Perencanaan Laba dan Pengendalian Produksi Dengan Analisa Break Event Point (BEP) Titin, SE,MM DOSEN UNISLA
Pengaruh krisis moneter yang besar dirasakan oleh beberapa pelaku bisnis yang mengakibatkan perusahaan - perusahaan harus dapat mempertahankan usahanya secara efektif dan efisien. Dampak krisis ekonomi juga berpengaruh terhadap naiknya harga bahan – bahan kebutuhan pokok, sehingga pelaku bisnis berupaya keras agar tetap dapat mempertahankan usahanya. Untuk mempertahankan kelangsungan usaha tidaklah mudah apalagi dalam keadaan perekonomian saat ini diperlukan usaha yang keras untuk mencapai hasil yang maksimal. Pihak manajemen sangat diperlukan kemampuannya untuk menyusun suatu rencana yang matang. Hal ini membutuhkan berbagai kebijaksanaan dan strategi yang tepat sehingga dapat mewujudkan tujuan yang yang telah ditetapkan. Adanya perencanaan yang baik akan memudahkan tugas menajemen dan kegiatan perusahaan dapat diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan dan akan dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan pengendalian terhadap kegiatan perusahaan sedangkan pengendalian adalah perbandingan berlanjut akan pelaksanaan sebenarnya (aktual) degan budget yang telah disisipkan melalui fungsi perencanaan sedangkan budget menetapkan standart pelaksanaan. Analisis BEP dipelukan untuk mengetahui hubungan antara volume produksi, volume penjualan, harga jual, biaya produksi, biaya lainnya baik yang bersifat tetap maupun variabel dan laba atau rugi. Pengertian Perencanaan Menurut Wilson dan Campbell ( 1991 : 125 ), Perencanaan adalah perumusan tujuan dan juga program pelaksanaan untuk tujuan jangka pendek untuk memberikan pedoman pada aktifitas dimasa yang akan datang. Adanya perencanaan yang baik akan memudahkan tugas manajemen, dan kegiatan perusahaan dapat diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan dan akan dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan pengendalian terhadap kegiatan perusahaan. Menurut T. Hani Handoko ( 1994 : 78 ), Perencanaan adalah suatu proses yang tidak berakhir bila rencana tersebut telah ditetapkan, rencana harus diimplementasikan. Menurut Sumarni ( 1998 : 142 ), Perencanaan adalah menentukan jumlah dan jenis produk yang akan dibuat agar tetap dalam hal kualitas, manfaat dan kuantitasnya agar dapat dicapai keuntungan yang maksimal. Tujuan Perencanaan ( Objective of Planing ) Tujuan perencanaan menurut H. Malayu S.P. Hasibuan ( 2001 : 95 ) adalah sebagai berikut : 1) Untuk menentukan tujuan, kebijakan-kebijakan, prosedur, dan program serta memberikan pedoman cara-cara pelaksanaan yang efektif dalam mencapai tujuan. 2) Untuk menjadikan tindakan ekonomis, karena semua potensi yang dimiliki terarah dengan baik kepada tujuan. 3) Untuk memperkecil resiko yang dihadapi pada masa yang akan datang. 4) Untuk menyebabkan kegiatan agar dilakukan secara teratur dan bertujuan. 5) Untuk memberikan gambaran yang jelas dan lengkap tentang seluruh pekerjaan. 6) Untuk membantu penggunaaan suatu alat pengukuran hasil kerja. 7) Untuk menjadikan suatu landasan untuk pengendalian. 8) Untuk membantu peningkatan daya guna dan hasil guna organisasi. 9) Untuk menghindari mismanagemen dan penempatan karyawan. Jenis-jenis Perencanaan Menurut H. Malayu S. P. Hasibuan ( 2001 : 96 – 102 ) jenis – jenis perencanaan adalah sebagai berikut : 1) Tujuan / objective
