Perbedaan Wilayah Migrasi Bersih (Net Migration) Di Indonesia Tahun 2010 Adhitya Dido Widyanto (Penulis), M. H. Dewi Susilowati (Pembimbing), Dewi Susiloningtyas (Pembimbing) Abstrak Negara Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia. Laju pertumbuhan penduduk yang bersifat dinamis menimbulkan adanya dinamika penduduk dalam suatu negara. Dinamika penduduk sendiri dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan migrasi. Migrasi akan menjadi topik utama dalam penelitian ini, khususnya migrasi bersih. Masalah ketidakmerataan persebaran penduduk dapat dilihat dari kecenderungan kejadian migrasi bersih di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perbedaan wilayah migrasi bersih di Indonesia pada tahun 2010, khususnya Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI). Melalui metode analisis komparatif akan dilihat bagaimana perbedaan yang terjadi antara kedua wilayah tersebut. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa KBI lebih didominasi oleh kejadian migrasi bersih positif, sedangkan KTI cenderung mengalami kejadian migrasi bersih positif dan negatif yang hampir sama. Melalui uji korelasi pearson product moment, diketahui bahwa kejadian migrasi bersih positif di Indonesia dipengaruhi oleh jumlah perguruan tinggi dan tingkat industri, meskipun di daerah tujuan juga terdapat tingkat pengangguran, sedangkan kejadian migrasi bersih negatif di Indonesia dipengaruhi oleh tingkat industri dan jumlah perguruan tinggi. Kata kunci: migrasi bersih, perbedaan wilayah, KBI dan KTI, Indonesia Abstract Indonesia is the fourth largest population country in the world. Growth population rate creates population dynamics in a country. Population dynamics are affected by three
Perbedaan wilayah…, Adhitya Dido Widyanto, FMIPA UI, 2013
main factors, which are, fertility, mortality, and migration. In this research, migration became the main focus especially the net migration.Undistributed population is a problem that can be looked from the tendency of Indonesia’s net migration. This research aims to know the areal differences of net migration in Indonesia on 2010, which divides between Kawasan Barat Indonesia (KBI) and Kawasan Timur Indonesia (KTI). Using comparative analysis will show the difference of the net migration between those two regions. The result of this research, KBI is having tendency of positive net migration and KTI is having tendency of balanced between positive and negative net migration. Using Pearson Product Moment as the correlation test give a result that positive net migration is affected by number of college and industry rate, eventough the destination area has unemployment rate. On the other side, negative net migration is affected by number of college and industrialisation rate. Keywords: net migration,areal differences, KBI and KTI, Indonesia
PENDAHULUAN Masalah kepadatan serta ketidakmerataan persebaran penduduk di Indonesia merupakan isu utama yang menghambat pembangunan di Indonesia. Berdasarkan data Sensus Penduduk tahun 2010 yang dilakukan oleh BPS, tercatat jumlah penduduk Indonesia berjumlah 237.641.326 jiwa, dengan rincian jumlah penduduk laki – laki berjumlah 119.630.913 jiwa dan jumlah penduduk perempuan berjumlah 118.010.413 jiwa. Tingkat laju pertumbuhan penduduk yang mencapai 1,49 % (Hasil Sensus Penduduk BPS 2010) menandakan bahwa rata – rata setiap tahun populasi penduduk Indonesia bertambah 3,5 hingga 4 juta jiwa per tahunnya. Dalam buku Dasar – Dasar Demografi (Munir, 2004), terdapat The Law of Migration yang dicetuskan oleh E.G Ravenstein pada tahun 1885. Dalam hukum ini dijelaskan bahwa ketika ada arus migrasi utama pasti akan menimbulkan arus balik penggantinya dalam jumlah yang sama besarnya. Artinya, ketika satu daerah mengalami out migration maka daerah tersebut akan menerima in migration dengan jumlah yang sama besarnya. Asumsi ini didasarkan dengan harapan bahwa tidak akan ada pemusatan penduduk di satu daerah tujuan migran.
