaan untuk mencapai tujuan proteksi/perlindungan, rekreasi, estetika, dan kegunaan fungsi lainnya bagi kepentingan masyarakat perkotaan. Untuk itu, taman kota ini tidak hanya berarti hutan kota yang berada di tengah kota, tetapi dapat pula berarti bahwa taman kota dapat tersusun dari komponen-komponen taman berupa kelompok vegetasi yang dilindungi / langka di taman ini, tetapi juga penataan tanaman pembentuk estetika yang jenisnya disesuaikan dengan fungsi yang akan dicapai, disamping penambahan pembentuk estetika taman yang berupa bangunan-bangunan pendukung, kolam sebagai focal point dan perangkat serta furniture taman yang artestik dan nyaman. Saat sekarang taman Balekambang telah dapat dinikmati oleh masyarakat luas tidak hanya masyarakat kota Surakarta tetapi juga dari luar kota dan taman ini juga telah digunakan untuk penyelenggaraan event Internasional yang akan mengembalikan kejayaan masa lalunya. Pemugaran dan penambahan fasilitas, sanitasi dan aspek kebersihan juga menjadi salah satu keunggulan dari
13
taman ini, pengadaan rusa dan pelestarian tanaman langka menjadikan Balekambang benar-benar seperti yang diinginkan oleh Partini dan Partinah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk ke depannya taman ini perlu dijaga kebersihan, kenyamanan dan keberadaannya karena Taman Balekambang ini sarat dengan manfaat dan sejarah
Biodata Penulis : Danarti Karsono, S1 Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro (1985), S2 Magister Teknik Arsitektur Program Pascasarjana Universitas Diponegoro (1996), dan dosen Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta.
6. DAFTAR PUSTAKA Budihardjo, E. (1997). Arsitektur dan kota di Indonesia. Bandung: Alumni. Darmawan M.Eng, Ir. Edy (2003) Teori Dan Kajian Ruang Publik Kota. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Laurie, M. (1994). Pengantar kepada arsitektur pertamanan. Bandung: Intermatra. Masri,Singarimbun (1998), Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta Rossi,Aldo (1982), The Architecture of The City , MIT Press. Rustam Hakim, (2004), Arsitektur Lansekap, Manusia, Alam dan Lingkungan, penerbit Bina Aksara Jakarta Rustam Hakim (1988), Unsur unsur Perancangan dalam Arsitektur Lansekap, Bina Aksara, Jakarta. Shirvani, Hamid (1995), Urban Design Process, Van Nostrand Reinhold. Trancik, Roger (1996) Finding Lost Space, The Urban Design Theory, Van Nostrand Reinhold, New York
14
15