34
Yaitu pusat perhatian, sampai sejauh mana bidang - bidang atau pusat perhatian itu dapat direalisasikan pada waktu tertentu ditentukan oleh perkiraan dan hasil yang hendak dicapai. 2) Kebijaksanaan / policy Yaitu suatu jenis rencana yang memberikan bimbingan berfikir dan arah dalam pengambilan keputusan. Karena dengan kebijakanaan ini, maka rencana akan semakin baik dan menjuruskan daya fikir dari pengambil keputusan kearah tujuan yang diinginkan. 3) Prosedur Yaitu suatu rangkaian tugas yang mewujudkan urutan waktu dan rangkaian itu harus dilaksanakan. 4) Rule Yaitu suatu rencana tentang peraturan-peraturan yang telah ditetapkan dan harus ditaati. Rule kadangkadang ditimbulkan oleh prosedur, tetapi keadaanya tidak sama. Perbedaannya terletak dalam hal bahwa rule tidak menurut “urutan” tindakan dan waktu pelakasanaan pekerjaan. 5) Program Yaitu suatu rencana yang pada dasarnya telah menggambarkan rencana yang kongrit. Karena dalam program sudah tercantum, baik sasaran, kebijaksanaan, prosedur, waktu maupun anggaran. 6) Budget / anggaran Yaitu suatu rencana yang menggambarkan penerimaan dan pengeluaran yang akan dilakukan pada setiap bidang. Dalam anggaran ini hendaknya tercantum besarnya biaya dan hasil yang akan diperoleh. 7) Metode Yaitu sebagai hasil cara pelaksanaan suatu tugas dengan suatu pertimbangan yang memadai menyangkut tujuan, fasilitas yang tersedia dan jumlah penggunaan waktu, uang, dan usaha. 8) Strategi Yaitu penentuan cara yang harus dilakukan agar memungkinkan memperoleh hasil yang optimal, efektif, .dan dalam jangka waktu yang relatif singkat serta tepat menuju tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Manfaat Perencanaan Menurut T. Hani Handoko ( 1994 : 81 ), antara lain : 1) Membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan. 2) Membantu dalam kristalisasi persesuaian pada masalah-masalah utama. 3) Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran operasi lebih jelas. 4) Membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat. 5) Memberikan cara pemberian pemeritah untuk beroperasi. 6) Memudahkan dalam melakukan koordinasi diantara berbagai bagian organisasi. 7) Membuat tujuan khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami. 8) Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti. 9) Menghemat waktu, usaha dan dana. Perencanaan Laba Menurut Mulyadi ( 2001 : 226 ), Perencanaan Laba adalah merencanakan masa depan perusahaan dengan satu dasar alternatif dan perumusan kebijakan dalam penyusunan anggaran yang harus dipertimbangkan dampaknya terhadap laba perusahaan. Laba dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu : 1) Volume produk yang terjual. 2) Harga jual produk. 3) Biaya. Biaya mempengaruhi harga jual untuk mencapai laba yang dikehendaki, harga jual mempengaruhi volume penjualan, sedangkan volume penjualan langsung mempengaruhi volume produksi dan volume produksi mempengaruhi biaya. Ketiga faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain. Dalam laporan laba-rugi yang disusun menurut metode variabel costing, perusahan dapat memperoleh berbagai parameter sebagai berikut: 1) Impas ( Break-event ). 1) Margin of Safety. 2) Shut-down Point.
