PERILAKU BERSYUKUR PADA LANSIA PESERTA PENGAJIAN KITAB NASHAIHUL IBAD DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULIA 1 CIPAYUNG Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Disusun oleh :
NURUL FATIMAH NIM 1110052000017
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H./2016 M.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli yang saya ajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 24 Mei 2016
Nurul Fatimah
ii
ABSTRAK
Nurul Fatimah Perilaku Bersyukur pada Lansia Peserta Pengajian Kitab Nashaihul Ibad Di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung
Perilaku syukur adalah reaksi seseorang yang mengakui dan menggunakan nikmat Allah baik secara ilmu, hal (keadaan), dan amal terhadap nikmat yang bersifat keduniaan, keagamaan dan keakhiratan yang datang kepadanya sesuai dengan apa yang diinginkan Allah sehingga tidak ada penolakan dalam qalbunya yang ditandai dengan timbulnya perasaan senang dan cukup dalam setiap keadaan. Perilaku syukur penting untuk dimiliki setiap manusia. Perilaku syukur memiliki beberapa manfaat yaitu: dapat menambah nikmat dan mendekatkan seseorang kepada Allah, dapat menentramkan hati, dan dapat menjadikan seseorang penuh dengan keridhaan. Perasaan tersebut sangat dibutuhkan terlebih pada usia lansia yang telah memasuki tahap perkembangan integritas vs keputusasaan. Seseorang yang berada pada fase lansia akan melihat kembali (flash back) kehidupan yang telah mereka jalani dan berusaha menyelesaikan permasalahan yang sebelumnya belum terselesaikan. Penerimaan terhadap prestasi, kegagalan dan keterbatasan adalah hal utama yang membawa dalam sebuah kesadaran bahwa hidup seseorang adalah tanggung jawabnya sendiri. Orang yang berhasil melewati tahap ini, berarti ia dapat mencerminkan keberhasilan dan kegagalan yang pernah dialami. Individu ini akan mencapai kebijaksanaan, meskipun saat menghadapi kematian. Keputusasaan dapat terjadi pada orang-orang yang menyesali cara mereka dalam menjalani hidup atau bagaimana kehidupan mereka telah berubah. Untuk mencegah terjadinya keputusasaan dibutuhkan suatu bimbingan bagi jiwanya supaya lansia tetap dapat menjalani kehidupannya dan timbul kebijaksanaan yang memang harus ada pada fase perkembangan ini. Untuk mencapai kebijaksanaan, lansia harus mampu menemukan makna dari setiap perjalanan hidup yang telah dilaluinya. Kebermaknaan hidup mampu dicapai apabila seseorang telah mampu berperilaku syukur. Namun tidak semua orang mampu untuk berperilaku syukur. Kitab Nashaihul Ibad merupakan kitab yang sesuai untuk dijelaskan kepada lansia karena mengandung nasehat-nasehat ibadah, cara mengolah hati, cara bersikap disertai dengan ayat-ayat al-Qur’an, hadits Nabi, perkataan sahabat, atsar dan pendapatpendapat akhlul hikmah. Kitab Nashaihul Ibad merupakan psikologi yang bernuansa tasawuf sehingga menuntun seseorang memperoleh ketenangan yang sebenarnya khususnya diusia lansia. Selain itu, pendekatan personal dan pembawaan dalam menyampaikan materi juga memiliki peranan penting untuk penyerapan ilmu bagi para lansia. v
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman makna nikmat dan makna bersyukur serta untuk mengetahui bentuk amalan dari perilaku bersyukur yang dilakukan oleh para lansia peserta pengajian kitab nashaihul ibad di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Pengambilan sampel dilakukan secara variasi maksimum yaitu berdasarkan pendidikan, lama di panti, perbedaan kamar, dan usia. Bentuk amalan dari perilaku bersyukur yang dilakukan oleh para lansia di sana adalah amalan bersyukur secara hati.
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihiwasallam, sebagai suri tauladan di alam semesta ini. Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengambil penelitian pada warga binaan sosial (WBS) di PSTW Budi Mulya 1 Cipayung dengan judul “PERILAKU BERSYUKUR PADA LANSIA PESERTA PENGAJIAN KITAB NASHAIHUL IBAD DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULIA 1 CIPAYUNG”. Banyak hambatan selama melakukan penyusunan skripsi ini, namun Alhamdulillah berkat pertolongan Allah SWT, penulis dapat menyelesaikannya. Dalam penyusunan skripsi ini dengan penuh ketulusan penulis menyampaikan ungkapan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, arahan serta motivasi terhadap penulis. Demikian penulis menyampaikan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada : 1.
Bapak DR. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
vii
2.
Ibu Dra. Rini Laili Prihatini, M. Si. Selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3.
Bapak Noor Bekti Negoro, M. Si. Selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4.
Ibu Artiarini Puspita Arwan, M. Psi. Sebagai Dosen Pembimbing yang selalu
sabar dan tabah dalam membimbing dan mengarahkan penulis menyelesaikan skripsi. 5.
Drs. Helmi Rustandi, M. Ag. Sebagai Dosen Penasehat Akademik Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6.
Umi yang selalu memberi semangat serta doa yang tulus serta Abi yang telah
membiayai pendidikan Nurul selama ini tanpa mengeluh sedikitpun. Semoga Allah menerima semua amal dan ibadah Umi dan Abi, diberikan kenikmatan syurga di dunia dan akhirat serta melimpahkan kasih sayang-Nya tiada henti melebihi kasih sayang yang telah Umi dan Abi berikan kepadaNurul. 7.
Suami tercinta yaitu Aa Wahyu Septiadi S.T, M.T. yang senantiasa sabar dalam
membimbing serta selalu memberikan motivasi hingga terselesaikannya skripsi ini. Terimakasih atas doa dan ketulusan yang senantiasa Aa berikan, semoga kita dipersatukan kembali di surga-Nya Allah. Terimakasih Cinta. 8.
Adik-adikku tersayang yaitu Dina Siti Nurjanah A.Md.Ds. dan Muhammad Arief
yang selalu mendukung serta member motivasi kepada penulis. Terimakasih Sayang.
viii
9.
Teman-teman BPI seperjuangan yang selalu memotivasi dan memberikan
inspirasi terhadap penulis. Semoga penulisan skripsi ini mendapat berkah dan ridho dari Allah SWT serta bermanfaat untuk penulis khususnya, dan bagi semua orang umumnya. Tangerang, 23 Mei2016 Penulis
Nurul Fatimah 1110052000017
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL .................................................................................................. i LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iii LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iv ABSTRAK ..........................................................................................................v KATA PENGANTAR…………………………………………………… ......... vii DAFTAR ISI ..........................................................................................................x DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1 B. Fokus Penelitian dan Perumusan Masalah ..................................................8 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................................... 9 D. Tinjauan Pustaka ............................................................................................... 11 E. Metodologi Penelitian ....................................................................................... 12 F. Sistematika Penulisan ...............................................................................20 BAB II LANDASAN TEORI A. Perilaku Bersyukur 1. Pengertian Perilaku ........................................................................... 23 2. Aspek-aspek Perilaku ....................................................................... 25 3. Jenis-jenis Perilaku ........................................................................... 27 4. Gambaran Perilaku Bersyukur ........................................................27 B. Lanjut Usia (LANSIA) 1. Pengertian Lanjut Usia (LANSIA)..............................................38 2. Masalah-masalah Lanjut Usia (LANSIA) ..................................... 41 3. Kebutuhan Lanjut Usia (LANSIA) ................................................. 43 4. Psikologi Perkembangan Lanjut Usia (LANSIA) ....................... 44 C. Pengajian Kitab Nashaihul Ibad 1. Pengertian Pengajian ...................................................................48 2. Pengertian Kitab ..........................................................................49 3. Kitab Nashaihul Ibad...................................................................51 BAB III GAMBARAN UMUM PSTW Budi Mulia 1 Cipayung A. Latar Belakang........................................................................................... 52 B. Visi dan Misi ......................................................................................53 C. Dasar Hukum ............................................................................................. 54 D. Tugas dan Fungsi ................................................................................55 E. Tujuan dan Maklumat Pelayanan .......................................................56 F. Sasaran dan Garapan ..........................................................................56 G. Asal Warga Binaan Sosial ..................................................................57 x
H. I. J. K.
Fasilitas dan Bentuk Pelayanan Panti .................................................57 Struktur Organisasi .............................................................................58 Pola Pelayanan ....................................................................................59 Sumber Daya Manusia........................................................................60
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Identitas Informan...............................................................................61 B. Waktu dan Materi Pengajian Kitab Nashaihul Ibad ...........................65 C. Analisis Intrakasus ..............................................................................70 D. Analisis Antar Kasus ..........................................................................78 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................................. 102 B. Rekomendasi............................................................................................ 103 DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................105 LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Aspek Syukur .......................................................................................35 Tabel 2.2 Tahap-tahap Perkembangan Menurut Erikson ......................................44 Tabel 4.1 Daftar Peserta Pengajian Kitab Nashaihul Ibad ....................................59 Tabel 4.2 Identitas Informan Primer .....................................................................61 Tabel 4.3 Identitas Informan Sekunder .................................................................62 Tabel 4.4 Materi Pengajian Kitab Nashaihul Ibad Tanggal 27-10-14...................64 Tabel 4.5 Materi Pengajian Kitab Nashaihul Ibad pada tanggal 29-10-14 ...........65 Tabel 4.6 Materi Pengajian Kitab Nashaihul Ibad pada tanggal 10-11-14 ...........68 Tabel 4.7 Analisis Aspek Syukur (Ilmu) dengan Indikator Subtansi Nikmat .......79 Tabel 4.8 Analisis Aspek Syukur (Ilmu) dengan Indikator Kapasitas Sebagai Nikmat ....................................................................................................................80 Tabel 4.9 Analisis Aspek Syukur (Ilmu) dengan Indikator Mengenal Zat dan Sifat Allah Swt. ..............................................................................................................81 Tabel 4.10 Analisis Aspek Syukur (Hal) dengan Indikator Tunduk (Taat Kepada Allah) .....................................................................................................................82 Tabel. 4.11 Analisis Aspek Syukur (Hal) dengan Indikator Tawadhu (rendah hati/tidak takabur) .................................................................................................84 Tabel 4.12 Analisis Aspek Syukur (Amal) dengan Indikator Hati Bagian A .......86 Tabel 4.13 Analisis Aspek Syukur (Amal) dengan Indikator Hati bagian B ........87 Tabel 4.14 Analisis Aspek Syukur (Amal) dengan Indikator Lisan Bagian A .....89 Tabel 4.15 Analisis Aspek Syukur (Amal) dengan Indikator Lisan Bagian B .....90 Tabel 4.16 Analisis Aspek Syukur (Amal) dengan Indikator Lisan Bagian C .....90 Tabel 4.17 Analisis Aspek Syukur (Amal) dengan Indikator Perbuatan Bagian A ................................................................................................................................91 Tabel 4.18 Analisis Aspek Syukur (Amal) dengan Indikator Perbuatan Bagian B .. ................................................................................................................................92 Tabel 4.19 Analisis Aspek Syukur (Amal) dengan Indikator Perbuatan Bagian C ................................................................................................................................93 Tabel 4.20 Analisis Aspek Syukur (Amal) dengan Indikator Perbuatan Bagian D ................................................................................................................................94 Tabel 4.21 Analisis Aspek Syukur (Amal) dengan Indikator Perbuatan Bagian E ................................................................................................................................95 Tabel 4.22 Analisis Aspek Syukur (Amal) dengan Indikator Perbuatan Bagian F ................................................................................................................................96
xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penduduk Indonesia selama kurun waktu 40 tahun sejak tahun 1970 telah mengalami perubahan struktur.Seiring dengan membaiknya kondisi kesehatan, struktur umur penduduk Indonesia juga mengalami peningkatan sebagai dampak meningkatnya angka harapan hidup. Hal ini memengaruhi jumlah dan persentase penduduk lanjut usia (lansia) yang terus meningkat.1Peningkatan usia harapan hidup disebabkan oleh keberhasilan program Keluarga Berencana dan keengganan ibu-ibu untuk melahirkan anak lebih dari dua orang. Akibatnya terjadi perubahan struktur penduduk menjadi berbentuk piramid terbalik, dimana jumlah orang lanjut usia lebih banyak dibandingkan anak berusia 14 tahun ke bawah.2 Indonesia seperti negara-negara lain di kawasan Asia Pasifik akan mengalami penuaan penduduk dengan amat sangat cepat. Pada tahun 2012 Indonesia termasuk Negara Asia ketiga dengan populasi absolut di atas 60 tahun terbesar yakni setelah Cina (200 juta), India (100 juta) dan menyusul Indonesia (25 juta). Bahkan diperkirakan Dr.Ir.Adhi Santika, SH, MS, “Lanjut Usia dalam Perspektif Hukum dan HAM,” Buletin Jendela Data&Informasi Kesehatan, semester 1 (2013): h. 29, artikel ini diakses pada 6 Mei 2014 dari http://www.depkes.go.id/downloads/Buletin%20Lansia.pdf 2 Mariani, S.Sos. dan Subhan Kadir, S.Kep, “Panti Werdha Sebuah Pilihan,” artikel ini diakses pada 8 Mei 2014 dari http://subhankadir.wordpress.com/2007/08/20/panti-werdha-adalahpilihan/ 1
1
Indonesia akan mencapai 100 juta lanjut usia (lansia) dalam tahun 2050. Penduduk dianggap berstruktur tua di negara berkembang apabila penduduk usia 60 tahun ke atas sudah mencapai 7% dari total penduduk. Pada tahun 2010 proporsi penduduk lansia di Indonesia telah mencapai sekitar 10%.3Hal ini menyebabkan diperlukannya perhatian yang khusus terhadap lansia. Secara biologis manusia adalah makhluk paling sempurna. Dia merupakan hasil akhir dari proses evolusi penciptaan alam semesta. Manusia adalah makhluk dua-dimensi. Di satu pihak terbuat dari tanah yang menjadikannya makhluk fisik (jasmani atau raga), di pihak lain ia juga makhluk spiritual (rohani atau jiwa) karena ditiupkan ke dalamnya roh Tuhan yang membentuk sebuah entitas yang disebut diri (nafs).Alqur’an juga menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah kemudian setelah sempurna kejadiannya, Tuhan menghembuskan kepadanya ruh ciptaan-Nya. Sedangkan dimensi spiritual atau ruh mengantar manusia untuk cenderung kepada keindahan, pengorbanan kesetiaan, dan pemujaan. Sehingga menurut Islam manusia memiliki kapasitas yang paling tinggi dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain, karena mereka mempunyai kecenderungan untuk dekat dengan
3 AP Dr.Nugroho Abikusno, MD, Msc (nutr) Dr.PH, “Kelanjutusiaan Sehat Menuju Masyarakat Sehat untuk Segala Usia,” Buletin Jendela Data&Informasi Kesehatan, semester 1 (2013): h. 25, artikel ini diakses pada 6 Mei 2014 dari http://www.depkes.go.id/downloads/Buletin%20Lansia.pdf
2
Tuhan melalui kesadarannya tentang kehadiran Tuhan yang terdapat jauh di bawah alam sadarnya. 4 Saat individu memasuki lansia, mulai terlihat gejala penurunan fisik dan psikologis, perkembangan intelektual dalam lambatnya gerak motorik, pencarian makna hidup selanjutnya. Menurut Erikson, tahap dewasa akhir (usia 65 tahun ke atas) memasuki tahap integrity vs despair (integritas vs keputusasaan). Seseorang yang berada pada fase ini akan melihat kembali (flash back) kehidupan yang telah mereka jalani dan berusaha menyelesaikan permasalahan yang sebelumnya belum terselesaikan. Penerimaan terhadap prestasi, kegagalan dan keterbatasan adalah hal utama yang membawa dalam sebuah kesadaran bahwa hidup seseorang adalah tanggung jawabnya sendiri. Orang yang berhasil melewati tahap ini, berarti ia dapat mencerminkan keberhasilan dan kegagalan yang pernah dialami. Individu ini akan mencapai kebijaksanaan, meskipun saat menghadapi kematian. Keputusasaan dapat terjadi pada orang-orang yang menyesali cara mereka dalam menjalani hidup atau bagaimana kehidupan mereka telah berubah.5 Untuk mencegah terjadinya keputusasaan dibutuhkan suatu bimbingan bagi jiwanya supaya lansia tetap dapat menjalani kehidupannya dan timbul kebijaksanaan yang memang harus ada pada Serli Marlinton, “Gambaran Perilaku Bersyukur Pada Tunanetra Peserta Shalat Tahajjud (Study Di Yayasan Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir Pisangan Ciputat),” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2013), h. 1. 5 Nisak, M. K dan Wantah, M. E, “Teori Perkembangan Psikososial Erick H. Erikson,” artikel ini diakses pada 26 Agustus 2014 dari http://rimatrian.blogspot.com/2013/12/teoriperkembangan-psikososial-erick-h.html 4
3
fase perkembangan ini.Untuk mencapai kebijaksanaan, lansia harus mampu menemukan makna dari setiap perjalanan hidup yang telah dilaluinya. Kebermaknaan hidup mampu dicapai apabila seseorang telah mampu berperilaku syukur.Namun tidak semua orang mampu untuk berperilaku syukur. Allah Azza wa Jalla berfirman, menceritakan jawaban iblis sesudah Allah menangguhkan hukumannya sampai hari kiamat, “(Iblis) menjawab, ‘Karena Engkau telah menyesatkan aku, pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus.’ ” (al-A’raaf: 16) Ada yang mengatakan, yang dimaksud dengan ‘jalan’ dalam ayat di atas adalah ‘jalan syukur’.Karena derajat tinggi yang dimiliki oleh syukur, maka Iblis menyerang manusia dari sisi ini.Ia berkata, “Engkau tidak mendapati kebanyakan mereka sebagai orang-orang yang bersyukur.” (al-A’raaf: 17).6Syukur merupakan tanda-tanda dari orang yang beriman. Syukur termasuk diantara maqamat yang paling tinggi karena ia mengikuti hati, lisan, dan segenap anggota badan dan juga karena ia meliputi kesanggupan untuk bersabar, ridha, dan memuji serta memperbanyak ibadah badani dan hati.7 Syukur yang arti dasarnya berterima kasih diperlukan dalam kehidupan, sebab apa-apa yang kita
6 Imam Al-Ghazali, Terapi Sabar dan Syukur. Penerjemah Abdul Rosyad Shiddiq (Jakarta: Khatulistiwa Press, 2012), h. 79. 7 Syeikh Abdul Qadir Isa, Cetak Biru Tasawuf(Ciputat: Ciputat Press, 2007), h. 252.
4
lakukan dan apa-apa yang menjadi milik kita pada hakikatnya merupakan karunia Allah. Allah lah yang telah memberikan nikmat dan barakah kepada umat manusia. Betapa banyak nikmat yang Allah berikan kepada umat manusia sehingga kita tidak dapat menghitungnya. Ridha selalu dibarengi dengan syukur. Setiap kali syukur bertambah, maka bertambah pula ridha. Allah berfirman: Jika kamu bersyukur maka Kami akan menambah nikmat kepadamu (Q.S. al-Baqarah: 7).8 Ibnu Mas’ud ra. Mengatakan,“Syukur adalah separoh iman.”9 Rasul menyatakan bahwa kedudukan yang membuat orang dapat berlaku syukur atas nikmat yang telah ia berikan kepadanya sama dengan kedudukan yang membuat orang dapat beribadah dan bersabar atas
kepayahan
yang
dirasakannya,
seperti
dalam
sabdanya:
“Kedudukan seseorang yang telah dapat merasakan nikmat Allah dan bersyukur atasnya sama dengan kedudukan orang yang berpuasa dan bersabar atasnya.” Seseorang yang bersyukur, pada dasarnya melakukan kebaikan bagi dirinya sendiri, karena sikap syukurnya itu dapat membuat nikmat yang diperolehnya semakin bertambah, selain keutamaan, keluhuran cintanya, dan keindahan pujiannya yang akan semakin langgeng. Dalam hal ini Allah berfirman: “Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan)
8 Dr. H. Cecep Alba, M.A., Tasawuf dan Tarekat (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 25. 9 Al-Ghazali, Terapi Sabar dan Syukur, h. 84.
5
dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia.” (al-Naml, 27: 40).10 Menurut al-Jilani, syukur mempunyai beberapa manfaat yaitu: dapat menambah nikmat dan mendekatkan seseorang kepada Allah, dapat menentramkan hati, dan dapat menjadikan seseorang penuh dengan keridhaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wenny Hikmah Syahputri mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2010, variabel syukur dan sabar memberikan sumbangan bagi variabel kebahagiaan sebesar 35, 8 %. Tentu hal ini sangat bermanfaat bagi para lansia yang sedang menghadapi fase perkembangan tahap integrity vs despair (integritas vs keputusasaan). Untuk mewujudkan tujuan dan cita-cita hidup manusia yang sesuai dengan kaidah-kaidah yang ditentukan ajaran agama berbagai bentuk pelayanan dan bimbingan diciptakan dan diselenggarakan terus menerus, baik yang diupayakannya sendiri-sendiri maupun dengan cara menggunakan jasa-jasa pelayanan yang tersedia. Masing-masing pelayanan dan bimbingan itu akan berguna dan bermanfaat dalam membantu untuk memudahkan pencapaian tujuan kehidupan manusia menurut pertumbuhan dan perkembangannya.11
10
Isa, Cetak Biru Tasawuf, h. 254-255. Drs. M. Lutfi, MA, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah , 2008), h. 101-103. 11
6
Penulis merasa jarang sekali bimbingan yang memfokuskan pada perilaku bersyukur seseorang terlebih kepada lansia yang akan menghadapi kehidupan di negeri selanjutnya (akhirat), padahal perilaku syukur itu penting untuk dimiliki manusia karena dengan berperilaku syukur, seseorang mampu menemukan makna hidupnya sehingga terhindar dari keputusasaan. Selain itu, perilaku syukur merupakan kunci kebahagiaan seseorangdan kunci ucapan penghuni surga.“Dan mereka berkata, ‘ Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janjiNya kepada kami.’ “(Az-Zumar: 74).12Bagaimana tidak perilaku syukur merupakan kunci kebahagiaan seseorang, karena apabila seseorang menyadari bahwa segala sesuatu yang sampai kepadanya bahkan dirinya sendiri merupakan pemberian (nikmat) Allah yang telah mampu menciptakan dan memberikan keindahan dan kebahagiaan maka ia akan merasakan kebahagiaan yang tiada tara yang memang pada dasarnya manusia selalu ingin merasakan kebahagiaan yang hakiki. Bahkan syaitan sendiri berjanji untuk menyesatkan manusia untuk tidak bersyukur sampai Allah sendiri menyatakan pernyataan tersebut dalam firman-Nya dalam surat al-A’raf ayat 16 dan 17 seperti yang telah diterangkan di atas. Memang ada kitab yang mengajarkan manusia untuk berperilaku syukur, diantaranya yaitu kitab nashaihul ibad.Ada 12 pembahasan mengenai syukur.Tapi, apakah pembahasan kitab tersebut sudah bisa
12
Al-Ghazali, Terapi Sabar dan Syukur, h. 80.
7
menjadi stimulus bagi para lansia untuk berperilaku syukur?Untuk itu, penulis ingin meneliti apakah pengajian kitab nashaihul ibad yang telah dilakukan di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung telah cukup sebagai stimulus terhadap perilaku bersyukur pada lansia atau belum, melalui penelitian dalam skripsi dengan judul “Perilaku Bersyukur Lansia Peserta Pengajian Kitab Nashaihul Ibad Di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung.”
B. Fokus Penelitian dan Perumusan Masalah 1. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka fokus penelitian dalam skripsi ini adalah: “Perilaku Bersyukur Pada Lansia Peserta Pengajian Kitab Nashaihul Ibad Di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung.” 2. Rumusan Masalah Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rumusan masalah deskriptif. Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang memandu peneliti untuk mengeksplorasi dan atau memotret situasi sosial yang akan ditelitti secara menyeluruh, luas, dan mendalam.13 Dari fokus masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
13
Prof. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 209.
8
adalah bagaimana gambaran perilaku bersyukur pada lansia peserta pengajian Kitab Nashaihul Ibad di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung. Adapun rincian rumusanmasalah secara khusus yaitu sebagai berikut: a. Bagaimana pemahaman para lansia peserta pengajian Kitab Nashaihul Ibad di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung mengenai makna nikmat b. Bagaimana pemahaman para lansia peserta pengajian Kitab Nashaihul Ibad di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung mengenai makna bersyukur? c. Bagaimana bentuk amalan dari perilaku bersyukur lansia peserta pengajian Kitab Nashaihul Ibad di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai penulis dari penelitian ini yaitu: a.
Untuk mengetahui pemahaman makna nikmat pada lansia peserta pengajian kitab nashaihul ibad di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung.
b.
Untuk mengetahui pemahaman makna bersyukur pada lansia peserta pengajian kitab nashaihul ibad di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung
9
c.
Untuk mengetahui bentuk amalan dari perilaku bersyukur yang dilakukan oleh para lansia peserta pengajian kitab nashaihul ibad di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung.
