PENGARUH TERAPI BEKAM TERHADAP PERUBAHAN SKALA NYERI PADA PASIEN NYERI PUNGGUNG BAWAH TIDAK SPESIFIK DI RUMAH SEHAT AFIAT TAHUN 2012
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH : PRADIPTA SUARSYAF NIM : 109103000026
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433 H/2012 M
KATA PENGANTAR
ÉOó¡Î0«!$#Ç`»uH÷q§•9$#ÉOŠÏm§•9$# Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah memberikan begitu banyak nikmat sehingga penelitian ini dapat Saya selesaikan. Tiada kata yang pantas terucap selain selalu bershalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW. Keberadaannya membuat hati pengikutnya tenang walau belum pernah bertemu dengannya. Bekam yang merupakan terapi kesehatan yang dianjurkan oleh beliau menjadi bukti akan kebenaran perkataannya. Alhamdulillah atas kehendak dan karunia Allah SWT, Saya akhirnya dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul "Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Perubahan Skala Nyeri pada Pasien dengan Nyeri Punggung Bawah Tidak Spesifik di Rumah Sehat Afiat Tahun 2012". Dalam prosesnya Saya menemui banyak kendala, namun kendala itu seakan sirna ketika membayangkan penelitian ini bisa meyakinkan masyarakat akan mukjizat terapi bekam seperti apa yang dijanjikan dalam hadist Nabi Muhammad. Cita-cita Saya ketika memutuskan meneliti bekam adalah kembali mengangkat kejayaan kedokteran Islam. Saya meyakini bahwa penelitian ini tidak akan selesai tanpa dukungan dan bantuan dari banyak kalangan. Maka dengan ini Saya sampaikan terimakasih kepada : 1. Prof. Dr(HC). dr. M. K. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu menjadi inspirator bagi Saya dan juga keluarga besar Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah. 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter dan juga sebagai dosen pembimbing penelitian yang telah banyak memberikan motivasi dan masukannya terhadap penelitian ini. 3. dr. Fika Ekayanti, M.Med.Ed selaku dosen pembimbing yang telah meyakinkan Saya untuk mengambil tema bekam karena masih sedikit yang menelitinya dan juga atas bimbingan, dukungan, saran, serta masukannya sehingga penelitian bekam ini terselesaikan. 4. dr. Mohammad Ali Toha Assegaf, MARS (Penasihat Asosiasi Bekam Indonesia, Pengkaji Kedokteran Nabi, Direktur Keuangan RSCM) selaku pemilik Rumah Sehat Afiat yang telah memberikan dukungan atas penelitian ini, motivasi agar penelitian ini kelak bisa bermanfaat bagi umat Islam, dan juga atas izinnya untuk melakukan penelitian di Rumah Sehat Afiat. 5. dr. Suarsyaf Adnanur dan Elita Andi selaku orangtua peneliti atas do'a, dukungan, motivasi, dan masukannya. Semoga hasil penelitian ini bisa v
menjadi ilmu yang bermanfaat sehingga pahala bisa terus mengalir kepada mereka berdua. 6. Husnita Thamrin, Rahmatul Fithri Yanti, Dian Pratiwi dan Khoirun M. Putra sebagai tim riset yang selalu saling mendukung, membantu, dan mengingatkan akan pentingnya penelitian ini. Semoga laporan penelitian ini bisa memperkaya khazanah pengetahuan kita mengenai salah satu Thibbun Nabawi yaitu bekam. Wassalamu'alaikum wr.wb. Ciputat, 17 September 2012
Penulis
vi
ABSTRAK Pradipta Suarsyaf. Program Studi Pendidikan Dokter. Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Perubahan Skala Nyeri Pada Pasien dengan Nyeri Punggung Bawah di Rumah Sehat Afiat Tahun 2012 Nyeri punggung bawah (NPB) sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan hampir ditemui diseluruh dunia begitupun di Indonesia. Bekam hadir sebagai pengobatan alternatif yang dianjurkan oleh Rasulullah dipercaya dapat menangani nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi bekam terhadap skala nyeri pada pasien dengan nyeri punggung bawah tidak spesifik. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan Skala Analog Visual pasien nyeri punggung bawah tidak spesifik sebelum dan sesudah dibekam. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan metode consecutive sampling. Pasien berjumlah 35 orang dengan 28 orang laki-laki (80%) dan 7 orang perempuan (20%). Usia pasien berkisar pada rentang usia 20-69 tahun. Berdasarkan hasil penelitian, rerata skala nyeri pasien sebelum dibekam adalah 5.66 ± 1.765 dan turun menjadi 3 ± 1.515 sesudah dibekam dengan nilai yang bermakna secara statistik menggunakan Uji Wilcoxon (p = 0.000). Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat perubahan skala nyeri yang bermakna pada pasien dengan nyeri punggung bawah tidak spesifik setelah dibekam. Kata Kunci : Bekam, Skala Analog Visual
ABSTRACT Pradipta Suarsyaf. Medicine Study Program. Effect of Cupping Therapy on Pain Scale Changes in Patients with Non Spesific Low Back Pain in Afiat Clinic 2012 Low back pain (LBP) is often encountered in everyday life, throughout the world and also in Indonesia. Cupping is an alternative treatment that is recommended by the Prophet and is believed to treat pain. The objective of this study is to know the effect of cupping therapy on pain scale in non-specific low back pain patients. The research was conducted by comparing the Visual Analog Scale pre-and postintervention. This study used a cross-sectional study design. The method of sampling is consecutive sampling. 35 patients aged 20-69 years, 28 men (80%) and 7 women (20%), were participated in this study. The result showed that the rate of patient's pain scale before cupping therapy was 5.66 ± 1.765 and decreased to 3 ± 1.515 after cupping therapy. This was statistically significant using the Wilcoxon test (p = 0.000). The conclusion is that there is a significant change in non specific low back pain patient’s pain scale after cupping therapy. Keywords: Cupping, Visual Analogue Scale
vii
DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. ii LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................iii LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv KATA PENGANTAR ........................................................................................... v ABSTRAK .......................................................................................................... vii ABSTRACT ........................................................................................................ vii DAFTAR ISI ........................................................................................... ........... viii DAFTAR TABEL .................................................................................................x DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... .. xi DAFTAR SINGKATAN.....................................................................................xii DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xiii BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 2 1.3 Hipotesis Penelitian................................................................................2 1.4 Tujuan Penelitian…............................................................................... 2 1.5 Manfaat Penelitian................................................................................. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................4 2.1 Landasan Teori .......................................................................... ........... 4 2.1.1 Bekam .............................................................. ..................... 4 2.1.2 Nyeri Punggung Bawah........................................................12 2.2 Kerangka Teori.................................................................................... 21 2.3 KerangkaKonsep ………………………………………………...…..21 2.4 Definisi Operasional........ ................................................................... 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN.......................................................... 23 3.1 Desain Penelitian..................................................................................23 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 23 3.3 Populasi dan Sampel ........................................................................... 24 3.4 Kriteria Inklusi & Eksklusi ................................................................. 24 3.5 Variabel Penelitian .............................................................................. 25 3.6 Managemen Data ................................................................................ 25 3.5.1 Pengolahan Data........................................................................ 25 3.5.2 Analisa Data .............................................................................. 25 3.7 Alur Penelitian…………………………………………………...…..26 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 27 4.1 Distribusi Sampel ................................................................................ 27 4.1.1 Distribusi Sampel……………………………..………..............27 4.1.2 Perbandingan Rerata Level Nyeri berdasarkan Jenis Kelamin...29 4.1.3 Perbandingan Rerata Level Nyeri berdasarkan Pengalaman Bekam………………………………………………………….30 4.1.4 Hasil Uji Normalitas pada Kelompok Sebelum Bekam…….....30 4.1.5 Hasil Uji Normalitas pada Kelompok Sesudah Bekam……......31 4.1.6 Hasil Uji Normalitas pada Data Selisih Skala Analog Visual Sebelum dan Sesudah Bekam…………………………………31 4.1.7 Perbandingan Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah Bekam viii
Berdasarkan Jenis Kelamin…………………………………….32 4.1.8 Hasil Uji 2 Kelompok Berpasangan (Uji Wilcoxon)………......33 4.2 Pembahasan......................................................................................... 34 BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 35 5.1 Simpulan ............................................................................................. 35 5.2 Saran.................................................................................................... 35 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 36 LAMPIRAN ......................................................................................................... 39
ix
DAFTAR TABEL Tabel 3.1. Tabel 4.2. Tabel 4.3. Tabel 4.4. Tabel 4.5. Tabel 4.6. Tabel 4.7. Tabel 4.7.1. Tabel 4.7.2.
