PERBEDAAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI SEBELUM DAN SESUDAH MENJALANI PEMERIKSAAN OLEH DOKTER DI RSUD SIMO BOYOLALI
NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana Kedokteran
Diajukan Oleh: TAUFIK RAHMAN J 500090032
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012
PERBEDAAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI SEBELUM DAN SESUDAH MENJALANI PEMERIKSAAN OLEH DOKTER DI RSUD SIMO BOYOLALI Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta Taufik Rahman, J 500090032, 2012
ABSTRAK Hipertensi atau tekanan darah tinggi di negara berkembang sangat sering dijumpai terutama di Indonesia. Parameter vital yang perlu dimonitoring adalah tekanan darah. Penyebab dari peningkatan tekanan darah atau hipertensi tergantung dari faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi tersebut, salah satunya yaitu faktor stres. Jika tekanan stres terlampau besar hingga melampaui daya tahan individu, maka akan timbul gejala – gejala seperti sakit kepala, gampang marah, tidak bisa tidur, gejala – gejala tersebut merupakan reaksi non – spesifik pertahan diri, dan ketegangan jiwa itu akan merangsang pelepasan hormon adrenalin yang memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah menjadi naik dan aliran darah ke otak, paru-paru, dan otot perifer meningkat. Penelitian ini merupakan penelitian semi eksperimen. Populasi penelitian adalah pasien yang sedang berobat di RSUD Simo Boyolali antara tanggal 27 juni sampai 2 juli 2012. Pengumpulan data dilakukan dengan cara teknik Random sampling dan dianalisa menggunakan uji statistik Chi Squer. Hasil penelitian didapatkan 100 sample yang masing-masing mengalami pengukuran sebanyak 2 kali. Berdasarkan analisa terhadap data hasil penelitian tersebut maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa faktor stres yang dialami pasien yang ingin memeriksakan dirinya ke dokter mempengaruhi tekanan darah. Kata kunci : - Tekanan darah
- Pemeriksaan Dokter
BLOOD PRESSURE DIFFERENCE IN HYPERTENSION PATIENTS BEFORE AND AFTER THE PHYSICIAN IN CHECKUP HOSPITAL SIMO BOYOLALI Medical Faculty of Muhammadiyah University of Surakarta Taufik Rahman, J 500,090,032.2012
ABSTRACT Hypertension or high blood pressure in developing countries are often found, especially in Indonesia. The parameters monitored are vital to blood pressure. The cause of the elevated blood pressure or hypertension depends on factors that influence the occurrence of hypertension, one of the stress factors. If the pressure is too great stress to exceed the individual's resistance, then there will be symptoms such as headaches, irritability, sleeplessness, the symptoms are a reaction to the non-specific self defense, and stress hormones that would stimulate the release of adrenaline stimulate the heart beat faster and stronger, so that a rise in blood pressure and blood flow to the brain, lungs, and increased peripheral muscle. This research was a semi-experimental. The study population was patients being treated in hospitals Simo Boyolali between 27 June to 2 July 2012. Data collection was done by random sampling techniques and analyzed using a statistical test Chi Squere. The results obtained 100 samples each having measurements 2 times. Based on the analysis of the survey data, it can be drawn a conclusion that the stress factors experienced by patients who want to check themselves into the doctor affect blood pressure. Keywords: -Blood pressure - Physician
NASKAH PUBLIKASI
