PEREKONOMIAN INDONESIA DI TENGAHTampaksiring, PEREKONOMIAN DUNIA 19 April 2010 Disampaikan pada Raker Presiden RI dengan para Menteri dan Gubernur se- Indonesia oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
T a m p a k s i r i n g ,
1 9
A p r i l
2 0 1 0
Kerangka Paparan 1. Kondisi Perekonomian Indonesia 2004 2. Kondisi Perekonomian Global 2004 – 2009 3. Agenda Kabinet Indonesia Bersatu I 2004-2009 4. Perkembangan Perekonomian Indonesia 20042009 5. Perkiraan Perkembangan Perekonomian Global dan Regional Jangka Menengah 6. Agenda Kabinet Indonesia Bersatu II 2010-2014 7. Gambaran Perekonomian Indonesia 2014 2
1.KONDISI PEREKONOMIAN INDONESIA 2004
Pada tahun 2004, perekonomian belum sepenuhnya pulih dari krisis ekonomi 1997-1998 Periode 1999-2004 pertumbuhan ekonomi masih relatif rendah, rata-rata sekitar 3,9%,
Periode 1999-2004 PDB per kapita (nominal) pada tahun 2004 kembali pada level sebelum krisis PDB per Kapita (Harga Berlaku, US$)
Pertumbuhan Ekonomi 1999-2004 6
4.9
5
4.5
4.8
5
1400 1200 1000
4
3.6
1186
1166 922
1093
807
800
3
600 2
478
772 689
400
1
200
0.8
0
2004
2003
2002
2004
2001
2003
2000
2002
1999
2001
1998
2000
1997
1999
1996
0
4
1098
Kesenjangan pertumbuhan ekonomi masih sangat tinggi Masih banyak provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi (PDRB) dibawah rata-rata nasional terutama provinsi yang berada di kawasan timur ,8.0 ,7.0 ,6.0
Rata-rata pertumbuhan seluruh provinsi 2001-2004 (3,9%)
,5.0 ,4.0 ,3.0 ,2.0 ,1.0 ,0.0 -,1.0 -,2.0
Keterangan : Provinsi NAD menggunakan pertumbuhan PDRB konstan non migas
Indikator kesejahteraan rakyat menunjukkan penurunan tingkat kemiskinan, namun sebenarnya masih tinggi, sementara tingkat pengangguran meningkat Kemiskinan
Pengangguran
60
50
40
30
49.5 47.9 24.2 23.4 38.7 37.9 38.4 37.3 36.1 19.1 18.4 18.2 17.4 16.7
30
12
25
10
20
15
10.3
6
5.8 4
4.2
2
2
0
0
Jumlah Penduduk Menganggur (juta orang)
2004
6
Persentase (%)
4.4
10
8
2003
Jumlah Penduduk Miskin (juta orang)
4
6
9.9
9.9
9.1
2002
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
5
2001
0
4.7
9.7
6.1 8
2000
0
4.9
6.4
1999
5
6
5.5
1998
10
8.1
8
1997
10
9.1
1996
20
12
Persentasi (% GDP)
Catatan : Sejak tahun 2001 terjadi perubahan definisi pengangguran terbuka, namun dengan definisi lama angkanya tetap cenderung meningkat
Nilai ekspor meningkat, namun tidak besar (2004: +/- US$70 M), peranan ekspor non migas pada tahun 2004 relatif masih sama dengan tahun 1999
Ekspor migas - non migas tahun 1999 (%)
Perkembangan Ekspor Tahun 1999-2004 (US$ Miliar)
20.1 79.9
,80.0 ,70.0 ,60.0
Migas
Nonmigas
,50.0
Ekspor migas - non migas tahun 2004 (%)
,40.0 ,30.0
21.9
,20.0
78.1
,10.0 ,0.0 1999
2000 Migas
7
2001
2002
Nonmigas
2003 Total
2004
Migas
Nonmigas
