HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULIA 03 MARGAGUNA JAKARTA SELATAN
Skripsi Diajukan untuk Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh : RIZAL KHOERUL HAQ 1111104000044
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Rizal Khoerul Haq
Tempat, Tanggal Lahir
: Bandung, 07 Oktober 1993
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Alamat
: Jl. Nagrak RT 04/06 No. 42 Kp. Cangkuang Kec. Cangkuang Bandung Jawa Barat
Telepon/Handphone
: 085720849797
E-mail
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan
:
1. TK Al-MUDIYAH
(1999-2000)
2. SDN SETRAGALIH II
(2000-2006)
3. SMPN I KATAPANG
(2006-2009)
4. SMAN I KATAPANG
(2009-2011)
Pengalaman Seminar, Pelatihan, Workshop dan Talk Show: 1. Pelatihan Pertolongan Pertama pada Mahasiswa “Tau Trik Pasti Bisa Nolong..!!” Tahun 2011 2. Seminar Keperawatan “Nursing as Partner Society and Delivering Public Health” Tahun 2011
v
3. Seminar Nasional Keperawatan “Uji Kompetensi Perawat: Meningkatkan Peran dan Mutu Profesi Keperawatan dalam Menghadapi Tantangan Global” Tahun 2012 4. Seminar
Nasional
Keperawatan
“NANDA,
NIC,
NOC:
Concept,
Implementation, and Inovation for Better Quality of Nursing Service in Indonesia” Tahun 2013 5. Workshop Keperawatan “NANDA, NIC, NOC: Concept, Implementation, and Inovation for Better Quality of Nursing Service in Indonesia” Tahun 2013 6. Seminar Nasional “Kekerasan Seks pada Anak dan Remaja, Peran Perawat & Keluarga” Tahun 2014 7. Talk Show “IMA Youth Forum: Part of Indonesia MDG Awards 2013” Tahun 2014 8. Pelatihan “SEFT Total Solution Training” Tahun 2014 9. Pelatihan “Basic Trauma Life Support dan Basic Cardiovascular Life Support” Tahun 2015 10. Seminar Nasional keperawatan “ENTERPRE-NURSE: Konsep, Peluang dan Kebijakan Praktik Mandiri Keperawatan untuk Mnghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015” Tahun 2015
vi
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN Skripsi, Juni 2015 Rizal Khoerul Haq, NIM: 1111104000044
HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULIA 03 MARGAGUNA JAKARTA SELATAN (xxi + 81 Halaman + 9 Tabel + 2 Gambar + 6 Lampiran) ABSTRAK Lansia merupakan tahap akhir pertumbuhan manusia, saat seseorang memasuki tahap lansia maka mereka akan mengalami berbagai perubahan yang rentan menimbulkan depresi. Depresi pada lansia dapat menyebabkan keadaan tidak bermotivasi sosial, hilangnya perhatian pada keadaan sekitar serta bunuh diri, oleh karena itu dibutuhkan kegiatan yang dapat dijadikan usaha preventif pencegahan depresi pada lansia. Salat berjamaah merupakan ibadah yang dalam pelaksanaannya melibatkan dimensi spiritual, emosional, fisik dan interaksi yang dapat menumbuhkan kedekatan pada Allah Swt. maupun sesama. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan salat berjamaah dengan tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan. Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional pada 30 responden lansia yang memiliki kebiasaan rutin melaksanakan salat berjamaah di masjid. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner salat berjamaah dan kuesioner depresi. Hasil uji statistik dengan menggunakan korelasi spearman diperoleh r=-0,657 dengan P-value 0,000 sehingga Ha diterima. Hasil penelitian secara umum menunjukan ada hubungan kuat antara salat berjamaah dengan tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan dengan arah negatif (-). . Kata kunci
: Shalat Berjamaah, Depresi, Lansia
Daftar Bacaan
: 93 (1998-2015)
vii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES THE STUDY PROGRAME OF NURSING SCIENCES Undergraduated Thesis, June 2015 Rizal Khoerul Haq, NIM : 1111104000044
RELATIONS BETWEEN CONGREGATIONAL PRAYERS WITH DEPRESSION ON ELDERLY AT PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULIA 03 MARGAGUNA SOUTH JAKARTA (xxii + 81 Pages+ 9 Tables + 2 Figures + 6 Appendixes) ABSTRACT Elderly is the final stage of human growth, when a person enters elderly stage, they will experiencing a variety of changes that cause depression. Depression in the elderly can lead to absence of social motivation, loss attention to the situation around and suicide, therefore it’s required activities that can used as effort of depression preventive in the elderly. Congregational prayers is a worship which in practice involves a spiritual dimension, emotional, and physical interaction that able to make someone be closer to Allah Swt. as well as fellow. The purpose of this study was to determine the relationship between the congregational prayers with depression rate in the elderly at Panti SosIal Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna South Jakarta. This type of research is quantitative with cross sectional study of 30 elderly who have a habit perform congregational prayers in the mosque routinely. Data collected by using congregational prayers questionnaire and depression questionnaire. Statistical test results obtained using Spearman correlation r = -0.657 with P-value 0.000 so it means Ha accepted. Research results generally showed there is strong relationship between prayer in congregation with depression rate in the elderly at Panti SosIal Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna South Jakarta with negative direction (-).
Keywords
: Congregational prayers, Depression, Elderly
Reference
: 93 (1998-2015)
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb Segala puji adalah bagi Allah Swt., kita memuji, memohon pertolongan, dan memohon ampunan kepada-Nya, serta kepada-Nya pula kita berlindung dari keburukan diri dan dari kejahatan amal perbuatan kita. Barang siapa yang diberi hidayah oleh Allah Swt. maka tidak akan ada satupun makhluk yang mampu menyesatkannya, dan barangsiapa yang dibiarkan sesat oleh Allah Swt. maka tidak akan ada satupun makhluk yang dapat memberinya hidayah. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, Dialah Yang Maha Esa serta tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Atas berkat rahmat, ridha, dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Salat Berjamaah dengan Tingkat Depresi pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Magaguna Jakarta Selatan”. Penulis banyak menerima bantuan dan dukungan dari berbagai pihak selama proses pendidikan dan penyusunan skripsi ini. Ucapan terimakasih dan penghargaan sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. Arif Sumantri S.KM., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
ix
2. Ibu Maulina Handayani, S.Kp.,MSc, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan. 3. Ibu Eni Nur’aini Agustini S.Kp.,MSc, selaku dosen pembimbing akademik, terimakasih untuk beliau yang telah memberikan bimbingan dan motivasi selama 4 tahun masa akademik. 4. Ibu
Ratna
Pelawati,
S.Kp.,M.Biomed
S.Kp.,M.Kep,,Ns.Sp.Kep.Mat,
selaku
dan
dosen
Ibu
Puspita
pembimbing,
Palupi,
terimakasih
sebesar-besarnya kepada beliau yang telah meluangkan waktu dan ilmu dalam membimbing penulis selama proses penulisan skripsi ini. 5. Uswatun Khasanah, MNS, Selaku penguji yang telah banyak memberikan masukan untuk menyempurnakan skripsi ini. 6. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengalamannya yang tak ternilai, serta seluruh staf dan karyawan di lingkungan Univesitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Kepala dan staf Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 01 Cipayung, yang telah mengijinkan dan membantu peneliti dalam melakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner. 8. Kepala dan staf Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna, yang telah mengijinkan dan membantu peneliti dalam melakukan penelitian. 9. Orang tuaku, Ibu Imas Masitoh dan Bapak Aep Saepudin yang telah menjadi jalan dari segala kebaikan baik yang tampak maupun yang tidak tampak yang x
penulis rasakan, kepada keduanya semoga penulis dapat berbakti, serta kepada Mamah eneng dan Aang yang telah memberikan kasih sayang dan tauladan bagai orang tua. 10. Saudari perempuanku, Teh Risna dan Teh Ridha beserta keluarga yang selalu mengingatkan untuk tidak menunda-nunda dalam mengerjakan skripsi. 11. Sahabat-sahabat PSIK 2011, Ilzam, Gilang, Ikbal yang telah berjuang bersama dalam menyelesaikan perkuliahan, semoga kita menjadi perawat islam yang profesional, serta Desti, Anjay, Runingga, Azmi, Nika dan Maul yang telah memberikan motivasi dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 12. Teman-teman BEM PSIK periode 2011-2014 yang telah memberikan pelajaran praktik berorganisasi. Seraya berdoa kepada Allah Swt., penulis berharap semua kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah Swt. dan semua kesalahan diampuni oleh Allah Swt. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb Ciputat, Juni 2015
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HAL
PERNYATAAN PERSETUJUAN.............................................................................i LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................ii LEMBAR PERNYATAAN......................................................................................iv RIWAYAT HIDUP...................................................................................................v ABSTRAK...............................................................................................................vii ABSTRACT...........................................................................................................viii KATA PENGANTAR..............................................................................................ix DAFTAR ISI..........................................................................................................xiii DAFTAR BAGAN................................................................................................xvii DAFTAR TABEL................................................................................................xviii DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xix DAFTAR SINGKATAN........................................................................................xx LEMBAR PERSEMBAHAN................................................................................xxi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang............................................................................................1 B. Rumusan Masalah.......................................................................................5 C. Tujuan Penelitian........................................................................................5 D. Manfaat Penelitian......................................................................................6 E. Ruang Lingkup Penelitian..........................................................................7
xii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia................................................................................................8 1. Definisi................................................................................................8 2. Perubahan pada Lansia.......................................................................8 3. Tugas Perkembangan Lansia.............................................................13 4. Permasalahan Bekaitan dengan Lansia.............................................13 5. Tipe Kepribadian Lansia...................................................................14 6. Perilaku Lansia..................................................................................15 B. Depresi....................................................................................................16 1. Definisi..............................................................................................16 2. Faktor Penyebab Depresi pada Lansia..............................................17 3. Gejala Depresi...................................................................................19 4. Depresi Berdasarkan Tingkatan Beratnya........................................20 5. Diagnosis depresi..............................................................................22 C. Salat Berjamaah......................................................................................23 1. Definisi.............................................................................................23 2. Hukum Salat Berjamaah..................................................................23 3. Anjuran dan Peringatan untuk Mengerjakan Salat Berjamaah........24 4. Syarat Wajib Salat Berjamaah.........................................................26 5. Sunat-sunat dalam Salat Berjamaah................................................26 6. Halangan yang Membolehkan Seseorang Meninggalkan Salat Berjamaah........................................................................................27
xiii
7. Boleh Berpisah dari Imam Karena ‘Udzur......................................28 8. Tata Cara Salat Berjamaah..............................................................29 9. Khusyuk dalam Salat.......................................................................30 10. Tawakal dan Ketenangan dalam Salat.............................................32 11. Aspek Positif Salat Berjamaah........................................................32 D. Penelitian Tekait....................................................................................39 E. Kerangka Konsep..................................................................................40
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep..................................................................................41 B. Hipotesis...............................................................................................42 C. Definisi Operasional.............................................................................43
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian..................................................................................44 B. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................44 C. Populasi dan Sampel Penelitian...........................................................45 D. Besar Sampel.......................................................................................46 E. Teknik Pengambilan Sampel...............................................................47 F. Pengumpulan Data..............................................................................47 G. Metode Pengumpulan Data.................................................................48
xiv
H. Hasil Uji validitas dan Reliabilitas Instrumen..................................50 I. Tahapan Penelitian...........................................................................53 J. Pengolahan Data..............................................................................55 K. Analisis Data....................................................................................56 L. Etika dan Prinsip Penelitian.............................................................58
BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian..............................................63 B. Karakteristik Responden.................................................................63 C. Analisis Univariat...........................................................................64 D. Analisis Bivariat.............................................................................65
BAB VI PEMBAHASAN A. Gambaran Karakteristik Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan......................67 B. Hubungan Salat Berjamaah dengan Tingkat Depresi pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan....................................72 C. Keterbatasan Penelitian.................................................................78
xv
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................79 B. Saran...........................................................................................80 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xvi
DAFTAR BAGAN
1.1 Kerangka Teori................................................................................40 1.2 Kerangka Konsep.............................................................................41
xvii
DAFTAR TABEL
3.1 Definisi Operasional....................................................................,,.43 4.1 Skor Skala Likert...........................................................................49 4.2 Distribusi Pernyataan Kuesioner Salat Berjamaah........................49 4.3 Distribusi Pernyataan Kuesioner Salat Berjamaah Sebelum Dilakukan Validity Content oleh Ahli...........................51 4.4 Distribusi Pernyataan salat Berjamaah Sesudah Dilakukan Validity Content oleh Ahli..........................................52 4.5 Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan...................................58 5.1 Distribusi Jenis Kelamin, Umur dan Pendidikan Responden Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan...........................................................64 5.2 Distribusi Nilai Salat Berjamaah Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan.........64 5.3 Distribusi Tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 03 Jakarta Selatan............................65 5.4 Analisis Hubungan Salat Berjamaah dengan Tingkat Depresi pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan.....................................................65
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Informed Consent Lampiran 2 Kuesioner Data Demografi Lampiran 3 kuesioner Salat Berjamaah Lampiran 4 Kuesioner Depresi Lampiran 5 lembar Surat Izin Penelitian Lampiran 6 Lampiran Hasil SPSS
xix
DAFTAR SINGKATAN
Swt.
: Subhanahu wa ta ‘ala
Saw.
: Salallahu ‘alaihi wassalam
Lansia
: Lanjut usia
PSTW
: Panti Sosial Tresna Werdha
Depkes
: Departemen Kesehatan
Riskesdas
: Riset Kesehatan Dasar
WHO
: World Health Organization
CAM
: Complementary and Alternative Modalities
xx
LEMBAR PERSEMBAHAN
"Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari akhir, serta tetap mendirikan salat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk" (QS. At Taubah: 18)
“Siapa saja yang salat lima waktu dengan berjamaah, maka ia akan melewati shirat secepat kilat. Ia bersama Sabiqun Awwalun dan dihari kiamat ia akan datang dengan muka berseri seperti bulan purnama.” (HR. Ath-Thabrani)
xxi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Populasi lansia di Indonesia setelah tahun 2050 diprediksi meningkat lebih tinggi daripada populasi lansia di wilayah Asia dan global. Indonesia termasuk negara berstruktur tua, hal ini terlihat dari presentase lansia pada tahun 2008, 2009, dan 2012 yang mencapai lebih dari 7%. Laporan PBB memprediksi bahwa usia harapan hidup di Indonesia pada tahun 2045-2050 mencapai 77,6 tahun dengan presentase lansia mencapai 28,68% (Dewi, 2014). Penduduk usia lanjut di Indonesia memiliki beberapa dimensi diantaranya jumlah absolut yang besar, tingkat pendapatan yang rendah, tingkat pendidikan yang rendah, dan yang tak kalah pentingnya kemungkinan tingkat kesehatan yang rendah pula (Tamher & Noorkasiani, 2011). Ketika seseorang memasuki tahap lansia, maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Hal ini mengakibatkan perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan kepribadian (Sutarto & Ismulcokro, 2008). Riskesdas tahun 2013 menyebutkan bahwa jumlah kejadian gangguan mental emosional pada lansia lebih tinggi daripada kelompok umur lainnya (Depkes, 2013). Satu contoh masalah yang sangat lazim akibat depresi di kalangan lansia adalah bunuh diri, terutama pada laki-laki kulit putih. Bunuh diri yang mereka
1
2
lakukan seringkali tampak sebagai akibat penilaian keadaan dan harapan mereka yang dipikirkan dengan baik (Pickett & Hanlon, 2009). Depresi pada lansia sering terjadi bersamaan dengan masalah gangguan fisik menahun yang dialaminya (Santoso & Ismail, 2010). Mereka juga menjadi depresif karena mengetahui bahwa sebagian besar dari proses kehidupan tidak mereka lalui. Mereka seakan-akan merasa tertinggal dan tidak berdaya terhadap keadaan sekelilingnya, dalam hal ini sering juga ditemukan hambatan baik dalam bergerak, tindakan, maupun cara berpikir. Hal ini dapat mengarah pada keadaan tidak bermotivasi total, dan hilangnya perhatian terhadap keadaan sekelilingnya (Steven et al, 2012). Blazer (1986 dalam Carpenito, 2012) mendeskripsikan teori penyebab depresi yang menekankan interaksi kompleks antara beberapa faktor mencakup sumber ekonomi yang rendah, penurunan dukungan sosial, serta penurunan fungsi kesehatan fisik. Faktor tadi memberi pengaruh pada harga diri dan motivasi yang akan meningkatkan perasaan bersalah dan kemarahan. Emosi negatif yang muncul akan menekan afek dan meningkatkan perenungan. Hingga akhirnya akan menurunkan kontak sosial atau menghindar. Erikson (1963 dalam Stolte, 2007) menyatakan bahwa tugas perkembangan lansia adalah integritas ego. Bagian dari tugas ini adalah menerima apa yang telah dilakukan seseorang dengan bijak tanpa memperhatikan rasa sakit dan perjuangan yang terjadi sepanjang perjalanannya. Sullivan dalam Videbeck (2013) menyatakan studi menunjukan bahwa
3
spiritualitas merupakan bantuan yang tulus bagi banyak individu dewasa yang mengalami masalah kejiwaan, berperan sebagai media koping utama dan merupakan sumber makna dan koherensi dalam hidup mereka, atau membantu menyediakan jaringan sosial. Penelitian yang dilakukan Sternthal dan Williams (2010) menyimpulkan bahwa beribadah secara personal, kepercayaan pada akhirat, dan beraktifitas dalam kegiatan keagamaan menunjukan koping positif, pemaknaan hidup dan pengampunan terhadap diri maupun sesama. Ibadah atau doa sebagai Complementary and Alternative Modalities (CAM) merupakan bentuk metode penyembuhan CAM yang paling sering dipraktikan sebagai bentuk intervensi (Gill, 2011). Ibadah salat dalam agama Islam merupakan kunci ibadah yang wajib dilakukan setiap muslim (Kurniasih, 2008). Salat sebagai ibadah memberikan aspek psikologi transpersonal dan transdental yaitu aspek rohaniyah yang akan memberikan dampak menenangkan terhadap jiwa (Sholeh, 2010). Sangkan (2014) mengatakan apabila orang beriman berdzikir pasti akan mendapatkan sambutan dari Allah dan diantara tandanya adalah berupa ketenangan. “Orang-orang yang beriman, hati mereka tenang dengan mengingat Allah. Ingat, hanya dengan mengingat Allah-lah hati akan menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28). Ibnul Qayyim (dalam Taufiq, 2009) mengatakan bahwa salat adalah cara terbaik untuk menenangkan hati, menyinarkan wajah, menyenangkan jiwa,
4
menghilangkan kemalasan, mengaktifkan gerakan anggota tubuh, menambah kekuatan, melapangkan dada, memberikan nutrisi bagi dada, memberikan nutrisi bagi ruh dan menerangkan hati. Ayyub (2008) mengatakan orang yang melakukan salat sendirian mendapat keutamaan, meskipun keutamaan yang didapatkan oleh orang yang salat berjamaah lebih besar daripada keutamaan yang diperolehnya, yaitu sebanyak 27 kali lipat. El-Ma’rufie (2009) menyebutkan bahwa dalam salat berjamaah terdapat manfaat-manfaat tambahan jika dibandingkan dengan salat sendirian yaitu pada aspek sosial meliputi interaksi, demokrasi, dan kebersamaan. Studi Pendahuluan yang telah peneliti lakukan di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan mendapatkan data dari total 208 orang lansia terdapat 60 orang lansia binaan mengalami psikotik dan diantaranya ditempatkan di kamar khusus serta tidak dapat berpartisipasi dalam kegiatan sebagaimana lansia yang lain, sedangkan hasil studi literatur yang dilakukan peneliti menemukan bahwa Levin (2012) melakukan penelitian pada lansia, ia menyimpulkan bahwa berpartisipasi dalam aktivitas di sinagog berhubungan dengan tingkat depresi yang rendah, kualitas hidup yang lebih baik, dan sikap optimis. Syukra (2012) meneliti hubungan religiusitas dengan depresi pada lansia di PSTW Sabai Nan Aluih Padang, penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara religiusitas dan depresi pada lansia. Peneliti belum menemukan literatur yang meneliti hubungan intervensi agama Islam khususnya salat berjamaah terhadap tingkat
5
depresi pada lansia, oleh karena itu peneliti merasa penelitian ini penting dilakukan untuk memperkaya khazanah pengetahuan mengenai CAM terutama bagi PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang mengintegrasikan pengetahuan keperawatan dan keislaman, maka berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Salat Berjamaah dengan Tingkat Depresi pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan”. B. Rumusan Masalah Pertanyaan penelitian yang diajukan berdasarkan latar belakang di atas adalah “Adakah hubungan antara ibadah salat berjamaah dengan tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan?”. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan salat berjamaah dengan tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan. 2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya data demografi berupa usia, jenis kelamin dan pendidikan lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia Margaguna 03 Jakarta Selatan.
