PEREMPUAN DALAM SYARIAT ISLAM DAN HAK ASASI MANUSIA
Suyatno Widyaiswara Balai Diklat Keagamaan Semarang
[email protected]
Abstract: Islam since the beginning of the whole ummah's mandated to protect and put women in a safe position. So that embraces syar'i, women are actually safe and respectable position. But in reality, many obstacles and hurdles that actually invented by the Muslims themselves. The majority of Islamic legal interpretation and the results are written by scholars and men often bring bias in their views. Patriarchal culture has marginalized women, denying women as caliph fil ard, and deny justice teachings promoted by the Qur'an. Ideal-normative Islam does not differentiate between men and women, let alone discriminate against women. As carrier safety and kerahmatan entire universe (rahmatan li al-'aalamiin), Islam puts women's position as evidence of primacy. Women are not appreciated at the time of ignorance, with the arrival of Islam he earned a place of honor, getting an education, open a wider kesempatann for actualization and selfdevelopment.
Keywords: Women's Rights, Human Rights, Syar'i. Abstraks: Islam sejak awal seluruh umat yang diamanatkan untuk melindungi dan menempatkan perempuan dalam posisi yang aman. Jadi yang mencakup syar'i, wanita sebenarnya posisi aman dan terhormat. Namun pada kenyataannya, banyak kendala dan rintangan yang sebenarnya diciptakan oleh Muslim sendiri. Mayoritas penafsiran hukum Islam dan hasilnya ditulis oleh ulama dan orang-orang sering membawa bias dalam pandangan mereka. Budaya patriarki telah meminggirkan perempuan, menyangkal perempuan sebagai khalifah fil ard, dan menolak ajaran keadilan dipromosikan oleh AlQur'an. Islam Ideal-normatif tidak membedakan antara pria dan wanita, apalagi mendiskriminasikan perempuan. Sebagai pembawa keselamatan dan kerahmatan seluruh alam semesta (rahmatan li al-'aalamiin), Islam menempatkan posisi perempuan sebagai
242 |
MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013
bukti keutamaan. Wanita tidak dihargai pada saat kebodohan, dengan kedatangan Islam ia mendapatkan tempat terhormat, mendapatkan pendidikan, membuka kesempatann yang lebih luas untuk aktualisasi dan pengembangan diri.
Kata Kunci: Hak Perempuan, HAM, Syar’i. sejak
Pendahuluan Problem yang perlu ditegaskan dalam
artikel
ini
yaitu,
bahwa
pemahaman dan interpretasi yang salah dari
sebagian
kalangan
dalam
awal
mengamanatkan
kepada
seluruh ummatnya untuk melindungi dan menempatkan wanita dalam posisi aman. Dalam arti lain, yang menjadi orientasi
penulis
adalah
melakukan
mendiskripsikan hak-hak perempuan dan
reinterpretasi pemahaman bahwa Islam
kewajibannya,
dari
adalah benar-benar tidak diskriminatif
rentannya penodaan dan klaim Islam
terhadap perempuan, sekaligus sebagai
biang keladi dan legetimator tindakan
manifestasi dari makna aktualisasi HAM;
diskriminasi terhadap perempuan. Oleh
dengan bukti yang terdapat dalam konten
karena itu, artikel ini melihat perlu
khutbah
meluruskan
dalam
Muhammad yang akan menjadi uraian
ajaran
analisis dalam peneniltian ini yaitu kata
Islam terutama menyangkut pembahasan
“…ﺧ ْﻴﺮًا َ ﺳ َﺘ ْﻮﺻُﻮا ﺑِﺎﻟ ﱢﻨﺴَﺎ ِء ْ ”اyang akan menjadi
tentang relasi perempuan dengan kaum
pembahasan
laki
perlindungan
adalah
lain
kesalahpahaman
interpretasi-interpretasi
laki
sisi
serta
tentang
menempatkan
relasi
haji
wada’
serta
oleh
Nabi
relevansinya
terhadap
bagi
hak-hak
tersebut secara proporsional berdasarkan
perempuan dalam Islam sebagai fokus
konteks materi Khutbah (pidato) haji
utama dalam penelitian ini.
Wada’ Nabi Muhammad Saw, yang dipandang
sebagai
deklarasi
Islam
tentang Hak Asasi Manusia (HAM).
A. Perempuan
Kaum perempuan sejak lama telah menjadi pemikiran terhadap keamanan dan
privasinya
Dekapan
Syariah Penjelasan
tentang
relasi
perempuan dan laki-laki serta hak-hak
mendapat
kaum perempuan perspektif Islam, telah
asasinya.
banyak di ulas dalam berbagai momen
Islam dalam hal perlindungan ini, justeru
seperti seminar, diskusi, lokakarya, bedah
yang
perlindungan
bagian
Dalam
dari
manusia
sebagai
Pembahasan
seharusnya
atas
hak-hak
Perempuan dalam Syariat Islam dan Hak Asasi Manusia (Suyatno)
| 243
buku
dan
momen
lainnya.
meredaksikannya dengan wasiah (wasiat)
Termasuk juga tanggapan dari para kaum
yang berkonotasi lebih dari sekadar
feminis
Timur.
perintah bagi kaum bani Adam untuk
Pembahasan mengenai kesetaraan gender
berbuat baik kepada kaum perempuan
yang merupakan bagian dari perjuangan
dan memperlakukan secara bermartabat
hak-hak perempuan di negara Barat telah
dan ramah, termasuk kewajiban untuk
menjadi cabang dari disiplin ilmu. Salah
memenuhi
satu buku yang sangat komprehensif yang
lingkut privat maupun publik. Hasil dan
membahas tentang hak-hak perempuan,
tawaran dalam karya ini, memberikan
adalah dua buah karya karya Abdu al-
respon
Razzaq Bin Abdul Muhsin al-Badar
perempuan
berjudul Takrim al-Islam li al-Mar’ah,
menjadi produktif berdasarakan konten
(2009) dan Khuthab Wa Mawa'iz Min
khutbah haji wada’. Seorang penulis
Hajjah al-Wada’i, (2005). Dua karya ini
kontemporer Timur Tengah Robi’ al-
merupakan master peace dari pemikiran
Madkholi menulis dalam karyanya al-
Abdur Razzaq kaitannya dengan potret
Huquq Wa al-Wajibat ‘ala al-Rijal wa al-
perempuan dalam Islam. Dalam karya
Nisa'i
pertama ia menjelaskan normativitas baik
Kewajiban Kaum Laki-laki dan Kaum
yang
al-Qur’an
Perempuan dalam Islam). Dalam buku ini
maupun Hadits tentang posisi perempuan
ia berusaha meluruskan stigma negatif
dalam
telah
sebagian orang (kaum feminis Liberal)
memberikan penghormatan (pemulyaan)
terhadap Islam atas pendiskriminasian
terhadap kaum perempuan. Sebuah karya
kaum perempuan. Ia berusaha untuk
yang
di
meletakkan
dalamnya terdapat asumsi bahwa Islam
pendekatan
sangat memulyakan perempuan yang
perempuan secara komprehensif dapat
mungkin tidak dimiliki oleh agama lain.
dipahami
Barat
maupun
berbentuk Islam
perlu
ilmiah
dalil-dalil
di
mana
diapresiasi,
Islam
karena
Dalam karyanya yang kedua Abdur Razzaq kemanusiaan
menjelaskan dengan
pilar-pilar memberikan
apresiasi terhadap Hak asasi Manusia
positif
fi
yang
baik
dalam
terhadap
asumsi
cenderung
negatif,
al-Islam
(Hak-hak
permasalahan ideal bukan
dengan
normatif, dengan
dan
sehingga pandangan
diskriminatif, tetapi lebih sikap ramah dan penghargaan yang sangat tinggi terhdap mereka. Selanjutnya,
secara umum terutama hak-hak kaum
menulis
perempuan secara khusus, kerena Nabi
kesetaraan
244 |
hak-haknya
buku
Nasaruddin berjudul
Gender,
yang
Umar
Argumen berusaha
MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013
membangun epistimologi gender berbasis
menggunakan
al-Qur’an dengan berusaha memaparkan
Kegelisahan
ayat-ayat
menginspirasikan ditulisnya buku Qur`an
yang
berkaitan
dengan
metode
Hermeneutik.
ini
akhirnya
perempuan, kemudian menganalisanya
and
dengan berbagai pendekatan dan disiplin
Gender Jihad, Women’s Reform in Islam,
ilmu modern sehingga sampai pada
karya yang membuat sebuah reformasi
sebuah
terhadap
kesimpulan
bahwa
pesan
Woman,
kemudian
perempuan
Inside
Islam
The
dan
universal al-Qur’an adalah pengakuan
merupakan grand proyek intelektualnya
kesetaraan
sehinggga pemikiran dan perannya mulai
antara
laki-laki
dan
perempuan. Dari kalangan fminis Islam
diperhitungkan.
