Seminar Nasional Sastra, Pendidikan Karakter dan Industri Kreatif Surakarta, 31 Maret 2015
PEREKONSTRUKSIAN AKHLAK BANGSA MELALUI PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)1 TRI ANDAYANI Email:
[email protected] SMP Negeri 2 Mojosongo Boyolali Jalan Kebo Kanigoro, Kemiri, Mojosongo Telepon (0276) 322574
ABSTRAK Akhlak merupakan sikap manuasia yang tertuju kepada diri sendiri, masyarakat, lingkungan, dan kepada Tuhan. Definisi akhlak bangsa adalah sistem nilai yang mengatur pola sikap dan tindakan bangsa Indonesia di atas bumi ini selaku diri sendiri, masyarakat, dan terutama kepada Tuhan Sang Pencipta. Beberapa fenomena telah menggejala terjadi kegeseran akhlak bangsa beberapa derajad. Oleh sebab itu, dapat diantisipasi sedini mungkin untuk pelurusan akhlak bangsa di masa-masa mendatang melalui pembelajaran apresiasi sastra khususnya materi puisi di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Perekonstruksian akhlak bangsa belum terlambat dan menjadi tugas semua elemen bangsa. Aparat penegak hukum, dosen, guru agama, guru bahasa dan sastra Indonesia bertanggung jawab untuk merekonstruksi akhlak bangsa. Bagaimana cara dosen dan guru bahasa Indonesia meronstruksi akhlak bangsa? Secara informal melalui keteladadnan perilaku. Secara formal melalui kajian materi yaitu materi pembelajaran sastra Indonesia. Dengan pembelajaran sastra, mahasiswa atau siswa dapat mengambil hikmah nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam karya sasta yang dipelajari.
Kata Kunci: Perekonstruksian, akhlak bangsa, pembelajaran apresiasi sastra
1.
kurikulum-kurikulum mata pelajaran yang
PENDAHULUAN Dalam
bahasa
pernah
digunakan
untuk
Indonesia terdapat pembelajaran apresiasi
bahasa
Indonesia
sejak
sastra.
pemberlakuan yaitu Standar Isi (KTSP) dan
278
pembelajaran
Hal tersebut dapat dilihat dari
pembelajaran dulu
sampai
ISBN: 978-602-361-004-4
Seminar Nasional Sastra, Pendidikan Karakter dan Industri Kreatif Surakarta, 31 Maret 2015
kurikulum 2013. Salah satu alasan untuk
terwujud jika semua pihak saling bahu-
menempatkan
membahu membangun negeri. Membangun
sastra
pembelajaran apresiasi
Indonesia
pembelajaran bahwa
sebagai
bahasa
sastra
bagian
Indonesia
Indonesia
dari adalah
tidak
bisa
negeri dengan akhlak yang mulia. Beberapa muncul
di
fenomena
era
sosial
globalisasi.
telah
Fenomena
dilepaskan dari perekonstruksian akhlak
tersebut adalah kritisnya nilai-nilai akhlak
bangsa.
bangsa kita. Even sepakbola tak sepi dari
Pembelajaran sastra Indonesia
menggunakan bahasa
kericuhan
berujung
perkelahian.
medianya. Sastra sebagai bagian dari karya
Perkelahian
antarsporter,
perkelahian
seni
antarpemain,
dan
pemukulan
mempunyai
Indonsia
eksistensi
sebagai
tersendiri.
Eksistensi pembelajaran sastra adalah karya
terhadap
sastra
seni
antarkampung sering dipertontonkan oleh
mengandung nilai-nilai kehidupan untuk
media elektronik yaitu televisi dan youtub.
perekonstruksian akhlak menuju kebaikan.
Masih adanya panggung peradilan yang
sebagai
Betapa
bagian
indahnya
karya
jika
wasit.
bahkan
Pertengkaran
massa
bangsa
mencerminkan akhlak bangsa Indonesia
Indonesia dimulai dari diri sendiri sampai
yang rapuh. Peradilan yang tajam ke bawah
tataran kolektif, dimulai dari tataran bawah
tetapi justru tumpul di atas, misalnya.
sampai atas memilki akhlak kepribadian
Akhlak
bangsa
yang
sudah
yang luhur. Negeri bak kolam susu bukan
melenceng beberapa derajad dari nilai-nilai
lautan kata musisi terkenal Koes Plus lewat
luhur kepribadian bangsa Indonesia harus
syair lagu berjudul “Kolam Susu” dapat
secepatnya direkonstruksi. Bangsa kita yang
digunakan untuk kesejahteraan penghuni
beridiologi Pancasila dengan sila pertama
nusantara ini.