35
3) Degree of operating leverage. 4) Laba kontribusi per Unit. Laporan Rugi Laba Menurut Schmidgall, Hayes, dan Ninemeier (2002, p. 80), “Income Statement also nown as a profit and loss statement, this final output from the accounting cycle reports on the restaurant’s profitability, including details regarding revenues earned and expenses incurred during a given period of time.” Yang artinya, Income Statement juga dikenal sebagai laporan laba dan rugi, ini merupakan hasil akhir dari alur laporan akuntansi pada perhitungan keuntungan, meliputi pendapatan dan biaya-biaya yang disajikan secara detail selama periode waktu yang diberikan. Yang di sebut Neraca Keuangan (Balance Sheet), Pengertian Pengendalian Pengendalian merupakan aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengetahui sejauh mana aktivitas operasional perusahaan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan semula. Jika terdapat penyimpangan - penyimpangan yang mungkin timbul serta menyimpang dari perencanaan, maka fungsi pengendalian membantu untuk mengatasi penyimpangan yang terjadi. Pengendalian adalah untuk menjamin terciptanya kinerja yang efisien, memungkinkan tercapainya tujuan tersebut. Kegiatan tersebut mencakup penetapan tujuan dan standar, membandingkan kinerja yang diukur dengan tujuan dan standar yang telah ditetapkan, menekankan pencapaian sukses dan upaya untuk memperbaiki kesalahan Welsch et al (115). Supriyanto (1994) menambahkan bahwa pengendalian (controlling) adalah proses untuk menjamin bahwa pelaksanaan kerja yang efisien akan dapat mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut Glenn A. Welsch W. Hilton Poul N. Gordon( 1995 : 05 ), pengendalian adalah proses untuk memastikan tindakan yang efesien untuk mencapai organisasi yang mencakup : 1. Penetapan sasaran dan standar 2. Membandingkan keberhasilan dengan sasaran dan standar 3. Mendorong keberhasilan dan memperbaiki kekurangan Jadi dari beberapa definisi yang ada di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengendalian adalah suatu proses control usaha sistematis perusahaan untuk memastikan rencana dan tindakan yang efisien dalam mencapai suatu tujuan perusahaan. Tujuan Pengendalian Dasar dari setiap tindakan adalah tujuan. Tujuan merupakan proses akhir dari terciptanya sesuatu yang diinginkan. Seperti yang diungkapkan oleh soekarno ( 1986 ) menyebutkan tujuan pengendalian, yaitu : 1. Untuk mengetahui apakah sesuatu berjalanan dengan rencana yang ditetapkan. 2. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu dilaksanakan sesuai dengan intruksi serta asas-asas yang telah ditetapkan. 3. Untuk mengetahui kesulitan, kelemahan, serta kekurangan yang mungkin timbul dalam pelaksanaan pekerjaan. 4. Untuk mengetahui segala sesuatu apakah berjalan secara efisien. 5. Untuk mngetahui jalan keluar bila ternyata dijumpai kesulitan, kelemahan, atau kegagalan kearah perbaikan. Jenis – jenis Pengendalian Pengendalian merupakan fungsi kelima dan terakhir dalam proses manajemen sama dengan perencanaan, pengendalian juga dilakukan secara berkelanjutan. Oleh karena itu ada proses pengendalian yang harus dilakukan dalam suatu organisasi. Pengendalian dapat didefinisikan suatu proses penguji dan mengevaluasi untuk kerja sebenarnya setiap komponen organisasi suatu perusahaan, mengambil tindakan perbaikan kalau diperlukan untuk memastikan pencapaian tujuan, sasaran, kebijaksanaan dan standard yang telah ditetapkan secara efisien. Perencanaan menetapkan sasaran, tujuan, kebijaksanaan dan standard yang dipergunakan oleh suatu perusahaan.