Internasional Amina Wadud Muhsin
dirintisnya fikih yang berkeadilan gender
menulis buku dengan judul Inside The
oleh feminis Islam, maka di samping
Gender Jihad, Women’s Reform in Islam,
mengutip
Ajaran Islam mengenai keadilan antara
Inside The Gender Jihad, Women’s
laki-laki dan perempuan, menimbulkan
Reform In Islam, penulis juga banyak
kegelisahan di diri Amina Wadud ketika
mengutip-bahkan mayoritas- pemikiran
melihat keterpurukan Perempuan Islam di
yang
segala bidang. As a fully Human agency,
Qur`an and Woman di atas. Hal ini
ia
dikarenakan fikih yang ia rintis nantinya
mulai
mencari
penyebab
dari
Berkaitan
pemikirannya
dirangkumnya
dengan
dalam
buku
dalam karyanya
keterpurukan tersebut kepada sumber
adalah
ajaran Islam terkai dengan perempuan.
terhadap interpretasi ulama terdahulu
Dalam pernyataan Wadud, bahwa mayoritas penafsiran dan hasil hukum
produk
terhadap
dari
ayat
dan
reinterpretasinya hadis
tentang
perempuan.
Islam ditulis oleh para ulama pria
Dari hasil penelitian dan hasil karya
seringkali membaca bias pada pandangan
yang
mereka. Menurutnya, budaya patriarki
menemukan kajian atau pembahasan
telah memarginalkan kaum perempuan,
yang
menafikan mereka sebagai khalifah fil
perempuan
ardh, serta menyangkal ajaran keadilan
Islam normatif yang berlandaskan kajian
yang diusung oleh al-Qur`an (Wadud,
konten Hadits Khutbah (pidato) Haji
1997 : 50). Ia tertantang dan berjuang
Wada’ Nabi Muhammad SAW secara
(jihad) untuk melakukan reinterpretasi
komprehensif. Oleh karena itu, penulis
terhadap
pada artikel ini ingin mengkaji secara
masalah
tersebut
dengan
disebutkan, menyajikan
penulis mengenai
berdasarkan
Perempuan dalam Syariat Islam dan Hak Asasi Manusia (Suyatno)
belum hak-hak
epistimologi
| 245
mendalam
dan
komparatif
dengan
menganalisa konten hadits tersebut. Sebagaimana
laki-laki
untuk
diperlakukan
secara
dalam
manusiawi. Jika laki-laki memiliki hak
konteks historis tentang peranan Islam
mendapat pendidikan, pekerjaan, hak
dalam memperjuangkan tegaknya nilai-
ekonomi, sosial dan lain-lain maka
nilai HAM, terdapat beberapa data
perempuanpun
historis tentang informasi penegakan
kaum
HAM. Islam sebagiamana agama-agama
terhadap hak-haknya merupakan bagian
yang lain,
juga menitikberatkan pada
dari pilar-pilar perjuangan Nabi SAW.
nilai persamaan derajat manusia disisi
semenjak empat belas abad silam. Dalam
Tuhan. Terdapat dua deklarasi ketika
hal ini, terdapat tiga pilar revolusi yang
berbicara tentang HAM (huquq al-
diperjuangkan oleh Nabi Muhammad
insaniyyah) yang menjadi perjuangan
mulai dari Makkah, hingga hijrahnya ke
Nabi Muhammad SAW, yaitu terkait
Madinah.
dengan Piagam Madinah (Charter of
(melawan
Madina) dalam membangun masyarakat
patung), atau bahkan atheis menjadi
(ummah) di Madinah. Selain Piagam
kembali Iman kepada Allah dengan
Madinah adalah Khutbah Haji Wada’
seruan
yang di dalamnya menegaskan hak-hak
gaungnya menggtarkan seluruh Jazirah
perempuan, baik yang menyangkut harta,
Arabia (Arief, 1992 : 86). Kedua,
hak-hak, dan perlindungan (Ul Hag, 2007
revolusi HAM Masyarakat Jahiliyah.
: 17). Karena, salah satu ajaran yang
Contoh perempuan dikuburkan hidup-
sangat
hidup-menjadi
urgen
diketahui
memiliki kesederajatan dengan kaum
dalam
Islam
adalah
sama.
perempuan
Pertama,
Pemberdayaan
dan
pengakuan
revolusi
tauhid
paganisme-penyembah
tauhid
(monotheisme)
terangkat
yang
derajatnya
pengakuan hak-hak perempuan (huquq
seperti laki-laki.
al-mar’ah) untuk diperlakukan secara
mencerminkan penegakan HAM bagi
bermartabat oleh komunitas manusia
perempuan,
terutama
yang
(khutbah) Haji Wada’ di mana dalam
diperjuangkan oleh Nabi Muhammad
teks-teks khutbah tersebut hak-hak kaum
SAW. (Ul Hag, 2007 : 17).
perempuan diberi apresiasi, sehingga
kaum
lelaki,
seperti
Selain itu, yang
tertuang dalam isi pidato
Menodai kehormatan perempuan
tercipta relasi yang harmonis dan dimanis
adalah tindakan melanggar HAM dan
di bawah bimbingan wahyu Allah SWT
sekaligus melanggar ajaran agama Islam.
(Arief, 1992 : 86).
Sebab dalam Islam, kaum perempuan
konstitusi
246 |
yang
Ketiga, revolusi
dilakukan
Nabi
di
MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013
Madinah, sehingga melahirkan Piagam
رﺿﻲ- ﺠﺸَﻤﻲ ُ ص اﻟ ِ ﻋﻦ ﻋﻤﺮو ﺑﻦ اﻷﺣﻮ
Madinah sebagai landasan bermasyarakat
ﺻﻠﻰ اﷲ- ﻲ ّ ﺳ ِﻤ َﻊ اﻟﻨﱠﺒ َ أﻥﱠ ُﻪ: - اﷲ ﻋﻨﻪ
dan
bernegara
bagi
Umat
Islam
(Pulungan, 2002 : 78). Ketiga pilar inilah yang paling
ن ْ ل َﺑ ْﻌ َﺪ أ ُ ع َیﻘُﻮ ِ ﺠ ِﺔ اﻟ َﻮدَا ﺣﱠ َ ﻓﻲ- ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻆ َ ﻋﻠَﻴ ِﻪ َو َذ ﱠآ َﺮ َووَﻋ َ وَأ ْﺛﻨَﻰ، ﺣ ِﻤ َﺪ اﷲ َﺕﻌَﺎﻟَﻰ َ
terlihat dalam perjuangan Nabi dalam
، ﺧﻴْﺮًا َ ﺳﺘَﻮﺻُﻮا ﺑﺎﻟﻨﱢﺴﺎ ِء ْ ) أﻻ وَا: ل َ ُﺛﻢﱠ ﻗَﺎ،
misi ke-Islaman-nya. Akan tetapi, pada
ن ِﻡ ْﻨ ُﻬﻦﱠ َ ﺲ َﺕ ْﻤِﻠﻜُﻮ َ ﻋ ْﻨ َﺪ ُآ ْﻢ َﻟ ْﻴ ِ ن ٍ ﻋﻮَا َ َﻓِﺈ ﱠﻥﻤَﺎ ُهﻦﱠ
fokus kajian kali ini lebih spesifik untuk