2. Manfaat Penelitian Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, di antaranya adalah : a. Manfaat Akademik 1) Memperluas pengetahuan bagi penulis, khususnya dibidang teori. 2) Melatih penulis dalam mendiskripsikan masalah-masalah yang sedang
terjadi,
khususnya
di
bidang
Bimbingan
dan
Penyuluhan Islam. b. Manfaat Praktis 1) Dengan adanya penelitian ini penulis dapat berinterkasi, komunikasi dan bercampur dengan khalayak sasaran yang latar belakangnya berbeda. 2) Peneliti akan lebih mudah menyesuaikan strategi atau pendekatan yang akan digunakan pada khalayak sasaran/klein. 3) Membantu pemerintah dalam mengurangi beban masyarakat mengenai permasalahan lansia dan membantu para lansia untuk tetap produktif minimal untuk dirinya sendiri.
10
4) Hasil penelitian ini juga menjadi syarat bagi penulis dalam rangka memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. 5) Hasil penelitian ini juga merupakan suatu investasi akhirat bagi penulis dan semoga menjadi manfaat bagi penulis berikutnya yang menjadikan hasil penlitian ini sebagai rujukan.
D. Tinjauan Pustaka Sebelum penulis melakukan penelitian, penulis menelaah dan melakukan tinjauan dari penelitian-penelitian sebelumnya yang dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti pada kajian yang sama tetapi pada subjek yang berbeda.Skripsi yang penulis jadikan tinjaun pustaka adalah: 1. Skripsi mahasiswi Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: Serli Marlinton(109052000034) dengan judul “Gambaran Perilaku Bersyukur Pada Tunanetra Peserta Shalat Tahajjud (Study Di Yayasan Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir Pisangan Ciputat)”. Skripsi ini membahas tentang perilaku bersyukur orang-orang yang memiliki keterbatasan fisik (tunanetra). Dalam penelitiannya menggunakan metode kualitatif. Hasil
yang didapatkan adalah orang-orang yang memiliki
keterbatasan fisik (tunanetra) menjadi lebih bersyukur setelah
11
mendapatkan pelatihan shalat tahajjud di Yayasan Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir Pisangan Ciputat. 2. Skripsi mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah
Jakarta:
Wenny
Hikmah
Syahputri
(106070002328) dengan judul “Hubungan Syukur dan Sabar dengan Kebahagiaan pada Remaja Panti Asuhan.” Skripsi ini membahas tentang seberapa besar pengaruh syukur dan sabar terhadap
kebahagiaan
pada
remaja
panti
asuhan.
Dalam
penelitiannya menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional deskriftif. Hasil yang diperoleh yaitu variable syukur dan sabar secara bersama memberikan sumbangsih terhadap perubahan variable kebahagiaan sebesar 35.8%.
E. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.14 Metode penelitian merupakan suatu cara atau jalan untuk memperoleh kembali pemecahan terhadap segala permasalahan.15 Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif. Peneliti menggunakan metode penelitian
14
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h. 2. P. Joko Subagyo, S.H., Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), h. 2. 15
12
ini karena peneliti ingin menggambarkan bagaimana perilaku bersyukur pada lansia peserta pengajian kitab nashaihul ibaddi Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulya 1 Cipayung. Penelitian deskriptif kualitatif diuraikan dengan kata-kata menurut pendapat informan, apa adanya sesuai dengan pertanyaan penelitiannya, kemudian dianalisis pula dengan kata-kata apa yang melatar belakangi informan berprilaku (berpikir, berperasaan, dan bertindak) seperti itu tidak seperti lainnya, direduksi, ditriangulasi, disimpulkan
(diberi
makna
oleh
peneliti),
dan
diverifikasi
(dikonsultasikan kembali kepada informan dan teman sejawat). Minimal ada tiga hal yang digambarkan dalam penelitian kualitatif, yaitu karakteristik pelaku, kegiatan atau kejadian-kejadian yang terjadi selama penelitian, dan keadaan lingkungan atau karakteristik tempat penelitian berlangsung.16 Dalam hal ini peneliti melakukan observasi, wawancara, studi kepustakaan dan dokumentasi. Peneliti akan mengambil sampel secara purposive sampling (peneliti menentukan sampel dengan pertimbangan khusus) dengan bentuk variasi maksimum. Peneliti menghadiri pengajian dengan memperhatikan para peserta dan memilihnya sebagai sampel apabila peserta terlihat khusyu dalam mengikuti pengajian sehingga peneliti dapat mencari tahu apakah materi yang disampaikan pembimbing dapat terserap dan diamalkan dalam kehidupan peserta 16
Prof. Dr. Husaini Usman, M. Pd., M. T. dan Purnomo Setiadi Akbar, M. Pd., Metodologi Penelitian Sosial(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), h. 130.
13
sehingga dapat diketahui mengenai perilaku bersyukurnya.Data yang diperoleh akan dianalisa serta disajikan dalam suatu pandangan yang utuh, yang bertujuan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian. 2. Penetapan Lokasi dan Waktu Penelitian a. Penetapan Lokasi Dalam penulisan skripsi ini, penulis memilih lokasi penelitian di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Jalan Bina Marga no. 58 Cipayung Jakarta Timur.Alasan peneliti mengambil penelitian di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung tersebut adalah pertama, belum ada yang meneliti tentang perilaku bersyukur pada lanjut usia.Kedua, pihak panti bersedia untuk dijadikan sebagai tempat penelitian dan siap memberikan data dan informasi sesuai. Ketiga, ada dosen jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang bekerja di PSTW 1 Cipayung sehingga memudahkan peneliti untuk berkonsultasi dan lebih mendekatkan penelitian sesuai dengan apa yang diharapkan oleh jurusan. b. Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan mulai bulan Agustus 2014 – Maret 2016. 3. Subjek dan Objek Penelitian a. Subjek Penelitian
14
Subjek dalam penelitian ini adalah pembimbing dan para lansia yang mengikuti bimbingan islam melalui pengajian kitab nashaihul ibad di PSTW 1 Budi Mulya 1 Cipayung. b. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah perilaku bersyukur. 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan triangulasi yaitu teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data (observasi, wawancara, dokumentasi) dan sumber data yang telah ada.17 a. Observasi Penelitian observasi adalah penelitian pengamatan yang berskala besar yang dilakukan pada kelompok-kelompok manusia (Saslow, 1982). Yang dimaksud pengamatan di sini tidak hanya terbatas pada pengamatan dengan penglihatan, tetapi yang dimaksud adalah bahwa data yang dikumpulkan tidak sengaja ditimbulkan oleh peneliti seperti yang dilakukan dalam eksperimen.18 Ada dua model observasi yang sudah biasa dilakukan sesuai dengan standar yang ditetapkan. Pertama, Obsevasi secara langsung dan ikut terlibat dalam peristiwa yang sedang dijadikan obyek observasi, atau sering disebut dengan observasi partisipasi (paricipant
17
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h. 241. DR. Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 53. 18
15
observacy). Dalam hal ini pembimbing ikut berbaur dengan obyek yang diidentifikasi, atau mungkin pula ikut serta bermain peranan seperti yang diperankan obyeknya. Sehingga data yang diperoleh secara akurat dan obyektif sebagaimana adanya. Dan kedua, observasi non partisipan, yakni pembimbing berada di luar obyek atau peran yang sedang diidentifikasi, bisa dari jarak dekat atau jarak jauh. Artinya, pihak observer hanya mengamati dan mencatat fakta atau kejadian-kejadian yang tampak sebagaimana layaknya orang yang sedang mengamati sesuatu. Namun, pihak observer tetap mengikuti dan mencermati secara teliti atau seksama dari fakta-fakta yang sesungguhnya.19 Dalam hal ini peneliti mengadakan penelitian langsung terhadap proses pemberian bimbingan islam melalui pengajian kitab nashaihul ibad di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung. Dalam observasi peneliti melakukan pencatatan apa yang bisa dilihat oleh mata dan didengar oleh telinga, kemudian peneliti tuangkan dalam penulisan skripsi ini sesuai
dengan
data
yang
dibutuhkan.
Karena
tujuan
dari
observasiadalah semata-mata untuk memberikan gambaran tentang sesuatu.20 b. Wawancara Wawancara adalah satu cara atau teknik yang digunakan untuk mengungkapkan dan mengetahui mengenai fakta-fakta mental/kejiwaan (psikis) yang ada pada diri terbimbing atau klien. Fakta dan data itu 19
Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, h. 124. Soehartono, Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, h. 53. 20
16
dapat dijadikan bahan dan gambaran empiris dari kondisi kejiwaan. Sebab secara umum wawancara lazimnya dilakukan dalam bentuk interpersonal (face to face) antara konselor dengan kliennya yang bertujuan untuk mengungkapkan sekitar hal-hal yang berkaitan dengan diri dan pribadi klien.21 Wawancara
dilakukan
dengan
bantuan
alat
komunikasi/teknologi lainnya, seperti TV, Handphone, Recorder, dan sebagainya. Adanya instrumen/alat bantu wawancara di atas, mengingat bahwa alat bantu tersebut dapat berfungsi sebagai berikut: 1)
Alat kontrol materi, materi selalu dikembalikan pada permasalahan dalam bentuk pertanyaan.
2)
Alat kontrol waktu, bagi interviewer dapat memperkirakan berapa waktu yang diperlukan untuk menghadapi satu responden guna menjawab setiap permasalahan secara tuntas.
3)
Membantu untuk menghindari hasil wawancara yang mubazir sehingga
tidak
dapat
dipergunakan
untuk
menganalisa
permasalahan.22 Pada teknik wawancara ini penulis mendapatkan data dengan cara tanya jawab dan tatap muka antara peneliti dengan klien. c. Dokumentasi
21 22
Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, h. 122-123. Subagyo, Metode Penelitian : Dalam Teori dan Praktek, h. 41.
17
Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.23 Dalam hal ini peneliti mengumpulkan, membaca, memperoleh, dan mempelajari berbagai macam bentuk data melalui pengumpulan dokumen-dokumen yang ada di PSTW 1 Cipayung serta data-data lain di perpustakaan yang dapat dijadikan bahan analisa untuk hasil dalam penelitian ini. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang telah didokumentasikan dalam buku dan majalah sesuai dengan masalah yang diteliti.
5. Sumber Data Adapun yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek dari penelitian dimaksud.24 Sumber data ialah unsur utama yang dijadikan sasaran dalam penelitian untuk memperoleh data-data kongkret dan yang dapat memberikan informasi untuk memperoleh yang diperlukan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua sumber data, yaitu: a.
Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari narasumber dalam bentuk wawancara.
b.
Data skunder, yaitu data yang diperoleh melalui sumber-sumber tertulis yang terdapat dalam buku atau dokumen yang berkaitan dengan penelitian.
23 24
Husaini Husman, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 73. M. Subana, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah ( Bandung: Pustaka Setia, 2005), h. 115.
18
6. Analisa Data Analisis data kualitatif (Bogdan&Biklen, 1982) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milahnya
menjadi
satuan
yang
dapat
dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.25Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.Dalam hal ini Nasution (1988) menyatakan “Analisis telah mulai sejak merumuskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang “grounded”. Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.26 Berikut merupakan langkah-langkah analisis data di lapangan model Miles dan Huberman: a.
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
b.
Penyajian data dalam penelitian kualitatif bisa dilakukan dengan uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya tapi yang paling umum dalam penelitian kualitatif
25 Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M.A., Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 248. 26 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h. 245.
19
adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan penyajian data maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut. c.
Verification (kesimpulan) dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.27
7. Teknik Penulisan Dalam penulisan ini penulis berpedoman dan mengacu kepada buku “ Pedoman Penulisan Karya Ilmiah ( Skripsi, Tesis dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.” Diterbitkan oleh CeQDA, April 2007, Cet. ke-2.
F. Sistematika Penulisan Untuk
memudahkan
penulis,
maka
penulis
membagi
pembahasan skripsi ini menjadi lima bab dengan sistematika pembahasan sebagai berikut : BAB I
PENDAHULUAN. Mengemukakan tentang: A. Latar Belakang Masalah, B. Fokus Penelitian dan Perumusan
27
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h. 247-253.
20
Masalah, C. Tujuan dan Manfaat Penelitian,D. Tinjauan Pustaka, E. Metodologi Penelitian dan F. Sistematika Penulisan. BAB II
LANDASAN TEORI. Pada bab ini penulis membahas tentang:A. Perilaku Bersyukur meliputi: 1.Pengertian Perilaku, 2. Aspek-aspek Perilaku, 3. Jenis-jenis Perilaku, 4. Gambaran Perilaku Bersyukur meliputi: a.) Pengertian Perilaku Bersyukur, b). Ciri-ciri Perilaku Bersyukur, c). Manfaat Syukur;B. Lanjut Usia (LANSIA) meliputi: 1. Pengertian Lanjut Usia (LANSIA), 2. Masalah-masalah Lanjut
Usia
(LANSIA),
3.Kebutuhan
Lanjut
Usia
(LANSIA), 4. Psikologi Perkembangan Lanjut Usia (LANSIA); C. Pengajian Kitab Nashaihul Ibad meliputi: 1. Pengertian Pengajian, 2. Pengertian Kitab, 3. Kitab Nashaihul Ibad. BAB III
Gambaran Umum Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung. Meliputi: A. Latar Belakang, B.Visi dan Misi, C. Dasar Hukum/Kebijakan, D. Tugas dan Fungsi, E. Tujuan dan Maklumat Pelayanan, F. Sasaran dan Garapan, G. Asal Warga Binaan Sosial, H. Fasilitas dan Bentuk Pelayanan Panti, I. Struktur Organisasi, J. Pola Pelayanan, K. Sumber Daya Manusia.