Stabilitas membaik dengan stok utang per PDB yang menurun namun masih tinggi (2004 : 57%) dan cadangan devisa yang meningkat namun relatif rendah (2004 : US$ 36,3 M) Stok Utang Pemerintah (% PDB)
Cadangan Devisa (US$ Miliar)
100
40
89
85
90
77
80
PERSENTASE
60 50
35 67
70
61
58
57
29
20 15
30
48 28
10
10 5
0 1998
1999
2000
2001
2002
2004
0 2004
2003
2002
2001
2000
1999
1998
1997
RASIO SURAT UTANG BERHARGA PER PDB STOK UTANG PEMERINTAH PER PDB
2003
1996
RASIO PINJAMAN LUAR NEGERI PER PDB
8
29.4 28 27.1 23.8 25 21.4 19.1
31.6
30
10
40
20
36.236.3
2.PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN GLOBAL 2004 - 2009
Pertumbuhan Ekonomi (%)
Perkembangan perekonomian global 2004 – 2009 melambat karena adanya 3 episode krisis (energi, pangan dan keuangan)
Krisis energi dan krisis pangan
Kenaikan harga minyak dunia
10 8
Krisis keuangan dan krisis ekonomi dunia
6 4 2 0 -2 -4
10
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Dunia
Emerging and developing economies
Advanced economies
ASEAN-5
3. AGENDA PEMBANGUNAN KABINET INDONESIA BERSATU I 2004-2009
Agenda Dan Strategi Pembangunan VISI–MISI PRESIDEN: 3 Agenda Pembangunan RPJMN 2004-2009 Menciptakan Indonesia Yang Aman Dan Damai Mewujudkan Indonesia Yang Adil Dan Demokratis Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat
TRIPLE TRACK STRATEGY PRO GROWTH
PRO JOBS
Mendorong peningkatan investasi dan ekspor serta produksi komoditi primer dan industri pengolahan Menjaga stabilitas makro 12
PRO POOR
Perlindungan sosial Pemberdayaan masyarakat Penguatan ekonomi rakyat
4.INDONESIA PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN 2004-2009
Perekonomian semakin kokoh dan tumbuh dengan mantap disertai dengan penurunan tingkat pengangguran dan kemiskinan.
2 0
7.9
8
2008
2007
2006
2005
10 11.9 9.4 10.3 10.9
9
4 2 0
Jumlah Penduduk Menganggur (juta orang)
4.5
Persentase (%)
4 3.6
Menurun karena krisis global, tidak banyak negara yang mengalami pertumbuhan positif
3 2 1
9.1 2003
5
9.9
2002
5.5
5.8 2001
6.0
5
10
6 8
6
2000
4.5
4.8
4.7 4.2 4.4
12
6.1
5.5
1999
4.9
6 4.9
1998
5
8
1997
5.7
8.1
6.4
1996
6
10
11.2 10.3 9.7 9.1 9.1 8.4 9.9
2009
6.3
12
4
Tertinggi setelah krisis tahun 1998
7
14
2004
Pertumbuhan Ekonomi 1999-2009 (%)
Pengangguran 1996-2009
0.8
Kemiskinan 1998-2009 60 50
49.5
40
30
47.9 38.7
30
0 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
10 0
15 10
14.1 23.4 16 16.6 17.4 18.4 5 24.2 15.4 16.7 19.1 17.7 18.2 0
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
2001
2000
1999
1998
Pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai 5,5% per tahun, dengan angka pengangguran menurun ke 7,9% dan angka kemiskinan menjadi 14,1%
20
25
36.1 39.3 38.4 20 37.2 37.9 35.1 37.3 35 32.5
Jumlah Penduduk Miskin (juta orang) Persentase Penduduk Miskin (%)
14