Perbedaan wilayah…, Adhitya Dido Widyanto, FMIPA UI, 2013
Kajian mengenai migrasi menjadi penting untuk dilakukan mengingat adanya kemungkinan bertambahnya jumlah penduduk suatu daerah secara cepat apabila jumlah migrasi masuk melebihi jumlah migrasi keluar dari daerah tersebut. Ketidakmerataan jumlah penduduk juga dapat dikaji solusinya dengan melihat tren perpindahan penduduk. Selain itu, dengan melihat dari data migrasi yang ada, dapat ditentukan juga faktor apa yang menyebabkan kecenderungan seseorang untuk berpindah dari satu daerah menuju daerah lainnya, sehingga dengan demikian strategi kebijakan pembangunan di Indonesia dapat lebih mudah ditentukan agar lebih tepat sasaran. Sasaran utama daripada penelitian migrasi pada umumnya adalah untuk menciptakan pemerataan pembangunan di Indonesia. Menurut Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Indonesia tahun 2005 – 2025, menyebutkan bahwa perlu adanya keserasian dalam upaya pembangunan negara Indonesia yang maju, adil, dan makmur. Visi ini dapat terwujud apabila dilakukannya pemerataan pembangunan di Indonesia yang saat ini hanya terkonsentrasi di wilayah barat Indonesia saja dibandingkan dengan wilayah timur Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana perbedaan wilayah migrasi bersih atau net migration yang terjadi di Indonesia. Selain itu juga akan dilakukan analisis mengenai apa saja faktor – faktor yang menyebabkan adanya perbedaan jumlah migrasi masuk dengan migrasi keluar yang terjadi di Indonesia Sesuai dengan latar belakang permasalahan yang telah disebutkan, maka munculah masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini. Adapun pertanyaan dalam penelitian ini yaitu : •
Bagaimana perbedaan wilayah migrasi bersih (net migration) yang terjadi di Indonesia pada tahun 2010?
•
Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi kejadian migrasi bersih (net migration) di Indonesia?
. TINJAUAN TEORITIS Mobilitas Penduduk dalam Konteks Ilmu Demografi dan Geografi Dalam ilmu demografi, dikenal satu istilah yang menyatakan adanya perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat lainnya, yaitu mobilitas penduduk.
Perbedaan wilayah…, Adhitya Dido Widyanto, FMIPA UI, 2013
Mobilitas penduduk ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu mobilitas penduduk vertikal dan mobilitas penduduk horizontal. Mobilitas penduduk vertikal sering disebut dengan perubahan status, seperti status pekerjaan dan sebagainya, sedangkan mobilitas penduduk horizontal lebih ditekankan kepada konsep pergerakan penduduk itu sendiri. Mobilitas penduduk horizontal juga dikenal sebagai mobilitas penduduk geografis. Disebut sebagai mobilitas penduduk geografis karena dalam melakukan suatu pergerakan (movement), penduduk melintasi suatu batas wilayah menuju wilayah lain dalam satu periode tertentu (Mantra, 2000). Adanya penggunaan batas wilayah ini sesuai dengan konteks ilmu geografi yang melandaskan konsepnya kepada ruang/wilayah dan waktu (space and time concept). Jika dilihat dari ada atau tidaknya tujuan untuk menetap di daerah tujuan, mobilitas penduduk dapat dibagi menjadi dua, yaitu mobilitas penduduk permanen dan mobilitas penduduk non permanen. Migrasi merupakan dimensi gerak penduduk permanen, sedangkan dimensi gerak penduduk non-permanen terdiri dari sirkulasi dan komutasi (Rusli, 1996). Definisi Wilayah dan Perbedaan Wilayah Dalam konsep ilmu geografi, wilayah menjadi satu objek khusus yang dapat dijadikan topik dalam penelitian. Beberapa ahli mencoba mendefinisikan mengenai makna wilayah itu sendiri. Bintarto dan Hadisumarno dalam Mulyadi (2005), menyebutkan secara umum wilayah dapat diartikan sebagai permukaan bumi yang dapat dibedakan dalam hal – hal tertentu dari daerah sekitarnya. J.E Sitanala dalam Mulyadi, memberikan batasan tentang wilayah yaitu sebagai permukaan bumi yang memiliki kesamaan yang berdasarkan unsur – unsur tertentu yang dipilih. Pada dasarnya, wilayah dapat diartikan sebagai suatu daerah di permukaan bumi yang memiliki karakterisitik tertentu sehingga dapat dibedakan dengan daerah lainnya. Dalam konsep ilmu geografi, wilayah sebagai suatu objek penelitian memiliki sifat khusus, dimana terdapat keunikan dan karakteristik khusus yang dimiliki oleh suatu wilayah dengan wilayah lainnya. Adanya persamaan dan perbedaan inilah yang menjadi salah satu topik atau kajian yang dapat diteliti oleh ilmu geografi.