PENDAHULUAN Rangsangan baik secara fisik, kimiawi, psikologis, maupun psikososial yang mengganggu dan mengancam sistem tubuh dapat memicu respon stres. Sebagian besar stresor dalam kehidupan sehari – hari yang kita hadapi bersifat psikososial misalnya rasa takut, resah, cemas mengenai ujian, bertemu dokter di rumah sakit dan waktu divonis penyakit yang sulit disembuhkan, konflik dengan orang yang dicintai atau rasa tidak sabar sewaktu terjebak dalam kemacetan (Sherwood, 2001). Respon stres adalah pola reaksi saraf dan hormon yang bersifat menyeluruh dan tidak spesifik terhadap semua situasi apapun yang mengancam homeostasis. Respon stres misalnya dapat berupa pengaktifan menyeluruh saraf simpatis yang akan menyebabkan peningkatan curah jantung, pengalihan aliran darah dari daerah yang mengalami vasokontriksi, misalnya saluran pencernaan dan ginjal ke otot rangka dan jantung yang lebih aktif dan mengalami vasodilatasi untuk mempersiapkan tubuh melaksanakan respons fight or flight (Felix, 2009). Respon stres berupa pengaktifan saraf simpatis berupa peningkatan curah jantung, dapat diamati berupa perubahan tekanan darah dan denyut nadi (Schuster & Kutty, 2011). Pengertian tekanan darah itu sendiri adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir di dalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan tubuh manusia (Dorland, 1998). Tekanan darah termasuk salah satu parameter vital diantara tanda - tanda vital tubuh, yaitu denyut nadi, pernafasan, suhu tubuh, tinggi, dan berat badan (Ting & Feng, 2012). Tekanan darah sistolik adalah tekanan darah pada waktu jantung menguncup (sistol). Adapun tekanan darah diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung mengendor kembali (diastole). Dengan demikian, jelaslah bahwa tekanan darah sistolik selalu lebih tinggi dari pada tekanan darah diastolik. Tekanan sistolik dan diastolik bervariasi untuk setiap individu. Secara umum ditetapkan, tekanan darah normal untuk orang dewasa (> 18 tahun) adalah 120/80, angka 120 disebut tekanan sistolik, dan angka 80 disebut tekanan diastolik. Tekanan darah seseorang dapat lebih atau kurang dari batas normal, jika melebihi nilai normal orang tersebut menderita tekanan darah tinggi atau hipertensi, sebaliknya jika kurang dari nilai normal, orang tersebut menderita tekanan darah rendah atau hipotensi (Chin & Badri, 2012). Terkadang mekanisme kontrol tekanan darah tidak berfungsi secara benar atau tidak mampu secara total mengkompensasi perubahan – perubahan yang terjadi, sehingga salah satu akibatnya akan menyebabkan peningkatan tekanan darah yang disebut dengan hipertensi (Sherwood, 2001). Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan dampak pada morbiditas dan mortalitas. Hipertensi menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia yang berjuang untuk menurunkan penyakit kardiovaskuler, penyebab kematian utama di dunia. Jumlah populasi penderita hipertensi mengalami peningkatan di negara berkembang, termasuk di negara – negara asia, salah satunya di Indonesia (Ridjab, 2007). Pada penelitian sebelumnya di Turki yang dilakukan oleh Helvasi dan Seyhanli (2006) diantara 438 pasien, 170 orang (38 %) normotensi, 190 (43 %)
tekanan darah meningkat saat sebelum bertemu dokter, 68 orang (15 %) hipertensi berkelanjutan atau hipertensi yang terdeteksi, dan 10 orang (2%) hipertensi esensial (hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya). Jumlah penderita hipertensi di Indonesia saat ini belum diketahui pasti. Survey kesehatan rumah tangga tahun 1995 menunjukkan prevalensi sebesar 8,3%. Penelitian di Kabupaten Sleman, Yogyakarta pada tahun 2007 menyatakan jumlah penderita hipertensi sebesar 2000 orang dari 7000 responden (Strokebethesda, 2012). Menurut Depkes (2012), hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Mengingat tingginya angka kejadian hipertensi di Indonesia ini maka hipertensi termasuk salah satu penyakit tersering ditemui dan berbahaya. Menurut data prevanlensi hipertensi di daerah Simo Boyolali satu tahun terakhir (2011) didapatkan hasil 408 jumlah kasus hipertensi dengan persentasi 6,10% (Data rekamedik RSUD Simo Boyolali, 30 April 2012). Penyebab dari peningkatan tekanan darah atau hipertensi tergantung dari faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi tersebut, salah satunya yaitu faktor stres (Munakata, 2008). Jika tekanan stres terlampau besar hingga melampaui daya tahan individu, maka akan timbul gejala – gejala seperti sakit kepala, gampang marah, tidak bisa tidur, gejala – gejala tersebut merupakan reaksi non – spesifik pertahan diri, dan ketegangan jiwa itu akan merangsang pelepasan hormon adrenalin yang memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah menjadi naik dan aliran darah ke otak, paru-paru, dan otot perifer meningkat (Gibson, 2002). Terdapat tiga golongan penyebab stres yaitu, ”stresor fisikbiologik” meliputi dingin, panas, infeksi, rasa nyeri, “stresor psikologis” meliputi takut, khawatir, cemas, marah, kekecewaan, kesepian, jatuh cinta, “stresor sosial budaya” meliputi menganggur, perceraian, perselisihan, dll (Gunawan, 2007). Menurut Woolfson (2004), ketakutan bisa disebabkan beberapa faktor salah satunya saat menjalani pemeriksaan oleh dokter dan tenaga medis lainya, karena pasien cenderung beranggapan atau mempunyai perasaan tertekan dikarenakan pasien takut dengan hasil pemeriksaan atau hasil diagnosis dokter atau tenaga medis di tempat dia memeriksakan diri. Oleh karena ketakutan merupakan salah satu faktor penyebab stres dan pemeriksaan dokter atau tenaga medis dapat menyebabkan ketakutan maka pemeriksaan dokter dan tenaga medis tersebut dapat menyebabkan stres (Schwartz, 2000). Dengan demikian, untuk memanejemen stres itu sendiri kita sebagai manusia bisa melakukan hal – hal yang dapat mencegah stres tersebut salah satunya dengan sabar dan tawakal kepada Allah SWT, sebagaimana firman Allah dalam kitabnya : “ Hai orangorang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung” (Q.S. Ali „Imran : 200).
Perumusan maslah dalam penelitian ini adalah pakah ada perbedaan tekanan darah pada pasien hipertensi sebelum dan sesudah menjalani pemeriksaan oleh dokter di Rumah Sakit Umum Daerah Simo Boyolali ? Tujun penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan tekanan darah pada pasien hipertensi sebelum dan sesudah menjalani pemeriksaan oleh dokter di Rumah Sakit Umum Daerah Simo Boyolali. TINJAUAN PUSTAKA Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir di dalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan tubuh manusia. Darah yang dengan lancar ke seluruh bagian tubuh berfungsi sangat penting sebagai media pengangkut oksigen serta zat – zat lain yang diperlukan bagi kehidupan sel-sel tubuh. Selain itu, darah juga berfungsi sebagai sarana pengangkut sisa hasil metabolisme yang tidak berguna lagi dari jaringan tubuh (Gibson, 2002). Tekanan diastole dan tekanan atrium dipertahankan oleh elastisitas dinding aorta serta arteri besar lainnya Nilai normal untuk sistol dan diastol didalam aorta adalah 120 dan 80 mmHg (Werner, 2010). Faktor yang mempengaruhi tekanan darah : Jumlah darah yang dipompa jantung (cardiac output),Viskositas Darah,Tonus dan Elastisitas Dinding arteri, tahapan tepi (resistensi perifer), keadaan pembuluh darah kecil pada kulit, faktor Stres. Stres adalah suatu kondisi kebutuhan tidak terpenuhi secara adekuat, sehingga menimbulkan adanya ketidak seimbangan. Mendeskripsikan stres sebagai pengalaman emosional negatif disertai perubahan reaksi biokimiawi, fisiologis, kognitif dan perilaku yang bertujuan untuk mengubah atau menyesuaikan diri terhadap situasi yang menyebabkan stres (Karnadi, 2009). Jika tekanan stres terlampau besar hingga melampaui daya tahan individu, maka akan timbul gejala – gejala seperti sakit kepala, gampang marah, tidak bisa tidur, gejala – gejala tersebut merupakan reaksi non – spesifik pertahan diri, dan keadaan stres ini akan merangsang pelepasan hormon – hormon diantaranya epinefrin dan norepinefrin, kortisol, renin angiotensin aldosteron, dan insulin yang memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah menjadi naik (Sherwood, 2001). Faktor – faktor yang dapat menyebabkan stres disebut stressor. Stressor dibedakan tiga golongan yaitu: 1. Stresor fisikbiologik : dingin, panas, infeksi, rasa nyeri, pukulan. 2. Stresor psikologis : takut, khawatir, cemas, marah, kekecewaan, kesepian, jatuh cinta. 3. Stresor sosial budaya : manganggur, perceraian, perselisihan Ketakutan bisa disebabkan beberapa faktor salah satunya saat menjalani pemeriksaan oleh dokter dan tenaga medis lainya, karena pasien cenderung beranggapan atau mempunyai perasaan tertekan dikarenakan pasien takut dengan hasil pemeriksaan atau hasil diagnosis dokter atau tenaga medis di tempat dia diperiksa (Gunawan, 2007).
METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasi dengan pendekatan cross sectional. Metode cross sectional ini untuk mengetahui perbedaan tekanan darah pada pasien hipertensi sebelum dan sesudah menjalani pemeriksaan oleh dokter. (Felix, 2009). Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Simo Boyolali. Populasi penelitian pasien dengan riwayat hipertensi dengan rentan usia 20 - 65 tahun yang berobat di Rumah Sakit Umum Daerah Simo Boyolali. Jumlah sampel yang didapatkan adalah 100 orang dengan riwayat hipertensi, didapatkan dari pencuplikan teknik random sampling. Kriteria inklusi adalah pasien dengan riwayat hipertensi yang berobat di RSUD Simo boyolali, sedangkan eksklusinya pasien menolak diperiksa. Defnisi operasional dalam penelitian ini adalah Pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya kelainan – kelainan dalam suatu sistem atau suatu organ tubuh dengan cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi), dan mendengarkan (auskultasi). Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir di dalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan tubuh manusia. Variabel bebas penelitian ini adalah tekanan darah, sedangkan variabel terikatnya pemeriksaan dokter. Analisa data untuk menguji hubungan antara pemeriksaan dokter terhadap perubahan tekanan darah pada pasien hipertensi umur 20 - 65 tahun adalah dengan uji statistik Chi Square dan akan diolah dengan Statistical Product and Service Solution ( SPSS ) 17 for windows. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 3 Perbedaan rata-rata tekanan sistolik Kelompok N Mean Minimum Maximum Sebelum periksa 100 130,58 100 200 Sesudah periksa 100 123,40 95 180 Distribusi data tabel di atas diketahui pada sistolik rata-rata terendah 123,40 pada saat sesudah pemeriksaan dokter dan rata-rata tertinggi 130,58 sebelum pemeriksaan dokter. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa secara nyata terdapat perbedaan tekanan darah sistolik sebelum dilakukan pemeriksaan dan sesudah dilakukan pemeriksaan. Tabel 4 Hasil uji chi square tekanan sistolik X2 Sig P Ket Sebelum periksa 130,880 0,000 P<0,05 Signifikan Sesudah periksa 174,860 0,000 P<0,05 Signifikan Distribusi data tabel diatas diketahui secara statistik ada perbedaan tekanan sistolik yang signifikan antara sebelum dilakukan pemeriksaan dan sesudah dilakukan pemeriksaan. Tabel 5 Perbedaan rata-rata tekanan diastolik Kelompok N Mean Minimum Sebelum periksa 100 83,05 60 Sesudah periksa 100 79,90 50
Maximum 110 100
Distribusi data tabel di atas diketahui pada diastolik rata-rata terendah 79,90 pada saat sesudah pemeriksaan dokter dan rata-rata tertinggi 83,05 sebelum pemeriksaan dokter. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa secara nyata terdapat perbedaan tekanan darah diastolik sebelum dilakukan pemeriksaan dan sesudah dilakukan pemeriksaan. Tabel 6 Perbandingan perubahan tekanan Diastolik Hasil uji chi square tekanan Sistolik X2 Sig P Ket Sebelum periksa 112,480 0,000 P<0,05 Signifikan Sesudah periksa 120,320 0,000 P<0,05 Signifikan Distribusi data tabel di atas diketahui pada diastolik rata-rata terendah 112,480 pada saat sesudah pemeriksaan dokter dan rata tertinggi 120,320 sebelum pemeriksaan dokter. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa secara nyata terdapat perbedaan tekanan darah diastolik sebelum dilakukan pemeriksaan dan sesudah dilakukan pemeriksaan oleh dokter atau tenaga medis lainya. PEMBAHASAN Dari tabel 3 diketahui rata-rata sistolik pasien sebelum diperiksa dokter 130,58 dan rata-rata sistolik pasien sesudah diperiksa dokter 123,40. Pada saat sebelum dilakukan pemeriksaan oleh dokter terhadap pasien terjadi peningkatan tekanan sistolik yang disebabkan karena beberapa faktor salah satunya faktor stres. Stres ini akan menyebabkan timbulnya stresor dan kemudian stresor ini akan mengaktifkan saraf simpatis dan kemudian menstimulasi