، ﺸ ٍﺔ ُﻡ َﺒ ﱢﻴ َﻨ ٍﺔ َﺣ ِ ﻦ ِﺑ َﻔﺎ َ ن یَﺄﺕِﻴ ْﻻأ ﻚإﱠ َ ﻏ ْﻴ َﺮ ذِﻟ َ ﺵﻴْﺌًﺎ َ
menganalisa materi khutbah haji wada’
، ﻦ ﻓﻲ اﻟ َﻤﻀَﺎﺝِﻊ ﺠﺮُو ُه ﱠ ُ ﻦ ﻓَﺎ ْه َ ن َﻓ َﻌ ْﻠ ْ ﻓَﺈ
seputar hak-hak kaum perempuan, bahwa ternyata perempuan diberi apresiasi dan bahkan dalam pidato tersebut terlihat
ن ْ ﻓﺈ، ح ٍ ﻏ ْﻴ َﺮ ُﻡ َﺒ ﱢﺮ َ ﻦ ﺿَﺮﺑًﺎ ﺿ ِﺮﺑُﻮ ُه ﱠ ْ وَا ن َﻟ ُﻜ ْﻢ ﻻإﱠ َ ﻼ؛أ ً ﻦ ﺳَﺒﻴ ﻋﻠَﻴﻬ ﱠ َ ﻃ ْﻌ َﻨ ُﻜ ْﻢ ﻓَﻼ َﺕ ْﺒﻐُﻮا َأ
nilia-nilai
ﺣ ّﻘًﺎ ؛ َ ﻋَﻠ ْﻴ ُﻜ ْﻢ َ َوِﻟ ِﻨﺴَﺎ ِﺉ ُﻜ ْﻢ، ﺣ ّﻘًﺎ َ ﻋﻠَﻰ ِﻥﺴَﺎ ِﺉ ُﻜ ْﻢ َ
universal dalam Islam. Oleh karena itu,
ﻦ ْ ﺵ ُﻜ ْﻢ َﻡ َ ﻦ ُﻓ ُﺮ َ ﻃ ْﺌ ِ ن ﻻ یُﻮ ْﻦ أ ﻋﻠَﻴ ِﻬ ﱠ َ ﺤ ﱡﻘ ُﻜ ْﻢ َ َﻓ
penelitian ini menjadi sangat penting
ﻦ ْ ن ﻓﻲ ُﺑﻴُﻮ ِﺕ ُﻜ ْﻢ ِﻟ َﻤ وَﻻ َی ْﺄ َذ ﱠ، ن َ َﺕ ْﻜ َﺮهُﻮ
untuk
ﺴﻨُﻮا ِﺤ ْ ن ُﺕ ْ ﻋَﻠ ْﻴ ُﻜ ْﻢ أ َ ﺣﻘﱡ ُﻬﻦﱠ َ ﻻ َو َن ؛ أ َ َﺕ ْﻜ َﺮهُﻮ
sangat
menjunjung
dijadikan
tinggi
sebagai
kontribusi
akademik. Sekedar gambaran
kendala
yang dihadapi dalam upaya penegakan
ﻦ ( رواﻩ ﻃﻌَﺎﻡِﻬ ﱠ َ ﻦ َو ﺴ َﻮﺕِﻬ ﱠ ْ ﻦ ﻓﻲ ِآ ِإَﻟ ْﻴ ِﻬ ﱠ اﻟﺘﺮﻡﺬي
HAM Khususnya menyangkut hak-hak kaum Hawa adalah ketidaktahuan sejauh mana pengakuan hak-hak tersebut bisa dipertanggung jawabkan secara benar. Dalam ranah ilmiah hal tersebut dengan
Dalam hadits lain yang semakna namun dengan redaksi yang sedikit berbeda Nabi SAW. Bersabda (Muslim, t.t., 1218):
mudah bisa dilacak dan diakses. Misalnya kandungan-
ﻓﺎﺕﻘﻮااﷲ ﻓﻲ اﻟﻨﺴﺎء ﻓﺈﻥﻜﻢ أﺧﺬﺕﻤﻮهﻦ ﺑﺄﻡﺎن
kandungan ajaran Islam yang termaktub
اﷲ واﺳﺘﺤﻠﻠﺘﻢ ﻓﺮوﺝﻬﻦ ﺑﻜﻠﻤﺔ اﷲ وﻟﻜﻢ
dalam Hadits-hadits Nabi Muhammad
ﻋﻠﻴﻬﻦ أﻻ یﻮﻃﺌﻦ ﻓﺮوﺵﻜﻢ أﺣﺪا ﺕﻜﺮهﻮﻥﻪ
SAW.
ﻓﺈن ﻓﻌﻠﻦ ذﻟﻚ ﻓﺎﺿﺮﺑﻮهﻦ ﺿﺮﺑﺎ ﻏﻴﺮ
dengan
menganalisa
Salah satu hadis yang dimaksud adalah hadits riwayat at-Turmudzi dalam
ﻡﺒﺮح وﻟﻬﻦ ﻋﻠﻴﻜﻢ رزﻗﻬﻦ وآﺴﻮﺕﻬﻦ
Sunan Turmudziy: (Al-Turmudziy, t.t.,
ﺑﺎﻟﻤﻌﺮوف
467)
Perempuan dalam Syariat Islam dan Hak Asasi Manusia (Suyatno)
| 247
Ajaran Islam tentang hak asasi
terbukanya kesempatann yang lebih luas
manusia di atas telah diaktualisasikan
untuk aktualisasi dan pengembangan diri.
dalam kehidupan bermasyarakat pada
Dalam hal ini relevansinya dengan
zaman Nabi Muhammad SAW dan
penelitian bahwa Materi Khutbah Arafah
Khulafa’ur Rasyidin (empat khalifah
/ Khutbah Haji Wada’ secara normatif-
pertama) seperti tersirat dalam beberapa
konseptual merupakan bukti pengakuan
Sunnah dan tradisi Sahabat. Sebagian dari
Hak-hak Asasi bagi Manusia secara
khutbah Rasulullah SAW. di depan
umum, karena mengandung pemeliharaan
umatnya yang menerangkan tentang hak
terhadap pelanggaran lima kebutuhan
asasi
pada
dasar setiap individu (Daruuriyyaat al-
peristiwa Haji Wada’ adalah: (Bukhari,
Khamsah; Agama, darah, harta, nyawa,
t.t., 1679)
dan
إن دﻡﺎءآﻢ وأﻡﻮاﻟﻜﻢ ﺣﺮام ﻋﻠﻴﻜﻢ آﺤﺮﻡﺔ یﻮﻡﻜﻢ
terhadap hak-hak asasi perempuan secara
هﺬا ﻓﻲ ﺵﻬﺮآﻢ هﺬا
Khusus, karena penjaminan hak-haknya
manusia
secara
umum
Hadits-hadits diatas secara eksplisit menjustifikasi adanya pengakuan hak perempuan seorang
dalam
konteks
sebagai
pengakuan
tersebut
manifestasi
dari
dihadapan
Allah
isteri,
merupakan kesetaraannya (Mahfudz,
2001
:
12).
Islam
sesungguhnya secara ideal-normatif tidak membedakan
antara
laki-laki
dan
perempuan, apalagi mendiskriminasikan perempuan. bahkan, sebagai pembawa keselamatan dan kerahmatan seluruh alam (rahmatan li al-‘aalamiin), Islam menempatkan pengangkatan derajat dan posisi
perempuan
sebagai
bukti
keutamaannya. Perempuan yang pada masa Jahiliyah tidak dihargai, dengan kedatangan Islam ia mendapatkan tempat terhormat, 248 |
memperoleh
pendidikan,
kehormatan).
Dan,
pengakuan
merupakan kewajiban setiap kaum bani adam. Banyak hak-hak mereka menjadi tidak terakomodasi dan terlanggar dengan dalih bahwa perempuanan berkewajiban secara totalitas kepada segala kemauan bani adam (suami) dari satu sisi, padahal jika dicermati hak dan kewajiban seorang perempuan merupakan imbal balik dari penunaian seorang
hak
dan
laki-laki.
pernyataan
dari
kewajiban Dalam
beberapa
dari
sebuah kalangan,
menganggap hukum Islam mengekang kebebasan perempuan, yang menjadikan perempuan tidak mempunyai ruang gerak yang berkonsekuensi pada kejumudan dan ketertinggalan dan sebagai sumber fitnah. Hukum Islam yang acapkali dituduh
diskriminatif
di
antaranya:
keharusan izin bagi istri kepada suaminya
MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013
jika akan keluar rumah; keharaman
moral dan agama ini sangat penting untuk
perempuan
ditingkatkan terlebih perempuan adalah
menjadi
kepala
negara;
kewajiban perempuan menutup aurat,
lembaga
mendidik
anak,
dan
Madarasah al-uula), yang tak hanya
melayani
suami;
lelaki
mampu menjadi seorang "leader of
berpoligami dan seterusnya. Perempuan
woman" namun dapat menjadi Aisyah
dalam
yang menjadi rujukan para ulama besar
serta
menaati
kebolehan
Islam dianggap tidak diberi
pendidikan
utama
(al-
kesempatan oleh Islam untuk berkiprah di
sebagaimana
ranah publik dan ruang gerak lainnya.