36
Pengendalian dilakukan dengan menggunakan evaluasi pribadi, laporan untuk kerja bekal, dan laporan khusus Pandangan lain mengatakan jenis Pengendalian sebagai berikut : 1. Pengendalian pendahuluan Dipergunakan sebelum melakukan tindakan untuk memastikan bahwa sumber daya karyawan disisipkan dan siap untuk memulai kegiatan. 2. Pengendalian keselarasan Memantau dengan menggunakan pengamatan pribadi dan laporan atas kegiatan yang sedang berlangsung untuk memastikan bahwa sasaran dapat dicapai, kebijaksanaan dan prosedur di patuhi selama melakukan kegiatan. 3. Pengendalian umpan balik Tindakan setelah kejadian ( pra perencanaan ) yang memusatkan perhatian pada hasil masa lalu untuk mengendalikan kegiatan dimasa datang. ( Glenn A. Welsch Ronald W. Hilton Poul N. Gordon, 1995 : 16 ) Produksi Menurut Sofyan Assauri ( 1999 : 75 ), Produksi diartikan suatu cara atau metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber - sumber ( tenaga kerja, mesin, bahan-bahan dan dana) yang ada. Seperti yang diketahui bahwa metode dan teknik menghasilkan produk cukup banyak, tetapi secara ekstrim dapat dijadikan menjadi dua yaitu: 1) Proses produksi secara terus menerus ( Continuous Process) Perusahan ini beropersi secara terus menerus untuk memenuhi permintaan pasar selama permintaan akan barang hasil produksi masih diperlukan konsumen. 2) Proses produksi terputus-putus ( Intermitten Process ) Perusahan ini akan berproduksi bila barang tersebut ada yang memesannya dan barang yang diproduksi hanya sesuai dengan prmintaan pemesanan. Hubungan antara Perencanaan dan Pengendalian Perencanaan merupakan proses dalam pengambilan keputusan serta pelaksana tindakan secara terinci yang ditujukan untuk mencapi tujuan perusahaan sedangkan pengendalian adalah tindakan yang dapat diterapkan untuk menjamin tindakan yang dapat diterapkan untuk menjamin tindakan sesuai dengan rencana. Stoner ( 1990 ) berpendapat bahwa pengendalian tidak akan terjadi bila tidak ada rencana, dan suatu rencana mempunyai kemungkinan kecil untuk berhasil bila tidak dilakukan beberapa upaya untuk kemajuan yang telah dicapai. Hubungan antara perencanaan dan pengendalian yang berjalan beriringan akan menciptakan kondisi yang dinamis dalam setiap kegiatan, perusahaan untuk mencapai target perusahaan yaitu tercapainya tujuan secara optimal. Keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya sangat dipengaruhi dari perencanaan dan pengendalian yang baik dalam perencanaan. Analisa Break-Event Point ( BEP ) Istilah Break-Event Point dipakai bilamana suatu perusahaan hanya menutup biaya produksi dan biaya usaha yang diperlukan dalam menjalankan kegiatan. Dengan demikian pengertian Break-Event adalah suatu keadaan dimana penghasilan dari penjualan hanya cukup untuk menutup biaya, baik yang bersifat variabel maupun yang bersifat tetap. Dengan kata lain keadaan Break-Event menunjukan jumlah laba sama dengan nol atau bahwa penghasilan total sama dengan biaya total. Menurut M. Muslich ( 2003 : 66 ), Break Event Point adalah analisis yang menunjukkan hubungan antara investasi dan volume produksi atau penjualan untuk mendapatkan suatu tingkat profitabilitas. Menurut Andri Apriyono ( 20 february 2009 ), Break Event Point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan tidak mendapat untung maupun rugi/ impas ( penghasilan = total biaya ). Menurut Mulyadi ( 2001 : 232 ), Break Event Point adalah keadan suatu usaha yang tidak meperoleh laba dan tidak menderita kerugian.
37
Menurut Bambang Riyanto ( 1992 : 76 ), Break Event Point adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan. Menurut Adisaputro ( Anggaran Perusahaan, hal 93-94 ), Break Event Point adalah analisis yang mampu menunjukan bagaimana jumlah keuntungan yang diperoleh akan berubah bilamana terjadi perubahan pada salah satu atau lebih dari faktor berikut ini : 1. Harga jumlah produk : naik turunya harga jual akan berpengaruh terhadap penghasilan dan penjualan. 2. Jumlah unit yang terjual : juga perubahan dari jumlah unit terjual akan secara langsung mempengaruhi penghasilan penjualan. 3. Biaya produksi dan atau biaya usaha : yang terakhir ini akan mempengaruhi biaya keseluruhan yang harus diperhitungkan terhadap hasil penjualan. Oleh karena laba adalah selisih antara penghasilan penjualan dengan keseluruhan biaya, maka perubahan dari penghasilan atau biaya dengan sendirinya akan mempengaruhi laba yang diperoleh. Oleh karena itu analisis Break-Event sering juga disebut sebagai analisa Cost-Volume-Profit ( Analisi CVP ).