21
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA. Meliputi: A. Identitas Informan, B. Waktudan Materi Pengajian Kitab Nashaihul Ibad, C. Analisis Intrakasus, D. Analisis Antar Kasus.
BAB V
PENUTUP. Bab terakhir yang menjelaskan tentang kesimpulan dari hasil penellitian dan saran-saran diajukan kepada pihak-pihak yang terkait dalam masalah ini.
22
BAB II LANDASAN TEORI A. Perilaku Bersyukur 1. Pengertian Perilaku Psikologi memandang perilaku manusia (human behavior) sebagai reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks.Kurt Lewin (1951, dalam Brigham, 1991) merumuskan suatu model hubungan perilaku yang mengatakan bahwa perilaku adalah fungsi karakteristik individu dan lingkungan. Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai-nilai, sifat kepribadian, dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain dan kemudian berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam menentukan perilaku.
Faktor
lingkungan
memiliki
kekuatan
besar
dalam
menentukan perilaku, bahkan kadang-kadang kekuatannya lebih besar daripada karakteristik individu.1 Perilaku
adalah
suatu
kegiatan
atau
aktivitas
individu
bersangkutan yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.2 Menurut Soekidjo Notoadmodjo (2007) mengatakan bahwa, perilaku adalah totalitas dari penghayatan dan aktivitas yang mempengaruhi proses perhatian, pengamatan, pikiran, daya ingat dan
1
Dr. Saifuddin Azwar, M.A., Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2011), h. 9-11. 2 Sunaryo, Psikologi untuk Keperawatan (Jakarta: Kedokteran EGD, 2002), h.2.
23
fantasi seseorang.3Secara operasional perilaku dapat diartikan suatu respons individu atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut.4 Dalam pandangan Islam, perilaku dapat disinonimkan dengan akhlaq. Kata akhlaq berasal dari Bahasa Arab yang sudah dijadikan Bahasa Indonesia; yang diartikan juga sebagai tingkah laku, perangai atau kesopanan.Kata “akhlaq” merupakan jama’ taksir dari kata khuluq, yang sering juga diartikan dengan sifat bawaan atau tabiat, adatkebiasaan dan agama.Al-Qurtubi mengatakan bahwa perbuatan yang bersumber dari diri manusia yang selalu dilakukan, maka itulah yang disebut akhlaq, karena perbuatan tersebut bersumber dari kejadiaannya. Menurut Muhammad bin ‘Ilan al-Sadiqi, akhlaq adalah suatu pembawaan yang tertanam dalam diri, yang dapat mendorong (seseorang) berbuat baik dengan gampang. Menurut Ibnu Maskawih akhlaq merupakan kondisi jiwa yang selalu mendorong (manusia berbuat sesuatu, tanpa ia memikirkan terlalu lama). Sedangkan menurut Imam al-Ghazali, akhlaq adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia), yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang gampang dilakukan tanpa melalui maksud untuk memikirkan (lebih lama).5 Mengenai landasan dan makna perilaku manusia, diantara teoriteori Psikologi yang ada dengan Psikologi Islami terdapat perbedaan
3
Herri Zan Pieter, S.Psi. dan Dr. Namora Lumongga Lubis, M.Sc., Pengantar Psikoloogi untuk Kebidanan (Jakarta: Kencana, 2010), h. 28. 4 Sunaryo, Psikologi Untuk Keperawatan, h. 3. 5 Drs. Mahjuddin M.Pd..I., Akhlak Tasawuf II (Jakarta: KALAM MULIA, 2010), h. 1-2.
24
yang cukup berarti.Bagi Psikoanalisa makna perilaku adalah untuk memperoleh kenikmatan dan mengatasi ketegangan (disequiblirium), Behavorisme menekankan kesenangan, dan humanistik menekankan pencapaiaan makna hidup (the will to meaning), maka bagi Psikologi Islami makna dan landasan perilaku adalah untuk mencapai rida Allah (kemauan Allah).6 Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan perilaku
penghayatan
terhadap
stimulus
adalah totalitas dari
(rangsangan)
yang
datang
mempengaruhi proses perhatian, pengamatan, pikiran, daya ingat dan fantasi seseorang sehingga menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan gampang tanpa memerlukan pertimbangan dan pemikiran demi mencapai rida Allah.
2. Aspek-aspek Perilaku a. Pengamatan Pengamatan adalah pengenalan objek dengan cara melihat, mendengar, meraba, membau, dan mengecap. Kegiatan-kegiatan ini biasanya disebut sebagai modalitas pengamatan.7 b. Perhatian Notoatmodjo (2007) meengatakan bahwa, perhatian adalah kondisi pemusatan energi psikis yang tertuju kepada suatu objek dan 6 Prof. Dr. Baharuddin, M.Ag.,Paradigma Psikologi Islami (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 315. 7 Pieter dan Lubis, Pengantar Psikoloogi untuk Kebidanan, h. 29.
25
merupakan kesadaran seseorang dalam aktivitas. Secara umum, perhatian dapat dikelompokkan berdasarkan: 1) Intensitas : banyak atau tidaknya kesadaran individu melakukan kegiatan dengan intensitas ataupun tanpa intensitas. 2) Objek
: perhatian yang timbul akibat luas tidaknya
objek yang berkaitan dengan perhatiannya. 3) Timbul
: terdiri dari perhatian spontan dan perhatian
disengaja (adanya usaha-usaha). 4) Daya tarik : segi objeknya menarik, baru, asing, dan menonjol. c. Tanggapan Tanggapan adalah gambaran dari hasil suatu penglihatan, sedangkan pendengaran dan penciuman merupakan aspek yang tinggal dalam ingatan.8 d. Fantasi Fantasi adalah kemampuan untuk membentuk tanggapan yang telah ada (timbul kreativitas). e. Ingatan
Ingatan jangka pendek
Ingatan jangka panjang
f. Berpikir
8
Pieter dan Lubis, Pengantar Psikoloogi untuk Kebidanan, h. 32-33.
26
Berpikir adalah aktivitas idealistis menggunakan simbol-simbol dalam memecahkan masalah berupa deretan ide dan bentuk bicara.
3. Jenis-jenis Perilaku Menurut pandangan Skinner (dalam Rita Atkinson, dkk. 1987), perilaku adalah respons seseorang terhadap stimulus-stimulus dari luar diri (lingkungan).Perilaku muncul akibat stimulus terhadap organisme dan organisme memberikan respons.Stimulus yang diterima ataupun ditolak dapat membentuk perilaku terbuka atau tertutup. a) Perilaku Terbuka adalah pembentukan perilaku akibat respon tindakan-tindakan nyata, terbuka, mudah diamati atau dilihat orang lain. Misal, perilaku ibu hamil yang secara rutin kontrol kehamilan di Puskesmas. b) Perilaku Tertutup adalah pembentukan perilaku sebagai akibat respons terselubung, tertutup dan tidak jelas, seperti perhatian, persepsi, kesadaran, ataupun sikap yang belum jelas. Sebagai contoh: persepsi remaja terhadap penggunaan narkoba, namun kenyataannya masih banyak remaja memakai narkoba.9
4. Gambaran Perilaku Bersyukur a) Pengertian Perilaku Bersyukur Bersyukur kepada Allah SWT yaitu memuji Allah SWT atas 9
Pieter dan Lubis, Pengantar Psikoloogi untuk Kebidanan, h. 36-39.
27
berbagai nikmat yang telah Allah SWT limpahkan kepada manusia dengan memiliki tiga penopang, mengakui nikmat dengan hati, mengungkapkannya dengan lisan, dan memanfaatkannya dalam ketaatan kepada-Nya.10 Selain itu assyakirin atau bersyukur merupakan derajat yang paling tinggi di mata Allah SWT. Ini adalah derajat para Nabi dan oleh karenanya banyak hikmah di dalamnya.Imam Ibnu Abbas berkata bahwa kunci kebahagiaan hidup yang utama qolbun syakirun, yaitu mereka yang memiliki hati yang selalu bersyukur sehingga selalu qona’ah (ikhlas menerima takdir). Syukur secara bahasa berasal dari kata “syakara” yang berarti pujian atas kebaikan, sedangkan menurut istilah syara’, syukur adalah pengakuan terhadap nikmat yang dikaruniakan Allah SWT yang disertai dengan ketundukan kepada-Nya dan mempergunakan nikmat tersebut sesuai dengan kehendak Allah SWT.11 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai: (1) rasa terima kasih kepada Allah, dan (2) untunglah (menyatakan lega, senang, dan sebagainya). Dalam al-Qur’an kata “syukur” dengan berbagai bentuknya ditemukan sebanyak enam puluh empat kali. Ahmad Ibnu Faris dalam bukunya Maqayis al-Lughah menyebutkan empat arti dasar dari kata tersebut yaitu: 1) Pujian karena adanya kebaikan yang diperoleh. Hakikatnya adalah merasa ridha atau puas dengan sedikit sekalipun; karena itu bahasa 10
Rusyah Khalid Sayyid, Menggapai Nikmatnya Beribadah dalam Konsep Pendidikan Islam (Jakarta: Darul Shafa’ Wal Marwah Li An-Nasr Wa At-Tauzi, 2009), h. 565. 11 Serli Marlinton, “Gambaran Perilaku Bersyukur Pada Tunanetra Peserta Shalat Tahajjud (Study Di Yayasan Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir Pisangan Ciputat),” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2013), h. 22.
28
menggunakan kata ini (syukur) untuk kuda yang gemuk namun hanya
membutuhkan
memperkenalkan
sedikit
ungkapan
rumput.
Asykar
min
Peribahasa barwaqah
juga (Lebih
bersyukur dari tumbuhan barwaqah). Barwaqah adalah sejenis tumbuhan yang tumbuh subur, walau dengan awan mendung tanpa hujan. 2) Kepenuhan dan kelebatan. Pohon yang tumbuh subur dilukiskan dengan kalimat syakarat asy-syajarat. 3) Sesuatu yang tumbuh di tangkai pohon (parasit). 4) Pernikahan, atau alat kelamin.12 Agaknya kedua makna terakhir ini dapat dikembalikan dasar pengertiannya kepada kedua makna terdahulu. Makna ketiga sejalan dengan makna pertama yang menggambarkan kepuasan dengan yang sedikit sekalipun, sedang makna keempat dengan makna kedua, karena dengan pernikahan (alat kelamin) dapat melahirkan banyak anak. Makna-makna dasar tersebut dapat juga diartikan sebagai penyebab dan dampaknya, sehingga kata “syukur” mengisyaratkan: “Siapa yang merasa puas dengan yang sedikit, maka ia akan memperoleh banyak, lebat, dan subur.” Ar-Raghib al-Ishafani salah seorang yang dikenal sebagai pakar bahasa al-Qur’an menulis dalam al-Mufradat fi Gharib alQur’an, bahwa kata “syukur” mengandung arti “gambaran dalam benak tentang nikmat dan menampakkannya ke permukaan”. Sementara Dr. M. Quraish Shihab, M.A., Wawasan al-Qur’an: Tafsir Maudhu’I Atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 1996), h. 215. 12
29
menurut ulama berasal dari kata “kasyara” yang berarti “membuka”, sehingga ia merupakan lawan dari kata “kafara” (kufur) yang berarti menutup, melupakan nikmat dan menutup-nutupinya.13 Sementara itu menurut beberapa tokoh psikologi mendefinisikan syukur dalam bahasa Inggris disebut gratitude (Seligman dan Peterson: 2004) is a sense of thanksfulness and joy in response to receiving a gift, whether the gift be a tangible benefit from a specific other or a moment of peaceful bliss evoked by natural (bersyukur adalah suatu perasaan terimakasih dan menyenangkan atas respon penerimaan hadiah, dimana hadiah itu memberikan manfaat dari seseorang atau suatu kejadian yang memberikan kedamaian).14 Bagi Ibn Ajibah, syukur adalah: “Rasa senangnya hati ketika mendapatkan nikmat sembari menggunakan segenap anggota badan untuk selalu berlaku taat kepada-Nya dan mengakui sepenuh hati dengan ketundukan hati atas nikmat-Nya.” Menurut Ibn ‘Alan alShiddiqi, syukur adalah: “Mengakui terhadap segenap nikmat Allah dan berkhidmat kepada-Nya.”15 Di dalam buku yang berjudul Terapi Sabar dan Syukur karya Imam al-Ghazali penerjemah Abdul Rosyad Siddiq, syukur itu terdiri dari ilmu, hal (keadaan), dan amal. Ilmu adalah pokok yang
13
Shihab, Wawasan al-Qur’an: Tafsir Maudhu’I Atas Pelbagai Persoalan Umat, h. 215-
216. 14 Wenny Hikmah Syahputri, “Hubungan Syukur dan Sabar dengan Kebahagiaan pada Remaja Panti Asuhan,” (Skripsi S1 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010), h. 31-32. 15 Syeikh Abdul Qadir Isa, Cetak Biru Tasawuf(Ciputat: Ciputat Press, 2007), h. 247.