Rincian Waktu Penelitian...............................................................23 Rerata Level Nyeri Berdasarkan Jenis Kelamin............................29 Rerata Level Nyeri Berdasarkan Pengalaman Bekam...................30 Uji Normalitas Kelompok Sebelum Bekam...................................30 Uji Normalitas Kelompok Sesudah Bekam...................................31 Uji Normalitas VAS Kelompok Sesudah Bekam………………..31 Perbandingan Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah Bekam Berdasarkan Jenis Kelamin………………………………………32 Hasil Uji Wilcoxon (Ranks)...........................................................33 Hasil Uji Wilcoxon (Test Statistics) …………………………….33
x
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Hand Pump (Asosiasi Bekam Indonesia – ABI).............................. 8 Gambar 2.2. Cup berbagai ukuran, Lancet dan Lancet Device…………………..9 Gambar 2.3. Handskun, masker dan Antiseptic......................................................9 Gambar 2.4. Baskom stainless, tissue, minyak zaitun dan larutan pembersih...... 10 Gambar 2.5. Praktik Bekam Basah …………………………………………….. 11 Gambar 2.6. Titik-titik Bekam untuk Nyeri Punggung Bawah………………… 12 Gambar 2.7. Struktur Tulang Belakang…………………………………...……..14 Gambar 2.8. Jaras Nyeri Substansi P ……………………………………………15 Gambar 2.9. Jaras Nyeri………………………………………………………….16 Gambar 2.10. Pemeriksaan Laseque……………………...…………………...…18 Gambar 2.11. Pemeriksaan Patrick & Kontra Patrick…………………………... 19 Gambar 2.12. Jaras Analgesik (Endogenous opiate)……………………...…… 20 Gambar 3.1. Skala Analog Visual………………………………………………..26 Gambar 4.1. Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin……….27 Gambar 4.2. Diagram Distribusi Responden berdasarkan Kelompok Usia….......28 Gambar 4.3. Diagram Distribusi Pengalaman Bekam Pasien NPB TS……….....28 Gambar 4.4. Diagram Distribusi Selisih Skala Analog Visual Sebelum dan Sesudah Bekam…………………...………………………….…….29 Gambar 4.5. Jaras Analgesik (Endogenous opiate)…………………………..… 34
xi
DAFTAR SINGKATAN NPB
: Nyeri Punggung Bawah
NPB TS
: Nyeri Punggung Bawah Tidak Spesifik
SAV
: Skala Analog Visual
xii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3
Kuisioner........................................................................................39 Data Hasil Uji Statistik...................................................................42 Identitas Penulis.............................................................................45
xiii
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Nyeri punggung bawah (NPB) sering dijumpai dalam kehidupan seharihari dan hampir ditemui diseluruh dunia. NPB selain bisa terjadi secara langsung akibat cedera pada daerah punggung dan proses patologis, juga berhubungan dengan pekerjaan.1 NPB yang berhubungan dengan pekerjaan dipengaruhi oleh banyak hal, antara lain faktor demografi pekerja, posisi tubuh saat bekerja, lingkungan kerja, dan jenis pekerjaan.1,2,3 Laporan WHO menunjukan bahwa lebih dari 80% populasi dunia pernah mengalami NBP selama hidupnya. Prevalensi tahunannya bervariasi dari 1545%, dengan point prevalence rata-rata 30%.4 Di AS nyeri ini merupakan urutan pertama yang paling sering menyebabkan terhambatnya aktivitas kerja pada kelompok usia <45 tahun, urutan ke 2 yang menjadi alasan datangnya pasien ke dokter, urutan ke 5 alasan perawatan pasien di rumah sakit, dan penyebab yang paling sering untuk tindakan operasi.5 Penelitian prevalensi NPB di Indonesia yang dilakukan Fredy Christianto pada 2011 menyatakan bahwa 41,5% dari perajin kramik di Kecamatan Plered Purwakarta mengalami NBP.6 Hal ini berkaitan dengan sikap tubuh saat bekerja. Kemudian penelitian Hardiono pada 2007 menyatakan bahwa 79,7% petugas ambulans Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengalami NPB.7 Bekam yang dianjurkan dalam Islam diyakini sebagai pengobatan komplemen dalam penanganan nyeri.8 Hal ini dikarenakan proses dari bekam yang merangsang pelepasan endogenous opioid peptides seperti endorphin yang pada akhirnya akan mengurangi rasa nyeri. Selain itu menurut hasil penelitian Khosro Farhadi dari Pain Research Center, Kermanshah University of Medical Sciences Iran pada 2009 bekam mampu secara efektif mengurangi NPB.9
1
2
Berdasarkan uraian di atas dan dilatarbelakangi keterbatasan penelitian mengenai bekam di Indonesia peneliti bermaksud melakukan penelitian mengenai pengaruh terapi bekam basah terhadap perubahan skala analog visual (SAV) pada pasien NPB yang datang ke Rumah Sehat Afiat Cinere.
1.2. Rumusan Masalah Bagaimana pengaruh bekam terhadap perubahan skala nyeri pada pasien NPB di Rumah Sehat Afiat tahun 2012 ?
1.3. Hipotesa Penelitian Terdapat perubahan bermakna dari skala nyeri pada pasien nyeri punggung bawah setelah diterapi bekam basah di Rumah Sehat Afiat tahun 2012.
1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh bekam basah terhadap perubahan skala nyeri SAV pada pasien NPB.
1.4.2. Tujuan Khusus •
Mengetahui adanya perubahan kualitas nyeri pada pasien NPB setelah dibekam basah
•
Mengetahui adannya perubahan skala nyeri SAV dengan membandingkan skala nyeri sebelum dan sesudah dibekam basah
•
Mengetahui cara dan proses bekam basah pada pasien NPB
3
1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Bagi pasien dengan NPB Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pasien mengenai dampak dari terapi bekam basah yang dia terima. Sehingga bisa menjadi dasar keyakinan bagi pasien NPB untuk menjadikan bekam sebagai salah satu pilihan mengatasi keluhannya.
1.5.2. Bagi praktisi kesehatan Hasil penelitian ini bisa dijadikan referensi bagi praktisi kesehatan jika pasien yang ditangani menginginkan terapi alternatif selain terapi konvensional.
1.5.3. Bagi penyelenggara terapi bekam (Rumah Sehat Afiat) Hasil penelitian
ini bisa
dijadikan
bahan
masukan
bagi
penyelenggara terapi bekam baik di Rumah Sehat Afiat maupun penyelenggara lainnya dalam mengedukasi pasien mengenai efek terapi bekam terhadap nyeri, khususnya NPB.
1.5.4. Bagi peneliti •
Melalui
penelitian
ini
peneliti
dapat
menerapkan
dan
memanfaatkan ilmu yang didapat selama menempuh pendidikan. •
Menambah pengetahuan peneliti mengenai menfaat terapi bekam untuk penanganan NPB.
•
Membuktikan kebenaran hadist Nabi Muhammad akan manfaat dari terapi bekam sehingga keimanan peneliti semakin bertambah.
•
Sebagai prasyarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Bekam 2.1.1.1. Definisi Bekam Bekam atau hijamah, secara bahasa berasal dari kata al-hajmu yang artinya ‘mengisap’. Hajama asy-syai’a artinya ‘mengisap sesuatu’. Alhajim dan al-hajjam artinya ‘mengisap’. Karena itu praktik pengisapan darah disebut al-hijamah. Sedangkan secara istilah bekam berarti peristiwa penghisapan
kulit, penyayatan
dan
mengeluarkan
darahnya
dari
permukaan kulit, yang kemudian ditampung di dalam gelas.8,10 Bekam dalam kitab-kitab arab adalah mengeluarkan darah dari kulit dengan cara menghisap, kemudian penyayatan ringan pada permukaan kulit, kemudian dilakukan penghisapan lagi agar darah bisa keluar dan menimbulkan kesembuhan dengan izin Allah ta’ala.10 Bekam
juga
didefinisikan
sfebagai
terapi
kuno
dengan
menggunakan sebuah gelas pada daerah tertentu pada kulit yang disayat ataupun tidak untuk menghisapnya sehingga keluarlah darah pada daerah spesifik tersebut akibat perbedaan tekanan udara didalamnya.11 Sedangkan dalam perspekif kedokteran barat, bekam didefinisikan sebagai sebuah terapi ekstraksi darah dari titik-titik spesifik pada kulit yang diinsisi selebar 1 cm dan sedalam 4 mm, menembus lapisan epidermis kulit, kemudian darah keluar dari pembuluh darah perifer sebanyak 50-300 ml selama 5 menit, dan akan meninggalkan ruam kemerahan atau kehitaman yang akan menghilang dalam waktu 1-2 minggu.12 Sehingga dapat disimpulkan bahwa bekam adalah sebuah terapi yang disunnahkan oleh Rasulullah dimana terjadi ekstraksi darah dengan menggunakan gelas dan alat penghisap pada daerah kulit yang diinsisi selebar 1 cm dan sedalam 4 mm, sehingga menembus lapisan epidermis 4
5
kulit, dan karena perbedaan tekanan maka darah tertarik keluar dari pembuluh darah perifer sebanyak 50-300 ml dalam 5 menit serta akan menimbulkan ruam kemerahan atau kehitaman. Rangkaian terapi ini pada akhirnya akan menimbulkan kesembuhan seperti yang diwasiatkan Nabi Muhammad dalam hadistnya dengan izin Allah ta’ala.