Perbedaan wilayah…, Adhitya Dido Widyanto, FMIPA UI, 2013
Migrasi Banyak ahli yang mencoba merumuskan mengenai definisi dari kata migrasi itu sendiri. United Nations dalam Munir (2004) mendefinisikan migrasi sebagai suatu perpindahan tempat tinggal dari satu unit administrasi ke unit administrasi. Konsep ini sejalan dengan pandapat Lee (1966) yang mendefinisikan migrasi adalah perubahan tempat tinggal secara permanen, tidak ada pembatas baik pada jarak perpindahan atau sifatnya. Ahli geografi mendeskripsikan tentang migrasi yang lebih menitikberatkan kepada konsep ruang dan waktu. Menurut Norris (1972), arus migrasi merupakan hasil interaksi keruangan pada suatu saat tertentu. Defenisi lain, migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat
ke
tempat
lain
melampaui
batas
politik/negara
ataupun
batas
administrasi/batas bagian dalam suatu negara (Munir, 2004). Di Indonesia sendiri, definisi migrasi mengacu kepada definisi oleh Badan Pusat Statistik yang digunakan dalam Sensus Penduduk. BPS mendefinisikan migrasi sebagai perpindahan seseorang melewati batas provinsi menuju provinsi lain dalam jangka waktu enam bulan atau lebih. Teori Dorong – Tarik (Push – Pull Theory) Diprakarsai oleh Everett S. Lee pada tahun 1966. Menurut Everett S. Lee (Munir, 2004) ada 4 faktor yang menyebabkan orang mengambil keputusan untuk melakukan migrasi, yaitu: 1. Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal 2. Faktor-faktor yang terdapat di tempat tujuan 3. Rintangan-rintangan yang menghambat 4. Faktor-faktor pribadi
Gambar 1 : Faktor – Faktor Determinan Mobilitas Penduduk menurut Everett S. Lee
Perbedaan wilayah…, Adhitya Dido Widyanto, FMIPA UI, 2013
Pada gambar 2.1 dapat dilihat adanya faktor – faktor yang terdapat pada daerah asal maupun daerah tujuan migrasi. Faktor – faktor yang ada ini dapat bersifat positif (+), negatif (-) maupun netral (o). Faktor positif yang berada di daerah asal dapat memberikan dorongan yang semakin kuat bagi seseorang untuk bermigrasi. Sedangkan faktor positif di daerah tujuan menandakan adanya daya tarik bagi para migran. Faktor negatif yang ada di daerah asal berfungsi sebagai penghambat bagi seorang migran untuk bermigrasi, sedangkan faktor negatif di daerah tujuan akan menjadi penghambat masuknya seseorang menuju daerah tujuan. Faktor netral pada umumnya tidak terlalu berpengaruh terhadap kejadian migrasi. Adanya faktor positif (+), negatif (-) maupun netral (o) ini memiliki penilaian yang berbeda – beda bagi setiap orang. Hal ini bergantung kepada keadaan pribadi orang tersebut yang dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman, kebutuhan dan sifat – sifat pribadi. Begitupun adanya persepsi yang berbeda terkait rintangan dalam bermigrasi. Tidak setiap orang memiliki pandangan yang sama terkait dengan faktor rintangan atau hambatan ini. Beberapa jenis faktor rintangan adalah jarak, biaya perjalanan, jumlah anggota keluarga yang banyak, dan sebagainya. Adanya faktor-faktor sebagai penarik ataupun pendorong di atas merupakan perkembangan dari ketujuh teori migrasi (The Law of Migration) yang dikembangkan oleh E.G Ravenstein pada tahun 1885 (Munir, 2004). Ketujuh teori migrasi yang merupakan penggeneralisasian dari migrasi ini ialah: 1. Migrasi dan Jarak -
Banyak migran pada jarak yang dekat
-
Migran jarak jauh lebih tertuju ke pusat-pusat perdagangan dan industri yang penting.
2. Migrasi Bertahap -
Adanya arus migrasi yang terarah
-
Adanya migrasi dari desa - kota kecil - kota besar.
3. Arus dan Arus balik -
Setiap arus migrasi utama menimbulkan arus balik penggantiannya.
4. Perbedaan antara desa dan kota mengenai kecenderungan melakukan migrasi -
Di desa lebih besar dari pada kota.
5. Wanita melakukan migrasi pada jarak yang dekat dibandingkan pria
Perbedaan wilayah…, Adhitya Dido Widyanto, FMIPA UI, 2013
6. Teknologi dan migrasi -
Teknologi menyebabkan migrasi meningkat.
