13
3 PERFORMA DAN KUALITAS TELUR PUYUH YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG STEROL DARI TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus) DAN MURBEI (Morus alba) ABSTRACT Katuk (Sauropus androgynus) and mulberry (Morus alba) leaves meal contain cholesterol, campesterol, stigmasterol, sitosterol, and 2-4α-methylsterol. These active substances were expected to increase nutrients metabolism in laying poultry including quail. Poultry in layer period have high nutrients requirement and mobilization. Usage katuk and mulberry leaves meal in the diet was expected to increase egg quality. Four dietary treatments, and 5 replications of 15 quails of 6 weeks of age each, were allocated in a completely randomized design. Parameters observed were feed consumption, egg weight, quail day production and egg quality. The results showed that feed consumption and egg weight were not affected by the treatments, while egg production was significantly decreased by feeding the 10% mulberry leaf meal as well as the mixture of 5% katuk and mulberry leaf meal (P<0.05). Feeding 10% katuk leaf meal did not affect the perfomances of the quail, but the egg indicated the highest vitamin A and yolk colour score. It was concluded that 10% katuk leaf meal could be fed to the laying quail to increase the egg quality without decreasing the production. Keywords: egg, yolk, katuk, quail, mulberry, ABSTRAK Tepung daun katuk dan murbei mengandung kolesterol, campesterol, stigmasterol, sitosterol dan 2-4α-methylsterol) Zat aktif tersebut diharapkan dapat meningkatkan metabolisme nutrien pada unggas petelur termasuk puyuh. Unggas periode bertelur memiliki kebutuhan dan mobilisasi nutrien yang tinggi. Penggunaan tepung daun katuk dan murbei dalam pakan diharapkan dapat meningkatkan kualitas telur dan memperpanjang periode produksi telur. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan, 5 ulangan dengan 15 ekor puyuh berumur 6 minggu per ulangan. Peubah yang diamati adalah konsumsi pakan, bobot telur, produksi telur (%QD Productions) dan kualitas telur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi pakan dan bobot telur tidak dipengaruhi oleh perlakuan, sedangkan produksi telur nyata (P<0.05) menurun dengan penggunaan 10% tepung daun murbei dan campuran 5%tepung daun katuk dan 5%tepung daun murbei. Pemberian 10% tepung daun katuk tidak mempengaruhi performa puyuh, namun menghasilkan vitamin A dan warna kuning telur yang paling tinggi. Kesimpulan penelitian ini adalah tepung daun katuk dapat diberikan sampai 10% dalam pakan puyuh petelur untuk meningkatkan kualitas telur tanpa menurunkan produksi. Kata kunci: puyuh, katuk, murbei, kualitas, telur.
14
PENDAHULUAN Puyuh merupakan salah satu jenis unggas yang potensial sebagai sumber protein hewani berupa telur dan daging. Kebutuhan dan penggunaan nutrien pada puyuh petelur sangat tinggi. Ketidakseimbangan asupan dan mobilisasi nutrien menyebabkan penurunan produksi dan kualitas telur. Produktivitas puyuh dipengaruhi kandungan nutrien dalam pakan yang diberikan selama pemeliharaan. Nutrien dalam pakan harus seimbang dan memiliki kecernaan yang tinggi. Tepung daun katuk (Sauropus androgynus) adalah salah satu jenis sayuran yang biasu dikonsumsi oleh penduduk di Asia untuk meningkatkan produksi air susu, obet anti demam, diuretika dan frambusia, juga baik sebagai pewarna makanan. Malik (1997) melaporkan bahwa kauk mengandung minyak volatil, sterol, saponin, flavonoid, asam organik, asam amino, alkaloid, dan tanin. Tepung daun katuk adalah salah satu sumber provitamin A dalam bentuk karoten. Karoten yang penting untuk manusia adalah β-caroten yang memiliki aktivitas tertinggi (Yuliani dan Marwati, 1997). Karoten yang terkandung dalam tepung daun katuk adalah 10.020 µg per 100 g (Azis dan Muktiningsih, 2006). Tepung daun murbei juga mengandung banyak phytokimia, saperti alkaloid, polifenol, flavonoid, anticyanin (Song et al. 2009) and sterol (cholesterol, campesterol, stigmasterol, sitosterol and two 4α-methylsterol) (Zambakhidze et al. 2005). Tepung daun katuk dan murbei dapat digunakan sebagai sumber senyawa fitokimia yang potensial dalam pakan puyuh. Subekti et al. (2008) melaporkan bahwa penggunaan tepung daun katuk dalam pakan menghasilkan performa reproduksi yang lebih baik pada puyuh. Piliang et al. (2009a) memperlihatkan bahwa penggunaan tepung daun katuk, tepung daun murbei serta campurannya dalam pakan puyuh menghasilkan kandungan vitamin A telur dan daging yang tinggi, tetapi perlakuan tersebut menurunkan kuantitas telur. Penurunan produksi telur tersebut disebabkan kandungan serat kasar yang tinggi dalam pakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi performa puyuh dan kualitas telur puyuh yang diberi pakan mengandung tepung daun katuk, atau murbei dan campurannya. MATERI DAN METODE Penelitian dilakukan selama enam bulan (April sampai September 2012) di Laboratorium Nutrisi Unggas, Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Laboratorium Nutrisi ternak Perah, fakultas Peternakan dan Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati, Instiut Pertanian Bogor, Bogor. Materi Tiga ratus ekor puyuh umur 6 minggu dipelihara selama 11 minggu (6 sampai 17 minggu). Puyuh dipelihara pada kandang baterei. Tempat pakan dari kayu diletakan di depan kandang dan tempat minum ditempatkan pada pinggir kandang. Sebuah kipas angin dipasang pada siang hari untuk menurunkan suhu kandang pada siang hari.
15 Daun katuk dan murbei yang digunakan dalam penelitian ini dikeringkan dengan sinar matahari atau oven dengan suhu 55 °C hinggan kadar airnya 10%15%. Daun yang sudah kering digiling menjadi tepung. Pakan perlakuan diformulasikan berdasarkan rekomendasi dari Lessons dan Summers (2005), dengan energi metabolos 2950 kkal/kg; protein kasar 18%; Ca 3.1%; P tersedia 0.45%; metionina 0.52% dan serat kasar <6%. Komposisi dan kandungan nutrien pakan perlakuan diperlihatkan pada Tabel 3.2. Pakan perlakuan diberikan seara bertahap pada puyuh mulai umur 6 minggu. Pakan diberikan ad libitum dan konsumsi pakan dihitung setiap minggu. Air minum diberikan ad libitum. Produksi telur dicatat setiap hari. Kualitas telur diukur selama periode produksi pada 3 hari terakhir setiap minggu pada saat puyuh berumur 13 sampai 17 minggu. Tabel 3.1. Komposisi nutrien tepung daun katuk (TDK) dan tepung daun murbei (TDM) berdasarkan bahan kering (%BK) Tepung daun katuk Tepung daun murbei (TDK) (TDM) 1) Bahan kering (%) 88.06 93.86 Abu (%)1) 12.13 12.21 1) Protein kasar (%) 29.15 22.14 1) Lemak kasar (%) 4.62 4.11 1) Serat kasar (%) 8.19 12.28 Energi bruto (kkal kg-1)2) 4014.31 4197.74 Ca (%)3) 2.06 4.34 3) P total (%) 0.30 0.24 3) Mg (%) 8.28 5.10 Zn (ppm)3) 202.38 49.55 Tannin (g 100 g-1)4) 0.46 1.09 -1 4) Saponin (g 100 g ) 2.84 1.28 Note: 1) Hasil analisa Lab.Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, IPB (2012) 2) Hasil analisa Lab. Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, IPB (2012) 3) Hasil analisa Lab. Nutrisi Ternak Perah, Fakultas Peternakan, IPB (2012) 4) Hasil analisa Lab. Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor (2011)
Metode Pakan perlakuan terdiri atas P0 = pakan kontrol (tanpa tepung daun katuk dan murbei); P1 = pakan dengan 10% tepung daun katuk (TDM); P2 = Pakan dengan 10% tepung daun murbei (TDM); dan P3 = Pakan dengan 5% TDM dan 5% TDK. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan empat perlakuan, lima ulangan dengan 15 ekor puyuh setiap ulangan. Data yang diperoleh dianalisis ragam dan uji jarak Duncan (Steel dan Torrie, 1995). Peubah yang diamati adalah konsumsi pakan, bobot telur, produksi dan kualitas telur. HASIL DAN PEMBAHASAN
16 Kandungan Nutrien Pakan Perlakuan Tepung daun katuk (TDK) mengandung protein kasar dan Zn yang lebih tinggi daripada tepung daun murbei (TDM), tetapi TDM mengandung serat kasar, energi bruto dan Ca yang lebih tinggi daripada TDK (Tabel 3.1). Komposisi kimia TDK dan TDM menunjukan bahwa kedua tepung daun tersebut potensial sebagai bahan pakan sumber protein dan mineral untuk puyuh. Al-kirshi et al. (2009) melaporkan bahwa TDM merupakan sumber protein yang baiksebagai pakan unggas. Tepung daun katuk dan murbei juga mengandung tannin dan saponin (Tabel 3.1). Kandungan tannin TDM sekitar 2.5 kali lebih tinggi daripada dalam TDK. Tabel 3.2. Komposisi dan kandungan nutrien pakan puyuh petelur P0 Jagung kuning 46.00 Dedak padi 13.20 Bungkil kedele 21.00 Tepung ikan 5.00 Minyak kelapa 6.50 Tp daun katuk (TDK) 0.00 Tp daun murbei (TDM) 0.00 DCP 0.00 CaCO3 7.30 NaCl 0.30 Premix 0.50 L-Lisina 0.00 Dl-Metionina 0.20 JUMLAH 100.00 Kandungan nutrien berdasarkan perhitungan Bahan kerinag(%) 90.21 Energi metabolis (kkal/kg) 2961.80 Protein kasar (%) 18.21 Lemak kasar (%) 9.11 Serat kasar (%) 3.41 Lisina (%) 1.10 Metionina (%) 0.56 Sistina (%) 0.29 Met+Sis (%) 0.85 Calcium (%) 3.15 Fosfor tersedia (%) 0.43 Natrium (%) 0.19 Klorin (%) 0.26 Asam linoleat (%) 1.50 Tanin (%) 0.00 Saponin (%) 0.00
P1
P2
P3
46.00 7.20 18.00 3.60 6.50
46.00 4.65 20.00 4.00 6.60
46.00 6.60 18.30 4.00 6.50
10.00
0.00
5.00
0.00 0.50 7.00 0.30 0.50 0.00 0.40 100.00
10.00 0.70 7.00 0.30 0.50 0.00 0.25 100.00
5.00 0.50 7.00 0.30 0.50 0.00 0.30 100.00
89.96
90.51
90.25
2874.05 17.85 9.18 3.31 0.90 0.70 0.24 0.94 3.15 0.44 0.17 0.24 1.26 0.046 0.284
2916.74 18.19 9.15 3.50 0.97 0.56 0.26 0.82 3.18 0.46 0.18 0.24 1.18 0.109 0.128
2891.87 17.87 9.15 3.47 0.93 0.61 0.25 0.85 3.16 0.44 0.18 0.25 1.24 0.078 0.206
Ket.: P0 = pakan kontrol (tanpa tepung daun katuk dan murbei); P1 = pakan dengan 10% tepung daun katuk (TDM); P2 = Pakan dengan 10% tepung daun murbei (TDM); dan P3 = Pakan dengan 5% TDM dan 5% TDK.
17 Komposisi dan kandungan nutrien pakan ditunjukan pada Tabel 3.2. Kandungan nutrien pakan memenuhi kebutuhan nutrien puyuh petelur yang direkomendasikan Leesons dan Summers (2005). Kandungan tanin dan saponin dalam TDK dan TDM serta kandungannya dalam pakan diperlihatkan pada Tabel 3.1. dan 3.2. Pakan yang mengandunag TDK, TDM dan campurannya mengandung tannin dan saponin yang lebih tinggi dari pakan kontrol. Kedua antinutrien ini menurunkan kecernaan protein (Francis et al., 2002) dan efisiensi pakan (Medugu et al., 2012). Performa Puyuh Umur 10 sampai 17 Minggu Tabel 3.3. Rataan performa puyuh petelur umur 10 sampai 17 minggu P0 P1 P2 P3 Konsumsi 22.24 ± 0.17 20.02 ± 0.39 22.87 ± 0.28 22.10 ± 0.13 pakan(g/ekor/hari) Bobot telur 9.53 ± 0.35 9.22 ± 0.16 9.59 ± 0.28 9.48 ± 0.21 (g/butir) Produksi telur (%) 45.19 ± 9.40a 39.16 ± 9.04a 22.82 ± 8.66b 20.87 ± 7.32b Ket.: P0 = pakan kontrol (tanpa tepung daun katuk dan murbei); P1 = pakan dengan 10% tepung daun katuk (TDM); P2 = Pakan dengan 10% tepung daun murbei (TDM); dan P3 = Pakan dengan 5% TDM dan 5% TDK.
Konsumsi Pakan Konsumsi pakan puyuh (20.02-22.87 g/ekor/hari) tidak dipengaruhi oleh perlakuan (Tabel 3.3). Hasil ini menunjukan bahwa pakan yang mengandung TDK, TDM atau campurannya memiliki palatabilitas yang sama dengan pakan kontrol. Kandungan tannin pada pakan yang mengandung 10% TDM tidak mempengaruhi konsumsi pakan. Tabel 3.4. Rataan konsumsi tannin dan saponin dari pakan yang mengandung tepung daun katuk (TDK) dan murbei (TDM) P0 P1 Konsumsi tannin (g/ekor) 0.00±0.00 0.92±0.03 Konsumsi saponin (g/ekor) 0.00±0.00 5.69±0.18
P2 2.49±0.29 2.93±0.34
P3 1.71±0.12 4.55±0.32
Ket.: P0 = pakan kontrol (tanpa tepung daun katuk dan murbei); P1 = pakan dengan 10% tepung daun katuk (TDM); P2 = Pakan dengan 10% tepung daun murbei (TDM); dan P3 = Pakan dengan 5% TDM dan 5% TDK.
Bobot Telur Rataan bobot telur tidak dipengaruhi oleh penggunaan TDK, TDM atau campurannya dalam pakan (Tabel 3.3). Bobot telur puyuh ( 9.22-9.59 g/butir) termasuk bobot telur puyuh yang normal. TDK dan TDM dapat digunakan dalam pakan puyuh. Kandungan sterol dalam TDK dan TDM tidak mempengaruhi bobot telur.
18 Produksi Telur (%QD Production) Penggunaan TDM dan campuran TDK dan TDM dalam pakan menurunkan produksi telur (Tabel 3.3). hasil ini menunjukan bahwa penggunaan TDK dalam pakan puyuh petelur menghasilkan pengaruh yang saman dengan puyuh yang mendapat pakan kontrol, tetapi pemberian TDM serta campuran TDK dan TDM menurunkan (P<0.05) produksi telur. Penurunan produksi telur tampaknya berkaitan dengan kandungan sterol dalam TDM dan campuran TDM dan TDK. Komponen sterol pada kedua bahan pakan tersebut berbeda. Kandungan tannin pada pakan juga berperan terhadap penurunan produksi telur. Produksi telur mingguan (Gamabar 3.1) menunjukan bahwa puyuh yang diberi pakan yang mengandung 10% TDK mencapai 5% QD Production terlebih dahulu pada umur 7 minggu, dan puyuh yang diberi 10% TDM memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai hal tersebut. Subekti et al. (2008) menunjukan pola yang sama bahwa puyuh yang diberi TDK bertelur lebih cepat daripada puyuh yang diberi ekstrak tepung daun katuk. Hasil ini menunjukkan bahwa phytosterol dan antioksidan yang terkandung dalam TDK meningkatkan performa reproduksi puyuh.
Gambar 3.1. Produksi telur puyuh umur 7 sampai 17 minggu P0 = pakan kontrol (tanpa tepung daun katuk dan murbei); P1 = pakan dengan 10% tepung daun katuk (TDM); P2 = Pakan dengan 10% tepung daun murbei (TDM); dan P3 = Pakan dengan 5% TDM dan 5% TDK. Puncak produksi telur puyuh yang diberi pakan kontrol dicapai pada umur 16 minggu sebesar 54.8%, puyuh yang diberi 10% TDK pada umur 15 minggu sebesar 52.5%, puyuh yang diberi TDM pada umur 14 minggu sebesar 34.5% dan puyuh yang diberi campuran TDK dan TDM pada umur 16 minggu sebesar 39.3%.
19 Kualitas Telur Puyuh Umur 13 sampai 17 Minggu Bobot Telur Bobot telur yang dihasilkan puyuh umur 13 sampai 17 minggu dipengaruhi (P<0.05) oleh perlakuan (Tabel 3.5.). Pemberian 10% TDK (P0) maupun campuran 5% TDK dan 5% TDM menurunkan (P<0.05) bobot telur puyuh. Sebaliknya, pemberian 10% TDM tidak mempengaruhi bobot telur. Pemberian TDM tampaknya mengurangi pengaruh negatif terhadap penurunan bobot telur. Bobot telur yang dihasilkan pada penelitian ini termasuk bobot telur puyuh normal, seperti yang dikemukakan Song et al. (2001) bahwa rataan bobot telur puyuh adalah 10.34±0.93 g, juga Kalsum et al. (2012) yang menyatakan bahwa bobot telur puyuh adalah 11.04 g. Bobot dan Persentase Bobot Kuning Telur Kuning telur yang dihasilkan puyuh yang diberi pakan mengandung TDK berbeda (P<0.05) dari yang dihasilkan pakan perlakuan lainnya (Tabel 3.5). Bobot dan persentase bobot kuning telur dari puyuh yang diberi TDK lebih rendah dari perlakuan lain. Hal ini dapat disebabkan oleh asupan nutrien yang rendah. Persentase kuning telur dari puyuh yang diberi 5% TDK dan 5% TDM paling tinggi (P<0.05) daripada perlakuan lainnya. Bobot dan persentase bobot kuning telur yang dihasilkan pada penelitian ini pada kondisi normal, dengan bobot 3.25±0.40 g dan persentase bobot kuning telur 31.4±1.98 % (Song et al. 2001) dan 31.58% (Kalsum et al. 2012). Bobot dan Persentase Bobot Putih Telur Bobot putih telur yang dihasilkan puyuh yang diberi pakan dengan TDM sama dengan kontrol, sementara puyuh yang diberi campuran TDK dan TDM menghasilkan bobot putih telur yang lebih rendah (P<0.05) dari perlakuan lain. (Tabel 3.5). Persentase bobot putih telur dari puyuh yang diberi TDK sama dengan kontrol, sementara puyuh yang diberi campuran TDK dan TDM menghasilkan persentase bobot putih telur yang paling rendah. Bobot dan persentase bobot putih telur yang dihasilkan pada penelitian ini lebih rendah dari bobot putih telur yang dikemukakan Song et al.( 2001) yaitu 6.33±0.59 g dan 61.2±2.32 %, tetapi sama dengan yang dikemukakan Kalsum et al. ( 2012) yaitu 51.84%. Bobot dan Persentase Bobot Kerabang Telur Bobot keranag telur dari puyuh yang diberi TDK sama dengan kontrol, tetapi menghasilkan persentase bobot kerabang telur yang paling tinggi (P<0.05) dari perlakuan lainnya. (Tabel 3.5). Hal ini dapat disebabkan oleh kandungan phytosterol dari TDK yang menstimulasi deposit Ca pada kerabang telur. Bobot dan persentase bobot kerabang telur yang dihasilkan pada penelitian ini lebih tinggi dari yang dikemukakan Song et al. (2001) yaitu bobot kerabang 0.76±0.01 g dengan persentase 7.3±0.69 %.
20 Tebal Kerabang Telur Tebal kerabang telur tidak dipengaruhi oleh pemberian TDK, TDM maupun campurannya dalam pakan (Tabel 3.5). Dibandingkan dengan tebal kerabang yang dikemukakan Song et al. (2001) yaitu 174±15.5 µm dan dari Kalsum et al. (2012) of 0.194 mm, tebal keranag telur pada penelitian ini lebih tebal karena puyuh berada pada masa awal produksi. Tabel 3.5. Rataan Kualitas Telur Puyuh Umur 13 Sampai 17 Minggu P0 P1 P2 P3 a b ab Bobot telur 10.05 ± 0.46 9.53 ± 0.21 9.97 ± 0.33 9.53 ± 0.23b (g/butir) Bobot kuning 3.23 ± 0.16a 3.03 ± 0.09b 3.34 ± 0.15a 3.24 ± 0.09a telur (g) Persentase 32.14 ± 31.8 ± 0.96c 33.34 ± 33.99 ± 1.02a bobot kuning 0.67bc 0.99ab telur (%) Bobot putih 5.25 ± 0.27a 4.98 ± 0.16ab 5.14 ± 0.18a 4.78 ± 0.28b telur (g) Persentase 52.20 ± 0.87a 52.19 ± 1.10a 51.46 ± 50.33 ± 0.66b ab bobot putih 0.69 telur (%) Bobot 1.39 ± 0.06a 1.39 ± 0.06a 1.32 ± 0.12ab 1.27 ± 0.03b kerabang telur(g) Persentase 13.97 ± 14.66 ± 0.55a 13.23 ± 1.12b 13.55 ± 0.53b bobot 0.36ab kerabang telur (%) Tebal 0.24 ± 0.06 0.26 ± 0.04 0.22 ± 0.03 0.23 ± 0.06 kerabang telur (mm) Skor warna 6.93 ± 0.29d 10.03 ± 0.22a 8.34 ± 0.53c 9.31 ± 0.56b kuning telur Vitamin A 2061.00d 2560.62a 2190.12c 2390.05b kuning telur ±36.20 ±68.67 ±63.82 ±34.48 (mg/100g) Ket.: P0 = pakan kontrol (tanpa tepung daun katuk dan murbei); P1 = pakan dengan 10% tepung daun katuk (TDM); P2 = Pakan dengan 10% tepung daun murbei (TDM); dan P3 = Pakan dengan 5% TDM dan 5% TDK.
Skor Warna Kuning Telur Skor warna kuning telur yang dihasilkan dari puyuh yang diberi 10% TDK nyata (P<0.05) lebih tinggi dari perlakuan lain (Tabel 3.5). Hal ini dapat disebabkan oleh adanya karotenoid pada TDK. Karotenoid (β-carotene) memiliki fungsi yang sama dengan xantophyl terhadap warna kuning telur. Subekti et al. (2008) dan Piliang et al. (2009b) mengemukakan hal yang sama, yaitu puyuh yang diberi tepung daun katuk (TDK) menghasilkan skor warna kuning telur yang
21 lebih tinggi daripada puyuh yang diberi ekstrak katuk. Indarsih dan Tamsil (2012) juga mendapatkan hal yang sama pada telur itik yang diberi duckweed dalam pakan. Vitamin A Kuning Telur Kandungan vitamin A kuning telur dari puyuh yang diberi TDK TDM dan campurannya lebih tinggi (P<0.05) dari kontrol (Table 3.5). Hal ini disebabkan oleh kandungan β-caroten dalam TDK dan TDM yang merupakan prekursor vitamin A precursor, yang dikonversikan menjadi vitamin A. Hal ini menunjukan bahwa TDK, TDm dan campurannya merupakan sumber provitamin A yang baik. Penggunaan kedua macam tepung daun tersebut menghasilkan telur puyuh yang kaya akan vitamin A. KESIMPULAN Tepung daun katuk (TDK) mengandung sterol yang dapat mempengaruhi puncak produksi telur. Senyawa sterol dapat mempengaruhi efisiensi penggunaan protein, serta metabolisme Ca dan P pada produksi telur. Pemberian tepung daun katuk (TDK) dan tepung daun murbei (TDM) meningkatkan skor warna kuning telur dan kandungan vitamin A kuning telur dengan adanya β-karoten. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyampaikan terima kasih kepada LPPM IPB atas dana penelitian yang diberikan melalui Penelitian Unggulan/Strategis Institut Pertanian Bogor tahun Anggaran 2012 Nomor: 477/IT3.11/PG/2012 Tanggal: 28 Mei 2012.