Ketuhanan
279
Rakyat sejahtera akan
Yang
Maha
Esa
ini
ISBN: 978-602-361-004-4
Seminar Nasional Sastra, Pendidikan Karakter dan Industri Kreatif Surakarta, 31 Maret 2015
mencerminkan negara yang meletakkan nilai-nilai keagamaan berakhlak mulia di 2. garda paling depan yakni sila pertama. Hal
PEMBAHASAN Sebelum
mengupas
tentang
tersebut ditengarai kegiatan ibadah ritual
perekonstruksian akhlak bangsa sebagai
sebagian
pengenalan
rakyat
terlihat
baik.
Setiap
tentang
dideskripsikan
umat.
Bunga Diri” oleh Grup Nasyid Bilal.
tahun
sekitar
200.000
warganya berbondong-bondong ke Arab Saudi berhaji. Gereja-gereja pada umumnya tak
kalah
ramainya
dikunjungi
umat
Kristiani. Demikian juga tempat-tempat ibadah yang lainnya. Namun, apa yang
berjudul
maka
Ramadan masjid menjadi penuh dengan Setiap
puisi
akhlak
“Akhlak
Akhlak Bunga Diri Oleh: Grup Nasyid Bilal
Akhlak ialah bunga diri indah dilihat oleh mata senang dirasa oleh hati setiap orang jatuh hati
salah hingga negara ini bisa bergelar negara Akhlak nilai diri manusia
terkorup ke-5 di dunia?
modal hidup di mana-mana Berdasar dirumuskan
uraian
di
atas,
dapat
permasahan-permasalahan
kemana pergi orang suka banyak kenalan murah rizki
yang muncul dalam makalah ini.
Siapa yang berakhlak tinggi
1.
ke mana pergi orang suka
Apa yang dimaksud perekonstruksian
ia disukai dan dipercayai
akhlak bangsa?
kawan banyak di mana-mana 2.
Bagaimana
merekonstruksi akhlak
bangsa melalui pembelajaran sastra di
Orang yang tiada akhlak harta banyak tiada nilainya
Sekolah Menengah Pertama (SMP)?
wajahnya yang cantik hilang serinya berpangkat tinggi
280
ISBN: 978-602-361-004-4
Seminar Nasional Sastra, Pendidikan Karakter dan Industri Kreatif Surakarta, 31 Maret 2015
pun orang benci
perekonstruksian
akhlak
adalah
pengembalian perangai, adat, tabiat, sistem
Sebaik-baik manusia yang tinggi akhlaknya
perilaku yang sudah melenceng dari nilai-
karena disukai Allah
nilai kebaikan dan kebenaran.
dan juga Rasul-Nya Akhlak
siapa
direkonstruksi?
Semua
disenangi manusia seluruhnya akhlak mulia ibarat bunga
yang
perlu
individu
warga
Secara etimologis akhlak berarti
negara Indonesia khususnya individu yang
perangai, adat, tabiat, atau sistem perilaku
tidak berperangai, bertabiat, berperilaku
yang dibuat (Nurdin, 1993: 2005). Akhlak
sesuai
seseorang
norma-norma
bisa
baik
dan
bisa
buruk
sila-sila
Pancasila kehidupan
baik.
Kumpulan
norma kehidupan yang dijadikan landasan
warga, masyarakat, dan yang lebih komplek
atau tolok ukurnya. Di Indonesia, kata
adalah
akhlak dimaksudkan hal yang baik, hal
bangsa dimulai individu lebih dahulu. Jalur
yang positif. Sebaliknya, orang yang tidak
pendidikan formal adalah salah satu wadah
berbuat baik seringkali disebut sebagai
yang tepat untuk perekonstruksian
orang yang tidak berakhlak.
bagi generasi muda. Di pendidikan formal bermakna
bangsa.
maka
yang
tatanan
bergantung kepada tatanilai atau norma-
Perekonstruksian
individu
dan
terbentuklah
Merekonstruksi
akhlak
akhlak
terdapat matapelajaran-matapelajaran yang
pengembalian seperti semula. Apa yang
menitikberatkan
dikembalikan? Yang dikembalikan adalah
mulia.
pembentukan
akhlak
perangai, adat, tabiat, sistem perilaku yang
Dalam pembelajran apresiasi sastra
sudah melenceng dari tatanilai kehidupan
di SMP meliputi pembelajaran puisi, prosa,
sebagai
dan
281
insan
Pancasila.
