Perekonomian dan Perbankan Mei 2017 Equity Tower Lt 20, 21 & 39 Sudirman Central Business District (SCBD) Jl. Jend Sudirman Kav 52-53 Jakarta 12190
Ringkasan Laporan
Risalah rapat FOMC pada 2–3 Mei 2017 memperkuat ekspektasi kenaikan Fed rate di bulan Juni 2017. Probabilita kenaikan Fed rate di bulan itu telah mencapai 100%. Emmanuel Macron terpilih menjadi presiden Perancis yang baru setelah memenangkan pemilu dalam dua putaran. Macron adalah seorang “centrist” yang pro-Uni Eropa. Berbagai survei masih menempatkan koalisi CDU/CSU sebagai calon pemenang pemilu federal Jerman pada September 2017 sehingga memberi jalan bagi Angela Merkel untuk terpilih kembali menjadi kanselir negara itu. Memasuki bulan Mei 2017, pasar keuangan global diwarnai berbagai sentimen positif. Namun, terdapat potensi risiko dari kisruh politik di Amerika Serikat dan potensi kenaikan bunga acuan Fed. Level investment grade yang diberikan S&P diperkirakan akan menjadi daya tarik untuk penanaman modal dan menambah capital inflow di pasar keuangan Indonesia. Pertumbuhan kredit perbankan berada dalam tren yang meningkat dalam 4 bulan terakhir mencapai 9,24% di triwulan I 2017. Di sisi lain, Dana Pihak Ketiga (DPK) mengalami kenaikan dengan mencatatkan pertumbuhan sebesar 10,02%. Peringkat investment grade dari S&P memberikan sentimen positif di pasar keuangan Indonesia dan dapat berdampak pada industri perbankan. Peringkat ini dapat dimanfaatkan perbankan dalam hal memperoleh pendanaan melalui penerbitan surat utang. Rasio NPL gross kredit sektor pertambangan masih berada di level 7,04% pada akhir Mar-17 ditengah mulai membaiknya indikator harga dan produksi hasil tambang. Fundamental pasar masih cukup rentan terhadap goncangan terutama dari sisi supply. Kebijakan pemerintah, strategi produksi dan masalah ketenagakerjaan menyebabkan gejolak pada harga. Angka Banking Stability Index (BSI) untuk periode bulan April 2017 mengalami sedikit peningkatan sebesar 1 bps, dari 99,36 di bulan Maret 2017 menjadi 99,37 di bulan April 2017. Berdasarkan angka BSI tersebut, risiko industri perbankan Indonesia masih berada dalam kondisi Normal.
1
Ekonomi Makro
Prospek Suku Bunga AS serta Pemilu di Perancis dan Jerman Seto Wardono Risalah rapat FOMC pada 2–3 Mei 2017 memperkuat ekspektasi kenaikan Fed rate di bulan Juni 2017. Probabilita kenaikan Fed rate di bulan itu telah mencapai 100%. Emmanuel Macron terpilih menjadi presiden Perancis yang baru setelah memenangkan pemilu dalam dua putaran. Macron adalah seorang “centrist” yang pro-Uni Eropa. Berbagai survei masih menempatkan koalisi CDU/CSU sebagai calon pemenang pemilu federal Jerman pada September 2017 sehingga memberi jalan bagi Angela Merkel untuk terpilih kembali menjadi kanselir negara itu. Risalah (minutes) rapat komite pembuat kebijakan moneter (FOMC) di Federal Reserve (the Fed) yang berlangsung pada 2–3 Mei 2017 mengindikasikan bahwa kenaikan suku bunga dapat segera terjadi dalam waktu dekat. Menurut minutes tersebut, sebagian besar anggota FOMC memandang bahwa jika ekonomi Amerika Serikat (AS) bergerak sesuai dengan ekspektasi, FOMC layak untuk segera melanjutkan upaya mereka mengurangi sebagian akomodasi kebijakan. Minutes ini makin memperkuat ekspektasi pelaku pasar mengenai prospek kenaikan Fed rate pada rapat FOMC berikutnya di bulan Juni. Rapat FOMC pada awal Mei 2017 menghasilkan keputusan untuk mempertahankan Fed rate di kisaran 0,75%–1%. Stance kebijakan moneter diputuskan tetap akomodatif sehingga dinilai akan tetap mendukung berlanjutnya penguatan pasar tenaga kerja dan kembalinya inflasi AS secara sustainable ke level 2%. Salah satu highlight penting dari statement kebijakan moneter yang dirilis the Fed saat itu adalah adanya pandangan dari anggota FOMC bahwa perlambatan pertumbuhan ekonomi AS yang terjadi di kuartal I 2017 hanya bersifat sementara. Minutes rapat tersebut yang dipublikasikan belakangan memberi elaborasi mengenai kondisi perekonomian AS di kuartal I. Pertumbuhan ekonomi AS disebut melambat karena pelemahan belanja konsumen dan hal ini terjadi karena konsumsi energi yang rendah akibat musim dingin yang lebih ringan dari biasanya serta penurunan penjualan kendaraan bermotor yang lebih disebabkan oleh faktor high base. PDB Amerika Serikat
Probabilita Fed Rate pada Juni 2017* 30-Nov-16
13,7%
45,1%
39,4%
6 5
30-Dec-16
20,7%
46,4%
29,2%
31-Jan-17
21,4%
44,6%
29,6%
28-Feb-17 31-Mar-17
29,8%
43,8% 50,1%
28-Apr-17
43,3%
61,1%
25-May-17
20,1%
30,3%
95,0%
% q/q, annualized
4 3
2 1 0 -1
* Berdasarkan pergerakan Fed Funds futures. Sumber: Bloomberg, LPS Gambar 1. Probabilita Fed Rate pada Juni 2017 dan Pertumbuhan Ekonomi AS
3
1Q17
4Q16
3Q16
2Q16
1Q16
4Q15
3Q15
2Q15
1Q15
4Q14
3Q14
2Q14
1Q14
4Q13
3Q13
40% 60% 80% 100% 1%–1,25% 0,75%–1% 0,5%–0,75%
2Q13
20% 1,25%–1,5%
1Q13
-2 0% 1,5%–1,75%
Pandangan the Fed mengenai perlambatan ekonomi AS pada kuartal I 2017 yang dinilai hanya bersifat sementara telah meniMomngkatkan probabilita kenaikan suku bunga di bulan Juni menjadi 100%. Sebelumnya, probabilita tersebut hanya mencapai 69,7% jika mengacu pada pasar futures di akhir April 2017. Meski demikian, prediksi besaran kenaikan Fed rate pada Juni mendatang masih terpecah antara 25 bps (dengan probabilita 95% menurut futures per 25 Mei 2017) dan 50 bps (probabilita 5%). Data terbaru menunjukkan pertumbuhan ekonomi AS sebesar 1,2% q/q secara annualized pada kuartal I 2017, lebih rendah dari pertumbuhan 2,1% pada kuartal sebelumnya. Meski demikian, angka tersebut masih lebih tinggi dari estimasi awal yang sebesar 0,7%. Tingkat pengangguran AS pada bulan April lalu mencapai 4,4%, yang terendah selama 10 tahun. Sementara, inflasi harga konsumen mencapai 2,2% y/y pada bulan April, turun dari 2,4% pada bulan sebelumnya. Kenaikan pada indeks harga belanja konsumsi personal (personal consumption expenditures atau PCE) di luar komoditas pangan dan energi, indikator inflasi terpenting yang dilihat the Fed, mencapai 1,6% y/y pada Maret 2017, turun dari 1,8% pada bulan sebelumnya. Beralih ke Eropa, perkembangan politik di Perancis dan Jerman pada bulan Mei ini menjadi berita positif bagi keberlangsungan Uni Eropa. Pemilihan presiden (pilpres) Perancis yang berlangsung dalam dua putaran menghasilkan Emmanuel Macron sebagai pemenang. Di Jerman, Partai Kristen Demokrat (CDU) yang dipimpin oleh Kanselir Angela Merkel berhasil memenangkan pemilihan umum (pemilu) di beberapa wilayah pada tahun ini. Sementara, berbagai survei masih menempatkan koalisi CDU dengan Partai Kristen Sosial Bavaria (CSU, koalisi ini dikenal dengan sebutan CDU/CSU) sebagai pemenang pemilu federal pada 24 September 2017 mendatang. Kemenangan CDU/ CSU membuka jalan bagi Merkel untuk terpilih kembali menjadi kanselir Jerman. Emmanuel Macron pada 14 Mei 2017 dilantik menjadi presiden baru Perancis, menggantikan Francois Hollande yang masa jabatannya berakhir. Pelantikan ini berlangsung tepat sepekan setelah kemenangan Macron atas Marine Le Pen pada pilpres putaran kedua dengan perbandingan suara 66% lawan 34%. Sebelumnya, pada pilpres putaran pertama yang berlangsung pada 23 April 2017, Macron juga mengalahkan 10 calon presiden lain dengan total suara sebanyak 21%. Emmanuel Macron dikenal sebagai politisi Perancis yang berhaluan centrist, mendukung pasar bebas, dan pro-Uni Eropa. Kemenangan Macron, atau kekalahan Marine Le Pen yang anti-Uni Eropa, dengan demikian menjadi berita positif bagi pasar keuangan yang tidak menghendaki adanya ketidakpastian baru pasca keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit). Pasar pun bereaksi positif, bahkan sejak hasil pilpres putaran pertama sudah dapat diketahui. CAC 40 dan STOXX Europe 600, indeks harga saham Perancis dan Eropa, naik masing-masing 4,14% dan 2,11% pada 24 April 2017 atau sehari setelah pilpres putaran pertama. Dalam periode 23 April–26 Mei 2017, dua indeks harga saham tersebut meningkat 5,48% dan 3,5%. Penciptaan lapangan kerja, terutama bagi penduduk usia muda, adalah salah satu tantangan penting bagi Perancis di bawah pemerintahan Emmanuel Macron. Tingkat pengangguran Perancis saat ini hanya sedikit di bawah 10%, namun tingkat pengangguran di kelompok penduduk usia 15–24 tahun masih berada di atas 22%. Macron membidik tingkat pengangguran sebesar 7% dan untuk itu telah menyiapkan rencana investasi selama lima tahun sebesar 42 miliar euro yang akan diarahkan ke berbagai area seperti pelatihan kerja, pertanian, transportasi, infrastruktur, dan kesehatan. Untuk mendorong perekonomian, ia juga menjanjikan penurunan pajak korporasi dari 33% ke level ratarata Eropa yang sebesar 25%.
4
Tingkat Pengangguran Perancis menurut Umur 32
%
Tingkat Pengangguran Beberapa Negara Eropa, Maret 2017
Umur 15–24 Tahun Umur di Atas 49 Tahun
28
Umur 24–49 Tahun Keseluruhan
Yunani Spanyol
24
Italia
20 16
Perancis
12
Portugal
8
Belanda
4
Inggris
1Q17
1Q16
1Q15
1Q14
1Q13
1Q12
1Q11
1Q10
1Q09
1Q08
1Q07
1Q06
0
Jerman
% 0
4
8
12
16
20
24
Sumber: CEIC, Eurostat, LPS Gambar 2. Tingkat Pengangguran Perancis dan Perbandingannya dengan Negara Eropa Lainnya Sama seperti Perancis, tahun ini juga akan menjadi tahun pemilu bagi Jerman. Di Jerman, pemilu pada tahun ini dimulai dari pemilu regional yang berlangsung secara bertahap sejak awal tahun dan akan mencapai puncaknya pada 24 September 2017 saat pemilu federal berlangsung. Di Jerman, kanselir terpilih biasanya merupakan pimpinan dari partai atau koalisi partai pemenang pemilu. Dengan demikian, pemilu federal akan menentukan kepemimpinan pemerintah Jerman selama empat tahun ke depan, apakah tetap akan di bawah kendali kanselir saat ini, Angela Merkel, atau bukan. Timeline Pemilu Jerman Tahun 2017
Survei Hasil Pemilu Federal Jerman 2017*
26-Mar-17 Pemilu regional di Saarland. CDU menang dengan raihan 40% suara. 7-May-17
Pemilu regional di Schleswig-Holstein. CDU kembali menang setelah meraup 32% suara. SPD meraih 27% suara.