kekuatan hormon dalam jumlah produksi yang berlebih. Stres yang terjadi secara otomatis akan melibatkan komponen kelenjar adrenal yang ada di dalam tubuh (O‟Brien, 2005). Kelenjar adrenal berperan luas dalam respon tubuh terhadap stres, kelenjar ini merupakan tempat yang cocok untuk memadukan berbagai faktor utama yang berperan dalam respon stres. Rangsangan baik secara fisik, kimiawi, psikologis, maupun psikososial yang mengganggu dan mengancam hendak mengalahkan kemampuan tubuh untuk mempertahankan homeostasis dapat memicu respon stress (Sherwood, 2001). KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisa terhadap data hasil penelitian tersebut maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa dalam pemeriksaan yang dilakukan dokter kepada pasien yang berobat mengakibatkan perbedaan yang bermakna pada tekanan darah. Perlu dilakukannya penelitian yang lebih baik lagi dengan meminimalkan faktor-faktor luar. Perlu dilakukan observasi yang lebih lama dengan frekuensi pengambilan yang lebih sering lagi sehingga bisa diketahui pengaruh pemeriksaan dokter terhadap tekanan darah,Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah pemeriksaan dokter terhadap pasien yang berobat dapat mempengaruhi tekanan darah baik naik ataupun turun, Perlu lebih diperhatikan tentang faktor yang dapat menyebabkan bias dalam penelitian ini seperti faktor lingkungan, alat penelitian, waktu, dan tempat penelitian.
DAFTAR PUSTAKA Al-Jumanatul „Ali Al-Qur‟an dan Terjemahannya Akil. M. N. 2000. Endotelin dan Penyakit Kardiovaskuler. Universitas Hasanuddin. PhD Thesis. Arief, Mochmmad T.Q. 2004. Pengantar Metodelogi Penelitian Untuk Ilmu Kesehatan. Klaten Selatan: CSGF (The Community of Self Help Group Forum) pp. 77-82 Bethesda Stroke Center. 2012. http://www.strokebethesda.com.(Maret 2012) Berman. A. & Snyder. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Ed 5. EGC. Jakarta. Pp. 47 – 48. Burnside, J.W. 1995. Diagnosis Fisik. Ed 17, EGC, Jakarta. pp. 3 – 4. Budiningwati. T. D. 2010. Manajemen Stres. Universitas Padjadjaran. PhD Thesis. Bickley. L.S. 2008. Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates. Ed. 5 , EGC, Jakarta. 52 – 54. Pp : 53-54. Bing Gan. X. & Can Duan. Y. 2011. Inhibition of Cardiac Sympathetic Afferent Reflex and Sympathetic Activity by Baroreceptor and Vagal Afferent Inputs in Chronic Heart Failure. Journal Cardiovascular. Vol. 10. Corwin. E. J. 2009. Handbook of Pathophysiology. Ed. 3. EGC. Jakarta. Pp. 251 – 252. Chin. A. & Badri. M. 2012. The Clinical, Electrocardiographic and Echocardiagraphic Characteristics and Long-Term Outcome of Patients With Tachycardia-Induced Cardiomyopathy. Journal of Cardiovascular. Davey. P. 2003. Medicine at a Glance. Ed 1. Erlangga. Jakarta. Pp. 138 – 139. Delf, M. H. 2006. Major Diagnosis Fisik. Ed 9, EGC, Jakarta. pp. 17-21. Depkes.2012. Hipertensi Penyebab Kematian Nomor Tiga. www.depkes.go.id. (Maret 2012). Doenges. M. E. 2009. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perwatan Pasien. Ed. 6. EGC. Jakarta. Pp. 7. Dharma. S. 2009. Sistematika Interpretasi EKG ; Pedoman Praktis. Ed. 1. EGC. Jakarta. Pp. 84. Eliastam. M. & Bresler. M. J. 2007. Penuntun kedarurtan Medis. Ed. 6. EGC. Jakarta. Pp. 118 – 119. Fawcett. D. W. 2002. Buku Ajar Histologi. Ed. 12. EGC. Jakarta. Pp. 338 – 339. Felix. F.J. 2009. Level of Blood Pressure Control in A Hypertensive Population When Measurements are Peformed Outside the Clinical Setting. Cardiology Journal. Vol. 16. Gibson. J. 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. Ed. 2. EGC. Jakarta. Pp : 123. Gibney. M. J. 2008. Gizi Kesehatan Masyarakat. Ed. 1. EGC. Jakarta. Pp. 65 -66. Godwin, et all. 2004. Relationship Between Blood Pressure Measurements Recorded on Patiens‟ Chart in Family Physicians‟ offices and Subsequent 24 Hour ambulatory Blood Pressure Monitoring. Journal of Cardiovascular, Vol. 5 : 1 – 5.