2.1.1.2. Sejarah Bekam Bekam sudah dikenal sejak 1550 sebelum masehi sebagai pengobatan tradisional yang sangat populer dan vital oleh masyarakat Mesir. Hal ini terbukti dari dokumentasi teknik bekam pada lembar papirus yang ditemukan dekat Sungai Nil. Kemudian terapi bekam secara tradisi berkembang dan menyebar sampai ke Yunani dan Roma. Bahkan Hippocrates yang dikenal sebagai bapak kedokteran modern telah mengelompokannya menjadi bekam basah dan kering. Bekam juga dikenal dalam tradisi kesehatan di wilayah Asia. Bekam sudah digunakan di Cina sejak tahun 2 sebelum masehi. Bekam juga tertulis dalam sebuah buku tua tulisan Bo Shu yang hidup pada zaman Dinasti Han pada 1973. Bekam kemudian berkembang sampai ke barat dan benua amerika sekitar abad 18-19 masehi. Dokter saat itu menggunakan bekam untuk terapi berbagai kondisi pasien sampai dengan tahun 1860. Setelah tahun 1860, popularitas bekam mulai menurun tapi tak hilang sama sekali. Bekam juga menyebar sampai ke timur tengah hingga sampai pada disyari’atkannya bekam 14 abad yang lalu. Nabi Muhammad bersabda, “Pengobatan terbaik bagimu adalah bekam dan fashdu (venasection)” (HR. Bukhari Muslim).13
Demikianlah risalah bekam yang kemudian menyebar seiring dengan menyebarnya ajaran Islam ke seluruh dunia hingga saat ini. Perkembangan bekam saat ini sangat pesat karena berbagai penelitian yang
6
dilakukan oleh ilmuwan. Sehingga bekam semakin diyakini manfaatnya. 8,11,14,15
2.1.1.3. Bekam dalam Islam Kedudukan bekam dalam Islam adalah sunnah. Hal ini sesuai dengan berbagai hadist Nabi berikut ini : •
Dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda: “Kesembuhan itu ada dalam tiga hal, Yaitu minum madu, sayatan dengan alat bekam, dan kay. Namun, aku melarang umatku melakukan kay”16
•
Dari Shohihul Bukhari dan Muslim, bahwa Rasulullah Saw bersabda : “Sebaik-baik pengobatan yang kalian lakukan adalah bekam” 17
•
Rasulullah bersabda : “Aku diberitahu malaikat jibril, bahwa bekam adalah pengobatan yang paling bermanfaat bagi manusia.” (Tercantum dalam shohihul Jami’)
•
Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw bersabda : “Lima hal termasuk sunnah para Rasulullah : malu, pemaaf, bekam, siwak dan wewangian” (HR. Tobroni dan Ibnu Jarir) Prinsip Islam dalam menyikapi orang yang sedang sakit adalah wajib bagi yang sakit tersebut untuk memeriksakan keadaannya pada dokter atau pada yang ahli terhadap penyakit yang sedang diderita. Melaksanakan petunjuk dokter pun merupakan sebuah kewajiban jika hal itu dapat memperbaiki keadaan dari pasien tersebut. Oleh karena itu ketika bekam diindikasikan oleh dokter pada seorang pasien maka bekam itu sendiri menjadi halal dan wajib dilakukan.18 Bekam dalam Islam tergantung pada kondisi dari pasien yang akan dibekam. Penetapan hukum dalam Islam berkaitan dengan permasalahan yang dialami pasien, apakah itu dalam kondisi keterpaksaan (dlaruriyat), kebutuhan (hajiyat) dan kelengkapan untuk memperoleh keindahan (tahsiniyat).
Keadaan
pasien
yang
darurat
dan
dalam
suasana
keterpakasaan menyebabkan bekam tidak boleh dilakukan (haram). Misalnya, pasien adalah penderita hemofilia sehingga dengan keadaannya dikontraindikasikan
untuk
dilakukan
bekam
perdarahan hebat walau dengan luka yang kecil.19
yang
mengakibatkan
7
Namun jika dengan kondisi pasien yang memang diindikasikan oleh dokter dapat dibekam maka bekam dianjurkan dan hukumnya bisa menjadi halal. Usahanya untuk dibekam adalah salah satu bentuk ikhtiar dan juga sekaligus bermakna sikap tawakal. Sebab tawakal itu sendiri bermakna hati berpegang teguh kepada Allah swt dalam menghasilkan manfaat bagi hamba dalam masalah agama ataupun dunianya, dan menolak bahaya dalam masalah agama atau pun dunia. Oleh karena usaha pasien untuk bekam menjadi syarat dari sifat tawakal pada Allah swt. 20 Namun bukan berarti bekam adalah satu-satunya pengobatan. Dalam hadist “Kesembuhan itu ada dalam tiga hal, Yaitu minum madu, sayatan dengan alat bekam, dan kay. Namun, aku melarang umatku melakukan kay” disebutkan bahwa pengobatan dapat dilakukan bertahap sesuai dengan kondisi pasien. Bertahap dari pengobatan dengan 'madu' lalu bekam dan terakhir dengan penusukan besi panas. Madu hanya sebagai perumpamaan bahwa pengobatan bisa diusahakan dari yang paling mudah yaitu dengan minum obat yang dianjurkan oleh dokter. Jika memang dengan minum obat belum terselesaikan masalah penyakitnya maka dapat dilakukan bekam (atau dalam kedokteran bisa diwakilkan dengan pembedahan). Demikianlah Islam mengatur umatnya dalam tatacara berobat
dan
mempersulit.21
pada
intinya
mempermudah
ummatnya
dan
tidak
8
2.1.1.4. Jenis Bekam Bekam yang dikenal saat ini ada dua, yaitu : 8,10,11,12 •
Bekam Kering Bekam kering adalah bekam yang tidak diikuti dengan pengeluaran darah. Bekam hanya dilakukan pada kulit yang intak tanpa diinsisi oleh jarum atau pisau bekam sebelumnya.
•
Bekam Basah Sedangkan bekam basah adalah bekam yang diawali dengan bekam kering, lalu kulit diinsisi dengan menggunakan lancet sedalam 4 mm dan dilanjutkan dengan penghisapan darah dengan hand pump. Pada penelitian ini peneliti mengambil sampel pasien dengan NPB yang dibekam dengan jenis terapi bekam basah.
2.1.1.5. Peralatan Bekam Alat bekam pada dasarnya terdiri dari tiga macam alat, yaitu : 10 •
Alat untuk menghisap kulit, jaringan kulit, dan darah •
Hand pump
Gambar 2.1. Hand Pump (Asosiasi Bekam Indonesia - ABI)22
9
•
Alat untuk mengeluarkan darah -
Gelas bekam, lancing device dan jarum lancet steril
Gambar 2.2. Cup berbagai ukuran, Lancet dan Lancet Device 22 •
Peralatan medis dan penunjang lainnya -
Handskun, cawan/bengkok, betadin, minyak zaitun.
Gambar 2.3. Handschoen, masker dan Antiseptic 22
10
Gambar 2.4. Baskom stainless, tissue, minyak zaitun dan larutan pembersih22
2.1.1.6. Tata Cara Terapi Bekam pada Pasien NPB Berikut adalah tata cara terapi bekam sesuai dengan standar yang disepakati Asosiasi Bekam Indonesia (ABI) dan juga yang dilakukan di Rumah Sehat Afiat :22,23 1. Mengisi identitas pasien 2. Melakukan diagnosa terhadap penyakit pasien dengan anamnesis terhadap nyeri (Skala Analog Visual) yang dirasakan dan juga pemeriksaan fisik yang khas untuk NPB dengan melakukan Laseque, Patrick dan kontra Patrick 3. Identitas dan data penyakit pasien ditulis dalam rekam medik 4. Menyiapkan peralatan yang telah disebutkan sebelumnya dan sudah disterilkan, dan meminta pasien menyiapkan diri berbaring di matras bekam yang disediakan. 5. Melakukan antiseptik dengan betadin pada bagian yang akan dibekam dan diikuti dengan relaksasi oleh terapis bekam pada pasien. 6. Melakukan pembekaman kering terhadap pasien pada titik spesifik untuk menangani NPB lalu menunggu selama 5 menit
11
7. Melakukan insisi dengan lancet device dengan jarum yang sudah disiapkan dan disesuaikan pada titik NPB sebanyak 11-17 kali untuk satu titik. Lalu menunggu selama 5 menit 8. Melakukan pembersihan pada darah yang keluar. Kemudian melakukan bekam kembali tanpa insisi untuk memastikan tidak ada lagi darah yang keluar. Dilanjutkan dengan pemberian betadin pada titik-titik yang diinsisi oleh lancet. 9. Melakukan anamesis lanjutan untuk menilai SAV pada NPB yang dirasakan pasien setelah dibekam basah.