30
membuahkan keadaan, dan keadaanlah yang membuahkan amal. Ilmu adalah mengenali nikmat dari yang memberikan nikmat. Keadaan adalah kesenangan yang timbul karena kenikmatan tersebut. Amal adalah melaksanakan sesuatu yang menjadi tujuan Sang Pemberi nikmat dan yang disukai-Nya.16 Pokok pertama; ilmu, yaitu mengetahui tiga perkara, yaitu: (1) substansi nikmat, (2) kapasitasnya memang sebagai nikmat, dan (3) Zat yang telah memberi nikmat berikut sifat-sifat-Nya yang karenanya nikmat menjadi sempurna dan akan membuahkan nikmat-nikmat berikutnya.17 Ini artinya harus ada nikmat, yang memberi nikmat, dan yang menerima nikmat. Jadi, untuk bersyukur seseorang harus mengetahui bahwa segalanya berasal dari Allah. Jika seseorang masih diliputi keraguan terhadap hal ini, berarti orang tersebut tidak mengetahui nikmat dan yang memberi nikmat. Ini berarti seseorang tidak merasa gembira terhadap yang memberi nikmat Yang Maha Esa saja. Maka, dengan kurangnya makrifat (pengenalan, pengetahuan) seseorang, kurang pula keadaan senang orang itu. Karena berkurang kesenangan seseorang, maka amal orang tersebut pun berkurang.18 Maksud dari pokok yang pertama (ilmu) yaitu: (1) subtansi nikmat: semua yang ada di alam ini hanya berasal dari Allah Yang Maha Esa saja; (2) kapasitasnya sebagai nikmat: semua yang datang
16 Imam Al-Ghazali, Terapi Sabar dan Syukur. Penerjemah Abdul Rosyad Shiddiq (Jakarta: Khatulistiwa Press, 2012), h. 84. 17 Ibid, h. 84. 18 Al-Ghazali, Terapi Sabar dan Syukur, h. 89.
31
dari Allah itu disebut nikmat karena telah ditundukan Allah untuk datang kepada kita; (3) Zat yang telah memberi nikmat berikut sifasifat-Nya yang karenanya nikmat menjadi sempurna dan akan membuahkan nikmat-nikmat berikut: setelah kita mengetahui bahwa semua yang ada dari Allah dan semua yang datang dari Allah itu nikmat berarti kita telah mengenal Zat dan sifat-sifat-Nya yang sempurna sehingga apapun yang datang kepada kita menimbulkan rasa senang dan dari senang itu semua terasa nikmat. Pokok kedua; keadaan yang muncul dari pokok makrifat (pengetahuan), yakni merasa gembira terhadap yang memberi nikmat dalam keadaan tunduk dan tawadhu (rendah hati).19 Hal ini bisa disebut syukur asal mengandung syaratnya, yakni bahwa seseorang merasa senang terhadap yang memberi nikmat (mengenal Allah secara sempurna sehingga ingin selalu dekat dengan Allah), bukan terhadap nikmatnya (hanya pada kelezatan benda yang datang padanya) dan bukan pula terhadap pemberian nikmat (baru mengenal Allah sebatas Maha Pengasih-Nya sehingga mengharapkan mendapat nikmat yang lain pada masa mendatang). Pokok ketiga; beramal sebagai konsekuensi rasa gembira yang muncul dari mengenal Sang Pemberi Nikmat. Amal berarti melibatkan hati, lisan, dan anggota-anggota tubuh. Amal yang melibatkan hati adalah
19
niat
untuk
melakukan
Al-Ghazali, Terapi Sabar dan Syukur, h. 89.
32
kebajikan
dengan
cara
menyembunyikannya dari orang lain. Amal yang melibatkan lisan adalah menyatakan rasa syukur kepada Allah Ta’ala dengan cara memanjatkan kalimat-kalimat pujian kepada-Nya. Sedangkan amal yang melibatkan anggota-anggota tubuh adalah dengan menggunakan nikmat-nikmat Allah untuk ketaatan kepada-Nya, dan menahan diri untuk tidak menggunakan nikmat-nikmat Allah tersebut untuk durhaka kepada-Nya (seperti mengeluh kepada selain-Nya). Bahkan sepasang mata pun bisa bersyukur dengan cara menutupi aib yang kita lihat pada seorang Muslim. Sepasang telinga bisa bersyukur dengan cara kita menutupi aib yang kita dengar pada seorang Muslim.20 Bersyukur (al-Shukru) yaitu suatu sikap yang selalu ingin memanfaatkan dengan sebaik-baiknya nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT.kepadanya, baik yang bersifat pisik maupun non-pisik lalu disertai dengan peningkatan pendekatan diri kepada Yang memberi nikmat yaitu Allah SWT. Dalam al-Qur’an, banyak diterangkan masalah syukur, antara lain pada surah al-Baqarah ayat 52, 56, 152, 158, 172, 185; an-Nisa ayat 146; Ali Imran ayat 123, 144; an-Nahl ayat 14, 114 dan al-Ankabut ayat 18. Begitu juga dalam hadits yang artinya sebagai berikut: “Aku (Nabi) terpesona terhadap orang-orang mu’min, karena setiap perbuatannya mengandung kebaikan. Tiada orang lain yang bisa mendapatkannya, kecuali hanya orang-orang mu’min saja; yaitu apabila mendapatkan kebaikan lalu bersyukur, maka ia mendapatkan pahala kebaikan. Dan apabila ditimpa cobaan lalu bersabar, maka ia mendapatkan juga pahala 20
Al-Ghazali, Terapi Sabar dan Syukur, h. 93-94.
33
kebaikan”. (HR. Muslim)21 Secara umum, syukur dapat dibagi dalam tiga bagian: (1) syukur yang bersifat keduniaan, seperti kesehatan, keselamatan, dan rejeki yang halal; (2) syukur yang bersifat keagamaan, seperti aktifitas, ilmu, taqwa, dan ma’rifat kepada Allah; (3) syukur yang bersifat keakhiratan, seperti misalnya, pahala atas amal baiknya yang remeh dengan pahala yang berlimpah.22 Berdasarkan penjelasan di atas, penulis dapat memahami bahwa perilaku syukur adalah reaksi seseorang yang mengakui dan menggunakan nikmat Allah baik secara ilmu, hal (keadaan), dan amal terhadap nikmat yang bersifat keduniaan, keagamaan dan keakhiratan yang
datang
kepadanya
sesuai
dengan
apa
yang
diinginkan
Allahsehingga tidak ada penolakan dalam qalbunya yang ditandai dengan timbulnya perasaan senang dan cukup dalam setiap keadaan.
b) Ciri-ciri Perilaku Bersyukur Menurut Akhmad Zainuddin dikutip dari Suara Duafa Edisi Mei 2012, seseorang bisa dikatakan memiliki perilaku bersyukur bisa dilihat dari ciri-ciri bersyukur sebagai berikut: Pertama, Yahmadullah ‘ala Kulli Halin, yaitu selalu memuji kebesaran Allah SWT dalam segala keadaan.Bisa jadi kalimat ini sederhana, tapi bila dijalani tidaklah mudah. Umumnya kita memuji 21
Drs. Mahjuddin M. Pd. I., Akhlak TasawufI (Jakarta: KALAM MULIA, 2009), h. 12-
13. 22
Isa, Cetak Biru Tasawuf, h. 247.
34
tatkala merasa gembira seperti ketika lulus interview, naik jabatan, dan sebagainya. Namun ketika susah, seperti kehilangan mobil, ditinggal oleh orangtua, memiliki kekurangan dan lain sebagainya sama sekali tidak memuji Allah SWT, inilah sikap yang perlu kita perbaiki. Kedua, Al Amalu Fi Tha’atillah (amalnya selalu dalam ketaatan kepada Allah SWT). Tidak dikatakan bersyukur apabila antara ucapan dan
tindakan
tidak
sesuai.
Misal:
lisannya
pandai
berucap
Alhamdulillah, tapi perbuatannya fasik (rusak) seperti suka berjudi, meramal, atau dia meninggalkan kewajiban sholat, zakat, puasa, dan lain
sebagainya.
Seseorang
baru
disebut
bersyukur
apabila
perbuatannya bernilai ibadah lillahi ta’ala. Ketiga, Takdimunikmah Walau Qalilan (menganggap nikmat Allah SWT itu selalu besar walaupun sedikit). Prinsip ini mengajari kita supaya tidak mementingkan ukuran (besar kecilnya) nikmat karena kalau bicara ukuran pasti relatif tetapi fokuslah pada kasih sayang Sang Pemberi yaitu Allah SWT, sehingga hati senantiasa merasa terpesona pada sifat pemurah-Nya. Dengan cara demikian insya Allah kita akan lebih mudah bersyukur.23 Dikatakan seseorang itu berperilaku bersyukur kepada TuhanNya apabila ia mensyukuri pada setiap saat atas nikmat penciptaan, nikmat Islam, nikmat iman, nikmat tauhid, nikmat anggota badan dan atas segala nikmat yang tampak maupun yang tersembunyi serta Marlinton, “Gambaran Perilaku Bersyukur Pada Tunanetra Peserta Shalat Tahajjud (Study Di Yayasan Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir Pisangan Ciputat)”, h. 26-27. 23
35
menyadari kelemahannya dalam bersyukur kepada Tuhan-Nya dengan sebenar-benarnya syukur serta berdoa siang dan malam kepada-Nya.24 Shihab juga menyatakan bahwa ciri seseorang dikatakan memiliki perilaku bersyukur kepada Allah SWT apabila seseorang itu melakukannya dengan cara berikut:
Bersyukur dengan hati yaitu mengakui dan menyadari sepenuhnya bahwa segala nikmat yang diperoleh berasal dari Allah SWT dan tidak ada seorangpun selain Allah SWT yang dapat memberikan nikmat.
Bersyukur dengan lidah, yaitu mengucapkan secara ikhlas ungkapan Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT.
Bersyukur dengan amal perbuatan yaitu mengamalkan anggota tubuh untuk hal baik dan memanfaatkan nikmat itu sesuai dengan ajaran agama.
Syukur kepada Allah SWT bisa dilakukan pula dengan cara sujud syukur setelah seseorang mendapat nikmat dalam bentuk apapun atau lolos dari musibah dan bencana. Sujud ini hanya dilakukan sekali dan di luar shalat.25
24 25
Sayyid, Menggapai NikmatNya Beribadah dalam Konsep Pendidikan Islam, h. 567. Moh. Sholeh, Terapi Shalat Tahajjud (Jakarta: Mizan Publika, 2006), h. 10.
36
Dalam skripsi Wenny Hikmah Syahputri dari Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2010, syukur mempunyai indikator sebagai berikut26: Tabel 2.1 Aspek Syukur Aspek Syukur
Indikator
Syukur dengan hati dan perasaan
Syukur (ucapan)
dengan
1. Merasakan pemberian didapat sangat berharga sehingga meningkatkan motivasi untuk menjalankan perintah pemberi nikmat dan menjauhi larangannya. 2. Selalu ingat kepada pemberi nikmat, sehingga merasa dekat denganNya. 1. Menyampaikan terimakasih (pujian) atas kebaikan Allah SWT atau orang lain. 2. Mendoakan orang yang telah berbuat baik. 3. Menceritakan nikmat yang diperoleh kepada orang lain. 1. Menggunakan nikmat sesuai kehendak yang memberi. 2. Berbagi kenikmatan dengan orang lain.
lisan
Syukur dengan perbuatan
c) Manfaat Syukur Secara individu dapat kita rasakan nikmatnya bersyukur dalam hidup ini, di antara manfaat syukur menurut al-Jilani antara lain: 1) Dengan
bersyukur
maka
nikmat
akan
semakin
bertambah. Sebagaimana al-Jilani mengatakan: “Syukur dapat menambah nikmatmu dan mendekatkanmu kepada Allah.”
