PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH TERAPI BEKAM DI RUMAH SEHAT AFIAT CINERE TAHUN 2012
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH: HUSNITA THAMRIN NIM: 109103000023
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433 H/ 2012 M
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan begitu banyak nikmat sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian “Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Terapi Bekam di Rumah Sehat Afiat Cinere Tahun 2012”. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW yang telah memberikan begitu banyak ilmu bagi seluruh umat manusia termasuk mengenai bekam sehingga menjadi salah satu pendorong saya untuk menyelesaikan penelitian ini. Penelitian ini tidak mungkin dapat saya selesaikan tanpa bantuan dan dorongan berbagai pihak yang telah membantu. Saya mengucapkan terima kasih kepada: •
Prof. Dr(HC). dr. M. K. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan yang sosoknya adalah sebagai seorang motivator bagi seluruh civitas FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
•
Dr. dr. Syarief Hasan Luthfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan Doter yang selalu mendorong kemajuan Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
•
dr. Fika Ekayanti, M.Med.Ed selaku dosen pembimbing saya yang telah mendorong saya untuk memilih tema penelitian ini dan telah meluangkan waktu serta pikirannya untuk membimbing saya dalam penelitian ini hingga selesai,
•
Bu Ratna Pelawati, M. Biomed selaku dosen pembimbing saya yang sepanjang penelitian ini telah banyak memotivasi, membimbing dan memberikan banyak masukan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian ini.
•
dr. Mohammad Ali Toha Assegaf, MARS selaku pemilik Rumah Sehat Afiat dan penasihat Asosiasi Bekam Indonesia yang dengan tangan terbuka telah
v
menerima kami untuk melakukan penelitian di tempat beliau dan telah mengenalkan serta mengajarkan kami banyak hal mengenai bekam. •
Papa, Mama dan kakak saya tercinta, Achmad Thamrin, Dr. Ir. Yetti Rusli, M.Sc, dan drg. Aziza Rahmy yang telah mengajarkan banyak hal kepada saya hingga saya dapat berada pada keadaan saya saat ini serta yang selalu menyemangati saya dalam segala hal yang saya lakukan, dan
•
Teman-teman satu angkatan di PSPD 2009 terutama teman-teman satu kelompok penelitian saya, yaitu Dian Pratiwi, Khoirun M. Putra, Rahmatul Fithri Yanti, dan Pradipta Suarsyaf yang telah menemani dan menyemangati saya selama penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat menambah wawasan kita serta bermanfaat
bagi masyarakat. Semoga penelitian ini juga menjadi bagian dari amal ibadah untuk mencari rida-Nya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Ciputat, 11 September 2012
Penulis
vi
ABSTRAK
Husnita Thamrin. Program Studi Pendidikan Dokter. Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Terapi Bekam di Rumah Sehat Afiat Cinere Tahun 2012. Latar Belakang: bekam merupakan salah satu pengobatan komplementeralternatif yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW dan sedang meningkat penggunaannya oleh masyarakat. Hal ini harus diiringi dengan penelitian mengenai pengaruh bekam terhadap tubuh. Tujuan: mengetahui perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah terapi bekam. Metode: penelitian cross sectional analitik dengan sampel 32 orang nonhipertensi. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode consecutive sampling. Data berupa tekanan sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah bekam yang diolah menggunakan SPSS v.20. Hasil: setelah menjalani bekam, tekanan darah pada perempuan lebih cenderung turun dibandingkan laki-laki baik tekanan sistolik (p = 0.025) maupun tekanan diastolik (p = 0.008). Namun, tidak ada perbedaan signifikan tekanan darah sebelum dan sesudah terapi bekam baik tekanan sistolik (p = 0.872) maupun tekanan diastolik (p = 0.343) Kesimpulan: tidak ada perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah terapi bekam. Kata Kunci: Bekam, Tekanan Darah
ABSTRACT
Husnita Thamrin. Medicine Study Program. Difference of Blood Pressure Before and After Cupping Therapy at Rumah Sehat Afiat 2012. Background: cupping therapy is a therapy in complementary-alternative medicine that is advised by Rasulullah SAW and is used more frequently now in our society. This should be followed by researches about the effects of cupping therapy on the human body. Objective: to identify the difference of blood pressure before and after cupping therapy. Method: analytic cross sectional research with 32 samples of non-hypertensive people. The sampling method used was consecutive sampling. The data consists of systolic and diastolic pressure before and after cupping therapy that was processed with SPSS v.20. Result: after cupping therapy, women is more probable to have a decrease in blood pressure compared to men whether it was systolic pressure (p = 0.025) or diastolic pressure (p = 0.008). However, there was no significant difference between blood pressure before and after cupping therapy whether it was systolic pressure (p = 0.872) or diastolic pressure (p = 0.343). Conclusion: there was no difference of blood pressure before and after cupping therapy. Key Words: Cupping Therapy, Blood Pressure
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA............................................. ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING . .................................................. iii PENGESAHAN PANITIA UJIAN .................................................................... iv KATA PENGANTAR ........................................................................................... v ABSTRAK .......................................................................................................... vii DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ................................................................................................. x DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2 1.3 Hipotesis................................................................................................ 2 1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................. 2 1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................ 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 4 2.1 Bekam ...................................................................................................... 4 2.1.1 Definisi .......................................................................................... 4 2.1.2 Bekam dalam Sudut Pandang Islam .............................................. 4 2.1.3 Metode Bekam di Rumah Sehat Afiat ........................................... 7 2.2 Tekanan Darah ....................................................................................... 11 2.2.1 Pengertian ................................................................................... 11 2.2.2 Pengukuran Tekanan Darah ........................................................ 11 2.2.3 Klasifikasi Tekanan Darah ......................................................... 12 2.2.4 Perubahan Tekanan Darah .......................................................... 12 2.2.5 Mekanisme Tubuh Mempertahankan Tekanan Darah ................ 14 2.3 Hubungan Bekam dengan Tekanan Darah............................................. 15 2.4 Kerangka Konsep ................................................................................... 16 2.5 Definisi Operasional .............................................................................. 17 BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 18 3.1 Desain Penelitian.................................................................................... 18 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 18 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................. 18 3.3.1 Jumlah Sampel ............................................................................. 18 3.3.2 Metode Pengambilan Sampel ...................................................... 19 3.3.3 Kriteria Sampel ............................................................................ 19 3.4 Cara Kerja Penelitian ............................................................................. 19 3.5 Pengumpulan Data ................................................................................. 20 3.6 Pengolahan Data..................................................................................... 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 21 4.1 Data Deskriptif ...................................................................................... 21
viii
4.2 Data Analitik ......................................................................................... 26 4.2.1 Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Terapi Bekam 26 4.2.2 Tekanan Darah Berdasarkan Jenis Kelamin ................................ 27 4.2.3 Tekanan Darah Berdasarkan Usia ................................................ 28 4.2.4 Tekanan Darah Berdasarkan Pengalaman Terapi Bekam ............ 28 4.2.5 Perubahan Tekanan Darah Berdasarkan Lokasi Titik Bekam ..... 28 4.2.6 Perubahan Tekanan Darah Berdasarkan Jumlah Titik Bekam ..... 28 4.3 Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 29 BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 30 5.1 Simpulan ............................................................................................... 30 5.2 Saran....................................................................................................... 30 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 32 LAMPIRAN ........................................................................................................ 35
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah ................................................................... 12 Tabel 4.1 Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Terapi Bekam......... 26 Tabel 4.2 Tekanan Darah Berdasarkan Jenis Kelamin ........................................ 27 Tabel 4.3 Tekanan Darah Berdasarkan Usia ........................................................ 28 Tabel 4.4 Tekanan Darah Berdasarkan Pengalaman Menjalani Terapi Bekam.... 28 Tabel 4.5 Perubahan Tekanan Darah Berdasarkan Lokasi Titik Bekam ............. 28 Tabel 4.6 Perubahan Tekanan Darah Berdasarkan Jumlah Tititk Bekam ........... 28
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .............................. 21 Gambar 4.2 Sebaran Responden Berdasarkan Alasan Bekam/Keluhan ............... 22 Gambar 4.3 Sebaran Responden Berdasarkan Usia ............................................. 22 Gambar 4.4 Sebaran Responden Berdasarkan Pengalaman Bekam .................... 23 Gambar 4.5 Sebaran Responden Berdasarkan Lokasi Titik Bekam .................... 23 Gambar 4.6 Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Titik Bekam .................... 24 Gambar 4.7 Tekanan Sistolik dan Diastolik Sebelum Bekam ............................. 24 Gambar 4.8 Tekanan Sistolik dan Diastolik Sesudah Bekam .............................. 25 Gambar 4.9 Sebaran Perubahan Tekanan Sistolik Setelah Bekam ...................... 26 Gambar 4.10 Sebaran Perubahan Tekanan Diastolik Setelah Bekam .................. 26
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Persetujuan Responden ....................................................... 35 Lampiran 2 Data Hasil Uji Statistik ..................................................................... 36 Lampiran 3 Riwayat Penulis ................................................................................ 40
xii
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Bekam adalah metode pengobatan yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Dalam Shohihul Bukhori dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda, “Pengobatan yang paling utama yang kalian lakukan adalah bekam.”1 Bekam dilakukan dengan menghisap kulit yang telah disayat sehingga darah dapat keluar.2 Dalam dunia kedokteran, bekam dikenal sebagai bagian dari kedokteran komplementer-alternatif. Pengobatan komplementer-alternatif ini semakin berkembang di Indonesia3 bahkan di Jawa Barat saja terdapat 45 ribu praktisi pengobatan komplementer-alternatif.4 Seiring dengan hal ini, penelitian mengenai pengaruh bekam terhadap tubuh manusia sangat diperlukan. Hasil penelitian tersebut dapat menjadi masukan untuk mengembangkan terapi bekam yang baik serta aman untuk pasien dan dapat mengobati penyakit dengan efektif. Topik yang penting diteliti adalah pengaruh bekam terhadap salah satu tanda vital manusia yaitu tekanan darah. Tekanan darah menggambarkan keadaan pasien di antaranya keadaan kardiovaskular seperti jantung, pembuluh darah, volume darah dan lain sebagainya.
Tekanan
darah
ini
dapat
diukur
menggunakan
tensimeter/sfigmomanometer. Hasil tekanan darah berupa tekanan sistolik dan diastolik dengan satuan mmHg. Pemeriksaan tekanan darah ini merupakan salah satu pemeriksaan penting yang cukup mudah dilakukan dan bersifat non-invasif sehingga menjadi salah satu alasan untuk mengangkat tekanan darah sebagai topik penelitian. Berbagai penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa bekam dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Penelitian oleh Purwandari (2010) menunjukkan terjadi penurunan tekanan sistolik 14.6 + 12.823 mmHg setelah satu kali dilakukan bekam pada pasien hipertensi (p<0.05).5 Selain itu, penelitian oleh Astuti (2011) menunjukkan bahwa 1
2
terdapat penurunan tekanan sistolik dan diastolik setelah terapi bekam pada pasein hipertensi (p = 0.000).6 Namun, peneliti tidak menemukan penelitian mengenai perbedaan tekanan darah pada pasien non-hipertensi. Apakah tekanan darah pada setiap orang setelah menjalani bekam lebih cenderung menurun atau tidak? Oleh karena itu, penelitian ini meneliti tentang perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah terapi bekam.
1.2.Rumusan Masalah Apakah terdapat perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah terapi bekam?
1.3.Hipotesis Terdapat perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah terapi bekam.
1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Mengetahui perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah terapi bekam 1.4.2 Tujuan Khusus • Mengetahui perbedaan perubahan tekanan darah berdasarkan data karakteristik responden • Mengetahui perbedaan perubahan tekanan darah berdasarkan jumlah titik bekam • Mengetahui perbedaan perubahan tekanan darah berdasarkan lokasi titik bekam
1.5 Manfaat Penelitian •
Subyek Penelitian Meningkatkan keamanan pasien yang menjalani terapi bekam dengan memberikan rekomendasi mengenai terapi bekam dari sudut pandang perubahan tekanan darah yang terjadi
3
•
Peneliti Menerapkan, memanfaatkan dan menambah wawasan ilmu mengenai penelitian ilmiah serta menambah pengetahuan mengenai terapi bekam
•
Penyelenggara Terapi Bekam (Rumah Sehat Afiat) Mengetahui perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah terapi bekam sebagai masukan mengenai dampak terapi bekam terhadap pasien dan masukan untuk prosedur terapi
•
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Menambah peran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dalam penelitian mengenai pengobatan komplementer-alternatif yang dianjurkan Rasulullah SAW
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bekam 2.1.1 Definisi Bekam dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah Hijamah. Hijamah berasal dari kata hajama yang berarti menyedot. Dengan demikian, hijamah berarti tindakan menyedot/menghisap kulit yang telah disayat sehingga darah dapat keluar. Selain itu, hijamah dapat berasal dari kata hajjama yang berarti mengembalikan sesuatu kepada volume aslinya dan mencegahnya agar tidak berkembang. Dengan demikian, bekam juga berarti metode untuk mengembalikan seseorang dalam keadaan sehat dan mencegah perkembangan penyakit. 7 Bekam dalam dunia kedokteran termasuk ke dalam kedokteran komplementer-alternatif (Complementary-Alternative Medicine) dan dalam bahasa Inggris sering dikenal sebagai Cupping Therapy. Pengobatan ini menggunakan istilah cupping karena alat yang digunakan burupa wadah berbentuk cup atau gelas/mangkuk yang digunakan untuk menghisap. Kedokteran komplementer-alternatif mengenal berbagai macam teknik terapi bekam. Dalam penelitian ini, istilah bahasa Inggris yang tepat digunakan adalah wet cupping yang memiliki arti sama dengan hijamah yaitu penyedotan kulit yang telah disayat sehingga darah dapat dikeluarkan. Dari berbagai macam metode bekam yang telah berkembang, wet cupping/hijama merupakan bekam yang tertua sejarahnya dan lebih sering digunakan.8 2.1.2 Bekam dalam Sudut Pandang Islam 2.1.2.1. Hukum Bekam Mewujudkan kesehatan merupakan sarana dalam memelihara kehidupan atau hifzh al-nafs yang merupakan salah satu tujuan syariat Islam (maqashid alsyari’ah). Oleh karena itu, mencari dan melakukan pengobatan merupakan suatu keharusan pada orang-orang yang sedang mengalami penyakit.9 Tindakan untuk melakukan pengobatan menjadi bagian dari usaha (al kasb) dan ikhtiar (al ihktiyar) sesuai dengan potensi kemampuan (istitha’ah) yang dianugerahkan 4
5
Allah SWT kepada manusia untuk mencapai kesembuhan. Hal ini dijelaskan dalam hadis: “Dalam kitab Musnad Imam Ahmad dari hadis Ziyad bin ‘Alaqah, dari Usamah bin Syarik berkata, “Pada suatu hari aku berada di tempat Nabi, tiba-tiba datanglah orang-orang Arab pedalaman. Mereka bertanya, ‘Wahai Rasulullah SAW, haruskah kita berobat?’ Rasulullah menjawab, ‘Ya, wahai hamba Allah, berobatlah kalian. Sesungguhnya Allah tidak akan meletakkan suatu penyakit tanpa meletakkan penyembuhnya; kecuali satu penyakit.’ Mereka bertanya, ‘Apakah itu?’ Rasul menjawab, ‘tua’”10 Bekam menjadi salah satu pilihan metode pengobatan yang dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit. Metode ini dapat dipertimbangkan dalam pengobatan karena sering diutarakan Rasulullah dalam berbagai hadis seperti: “Sebaik-baik pengobatan yang kalian lakukan adalah bekam”1 Keberadaan hadis yang menganjurkan bekam bukan berarti bekam menjadi pilihan metode pengobatan untuk semua penyakit. Pemilihan metode pengobatan yang tepat tetap harus berdasarkan indikasi dan kontraindikasi. Pemilihan metode pengobatan dilakukan dengan memilih pengobatan yang paling mudah dan efektif terlebih dahulu. Apabila pengobatan tersebut tidak cukup untuk mengobati penyakit maka metode pengobatan dapat diganti atau ditambah dengan metode lain.11 Hal ini sesuai dengan hadis: “Kesembuhan itu ada dalam tiga hal, yaitu minum madu, sayatan dengan alat bekam, dan kay. Namun, aku melarang umatku melakukan kay.”`12 Dalam hadis tersebut Rasulullah mencontohkan adanya pemilihan metode pengobatan mulai dari obat yang dapat dikonsumsi seperti madu hingga suatu pengobatan yang perlu pertimbangan lebih mendalam seperti kay (besi panas).13 Oleh karena itu, hukum menjalani terapi bekam juga bergantung pada illat (motivasi ditetapkan hukum). Hukum asal segala sesuatu adalah mubah (boleh) kecuali terdapat hal yang bertentangan dengan ajaran Islam.14 Namun, berdasarkan illat-nya maka bekam dapat menjadi haram jika merupakan kontraindikasi pada seorang pasien yaitu jika pelaksanaan bekam justru dapat mengancam nyawa pasien. Bekam menjadi makruh jika memiliki kemungkinan untuk memperburuk keadaan pasien. Bekam menjadi mubah jika terapi bekam
6
tidak memperburuk maupun meningkatkan taraf kesehatan pasien. Bekam menjadi sunat jika terapi ini dapat memberikan manfaat untuk kesembuhan dan kesehatan pasien. Sedangkan, bekam dapat menjadi wajib jika terapi bekam menjadi terapi utama dalam pengobatan suatu penyakit, setelah metode pengobatan lain ternyata belum mendatangkan kesembuhan, terutama jika penyakit tersebut dapat membahayakan nyawa pasien. Oleh karena itu, para ahli kesehatan baik ilmuwan maupun klinisi perlu menggali lebih lanjut mengenai pengaruh bekam terhadap tubuh dan efektivitas bekam dalam menyembuhkan berbagai penyakit. 2.1.2.2. Manfaat Bekam dalam Segi Pandang Islam Bekam bermanfaat dalam beberapa hal sebagai berikut. •
Peningkatan Akidah Menjalani pengobatan seperti terapi bekam akan menyadarkan bahwa sembuh atau tidaknya seseorang bergantung pada ketetapan Allah SWT. Manusia harus berikhtiar untuk mencari dan menjalani pengobatan disertai berdoa dan dilanjutkan dengan bertawakal. Dengan demikian, pengobatan bekam dapat meningkatkan keteguhan akidah seorang muslim.
•
Ibadah Segala sesuatu yang dilakukan dengan ikhlas atas dasar mendapatkan keridaan Allah akan bernilai sebagai ibadah. Dalam konteks ini, usaha untuk mencapai taraf sehat demi memelihara hidup (hifzh al-nafs) dan memudahkan terlaksananya tugas-tugas baik duniawi maupun ukhrawi termasuk suatu ibadah dengan syarat jika dilakukan bertujuan demi mendapat rida-Nya. Oleh karena itu, praktik bekam dapat bernilai ibadah jika dilakukan dengan memadukan motivasi mencari keridaan Allah dan upaya pengobatan.9
•
Mengajarkan sabar Dalam menjalani pengobatan, penyakit mungkin tidak segera sembuh sehingga pasien dan keluarga perlu sabar dan tetap berikhtiar secara maksimal yang diakhiri dengan tawakal. Dalam kaitan itu, setiap yang menimpa diri manusia merupakan ketentuan (taqdir) Allah SWT yang harus diterima manusia dengan perasaan sabar. Pasien harus sabar dan tidak mengeluh dalam
7
menghadapi penyakitnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Q.S. Luqman: 17 yaitu “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah.” •
Meneladani Kehidupan Rasulullah (Ta-assi) Setiap umat Islam yang melakukan praktik bekam pada dasarnya adalah mencontoh perbuatan Rasulullah SAW (ta-assi). Bekam merupakan salah satu bentuk mencontoh Rasulullah SAW karena Rasul pernah dibekam. Dalam Shohihul Bukhori dan Muslim, dari Thowus, dari Ibnu Abbas: “Bahwasanya Rasulullah SAW pernah bekam dan memberi imbalan bagi yang membekam”
•
Peningkatan Semangat Persaudaraan (ukhuwah) Pelaksanaan terapi bekam dapat membangun ukhuwah/persaudara antara para terapis dengan pasien bekam dan keluarganya terutama ukhuwah islamiah karena sebagian besar terapis dan pasiennya beragama Islam dan secara bersama memiliki semangat untuk menghidupkan salah satu pengobatan yang dicontohkan Rasulullah SAW.
2.1.3 Metode Bekam di Rumah Sehat Afiat 2.1.3.1 Indikasi Bekam Bekam dapat bermanfaat pada berbagai penyakit, seperti •
gangguan kardiovaskular: hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke;
•
gangguan metabolik dan endokrin: diabetes mellitus, dislipidemia, hiperurisemia;
•
gangguan akibat proses degenerasi: neuropati, retinopati;
•
berbagai keadaan lainnya seperti dispepsia, low back pain, asma, dan lainlain.15
2.1.3.2 Kontra Indikasi Bekam Keadaan pasien yang menjadi kontra indikasi dilakukan bekam: •
gangguan pembekuan darah atau sedang mengonsumsi obat yang menghambat pembekuan darah;
•
anemia sedang-berat;
8
•
menstruasi;
•
wanita hamil;
•
penurunan kesadaran;
•
penyakit kulit dan lain sebagainya.15
2.1.3.3 Titik Bekam Pada prinsipnya, penentuan titik bekam disesuaikan dengan keluhan atau alasan pasien berobat. Lebih banyak titik bekam yang digunakan bukan berarti semakin berdampak baik bagi pasien bahkan dapat menyebabkan pasien kurang nyaman dan menyebabkan nyeri yang berlebihan. Titik yang dipilih sebaiknya tidak mengganggu pasien dari segi kosmetik, seperti wajah, kecuali atas dasar keluhan yang tepat dan persetujuan dari pasien. Titik bekam terdapat beberapa macam, seperti titik bekam yang direkomendasikan Rasulullah dan titik bekam berdasarkan teori meridian. 16 Rasulullah merekomendasikan beberapa titik bekam, seperti •
akhda’ain,
•
kahil, dan
•
munkib.
Akhda’ain terletek di kanan dan kiri leher tepatnya di belakang otot sternokleidomastoideus.
Titik
akhda’ain
berfungsi
dalam
pengobatan
penyakit/gangguan, seperti pusing, nyeri punggung dan leher, kaku leher, dsb. Kahil terletak di tonjolan servikal tujuh. Kahil berfungsi dalam pengobatan penyakit seperti asma, batuk, pilek, sakit kepala, dll. Munkib terletak di pertengahan bahu dan memiliki beberapa fungsi dalam pengobatan penyakit, seperti nyeri bahu, nyeri lengan atas, gangguan pergerakan sendi bahu, dll.16 Selain itu, penentuan titik bekam dapat dilakukan berdasarkan teroi meridian dari kedokteran tradisional cina. Teori meridian menjelaskan bahwa tubuh kita terdiri dari berbagai organ yang saling terhubung satu sama lain melalui saluran-saluran. Meridian berupa garis-garis imanjiner yang melintang dan membujur yang menggambarkan saluran-saluran penghubung berbagai bagian tubuh manusia. Hal ini membentuk suatu kesatuan yang akan bereaksi bersamaan
9
apabila mengalami suatu penyakit atau rangsangan lainnya. Berdasarkan hal ini, beberapa titik dapat ditentukan untuk keluhan pada organ tertentu, seperti •
titik paru;
•
titik jantung;
•
titik ginjal dan lain-lain.
Titik paru terletak di antara ostium scapula dan vertebra tepatnya setinggi 1/3 bagian atas ostium scapula. Titik jantung juga terletak di antara ostium scapula dengan vertebra tetapi setinggi setengah ostium scapula. Titik ginjal terletak setinggi perbatasan vertebra torakal dengan vertebra lumbal tepat di kanan kiri ruas vertebra tersebut. 16 2.1.3.4 Peralatan Peralatan yang digunakan dalam terapi bekam: •
mangkuk bekam (cupping set),
•
penghisap (hand pump),
•
lancing device dan lanset,
•
sarung tangan,
•
masker,
•
tisu bersih,
•
cairan antiseptik (minyak habbatus sauda dan povidone iodine),
•
plastik untuk tempat sampah,
•
wadah untuk menampung alat, dan
•
larutan klorin.15
2.1.3.5 Pelaksanaan Terapi Bekam Keamanan dan kenyamanan pasien harus diperhatikan dalam segala tindak pengobatan termasuk terapi bekam. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk memastikan keamanan dan kenyamanan pasien saat terapi bekam sebagai berikut. •
Pasien yang baru datang setelah bepergian atau baru selesai melakukan aktivitas berat sebaiknya beristirahat terlebih dahulu.
•
Pasien sebaiknya tidak dalam keadaan terlalu kenyang sehabis makan.
10
•
Ruangan tempat melakukan bekam harus tertutup untuk memastikan terjaganya aurat pasien (ruangan untuk wanita dipisahkan dari laki-laki dan antar setiap pasien diberikan sekat yang baik).
•
Memastikan pasien dalam posisi nyaman saat bekam.
•
Bekam dapat dilakukan pada ruang ber-AC namun suhu ruangan diperhatikan agar tidak terlalu dingin, hendaknya suhu ruangan + 240C.
•
Sebelum melukai kulit, antiseptik berupa minyak habbatus sauda perlu diberikan dan setelah selesai bekam juga perlu mengoleskan povidone iodone pada tempat luka.
•
Terapis perlu menggunakan alat pelindung diri.
•
Mangkuk bekam dan lancing device perlu disterlikan dengan larutan klorin.
Proses pelaksanaan terapi bekam: •
mempersiapkan peralatan bekam,
•
mengukur tekanan darah pasien,
•
memastikan pasien layak untuk menjalani terapi bekam, seperti memastikan pasien tidak dalam keadaan terlalu kenyang, tidak sedang mengalami menstruasi, tidak menggunakan obat yang menghambat pembekuan darah, dan lain sebagainya,
•
melakukan anamnesis mengenai keluhan pasien dan menentukan titik yang dapat digunakan untuk mengatasi keluhan tersebut,
•
menggunakan alat pelindung diri,
•
memposisikan pasien agar nyaman sesuai dengan titik yang akan dibekam seperti telungkup atau duduk untuk bekam pada daerah punggung dan lain sebagainya,
•
melumuri daerah yang akan dibekam dengan minyak habbatus sauda dan melakukan bekam seluncur yaitu bekam dengan menggeser cup yang disedot ringan,
•
meletakkan mangkuk dengan ukuran sesuai pada titik yang telah dipilih,
•
menghisap mangkuk bekam dengan penghisap,
•
membiarkan mangkuk tersebut dalam keadaan terhisap selama 6-8 menit,
11
•
membuka mangkuk dan melakukan perlukaan kulit dengan menggunakan lancing device mengikuti pola melingkar dari luar ke dalam (jumlah tusukan adalah 8-11 tusukan atau maksimal 17 tusukan pada mangkuk yang besar),
•
menghisap kembali mangkuk pada tempat yang telah dilukai dan membiarkan mangkuk tersebut selama 3-5 menit,
•
membuka mangkuk dan membersihkan darah pada tubuh dan mangkuk,
•
melakukan penghisapan kembali dan menunggu hingga darah berhenti keluar,
•
membuka mangkuk dan membersihkan tubuh pasien dari darah, dan
•
mengoleskan povidone iodine pada tempat perlukaan di kulit.15
2.2 Tekanan Darah 2.2.1 Pengertian Tekanan darah merupakan hasil tekanan sejumlah volume darah terhadap dinding pembuluh darah tempatnya berada. Pada saat jantung berada dalam fase sistolik ventrikel, darah dalam ventrikel akan dipompakan ke dalam aorta. Tekanan darah pada saat ini dikenal sebagai tekanan sistolik. Arteri memiliki kemampuan meregang saat mendapatkan sejumlah volume darah saat sistolik ventrikel. Pada saat jantung sedang dalam fase diastol, tidak ada darah yang dipompakan ke dalam aorta. Kemampuan arteri untuk kembali ke bentuknya semula secara pasif menyebabkan darah terdorong ke pembuluh darah lainnya meskipun tidak terdapat tekanan/dorongan dari jantung.
Berangsur-angsur
tekanan yang dipertahankan oleh arteri ini akan menurun hingga mencapai suatu titik terendah sebelum jantung kembali memompa darah. Titik terendah ini dikenal sebagai tekanan diastolik.17,18 2.2.2 Pengukuran Tekanan Darah Tekanan darah dalam pembuluh darah dapat diukur secara tidak langsung dengan metode yang tidak invasif dan cukup akurat. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan peralatan berupa sfigmomanometer dan stetoskop. Tekanan darah yang diukur adalah tekanan darah arteri.17 Cara mengukur tekanan darah, yaitu •
memasang manset sfigmomanometer + 1,5 cm di atas fossa cubiti anterior,
12
•
meraba artreri radialis dan menaikkan tekanan sfigmomanometer dengan memompa manset,
•
memompa hingga lebih dari 20 mmHg setelah arteri radialis berhenti teraba,
•
meletekkan stetoskop pada fossa cubiti anterior di atas arteri brakialis dan perlahan menurunkannya sambil mendengarkan bunyi Korotkov I untuk menentukan tekanan sistolik dan Korotkov V untuk menentukan tekanan diastolik. (Karotkov I adalah denyut pertama yang terdengar sedangkan Karotkov V adalah denyut paling terakhir yang terdengar) 19
2.2.3 Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan darah dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok sesuai dengan tabel 2.1. Tekanan darah yang digunakan pada klasifikasi tersebut adalah rata-rata tekanan darah yang diukur pada keadaan pasein duduk dalam 2 kali pengukuran atau lebih. 20 Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Sistolik (mmHg) Normal <120 Pre-hipertensi 120-139 Hipertensi 1 140-159 Hipertensi 2 >160 Sumber: JNC VII, 2004 (telah diolah kembali)
Tekanan Diastolik (mmHg) dan <80 atau 80-89 atau 90-99 atau >100
2.2.4. Perubahan Tekanan Darah Tekanan darah yang bermakna untuk meneruskan aliran darah ke seluruh tubuh adalah rata-rata tekanan darah arteri (mean arterial pressure). Rata-rata ini dihitung berdasarkan rumus: tekanan diastolik – 1/3 (sistolik-diastolik) atau setara dengan rumus: [sistolik + (2 x diastolik)]/3.21 Tekanan ini dipertahankan oleh tubuh agar tetap stabil.17 Beberapa determinan yang menentukan tekanan darah adalah sebagai berikut. •
Curah Jantung Curah jantung berbanding lurus dengan tekanan darah. Curah jantung sendiri dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai berikut. -
Frekuensi Denyut Jantung Frekuensi denyut jantung akan meningkat apabila sistem saraf simpatik teraktivasi dan akan menurun apabila sistem saraf parasimpatik
13
teraktivasi. Frekuensi denyut jantung berbanding lurus dengan curah jantung.17 -
Isi Sekuncup Isi sekuncup berbanding lurus dengan curah jantung. Isi sekuncup dipengaruhi oleh aliran balik vena. Aliran balik vena akan meningkat seiring dengan aktivitas otot skeletal, aktivitas respiratorik, jumlah volume darah serta aktivasi sistem saraf simpatik.17
•
Tahanan Perifer Total Tahanan perifer total berbanding lurus dengan tekanan darah. Tahanan perifer total ini dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai berikut. -
Radius arteriol Semakin kecil radius arteriol, semakin besar tahanan perifer yang dihasilkan. Radius arteriol ini sangat besar pengaruhnya terhadap tahanan perifer sebab dengan perubahan radius arteriol sedikit saja, sudah mampu untuk merubah tehanan perifer secara bermakna. Adapun hubungan tersebut dapat dijelaskan melalui rumus: R= R = tahanan perifer r = radius arteriol Radius arteriol ini dipengaruhi oleh kontrol metabolik lokal dan juga aktivitas sistem saraf simpatis. Kontrol metabolik lokal adalah mekanisme yang berusaha menyesuaikan aliran darah sesuai kebutuhan organ/jaringan setempat, seperti peningkatan aktivitas otot yang akan menyebabkan vasodilatasi lokal untuk meningkatkan aliran darah ke otot tersebut.
Aktivitas sistem
saraf
simpatis yang
meningkat
akan
17
menyebabkan vasokonstriksi. -
Viskositas darah Viskositas darah berbanding lurus dengan tahanan perifer. Viskositas terutama ditentukan oleh hematokrit. Peningkatan hematokrit seperti pada keadaan inflamasi dan dehidrasi akan meningkatkan viskositas darah.17
14
Berdasarkan beberapa determinan tersebut dapat diketahui beberapa kegiatan sehari-hari yang mempengaruhi tekanan darah sebagai berikut. •
Olahraga atau aktivitas fisik Olahraga atau berbagai aktivitas fisik lainnya akan mengaktifkan sistem saraf simpatis sehingga terjadi vasokonstriksi yang menyebabkan peningkatan tanahan perifer total. Olahraga juga meningkatkan aliran balik vena akibat aktivitas otot skeletal yang meningkat. Dengan demikian, olahraga meningkatkan tekanan darah.
•
Konsumsi kafein. Mekanisme kafein dalam meningkatkan tekanan darah belum terlalu jelas tetapi diperkirakan berhubungan dengan sifat kafein sebagai antagonis kompetitif terhadap reseptor adenosin. Adenosin berperan dalam vasodilatasi pembuluh darah.22 Efek kafein ini dapat meningkatkan tekanan darah 30 menit sejak konsumsi dengan puncak tertinggi 1-2 jam kemudian. Efek kafein dapat bertahan hingga lebih dari 4 jam setelah konsumsi. 23
2.2.5. Mekanisme Tubuh Mempertahankan Tekanan Darah Tubuh memiliki mekanisme untuk mempertahankan rata-rata tekanan darah arteri baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Mekanisme mempertahankan tekanan darah jangka pendek dapat bekerja dalam waktu hitungan detik. Regulasi ini terjadi melalui refleks yang disebut sebagai refleks baroreseptor. Baroreseptor utama untuk tekanan darah terletak di arkus aorta dan sinus karotid. Kedua baroreseptor ini akan mengirimkan impuls ke medulla oblongata, tempat pusat kontrol kardiovaskular. Apabila tekanan darah mengalami penurunan, sistem saraf simpatis akan diaktifkan, sedangkan apabila tekanan darah mengalami peningkatan maka sistem parasimpatis yang akan diaktifkan.
Regulasi mempertahankan tekanan darah jangka panjang bekerja
dalam hitungan beberapa menit hingga beberapa jam. Regulasi ini melibatkan penyesuaian volume darah dengan pengaturan kadar cairan dan garam oleh sistem renin, angiotensin, dan aldosteron serta mengatur rasa haus.17
15
2.3. Hubungan Bekam dengan Tekanan Darah Beberapa penelitian telah mencari hubungan bekam dengan tekanan darah terutama pengaruh bekam terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi. Penelitian oleh Purwandari (2010) menunjukkan terjadi penurunan rata-rata tekanan darah sistolik yang bermakna sebesar 14,6 + 12,823 mmHg setelah satu kali menjalani terapi bekam pada pasien hipertensi.5
Selain itu,
penelitian oleh Astuti (2011) menunjukkan terjadi penurunan tekanan sistolik dan diastolik yang bermakna pada pasien hipertensi di Rumah Sehat Afiat Depok.6 Mekanisme yang dapat menjelaskan pengaruh bekam terhadap penurunan tekanan darah tersebut adalah sebagai berikut. •
Penurunan volume darah setelah bekam Penggunaan 10-15 titik bekam dapat mengeluarkan volume darah sebanyak 150-250 ml.2
•
Efek relaksasi otot Relaksasi otot menurunkan aliran balik vena sehingga menurunkan curah jantung dan berdampak terhadap tekanan darah.
•
Dilatasi pembuluh darah kapiler Jejas sel akibat perlukaan saat bekam dapat mengeluarkan berbagai mediator inflamasi. Mediator inflamasi seperti prostadglandin, histamine, bradikinin dan lain sebagainya memiliki efek vasodilatasi.24 Vasodilatasi kapiler akan menurunkan tahanan perifer total sehingga menurunkan tekanan darah.17 Selain itu, pada penelitian Astuti (2011), terapi bekam menyebabkan
peningkatan tekanan darah pada beberapa pasien hipertensi.19 Hal ini dapat disebabkan oleh peningkatan set point refleks baroreseptor akibat nyeri.25 Selain itu, emosi berupa cemas dapat meningkatkan tekanan darah dengan pengeluaran neuropeptide Y yang menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer.26
16
2.4 Kerangka Konsep Bekam
Metode bekam seluncur & penghisapan kulit sebelum perlukaan Relaksasi Otot ↓ Pompa otot skeletal
Nyeri
Perlukaan kulit
Penghisapan kulit setelah dilukai
Emosi: Takut/ Cemas
Pengeluaran mediator inflamasi
Pengeluaran darah
↓ volume darah Vasodilatasi pembuluh darah
↓ Aliran Balik Vena ↓Tahanan Perifer Total
↓ Isi Sekuncup ↓ Curah Jantung ↓ Tekanan Darah
↑ Tekanan Darah
Perubahan terdeteksi baroreseptor Aktivasi Simpatis/Parasimpatis Mengembalikan tekanan darah mendekati nilai sebelum bekam
Keterangan: ---- : tidak diperiksa dalam penelitian ini
17
2.5. Definisi Operasional No Variabel
Pengukur Alat Ukur
1
Peneliti
2
∗
Tekanan Darah Sistolik
Cara Pengukuran
Skala Pengukuran Numerik
Sfigmomanometer - Pengukuran raksa dilakukan sebelum terapi bekam setelah pasien menunggu sebelumnya - Pengukuran setelah bekam dilakukan + 5 menit* setelah terapi bekam - Responden duduk - Mendengarkan bunyi korotkov I Tekanan Peneliti Sfigmomanometer - Pengukuran Numerik Darah raksa dilakukan Diastolik sebelum terapi bekam setelah pasien menunggu sebelumnya - Pengukuran setelah bekam dilakukan + 5 menit* setelah terapi bekam - Responden duduk - Mendengarkan bunyi korotkov V 5 menit setelah bekam ditentukan berdasarkan observasi peneliti di tempat pengambilan data. Waktu ini merupakan waktu tercepat setelah bekam yang memungkinkan untuk dilakukan pengukuran tekanan darah. Dalam 5 menit ini, tekanan darah yang terukur dapat berupa hasil tekanan darah setelah kerja refleks baroreseptor.
18
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian analitik karena mencoba mengetahui perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah terapi bekam pada orang nonhipertensi. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Data diperolah di Rumah Sehat Afiat Cinere, Jl. Limau Raya No.3, Cinere, Depok. Pengambilan data dilakukan dari tanggal 1 April 2012 hingga 21 Agustus 2012.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah pasien yang menjalani terapi bekam basah. 3.3.1 Jumlah Sampel Jumlah sampel yang dibutuhkan dihitung melalui rumus berikut: ( N1= N2= (
)
)
Keterangan: α = kesalahan tipe I = 5 % à sehingga Zα dua arah = 1,96 β = kesalahan tipe II = 10% à sehingga Zβ = 1,28 (x1-x2) = selisih minimal yang dianggap bermakna = 5 SD = Standar Deviasi = 8,76 (berdasarkan penelitian pendahuluan) Melalui rumus tersebut, jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 32 orang dengan perhitungan sebagai berikut: ( , N1= N2= (
,
) ,
N1= N2= (5,67) N1= N2= 32,14
18
)
19
3.3.2 Metode Pengambilan Sampel Sampel tersebut diambil dengan menggunakan metode consecutive sampling. 3.3.3 Kriteria Sampel 3.3.3.1 Kriteria Inklusi •
Memilih menjalani terapi bekam di Rumah Sehat Afiat Cinere
•
Bersedia menjadi responden dengan mengisi lembar persetujuan responden
3.3.3.2 Kriteria Eksklusi •
Responden menderita hipertensi: -
atas diagnosis dokter, atau
-
rata-rata tekanan sistolik 140 mmHg atau tekanan diastolik 90 mmHg dari dua kali pengukuran pada posisi duduk.
•
Responden merokok.
•
Responden sedang menggunakan obat antihipertensi.
•
Responden meminum kopi 6 jam sebelum terapi bekam.
•
Responden menjalani terapi lain selain terapi bekam pada saat pengambilan data.
•
Data dari responden tidak lengkap.
3.4 Cara Kerja Penelitian
20
3.5 Pengumpulan Data Data merupakan data primer yang didapatkan melalui pengisian data pasien dan pengukuran berupa: •
jenis kelamin
•
umur,
•
keluhan/alasan menjalani terapi bekam,
•
jumlah pengalaman menjalani bekam,
•
jumlah titik bekam,
•
lokasi titik bekam,
•
tekanan sistolik dan diastolik sebelum terapi bekam, dan
•
tekanan sistolik dan diastolik setelah terapi bekam.
3.6 Pengolahan Data Tahapan pengolahan data dalam penelitian ini diawali dengan editing. Editing dilakukan di lokasi saat pengambilan data berlangsung yaitu dengan memastikan data dari responden terisi dengan lengkap. Apabila tidak lengkap maka sedapatnya dimintai kembali informasi kepada responden. Namun, apabila hal tersebut tidak memungkinkan maka responden mengalami eksklusi. Pengolahan dilanjutkan dengan coding untuk memudahkan proses pengolahan data pada program IBM SPSS Statistics v.20. Untuk menjawab rumusan masalah pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis uji Tberpasangan apabila sebaran data normal atau uji Wilcoxon apabila sebaran data tidak normal.
21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Deskriptif Pada penelitian ini, pasien yang menjalani terapi bekam di Rumah Sehat Afiat selama 1 April hingga 24 Agustus 2012 dan masuk sebagai sampel penelitian berjumlah 32 orang. Dari 32 orang tersebut, 23 berjenis kelamin lakilaki (72%) dan 9 orang berjenis kelamin perempuan (28%). Responden lebih banyak laki-laki. Hal ini sesuai dengan karakteristik pasien di Rumah Sehat Afiat. Berdasarkan wawancara di lapangan, beberapa hal menyebabkan perempuan lebih jarang untuk dibekam, yaitu rasa takut sakit saat perlukaan kulit untuk mengisap darah, takut tempat perlukaan berbekas dan rasa kurang nyaman untuk berbuka pakaian saat menjalani bekam meskipun diberikan ruangan khusus untuk wanita dan terapis bekam wanita.
28%
Laki-Laki Perempuan
72%
Gambar 4.1 Sebaran Responden berdasarkan Jenis Kelamin Responden datang untuk menjalani terapi bekam atas berbagai alasan. Paling banyak, 13 orang (41%), memilih menjalani terapi bekam bukan karena keluhan spesifik tertentu tetapi atas dasar rutinitas, mempertahankan kesehatan atau sekedar mencoba, sedangkan 9 orang mengeluhkan nyeri otot atau pegalpegal (28%), 6 orang mengeluhkan batuk pilek (19%) dan 4 pasien lainnya datang dengan berbagai keluhan lain (12%). Hasil ini dapat terjadi sejalan dengan peningkatan minat masyarakat terhadap metode pengobatan komplementeralternatif terutama bekam.3
21
22
12% 41% 28%
Tidak ada keluhan Batuk/Pilek Pegal/Nyeri Otot
19% Lain-lain
Gambar 4.2 Sebaran Responden berdasarkan Alasan Bekam/Keluhan Sebaran usia didominasi oleh usia 19-24 tahun sebanyak 18 orang (56%), dilanjutkan oleh kelompok usia 25-30 tahun dan 31-36 tahun yang masing-masing berjumlah 4 orang (13%), 2 orang berusia 37-42 tahun (6%), 3 orang berusia 4338 tahun (9%) dan 1 orang yang berusia 52 tahun (3%). Responden lebih banyak berasal dari kalangan usia 19-24 tahun dan cenderung semakin sedikit jumlahnya sebanding dengan peningkatan usia. Hal ini dapat disebabkan karena pasien yang lebih tua cenderung banyak telah menderita hipertensi20 sehingga menjadi ekslusi dalam penelitian ini. 3% 6%
19-24 tahun
9%
13% 13%
25-30 tahun 31-36 tahun 56%
37-42 tahun 43-48 tahun 49-54 tahun
Gambar 4.3 Sebaran Responden Berdasarkan Usia Sebagian besar responden menjalani terapi bekam untuk pertama kalinya yaitu sebanyak 14 orang (43%). 12 orang telah menjalani bekam sebanyak 2-5 kali (38%) dan terdapat 6 orang yang sudah menjalani terapi bekam lebih dari 5 kali (19%).
23
19%
44%
pertama kali 2-5 kali
37%
>5 kali
Gambar 4.4 Sebaran Responden Berdasarkan Pengalaman Bekam (terhitung dengan saat pengambilan data) Pasien yang telah memilih untuk dibekam akan diperiksa oleh dokter. Berdasarkan keluhan pasien, dokter dan terapis bekam akan menentukan titik yang sesuai untuk keluhan pasien tersebut. Titik sunah akda’ain, kahil, dan munkib digunakan pada semua pasien bekam. Adapun sebaran responden berdasarkan lokasi titik bekam didominasi oleh penggunaan titik sunah dan titik pada daerah punggung sebanyak 13 responden (41%); 7 responden dibekam pada titik sunah, titik di regio punggung serta ekstremitas bawah (22%); 5 responden hanya dibekam pada titik sunah (16%); 3 responden dibekam pada titik sunah, daerah punggung dan regio dada (9%); dan sisanya berupa 4 responden dibekam pada titik sunah, titik di regio punggung dan beberapa titik di regio lainnya (13%). Lokasi titik bekam yang paling sering digunakan adalah titik sunah ditambah dengan titik-titik pada daerah punggung. Hal ini disebabkan banyak titik untuk berbagai penyakit terdapat di daerah punggung dan bekam pada daerah punggung lebih nyaman bagi pasien. Titik Sunnah 9%
Titik Sunnah & Punggung
12% 16% 22%
41%
Titik Sunnah & Punggung & Ekstremitas Bawah Titik Sunnah & Punggung & Dada Titik Sunnah & Punggung & lainnya
Gambar 4.5 Sebaran Responden Berdasarkan Lokasi Titik Bekam
24
Selain lokasi titik bekam yang berbeda, responden juga memiliki variasi jumlah titik bekam sesuai dengan keluhan/alasan responden datang. Sebagian besar responden dibekam menggunakan 7-13 titik bekam (24%), 5 responden hanya dibekam pada 5 titik bekam yaitu pada titik sunah (16%), dan hanya 3 reponden yang dibekam pada lebih dari 13 titik (9%).
9% 16% 5 titik 7-13 titik 75%
> 13 titik
Gambar 4.6 Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Titik Bekam Pada penelitian ini, tekanan darah pasien diperiksa dua kali yaitu sebelum menjalani terapi bekam dan setelah menjalani terapi bekam. Tekanan darah sebelum bekam memiliki karekteristik berupa sistolik dengan median 110.00 (9010) mmHg dan diastolik dengan median 77.50 (55-90) mmHg. Tekanan darah sesudah bekam memiliki karakteristik berupa tekanan sistolik dengan mean
14
16
12
14
10
12
Jumlah Responden
Jumlah Responden
108.28 + 11.54 mmHg dan tekanan diastolik dengan mean 71.72 + 9.21 mmHg.
8 6 4 2
10 8 6 4 2
0
0 90 95 100 110 120 130 Sistolik Sebelum Bekam (mmHg)
55 60 65 70 75 80 85 90 Diastolik Sebelum Bekam (mmHg)
Gambar 4.7 Tekanan Sistolik dan Diastolik Sebelum Bekam
Jumlah Responden
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 80 90 95 100 105 110 120 125 135
Jumlah Responden
25
Tekanan Sistolik Sesudah Bekam (mmHg)
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 55 60 65 70 75 80 85 100 Tekanan Diastolik Sesudah Bekam (mmHg)
Gambar 4.8 Tekanan Sistolik dan Diastolik Sesudah Bekam Beberapa responden mengalami perubahan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik. Peneliti menghitung angka perubahan tekanan darah yang terjadi dengan mengurangi tekanan darah sesudah dengan sebelum terapi bekam. Rata-rata perubahan sistolik adalah 1.09 + 8.20mmHg dan rata-rata perubahan diastolik adalah 0.31 + 7.06mmHg. Pada penelitian ini, 12 pasien mengalami penurunan tekanan sistolik sesudah menjalani bekam (38%). Penurunan ini terjadi rata-rata sebanyak 7.50+2.60 mmHg. 11 pasien tidak mengalami perubahan tekanan sistolik (34%) dan 9 pasien mengalami peningkatan tekanan sistolik setelah dibekam (28%) dengan peningkatan rata-rata 8.89 + 3.33 mmHg. Selain itu, 16 pasien mengalami penurunan tekanan darah diastolik setelah menjalani terapi bekam (50%) dengan rata-rata penurunan tekanan darah sebanyak 7.81 + 2.50 mmHg. 10 pasien mengalami peningkatan tekanan diastolik (31%) dengan rata-rata peningkatan 9.00 + 5.20 mmHg, dan 6 responden lainnya memiliki tekanan diastolik yang tetap (19%). Penurunan tekanan darah dapat terjadi akibat penurunan volume darah, relaksasi otot serta vasoilatasi akibat mediator inflamasi.17 Peningkatan tekanan darah dapat terjadi akibat nyeri atau perasaan cemas yang dirasakan pasien.25,26 Tekanan darah yang tetap dapat disebabkan refleks baroreseptor yang telah mengembalikan tekanan darah mendekati tekanan darah semula melalui aktivasi sistem saraf otonom.17,18 Perubahan-perubahan yang terjadi pada tekanan
26
darah seperti yang telah dideskripsikan di atas perlu dicari nilai kebermaknaannya melalui uji analitik yang dijelaskan pada bagian selanjutnya.
34%
Menurun
38%
Meningkat 28% Tidak ada perubahan
Gambar 4.9 Sebaran Perubahan Tekanan Sistolik Setelah Bekam
19%
Menurun 50%
31%
Meningkat Tidak ada perubahan
Gambar 4.10 Sebaran Perubahan Tekanan Diastolik Setelah Bekam 4.2 Data Analitik Berdasarkan data karakteristik responden di atas, dapat dilakukan analisis apakah terdapat hubungan antara berbagai variabel pada penelitian ini. 4.2.1 Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Terapi Bekam Tabel 4.1 Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Terapi Bekam Sistolik Diastolik
Sebelum Bekam 110.00 (90-130) 77.50 (55-90)
Sesudah Bekam 110.00 (80-135) 70.00 (55-100)
p 0.872 0.343
Tidak terdapat perbedaan tekanan darah sistolik sebelum dan sedudah bekam. Hal ini dapat disebabkan tubuh memiliki mekanisme refleks baroreseptor yang berusaha mengembalikan tekanan darah ke nilai semula bahkan dalam hitungan detik. Perubahan tekanan yang terjadi setelah bekam akibat penurunan volume darah, relaksasi otot, serta vasodilatasi dapat segera terdeteksi oleh baroreseptor kemudian diteruskan ke medulla oblongata yang akan mengaktifkan sistem saraf simpatis atau parasimpatis untuk mengembalikan tekanan darah
27
mendekati nilai tekanan darah semula.17 Oleh karena itu, pada pasien nonhipertensi tidak terdapat perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah terapi bekam. Hasil ini berbeda dengan berbagai penelitian sebelumnya pada pasien hipertensi. Penelitian oleh Purwandari (2010) menunjukkan terjadi penurunan tekanan sistolik 14.6 + 12.823 mmHg setelah satu kali dilakukan bekam pada pasien hipertensi (p<0.05).5 Selain itu, penelitian oleh Astuti (2011) menunjukkan bahwa terdapat penurunan tekanan sistolik dan diastolik stelah terapi bekam pada pasien hipertensi (p = 0.000).6 Penurunan tekanan darah setelah terapi bekam pada pasien hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa hal. Pada pasien hipertensi, terjadi penurunan fungsi barorefleks dalam mengatur denyut jantung. 27 Selain itu, beberapa penelitian sebelumnya juga memberi hipotesis bahwa pada pasien yang sudah lama mengalami hipertensi terjadi penurunan tonus simpatis.28 4.2.2 Tekanan Darah Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.2 Tekanan Darah Berdasarkan Jenis Kelamin Sistolik Sebelum Bekam Diastolik Sebelum Bekam Perubahan Sistolik Perubahan Diastolik *uji Mann-Whitney
Laki-Laki 110 (90-130) 80 (60-90) 0 ((-15)-10) 5 ((-20)-10)
Perempuan 110 (90-120) 60 (55-85) -5 ((-10)-5) -5 ((-15)-5)
p 0.651 0.049* 0.025* 0.008*
Pada penelitian ini, perempuan memiliki tekanan diastolik sebelum bekam lebih rendah daripada laki-laki. Hal ini sesuai dengan sebaran yang ada di populasi usia dewasa yaitu tekanan diastolik perempuan umumnya lebih rendah daripada tekanan diastolik laki-laki.29 Pada penelitian ini, terdapat perbedaan perubahan tekanan darah antara laki-laki dan perempuan. Perempuan cenderung mengalami penurunan tekanan darah, baik sistolik maupun diastolik, setelah terapi bekam. Hal ini dapat disebabkan regulasi untuk mempertahankan tekanan darah pada laki-laki dan perempuan yang berbeda. Penelitian oleh Evans, JM (2001) menunjukkan bahwa laki-laki lebih dominan regulasi simpatisnya terhadap pembuluh darah sedangkan perempuan lebih dominan regulasi parasimpatisnya terhadap frekuensi denyut jantung.30
28
4.2.3 Tekanan Darah Berdasarkan Usia Tabel 4.3 Tekanan Darah Berdasarkan Usia Sistolik Sebelum Bekam Diastolik Sebelum Bekam Perubahan Sistolik Perubahan Diastolik
19-24thn 110 (90-120)
25-30thn 105 (100-110)
31-36thn 110 (100-120)
37-42thn 110 (100-120)
43-48thn 120 (100-130)
49-54thn 110
p 0,818
70 (55-90)
75 (60-80)
80
82.5 (80-85)
80 (60-80)
70
0,210
0 ((-15)-10) -5 ((-20)-10)
2.5 (0-5) 7.5 (5-10)
0 (0-5) 10 (0-10)
-7.5 ((-10)-(-5)) 7.5 (5-10)
0 ((-10)-10) 0 (0-5)
10
0.678
0
0.020
Berdasarkan penelitian ini, tidak ada perbedaan perubahan tekanan darah berdasarkan sebaran usia tertentu. 4.2.4 Tekanan Darah Berdasarkan Pengalaman Menjalani Terapi Bekam Tabel 4.4 Tekanan Darah Berdasarkan Pengalaman Menjalani Terapi Bekam Sistolik Sebelum Bekam Diastolik Sebelum Bekam Perubahan Sistolik Perubahan Diastolik
Pertama Kali 110.00 (90-120) 70 (55-80) 2.5 ((-10)-10) 0 ((-15)-10)
2-5 kali 110.00 (90-120) 75 (60-90) 2.5 ((-20)-10) 2.5 ((-20)-10)
>5 kali 105.00 (100-130 77.50 (60-85) 7.5 (0-10) 7.5 (0-10)
p 0.804 0.233 0.400 0.274
Berdasarkan penilitian ini, tidak ada perbedaan perubahan tekanan darah berdasarkan sebaran pengalaman menjalani terapi bekam. 4.2.5 Perubahan Tekanan Darah Berdasarkan Lokasi Titik Bekam Tabel 4.5 Perubahan Tekanan Darah Berdasarkan Lokasi Titik Bekam
Perubahan Sistolik Perubahan Diastolik
Sunah
Sunah + Punggung
-5 ((-15)-10)
0 ((-10)-10)
Sunah + Punggung+ Ekstr.Bwh* 0 ((-10)-5)
-5 ((-15)-10)
0 ((-10)-10)
0 ((-10)-5)
Sunah +Punggung + Dada 10 ((-20)-10) 10 ((-20)-10)
Sunah + Punggung + Lainnya 0 (0-10) 10 (5-10)
p
0.400 0.141
Pada penelitian ini, tidak ada perbedaan perubahan tekanan darah berdasarkan sebaran lokasi titik bekam yang digunakan. 4.2.6 Perubahan Tekanan Darah Berdasarkan Jumlah Titik Bekam Tabel 4.6 Perubahan Tekanan Darah Berdasarkan Jumlah Titik Bekam Perubahan Sistolik Perubahan Diastolik
5 titik 5 ((-10)-5) -5 ((-15)-10)
7-13 titik 0 ((-10)-10) 2.5 ((-10)-10)
>13 titik 0 ((-15)-10) 5 ((-20)-10)
p 0.964 0.544
Pada penelitian ini, tidak ada perbedaan perubahan tekanan darah berdasarkan sebaran jumlah titik bekam yang digunakan.
29
4.2. Keterbatasan Penelitian •
Pengukuran tekanan darah dilakukan oleh peneliti sendiri.
•
Penelitian ini tidak dapat menghilangkan faktor perancu berupa tingkat nyeri maupun emosi pada responden sebab sulit dinilai secara objektif.
•
Keterbatasan jumlah sampel menyebabkan banyak data memiliki distribusi tidak normal.
•
Pengukuran tekanan darah setelah bekam pada penelitian ini hanya dilakukan sekali yaitu + 5 menit setelah bekam. Oleh karena itu, tidak terdeteksi apakah terdapat perubahan yang berarti setelah waktu tersebut berlalu.
30
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Berdasarkan penelitian ini, simpulan yang dapat diambil adalah •
tidak ada perbedaan bermakna antara tekanan darah sebelum dan sesudah terapi bekam baik tekanan sistolik (p = 0.872) maupun tekanan diastolik (p = 0.343),
•
terdapat perbedaan perubahan tekanan darah antara laki-laki dan perempuan yaitu perempuan lebih cenderung mengalami penurunan tekanan darah setelah terapi bekam baik tekanan darah sistolik (p = 0.025) maupun tekanan darah diastolik (p = 0.008), dan
•
tidak ada perbedaan perubahan tekanan darah berdasarkan usia, pengalaman bekam, jumlah titik bekam, maupun lokasi titik bekam yang digunakan.
•
5.2 Saran
•
Hasil ini dapat menjadi masukan bagi terapis bekam dan pasien bekam bahwa tidak ada perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah terapi bekam yang bermakna pada orang dengan tekanan darah normal.
•
Pemeriksaan tekanan darah sebelum bekam sangat diperlukan untuk memastikan pasien tidak memiliki tekanan darah terlalu rendah. Hal ini penting sebab, melalui hasil deskriptif penelitian ini, beberapa responden mengalami perubahan tekanan darah. Pasien dengan tekanan darah terlalu rendah, terutama perempuan, tidak dianjurkan menjalani terapi bekam sebab terdapat kemungkinan terjadi penurunan tekanan darah setelah terapi bekam tersebut.
•
Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan penambahan jumlah sampel dan penambahan pengukuran tekanan darah setelah terapi, tidak hanya sekali tetapi beberapa kali dengan interval waktu tertentu sehingga dapat terdeteksi
30
31
jika terjadi perubahan tekanan darah beberapa menit bahkan beberapa jam setelah bekam. •
Penelitian selanjutnya juga dapat meneliti mengenai perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah terapi bekam pada pasien hipertensi serta pengaruh jangka panjang terapi bekam terhadap tekanan darah terutama jika bekam dilakukan secara rutin.
32
DAFTAR PUSTAKA
1. Shahih Bukhari (No.5696 ) dan Muslim (No.1577). 2. Manz H. The art of cupping. New York: Thieme; 2009. p. 5-7 3. Peraturan
Menteri
Kesehatan
1109/MENKES/PER/IX/2007
Republik
tentang
Indonesia
Penyelenggaraan
Nomor Pengobatan
Komplementer-Alternatif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. 4. Kliping 13-14 Januari 2005. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. [Online];
2005
[cited
2012
June
20].
Available
from:
http://www.depkes.go.id/index.php/component/content/article/41-kliping/67713-14-januari-2005.html. 5. Purwandari AW, Sagiran. Pengaruh terapi bekam terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta; 2010 [cited 2012 Mar 3]. Available from: Digilib Fakultas Kedokteran UMY. 6. Astuti A. Pengaruh terapi bekam terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di klinik rumah sehat AFIAT kecamatan Limo, Depok. Jakarta: UPNVJ; 2011 [cited 2012 Mar 3]. Available from: Perpustakaan UPNVJ. 7. Al Husaini A. Bekam: mukjizat pengobatan Nabi SAW. Jakarta: Pustaka Azzam; 2005. p. 15 8. Shaban T. Cupping therapy in brief [online]. 2009 [cited 2011 Okt 2011]. Available from: www.cuppingtherapy.info. 9. ‘Aly A, Machfudz LZ. Islam itu sehat: syari’ah dan ghairah kesehatan. Jakarta: Center for Pesantren Democracy Studies; 2008. p. 74-7 10. HR. Abu Daud (3855), At-Tirmidzi (2038), Ibnu Majah (3436), Ibnu Habban (1395), Al-Hakim (4/399-400), dengan sanad yang shahih. 11. Al-Jauziyyah IQ. Tata cara pengobatan ala nabi: praktis dan lengkap. Syaifa Presindo; 2010. p. 138 12. HR Bukhori dalam Ath-Thibb (5680 dan 5681) bab III: Asy-Syifa' fi
33
Tsalatsin. 13. Kamali. Konsep kesehatan dan pengobatan Rasulullah: studi analisis terhadap matan hadis. Jakarta: Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Jakarta; 2005. 14. Tadjudin MK, Tahido H, Kusmana D, Lubis MR, Nata A, Mahmouddin S, et all. Dokter muslim kedokteran islam: sejarah, hokum dan etika. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta; 2010. p. 114-5, 126 15. Assegaf MAT, editor. Buku Pedoman Bekam Rumah Sehat Afiat. 16. Umar WA. Sembuh dengan satu titik. Solo: AlQowan; 2008. p. 79-86, 114-5, 123-4, 144-9, 168-9 17. Sherwood L. Human physiology: from cells to systems. 7th ed. Australia: Brooks/Cole, Cengage Learning; 2010. p. 376-83 18. Guyton AC, Hall JE. Textbook of medical physiology. 11th ed. Philadelphia: Elsevier Saunder; 2006. p.161-70 19. Sudoyo AW, Setiyohad B, Alwi I, Simadibrata K M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 5th ed. Jakarta: InternaPress; 2009. p. 31-2 20. The seventh report of the joint national committee on prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood pressure. USA: National Institutes of Health; 2004. p. 8,12 21. Rohkamm R. Color atlas of neurology. Stuttgart: Thieme; 2004. p. 162 22. Chabner BA, Knollmann BC. Goodman & Gilman's the pharmacological basis of therapeutics. 12th ed. USA: McGraw-Hill; 2011. 23. Mort JR, Kruse HR. Timing of blood pressure measurement related to caffeine
consumption. Ann Pahrmavother [internet]. 2008 January [cited 2012 Sept 9]; 42:105-110. Available from: http://www.theannals.com/content/42/1/105.abstract 24. Kumar V, Abbas AK, Fausto N, Aster JC. Robbins and Cotran pathologic basis of disease. 8th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2010. 25. Guyent PG. The sympathetic control of blood pressure. Nature Reviews [Internet].
2006
May
[cited
2012
Sept
21].
Available
http://www.nature.com/nrn/journal/v7/n5/fig_tab/nrn1902_F5.html
from:
34
26. Hildrum G, Mykletum A, Holmen J, dan Dahi AA. Effect of anxiety and depression on blood pressure: 11-year longitudinal population study. BJ Psych 2008. doi: 10.1192/bjp.bp.107.045013 27. Grassi G, Trevano FQ, Seravalle G, Scopelliti F, Mancia G. Baroreflex function in hypertension: consequences for antihypertensive therapy. Progress in Cardivascular Diseases [Internet]. 2006 May [cited 2012 Sept 22]; 48(6). Available from: http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0033062006000247 28. Schroeder EB, Liao D, Chambless LE, Prineas RJ, Evans GW, Heiss G. Hypertension, blood pressure, and heart rate variability: the atherosclerosis risk in communities study. Am J Hypertens. 2003 October; 42:1106-1111. doi: 10.1161/01.HYP.000100444.71069.73 29. Wright JD, Hughes JP, Ostchega Y, Yoon SS, Nwankwo T. Mean systolic and diastolic blood pressure in Adults aged 18 and over in the United States, 20012008. National Health Statistics Repord. Hyattsville: National Center for Health Statistics (US); 2011 March 25. 24 p. Report No. 35 30. Evans JM, Zielger MG, Patwardhan AR, Ott JB, Kim CS, Leonelli FM, et al.
Gender differences in autonomic cardiovascular regulation: spectral, hormonal and hemodynamic indexes. J Appl Physiol [internet]; 2001 [cited 2012 Sept 9]; 91:2611-2618. Available from: http://ajpregu.physiology.org/content/275/6/R1909.full.pdf+html
35
Lampiran 1
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN “PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH TERAPI BEKAM DI KLINIK RUMAH SEHAT AFIAT CIPUTAT TAHUN 2012” Oleh: Husnita Thamrin Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
:
Alamat
:
menyatakan bersedia menjadi responden penilitian ini setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti mengenai tujuan & manfaat penelitian serta penggunaan data yang diperoleh dari saya. Keikutsertaan saya dalam penelitian ini bersifat sukarela tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Demikianlah pernyataan ini saya sampaikan. Cinere, Peneliti
Responden
(
)
( Husnita Thamrin )
DATA RESPONDEN Jenis Kelamin : L / P Umur : th Pengalaman Bekam:Pertama / Lebih: Datang Dengan Alasan/Keluhan:
x
Jumlah Titik Bekam : Lokasi Titik Bekam : Tekanan Darah Sebelum Bekam Tekanan Darah Sebelum Bekam
Hipertensi :-/+ Merokok :-/+ Konsumsi Kopi: - / + ; berapa jam sebelum bekam: Konsumsi obat saat ini:
: :
36
Lampiran 2
DATA HASIL UJI STATISTIK A. Deskriptif Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekam
Sistol Sebelum Bekam
Sistol Sesudah Bekam
Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis
Lower Bound Upper Bound
Lower Bound Upper Bound
Tests of Normality
Sistol Sebelum Bekam Sistol Sesudah Bekam
Shapiro-Wilk Statistic df .915 32 .963 32
a. Lilliefors Significance Correction
Sig. .015 .326
Statistic 108.59 104.90 112.29 108.65 110.00 105.217 10.258 90 130 40 20 -.144 -.568 108.28 104.12 112.44 108.37 110.00 133.241 11.543 80 135 55 20 -.155 .357
Std. Error 1.813
.414 .809 2.041
.414 .809
37
(lanjutan) B. Hasil Uji Wilcoxon (Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekam) Ranks
N Negative Ranks Positive Ranks Ties Total Negative Ranks Positive Ranks Ties
Sistol Sesudah Bekam Sistol Sebelum Bekam
Diastol Sesudah Bekam Diastol Sebelum Bekam
Total
12a 9b 11c 32 16d 10e 6f 32
a. Sistol Sesudah Bekam < Sistol Sebelum Bekam b. Sistol Sesudah Bekam > Sistol Sebelum Bekam c. Sistol Sesudah Bekam = Sistol Sebelum Bekam d. Diastol Sesudah Bekam < Diastol Sebelum Bekam e. Diastol Sesudah Bekam > Diastol Sebelum Bekam f. Diastol Sesudah Bekam = Diastol Sebelum Bekam Test Statisticsa
Sistol Sesudah
Diastol Sesudah
Bekam - Sistol
Bekam - Diastol
Sebelum Bekam Sebelum Bekam Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Wilcoxon Signed Ranks Test b. Based on positive ranks.
-.161b
-.949b
.872
.343
Mean Rank 10.00 12.33
Sum of Ranks 120.00 111.00
13.25 13.90
212.00 139.00
38
(lanjutan) C. Perubahan Tekanan Sistolik Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Mean 95% Confidence Interval for Lower Bound Mean Upper Bound 5% Trimmed Mean Median Variance laki-laki Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Perubahan sistolik Mean 95% Confidence Interval for Lower Bound Mean Upper Bound 5% Trimmed Mean Median Variance perempuan Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Tests of Normality Jenis Kelamin Shapiro-Wilk Statistic df Sig. laki-laki .882 23 .011 perubahansis perempuan .884 9 .172 *. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction Test Statisticsa (Uji Mann-Whitney) perubahansis Mann-Whitney U 51.500 Wilcoxon W 96.500 Z -2.245 Asymp. Sig. (2-tailed) .025 Exact Sig. [2*(1-tailed .027b Sig.)] a. Grouping Variable: Jenis Kelamin b. Not corrected for ties.
Statistic 1.9565 -1.0831 4.9961 2.4155 .0000 49.407 7.02902 -15.00 10.00 25.00 10.00 -.778 .252 -3.8889 -8.0893 .3115 -4.0432 -5.0000 29.861 5.46453 -10.00 5.00 15.00 10.00 .188 -1.232
Std. Error 1.46565
.481 .935 1.82151
.717 1.400
39
(lanjutan) D. Perubahan Tekanan Diastolik Berdasarkan Jenis Kelamin Descriptives Jenis Kelamin Mean 95% Confidence Interval for Lower Bound Mean Upper Bound 5% Trimmed Mean Median Variance laki-laki Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis perubahandis Mean 95% Confidence Interval for Lower Bound Mean Upper Bound 5% Trimmed Mean Median Variance perempuan Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Tests of Normality Jenis Kelamin Shapiro-Wilk Statistic df Sig. laki-laki .817 23 .001 perubahandis perempuan .948 9 .663 *. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction Test Statisticsa (Uji Mann-Whitney) perubahandis Mann-Whitney U 41.500 Wilcoxon W 86.500 Z -2.656 Asymp. Sig. (2-tailed) .008 Exact Sig. [2*(1-tailed .008b Sig.)] a. Grouping Variable: Jenis Kelamin b. Not corrected for ties.
Statistic 3.2609 -.1646 6.6863 4.1063 5.0000 62.747 7.92130 -20.00 10.00 30.00 10.00 -1.395 1.954 -4.4444 -9.3228 .4339 -4.3827 -5.0000 40.278 6.34648 -15.00 5.00 20.00 10.00 -.260 -.700
Std. Error 1.65171
.481 .935 2.11549
.717 1.400
40
Lampiran 3 Nama Lengkap
: Husnita Thamrin
Nama Panggilan
: Nita
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat Tanggal Lahir
: Canada, 6 Juni 1991
E-mail
:
[email protected] [email protected]
Alamat
: Komplek Kehutanan Wana Mulya II No. 22, RT01/RW02, Bogor Timur 16720
Riwayat Pendidikan: 1. Laurelhurst Elementary School (Kindergarten – 2nd Grade), 1996-1999 2. SD Negeri IV Jatiasih (Kelas 3 – Kelas 6) , Bekasi 1999-2003 3. SMP Negeri 9 Jatiasih, Bekasi 2003-2006 4. SMA Negeri 48 Jakarta, 2006-2009 5. Program Studi Pendidikan Dokter, FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009-sekarang