Gambar 2.5. Praktik Bekam Basah22
2.1.1.7. Titik Bekam untuk Nyeri Punggung Bawah Berikut ini adalah titik-titik bekam yang spesifik untuk terapi Nyeri Punggung Bawah (NPB) :9,23 1. First wet-cupping area : 5 titik meliputi leher (2 titik), pundak (2 titik), dan 1 titik di medial tubuh setinggi Cervical VII (titik akhda’ain) 2. Second wet-cupping area : 5 titik meliputi pinggang (2 titik), titik ginjal (2 titik), dan 1 titik tengah setinggi lumbo-sacral 3. Third wet-cupping area : 2 titik meliputi 1 titik yang letaknya 3 jari dibawah lipatan belakang tungkai kaki kanan dan kiri.
12
Gambar 2.6. Titik-titik bekam untuk Nyeri Punggung Bawah9
Titik-titik NPB pada Gambar 2.6 didasarkan pada hadist Nabi yang menganjurkan ummatnya berbekam pada titik sunnah (first wet-cupping area) Dari Anas, ia berkata, “Sesungguhnya Rasulullah dibekam tiga kali pada akhda’ain (dua titik kanan dan kiri leher) dan kahil (bahu)” (HR Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah).24 Sedangkan dua area lainnya merupakan titik-titik bekam yang merujuk pada titik-titik dalam metode bekam akupuntur.
2.1.2. Nyeri Punggung Bawah
2.1.2.1. Definisi Nyeri Nyeri adalah suatu rasa sensorik dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan atau berpotensi untuk terjadi kerusakan jaringan atau dideskripsikan berdasarkan kerusakan tersebut.25,26 Jaringan tersebut dapat berupa jaringan kulit,
13
jaringan saraf, pembuluh darah, fascia, otot, tendon, kartilago, ligamen, intra artikuler meniskus, bursa, dan lainnya.1 Nyeri punggung bawah (NPB) adalah segala jenis sensasi nyeri yang dirasakan pada daerah punggung bawah, yaitu daerah lumbal dan lumbo sakral. NPB bisa timbul akibat penyakit seperti artritis tulang belakang, herniasi diskus intervertebra atau kelainan anatomis di punggung bawah, bisa juga karena sprain atau strain.27 Sprain adalah cedera pada ligamen, akibat regangan ligamen yang berlebihan, sedangkan strain adalah cedera pada otot atau tendon, akibat regangan otot yang berlebihan. Nyeri punggung bawah yang timbul akibat penyakit/kelainan anatomis umumnya berupa nyeri radikuler yang sering disertai penjalaran nyeri ke tungkai dan kaki.27 Sedangkan NPB karena sprain atau strain umumnya bersifat lokal yang bisa berkurang rasa nyerinya dengan berbaring dan bertambah jika menegakkan punggung. NPB jenis ini biasanya karena posisi kerja yang tidak ergonomis dan akan timbul jika penderita istirahat ataupun tidak kerja.
2.1.2.2. Anatomi Tulang Belakang Tulang belakang adalah salah satu organ tubuh yang berfungsi untuk menopang tubuh agar dapat berdiri tegak dan melindungi batang otak (spinal cord). Tulang belakang (vertebrae) terbagi atas tiga bagian/elemen. Elemen anterior tersusun atas korpus vertebra, diskus intervertebralis, serta ditopang oleh ligamentum longitudinale anterior dan posterior. Elemen posterior tersusun atas lamina, kanalis vertebralis, serta prosesus tranversus dan spinosus yang menjadi tempat otot penyokong dan pelindung kolumna vertebrae. Elemen posterior vertebra antara satu dan lain dihubungkan dengan sendi apofisial (faset). Sedangkan bagian tengah terdiri dari pedikel. Pedikel ini menghubungkan elemen posterior dan anterior, memindahkan kekuatan yang mengontrol dari elemen posterior ke anterior.1,28
14
Gambar 2.7. Struktur Tulang Belakang Sumber : A.D.A.M Interactive Anatomy & http://en.wikipedia.org/wiki/Vertebral_column
Stabilitas tulang bergantung pada sistem korpus vertebra dan diskus intervertebralis serta kedua jaringan penyokong yaitu ligamentum dan otot. Stabilitas daerah pinggang sangat bergantung pada gerak kontraksi volunter dan refleks otot-otot sakrospinalis, abdominal, gluteus maksimus, dan hamstring. Integrasi semua komponen ini diperlukan untuk menjaga sistem di daerah tulang belakang bekerja dengan baik.1 Beberapa jenis otot seperti muskulus psoas mayor, muskulus psoas minor, muskulus semispinalis, muskulus kuadratus lumborum, dan sebagainya berfungsi untuk kestabilan tulang belakang dan berhubungan dengan gerakan tulang belakang. Otot-otot sekitar tulang belakang ini mudah mengalami kerusakan akibat beban dan regangan berlebih pada daerah lumbal.
15
2.1.2.3. Patofisiologi Nyeri
Gambar 2.8. Jaras Nyeri Substansi P 29 Sumber : Fisiologi Sherwood Edisi 7
Stimulasi nyeri yang menyebabkan kerusakan pada jaringan akan ditangkap sebagai suatu impuls oleh nociceptor. Kemudian impuls tersebut akan dihantarkan oleh serabut saraf aferen (serabut saraf delta A dan serabut C). Kemudian impuls ini akan menyebabkan keluarnya substansi P (neurotransmitter nyeri) dari ujung saraf aferen di kornu posterior. Lalu impuls diteruskan melalui ascending pain path ways hingga mencapai talamus dan korteks serebri untuk kemudian diubah sebagai persepsi nyeri dan lokalisasi nyeri.29,30 Letak nosiseptor terdapat di seluruh bagain tubuh. Pada daerah punggung bawah terdapat nosiseptor di berbagai bangunan peka nyeri. Bangunan peka nyeri tersebut adalah periosteum, 1/3 bangunan luar anulus fibrosus, ligamentum, kapsula artikularis, fasia dan otot.28
16
Gambar 2.9. Jaras Nyeri Sumber : http://www.ncbi.nlm.nih.gov
Impuls akan diterima oleh nosiseptor kemudian akan dibawa ke orde I neuron (badan selnya ada dibagian serabut dorsal dari ganglion spinal). Impuls kemudian akan masuk ke spinal cord dan naik 1-3 segmen spinal cord yang biasa disebut traktus dorsolateral Lissauer. Traktus ini akan berakhir di cornu posterior substansia grisea yang kemudian impuls akan bersinaps di orde II neuron, menyebrang melewati bagian medial spinal cord lalu naik melalui traktus spinotalamikus yang ada di kolumna lateral substansia alba dan berakhir di talamus (di nukleus ventral
17
posterolateral). Kemudian impuls bersinaps ke orde III neuron dan selanjutnya akan diproyeksikan di korteks serebral.31
2.1.2.4. Jenis Nyeri Punggung Bawah Keadaan yang dapat menimbulkan nyeri punggung bawah dapat dikelompokan menjadi :1 •
Nyeri spondilogenik
•
Nyeri neurogenik
•
Nyeri viscerogenik
•
Nyeri punggung vaskular
•
Nyeri punggung psikogenik Sedangkan pasien NPB yang dimasukan sebagai sampel dalam
penelitian ini adalah pasien dengan nyeri punggung bawah yang tidak spesifik pada keadaan-keadaan diatas. Nyeri punggung bawah tidak spesifik adalah nyeri yang mencakup “intermiten, rekurens, dan episodik” dan termasuk juga empat tipe nyeri : lokal, alih, radikular dan nyeri yang timbul akibat spasme otot.
2.1.2.5. Faktor Resiko NPB Beberapa faktor yang berhubungan dengan NPB ada beberapa yaitu : 1,2,3 •
Faktor ergonomis (posisi tubuh janggal, posisi stasis, dan sebagainya)
•
Faktor psikososial (gangguan psikis, stress, dan sebagainya)
•
Kondisi patologik (penyakit pada tulang belakang)
•
Kelainan kongenital
•
Kelainan sosiodemografi (jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, status gizi, dan lama kerja)
•
Faktor kebiasaan (merokok, olahraga)
18
2.1.2.6. Pemeriksaan NPB •
Anamnesis 32
1. Onset, termasuk waktu mulainya, durasi, dan frekuensinya 2. Pencetus dan hal yang meredakan atau memperparahnya 3. Gambaran nyerinya 4. Daerah yang mengalami nyeri dan penyebarannya / penjalarannya 5. Derajat nyeri dengan menggunakan Skala Analog Visual (SAV). SAV bisa dilakukan setelah melakukan pemeriksaan fisik. 6. Pengobatan yang sudah pernah dilakukan •
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik neurologis yang dilakukan untuk mendeteksi nyeri punggung bawah adalah pemeriksaan Laseque, pemeriksaan Patrick dan Kontra Patrick.1,28,32
1. Pemeriksaan Laseque Pasien diminta tidur terlentang, kemudian salah satu tungkai diangkat ke atas dalam keadaan lurus, sedangkan tungkai lainnya dalam keadaan lurus tidak terangkat. Bila ditemukan respon nyeri saat tungkai dinaikkan sebelum 70 maka tes dinyatakan positif. Hasil positif menunjukkan adanya rangsangan pada nervus ischiadicus.
Gambar 2.10. Pemeriksaan Laseque Sumber : http://intranet.tdmu.edu.ua
19
2. Pemeriksaan Patrick dan Kontra Patrick Pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan nyeri yang berasal dari daerah sakro-iliaka. Pada pemeriksaan Patrick, pasien diminta tidur terlentang kemudian dilakukan tindakan fleksi, abduksi, dan eksorotasi pada kedua tungkainya. Gabungan gerakan ini akan menyebabkan regangan pada sendi panggul. Apabila ada tanda patologis di daerah ipsilateral, akan timbul nyeri pada daerah bokong atau penjalaran nervus ischiadicus. Hasil disebut positif bila ditemukan respon nyeri saat dilakukan pemeriksaan tersebut. Sedangkan pada pemeriksaan kontra Patrick, pasien masih terlentang kemudian dilakukan tindakan fleksi, abduksi, dan endorotasi. Bila ada tanda patologis pada sakro-iliaka, akan timbul nyeri pada daerah bokong atau penjalaran nervus ischiadicus. Hasil disebut positif bila timbul nyeri.
Gambar 2.11. Pemeriksaan Patrick & Kontra Patrick Sumber : http://ars.els-cdn.com
20
2.1.2.7. Pengaruh Bekam terhadap Nyeri Ketika bekam dilakukan dan terjadi insisi yang berulang pada daerah yang dibekam dan menembus jaringan epidermis. Kerusakan jaringan ini akan merangsang nosiseptor yang ada didaerah tersebut sampai kemudian diteruskan hingga menjadi persepsi nyeri dan lokalisasi nyeri.
Gambar 2.12. Jaras Analgesik (Endogenous opiate)29 Sumber : Fisiologi Sherwood Edisi 7
Seperti yang sudah dijelaskan pada gambar 2.7, pada gambar 2.12 impuls yang sampai di ujung saraf eferen akan menstimulasi keluarnya substansi P. Hanya tubuh punya mekanisme tersendiri untuk menghambat impuls nyeri tersebut. dengan mengeluarkan endogeneus opiate (endorfin, enkefalin) yang dapat menduduki reseptor opiat sehingga substansi P tidak bisa diteruskan ke otak. Sehingga tidak akan ada persepsi dan lokalisasi nyeri pada tubuh yang dirangsang nyeri tersebut.29
21
2.2. Kerangka Teori
2.3. Kerangka Konsep
22
2.3. Definisi Operasional No.
Variabel
Pengukur an
Alat Ukur
Cara Pengukuran
1
Skala Nyeri
Peneliti
Skala Analog Visual
Skala Analog Visual ditanyakan langsung kepada pasien sebelum dan sesudah dibekam. Dalam skala 1-10.
2.
Bekam
Terapis Bekam
Sepaket alat bekam
Bekam yang dilakukan adalah bekam basah. Bekam yang menggunakan lancet untuk mengeluarkan darah.
3
Nyeri Punggung Bawah Tidak Spesifik
Peneliti
Anamnesis Nyeri punggung bawah yang mencakup : dan pemeriksaa • nyeri “intermiten, n fisik rekurens, dan episodik” (Laseque, • empat tipe nyeri : lokal, Patrick, & alih, radikular, dan nyeri kontra yang timbul akibat spasme otot. Patrick)
Skala pengukura n Numerik
Positif/neg atif
23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional (potong lintang) analitik dengan menggunakan uji statistik numerik berpasangan.33 Variabel penelitian akan diamati pada periode yang sama. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi bekam terhadap penanganan nyeri punggung bawah (NPB) tidak spesifik berdasarkan Skala Analog Visual.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 9 bulan, yakni mulai bulan Januari 2012 hingga September 2012 dan bertempat Rumah Sehat Afiat, yang beralamat di Ruko Griya Cinere II - Jl. Limo Raya No.3.
Tabel 3.1. Rincian Waktu Penelitian No Bulan
Kegiatan
Output/Hasil
1
Januari 2012
Pembuatan Proposal
Proposal
2
Februari 2012
Pengurusan izin
4
-
Surat Izin Fakultas
Surat Izin Fakultas
-
Pembuatan questionnaires
questionnaires
-
Pembuatan Inform consent
Inform consent
Maret 2012 –
-
Penyebaran questionnaires
Data
Juli 2012
-
Pengumpulan data
-
Pengecekkan data
Laporan
September
-
Pengolahan data
Penelitian
2012
-
Pembuatan laporan
Agustus
–
23
Hasil
24
3.3. Populasi dan Sampel Populasi terjangkau penelitian ini adalah seluruh pasien dengan Nyeri Punggung Bawah Tidak Spesifik yang berobat di Rumah Sehat Afiat pada Maret 2012 - Juli 2012. Sedangkan sampel penelitian ini adalah para pasien dengan Nyeri Punggung Bawah Tidak Spesifik yang berobat di Rumah Sehat Afiat saat pengambilan data dilakukan. Jumlah sampel diambil dari kelompok kondisi sebelum di bekam dan kelompok kondisi setelah di bekam. Sehingga terdapat 2 kelompok berpasangan yaitu kelompok sample sebelum dibekam dan setelah dibekam. (34) (33)
Rumus : 1 =
2=
(
)
Kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5%, hipotesis satu arah, sehinga Z = 1,64 Kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 10%, maka Z =1,28 Selisih minimal yang dianggap bermakna (x1-x2) = 3 Standar deviasi = 3 (dari kepustakaan)
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka jumlah sampel minimal yang diperlukan adalah 35 untuk masing-masing kelompok.
3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria Inklusi : •
Subyek dengan NPB yang datang ke Rumah Sehat Afiat untuk dibekam dan setuju untuk dijadikan responden.
•
Subyek berusia 17 – 70 tahun
•
Subyek sudah menderita NPB minimal sejak 2 minggu sebelum pengambilan data.
Kriteria Eksklusi : •
Subyek yang tidak mampu berkomunikasi dengan baik (sangat kesakitan, gangguan mental, dan sebagainya)
25
•
Subyek yang diberikan terapi lain selain bekam (baik farmako maupun
non
farmako)
oleh
terapis
sesaat
sebelum
proses
pembekaman •
Subyek yang kemungkinan mengalami patologi spinal (seperti carcinoma), kelainan perdarahan (seperti hemofilia), atau kelemahan gerak yang progresif dan buruk.
3.5. Variabel Penelitian Variabel pada penelitian ini meliputi : 1. Variabel bebas
: Bekam
2. Variabel terikat
: Skala Analog Visual
3.6. Managemen Data 3.6.1. Pengolahan Data Data responden yang masuk diolah berdasarkan usia, jenis kelamin, pengalaman bekam, dan juga selisih skala sebelum dan sesudah bekam. Pengolahan data selanjutnya dilakukan dengan memasukkan data ke dalam program komputer IBM Statistical Package for Social Science (SPSS) v.20, lalu diolah lebih lanjut dengan melakukan editing dan coding sebelumnya. Pertama dilakukan uji normalitas untuk menilai distribusi data yang didapatkan normal atau tidak. Hasilnya berguna untuk menentukan uji pada SPSS pada analisis data yang ada. Data Skala Analog Visual sebelum dan sesudah dibekam termasuk data numerik yang berpasangan. Sehingga diindikasikan untuk dilakukan Uji T Berpasangan. Jika ternyata distribusi data tidak normal maka akan dilakukan Uji Wilcoxon.
3.6.2. Analisa Data Skala Analog Visual (SAV) Tingkatan nyeri yang dirasakan pasien dihitung dengan menggunakan Skala Analog Visual untuk nyeri. Pengukuran tingkatan ini dilakukan
26
sebelum dan sesudah dlakukan terapi bekam pada pasien. Skor nya tergantung jawaban dari pasien mengenai nyeri nya yakni 0-10 dengan deskripsi :
Gambar 3.1. Skala Analog Visual25
3.7. Alur Penelitian
27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Distribusi Sampel
4.1.1. Distribusi Sampel Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan Skala Analog Visual pasien dengan nyeri punggung bawah tidak spesifik sebelum dan sesudah dibekam di Rumah Sehat Afiat antara bulan Maret – Juli 2012. Total sampel yang terkumpul sebanyak 35 sampel/responden.
Laki-Laki (28 responden)
20% 80%
Perempuan (7 responden)
Jumlah Responden : 35
Gambar 4.1. Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari 35 responden terdiri dari 28 responden laki-laki dan 7 orang responden perempuan. Ketimpangan responden antara laki-laki dan perempuan ini disebabkan karena sangat jarang pasien perempuan yang datang ke Rumah Sehat Afiat mengeluh nyeri punggung bawah. Selain itu data kunjungan bekam di Rumah Sehat Afiat memang lebih didominasi oleh laki-laki dari pada perempuan. Alasan lain yang lebih bersifat pribadi seperti merasa tidak nyaman untuk membuka baju, untuk kemudian dibekam walaupun sudah disediakan ruangan khusus untuk bekam wanita yang tertutup, takut jikalau bekas luka bekam tidak hilang, dan takut dengan tusukan atau insisi jarum bekam akan menimbulkan nyeri yang tidak nyaman.
27
28
3% 0%
20-26 th 15%
24%
27-33 th 34-40 th
17%
15%
41-47 th 48-54 th
26%
55-61 th 62-69 th
Gambar 4.2. Diagram Distribusi Responden berdasarkan Kelompok Usia
Berdasarkan Gambar 4.2 responden didominasi oleh kelompok usia 34-40 tahun (26%) diikuti kelompok usia 20-26 tahun (24%) dan kelompok usia 41-47 tahun (17%). Memang ada kecenderungan pasien NPB dengan usia muda lebih bersedia untuk dibekam dengan titik-titik NPB dan dijadikan sampel penelitian. Ada beberapa pasien NPB yang menolak untuk dibekam karena alasan-alasan pribadi.
1x (31 responden)
2x (3 responden)
3x (0 responden)
≥4x (1 responden)
0% 3% 9%
88%
Gambar 4.3. Diagram Distribusi Pengalaman Bekam Pasien NPB Tidak Spesifik
Responden yang dibekam karena NPB tidak spesifik kebanyakan baru pertama kali dibekam (88,6%). Sehingga ada beberapa responden yang merasa
29
senang sekali ketika awalnya dia nyeri punggung bawah, setelah dibekam nyerinya berkurang bahkan ada yang sampai hilang (SAV sesudah skala 0 (2%)).
4 skala (4 responden) 12%
7 skala (1 1 skala responden) (6 responden) 3% 19%
5 skala (2 responden) 6%
3 skala (10 responden) 31%
2 skala (12 responden) 38%
Gambar 4.4. Diagram Distribusi Selisih Skala Analog Visual Sebelum dan Sesudah Bekam
Walaupun pada Gambar 4.4 diketahui bahwa penurunan skala nyeri ratarata 2-3 skala, secara umum bekam berhasil mengurangi rasa nyeri pada seluruh responden. Hal ini terbukti bahwa semua responden 100% merasakan adanya pengurangan skala analog visual.
4.1.2. Perbandingan Rerata Level Nyeri Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.2. Rerata Level Nyeri Berdasarkan Jenis Kelamin Laki-Laki
Perempuan
Me
Medi
Std.
Min
Ma
Me
Medi
Std.
Min
Ma
an
an
Deviasi
.
ks.
an
an
Deviasi
.
ks
SAV sebelum
5.54
5
1.503
2
9
6.14
6
2.673
2
10
SAV sesudah
3
3
1.388
0
5
3
3
2.082
1
7
Selisih Penurunan
2.54
2.5
1.071
1
5
3.14
2
2.116
1
7
SAV
30
Berdasarkan Tabel 4.2 didapatkan bahwa secara rata-rata penurunan skala analog visual responden perempuan lebih besar dari pada rata-rata penurunan skala analog visual responden laki-laki.
4.1.3. Perbandingan Rerata Level Nyeri Berdasarkan Pengalaman Bekam Tabel 4.3. Rerata Level Nyeri Berdasarkan Pengalaman Bekam Jumlah
Penurunan SAV (SAV sebelum – SAV sesudah)
Bekam
Mean
Median
Std. Deviasi
Min.
Jumlah
Maks.
1x
2.55
2
1.312
1
7
31
2x
3
3
1
2
4
3
3x
0
0
0
0
0
0
≥4x
5
-
-
5
5
1
Berdasarkan Tabel 4.3 didapatkan bahwa secara rata-rata penuruan skala analog visual bagi responden yang baru pertama kali dibekam jauh lebih kecil dari pada rata-rata penurunan skala analog visual responden yang sudah pernah bekam lebih dari 4 kali. 4.1.4 Hasil Uji Normalitas pada Kelompok Sebelum Bekam
Tabel 4.4. Uji Normalitas VAS Kelompok Sebelum Bekam Shapiro-Wilk
SAV sebelum
Statistik
df
Sig.
0.929
35
0.027
Berdasarkan Tabel 4.4 didapatkan hasil uji normalitas secara analitis dengan menggunakan Uji Shapiro-Wilk ( N < 50) berupa nilai p = 0.027. Karena nilai p < 0.05 maka dapat disimpulkan distribusi data VAS kelompok sebelum bekam tidak normal. Karena distribusi yang tidak normal ini maka diusahakan dengan transformasi variabel SAV sebelum dengan menggunakan SPSS namun tidak ada perubahan.
31
4.1.5 Hasil Uji Normalitas pada Kelompok Sesudah Bekam
Tabel 4.5. Uji Normalitas VAS Kelompok Sesudah Bekam Shapiro-Wilk
SAV sesudah
Statistik
df
Sig.
0.948
35
0.096
Berdasarkan Tabel 4.5 didapatkan hasil uji normalitas secara analitis dengan menggunakan Uji Shapiro-Wilk (N < 50) berupa nilai p = 0.096. Karena nilai p > 0.05 maka dapat disimpulkan distribusi data VAS kelompok setelah bekam normal.
4.1.6. Hasil Uji Normalitas pada Data Selisih Skala Analog Visual Sebelum dan Sesudah Bekam Tabel 4.6. Uji Normalitas VAS Kelompok Sesudah Bekam Shapiro-Wilk
SAV sesudah
Statistik
df
Sig.
0.878
35
0.001
Berdasarkan Tabel 4.6 didapatkan hasil uji normalitas secara analitis dengan menggunakan Uji Shapiro-Wilk ( N < 50) berupa nilai p = 0.001. Karena nilai p < 0.05 maka dapat disimpulkan distribusi data selisih VAS sebelum dan sesudah bekam tidak normal. Karena distribusi yang tidak normal ini maka diusahakan
dengan
transformasi variabel selisih
menggunakan SPSS namun tidak ada perubahan.
VAS tersebut
dengan
32
4.1.7. Perbandingan Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah Bekam Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.7. Perbandingan Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah Bekam Berdasarkan Jenis Kelamin Laki-Laki
Perempuan
p
SAV sebelum*
5 (2-9)
6 (2-10)
0.579
SAV sesudah**
3±1.388
3±2.082
1.000
Selisih SAV*
2.5 (1-5)
2 (1-7)
0.765
* Uji Mann-Whitney | ** Uji T tidak berpasangan
Median Skala Analog Visual sebelum terapi bekam pada laki-laki adalah 5 (2-9) dan pada perempuan adalah 6 (2-10). Berdasarkan statistik menggunakan Uji Mann-Whitney tidak terdapat perbedaan bermakna antara keduanya (p = 0.579). Rata-rata Skala Analog Visual sesudah dibekam pada laki-laki adalah 3±1.388 sedangkan pada perempuan adalah 3±2.082. Terdapat selisih yang kecil diantara keduanya, namun sacara statistik dengan Uji T tidak berpasangan didapatkan hasil tidak bermakna (p = 1.000) Median data selisih Skala Analog Visual pada laki-laki adalah 2.5 (1-5) sedangkan pada perempuan adalah 2 (1-7). Berdasarkan statistik menggunakan Uji Mann-Whitney tidak terdapat perbedaan bermakna antara keduanya (p = 0.765).
33
4.1.8. Hasil Uji 2 Kelompok Berpasangan (Uji Wilcoxon)
Berdasarkan uji normalitas pada kedua kelompok yang berpasangan, kelompok VAS sebelum tidak memenuhi syarat untuk diuji statistik menggunakan Uji T-Berpasangan. Oleh karena sudah diusahakan untuk transformasi data namun hasilnya tetap distribusi data kelompok VAS sebelum tidak normal, maka kedua kelompok berpasangan dengan distribusi tidak normal ini diuji dengan Uji Wilcoxon.35 Berikut adalah hasil Uji Wilcoxon.
Tabel 4.7.1. Hasil Uji Wilcoxon (Ranks) N SAV sesudah - SAV
Negative
sebelum
Ranks Positive Ranks
35
a
0b
Mean
Sum of
Rank
Ranks
18.00
630.00
.00
.00
c
Ties
0
Total
35
a. SAV sesudah < SAV sebelum b. SAV sesudah > SAV sebelum c. SAV sesudah = SAV sebelum
Berdasarkan Tabel 4.7.1 didapatkan bahwa terdapat 35 orang dengan nilai VAS sesudah lebih rendah dari pada VAS sebelum, tidak terdapat nilai VAS sesudah lebih tiggi dari pada VAS sebelum, dan tidak ada nilai VAS yang sama antara sebelum dan sesudah bekam. Tabel 4.7.2. Hasil Uji Wilcoxon (Test Statistics) SAV sesudah - SAV sebelum Asymp. Sig. (2-
.000
tailed)
Berdasarkan Tabel 4.7.2 didapatkan bahwa nilai p = 0.000. Oleh karena nilai p < 0.05, maka dapat disimpulkan terdapat perubahan SAV yang signifikan antara sebelum bekam dan sesudah bekam.
34
4.2. Pembahasan
Gambar 4.5. Jaras Analgesik (Endogenous opiate)29 Sumber : Fisiologi Sherwood Edisi 7 Perubahan Skala Analog Visual yang signifikan ini disebabkan oleh banyaknya opiat endogen dalam tubuh yang pengeluarannya distimulasi oleh bekam. Seperti yang telah dibahas bahwa nyeri punggung bawah yang diderita pasien sebenarnya sudah ditangani oleh tubuh, hanya telah melewati batas ambang nyeri. Dengan terapi bekam yang menimbulkan stimulasi nyeri yang baru maka akan meningkatkan produksi opiat endogen. Seperti yang diperlihatkan pada Gambar 4.5 diatas opiat endogen merupakan hasil dari stimulasi nyeri pada bagian periaqueductal gray matter, spesific nuclei di medulla, dan reticular formation. Ketiga regio inilah yang membentuk sistem analgetik dalam tubuh atau dikenal sebagai descending analgetic pathway. Stimulasi pada periaqueductal gray matter akan direspon oleh spesific nuclei di medulla dan reticular formation. Kemudian impuls akan dilanjutkan melalui inhibitory interneurons di kornu dorsalis medula spinalis. Dibagian inilah dihasilkan opiat endogen seperti endorfin, enkefalin, dan dinorfin yang akhirnya akan dilepas ke ujung saraf aferen. Opiat endogen ini akan berikatan dengan reseptor opiat dan akan menghambat pengeluaran substansi P sehingga hal ini akan menghambat transmisi impuls nyeri sepanjang ascending pain pathways. Sehingga dapat disimpulkan nyeri punggung bawah tidak spesifik pada pasien ditekan oleh adanya opiat endogen seperti endorfin.29
35
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Pasien dengan nyeri punggung bawah tidak spesifik merasakan adanya penurunan rasa nyeri setelah diterapi bekam. 2. Terdapat penurunan Skala Analog Visual yang signifikan sebelum dan sesudah bekam. Penurunan berkisar 2-3 skala pada Skala Analog Visual. 3. Penurunan skala nyeri kemungkinan disebabkan oleh pengeluaran endorfin atau enkefalin (opioid endogen) yang distimulasi oleh bekam. 4. Walaupun bekam efektif mengurangi rasa nyeri pada pasien NPB TS, namun biaya bekam yang cukup mahal menjadi kendala tersendiri bagi pasien. Pasien cenderung akan menggunakan obat-obatan konvensional untuk mengatasi nyerinya. 5. Bekam belum bisa dijadikan terapi definitif oleh praktisi kesehatan karena belum banyak penelitian spesifik terkait penyakit yang diderita oleh pasien.
5.2. Saran •
Pada penelitian ini jumlah subjek yang ada tidak cukup seimbang antara subjek penelitian laki-laki (28 orang) dan perempuan (7 orang). Sehingga analisis yang dilakukan berkaitan dengan jenis kelamin tidak representatif. Oleh karena itu diharapkan pada penelitian selanjutnya jumlah subjek bisa diseimbangkan dan ditambah agar lebih representatif.
•
Penelitian ini menggunakan pasien yang menderita nyeri punggung bawah yang tidak spesifik penyebabnya. Oleh karena itu penelitian ini bisa dikembangkan dengan menggunakan subjek penelitian dengan nyeri punggung bawah yang spesifik penyebabnya.
•
Penelitian ini hanya menggunakan instrumen pengukuran nyeri Skala Analog Visual. Ada banyak instrumen lain yang bisa dimanfaatkan untuk penelitian selanjutnya, seperti McGill Pain Questionnaires, Medication Quantification Scale (MQS), dan Oswestry Pain Disability Index (ODI). 35
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Wong DA, et al. Macnab's Backache, 4th ed. Colorado : Lippincott Williams & Wilkins, 2007. 2. Waldron HA, Edling C. Occupational Health Practice, 4th ed. New York : Oxford University Press Inc, 2004. 3. Snashall D, Patel D. ABC of Occupational and Environmental Medicine, 2nd ed. London : BMJ Publishing Group, 2003. 4. World Health Organization. Chronic Rheumatic Conditions. Geneva : WHO, 2005. 5. Anderson, GBJ. Epidemiological Features of Chronic Low Back Pain. London : Lancet, 1999. 6. Christianto, Fredy. (Tesis) Prevalensi Nyeri Punggung Bawah Serta Hubungannya dengan Kesesuaian Cara Kerja, Lingkungan Kerja, dan Faktor Lain yang Mempengaruhinya pada Perajin Keramik. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011. 7. Saputra, Hardiono Teddy. (Tesis) Prevalensi Nyeri Punggung Bawah dan Faktor-Faktor yang Berhubungan Pada Petugas Laki-Laki Ambulans Gawat Darurat Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007. 8. Sharaf, Ahmad Razak. Penyakit dan Terapi Bekamnya : Dasar-Dasar Ilmiah Terapi Bekam. Surakarta : Thibbia, 2012. 9. Farhad, K, Schwebel, DC, Saeb, M. Elsevier : Complementary Therapies in Medicine. The effectiveness of wet-cupping for nonspecific low back pain in Iran: A randomized controlled trial. [Online] Januari 2009. [Cited: Agustus 7, 2012.] http://www.complementarytherapiesinmedicine.com/article/S09652299%2808%2900063-0/abstract. 10. Umar, Wadda' A. Sembuh dengan Satu Titik. Solo : Al-Qowwam, 2008. 11. Bondok, Sahbaa M. Cupping : The Great Missing Therapy. Cairo : Dar AlSalam Publishing, 2006. 12. Manz, Hedwig. The Art of Cupping. Germany : Thieme, 2009. 13. Al-Bukhari. No. 5371.
37
14. Alu Nashr, Muhammad Musa. Bekam : Cara Pengobatan Menurut Sunnah Nabi. Jakarta : Pustaka Imam Asy-Syafi'i, 2005. 15. Gray, Jerry D. Rasulullah is My Doctor. Jakarta : Sinergi Publishing, 2010. 16. Al-Bukhari. No. 5280 dan 5681. 17. —. Ath-Thibb No.5696 bab XII : Al-Hijamah minad Da’i. 18. Uddin, Jurnalis. Islam untuk Disiplin Ilmu Kedokteran dan Kesehatan I. Jakarta : Departemen Agama RI, 2002. pp. 129-35. 19. Lubis, Ridwan. Dokter Muslim : Kedokteran Islam : Sejarah, Hukum, dan Etika. Jakarta : FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. pp. 124-25. 20. Qayyim Al-Jauziyyah, Ibnu. Tata Cara Pengobatan Ala Nabi. Jakarta : Syaifa Pressindo, 2010. p. 5. 21. Kamali. (Skripsi) Konsep Kesehatan dan Pengobatan Rasulullah : Studi Analisis Terhadap Matan Hadist. Jakarta : FUF UIN Syarif Hidayatullah, 2005. 22. Anonim. Bekam Mukjizat Nabi. Jakarta : Asosiasi Bekam Indonesia (ABI), 2011. 23. Assegaf, Muhammad Ali Toha. BEKAM. Jakarta : Rumah Sehat Afiat. 24. Imam, Ahmad, Dawud, Abu. Majah, Ibnu. Musnad Imam Ahmad (IV/12192), Abu Dawud (At-Thibb : 3860), Ibnu Majah (3483). 25. Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M. Patofisiologi : Konsep Klinis ProsesProses Penyakit. Jakarta : EGC, 2006. 26. Sudoyo, Aru W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007. 27. Levy BS, Wegman D. Occupational Health : Recognizing and Preventing Work Related Disease and Injury, 4th ed. Boston : Lippincott Williams and Wilkins, 2000. 28. Suryamiharja, Andradi, Sadeli, Henny A and Meliala, K.T.R Lucas. Nyeri Punggung Bawah. Jakarta : PERDOSSI, 2003. 29. Sherwood, Lauralee. Human Physiology : From Cells to Systems 7th Ed. USA : Brooks/Cole, Cengage Learning, 2010. 30. I, Mas'ud. Fisiologi Nyeri dan Pengaruh Penggunaan Analgetik Spesifik. Malang : Majalah Kedokteran UNIBRAW, 1993. Vol. IX.
