PERFORMA PRODUKSI DAN ORGAN DALAM PUYUH DIBERI PAKAN MENGANDUNG DEDAK GANDUM DAN TEPUNG DAUN MENGKUDU
ANAS MARDIANSYAH
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Performa Produksi dan Organ Dalam Puyuh Diberi Pakan Mengandung Dedak Gandum dan Tepung Daun Mengkudu adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2013 Anas Mardiansyah NIM D14104004
ABSTRAK ANAS MARDIANSYAH. Performa Produksi dan Organ Dalam Puyuh Diberi Pakan Mengandung Dedak Gandum dan Tepung Daun Mengkudu. Dibimbing oleh RUDI AFNAN dan WIDYA HERMANA. Dedak gandum dan tepung daun mengkudu mengandung protein cukup tinggi serta beberapa senyawa penting lainnya. Pemanfaatan sebagai sumber pakan puyuh dapat mengurangi persaingan dengan kebutuhan manusia. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi performa produksi dan organ dalam puyuh diberi pakan mengandung dedak gandum dan tepung daun mengkudu. Puyuh yang digunakan sebanyak 128 ekor berumur 3 minggu. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan yaitu R0 (Kontrol), R1 (TDM 6% dan DG 5%), R2 (TDM 6% dan DG 10%) dan R3 (TDM 6% dan DG 15%). Perbedaan antara perlakuan diuji dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan pemberian pakan perlakuan tidak berpengaruh terhadap persentase hati, jantung, ginjal dan usus puyuh. Namun, penggunaan pakan perlakuan meningkatkan persentase rempela (P<0.01) dan sekum (P<0.05). Penambahan tepung daun mengkudu dan dedak gandum sampai taraf 6% dan 15% mampu mempertahankan performa dan produksi puyuh. Kata kunci: daun mengkudu, dedak gandum, organ dalam puyuh
ABSTRACT ANAS MARDIANSYAH. Production Performance and Internal Organs of Quail Fed Wheat Bran and Noni Leaf Meal. Supervised by RUDI AFNAN and WIDYA HERMANA. Utilization of wheat bran (WB) and noni (Morinda citrifolia) leaf meal (NLM) which contains high protein and other essential substances in quail feed is expected no to compete with human food. The aim of study was to observe the production performance and internal organs of quail fed wheat bran and noni leaf meal supplementation. This study used 128 quails aged three weeks. This experiment was completely randomized designed (CRD) with four treatments and four replication. Dietary treatments were R0 (Control), R1 (6% NLM + 5% WB), R2 (6% NLM + 10% WB) and R3 (6% NLM + 15% WB). All data were subjected to analysis of variance and differences were tested by Duncan multiple range test. The results showed that dietary treatments was not significant (P>0.05) on liver, heart, kidney and intestine of quail. Nevertheless, dietary treatments was significant on percentage of quail gizzard (P<0.01) and ceacum (P<0.05). The addition of noni leaf meal and wheat bran up to 6% and 15%, accordingly, improved quail performance and productivity. Key words: internal organs of quail, morinda citrifolia, wheat bran
5
PERFORMA PRODUKSI DAN ORGAN DALAM PUYUH DIBERI PAKAN MENGANDUNG DEDAK GANDUM DAN TEPUNG DAUN MENGKUDU
ANAS MARDIANSYAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Pakan
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
6
7
Judul Nama NIM
: Performa Produksi dan Organ Dalam Puyuh Diberi Pakan Mengandung Dedak Gandum dan Tepung Daun Mengkudu : Anas Mardiansyah : D14104004
Disetujui oleh
Dr Rudi Afnan, SPt MScAgr Pembimbing I
Ir Widya Hermana, MSi Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Cece Sumantri, MAgrSc Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
8
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana. Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Dr Rudi Afnan, SPt MScAgr selaku dosen pembimbing utama dan Ir Widya Hermana, MSi selaku dosen pembimbing anggota yang telah membimbing selama proses pembuatan proposal, pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Dr Ir Sri Darwati, MSi dan Ir Dwi Margi Suci, MSi atas saran dan masukan untuk perbaikan skripsi pada ujian akhir sarjana, serta Prof Dr Ir Cece Sumantri, MAgrSc sebagai pembimbing akademik selama penulis menempuh studi pada program studi Ilmu Produksi Ternak Fakultas Peternakan IPB. Terima kasih kepada rekan penelitian Ruri, Sasih dan Ali atas kerjasama dan bantuannya selama penelitian. Keluarga tercinta Bapak, Mama (Alm), Kak Nining dan Bang Jon yang telah memberikan dorongan semangat, perhatian serta dukungan baik secara moril maupun materil bagi penulis. Penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2013 Penulis
9
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Alat Prosedur HASIL DAN PEMBAHASAN Pakan Penelitian Pengaruh Perlakuan terhadap Organ Dalam Performa Puyuh SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP
vii 1 1 2 2 2 2 2 4 4 6 6 6 10 13 14 16
10
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5
Susunan dan kandungan nutrien pakan penelitian 3 Kandungan nutrien dedak gandum 3 Hasil analisis proksimat tepung daun mengkudu 4 Kandungan nutrien pakan penelitian hasil analisis proksimat 6 Bobot dan persentase organ dalam hati, jantung, ginjal, rempela, sekum dan usus puyuh 7 6 Rataan bobot hidup, konsumsi, konversi pakan dan produksi telur 11
