arsitektur.net 2011 vol. 5 no. 1
Memahami Pola Pembentuk Estetika Batik Cakar Klara Puspa Indrawati Tulisan mengenai batik sebagai sebuah produk geometri ini muncul dari ketertarikan saya terhadap keindahan pada detail. Dalam ilmu arsitektur klasik, terdapat metode dalam pengolahan denah, tampak, dan potongan yang memberikan semacam formula mengenai proporsi, skala, maupun komposisi untuk memenuhi kaidah keindahan bagi setiap penggunanya. Dalam pembentukan formula tersebut, prinsip – prinsip tentang grid, simetri, pengulangan, atau penggunaan sumbu – sumbu tertentu menjadi salah satu acuan dasar bila ingin menyusun bentuk sebuah bangunan yang memiliki keindahan abadi secara holistik. Detail merupakan salah satu bagian dari pengolahan bentuk yang mampu menambah nilai estetika pada sebuah karya bila diaplikasikan secara tepat. Namun, apakah terdapat sebuah standar keindahan pada sebuah detail, seperti standar – standar keindahan yang pernah menjadi panduan dalam pembuatan denah, tampak, dan potongan pada arsitektur klasik? Apakah terdapat semacam proporsi atau rasio tertentu pada detail yang membuat keindahannya diakui? Untuk dapat mengetahuinya, saya mencoba mempelajari secara singkat detail yang terdapat pada motif kain batik. Batik memiliki pengulangan dari sebuah pola bentuk yang kemudian disusun sedemikian rupa hingga menghasilkan suatu karya seni yang cantik dalam media selembar kain. Simetri dan pengulangan sebagai sebuah metode dalam perancangan arsitektur ternyata diterapkan dalam pembuatan motif pada batik. Saya kemudian melakukan sebuah pengamatan berdasarkan pola simetri dan pengulangan yang terjadi pada detail – detail motifnya terhadap corak cakar batik Yogyakarta dan dengan demikian mencoba menganalisis sisi venustas batik. Dalam penulisan paper ini saya memiliki keterbatasan terhadap penafsiran hal – hal yang saya temukan, selain jangkauan pengamatan yang terbatas pada motif tertentu. Dengan demikian analisis yang saya lakukan tidak dapat dikatakan berlaku secara universal untuk semua motif batik.
menggambar titik. Batik merupakan kesenian melukis atau menggambar di atas kain menggunakan lilin malam. Produknya kesenian tersebut disebut batik tulis. Sekarang teknologi pembuatan batik tidak hanya terbatas pada batik tulis. Sudah banyak dikenal teknologi lain seperti batik cap dan batik sablon. Batik memiliki nilai memiliki nama dan makna yang ingin disampaikan ketika digunakan. Selain itu terdapat etika yang mengatur penggunaan batik, misalnya motif batik yang hanya boleh digunakan oleh anggota keraton. Motif batik sawat, yang menggambarkan motif sayap, melambangkan keteguhan dan ketabahan hati yang diperuntukkan untuk raja atau putra raja, motif batik parang rusak melambangkan kekuasaan dan kekuatan yang diperuntukkan bagi orang-orang yang memiliki peran atau kedudukan yang terhormat. Dalam pembuatannya, motif dalam banyak batik menggunakan pola pengulangan detail dan harus mempertahankan kesimetrisannya, sehingga mengharuskan para pebatik bersikap sabar dan teliti, sebab detail yang dihasilkan pada suatu penghasil batik memiliki karakternya sendiri, sehingga setiap corak dapat 17
arsitektur.net 2011 vol. 5 no. 1
dikenali asalnya. Batik Solo biasanya menggunakan bentuk-bentuk geometris yang berukuran lebih kecil dan warna dominannya adalah cokelat. Sementara, batik dari daerah Pekalongan terkenal dengan batik pesisirnya yang memiliki corak warna lebih kaya dengan bentuk motif bunga laut atau bintang laut. Batik yang akan saya analisa merupakan batik dengan motif cakar yang berasal dari Yogyakarta memiliki detail motif yang jelas terlihat kesimetrisannya. Motifmotif yang disusun secara simetris tersebut mengalami pengulangan yang teratur dan Susunannya” menjelaskan keteraturan yang tercipta dari prinsip proporsi, di mana teori-teori proporsi sebenarnya ditujukan untuk menciptakan suasana yang teratur di antara unsur–unsur suatu konstruksi visual. Suatu sistem proporsi dikatakan memiliki konsistensi hubungan visual antara suatu bagian dengan bagian lain maupun satu bagian dengan keseluruhan suatu bentuk. Kualitas yang muncul dari proporsi ini akan dialami sebagai sebuah pengamalan yang berulang. Kualitas keteraturan dari pola pengulangan inilah yang dapat ditemui pada motif cakar batik Yogyakarta.