Jadi
drama.
Penulis
mendeskripsikan
ISBN: 978-602-361-004-4
Seminar Nasional Sastra, Pendidikan Karakter dan Industri Kreatif Surakarta, 31 Maret 2015
pembelajaran menulis puisi siswa kelas VII
menulis kreatif puisi
untuk tataran SMP. Pembelajaran sastra tentang
penulisan
puisi
tersenaraikan
sebagai berikut. Kelas/ Semester V11/1
VII/2
VII/2
VII/2
282
Kompete nsi Dasar Mengekspresikan Menulis pikiran, pantun perasaan, dan yang pengalaman sesuai melalui pantun dengan dan dongeng syarat pantun Memahami Menang pembacaan puisi gapi cara pembaca an puisi Mereflek si puisi yang dibacaka n Memahami Membac wacana sastra a indah melalui kegiatan puisi membaca puisi dengan dan buku cerita menggun anak akan irama, volume, suara, mimik, kinesik yang sesuai dengan isi puisi Mengungkapkan Menulis keindahan alam kreatif dan pengalaman puisi melalui kegiatan berkenaa Standar Kompetensi
n dengan keindaha n alam Menulis kreatif berkenaa n dengan peristiwa yang pernah dialami
Kompetensi minimal yang harus dimiliki siswa tercantum dalam kompetensi dasar. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa siswa SMP kelas VII merasa kesulitan mengapresiasi puisi sesuai tuntutan yang terdapat dalam kompetensi dasar. Di dalam materi sastra dengan Kompetensi Dasar seperti yang tercantum di dalam tabel di atas secara otomatis terselip pembelajaran akhlak mulia. Hasil pengamatan yang dilakukan penulis
terhadap
mengapresiasi mengapresiasi
kemampuan sastra
puisi
siswa
khusunya
sesuai
standar
kompetensi di kelas VII seperti di tabel ini. No. 1
Kompetensi Dasar Menulis pantun
Kemampua n Siswa Mampu
ISBN: 978-602-361-004-4
Seminar Nasional Sastra, Pendidikan Karakter dan Industri Kreatif Surakarta, 31 Maret 2015
yang sesuai dengan syarat pantun Menanggapi cara pembacaan puisi Merefleksi puisi yang dibacakan Membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume, suara, mimik, kinesik yang sesuai dengan isi puisi Menulis kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam Menulis kreatif berkenaan dengan peristiwa yang pernah dialami
2 3
4
5
6
mengakibatkan pembelajaran akhlak mulia Mampu Belum mampu
Belum mampu
melalui
pembelajaran
Kemampuan Mengapresiasi Puisi Apresiasi berasal dari bahasa latin yang
berarti
Belum mampu
siswa membuktikan bahwa siswa belum mampu membaca puisi sesuai dengan irama, volume, suara, mimik kinesik yang sesuai dengan isi puisi, merefleksi puisi yang dibacakan, dan menulis kreatif puisi. tersebut
perlu
diteliti agar mendapat penanganan para guru. Jika pengajar sastra membiarkan begitu
saja
berakibat
berarti
“menyadari, memahami, menghargai, dan
Performan maupun hasil karya
siswa
“menghargai”.
Dalam bahasa Inggris appreciate
menilai”.
Dari
kata
ketidakmampuan
siswa yang membudaya dan berjalan turun-
appreciate
dapat
dibentuk kata appreciation yang berarti “penghargaan,
Ketidakmampuan
tidak
tersampaikan.
apreciatio Belum mampu
sastra
pemahaman,
dan
penghayatan”. Kata apresiasi dalam bahasa Indonesia mengandung pengertian yang sejajar dengan kata aprecitio (Latin) dan kata
appreciation
(Inggris)
tersebut.