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Puyuh jepang (Coturnix-coturnix japonica) merupakan unggas yang berpotensi dibudidayakan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani berupa telur dan daging serta merupakan alternatif bisnis yang menguntungkan. Puyuh adalah unggas berbentuk fisik kecil dan penanganannya cukup mudah. Pemeliharaan puyuh memberikan keuntungan yaitu kebutuhan pakan, luas kandang dan biaya pemeliharaan yang kecil, serta menghasilkan daging dan telur dengan nilai gizi tinggi. C. japonica merupakan salah satu jenis unggas penghasil protein dengan siklus produksi yang cepat, sehingga cukup berperan penting dalam bidang penelitian dan ilmu pengetahuan. Menurut Tuleun dan Dashe (2010), puyuh mencapai dewasa kelamin sekitar umur enam minggu dan pada umumnya mencapai puncak produksi telur setelah 50 hari bertelur. Kelebihan dan keunggulan puyuh dapat dijadikan sebagai upaya untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat yang terus meningkat, salah satu upaya memenuhi kebutuhan tersebut adalah dengan meningkatkan produktivitas ternak puyuh baik daging maupun telur serta melalui manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan yang baik dengan harga murah dan tidak bersaing dengan manusia. Dedak gandum (wheat bran) dan tepung daun mengkudu sangat potensial dijadikan pakan alternatif. Dedak gandum merupakan hasil samping industri pengolahan gandum menjadi terigu. Dedak gandum mengandung protein kasar 15.7%, serat kasar 11% dan energi metabolis 1.300 kkal/kg (NRC 1994). Kandungan protein kasar tepung daun mengkudu sekitar 22.11% dan serat kasar sebesar 11.75% (Wardiny 2006). Pemanfaatan dedak gandum dan tepung daun mengkudu berkadar protein tinggi serta beberapa senyawa penting lainnya pada ransum puyuh sebagai pengganti jagung mengurangi persaingan dengan kebutuhan manusia. Dedak gandum dan tepung daun mengkudu berprotein kasar tinggi diharapkan mampu mencukupi kebutuhan protein puyuh. Menurut Lesson dan Summer (2005), dedak gandum dapat digunakan sampai taraf 20% dalam ransum unggas. Komposisi nutrien seperti energi metabolis, protein dan vitamin dalam dedak gandum dan tepung daun mengkudu sangat dibutuhkan untuk produktivitas puyuh. Vitamin A, Fe dan Zn yang terdapat pada tepung daun mengkudu berperan dalam pertumbuhan, peningkatan produktivitas dan kematangan seksual serta steroid yang dapat merangsang untuk mempercepat dewasa kelamin (Wardiny 2006). Selain itu, mengkudu merupakan sumber anti oksidan, mengandung zat yang dapat mencegah penyumbatan pembuluh darah dan beberapa manfaat lainnya (Fauziah 1999). Selain memiliki kandungan nutrien tinggi, kedua bahan pakan ini memiliki kandungan serat kasar yang cukup tinggi. Puyuh tidak mampu mencerna pakan berserat kasar tinggi. Hal ini menjadi suatu batasan penggunaannya sebagai bahan penyusun ransum puyuh. Kandungan serat kasar tinggi umumnya akan menyebabkan ternak beradaptasi untuk dapat mencerna pakan. Adaptasi banyak terjadi pada saluran pencernaan ataupun organ dalam ternak. Menurut Wahju
2
(1997), serat kasar sebagian besar terdiri dari selulosa dan lignin. Selulosa merupakan bagian dari tanaman yang hanya merupakan serat kasar dalam bahan makanan dan tidak dapat dicerna karena unggas tidak mempunyai enzim selulase dalam saluran pencernaannya. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian penggunaan bahan pakan dedak gandum dengan tepung daun mengkudu dan pengaruhnya terhadap perkembangan beberapa organ dalam puyuh.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi performa organ dalam puyuh (Corturnix-cortunix japonica) dengan pemberian dedak gandum dan tepung daun mengkudu dalam pakan.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan mengandung dedak gandum kasar dan tepung daun mengkudu terhadap performa organ dalam puyuh. Pengamatan juga dilakukan terhadap performa dan produksi telur untuk mengetahui pengaruh pakan perlakuan.
METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan September 2012 sampai November 2012. Pemeliharaan puyuh dilakukan di Kandang Unggas Blok C. Pemotongan dan pengamatan terhadap organ dalam puyuh dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ternak Unggas Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Bahan Ternak dan Pakan Puyuh yang digunakan jenis Corturnix-cortunix japonica sebanyak 128 ekor berumur 3 minggu diberikan pakan puyuh grower (komersial) dan layer (pakan penelitian). Bahan pakan yang digunakan adalah jagung kuning, tepung ikan, MBM, CaCO3, premix, bungkil kedelai dan DCP. Kandungan pakan disusun dengan protein kasar 18% dan energi metabolis 2.900 kkal/kg (Lesson dan Summer 2005). Susunan dan komposisi pakan penelitian hasil perhitungan disajikan pada Tabel 1.
3
Tabel 1 Susunan dan kandungan nutrien pakan penelitian Bahan Makanan R0 R1 R2 Jagung kuning 61 53.4 45.5 Bungkil kedelai 22 17.4 19 Tepung ikan 5 7 5 CPO 3.2 4.1 6.6 DCP 1 0.2 1 CaCO3 6.5 6.1 6 NaCl 0.3 0.3 0.3 Premix 0.3 0.3 0.3 L-lysine 0.2 0 0 DL-methionin 0.5 0.2 0.3 Dedak gandum 0 5 10 Tepung daun mengkudu 0 6 6 Jumlah 100.0 100.0 100.0 Bahan kering (%) 89.59 90.02 90.29 Protein kasar (%) 18.25 18.48 18.37 Lemak kasar (%) 5.73 6.54 8.71 Serat kasar (%) 2.24 4.21 4.56 Lysine (%) 1.29 1.07 1.03 Methionin (%) 0.86 0.55 0.62 Kalsium (%) 3.20 3.12 3.14 Fosfor (%) 0.54 0.49 0.59 Natrium (%) 0.18 0.19 0.18 EM (Kkal/kg) 2 967.50 2 954.70 2 958.79
R3 41.5 15.3 7 7.7 1 5.6 0.3 0.3 0 0.3 15 6 100.0 90.52 18.04 9.68 4.89 1.04 0.62 3.10 0.69 0.19 2 954.44
Keterangan: R0= Pakan kontrol (tanpa tepung daun mengkudu dan dedak gandum); R1=Pakan dengan tepung daun mengkudu 6% dan dedak gandum 5%; R2=Pakan dengan tepung daun mengkudu 6% dan dedak gandum 10%; R3=Pakan dengan tepung daun mengkudu 6% dan dedak gandum 15%.