Gambar 1 Kurva BEP
RP
Biaya Variabel Total
BEP R2
s
Daerah laba
Biaya Semi Variabel
Daerah Rugi
R1 0
P1 P2 P3 Garis Produksi / penjualan.
P4
Volume Penjualan
Keterangan : OP : Garis Produksi/ Penjualan (dalam unit) OS : Garis Penjualan (dalam rupiah) OR : Biaya
Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Laba dibagi menjadi 3, yaitu : Perubahan Volume produksi / Penjualan Perubahan harga Jual Perubahan Biaya Perubahan Volume Produksi. Asumsi - Asumsi Dasar Dalam Menggunakan Analisis Break-Event Point ( BEP ) Untuk dapat melakukan analisis Break-Event Point ( BEP ) atau titik impas dalam pengelolaan suatu usaha jasa restoran dan bar, dalam hal ini bistro dan lounge perlu dipenuhi asumsi – asumsi dasarnya, karena tanpa terpenuhi asumsi dasar tersebut maka tidak akan dapat dilakukan suatu dasar analisisnya. Adapun asumsi – asumsi yang harus terpenuhi menurut Soekrisno, ( Manjemen Food and beverage service hotel, hal 172 - 173,2001 ) didalam menganailisis biaya volume laba adalah sebagai berikut : 1. Biaya didalam usaha bisnis dibagi atau dapat dipisahkan mana yang bersifat variabel ( variabel Cost ) dan mana yang bersifat tetap ( Fixed cost ). Biaya – biaya yang bersifat meragukan, yaitu semivariabel harus ditegaskan kelompoknya sehingga akhirnya hanya ada 2 kelompok biaya saja, yakni biaya tetap dan biaya variabel 2. Besarnya biaya variabel secara totalitas berubah – ubah secara proporsioanal dengan volume penjualan. Ini berarti bahwa biaya perunitnya atau perpelangganya adalah tetap sama.
38
3. Besarnya biaya tetap secara totalitas tidak berubah meskipun ada perubahan volume penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap perunitnya atau perpelangganya berubah – ubah karena adanya perubahan volume kegiatan atau penjualan. 4. Harga jual perunit tidak berubah selama periode yang dianalisis, jika dalam usaha menaikan volume penjualan dilakukan penurunan harga jual atau dengan memberikan potongan harga, maka hal ini mempengaruhi hubungan biaya, volume dan laba. 5. Usaha bisnis tertentu hanya memproduksi atau menjual satu macam produk saja, apabila diproduksi lebih dari satu macam produk, pertimbangan penghasilan penjualan antara masing – masing produk atau sales mix nya adalah tetap konstan. 6. Situasi ekonomi dan keadaan lain harus tetap dalam kondisi stabil. Pada masa inflasi tinggi sangat susah untuk meramalkan penjualan atau harga jual untuk masa mendatang dan akan sangat beresiko untuk menggunakan analisa BEP untuk pengambilan keputusan kedepan. 7. Bahwa analisa BEP hanya digunakan sebagai panduan untuk pengambilan keputusan pendekatan matematis atau pendekatan grafis mungkin mengidikasikan suatu kepastian, tetapi ada hal lain yang perlu diperhatikan seperti hubungan antara karyawan, niat baik pelanggan, keadaan sosial atau lingkungan, yang menjadi kontradiksi dalam perhitungan analisa BEP. Klasifikasi Biaya Untuk menentukan BEP atau biasa kita sebut titik impas, biaya-biaya yang terjadi selama periode tertentu harus diklasifikasikan ke dalam biaya tetap dan biaya variabel. Pada umumnya perilaku biaya diartikan