Pemilu regional di North Rhine-Westphalia yang dikenal sebagai wilayah 14-May-17 basis pendukung SPD. CDU di luar dugaan kembali keluar sebagai pemenang dengan 33% suara, mengalahkan SPD yang meraih 31% suara. 13-Aug-17 Masa kampanye pemilu federal dimulai.
8,43%
CDU/CSU SPD
8,50%
37,25%
FDP 8,04%
Kiri
24-Sep-17 Pemilu federal. 25-Sep-17 Hasil final pemilu federal diumumkan. Batas akhir pertemuan pertama anggota parlemen terpilih. Setelahnya, 24-Oct-17 proses negosiasi untuk menentukan koalisi dimulai, diikuti oleh pemilihan kanselir Jerman.
Hijau
AfD 7,14%
Lainnya
26,36%
* Hasil rata-rata dari 14 survei yang berlangsung pada 8–22 Mei 2017. Sumber: DW, pollytix, LPS Gambar 3. Timeline Pemilu dan Survei Hasil Pemilu Federal Jerman Tahun 2017 Berbagai survei yang diadakan selama sebulan terakhir masih menempatkan koalisi partai CDU/CSU sebagai pemenang pemilu federal September mendatang. Dari 14 survei yang diadakan pada periode 8–22 Mei 2017, CDU/CSU rata-rata dipilih oleh 37,25% responden, mengungguli pesaing utamanya, Partai Sosial Demokrat Jerman (SPD) yang mendapat rata-rata suara sebanyak 26,36%. SPD kini dipimpin oleh Martin Schulz, mantan kepala parlemen Uni Eropa, yang secara otomatis menjadi pesaing Angela Merkel dalam upayanya untuk kembali menjadi kanselir Jerman.
5
Indikasi kemenangan CDU/CSU pada pemilu federal di bulan September mendatang sebenarnya sudah terlihat dari kemenangan CDU pada pemilu regional yang menentukan komposisi parlemen di negara-negara bagian. CDU antara lain memenangkan pemilu di negara bagian Saarland pada 26 Maret 2017 dan di Schleswig-Holstein pada 7 Mei 2017, masing-masing dengan perolehan suara 40% dan 32%. Yang mengejutkan, CDU juga berhasil memenangkan pemilu regional pada 14 Mei lalu di North Rhine-Westphalia yang dikenal sebagai wilayah basis pendukung SPD. Kali ini, CDU mendapatkan 33% suara, lebih tinggi dari SPD yang meraup 31% suara. Berbeda dengan Inggris saat referendum Brexit pada Juni 2016 atau Perancis saat pilpres pada April–Mei 2017, isu unifikasi dengan Uni Eropa tampak relatif kurang relevan di Jerman sehingga pemilu federal pada September mendatang menurut kami akan memberi dampak yang minimal bagi pasar keuangan global. CDU/CSU berhaluan politik tengah-kanan, sedangkan SPD berhaluan tengah-kiri. Dua pihak ini sama-sama mendukung unifikasi Jerman dengan Uni Eropa. Meski demikian, terdapat potensi koalisi antara SPD dengan Partai Hijau dan Kiri yang memang dibutuhkan agar Martin Schulz bisa menantang Angela Merkel dalam perebutan posisi kanselir Jerman. Jika ini terjadi, terdapat risiko bahwa orientasi kebijakan di Jerman akan beralih sec ara signifikan ke arah kiri.
6
Perkembangan PDB, Neraca Pembayaran, dan Kebijakan Moneter Seto Wardono Pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,01% y/y pada kuartal I 2017, lebih tinggi dari 4,94% pada kuartal sebelumnya. Neraca pembayaran mengalami surplus sebesar US$ 4,51 miliar pada kuartal I 2017. Defisit neraca berjalan mencapai US$ 2,4 miliar (0,99% PDB), naik dari US$ 2,1 miliar (0,87% PDB) pada kuartal IV 2016. Bank Indonesia masih mempertahankan BI 7-day reverse repo rate di posisi 4,75%. Berlanjutnya perbaikan neraca perdagangan menyebabkan ekonomi Indonesia tumbuh lebih tinggi pada kuartal I 2017 dibanding pada kuartal sebelumnya. Produk domestik bruto (PDB) tumbuh 5,01% y/y pada kuartal lalu, lebih tinggi dari 4,94% pada kuartal IV 2016. Secara q/q, PDB turun 0,34% pada kuartal I lalu, dibandingkan penurunan 1,77% pada kuartal sebelumnya. PDB Indonesia biasanya mengalami pertumbuhan secara q/q di setiap kuartal I sehingga kontraksi pada kuartal I 2017, yang sama halnya dengan kuartal I 2015 dan 2016, mengindikasikan bahwa aktivitas ekonomi masih berada dalam tekanan.
8 4
0
1Q17
4Q16
3Q16
2Q16
1Q16
4Q15
Konsumsi Pemerintah Perubahan Inventori Diskrepansi Statistik
3Q15
2Q15
1Q15
4Q14
-8
3Q14
Konsumsi Swasta* PMTB Ekspor Neto
-4
2Q14
1Q17
4Q16
3Q16
2Q16
-3
1Q16
3.0
4Q15
-2
3Q15
-1
3.5
2Q15
4.0
1Q15
0
4Q14
4.5
3Q14
1
2Q14
2
5.0
1Q14
5.5
4Q13
3
3Q13
6.0
2Q13
4
1Q13
6.5
Andil Jenis Pengeluaran terhadap Pertumbuhan y/y PDB 12 ppts
1Q14
y/y
5
4Q13
q/q (Kanan)
%
3Q13
%
2Q13
7.0
1Q13
PDB Indonesia
* Mencakup konsumsi rumah tangga dan lembaga non-profit rumah tangga. Sumber: CEIC, LPS Gambar 4. Pertumbuhan PDB dan Andil Jenis Pengeluaran Pemulihan ekspor yang terus berlanjut menjadi faktor terpenting yang mendorong perbaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2017. Didukung oleh peningkatan harga komoditas, ekspor barang dan jasa naik 8,04% y/y pada kuartal lalu, yang tertinggi sejak tahun 2014. Sejalan dengan perbaikan ekspor, impor juga mengalami percepatan pertumbuhan, yaitu dari 2,82% pada kuartal IV 2016 menjadi 5,02% y/y. Dengan perkembangan ini, ekspor neto (ekspor minus impor) memberi kontribusi 0,73 poin persentase (ppts) terhadap pertumbuhan y/y PDB pada kuartal I 2017, melebihi kontribusi pada kuartal sebelumnya yang sebesar 0,34 ppts. Konsumsi pemerintah dan investasi fisik (pembentukan modal tetap bruto atau PMTB) juga mengalami perbaikan pada kuartal I 2017. Konsumsi pemerintah tercatat tumbuh 2,71% y/y pada kuartal lalu, menyusul penurunan 4,05% pada kuartal IV 2016. Perbaikan konsumsi pemerintah ini terutama didorong oleh realisasi belanja barang pemerintah pusat yang melonjak 28,86% y/y pada kuartal I. Realisasi belanja barang itu setara dengan 10,7% dari pagu APBN 2017, lebih tinggi dari
7
rasio serupa pada tahun 2016 yang mencapai 7,5%. Sementara, pertumbuhan PMTB sedikit membaik akibat menguatnya aktivitas konstruksi bangunan. PMTB tumbuh 4,81% y/y pada kuartal I, dibandingkan pertumbuhan 4,8% pada kuartal sebelumnya, didukung oleh membaiknya pertumbuhan y/y investasi bangunan dari 4,07% menjadi 5,9%. Berbeda dengan ekspor, konsumsi pemerintah, dan PMTB; konsumsi rumah tangga mengalami pelemahan pada kuartal I 2017. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga melambat dari 4,99% y/y pada kuartal IV 2016 menjadi 4,93%, yang terendah selama hampir enam tahun. Pelemahan konsumsi ini terutama terjadi pada segmen yang memiliki porsi besar, yaitu konsumsi makanan dan minuman serta konsumsi di sektor transportasi dan komunikasi. Perlambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga ini juga konsisten dengan perkembangan bulanan penjualan ritel yang mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 4,74% y/y pada kuartal I lalu, yang terendah sejak kuartal III 2009. 10
2012 = 100
% y/y
104
Upah Riil Buruh Tani dan Pekerja Informal Perkotaan
1
8
% y/y
102 0
6
100
4
98
-1 -2 -3 -4
Nilai Tukar Petani (Kanan)
Buruh Tani
Buruh Bangunan
Asisten Rumah Tangga
Apr-17
Jan-17
Oct-16
Jul-16
Jul-15
-5
Apr-15
Oct-16
Apr-17
Oct-15
Apr-16
Oct-14
Apr-15
Oct-13
Apr-14
Oct-12
Apr-13
Oct-11
Apr-12
Oct-10
Apr-11
Oct-09
94
Apr-10
0
Apr-16
96
Harga Dibayar Petani
Jan-16
Harga Diterima Petani
Oct-15
2
Sumber: BPS, CEIC, LPS Gambar 5. Nilai Tukar Petani dan Upah Riil Berlanjutnya tekanan terhadap konsumsi rumah tangga diduga terjadi akibat melemahnya daya beli, terutama di pedesaan dan sektor informal perkotaan. Nilai tukar petani (rasio antara indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani sebagai proksi daya beli di pedesaan) pada Maret 2017 sempat berada di level 99,95, yang terendah sejak Februari 2011. Pada periode Desember 2014 hingga Februari 2017, buruh tani juga menghadapi penurunan upah riil secara y/y. Di sektor informal perkotaan, juga terjadi penurunan upah riil untuk buruh bangunan dan asisten rumah tangga secara y/y sejak awal 2016. Penguatan aktivitas ekonomi pada kuartal I 2017 juga terlihat di sisi produksi, di mana 12 dari 17 sektor ekonomi mengalami percepatan pertumbuhan. Sektor-sektor utama tercatat mengalami perbaikan kinerja pada kuartal I. Pertumbuhan nilai tambah sektor manufaktur, misalnya, naik dari 3,36% y/y pada kuartal IV 2016 menjadi 4,21%, didorong oleh peningkatan produksi olahan batu bara dan migas, makanan dan minuman, serta produk logam dan elektronik. Sejalan dengan membaiknya investasi bangunan, pertumbuhan sektor konstruksi meningkat dari 4,21% menjadi 6,26% y/y pada kuartal I 2017. Aktivitas di sektor pertanian, perdagangan, dan finansial juga membaik, namun kinerja sektor pertambangan, transportasi, dan informasi melemah.