Gambar 2. Detail motif lingkaran
Dalam gambar 1 terlihat adanya detail berupa bentuk–bentuk lingkaran yang mendominasi keseluruhan motif. Bentuk lingkaran ini kemudian disusun secara simetris dalam sumbu x dan y sehingga menghasilkan suatu keseragaman pada seluruh kain. kondisi simetri ditemukan ketika terdapat sumbu atau pusat dalam struktur bentuk yang ditampilkan. Sama seperti sebuah garis, sumbu juga dibuat dari dua buah titik. Prinsip simetri adalah menciptakan komposisi seimbang dari pola bentuk yang hampir sama terhadap suatu garis sumbu atau suatu pusat yang sama. Dari pengamatan terhadap pola batik dengan motif cakar, saya menemukan beberapa hal dari prinsip simetri dan pengulangan yang secara sengaja maupun tidak sengaja tampak pada detail motif batik. Untuk mencari prinsip simetri dan pengulangan pada seluruh kain, pertama–tama yang saya lakukan adalah mengambil salah satu detail yang saya anggap mendominasi keseluruhan motif. Detail tersebut berupa sebuah motif lingkaran yang memiliki beberapa bagian yang lebih detail sebagai penyusunnya, yang terdiri dari sebuah garis tepi berwarna putih sebagai pembentuk lingkaran. Dengan demikian motif batik ,menggunakan salah satu bentuk dasar berupa lingkaran sebagai detail yang mendominasi. Bagian berikutnya adalah sumbu x dan y yang membagi sebuah detail lingkaran menjadi empat bagian. Kedua sumbu bertemu di sebuah titik pusat, di mana pada titik pusat tersebut terdapat sebuah motif lingkaran kecil yang masif. Setiap bagian dari keempat bagian lingkaran memiliki bagian penyusun lebih rinci yang sama, yaitu dua buah detail yang berorientasi diagonal. Kedua detail tersebut
18
arsitektur.net 2011 vol. 5 no. 1
Pengulangan bentuk lingkaran di sepanjang sumbu x dan sumbu y secara sejajar
Berdasarkan pengamatan ini terdapat prinsip simetri dalam sebuah detail lingkaran dengan keberadaan sumbu yang membagi lingkaran menjadi empat bagian yang sama, seimbang. Dengan demikian, dalam setiap detail lingkaran akan terjadi sebuah keteraturan motif. Suatu detail lingkaran akan diulang dan ditempatkan sejajar di sepanjang sumbu x dan sejajar sepanjang sumbu y hingga akhirnya memenuhi keseluruhan motif kain.
Grid pada keseluruhan kain yang muncul pada penyusunan dari pengulangan detail lingkaran, sebenarnya merupakan kontinuitas sumbu – sumbu x dan y detail - detail motif pengisi
Pada umumnya motif utama dalam pembuatan batik tulis akan diselesaikan terlebih dahulu, baru kemudian mengisi bagian-bagian yang kosong di antara motif utama. Motif pengisi ini dikelilingi oleh empat buah detail lingkaran.
Pada setiap motif pengisi akan terdapat 3 buah bagian detail penyusun yaitu, detail garis diagonal, detail lingkaran pusat yang sama persis dengan detail lingkaran pusat pada motif lingkaran utama, serta detail segitiga. Bila dilihat pada yang sama. Bila ditarik pada sumbu x dan y nya pun maka akan muncul 4 bagian yang sama. Dengan demikian, prinsip simetri juga digunakan pada motif pengisi. Hal yang menarik di sini adalah ketika motif pengisi sudah ditempatkan di tengah 4 lingkaran maka detail garis diagonal pada motif pengisi akan terhubung dua lingkaran utama yang terletak pada posisi diagonal, yaitu lingkaran pusat 19
arsitektur.net 2011 vol. 5 no. 1
dari motif lingkaran-lingkaran utama yang terletak dalam posisi diagonal akan pengertian lain, tidak hanya sebagai detail bagian dari motif lingkaran utama yang orientasinya diagonal, tetapi juga sebagai pembentuk sumbu diagonal yang dapat ditarik di sepanjang motif kain. Detail garis diagonal pada motif pengisi pun kini ikut menjadi bagian dari pembentuk sumbu diagonal di keseluruhan motif kain. Garis diagonal yang terbentuk kemudian bersimetri saling menyilang tegak lurus dan berulang pada jarak yang tetap di seluruh motif kain, menghasilkan keseimbangan diagonal yang teratur.
Gambar 8. Proses terbentuknya sumbu diagonal yang berulang dan simetri di seluruh motif kain
Hal lain yang juga saya anggap menarik dari motif pengisi pada batik motif cakar ini adalah ketika kita mencoba memusatkan pandangan pada motif pengisi dalam jarak yang lebih jauh, lama kelamaan bentuk motif lingkaran utama menjadi kabur dan menghilang, seakan-akan motif utama dari batik adalah motif pengisinya. Hal ini menurut saya terjadi karena dipengaruhi oleh bagian-bagian yang menyusun detail motif pengisi lebih masif. Contohnya detail segitiga dipenuhi warna biru, lingkaran pusatnya pun diisi oleh warna putih walaupun tidak penuh. Selain itu karena latar belakang warna kain adalah cokelat tua sementara motif digambar dengan warna putih, maka motif yang lebih void seperti motif lingkaran utama yang bagian dalam lingkarannya dibiarkan kosong akan menampilkan lebih banyak warna latar yang cokelat tua. Sementara motif pengisi tidak memiliki banyak bagian kosong, ia tidak banyak menampilkan warna latar yang gelap, justru yang mendominasi adalah warna putih dari outline detail-detailnya. Karenanya ketika dilihat pada jarak tertentu yang lebih jauh motif lingkaran utama akan terkesan lebih gelap, sementara motif pengisi yang jauh lebih kecil menjadi lebih terang dan ketika mata difokuskan kepada motif pengisi, garis-garis outline motif lingkaran utama akan mengabur mengarah ke warna gelap yang mendominasi. Dari keseluruhan pengamatan terhadap prinsip simetri dan pengulangan yang terjadi pada motif batik cakar Yogyakarta ini, saya mengamati bahwa sumbu-sumbu diagonal memerankan fungsi dominan dalam gambaran keseluruhan motif batik. Hal ini dikarenakan banyaknya pola diagonal yang ditemukan pada keseluruhan prinsip simetri dan pengulangan di seluruh kain. Terlihat pada munculnya garis-garis ombak yang orientasinya pun diagonal. Garis-garis ombak ini muncul dari bentuk outline motif lingkaranlingkaran utama yang berada pada sumbu diagonal yang sama yang dihubungkan satu 20
arsitektur.net 2011 vol. 5 no. 1
sama lain. Setiap garis diagonal yang paling dekat jarak pengulangannya adalah tetap. Diagonal-diagonal ini pun akan terbentuk saling menyilang di seluruh motif kain dan dengan demikian menciptakan keseimbangan dan keteraturan.
Gambar 10. Sumbu diagonal berupa garis ombak dari outline motif lingkaran – lingkaran utama
berorientasi diagonal pada motif lingkaran utama ketika dihubungkan dengan sumbu diagonal dengan sumbu diagonal lain yang paling dekat juga akan selalu tetap. Sumbu–sumbu diagonal akan tampil saling menyilang tegak lurus. Hal ini kembali membuktikan terjadinya pengulangan yang beraturan dan adanya simetri yang menciptakan keseimbangan dan keteraturan untuk keseluruhan motif pada kain.