SAW.“Ambillah setengah pengetahuan
Dalam hal pendidikan perempuan misalnya,
bahwa
tingkat
pendidikan
agama
pernyaataan
kalian
(Aisyah)”,
dari
hingga
akan
Nabi
Al-Humairah lahir
para
perempuan sangat rendah dan bahkan
perempuan yang cerdas, berpendidikan,
akan
dan berakhlakul karimah.
berdampak
pada
terbatasnya
pilihan-pilihan untuk melakukan berbagai upaya pemenuhan hak ekonomi, sosial dan budaya serta hak sipil dan politik. Upaya
mewujudkan
perempuan
di
lembaga
B. Perempuan Dalam Bingkai Hak Asasi Manusia
keterwakilan
Dalam konteks global Perjuangan
pengambilan
panjang kaum Feminis telah mendapat
keputusan sekurang-kurangnya 30% dari
momentumnya
jumlah seluruh pengambil keputusan,
naskah-naskah hak asasi manusia dan
besar kemungkinan akan terus mengalami
naskah perjanjian (covenant ) sebagai
rintangan
jawaban
karena
rendahnya
tingkat
atas
dengan
dikeluarkan
kegelisahan
mereka.
pendidikan perempuan. Bahkan dalam
Perjanjian (covenant) ini bersifat lebih
realitanya, rendahnya tingkat pendidikan
mengikat
perempuan
yang
Pembahasan tentang hak-hak perempuan
korban
(women’s Rights), secara umum tidak
pelanggaran hak asasi manusia, terjebak
lepas dari sebuah pandangan bahwa
dalam relasi kerja yang eksploitatif dan
Tuhan Yang Maha Esa telah menciptakan
predatory.Memang, tingkat pendidikan
manusia berakal dan berhati nurani.
salah satu indikator yang mampu menjadi
Dengan akal dan nurani, manusia mampu
efek bagi faktor yang sosial lain, namun
membedakan yang baik dan yang buruk,
yang
yang
mengakibatkan
bersangkutan
terpenting
menjadi
bukan
hanya
pada
pendidikan formal saja, tetapi pendidikan
daripada
akan
deklarasi
mengarahkan
belaka.
sikap
dan
prilakunya dalam menjalani kehidupan.
Perempuan dalam Syariat Islam dan Hak Asasi Manusia (Suyatno)
| 249
Dengan akal dan nurani itu, maka
Manusia (HAM). Secara Formal Yuridis
manusia
untuk
Hak-hak Asasi Perempuan telah diakui
dan
dalam naskah yang berskala nasional
mampu
maupun internasional, baik yang telah
memiliki
memutuskan
kebebasan
sendiri
prilakunya
sikap
dan
memepertanggungjawabkan
semua
diratifikasi
tindakan yang dilakukannya. Kebebasan
diratifikasi.
dasar dan hak-hak dasar itulah yang
dimaksud adalah:
disebut hak asasi manusia. Jadi hak asasi
a. 1945: Undang-Undang Dasar (UUD)
manusia dapat diartikan sebagai hak-hak dasar yang dimiliki pribadi manusia
maupun Adapun
belum
naskah
yang
1945, Pasal 27 b.
1958: Undang-Undang No. 68 Tahun
secara universal yang merupakan anugrah
1958,
Tuhan Yang Maha Esa (Fakih, 2001 :
Perempuan
167). Dalam konteks perempuan sebagai
yang
c.
Konvensi
hak
Politik
1984: Undang-Undang No. 7 Tahun
bagian dari masyarakat Negara-negara di
1984, Konvensi Penghapusan Segala
dunia, maka apresiasi terhadap hak-
Bentuk
haknya terefleksikan dalam konsep Hak
(CEDAW)
Asasi perempuan (HAP) yang sedikitnya
d.
Diskriminasi
Wanita
1966/1976: Kovenan Hak Sipil dan
memiliki dua makna yang terkandung
Politik dan Kovenan Hak Ekonomi,
didalamnya hak asasi perempuan yang
Sosial dan Budaya, Pasal 3 (belum
hanya dimaknai sekedar berdasarkan akal
diratifikasi Indonesia)
sehat.
Logika
adalah
e.
1993: Deklarasi Wina, Pasal I/18
pengakuan bahwa perempuan adalah
f.
1998: S.K Presiden No. 181, Komisi
manusia,
dan
yang
dipakai
karenanya
sudah
Nasional Anti Kekerasan Terhadap
sewajarnya mereka juga memiliki hak
Perempuan
asasi. makna yang kedua, dibalik istilah
didirikan
Hak Asasi Perempuan terkandung visi
g.
dan maksud transformasi relasi sosial melalui perubahan relasi kekuasaan yang
Protokol
dari
h.
2003:
i.
12,
2004: Undang-Undang No. 23 Tahun
adanya
Dalam Rumah Tangga
Asasi
No.
Pemilihan Umum, Pasal 65 2004,
Hak
CEDAW
Undang-Undang
ini memang lebih revolusioner karena pengintegrasian
Perempuan)
ditandatangani
berbasis gender (Budihardjo, 2008 : 256). Makna Hak Asasi Perempuan yang kedua
2002:
(Komnas
Pengahapusan
Kekerasan
Perempuan kedalam Standar Hak Asasi
250 |
MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013
j.
2006:
Undang-Undang
Kemudian dalam Kovenan
Kewarganegaraan Tahun 2006.
Internasional
Dari keterangan beberapa naskah
Ekonomi, Sosial, dan Budaya yang
yang telah disebutkan dapat dijelasakan
disahkan PBB tanggal 16 Desember
bahwa hak-hak Asasi Perempuan dapat
1966, pada 13 dinyatakan bahwa
dikategorikan menjadi :
semua
a.
meratifikasi Kovenan itu harus
Hak Beragama Banyak
tentang
Negara
Hak-hak
pihak
yang
dokumen
menghormati kebebasan orang tua
Internasional tentang HAM telah
atau wali untuk menjamin bahwa
menyebut
tentang
kebebasan
pendidikan anak mereka di sekolah-
beragama.
Dalam
deklarasi
sekolah dilakukan sesuai dengan
Universal
tentang
yang
agama mereka. Dalam deklarasi
diadopsi PBB tahun 1948, pasal 18,
tentang penghapusan segala bentuk
26, dan 29, disebutkan mengenai
Intoleransi
pkok-pokok kebebasan beragama
berdasarkan
itu. Pasal 18 misalnya mengatakan
kepercayaan yang diadopsi PBB
bahwa setiap orang mempunyai hak
tahun 1981, pada pasal 1 juga
kebebasan berpikir, berkesadaran,
dinyatakan bahwa setiap orang
dan beragama, termasuk kebebasan
bebas untuk memilih dan menganut
memilih
agama,
agama dan memanifestasikannya
menyatakan agamanya itu dalam
secara pribadi dan berkelompok,
pengajaran,
baik dalam beribadat, pengalaman,
dan
HAM
memeluk pengamalan
dan
beribadatnya, baik secara sendirisendiri maupun dalam kelompok. Dalam
kovenan
dan
Diskriminasi
Agama
atau
maupun pengajarannya. Dalam
Kovenan
internasional
internasional tentang Hak-hak anak
tentang hak-hak sipil dan politik
yang diadopsi PBB tanggal 30
yang disahkan PBB pada tanggal
November 1989, khususnya pasal
16 Desember 1966, pada pasal 18
14, 29, dan 30, dinyatakan bahwa
juga dinyatakan hal yang sama
Negara-negara pihak, maksudnya
dengan apa yang disebutkan dalam
Negara-negara
pasal
meratifikasi Kovenan itu, harus
18
Deklarasi
Universal
tentang HAM PBB tersebut.
yang
telah
menghormati hak agama anak. Dalam dokumen Durban Review
Perempuan dalam Syariat Islam dan Hak Asasi Manusia (Suyatno)
| 251
Conference
bulan
April
2009,
hukum
internasional,
paragraf 13, juga dinyatakan bahwa
kedaulatan suatu negara, dan soal
negara-negara
PBB
domistic yurisdiction. Pasal 2
memperteguh komitmen mereka
piagam PBB menentukan bahwa
bahwa semua pernyataan yang
badan itu tidak diperkenankan
bersifat
campur tangan dalam hal-hal yang
anggota
kebencian
keagamaan
adalah termasuk diskriminasi yang
berkenaan
harus
hukum.
masing-masing Negara : tiada
Demikianlah beberapa dokumen
dalam piagam ini yang member
internasional
merupakan
wewenang kepada PBB untuk
kesepakatan bangsa-bangsa anggota
campur tangan dalam hal-hal yang
PBB untuk menegakkan HAM di
pada
bidang agama. Sebagian dari isi
yurisdiksi domistik setiap Negara
dokumen ini telah diambil dan
( nothing contained in the present
dituangkan
berbagai
Charter shall authorize the UN to
peraturan perundangan Indonesia,
intervene in matters Which are
dan
dilarang
dengan yang
ke
dalam
sebagian
diratifikasi
secara
dengan
hakekatnya
termasuk
telah
assentially within the domestic
penuh
tanpa
jurisdiction of any state). Khusus
Untuk diketahui bahwa dalam kovenan
yurisdiksi
lainnya,
catatan.
252 |
subyek
internasional
tentang
beragama, utama
mengenai terdapat
membangun
hak
kesulitan standar
HAM, dinyatakan bahwa hak
universal yang melintasi batas
beragama termasuk hak yang
kultural,
sama sekali tidak boleh dikurangi
adalah
(dirogate),
dengan
tradisi memiliki kerangka acuan
ketentuan Pasal 18, meskipun
(Frame of Reference) internalnya
demikian usaha untuk mencapai
sendiri,
karena
kata
tradisi
menjabarkan
sesuai
sepakat
mengalami
khususnya bahwa
Agama,
masing-masing
masing-masing Validitas
kesukaran karena implementasi
ajaran dan norma-normanya dari
hak tersebut menyangkut masalah
sumber-sumbernya sendiri. Jika
hukum internasional yang sangat
suatu taradisi kultural khususnya
rumit sifatnya, seperti masalah
agama
kedudukan
tradisi-tradisi yang lain, maka
individu
sebagai
berhubungan
dengan
MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013
kemungkinan yang terjadi adalah
kebebasan
beragama
hubungan
konstitusi
dan
secara
negatif
dan
dalam
perundang-
bahkan dengan cara permusuhan.
undangan di Indonesia? Secara
Untuk mengklaim loyalitas dan
keseluruhan, baik UUD 45 yang
kepatuhan
anggota-anggotanya
asli maupun hasil amandemen,
suatu tradisi kultural atau agama
dan juga UUD sementara yang
secara
menegaskan
berlaku masa priode konstituante
kelebihan-kelebihan dirinya atas
tidak terdapat unsur pembedaan
tradisi
ini
dan diskriminasi bagi pemeluk
mempertegas adanya kesimpulan
agama dan keyakinan tertentu,
bahwa, hak beragama haruslah
termasuk perbedaan berdasarkan
disertai dengan adanya kewajiban
etnis dan ras. Pada pasal 29 ayat 1
menjunjung
dan
normatif yang
lain.
tinggi
Hal
kebebasan
2
UUD
45,
misalnya,
adanya
jaminan
orang lain untuk menjalankan
ditegaskan
konsekwensi beragamnya tanpa
kebebasan
adanya intimidasi dan aturan-
beribadah menurut agama dan
aturan yang mengikat secara baku,
kepercayaan bagi semua warga
kecuali aturan dan norma-norma
Negara. Bahkan di dalam UUD
agama tersebut.
1945
Di Indonesia sendiri pasca reformasi,
masalah
beragama
amandemen
dan
ditegaskan
kembali kebebasan beragama dan
kebebasan
kepercayaan di dalam pasal 28,
beragama mendapatkan banyak
khususnya huruf E angka 1 dan 2
perhatian dan banyak memenuhi
(an-Na’im, 1996 : 20).
halaman media massa. Padahal menyertai proses reformasi 1998,
b. Hak Sipil Dan Politik
baik konstitusi, sistem politik
Dalam
maupun
perundang-undangan
mengalami
perubahan
signifikan mendekatkan kebebasan standar
Internasional dan CEDAW hak
yang
sipil dan politik perempuan diatur
yang
makin
dalam bentuk beberapa pasal.
pada
jaminan
Kedua hak ini menurut perspektif
dalam
kovenan Internasional HAM telah
beragama HAM
Pertanyaannya,
kovenan
Universal.
dikategorikan
bagaimana
Derogable
Perempuan dalam Syariat Islam dan Hak Asasi Manusia (Suyatno)
dalam (bisa
hak
dikurangi).
| 253
Dengan mengacu kepada Pasal 2
Pelaksanaan
hak
Kovenan Hak Sipil dan Politik,
politik secara khusus dibatasi
mengisyaratkan
yaitu perundang-undangan yang
adanya
pembatasan intervensi disebabkan
menyangkut
adanya
keamanan nasional dalam negara
Pasal
domestic ini
juga
yurisdiction. secara
tidak
ketertiban
dan
masing-masing. Misalnya, dalam
langsung mengurangi bobot dari
kovenan
hak
dalam
ditentukan bahwa hak berkumpul
harus
secara damai terkena pembatasan
politik
karena
pelaksanaannya
sipil
dan
politik
diperhatikan keadaan perundang-
yang
undangan Negara masing-masing
undang nasional dan yang dalam
(domestic yurisdiction). hak asasi
masyarakat demokratis diperlukan
yang dalam deklarasi dirumuskan
demi
dengan gaya yang gamblang,
nasional atau keselamatan umum,
seolah-olah tanpa batas, dianggap
ketertiban umum, perlindungan
perlu untuk dapat diberi batasan
terhadap kesehatan dan kesusilaan
atau restriksi. Banyak negara
umum atau perlindungan terhadap
khawatir bahwa kebebasan tanpa
hak-hak dan kebebasan orang lain
batas dapat mengganggu stabilitas
(Pasal 21). Hak atas kebebasan
dalam negeri dan menggerogoti
mempunyai
wewenang
pendapat dinyatakan terbatas oleh
sistem
perundang-
sesuai
dengan
kepentingan
dan
undang-
keamanan
mengeluarkan
undangannya. Maka dari itu, hak-
undang-undang
hak perlu dirumuskan sedemikian
berlaku yang perlu untuk a)
rupa sehingga tidak melanggar
menghormati hak dan nama baik
domestic
yurisdiction
ini.
orang lain, dan b) untuk menjaga
Perdebatan
mengenai
masalah
keamanan nasional atau ketertiban
nasional
“pembatasan” memerlukan waktu
umum
lama,
kesusilaan umum (Pasal 19).
karena
dimasukkan
jika
dalam
tidak rumusan
atau
Disamping
yang
kesehatan itu
atau
pasal
4
kovenan, banyak Negara tidak
kovenan sipil dan politik memberi
akan meratifikasinya (An Naim,
wewenang kepada negara-negara
1996 : 223).
pihak (contending parties) untuk dalam
254 |
beberapa
keadaan
darurat
yang
MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013
mengancam dan
kehidupan
eksistensinya,
bangsa
Pasal 9
: hak atas kebebasan
mengurangi
dan keamanan dirinya -
kewajiban-kewajibannya menurut
right to liberty and
kovenan ini. Akan tetapi agar
security of person.
wewenang
tersebut
oleh
Pasal 14
: hak atas kesamaan di
pemerintah tidak disalahgunakan,
muka
kekuasaan
peradilan – right to
khusus
itu
pada
badan-badan
gilirannya dibatasi oleh ketentuan
equality
bahwa ada beberapa hak yang
court and tribunals.
sama sekali tidak boleh dikurangi
Pasal 15
:
hak
before untuk
the tidak
(derogate). Hak-hak ini antara
dikenai
lain hak atas hidup (Pasal 6), dan
retroaktif (kedaluarsa)
hak
dinyatakan
(hak non – derogable)
bersalah atas tindakan yang bukan
– no one shall be held
merupakan tindakan tindak pidana
quilty of any criminal
pada saat dilakukannya (asas non-
office which did not
retroaktif atau tidak berlaku surut)
constitute a crime at
(Pasal
the
untuk
7).
tidak
Hak-hak
tersebut
bersifat tidak boleh dikurangi
time
it
was
commited. Pasal 18
(non-derogable).
konsep
: hak atas kebebasan
Beberapa contoh hak asasi
berpikir, berkeyakinan,
dalam bidang sipil dan politik
dan beragama (hak non
berdasarkan pasal-pasal Kovenan
derogable)- right to
antara lain mencakup :
freedom
Pasal 6
: hak atas hidup- right
conscience
life
menyangkut
religion.
masalah
aborsi
Pasal 7
euthanasia (hak non –
mempunyai
pendapat
derogable).
tanpa
untuk
:
and untuk
hak
Pasal 19
thought,
hak
:
dan
of
mengalami
tidak
gangguan (hak yang
disiksa – no one shall
dapat diretriksi) –Right
be subjected to torture
to
(hak non- derogable).
without interference.
Perempuan dalam Syariat Islam dan Hak Asasi Manusia (Suyatno)
hold
opinions
| 255
Pasal 21
: hak atas kebebasan
segala
berkumpul
secara
pemerintahan
damai (hak yang dapat
segala tingkat
diretriksi) – Right to Pasal 22
4.
hak
dalam
: hak atas kebebasan
organisasi
untuk berserikat (hak
perkumpulan
yang dapat diretriksi) –
perkumpulan
right to freedom of
pemerintah
association
berhubungan
(Sipol)
perempuan
organisasidan non yang dengan
kehidupan masyarakat
pasal CEDAW hak sipil dan politik
di
berpartisipasi
peaceful assembly.
Sementara itu dalam pasal-
dan politik negara Pasal 8
: Hak perempuan untuk
mencakup :
mendapat kesempatan
Pasal 7
untuk
: Hak perempuan dalam
mewakili
kehidupan politik dan
pemerintah
mereka
kemasyarakatan
pada
tingkat
Negaranya, khususnya
internasional
dan
menjamin
berpartisipasi
dalam
bagi
perempuan atas dasar
pekerjaan
persamaan hak :
organisasi
1. hak untuk memilih
internasional.
dan dipilih
Pasal 9
2. hak berpartisipasi
:
Hak
organisasi-
perempuan
dalam kaitan dengan
dalam perumusan
kwarganegaraannya,
kebijakan
meliputi:
pemerintah
dan
implementasinya. 3. hak
256 |
untuk
fungsi
untuk
1. hak
yang
sama
dengan pria untuk memperoleh,
memegang jabatan
mengubah
dalam
mempertahankan
pemerintahan dan
kawarganegaraanny
melaksanakan
a.
atau
MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013
2. hak
untuk
mendapatkan jaminan
Deklarasi
yang
sangat
mendukung
perkawinan dengan
perempuan.
orang asing tidak
Undang-undang Pemilihan Umum
secara
2004 dibuka kesempatan agar
otomatis
kedudukan Akhirnya,
dalam
mengubah
perempuan
kewarganegaraanny
menduduki
a
rakyat (Budihardjo, 1997 : 258).
atau
dipertimbangkan 30%
kursi
wakil
menghilangkan
Secara
kewarganegara-
perempuan
annya.
naskah, dapat dijelaskan melalui yang
sama
dengan
pria
berkenaan
dengan
penentuan
umum
hak
Indonesia
kaum dalam
boks berikut : 1) 1945: Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 27 2) 1958: Undang-Undang No. 68
kewarganegaraan
Tahun 1968, Konvensi Hak
anak-anak mereka.
Politik Perempuan
konteks
kedudukan
Wina
bahwa
3. hak
Dalam
1993, Indonesia telah menerima
Indonesia,
perempuan
secara
3) 1984: Undang-Undang No.7 Tahun
1984,
Konvensi
formal cukup kuat sebab banyak
Penghapusan Segala Bentuk
ketentuan dalam berbagai undang-
Diskriminasi
undang serta peraturan-peraturan
(CEDAW)
lain yang memberi perlindungan yuridis
padanya.
Selain
itu,
Indonesia pun telah meratifikasi
Wanita
4) 1993: Deklarasi Wina, Pasal I/18 5) 1998: S.K Presiden No. 181,
dua perjanjian, yaitu perjanjian
Komisi
mengenai hak politik perempuan
Kekerasan
terhadap
(Convention on the Political Right
Perempuan
(Komnas
of
Perempuan) didirikan
Women)
mengenai
dan
perjanjian penghapusan
Diskriminasi terhadap perempuan
Nasional
Anti
6) 2002: Protocol dari CEDAW ditandatangani
(CEDAW). Kemudian pada tahun
Perempuan dalam Syariat Islam dan Hak Asasi Manusia (Suyatno)
| 257
7) 2003: UNdang-Undang No.
pendidikan keahlian teknik
12, Pemilihan Umum, Pasal
tinggi dan segala macam jenis
65
pelatihan
kejuruan;
Pengikutsertaan c.
Hak
Ekonomi,
Sosial
Dan
pengajar
Budaya. Kampanye hak ekonomi, sosial
dan
budaya
dalam
ujian,
gedung dan peralatan sekolah
global baru dilakukan tahun 1990-
Penghapusan
an. "Konstruksinya juga masih
streotip
rumit,"
laki-laki
yang
ditangkap
oleh
standar
kualifikasi yang sama, serta yang
paling tidak begitulah
staf
dengan
perjuangan hak asasi manusia
pesan
berkualitas
sama;
konsep
mengenai dan
yang
peranan
perempuan
dalam segala tingkatan dan
sebagian aktifis perempuan seperti
bentuk
Arimbi
kesempatan yang sama dalam
Heroepoetri.
Padahal
pendidikan;
kenyataannya negara tidak saja
kesempatan
lemah dalam melindungi hak-hak
kesempatan yang sama untuk
sipil dan politik namun juga
ikut serta dalam program
dalam memenuhi hak ekonomi,
pendidikan
sosial
termasuk
pendidikan orang dewasa dan
diantaranya hak atas pekerjaan,
pemberantasan buta huruf;
hak atas upah yang layak serta
Pengurangan
hak untuk mengakses pangan,
sekolah pelajar puteri dan
pendidikan dan kesehatan. Secara
penyelenggaraan
umum dalam CEDAW pasal-pasal
untuk
Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya
perempuan
Perempuan meliputi :
sekolah; berpartisipasi secara
dan
1) Pasal
budaya
10,
Hak
Pendidikan
dibidang
meliputi
mendapatkan
258 |
kurikulum,
pada
:
kesempatan
beasiswa;
kelanjutan,
angka
putus
program
gadis-gadis yang
dan putus
aktif dalam olahraga dan pendidikan memperoleh
jasmani
dan;
penerangan
mengikuti pendidikan baik
untuk menjamin kesehatan,
ditingkat taman kanak-kanak,
kesejahteraan keluarga dan
umum,
keluarga berencana.
teknik
serta
MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013
2) Pasal
11,
Hak
dalam
pekerjaan. :
kesehatan
:
untuk
berpartisipasi
3) Pasal 12, hak atas Kesehatan meliputi
meliputi
Pelayanan
termasuk
yang
dalam
perluasan dan implementasi perencanaan pembangunan di segala
tingkatan;
untuk
berhubungan dengan keluarga
memperoleh
berencana,
atas
dasar
pemeliharaan kesehatan yang
persamaan
antara
laki-laki
fasilitas
memadai,
termasuk
dan perempuan; Pelayanan
penerangan, penyuluhan, dan
yang layak berkaitan dengan
pelayanan
kehamilan, persalinan, dan
berencana; untuk mendapat
masa
persalinan,
manfaat
langsung
memberikan
program
jaminan
sesudah
dengan pelayanan dimana
cuma-cuma perlu,
dengan
untuk
dalam
keluarga dari social;
memperoleh
jenis
segala
pelatihan
dan
memberikan pelayanan cuma-
pendidikan,
cuma dimana perlu, serta
maupun non formal, termasuk
pemberian makanan bergizi
yang
yang cukup selama kehamilan
pemberantasan
dan
fungsional
masa
menyusui
persalinan.
baik
formal
berhubungan
dengan
buta
huruf maupun
penyuluhan isu lainnya; untuk
4) Pasal 13, hak-hak lainnya di
membentuk
kelompok-
bidang Ekonomi dan sosial
kelompok
meliputi : hak atas tunjangan
koperasi supaya memperoleh
keluarga; hak atas pinjaman
peluang yang sama terhadap
bank, hipotek dan lain-lain
kesempatan
bentuk
(pekerjaan
kredit
permodalan
swadaya
dan
ekonomi atau
dan: hak untuk ikut serta
kewiraswastaan);
dalam
kegiatan-kegiatan
berpartisipasi dalam semua
rekreasi, olahraga, dan semua
kegiatan masyarakat; untuk
segi kehidupan kebudayaan.
dapat memperoleh kredit dan
5) Pasal 14, Hak-hak khusus
pinjaman pertanian, fasilitas
untuk perempuan pedesaan,
pemasaran, teknologi tepat
Perempuan dalam Syariat Islam dan Hak Asasi Manusia (Suyatno)
untuk
| 259
guna dan perlakuan sama
pengakuan
pada land reform dan urusan-
walaupun secara eksplisit telah
urusan pertahanan termasuk
mengapresiasi
pengaturan-pengaturan tanah
perempuan,
pemukiman
dan
;
untuk
spesifik belum menyentuh hak-
menikmati
kondisi
hidup
hak perempuan yang berbasis
yang memadai, terutama yang
ajaran-ajaran normativ Islam atau
berhubungan
dengan
lebih baku agama. Untuk tujuan
perumahan,
sanitasi,
penyediaan
listrik,
pengangkutan
ekonomi,
namun
dimaksud
tinjauan
maka
Pada
pembahasan bab ketiga berikut
dan
akan dijelaskan tentang haji wada’
sosial
dan
sebenarnya
hak
perempuan.
budaya bisa
C. Hak-Hak Perempuan
menjadi jalan untuk menekan
Kata hak mengandung arti apa-apa
pelanggaran terhadap perempuan
yang diperoleh seseorang dari pihak
seperti diskriminasi dan kekerasan
lainnya sehubungan dengan apa yang
terhadap perempuan. Indonesia
dikerjakannya, sedangkan yang diperoleh
melalui Komnas Perempuan saat
itu merupakan sesuatu yang baik dan
ini
mempersiapkan
menyenangkan, oleh karena itu dalam
kerangka advokasi hak ekonomi,
perbuatannya itu juga sesuatu yang baik,
sosial dan budaya yang lebih
untuk dirinya sendiri maupun untuk
komprehensif.
orang lain. Hak sesuatu yang diterima
tengah
Berdasar uraian-uraian diatas
dari pihak lain. Kata ”kewajiban” berasal
dapat disimpulkan bahwa, baik
dari bahasa Arab dari akar kata ”wajib”
kovenan Internasional, Deklarasi
()اﻟﻮاﺝﺐ
HAM, CEDAW maupun undang-
dilakukan.
undang dasar negara Indonesia
mengandung
dan
peraturan-peraturan
berbuat terhadap pihak lain, baik karena
pemerintah secara konstitusional
hak yang diterimanya dari pihak lain itu
telah
hak-hak
atau karena melakukan sesuatu terhadap
baik.
pihak lain. Kewajiban adalah sesuatu
mengapresiasi
perempuan
260 |
hak-hak
dan kaitannya dengan hak-hak
dipenuhinya
perempuan
ini
air,
komunikasi. Dengan
yang
konstitusional
secara
berarti
sesuatu
Dalam arti
yang
bahasa
mesti
Indonesia
”keharusan”
untuk
MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013
yang harus ditunaikan yang biasanya
hidupnya (Al Badr, t.t., 12). Ia tercipta
memberatkan
yang
sejatinya dari seorang laki-laki supaya hal
memikulnya. Dengan begitu kata ”hak”
itu lebih menunjukkan secara mendalam
mengandung
akan keserupaan dan lebih merekatkan
kepada arti
pihak
yang
berlawanan
dengan ”kewajiban”. Secara Etimologi kata Perempuan
hubungan dan kedekatan, juga
untuk
mewujudkan
antara
kasih
dalam bahasa Arab merupakan proses
keduanya
pembentukan
kata
dalam sebaik-baik bentuk (performen).
menunjukkan
jenis perempuan yang
Berdasarkan ulasan di atas dapat
berasal dari ” ” اﻟﻤﺮءapabila ditambahkan
disimpulkan bahwa perempuan secara
ta marbuthah ( ) ةakan menjadi " “ اﻡﺮأة
kodrati penciptaan merupakan mitra laki-
atau َﻡﺮَة. kata ini tidak memiliki bentuk
laki
plural dari ( ) اﻡﺮأةtetapi bentuk pluralnya
peluang untuk bisa bekerjasama secara
menjadi ﻥﺴﺎءdan ﻥﺴﻮة. Perempuan sering
positif dengan laki-laki dalam meraih
disebut
‘wanita’.
kebahagiaan dan ketenteraman hidup.
Panggilan ini lazim dipakai di negeri kita.
sebagai makhluk Allah dan eksisitensinya
seperti darma wanita, karya wanita,
sebagai manusia perempuan seperti juga
wanita karir, korp wanita, wanita Islam
laki-laki memiliki seperangkat hak yang
dsb.
melekat pada dirinya sebagai anugrah
dengan
Kata-kata
benda
panggilan
“wanita”
untuk
(bhs.Sans),
(laki-laki
sayang
dan
memiliki
dan
perempuan)
keserupaan
dan
berarti lawan dari jenis laki-laki, juga
dari
diartikan perempuan. Kata “empu” (yang
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh
terdapat pada kata perempuan) berasal
Negara, hukum pemerintah dan setiap
dari jawa kuno, berarti raja, orang
orang demi perbandingn harkat dan
pilihan, ahli yang pandai, pintar dengan
martabat manusia.
segala keutamaan yang lain (Abidin,
Dalam
Tuhan
dan
tataran
wajib
realita
dihormati,
hak-hak
2001 : 32). Dari beberapa arti diatas telah
perempuan untuk diperlakukan secara
mengindikasikan
perempuan
baik dan bermartabat sering diabaikan
memiliki banyak peran yang secara
oleh komunitas manusia lain (baca: laki-
tersirat telah mensejajarkannya dengan
laki),
laki-laki. Abdurrozaq bin Abdul Muhsin
tindakan kekerasan terhadap perempuan.
al-Badr mengatakan, perempuan adalah
Kekerasan merupakan sebuah tindak
makhluk Allah yang diciptakan sebagai
sosial yang merujuk pada kewajiban atau
mitra
sebuah tindak sosial dan tanda maskulitas
bagi
bahwa
seorang
laki-laki
dalam
sehingga
Perempuan dalam Syariat Islam dan Hak Asasi Manusia (Suyatno)
melahirkan
berbagai
| 261
yang
ditanamkan
dalam
budaya,
perempuan.
Fenomena
ketidakadilan
diperaktekkan secara luas, dan secara
gender itu paling tidak meliputi (1)
keseluruhan seringkali kebal dari hukum.
marginalisasi perempuan baik di rumah
Kekerasan yang teridentifikasi dalam
hingga di tempat kerja, maupun di dalam
catatan Samitra Abhaya KPPD 2000-
bidang kehidupan bermasyarakat lainnya.
2001 misalnya, merilis jenis kekerasan
Proses
yang teridentifikasi terdapat 95 korban
pemiskinan ekonomi perempuan; (2)
yaitu:
%),
subordinasi terhadap perempuan karena
penganiayaan ringan dan berat (45,27%),
ada anggapan bahwa perempuan itu
pengusiran paksa (2,11%), penjualan
irrasional, emosional, maka ia tidak bisa
Isteri (2,11%), pemutusan
hubungan
memimpin dan oleh karena itu harus
(cerai)
poligami,
ditempatkan pada posisi yang tidak
selingkuh (9,48%), tidak memberi nafkah
penting; (3) streotipe yang merugikan
(1,06%), ancaman, terror, kata-kata kasar
kaum perempuan misalnya asumsi bahwa
(1,06%),
(16,85%),
mereka suka dandan dan itu untuk
perkosaan (2,38%). Sementara pelaku
menarik perhatian lawan jenis sehingga
teridentifikasi 84 orang pelaku terdiri dari
menimbulkan kekerasan seksual; (4)
anak (2,38%), bapak, orang tua (4,76%),
berbagai bentuk kekerasan menimpa
mantu,cucu
perempuan baik fisik maupun fsikologis,
janji
palsu
sepihak
(15,79
(1,06%),
pembunuhan
mantu,
isteri
(2,38%),
marginalisasi
berakibat
pada
majikan (1,19%), pacar (25,78%), suami
karena
(44,05%), anggota keluarga lain (1,19%).
perempuan itu lemah; (5) pembagian
Dan usia korban data teridentifikasi 95
kerja secara seksual yang merugikan
orang terdiri dari dibawah 18 tahun
kaum perempuan, misalnya perempuan
(6,32%), 19-30 tahun (50,53%), 31-40
hanya cocok dengan pekerjaan domistik,
tahun (17,90%), 41-50 tahun (7,37%) di
oleh sebab tidak pantas melakukan
atas 50 tahun (4,21%) dan tidak jelas
pekerjaan
(13,69%) (Komnas, 2000 : 14).
Akibatnya perempuan terkurung dalam
Lebih jauh bahwa Akhir abad kedua puluh muncul kesadaran yang
adanya
publik
anggapan
seperti
bahwa
laki-laki.
ruang dan wawasan yang sempit (Fakih, 1996 : 11).
tinggi bahwa selama ini telah banyak terjadi dan berlangsung diskriminasi dan ketidakadilan inequalities)
262 |
gender yang
menimpa
D. Munculnya Feminisme
(gender
Melihat fenomena seperti diatas
kaum
muncullah para feminis yaitu mereka
MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013
yang sadar akan adanya ketidakadilan
perempuan
gender yang menimpa kaum perempuan
hak pilihnya dalam pemilu. Bukan
baik dalam keluarga maupun masyarakat
hanya itu, kaum feminis juga juga
dan melakukan tindakan yang sadar
berhasil
untuk mengubahnya (Ilyas, 1997 : 42).
kepemilikan bagi kaum perempuan,
Gerakan-gerakan kaum Feminis ini juga
kebebasan reproduksi yang lebih dan
sebagai respons atas kesadaran bahwa
akses yang lebih besar dalam bidang
hak-hak mereka telah banyak terabaikan
pendidikan dan profesional.
berhasil
mendapatkan
memenangkan
hak
dalam lintas sejarah isu-isu feminise telah lama eksis dalam berbagai graduasi perjuangan
dan
2. Feminis Gelombang Kedua
platformnya.bisa
Pada
tahun
1949
ditandai
disebutkan diataranya sebagai berikut
dengan munculnya publikasi dari
(Kania, 2010 : 43)
Simone de Beauvoir yang berjudul The Second Sex. Dalam buku ini dia berargumen bahwa perbedaan gender
1. Feminis Gelombang Pertama Ditandai
publikasi
bukan berakar dari biologi, tetapi
Mary Wollstonecraft yang berjudul
memang sengaja diciptakan untuk
“Vindication
memperkuat
Women”
dengan of
tahun
the
Rights 1792.
of Dia
kaum
penindasan
perempuan.
terhadap
Bagi
feminis
mendeskripsikan bahwa kerusakan
gelombang ke-2 kesetaraan politik
psikologis dan ekonomi yang dialami
dan
perempuan
mengakhiri
disebabkan
oleh
hukum
tidak
cukup
penindasan
untuk
terhadap
ketergantungan perempuan secara
kaum
ekonomi
dan
pandang mereka, penindasan sexist
peminggiran perempuan dari ruang
tidak hanya berakar pada hukum dan
publik. Perhatian feminis gelombang
politik, tetapi penyebabnya adalah
pertama adalah memperoleh hak-hak
penanamannya pada setiap aspek
politik dan kesempatan ekonomi
kehidupan sosial manusia, termasuk
yang setara bagi kaum perempuan.
ekonomi, politik dan perencanaan
Feminis
bahwa
sosial, serta norma-norma, kebiasaan,
perempuan memiliki kapasitas rasio
interaksi sehari-hari dan hubungan
yang
personal. Feminis gelombang ke-2
kepada
laki-laki
berargumentasi sama
dengan
laki-laki.
Akhirnya, pada pada tahun 1920,
juga
perempuan.
mulai
Perempuan dalam Syariat Islam dan Hak Asasi Manusia (Suyatno)
Dalam
menggugat
sudut
institusi
| 263
pernikahan, motherhood, hubungan
Nabi
lawan
adanya konsep Hak Asasi Manusia
jenis
(heterosexual
SAW.
telah
membuktikan
relationship), sexualitas perempuan
yang
dan lain-lain. Mereka berjuang keras
manusia.
untuk mengubah secara radikal setiap
perlindungan
aspek dari kehidupan politik dan
perempuan dalam khutbah haji wada’
pribadi.
Nabi
berbasis
ideal
moral
aktualisasi
Kedua, terhadap
SAW.
bagi
hak-hak
hendaknya
dipahami
dengan tetap memperhatikan konsep kemitrasejajaran antara laki-laki dan
3. Feminis Gelombang Ketiga Dimulai pada tahun 1980 yang
perempuan, dengan memahami bahwa
menginginkan keragaman perempuan
peran dan kewajiban natara laki-laki
atau keragaman secara umum, secara
(suami)
khusus dalam teori feminis dan
terbentuk secara alami sesuai dengan
politik.
kodratnya,
Sebagai
berwarna
contoh
dipertahankan
kulit
dan
perempuan
dan
ada
(isteri)
juga
yang
ketika
terbentuk dari konstruk sosial budaya
dahulu pengalaman, kepentingan dan
yang bisa berubah sesuai dengan
perhatian mereka tidak terwakili oleh
zamnnya. Ketiga, pandangan tentang
feminis
yang
HAM khususnya yang terkait dengan
didominasi oleh oleh wanita kulit
relasi antara suami dan Isteri dalam
putih
Sebagai
islam tidak semata-mata berorientasi
perempuan
pada antroposentris semata namun
kulit putih kelas menengah berbeda
lebih kepada Teosentris dan inilah
secara signifikan dengan penindasan
yang membedakan dengan konsep
yang yang dialami oleh perempuan
HAM global. Keempat, relevansi
kulit hitam Amerika. Ketertindasan
khutbah
perempuan
perlindungan
gelombang kelas
contoh,
ke-2
menengah.
ketertindasan
heterosexual
berbeda
haji
wada’ terhadap
dengan hak-hak
dengan ketertindasan yang dialami
perempuan
oleh kaum lesbi dan lainnya.
dimaknai adanya konsep mitra sejajar
secara
umum
bisa
yang proporsional dan upaya proteksi terhadap
Penutup Berdasarkan uraian-uraian si atas, kesimpulan
dalam
penelitian
ini
adalah: Pertama, Khutbah haji wada’
264 |
problem-problem
kemasyarakatan. temuan
adanya
Keenam, relevansi
sosial dengan dari
kandungan khutbah haji wada’ dengan
MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013
kebutuhan
masyarakat
saat
ini
Telaah Ma’ani al –Hadits tentang
menunjukkan sisi universalitas Islam
ajaran
yang selama ini banyak diragukan atau
Temporal
digugat oleh sebagian kalangan.
Bulan Bintang.
Islam dan
yang
Universal,
Lokal,
Jakarta:
Khalafullah, Muhammad A., 2002, alQur’an Bukan Kitab Sejarah Seni,
DAFTAR PUSTAKA
Sastra dan Moralitas Dalam Kisah, Ali, Nizar, 2011, Memahami Hadits Nabi Metode
dan
Pendekatannya,
Yogyakarta : IDEA Press. -------------,
“Konsep
Ummah
dalam
Al-jamiah No. 50.
Jakarta:
Paramadina. Refleksi Kiai atas Wacana Agama dan Gender, Yogyakarta: LKiS. Majid,
Arief, Abd. Salam, 2010, "Piagam Madinah
Sebagai
Konstitusi
Menjadi
Landasan
Kehidupan
Jurnal
Miswari,
Mahfudz, Sahal, 2001, Fikih Perempuan
Piagam Madinah”, dalam Jurnal
Bermasyarakat,"
terj.Zuhairini
Ulama,
Vol. III, No. 1.
Abdul,
2007,
Pembelajaran
Perencanaan
Mengembangkan
Standar kompetensi Guru, Bandung : Remaja Rosda Karya. Muhsin,
Amina
Wadud,
Inside the
Gender Jihad, Women’s Reform in
Asa, Syu’bah, 2007, “HAM dalam Kajian Khutbah Haji Wada’” dalam Islam,
Islam Nahlawi,
Abdurrahman
An-,
1995,
HAM, dan Keindonesiaan Refleksi
Pendidikan dirumah, sekolah dan
dan Genda Aksi Untuk Pendidikan
masyarakat, Jakarta: Gema Insani
Agama, (ed.), Fajar Riza Ul Haq
Press
dan
Endang
Tirtana,
Jakarta:
Ma’arif Institute. Baharuddin, 2007, Teori Belajar Dan Pembelajaran, Yogjakarta: Arruz Media Hasan, Chalijah, 1994, Dimensi-Dimensi Psikologi Pendidikan, Surabaya: Al Ikhlas. Ismail, M. Syuhudi, 2009, Hadits Nabi Yang Tekstual dan Kontekstual
Nasution, Khoruddin, 2009, Pengantar Studi Islam, Yogyakarta: Tazaffa ACAdeMIA. Pulungan, Suyuthi, 2002, Fiqh Siyasah Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran, Jakarta: Rajawali Press. Qasimiy, Muhammad Jamaluddin al-, 2004, Qawâidu at-TahdĨtsi Min Funȗni
Musthalahi
al-Hadĩtsi,
Kairo : Dar al-‘Aqìdah.
Perempuan dalam Syariat Islam dan Hak Asasi Manusia (Suyatno)
| 265
Rahman,
Hannah
(Haifa),
1989,
dan Genda Aksi Untuk Pendidikan
“Pertentangan Antara Nabi dan
Agama, (ed.), Fajar Riza Ul Haq
Golongan Oposisi di Madinah”,
dan
dalam Jurnal INIS (Indonesian
Ma’arif Institute.
Netherlands Cooperation in Islamic Studies),
Pandangan
Barat
Santoso, Fattah, 2007, “Islam dan Hak Manusia”,
dalam
Islam,
HAM, dan Keindonesiaan Refleksi
266 |
Tirtana,
Jakarta:
Slameto, 2003, Belajar dan FaktorFaktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka cipta.
Terhadap Islam Lama. Asasi
Endang
Suryabrata, Sumadi, 2004, Psikologi Pendidikan,
Jakarta
:
Raja
Grafindo.
MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013