Syahputri, “Hubungan Syukur dan Sabar dengan Kebahagiaan pada Remaja Panti Asuhan”, h. 54-55. 26
37
2) Dengan syukur dapat menentramkan hati, karena orang yang bersyukur dapat melihat bahwa segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali kepada-Nya. Manusia hanya bisa berharap dan berusaha tapi Allahlah yang menghendaki. 3) Syukur menjadikan seseorang penuh dengan keridhaan. Orang yang bersyukur tidak memandang besar kecilnya nikmat,
ia
akan
terus
berharap
dan
berusaha
mendapatkan yang terbaik, apapun keputusan Allah merupakan anugerah yang harus ia terima.27
B. Lanjut Usia (LANSIA) 1. Pengertian Lanjut Usia (LANSIA) Pengertian lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukan kemunduran sejalan dengan waktu.Menurut Elizabet Hurlock dalam bukunya “Psikologi Perkembangan” masa lansia adalah masa dimana seseorang mengalami peerubahan fisik dan psikologis. Bahkan ketika masa tua disebut sebagai masa yang dihinggapi segala penyakit dan akan mengalami kemunduran mental seperti menurunnya
Latifah Fidiyanti, “Sabar dan Syukur Menurut Syaikh ‘Abd al-Qadir al-Jilani,” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2008), h. 45. 27
38
daya ingat, dan pikiran.28 Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ikut andil dalam meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata usia harapan hidup bangsa Indonesia makin meningkat. Keadaan ini menyebabkan jumlah populasi lanjut usia (lansia) semakin besar, bahkan cenderung bertambah lebih cepat dan pesat. Data Badan Pusat Statistik menunjukan jumlah lanjut usia tahun 1990 sebanyak 12,7 juta (6, 56%), meningkat menjadi 17,8 juta (7,97%) tahun 2000. Sepuluh tahun kemudian (tahun 2010) diproyeksikan menjadi 23,9 juta (9,77%) dan tahun 2020 meningkat menjadi 28,8 juta (11,34%).29 Sebagaimana
dikutip
dalam
buku
Wahyudi
Nugroho
meningkatnya usia harapan hidup dipengaruhi oleh : 1) Majunya pelayanan kesehatan 2) Menurunnya angka kematian bayi dan anak 3) Adanya perbaikan gizi dan sanitasi. 4) Adanya peningkatan pengawasan terhadap penyakit menular.30 Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia di dunia. Usia tahap ini dimulai 60-an sampai akhir kehidupan. Periode ini digambarkan dalam al-Hadis sebagai berikut:
Nur Aprianti, “Metode Bimbingan Islam Bagi Lanjut Usia dalam Meningkatkan Kualitas Ibadah Di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2011), h. 34-35. 29 Wahyudi Nugroho, Komunikasi dalam Keperawatan Gerontik (Jakarta: EGC, 2009), h. 1. 30 Andrian Saputra, “Peran Pembimbing dalam Membantu Lansia Menemukan Makna Hidup Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 2 Cengkareng,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah &,Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2013), h. 38. 28
39
“Masa penuaan umur ummatku adalah enam puluh hingga tujuh puluh tahun” (HR Muslim dan Nasa’i).31 Dalam Undang-undang tentang Kesejahteraan Sosial pasal 1 ayat 2 diterangkan bahwa yang dimaksud dengan lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. Sedangkan menurut WHO, klasifikasi lansia adalah usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lansia (elderl) 60-74 tahun, lansia tua (old) 75-90 tahun, dan lansia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.32 Birren dan Jenner mengusulkan untuk membedakan usia antara usia biologis, usia psikologis, dan usia sosial. Usia biologis adalah usia yang menunjukan pada jangka waktu seseorang sejak lahirnya, berada dalam keadaan hidup, tidak mati. Usia psikologis adalah usia yang menunjukan
pada
kemampuan
seseorang
untuk
mengadakan
penyesuaian-penyesuaian kepada situasi yang dihadapinya. Sedangkan usia sosial adalah usia yang menunjuk kepada peran-peran yang diharapkan atau diberikan masyarakat kepada seseorang dengan usianya.33 Menurut Bernice Neugarten dan James C. Chalhoun masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya. Tetapi bagi orang lain, periode ini adalah permulaan kemunduran. Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran, masa 31
Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), h. 117. 32 Nugroho, Komunikasi Dalam Keperawatan Gerontik, h. 5. 33 Ferry Efendi dan Makhfudli, Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan (Jakarta: Salemba Medika, 2009), h. 243.
40
kelemahan manusiawi dan sosial sangat tersebar luas dewasa ini. Pandangan ini tidak memperhitungkan bahwa kelompok lanjut usia bukanlah kelompok orang yang homogen. Usia tua dialami dengan cara yang berbeda-beda. Ada orang berusai lanjut yang mampu melihat arti penting usia tua dalam konteks eksistensi manusia, yaitu sebagai masa hidup yang memberi mereka kesempatan-kesempatan untuk tumbuh berkembang dan bertekad berbakti. Ada juga lanjut usia yang memandang usia tua dengan sikap-sikap yang berkisar antara kepasrahan
yang
pasif
dan
pemberontakan,
penolakan,
dan
keputusasaan. Lansia ini menjadi terkunci dalam diri mereka sendiri dan dengan demikian semakin cepat proses kemerosotan jasmani dan mental mereka sendiri.
2. Masalah-masalah Lanjut Usia (LANSIA) Masalah yang sering terjadi pada lansia sangat beragam, seiring dengan bertambahnya usia, maka akan terjadi penurunan fungsi tubuh pada lansia, baik fisik maupun psikologis dan fungsi-fungsi kehidupan lainnya. Masalah pada lansia sebenarnya merupakan mekanisme evolusi kehidupan alam, dimana akan terjadi regenerasi kehidupan. Secara umum kita dapat melihat masalah lansia ini dari tiga aspek diantaranya fisik, psikologis dan psikososial.34 Permasalahan
dari
aspek
fisiologis
diantaranya
terjadi
Saputra, “Peran Pembimbing dalam Membantu Lansia Menemukan Makna Hidup Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 2 Cengkareng”,h. 39-40. 34
41
perubahan normal pada fisik lansia yang dipengaruhi oleh faktor kejiwaan sosial, ekonomi dan medis. Perubahan tersebut akan terlihat dalam jaringan dan organ tubuh seperti kulit menjadi kering dan keriput, rambut beruban dan rontok, penglihatan menurun sebagian atau menyeluruh, pendengaran berkurang, indra perasaan menurun, daya penciuman
berkurang,
tinggi
badan
menyusut
karena
proses
osteoporosis yang berakibat badan menajdi bungkuk, tulang keropos, massanya dan kekuatannya berkurang dan mudah patah, elastisitas paru berkurang, nafas menjadi pendek, terjadi pengurangan fungsi organ di dalam perut, dinding pembuluh darah menebal sehingga tekanan darah tinggi, otot jantung bekerja tidak efisien, adanya penurunan organ reproduksi terutama pada wanita, otak menyusut dan reaksi menjadi lambat terutama pada pria, serta seksualitas tidak terlalu menurun. Masalah psikologis pada lansia diantaranya seperti perasaan kesepian, perasaan duka cita yang mendalam akibat ditinggal sesuatu yang berharga dalam hidup, depresi, dan perubahan aspek mental lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah perubahan fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan (hereditas), lingkungan, tingkat kecerdasan (intelegence quotion-I.Q.) dan kenangan (memory).Kenangan dibagi menajdi dua, yaitu kenangan jangka panjang (berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu) mencakup beberapa perubahan dan kenangan jangka pendek atau seketika (0-10
42
menit) biasanya dapat berupa kenangan buruk. Masalah
psikososial
diantaranya
terjadinya
perubahan-
perubahan dalam aspek sosial seseorang, perubahan-perubahan tersebut terjadi terutama setelah seseorang mengalami pensiun.Menurut Ferry Efendi dan Makhfudi perubahan-perubahan tersebut diantaranya ialah kehilangan sumber finansial atau pemasukan berkurang. Kehilangan status dari pada hilangnya jabatan atau posisi yang cukup tinggi, hilangnya teman atau relasi serta menguatnya perasaan atau kesadaran akan kematian (sense of awarnes of mortality).
3. Kebutuhan Lanjut Usia (LANSIA) Lanjut usia memiliki kebutuhan sebagaimana manusia pada umumnya yaitu kebutuhan biologis/fisiologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Dalam pemenuhan kebutuhannya, lanjut usia menggunakan kemampuan diri sendiri atau dengan bantuan dan dukungan keluarga atau lingkungan lainnya. Kebutuhan-kebutuhan
tersebut
diantaranya
kebutuhan
biologis/fisiologis seperti kebutuhan pelayanan kesehatan, makanan yang
bergizi,
seksual/intimasi,
pakaian,
rumah/tempat
tinggal.
Kebutuhan psikologis seperti kasih sayang, menyayangi, mendapat tanggapan dari orang lain, perasaan tentram, merasa berguna, memiliki jati diri serta status yang jelas. Kebutuhan spiritual seperti melaksanakan ibadah, memperdalam keimanan, melaksanakan kegiatan
43
kerohanian, menerima keadaan dirinya, menerima hakikat hidup dan puas akan kehidupannya, dan optimis terhadap masa depan.35
4. Psikologi Perkembangan Lanjut Usia (LANSIA) Menurut Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan
diri
terhadap
tugas
perkembangan
usia
lanjut
dipengaruhi oleh tumbuh kembang pada tahap sebelumnya. Apabila seseorang pada tahap tumbuh kembang sebelumnya melakukan kegiatan sehari-hari dengan teratur dan baik serta membina hubungan serasi dengan orang-orang disekitarnya, maka pada usia lanjut ia akan tetap melakukan kegiatan yang biasa ia lakukan pada tahap perkembangan sebelumnya seperti olahraga, mengembangkan hobi bercocok tanam, dan lain-lan. Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut: a.
Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun.
b.
Mempersiapkan diri untuk pensiun.
c.
Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya.
d.
Mempersiapkan kehidupan baru.
e.
Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara santai.
f.
Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan.36
35 Saputra, “Peran Pembimbing dalam Membantu Lansia Menemukan Makna Hidup Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 2 Cengkareng”, h. 40-42. 36 R. Siti Maryam, dkk. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya (Jakarta: Salemba Medika, 2008), h. 40-41.
44
Saat individu memasuki lansia, mulai terlihat gejala penurunan fisik dan psikologis, perkembangan intelektual dalam lambatnya gerak motorik, pencarian makna hidup selanjutnya. Menurut Erikson, dewasa akhir (lansia) merupakan tahap perkembangan yang ke delapan. Berikut ini akan diterangkan tahap-tahap perkembangan menurut Erikson: Tabel 2.2.Tahap-tahap Perkembangan Menurut Erikson Periode Waktu Masa tahun)
Krisis Kehidupan
bayi
(0-1 Kepercayaan vs Kecurigaan (Trust vs Mistrust) Masa kanak-kanak Otonomi vs Perasaan awal (2-3 tahun) Malu dan Keraguraguan (Autonomy vs Shame and doubt)
Tahun-tahun prasekolah (4-5 tahun) Tahun-tahun sekolah dasar (6-12 tahun) Masa remaja (13-20)
Inisiatif vs Perasaan Bersalah (Initiave vs Guilt) Kerajinan vs Inferioritas (Industry vs Inferiority) Identitas vs Kekacauan Peran (Identity vs Identity Confusion)
Masa dewasa awal Keintiman vs Isolasi (21-40) (Intimacy vs Isolation) Masa dewasa Generativitas vs menengah (41-65) Stagnasi (Generality vs Stagnation)
Masa
dewasa Integritas 45
vs
Tugas Perkembangan Mengembangkan kepercayaan terhadap ibu dan lingkungan Mengembangkan hasrat untuk membuat pilihan-pilihan dan pengontrolan diri untuk melaksanakan pilihan-pilihan itu. Menambah perencanaan untuk memilih; menjadi aktif. Terbenam dalam tugas-tugas dan usahausaha produktif. Menghubungkan keterampilanketerampilan dan minat-minat terhadap pembentukan tujuantujuam karier. Mengikat diri sendiri kepada orang lain dalam suatu hubungan yang intim. Membutuhkan untuk dibutuhkan; membimbing generasi yang lebih muda; berjuang untuk menjadi kreatif. Menerima tempatnya
akhir(+65 tahun)
Keputusasaan (Integrity vs Despair)
dalam kehidupan; memperoleh kebijaksanaan martabat.37
siklus
dan
Pada tahap terakhir perkembangan, manusia akan menoleh ke belakang dan mengevaluasi apa yang telah dilakukan selama hidup. Jika ia telah melakukan sesuatu yang baik dalam kehidupan maka integritas tercapai, tetapi jika sebaliknya maka ia akan cenderung merasa bersalah dan kecewa.38Akibat perubahan fisik yang semakin menua maka perubahan ini akan sangat berpengaruh terhadap peran dan hubungan dirinya dengan lingkungannya. Menurut Erikson, perkembangan psikososial masa dewasa akhir ditandai dengan tiga gejala penting, yaitu: 1) Perkembangan Keintiman Keintiman
dapat
diartikan
sebagai
suatu
kemampuan
memperhatikan orang lain dan membagi pengalaman dengan mereka. Orang-orang yang tidak dapat menjalin hubungan intim dengan orang lain akan terisolasi. Menurut Erikson, pembentukan hubungan intim ini merupakan tantangan utama yang dihadapi oleh orang yang memasuki masa dewasa akhir. 37 Yustinus Semiun, OFM.,Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik Freud (Yogyakarta: KANISIUS, 2006), h. 21.