7. Motif ekonomi merupakan dorongan utama melakukan migrasi. Terkait dengan poin terakhir dari ketujuh poin utama dari teori migrasi tersebut, Taft dan Robin dalam Jayadinata (1999) mengungkapkan lima alasan perpindahan penduduk yang berkaitan dengan faktor ekonomi, yaitu : 1. Untuk menghindarkan dari kemiskinan 2. Berusaha untuk mempertahankan standar hidupnya dan jika mungkin meningkatkannya 3. Tidak puas karena pendapatannya menurun, jika dibandingkan dengan orang lain 4. Walaupun di tempat asalnya seseorang dapat memenuhi kebutuhan pokok, tetapi ia tertarik oleh kesenangan material di tempat lain 5. Dorongan bagi berimigrasi yang bersifat ekonomi yang kuat (terjadi di beberapa wilayah, dimana kekayaan kebendaan dihargai secara positif) Teori push and pull factors dalam penelitian ini memegang peran utama sebagai dasar dalam penentuan variabel penelitian. Seperti dijelaskan bahwa alasan seseorang bermigrasi dikarenakan adanya faktor pendorong dari daerah asalnya maupun faktor penarik dari daerah tujuan. Dalam penelitian ini, diambil variabel variabel sosial ekonomi yang dianggap mewakili faktor penarik dan pendorong tersebut. Faktor penarik dalam penelitian ini adalah PDRB per kapita, tingkat industri, dan jumlah perguruan tinggi, sedangkan faktor pendorong dalam penelitian ini adalah tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran. Sesuai dengan teori migrasi Ravenstein, dalam penelitian ini juga diambil variabel ekonomi sebagai faktor penentu utama dari kejadian migrasi. Maka dari itulah diambil variabel penelitian dari aspek ekonomi, yaitu PDRB per kapita, tingkat pengangguran, serta tingkat kemiskinan yang dapat mewakili faktor ekonomi tersebut.
Perbedaan wilayah…, Adhitya Dido Widyanto, FMIPA UI, 2013
Teori Lewis – Fei – Ranis Awalnya teori ini dicetuskan oleh Arthur Lewis pada tahun 1954, kemudian dikembangkan oleh Gustav Ranis dan John Fei pada tahun 1961. Dalam Model ini ekonomi yang belum berkembang terdiri dari dua sektor, yaitu: 1. Sektor subsistem pertanian yang tradisional dengan ciri produktivitas nol atau rendah sekali. 2. Sektor industri modern di kota dengan produktivitas tinggi yang mana tenaga kerjanya merupakan transfer secara gradual dari sektor subsistem Jumlah transfer tenaga kerja dan tingkat pertumbuhan lapangan kerja berkaitan dengan perluasan industri. Cepatnya transfer tenaga kerja dan pertumbuhan lapangan kerja berkaitan dengan perluasan industri. Cepatnya transfer tenaga kerja dan pertumbuhan lapangan kerja ini bergantung kepada besarnya investasi . diasumsikan bahwa semua keuntungan yang diperoleh, diinvestasikan kembali, dan upah buruh adalah tetap, dalam arti bahwa upah buruh disektor industri lebih tinggi dari upah buruh rata-rata di sektor pertanian. Dalam keadaan seperti ini pasaran tenaga kerja yang berasal dari desa akan sangat longgar (perfecky elastic). Teori Income Harapan Teori ini dikemukakan oleh Todaro (1969). Todaro mengasumsikan bahwa keputusan migrasi adalah merupakan fenomena ekonomi yang rasional. Walaupun pengangguran di kota bertumpuk, tetapi postulat model Todaro adalah bahwa seseorang yang mempunyai harapan untuk mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi dari pada upah di sektor pertanian. Berdasarkan alasan inilah maka sebagian orang berbondong - bondong bermigrasi untuk mendapatkan pekerjaan yang menghasilkan penghasilan lebih banyak walaupun pada kenyataannya tidak selalu demikian. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini akan diketahui bagaimana perbedaan wilayah migrasi bersih atau migrasi neto penduduk di Indonesia terkait dengan faktor – faktor sosial ekonomi yang ada di setiap provinsi di Indonesia. Untuk mengetahui hal tersebut akan digunakan variabel – variabel sebagai berikut :
Perbedaan wilayah…, Adhitya Dido Widyanto, FMIPA UI, 2013
1. PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto) per Kapita PDRB per kapita dipilih sebagai indikator untuk menentukan tingkat perekonomian suatu provinsi. PDRB per kapita yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDRB per kapita berdasarkan harga berlaku (BPS, 2012). 2. Tingkat Industri Faktor industri menjadi salah satu daya tarik bagi kaum migran untuk melakukan perpindahan penduduk. Jenis industri yang digunakan dalam penelitian ini adalah industri pengolahan, baik migas maupun non-migas (BPS, 2012). 3. Tingkat Kemiskinan Tingkat kemiskinan digunakan untuk mengetahui seberapa besar faktor ekonomi menjadi faktor utama yang mempengaruhi kejadian migrasi di Indonesia. Data kemiskinan dalam penelitian ini adalah data persentase penduduk miskin di setiap provinsi di Indonesia yang diterbitkan oleh BPS pada tahun 2011. 4. Tingkat Pengangguran Definisi pengangguran dalam penilitan ini mengacu pada definisi BPS tentang pengagguran terbuka, yakni bagian dari angkatan kerja yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan (baik bagi mereka yang belum pernah bekerja sama sekali maupun yang sudah pernah bekerja) atau sedang mempersiapkan suatu usaha, mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin untuk mendapatkan pekerjaan dan mereka yang sudah memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja (BPS, 2011). Angkatan kerja sendiri merupakan penduduk berusia 15 tahun atau lebih yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan menganggur (BPS, 2011). 5. Jumlah Perguruan Tinggi Faktor pendidikan juga menjadi salah satu faktor seorang migran melakukan migrasi. Perguruan tinggi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perguruan tinggi negeri dan swasta yang berada di bawah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (BPS, 2011).
Perbedaan wilayah…, Adhitya Dido Widyanto, FMIPA UI, 2013
Proses pengolahan data meliputi: 1. Pengadaan peta administratif Indonesia untuk menentukan batas daerah penelitian. 2. Menghitung migrasi bersih yang ada di setiap provinsi di Indonesia berdasarkan data Sensus Penduduk tahun 2010. Adapun jumlah migrasi bersih diperoleh dengan rumus : Migrasi Bersih = Migrasi Masuk – Migrasi Keluar Dari hasil selisih ini akan muncul dua jenis data migrasi bersih, yaitu migrasi bersih positif dan migrasi bersih negatif. 3. Membuat klasifikasi migrasi bersih menggunakan metode Natural Break, baik migrasi bersih positif maupun migrasi bersih negatif, dengan klasifikasi sebagai berikut : • Migrasi Bersih Positif, dibagi menjadi tiga kelas : − Kelas 1 : Tinggi (> 1.600.000 jiwa) − Kelas 2 : Sedang (600.000 – 1.600.000 jiwa) − Kelas 3 : Rendah (< 600.000 jiwa) • Migrasi Bersih Negatif, dibagi menjadi tiga kelas : − Kelas 1 : Tinggi (> -5.000.000 jiwa) − Kelas 2 : Sedang (-5.000.000 – -1.500.000 jiwa) − Kelas 3 : Rendah (< -1.500.000 jiwa) 4. Membuat klasifikasi data PDRB per kapita per provinsi ke dalam tiga kelas, tinggi, sedang, dan rendah menggunakan metode Natural Break, dengan klasifikasi sebagai berikut : •
Kelas 1 : Tinggi (> Rp.65.000.000,00)
•
Kelas 2 : Sedang (Rp.25.000.000,00 – Rp.65.000.000,00)
•
Kelas 3 : Rendah (< Rp.25.000.000,00)
5. Menghitung tingkat industri per provinsi di Indonesia dengan rumus : Tingkat industri = Nilai Tambah Sektor Industri x 100 % PDRB Provinsi Setelah mendapatkan tingkat industri per provinsi, membuat klasifikasi tingkat industri ke dalam tiga kelas, tinggi, sedang, dan rendah menggunakan metode Natural Break, dengan klasifikasi sebagai berikut (dalam %):
Perbedaan wilayah…, Adhitya Dido Widyanto, FMIPA UI, 2013
•
Kelas 1 : Tinggi (> 30 %)
•
Kelas 2 : Sedang (15 – 30 %)
•
Kelas 3 : Rendah (< 15 %)
6. Membuat klasifikasi tingkat kemiskinan per provinsi ke dalam tiga kelas, tinggi, sedang, dan rendah menggunakan metode Natural Break, dengan klasifikasi sebagai berikut : •
Kelas 1 : Tinggi (> 24 %)
•
Kelas 2 : Sedang (12 – 24 %)
•
Kelas 3 : Rendah (< 12 %)
7. Menghitung tingkat pengangguran per provinsi di Indonesia dengan rumus : Tingkat Pengangguran =
Jumlah Pengangguran
x 100 %