Perekonomian semakin kokoh dan tumbuh dengan mantap disertai dengan penurunan tingkat pengangguran dan kemiskinan. Pengangguran 1996-2009 14
12
11.2
12
9.7
9.9
9.1 10
6.4
7.9
6.1 10
9.9
10.9
10.3
9.1
6 4.2
6
11.9 8
4.4
9 9.4
5 4 3
5.8
5
8 7
4.7
4
9
8.4
5.5 4.9
10
9.1
8.1
8
6
11
10.3
2
2 2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
2001
2000
1999
1998
1997
1996
Jumlah Penduduk Menganggur (juta orang)
Persentase (%)
15
Perekonomian semakin kokoh dan tumbuh dengan mantap disertai dengan penurunan tingkat pengangguran dan kemiskinan. Kemiskinan 1998-2009 55 50 45
26
49.5
47.9
24
24.2 23.4
22
38.7
40
37.9
38.4
37.3
39.3 36.1
35
19.1 30
35.1
37.2
20
35 32.5
18.4
18.2
17.4
25
16.7
17.7
16
16.6
16
15.4
20
18
14.1
14
15
12
10
10 2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
2001
2000
1999
1998
Jumlah Penduduk Miskin (juta orang)
Persentase Penduduk Miskin (%)
16
Indonesia menjadi pemasok dan pemain besar dalam pangan dunia • Pada tahun 2005 Presiden telah mencanangkan Revitalisasi Pertanian (termasuk perikanan, peternakan, kehutanan dan perkebunan). Hasilnya, produksi semua komoditas pangan meningkat tajam dan Indonesia pada tahun 2008 mencapai swasembada beras. • Stabilitas harga pangan dalam negeri, terutama harga beras terjaga • Keberhasilan ini meringankan beban bangsa lain dalam mengatasi krisis pasokan beras di pasar global. – Mengurangi tekanan harga internasional – Swasembada pangan Indonesia, menjadi model dalam mengatasi krisis pangan global, FAO, 2008 – Bantuan pangan Indonesia untuk masyarakat dunia (Srilanka, Filipina, Palestina, Timor Leste)
Kebijakan yang tepat untuk produksi : kebijakan
harga, subsidi pupuk dan benih, bantuan benih gratis, penyediaan modal, akselerasi penerapan inovasi teknologi dan revitalisasi penyuluhan
17
Jagung dan Perikanan
Padi (GKG) 64
18
62.6
62
58 56
12
54.6
3
13.3
12.5
2.5 10.5
11.6
10 54.2
4
50
2
2.9
2.22.3 2.1
2.1 2.1
2.2
1.8
1.5
6
52
2.8 2.6
2
8.7 8.2 7.5 6.9
8
54
3.5
16.3
14
57.1
Tebu dan Daging
17
16
60.3
60
1 0.5
0
0 Jagung 2005
2006
Perikanan 2007
2008
Tebu
Daging
2009 *)
15.000 12.500
Viet 15% Thai 15%
(Rp/Kg)
Ketahanan Pangan Semakin Membaik:
10.000
IR II
7.500 5.000 2.500 Jan Feb Mar Apr
Mei
Jun 2007
Jul Agust Sep Okt Nop Des
Jan Feb Mar Apr
Mei
2008
Jun
Jul Agust
Ekspor meningkat tajam dengan peran ekspor non migas yang juga cenderung meningkat didukung oleh produk manufaktur Perkembangan ekspor Migas dan Non migas Tahun 2004-2009 ,160.0
100,000.0 90,000.0
,137.0
,140.0
80,000.0 70,000.0 Juta US$
USD Miliar
,120.0 ,100.0 ,80.0
60,000.0 50,000.0 40,000.0 30,000.0
,60.0
20,000.0
,40.0
10,000.0
,20.0
-
2004 Migas
2005
2006 Non-migas
2007
2008 Total
2009
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Pertanian
2,496.
2,880.
3,364.
3,657.
4,584.
4,363.
Industri
48,677
55,593
65,023
76,460
88,393
73,430
Pertambangan
4,761.
7,946.