Dwi Siswantara, “Teori Perkembangan Erik Erikson,” artikel ini diakses pada 30 Mei 2016 darihttp://www.academia.edu/8934685/Teori_Perkembangan_Erick_Erikson?auto=dow nload 38
46
2) Perkembangan Generatif Generativitas adalah tahap perkembangan psikososial ketujuh yang dialami individu selama masa pertengahan masa dewasa. Ketika seseorang mendekati usia dewasa akhir, pandangan mereka mengenai jarak kehidupan cenderung berubah. Mereka tidak lagi memandang kehidupan dalam pengertian waktu masa anak-anak, seperti cara anak muda memandang kehidupan, tetapi mereka mulai memikirkan mengenai tahun yang tersisa untuk hidup. Pada masa ini, banyak orang yang membangun kembali kehidupan mereka dalam pengertian prioritas, menentukan apa yang penting untuk dilakukan dalam waktu yang masih tersisa. 3) Perkembangan Integritas Integritas merupakan tahap perkembangan psikososial Erikson yang terakhir.Integritas paling tepat dilukiskan sebagai suatu keadaan yang dicapai seseorang setelah memelihara benda-benda, orang-orang, produk-produk
dan
ide-ide,
serta
setelah
berhasil
melakukan
penyesuaian diri dengan berbagai keberhasilan dan kegagalan dalam kehidupannya.Lawan dari integritas adalah keputusan tertentu dalam menghadapi perubahan-perubahan siklus kehidupan individu, terhadap kondisi-kondisi sosial dan historis, ditambah dengan kefanaan hidup menjelang kematian.39 Hariyanto, S.Pd., “Perkembangan Psikososial Masa Dewasa Akhir,” artikel ini diakses pada 30 Mei 2016 dari http://belajarpsikologi.com/perkembangan-psikososialmasa-dewasa-akhir/ 39
47
C. Pengajian Kitab Nashaihul Ibad 1. Pengertian Pengajian Pengajian berasal dari kata “kaji” yang berarti pelajaran (terutama dalam hal agama). Pengajian adalah (1) ajaran dan pengajaran, (2) pembacaan al-Qur’an. Kata pengajian ini berbentuk awalan “pe” dan akhiran “an” yang memiliki dua pengertian. Pertama yang berarti pengajaran ilmu-ilmu agama Islam. Kedua sebagai kata benda yang menyatakan tempat untuk melaksanakan pengajaran agama Islam. Yang mendalam pemakaiannya banyak istilah yang digunakan seperti dalam bahasa Arab disebut kuttab, dimasyarakat Minangkabau disebut dengan surau dan dimasyarakat Jawa disebut dengan pengajian.40 Pengajian merupakan kegiatan yang senantiasa berusaha untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan, meningkatkan ketakwaan dan pengetahuan agama Islam serta kecakapan dalam rangka mencari ridha Allah SWT. Dengan demikian pengajian adalah kegiatan Islam yang bercorak sederhana sebagai media penyampaian dakwah yang dilaksanakan secara berkala, teratur dan diikuti oleh para jama’ah. Kegiatan pengajian terdapat beberapa elemen diantaranya ialah adanya narasumber atau ustadz, adanya jama’ah, adanya sarana serta materi yang dipelajari. Dan dalam pelaksanaan pengajian yang digunakan dalam penyampaian adalah metode ceramah. 40 M. Firmansyah R., “ Respon Jama’ah terhadap Pengajian Kitab Fikih Shalat Di Masjid Riyadhul Jannah Gunung Putri Bogor,” (Sripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2008), h. 14.
48
a. Peran Pengajian Pertama, dilihat dari segi tujuannya, pengajian adalah termasuk pelaksanaan dakwah sebagai syiar Islam yang berlandaskan al-Qur’an dan al-Hadits. Kedua, dilihat dari segi strategi pembinaan umat, pengajian merupakan wahana dakwah islamiyah yang murni ajarannya.
b. Fungsi Pengajian (1) Fungsi kemasyarakatan, pengajian merupakan salah satu lembaga sosial yang ada di sebuah instansi atau dimasyarakat, yang turut serta menata keseimbangan dan keselarasan dalam masyarakat baik secara langsung atau tak langsung. Misalnya: menampung zakat, infak dan sadaqah untuk disalurkan demi menyantuni fakir miskin dan anak yatim piatu. (b) Fungsi pengajian sebagai pengajaran non formal, dimana pengajian
itu
mengadakan
pengajaran
yang
fungsinya
menambah wawasan keislaman.41
2. Pengertian Kitab Kata kitab berasal dari bahasa Arab yaitu (Kataba-YaktubuKitaban-Kitaban) yang artinya tulisan. Istilah kitab pada mulanya diperkenalkan oleh kalangan luar pesantren sekitar dua dasawarsa silam dengan nada merendah (pejonatif). Dalam pandangan mereka kitab Firmansyah, “ Respon Jama’ah terhadap Pengajian Kitab Fikih Shalat Di Masjid Riyadhul Jannah Gunung Putri Bogor”, h. 15. 41
49
klasik sebagai kitab berkadar ilmu rendah, ketinggalan zaman, dan menjadi salah satu penyebab stagnasi berfikir umat. Sebutan ini mulanya sangat menyakitkan memang, tetapi kemudian nama kitab klasik diterima secara luas sebagai salah satu istilah teknis. Dikalangan masyarakat khususnya pesantren untuk menyebut kitab yang sama bahkan karena tidak dilengkapi dengan sandang (syakal), kitab klasik juga disebut oleh kalangan masyarakat awam “kitab gundul” dan arena rentang waktu yang sangat jauh dari kemunculannya sekarang, tidak sedikit yang menjuluki kitab klasik dengan kitab kuno. Kitab klasik disebut juga dengan kitab korosan, dinamakan kitab korosan karena halaman-halaman kitab tersebut berupa lembaranlembaran terurai tidak berjilid, masing-masing koras dengan delapan halaman. Maksudnya agar memudahkan bagi jama’ah yang mengaji dan cukup membawa korosan yang dipelajari, jadi tidak perlu membawa isi kitab yang sarat dengan halaman-halaman. Namun karena perkembangannya percetakan, maka akhir-akhir ini kitab-kitab klasik tidak selalu dicetak dengan kitab kuning, sudah banyak diantaranya dicetak di atas kertas putih. Demikian juga sudah banyak yang tidak gundul lagi, karena sudah diberi syakal yang merupakan tanda vocal untuk lebih memudahkan membacanya dan sebagian besar telah dijilid rapih dengan kulit yang indah sebagai judul kitab.42
Firmansyah, “ Respon Jama’ah terhadap Pengajian Kitab Fikih Shalat Di Masjid Riyadhul Jannah Gunung Putri Bogor”, h. 16. 42
50
Kitab yang demikian ini lazimnya disebut ifranjiyah yang berarti kitab model Perancis. Di daerah asalnya yaitu disekitar timur tengah kitab klasik ini disebut Al-Kutub Al-Qadimah, karena penampilan kitab kalsik pada fisiknya telah berubah maka tidak mudah lagi membedakannya dengan karangan-karangan baru yang biasa disebut Al-Kutub al-asliyah.43 Jadi, kitab adalah tulisan-tulisan seseorang pada lembaran-lembaran yang dikumpulkan menjadi satu (dijilid).
3. Kitab Nashaihul Ibad Kitab nashaihul ibad merupakan kitab karya Ibnu Hajar alAsqalani yang disyarahkan oleh Muhammad Nawawi bin Umar. Kitab Nashaihul Ibad berisi ucapan-ucapan yang dapat mengingatkan kita akan persiapan untuk hari kiamat. Jumlah makalahnya ada 214, jumlah haditsnya 45 dan sisanya adalah hadits atsar (qaul sahabat). 44 Kitab nashaihul ibad memuat konten akhlak, berisi 1072 butir nasihat. Ada beberapa makalah yang berisi nasihat tentang syukur, diantaranya yaitu: di dalam Bab II makalah ke-26; Bab III makalah ke-6, makalah ke-25; Bab IV makalah ke-13, makalah ke-16; Bab V makalah ke-15, makalah ke-23; Bab VI makalah ke-14; Bab VIII makalah ke-2; Bab X makalah ke-3, makalah ke-10, makalah ke-16.
43 Firmansyah, “ Respon Jama’ah terhadap Pengajian Kitab Fikih Shalat Di Masjid Riyadhul Jannah Gunung Putri Bogor”, h. 17. 44 Ibnu Hajar al-Asqalani, Terjemah Nashaihul Ibad.Penerjemah Drs. I. Solihin ( Jakarta: Pustaka Amani, 2002), Cet. ke-2, h. 3-4.
51
BAB III GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI MULIA 1 CIPAYUNG
A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan, meningkatkan derajat kesehatan dan gizi masyarakat berpengaruh terhadap meningkatnya usia harapan hidup dan jumlah lanjut usia. Semakin meningkatnya tuntutan kebutuhan ekonomi, khususnya di kota-kota besar, menyebabkan terjadinya pergeseran nilai dalam keluarga. Kondisi ini mengarah kepada semakin berkurangnya perhatian keluarga terhadap lanjut usia karena keterbatasanwaktu yang tersedia. Akibatnya banyak lanjut usia terlantar dan harus hidup sendiri tanpa perhatian dan pendampingan keluarga serta tidak dapat melakukana ktifitas yang bermakna dalam mengisi hari tuanya, selanjutnya keberadaan lanjut usia menjadi beban bagi keluarga. Kondisi ini menuntut Pemerintah Daerah untuk memberikan pelayanan social kepada para lanjut usia sehingga dapat menghindarkan mereka dari keterlantaran berbagai aspek. PSTW Budi Mulia 1 merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta dalam melaksanakan kegiatan pelayanan kesejahteraan social lanjut usia terlantar. Dibangun pada tahun 1968 di atas lahan seluas 9.999 m2 yang dikukuhkan menjadi
52
PANTI WERDHA 1 Cipayung melalui SK GubernurDKI Jakarta No.CA11/29/1/1972. Selanjutnya mengalami pergaantian nama menjadi PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung melalui SK GubernurProvinsi DKI Jakarta No. 736 Tahun 1996.PSTW Budi Mulia 1 Cipayung berlokasikan di Jl. Bina Marga No. 58 Cipayung Jakarta Timur. Dengan berlakunya Perda No.3 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata kerja Perangkat Daerah danSekretaris DPRD, SK Gubernur DKI Jakarta No. 41 Tahun 2002 tentang Tata Kerja Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta, Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung, dikukuhkan kembali berdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta No. 163 Tahun 2002 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Dinas Bintal dan Kesos Provinsi DKI Jakarta, dan Peraturan Gubernur No. 57 Tahun 2010 tentangOrganisasi Tata Kerja PSTW Budi Muli 1.1
B. Visi dan Misi Dalam menjalankan perannya, Panti Sosial TresnaWerdha Budi Mulia 1 Cipayung memiliki visi dan misi sebagai berikut:
1
PSTW Budi Mulia 1 Cipayung, Profil PSTW Budi Mulia 1 Cipayung, (Jakarta Timur:
2014).
53
Visi
: “Mengangkat Harkat dan Martabat Lansia Terlantar menuju Kehidupan Layak, Sehat, Normatif, dan Manusiawi”.
Misi
: 1. Menyelenggarakan penampungan lanjut usia terlantar dalam rangka perlindungan sosial. 2. Menyelenggarakan pelayanan sosial, psikologis, perawatan medis, bimbingan fisik, mental spiritual dan bimbinganp emanfaatan waktu luang. 3. Menyelenggarakan penyaluran bina lanjut dan pemulasaraan jenazah. 4. Menjalin keterpaduan dan kerjasama lintas sosial. 5. Menggalang peran serta social masyarakat dan dunia usaha.2
C. Dasar Hukum/Kebijakan Berdiri dan berjalannya kinerja Panti Sosial TresnaWerdha Budi Mulya 1 Cipayung berdasarkan hokum atau kebijakan sebagai berikut: 1. Undang-undang No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia. 2. Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. 3. Undang-undang No.
11 tahun
2009 tentang Pokok-pokok
Kesejahteraan Sosial.
2
PSTW Budi Mulia 1 Cipayung, Profil PSTW Budi Mulia 1 Cipayung, (Jakarta Timur:
2014).