8
PDB Menurut Lapangan Usaha
PDB Menurut Jenis Pengeluaran
9
% y/y
Pertanian 3Q16
4Q16
1Q17
6
3Q16
Pertambangan
4Q16
Manufaktur
1Q17
Konstruksi
3
Perdagangan 0
Transportasi
-3
Jasa Keuangan
Informasi
Sektor Lainnya -6 Konsumsi Konsumsi Swasta Pemerintah
PMTB
Ekspor
Impor
PDB
PDB
% y/y -2
0
2
4
6
8
10
Sumber: CEIC, LPS Gambar 6. PDB Menurut Jenis Pengeluaran dan Menurut Lapangan Usaha Data hingga April 2017 belum menunjukkan pemulihan konsumsi yang meyakinkan, terlihat dari pergerakan indikator bulanan konsumsi yang belum searah. Penjualan sepeda motor anjlok 18,83% y/y pada bulan itu, menyusul penurunan 15,88% pada bulan Maret. Sebaliknya, beberapa indikator berada dalam tren perbaikan. Penjualan mobil tumbuh 5,5% pada April lalu. Pada bulan yang sama, indeks keyakinan konsumen mencapai 123,7, yang tertinggi sejak series indikator dimulai pada April 2001. Kenaikan keyakinan konsumen ini juga diperkuat oleh perbaikan persepsi konsumen dalam menilai ketepatan waktu pembelian barang tahan lama (durable goods). Indeks ketepatan waktu pembelian barang tahan lama mencapai 113,4 pada April lalu, yang tertinggi sejak Desember 2012. Berbeda dengan indikator konsumsi, konsumsi semen dan impor barang modal masih berada pada tren positif dan mengindikasikan berlanjutnya pemulihan investasi pada kuartal II 2017. Selain itu, pertumbuhan ekonomi pada kuartal ini juga akan didukung oleh kinerja ekspor yang mendukung adanya surplus perdagangan. Ekspor tumbuh 12,63% y/y pada April lalu, melebihi pertumbuhan impor yang sebesar 10,31%. Dengan demikian, surplus perdagangan mencapai US$ 1,24 miliar di bulan itu, lebih tinggi dari surplus US$ 876,1 juta pada April 2016. 120
3M Sum, % y/y
60
75
3M Sum, % y/y
Milliar US$
Penjualan Sepeda Motor Penjualan Mobil
90
45
Konsumsi Semen (Kanan) 60
4.5
Neraca Perdagangan - Kanan Ekspor
50
Impor Barang Modal (Kanan)
30
15
0
0
3.0
Impor
30 25
1.5
0
0.0
Sumber: CEIC, LPS Gambar 7. Indikator Bulanan Konsumsi dan Investasi serta Perkembangan Ekspor-Impor
9
Apr-17
Oct-16
Apr-16
Oct-15
Apr-15
Oct-14
Oct-13
Apr-14
Apr-13
Oct-12
Apr-12
Oct-11
Oct-16
Apr-17
Oct-15
Apr-16
Oct-14
Apr-15
Oct-13
Apr-14
-3.0
Apr-13
-50
Oct-12
-30
Oct-11
-60
Apr-12
-1.5
Oct-10
-25
Apr-11
-15
Apr-10
-30
Neraca berjalan mengalami defisit sebesar US$ 2,4 miliar (0,99% PDB) pada kuartal I 2017, lebih tinggi dari defisit kuartal sebelumnya yang sebesar US$ 2,1 miliar (0,87% PDB). Pada saat yang sama, surplus neraca finansial meningkat dari US$ 7,6 miliar menjadi US$ 7,86 miliar. Dengan demikian, neraca pembayaran mengalami surplus sebanyak US$ 4,51 miliar pada kuartal I lalu, sama dengan surplus di kuartal IV 2016. Meski demikian, surplus pada basic balance (neraca berjalan dan investasi langsung) mengalami penurunan dari US$ 1,24 miliar menjadi US$ 104,05 juta. Neraca Pembayaran 16
Dekomposisi Neraca Berjalan
Miliar US$
12
Barang Pendapatan Primer Neraca Berjalan
Miliar US$
12 8
Jasa Pendapatan Sekunder
6
4
0
0
-4 -8
1Q17
3Q16
1Q16
3Q15
1Q15
3Q14
1Q14
3Q13
1Q13
3Q12
1Q17
3Q16
1Q16
-12
3Q15
1Q15
3Q14
1Q14
Neraca Finansial
3Q13
Neraca Berjalan
1Q13
Neraca Pembayaran
3Q12
1Q12
-16
Basic Balance
1Q12
-6
-12
Sumber: BI, CEIC Gambar 8. Neraca Pembayaran dan Dekomposisi Neraca Berjalan Kenaikan defisit di neraca pendapatan primer merupakan faktor utama yang menyebabkan defisit neraca berjalan melebar pada kuartal I 2017. Neraca pendapatan primer mengalami defisit sebesar US$ 7,47 miliar pada kuartal lalu, melebihi defisit US$ 6,14 miliar pada kuartal IV 2016. Ini terjadi akibat melonjaknya pembayaran bunga utang luar negeri pada kuartal I lalu. Di sisi lain, neraca barang dan neraca jasa menunjukkan perkembangan yang positif. Perbaikan ekspor menyebabkan surplus di neraca barang meningkat dari US$ 5,11 miliar pada kuartal IV 2016 menjadi US$ 5,65 miliar pada kuartal I 2017. Pada periode yang sama, defisit di neraca jasa anjlok dari US$ 2,01 miliar menjadi US$ 1,35 miliar akibat adanya perbaikan pada saldo jasa transportasi dan jasa perjalanan. Di neraca finansial, surplus mencatat kenaikan terbatas akibat pembelian surat berharga negara (SBN) rupiah dan saham oleh investor asing. Investor asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) di pasar saham domestik sebesar Rp 8,35 triliun pada kuartal I 2017, menyusul penjualan bersih (net sell) sebesar Rp 18,29 triliun pada kuartal IV 2016. Pada kuartal I, data Bank Indonesia menunjukkan net inflow dana asing di pasar SBN rupiah sebesar US$ 4,31 miliar dibandingkan outflow sebesar US$ 1,44 miliar pada kuartal sebelumnya. Aksi beli investor asing ini mendorong perbaikan saldo investasi portofolio dari defisit US$ 313 juta pada kuartal IV menjadi surplus US$ 6,47 miliar. Sebaliknya, investasi langsung dan investasi lainnya mengalami pelemahan. Surplus pada investasi langsung turun dari US$ 3,34 miliar pada kuartal IV menjadi US$ 2,5 miliar pada kuartal I. Sedangkan, saldo investasi lainnya berubah dari surplus US$ 4,51 miliar menjadi defisit US$ 1,05 miliar. Defisit investasi lainnya kembali muncul akibat adanya pengalihan uang dan simpanan residen ke luar negeri serta pemberian pinjaman oleh residen ke debitur di luar negeri.
10
Surplus di neraca barang dan investasi portofolio diperkirakan masih akan menjadi faktor utama yang mendukung kinerja neraca pembayaran dalam jangka pendek. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan adanya surplus perdagangan barang senilai US$ 1,24 miliar pada April 2017 dan angka ini dapat meningkat kembali jika ekspor dapat terus tumbuh di atas impor. Sementara, langkah Standard & Poor’s yang menaikkan rating Indonesia ke posisi layak investasi (investment grade) mendukung daya tarik instrumen investasi Indonesia di pasar global dalam jangka pendek. Pada periode 3 April–23 Mei 2017, kepemilikan asing atas SBN rupiah bertambah Rp 15,22 triliun, sedangkan net buy investor asing di pasar saham mencapai Rp 20,47 triliun. Data terkini cadangan devisa juga mengkonfirmasi adanya surplus neraca pembayaran. Cadangan devisa pada akhir April lalu mencapai US$ 123,25 miliar atau naik US$ 1,44 miliar dari posisi akhir Maret. Bank Indonesia (BI) melalui Rapat Dewan Gubernur tanggal 17–18 Mei 2017 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day reverse repo rate di posisi 4,75%. Bunga deposit facility dan bunga lending facility di saat yang sama juga dipertahankan masing-masing di level 4% dan 5,5%. Menurut BI, keputusan ini konsisten dengan upaya untuk menjaga stabilitas ekonomi makro dan sistem keuangan dengan tetap mendorong proses pemulihan ekonomi domestik. 18
Inflasi Indeks Harga Konsumen
%
Bunga Deposit Facility
10
% y/y
% y/y
Bunga Lending Facility
15
16
BI Rate 12
20
8 12
BI 7-Day Reverse Repo Rate 6
9
8 4
6
4
3
2
0
May-17
May-16
May-15
May-14
May-13
May-12
May-11
May-10
May-09
May-08
May-07
Oct-16
Apr-17
Apr-16
Oct-15
Oct-14
Apr-15
Apr-14
Oct-13
Oct-12
Apr-13
Oct-11
Apr-12
Oct-10
0
Apr-11
Apr-10
-4
Inflasi Inti
Inflasi Headline
Inflasi Volatile Food (Kanan)
Inflasi Administered Price (Kanan)
Sumber: BI, BPS Gambar 9. Perkembangan Suku Bunga Kebijakan dan Inflasi BI menyoroti perbaikan prospek ekonomi global di tengah berbagai risiko. Perbaikan prospek ekonomi global didukung oleh kinerja ekonomi Amerika Serikat (AS), China, Eropa, dan Jepang. Sejalan dengan hal ini, volume perdagangan dunia dan harga komoditas non-migas pun mengalami peningkatan. Di sisi lain, ekonomi global menghadapi sejumlah risiko yang patut diwaspadai, antara lain kenaikan policy rate dan penurunan besaran neraca bank sentral AS, kebijakan fiskal dan perdagangan AS serta faktor geopolitik di beberapa kawasan, terutama di Semenanjung Korea. Mengenai perekonomian domestik, BI masih melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia di kisaran 5% hingga 5,4% pada tahun 2017. Aktivitas ekonomi pada tahun ini didukung oleh ekspor dan investasi yang terus membaik serta konsumsi yang tetap kuat. BI juga melihat inflasi domestik yang tetap terkendali dan berada di kisaran target 4%±1% pada tahun ini. Meski demikian, masih terdapat risiko inflasi terkait penyesuaian administered price serta potensi kenaikan harga volatile food menjelang bulan puasa. Mengenai perbankan, BI masih
11
memperkirakan adanya perbaikan pada pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga (DPK). Setelah tumbuh 7,87% pada tahun lalu, kredit perbankan diperkirakan tumbuh dalam kisaran 10%–12% pada tahun 2017. DPK diprediksi tumbuh 9%–11% pada tahun ini, menyusul pertumbuhan 9,6% pada tahun 2016. Menurut BI, perbaikan pertumbuhan kredit dan DPK ini sejalan dengan ekspektasi meningkatnya kegiatan ekonomi serta masih berlanjutnya dampak pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial yang telah dilakukan sebelumnya. Kami melihat ruang penurunan suku bunga yang sangat terbatas menjelang semester II 2017 akibat risiko inflasi dan ketidakpastian global yang tinggi. Tekanan inflasi diperkirakan menguat pada Mei dan Juni 2017 akibat kombinasi kenaikan tarif listrik rumah tangga non -subsidi untuk pelanggan berdaya 900 VA dan meningkatnya permintaan barang dan jasa selama bulan puasa. Di sisi lain, ruang untuk meningkatkan suku bunga juga dibatasi oleh aktivitas ekonomi domestik yang terlihat masih lemah, meski mengalami sedikit perbaikan pada kuartal I lalu. Dengan memandang hal ini, suku bunga diperkirakan akan dipertahankan untuk jangka pendek.