Dedak Gandum (Wheat Bran) Dedak gandum berasal dari PT. Indofood Sukses Makmur Bogasari Flours Mills, Jakarta. Dedak gandum tidak diberikan perlakuan atau pengolahan lebih lanjut. Kandungan nutrien dedak gandum disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Kandungan nutrien dedak gandum Nutrien A Bahan kering (%) 89.0 Protein (%) 15.7 Lemak kasar (%) 3.0 Serat kasar (%) 11.0 Ca (%) 0.14 P (%) 1.15 EM (Kkal/kg) 1.300.0 Sumber : A: NRC (1994), B: Lesson dan Summer (2005)
B 90.0 15.8 4.8 10.4 0.10 0.20 1 580.0
4
Tepung Daun Mengkudu Daun mengkudu berasal dari kebun mengkudu di sekitar Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Daun mengkudu segar dipetik dan dipisahkan dari ranting-ranting. Daun dilayukan pada suhu ruang selama sehari dan dilanjutkan dengan pengeringan menggunakan oven pada suhu 60 oC. Setelah kering, daun digiling menjadi tepung. Kandungan nutrien tepung daun mengkudu diperlihatkan pada Tabel 3. Tabel 3 Hasil analisis proksimat tepung daun mengkudu Nutrien Jumlah Bahan kering (%) 92.92 Abu (%) 9.72 Protein kasar (%) 21.63 Serat kasar (%) 29.38 Lemak kasar (%) 3.06 Beta-N (%) 29.13 Ca (%) 2.28 P (%) 0.28 Energi bruto (Kal/g) 4 147.00 Sumber : Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (2012)
Alat Kandang batere sebanyak 16 petak dengan ukuran panjang 62 cm, lebar 50 cm, dan tinggi 27 cm ditempati oleh masing-masing 8 ekor puyuh. Setiap petak kandang dilengkapi satu tempat pakan dan satu tempat air minum galon. Peralatan lain yang digunakan adalah timbangan untuk menimbang puyuh dan pakan, termohigrometer, kipas angin, lampu, pisau, gunting, ember dan peralatan penunjang lainnya.
Prosedur Persiapan Kandang Kandang penelitian adalah kandang batere sistem koloni. Kandang dibersihkan dari kotoran menggunakan sapu dan sikat. Kandang dicuci dengan air dan disinfektan kemudian dibilas. Kandang disiram kembali kemudian dilakukan pengapuran. Kandang dibiarkan selama 3 hari setelah pengapuran sebelum puyuh dimasukkan. Pemeliharaan dan Pengambilan Sampel Puyuh yang dipelihara berumur 3 minggu dengan total 128 ekor dan diberi pakan sekali sehari sebanyak 25 g/ekor/hari. Puyuh ditempatkan dan dibagi ke dalam 16 petak kandang, dengan masing-masing sebanyak 8 ekor setiap petak. Air minum diberikan ad libitum. Puyuh dipelihara selama 12 minggu, penimbangan sisa pakan dilakukan setiap minggu.
5
Minggu pertama sampai minggu ke-dua merupakan fase adaptasi. Minggu ke-tiga dibiasakan dengan pakan komersial dan pakan perlakuan secara bertahap. Minggu ke-empat diberikan seluruh pakan perlakuan sampai akhir pemeliharaan (minggu ke-15). Selama pemeliharaan dilakukan pencatatan suhu setiap hari pada pagi, siang dan sore serta pengambilan telur dilakukan satu kali sehari pada pagi hari. Puyuh yang telah dipelihara ditimbang untuk mendapatkan bobot hidup. Pengambilan sampel organ dalam puyuh dari setiap perlakuan sebanyak 30%. Peubah yang Diamati 1. Persentase Bobot Organ Dalam Rataan persentase bobot organ dalam (hati, jantung, ginjal, ampela, sekum dan usus) diperoleh dengan cara membandingkan bobot organ dalam dengan bobot hidup lalu dikalikan 100%. 2. Performa Produksi Puyuh Performa produksi puyuh yang diamati meliputi bobot hidup, konsumsi pakan, konversi pakan dan produksi telur. Rancangan Percobaan dan Analisis Data Pakan perlakuan terdiri dari 4 macam yaitu: R0: Pakan kontrol (tanpa tepung daun mengkudu dan dedak gandum). R1: Pakan dengan tepung daun mengkudu 6% dan dedak gandum 5%. R2: Pakan dengan tepung daun mengkudu 6% dan dedak gandum 10%. R3: Pakan dengan tepung daun mengkudu 6% dan dedak gandum 15%. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Model matematik menurut Steel dan Torrie (1993): Yij = μ + τi + εij Keterangan: Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j Μ = Rataan umum τi = Pengaruh perlakuan ke-i (i= R1, R2, R3) εij = Pengaruh (galat) perlakuan ke-i ulangan ke-j
Data yang diperoleh dianalisis ragam (ANOVA) untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati. Jika didapatkan hasil berbeda nyata maka dilakukan dengan Uji Duncan.
6
HASIL DAN PEMBAHASAN Pakan Penelitian Susunan pakan yang digunakan pada penelitian ini sesuai untuk kebutuhan puyuh periode layer dengan acuan Lesson dan Summer (2005) dengan protein kasar 18% dan energi metabolis 2.900 kkal/kg. Kandungan nutrien pakan penelitian hasil analisis proksimat diperlihatkan pada Tabel 4. Tabel 4 Analisis proksimat kandungan nutrien pakan penelitian Kandungan Nutrien Pakan Zat Makanan R0 R1 R2 Bahan kering (%) 87.40 87.44 87.60 Protein kasar (%) 18.63 19.07 18.87 Serat kasar (%) 5.68 5.81 5.15 Lemak kasar (%) 3.86 4.17 7.74 Energi bruto (Kal/g) 3.802 3.827 3.830
R3 87.17 19.27 5.52 5.52 3.609
Sumber: Hasil Analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (2013)
Nutrien pakan berdasarkan perhitungan diperoleh rataan untuk protein kasar 18.04%-18.48%, serat kasar 2.24%-4.89%, lemak kasar 5.73%-9.68% dan energi metabolis 2.954-2.968 kkal/kg. Hasil ini sesuai dengan persyaratan mutu untuk pakan puyuh petelur (quail layer) menurut (SNI 2006), yaitu dengan energi metabolis min. 2.700 kkal/kg, protein kasar min. 17% dan serat kasar maks. 7%. Namun, nilai lemak kasar pakan penelitian R2 dan R3 hasil perhitungan (Tabel 1) lebih tinggi dari persyaratan yaitu sebesar 8.71% dan 9.68%. Kandungan nutrien hasil perhitungan dan analisis proksimat beberapa kandungan nutrien pakan berbeda. Analisis proksimat pakan mengukur kandungan rataan protein kasar 18.63%-19.27%, serat kasar 5.15%-5.81%, lemak kasar 3.86%-7.74% dan energi bruto (3.609-3.830 kal/gram). Perbedaan kandungan nutrien pakan dalam ransum sesuai standar yang ditetapkan. Perbedaan nutrien pakan biasanya disebabkan oleh variasi bahan pakan penyusun ransum (Hasanah 2002). Penelitian tentang serat kasar sudah banyak dilakukan dimana serat kasar hanya dapat dimanfaatkan tubuh melalui proses fermentasi saluran pencernaan sedangkan pada unggas proses tersebut sangat terbatas sehingga bahan pakan mengandung serat kasar tinggi umumnya sukar dimanfaatkan (Sari 2004). Selain itu, pakan yang lebih tinggi kandungan serat kasarnya lebih amba dan umumnya lebih rendah kecernaan dan nilai energinya (Amrullah 2004).