Gambar 11. Sumbu – sumbu diagonal lingkaran utama
Setelah mencoba mempelajari dan mengamati motif cakar pada batik Yogyakarta, saya dapat menyimpulkan beberapa prinsip geometri yang digunakan dalam pembuatan motifnya. Terdapat banyak sumbu diagonal yang muncul dari analisis terhadap kesimetrisan dan pengulangan detail pada keseluruhan motif kain. Hal tersebut dapat tergambarkan melalui dominasi sumbu – sumbu diagonal sebagai sumbu utama simetri, dan adanya kesimetrisan yang ditimbulkan oleh sumbu x dan sumbu y. Garis-garis diagonal tersebut merupakan hasil penarikan garis lurus terhadap posisi antar detail -detail motif.
Namun belum dapat dipastikan apakah penempatan detail–detail tersebut dilakukan secara sadar untuk menciptakan pengulangan sumbu–sumbu diagonal pada motif batik oleh pebatik atau justru muncul dari ketidaksadaran. Standar keindahan yang saya temukan pada motif batik ini sebenarnya berakar pada pengulangan detail–detail dan prinsip simetri dari sumbu diagonal, sumbu x, dan sumbu y. Yang sangat menarik bagi saya adalah motif yang paling detail dari keseluruhan kain pun mampu membentuk simetri diagonal yang terus berulang pada jarak yang tetap, padahal bentuk dasar bagian – bagian dari satu motif lingkaran utama tidak terlalu rumit. Keteraturan dan keseimbangan hingga bagian terkecil dari motif yang muncul dari prinsip simetri dan pengulangan itulah yang menjadi unsur pembentuk keindahan dari batik corak cakar ini. Hal lain yang saya pelajari adalah proporsi ketebalan dalam pembuatan outline setiap motif dan pemilihan warna akan mempengaruhi persepsi orang memandang 21
arsitektur.net 2011 vol. 5 no. 1
keseluruhan motif yang berulang secara simetri tadi, seperti menampilkan sisi solid dan void. Beberapa diagram yang telah saya buat pada gambar–gambar sebelumnya dapat digunakan untuk menelusuri proses pembuatan batik dengan detail sebagai material pembentuk keseluruhan motif melalui serangkaian proses penyusunannya yang menekankan pada sumbu–sumbu simetri diagonal, x, dan y dengan pola yang terus berulang dalam jarak yang sama.
Gambar 12. Diagram Pola Geometri Batik Cakar
Gambar di atas menjelaskan mengenai detail dalam pembuatan batik, yang langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: utama menghasilkan pengulangan garis sepanjang sumbu x dan y.
motif lingkaran – lingkaran utama yang terletak dalam posisi diagonal dengan lingkaran pusat pada motif pengisi yang menghasilkan pengulangan garis diagonal yang saling menyilang tegak lurus pada jarak yang sama. berada pada sumbu diagonal yang sama, sehingga menghasilkan pengulangan garis diagonal berupa ombak saling menyilang pada jarak pengulangan yang sama.
lainnya yang terletak dalam sumbu diagonal yang sama akan menghasilkan pengulangan garis – garis diagonal yang saling menyilang tegak lurus di seluruh kain dalam jarak yang tetap. jarak tertentu melalui sistem pewarnaan solid dan void solid atau penuh menjadi fokus pandangan, walau pada detail yang berukuran kecil. Sebaliknya, pada detail utama yang diwarnai secara tidak penuh atau void dengan latar belakang warna gelap, akan mengabur. Persepsi ini dapat dipraktekkan pada jarak pandang yang semakin jauh.
22
arsitektur.net 2011 vol. 5 no. 1
Diagram–diagram tersebut merupakan bagian dari mekanisme pembentukan pola geometri batik motif cakar dari Yogyakarta. Pengamatan dan pembandingan lebih lanjut pada motif batik lainnya tentu diperlukan untuk menguak mekanisme pembentukan pola geometrinya. Karenanya, untuk dapat membuktikan keindahan batik melalui prinsip simetris dan pengulangan diperlukan studi lebih mendalam mengenai topik ini. Referensi Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan Susunannya.
com/tag/karakter-batik-solo
23