38
31. Budiman, Gregory. Basic Neuroanatomical Pathways. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2008. 32. Pain Management Series : Pathophysiology of Pain and Pain Assessment. [Online] 2010. [Cited: September 10, 2012.] http://www.amacmeonline.com/pain_mgmt/printversion/ama_painmgmt_m1.pdf. 33. Sastroasmoro, Sudigdo. Ismael, Sofyan. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi Ke-3. Jakarta : Sagung Seto, 2010. 34. Dahlan, Sopiyudin. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel Dalam Penelitian Kedokteran & Kesehatan Ed.2. Jakarta : Penerbit Salemba Medika, 2009. 35. —. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Penerbit Salemba Medika, 2009.
39
Lampiran 1 Kuesioner
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PENGARUH TERAPI BEKAM TERHADAP PERUBAHAN SKALA NYERI PADA PASIEN NYERI PUNGGUNG BAWAH TIDAK SPESIFIK DI RUMAH SEHAT AFIAT TAHUN 2012 LEMBARAN PERSETUJUAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Umur : Jenis Kelamin :
L/ P
Alamat : No Hp : Pengalaman menggunakan bekam : pertama / lebih Menyatakan bahwa saya bersedia turut serta (untuk bekam dan mengisi kuisioner sesuai ketentuan) dalam penelitian mengenai : Pengaruh terapi bekam terhadap perubahan skala nyeri pada pasien dengan nyeri punggung bawah tidak spesifik di Rumah Sehat Afiat 2012 Keikutsertaan saya dalam penelitian ini adalah bersifat sukarela tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Demikianlah pernyataan ini saya sampaikan Tempat : Hari/tanggal : Pasien yang diteliti
(
Mahasiswa yang meneliti
)
( Pradipta Suarsyaf )
40
DAFTAR KUISIONER
Tanggal pengisian kuisioner Nama Tempat, tanggal lahir Jenis kelamin Alamat
1.
2.
: .................................................................... :..................................................................... :..................................................................... : laki laki / perempuan :..................................................................... ...................................................................... ...................................................................... ..................................................................... ...................................................................... Apakah anda sedang mengalami nyeri kepala/sakit kepala? A. Ya B. Tidak Jika ya, berapa level nyeri yang anda rasakan sebelum dibekam ? (DI ISI SEBELUM DIBEKAM, tuliskan dalam bentuk angka. level nyeri bisa dilihat pada gambar di halaman terakhir) Level nyeri saya = .......................................
3.
Sudah berapa lama anda mengalami nyeri kepala tersebut? A. 1 jam yang lalu B. 1 Hari yang lalu C. 1 Bulan yang lalu D. 1 Tahun yang lalu E. Lainnya (.................................)
4.
Sejak awal anda mengalami nyeri kepala hingga sekarang, sudah berapa kali anda mendapatkan terapi bekam? A. 1x B. 2x C. 3x D. 4x E. Lainnya (...................................)
5.
Apakah anda rutin mendapatkan terapi bekam walaupun tidak sedang mengalami nyeri kepala? A. Ya B. Tidak
6.
Jika ya, seberapa sering anda mendapatkan terapi bekam tersebut secara rutin? A. 1 x sehari B. 1 x seminggu C. 1 x sebulan D. 1 x setahun E. Lainnya (........................................)
7.
Mengapa anda rutin dibekam? A. Untuk menjaga kesehatan B. Mengobati penyakit lain (sebutkan penyakitnya : .....................................) C. Lainnya (.......................................................................................)
41
8.
Setelah dibekam, berapa level nyeri yang anda rasakan? (DI ISI SETELAH DIBEKAM, tuliskan dalam bentuk angka. level nyeri bisa dilihat pada gambar di halaman terakhir) Level nyeri saya = .......................................
Skala
Keterangan
0 1-3
tidak terasa nyeri sama sekali nyeri ringan (masih bisa berkomunikasi dengan baik)
4-6
nyeri sedang; (bisa berkomunikasi namun menyeringai, mendesis, bisa menunjukan lokasi nyeri dan mendeskripsikannya) nyeri berat yang masih bisa di kontrol; (tidak dapat mengikuti perintah tapi bisa merespon tindakan, bisa menunjukan lokasi nyeri, tidak bisa mendskripsikannya, tidak bisa diatasi dengan berganti posisi, menarik nafas yang dalam) nyeri berat yang tidak bisa di kontrol; (sudah tidak mampu berkomunikasi dan memukul mukul)
7-8
9 - 10
Terima kasih atas partisipasi Anda untuk mengisi kuisioner yang saya berikan. Karena dengan mengisi kuisioner ini berarti Anda telah membantu saya untuk menyelesaikan tugas prasyarat penelitian ini. Saya menghargai Anda dengan menjamin kerahasiaan dari data dan informasi yang anda telah berikan dengan sebaik-baiknya.
42
Lampiran 2 Data Hasil Uji Statistik
1. Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin
2. Distribusi Responden Variabel
Jumlah
Presentase
Min.
Maks.
Mean
Std. Deviasi
Usia 20-26 th
8
22.9%
27-33 th
5
14.3%
34-40 th
9
25.7%
41-47 th
7
17%
48-54 th
0
0%
55-61 th
1
2.9%
62-69 th
5
14.3%
Pengalaman Bekam 1x
31
88.6%
2x
3
8.6%
3x
0
0%
≥4x
1
2.9%
SAV sebelum 2
2
5.7%
3
2
5.7%
4
1
2.9%
5
13
37.1%
6
8
22.9%
7
5
14.3%
8
1
2.9%
9
2
5.7%
10
1
2.9%
SAV sesudah 0
0 1
2.9%
20 th
69 th
38.43 th
14.376
1x
4x
1.17 x
0.568
2
10
5.66
1.765
7
3
1.515
43
1
4
11.4%
2
10
28.6%
3
7
20%
4
7
20%
5
5
14.3%
6
0
0%
7
1
2.9%
Selisih Penurunan SAV
1
1
6
17.1%
2
12
34.3%
3
10
28.6%
4
4
11.4%
5
2
5.7%
7
1
2.9%
7
2.66
1.327
3. Perbandingan Rerata Level Nyeri Berdasarkan Usia
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Total
N Mean Median
Perempuan
Total
SAV sebelum 28
SAV sesudah 28
Selisih Penurunan Nilai SAV 28
5.54
3.00
2.54
5
3
2.5
Std. Deviation
1.503
1.388
1.071
Minimum
2
0
1
Maximum
9
5
5
N
7
7
7
6.14
3.00
3.14
6
3
2
Std. Deviation
2.673
2.082
2.116
Minimum
2
1
1
Maximum
10
7
7
Mean Median
44
4. Perbandingan Rerata Level Nyeri Berdasarkan Pengalaman Bekam 1x
Selisih Penurunan Nilai SAV Total N Mean
2x
Total
>4x
Total
2.55
Std. Deviation
1.312
Minimum
1
Maximum
7
N Mean
Pengalaman dibekam
31
3 3.00
Std. Deviation
1.000
Minimum
2
Maximum
4
N
1
Mean
5.00
Std. Deviation Minimum
5
Maximum
5
5. Uji Normalitas pada Kelompok Sebelum & Sesudah Bekam
6. Hasil Uji 2 Kelompok Berpasangan (Uji Wilcoxon)
45
Lampiran 3 Identitas Penulis
Nama
: Pradipta Suarsyaf
NIM
: 109103000026
Tempat Tgl Lahir
: Sukabumi, 6 September 1990
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Handphone
: 08578 234 0 567
E-mail
:
[email protected]
Alamat Domisili
: Wisma Sakina (R.2.22) – Jl. SD Inpres Rt.02/09 – 15419 Pisangan Barat Ciputat Tangerang Selatan
RIWAYAT PENDIDIKAN 1. TK Persatuan Islam (PERSIS) Cianjur, 1994-1996 2. SD Negeri Ibu Jenab I Cianjur, 1996-2002 3. SMP Islam Terpadu Al-Hikmah Jakarta, 2002-2005 4. SMA Negeri 28 Jakarta, 2005-2008 5. S-1 Fisika - FMIPA Institut Teknologi Bandung (ITB), 2008-2009 6. S-1 Pendidikan Dokter – FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009-
Sekarang