sebagai hubungan antara total biaya dengan perubahan volume kegiatan berdasarkan perilakunya dalam hubungan dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu : 1. Biaya Tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran perubahan volume kegiatan tertentu tetapi biaya perunit berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan. 2. Biaya Variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahaan volume kegiatan sedangkan biaya variabel perunitnya konstan ( tetap ) dengan adanya perubahaan volume. 3. Biaya Semi Variabel adalah biaya yang memiliki elemen tetap dan variabel didalamnya. Sifat biaya semi variabel memilki karakteristik seperti dibawah ini : a. Total berubah mengikuti perubahan volume, tetapi perubahannya tidak proposional. b. Perunitnya juga berubah, tetapi terbalik dengan perubahaan volume, dan tidak sebanding. Pemisahaan biaya semi variabel / campuran adalah pemisahan biaya campuran ini diperlukan dalam rangka penggunaannya sebagai perencanaan, pengendalian dan sebagai informasi pengambilan keputusan. Beberapa jenis biaya tertentu yang sifatnya campuran sulit untuk ditentukan dengan pasti,berapa bagian yang bersifat variabel dan beberapa bagian yang bersifat tetap. Oleh karena pentingnya perencanaan dan pengendaliaan, biaya campuran harus dipisahkan menjadi biaya variabel dan biaya tetap. Beberapa teknik untuk memisahkan biaya campuran menurut Sugiri, ( Akuntansi Manajemen hal 44-51 ), antara lain : 1) Metode diagram pancar 2) Metode titik tertinggi dan rendah 3) Metode regresi linear Ketiga teknik ini mendasarkan pada pengumpulan data historis yang menunjukan besarnya biaya campuran / semi variabel dimasa lalu berbagai tingkat kegiatan.
DAFTAR PUSTAKA
39
Adisaputra G-M Asri ( 2004 ), Anggaran Perusahaan, BPEE, Yogyakarta. Ahyari Agus ( 1994 ), Manajemen Produksi, Edisi keempat, BPFE, Yogyakarta. Apriyono,Andri ( 2009 ), WWW. Break Event Point. Asri Adisaputro G-M, ( 2004 ), Anggaran Perusahaan, BPEE,Yogyakarta. Gleen A Welsch-Ronald W. Hilton-Poul N. Gordon ( 1995 ),Budgeting, Edisis Kelima, Bumi Aksara, Jakarta. H. Malayu. S.P. Hasibuan ( 2001 ), Pengantar Manajemen, Edisi revisi, PT Bumi Aksara. Kamarudin, Ahmad, ( 2000 ), Akuntansi Manajemen, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Milton F. Usry Lawrence H. Hammer( 1995 ), Akuntansi Biaya, Edisi kesatu, Penerbit Erlangga, Jakarta. Multi Sumarni-Jhon Sueprihanto ( 1998 ), Pengantar Bisnis, Edisi Kelima, Liberty, Yogyakarta. Mulyadi ( 2001 ), Akuntansi Manajemen, Edisi Ketiga, Penerbit Erlangga,Jakarta. Muslich Mohamad, SE. M.BA, ( 2003 ), Manajemen Keuangan Modern, Penerbit Bumi Aksara , Jakarta. Riyanto Bambang ( 1995 ), Dasar – Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Penerbit Gadja Mada,Yogyakarta. Soekresno,( 2001 ), Manajemen Food and Beverage Service Hotel, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. T. Hani Handoko, ( 1994 ), Dasar-dasar Manajemen, Edisi kedua, cetakan ketujuh, BPFE, Yogyakarta. Umar Husein ( 2003 ), Study Kelayakan Bisnis, Edisi Kedua, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta