Tara Aulianova dan Soraya Rahmanisa| Efektivitas Ekstraksi Alkaloid dan Sterol Daun Katuk (Sauropus androgynus) terhadap Produksi ASI
Efektivitas Ekstraksi Alkaloid dan Sterol Daun Katuk (Sauropus androgynus) terhadap Produksi ASI Tara Aulianova1, Soraya Rahmanisa2 Kedokteran, Universitas Lampung 2Bagian Biologi Medik, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung 1Fakultas
Abstrak Umumnya, pemberian air susu ibu (ASI) terhadap bayi tidak hanya memberikan efek positif terhadap bayi tetapi juga terhadap ibu. Faktor yang berpengaruh dalam produksi ASI biasanya disebabkan oleh faktor anatomis dan fisiologis, faktor psikologis, faktor hisapan bayi, faktor istirahat, faktor nutrisi, dan faktor obat-obatan atau ramuan dari tumbuh-tumbuhan. Pada penurunan pemberian ASI disebabkan oleh produksi ASI pada ibu menyusui yang dapat ditangani oleh obat dan bahan untuk memperbanyak produksi ASI yang halus seperti tanaman semak yang menghasilkan daun yang dapat dimakan. Dengan pemberian eksrtak daun katuk (Sauropus androgynus) pada ibu menyusui dapat mempengaruhi peningkatan produksi ASI. Dimana adanya kandungan alkaloid dan sterol yang terdapat di dalam ekstrak daun katuk itulah yang dapat mempengaruhi peningkatan produksi ASI. Pemberian daun katuk ini juga lebih efektif dalam bentuk ekstrak dibandingkan dengan pemberian lainnya yaitu dalam bentuk lalapan rebus, campuran sayur dan campuran nasi tim. Peningkatan produksi ASI dapat memenuhi kebutuhan gizi bagi bayi yang mana sangat membutuhkan ASI eksklusif pada enam bulan pertama sejak kelahiran. Kata kunci : alkaloid, ASI, daun katuk, sterol
Effectivity of Alkaloid and Sterol Extract from Katuk Leaves (Sauropus androgynus) To Breastfeeding Production Abstract Generally, giving breastfeeding to the baby does not only give goodness to the baby but also give a benefit to the mother. The factors that influence toward breastfeeding production usualy caused by anatomy and physiology factor, psychology factor, baby’s sucking factor, rest factor, nutrition factor, and drugs or concoctions from plant factor. The decreasing of giving breastfeeding is caused by the lower of breastfeeding production of giving mother breastfeeding that actually can be prevented by medicine and ingredients which smooth breastfeeding such as bush yielding edible leaves.Giving the extract leaves katuk (Sauropus androgynus) to the mother that breast-feed can give affect toward increasing breastfeeding production. Wherever alkaloid and sterol contained in the extract katuk leaves that give affect to breastfeeding production. Giving katuk leaves also more effective in the form of extract be compared in form of the others form such as boiled vegetables, vegetables mixture and mix the rice tim.The increasing of breastfeeding production can fulfilled the baby’s need for nutrition that very important to give the breastfeeding for six months in first periode after birth. Key word : alkaloid, breastfeeding, katuk leave, sterol Korespondensi: Tara Aulianova,
[email protected]
alamat Jl. Prof. Soemantri Brojonegoro No. 1, Hp 082185535915, e-mail
Pendahuluan Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam air susu ibu (ASI) menjamin status gizi bayi baik serta kesakitan dan kematian anak menurun. Beberapa penelitian epidemiologis menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi, misalnya diare, otitis media, dan infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah. Kolostrum mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari susu matang (matur). Zat kekebalan yang terdapat pada ASI antara lain akan melindungi bayi dari penyakit diare dan menurunkan kemungkinan bayi terkena
penyakit infeksi telinga, batuk, pilek, dan penyakit alergi.1 Berdasarkan data yang diperoleh dari United Nation Child’s Fund (UNICEF) pada tahun 2011 didapati bayi yang mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan pertama sebanyak 32%. Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2012 jumlah ibu yang menyusui mencapai 42%. Di Semarang, bayi yang mendapat ASI ekslusif hanya 40% dan 60% ibu tidak menyusui bayinya karena berbagai alasan kesibukan bekerja dan demi menjaga keindahan tubuhnya. Ibu rela tidak memberikan ASI eksklusif dan hanya diberikan susu formula saja.2 Majority | Volume 5 | Nomor 1 | Februari 2016 |117
Tara Aulianova dan Soraya Rahmanisa| Efektivitas Ekstraksi Alkaloid dan Sterol Daun Katuk (Sauropus androgynus) terhadap Produksi ASI
Dalam laporan Riskesdas, pola menyusui dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu menyusui eksklusif, menyusui predominan, dan menyusui sesuai definisi World Health Organization (WHO).1 Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan produksi ASI yaitu faktor anatomis dan fisiologis, faktor psikologis, faktor hisapan bayi, faktor istirahat, faktor nutrisi, dan faktor obat-obatan atau ramuan dari tumbuh-tumbuhan.3 Dampak bagi ibu menyusui apabila kurang pemberian ASI pada bayi yaitu akan terjadi bendungan payudara, mastitis, dan abses. Sedangkan dampak pada bayi yaitu nutrisi bayi tidak terpenuhi, rentan terhadap infeksi dan diare, rawan terkena alergi, dan daya tahan tubuh menurun.4 Adapun manfaat pemberian ASI bagi bayi itu sendiri yaitu, sebagai nutrisi, meningkatkan daya tahan tubuh bayi, meningkatkan kecerdasan, dan meningkatkan jalinan kasih sayang.5 Hal yang dilakukan untuk menolong ibu yang memiliki produksi ASI kurang adalah mencoba menemukan faktor yang mempengaruhinya seperti faktor obat-obatan atau ramuan dari tumbuh-tumbuhan. Salah satu tumbuh-tumbuhan yang secara tradisional dipakai untuk memperbanyak dan melancarkan ASI adalah daun katuk. Ibu yang sedang menyusui dianjurkan untuk mengonsumsi daun katuk, dengan cara pemakaian campuran sayur bening, lalapan rebus atau campuran nasi tim.6 Kini daun katuk dapat dikonsumsi dengan mudah. Daun katuk dibuat dalam bentuk kapsul siap minum yang mengandung 100% ekstrak daun hijau yang diproses secara alami dan higienis tanpa tambahan bahan apapun dan tetap menjaga khasiat daun katuk. Tanpa efek samping apapun sehingga kapsul daun katuk aman dikonsumsi untuk ibu dalam masa menyusui dan penyembuhan beberapa penyakit. Manfaat ekstrak daun katuk mengobati penyakit kulit, mengatasi sembelit, menyembuhkan luka, mengobati susah BAK, meningkatkan vitalitasi seksual pria, 7 meredakan dan menurunkan demam. Isi United Nation Child’s Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif sampai bayi berumur enam bulan. Setelah itu Majority | Volume 5 | Nomor 1 | Februari 2016 |118
anak harus diberi makanan padat dan semi padat sebagai makanan tambahan selain ASI. Air susuibu (ASI) eksklusif dianjurkan pada beberapa bulan pertama kehidupan karena ASI tidak terkontaminasi dan mengandung banyak gizi yang diperlukan anak pada umur tersebut. Pengenalan dini makanan yang rendah energi dan gizi atau yang disiapkan dalam kondisi tidak higienis dapat menyebabkan anak mengalami kurang gizi dan terinfeksi organisme asing, sehingga mempunyai daya tahan tubuh yang rendah terhadap penyakit di antara anak-anak. Dalam laporan Riskesdas, pola menyusui dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu menyusui eksklusif, menyusui predominan, dan menyusui parsial sesuai definisi WHO.1 Menyusui eksklusif adalah tidak memberi bayi makanan atau minuman lain, termasuk air putih, selain menyusui (kecuali obat-obatan dan vitamin atau mineral tetes, ASI perah juga diperbolehkan). Sedangkan, menyusui predominan adalah menyusui bayi tetapi pernah memberikan sedikit air atau minuman berbasis air, misalnya teh, sebagai makanan/minuman prelakteal sebelum ASI keluar. Sedangkan menyusui parsial adalah menyusui bayi serta diberikan makanan buatan selain ASI, baik susu formula, bubur atau makanan lainnya sebelum bayi berumur enam bulan, baik diberikan secara kontinyu maupun diberikan sebagai makanan prelakteal.1 Air susu ibu (ASI) merupakan cairan kehidupan terbaik yang sangat dibutuhkan