11,200
11,893
14,906
19,679
• Ekspor meningkat dari US$ 71,6 M pada tahun 2004, mencapai titik tertinggi pada US$ 137 M pada tahun 2008, menurun pada tahun 2009 menjadi US$116,5 M karena krisis global
• Kontribusi ekspor non migas naik dari 78,1% (tahun 2004) menjadi 83,7% (tahun 2009) 18
Ekspor Indonesia mencapai 1% dari ekspor global tahun 2009 Pangsa tujuan ekspor ke negara-negara emerging markets dan mitra FTA semakin meningkat Diversifikasi pasar ekspor semakin diperluas ke negara-negara lain.
Export
18,000.0
1.2
15,000.0
1.1
12,000.0
1.0
9,000.0
0.9
6,000.0
0.8
3,000.0
0.7
0.0
0.6 2004
5 Negara Utama 51%
THAILAND 3%
JEPANG 14%
SING 11%
SPANYOL 2% JERMAN TAIWAN 3% 2% BELANDA INDIA 3% 4%
KORSEL 4%
2006
2007
2008 Share
2009
Source: WTO
Jan-Feb 2010
AS 15%
AUSTRALIA UNITED 2% KINGDOM 2% HONG KONG 2%
2005 Value
Jan-Feb 2005
NEGARA LAIN 22%
(%)
US$ Billion
Peran Indonesia dalam ekspor dunia meningkat, strategi diversifikasi pasar ekspor Indonesia mulai membawa hasil
CHINA 5% MALAY 5%
AUSTRALIA 2%
AS 10%
NEGARA LAIN 22%
UNITED KINGDOM 2% HONG KONG 2% SPANYOL 2% TAIWAN
5 Negara Utama 47%
SING 8%
2% JERMAN 2% THAILAND 3%
BELANDA 2%
JEPANG 13%
CHINA 11% INDIA 8%
KORSEL 6%
MALAY 6%
19
Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Penerimaan Devisa (2001-2008) 7,4
Bom Bali II Bom Bali I
Flu Burung
5,4
5,4
4,8
4,3
4,5
4,0
5,0
6,4 5,5
5,3 5,1
4,4
5,0
4,9
4,5
Sumber: Kemenbudpar
Sejak tahun 2007, jumlah wisatawan mancanegara dan penerimaan devisa mengalami peningkatan signifikan seiring dengan membaiknya citra pariwisata Indonesia setelah sebelumnya terpengaruh adanya peristiwa Bom Bali I dan II serta penyakit Flu Burung
Sejalan dengan peningkatan penerimaan pajak, belanja meningkat tajam namun dengan defisit anggaran yang terkendali
2 • Belanja negara meningkat sekitar 2 kali lipat
terutama untuk infrastruktur dan program pro rakyat Perkembangan Belanja Negara (triliun Rp) 1,500.0 1,000.0 ,500.0 2005
1 • Penerimaan pajak meningkat pesat dari
Rp 280,6 T pada 2004 menjadi Rp 641,4 T pada 2009 (Rata-rata tumbuh sekitar 18%/tahun) sebagai akibat reformasi perpajakan dan penerapan kebijakan Sunset Policy PENERIMAAN PERPAJAKAN (Rp Triliun)
3
2006
2007
2008
2009
2010
• Pada tahun 2005-2009, defisit APBN diarahkan untuk membiayai proram prioritas pembangunan nasional dan memberikan stimulus, namun tetap terjaga dibawah 3 % PDB. -
(,0.5) (,1.0)
700 600 500 400 300 200 100 0
(,1.5) (,2.0) (,2.5) (,3.0) (,3.5) (,4.0) 2004
21
2005
2006
2007
2008
2009
2001
2002
2003
2004
2005
APBN-P
2006 Realisasi
2007
2008
2009 2010*)
Kesenjangan pertumbuhan ekonomi menurun
Semakin banyak provinsi yang tumbuh diatas rata-rata nasional termasuk di Kawasan Indonesia Timur yang menunjukkan pertumbuhan yang signifikan pada periode 2005-2008 ,10.0
,8.0
Rata-rata pertumbuhan seluruh provinsi,6.0 2005-2008 (5,5%) Rata-rata pertumbuhan ,4.0 seluruh provinsi 2001-2004 (3,9%) ,2.0
,0.0
-,2.0