Gunawan, Bambang. 2007. Stres dan Sistem Imun Tubuh : Suatu Pendekatan Psikoneuroimunologi. Jurnal Sub Bagian Alergi Imunologi. Vol. 13. Hartono. Muljadi. Hipotensi Ortostatik. Universitas Sebelas Maret. PhD Thesis. Harrison. 2009 .Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Ed. 6 .Jakarta : EGC. pp.463-69. Helvaci dan Seyhanli. 2006. What a High Prevalence of White Coat Hypertension in Society. Journal of Hypertension, Vol. 4 .671 -674. Jie. L. & Yuqin. C. 2011. Occlution of Middle Cerebral Artery Induces Apoptosis of Cerebellar Cortex Neural Cell Via Caspase-3 in Rats. Journal of Noerology. Vol. 2. Johnson. R. & Taylor. W. 2004. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Ed 1. EGC. Jakarta. Pp. 53 -55. Kalb. J.L. 2002. Potensial Barrier to Control of Blood Pressure. Journal Cardiology, Vol. 102. Karnadi. J. 2009. Stres Dalam Kehidupan Sehari – hari. Jurnal kelompok Psikiatri Mecical Center. Vol. 20. Kamus Saku Kedokteran Dorland.1998.25th ed. Jakarta : EGC. pp. 962 Kee. J. L. 2007. Buku Saku Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik. Ed. 7. Jakarta. EGC. Pp. 1 -3. Lataro. R. M. & Castania. J.A. 2010. Baroreceptor and Chemoreceptor Contributions to The Hypertensive response to Bilateral Carotid Occlusion in Conscious Mice. Journal Physiol Heart Circ Physiol. Vol. 10. Mark. D. B. 2000. BiokimiaKedokteran Dasar ; Sebuah Pendekatan Klinis. Ed. 1. EGC. Jakarta. Pp. 686 – 687. Morton. P. G. 2003. Panduan Pemeriksaan Kesehatan. Ed. 2. EGC. Jakarta. Pp. 521 – 523. Moreira. T.S. & Takakura. A.C. 2011. Central Chemoreceptors and neural Mechanisms of Cardiorespiratory Control. Journal of Medical and Biological. Vol. 44. Munakata, Masanori, et all. 2008. Clinical Significance of Blood Pressure Response Triggered by a Doctor‟s Visit in Patients with Essential Hypertension. Journal of Hypertension, Vol. 25: 343 -349. Natsir. M. & Bakri. S. H. 2001. Angitensin Converting Enzyme Inhibitor (ACE-1) dan Proteksi Vaskular. Universitas Hasanuddin. PhD Thesis. Nelson. R. E. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Ed. 15. EGC. Vol. 3. Jakarta. Pp. 1911 – 1912. Neher. M. & Weckbach. S. 2012. New Insights Into the Role of Peroxisome Proliferator-Activated Receptors in Regulating the Inflamatory Response After Tissue Injury. Journal Healt Medical Center. Vol. 9.. O‟Brien. E. 2005. Practise Guidelines of The Europian Society of Hypertention for Clinic. Journal Hipertens. Vol. 23. Pedersen. G. W. 2008. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut ( Oral Surgery). Ed 6. EGC. Pp. 107 -108. Pinzon. R. 2009. Indek Masa Tubuh sebagai Faktor Resiko Hipertensi pada Usia Muda. Universitas Gadjah Mada. PhD Thesis.
Polzer. H. & Kanz. K. G. 2012. Diagnosis and Treatment of Acute Ankle Injuries : Development of an Evidence-Based Algorithm. Journal of Orthopedic. Vol. 4. Prabhakar. N. R. & G. K. 2010. Mechanisms of Sympathetic Activation and Blood Pressure Elevation by Intermittent Hypoxia. Journal of Respir Physiol Neurobiol. Vol. 30. Ridjab. A.D. 2007. Modifikasi Gaya Hidup dan Tekanan Darah. Journal hypertension, Vol. 57 : 159 -163. Reiner. A. & Del Mar. 2011. Age-Related Impairment in Choroidal Blood Flow Compensation for Arterial Blood Pressure Fluctuation in Pigeons. Journal Physiology and Pharmacology. Vol. 10. Robbins & Cotran. 2008. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Ed. 7. EGC. Jakarta. Pp. 307 - 310. Rodriguez. M. & Azuara. L. 2010. An Improved Strategy For Evaluating The Exent of Chronic Arterial Baroreceptor Denervation in Conscious Rats. Journal of medical and Biological. Vol. 43. Ronny. 2009. Fisiologi Kardiovaskular : berbasis keperawatan. Ed. 1. EGC. Jakarta. Pp. 29. Rubenstein. D. & Wayne. D. 2005. Lecture Notes on Clinical Medicine. Ed 6. EMS. Jakarata. Pp. 6 -8. Sacher. R. A. 2009. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Ed. 1. EGC. Jakarta. Pp. 496. Santosa. D. & Alwi. E. H. 2011. Validitas Kadar Laktat Darah Dalam Mendeteksi Kebocoran Plasma pada Infeksi Virus Dengue Anak. Universitas Padjadjaran. PhD Thesis. Schwartz. S. I. 2000. Intisari Prinsip – Prinsip Ilmu Bedah. Ed. 1. EGC. Jakarta. Pp. 26. Schuster. A. & Kutty. S. 2011. Cardiovascular Magnetik Resonance Myocardial Feature Tracking Detects Quantitative Wall Motion During Dobutamine Stress. Journal of Cardiovascular Magnetic Resonance. Vol. 13. Sherwood,L.2001.Fisiologi Manusia : dari Sel ke Sistem.2nd ed.Jakarta : EGC. Pp. 200,547. Shehab. A. & Abdulle. A. 2011. Cognitive and Autonomic Dyfunction Measures in Normal Control, White Coat and Borderline Hypertention. Journal of Cardiovascular. Sloane, E. 2003.Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula.1st ed. Jakarta : EGC. pp. 283-84. Steven. P. J. M. 1999. Ilmu Keperawatan Jilid 2. Ed 2. EGC. Jakarta. Pp. 377 378. Sugiyanto. E. 2007. Hipertensi dan Komplikasi Serebrovaskular. Universitas Diponegoro. PhD Thesis. Talbot. L. A. 2007. Pengkajian Keperawatan Kritis. Ed. 4. EGC. Jakarta. Pp. 15 17. Tambayong. J. 2000. Patofisiologi untuk Perawat. Ed. 1. EGC. Jakarta. Pp. 13 – 14.
Tranggono. R. I. & Latifah. F. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Ed 1. IKAPI. Jakarta. Pp. 17 – 18. Ting. S. W. & Feng. C. F. 2012. Chinese Medicine Shenfu Injection for Heart Failure : A Systematic Review and Meta-Analysis. Journal of Evidence. Vol. 25. Tucker. S. M. & Asih. Y. 2008. Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan Diagnosis dan Keperawatan. Ed. 8. EGC. Jakarta. Pp. 714 – 716. Werner. D. 1980. Where There is No Doctor . Hesperian Foundation. Ed 1. USA. Pp : 161. WHO. 2005. Heart failure. www.who.int/hpr/NPH/docs/hp_heart failure_EN.PDF (14 Januari 2011). Willms. J.L. 2003. Diagnosis Fisik : Evaluasi Diagnosis Dan Fungsi Di Bangsal. EGC. Jakarta. Pp : 19-20. Woolfson. Richard.C. 2004. Panduan Praktis Menuju Sehat. Erlangga. Jakarta. Pp. 25