oleh bayi. Pada ibu yang normal dapat menghasilkan ASI kira-kira 550-1000 ml.8 Air susu ibu (ASI) mengandung berbagai zat yang penting untuk tumbuh kembang bayi dan sesuai dengan kebutuhannya. Air susu ibu (ASI) juga mengandung cukup banyak komponen yang diperlukan oleh bayi. Kolostrum cairan susu kental berwarna kekuning-kuningan yang dihasilkan pada sel alveoli payudara ibu. Protein dalam ASI yang terdiri dari kasein (protein yang sulit dicerna) dan whey (protein yang mudah dicerna). Sedangkan pada susu sapi kebalikannya. Untuk itu pemberian ASI eksklusif wajib diberikan sampai bayi berumur enam bulan. Lemak ASI adalah penghasil kalori (energi) utama dan merupakan komponen zat gizi yang sangat bervariasi, lebih mudah dicerna karena sudah dalam bentuk emulsi. Laktosa merupakan
Tara Aulianova dan Soraya Rahmanisa| Efektivitas Ekstraksi Alkaloid dan Sterol Daun Katuk (Sauropus androgynus) terhadap Produksi ASI
karbohidrat utama pada ASI, fungsinya sebagai sumber energi, meningkatkan absorbsi kalsium, dan merangsang pertumbuhan Lactobacillus bifidus. Konsentrasi vitamin A berkisar pada 200 UI/dl. Zat besi, meskipun ASI mengandung sedikit zat besi (0,05-0,1 mg/l), bayi yang menyusui jarang kekurangan zat besi (anemia). Hal ini dikarenakan zat besi pada ASI yang lebih mudah diserap. Taurin berupa asam amino dan berfungsi sebagai neurotransmitter, berperan penting dalam maturasi otak bayi. Lactobacillus berfungsi menghambat pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri E. coli yang sering menyebabkan diare pada bayi. Lactoferin sebuah besi batas yang mengikat protein. Ketersediaan besi untuk bakteri dalam intensiten, lisozim dapat memecah dinding bakteri sekaligus mengurangi insiden karies gigi dan maloklusi (kebiasaan lidah yang mendorong ke depan akibat menyusu dengan botol dan dot).9 Air susu ibu (ASI) sangat dibutuhkan bayi khususnya pada awal kehidupannya. Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang baik bagi bayi karena banyak mengandung zat gizi dan bisa memberikan daya imunitas secara alami. Beberapa ramuan tradisional bisa membantu memperlancar keluarnya ASI. Agar dapat memproduksi ASI dibutuhkan kalori sebesar 600 kal/hari. Karena itu, ibu yang sedang menyusui harus makan lebih banyak daripada biasanya dan lebih bergizi, kalori sebesar 550 kal/hari dan protein 17 gram per hari dengan jumlah vitamin A, thiamin, dan riboflavin cukup tinggi. Untuk itu, perlu makanan seimbang dengan prinsip yang sama dengan makanan ibu hamil, tetapi jumlahnya lebih banyak dan gizi lebih baik. Jika produksi ASI kurang baik makanan yang dianjurkan untuk dikonsumsi ibu seperti daun katuk.10 Ibu menyusui yang sejak hari kedua setelah melahirkan diberikan ekstrak daun katuk dengan dosis 3x300 mg/hari selama 15 hari terus-menerus, produksi ASI meningkat 50,7%. Menurut Djuniati Kustifah, singkong. Kandungan kalori, protein, dan karbohidrat daun katuk hampir setara. Bahkan kandungan zat besi daun katuk lebih unggul dari pada daun pepaya dan daun singkong. Selain itu, juga kaya vitamin A, B1 dan C. Di samping kaya protein, lemak, vitamin, dan mineral, daun katuk juga memiliki kandungan tanin, saponin, dan alkaloid papaverin,
menunjukkan bahwa daun katuk secara per oral dapat meningkatkan kuantitas produksi air susu ibu karena alkolid dan sterol dari daun katuk yang dapat meningkatkan produksi ASI.11 Daun katuk (Sauropus androgynus) telah dikenal dalam pengobatan tradisional di Asia Selatan dan Asia Tenggara sebagai obat penambah ASI.12 Katuk termasuk tanaman merumpun, berbentuk perdu dengan ketinggian sekitar 3-5 meter, batangnya tumbuh dan berkayu. Jika ujung batang dipangkas, akan tumbuh tunas-tunas yang baru membentuk percabangan. Daunnya kecil-kecil mirip daun kelor, berwarna hijau. Katuk termasuk tanaman yang rajin berbunga, bunganya kecil-kecil berwarna merah gelap sampai kekuning-kuningan dengan bintik bintik merah. Dari bunga bisa menjadi buah kecil-kecil berwarna putih.8 Daun katuk adalah