Pemahaman terhadap pengertian apresiasi secara etimologis itu masih perlu diperluas dengan pemahaman hakikat karya apresiasi puisi sebagai suatu karya seni. Karya sastra khususnya puisi pada hakikatnya adalah hasil proses kreatif seorang penulis puisi. Proses kreatif itu
temurun. Ketidakmampuan siswa tersebut,
283
ISBN: 978-602-361-004-4
Seminar Nasional Sastra, Pendidikan Karakter dan Industri Kreatif Surakarta, 31 Maret 2015
dimulai sejak siswa mengamati berbagai
kreatif
pula
dari
peristiwa kehidupan, baik yang dialaminya
mengapresiasi
itu
sendiri maupun yang dialami oleh orang
proses yang kreatif. Dalam mengapresiasi
lain; mengamati berbagai peristiwa yang
terdapat
terjadi
ketajaman penalaran dan kepekaan perasaan
dalam
kehidupan
masyarakat;
proses
pembaca. memang
Kegiatan merupakan
pengenalan
mengamati alam lingkungannya dengan
terhadap
segala isinya, kemudian merenungkan dan
diungkapkan oleh penulis puisi. Ada tiga
memikirkan segala sesuatu yang diamatinya
aspek inti dalam proses mengapresiasi suatu
itu, merasakan serta menghayatinya dengan
karya sastra yaitu aspek kognitif, emotif,
kemampuan emosionalnya, dan akhirnya
dan
menuangkan
serta
mengapresiasi sastra tiga aspek tersebut
penghayatannya itu ke dalam bentuk-bentuk
terjalin dalam suatu proses kegiatan yang
karya
serasi.
sastra
hasil
penalaran
dengan
bahasa
sebagai
medianya. Proses kreatif dalam penciptaan karya
sastra
itu
berlangsung
secara
nilai-nilai
melalui
evaluatif.
Dalam
Kemampuan siswa
kehidupan
SMP
kegiatan
mengapresiasi
tidak
terbatas
yang
puisi pada
sungguh-sungguh, jujur, terus terang, wajar,
penghargaan,
pemahaman,
dan bertanggung jawab. Hasilnya adalah
penghayatan.
Pemahaman
sebuah
merupakan
dilaksanakan dengan cara siswa membaca
ekspresi seluruh kehidupan intelektual dan
puisi. Kemampuan mengapresiasi puisi
emosional siswa.
dapat diwujudkan siwa berkarya. Contoh,
karya
sastra
yang
dan dapat
Mengapresiasi suatu karya sastra
menulis puisi. Siswa dapat menulis kreatif
khususnya berupa puisi yang dihasilkan
puisi berkenaan dengan keindahan alam
oleh sastrawan
284
memerlukan sikap yang
ISBN: 978-602-361-004-4
Seminar Nasional Sastra, Pendidikan Karakter dan Industri Kreatif Surakarta, 31 Maret 2015
atau berkenaan dengan peristiwa yang
berekspresi
pernah dialami.
mengandung nilai sastra.
Berkaitan dengan apresiasi puisi sebagai
salah
tulisan
yang
Perekonstruksian akhlah bangsa
terobosan
melalui pembelajaran apresiasi sastra
mulia,
untuk siswa SMP akan menyentuh jiwa
pemberian tugas-tugas kesastraan untuk
siswa jika guru memanfaatkan media
siswa SMP bersifat kompleks. Hal
audio visual. Dengan audio visual,
tersebut sesuai dengan perkembangan
siswa
kognitifnya.
berakhlak mulia. Guru memilih contoh
perekonstruksian
yang
hanya
mengingat
satu
melalui
akhlak
Pengajaran
sederhana
melibatkan haruslah
kegiatan dikurangi.
Pengajaran
hendaklah
menekankan
pembelajaran
sudah yang
tersentuh
pembacaan
jiwanya
puisi
sesuai
untuk
dengan
kejiwaan siswa. Puisi bertema akhlak mulia
dapat
menanamkan
dipilih akhlak
guru
untuk
mulia.