2001-2004
2005-2008
Keterangan : Provinsi NAD menggunakan pertumbuhan PDRB konstan non migas
Periode 2005-2008, semua provinsi mengalami kenaikan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), namun masih terdapat disparitas antar wilayah IPM Provinsi Tahun 2005 ,80
,77.0
,75.1
,75
IPM Provinsi Tahun 2008
IPM Nasional Tahun 2008
,75.2
,74.9
,71.2
,70 ,64.1
,65
,64.0
,60
SUMATERA
JAWA-BALI
NUSTRAKALIMANTAN
SULAWESI
Papua
Papua Barat
Maluku Utara
Maluku
Sulbar
Gorontalo
Sultra
Sulsel
Sulteng
Sulut
Kaltim
Kalsel
Kalteng
Kalbar
NTT
NTB
Bali
Banten
Jawa Timur
DI Yogyakarta
Jawa Tengah
Jawa Barat
DKI Jakarta
Kepri
Kep, Banbel
Lampung
Bengkulu
Sumsel
Jambi
Riau
Sumbar
Sumut
NAD
,55
MLK PAPUA
Meskipun naik, IPM beberapa propinsi pada tahun 2008 masih secara signifikan di bawah rata-rata nasional
23
Dana APBN ke daerah (termasuk yang langsung kepada masyarakat) terus meningkat dengan pesat 800,000
DANA PUSAT DI DAERAH (TRILIUN RUPIAH)
700,000
600,000
500,000
400,000
300,000
200,000
100,000
,0 2005
2006
Transfer Daerah
2007
Dekon
TP
2008
Dana Vertikal
2009
Bantuan ke Masy.
2010
Subsidi
24
Stabilitas ekonomi makin mantap dengan menurunnya rasio stok utang/PDB (2004 : 57%, 2009 : 28%) dan meningkatnya cadangan devisa secara tajam (2004 : US$ 36,3 M, 2009 : US$ 66,1 M, 2010 Kw1 : US$ 71,8 M) Cadangan Devisa
Stok Utang Pemerintah
80
100 85
90
PERSENTASE
60 50
70
77
80 70
71.8
89 67
58
10
61
51.6
57 47
50 39
42.6
35 33 28
30 20 0
56.9
60
40
10
66.1
17 48
11
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
20
27.1 29.4 28 21.423.8 19.1
36.236.3 34.7 31.6
10 2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
2001
2000
1999
1998
1997
RASIO SURAT UTANG BERHARGA PER PDB
30
1996
RASIO PINJAMAN LUAR NEGERI PER PDB
40
STOK UTANG PEMERINTAH PER PDB
Kebijakan utang pemerintah lebih diutamakan meningkatkan instrumen Surat Berharga Negara (SBN) dan mengurangi stok pinjaman luar negeri (PLN). Ratio PLN/PDB menurun dari 28% pada tahun 2004 menjadi 11% pada tahun 2009 25
Kenaikan cadangan devisa terutama didorong oleh ekspor yang terus meningkat dan masuknya aliran modal sejalan dengan membaiknya iklim investasi langsung dan portofolio
PDB per Kapita (Harga Berlaku, USD)
Daya beli masyarakat meningkat baik secara nasional (PDB per kapita), 3000 maupun pada kelompok masyarakat 2500 seperti guru
800
3,250
600
3,000
2,500
0
2,250
26
2009
Penghasilan (Take Home Pay) Terendah Penghasilan (Take Home Pay)Tertinggi Pendapatan (THP)Riil dalam Beras Terendah Pendapatan (THP)Riil dalam BerasTertinggi
2009
3,500
200 2008
2008
1000
0.5 2007
3,674
3,750
2,750
2006
2007
4,000
400
2004 dan 2005
2006
PDB per kapita, PPP 1996-2008 (U$)
1 0
2005
1.5
2004
2
0
2003
1200
2.5
689
2002
1400
1098
2001
4
1318
772
2000
1600
3
500
1800
4.5 3.5
1093 478
1999
KG BERAS
922
807
1000
1938
1186
1166
1998
RP JUTA
1500
1663
1997
5
2000
1996