12
Pasar Keuangan
Pasar Keuangan Indonesia: Kembali Bullish Dienda Siti Rufaedah Memasuki bulan Mei 2017, pasar keuangan global diwarnai berbagai sentimen positif. Namun, terdapat potensi risiko dari kisruh politik di Amerika Serikat dan potensi kenaikan bunga acuan Fed. Level investment grade yang diberikan S&P diperkirakan akan menjadi daya tarik untuk penanaman modal dan menambah capital inflow di pasar keuangan Indonesia. Memasuki bulan Mei 2017, pasar keuangan global diwarnai berbagai sentimen positif menyusul hasil pemilu Perancis yang dimenangkan oleh kandidat presiden Emmanuel Macron yang pro Uni Eropa. Macron berhasil mengalahkan pesaingnya dari Partai Front Nasional Perancis, Marine Le Pen, pada pemilihan putaran kedua dengan perolehan suara 65,7% vs 34,3%. Kemenangan Macron ini direspon positif karena dinilai dapat memberikan ketenangan di pasar keuangan dan mengurangi risiko terjadinya referendum di Perancis. Sesuai janji kampanyenya, Macron memiliki beberapa agenda kebijakan berupa reformasi pajak serta reformasi di sektor perdagangan dan industri guna mendorong pertumbuhan ekonomi Perancis yang stagnan. Macron berjanji akan melakukan pemangkasan pajak perusahaan dari 33% menjadi 22%. Selain itu, Macron juga akan mengkaji peraturan mengenai ketenagakerjaan dan perjanjian perdagangan yang dinilai telah menghambat pertumbuhan di sektor industri. Di sisi lain, Macron akan melakukan penghematan anggaran senilai 60 miliar Euro dalam lima tahun mendatang, salah satunya yaitu melalui reformasi program pensiun dengan membayarkan dana pensiun yang didasarkan pada kontribusi pekerja. Dalam masa proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit), Perdana Menteri Inggris Theresa May mengumumkan akan melakukan pemilihan umum dini pada tanggal 8 Juni 2017. Keputusan ini direspon positif karena dapat memberikan kesempatan bagi rakyat Inggris untuk memilih pemerintahan yang diinginkan. Sebelumnya, pemilihan umum ini baru akan digelar hingga berakhirnya masa kerja parlemen pada tahun 2020. Beberapa rilis data Produk Domestik Bruto (PDB) terbaru menunjukkan pertumbuhan ekonomi di beberapa negara berada di atas ekspektasi. Sebut saja Jepang yang pada triwulan I 2017 menunjukkan pertumbuhan sebesar 0,5% q/q atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 0,3% dan berada di atas ekspektasi pasar yang 0,4%. Secara year-on-year (y/y), ekonomi Jepang mencatatkan pertumbuhan mencapai 2,2%, meningkat dari 1,4% pada triwulan sebelumnya. Laju pertumbuhan ekonomi Jepang ini ditopang oleh konsumsi swasta, ekspor, dan kenaikan tidak terduga pada belanja modal. Adanya sentimen pertumbuhan yang positif tersebut menyebabkan mata uang Dolar AS terpantau melemah terhadap mayoritas mata uang negara maju dan negara berkembang. Euro terpantau menguat sebesar 2,85% mtd terhadap Dolar AS. Sterling dan Yen juga menunjukkan penguatan terhadap Dolar AS masing-masing sebesar 0,66% dan 0,21%. Di negara berkembang, Rand, Dolar Singapura, dan Baht juga terpantau menguat terhadap Dolar AS masing-masing sebesar 1,04%, 0,78%, dan 0,76%. Kisruh politik yang melibatkan presiden Donald Trump dan mantan Direktur FBI, James B. Comey turut berkontribusi kepada pelemahan nilai tukar Dolar AS. Selama bulan April 2017, indeks
14
Dolar AS melemah sebesar 1,3% m/m ke level 99,05. Penurunan pun berlanjut pada minggu ketiga bulan Mei 2017 dimana indeks Dolar AS melemah hingga mencapai 1,93% mtd ke level 97,14 di tanggal 19 Mei 2017. Trump diduga turut campur pada penyelidikan FBI perihal keterlibatan Rusia dalam politik AS dan berakhir pada pemecatan Comey. Di sisi lain, The Fed memutuskan untuk mempertahankan bunga acuan pada rapat FOMC bulan Mei 2017 di rentang 0,75%-1%. Menurut notulen rapat tersebut, keputusan ini didasarkan pada data pertumbuhan ekonomi AS pada triwulan I 2017 yang belum sesuai ekspektasi dan para petinggi The Fed membutuhkan lebih banyak data mengenai prospek ekonomi AS untuk dapat menaikkan bunga acuan. Namun demikian, pasar meyakini bunga acuan Fed akan dilakukan penyesuaian pada rapat FOMC bulan Juni 2017 mengingat perlambatan ekonomi AS ini diyakini hanya bersifat sementara. Menurut data futures tanggal 19 Mei 2017, probabilita kenaikan bunga acuan Fed mencapai 93,8%, meningkat dibandingkan probabilita pada akhir April 2017 yang sebesar 61%.
Mata Uang Negara Maju EUR/USD USD/JPY GBP/USD Negara Berkembang USD/IDR USD/BRL USD/RUB USD/INR USD/CNY USD/ZAR USD/MYR USD/THB USD/TRY USD/PHP USD/SGD
FY2016 (%)
YTD (%)
MTD (%)
1M (%, Apr-17)
1W (%)
Posisi Posisi Depre/ 2017F*) 28/04/2017 19/05/2017 Apre
(3.18) 2.71 (16.26)
6.55 4.87 5.64
2.85 0.21 0.66
2.28 (0.09) 3.20
2.52 1.87 1.13
1.09 111.49 1.30
1.12 111.26 1.30
1.08 2.69 114.00 2.53 1.25 1.30
2.28 17.81 15.15 (2.68) (6.95) 11.17 (4.47) 0.54 (20.78) (5.75) (2.00)
1.10 0.03 7.55 4.84 0.86 3.70 3.67 4.20 (1.45) (0.42) 4.20
0.03 (2.44) 0.06 (0.61) 0.12 1.04 0.45 0.76 (0.64) 0.59 0.78
(0.05) (1.76) (1.21) 0.93 (0.09) 0.32 1.91 (0.69) 2.33 0.19 0.01
0.04 (4.22) 0.34 (0.51) 0.21 0.99 0.56 0.95 (0.07) (0.09) 1.27
13,329 3.18 56.93 64.25 6.89 13.37 4.34 34.59 3.55 50.11 1.40
13,325 3.25 56.89 64.64 6.89 13.23 4.32 34.33 3.57 49.81 1.39
13,600 3.25 60.00 67.00 7.05 14.00 4.44 35.50 3.80 51.00 1.42
(0.94) 0.16 2.50 1.36 (1.51) (1.89) 1.03 0.93 (7.85) (2.82) 1.85
Sumber: Bloomberg Tabel 1. Perkembangan Mata Uang Global terhadap Dolar AS Ditengah kisruh politik dan ekspektasi kenaikan bunga acuan Fed, kesepakatan mengenai anggaran pemerintah AS cukup memberikan angin segar. Perundingan Kongres AS untuk sementara telah mencapai kesepakatan anggaran senilai US$1 triliun untuk mencegah terjadinya penutupan aktivitas pemerintah (shutdown), setidaknya hingga 30 September 2017. Parlemen dan Pemerintah AS dijadwalkan akan kembali bertemu untuk menyepakati kebijakan anggaran yang utuh. Berbeda dengan kinerja mayoritas mata uang utama, Real Brazil mengalami pelemahan cukup signifikan terhadap Dolar AS. Pada perdagangan tanggal 19 Mei 2017, Real ditutup turun sebesar
15
2,44% ke level 3,25 per Dolar AS. Pelemahan Real disinyalir akibat skandal suap dan korupsi yang diduga melibatkan Presiden Michel Temer. Temer disebut telah melakukan suap kepada mantan ketua parlemen, Eduardo Cunha, yang menggulingkan presiden sebelumnya Dilma Roussef dan memuluskan jalan untuk mengambil jabatan presiden. Roussef dituduh telah memanipulasi data statistik untuk menyembunyikan kejatuhan ekonomi Brazil. Indeks Saham Negara Maju Dow Jones (USA) S&P 500 (USA) Stoxx Europe 600 (Eropa) Nikkei 225 (Jepang) FTSE 100 (Inggris) Negara Berkembang IHSG (Indonesia) Ibovespa (Brazil) MICEX (Rusia) Sensex (India) Shanghai (China) Shenzhen (China) Hang Seng (China) JALSH (Afrika Selatan) KLCI (Malaysia) SET (Thailand) Borsa Istanbul (Turki) PCOMP (Filipina) FSSTI (Singapura)
FY2016 (%)
YTD (%)
MTD (%)
1M (%, Apr-17)
1W (%)
Posisi Posisi 28/04/2017 19/05/2017
13.42 9.54 (1.20) 0.42 14.43
5.27 6.38 8.33 2.49 4.59
(0.65) (0.10) 1.14 2.05 3.70
1.34 0.91 1.56 1.52 (1.62)
(0.44) (0.38) (1.04) (1.47) 0.48
20,940.51 2,384.20 387.09 19,196.74 7,203.94
20,804.84 2,381.73 391.51 19,590.76 7,470.71
15.32 38.93 26.76 1.95 (12.31) (14.72) 0.39 (0.08) (3.00) 19.79 8.94 (1.60) (0.07)
9.35 4.00 (12.11) 14.42 (0.42) (5.86) 14.43 7.45 7.71 0.43 21.77 13.55 11.67
1.87 (4.23) (2.69) 1.83 (2.03) (2.79) 2.27 1.13 0.01 (1.06) 0.52 1.39 1.31
2.10 0.65 1.04 1.01 (2.11) (4.00) 2.09 3.38 1.61 (0.56) 6.42 4.78 0.01
2.06 (8.18) (1.61) 0.92 (2.03) (2.79) 2.27 0.67 0.01 0.37 0.16 (0.61) 1.31
5,685.30 65,403.25 2,016.71 29,918.40 3,154.66 1,906.92 24,615.13 53,817.31 1,768.06 1,566.32 94,655.31 7,661.01 3,175.44
5,791.88 62,639.31 1,962.40 30,464.92 3,090.63 1,853.71 25,174.87 54,427.30 1,768.28 1,549.64 95,147.34 7,767.62 3,216.92
Sumber: Bloomberg Tabel 2. Perkembangan Indeks Saham Utama Dunia
Adanya sentimen positif turut mendorong penguatan di pasar saham global dengan mayoritas indeks saham utama berada pada tren bullish. Hasil pemilihan presiden Perancis, keputusan pemilihan umum dini Inggris, dan membaiknya pertumbuhan ekonomi di beberapa negara mendorong indeks saham di negara maju dan negara berkembang mengalami penguatan. Indeks MSCI Emerging melanjutkan penguatan sejak Januari 2017. Pada tanggal 19 Mei 2017, indeks MSCI Emerging naik 15,47% dibandingkan akhir tahun 2016. Pasar saham Asia diluar Jepang juga tumbuh positif sebesar 18,46% pada tanggal 19 Mei 2017. Sebaliknya, Wall Street menunjukkan penurunan dengan dua indeks saham utama yakni Dow Jones dan S&P 500 yang tidak mampu melanjutkan penguatan sejak terpilihnya Trump menjadi presiden AS. Ikut campur Trump dalam pemecatan Direktur FBI dinilai telah mengganggu proses investigasi federal dan pelaku pasar mulai meragukan komitmen Trump dalam merealisasikan janjijanji kampanyenya untuk melakukan pemangkasan pajak, deregulasi, dan stimulus fiskal. Dalam program terbarunya, Trump akan melakukan pemangkasan terhadap anggaran program
16
pengentasan kemiskinan hingga mencapai US$3,6 triliun sesuai janji kampanyenya untuk menyeimbangkan anggaran selama kurun waktu 10 tahun. Pasar obligasi global bergerak mixed dengan kenaikan pada obligasi pemerintah Eropa, Jepang, Inggris, Brazil, dan China pada rentang 1 bps hingga 119 bps. Di sisi lain, imbal hasil obligasi pemerintah AS, India, dan Malaysia mengalami penurunan di rentang 2 bps hingga 25 bps. Skandal suap dan korupsi yang menekan mata uang Real dan indeks saham Ibovespa turut mengkonfirmasi adanya koreksi di pasar obligasi Brazil. Pada tanggal 19 Mei 2017, imbal hasil obligasi pemerintah Brazil tenor 10 tahun melonjak sebesar 119 bps ke level 11,49%. Penurunan peringkat kredit China oleh lembaga pemeringkat Moody’s Investors Sevices sebesar satu notch dari Aa3 menjadi A1 (level investment grade) mendorong imbal hasil obligasi pemerintah China mengalami penurunan sebesar 16 bps. Keputusan ini didasarkan pada meningkatnya risiko keuangan yang berasal dari melonjaknya utang. Moody’s memperkirakan beban utang pemerintah China akan meningkat secara bertahap hingga ke level 40% dari PDB pada tahun 2018. Sebelumnya, Moody’s dan S&P memangkas prospek peringkat kredit China dari stabil menjadi negatif. Imbal hasil obligasi pemerintah Jepang tenor 10 tahun mengalami sedikit peningkatan pasca Bank Sentral Jepang (BoJ) memutuskan untuk memangkas pembelian obligasi dari JPY320 miliar menjadi JPY300 miliar. Sebelumnya, BoJ menyatakan akan meningkatkan pembelian obligasi menjadi JPY350 miliar. Namun demikian, BoJ akan mempertahankan stimulus moneter untuk mencapai target inflasi sebesar 2%. Keputusan The Fed yang mempertahankan bunga acuan mendorong imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun mengalami penurunan ke level 2,23%. Namun, dengan adanya ekspektasi kenaikan bunga acuan Fed, maka imbal hasil US Treasury diperkirakan akan meningkat dimana menurut konsensus Bloomberg, imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun diproyeksikan meningkat mencapai 60 bps ke level 2,88% di akhir tahun 2017. Ditengah berbagai sentimen global, sentimen positif mewarnai pergerakan pasar keuangan domestik. Pada tanggal 19 Mei 2017, lembaga pemeringkat S&P akhirnya menaikkan peringkat utang Indonesia menjadi BBB-(level investment grade) dengan outlook stabil, dari sebelumnya BB+. Keputusan ini didasarkan pada kemampuan pemerintah Indonesia untuk menjaga ruang fiskal dengan pemangkasan belanja negara dan mendorong penerimaan negara, salah satunya melalui program tax amnesty, sehingga hal ini dapat menekan ancaman defisit anggaran serta mengurangi rasio utang Indonesia. Utang Indonesia diperkirakan stabil di level yang rendah dengan defisit anggaran yang secara perlahan akan mulai menurun. Predikat investment grade ini melengkapi peringkat yang sama dari Fitch pada bulan Desember 2011 dan Moody’s pada bulan Januari 2012. Di sisi lain, berbagai rilis data ekonomi domestik terus menunjukkan perkembangan yang positif. Data PDB triwulan I 2017 menunjukkan peningkatan ke level 5,01%, dari triwulan sebelumnya yang sebesar 4,94%. Defisit transaksi berjalan sedikit melebar dari -0,87% terhadap PDB (triwulan IV 2016) menjadi -1% (triwulan I 2017). Sementara itu, Neraca Pembayaran Indonesia mencatatkan surplus sebesar US$4,5 miliar yang ditopang oleh surplus transaksi modal dan finansial. Positifnya perkembangan berbagai data ini mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia yang kuat.
17
Sovereign Bond Yield 10Yr (LCY) Negara Maju Amerika Serikat Eropa Jepang Inggris Negara Berkembang Indonesia Brazil India China Afrika Selatan Malaysia Thailand
FY2016 (bps)
YTD (bps)
MTD (bps)
1M (bps, Apr-17)
1W (bps)
Posisi Posisi *) 2017 Δ2017F 28/04/2017 19/05/2017
17 (42) (22) (72)
(21) 16 (1) (15)
(5) 5 2 1
(11) (1) (5) (5)
(9) (2) (1) 1
2.28 0.32 0.02 1.09
2.23 0.37 0.04 1.09
2.88 0.73 0.10 1.53
60 41 8 45
(77) (511) (125) 20 (87) 4 15
(92) 9 20 57 (25) (34) 5
0 119 (25) 16 (2) (16) (2)
0 24 28 18 (19) (10) 3
(9) 142 (20) (2) (5) (6) (4)
7.05 10.30 6.96 3.47 8.70 4.05 2.71
7.05 11.49 6.71 3.63 8.67 3.88 2.70
7.53 10.66 6.99 3.40 8.91 4.34 3.55
48 36 3 (7) 21 29 84
Sumber: Bloomberg Tabel 3. Perkembangan Obligasi Pemerintah Tenor 10 Tahun Selain itu, data neraca perdagangan kembali mengalami surplus dalam 16 bulan berturutturut. Meskipun pada bulan April 2017, surplus neraca perdagangan cenderung mengalami penurunan dari US$1,4 miliar (Maret 2017) menjadi US$1,24 miliar namun surplus neraca perdagangan selama satu tahun terakhir menunjukkan tren yang meningkat. Di sisi lain, cadangan devisa membukukan rekor ke level US$123,25 miliar, tertinggi sejak Agustus 2011. Posisi cadangan devisa ini cukup untuk membiayai 8,9 bulan impor atau 8,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Berbagai sentimen positif tersebut turut mengangkat nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS. Setelah pada bulan April 2017, Rupiah cenderung terdepresiasi ke level 13.329 per Dolar AS namun secara year-to-date (ytd), Rupiah menguat sebesar 1,1% ytd ke level 13.325 per Dolar AS (posisi tanggal 19 Mei 2017). Posisi nilai tukar Rupiah ini dapat dikatakan relatif terjaga ditengah berbagai potensi risiko yang membayangi. Jika dilihat dari volatilitasnya, Rupiah selama beberapa bulan terakhir berada pada level yang stabil di rentang 13.000-13.300 per Dolar AS. 5,800
3.0
15
5,600
2.5
10
5,400
5
5,200
0
5,000
0.5
IN
-5
4,800
0.0
RU
4,600
+5.0%
2017F
-5.0%
2018F
TH
2.0
MY
1.5
SA
1.0
CH
-0.5
BR
-1.0
ID
-1.5
UK
Apr-17
Apr-16
EU
Apr-15
JP
-2.5 Apr-14
-2.0
4,000
Apr-13
4,200
Apr-12
Jan-17
Apr-17
Jul-16
Oct-16
Jan-16
Apr-16
Jul-15
Oct-15
Jan-15
Jul-14
Oct-14
Jan-14
Apr-14
(IDR Tn)
Apr-15
-20 -25
4,400
Apr '17 IHSG (eop) : 5,685.3 Net Buy Saham : Rp 13.97 Tn
-2.5%
Apr-11
-15
+2.5%
Apr-10
-10
Z
Apr-09
IHSG (eop, RHS)
Apr-08
Net Buy Saham (LHS)
Apr-07
20
US
13.7
11.8
13.5 13.2
15.2 15.7 14.9
17.5
18.9
15.0
6.1 5.8 11.0
12.2 16.0 14.3 15.0
13.3
14.6
15.9 16.0
17.3
16.9 15.8
Sumber: Bloomberg Gambar 10. Perkembangan Net Buy dan Valuasi Saham
18
Di pasar saham, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami peningkatan selama bulan April 2017. Penguatan IHSG ini berlanjut setelah pada akhir April 2017 IHSG meningkat sebesar 2,1% m/m ke level 5.685,3, dan di tanggal 19 Mei 2017 IHSG kembali menguat sebesar 1,87% mtd dan ditutup pada level 5.791,88. Pergerakan IHSG mendapat sentimen positif dari capital inflow ke pasar saham Indonesia. Selama bulan April 2017, investor asing kembali membukukan pembelian bersih (net buy) hingga mencapai Rp 13,97 triliun, angka ini meningkat dari net buy saham sebesar Rp 10,47 triliun pada bulan Maret 2017. Pada rentang tanggal 3 April 2017-19 April 2017, investor asing kembali mencatatkan net buy sebesar Rp 5,59 triliun. Jika dilihat secara sektoral, penguatan IHSG ditopang oleh kenaikan sub indeks sektor consumer goods dan finance masing-masing sebesar 6,05% dan 4,74% ke level 2.581,04 dan 934,23. Sementara itu, sektor mining mengalami pertumbuhan negatif tertinggi sebesar 9,84% ke level 1.378,75. Posisi IHSG saat ini yang dicerminkan oleh P/E ratio (PER) masih menunjukkan level di atas rata-rata. Namun demikian, PER Indonesia yang diproyeksikan berada pada level 15,96 kali di tahun 2017 dinilai masih memiliki valuasi saham yang lebih rendah dibandingkan India dan Malaysia dengan PER yang masing-masing diproyeksikan akan mencapai 18,89 kali dan 17,45 kali.
20
12,500
10
13,000
20%
13,500
0
Jan-17
Apr-17
Jul-16
Oct-16
Jan-16
15,000 Apr-16
Jul-15
14,500 Oct-15
Jan-15
Apr-15
Jul-14
Oct-14
-20
14,000
Apr '17 USDIDR (eop) : Rp 13,329 Net Buy SBN : Rp +22.6 Tn Jan-14
0%
-10
Apr-14
10%
Bid Accepted
Bid to Cover Ratio
x 3.5
525.0 450.0
3.0
375.0 300.0
2.5
225.0 150.0
2.0
75.0 0.0
1.5 4M17
12,000
Incoming Bid
4M16
30
IDR Tn 600.0
2016
11,500
2015
30%
11,000
2014
40%
Nilai Tukar (eop, RHS)
2013
% Foreign Ownership
40 (IDR Tn) Net Buy SBN (LHS)
2012
50%
2011
Amount Foreign Ownership
2010
(IDR Tn)
Jan-13 Apr-13 Jul-13 Oct-13 Jan-14 Apr-14 Jul-14 Oct-14 Jan-15 Apr-15 Jul-15 Oct-15 Jan-16 Apr-16 Jul-16 Oct-16 Jan-17 Apr-17
800 700 600 500 400 300 200 100 0
Sumber: Bloomberg Gambar 11. Perkembangan Kepemilikan Asing di SBN, Net Buy SBN, dan Bid to Cover Ratio
Kinerja pasar obligasi Indonesia masih mencatatkan capital inflow yang terlihat dari net buy asing yang terus terjadi dalam lima bulan terakhir. Selama bulan April 2017, capital inflow ke SBN mencapai Rp 22,6 triliun ke level Rp 745,82 triliun (39,1% dari total SBN yang dapat diperdagangkan). Meskipun dalam satu bulan terakhir, capital inflow relatif menurun namun kepemilikan asing selama satu tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup signifikan mencapai Rp 119,65 triliun, dari Rp 626,17 triliun (April 2016) menjadi Rp 745,82 triliun (April 2017). Harga obligasi pemerintah ini sudah berada dalam posisi yang tinggi dan mendekati area jenuh beli (overbought), dengan demikian obligasi pemerintah Indonesia berpotensi rentan terhadap aksi ambil untung (profit taking). Hal ini terlihat dari penurunan kepemilikan asing pada rentang periode tanggal 28 April 2017 hingga 19 Mei 2017 sebesar Rp 3,49 triliun menjadi Rp 742,33 triliun (38,71% dari total SBN yang dapat diperdagangkan). Sejalan dengan penurunan kepemilikan asing pada obligasi pemerintah Indonesia, imbal hasil mengalami kenaikan pada keseluruhan tenor. Dalam rentang periode 28 April 2017 hingga 19 Mei
19
2017, imbal hasil obligasi seri FR0061 tenor lima tahun mengalami peningkatan sebesar 5 bps dari 6,64% menjadi 6,69%. Sementara itu, imbal hasil obligasi untuk tenor panjang (15-20 tahun) seri FR0074 dan FR0072 masing-masing naik sebesar 16 bps dan 13 bps. Imbal hasil obligasi pemerintah seri FR0059 tenor 10 tahun relatif tidak berubah di level 7,01%. Lelang SBN dan SBSN yang diselenggarakan pemerintah selama bulan April 2017 masih mencatatkan oversubscribed terlihat dari tingginya total penawaran yang masuk (incoming bid). Pada lelang bulan April 2017, tercatat peningkatan incoming bid mencapai Rp 27,03 triliun ke level Rp 117,89 triliun dengan total dana yang dimenangkan pemerintah (bid accepted) hanya sebesar Rp 41,93 triliun (lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mencapai Rp 43,97 triliun). Secara akumulasi, incoming bid menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan, yaitu dari Rp 328,68 triliun (JanuariApril 2016) menjadi Rp 493,36 triliun (Januari-April 2017). Sementara itu, bid accepted pada lelang bulan Januari-April 2017 mengalami peningkatan dari Rp 171,98 triliun: bid to cover ratio 1,91 kali menjadi Rp 204,5 triliun: bid to cover ratio 2,41 kali. Peringkat investment grade yang diperoleh Indonesia mengindikasikan faktor risiko yang dimiliki negara telah menurun dan diharapkan dapat memangkas biaya utang. Dengan demikian dana asing berpotensi terus masuk ke pasar obligasi Indonesia dan menambah daya tarik untuk penanaman modal di Indonesia. Kinerja pasar obligasi Indonesia pun kami perkirakan akan menunjukkan prospek yang cerah.
20
Perbankan
Perbankan: Memanfaatkan Momentum ditengah Sentimen Seno Agung Kuncoro
Pertumbuhan kredit perbankan berada dalam tren yang meningkat dalam 4 bulan terakhir mencapai 9,24% di triwulan I 2017. Di sisi lain, Dana Pihak Ketiga (DPK) mengalami kenaikan dengan mencatatkan pertumbuhan sebesar 10,02%. Peringkat investment grade dari S&P memberikan sentimen positif di pasar keuangan Indonesia dan dapat berdampak pada industri perbankan. Peringkat ini dapat dimanfaatkan perbankan dalam hal memperoleh pendanaan melalui penerbitan surat utang.
Pada tanggal 19 Mei 2017, lembaga pemeringkat internasional Standard & Poor's (S&P) mengumumkan peningkatan rating Indonesia menjadi BBB- (investment grade) dengan stable outlook dari sebelumnya hanya BB+ dengan outlook positif. Hal tersebut langsung menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan nasional, terutama bursa saham dan berhasil mengantarkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa dengan level tertinggi intraday sebesar 5.825. Sejumlah data ekonomi yang membaik menjadi dasar pertimbangan dari peningkatan (upgrade) peringkat tersebut. Dalam laporannya, S&P menyebutkan sejumlah faktor yang menjadi latar belakang upgrade ini, diantaranya perbaikan fiskal, program pengampunan pajak (tax amnesty) yang terbilang sukses, dan ekspor Indonesia. Naiknya peringkat Indonesia menjadi layak investasi atau investment grade bakal berdampak positif bagi investasi di Indonesia. Kenaikan peringkat tersebut akan menjadi pintu bagi masuknya investasi asing ke sektor riil (foreign direct investment/FDI), terutama yang belum tergarap dengan baik dan memiliki potensi nilai ekspor tinggi. Pertumbuhan kredit perbankan hingga kuartal 1 tahun 2017 mencapai 9,24% (y/y), dalam tren yang terus meningkat dalam 4 bulan terakhir dan lebih tinggi dari pertumbuhan tahunan di tahun 2016. Sementara pertumbuhan dana pihak ketiga tercatat kembali naik menjadi sebesar 10,02% (y/y) setelah di bulan sebelumnya menurun. Meskipun terus mendapat tekanan dari pasar keuangan domestik dan global, industri perbankan masih dalam pertumbuhan yang positif dan solid. Dalam 6 tahun terakhir pertumbuhan kredit tahunan terbesar masih dibukukan oleh Kredit Investasi (KI), dimana untuk periode Maret 2017 tercatat sebesar 10,33% (y/y). Hal tersebut menandakan bahwa pelaku pasar masih optimis untuk melakukan ekspansi meski dengan kecenderungan menurun dalam 2 tahun terakhir. Sementara Kredit Modal Kerja (KMK) sebagai segmen kredit terbesar penurunan pertumbuhannya jauh di bawah KI, dimana untuk periode Maret 2017 hanya sebesar 6,21% (y/y). Meski ekspansi terus dilakukan tetapi kapasitas produksi sepertinya tidak dimaksimalkan mengingat laju pertumbuhan ekonomi masih tertahan. Di tahun 2017 segmen Kredit Modal Kerja diharapkan bisa kembali meningkat seiring dengan penyaluran pembangunan infrastruktur yang konsisten.
22
Sumber: OJK, diolah Gambar 12. Pertumbuhan Kredit, Dana Pihak Ketiga, dan LDR Di lain pihak, Kredit Konsumsi (KK) sepertinya juga belum bisa menguat meski inflasi berhasil dijaga tetap rendah. Kenaikan harga barang-barang di luar administered price yang menyangkut pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan tersier sepertinya turut mempengaruhi pola belanja rumah tangga. Hingga periode Maret 2017 kredit konsumsi masih berkontribusi pada pertumbuhan kredit perbankan sebesar 8,55% (y/y).
Sumber: CEIC dan OJK, diolah Gambar 13. Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Jenis dan Sektor
23
Sektor rumah tangga dan perdagangan sebagai sektor dengan kontribusi mencapai 50% dari total kredit, pertumbuhannya masih tertahan hingga awal tahun 2017. Kredit sektor rumah tangga tumbuh sebesar 8,56% (y/y) naik 3 bps dari pertumbuhan bulan sebelumnya, dan kredit sektor perdagangan tumbuh 6,30% (y/y) naik 6 bps dari pertumbuhan bulan Februari 2017. Sementara yang cukup menggembirakan adalah kenaikan dalam 6 bulan terakhir pertumbuhan segmen kredit konstruksi mencapai 26,14% (y/y) di periode Maret 2017. Didukung oleh realisasi proyek infrastruktur pemerintah, kredit proyek konstruksi sepertinya akan terus melanjutkan pertumbuhannya dalam 2 tahun ke depan. Rasio Gross NPL perbankan di Maret 2017 sedikit menurun dibanding periode bulan sebelumnya menjadi sebesar 3,04% atau turun 12 bps dibanding bulan sebelumnya. Menurunnya kredit bermasalah tersebut selain didukung oleh meningkatnya pertumbuhan kredit, jumlah nominal kredit bermasalah juga ikut menurun sebesar -2,21% (m/m) dibanding bulan sebelumnya sehingga mampu menekan rasio NPL. Meski hal tersebut cukup menggembirakan, patut untuk terus diwaspadai faktor risiko geopolitik global yang belum memperlihatkan tanda-tanda penurunan. Turunnya jumlah nominal kredit bermasalah didorong oleh penurunan jumlah kredit dengan kolektibilitas “Diragukan” sebesar -13,6% (m/m) dari bulan sebelumnya, dan kredit dengan kolektibilitas “Macet” sebesar -1,3% (m/m). Hal tersebut patut diapresiasi mengingat kolektibilitas “Diragukan” dan “Macet” menyumbang 79% dari total kredit bermasalah. Di lain pihak kredit dengan kolektibilitas “Kurang Lancar” mengalami kenaikan 3,6% (m/m) dibanding bulan sebelumnya. Aset (Rp Mil) Kredit (Rp Mil) CKPN Kredit (Rp Mil) NPL (Rp Mil) Lancar DPK Kurang Lancar Diragukan Macet NPL (% terhadap total kredit) Kurang Lancar Diragukan Macet Total NPL (%) Rasio CKPN/NPL (%)
2014 5.616.150 3.674.308 83.240 79.387 3.442.490 152.430 14.278 15.287 49.822
2015 6.132.583 4.057.904 110.161 100.933 3.759.835 197.137 19.566 13.426 67.941
2016 6.729.799 4.377.195 147.470 128.135 4.051.473 197.587 27.120 15.844 85.171
Mar-17 6.829.581 4.369.967 152.947 132.984 4.007.108 229.874 27.544 17.897 87.544
0,39% 0,48% 0,62% 0,63% 0,42% 0,33% 0,36% 0,41% 1,36% 1,67% 1,95% 2,00% 2,16% 2,49% 2,93% 3,04% 104,85% 109,14% 115,09% 115,01%
YoY 10,72% 9,24% 26,88% 22,18% 9,63% -1,09% 46,05% -3,67% 15,74%
100 80 60
%
% NPL 12MMA, %y/y (LHS) NPL Gross (RHS)
7,5 NPL 12MMA %y/y (LHS); 25,40
40 20
9,0
6,0 4,5
Rasio NPL Gross (RHS); 3,04
3,0
0
1,5
-20
0,0
Sumber: CEIC dan OJK Gambar 14. Rasio dan Pertumbuhan NPL Likuiditas perekonomian secara luas masih mencatatkan pertumbuhan yang cukup baik pada Maret 2017. Posisi M2 tercatat sebesar Rp5.016 triliun atau tumbuh 9,98% (y/y) lebih tinggi 67 bps dibanding pertumbuhan bulan sebelumnya. Berdasarkan komponennya, naiknya pertumbuhan M2 dipengaruhi oleh komponen uang kuasi, sejalan dengan pertumbuhan dana pihak ketiga, dan surat berharga selain saham berupa penerbitan surat berharga oleh korporasi dan perbankan.
24
Sumber: BI Gambar 15. Perkembangan Likuiditas Sistem Keuangan Dengan pertumbuhan dana pihak ketiga lebih tinggi dari pertumbuhan kredit membuat rasio LDR di bulan Maret 2017 relatif stabil dibanding periode bulan terakhir sebesar 89,12%. Dana pihak ketiga di periode Maret 2017 membukukan peningkatan pertumbuhan sebesar 10,02% (y/y) naik 80 bps dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya. Pertumbuhan Giro kembali mengalami perlambatan dalam 3 bulan berturut-turut menjadi sebesar 10,00% (y/y). Tabungan mencatatkan pertumbuhan sebesar 12,32% (y/y) masih dalam tren relatif meningkat lebih tinggi 82 bps dibanding pertumbuhan bulan sebelumnya. Sementara jenis simpanan Deposito untuk Maret 2017 mencatatkan pertumbuhan sebesar 8,57% (y/y) (Gambar 5). Dari segi komposisi terhadap dana pihak ketiga, deposito masih memiliki porsi terbesar dengan kecenderungan menurun dibanding dengan alternatif pendanaan lainnya yakni sebesar 44% pada posisi Maret 2017. Secara umum likuiditas sistem keuangan masih sangat baik dibandingkan tahun lalu dan belum terlihat ada tekanan yang berlebih. Namun demikian patut dicermati untuk bank yang gencar menyalurkan kredit infrastruktur adanya potensi risiko likuiditas dan mismatch gap yang meningkat. Jika risiko likuiditas ini tidak dikelola dengan baik, meski inflasi di bawah 5%, perbankan akan kembali berhadapan dengan perang bunga simpanan. Selain itu, suku bunga The Fed telah diproyeksi banyak pengamat ekonomi akan mengalami kenaikan antara 50bps sampai 75bps. Suku bunga simpanan Rupiah perbankan terpantau kembali turun pada awal bulan Mei 2017. Untuk Suku bunga deposito maksimum Rupiah (special rate) 62 bank yang dipantau LPS (bank benchmark) turun sebesar 5 bps. Kondisi ini berbalik dari akhir tahun 2016 dimana suku bunga deposito maksimum pernah naik sebesar 4 bps. Dan untuk suku bunga simpanan valuta asing (valas) perbankan terlihat cenderung datar (flat) di bulan April 2017. Kami melihat kondisi likuiditas saat ini masih manageable, dengan pertumbuhan dana pihak ketiga yang masih dalam tren yang terus meningkat. Terdapat beberapa bank besar yang meningkatkan suku bunga maksimumnya untuk menutupi kekurangan likuiditas yang sifatnya temporer.
25
Sumber: CEIC dan OJK Gambar 16. Pertumbuhan Komponen Dana Pihak Ketiga Untuk simpanan valas, terlihat likuiditasnya mulai terserap, dimana pertumbuhan kredit valas di bulan Maret 2017 sebesar 7,53% (y/y) meningkat hampir 2 kali lipat dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya. Hal tersebut membuat rasio LDR valas meningkat 130 bps menjadi 86,29%.
Sumber: LPS Gambar 17. Suku Bunga Pasar Rupiah dan Valas LPS telah melakukan penetapan tingkat bunga penjaminan periode Mei 2017, untuk simpanan dalam rupiah dan valuta asing (valas) di Bank Umum serta untuk simpanan dalam rupiah di Bank Perkreditan Rakyat, dimana Tingkat Bunga Penjaminan untuk periode 16 Mei 2017 sampai dengan 14 September 2017 tidak mengalami perubahan yaitu 6,25% untuk simpanan Rupiah di bank umum
26
dan 0,75% untuk simpanan valas di bank umum. Untuk simpanan di BPR tingkat bunga penjaminan adalah sebesar 8,75%.
Sumber: CEIC, OJK, diolah Gambar 18. Profitabilitas Perbankan Profitabilitas perbankan hingga periode Maret 2017 masih dalam tren pertumbuhan yang meningkat dalam 4 bulan terakhir sebesar 7,27% (y/y). Hal tersebut dipengaruhi oleh pertumbuhan beban bunga sebesar 2,4% (y/y) lebih rendah dari pertumbuhan pendapatan bunga kredit sebesar 4,5% (y/y) di bulan Maret 2017. Kami perkirakan tekanan pada laba industri perbankan tidak akan setinggi tahun 2016 mengingat tahun lalu perbankan telah mengalami kenaikan biaya provisi yang cukup signifikan. Dengan ekspektasi pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik diharapkan pertumbuhan biaya provisi dapat ditekan.
27
Industri
Industri Pertambangan : Sinyal Negatif Kinerja Kredit Ahmad Subhan Rasio NPL gross kredit sektor pertambangan masih berada di level 7,04% pada akhir Maret 2017 ditengah mulai membaiknya indikator harga dan produksi hasil tambang. Fundamental pasar masih cukup rentan terhadap goncangan terutama dari sisi supply. Kebijakan pemerintah, strategi produksi dan masalah ketenagakerjaan menyebabkan gejolak pada harga. Rasio kredit bermasalah NPL gross perbankan pada pada 1Q-17 masih menunjukkan level yang cukup tinggi meskipun terdapat perbaikan. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), rasio NPL perbankan per Maret 2017 mencapai 3,04%. Tercatat ada empat sektor yang menjadi penyumbang NPL terbesar dan salah satu yang tertinggi adalah sektor pertambangan dan penggalian yang mencetak NPL hingga 7,04% level ini naik dari posisi 4,22% pada Mar-16. Meskipun beberapa bank besar menilai peningkatan NPL sektor ini tidak akan berlansung lama dan akan mereda di akhir 1H17, namun di bank kelas menengah dan kecil tekanan NPL diperkirakan masih akan terjadi. Perbaikan kinerja harga komoditas tambang yang terjadi sejak pertengahan tahun lalu secara agregat berdampak positif pada kinerja produksi. Hal ini terlihat jelas pada laju pertumbuhan produksi sektor tambang yang masuk zona positif pertama kali sejak awal tahun 2015. Sebaliknya kondisi yang belum menggembirakan justru terjadi disisi penyaluran kredit sektor pertambangan dimana pertumbuhan kredit hingga akhir Maret 2017 masih menunjukkan perlambatan sementara NPL di periode yang sama naik lebih cepat. Kondisi ini diduga akibat kualitas portfolio kredit sektor pertambangan yang terlalu mengandalkan skema restrukturisasi namun akhirnya harus diturunkan kolektibilitasnya akibat fundamental dan prospek bisnis debitur yang kurang baik.
Sumber: CEIC Gambar 19. Kinerja Harga, Produksi dan Kredit Sektor Pertambangan
29
Pemburukan kinerja kredit yang terjadi pada saat harga komoditas pertambangan dan produksi mulai menunjukkan perbaikan tentu menimbulkan satu pertanyaan mengenai apakah perbaikan harga yang ada saat ini akan berlanjut dan akhirnya berkontribusi positif bagi kinerja perusahaan. Apakah pemburukan rasio NPL ini merupakan sinyal negatif bagi industri perbankan atau sebaliknya merupakan sinyal positif awal untuk bank melakukan ekspansi kredit di sektor pertambangan. Untuk menjawab hal tersebut tentu kita perlu melihat lebih dalam fundamental dari pasar komoditas khususnya potensi recovery harga dalam beberapa waktu terakhir. Sejak awal tahun mayoritas harga komoditas tambang mineral selain nikel secara umum relatif stabilk dalam kisaran yang sempit. Terlepas dari fluktuasi harga biji besi dan coking coal permintaan untuk komoditas tambang sepanjang tahun 2017 di pasar global diperkirakan akan membaik terbatas seiring langkah pemerintah China yang mencoba mengakselerasi pertumbuhan menjalang pemilu tahun depan melalui sektor kontruksi infrastruktur dan manufaktur. Mencermati sisi permintaan yang tidak akan meningkat drastis tersebut, sisi supply akan lebih menjadi faktor penentu keberlanjutan perbaikan harga. Gejolak dan dinamika supply di tiap komoditas akan sangat berbeda sehingga potensial menyebabkan arah dan laju harga komoditas lebih bervariasi.
Sumber: LME, Bloomberg, CBA estimates Gambar 20. Indeks Harga Komoditas Mineral Utama 2017
Harga tembaga sejak akhir tahun 2016 mengalami kenaikan cukup signifikan dan tetap bertahan dikisaran US$ 240-270 per lb menyusul banyaknya gangguan produksi di beberapa tambang akibat proses renegosisasi kontrak dengan pemerintah dan kasus pemogokan tenaga kerja. Hingga awal bulan April 2017 tercatat setidaknya ada sekitar 2,1% supply global yang mengalami gangguan atau setara dengan 445 kt tembaga dan diperkirakan hingga akhir tahun 2017 masih akan terjadi potensi gangguan produksi hingga 5% atau setara dengan 1.077 kt. Salah satu kasus gangguan produksi yang masih terjadi hingga saat ini dan belum diketahui kapan akan berakhir adalah kasus Freeport di Grasberg Papua yang mengalami penghentian ekspor sejak bulan Februari 2017 dan dilanjutkan dengan mogok kerja sekitar 7000 tenaga kerja sejak awal Mei 2017.
30
Sumber: Bloomberg, Wood Mackenzie, CBA estimates Gambar 21. Kasus Gangguan Produksi Tembaga Sepanjang Tahun 2017
Kekhawatiran adanya lonjakan supply dari Indonesia pasca relaksasi aturan ekspor nikel di awal tahun 2017 menjadikan pasar nikel global berada dalam tekanan. Meskipun disisi lain Filipina sebagai negara eksportir nikel selain Indonesia sedang melakukan evaluasi kelayakan lingkungan pada banyak pertambangan nikel. Masih tingginya inventory baik kawasan Asia dan Eropa semakin menunjukkan adanya potensi oversupply nikel dan kondisi ini potensial semakin memburuk jika disisi konsumsi permintaan industri stainless steel di China tidak tumbuh lebih cepat. Diperkirakan produksi nikel global akan tumbuh sekitar 5% pada tahun 2017 akibat adanya relaksasi ekspor yang diterapkan pemerintah Indonesia. Diantara komoditas mineral tambang, aluminium adalah salah satu komoditas yang kinerja harganya paling tinggi. Keberhasilan pemerintah China memotong produksi alumunium domestiknya hingga 30% sepanjang (bulan Maret - November 2016) berpengaruh cukup signifikan pada pemulihan harga nikel di tahun 2017. Kendati demikian kebijakan ini hanya berdampak nyata pada beberapa provinsi seperti Shandong, Shanxi and Henan ~1.2Mtpa (atau sekitar 2% dari global supply). Beberapa produsen aluminium masih berupaya mengantisipasi pengurangan produksi ini dengan menaikkan produksi dari wilayah lain. Secara umum pasar komoditas aluminium masih akan mengalami oversupply sepanjang tahun namun disisi lain penguatan harga diperkirakan akan berlangsung sepanjang kebijakan kontrol dan pengurangan produksi yang dilakukan pemerintah China dapat dilanjutkan. Kekhawatiran pelaku pasar saat ini justru timbul dari murahnya biaya penyimpanan bahan baku yang potensial menyebabkan timbulnya shadow warehouse di beberapa wilayah yang berdampak pada tingkat inventory yang tidak riil (underestimate).
31
Sumber: LME, Bloomberg, CBA estimates Gambar 22. Inventory dan Harga Komoditas untuk Nikel & Aluminium
Sementara itu untuk komoditas zinc (seng) setelah setelah menjadi produk mineral logam yang berkinerja terbaik pada tahun lalu, harga zinc perlahan turun diakhir April 2017 menyusul meredanya kekhawatiran terhadap potensi defisit. Harga zinc diperkirakan masih akan melanjutkan pelemahan sepanjang 2017 menyusul masuknya pasokan baru dan mulai beroperasinya kembali beberapa smelter yang sempt bermasalah di tahun lalu. Sebaliknya harga lead (timbal) diperkirakan akan lebih baik sepanjang tahun ini setelah break-out di tahun 2016. Tren harga yang membaik tersebut tidak lepas dari level inventory yang masih rendah dan kondisi defisit poroduksi yang diperkirakan akan lebih buruk.
Sumber: LME, Bloomberg, CBA estimates Gambar 23. Inventory dan Harga Komoditas untuk Zinc & Lead
32
Bertitik tolak dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa fundamental pasar komoditas tambang mineral secara umum masih cukup rentan terhadap goncangan terutama dari sisi supply. Kebijakan pemerintah, strategi produksi bahkan gangguan akibat masalah ketenagakerjaan dapat menyebabkan gejolak pada keseimbangan pasar dan harga. Dalam kondisi permintaan yang masih tumbuh secara terbatas dan gradual sisi supply akan menjadi lebih rentan, oleh karena itu pada kerjasama pemerintah dan pelaku industri tambang untuk menjaga produksi menjadi sangat penting. Langkah perbankan yang saat ini masih cenderung menahan diri untuk melakukan ekspansi kredit tentunya menjadi cukup beralasan mengingat risiko dari membaiknya harga komoditas bukan satu-satunya sinyal yang dijadikan patokan dalam ekpansi kredit. Disisi lain sektor pertambangan Nasional masih harus menghadapi inkonsistensi kebijakan pemerintah terkait hilirisasi dan perdagangan. Adanya relaksasi ekspor konsentrat melalui Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2017 (PP 1/2017), Peraturan Menteri ESDM Nomor 5 Tahun 2017 (Permen ESDM 5/2017), dan Peraturan Menteri ESDM Nomor 6 Tahun 2017 (Permen ESDM 6/2017) menimbulkan isu baru mengenai nasib hilirisasi dan investasi di sektor tambang. Kebijakan baru tersebut bukan hanya membuka ekspor konsentrat namun membuka kembali keran ekspor beberapa komoditas mineral mentah (ore) yang sebelumnya ditutup pada 11 Januari 2014. Langkah kebijakan pemerintah soal ekspor tersebut membuat pelaku tambang menjadi ragu mengambil sikap dan rencana investasi jangka panjang. Bahkan perusahaan besar seperti Vale Indonesia, Freeport dan lainya ikut terkena guncangan karena ketidakpastian regulasi yang berubahubah. Kalangan pelaku usaha menilai bahwa kinerja sektor tambang saat ini masih ditopang oleh faktor harga yang mengalami tren perbaikan. Namun, diprediksi hal ini tidak akan berlangsung lama jika peluang ekspor yang tertuang dalam Permen ESDM 5/2017 diberlakukan kembali secara luas.