Jumlah Angkatan Kerja Setelah mendapatkan tingkat pengangguran, membuat klasifikasi tingkat pengangguran ke dalam tiga kelas, tinggi, sedang, dan rendah menggunakan metode Natural Break, dengan klasifikasi sebagai berikut : •
Kelas 1 : Tinggi (> 7 %)
•
Kelas 2 : Sedang (5 – 7 %)
•
Kelas 3 : Rendah (< 5 %)
8. Membuat klasifikasi jumlah perguruan tinggi yang ada di setiap provinsi. Adapun data perguruan tinggi yang diambil adalah perguruan tinggi yang berada di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Klasifikasi jumlah perguruan tinggi dibuat menggunakan metode Natural Break, dengan klasifikasi sebagai berikut : •
Kelas 1 : Tinggi (> 130 perguruan tinggi)
•
Kelas 2 : Sedang (65 – 130 perguruan tinggi)
•
Kelas 3 : Rendah (< 65 perguruan tinggi)
Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis spasial dengan menghubungkan antara data variabel yang didapatkan dari setiap provinsi dengan perbedaan wilayah migrasi yang terjadi di Indonesia. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana karakteristik daerah yang akan mengalami migrasi keluar
Perbedaan wilayah…, Adhitya Dido Widyanto, FMIPA UI, 2013
lebih banyak dan bagaimana karakteristik daerah yang akan mengalami migrasi masuk lebih banyak, begitu pula sebaliknya. Setelah itu, akan dilakukan analisis komparatif untuk melihat adanya perbedaan antara region migrasi bersih negatif dengan region migrasi bersih positif yang ada di setiap provinsi di Indonesia, baik kawasan barat maupun kawasan timur Indonesia. Untuk mengukur sejauh mana keterkaitan antara kejadian migrasi dengan variabel – variabel yang telah ditentukan, maka dilakukan uji statistik dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment. Adapun rumus untuk mengetahui R Pearson Product Moment adalah :
Gambar 2 : Rumus Matematis Untuk Menghitung r Pearson Product Moment Dimana
: Variabel ikat (Y)
= Migrasi Bersih
Variabel bebas 1 (X1)
= PDRB Per Kapita
Variabel bebas 2 (X2)
= Tingkat Industri
Variabel bebas 3 (X3)
= Tingkat Kemiskinan
Variabel bebas 4 (X4)
= Tingkat Pengangguran
Variabel bebas 5 (X5)
= Jumlah Perguruan Tinggi
HASIL PENELITIAN Berdasarkan fakta dan pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini, negara Indonesia dibagi menjadi dua wilayah pembangunan. Dua wilayah pembangunan tersebut adalah Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI). adapun pulau – pulau yang termamsuk ke dalam wilayah KBI adalah Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Bali, sedangkan yang termasuk ke dalam wilayah KTI adalah Pulau Sulawesi dan Papua serta Kepulauan Maluku dan Nusa Tenggara kecuali Bali (Peta 2).
Perbedaan wilayah…, Adhitya Dido Widyanto, FMIPA UI, 2013
Peta 2
Gambar 3 : Pembagian Kawasan Barat dan Timur Indonesia Migrasi Bersih Positif Berdasarkan peta 3, kejadian migrasi bersih positif lebih banyak terjadi di kawasan barat Indonesia dibandingkan dengan kawasan timur Indonesia. Kejadian migrasi bersih positif tertinggi berada di provinsi Jawa Barat dengan jumlah migrasi bersih sebesar 2.71.927 jiwa. Sedangkan kejadian migrasi bersih positif terendah berada di provinsi Maluku Utara dengan jumlah migrasi bersih sebesar 44.868 jiwa. Jawa Barat dan Banten memiliki jumlah kejadian migrasi bersih positif terbesar di Indonesia. Hal ini disebabkan karena adanya fenomena urban sprawl di provinsi DKI Jakarta. DKI Jakarta yang semula merupakan provinsi tujuan utama para migran untuk melakukan migrasi, telah mengalami kejenuhan atau kepadatan penduduk yang besar, sehingga menyebabkan para migran tidak lagi bermigrasi ke DKI Jakarta melainkan menuju provinsi – provinsi yang menjadi daerah pinggiran DKI Jakarta. Provinsi – provinsi yang berdekatan dengan DKI Jakarta adalah provinsi Jawa Barat dan Banten. Kawasan barat Indonesia memiliki kejadian migrasi bersih positif lebih banyak dibandingkan dengan kejadian migrasi bersih positif di kawasan timur Indonesia. Berdasarkan peta 3, kawasan barat Indonesia memiliki 15 dari total 21 provinsi yang mengalami kejadian migrasi bersih positif di Indonesia, sedangkan 6 provinsi sisanya berada di kawasan timur Indonesia.
Perbedaan wilayah…, Adhitya Dido Widyanto, FMIPA UI, 2013
3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000,000 500,000 0
Migrasi Bersih Jabar Banten Riau Kal<m DKI Jakarta Lampung Kep. Riau Jambi Kalteng Papua Sulteng Sultra Sumsel Bengkulu Papua Barat Kalsel Bali Kep. Babel Sulbar Kalbar Malut
Jumlah (posi,f)
Grafik 1 Migrasi Bersih Positif Di Indonesia Tahun 2010
Provinsi
Sumber : BPS dan Pengolahan Data 2013
Migrasi Bersih Negatif Berdasarkan peta 3, kejadian migrasi bersih negatif di Indonesia, baik di kawasan barat maupun kawasan timur Indonesia sama – sama memiliki jumlah 6 provinsi. Untuk kejadian migrasi bersih negatif, kejadian tertinggi berada di provinsi Jawa Tengah dengan jumlah migrasi bersih negatif sebesar -5.926.926 jiwa. Sedangkan kejadian migrasi bersih terendah berada di provinsi Sulawesi Utara sebesar -11.635 jiwa. Jawa Tengah memiliki kejadian migrasi bersih negatif terbesar di Indonesia. Hal ini disebabkan karena Jawa Tengah memiliki tingkat industri yang relatif besar, namun tenaga kerja yang dimiliki oleh Jawa Tengah cenderung merupakan tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian (Sulistiawati, 2009). Adanya perkembangan industri di Jawa Tengah menyebabkan tenaga kerja di sektor pertanian kehilangan pekerajaan dan memilih untuk bekerja di luar Jawa Tengah.
Jumlah (nega,f)
Grafik 2 Migrasi Bersih Negatif di Indonesia Tahun 2010 8,000,000 6,000,000 4,000,000 2,000,000 0
Migrasi Bersih
Provinsi Sumber : BPS dan Pengolahan Data 2013
Perbedaan wilayah…, Adhitya Dido Widyanto, FMIPA UI, 2013
Peta 3
Gambar 4 : Migrasi Bersih di Indonesia Tahun 2010 Hasil Uji Pearson Product Moment Uji Pearson Product Moment digunakan untuk melihat bagaimana keterkaitan antara variabel – variable yang digunakan dengan kejadian migrasi bersih, baik positif maupun negatif. Dalam uji ini, yang akan dicari adalah nilai r hitung yang akan dibandingkan dengan r tabel. Nilai r memiliki interval antara -1 hingga 1. Apabila hasilnya menunjukan angka negatif (-) menunjukan hubungan yang bersifat berlawanan, sedangkan apabila hasilnya menunjukan angka positif (+) menunjukan hubungan yang bersifat linear. Hubungan akan semakin kuat apabila nilai r mendekati angka -1 atau 1. Berdasarkan hasil uji Pearson Product Moment antara variabel – variabel yang digunakan dengan kejadian migrasi bersih positif, didapatkan hasil sebagai berikut :
Perbedaan wilayah…, Adhitya Dido Widyanto, FMIPA UI, 2013
Tabel 1. Nilai r Hitung Kejadian Migrasi Bersih Positif dengan Faktor Sosial-Ekonomi No
Migrasi Bersih Positif
1.
PDRB Per Kapita
0,326032021
2.
Tingkat Industri
0,563975319
3.
Tingkat Kemiskinan
4.
Tingkat Pengangguran
0,812815447
5.
Jumlah Perguruan Tinggi
0,697352415
-0,220842834
PDRB per kapita dan tingkat kemiskinan tidak memiliki hubungan dengan kejadian migrasi bersih positif, dikarenakan r hitung < r tabel (0,433). Dari 5 faktor tersebut, tingkat pengangguran (r=0,81) menjadi faktor utama yang menentukan kejadian migrasi bersih positif, sedangkan jumlah perguruan tinggi (r=0,69)dan tingkat industrialisasi (r=0,56) menjadi faktor berikutnya. Berdasarkan hasil uji Pearson Product Moment antara variabel – variabel yang digunakan dengan kejadian migrasi bersih negatif, didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 2. Nilai r Hitung Kejadian Migrasi Bersih
Negatif dengan Faktor Sosial-
Ekonomi No
Migrasi Bersih Positif
1.
PDRB Per Kapita
-0,344585507
2.