daun dari tanaman Sauropus adrogynus (L) merr, famili Euphorbiaceae. Nama daerah: memata (Melayu), simani (Minangkabau), katuk (Sunda), kebing dan katukan (Jawa), kerakur (Madura). Daun katuk terdapat di berbagai daerah di India, Malaysia, dan Indonesia. Di Indonesia tumbuh di daratan dengan ketinggian 0-2100 m diatas permukaan laut. Tanaman ini berbentuk perdu dengan cabangcabang agak lunak dan terbagi daun tersusun selang-seling pada satu tangkai, berbentuk lonjong sampai bundar dengan panjang 2,5 cm dan lebar 1,25 – 3 cm. Bunga tunggal atau berkelompok tiga, buah bertangkai panjang 1,25 cm. Tanaman katuk dapat diperbanyak dengan stek dari batang yang sudah berkayu, panjang lebih kurang 20 cm disemaikan terlebih dahulu. Setelah berakar sekitar 2 minggu dapat dipindahkan ke kebun, jarak tanaman panjang 30 cm dan lebar 30 cm. Setelah tinggi mencapai 50-60 cm dilakukan pemangkasan agar selalu didapatkan daun muda dan segar.6 Daun katuk kaya akan kandungan gizi dibandingkan daun pepaya dan daun sehingga sangat potensial untuk dijadikan bahan pengobatan alami. Akar katuk dimanfaatkan dengan cara dikeringkan terlebih dahulu, air rebusan akar katuk yang sudah kering dapat membantu melancarkan dan menurunkan demam. Daun katuk selain baik untuk kesehatan juga mengandung beta karoten yang cukup tinggi sehingga dapat Majority | Volume 5 | Nomor 1 | Februari 2016 |119
Tara Aulianova dan Soraya Rahmanisa| Efektivitas Ekstraksi Alkaloid dan Sterol Daun Katuk (Sauropus androgynus) terhadap Produksi ASI
membantu kesehatan mata dan kulit. Kandung mineralnya cukup banyak terutama zat besi yang berguna untuk membantu produksi sel darah merah. 6 Salah satu manfaat daun katuk adalah untuk melancarkan produksi ASI, karena mengandung senyawa seskuiterna. Selain melancarkan ASI, daun katuk juga punya beberapa manfaat, antara lain frambusia, sambelit, borok, dan sebagai pewarna alami.8 Kandungan alkaloid dan sterol dari daun katuk dapat meningkatkan produksi ASI menjadi lebih banyak karena dapat meningkatkan metabolisme glukosa untuk sintesis laktosa sehingga produksi ASI meningkat.6 Cara pemakaian daun katuk dalam sayuran atau lalap tidak praktis, apalagi untuk masyarakat perkotaan yang sulit untuk mendapatkan bahan segar setiap saat, sehingga disediakan yang lebih praktis penggunaannya yaitu dalam bentuk ekstrak atau pil. Bukan hanya daun katuk yang berkhasiat sebagai pelancar ASI, pada prinsipnya semua sayuran yang berwarna hijau tua bisa melancarkan ASI misalnya daun pepaya, daun singkong, daun kacang panjang dan bayam. Kenyataannya ibu menyusui yang pernah mengonsumsi daun katuk lebih mempercayai daun katuk sebagai pelancar ASI dari pada sayuran yang lainnya karena telah terbukti produksi ASI ibu menyusui tersebut lebih meningkat dibandingkan mengonsumsi sayuran yang lainnya.8 Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa ibu hamil dengan usia remaja dan primigravida mempunyai kecenderungan yang besar untuk mengalami kesulitan dalam menyusui bayinya untuk pertama kali dibandingkan dengan ibu yang berusia lebih dewasa atau yang pernah menyusui sebelumya.12 Volume produksi ASI dalam penelitian ini pertama responden diambil data yang tidak mengonsumsi daun katuk, dan data responden kelompok perlakuan sebelum mengonsumsi daun katuk, kemudian responden kelompok perlakukan dilakukan perlakukan dengan cara pemberian daun katuk. Setelah meminum daun katuk kemudian diambil data pengukuran lagi volume produksi ASInya yang dapat dilihat dalam tabel 1. Majority | Volume 5 | Nomor 1 | Februari 2016 |120
Tabel 1. Distribusi frekuensi volume produksi ASI sebelum mengonsumsi daun katuk di Wilayah Kerja Puskesmas Kowel pada tahun 2009.8 Volume Frekuensi Prosentase Produksi ASI 0 - 0,5cc 12 100 % 0,6 - 1 cc 0 0% >1 cc 0 0% Total 12 100%
Dari tabel 1 di atas diketahui bahwa seluruh responden (100%) sebelum mengonsumsi daun katuk memiliki volume produksi ASI 0 – 0,5 cc. Tabel 2. Distribusi frekuensi produksi ASI setelah mengonsumsi daun katuk di Wilayah Kerja Puskesmas Kowel pada tahun 2009.8 Volume Frekuensi Prosentase Produksi ASI 0 - 0,5 cc 0 0% 0,6 - 1 cc 0 0% >1 cc 12 100 % Total 12 100%