Pengaruh Perlakuan terhadap Organ Dalam Rataan bobot dan persentase organ dalam hati, jantung, ginjal, rempela, sekum dan usus puyuh disajikan pada Tabel 5.
7
Tabel 5 Bobot dan persentase organ dalam hati, jantung, dan usus puyuh Perlakuan Peubah R0 R1 R2 Hati (g) 4.19±0.33 3.87±0,24 4.02±0,23 (%) 2.82±0.15 2.80±0,11 2.72±0,13 Jantung (g) 1.14±0.14 1.18±0.04 1.23±0.10 (%) 0.76±0.07 0.85±0.02 0.84±0.05 Ginjal (g) 0.87±0.08 0.78±0.09 0.91±0.04 (%) 0.59±0.07 0.56±0.05 0.61±0.03 Rempela (g) 2.54±0.14B 3.13±0.09A 3.12±0.29A (%) 1.71±0.04C 2.28±0.01AB 2.10±0.14B Sekum (g) 0.80±0.05b 0.87±0.13b 0.89±0.10b (%) 0.53±0.03b 0.63±0.08ab 0.60±0.07ab Usus (g) 5.42±0.72 5.48±0.18 5.42±0.47 (%) 3.63±0.33 3.96±0.12 3.66±0.22
ginjal, rempela, sekum
R3
P
3.89±0.19 2.68±0.11
0.295 0.385
1.19±0.14 0.82±0.05
0.725 0.147
0.90±0.08 0.62±0.05
0.094 0.327
3.39±0.25A 2.33±0.16A
0.001 0.000
1.07±0.18a 0.74±0.16a
0.045 0.045
5.38±0.53 3.70±0.33
0.993 0.319
Keterangan: R0= Pakan kontrol; R1=Pakan dengan tepung daun mengkudu 6% dan dedak gandum 5%; R2=Pakan dengan tepung daun mengkudu 6% dan dedak gandum 10%; R3=Pakan dengan tepung daun mengkudu 6% dan dedak gandum 15%. P=Probabilitas Nilai dengan huruf kapital berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan sangat nyata P<0.01. Nilai dengan huruf kecil berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata P<0.05.
Bobot dan Persentase Hati Rataan bobot hati puyuh yang diperoleh pada penelitian ini berkisar antara 3.87-4.19 g/ekor, dan rataan persentase bobot hati berkisar antara 2.68%-2.82%. Persentase bobot hati tertinggi diperoleh pada R0 dengan persentase bobot hati sebesar 2.82%, sedangkan persentase berat hati terendah diperoleh pada perlakuan R3 sebesar 2.68%. Namun, analisis ragam menyatakan bahwa bobot hati dan persentase bobot hati tidak berbeda nyata dan tidak dipengaruhi oleh taraf pemakaian tepung daun mengkudu dan dedak gandum. Rataan persentase hati puyuh lebih tinggi yang dilaporkan oleh Marginingsih (2004) yaitu kisaran 1.96%-2.20%. Kerusakan hati disebabkan karena ketidakmampuan hati dalam membakar lemak yang mengakibatkan terjadinya penimbunan lemak. Peningkatan kadar bahan pakan berserat kasar tinggi seperti tepung daun mengkudu dan dedak gandum menyebabkan konsentrasi lemak susunan nutrien pakan meningkat. Meskipun demikian, peningkatan rataan kandungan lemak kasar dalam pakan sekitar 3.86%-7.74% masih optimal dan tidak menggangu kerja hati, meskipun kandungan lemak kasar dalam pakan lebih tinggi dari standar mutu pakan puyuh (quail layer) yaitu maksimal 7.0% (SNI 2006).