Tingkat Industri
-0,906298445
3.
Tingkat Kemiskinan
4.
Tingkat Pengangguran
5.
Jumlah Perguruan Tinggi
0,25309243 0,185429673 -0,740991154
PDRB per kapita, tingkat kemiskinan, dan tingkat pengangguran tidak memiliki hubungan dengan kejadian migrasi bersih negatif, dikarenakan r hitung < r tabel (0,576). Dari 5 faktor tersebut, tingkat industrialisasi (r=-0,90) menjadi faktor utama yang mempengaruhi kejadian migrasi bersih negatif, sedangkan jumlah perguruan tinggi (r=-0,74) menjadi faktor berikutnya.
Perbedaan wilayah…, Adhitya Dido Widyanto, FMIPA UI, 2013
Hubungan Migrasi Bersih Berdasarkan Faktor Sosial Ekonomi Pada gambar 5 dan gambar 6, dapat terlihat bahwa di Kawasan Barat Indonesia masih didominasi oleh faktor penarik yang lebih kuat, sedangkan di Kawasan Timur Indonesia cenderung didominasi oleh faktor pendorong yang lebih kuat.
Gambar 5 : Migrasi Bersih di Kawasan Barat Indonesia Indonesia Berdasarkan Faktor Sosial Ekonomi
Perbedaan wilayah…, Adhitya Dido Widyanto, FMIPA UI, 2013
Gambar 6 : Migrasi Bersih di Kawasan TImur Indonesia Indonesia Berdasarkan Faktor Sosial Ekonomi KESIMPULAN 1. Terdapat perbedaan antara kejadian migrasi bersih positif dan kejadian migrasi bersih negatif di Indonesia. Kejadian migrasi bersih positif lebih banyak terjadi di Kawasan Barat Indonesia (KBI), sedangkan kejadian migrasi bersih negatif cenderung terjadi secara merata di seluruh Indonesia 2. Kejadian migrasi bersih positif di Indonesia dipengaruhi oleh tiga faktor utama. Jumlah perguruan tinggi dan tingkat industri menjadi faktor penarik utama para migran, meskipun di daerah tujuan juga terdapat tingkat pengangguran. Kejadian migrasi bersih negatif di Indonesia dipengaruhi oleh dua faktor. Tingkat industri menjadi faktor pendorong utama para migran, sedangkan jumlah perguruan tinggi menjadi faktor pendorong berikutnya.
Perbedaan wilayah…, Adhitya Dido Widyanto, FMIPA UI, 2013
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yesus yang senantiasa memberikan berkat bagi penulis. Kemudian terima kasih juga kepada Bapak, Ibu, serta Kakak yang senantiasa mendukung dalam penulisan jurnal ini. Terima kasih sebesar – besarnya kepada Dosen Pembimbing, Ibu MH Dewi Susilowati dan Ibu Dewi Susiloningtyas yang telah memberikan arahan dan masukan dalam penulisan. Terima kasih juga kepada instansi – instansi terkait yang telah memberikan data untuk keperluan penelitian ini, Badan Pusat Statistik, Departemen Geografi, serta keluarga besar Geografi UI yang telah memberikan semangat dan bantuan dalam berbagai kesempatan diskusi. DAFTAR PUSTAKA [1.] Rusli, S. 1996. Pengantar Ilmu Kependudukan: edisi Revisi. LP3ES. Jakarta. [2.] Mantra, Ida Bagoes. 2000. Demografi Umum. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. [3.] Mulyadi, Asep. 2005. Sebuah Pemahaman Tentang Wilayah. Direktorat Universitas
Pendidikan
Indonesia
(http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/196209021990011ASEP_MULYADI/24.Wilayah.pdf) [4.] Munir, R. 2004. Migrasi dalam Lembaga Demografi FEUI. Dasar-dasar Demografi: edisi 2004. Jakarta : Lembaga Penerbit UI. [5.] Norris,
Robert
E.
1972.
Migration
As
Spatial
Interaction
Journal
of
Geography.Volume LXXI. Number 5, Mei 1972.. [6.] Jayadinata, Johara T. 1999. Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Pedesaan Perkotaan & Wilayah . Bandung : Penerbit ITB. [7.] Ranis, G & Fei, J.C.H. (1961). A Theory of Economic Development. American Economic Review, Vol. 5, pp. 533 – 565. [8.] Todaro, Michael P. 1969. A Model of Labour Migration and Urban Unemployment. American Economic Review
Perbedaan wilayah…, Adhitya Dido Widyanto, FMIPA UI, 2013