• PDB per kapita (harga berlaku, U$) naik > 2 kali lipat dibanding sebelum krisis. Secara riil daya belinya naik 23,4%, atau 40% jika dibanding masa krisis • Daya beli guru meningkat baik secara nominal (penghasilan terendah dari Rp. 1 Juta menjadi Rp. 2,3 Juta) maupun dari segi kemampuan membeli beras (penghasilan terendah dari 319 Kg menjadi 545 Kg)
2270 2590
2,977
3,075
3,066
2,635
2,714
2,621
2,862 2,959
2,776
2,000
PDB per kapita
3,335 3,504
3,197
5. PERKIRAAN PEREKONOMIAN GLOBAL DAN REGIONAL JANGKA MENENGAH
Indonesia dalam 5 tahun ke depan menghadapi kondisi ekonomi global yang berubah
Output di negara-negara maju akan
Pertumbuhan PDB
10
berada di bawah potensinya sampai 2014.
8 6
Real GDP growth in percent
4 2 0
World Developing countries Middle-income5 World4 Middle-income6
-2 -4
High-income Low-income4 High-income3 Low-income5
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Asia Timur dan Asia Selatan akan
tumbuh paling tinggi pada pemulihan ekonomi global
28
10 8 6 4 2 0 -2 -4 -6 -8
2009
East Asia
Europe and Central Asia
2010
Latin America
2011
Middle-East South Asia Sub-Saharan and North Africa Africa
Source: World Bank, DEC Prospects Group
Indonesia dalam 5 tahun ke depan menghadapi kondisi ekonomi global yang berubah Share of World Total Trade by Region
Growth of World Total Trade by Region 30.00 20.00
2005 04/05
08/09
Middle East, 4 %
10.00
ROW, 12%
2009 North Americ a, 18%
Middle East, 5 %
ROW, 11%
North Americ a, 15%
Persen
0.00 World
North America
-10.00
EU - 27
Asia
Middle East
ROW
Asia, 27%
-20.00 -30.00
Asia, 31% EU27, 39%
EU27, 38%
-40.00
Source: MoWTO and IFS
Asia semakin penting dalam perdagangan global • Indonesia terletak di kawasan Asia Timur dengan perdagangan yang sangat dinamik • Indonesia harus mengoptimalkan diplomasi perdagangan bilateral dan regional untuk menjamin akses pasar (ASEAN Economic Community dan Perluasannya ke ASIA Timur) 29
AEC 2015: Era Baru Ekonomi ASEAN Komunitas Ekonomi ASEAN 2015
Pasar Tunggal dan Basis Produksi Regional
Kawasan Berdayasaing Tinggi
Kawasan dengan Pembangunan Ekonomi yang Merata
Integrasi dengan Perekonomian Dunia
Indonesia harus meningkatkan daya saing guna menghadapi integrasi perekonomian dan meningkatkan potensi pasar domestik Peran inter-konektivitas mutlak dalam mendorong daya saing produk nasional di pasar domestik maupun luar negeri Inter-konektivitas adalah kunci menghubungkan berbagai potensi ekonomi Indonesia Perbaikan kinerja logistik adalah bagian dari inter-konektivitas Negara dengan pendapatan per capita yang sama dan logistik yang lebih efisien pertumbuhan PDB dan perdagangan lebih tinggi 1% dan 2%
30
Membangun Domestic Connectivity : Interkonektivitas sangat penting untuk menumbuhkan perekonomian berbagai wilayah lain. Saat ini perekonomian masih terkonsentrasi di beberapa Wilayah
Proses aglomerasi (kawasan) industri sangat menentukan perkembangan kemajuan ekonomi di suatu wilayah Inter-konektivitas mendorong percepatan proses tersebut