8
Jumlah imbangan energi dan protein pakan puyuh penelitian tidak menyebabkan peningkatan lemak dalam pakan, sehingga tidak terjadi penimbunan lemak pada puyuh yang menyebabkan kerusakan hati akibat meningkatnya kerja hati. Wahju (1997) menyatakan, kelebihan energi dalam jumlah sedikit tidak menyebabkan tanda-tanda yang jelas kecuali ada tambahan penimbunan lemak. Bobot dan Persentase Jantung Rataan bobot dan persentase bobot jantung puyuh secara keseluruhan mengalami peningkatan dengan pemberian pakan perlakuan. Rataan bobot jantung puyuh yang diperoleh pada penelitian ini berkisar antara 1.14-1.23 g/ekor, dan rataan persentase bobot jantung berkisar antara 0.76%-0.85%. Analisis ragam menunjukkan bobot dan persentase bobot jantung puyuh tidak berbeda nyata untuk setiap pakan perlakuan. Jantung merupakan organ yang berfungsi menyalurkan darah ke seluruh tubuh untuk membantu proses metabolisme. Meningkatnya aktivitas ternak akan meningkatkan proses metabolisme dalam tubuh sehingga kerja jantung semakin meningkat. Perubahan ukuran jantung juga dapat disebabkan oleh infeksi penyakit atau racun dalam pakan (Hermana et al. 2008). Persentase bobot jantung puyuh penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan dilaporkan Marginingsih (2004) yaitu sekitar 0.91%-1.10%. Penggunaan tepung daun mengkudu dan dedak gandum sampai taraf 6% dan 15% dalam pakan tidak menyebabkan terjadinya keracunan dan tidak meningkatkan kerja jantung puyuh. Pakan perlakuan cenderung meningkatkan persentase bobot jantung dibandingkan pakan kontrol R0, namun tidak berpengaruh nyata. Hal ini menujukkan penggunaan tepung daun mengkudu dan dedak gandum cukup efektif karena merupakan tumbuhan non toksik serta tidak menyebabkan kerja jantung meningkat. Pramono (2002) dalam penelitiannya melaporkan pemberian ransum dedak gandum kasar sampai taraf 20% dalam pakan tidak mempengaruhi aktivitas jantung ayam broiler, sehingga ukuran jantung masih normal sesuai dengan ukuran berat badannya. Bobot dan Persentase Ginjal Rataan bobot ginjal puyuh pada penelitian ini berkisar antara 0.78-0.91 g/ekor, dan rataan persentase bobot ginjal berkisar antara 0.56%-0.62%. Persentase bobot ginjal tertinggi ditemukan pada R3 dengan persentase bobot ginjal sebesar 0.62%, sedangkan persentase bobot ginjal terendah diperoleh pada perlakuan R1 sebesar 0.56%. Analisis ragam menunjukkan penggunaan tepung daun mengkudu dan dedak gandum dalam pakan puyuh tidak memberikan perbedaan nyata terhadap persentase ginjal. Hal ini menunjukkan rataan berat ginjal puyuh yang mendapatkan pakan dengan dan tanpa penambahan tepung daun mengkudu dan dedak gandum menghasilkan rataan berat ginjal yang sama. Ginjal merupakan organ yang bekerja untuk mempertahankan keseimbangan darah dengan mengeluarkan sisa metabolisme dan bahan-bahan asing yang terlarut dalam darah. Menurut Hasanah (2002), kelainan pada ginjal ditunjukkan dengan adanya bintik-bintik putih pada ginjal akibat terjadinya kelainan metabolisme. Kelainan-kelainan tersebut tidak ditemukan pada ginjal puyuh penelitian. Hal ini menunjukkan taraf kombinasi pakan perlakuan tidak mempengaruhi perkembangan ginjal puyuh.
9
Bobot dan Persentase Rempela Rataan bobot rempela puyuh pada penelitian ini berkisar antara 2.54-3.39 g/ekor, dan rataan persentase bobot rempela berkisar antara 1.71%-2.33%. Rataan bobot dan persentase bobot rempela puyuh penelitian lebih tinggi dibandingkan penelitian Marginingsih (2004) yaitu berturut-turut 1.77-2.20 gram dan 2.0%2.19%. Analisis ragam menunjukkan penggunaan tepung daun mengkudu dan dedak gandum berpengaruh sangat nyata terhadap bobot dan persentase bobot rempela. Hasil uji jarak Duncan menunjukkan pakan R0 memberikan rataan bobot rempela yang sangat nyata lebih rendah dibandingkan rataan bobot rempela pakan R1, R2 dan R3. Pakan perlakuan R1, R2 dan R3 tidak menunjukkan perbedaan nyata terhadap bobot rempela. Uji jarak Duncan terhadap persentase bobot rempela menunjukan persentase rempela puyuh diberi pakan R0 (1.71%) sangat nyata (P<0.01) lebih rendah dibandingkan dengan pakan R2 (2.10%), R1 (2.28%) dan R3 (2.33%). Persentase bobot rempela puyuh yang mendapat pakan R2 sangat nyata (P<0.01) lebih rendah dibandingkan dengan pakan R3, sedangkan persentase rempela puyuh diberikan pakan R1 tidak menunjukkan perbedaan dengan pakan R2 dan R3. Tada et al. (2004) menyebutkan pemberian pakan yang memiliki serat kasar tinggi (singkong) dapat mengakibatkan peningkatan bobot rempela. Peningkatan terjadi karena organ tersebut bekerja untuk mengatasi adanya peningkatan kandungan serat pakan. Tingginya nilai bobot dan persentase bobot rempela pakan perlakuan R1, R2, dan R3 dibandingkan pakan R0 diduga seiring dengan meningkatnnya serat kasar dalam ransum, rempela akan lebih bekerja keras dalam mencerna pakan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Amrullah (2004) bahwa di dalam rempela berlangsung mastikasi (makanan dicerna secara mekanis). Unggas yang memperoleh makanan yang kasar memiliki ukuran rempela yang jauh lebih besar. Bobot dan Persentase Sekum Rataan bobot sekum puyuh pada penelitian ini berkisar antara 0.80-1.07 g/ekor, dan rataan persentase bobot sekum berkisar antara 0.53%-0.74%. Analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan tepung daun mengkudu dan dedak gandum berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap bobot sekum puyuh. Uji jarak Duncan memperlihatkan pakan R3 nyata mengakibatkan bobot sekum lebih tinggi dibandingkan dengan pakan R0, R1 dan R2. Analisis ragam menunjukkan persentase bobot sekum berpengaruh nyata pada taraf (P<0.05). Puyuh dengan pakan R3 nyata memiliki persentase sekum lebih tinggi. Pakan perlakuan R1, R2 dan R3 sama dan tidak berbeda nyata. Pakan R0 memiliki nilai rataan persentase sekum terendah dibandingkan pakan perlakuannya. Usaha pemrosesan serat oleh sekum dapat menyebabkan berat dan panjang sekum cenderung meningkat dengan meningkatnya serat kasar dalam ransum. Menurut Ciftci et al. (2003), peningkatan ukuran jaringan sistem pencernaan dan sekum dipengaruhi oleh pemberian serat yang tinggi pada pakan. Hal ini terlihat pada kandungan serat kasar pakan hasil perhitungan diketahui serat kasar meningkat seiring dengan peningkatan taraf penggunaan tepung daun mengkudu dan dedak gandum. Sekum adalah saluran usus buntu yang terletak antara sambungan usus kecil dan usus besar yang berfungsi membantu menyerap air serta mencerna
10
karbohidrat dan protein dengan bantuan bakteri yang ada di dalamnya. Ningtyas (2007) dalam penelitiannya melaporkan penambahan bungkil biji jarak mengandung serat kasar 20.05% dengan taraf sampai 1.5% pada ransum puyuh nyata meningkatkan persentase bobot sekum sekitar 0.43%-0.74%. Rataan persentase bobot sekum puyuh penelitian lebih tinggi yaitu berkisar antara 0.53%0.74%. Hal ini menunjukkan penambahan bahan pakan berserat dalam ransum mempengaruhi kerja bakteri dan mikroba sekum. Pond et al. (1995) menyebutkan, sebagian serat dapat dicerna dalam sekum yang disebabkan adanya bakteri fermentasi tapi jumlahnya sangat rendah dibandingkan pada sebagian spesies ruminansia. Akibatnya, penambahan taraf penggunaan tepung daun mengkudu dan dedak gandum pada pakan memberikan pengaruh terhadap derajat absorbsi dan pencernaan dalam sekum puyuh. Bobot dan Persentase Usus Usus merupakan organ yang berperan aktif dalam proses penyerapan zat-zat makanan dalam tubuh. Tingginya nilai rataan persentase bobot usus dijadikan indikasi bahwa kerja usus mengalami peningkatan ketika mencerna pakan yang sulit dicerna (serat kasar). Rataan bobot usus puyuh pada penelitian ini berkisar antara 5.42-5.48 g/ekor, dan rataan persentase bobot usus berkisar antara 3.63%3.96%. Analisis ragam meunjukkan pemberian pakan perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap bobot dan persentase usus puyuh. Kombinasi jumlah tepung daun mengkudu dan dedak gandum dalam pakan tidak berpengaruh terhadap kerja dan perkembangan usus puyuh. Ukuran panjang, tebal dan bobot berbagai saluran pencernaan dapat berubah selama proses perkembangan yang dipengaruhi oleh jenis pakan. Pakan berserat tinggi dapat memperberat, memperpanjang dan mempertebal berbagai saluran pencernaan (Amrullah 2004). Penggunaan tepung daun mengkudu dan dedak gandum pada taraf pakan perlakuan tidak menyebabkan perubahan ukuran dan kerja usus puyuh. Penambahan tepung daun mengkudu dan dedak gandum pada pakan cenderung meningkatkan persentase usus. Persentase usus berturut-turut R1 3.96%, R3 3.70%), R2 3.66% dan pakan kontrol R0 3.63%. Meningkatnya kandungan serat kasar pakan akibat penambahan tepung daun mengkudu dan dedak gandum masih dapat ditolerir usus puyuh, meskipun aktivitas kerja usus meningkat namun tidak berpengaruh terhadap nilai rataan persentase usus. Hal ini diduga karena kandungan serat kasar pakan sekitar 5.15%-5.81% masih dalam kisaran normal. Menurut SNI (2006), kandungan serat kasar puyuh bertelur (quail layer) maksimum 7%. Semakin tinggi kadar serat kasar dalam ransum, maka laju kecernaan dan penyerapan zat makanan semakin lambat, sehingga untuk memaksimalkan penyerapan zat makanan tersebut maka daerah penyerapan akan diperluas atau diperpanjang (Hermana et al. 2008).
Performa Puyuh Performa puyuh yang baik dapat dicapai dengan manajemen pemeliharaan yang baik dengan memperhatikan faktor di dalamnya serta sarana dan prasarana yang memadai. Menurut Permentan (2008), beberapa sarana dan prasarana
11
budidaya puyuh yang baik antara lain tersedianya lahan, lokasi dan bangunan, penyediaan air, peralatan kandang, bibit, pakan dan obat-obatan yang memadai. Pengukuran suhu dan kelembaban kandang selama penelitian menggunakan termohigrometer. Suhu kandang puyuh penelitian sekitar 24.53 oC dengan kelembaban 71.31%. Suhu kandang penelitian ini sesuai dengan suhu optimal kandang puyuh yang baik yaitu 21-26.5 oC dengan kelembaban 70-80% (Permentan 2008). Hasil rataan bobot hidup, konsumsi pakan, konversi pakan dan produksi telur quail day puyuh ditunjukkan Tabel 6. Tabel 6. Rataan bobot hidup, konsumsi, konversi pakan dan produksi telur Perlakuan Peubah R0 R1 R2 R3 Bobot 149.23±6.07 138.47±3.91 148.19±7.81 145.78±9.72 hidup (g) Konsumsi 20.77±1.27B 23.10±0.10A 22.71±1.16A 23.70±0.72A pakan (g) Konversi 2.68±0.13b 3.40±0.24a 3.11±0.52ab 3.06±0.18ab pakan (g) Produksi 71.92±5.22 63.25±6.50 67.27±13.11 72.17±9.31 telur (%)
P 0.198 0.005 0.043 0.479
Keterangan: Nilai dengan huruf kapital berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan sangat nyata P<0.01. Nilai dengan huruf kecil berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata P<0.05. P=Probabilitas.
Bobot Hidup Secara umum pakan kontrol (R0) menghasilkan bobot hidup lebih tinggi dibandingkan pakan perlakuan lainnya. Pemberian pakan kontrol memiliki rataan bobot hidup tertinggi pada puyuh penelitian yaitu sebesar 149.23 g/ekor sedangkan rataan bobot hidup terendah ditunjukkan pada puyuh yang diberikan pakan R1 sebesar 138.47 g/ekor. Analisis ragam menunjukkan penambahan taraf tepung daun mengkudu dan dedak gandum dalam pakan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap bobot hidup puyuh. Bobot hidup puyuh penelitian berkisar antara 138.47-149.23 g/ekor, dan lebih rendah dari berat badan optimum puyuh betina yaitu sekitar 140-150 g/ekor (Permentan 2008). Rendahnya bobot hidup puyuh yang diberikan pakan perlakuan dapat disebabkan kandungan serat kasar yang tinggi dibandingkan pakan perlakuan. Menurut Watihheluw (2007), pakan dengan serat kasar tinggi dapat mengurangi berat badan karena serat makanan akan tinggal dalam saluran pencernaan dalam waktu relatif singkat sehingga absorbsi zat makanan berkurang. Serat kasar yang tidak dapat dicerna oleh ternak dapat membawa zat-zat makanan yang dapat dicerna dari bahan makanan lain yang keluar dengan feses (Wahju 1997). Zat makanan yang keluar bersamaan dengan feses masih dibutuhkan dan belum diserap oleh tubuh, sehingga puyuh mengalami kekurangan zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk pertambahan bobot badan.
12
Konsumsi Pakan Rataan konsumsi pakan puyuh seluruh perlakuan selama penelitian berkisar antara 20.64-23.50 g/ekor/hari. Rataan konsumsi pakan ini lebih rendah dibandingkan hasil Wiradimadja (2007) sekitar 23.12-23.71 g/ekor/hari pada puyuh umur pemeliharaan 4-20 minggu. Pemberian pakan tanpa penambahan tepung daun mengkudu dan dedak gandum (R0) menghasilkan konsumsi pakan terendah sebesar 20.77 g/ekor/hari dan tertinggi pada pakan perlakuan R3 sebesar 23.70 g/ekor/hari. Konsumsi pakan meningkat seiring dengan meningkatnya kandungan serat kasar pakan. Analisis ragam menunjukkan pemberian pakan dengan penambahan dedak gandum dan tepung daun mengkudu yang mengandung serat kasar tinggi memberikan perbedaan nyata (P<0.05) terhadap konsumsi pakan. Uji jarak Duncan menunjukkan penambahan pakan perlakuan memiliki konsumsi pakan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol (R0). Hal ini sesuai pendapat Wardiny (2006) bahwa semakin tinggi kandungan serat kasar pakan maka semakin sedikit konsumsi pakan dan konsumsi energi rendah, sehingga puyuh cenderung meningkatkan konsumsi pakan untuk memenuhi kebutuhan energi jika diberikan pakan dengan serat kasar tinggi. Peningkatan konsumsi pakan tidak diikuti oleh pertambahan bobot badan puyuh. Rataan pertambahan bobot badan puyuh selama 12 minggu pemeliharaan yaitu 22.54 g/ekor (R0), 21.98 g/ekor (R1), 10.39 g/ekor (R2), 8.66 g/ekor (R3). Keadaan ini diduga disebabkan pakan yang dikonsumsi oleh puyuh sulit untuk dicerna sehingga nutrien yang diperoleh rendah. Menurut Ramli et al. (2005) konsumsi yang lebih tinggi akan diikuti dengan PBB dan bobot akhir yang tinggi pula. Pertambahan bobot badan (PBB) yang rendah dapat disebabkan kandungan tanin tepung daun mengkudu dan wheat bran. Menurut Marginingsih (2004), Dedak gandum mengandung tanin 0.2%-2.0%. Tingkat tanin dalam pakan lebih dari 0.5% dapat menekan pertumbuhan unggas (Wahju 1997). Konversi Pakan Konversi pakan merupakan ukuran tingkat kualitas dan efisiensi penggunaan pakan serta keberhasilan pakan dalam menunjang nilai produksi ternak. Konversi pakan hasil analisis ragam berbeda nyata (P<0.05) akibat penambahan tepung daun mengkudu dan dedak gandum. Nilai konversi pakan puyuh penelititan berkisar 2.68-3.40 gram. Rataan konversi yang diperoleh masih lebih baik dibandingkan penelitian Setiyantari (2003) yaitu sekitar 3.46-3.71 gram. Uji jarak Duncan menunjukkan nilai konversi ransum R1 nyata lebih tinggi dibandingkan ketiga pakan perlakuan lainnya (R0, R2 dan R3). Pakan R0, R2 dan R3 tidak memberikan perbedaan nyata. Kandungan serat kasar dalam pakan meningkat seiring dengan penambahan dedak gandum dalam pakan. Namun hal tersebut tidak sesuai dengan efisiensi kualitas pakan. Nilai konversi pakan dengan penambah dedak gandum 5% (R1) kurang efisien dibandingkan dengan dedak gandum 10% (R2) dan 15% (R3). Hal ini dapat disebabkan oleh faktor palatabilitas pakan. Penambahan tepung daun mengkudu dan dedak gandum yang mengandung serat kasar tinggi pada pakan puyuh akan memperburuk nilai konversi ransum. Artinya, serat kasar tinggi dalam ransum tersebut akan cenderung menurunkan
13
efisiensi pakan. Menurut Ramli et al. (2005), pemberian pakan berserat tinggi seperti dedak gandum pada unggas dapat menurunkan kecernaan, efisiensi pakan dan performa. Pakan R0 masih lebih efisen dibandingkan dengan pakan perlakuan lainnya karena menghasilkan nilai konversi yang lebih kecil, yaitu 1 gram bobot telur membutuhkan 2.68 gram pakan. Produksi Telur Produksi telur dihitung berdasarkan quail day production selama 6 minggu pemeliharaan dengan umur puyuh 8-13 minggu. Rataan produksi telur puyuh penelitian berkisar antara 63.25%-72.17%. Rataan produksi telur puyuh penelitian lebih tinggi dibandingkan penelitian Wiradimadja (2007) dengan rataan 55.56%66.85% pada umur pemeliharaan 8-24 minggu. Analisis ragam produksi telur menunjukkan pemberian pakan perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi telur. Produksi telur tertinggi pada puyuh penelitian diperoleh pada puyuh diberikan pakan R3 sebesar 72.17% dan terendah pada pakan R1 sekitar 63.25%. Produksi telur tertinggi yang dicapai pada pemberian pakan R3 diakibatkan kandungan protein kasar lebih tinggi dibandingkan pakan perlakuan lainnya yaitu 19.27%. Suprijatna et al. (2008) menyebutkan penampilan produksi puyuh yang memperoleh protein standar (20%) lebih baik dibandingkan puyuh yang memperoleh ransum protein rendah (18%). Produksi telur sangat ditentukan oleh konsumsi pakan, kandungan protein pakan dan faktor hormonal dalam proses pembentukan telur (Triyanto 2007). Tingginya persentase produksi telur pada pakan R3 tidak diimbangi dengan peningkatan berat telur yang diperoleh, hal ini diakibatkan penambahan pakan berserat kasar tinggi berpotensi menurunkan bobot hidup puyuh sehingga mengakibatkan bobot telur yang dihasilkan cenderung lebih kecil.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pemberian tepung daun mengkudu dan dedak gandum dalam pakan puyuh periode layer sampai taraf masing-masing 6% dan 15% masih dapat ditoleransi oleh puyuh, sehingga tidak mempengaruhi perkembangan organ dalam puyuh seperti hati, jantung, ginjal dan usus. Peningkatan taraf penggunaan dedak gandum meningkatkan kerja rempela dan sekum puyuh, tetapi tidak berpengaruh terhadap performa dan produksi puyuh. Penambahan tepung daun mengkudu dan dedak gandum pada pakan sejauh ini mampu mempertahankan produksi telur yang cukup tinggi. Namun performa puyuh dengan pemberian pakan kontrol pada penelitian masih lebih baik dibandingkan pakan perlakuan lainnya.
14
Saran Perlu dilakukan analisis lebih lanjut tentang kandungan senyawa antinutrisi dari kedua bahan pakan alternatif. Penimbangan organ dalam usus sebaiknya dilakukan pemisahan antara usus halus dan usus besar karena masing-masing memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam proses pencernaan.
DAFTAR PUSTAKA Amrullah IK. 2004. Seri Beternak Mandiri. Nutrisi Ayam Petelur. Ed ke-3. Bogor (ID): Lembaga Satu Gunungbudi. Ciftci I, Yenice E, Eleroglu H. 2003. Use of triticale alone and in combination with wheat or maize: effects of diet type and enzyme supplementation on hen performance, egg quality, organ weights, intestinal viscosity and digestive system characteristics. Anim Feed Sci and Tech. 105:149-161. Fauziah S. 1999. Tanaman Obat Keluarga. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Hasanah S. 2002. Pengaruh pemberian silase ikan-tape ubi kayu terhadap persentase berat karkas, lemak abdomen dan organ dalam ayam broiler [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hermana W, Puspitasri DI, Wiryawan KG, Suharti S. 2008. Pemberian tepung daun salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) dalam ransum sebagai bahan antibakteri Escherichia coli terhadap organ dalam ayam broiler. Med Pet. 31(1):63-70. Lesson S, Summers JD. 2005. Commercial Poultry Nutrition. Ed ke-3. Ontario Canada (US): Nottingham University Press. Marginingsih AR. 2004. Evaluasi pemberian kombinasi eceng gondok (Eichhornia crassipes), minyak ikan hiu botol dan wheat bran terhadap persentase bobot karkas dan organ dalam puyuh jantan (Coturnix-coturnix japonica) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Ningtyas VN. 2007. Pengaruh substitusi bungkil kedelai dengan bungkil jarak kastor (Ricinus communis Linn) terhadap performa puyuh (Coturnixcoturnix japonica) periode bertelur [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [NRC] National Research Council. 1994. Nutrient Requirement of Poultry. Ed ke9. Washington (US): National Academy Press. [Permentan] Peraturan Menteri Pertanian. 2008. Pedoman budidaya burung puyuh yang baik. Jakarta (ID): Nomor 05/permentan/OT.140/1/2008. Pond WG, Church DC, Pond KR. 1995. Basic Animal Nutrition and Feeding. Ed ke-4. New York (US): John Wiley & Sons. Pramono E. 2002. Respons ayam broiler dengan pemberian ransum starter yang mengandung dedak gandum kasar pada periode 0-4 minggu terhadap pertumbuhan kompensasi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Ramli N, Haryadi RA, Dinata DG. 2005. Evaluasi kualitas nutrien dedak gandum hasil olahan enzim yang diproduksi Aspergillus niger dan Trichoderma viride pada pakan ayam broiler. Med Pet. 28(3):124-129.
15
Sari SA. 2004. Respon ayam broiler terhadap teknik pertumbuhan kompensasi: taraf pemakaian serbuk gergaji dan minyak ikan terhadap organ dalam dan organ pencernaan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Setiyantari Y. 2003. Pemberian eceng gondok (Eichhornia crassipes), dedak gandum kasar dan minyak ikan hiu terhadap performan periode pertumbuhan burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [SNI] Standar Nasional Indonesia. 2006. Persyaratan mutu untuk pakan puyuh petelur (quail layer). Nomor SNI 01-3907-2006. Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika, Suatu Pendekatan Biometrik. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Suprijatna E, Kismiati S, Furi NR. 2008. Penampilan produksi dan kualitas telur pada puyuh (Coturnix-coturnix japonica) yang memperoleh ransum protein rendah disuplementasi enzim komersial. J Indon Trop Anim Agric. 33(1):6671. Tada O, Mutungamiri A, Rukuni T, Maphosa T. 2004. Evaluation of performance of broiler chicken fed on cassava flour as direct subtitute of maize. African Crop Science Journal. 12(3):267-273. Triyanto. 2007. Performa produksi burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica) periode produksi umur 6-13 minggu pada lama pencahayaan yang berbeda [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Tuleun CD, Dashe NA. 2010. Effect of dietary levels of toasted mucuna seed meal (tmsm) on the performance and egg quality parameters of laying japanese quails (Coturnix-coturnix japonica). Int J Poult Sci. 9(12):10921096. Wahju J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Ed ke-4. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Wardiny TM. 2006. Kandungan kolesterol, vitamin A dan C telur ayam yang diberi mengkudu (Morinda citrifolia) dalam pakan [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Wattiheluw MJ. 2007. Pengaruh pemberian ekstrak daun saga, sambiloto dan pare terhadap diferensiasi sel-sel leukosit, kandungan Fe, Zn dan hormon testoteron dalam plasma burung perkutut (Geopelia striata L.) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Wiradimadja R. 2007. Dinamika status kolesterol pada puyuh jepang (Coturnixcoturnix japonica) yang diberi daun katuk (Saurapus androgynus L.Merr.) dalam ransum [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
16
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada tanggal 18 April 1988. Penulis merupakan putra ke-tiga dari tiga bersaudara dari pasangan Ayahanda Lukman S.Pd dan Ibunda Jubaidah (alm). Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 2 KOTA BIMA dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswa Diploma IPB Program Keahlian Teknologi dan Manajemen Ternak dan lulus tahun 2010. Selama masa perkuliahan, penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang di Rumah Pemotongan Ayam (RPA) PT Sierad Produce Tbk. Parung-Bogor dan PT Greenfields Indonesia Malang-Jawa Timur. Selanjutnya pada tahun 2010, penulis melanjutkan pendidikan Sarjana Program Alih Jenis jurusan Ilmu Produksi Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.