ANALISIS PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH SENAM JANTUNG PADA LANSIA HIPERTENSI DI PSTW BUDI MULIA 03 CIRACAS JAKARTA TIMUR 2015 THE ANALYSIS OF BLOOD PRESSURE DIFFERENCE BEFORE AND AFTER THE HEART GYMNASTICS ON OLD PEOPLE HYPERTENSION AT BUDI MULIA 03 PSTW CIRACAS, EAST JAKARTA 2015
OLEH : Brigita Preti Aldona NIM : 2014-12-004
Artikel Ilmiah
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN Sint. Carolus PROGRAM S1 KEPERAWATAN JAKARTA 2015
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SINT CAROLUS PROGRAM S-1 KEPERAWATAN Laporan Penelitian 3 Februari 2016
Brigita Preti Aldona
Analisis Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Senam Jantung Pada Lansia Hipertensi Di Pstw Budi Mulia 03 Ciracas Jakarta Timur. xi+53 halaman + 5 tabel + 6 lampiran
ABSTRAK Lansia adalah kelompok yang paling rentan menderita hipertensi, sehingga membutuhkan suatu intervensi dalam mengontrol tekanan darah. Senam jantung sehat merupakan salah satu olahraga yang dianjurkan untuk mengontrol tekanan darah pada penderita hipertensi. Gerakan dalam senam jantung memicu kerja jantung secara bertahap dengan tujuan agar oksigen dapat terserap sebanyak mungkin, sehingga kebutuhan oksigen untuk seluruh tubuh dapat terpenuhi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh senam jantung terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi. Metode penelitian yang digunakan merupakan penelitian kuantitatif dengan desain quasi eksperimental. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 74 responden dan dibagi menjadi dua kelompok, kelompok intervensi 55 responden, kontrol 19 responden. Kelompok Intervensi dilakukan rutin selama 2 kali seminggu dengan durasi 30 menit setiap latihan, sedangkan kelompok kontrol tidak melakukan senam jantung. Hasil penelitian univariat sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki 39 responden (52,69%), 32 responden memiliki berat badan normal (43,23%), berdasarkan kelompok intervensi sebelum dan setelah senam jantung terdapat perbedaan tekanan darah sedangkan pada kelompok kontrol tidak ada perbedaan. Hasil analisis data yang digunakan adalah uji beda berpasangan non parametrik, dengan hasil bivariat “ada perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah senam jantung pada lansia hipertensi” (p = 0,000 <0,05). Saran untuk PSTW agar menggunakan senam jantung sebagai program latihan yang rutin dilakukan bagi lansia hipertensi. Kata kunci : Senam Jantung, Hipertensi, Lansia Daftar Pustaka : 12 buku (2012-2014), 14 artikel jurnal (2005-2015)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SINT CAROLUS S1 NURSING PROGRAM Research Report February 3, 2016
Brigita Preti Aldona
The analysis of blood pressure difference before and after the Heart Gymnastics on Old People Hypertension at Budi Mulia 03 Pstw Ciracas, East Jakarta xi + 53 pages + 5 tables + 6 appendixes ABSTRACT Hypertension or high blood pressure is a situation where the systolic blood pressure is ≥ 140 mmHg and/or the diastolic blood pressure is ≥ 90 mmHg. Old people are those who are vulnerable to suffer from hypertension; so that it is important to conduct such an intervention to control the blood pressure. The non-pharmacological approach can be done by heart gymnastics which is one of the sports suggested to control the blood pressure on hypertension sufferer. The aim of the research was to figure out the difference of blood pressure before and after the heart gymnastics on old people hypertension. The method of the research used was the quantitative research with quasi experimental design. The sampling technique used here was the purposive sampling with the total of the sample was 74 respondents and they were divided into two groups; control group of 19 respondents, intervention group of 55 respondents, in which they were given a conduct for 4 weeks routinely done twice a week in 30 minutes of duration. The result of the research showed that there were 39 male respondents (52.69%), and there were 32 normal-weight respondents (43.23%). The data analysis result and the test of non-parametric pair difference showed that “there was a difference of blood pressure before and after the heart gymnastics on old people hypertension” (p value =0.000 < 0.05). The suggestion for pstw is that the heart gymnastics can be used for a routine exercise program, conducted to the old people hypertension. Keywords: Heart Gymnastics, Hypertension, Old People Reference: 17 books (2010-2014), 14 journal articles (2005-2015)
A. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia adalah negara asia ketiga dengan jumlah lansia terbesar setelah Cina dan India. Pada tahun 2010 proporsi penduduk lansia di Indonesia mencapai sekitar 10% dari total penduduk dan diperkirakan mencapai 100 juta jiwa pada tahun 2050 (Kemenkes RI, 2013). Peningkatan jumlah populasi lansia tersebut disebabkan oleh meningkatnya usia harapan hidup (UUH) dan berkaitan dengan derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk Indonesia yang semakin baik. Menurut laporan Badan Pusat Statistik (dalam Kemenkes RI, 2013), UHH di Indonesia pada tahun 2000 adalah 64,5 tahun (dengan persentase populasi lansia sebanyak 7,18%), angka ini meningkat menjadi 69,43 tahun pada tahun 2010 (dengan persentase populasi lansia sebanyak 7,56%) dan kembali mengalami peningkatan di tahun 2011 menjadi 69,65 tahun (dengan persentase populasi lansia sebanyak 7,58%). Penyakit degeneratif adalah penyakit yang sulit untuk diperbaiki yang ditandai dengan degenerasi organ tubuh. Penyakit yang sering ditemukan pada lansia adalah perubahan pada tekanan darah. Tekanan darah merupakan salah satu tanda-tanda vital yang wajib diukur untuk menilai kesehatan seseorang. Perubahan tekanan darah pada lansia tersebut dapat terjadi karena penurunan elastisitas dinding aorta, penebalan dan kekakuan katup jantung (aterosklerosis), penurunan kontraksi jantung serta meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer karena kemampuan jantung untuk memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah seseorang berumur 20 tahun. Penyakit yang ditimbulkan karena perubahan tekanan darah normal adalah hipertensi. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan diastolik ≥ 90 mmHg (Joint National Committe on Prevention Detection, Evaluation, and Treatment of High Pressure VII/JNC-VII, 2003) (dalam Kemenkes 2013). Menurut Yuli (2014) faktor resiko hipertensi terbagi menjadi faktor resiko yang tidak dapat diubah dan faktor resiko yang dapat diubah, faktor yang tidak dapat diubah meliputi umur, jenis kelamin dan keturunan (genetik), sedangkan faktor resiko yang dapat diubah adalah obesitas, kebiasaan merokok, kurang aktivitas fisik, konsumsi garam berlebih, dislipidemia,
konsumsi alkohol berlebih, psikososial dan stress. Sevent Report of the Joint National Committee on Prevention atau yang lebih dikenal dengan nama JNC7 yang dikeluarkan oleh American Heart Association menyarankan pasien dengan hipertensi untuk memodifikasi gaya hidupnya selain menggunakan obat-obatan anti hipertensi. Modifikasi gaya hidup tersebut adalah antara lain dengan mengurangi berat badan, perencanaan diet, mengurangi konsumsi alkohol, dan berolah raga (Williams & Hooper, 2007). Olah raga yang dapat dilakukan adalah senam jantung atau senam jantung sehat (SJS), Senam Jantung Sehat mempunyai rancangan gerakan yang mengutamakan kemampuan jantung, kelenturan sendi dan gerak otot besar, sehingga ketika melakukan gerakan tersebut, seseorang dapat menyerap banyak oksigen ke dalam tubuhnya. Tujuan dari senam ini adalah untuk merawat jantung dan pembuluh darah (Yayasan Jantung Indonesia, 2013). Senam jantung adalah suatu olahraga yang gerakannya banyak memicu kerja jantung tahap demi tahap agar dapat menyerap oksigen sebanyak mungkin, dengan demikian kebutuhan oksigen untuk seluruh tubuh dapat terpenuhi. Senam jantung tidak hanya menyehatkan jantung, tetapi juga mencegah obesitas dengan menyingkirkan trigliserida yang terdapat pada peredaran darah (Yayasan Jantung Indonesia, 2013). Senam sangat penting dan efisien untuk mengendalikan tekanan darah, karena setelah seseorang melakukan senam, tekanan darah akan mengalami penurunan atau yang dikenal sebagai hipotensi pasca latihan (post exercise hipotension/PEH). Hipotensi pasca latihan tersebut mengakibatkan adanya penurunan aktivitas simpatis, penurunan curah jantung dan stroke volume, serta penurunan total resistensi pembuluh darah perifer dengan merangsang pelepasan zat vasodilatasi, seperti nitrat oksida. (Anunciacao & Polito, 2011; Kawano, Nakagawa, Onodera, Higuchi & Miyachi, 2008; Polito, Farinatti, Lira &Nobrega (2007) dalam artikel penelitian Rio Claro (2013).
2. PERUMUSAN MASALAH Lansia adalah tahap akhir dari proses penuaan, dimana UHH semangkin meningkat karena itu penyakit degeneratif adalah penyakit yang sulit untuk diperbaiki yang ditandai dengan degenerasi organ tubuh.
Salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular adalah hipertensi. Tingginya kasus hipertensi yang terjadi, maka perlu segera ditanggulangi agar mencegah terjadinya komplikasi. Komplikasi pada hipertensi dapat dicegah dengan mengendalikan hipertensi itu sendiri dan faktor resikonya dengan terapi farmakologi dan non farmakologi. Salah satu tindakan non farmakologi untuk mengontrol dan menurunkan tekanan darah adalah senam jantung. Melihat permasalah diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang adakah Perbedaan Tekanan Darah Kelompok Sebelum Senam Jantung terhadap Tekanan Darah Setelah Melakukan Senam Jantung Pada Lansia Hipertensi di PSTW Budi Mulia 3, Ciracas, Jakarta Timur?
3. TUJUAN PENELIIAN a. Tujuan Umum Mengetahui perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah senam jantung pada lansia hipertensi di PSTW Budi Mulia 3, Ciracas, Jakarta Timur? b. Tujuan Khusus 1) Mengetahui karakteristik jenis kelamin lansia hipertensi di PSTW Budi Mulia 3, Ciracas, Jakarta Timur. 2) Mengetahui karakteristik indeks massa tubuh lansia hipertensi di PSTW Budi Mulia 3, Ciracas, Jakarta Timur. 3) Mengetahui tekanan darah lansia pada kelompok kontrol pada minggu I dan minggu IV di PSTW Budi Mulia 3, Ciracas, Jakarta Timur. 4) Mengetahui tekanan darah lansia pada kelompok intervensi sebelum senam jantung minggu I dan sesudah senam jantung IV di PSTW Budi Mulia 3, Ciracas, Jakarta Timur.
B. METODE PENELITIAN 1. POPULASI DAN SAMPEL a. Populasi Populasi
merupakan
wilayah
generalisasi
yang
terdiri
atas
objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek
yang
dipelajari,
akan
tetapi
meliputi
seluruh
karakteristik/sifat yang dimiliki oleh/subjek itu (Setiadi,2013). Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lansia hipertensi yang ada di PSTW Budi Mulia 3, Ciracas, Jakarta Timur, berjumlah 125 lansia.
b. Sampel Sample merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007). Teknik pengambilan sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling atau pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan, cara pengambilan sampel ini dilakukan sedemikian rupa sehingga
keterwakilannya
ditentukan
oleh
peneliti
berdasarkan
pertimbangan orang-orang yang telah berpengalaman (Budiarto, 2001). Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah berjumlah 74 responden yang kemudian dibagi dua, masing-masing untuk kelompok intervensi sebanyak 55 responden dan kelompok kontrol sebanyak 19 responden. Besar sampel tersebut ditentukan berdasarkan rumus serta kriteria inklusi dan ekslusi seperti yang dijabarkan dibawah ini.
Rumus menentukan sampel: N > 50 + 8 x …………………………............……….(1) Keterangan : N = besar sampel x = jumlah variabel independen dalam penelitian Jumlah sampel untuk penelitian: N > 50 + 8 (3) N > 50 + 24 N > 74 responden Kelompok Intervensi = 55 responden (75% dari total jumlah sampel) Kelompok kontrol = 19 responden (25% dari total jumlah sampel)
Kriteria sampel : 1. Kriteria inklusi a. Berusia ≥ 60 tahun b. Memiliki tekanan darah tinggi/hipertensi c. Telah menandatangani surat persetujuan menjadi responden 2. Kriteria Ekslusi a. Tidak bersedia menjadi responden karena memiliki penyakit (rematik, asma, katarak, osteoporosis, keterbatasan mobilisasi) b. Tidak mampu mengikuti senam jantung
1). Teknik sampling yang digunakan adalah jenis pengambilan sampel acak/random. Teknik random yang digunakan dengan penarikan sampel dari kerangka populasi dapat menggunakan randbetween dengan program excel. 2) Responden penelitian yang digunakan berasall dari populasi target (sample frame) yang memiiki distribusi normal atau homogen.
2. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN Penelitian dilakukan di PSTW Budi Mulia 03 Ciracas, Jakarta Timur dan dilaksanakan pada bulan November 2015, mulai minggu pertama sampai dengan minggu keempat, senam dilakukan setiap pukul 08.00 WIB pada hari selasa dan jumat.
3. PROSEDUR PENGUMPULAN DATA Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan lembar observasi yang disusun oleh peneliti. a. Data primer Data yang dikumpulkan secara langsung pada saat penelitian berlangsung. Data ini diperoleh secara langsung melalui pemeriksaan tekanan darah pada responden dengan metode pre dan post test. Teknik pengukuran Tekanan Darah dalam penelitian dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: 1)
Sebelum responden melakukan senam jantung selama satu bulan (8 kali senam).
2)
Setelah responden melakukan senam jantung selama satu bulan (8 kali senam).
3)
Masing-masing data tersebut akan di ambil rata-rata untuk diuji Wilcoxon.
4)
b.
Kemudian hasil tersebut dianalisis.
Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber lain seperti rekam medis. Data sekunder ini digunakan sebagai data penunjang dan data pelengkap dari data primer untuk keperluan penelitian. Dalam penelitian ini, data sekunder diperoleh adalah data lansia yang menderita tekanan darah tinggi/hipertensi di PSTW Budi Mulia 03, Ciracas, Jakarta Timur.
4. INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA Alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut a. Tensimeter/Sphygmomanometer, alat ini digunakan untuk melakukan pengukuran tekanan darah pada saat Pre-test dan Post-test. b. Stethoscope, alat ini digunakan untuk mendengar bunyi korotkoff atau bunyi yang terdengar pada saat pemeriksaan tekanan darah secara manual. c. Tape, alat ini digunakan untuk memutar kaset musik untuk senam jantung d. Kaset senam jantung, alat ini digunakan untuk mengiringi responden senam jantung e. Timbangan badan, alat ini digunakan untuk mengukur berat badan responden f. Microtoise staturmeter, alat ini digunakan untuk mengukur tinggi badan responden g. Lembar observasi, alat ini digunakan untuk absen responden, mencatat jenis kelamin responden, serta tekanan darah responden sebelum dilakukan senam dan setelah dilakukan senam.
5. ANALISA DATA Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis univariat, analisis bivariat.
a. Analisis Univariat Analisis frekuensi dipakai untuk menghitung frekuensi dan persentasi data variabel bagi analisis statistik. Univariat dari penelitian ini adalah jenis kelamin, indeks masa tubuh, tekanan darah dan senam jantung.
b.
Analisis Bivariat Analisa bivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji beda berpasangan statistik non parametrik. Pada uji beda Berpasangan statistik non-parametrik,
variabel-variabel
penelitian
yang
akan
dikaji
mempergunakan jenis skala pengukuran kategorial atau nominal maupun ordinal. Statistik non-parametrik two related samples test digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara dua variabel yang berpasangan atau berhubungan. Uji ini menggunakan data skala ordinal yang tidak mensyaratkan data distribusi normal. Uji yang digunakan adalah Uji Wilcoxon yang merupakan uji perbedaan sebelum-sesudah (Susilo, dkk, 2014). Variabel pada penelitian ini yang dianalisa dengan analisis bivariat adalah tekanan darah, yaitu tekanan darah responden sebelum diberikan intervensi senam jantung dan tekanan darah responden sesudah diberikan intervansi senam jantung selama satu bulan. Langkah – langkah statistika dengan SPSS meliputi : 1.
Open file
2.
Klik analyze
3.
Non – parametrics test
4.
Pilih two related sample 5. Pada kotak dialog Test Pairs variabel 1 dan variabel 2 Isikan data sebelum-sesudah.
6.
Pada Test Type pilih Wilcoxon
7.
OK
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin. Tabel 5.1 Distribusi Jenis Kelamin responden berdasarkan kelompok Kontrol dan Intervensi di PSTW Budi Mulia 3 Ciracas,Jakarta Timur Jenis kelamin
Kelompok Kontrol
Kelompok Intervensi
Frekuensi
(%)
Frekuensi
(%)
12 7 19
16,22% 9,46% 25,68%
27 28 55
36,48% 37,84% 74,32%
laki-laki perempuan total
Total (%)
39 35 74
52,70% 47,3% 100%
5.1
jumlah
Sumber : data primer yang sudah diolah, 2016 Berdasarkan
hasil
pengolahan
data
pada
tabel
karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sebanyak 74 responden,. Dari total responden terbanyak berjenis kelamin laki-laki sebanyak 39 responden (52,70%). Dan dari data tersebut pada kelompok intervensi lebih banyak berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 28 responden (37,84%). Menurut Riskesdas 2007 (dalam Kemenkes 2013) laki-laki lebih beresiko untuk mendapatkan tekanan darah tinggi di bandingkan perempuan, dikarenakan laki-laki diduga memiliki gaya hidup seperti merokok dan minum alkohol yang cenderung meningkatkan tekanan darah. Prevalensi hipertensi pada perempuan sedikit lebih tinggi dibanding pria. Berdasarkan Journal of Clinical Hypertension, Oparil menyatakan bahwa perubahan hormonal yang sering terjadi pada wanita menyebabkan wanita lebih cenderung memiliki tekanan darah tinggi. Hal ini juga menyebabkan risiko wanita untuk terkena penyakit jantung menjadi lebih tinggi (Miller, 2010). Penelitian ini sama dengan jumlah lansia perempuan sebanyak 76 yang ada di PSTW Budi Mulia 3, Ciracas, Jakarta Timur. Menurut analisa peneliti gaya hidup pada lansia laki-laki lebih beresiko mempunyai tekanan darah tinggi karena mempunyai riwayat merokok, konsumsi alkohol, konsumsi garam yang berlebihan, tidak mengikuti olahraga dan jarang mengkonsumsi buah-buahan serta sayur. Dari hasil pengamatan persentase lansia yang berjenis kelamin laki-laki
lebih bisa melakukan senam jantung karena lansia perempuan banyak yang tidak bisa melakukan aktivitas dan mobilisasi secara mandiri.
2. Distribusi Frekuensi Indeks Massa Tubuh (IMT) Table 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) Responden Berdasarkan Kelompok Kontrol Dan Intervensi di PSTW Budi Mulia 3, Ciracas Jakarta Timur. Imt Berat Badan Kurang Berat badan normal Berat badan lebih Total
Kelompok Kontrol Frekuensi (%) 3 4,05%
Kelompok Intervensi Frekuensi (%) 20 27,02%
Total (%) 23
31,07%
11
14,86%
21
28,37%
32
43,23%
5
6,75%
14
18,91%
19
25,66%
19
25,66%
55
74,3%
74
100%
Sumber : primer yang sudah diolah, 2016. Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 5.2 karakteristik berdasarkan IMT, mayoritas responden memiliki IMT normal sebanyak 32 responden (43,23%). Dari hasil persentasi pada kelompok kontrol sebanyak 11 reponden (14,86%) memiliki
berat badan normal dan
persentasi pada kelompok intervensi juga memiliki berat badan normal sebanyak 21 responden (28,37%). Berat badan dan indeks masa tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan tekanan darah sistolik. Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi hipertensi pada obesitas jauh lebih besar (Henry dan Stephens tahun 1997 dalam Kamso, 2000) (dalam Kemenkes 2013). Menurut analisa peneliti obesitas bukan merupakan faktor utama tekanan darah tinggi, tetapi risiko untuk menderita hipertensi pada orangorang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang badannya normal (Soegih&Wiramiharja, 2009). Penilaian pola makan dapat dilihat dengan melihat jumlah kecukupan energi yang dibutuhkan, jenis makanan dan jadwal makan sehari sehingga dapat diperoleh data konsumsi sehari pada lansia. Jadwal makan yang diberikan oleh petugas PSTW sebanyak 3 kali sehari, selain itu lansia diberikan makanan ringan setiap pagi seperti kue, bubur ataupun susu. Setiap hari petugas
membagikan makanan kepada lansia dengan menu yang sama tanpa membedakan status, jenis kelamin, kamar atau ruangan lansia tinggal. Proses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi pada tubuh dan berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh seperti sistem pencernaan, banyaknya gigi yang sudah tanggal, mengakibatkan gangguan fungsi mengunyah yang dapat berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia lanjut, penurunan mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan. Masalah gizi yang dihadapi lansia berkaitan erat dengan menurunnya aktivitas biologis tubuhnya. Konsumsi pangan yang kurang seimbang akan memperburuk kondisi lansia yang secara alami memang sudah menurun (Maryam, 2008).
3. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Berdasarkan Kelompok Kontrol Table 5.3 Distribusi Tekanan Darah Kelompok Kontrol Observasi 1 dan Observasi 4 di PSTW Budi Mulia 3, Ciracas Jakarta Timur. Tekanan Darah <120/<80 mmHg (Normal) 120-139/80-89 mmHg (Pre Hipertensi) 140-159/90-99 mmHg (Hipertensi tingkat I) >160/>100 mmHg (Hipertensi tingkat II) Total
Observasi 1 Frekuensi (%) 0 0%
Observasi 2 Frekuensi (%) 0 0%
Total(%) 0
0%
15
39,47%
3
7,89%
18
47,36%
3
7,89%
14
36,84
17
44,73%
1
2,63%
2
5,26%
3
7,89%
19
49,99%
19
49,99
38
100%
Sumber : primer yang sudah diolah, 2016. Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 5.3 karakteristik kelompok kontrol mayoritas data tekanan darah pada observasi pertama sebanyak 15 responden (39,47%) berada pada kriteria tekanan darah pre hipertensi yaitu tekanan darah 120-139/80-89 mmHg (JNC-VII, 2003). Empat minggu kemudian, dilakukan observasi tekanan darah yang kedua, dimana didapatkan hasil masih tidak ada responden yang memiliki tekanan darah normal (0%), tetapi responden yang memiliki hipertensi tingkat 1 meningkat dari 3 responden menjadi 14 responden (36,84%). Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi salah satunya yaitu keturunan dan gaya hidup responden itu sendiri. Faktor sosial budaya
masyarakat Indonesia berbeda dengan sosial budaya masyarakat di negara maju, sehingga faktor yang berhubungan dengan terjadinya hipertensi di Indonesia kemungkinan berbeda pula (Kushariyadi,2010). Menurut analisis peneliti, bahwa mayoritas responden disebabkan oleh faktor kebiasaan responden yaitu kebiasaan merokok yang sering dilakukan oleh responden setelah makan. Data ini didapat dari hasil observasi oleh peneliti. Hal ini menyebabkan responden berpotensi tinggi untuk menderita tekanan darah tinggi dan beresiko tinggi penyakit kardiovaskuler karena gaya hidup yang tidak sehat.
4. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Berdasarkan Kelompok Intervensi Table 5.4 Distribusi Tekanan Darah Kelompok Intervensi Sebelum dan Setelah Senam Jantung di PSTW Budi Mulia 3, Ciracas Jakrta Timur. Tekanan Darah
<120/<80 mmHg (Normal) 120-139/80-89 mmHg (Pre Hipertensi) 140-159/90-99 mmHg (Hipertensi tingkat I) >160/>100 mmHg (Hipertensi tingkat II) Total
Sebelum Senam Jantung Frekuensi (%) 0 0%
Setelah Senam Jantung Frekuensi (%) 14 12,72%
Total (%)
14
12,72%
24
21,81%
28
25,45%
52
47,26%
29
26,36%
12
10,90%
41
37,26%
2
1,81%
1
0,90%
3
2,71%
55
49,98%
55
49,97
110
100%
Sumber : primer yang sudah diolah, 2016. Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 5.4 karakteristik kelompok intervensi mayoritas data tekanan darah sebelum senam jantung, sebanyak 29 responden (26,36%) berada pada kriteria tekanan darah pre hipertensi tingkat I yaitu tekanan darah 140-159/90-99 mmHg (JNC-VII, 2003). Kemudian responden dikelompok intervensi diberikan senam jantung selama delapan kali dalam 4 minggu (2 kali/minggu) dan dilakukan observasi yang kedua, didapatkan hasil bahwa responden yang memiliki tekanan darah pre hipertensi tingkat I mengalami penurunan jumlah responden menjadi 12 responden (10,90%), responden pre hipertensi menjadi 28 orang (25,45%) dan responden dengan tekanan darah normal meningkat dari 0 menjadi 14 reponden (12,72%). Data
tersebut menunjukan adanya perubahan dan penurunan tekanan darah pada minggu keempat setelah intervensi senam jantung. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori bahwa rangkaian gerakan senam jantung sebagai bagian dari olahraga jantung, dapat menurunkan tekanan darah, karena disusun dengan selalu mengutamakan kemampuan jantung, gerakan otot besar dan kelenturan sendi, serta memasukan oksigen sebanyak mungkin (SJS seri V, 2010). Beberapa
penelitian
menunjukkan
bahwa
pendekatan
nonfarmakologis dapat dilakukan pada penderita hipertensi yaitu meliputi; teknik-teknik mengurangi stres, penurunan berat badan, pembatasan alkohol, natrium, tembakau, dan olahraga. Rudi Hamarno (2010) mengatakan latihan Relaksasi Otot Progresif dapat menurunkan tekanan darah pada responden hipertensi. Menurut analisis peneliti menunjukkan adanya perubahan dan penurunan tekanan darah pada responden hipertensi. Hal ini terjadi karena responden telah terpapar informasi dari peneliti mengenai bahayanya penyakit hipertensi jika tidak ditanggani secara teratur. Setelah mengetahui informasi tersebut, responden aktif dan antusias dalam menerima tindakan selama intervensi Senam Jantung yang mempunyai efek terhadap penurunan tekanan darah, sehingga pada minggu keempat sudah tampak perubahan tekanan darah.
Analisa Bivariat Statistik Deskriptif Analisis bivariat dalam penelitian ini adalah uji beda berpasangan non parametrik, pada statistic non parametric two related samples test digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara dua variable yang berpasangan atau berhubungan. Uji ini menggunakan data berskala ordinal dan tidak
mensyaratkan data terdistribusi normal. Uji yang
digunakan : Uji Wilcoxon merupakan uji perbedaan sebelum-sesudah. Uji Wilcoxon banyak dipergunakan untuk pengamatan penelitian yang berhubungan dengan aspek perilaku manusia (Ghozali, 2006).
Tekanan darah responden sebelum diberikan intervensi senam jantung dan tekanan darah responden sesudah diberikan intervensi senam jantung selama 4 minggu.
3. Analisis Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Senam Jantung Pada Lansia Hipertensi Di Pstw Budi Mulia 03 Ciracas Jakarta Timur Table 5.5 Hasil Uji Beda Berpasangan Non-Parametrik Menggunakan Uji Wilcoxon. Tekanan Darah
<120/<80 mmHg (Normal) 120-139/80-89 mmHg (Pre Hipertensi) 140-159/90-99 mmHg (Hipertensi tingkat I) >160/>100 mmHg (Hipertensi tingkat II) Total
Sebelum Senam Jantung Frekuensi (%) 0 0%
Setelah Senam Jantung Frekuensi (%) 14 12,72%
Total (%)
14
12,72%
24
21,81%
28
25,45%
52
47,26%
29
26,36%
12
10,90%
41
37,26%
2
1,81%
1
0,90%
3
2,71%
55
49,98%
55
49,97
110
100%
p Value
0.00
Sumber : data primer yang sudah diolah,2016
Berdasarkan hasil uji beda berpasangan non parametrik diatas, didapatkan nilai Wilcoxon Signed Ranks Test di Asymp. Sig. (2-tailed) adalah 0,000 (p Value < 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan intervensi senam jantung. Hasil penelitian ini, sesuai dengan penelitian Resaeshirazi, Ahmadian, Hossini pada tahun 2015 yang berjudul “analisis perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah senam jantung pada lansia hipertensi”, dengan menggunakan uji beda berpasangan, penelitian tersebut menyebutkan bahwa ada perbedaan tekanan darah sebelum dan setelah dilakukan intervensi senam selama 12 minggu. Penelitian ini juga mendukung penelitian Mehdi, Kohandel, Aghaei dan Rostami (2015) yang mengatakan bahwa ada perbedaan tekanan darah yang signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah dilakukan senam (p < 0,05).
Adanya perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah senam jantung pada lansia hipertensi dikarenakan oleh mekanisme yang dikenal
dengan
hipotensi
pasca
latihan
(Pre
Excersice
Hypotension/PEH). Mekanisme tersebut terjadi karena adanya penurunan aktivitas simpatis, curah jantung dan stroke volume setelah melakukan suatu latihan. Selanjutnya, Hipotensi pasca latihan telah terbukti menyebabkan penurunan dalam total resistensi pembuluh darah perifer dengan merangsang pelepasan zat vasodilatasi, seperti nitrat oksida (Anunciacao & Polito, 201 1; Forjaz, Matsudaira, Rodrigues, Nunes, & NEGRAO, 1998; Forjaz et al., 2003; Halliwill, (2001) dalam artikel penelitian Rio Claro (2013). Menurut peneliti, jantung pada lansia tidak dapat bekerja dengan maksimal dikarenakan adanya penurunan fungsi fisiologis akibat proses penuaan, gerakan senam jantung juga disesuaikan dengan usia lansia sehingga senam jantung yang dilakukan secara rutin dan teratur dapat melatih jantung untuk bekerja dengan lebih baik, sehingga oksigen ke seluruh tubuh terpenuhi, apabila oksigen terpenuhi, maka jantung tidak perlu bekerja lebih keras, hasilnya adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi pada lansia dapat dikontrol.
D. SIMPULAN DAN SARAN a. Simpulan Penelitian tentang adakah Perbedaan Tekanan Darah Kelompok Sebelum Senam Jantung terhadap Tekanan Darah Setelah Melakukan Senam Jantung Pada Lansia Hipertensi di PSTW Budi Mulia 3, Ciracas, Jakarta Timur” dilaksanakan mulai minggu pertama Oktober 2015 selama 4 minggu. Responden berjumlah 74 orang yang terdiri atas 55 orang (74,32%) kelompok intervensi dan 19 orang (25,67%) kelompok kontrol, dengan simpulan sebagai berikut :
1) Sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki 39 responden (52,69%), reponden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 35 responden (47,3%).
2) Responden yang memiliki indeks massa tubuh (IMT) dengan berat badan kurang sebanyak 23 responden (31,07%), 32 responden memiliki berat badan normal (43,23%), dan 19 responden memiliki berat badan yang berlebih (25,66%). 3) Pada observasi pertama, tekanan darah responden yang tidak melakukan senam jantung, sebanyak 15 responden memiliki tekanan darah pre hipertensi (39,47%), 3 responden memiliki hipertensi tingkat 1 (7,89%), dan 1 orang memiliki hipertensi tingkat 2 (2,63%), dan tidak ada responden yang memiliki tekanan darah yang normal (0%). Pada observasi kedua, tidak ada responden yang memiliki tekanan darah normal (0%), responden yang memiliki pre hipertensi 3 orang (7,89%), responden yang memiliki hipertensi tingkat 1 meningkat dari 3 orang menjadi 14 orang (36,84%), dan responden yang memiliki hipertensi tingkat 2 menjadi 2 orang (5,26%). 4) Sebelum dilakukan intervensi senam jantung, responden yang memiliki pre hipertensi 24 orang (21,81%), hipertensi tingkat 1 sebanyak 29 responden (26,36%), hipertensi tingkat 2sebanyak 2 orang (1,81%) dan tidak ada responden yang memiliki tekanan darah normal (0%). Setelah dilakukan intervensi senam jantung, responden yang memiliki hipertensi tingkat 2 berkurang menjadi 1 orang (0,9%), responden dengan hipertensi tingkat 1 berkurang menjadi 12 orang (10,9%), responden pre hipertensi menjadi 28 orang (25,45%) dan responden dengan tekanan darah normal meningkat dari 0 menjadi 14 responden (12,72%). 5) Ada perbedaan tekanan darah sebelum dan setelah dilakukan intervensi senam jantung (p Value = 0,000 < 0,05).
b. Saran 1) Diharapkan kepada tenaga kesehatan dapat menggunakan senam jantung sebagai nonfarmakologis untuk mengontrol tekanan darah. 2) Diharapkan peserta senam jantung untuk lebih teratur mengikuti olahraga senam jantung sesuai dengan instruksi. 3) Diharapkan pada PSTW Budi Mulia 3 Ciracas, Jakarta Timur menggunakan program senam jantung sebagai program dikegiatan rutinitas lansia.
4) Dianjurkan untuk PSTW untuk menggunakan senam jantung sebagai program kegiatan rutinitas dengan jangka waktu yang lama. 5) Diharapkan bagi peneliti selanjutnya melakukan penelitian yang serupa dengan variabel penelitian yang lebih lengkap (usia, rutinitas keseharian, jenis makanan, dll).
E. DAFTAR PUSTAKA American Heart Association. (2008). Hypertension. http://hyper.ahajournals.org/cgi diakses pada tanggal 20 Agustus 2015. Anunciacao & Polito, dkk (2001) dalam artikel penelitian Rio Claro (2013). Effect of aerobic and resistance exercise intensities on 24-hours blood pressure in normotensive women www.scielo.br/pdf/ , di akses tanggal 27 Juli 2015. Beck & Polit (2012). Nursing Research Methodology. China : Wolter Kluwer, Lippincott. Bell, dkk (2014). Effect of Long-Term Physical Exercise on Blood Pressure in an African American Sample. Http//www.digitalcommons.org/ di akses tanggal 15 Januari 2016.
Black, M.J., & Hawks, H.J. (2009). Medical Surgical Nursing: Clinical Management for Positive Outcomes. Edition 8. Volume 2. Singapure: Elsevier. Collier, dkk(2008). Effect of 4 weeks of aerobic or resistance exercise training on arterial stiffness, blood flow and blood pressure in pre-and stage1hypertensive.http://www.nature.com/jhh/journal/v22/n10/pdf/jhh200836a.p df,diakses tanggal 29 Juli 2015. Cornelia, dkk. (2013). Konseling Gizi. Jakarta : Penebar Plus+ Corwin, Elizabeth J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. Hidayat, A. A. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah . Jakarta: Salemba Medika. Indonesia, Y. J. (2003). Senam Jantung Sehat seri 1. Jakarta: Yayasan Jantung Indonesia. Indonesia, Y. J. (2003). Senam Jantung Sehat seri III. Jakarta: Yayasan Jantung Indonesia.
Indonesia, Y. J. (2010). Senam Jantung Sehat seri V. Jakarta: Yayasan Jantung Indonesia. Liu, dkk (2012). Blood Pressure Responses to Acute and Chronic Exercise Are Related in Prehypertension. Http//www.bloodpressureresponsesacutechro.org Di akses tanggal 15 Januari 2016. Mehdi, dkk (2015) Effect of Endurance Exercise Training on Blood Pressure in Elderly Patients with Hypertension. http//www.kasbparastmehdiezadi.pdf.Diakses tanggal 15 Januari 2016. Notoatmojo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan . Jakarta: PT. Rineka Cipta. Ns.Sri Artinawati, S. (2014). Asuhan Keperawatan Gerontik . Jakarta: iN Media. Ns.Tarwoto, S. N. (2009). Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: TIM. Rezaeshirazi, Ahmadian, dan Hossini . (2015). Effect of Aerobic Training on Blood Pressure in Elderly. www.euromed.uk.com/files/documents/GMP2015-16-8.pdf. Di akses tanggal 15 januari 2016. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2013). Pedoman Pewawancara Petugas Pengumpul Data. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes RI. R.Siti Maryam, dkk (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika. Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Surabaya: Graha Ilmu. Setiati.S. dkk. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta Pusat : InternaPublishing.
Soegih. dkk. (2009). Obesitas Permasalahan dan Terapi Praktis. Jakarta : Sagung Seto. Susilo,W. (2014). Biostatistik Lanjut dan Aplikasi Riset . Jakarta: TIM. Potter, P. P. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC. Kemenkes RI (2013). Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Jakarta : Kemnkes RI. Kushariyadi. (2010). Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba Medika.
World Health Day. (2013). A global brief on hypertension; Silent killer, global public health. Geneva: World Health Organization 2013.