Media
menuntut aktivitas siswa. Pengajaran
audio visual merupakan media yang
yang bersifat mengaktifkan siswa untuk
dapat dilihat dan didengar. Model
praktik membaca atau menulis akan
pembacaan puisi
jauh lebih bermakna daripada sekedar
LCD.
teori-teori atau aplikasi teori. Contoh,
siswa tidak hanya dapat melihat atau
aplikasi teori berupa siswa menentukan
mengamati
unsur-unsur
sekaligus dapat mendengar sesuatu
hakikat
instrinsik
kemampuan
puisi.
Jadi,
mengapresiasi
yang
ditampilkan dengan
Melalui media audio visual,
sesuatu,
divisualisasikan.
melainkan
Contoh
puisi mencakup membaca, menyadari,
Kompetensi Dasar yang menggunakan
memahami, menghargai, menilai, dan
media LCD.
285
ISBN: 978-602-361-004-4
Seminar Nasional Sastra, Pendidikan Karakter dan Industri Kreatif Surakarta, 31 Maret 2015
Kompetensi Dasar Merefleksi puisi yang dibacakan
No 1
2
Membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume, suara, mimik, kinesik yang sesuai dengan isi puisi Menulis kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam Menulis kreatif berkenaan dengan peristiwa yang pernah dialami
3
4
Menulis
Media
kreatif
berkenaan
dengan
peristiwa yang pernah dialami. Guru
LCD ( contoh pembacaan puisi )
menampilkan contoh-contoh peristiwa yang dialami siswa. Siswa memilih salah satu inspirasi peristiwa tersebut
LCD
untuk sumber menulis puisi. Demikian pembelajaran tentang puisi
LCD, contoh puisi dan keindahan alam LCD, contoh puisi dan peristiwa yang dialami siswa
menggunakan
audio
visual
sebagai alat perekeonstruksian anak bangsa. Penggunaan media tersebut dapat menghilangkan
pengetahuan
yang abstrak bagi siswa. Selain itu, dapat menyentuh kejiwaan siswa agar
Siswa memperhatikan LCD yang tedapat
contoh
Kemudian
pembacaan
siswa
puisi.
merefleksi.
Berdasarkan
contoh tersebut
mendapatkan
gambaran
siswa tentang
pembacaan puisi. Menulis kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam. Guru menampilkan contoh keindahan alam kemudian siswa menulis puisi berdasarkan inspirasi keindahan alam
menjadi insan yang berakhlak mulia. 3.
PENUTUP Dalam terdapat
pembelajaran
nilai-nilai
kehidupan
sastra yang
tersentuh di dalamnya. Penyusupan nilainilai kehidupan ke jiwa siswa secara halus dan pelan. Siswa SMP termasuk remaja yang cenderung berjiwa masih labil. Dengan pembelajaran sastra maka suatu rintisan untuk perekonstruksian akhlak
yang ditamplkan melalui CD tersebut.
286
ISBN: 978-602-361-004-4
Seminar Nasional Sastra, Pendidikan Karakter dan Industri Kreatif Surakarta, 31 Maret 2015
bangsa. Bangsa ini mempunyai beberapa elemen.
Elemen
yang
utama
Yogyakarta : University Press.
Gadjah
Mada
untuk
ditanamkan agar berakhlak mulia adalah
Ismail Marahimin. 1994. Menulis Secara Populer. Jakarta: Pustaka Jaya.
generasi muda. Generasi muda merupakan
Muslim Nurdin, dkk. 1995. Moral dan
penyangga yang kokoh kuatnya suata
Kognisi Islam. Bandung: Alfabeta.
negara.
Rahmanto.
1998.
Metode
Pengajaran
Sastra. Yogyakarta: Kanisius. 4.
DAFTAR PUSTAKA
Suminto A. Sayuti. 1997. Apresiasi Prosa Fiksi. Jakarta: Depdikbud.
Asul Wiyanto, 2005. Kesusastraan Sekolah. Jakarta: Grasindo.
Suwarna.
2006.
Pengajaran
Mikro.
Yogyakarta : Tiara Wacana. Burhan Nurgiantoro. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta : BPFT.
Zulfanur, dkk. 1997.
Apresiasi Puisi.
Jakarta: Depdikbud. Burhan Nurgiantoro. 2005. Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak.
287
ISBN: 978-602-361-004-4