33
Indeks Stabilitas Perbankan
Indeks Stabilitas Perbankan (Banking Stability Index) Hendra Syamsir Angka Banking Stability Index (BSI) untuk periode bulan April 2017 mengalami sedikit peningkatan sebesar 1 bps, dari 99,36 di bulan Maret 2017 menjadi 99,37 di bulan April 2017. Berdasarkan angka BSI tersebut, risiko industri perbankan Indonesia masih berada dalam kondisi Normal. Angka sementara Banking Stability Index (BSI) untuk periode bulan April 2017 cenderung stagnan dan hanya mengalami peningkatan sebesar 1 bps, dari 99,36 di bulan Maret 2017 menjadi 99,37 di bulan April 2017. Peningkatan pada BSI di bulan April 2017 dipicu oleh peningkatan yang terjadi pada Sub Indeks Interbank Pressure (IP) dan Sub Indeks Market Pressure (MP), sementara Sub Indeks Credit Pressure (CP) mengalami penurunan. Sub Indeks IP mengalami peningkatan sebesar 55 bps dari 98,86 di bulan Februari 2017 menjadi 99,42 di bulan Maret 2017, Sub Indeks Market Pressure MP mengalami peningkatan sebesar 7 bps dari 99,85 di bulan Maret 2017 menjadi 99,92 di bulan April 2017, sementara Sub Indeks Credit Pressure CP mengalami penurunan sebesar 39 bps dari 99,47 di bulan Februari 2017 menjadi 99,08 di bulan Maret 2017. Angka BSI pada bulan April 2017 yang berada pada level 99,37 menunjukkan kondisi risiko industri perbankan Indonesia berada dalam kondisi “Normal”.
Sumber: LPS Gambar 24. Banking Stability Index (BSI) dan Sub Indeks Credit Pressure (CP) Rasio Gross NPL pada bulan Maret 2017 mengalami penurunan sebesar 12 bps dari 3,16% pada bulan Februari 2017 menjadi 3,04% pada bulan Maret 2017. Turunnya angka NPL pada bulan Maret 2017 ini diduga terjadi karena adanya pergerakan positif dari sejumlah komoditas berbasis sumber daya alam (SDA). Meski angka NPL ini mengalami penurunan, namun angka ini relatif masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan angka NPL pada bulan Maret 2016. Dari sisi likuiditas, LDR industri pada bulan Maret 2017 stabil di angka 89,12%. Pada bulan Maret 2017 ini terjadi kenaikan kredit dan DPK m/m masing-masing sebesar 1,4%. Secara y/y pertumbuhan Kredit dan DPK pada bulan Maret 2017 lebih baik dibandingkan bulan Februari 2017. Pada bulan Maret 2017 kredit y/y mengalami pertumbuhan sebesar 8,9%, sementara di bulan Februari 2017 sebesar 8,3% dan DPK y/y mengalami pertumbuhan sebesar 9,5% lebih baik jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan Februari 2017 yang sebesar 8,7%.
35
Pada bulan Maret 2017, ROE perbankan berada pada level 15,20% meningkat sebesar 1,03 poin bila dibandingkan dengan bulan Februari 2017 yang berada pada level 14,17%. Peningkatan nilai ROE bulan Maret 2017 didukung oleh meningkatnya profit perbankan sebesar 7%. Nilai ROE yang menyetuh 15% pada bulan ini merupakan nilai ROE tertinggi selama kurun waktu satu tahun terakhir. Peningkatan ROE juga tidak bisa dilepaskan dari penurunan NPL secara keseluruhan. Suku bunga kredit pinjaman untuk semua jenis pinjaman kembali mengalami penurunan. Suku bunga kredit modal kerja turun 7 bps dari 11,26% pada bulan Februari 2017 ke 11,19% pada bulan Maret 2017. Suku bunga kredit pinjaman untuk investasi juga mengalami penurunan sebesar 5 bps dari 11,10% pada bulan Februari 2017 menjadi 11,05% pada bulan Maret 2017, dan suku bunga kredit pinjaman untuk konsumsi juga mengalami penurunan 8 bps dari 13,56% pada bulan Februari 2017 menjadi 13,48% pada bulan Maret 2017. Penempatan dana antar bank riil pada bulan Maret 2017 mengalami peningkatan dari 110.658,58 di bulan Februari 2017 menjadi 122.808,52 di bulan Maret 2017. Disisi Jibor O/N, meskipun ada sedikit trend peningkatan namun masih relatif stabil pada kisaran level 4,30%.
Sumber: LPS Gambar 25. Sub Indeks Interbank Pressure (IP) dan Market Pressure (MP) Pada akhir April 2017, Sub Indeks MP mengalami peningkatan. Peningkatan pada Sub Indeks MP disebabkan oleh nilai kurs tengah Rupiah terhadap Dolar AS yang mengalami sedikit depresiasi dari 13.321 di bulan Maret 2017 menjadi 13.327 di bulan April 2017. Di pasar hutang, terjadi sedikit peningkatan imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun dari 7,043 di bulan Maret 2017 menjadi 7,048 di bulan April 2017. Disisi lain, IHSG mengalami peningkatan performa dibandingkan dengan bulan sebelumnya. IHSG pada penutupan akhir bulan April 2017 mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan penutupan akhir bulan Maret 2017, dari level 5.568,11 pada akhir bulan Maret 2017 menjadi 5.685,30 pada akhir bulan April 2017. Angka Indeks pada bulan April 2017 ini secara y/y naik 17% jika dibandingkan dengan bulan April 2016. Kenaikan nilai IHSG juga diikuti dengan kenaikan nilai kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) secara y/y sebesar 20,50% dari Rp. 5.136,31 triliun per 29 April 2016 menjadi Rp. 6.189,63 triliun per 28 April 2017. Angka IHSG pada April 2017 ini merupakan angka IHSG tertinggi selama kurun waktu satu tahun terakhir.
36
PENGARAH Fauzi Ichsan, Didik Madiyono KOORDINATOR Moch. Doddy Ariefianto, Hendra Syamsir, Seno Agung Kuncoro ANALIS Ahmad Subhan, Seto Wardono, Dienda Siti Rufaedah Laporan Perekonomian dan Perbankan ini dipublikasikan dalam rangka pelaksanaan fungsi Lembaga Penjamin Simpanan untuk turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan. Tujuan penerbitan laporan ini adalah untuk meningkatkan wawasan dan kewaspadaan publik terhadap berbagai potensi risiko perekonomian dan sistem keuangan ke depan. Laporan Perekonomian dan Perbankan ini memuat hasil monitoring dan analisis Lembaga Penjamin Simpanan mengenai perkembangan ekonomi makro, pasar keuangan, perbankan, industri, dan indeks stabilitas perbankan Pendapat / Saran / Komentar dapat ditujukan kepada : Group Risiko Perekonomian dan Sistem Keuangan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko Equity Tower lantai 39 Sudirman Central Business District (SCBD) Lot 9 Jalan Jend. Sudirman Kav. 52-53 Jakarta 12190 Telp : +62 21 515 1000 ext 340 Email :
[email protected] Website : www.lps.go.id
37
Lampiran
Proyeksi Besaran Ekonomi Makro dan Perbankan Terpilih Variabel
2013
2014
2015
2016P
2017P
2018P
PDB Nominal (Triliun Rp)
9.546
10.570
11.532
12.407
13.886
15.459
PDB Nominal (Miliar US$)
916
890
861
933
1.034
1.142
PDB Riil (% y/y)
5,6
5,0
4,9
5,0
5,3
5,5
Inflasi (akhir periode, % y/y)
8,1
8,4
3,4
3,0
4,9
4,5
Inflasi (rata-rata, % y/y)
6,4
6,4
6,4
3,5
4,7
4,5
USD/IDR (akhir periode)
12.189
12.440
13.795
13.436
13.450
13.550
USD/IDR (rata-rata)
10.452
11.879
13.392
13.307
13.450
13.550
7,50
7,75
-
-
Variabel Kunci
BI Rate (akhir periode) BI 7-Day Reverse Repo Rate (akhir periode) Surplus/Defisit Fiskal (% PDB)
(2,2)
(2,2)
7,50 6,25
4,75
5,00
5,25
(2,5)
(2,5)
(2,5)
(2,5)
Sustainabilitas Eksternal Ekspor Barang (% y/y) Ekspor Barang (Miliar US$) Impor (% y/y)
(2,8)
(3,7)
(14,9)
(3,1)
2,7
3,4
182,1
175,3
149,1
144,4
148,3
153,4
(1,3)
(4,5)
(19,7)
(4,5)
2,4
4,2
Impor (Miliar US$)
176,3
168,3
135,1
129,0
132,1
137,7
Neraca Berjalan (Miliar US$)
(29,1)
(27,5)
(17,5)
(16,9)
(19,7)
(24,0)
Neraca Berjalan (% PDB)
(3,1)
(3,1)
(2,0)
(1,8)
(1,9)
(2,1)
Cadangan Devisa (Miliar US$)
99,4
114,3
105,9
116,4
125,4
131,0
Utang Luar Negeri (% PDB)
29,1
32,9
36,1
34,0
33,2
31,3
Konsumsi Swasta
5,5
5,3
4,8
5,0
5,2
5,3
Konsumsi Pemerintah
6,7
1,2
5,3
(0,1)
6,1
7,1
Pembentukan Modal Tetap Bruto
5,0
4,4
5,0
4,5
5,7
6,3
Ekspor Barang dan Jasa
4,2
1,1
(2,1)
(1,7)
2,4
3,0
Impor Barang dan Jasa
1,9
2,1
(6,4)
(2,3)
2,0
3,3
Sektor Primer
3,5
2,6
0,8
2,4
2,9
3,1
Sektor Sekunder
4,4
4,6
4,3
4,3
4,6
5,0
Sektor Tersier
6,3
6,2
5,5
5,5
6,0
6,3
1 Tahun
5,7
6,9
7,3
6,7
6,5
6,4
3 Tahun
5,9
7,6
7,9
7,4
7,2
7,0
5 Tahun
6,0
7,9
8,1
7,4
7,2
7,2
10 Tahun
6,5
8,2
8,2
7,6
7,7
7,7
20 Tahun
7,3
8,7
8,5
8,0
8,5
8,5
Pinjaman
21,6
11,6
10,4
7,9
9,2
10,0
Dana Pihak Ketiga
13,6
12,3
7,3
9,6
7,2
7,6
Loan to Deposit Ratio (%)
89,9
89,3
92,0
90,5
92,2
94,2
PDB Riil menurut Pengeluaran (% y/y)
PDB Riil menurut Industri (% y/y)
Yield SUN Rupiah (rata-rata, %)
Perbankan (% y/y)
Sumber: LPS
39
Jadwal Rilis Data dan Peristiwa Penting 1 Juni - 30 Juni 2017 Negara
Tanggal
Indikator/Peristiwa
Amerika Serikat
2-Juni-17
Tingkat Pengangguran Mei 2017
14-Juni-17
Inflasi Mei 2017
15-Juni-17
Bunga Acuan
8-Juni-17
Bunga Acuan
15-Juni-17
Neraca Perdagangan April 2017
16-Juni-17
Inflasi Mei 2017
16-Juni-17
Bunga Acuan
19-Juni-17
Neraca Perdagangan Mei 2017
30-Juni-17
Inflasi Mei 2017
1-Juni-17
PDB 1Q17
2-Juni-17
Neraca Perdagangan Mei 2017
30-Juni-17
Tingkat Pengangguran Mei 2017
6-Juni-17
Inflasi Mei 2017
9-Juni-17
Neraca Perdagangan April 2017
7-Juni-17
Bunga Acuan
9-Juni-17
Neraca Perdagangan Mei 2017
12-Juni-17
Inflasi Mei 2017
8-Juni-17
Neraca Perdagangan Mei 2017
9-Juni-17
Inflasi Mei 2017
6-Juni-17
PDB 1Q17
21-Juni-17
Inflasi Mei 2017
2-Juni-17
Inflasi Mei 2017
15-Juni-17
Bunga Acuan
15-Juni-17
Neraca Perdagangan Mei 2017
Zona Euro
Jepang
Brazil
Rusia India
China Afrika Selatan Indonesia
Sumber: LPS
40
www.lps.go.id