6
b. Diketahuinya gambaran salat berjamaah pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia Margaguna 03 Jakarta Selatan. c. Diketahuinya gambaran tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia Margaguna 03 Jakarta Selatan. d. Diketahuinya hubungan salat berjamaah dengan tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan. D. Manfaat Penelitian 1.
Bagi Ilmu Pengetahuan Diharapakan penelitian ini berkontribusi dalam memperluas khazanah pengetahuan berkaitan dengan Complementary and Alternative Modalities (CAM) dengan pendekatan spiritual pada lansia depresi.
2.
Bagi Pendidikan Keperawatan Diharapkan penelitian ini memberikan tambahanan informasi dan referensi dalam peningkatan pengetahuan dan pedoman tindakan keperawatan dalam mengatasi masalah depresi pada lansia.
3.
Bagi Perawat Diharapakan penelitian ini memberikan masukan bagi profesi dalam mengembangkan perencanaan keperawatan terhadap lansia depresi.
7
E. Ruang Lingkup Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mengetahui hubungan salat berjamaah dengan tingkat depresi pada lansia pada bulan Mei-Juni tahun 2015. Subjek yang diteliti adalah lansia yang berada di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan dengan menggunakan metode kuantitatif dan desain cross-sectional serta pengumpulan data dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Lanjut Usia 1. Definisi Penuaan (aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur serta fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Santoso & Ismail, 2010). Lanjut usia adalah kelompok penduduk berusia 60 tahun ke atas (Tamher & Noorkasiani, 2011). World Health Oraganization (WHO) mengklasifikasikan lansia menjadi lansia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lansia (elderly) 60-74 tahun, lansia tua (old) 75-90 tahun, dan lansia sangat tua (very old) di atas 90 tahun (Nugroho, 2009). 2. Perubahan pada Lansia Efendi & Makhfudli (2009) mengungkapkan bahwa perubahan pada lansia terdiri dari perubahan fisik, perubahan mental dan perubahan sosial. a.
Perubahan fisik 1) Sel Pada lansia jumlah selnya akan lebih sedikit dan ukurannya akan lebih besar. Cairan tubuh dan cairan intraseluler berkurang,
8
9
proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati juga ikut berkurang. Jumlah sel otak menurun, mekanisme perbaikan sel terganggu, dan otak menjadi atrofi. 2) Sistem persarafan Rata-rata berkurangnya saraf neokortikal sebesar 1 per detik (Pakkenberg et al, 2003 dalam Ferry & Makhfudli, 2009). Hubungan persarafan cepat menurun, lambat dalam merespon baik dari gerakan maupun jarak waktu, khususnya dengan stress, mengecilnya saraf panca indra, serta kurang sensitif terhadap sentuhan. 3) Sistem pendengaran Gangguan pendengaran (presbikusis), membran timpani menjadi atrofi, terjadi pengumpulan dan pengerasan serumen karena peningkatan keratin, pendengaran menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa atau stress. 4) Sistem penglihatan Timbul sklerosis pada sfingter pupil dan hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih berbentuk bola, lensa lebih keruh dapat menyebabkan katarak, meningkatnya ambang pengamatan sinar dan daya adaptasi terhadap kegelapan menjadi lebih lambat dan sulit untuk melihat dalam keadaan gelap, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang, dan menurunnya daya
10
untuk membedakan antara warna biru dan hijau pada skala pemeriksaan. 5) Sistem kardiovaskular Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun setelah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, sering terjadi postural hipotensi, tekanan darah meningkat
diakibatkan
oleh
meningkatnya
resistensi
dari
pembuluh darah perifer. 6) Sistem pengaturan suhu tubuh Suhu tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis +/- 35o, hal ini diakibatkan oleh metabolisme yang menurun, keterbatasan refleks menggigil, dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot. 7) Sistem pernafasan Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktifitas silia, paru-paru kehilangan elastisitas sehingga kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun. Ukuran alveoli melebar dari normal dan
11
jumlahnya berkurang, oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, dan penurunan kekuatan otot pernafasan. 8) Sistem gastrointestinal Kehilangan gigi, penurunan indera pengecapan, esophagus melebar, sensitivitas rasa lapar menurun, peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi, fungsi absorbsi menurun, hati semakin mengecil
dan
menurunnya
tempat
penyimpanan,
serta
berkurangnya suplai aliran darah. 9) Sistem gentourinaria Ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun hingga 50%, fungsi tubulus berkurang (berakibat pada kemampuan ginjal untuk mengonsentrasikan urine, berat jenis urine menurun, proteinuria biasanya +1). Blood urea nitrogent meningkat hingga 21 mg%, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat. Otot kandung kemih melemah, kapasitasnya menurun hingga 200 ml dan menyebabkan frekuensi buang air kecil meningkat, kandung kemih sulit dikosongkan sehingga meningkatkan retensi urine. Pria dengan usia 65 tahun ke atas sebagian besar mengalami pembesaran prostat hingga 75% dari besar normalnya.
12
10) Sistem endokrin Menurunnya produksi ACTH, TSH, FSH, dan LH, aktifitas tiroid, BMR, daya pertukaran gas, produksi aldosteron, sekresi hormone kelamin seperti progesteron, estrogen, dan testosteron. 11) Sistem integumen Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit kasar dan bersisik, menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun, kulit kepala dan rambut menipis serta berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telinga menebal, berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya, kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya. 12) Sistem muskuloskeletal Tulang kehilangan kepadatannya dan semakin rapuh, kifosis, persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan mengalami sklerosis, atrofi serabut otot sehingga gerak seseorang menjadi lambat, otot-otot keram dan menjadi tremor. b. Perubahan mental Perubahan mental pada lansia disebabkan perubahan fisik, kesehatan
umum,
tingkat
pendidikan,
lingkungan, tingkat kecerdasan, dan kenangan.
keturunan
(hereditas),
13
c. Perubahan psikososial Perubahan psikososial pada lansia meliputi kehilangan sumber finansial, kehilangan status jabatan, kehilangan teman atau relasi, kehilangan pekerjaan atau kegiatan, dan merasakan atau kesadaran akan kematian. 3. Tugas Perkembangan Lansia Tamher & Noorkasiani (2011) menyebutkan tugas perkembangan lansia terdiri dari: a.
Penyesuaian terhadap penurunan kekuatan dan kesehatan fisik
b.
Penyesuaian terhadap pensiun dan penurunan kesehatan
c.
Penyesuaian terhadap kematian pasangan atau orang terdekat
d.
Membangun suatu perkumpulan dengan sekelompok usia
e.
Mengambil prakarsa dan beradaptasi terhadap peran sosial dengan cara yang fleksibel
f.
Membuat pengaturan hidup atau kegiatan fisik yang menyenangkan.
4. Permasalahan Berkaitan dengan Lansia. Tamher & Noorkasiani (2011) mengatakan proses menua dalam perjalanan hidup manusia merupakan hal yang wajar bagi siapa saja yang dikarunia umur panjang, proses menua tersebut membawa permasalahan meliputi: a. Masalah baik secara fisik, biologis, mental, maupun sosial ekonomis akibat proses penuaan. Semakin lanjut usia seseorang, maka kemampuan fisik semakin mundur, hingga dapat mengakibatkan
14
penurunan pada peran sosialnya. Hal ini mengakibatkan pula timbulnya gangguan didalam mencukupi kebutuhan hidup. b. Berkurangnya kesibukan sosial, hal ini mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan lingkungan yang dapat mengakibatkan dampak pada kebahagiaan seseorang. c. Memfungsikan tenaga dan kemampuan yang dimiliki lansia dalam situasi keterbatasan kesempatan kerja. d. Masih ada lanjut usia berada dalam keadaan terlantar, selain tidak memiiki bekal hidup dan penghasilan/pekerjaan, mereka juga tidak memiliki keluarga/sebatangkara. e. Kecenderungan tidak dihargainya lansia pada masyarakat industri sehingga mereka terisolir dalam kehidupan bermasyarakat. f. Kewajiban generasi tua menjadi pembina jati diri budaya dan ciri khas Indonesia agar tetap terpelihara kelestariannya. g. Lansia memerlukan tempat tinggal dan fasilitas khusus. 5. Tipe Kepribadian Lansia a. Tipe kepribadian konstruktif (construction personality), pada tipe ini biasanya tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap. b. Tipe kepribadian mandiri (independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power syndrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.
15
c. Tipe kepribadian tergantung (dependent personality), pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis, kehidupan pada masa lansia tidak bergejolak, namun jika pasangan hidup meninggal, pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana. d. Tipe kepribadian bermusuhan (hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki masa tua lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya.
Banyak
keinginan
yang
kadang-kadang
tidak
diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonomi menjadi morat-marit. e. Tipe kepribadian kritik diri (self hate personality), pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara karena perilakunya sendiri, sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya (Sutarto & Ismulcokro, 2008). 6. Perilaku Lansia Maryam, dkk (2008) mengklasifikasikan perilaku lansia menjadi dua perilaku, yaitu: a. Perilaku yang kurang baik 1) Kurang berserah diri 2) Pemarah, merasa tidak puas, murung dan putus asa 3) Sering menyendiri 4) Kurang melakukan aktifitas fisik/olahraga/kurang gerak 5) Makan tidak teratur dan kurang minum
16
6) Kebiasaan merokok dan minum minuman keras 7) Minum obat penenang dan obat penghilang sakit tanpa aturan 8) Melakukan kegiatan melebihi kemampuan 9) Menganggap kehidupan seks tidak diperlukan lagi 10) Tidak memeriksakan kesehatan secara teratur. b. Perilaku yang baik 1) Mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa 2) Menerima keadaan, sabar dan optimis serta meningkatkan rasa percaya diri dengan melakukan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan 3) Menjalin hubungan yang baik dengan keluarga dan masyarakat 4) Melakukan olahraga ringan setiap hari 5) Makan dengan porsi sedikit tapi sering, memilih makanan yang sesuai serta banyak minum 6) Berhenti merokok dan minuman keras 7) Minum obat sesuai anjuran. B. Depresi 1. Definisi Depresi merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan sedih dan gejala penyertanya (Sadock, 2007). Gangguan depresif mayor biasanya mencakup mood sedih atau kurangnya minat dalam aktifitas kehidupan selama dua minggu atau lebih disertai minimal empat gejala lain depresi, seperti anhedonia dan
17
perubahan berat badan, tidur, energi, konsentrasi, pembuatan keputusan, harga diri, dan tujuan (Videbeck, 2013). 2. Faktor Penyebab Depresi pada Lansia Penyebab utama depresi belum diketahui namun ada beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab terjadinya depresi pada lansia. a. Faktor biologis Santoso & Ismail (2010) mengatakan bahwa adanya ketidak seimbangan zat-zat kimia di otak menyebabkan sel-sel otak tidak berfungsi dengan baik dan pada anggota keluarga ada yang lebih rentan terhadap zat kimia ini sehingga menimbulkan depresi, oleh karena itu kemungkinan faktor keturunan atau genetik dianggap sebagai penyebabnya. Depresi pada lansia sering pula terjadi bersamaan dengan masalah fisik menahun yang dialaminya, misalnya diabetes, jantung, tekanan darah tinggi, penyakit hati kronis yang sulit disembuhkan, asma, stroke, rematik, osteoporosis, kanker, dan lainlain. Gangguan penglihatan dan pendengaran yang umum terjadi pada lansia dapat juga memperberat depresi. Pada sebagaian wanita perubahan hormonal ketika menjelang menopause terjadi gangguan psikologis berupa depresi ringan, mereka menjadi mudah tersinggung, cepat marah, suasana hati gampang berubah, merasa tertekan, murung, sedih, kecewa, merasa tidak berguna, mudah panik, mudah lupa, konsentrasi buruk dan emosi tidak stabil. Sa’abah (2001) mengatakan pada lansia laki-lakipun terjadi penurunan aktifitas gonad secara
18
berangsur-angsur yang menyebabkan penurunan penampilan kelakilakian serta munculnya ciri-ciri kewanitaan seperti intonasi suara menjadi lebih tinggi. Ketidaknyamanan fisik tersebut menyebabkan banyaknya laki-laki usia madya mengeluh karena mengalami depresi. b. Faktor psikososial Kepribadian dasar seseorang sangat ditentukan pada masa kanakkanak. Salah satu yang mempengaruhinya adalah lingkungan sosial hingga mempengaruhi perilaku dan kepribadian seseorang ketika ia dewasa. Kegagalan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap berbagai perubahan atau kehilangan pada saat lanjut usia akan menjadi pencetus depresi. Perubahan status ekonomi, struktur keluarga yang cepat berubah, cenderung kehilangan dukungan anak, menantu, cucu, dan juga teman-teman. Kurang berfungsinya sistem pendukung keluarga dan lingkungan teman dapat mempermudah timbulnya depresi (Santoso dan Ismail, 2009). c. Faktor kognitif Teori Beck (1976) dalam (Videbeck, 2013) penyebab depresi berkaitan dengan pikiran negatif komprehensif individu yang depresi. Mereka memandang diri sendiri, dunia, dan masa depan dalam bentuk kegagalan
yang
menginterpretasikan
menyimpang, pengalaman
dengan sebagai
hal
secara yang
berulang sulit
dan
membebani serta menginterpretasikan diri mereka sendiri sebagai orang yang tidak konsekuen dan tidak kompeten.
19
d. Faktor ekonomi Semakin lanjut usia seseorang, maka kemampuan fisik semakin mundur, hingga dapat mengakibatkan penurunan pada peran sosialnya. Hal ini mengakibatkan pula timbulnya gangguan didalam mencukupi kebutuhan hidup (Tamher & Noorkasiani, 2011). Perubahan status ekonomi ini dapat menjadi pencetus depresi apabila lansia gagal untuk menyesuaikan diri (Santoso dan Ismail, 2009). 3. Gejala Depresi Maryam, dkk (2008) mengatakan diantara gejala depresi adalah: a. Sering mengalami gangguan tidur atau sering terbangun saat pagi yang bukan merupakan kebiasaan sehari-harinya b. Sering kelelahan, lemas, dan kurang dapat menikmati kehidupan sehari-hari c. Kebersihan dan kerapihan diri sering diabaikan d. Cepat marah dan tersinggung e. Daya konsentrasi kurang f. Pembicaraan sering disertai topik yang berhubungan dengan
rasa
pesimis atau perasaan putus asa g. Berkurang atau hilangnya nafsu makan sehingga berat badan menurun dengan cepat h. Kadangkala dalam pembicaraannya ada kecenderungan untuk bunuh diri.
20
4. Depresi Berdasarkan Tingkatan beratnya a. Depresi ringan Depresi ringan ditandai dengan terpenuhinya gejala minimal untuk menegakan diagnosis depresi disertai adanya sedikit gangguan fungsional (APA, 2006). Ciri depresi ringan adalah perasaan murung dan putus asa, tidak bisa berkonsentrasi, patah semangat, pesimistik terhadap masa depan, lelah dan lesu, individu merasa tidak mampu melakukan kegiatan yang biasa dilakukan, tidak dapat tidur nyenyak, selera makan tidak ada, orientasi dan ingatan belum banyak terganggu. Orang yang mengalami depresi ringan biasanya mengalami masa yang sulit jika tidak dirawat di rumah sakit. Tingkah laku mereka mungkin salah dipahami oleh anggota keluarga dan kawan-kawan mereka, mereka dituduh malas dan mendorong supaya keluar dari situasi itu, jika perasan putus asa begitu hebat maka bisa jadi ia akan berusaha bunuh diri (Semiun, 2006). b. Depresi sedang Depresi sedang ditandai dengan hadirnya gejala depresi lebih daripada jumlah minimal untuk menegakan diagnosa depresi disertai dengan gangguan fungsional yang lebih banyak (APA, 2006). Ciri depresi akut pasien mengasingkan diri secara total, dan aktivitasnya hilang. Ia sulit sekali berbicara, dan baru menjawab pertanyaan setelah menunda dalam jangka waktu lama atau sama sekali tidak menjawab. Selera makannya begitu berkurang sehingga kadang-kadang ia harus
21
disuapi. Individu seringkali khawatir dengan fungsi-fungsi tubuhnya (hipokondria), kontaknya dengan kenyataan menjadi sangat lemah. Delusi dan halusinasi berhubungan dengan perasaan bersalah. Keinginan mati begitu kuat sehingga jika ada kesempatan ia mungkin akan bunuh diri (Semiun, 2006). c. Depresi berat Depresi berat ditandai dengan terpenuhinya gejala untuk menegakan diagnosa depresi dimana gejala tersebut mempengaruhi fungsi sosial dan kegiatan sehari-hari. Pada tingkat ekstrim ini individu dapat mengalami gangguan fungsi total sosial dan sehari-hari bahkan hanya untuk sekedar makan, mengenakan pakaian, atau menjaga kebersihan diri serta munculnya ide dan tanda bunuh diri (APA, 2006). Ciri depresi berat individu mengasingkan diri secara total dari lingkungan, ia benar-benar membeku, diam seperti patung, menolak untuk berbicara atau bergerak. Ia tidak mau makan bahkan menolak sama sekali memenuhi kebutuhan fisiologisnya. Kesadaran kabur karena banyak dihinggapi oleh delusi-delusi yang tidak keruan. Ia tidak mempan terhadap bujukan atau ancaman. Kegiatan jantung dan peredaran darah berkurang sehingga bisa membahayakan kehidupannya (Semiun, 2006).
22
5. Diagnosis depresi a. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV-TR) DSM-IV-TR dalam edisi keempatnya merupakan taksonomi yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association (APA) yang menjelaskan gangguan jiwa dengan kriteria diagnosa spesifik (Videbeck, 2013). DSM-IV-TR menunjukan bahwa diagnosis dari depresi memerlukan kehadiran mood atau minat yang menurun di semua atau hampir semua aktifitas, psikomotor yang tampak melambat, perubahan selera makan atau berat badan yang signifikan, perubahan waktu tidur, kelelahan atau hilangnya energi, kesulitan dalam berpikir atau berkonsentrasi, perasaan tidak berharga, perasaan bersalah yang berlebihan, atau berpikir untuk bunuh diri. Tanda-tanda ini harus berlangsung terus menerus selama dua minggu (Ivancevich et al, 2005). b. Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa-III (PPDGJ III) Klasifikasi menggunakan
PPDGJ WHO
III
terbitan
ICD-X
dengan
Departemen menerapkan
Kesehatan pendekatan
gangguan jiwa merupakan pendekatan sindrom atau kumpulan gejala yang secara klinik cukup bermakna dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan atau hendaya di dalam satu atau lebih fungsi penting manusia (Direktorat Bina Farmasi, 2007).
23
c. Geriatric Depresion Scale (GDS) GDS merupakan kuesioner yang dikembangkan secara khusus untuk mengkaji tingkat gejala depresif pada lanjut usia. Instrumen pengukuran ini berhasil membedakan antar depresi sedang dan depresi berat. GDS berisi 30 pertanyaan dengan jawaban “ya” atau “tidak”. 10 pertanyaan memiliki kunci jawaban negatif sedangkan 20 pertanyaan memiliki kunci jawaban positif. Instrumen ini memiliki internal consistency sebesar 0,94 dan split-half reliability sebesar 0,94 (Ebert & Robert, 2011). C. Salat Berjamaah 1. Definisi Salat berjamaah adalah salat yang dilakukan secara bersama-sama dan sekurang-kurangnya terdiri atas dua orang yakni imam dan makmum. Cara mengerjakannya, imam berdiri di depan dan makmum di belakangnya. Makmum harus mengikuti perbuatan imam dan tidak boleh mendahului (Al Mahfani, 2008). Semakin banyak jumlah orang yang berjamaah maka Allah semakin cinta terhadap hal tersebut, karena itulah masjid menjadi tempat yang paling dicintai Allah Swt. karena di masjid bisa berkumpul orang yang salat berjamaah dalam jumlah yang besar (Tharsyah, 2008). 2. Hukum Salat Berjamaah Fitra (2013) menerangkan bahwa terdapat beberapa pendapat mengenai hukum salat berjamaah, yaitu:
24
a. Fardlu ‘ain. Ulama yang berpendapat seperti ini antara lain Imam Syafi’I, al-Hasan al-Basry, dan al-Auza’i. b. Fardlu ‘ain dan syarat sahnya salat. Ulama yang berpendapat seperti ini antara lain Imam Dawud bin Ali. c. Fardlu kifayah. Ulama yang berpendapat seperti ini antara lain Hanafiyah (pengikut Imam Hanafi), Malik, dan pengikut Imam Syafi’i. d. Sunah. Ulama yang berpendapat sepoerti ini antara lain Imam Hanafi, Imam Malik dan lain-lain. 3. Anjuran dan Peringatan untuk Mengerjakan Salat Berjamaah a. Anjuran Al-Bugha (2007) mengatakan bahwa jika seorang muslim senantiasa salat berjamaah, ia akan mendapatkan cahaya diatas cahaya. Jika ia melakukannya di masjid maka cahaya tersebut akan semakin sempurna. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah Saw. “Siapa saja yang salat lima waktu dengan berjamaah, maka ia akan melewati shirat secepat kilat. Ia bersama Sabiqun Awwalun dan dihari kiamat ia akan datang dengan muka berseri seperti bulan purnama.” (HR. Ath-Thabrani). Ayyub (2007) mengatakan orang yang salat sendirian mendapat keutamaan, meskipun keutamaan yang didapatkan oleh orang yang salat berjamaah lebih besar daripada keutamaan yang diperolehnya, yaitu 27 kali lipat.
25
Dari Ibnu Umar Ra. bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Salat berjamaah itu lebih utama dari salat sendirian sebanyak duapuluh tujuh derajat.” (HR. Bukhari dan Muslim). b.
Peringatan Tebba (2008) mengatakan Muadz bin Anas meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Kebatilan, kekufuran, dan kemunafikan terbesar adalah orang yang mendengar sura muadzin untuk salat, tetapi dia tidak memenuhinya.” (HR. Ahmad dan Thabrani). Sungguh keras ancaman dan celaan dalam hadis ini sehingga perbuatan ini digolongkan sebagai perbuatan kufur dan munafik, seolah-olah hal itu tidak mungkin terjadi pada seorang muslim. Sabiq (2006) dalam fiqih sunahnya mencantumkan beberapa hadis sebagai peringatan salat berjamaah diantaranya: Dari sahabat Nabi Ibnu Mas’ud Ra. katanya: “Barangsiapa ingin bertemu dengan Allah nanti pada hari kiamat sebagai seorang muslim, hendaklah ia menjaga salat dan mengerjakannya waktu mendengar suara adzan. Sesungguhnya Allah telah mensyari’atkan kepada Nabimu ketentuan-ketentuan mengenai petunjuk, sedangkan salat jamaah itupun termasuk ketentuan-ketentuan tersebut, seandainya kamu bersembahyang di rumah sebagaimana halnya orang-orang yang meninggalkan salat jamaah dan hanya bersembahyang di rumah saja, maka
26
berartilah kamu telah meninggalkan sunah Nabimu. Dan apabila kamu telah meninggalkan sunah Nabimu, maka sesatlah kamu semua! Saya tahu bahwa yang suka meninggalkan salat jamaah itu tidak lain melainkan orang munafik yang telah nyata kemunafikannya. Dahulu pernah terjadi seseorang dipapah oleh dua orang yang memasukannya dalam barisan salat.” (HR. Muslim). 4. Syarat Wajib Salat Berjamaah a. Bermaksud atau berniat mengikuti imam b. Mengetahui apa yang sedang dikerjakan imam c. Makmum berada di belakang imam d. Salatnya makmum harus sama dengan salat imam e. Tidak boleh mendahului atau melambatkan imam dalam takbir atau dalam dua gerakan rukun f. Tidak ada dinding penghalang antara imam dan makmum, kecuali bagi wanita g. Jarak antara makmum dan imam dibaris akhir tidak lebih dari 300 hasta (Ihsan, 2009). 5. Sunat-sunat dalam Salat Berjamaah a.
Berjamaah di masjid yang terjauh letaknya dan terbanyak anggota jemaahnya
b.
Berjalan ke masjid dengan tenang
c.
Meringankan salat
27
d.
Melambatkan rakaat pertama
e.
Wanita menjadi imam bagi sesama wanita
f.
Imam beralih haluan ke kanan atau kiri setelah salam lalu pindah dari tempatnya (Sabiq, 2006).
6. Halangan yang Membolehkan Seseorang Meninggalkan Salat Berjamaah a. Dingin dan hujan, berdasarkan hadis dari Jabir Ra., katanya: “Kami keluar bersama Rasulullah Saw. dalam suatu perjalanan, kemudian kehujanan, maka beliaupun bersabda: “Siapa yang suka di antaramu, boleh salat dalam kemahnya sendiri-sendiri.” (HR. Ahmad, Muslim, Abu Daud dan Turmudzi). Sebab-sebab yang dianggap sama dengan dingin dan hujan ialah panas yang sangat, gelap gulita atau takut dari seorang yang aniaya. b. Telah tersedia hidangan, berdasarkan hadis Ibnu Umar Ra.: “Apabila seseorang diantaramu sedang makan, janganlah tergesa-gesa hingga selesai melakukannya sekalipun salat telah dibacakan qomatnya!.” (HR. Bukhari). c. Desakan dua macam buang air. Dari ‘aisyah Ra., bahwa ia mendengar Nabi Saw. bersabda: “Tidak sempurna salat seseorang yang dimukanya telah tersedia makanan, demikian pula di waktu ia sedang menahan dua macam buang air.” (HR. Ahmad, Muslim, dan Abu Daud).
28
d. Adanya kegalauan hati dan pikiran yang menghalangi kekhusyukan salat. Dari Abu Darda’ Ra., katanya: “Suatu tanda pengertian seseorang dalam agama, ialah bila ia menyelesaikan keperluannya hingga dapat menghadapkan pikiran kepada Allah dalam salatnya sedang hatinya kosong.” (HR. Bukhari). e. Sakit yang memberatkan penderitanya menghadiri salat berjamaah. Tidak termasuk didalamnya sakit ringan, seperti pusing kepala, flu ringan dan sejenisnya. Firman Allah Swt.: “Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.” (QS. Al-Hajj:78). f. Baru selesai makan yang menimbulkan bau tidak sedap seperti bawang merah atau putih. g. Telanjang tidak berbaju. h. Hendak safar dan khawatir ditinggal rombongan. i. Sibuk mengurus jenazah (As-Sadlan, 2006). 7. Boleh Berpisah dari Imam Karena ‘Udzur Seorang yang semula bermakmum kepada seorang imam, boleh keluar dari imam itu dengan niat berpisah, lalu menyempurnakan sendiri apa-apa yang ketinggalan. Misalnya jika imam terlampau panjang bacaan salatnya, termasuk pula seseorang yang di waktu sedang salat tiba-tiba merasa sakit, takut hilang atau rusaknya sesuatu yang dimiliki, terlambat
29
dari rombongan, terasa mengantuk atau sebab-sebab lain yang memaksa (Sabiq, 2006). 8. Tata Cara Salat Berjamaah Nuhuyanan, dkk (2008) menjelaskan tatacara salat berjamaah yaitu: a. Salah seorang berdiri di depan menjadi imam dan lainnya menjadi makmum berdiri di belakang imam setelah adzan dan iqamat. b. Imam memberi komando agar jamaah meluruskan dan merapatkan barisan sebelum memulai memimpin salat, dengan mengucapkan, “Luruskan dan rapatkan barisan kalian karena yang demikian merupakan kesempurnaan salat.”. c. Imam
memimpin
salat
dengan
mengeraskan
suara
ketika
mengucapkan takbir pembukaan salat dan takbir setiap perpindahan rukun sedangkan makmum mengikuti semua gerakan imam dengan tidak mendahului imam atau tertinggal oleh imam. d. Imam mengeraskan bacaan surah al-Faatihah dan ayat atau surat lainnya sesudah bacaan al-Faatihah, pada rakaat pertama dan kedua dalam shalat magrib, isya, dan subuh, sedangkan makmum cukup mendengarkan dengan penuh perhatian tanpa ikut membacanya. e. Pada akhir bacaan surat al-Faatihah, makmum mengucapkan “aamiin” secara serentak bersama imam dengan suara yang baik dan tertib. f. Saat salat zhuhur dan ashar, imam tidak mengeraskan suara bacaan kecuali bacaan takbir, dan masing-masing imam maupun makmum
30
membaca dengan suara sir (diketahui sendiri dalam hati). Begitu pula dalam rakaat ketiga salat maghrib dan rakaat keempat dalam salat isya. g. Imam yang keliru atau lupa dalam bacaan dapat dibetulkan oleh salah seorang makmum di belakang yang mengetahui. h. Imam yang keliru dalam gerakan dapat diingatkan oleh makmum pria dengan cara membaca, “Subhanallah”, sedangkan makmum wanita dengan sekali tepukan tangan. i. Imam yang batal dalam salatnya, ia wajib mengundurkan diri dan digantikan oleh salah seorang makmum yang berada di belakang imam dengan cara maju selangkah ke depan menggantikan posisi imam. j. Setelah selesai salat berjamaah, imam maupun makmum masingmasing membaca wirid (zikir) dan doa serta tidak mengeraskan suara. 9. Khusyuk dalam Salat Thalib (1998) dalam Shaleh (2010) mengatakan khusyuk dalam salat berarti jiwa raga tunduk dan penuh taat dalam mengerjakan salat dihadapan Allah Swt. raga tenang dan merunduk karena merasa rendah dihadapan Allah
Swt. hal ini bisa dilakukan jika yang bersangkutan
merasa berada di bawah pengawasanNya. Bagir (2008) mengatakan khusyuk dalam salat menghasilkan kondisi “flow” dalam diri pelakunya, yang merupakan sumber kebahagiaan sekaligus sumber kreatifitas. Syahmuharnis & Sidharta (2006) Salat yang dilakukan secara ikhlas dan khusyuk dapat membuat sesorang melakukan penjelajahan ke wilayah otak bawah sadar secara efektif sehingga menyebabkan manusia dapat
31
memanfaatkan potensi alam pikir bawah sadar (subconcious mind), yang merupakan sekitar 90% dari potensi otak manusia dan selama ini belum termanfaatkan. Pemanfaatan alam pikir bawah sadar akan membuat manusia mendayagunakan potensi otak intuitif, kreatif, dan inovatif selain menumbuh-kembangkan spiritualismenya. Salat yang dilaksanakan secara ikhlas dan khusyu dapat juga menyebabkan lahirnya kesatuan antara AkalBudi. Teba (2008) mengatakan bahwa Alquran dan hadis membawa keterangan yang dapat dianggap sebagai cara untuk meraih salat khusyuk, yaitu: a. Salat karena ingat Allah Swt., artinya niat salat bukan karena dorongan selain Allah Swt., Allah Swt. berfirman: “Sungguh, Akulah Allah tiada Tuhan selain Aku. Maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku.” (QS. Thaha:14). b. Zakat, salat tidak berdiri sendiri ia merupakan satu kesatuan dengan ibadah yang lain, sehingga salat yang khusyuk harus dibarengi dengan ibadah dan amal shaleh, kalaupun orang yang mengerjakan salat tetapi tidak mengeluarkan zakat merasa bahwa salatnya khusyuk, itu hanya perasaan subjektif yang menyesatkan. Allah Swt. berfirman: ”Maka celakalah orang yang salat, yang melalaikan salatnya mereka yang dilihat orang, tapi enggan memberikan sedekah (berupa keperluan yang berguna).” (QS. Al-Maun:4-7).
32
c. Mengerjakan salat dengan sabar, sabar berarti menahan, maksudnya adalah menahan diri dari keluh kesah ketika menjalankan ajaran Tuhan. Allah Swt. berfirman: “Orang yang sabar, orang yang benar, orang yang taat beribadah, orang yang memberi nafkah, dan orang yang berdoa memohon ampun sebelum fajar menyingsing.” (QS. Ali ‘Imran [3]:17). 10. Tawakal dan Ketenangan dalam Salat Sholeh (2010) mengatakan tawakal berperan dalam ketenangan salat seorang hamba yang khusyu, ia kemudian mengutip perkataan Al-Ghazali yang membagi tawakal menjadi tiga tingkat yaitu: a. Tawakal itu sendiri, yakni hati senantiasa merasa tenang dan tenteram terhadap apa yang dijanjikan Allah Swt. b. Taslim, yakni menyerahkan urusan hamba kepada Allah Swt. karena Ia mengetahui segala sesuatu mengenai diri dan keadaannya, dan c. Taswid,
yaitu
rela
menerima
segala
ketentuan
Allah
Swt.
bagaimanapun bentuk dan keadaannya. 11. Aspek Positif Salat Berjamaah Salat memiliki efek positif bagi pelakunya meliputi manfaat pada berbagai aspek yaitu aspek fisiologis, psikologis, sosial dan spiritual (ElMa’rufie, 2009).
33
a. Fisiologis Aspek fisik salat, salat memiliki delapan posisi, meliputi berdiri tegak, tangan sedekap, ruku’, i’tidal bangkit dari ruku’, sujud, duduk diantara dua sujud, sujud lagi dan tasyahud (El-Ma’rufie, 2009). Najib (1990) dalam Sholeh (2008) mengatakan bahwa gerakan-gerakan salat yang dilakukan secara teratur dan terus menerus, akan membuat persendian lentur, tidak kaku, tulang menjadi kokoh, tulang punggung tidak bengkok, juga dapat melancarakan peredaran darah yang dapat mencegah kekakuan dan penyumbatan pembuluh darah. Hal ini akan menghindarkan gangguan peredaran darah ke jantung yang sering mengakibatkan kematian. Hasan (2008) mengatakan pembacaan Alquran dalam salat memberi pengaruh fisiologis pada pendengarnya, transmisi suara penting untuk kesehatan yang dapat mempengaruhi jantung dan kelenjar tubuh. Misalnya, resonansi panjang huruf alif diketahui
memberi
vibrasi
yang
mempengaruhi
jantung
dan
menstimulasi perasaan akan kekuatan, konsentrasi, keagungan, dan lain-lain. resonansi huruf ya atau sin panjang yang masuk kedalam saluran hidung akan menstimulasi proses pembentukan kelenjar pineal tubuh dan mempengaruhi organ sensitif cahaya. Salat juga dapat memusatkan pikiran, saat berdiri untuk shalat, tubuh terasa ringan karena berat tubuh bertumpu pada kedua kaki. Otot punggung sebelah atas dan bawah dalam keadaan kendur. Punggung dalam keadaan lurus, dengan pandangan terpusat pada tempat sujud. Pikiran dalam
34
keadaan terkendali. Pusat otak, atas dan bawah, menyatu membentuk kesatuan
tujuan.
Praktik
sujud
dapat
membawa
kedamaian,
keselarasan, kesesuaian, ketenangan dan kebahagiaan pada masyarakat yang mengalami frustasi dan banyak terpapar dengan gelombang elektrostatik dalam atmosfir hingga memicu sistem syaraf pusat bermuatan terlalu penuh. Sujud dapat membuang kelebihan ini sebagaimana halnya peralatan listrik dinetralkan ke tanah sehingga penggunaan obat antidepresi, penenang, dan obat yang mempengaruhi mood lainnya dapat dikurangi. b. Psikologis 1) Aspek relaksasi otot, yaitu kontraksi otot, pijatan dan tekanan pada bagian tubuh tertentu sehingga menjadi tenang (El-Ma’rufie, 2009). Tertekannya otot-otot disebut juga “Relaxation training” merupakan tekhnik yang banyak dipakai untuk menyembuhkan gangguan jiwa (Kanfer dan Goldstein, 1982 dalam Sholeh, 2008). Adi (1985) dalam Sholeh (2008) mengutip pendapat Leker dan Nizami, bahwa gerakan-gerakan otot pada relaksasi dapat mengurangi kecemasan, begitu juga dengan salat yang penuh dengan gerakan fisik dapat menghasilkan bio-energi, yang dapat membawa subyek dalam situasi equilibrium antara jiwa dan badan. 2) Aspek relaksasi kesadaran indra, yaitu saat salat seolah-olah seseorang terbang menghadap Allah Swt. secara langsung tanpa perantara. Setiap bacaan dan gerakan dihayati untuk menyadarkan
35
diri (El-Ma’rufie, 2009). Madjid (2007) mengatakan salat yang khusyuk adalah salat yang mampu menghadirkan kesadaran adanya komunikasi yang sungguh-sungguh antara hamba dan Allah Swt. di sini ditemukan hakikat salat sebagai medium atau sarana untuk selalu ingat kepada Allah Swt. dan inilah yang dimaksudkan dengan dimensi fungsional salat. Itulah sebabnya salat juga mampu menjadi momen yang efektif untuk mendapatkan jalan keluar, alternatif dari kebuntuan permasalahan sehari-hari. Ini dikarenakan salat yang khusyuk selalu diiringi dan diliputi oleh kesadaran akan kehadiran Allah Swt. sebagai tempat bergantung dan kembali. 3) Aspek meditasi, yakni ketika salat dijalankan dengan benar dan khusyuk sehingga menjadikan fokus dan mampu berkonsentrasi (El-Ma’rufie, 2009). Aspek meditasi jelas sekali terkandung dalam thuma’ninah, saat berdiri kita benar-benar berdiri, berdiri dengan tenang dan kendur. Hal itu membuat seluruh organ tubuh berada pada posisinya secara alami (Safrodin, 2014). Salat di dalamnya terkandung
upaya
mengheningkan,
menenangkan,
dan
menetramkan diri atau jiwa, namun salat sebagai ajaran dari Tuhan memiliki beberapa sifat yang tidak ada dalam meditasi. Pertama salat merupakan meditasi yang melibatkan gerakan yang teratur. Kedua adanya bacaan-bacaan atau doa yang harus dilakukan oleh orang yang salat. Ketiga adanya persiapan sebelum melakukan
36
salat, seperti wudhu yang merupakan sarana untuk membersihkan tubuh dan simbol bagi pembersihan hati. Kebersihan tempat dan pakaian, sekaligus keharusan berpakaian menutup aurat dan berpakaian yang terbaik serta anjuran untuk memakai wewangian, dan juga salat sunah sebelum dan sesudah salat wajib. Selain itu, adanya pengaturan waktu salat dilakukan secara kurang lebih sama merata dan dikaitkan dengan tonggak-tonggak perubahan waktu dan pergantian suasana, yang ditandai dengan momentum pergantian gejala alam sehari-hari (Bagir, 2008). 4) Aspek autosugesti, yaitu salat dapat membimbing melalui pengulangan suatu rangkaian ucapan secara rahasia kepada diri sendiri yang menyatakan suatu keyakinan atau perbuatan (ElMa’rufie, 2009). Ucapan didalam salat yang meliputi puji-pujian atas kebesaran Allah Swt. dan memohon ampunan kepada-Nya, dan meminta keselamatan dengan segala kebaikan kepada-Nya merupakan “Auto sugesti”, yang dapat mendorong kepada orang yang mengucapkannya untuk berbuat sebagaimana yang dikatakan. Bila doa itu diucapkan dan dipanjatkan dengan sungguh-sungguh, maka pengaruhnya sangat jelas bagi perubahan jiwa dan badan (Aulia, 1970 dalam Sholeh, 2008). 5) Aspek katarsis, yakni dalam salat ada pengaduan dan penyaluran emosi karena merupakan sarana hubungan manusia dengan Tuhan (El-Ma’rufie, 2009). Salat mampu mengendalikan pelakunya dari
37
emosi-emosi liar, berbagai macam perbuatan tercela dan tindakantindakan yang merusak, disamping itu, salat juga bertungsi membersihkan jiwa dari sifat-sifat buruk dan rona dosa yang sering kali menghiasi hati (Zahwa, 2011). Doa yang terdapat dalam salat merupakan sarana untuk mengekspresikan perasaan yang berkecamuk di dalam dada (Hasan, 2008). c. Sosial 1. Aspek
demokratis,
seseorang
bebas
memukul
beduk,
mengumandangkan adzan, melantunkan iqamat, pengisian barisan, dan pemilihan imam serta rasa diperhatikan dalam memilih dan menempati shaf. 2. Aspek kebersamaan, salat dapat menghindarkan dari perasaaan rendah diri, sebab tidak adanya jarak dikarenakan setiap jamaah harus rapat dan meluruskan barisan. Salat berjamaah di masjid diharapkan akan mengalihkan perhatian seseorang dari kesibukan yang menyita energi. Salat berjamaah akan memunculkan rasa saling membutuhkan di antara pelakunya (El-Ma’rufie, 2009). 3. Aspek interaksi dan pendidikan keteraturan As-Sadlan (2006) mengatakan salat berjamaah merupakan salah satu diantara ketinggian syariat islam bahwasannya ia mewajibkan dalam banyak ibadah terjadinya perkumpulan yang sama halnya dengan mu’tamar islami; berkumpul didalamnya kaum muslimin untuk berinteraksi, berkenalan dan berembuk antar sesama dalam
38
perkara mereka hingga terwujud tolong menolong dalam menyelesaikan masalah mereka dan bertukar pendapat yang didalamnya mengandung manfaat yang besar, faidah yang banyak hingga tak terhitung berupa pengajaran mereka yang bodoh, membantu yang lemah, melunakan hati dan menampakan kemulian islam, juga merupakan sarana yang ampuh untuk melebur perbedaan status sosial, rasisme, kebangsaan dan nasionalisme. Abiraja (2008) mengatakan bahwa dalam salat berjamaah tertanam pendidikan keteraturan dalam mengikuti aturan-aturan yang ditetapkan bagi para makmum, kedisiplinan waktu dan frekuensi salat serta ketaatan pada imam sebagai pucuk pimpinan. d. Spiritual Salat memberikan energi spiritual sehingga merasakan kesucian ruhani, ketentraman hati, dan kedamaian jiwa. Efeknya salat dapat membebaskan energi manusia dari belenggu kegelisahan. Kontak ruhani antara manusia dan Tuhan selama salat memberikan kekuatan spiritual yang memperbaharui harapan, memperkuat tekad, dan memberi kekuatan luar biasa yang memungkinkannya menanggung segala kesulitan (El-Ma’rufie, 2009).
39
D. Penelitian terkait a.
Levin (2012). Religion and Mental Health among Israeli Jews: Finding from the Share-Israel Study Religion and Mental Health. Kesimpulan penelitian ini adalah berpartisipasi dalam ibadah di sinagog berhubungan dengan depresi yang lebih rendah berdasarkan pada nilai CES-D (β = -.09, p < .01) dan kehidupan yang lebih baik (β = ,08, p< ,05) dan sikap optimis (β = ,10, p< ,01). Kelompok yang tidak beribadah di sinagog berhubungan dengan kejadian depresi yang lebih banyak (β = ,12, p< ,05), dan rendahnya kualitas hidup (β = -,10, p <0,1) serta sikap optimis yang rendah (β = -,08, p< ,05).
b.
Syukra (2012). Hubungan antara Religiusitas dengan Kejadian Depresi pada Lansia di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2012. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang bermakna antara religiusitas dengan kejadiaan depresi pada lansia di PSTW Sabai Nan Aluih, semakin tinggi religiusitas seseorang maka akan semakin rendah depresi, sebaliknya semakin rendah religiusitas seseorang maka depresi yang dialaminya akan semakin meningkat.
40
E.
Kerangka Teori Kerangka teori dalam penelitian ini merupakan modifikasi teori dan faktor resiko depresi; perilaku lansia; serta salat berjamaah. Lansia
Faktor resiko depresi pada lansia: - Biologi: ketidakseimbangan zat kimia otak, kesehatan fisik, gangguan hormonal, dan pemakain obat yang dapat mencetusan depresi. - Kognitif: pikiran negatif. - Psikososial: lingkungan sosial pembentuk kepribadian, aktifitas, dukungan sosial dan kehilangan pada masa tua. - Ekonomi: perubahan status ekonomi. Perilaku lansia Kurang Baik
Baik
- Kurang berserah diri - Pemarah, tidak puas, murung dan putus asa - Sering menyendiri - Kurang aktifitas fisik/olah raga/kurang gerak - Makan tidak teratur dan kurang minum - Merokok dan minum minuman keras, minum obat tenang dan penghilang sakit tanpa aturan - Melakukan kegiatan melebihi kemampuan - Menganggap tidak butuh hubungan seks - Tidak memeriksakan kesehatan secara teratur
- Menjalin hubungan sosial yang baik - Menerima keadaan, sabar, optimis dan percaya diri - Olahraga teratur - Makan sedikit tapi sering, memilih makanan yang sesuai dan banyak minum - Berhenti merokok dan minum minuman keras - Minum obat sesuai anjuran - Mendekatkan diri pada Tuhan YME Salat berjamaah Aspek Salat: Sosial, fisiologis, spiritual, psikologis
Depresi
Dimodifikasi dari: Santoso & Ismail (2009); Videback (2013); Maryam et al (2008); Tamher & Noorkasiani (2009); Abiraja (2008).
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan kerangka hubungan antara konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 1993 dalam Wasis, 2008). Tujuan dari kerangka konsep adalah untuk mensintesa dan membimbing atau mengarahkan penelitian, serta panduan untuk analisis dan intervensi (Shi, 2008 dalam Swarjana, 2012). Variabel yang akan diteliti pada penelitian ini adalah variabel independen berupa salat berjamaah dan variable dependen berupa tingkat depresi, sehingga kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: variabel independen
variabel dependen
Salat berjamaah
Tingkat Depresi
-Terapi depresi dan obat yang dapat menimbulkan depresi -Penyakit kronis -Aktifitas panti -Lingkungan -Kunjungan keluarga
variabel tidak diteliti bagan 3.1. kerangka konsep
41
42
Keterangan: : variabel yang diteliti : variabel tidak diteliti B. Hipotesis Hipotesis adalah hasil yang diharapkan atau hasil yang diantisipasi dari sebuah penelitian (Thomas et al, 2010 dalam Swarjana, 2012). Hipotesis yang diajukan sehubungan dengan masalah penelitian diatas adalah: H0= Tidak ada hubungan antara salat berjamaah dengan tingkat depresi pada lansia di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan. Ha= Ada hubungan antara salat berjamaah dengan tingkat depresi pada lansia di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan.
43
C. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Independen: Salat Berjamaah
Dependen: Depresi
Definisi Operasional Salat berjamaah adalah salat lima waktu yang dilakukan oleh banyak orang dan paling dicintai Allah Swt. untuk dilaksanakan di masjid (Tharsyah, 2008). Salat berjamaah memiliki beberapa dimensi diantaranya dimensi sosial yang terdiri dari aspek keteraturan, interaksi, kedisiplinan frekuensi, waktu, dan tempat (Al-Khuly, 2010). Suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri (Sadock, 2007).
Cara Ukur Alat Ukur Lembar pernyataan terdiri Kuesioner A 1 dari 20 pertanyaan dengan skala likert yang dibuat oleh peneliti.
Hasil Skala Ukur 1. Baik jika nilai ≥ Ordinal nilai mean (66,77) 2. Buruk jika nilai < nilai mean (66,77) (Azwar, 2013)
Lembar kuesioner berisi Kuesioner A 2 30 pertanyaandengan skala guttman sebagai alat ukur tingkat depresi yang dibuat oleh Yesavage.
0-9 = Tidak depresi Ordinal 10-19=Depresi ringan 20-30=Depresi berat. (Yesavage, 1983 dalam Abou-Shaleh, 2010)
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif desain correlation study dengan pendekatan cross-sectional. Desain correlation study adalah penelitian yang menghubungkan vaiabel yang satu dengan yang lainnya, selanjutnya mengujinya secara statistik (uji hipotesis) atau dikenal dengan uji korelasi yang menghasilkan koefisin korelasi (Swarjana, 2012). Pendekatan crosssectional adalah penelitian yang menekankan waktu pengukuran/observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2008). B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Panti Sosial Tresna Werda Budi Mulya 03 Margaguna Jakarta Selatan. Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti mendapatkan data bahwa dari 208 lansia terdapat 60 lansia mengalami psikotik, peneliti juga menemukan beberapa lansia yang menunjukan trias depresi yaitu menyendiri, hilang minat, dan afek sedih. Alasan lain karena belum pernah diadakan penelitian yang sama sebelumnya di Panti Sosia Tresna Werda (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan.
44
45
2. Waktu penelitian Penelitian mulai dilaksanakan pada bulan Mei dan Juni 2015, dimulai dari penapisan (screening), pengambilan data sampai dengan penyusunan hasil. C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi adalah serumpun/sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian (Siregar, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia yang ada di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulya 03 Jakarta Selatan dengan jumlah 208 lansia binaan. 2. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010). Pada penelitian keperawatan, kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan eklusi, kriteria tersebut menentukan dapat atau tidaknya sampel tersebut digunakan (Hidayat, 2010). Peneliti menggunakan beberapa kriteria inklusi dan ekslusi pada populasi yang akan digunakan untuk memilih responden dalam penelitian ini. a. Kriteria inklusi: 1)
Warga binaan sosial (WBS) dimulai dari kategori middle age (4559 tahun) hingga kategori very old (diatas 90 tahun)
2)
Lansia yang bersedia menjadi responden.
3)
Lansia yang beragama Islam.
4)
Lansia yang dapat mobilisasi menuju masjid.
46
5)
Lansia yang dapat berkomunikasi dengan baik.
6)
Lansia yang menetap di PSTW Budi Mulia 03
7)
Lansia yang tidak dikunjungi keluarga minimal sejak 1 bulan yang lalu.
b. Kriteria ekslusi: 1)
Lansia yang tidak kooperatif.
2)
Lansia yang sedang menjalani terapi depresi.
3)
Lansia yang sedang mengkonsumsi obat golongan steroid.
4)
Lansia yang sedang menderita penyakit kronis.
5)
Lansia yang mengikuti lebih dari 4 jenis aktifitas yang diselenggarakan panti sejak 1 minggu yang lalu.
6)
Lansia yang memiliki sumber pendapatan sendiri selain dari PSTW Budi Mulia 03.
D. Besar Sampel Penentuan besar kecilnya sampel yang diambil sangatlah relatif, salah satu ukurannya adalah berdasarkan keragaman populasi (Eriyanto, 2007). Ukuran sampel yang dapat diterima akan sangat bergantung pada jenis penelitiannya, ukuran minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan pada desain penelitian yang digunakan untuk metode deskriptif-korelasional yaitu minimal 30 subyek (Gay & Diehl, 1992 dalam Umar, 2011) maka untuk keperluan penelitian ini dibutuhkan sampel sebanyak 30 orang responden.
47
E. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari proses yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi (Hidayat, 2010). Teknik pengambilan sampel pada penellitian ini menggunakan metode purposive sampling. Purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan strata, random ataupun daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu (Arikunto, 2010). Teknik purposive sampling dalam pengambilan sampel penelitian ini disesuaikan dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditentukan oleh peneliti. F. Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah suatu proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian berdasarkan langkah pada rancangan penelitian dan teknik instrumen yang digunakan (Nursalam, 2008). Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai bulan Juni 2015, dimulai dengan melakukan observasi dan pendataan terhadap para lansia yang memiliki kebiasaan salat berjamaah. Selanjutnya lansia tersebut diminta untuk mengisi pertanyaan pada form demografi yang juga bertujuan untuk screening responden, setelah itu dilakukan pemeriksaan rekam medis pada lansia calon responden untuk melihat status kesehatan dan riwayat konsumsi obat. Akhirnya dipilihlah 30 lansia yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi untuk menjadi responden penelitian, selanjutnya 30 lansia yang menjadi responden penelitian diminta untuk mengisi kuesioner salat
48
berjamaah dan kuesioner depresi, setelah data terkumpul lengkap berupa kuesioner salat berjamaah dan kuesioner depresi selanjutnya dilakukan penyusunan hasil. G. Metode Pengumpulan Data Metode Pengumpulan data adalah cara untuk mengumpulkan data dari sampel penelitian dengan metode tertentu sesuai dengan tujuannya, antara lain dengan cara wawancara, observasi, kuesioner atau angket, dan dokumenter (Gulo, 2010). Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan alat ukur berupa angket yang berisi beberapa pertanyaan (Hidayat, 2010). 1. Instrumen Penelitian Kuesioner yang digunakan berisi pertanyaan untuk mendapatkan data mengenai hubungan salat berjamaah dengan tingkat depresi pada lansia. a. Kuesioner Demografi Kuesioner demografi bertujuan untuk screening beberapa variabel confounding serta mengetahui karakteristik lansia meliputi identitas diri ( usia, jenis kelamin, dan pendidikan lansia). b. Kuesioner Salat Berjamaah Kuesioner salat berjamaah dibuat oleh peneliti dengan tujuan untuk mengidentifikasi aspek keteraturan, waktu, tempat dan interaksi responden salat berjamaah. Kuesioner ini terdiri dari 15 pernyataan dengan skala Likert.
49
Tabel 4.1 Skor Skala Likert Pernyataan favorable Selalu Sering Kadang Jarang Tidak pernah
Nilai 4 3 2 1 0
Tabel 4.2 Distribusi Pernyataan Kuesioner Salat Berjamaah Aspek Keteraturan Waktu Tempat Interaksi
Nomor Item 7, 8, 11 1, 4
Jumlah 3 2
2, 3, 5, 6 9, 10, 12, 13, 14, 15 Jumlah Item Soal
4 6 15
Dari tabel diatas diketahui bahwa nilai tertinggi dari kuesioner salat berjamaah adalah enam puluh (60) dan nilai terendah adalah nol (0), adapun skala ukur yang digunakan pada variabel ini adalah skala ordinal. c. Kuesioner Depresi. Kuesioner
depresi
dalam
penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengidentifikasi tingkat depresi responden berdasarkan penghitungan jumlah skor dari kuesioner yang diisi. Kuesioner yang dipergunakan adalah kuesioner Geriatric Depression Scale (GDS) yang merupakan kuesioner baku berupa 30 pertanyaan dengan menggunakan skala Guttman. Skor 0-9 menunjukan responden tidak depresi, skor 10-19 menunjukan responden mengalami depresi ringan, skor 20-30
50
menunjukan responden mengalami depresi berat (Yesavage, 1983 dalam Abou-Shaleh, 2010). Geriatric Depression Scale (GDS) Yesavage mempunyai nilai reliabilitas alpha cronbrach sebesar 0,94 dan validitas korelasi produk momen sebesar r = 0,82 (McDowell & Newell, 1996 dalam Trisnapati, 2012). Geriatric Depression Scale (GDS) versi panjang telah diuji penggunaannya pada lingkungan institusi Panti Sosial Tresna Werdha ( PSTW) dengan hasil validitas alpha cronbach sebesar 0,819. Hasil ini menyatakan bahwa penelitian dengan menggunakan Geriatric Depression Scale (GDS) layak dilakukan karena cocok dan valid digunakan untuk menilai tingkat depresi pada lansia di institusi panti (Sari, 2012). H. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Herlanti (2014) mengatakan instrumen yang baik harus memenuhi dua syarat, yaitu valid dan reliabel agar kesimpulan yang ditarik sesuai dengan fakta. Uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian ini hanya dilakukan terhadap kuesioner salat berjamaah yang dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 01 Cipayung. Tempat ini dipilih karena memiliki kesamaan karakteristik dengan tempat pelaksanaan penelitian. Pengujian instrumen penelitian dilakukan terhadap 30% lansia dari jumlah total 30 responden lansia yang dibutuhkan dalam penelitian. Uji validitas dilakukan untuk menunjukan sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur. Instrumen penelitian dikatakan valid jika koefisien korelasi product moment > r-tabel (α ; n – 2) n = jumlah
51
sampel. Sedangkan uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukuran yang sama pula. Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan melakukan pengukuran internal consistency salah satu caranya adalah dengan menggunakan teknik alpha cronbach dimana instrumen penelitian dinyatakan reliabel apabila koefisien reliabilitas (r11) > 0,6 (Siregar, 2013). a.
Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner salat berjamaah Pengujian kuesioner salat berjamaah dilakukan dengan menghitung nilai koefisien korelasi product moment dan penghitungan nilai alpha cronbach dengan menggunakan program SPSS serta dengan meminta seorang ahli untuk melakukan validity content terhadap item pernyataan kuesioner. Jumlah pernyataan dalam kuesioner salat berjamaah ini adalah 15 item pernyataan, berikut ini adalah distribusi item pernyataan kuesioner salat berjamaah sebelum dilakukan validity content oleh ahli. Tabel 4.3 Distribusi Pernyataan Kuesioner Salat Berjamaah Sebelum Dilakukan Validity Content oleh Ahli Aspek Keteraturan Waktu Tempat Interaksi
Nomor Item 7, 8, 11 1, 4 2, 3, 5, 6 9, 10, 12, 13, 14, 15 Jumlah Item Soal *Item pernyataan valid biberi tanda tebal (Bold)
Jumlah 3 2 4 6 15
52
Item pernyataan kuesioner salat berjamaah dinilai valid apabila hasil koefisien korelasi product moment > r-tabel yaitu 0,754 dan dinyatakan reliabel apabila nilai alpha cronbach > 0,6. Hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS menunjukan nilai alpha cronbach sebesar 0,778 artinya instrumen dinilai reliabel dengan jumlah item valid sebanyak 10 pernyataan. Uji validity content kemudian dilakukan seorang ahli terhadap item pernyataan kuesioner salat berjamaah disebabkan setelah dilakukan uji validitas dinilai jumlah item pernyataan yang valid belum mewakili aspek yang ingin diukur. Berikut ini adalah distribusi item pernyataan kuesioner salat berjamaah setelah dilakukan validity content oleh ahli. Tabel 4.4 Distribusi Pernyataan Kuesioner Salat Berjamaah Setelah Ddilakukan Validity Content oleh Ahli Aspek Keteraturan Frekuensi Waktu Tempat Interaksi
Nomor Item 1, 2, 3 4, 5, 6, 7, 8 9, 10, 11 12, 13, 14, 15 16, 17, 18, 19, 20 Jumlah Item Soal
Jumlah 3 5 3 4 5 20
Setelah diakukan validity content oleh ahli jumlah item pernyataan bertambah menjadi 20 item pernyataan, hal ini disebabkan perbaikan item pernyataan yang belum valid dan penambahan aspek frekuensi pada kuesioner salat berjamaah.
53
I. Tahapan Penelitian Tahapan Penelitian atau langkah penelitian merupakan proses sistematis yang harus dilakukan peneliti dalam sebuah aktivitas penelitian, hal inilah yang menjadi penanda bahwa sebuah penelitian adalah penelitian ilmiah (Juliandi dkk, 2014), Tahapan penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Proposal penelitian mendapatkan persetujuan dari pembimbing skripsi dilanjutkan dengan membuat surat permohonan ijin penelitian serta permohonan ijin uji validitas dan reliabilitas kuesioner salat berjamaah. Permohonan ijin penelitian dibuat di bagian admnistrasi FKIK UIN Syarif Hidayatullah yang ditujukan pada kepala Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan sebagai lokasi penelitian, sedangkan permohonan ijin lokasi uji validitas dan reliabilitas dibuat dibagian administrasi FKIK dan PSIK UIN Syarif Hidayatullah yang ditujukan pada kepala Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPTSP) Provinsi DKI Jakarta dan kepala Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 01 Cipayung.
2.
Peneliti kemudian mendapatkan ijin untuk melakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner salat berjamaah. Peneliti melakukan observasi lansia yang berpotensi untuk menjadi calon responden dan memeriksa rekam medis calon responden hingga didapatkanlah lansia yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi untuk dijadikan sebagai responden uji validitas dan reliabilitas kuesioner.
54
3.
Peneliti kemudian menjelaskan maksud, tujuan, dan manfaat penelitian disertai dengan permintaan persetujuan kepada lansia untuk menjadi responden uji validitas dan reliabilitas kuesioner.
4.
Peneliti meminta lansia calon responden untuk mengisi kuesioner salat berjamaah, sedangkan bagi lansia yang tidak dapat mengisi secara mandiri kuesioner dikarenakan memiliki keterbatasan penglihatan ataupun tuna aksara maka peneliti membantu pengisian kuesioner sesuai dengan jawaban lansia. Setelah semua kuesioner telah terisi maka kuesioner dikumpulkan dan dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan program SPSS.
5.
Peneliti kemudian melakukan validity content kepada seorang yang ahli, hingga didapatkanlah kuesioner salat berjamaah yang siap untuk digunakan pada penelitian sesungguhnya.
6.
Peneliti melakukan observasi lansia yang berpotensi untuk menjadi calon responden dan memeriksa rekam medis calon responden, hingga didapatkanlah lansia yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi untuk dijadikan sebagai responden penelitian.
7.
Calon responden diminta untuk mengisi kuesioner demografi sebagai langkah untuk mengetahui demografi calon responden juga sebagai langkah screening responden.
8.
Peneliti memilih calon responden dengan teknik purposive sampling sesuai dengan kriteria inklusi dan eklusi yang telah ditentukan.
55
9.
Peneliti memberikan penjelasan kepada responden tentang cara pengisian kuesioner dan memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada peneliti apabila ada yang tidak jelas dengan kuesioner.
10.
Peneliti
meminta
calon
responden
mengisi
kuesioner
Geritric
Depression Scale (GDS) dan kuesioner salat berjamaah. 11.
Peneliti membantu responden lansia dalam membacakan dan mengisi kuesioner sesuai dengan jawaban responden sendiri pada responden lansia yang tidak dapat mengisi kuesioner karena adanya keterbatasan penglihatan ataupun tuna aksara.
12.
Peneliti melakukan pengumpulan kuesioner dan meneliti kembali kelengkapan pengisian kuesioner, dan melakukan pengolahan data serta analisis data kuesioner.
J.
Pengolahan Data Pengolahan data merupakan proses yang sangat penting dalam penelitian. Merupakan suatu proses organisasi data mentah dengan sedemikian rupa agar dapat disajikan dalam bentuk tabel atau grafik hingga mudah dianalisis dan ditarik kesimpulan (Budiarto, 2004). Notoatmodjo (2010) menjelaskan proses pengolahan data terdiri dari beberapa tahap yaitu: 1. Editing Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner (Notoatmodjo, 2010). Proses ini terdiri dari penjumlahan lembaran daftar pertanyaan yang telah diisi dan proses
56
koreksi yaitu proses membenarkan atau menyelesaikan hal-hal yang salah atau kurang jelas (Budiarto, 2004). 2. Coding Coding adalah usaha memberi kode-kode tertentu pada jawaban responden (Wasis, 2008). Peng”kode”an atau “coding” dilakukan setelah semua kuesioner telah dikoreksi, yaitu dengan mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. (Lusiana dkk, 2015). 3. Memasukan Data (Data Entry) atau Processing Data dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukan ke dalam program atau software computer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana (Lusiana dkk, 2015). 4.
Pembersihan Data (Cleaning) Pembetulan atau koreksi pembersihan data (Cleaning) adalah proses pengecekan kembali data dari setiap sumber data atau responden yang telah selesai dimasukan untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya (Lusiana dkk, 2015).
K. Analisis Data Analisis data adalah kegiatan mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode atau tanda, dan mengkategorikan data sehingga dapat ditemukan dan dirumuskan hipotesis kerja berdsarkan data tersebut (Moleong, 1990 dalam Semma, 2008).
57
1. Analisis Univariat Analisis univariat mempunyai tujuan untuk mendeskripsikan masingmasing variable yang diteliti untuk data numerik dengan menghitung mean, median, nilai minimal dan maksimal. Penyajian masing-masing variabel dengan menggunakan tabel dan diinterpretasikan berdasarkan hasil
yang
diperoleh.
Analisa
univariat
pada
penelitian
ini
mendeskripsikan karakteristik responden meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, salat berjamaah dan tingkat depresi. 2. Analisis Bivariat Analisa bivariat bertujuan untuk menganalisis hubungan dua variabel. Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara salat berjamaah terhadap tingkat depresi. Hasil uji normalitas terhadap skor salat berjamaah didapatkan nilai signifikansi Shapiro-Wilk sebesar 0,001, menunjukan bahwa signifikansi < 0,05 yang berarti bahwa data tidak berdistribusi nornal, maka teknik analisa yang dilakukan menggunakan korelasi peringkat spearman (Rank-Spearman). Koefisien ini lebih mengukur keeratan hubungan antara peringkat-peringkat dibandingkan hasil pengamatan itu sendiri. Perhitungan ini biasa digunakan untuk menghitung koefisien korelasi pada data ordinal dan penggunaan asosiasi pada statistik nonparametrik (Santoso, 2009). Derajat kepercayaan pada penelitian ini adalah 95% ( α 0,05) yang digunakan untuk melihat seberapa kuat hubungan salat berjamaah dengan tingkat depresi. Siregar (2013) mengatakan untuk menetapkan apakah ada
58
hubungan antara variabel independen dan variabel dependen maka digunakan p value yang dibandingkan dengan tingkat kesalahan (α) 5%. P value < 0,05 menunjukan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima maka hipotesis terbukti, yang berarti ada hubungan antara variabel independen dan variabel dependen, sedangakn apabila p value > 0,05 Ho diterima Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Siregar (2013) menjelaskan bahwa untuk kekuatan hubungan, nilai koefisien korelasi berada antara -1 sampai 1 sedangkan untuk arah dinyatakan dengan (+) dan (-). Tingkat korelasi dan kekuatan hubungan yang menunjukan hubungan assosiasi dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.5 Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan No. 1. 2. 3. 4. 5.
Nilai Korelasi (r) 0,00 - 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 0,100
Tingkat Hubungan Sangat lemah Lemah Cukup Kuat Sangat kuat
L. Etika dan Prinsip Penelitian 1. Etika dalam Penelitian Etika dalam sebuah penelitian adalah apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh seorang peneliti. Etika menjadi sebuah moral bagi peneliti didalam prosedur penelitian dan berlakunya tergantung pada integritas peneliti itu sendiri (Neuman, 1991 dalam Nuruzzaman, 2005).
59
Hidayat (2010) mengatakan masalah etika penelitian merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan, masalah etika penelitian terdiri dari: a. Informed Consent Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed Consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden dengan tujuan agar responden mengerti maksud dan tujuan penelitian, serta mengetahui dampaknya. Jika responden bersedia maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak responden (Hidayat, 2010). Peneliti mendatangi calon responden untuk memperkenalkan identitas peneliti dan mengungkapkan maksud serta tujuan peneliti, jika calon responden bersedia untuk berpartisipasi maka calon responden diminta untuk menandatangani lembar informed consent. b. Anonymity (Tanpa Nama) Masalah etika keperawatan merupakan masalah
yang
memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar
60
pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2010). Peneliti tidak mencantumkan nama responden namun menggantinya dengan kode pada lembar pengumpulan data dan hasil penelitian apabila responden merasa berkeberatan. c. Kerahasiaan (Confidentiality) Pada penelitian sosial seperti yang sering dilakukan perawat, peneliti wajib merahasiakan data-data yang sudah dikumpulkannya (Wasis, 2008). Masalah ini merupakan
masalah etika dengan
memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan
dijamin
kerahasiaannya
oleh
peneliti,
hanya
kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2010). Peneliti menjaga kerahasian informasi maupun hasil dan hanya mempublikasikan data tertentu pada hasil penelitian sesuai kebutuhan dan memperhatikan etika penelitian. 2. Prinsip dalam penelitian a. Prinsip manfaat 1)
Bebas dari penderitaan kepada subjek (Nursalam, 2008). Peneliti memastikan tidak ada prosedur yang dapat menyakiti responden baik secara fisik maupun nonfisik.
2)
Bebas dari eksploitasi, subjek harus dihindarkan dari keadaan yang tidak menguntungkan (Nursalam, 2008). Responden
61
menjalani penelitian sesuai dengan tujuan dan prosedur penelitian yang telah diberikan peneliti dalam informed consent. 3)
Resiko
(benefits
ratio),
peneliti
harus
hati-hati
mempertimbangkan risiko dan keuntungan yang akan berakibat pada subjek pada setiap tindakan (Nursalam, 2008). Peneliti melakukan
prosedur
penelitian
sesuai
dengan
teori
dan
mempertimbangkan keselamatan responden. b. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity) 1)
Hak untuk ikut/tidak
menjadi
responden
(right
to
self
determination). Subjek harus diperlakukan secara manusiawi, memutuskan untuk terlibat atau tidak tanpa adanya sangsi (Nursalam, 2008). Peneliti memberikan hak penuh bagi calon responden untuk menentukan keikutsertaanya dalam penelitian tanpa ancaman dan iming-iming imbalan apapun. 2)
Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right to full disclosure). Peneliti memberikan penjelasan dan bertanggung jawab jika terjadi sesuatu pada subjek (Nursalam, 2008). Peneliti memberikan informed consent terhadap calon responden dan bersedia untuk bertanggung jawab apabila terjadi hal yang merugikan bagi responden akibat prosedur penelitian.
3)
Informed consent. Subjek mendapatkan informasi secara lengkap tentang
tujuan
penelitian
(Nursalam,
2008).
Peneliti
memperkenalkan identitas peneliti, tujuan penelitian, prosedur,
62
hak responden, serta manfaat dan resiko yang mungkin terjadi dari penelitian sebelum penelitian dilaksanakan. c. Prinsip keadilan (right to justice) 1)
Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair treatment). responden harus diberikan pengobatan secara adil meskipun mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian (Nursalam, 2008). Peneliti memberikan jaminan bahwa peneliti akan bertanggung jawab secara penuh apabila terjadi hal yang tidak diinginkan akibat prosedur penelitian,
selama prosedur
penelitian maupun setelah prosedur penelitian. 2)
Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy) subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan, untuk itu maka perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan rahasia (confidentiality) (Nursalam, 2008). Peneliti menjamin data dan informasi dari penelitian akan dirahasiakan dan hanya data tertentu saja yang akan dipublikasikan sesuai dengan etika dan kebutuhan publikasi.
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Panti Sosia Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan. Panti Sosial ini terdiri dari beberapa wisma pondokan bagi lansia laki-laki dan perempuan yang dikategorikan menjadi kategori lansia renta, lansia setengah renta, dan mandiri namun terdapat pula wisma khusus yang diperuntukan bagi lansia yang mengalami psikotik. Panti sosial ini memiliki sejumlah jadwal yang telah diatur bagi lansia setiap harinya berupa kegiatan jasmani, rohani, keterampilan kerajinan tangan, kesenian maupun kegiatan diluar jadwal yang diisi oleh tamu yang memiliki tujuan melakukan kegiatan bakti sosial, untuk menunjang kegiatan-kegiatan tersebut maka panti sosial ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas meliputi fasilitas aula, lapangan olahraga, ruangan fitnes, ruang baca, klinik kesehatan, taman, dan tempat ibadah berupa masjid bagi lansia muslim serta satu ruangan aula yang biasa digunakan sebagai tempat kebaktian oleh umat kristen. B. Karakteristik Responden Karakteristik reponden didapatkan dari responden lansia yang telah disaring menurut kriteria inklusi dan ekslusi penelitian. Karakteristik responden penelitian berikut ini berdasarkan pada jenis kelamin, umur dan pendidikan.
63
64
Tabel 5.1 Distribusi Jenis Kelamin, Umur dan Pendidikan Responden Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan Karakteristik Jenis Kelamin Laki-laki Wanita Umur 45-59 tahun (middle age) 60-74 tahun (elderly) 75-90 tahun (old) > 90 tahun (very old) Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi
Frekuensi
Presentase (%)
7 23
23,3 76,7
8 13 8 1
26,7 43,3 26,7 3,3
21 4 3 1 1
70 13,3 10 3,3 3,3
Tabel 5.1 menunjukan bahwa jumlah responden paling banyak adalah wanita yaitu berjumlah 23 responden (76,7%), umur lansia yang paling banyak menjadi responden antara 60-74 tahun (elderly) dengan jumlah 13 responden (43,3%), dan sebagian besar lansia responden tidak pernah bersekolah yaitu berjumlah 21 responden (70%), C. Analisa Univariat Data univariat ini berkaitan dengan variabel independen berupa salat berjamaah dan variabel dependen berupa tingkat depresi pada lansia yang masing-masing akan digambarkan secara berturut-turut. Tabel 5.2 Distribusi Nilai Salat Berjamaah Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan Nilai Baik Buruk Jumlah
Frekuensi 19 11 30
Presentase (%) 63,3 36,7 100
65
Tabel 5.2 menunjukan bahwa sebagian besar lansia mendapatkan nilai salat berjamaah baik (63,3%) dengan jumlah 19 responden, sementara itu lansia yang mendapatkan nilai buruk (36,7%) dengan jumlah 11 responden. Tabel 5.3 Distribusi Tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 03 Jakarta Selatan Tingkat Depresi Tidak Depresi Depresi Ringan Depresi Berat Jumlah
Frekuensi 24 6 0 30
Presentase (%) 80 20 0 100
Tabel 5.3 menunjukan bahwa sebagian besar lansia tidak depresi (80%) dengan jumlah 24 responden. Lansia dengan depresi ringan (20%) dengan jumlah 6 responden, sementara itu tidak terdapat lansia dengan depresi berat (0%). D. Analisis Bivariat Analisis bivariat pada penelitian ini akan menguji hubungan antara variabel independen berupa salat berjamaah dengan variabel dependen berupa tingkat depresi. Tabel 5.4 Analisis Hubungan Salat Berjamaah dengan Tingkat Depresi pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan Variabel Salat berjamaah dengan tingkat depresi
Jumlah (n) 30
Korelasi (r) -0,657
P-value 0,000
66
Tabel 5.4 menunjukan analisis hubungan salat berjamaah dengan tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil penelitian didapatkan koefisien korelasi (r) -0,657 dengan nilai P-value 0,000. Hal ini menggambarkan bahwa ada hubungan yang kuat antara salat berjamaah dengan tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan dengan arah hubungan negatif.
BAB VI PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan makna hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti berkaitan dengan hasil analisis salat berjamaah dengan tingkat depresi pada lansia. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2015 di wilayah kerja Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner salat berjamaah yang dibuat oleh peneliti untuk menilai aspek keteraturan, frekuensi, waktu, tempat dan interaksi responden lansia yang terbiasa melakukan salat berjamaah dan kuesioner Geriatric Depression Scale (GDS) yang dibuat oleh Yessavage untuk mengukur tingkat depresi yang dilakukan terhadap responden lansia. Dalam bab pembahasan ini akan diuraikan hasil penelitian kemudian membandingkannya dengan konsep teoritis serta hasil penelitian sebelumnya, serta akan dijelaskan pula mengenai keterbatasan penelitian yang telah dilaksanakan. A. Gambaran karakteristik Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan. Gambaran demografi usia dari 30 responden penelitian ini sebagian besar berumur antara 60-74 tahun (43,3% ) sebanyak 13 responden, usia 4559 tahun (26,7%) memiliki jumlah responden yang sama dengan usia 75-90 (26,7%) yaitu masing-masing 8 responden, dan lansia yang berumur lebih dari 90 tahun (3,3%) sebanyak 1 responden. Departemen Kesehatan (2013) menjelaskan bahwa seiring dengan meningkatnya pembangunan bidang
67
68
kesehatan, terjadi pula peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH) yang menyebabkan proporsi populasi berusia > 60 tahun juga bertambah. Data pada tahun 2009 menunjukan penduduk lansia di Indonesia berjumlah 20.547.541 jiwa., diperkirakan jumlah penduduk Lansia di Indonesia pada tahun 2020 akan mencapai 28,8 juta jiwa atau sekitar 11% dari total penduduk Indonesia. Tahun 2021 lansia di Indonesia diperkirakan mencapai 30,1 juta jiwa yang merupakan urutan ke 4 di dunia. Pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah, baik secara fisik biologis, mental, maupun sosial ekonomi (Tamher, 2008). Bertambahnya umur pada lansia dari segi fisik menyebabkan perubahan dimulai dari tingkat genetik, molekuler, seluler, organik, dan sistemik hingga struktur dan fungsi otak (Wiadnyana, 2010). Teori perkembangan dari segi mental mengatakan bahwa proses menjadi tua merupakan tantangan bagi lansia dimana lansia harus menyesuaikan diri sebagai akibat dari perannya yang berakhir di dalam keluarga, kehilangan identitas dan hubungan sosialnya akibat pensiun, serta ditinggal mati oleh pasangan hidup dan temantemannya hingga dapat mengakibatkan perubahan mental (Birchenall dan Streight, 1973 dalam Maryam dkk, 2008). Perubahan lansia inilah yang mengakibatkan orang berusia lanjut menjadi subjek bagi masalah emosional dan mental yang berat secara tidak proporsional (Buller dalam Hurlock, 1998). Semakin lama permasalahan pada lansia tersebut akan menambah kemungkinan timbunya depresi akibat efek penyakit somatik, reaksi diagnosis penyakit kronis, atau keluhan fisik serta efek medikasi (Dewi, 2014). Tingginya angka depresi pada lansia yang berumur lebih tua sejalan
69
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2012) terhadap lansia di panti yang menunjukan bahwa dari 157 sampel responden terdapat hampir setengah responden mengalami depresi ringan (25,9%) dan depresi berat (14,7%) serta penelitian Woroasih (2000) yang mendapatkan kesimpulan terdapat perbedaan signifikan yang menunjukan adanya kecenderungan depresi pada kelompok umur yang lebih tinggi pada lansia. Penelitian ini sebagian besar diikuti oleh responden dengan usia antara 60-74 tahun (43,3%). Peneliti saat melakukan proses pengisian kuesioner mendapat temuan bahwa terdapat beberapa lansia yang dahulu terbiasa salat berjamaah dengan frekuensi yang sering namun sekarang beliau mengalami penurunan frekuensi menjadi kadang-kadang dikarenakan munculnya hambatan fisik, ini sejalan dengan pendapat Tamher & Noorkasiani (2011) yang menyatakan bahwa proses penuaan dapat mengakibatkan banyaknya hambatan yang terjadi pada lansia, hal inilah yang menyebabkan lansia berumur 60-74 tahun lebih banyak menjadi responden dibandingkan dengan kategori umur yang lebih tua. Kategori lansia berumur 45-59 tahun (26,7%) memiliki jumlah yang sama dengan lansia berumur 75-90 tahun, hal ini dapat dikarenakan jumlah lansia yang berumur 45-59 tahun merupakan kategori umur lansia yang lebih sedikit menghuni PSTW Budi Mulia 03 jika dibandingkan dengan kategori umur lainnya berdasarkan data panti tahun 2014. Responden penelitian berdasarkan jenis kelamin di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan memiliki proporsi responden wanita lebih banyak daripada responden laki-laki. Responden
70
wanita (76,7%) berjumlah 23 responden, sementara responden laki-laki (23,3%) berjumlah 7 responden. Departemen Kesehatan (2014) menyatakan bahwa Angka Harapan Hidup (AHH) secara keseluruhan pada tahun 2011 berjumlah 70,76 tahun, perempuan memiliki angka harapan hidup lebih besar yaitu sekitar 73.38 tahun, sedangkan laki-laki lebih rendah yaitu 68.26 tahun. Lansia laki-laki dan perempuan sama-sama dapat mengalami perubahan yang bisa menimbulkan depresi, depresi tersebut dapat menimbulkan disabilitas pada keduanya, namun beban depresi terjadi 50% lebih besar bagi perempuan daripada laki-laki (WHO, 2012). Tamher & Noorkasiani (2011) mengatakan hal ini disebabkan karena perbedaan gender mempengaruhi bentuk adaptasi yang lansia gunakan. Asy-Syarif (2008) mengatakan bahwa saat memiliki masalah, wanita memiliki perasaan yang lebih sensitif daripada laki-laki, lebih peka, namun bertekad dan berkeberanian lebih lemah. Perbandingan jumlah lansia laki-laki dan perempuan yang mengalami depresi terlihat pada penelitian yang dilakukan oleh Prasetya et al (2010) yang menguji penurunan depresi dengan melakukan pelatihan kognitif, dimana lebih dari setengah responden lansia yeng terdeteksi depresi berjenis kelamin perempuan. Pada penelitian ini jumlah responden perempuan lebih banyak, hal ini disebabkan karena perbandingan jumlah lansia perempuan yang aktif melakukan salat berjamaah di masjid lebih banyak daripada laki-laki, selain itu hal ini dapat disebabkan karena lansia wanita memiliki motivasi yang lebih tinggi dalam beribadah, hal ini sejalan dengan pendapat Pudjiastuti &
71
Utomo (2003) bahwa lansia wanita yang berumur lebih dari 70 tahun mempunyai kesadaran religius yang lebih tinggi daripada lansia laki-laki. Tingkat pendidikan responden lansia yang tidak bersekolah (70%) merupakan yang paling banyak diantara jenjang pendidikan responden lainnya yaitu berjumlah 21 responden, tingkat SD (13,3%) dengan jumlah 4 responden, tingkat SMP (10%) dengan jumlah 3 responden, tingkat SMA (3,3%) dengan jumlah 1 responden, dan tingkat perguruan tinggi (3,3%) dengan jumlah 1 responden. Pendidikan berguna untuk menentukan kompensasi dalam menghadapi masalah yang dialami lansia. Semakin tinggi pendidikan lansia, maka semakin banyak pengalaman hidup yang dilaluinya, sehingga akan lebih siap dalam menghadapi masalah yang terjadi, lansia yang memiliki pendidikan lebih tinggi pada umumnnya memiliki kompensasi yang lebih baik dimana mereka dapat lebih produktif dibandingkan lansia yang berpendidikan lebih rendah (Tamher & Noorkasiani, 2011). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh
Wulandari
(2011)
ia
melakukan
penelitian
yang
membandingkan tingkat depresi pada lansia yang tinggal di panti dengan lansia yang tinggal bersama keluarganya, hasilnya adalah proporsi depresi pada lanjut usia di panti yang berpendidikan rendah lebih besar daripada proporsi lansia berpendidikan menengah, namun sebaliknya pada lansia yang tinggal bersama keluarganya yaitu, lansia yang berpendidikan lebih tinggi memiliki tingkat depresi yang lebih tinggi daripada lansia dengan tingkat pendidikan yang rendah, menurutnya hal ini terjadi disebabkan keadaan kehidupan keluarga yang mempengaruhi perasaan lansia.
72
Pada penelitian ini sebagian besar lansia yang menjadi responden adalah lansia yang tidak bersekolah (70%). Rendahnya pendidikan lansia dan tingginya angka lansia yang tidak bersekolah disebabkan karena belum adanya sarana dan prasarana yang mendukung serta pendidikan yang masih terbatas pada masa itu (Departemen Kesehatan, 2014). B. Hubungan Salat Berjamaah dengan Tingkat Depresi pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan. Hasil uji analisis menujukan bahwa lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan memiliki nilai rata-rata salat berjamaah yang baik (63,3%) yaitu 19 responden lansia dan sisanya sebanyak 11 responden lansia mendapatkan nilai buruk (36,7%). Rata-rata responden lansia tidak mengalami depresi (80%) yaitu berjumlah 24 responden, sedangkan 6 responden lansia mengalami depresi ringan (20%) dan tidak ada satupun lansia yang mengalami depresi berat (0%). Hasil perhitungan uji statistik bivariat antara salat berjamaah dengan tingkat depresi pada lansia diperoleh P-value sebesar 0,000 yang berarti Ho ditolak, hal ini menunjukan bahwa ada hubungan antara salat berjamaah dengan tingkat depresi, selain itu didapatkan koefisien korelasi (r) -0,657 yang menggambarkan hubungan yang kuat antara salat berjamaah dengan tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan dengan arah hubungan negatif (-) yang berarti semakin tinggi nilai salat berjamaah maka semakin rendah tingkat
73
depresi. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah nilai salat berjamaah maka semakin tinggi tingkat depresi. Panti jompo merupakan institusi yang diselenggarakan pemerintah untuk melayani lansia yang miskin, tidak mempunyai tempat tinggal, keluarga, kerabat dan tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar manusia juga bagi lansia yang mencari ketenangan dihari tuanya yang tidak bisa ia dapatkan di luar panti (Ihromi, 2004).
Sutarto & Ismulcokro (2008)
menjelaskan bahwa pada lansia yang masih memiliki keluarga, tinggal dipanti jompo tidak meyelesaikan masalah yang dialami lansia. Pada lansia akan timbul perasaan terbuang atau tersingkirkan dari lingkungan kasih sayang keluarga. Hal ini sejalan dengan penelitian Sari (2012) yang dilakukan untuk melihat gambaran depresi pada lansia, ia mendapatkan kesimpulan bahwa faktor yang dapat menyebabkan depresi pada lansia diantaranya adalah keadaan yang memaksa mereka sehingga harus hidup di panti bukan besama dengan keluarga yang seharusnya menjaga mereka, selain itu adalah faktor adaptasi gaya hidup, lingkungan sosial dan tempat tinggal dimana hal ini terjadi ketika lansia merasa jenuh dengan keadaannya sendiri serta situasi disekelilingnya yang menimbulkan rasa hampa dan rendahnya kepuasan hidup sehingga dapat memicu depresi. Lansia memiliki mekanisme koping yang mempengaruhi keadaannya, lansia yang menggunakan mekanisme koping positif memungkinkan perubahan diri dengan merenungkan pengalaman hidup dan pengetahuan yang telah ia peroleh selama bertahun-tahun, sedangkan lansia yang menggunakan mekanisme koping negatif memperlihatkan bahwa mereka
74
berfokus pada kehilangan dan pikiran yang terebenam di masa lalu (Bastable, 2002). Lansia yang memiliki mekanisme koping yang baik akan memiliki kehidupan yang lebih positif, diantara mekanisme koping yang baik pada lansia adalah mendekatkan diri pada tuhan YME dan menjalin hubungan sosial yang baik (Maryam et al, 2008). Hidayat (dalam Pudjiastuti & Utomo, 2003) mengemukakan bahwa kesadaran religius merupakan ungkapan keadaan psikologis lansia. Lansia menyadari bahwa mereka membutuhkan kepasrahan total kepada yang Kuasa, oleh karena itu lansia akan aktif dalam kegiatan sosial dan spiritual untuk mempersiapkan diri sebelum meninggal. Hal ini sejalan dengan penelitian yag dilakukan oleh Mackaenzie et al (2000) mereka melakukan penelitian untuk mengetahui persepsi lansia terhadap hubungan agama dan kesehatan, banyak lansia yang terlibat dalam penelitian ini percaya bahwa Tuhan mendukung mereka, melindungi, menjaga, mengajarkan, membantu, dan menyembuhkan melalui kegiatan ibadah yang dapat berdampak pada fisik dan mental, diantara lansia tersebut banyak yang mengatakan bahwa memiliki hubungan dengan Tuhan merupakan dasar dari aspek psikologi yang baik. Pada penelitian ini sebagian besar lansia
tidak mengalami depresi
(80%) hal ini salah satunya dapat disebabkan karena kebiasaan para lansia responden melaksanakan salat berjamaah. Bahnasi (2010) mengatakan salat merupakan proses berhubungan dengan Allah yang dapat mencakup seluruh kehidupan orang yang salat, melalui salat manusia bisa mencapai derajat keyakinan yang dimahkotai ketenangan. Dia akan berbeda dengan orang-
75
orang yang tidak melaksanakan salat. Oleh karena itu Allah Swt. mengecualikan mereka dari sifat ketidakstabilan jiwa. Allah Swt. Berfirman “Apabila ditimpa kesusahan, dia berkeluh kesah. Dan apabila mendapat kebaikan (harta), dia menjadi kikir. Kecuali orang-orang yang melaksanakan salat. Mereka yang tetap setia melaksanakan salatnya.” (QS. AlMa’arij:20-30). Sevateille (dalam Al-Khuly, 2010) mengatakan manusia mendapatkan kekuatan diri melalui salat hingga memberikan dampak kesehatan jiwa kepada pelakunya. Sauer & Karl (dalam El-Bantanie, 2010) berdasarkan penelitiannya membuktikan bahwa salat lima waktu merupakan sarana menenangkan jiwa yang paling efektif dimana setiap emosi yang melonjak dapat diendapkan dengan melakukan salat. Salat memiliki beberapa dimensi, yaitu dimensi spiritual, dimensi sosial, dimensi emosional, dan dimensi fisik. Dimensi spiritual merupakan dimensi dengan porsi yang lebih besar daripada dimensi lainnya, karena dalam salat melibatkan ruh yang bisa melihat dengan keimanan yang mengasah visi kita. Dimensi fisik salat dapat menyehatkan tubuh kita, dimensi emosional dengan salat kita dapat belajar untuk bersabar, bersyukur, dan mengasah kerendahan hati, dimensi sosial bisa diasah dengan salat berjamaah dimana manusia berkumpul dan berinteraksi satu sama lain (Harris, 2008). Najati (2010) mengatakan bahwa terminologi salat mengisyaratkan adanya hubungan antara manusia dan Tuhan-Nya, dengan salat manusia dapat
76
mengerahkan seluruh jiwa dan raganya kepada Allah, berpaling dari semua kesibukan dan masalah dunia serta tidak memikirkan sesuatu kecuali Allah dan ayat-ayat Alquran yang dibacanya. Keterpalingan penuh dari berbagai persoalan dan masalah kehidupan dan tidak memikirkannya selama salat dengan sendirinya akan menimbulkan pada diri manusia keadaan tentram, jiwa yang tenang dan pikiran yang bebas dari beban. Dampak dari salat lebih signifikan terasa pada pelaksanaan salat berjamaah karena adanya aspek sosial, dengan seringnya seseorang pergi ke masjid untuk melaksanakan salat akan memberikan kesempatan baginya untuk berkenalan dengan para tetangga dan lingkungannya. Penelitian ini tidak memasukan dimensi fisik, spiritual dan emosional dalam pertanyaan kuesioner salat berjamaah, hal ini disebabkan peneliti ingin membatasi kesamaan antara salat munfarid (salat sendirian) dengan salat berjamaah dikarenakan pada keduanya ada kesamaan dalam dimensi fisik, spiritual dan emosional yang dapat mempengaruhi tingkat depresi yang akan diukur. Dimensi salat berjamaah yang dinilai adalah dimensi sosial yang terdiri dari aspek keteraturan, frekuensi, waktu, tempat dan interaksi. Aspekaspek ini dipilih sesuai dengan pendapat Al-Khuly (2010) bahwasannya salat adalah kewajiban yang dibatasi oleh waktu-waktu tertentu sehingga tidak boleh terlambat mengerjakannya. Aspek waktu dan frekuensi. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirnan: “Sesungguhnya salat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang yang beriman.” (QS. al-Nisa’: 103).
77
“Dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan ta’atlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat.” (QS. Al-Nur:56). Aspek interaksi, Allah memerintahkan kepada manusia agar menyuruh keluarganya mendirikan salat. “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.” (QS. Thaha:132). Aspek tempat. Allah memerintahkan pada manusia untuk salat dalam keadan suci pakaian, badan, dan tempat yang dipergunakan. “Dan pakaianmu bersihkanlah.” (QS. Al-Mudastsir: 4). Hasil penelitian ini meskipun tanpa melakukan pengukuran terhadap keseluruhan dimensi salat namun tetap membuktikan bahwa salat berjamaah memiliki hubungan yang kuat dengan tingkat depresi pada lansia. Penelitian sejenis yaitu penelitian berdimensi sosial juga telah dilakukan oleh Siswantari (2014) ia menguji pengaruh terapi aktifitas kelompok (TAK) terhadap tingkat depresi lansia dengan meningkatkan interaksi dan hubungan sosial. Penelitian ini mendapatkan kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang sangat bermakna dari terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi harga diri rendah terhadap tingkat depresi lansia di Karang Werda Semeru Jaya, serta penelitian Ariani (2012) yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh terapi musik angklung terhadap tingkat kesepian pada lansia yang tinggal di PSTW Garut. Hasil analisis menunjukan ada perbedaan sebelum dan sesudah dilakukan terapi musik angklung terhadap tingkat kesepian lansia.
78
Penelitian berdimensi sosial religius telah dilakukan oleh Neill & Kahn (1999) penelitian yang dilakukannya tidak hanya meneliti aspek spiritualitas individu namun juga aktivitas keagamaan sosial yang berdampak pada kepuasan hidup. Hasil penelitian menunjukan bahwa kegiatan keagamaan sosial berdampak pada kepuasan hidup dimana pada kegiatan keagamaan mereka mendapatkan teman dan komunitas yang mendukung, sedangkan Kathleen (2010) meneliti hubungan perkembangan spiritual dan aktifitas fisik, penelitian ini menemukan bahwa perilaku yang menunjang kesehatan berhubungan dengan kekuatan dalam diri, dan kekuatan diri dipengaruhi oleh perkembangan spiritual. C. Keterbatasan Penelitian Pelaksanaan
penelitian
masih
memiliki
beberapa
keterbatasan,
diantaranya yaitu: 1.
Pengisian kuesioner sebagian besar dilakukan dengan cara dibacakan oleh peneliti, hal ini dikhawatirkan memberikan pengaruh terhadap jawaban lansia.
2.
Pengisian pernyataan aspek frekuensi yang ada dalam kuesioner salat berjamaah tidak berdasarkan observasi namun berdasarkan jawaban lansia.
3.
Beberapa faktor confounding tidak dapat dikontrol secara sempurna, hal ini terkait dengan keterbatasan jumlah lansia yang dapat dijadikan responden.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Karakteristik lansia yang menjadi responden penelitian di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan sebagian besar berjenis kelamin wanita (76,7%) dengan jumlah 23 responden lansia, umur lansia yang paling banyak menjadi responden adalah lansia yang berumur antara 60-74 tahun (elderly) dengan jumlah 13 responden (43,3%), dan sebagian besar lansia responden tidak pernah bersekolah (70%) yaitu berjumlah 21 responden. 2. Sebagian besar lansia mendapatkan nilai salat berjamaah baik dengan presentase 63,3% berjumlah 19 reponden, sementara itu lansia yang mendapatkan nilai buruk dengan presentase 36,7% yaitu berjumlah 11 responden. 3. Sebagian besar lansia tidak depresi yeitu berjumlah 24 reponden dengan presentase 80%. Lansia dengan depresi ringan sebanyak 6 responden dengan presentase 20%, dan tidak terdapat lansia dengan depresi berat (0%). 4. Hasil penelitian didapatkan koefisien korelasi (r) -0,657 dengan nilai P-value 0,000. Hal ini menunjukan adanya hubungan yang kuat antara
79
80
salat berjamaah dengan tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan dengan arah hubungan negatif (-) yang berarti apabila nilai salat berjamaah baik maka tingkat depresi rendah, dan sebaliknya jika nilai salat berjamaah buruk maka tingkat depresi tinggi. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian, saran yang diajukan antara lain: 1. Bagi Profesi Keperawatan Hasil penelitian ini dapat memperkaya khazanah pengetahuan mengenai Complementary and Alternative Modalities (CAM) berbasis agama sehingga diharapkan menambahkan pertimbangan untuk memasukan salat berjamaah kedalam salah satu intervensi yang dapat dipilih bagi lansia terutama dalam diagnosa sejahtera (Well Diagnose). 2. Bagi Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan informasi dan pengetahuan sehingga
semakin
mengukuhkan
pelaksanaan
program-program
bimbingan agama pada lansia terutama salat berjamaah yang dapat dijadikan salah satu usaha preventif untuk mencegah depresi, memberi makna, serta meberikan kepuasan hidup bagi lansia. 3. Bagi responden lansia Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu motivasi agar lansia terus istiqomah dalam melaksanakan kebiasaannya menjalankan salat
81
berjamaah juga memberikan motivasi untuk terus memperbaiki setiap aspek yang terkandung dalam salat berjamaah yang dilakukannya. 4. Bagi penelitian selanjutnya a. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan metode yang berbeda dengan penelitian ini, yaitu dengan menggunakan metode eksperimen kontrol. b. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada beberapa Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) sehingga jumlah responden menjadi lebih banyak dan hasilnya lebih bisa digeneralisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Abiraja, Suhendi. Setan Skak Mat!. Jakarta: Mizan. 2008 Abou saleh, Mohammed. et al. Principles and Practice of Geriatric Psychiatry.USA: John Willey. 2010. Al-Bugha, Musthafa Dib. Al-Wafi: Syarah Hadist Arbain Imam An-Nawawi. Damaskus: Dar Al-Musthafa. 2007. Al-Khuly, Hilmi. Misteri Dahsyatnya Gerakan Shalat: Menyingkap Rahasia Sehat Dan Bugar. Jakarta: Tuhfa. 2010. Al-Mahfani, M Kalilurrahman. Buku Pintar Shalat: Pedoman Shalat Lengkap Menuju Shalat Khusyuk. Jakarta:WahyuMedia. 2008 American Psychiatric Association. Practice Guidelines for the Treatment of Psychiatric Disorder: Compendium 2006. Arlington: American psychiatric association press. 2006. Ariani, Desy Rizki. “Pengaruh Terapi Musik Angklung terhadap Tingkat Kesepian pada Lansia yang Tinggal di PSTW Garut”. Skripsi S1 Fakutas Keperawatan Universitas Padjajaran Bandung, 2012. Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian, edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. 2010. As-Sadlan, Shalih Ghanim. Bimbingan Lengkap Shalat Berjamaah. Jakarta: AtTibyan. 2006. Asy-Syarif, Isham Muhammad. Selamat Datang Suami Impian: Membedah karakter dan kepribadian pria yang diimpikan kaum wanita. Jakarta: Mirqat. 2008. Ayyub, Hasan Muhamamad. Panduan Beribadah Khusus Pria; Menjalankan Ibadah Sesuai Tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Jakarta: Almahira. 2008. Azwar, S. Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2013. Bagir, Haidar. Buat Apa Shalat ?!. Bandung: Mizan. 2008. Bahnasi, Muhammad. Salat Bersama Nabi Saw. Jakarta:Mizan. 2010. Bastable, Susan L. Perawat Sebagai Pendidik: Jakarta: EGC. 2002. Brink, J. Pamela & Wood J. Marilynn. Langkah Dasar Dalam Perencanaan Riset Keperawatan. Jakarta: EGC. 1998.
Budiarto, Eko. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. 2004. Brink, J. Pamela & Wood J. Marilynn. Langkah Dasar Dalam Perencanaan Riset Keperawatan. Jakarta: EGC. 1998. Carpenito, Lynda Juall. Nursing Diagnosis: Application to Practice Edition 14. China: Lippincot william & wilkins. 2012.
Clinical
Depkes. “Triple Burden Ancam Lansia”. 2014. Artikel diakses pada 3 Mei 2015 dari http://www.depkes.go.id Dewi, Sofia Rhosma. Buku Ajar Keperawatan GerontikEd. 1. Yogyakarta: Deepublish. 2014. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. “Pharmaceutical Care untuk Penderita Gangguan Depresif”. 2007. Artikel diakses 12 januari 2015 darihttp://binfar.kemkes.go.id Ebert, Michael & Kerns, Robert. Behavioral and Psychopharmacologic Pain Management. New York: Cambridge University Press. 2011. Efendi, Ferry& Makhfudli. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 2009. El-Bantanie, Muhammad Syafi’ie. Sholat Tolak Miskin.Jakarta: Elex Media Komputindo.2010. El-Ma’rufie, Sabil. Energi Shalat: Bangkitkan Potensi Suksesmu Melalui Shalat Lima Waktu. Jakarta: Mizania. 2009. Eriyanto. Teknik Sampling Analisis Opini Publik. Yogyakarta: LKiS. 2007. Fitra, Sulhan Abu. Tuntunan Shalat Khusyu’ Sempurna dan Diterima. Republika: 2013. Gill,M Adele. 7 Pathways to Hope. America: Millennial Mind Publishing. 2011. Gulo, W. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo. 2010. Harris, A. Renungkan Hidupmu!. Jakarta:Mizan. 2008. Herlanti, Yanti. Buku Saku Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2014. Hidayat, Aziz Alimul.Metodologi Penelitian Keperawatan dan teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. 2010. Hurlock, Elizabeth B. Psikologi perkemanagan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. 1998. Ihromi, T.O. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2004.
Ihsan, Nurul. Panduan Lengkkap Belajar Shalat untuk Anak. Jakarta: Qultum Media. 2009. Ivancevich, M. John. et al. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta: Erlangga. 2005. Juliandi, Azuar. et al. Metodologi Penelitian Bisnis Konsep dan Aplikasi. Medan: Umsu press. 2014. Kemenkes RI. “Profil Kesehatn Indonesia 2013”. 2013. Artikel diakses pada 7 oktober 2014 dariwww.depkes.go.id Kurniasih, Imas. Indahnya Tahajud. Yogyakarta: Mutiara Medika. 2008. Levin, Jeff. Religion and Mental Health Among Israeli Jews: Findings from the SHARE-Israel Study. 2012. Diakses 27 Desember 2014; http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23193779 Lusiana, Novita dkk. Buku Ajar Metodologi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta: Deepublish. 2015. Mackenzie. et. Al. Spiritual Support and Psychological Well-being: Older Adults Perceptions of the Religion and Health Connection. 2000. diakses pada 7 oktober; http://eric.ed.gov/?id=EJ749370 Madjid, Nurcholish. Renungan di Bulan Ramadhan. Jakarta: Mizan. 2007. Mansyur, Semma. Negara dan Korupsi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2008. Maryam, Siti. dkk. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika. 2008. Masyhur, Syekh Mustafa. Berjumpa Allah Lewat Shalat. Jakarta: Gema insani Press. 2002. Najati, Usman. Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa. Bandung: Azzam. 2010. Neill & Kahn. The Role of Personal Spirituality and Religious Social Activity on the Life Satisfaction of Older Widowed Women. 1999. diakses pada 7 oktober; http://eric.ed.gov/?id=EJ749370 Nugroho, Wahjudi.Komunikasi dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC. 2009. Nuhuyanan, Abdul Kadir. et al. Pedoman dan Tuntunan Shalat lengkap. Jakarta: Gema Insani. 2008. Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 2008. Nuruzzaman, M. Kiai Husein Membela Perempuan. Yogyakarta: Pustaka Pesantren. 2005.
Pickett, George & Hanlon, J. John. Kesehatan Masyarakat Administrasi dan Praktik Edisi 9. Jakarta: EGC. 2009. Pudjiastuti, Sri Surini & Utomo, Budi. Fisioterapi pada Lansia. EGC. Jakarta 2003. Prasetya, Surya. et al. Penurunan Tingkat Depresi Klien Lansia dengan Terapi Kognitif dan Senam Latih Otak di Panti Werdha. Jurnal Keperawatan Indonesia. 2010. Sabiq, Sayyid. Fiqih Sunnah. Jakarta: Pena. 2006. Sadock, Benjamin L. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry 10th Edition. USA: Lippincot Williams & Wilkins. 2007. Safrodin, Muhammad. Sunah-sunah Kecil Berpahala Besar.Yogyakarta: Bunyan. 2014. Sangkan, Abu. Menemukan Khusyu’ yang Hilang. Jakarta: Gybraltar. 2014 Santoso, Hanna & Ismail, Andar. Memahami Krisis Lanjut Usia. Jakarta: Gunung Mulia. 2010. Santoso, Singgih. Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 17. Jakarta: Elex Media Komputindo. 2009. Sari, Dian. “Faktor-faktor yang berhubungan dengan Depresi pada Lansia di RW 04 dan RW 19 Kelurahan Pacerakang kecamatan Biringkanaya Kota Makasar. Makasar”. Skripsi S1 STIKES Nani Hasanudin Makasar, 2012. Sari, Kartika. Skripsi. “Gambaran Tingkat Depresi pada Lanjut Usia (Lansia) di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 01 dan 03 jakarta Timur”. Skripsi S1 Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia, 2012. Sa’abah, Marzuki Umar. Bagaimana Awet Muda dan panjang Usia. Jakarta: Gema Insani Press. 2001. Semiun, Y. Kesehatan Mental 3. Yogyakarta: Kanisius. 2006 Sholeh, Moh. Berobat Sambil Bertobat. Jakarta: Mizan. 2008. ----------------. Terapi Shalat Tahajud. Jakarta: Mizan. 2010. Siregar, Syofian. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Bumi Aksara. 2013. Siswantari, Yunita Gita. “Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi Harga Diri Rendah terhadap Tingkat Depresi Lansia di Karang Werda Semeru Jaya Kabupaten Jember”. Skripsi S1 Fakultas KeperawatanUniversitas Negeri Jember, 2014. Soebari, Surasono. Pensiun Preneur. Jakarta: Penebar Plus. 2008.
Sternthal, J. Michelle & Williams, R. David. Depression, Anxiety, and Religious Life: a Search for Mediators. 2010. Diakses 7 oktober 2014; http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20943594 Stevens, P.J.M et al. Ilmu Keperawatan. Jakarta: EGC. 2012 Stolte, M. Karen. Diagnosa Keperawatan Sejahtera. Jakarta: EGC. 2007. Sutarto, J, Tirto & Ismulcokro, C. Pensiun Bukan Akhir Segalanya Cara Cerdas Menghadapi Saat Pensiun. Jakarta: Salemba Medika. 2008. Swarjana, I Ketut. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Andi. 2012. Syahmuharnis & Sidharta, Harry. Transcendental Quotient: Kecerdasan Diri Terbaik. Jakarta: Republika. 2006. Syukra, Anita. “Hubungan Antara Religiusitas dengan Kejadian Depresi pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Sabai Nan Aluih Sicincin Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2012 Padang”. Skripsi S1 Fakultas Keperawatan Universitas Andalas, 2012. Tamher, S & Noorkasiani. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika: 2011. Taufiq, Muhammad Izzudin. Panduan Lengkap dan Praktis PsikologiIslam. Jakarta: Gema Insani Press. 2009. Tebba, Sudirman. Nikmatnya Shaat Khusyuk. Jakarta: Pustaka Irvan. 2008 Tharsyah Adnan. Manusia yang Dicintai dan yang Dibenci Allah: Kunci-kunci Menjadi Kekasih Allah. Bandung: Mizania. 2008. Tjay, Tan Hoan. Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek Samping. Jakarta. Elex Media Komputindo: 2007. Townsend, C, Mary. Buku saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri: Pedoman untuk Membuat Rencana Keperawatan. Jakarta: EGC:1998. Trisnapati, I kadek Edwin. dkk. “Keefektifan Pelatihan Kebermaknaan Hidup terhadap Penurunan Tingkat Depresi pada Lansia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta”. Jurnal Wacana Psikologi Vol.1, no. 1. 2012 Umar, Husein. Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi. Jakarta: Gramedia. 2011. Videbeck, L. Sheila. Psychiatric-Mental Health Nursing 6th edition. China: Lippincot william & wilkins. 2013. Wasis. Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC. 2008.
WHO. “Mental Health Management Depression”. 2012. Artikel diakses pada 2 Mei dari http//www.who.int Wirakusumah, Emma S. Tip & Solusi Gizi agar Tetap ehat, cantik dan Bahagia di Masa Menopause dengan Terapi Estrogen Alami. Jakarta: Gramedia: 2004. Woroasih, Sri. “Hubungan Stressor Psikososial dan Dukungan Sosial dengan Dpresi pada Lanjut Usia”. Tesis Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 2000. Wulandari, Ayu Fitri. “Kejadaian dan Tingkat Depresi pda Lanjut Usia”. Skripsi S1 Universitas Diponegoro, 2011. Zahwa, Abu. Shalat saat Sulit: Jurus Jitu Hidup Bahagia dan Bebas dari Masalah.Jakarta: Qultum Media. 2011.
Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden Jakarta Selatan, Maret 2015 Kepada Yth Responden Penelitian Di tempat
Dengan hormat Yang bertanda tangan di bawah ini Nama
: Rizal Khoerul Haq
NIM
: 1111104000044
Alamat
: Jl. Gedung Asrama Putra UIN, Kec. Pisangan Ciputat, Tangerang Selatan
Adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sedang melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Shalat Berjama’ah dengan Tingkat Depresi pada Lansia di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan”. Penelitian ini memberikan manfaat tidak langsung kepada responden, yaitu dapat mengetahui manfaat shalat berjama’ah dalam menurunkan tingkat depresi melalui kegiatan shalat berjama’ah yang diukur dengan menggunakan kuesioner penelitian. Penelitian ini tidak akan merugikan responden. Peneliti akan merahasiakan identitas dan jawaban responden. Ibu/Bapak dipersilahkan menandatangani lembar persetujuan apabila bersedia secara sukareala untuk menjadi responden penelitian. Besar harapan saya kiranya Ibu/Bapak bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Atas kesediaan dan kerjasamanya, saya ucapkan terimakasih.
Hormat saya
Peneliti
(Lanjutan) Lembar Persetujuan Menjadi Responden Saya yang bertanda tangan di bawah ini bersedia menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh: Nama
: Rizal Khoerul Haq
NIM
: 1111104000044
Alamat
: Jl. Gedung Asrama Putra UIN, Kec. Pisangan Ciputat, Tangerang Selatan
Saya telah mendapatkan penjelasan dari peneliti mengenai tujuan, prosedur, dan manfaat penelitian ini. Saya mengerti bahwa data dalam penelitian ini akan dirahasiakan. Semua berkas yang mencantumkan identitas responden hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian. Saya mengerti bahwa tidak akan ada resiko yang terjadi. Apabila ada pertanyaan dan respon emosional yang tidak nyaman atau berakibat negatif pada saya, maka peneliti akan menghentikan pengumpulan data dan peneliti memberikan hak kepada saya untuk megundurkan diri sebagai responden dari penelitian ini tanpa resiko apapun. Demikian surat pernyataan ini saya tandatangani tanpa suatu paksaan. Saya bersedia menjdi responden dalam penelitian ini secara sukarela.
Jakarta Selatan, Juni 2015
(.....………………................)
Lampiran 2 KUESIONER DEMOGRAFI DAN RIWAYAT PENGOBATAN Petunjuk Pengisian 1. Bacalah setiap pertayaan di bawah ini dengan cermat 2. Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang menurut Bapak/Ibu sesuai dengan keadaan Bapak/Ibu 3. Tanyakanlah jika ada pertanyaan yang kurang dipahami Bapak/Ibu.
1. Jenis Kelamin
: ( ) Laki-laki
( ) Perempuan
2. Agama
: ( ) Islam ( ) Kristen
( ) Hindu
3. Usia
: ……. Tahun
4. Suku
: ( ) Sunda
( ) Jawa
( ) Betawi
( ) Lainnya, sebutkan ……….
:( ) Tidak tamat SD
( )SD
5. Pendidikan Terakhir
( ) SMA
( ) Sarjana
6. Status tinggal
:( ) Tetap
( ) Day care
7. Riwayat Penyakit:( ) Penyakit Sendi
( )Budha
( )SMP
( )Hipertensi
( ) Diabetes Melitus
( )Penyakit Jiwa
( ) Lainnya, sebutkan… 8.
Lama sakit (jika ada) : Sebutkan,..............
9. Konsumsi Obat
: ( ) Hipertensi
( )Sendi
( ) Lainnya, sebutkan
10. Kemampuan
: ( ) Baik
( ) Menyeret kaki
( ) tidak bisa berjalan
berjalan 11. Dikunjungi keluarga/ : ( ) Setiap minggu sahabat
( ) Lainnya, sebutkan........
( )Satu bulan sekali ( )Tidak pernah
12. Kebiasaan aktifitas di panti : ( ) Mengikuti setiap kegiatan di panti ( ) Mengikuti ..... kali kegiatan di panti dalam seminggu ( ) Tidak mengikuti kegiatan di panti 13. Sebutkan kegiatan yang diikuti di panti (jika ada)
: ............................................................................................ ...........................................................................................
Lampiran 3 KUESIONER SALAT BERJAMAAH Berilah tanda checklist ( √ ) pada pertanyaan yang tersedia di bawah ini yang mewakili keadaan Bapak/Ibu S
: SELALU
SR
: SERING
K
: KADANG
J
: JARANG
TP
: TIDAK PERNAH
NO.
PERNYATAAN
1.
Saya salat berjamaah dengan meluruskan dan merapatkan shaf/barisan dengan jamaah di sebelah saya
2.
Saya salat berjamaah dengan mengikuti gerakan imam
3.
Saya salat berjamah secara tenang dan tidak bercanda dengan jamaah yang berada di sebelah saya
4.
Saya melaksanakan salat subuh secara berjamaah di masjid
5.
Saya melaksanakan salat dzuhur secara berjamaah di masjid
6.
Saya melaksanakan salat ashar secara berjamaah di masjid
7.
Saya melaksanakan salat maghrib secara berjamaah di masjid
8.
Saya melaksanakan salat isya’ secara berjamaah di masjid
9.
Saya pergi ke masjid untuk melaksanakan salat berjamaah segera setelah mendengar suara adzan
10.
Saya salat berjamaah di masjid dengan tepat waktu
11.
Saya tetap pergi ke masjid atau mushola untuk melaksanakan salat berjamaah meskipun sudah tertinggal beberapa raka’at
S
SR
K
J
TP
12.
Saya melaksanakan salat berjamaah di masjid
13.
Saya tetap melaksanakan salat berjamaah di masjid meskipun dalam keadaan berpergian
14.
Saya salat dengan mengisi shaf/barisan yang masih kosong
15.
Saya salat di tempat yang bersih dari najis
16.
Saya mengajak orang lain untuk melaksanakan salat berjamaah di masjid
17.
Saya berkomunikasi dengan cara yang baik kepada jamaah disebelah saya untuk mengatur kerapihan shaf/barisan
18.
Saya mengajak jamaah yang tidak tenang dalam melaksanakan salat berjamaah agar tenang dalam melaksanakan salat berjamaah berikutnya
19
Saya berjabat tangan dengan jamaah lain seusai salat
20.
Saya berbincang ringan dengan jamaah lain setelah salat berjamaah
Lampiran 4 KUESIONER DEPRESI Jawablah dengan memberikan tanda pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan keadaan Bapak/Ibu Checklist ( √ ) jika iya, dan Silang ( x ) jika tidak
No. Apakah Bapak/Ibu dalam satu minggu terakhir 1.
Merasa puas dengan kehidupan yang dijalani?
2.
Banyak meninggalkan kesenangan/minat dan aktifitas anda?
3.
Merasa bahwa kehidupan anda hampa?
4.
Sering merasa bosan?
5.
Penuh pengharapan akan masa depan?
6.
Mempunyai semangat yang baik setiap waktu?
7.
Diganggu oleh pikiran-pikiran yang tidak dapat diungkapkan?
8.
Merasa bahagia disebagian besar waktu?
9.
Merasa takut sesuatu akan terjadi pada anda?
10.
Seringkali merasa tidak berdaya?
11.
Sering merasa gelisah dan gugup?
12.
Memilih tinggal dirumah daripada pergi melakukan sesuatu yang bermanfaat?
13.
Seringkali merasa khawatir akan masa depan?
Respon
14.
Merasa memiliki lebih banyak masalah dengan daya ingat dibandingkan dengan orang lain?
15.
Berpikir bahwa hidup ini sangat menyenangkan sekarang?
16.
Seringkali merasa merana?
17.
Merasa kurang bahagia?
18.
Sangat khawatir terhadap masa lalu?
19.
Merasakan bahwa hidup ini sangat menggairahkan?
20.
Merasa berat untuk memulai sesuatu hal yang baru?
21.
Merasa dalam keadaan penuh semangat?
22.
Berpikir bahwa keadaan anda tidak ada harapan?
23.
Berpikir bahwa banyak orang yang lebih baik daripada anda?
24.
Seringkali merasa menjadi kesal dengan hal yang sepele?
25.
Seringkali merasa ingin menangis?
26.
Merasa sulit untuk berkonsentrasi?
27.
Menikmati tidur?
28.
Memilih menghindar dari perkumpulan sosial?
29.
Mudah mengambil keputusan?
30.
Mempunyai pikiran yang jernih?
Lampiran 6 HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS KUESIONER SALAT BERJAMAAH
ANALISIS UNIVARIAT Distribusi Karakteristik Responden Statistics
Valid Missing
N
Mean Median Std. Deviation Variance Skewness Std. Error Skewness Kurtosis Std. Error Kurtosis Minimum Maximum
of
of
jenis kelamin 30 0 1,77 2,00 ,430 ,185 -1,328
usia 30 0 2,07 2,00 ,828 ,685 ,262
pendidikan terakhir 30 0 1,57 1,00 1,040 1,082 1,978
,427
,427
,427
-,257
-,590
3,515
,833
,833
,833
1 2
1 4
1 5
jenis kelamin
lakilaki Valid wanita Total
Frequenc Percent y
Valid Percent
Cumulative Percent
7
23,3
23,3
23,3
23 30
76,7 100,0
76,7 100,0
100,0
Percent
Valid Percent 26,7 43,3 26,7 3,3 100,0
usia Frequenc y 46-59 8 60-74 13 Valid 75-90 8 >90 1 Total 30
26,7 43,3 26,7 3,3 100,0
Cumulative Percent 26,7 70,0 96,7 100,0
pendidikan terakhir
tidak sekolah SD Valid SMP SMA PT Total
Frequenc Percent y
Valid Percent
Cumulative Percent
21
70,0
70,0
70,0
4 3 1 1 30
13,3 10,0 3,3 3,3 100,0
13,3 10,0 3,3 3,3 100,0
83,3 93,3 96,7 100,0
Distribusi Skor Salat Berjamaah Statistics salat berjamaah Valid N Missing Mean Std. Deviation Minimum Maximum Salat Berjamaah Frequenc y 42 1 45 1 49 1 60 1 61 2 Valid 62 2 63 2 66 1 68 3 69 3
Percent 3,3 3,3 3,3 3,3 6,7 6,7 6,7 3,3 10,0 10,0
Valid Percent 3,3 3,3 3,3 3,3 6,7 6,7 6,7 3,3 10,0 10,0
30 0 66,77 8,877 42 78
Cumulative Percent 3,3 6,7 10,0 13,3 20,0 26,7 33,3 36,7 46,7 56,7
71 73 74 76 78 Total
3 3 4 2 1 30
10,0 10,0 13,3 6,7 3,3 100,0
10,0 10,0 13,3 6,7 3,3 100,0
66,7 76,7 90,0 96,7 100,0
Percent
Valid Percent 3,3 13,3 10,0 23,3 10,0 10,0 10,0 3,3 10,0 3,3 3,3 100,0
Cumulative Percent 3,3 16,7 26,7 50,0 60,0 70,0 80,0 83,3 93,3 96,7 100,0
Distribusi skor Depresi Depresi Valid N Missing Mean Std. Deviation Minimum Maximum
30 0 7,83 3,922 3 19
Depresi
3 4 5 6 7 8 Valid 9 10 14 16 19 Total
Frequenc y 1 4 3 7 3 3 3 1 3 1 1 30
3,3 13,3 10,0 23,3 10,0 10,0 10,0 3,3 10,0 3,3 3,3 100,0
Tingkat Depresi
Valid tidak depresi
Frequenc Percent y 24 80,0
Valid Percent 80,0
Cumulative Percent 80,0
depresi ringan Total
6
20,0
20,0
30
100,0
100,0
Nilai Salat Berjamaah Frequenc y buruk 11 Valid Baik 19 Total 30
Percent 36,7 63,3 100,0
Valid Percent 36,7 63,3 100,0
100,0
Cumulative Percent 36,7 100,0
ANALISIS BIVARIAT Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. shalat ,189 30 berjama'ah a. Lilliefors Significance Correction
,008
,860
30
,001
Hubungan salat berjamaah dengan tingkat depresi Correlations salat berjamaah Correlation 1,000 Coefficient salat berjamaah Sig. (2-tailed) . N 30 Spearman's rho Correlation -,657** Coefficient depresi Sig. (2-tailed) ,000 N 30 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
depresi -,657** ,000 30 1,000 . 30