Dari tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa seluruh responden (100%) setelah mengonsumsi daun katuk memiliki volume produksi ASI >1 cc. Tabel 3. Distribusi frekuensi volume produksi ASI yang tidak mengonsumsi daun katuk di Wilayah Kerja Puskesmas Kowel pada tahun 20098 Volume Produksi ASI 0 - 0,5 cc 0,6 - 1 cc >1cc Total
Frekuensi
Prosentase
12 0 0 12
100 % 0% 0% 100%
Dari tabel 3 diatas diketahui bahwa seluruh responden (100%) yang tidak mengonsumsi daun katuk memiliki volume produksi ASI 0 – 0,5 cc. Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 1 menunjukkan bahwa dari ibu menyusui sebelum mengonsumsi daun katuk yaitu 12 orang, yang memiliki volume produksi ASI 0 – 0,5 cc sebanyak 12 orang ibu menyusui (100%). Sedangkan berdasarkan hasil penelitian pada tabel 3 menunjukkan bahwa dari ibu menyusui tidak mengonsumsi daun katuk yaitu 12 orang, yang memiliki volume
Tara Aulianova dan Soraya Rahmanisa| Efektivitas Ekstraksi Alkaloid dan Sterol Daun Katuk (Sauropus androgynus) terhadap Produksi ASI
produksi ASI 0 – 0,5 cc sebanyak 12 orang ibu menyusui (100%). Air susu ibu (ASI) merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. Pemberian ASI eksklusif yaitu bayi hanya diberikan ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, pepaya, bubur, susu formula, biskuit, bubur nasi dan tim. Menyusui merupakan bagian terpadu dari proses reproduksi yang memberikan makanan bayi secara lokal dan alamiah, serta merupakan dasar biologik dan psikologik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dengan dalih apapun pada bayi baru lahir harus dihindarkan.8 Ringkasan Pada beberapa ibu menyusui mengalami gangguan terhadap produksi ASI. Efektivitas alkaloid dan sterol yang terkandung didalam daun katuk dapat meningkatkan produksi ASI. Sehingga kebutuhan ASI yang akan diberikan terhadap bayi pada periode menyusui eksklusif dapat terpenuhi setelah ibu mengonsumsi ekstrak daun katuk. Simpulan Didapatkan peningkatan produksi ASI pada ibu yang mengonsumsi ekstrak daun katuk yang mengandung alkaloid dan sterol. Daftar Pustaka 1. Pusat Data dan Informasi Departemen Kesehatan Republik Indonesia [internet]. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2014 [diakses tanggal 24 Oktober 2015]. Tersedia dari: http://www.depkes.go.id/ 2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Kebijakan departemen kesehatan tentang peningkatan
pemberian air susu ibu (ASI) [internet]. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2004 [diakses tanggal 24 Oktober 2015]. Tersedia dari: http://depkes.go.id/ 3. Ladewig, P. Asuhan ibu dan bayi baru lahir. Jakarta: PT Rineka Cipta; 2006. 4. Roseli, U. Mengenal ASI eksklusif. Jakarta: Trubus Agri Widya; 2000. 5. Roseli, U. Inisiasi menyusui dini plus asi eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda; 2008. 6. Ganie, S. Upaboga di indonesia. Jakarta: PT Grafika Multiwarna; 2003. 7. Badrudin, M. Ekstrak daun katuk [internet]; 2014 [diakses tanggal 24 Oktober 2015]. Tersedia dari F:\\ekstrak daun katuk\kattuk 100 kapsul.html 8. Merlyna, S. Gambaran produksi ASI antara ibu menyusui yang mengonsumsi daun katuk dengan yang tidak mengonsumsi daun katuk. Jurnal Obsgin. 2009; 2 (2):63-70. 9. Weni, K. ASI, menyusui, dan sadari. Yogyakarta: Nuha Medika; 2009. 10. Atikah, E. Kapita selekta ASI dan menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika; 2010. 11. Nindiyaningrum RA, Rusmiyati, Purnomo. Pengaruh pemberian ekstrak daun katuk terhadap produksi ASI pada ibu post partum. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK). 2014; 1(6):1-9. 12. Gunanegara RF, Suryawan A, Sastrawinata US. Efektivitas ekstrak daun katuk dalam produksi air susu ibu untuk keberhasilan menyusui. JKM. 2010; 2(9):105-17.
Majority | Volume 5 | Nomor 1 | Februari 2016 |121