31
Indonesia dalam 5 tahun ke depan menghadapi kondisi ekonomi global yang berubah Harga komoditas (energi, pertambangan) akan tetap tinggi. 350
Real prices (prices deflated by MUV, 2000=100)
300
250
200
150
100
50
Energy 32
Food
Metals & Minerals
2020
2018
2016
2014
2012
2010
2008
2006
2004
2002
2000
1998
1996
1994
1992
1990
1988
1986
1984
1982
1980
1978
1976
1974
1972
1970
1968
1966
1964
1962
1960
0
Dependency ratio di Jepang dan Korea meningkat (penduduk usia kerja terbatas) memerlukan tenaga kerja dari negara lain. Dependency ratio 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 1950 1955 1960 1965 1970 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050 Sources: BPS and UN statistics
Struktur demografi Indonesia dengan dependency ratio yang menurun (sekitar 15 tahun) Untuk memanfaatkan peluang perlu dikembangkan : • SDM berkualitas • Knowledge based, industri kreatif untuk meningkatkan kemampuan inovasi 33
6. AGENDA PEMBANGUNAN KABINET INDONESIA BERSATU II
Visi dan Strategi Nasional KIB II VISI SBY – BOEDIONO: “INDONESIA YANG SEJAHTERA, DEMOKRATIS DAN BERKEADILAN”
STRATEGI NASIONAL : Melanjutkan dan Memperkuat Triple Track Strategy (Pro Growth, Pro Jobs dan Pro Poor) MEMPERCEPAT PERTUMBUHAN INKLUSIF DAN BERKELANJUTAN
Mengandalkan ekonomi sumberdaya alam termasuk kelautan, yang berbasis iptek
agar bernilai tambah tinggi (knowledge-based, industri kreatif) dengan tetap menjaga keberlanjutannya (green economy) Membangun domestic connectivity untuk mendorong investasi dan produksi yang lebih merata
MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN BERKEADILAN Perlindungan sosial. Penciptaan lapangan kerja produktif didukung SDM berkualitas 35
Membangun Perekonomian yang Hijau
Pembangunan Berkelanjutan
Green Economy
Pro Growth Pro Poor Pro Job + Pro Environment
Low Carbon Development Climate Change Mitigation
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 36
Ketahanan pangan dengan pola pertanian berkelanjutan Pengelolaan hutan yang berkelanjutan Efisiensi dan penggunaan energi yang dapat diperbaharui Dukungan teknologi bersih Pengelolaan limbah Manajemen transportasi efisien dan rendah karbon Pembangunan infrastruktur ‘hijau’
7. GAMBARAN PEREKONOMIAN PADA TAHUN 2014
Sasaran RPJMN 2010-2014 sebagai hasil pembangunan inklusif, berkelanjutan dan berkeadilan Pendapatan per kapita 2010-2014 14,000.0
4,500.0 4,000.0
12,000.0
Pertumbuhan Rata-rata 6,3 – 6,8 persen pertahun Ekonomi Sebelum 2014 tumbuh 7 persen, pada 2014 berkisar 7- 7,7 persen
3,500.0 10,000.0
3,000.0
8,000.0
2,500.0
6,000.0
2,000.0 1,500.0
4,000.0
1,000.0 2,000.0
,500.0
Rata-rata 4 - 6 persen pertahun
5 - 6 persen pada akhir Tingkat Pengangguran tahun 2014
-
2010
2011
2012
2013
2014
Riil Harga Konstan Tahun 2000 (Rp Ribu) USD PDB Per Kapita (USD, kurs Rp 9.000)
38
Inflasi
Tingkat Kemiskinan
8 – 10 persen pada akhir tahun 2014
SEKIAN & TERIMA KASIH
39