54
4. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom. 5. Peraturan Daerah No. 4 tahun 2013 tentang Kesejahteraan Sosial. 6. Pergub No. 104 tahun 2010 tentang Organisasi dan Kerja Dinas Sosial Prov. DKI Jakarta. 7. Pergub No. 57 tahun 2010 tentang Organisasi dan Kerja Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia. 8. Pergub No. 142 tahun 2013 tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah.3
D. Tugas dan Fungsi 4 Sebagai salah satu lembaga kesejahteraan sosial yang berada di wilayah Provinsi DKI Jakarta, Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung mengemban tugas dan fungsi sebagai berikut: Tugas
: Memberikan pelayanan social bagi lanjut usia terlantar agar
dapat hidup secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat, yang meliputi perawatan, perlindungan dan pembinaan fisik, spiritual, social dan psikologis. Fungsi
:
1. Lembaga pemenuhan kebutuhan lanjut usia.
3
PSTW Budi Mulia 1 Cipayung, Profil PSTW Budi Mulia 1 Cipayung, (Jakarta Timur:
4
PSTW Budi Mulia 1 Cipayung, Profil PSTW Budi Mulia 1 Cipayung, (Jakarta Timur:
2014). 2014).
55
2. Lembaga pelayanan dan pengembangan lanjut usia. 3. Pusat informasi dan rujukan.
E. Tujuan dan Maklumat Pelayanan Tujuan
:
“Meningkatkan
taraf
kesejahteraan,
kualitas
hidup
dan
keberfungsian social lanjut usia terlantar sehingga dapat membuat hari tuanya dengan mengikuti ketentraman lahir dan bathin.” Maklumat Pelayanan: “Lemah lembut, Adil dalam melayani, memberikan keNyamanan dan Sabar dalam mendampingi, serta berorientasi untuk Ibadah agar menjadi Warga Binaan Sosial (WBS) yang sehat, Aktif, dan mandiri.” F. Sasaran dan Garapan Sasaran dan garapan dari PSTW Budi Mulia 1 Cipayung adalah lanjut usia terlantar dengan persyaratan: 1. Berusia lebih dari 60 tahun 2. Penduduk Provinsi DKI Jakarta 3. Lanjut usia terlantar 4. Membawa surat pengantar dari RT/RW danKelurahan
56
5. Membawa rekomendasi dari suku Dinas Sosial Kota Administrasi.5
G. Asal Warga Binaan Sosial Warga binaan sosial yang berada di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung yang berjumlah 210 jiwa saat dilakukan penelitian, berasal dari: 1. Rujukan dari PSBI BangunDaya 1, 2 dan 3 2. Rujukan Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta / Suku Dinas Sosial 3. Masyarakat 4. Kepolisian 5. RumahSakit 6. Lembaga / instansiterkait.6
H. Fasilitas dan Bentuk Pelayanan Panti Fasilitas pelayanan yang terdapat dipanti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung terdiri dari gedung kantor utama, wisma WBS, aula, poli klinik, ruang konsultasi, ruang taman bacaan, ruang pemulasaran jenazah, ruang keterampilan,dapur umum, musholla, asrama tenaga pelayanan sosial, ruang VIP, rumah dinas, sarana olahraga, dan kendaraan operasional roda empat sebanyak 2 buah. Bentuk pelayanan di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung terdiri dari pengasramaan, perawatan kesehatan, pemberian makanan bergizi, 5
PSTW Budi Mulia 1 Cipayung, Profil PSTW Budi Mulia 1 Cipayung, (Jakarta Timur:
6
Ibid.
2014).
57
sosialisasi lingkungan (rekreasi), terapi WBS, pemakaman, dan pelayanan informasi bagi masyarakat. Selain itu terdapat pula bimbingan yang terdiri dari bimbingan psikologi, bimbingan mental spiritual, bimbingan fisik, bimbingan sosial, bimbingan keterampilan dan kesenian.7
I. Struktur Organisasi Struktur organisasi di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung sesuai dengan Pergub No. 57 tahun 2010 tentang Organisasi dan Kerja Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia yaitu sebagai berikut: Gambar 3.1 Bagan Struktur Organisasi Panti Sosial TresnaWerdha Budi Mulia 1 Cipayung 2010 Kepala Panti
Subbagian Tata Usaha
Seksi Keperawatan
Seksi Bimbingan dan Penyaluran
Sub kelompok Jabatan Fungsional
Sumber: Profil PSTW Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur
7
PSTW Budi Mulia 1 Cipayung, Profil PSTW Budi Mulia 1 Cipayung, (Jakarta Timur:
2014).
58
J. Pola Pelayanan Berikut ini merupakan alur pelayanan yang terdapat di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung: Gambar 3.2
59
K. Sumber Daya Manusia 8 Tidak sedikit sumber daya manusia yang bekerja memberikan pelayanan terhadap lansia di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung. Berikut jumlah sumber daya manusia yang terdapat di panti: 1. JumlahPegawai
: 55 orang
PNS
: 23 orang
Pramusosial
: 21 orang
Cleaning service
: 6 orang
2. Pendidikan
8
:
SLTP
: 4 orang
SLTA
: 29 orang
DIII
: 3 orang
S1
: 7 orang
S2
: 2 orang
PSTW Budi Mulia 1 Cipayung, Profil PSTW Budi Mulia 1 Cipayung, (Jakarta Timur:
2014).
60
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA
A. Identitas Informan Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengikuti perjalanan pengajian Kitab Nashaihul Ibad sebanyak 3 kali yaitu pengajian yang diadakan pada tanggal 27 Oktober 2014, 29 Oktober 2014, dan tanggal 10 November 2014. Didapatkan data WBS yang mengikuti pengajian Kitab Nashaihul Ibad sebagai berikut: Tabel 4.1 Daftar Peserta Pengajian Kitab Nashaihul Ibad Jenis No
Nama
Kamar Kelamin
1
Nur Syamsi
Lk
Cyteliya
2
Tamrin
Lk
Cyteliya
3
Usman
Lk
Cyteliya
4
Muin
Lk
Cyteliya
5
Kasmadi
Lk
Cyteliya
6
Dasni
Lk
Flamboyan
7
Wandi
Lk
Flamboyan
8
Abdullah bin Karim
Lk
Flamboyan
9
Husein
Lk
Flamboyan
10
Sumarni
Pr
Asoka
61
Jenis No
Nama
Kamar Kelamin
11
Hj. Dasniar
Pr
Asoka
12
Nurhayati
Pr
Asoka
13
NN
Pr
Asoka
14
Amah
Pr
Asoka
15
Darsinah
Pr
Asoka
16
Munah
Pr
Asoka
17
Sri Handayani
Pr
Asoka
18
Ning Sundasih
Pr
Asoka
19
Hj. Sa’adah
Pr
Bougenvil
Dari data di atas diketahui bahwa jumlah lansia yang mengikuti pengajian sebanyak 19 orang, diantaranya 9 orang lansia laki-laki dan 10 orang lansia perempuan. Nama-nama yang ditebalkan dan dimiringkan oleh peneliti merupakan lansia yang dijadikan informan penelitian oleh peneliti. Pengambilan informan menggunakan variasi maksimum. Pengambilan informan ini dilakukan bila subjek atau target penelitian menampilkan banyak variasi, dan penelitian bertujuan menangkap dan menjelaskan tema-tema sentral yang tertampilkan sebagai akibat keluasan cakupan (variasi) partisipan penelitian.1 Variasi yang terdapat pada informan diantaranya yaitu: pendidikan, lama di 1
Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia (Depok: LPSP3 UI, 2011), h. 113.
62
panti, perbedaan kamar, dan usia. Berikut ini merupakan identitas dari sampel penelitian:
Tabel 4.2 Identitas Informan Primer NO. RESPONDEN Informan 1
Informan 2
Informan 3
Informan 4
DATA PRIBADI Nama : Sri Handayani Usia : 65 tahun (lansia/ elderl) Tempat, tanggal lahir : Surabaya, 27 Juli 1949 Agama : Islam Pendidikan terakhir : SD Lama di panti :1 tahun Kamar : Asoka Waktu wawancara : Selasa, 28 Oktober 2014 pukul 13.58-14.45 WIB. Nama : Nur Syamsi Usia : 61 tahun (lansia/ elderl) Tempat, tanggal lahir : Jawa Tengah, - Juni Agama : Islam Pendidikan terakhir : Lama di panti : 3 tahun Kamar : Cytelia Waktu wawancara : Kamis, 13 November 2014 pukul 10.54-11.20 dan 12.30-13.00 WIB Nama : Kasmadi Usia : 69 tahun (lansia/ elderl) Tempat, tanggal lahir : Tuban, Desember 1954 Agama : Islam Pendidikan terakhir : SD Lama di panti : 2 tahun Kamar : Cytelia Waktu wawancara : Rabu, 12 November 2014 pukul 12.35-13.00 WIB. Nama : Abdullah bin Karim Usia : 71 tahun (lansia/ elderl) Tempat, tanggal lahir : Toli-toli, 1 Februari 1943 Agama : Islam Pendidikan terakhir : Akademi Ilmu Pelayaran Lama di panti : 6 tahun Kamar : Flamboyan Waktu wawancara : Sabtu, 15 November 2014 pukul 13.35-14.00 WIB. 63
NO. RESPONDEN Informasi 5
Informasi 6
DATA PRIBADI : Hj. Sa’adah : 62 tahun (lansia/ elderl) : Kendari, 28 Juni 1952. : Islam : Akademi Sekretaris : 1 tahun : Bougenvil : Sabtu, 15 November 2015 pukul 15.30-16.00 WIB. Nama : Ning Sundasih Usia : 84 tahun (lansia tua/ old) Tempat, tanggal lahir : Pekalongan, 23 Desember 1930 Agama : Islam Pendidikan terakhir : SMA Lama di panti : 10 tahun Kamar : Asoka Waktu wawancara : Senin, 10 November 2014 pukul 12.52-13.30 WIB. Nama Usia Tempat, tanggal lahir Agama Pendidikan terakhir Lama di panti Kamar Waktu wawancara
Tabel 4.3 Identitas Informan Sekunder NO. RESPONDEN Secondary Informan 1
Secondary Informan 2
DATA PRIBADI Nama : M. Jufri Halim, S. Ag., M. Si. Usia : 41 tahun Jabatan : Pembimbing spiritual Tempat, tanggal lahir : Bondowoso, 26 Juli 1973 Alamat : Jl. Kebon Kopi Gang Benda No. 70 RT 02/04 Pondok Betung Pondok Aren Tangerang Selatan Agama : Islam Motto : Hidup hanya sekali maka berartilah Waktu wawancara : Senin, 10 November 2014 pukul 15.28- 16. 00 WIB. Nama : Akhyar Usia : 45 tahun Jabatan : Pelayanan sosial Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 9 Februari 1969 Alamat : Jl. Waringin 4 RT 004 RW 02 Kecamatan Matraman Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur Agama : Islam Motto : Mengamalkan ilmu yang pernah 64
didapat Waktu wawancara
: Rabu, 5 November 2014 pukul 15.30 – 15.50 WIB.
B. Waktu dan Materi Pengajian Kitab Nashaihul Ibad Pengajian Kitab Nashaihul Ibad dibimbing oleh Bapak M. Jufri Halim, S. Ag., M. Si.Pak Jufri menjadi pembimbing pengajian Kitab Nashaihul Ibad sekitar bulan Oktober tahun 2013. Pengajian Kitab Nashaihul Ibad diadakan setelah selesai sholat magrib sampai tiba waktu isya. Untuk harinya tidak dapat ditentukan, hal ini diperkuat oleh pernyatan pembimbing lansia yaitu Pak Akhyar ketika dilakukan wawancara pada tanggal 5 November 2014, dengan percakapan sebagai berikut: Peneliti : “Sejak kapan Bapak mengikuti pengajian Kitab Nashaihul Ibad? Pak Akhyar : “Sejak Pak Jufri pindah ke sini saja. Bulan puasa yang lalu.Belum lama Pak Jufri. Sekitar 6 bulanan.Pak Jufri juga ga tentu waktunya, kadang Senin malam, Selasa malam, Rabu malam, ya antara Senin sampai Kamis lah.”2 Juga berdasarkan pendapat pembimbing pengajian Kitab Nashaihul Ibad sendiri yaitu Pak Jufri, berikut pemaparannya: “Saya rasa mereka atas dorongan sendiri ya karena pertama mereka tidak pernah digiring, hanya disampaikan diawal saja. Kedua kebetulan suaranya juga dikeluarin sehingga mereka yang di wisma-wisma diharapkan bisa ikut mendengarkan karena jangan dikira mereka yang tidak datang itu mereka tidak mau karena hambatan fisik sehinga membuat mereka tidak bisa datang. Ada yang berkeinginan cuma karena dia buta, tidak ada yang bantuin oleh karena suaranya dikeluarin, di dalam digunakan, diluar juga tujuannya supaya mereka juga dapat 2
Wawancara pribadi dengan Akhyar, Cipayung, 5 November 2014. Lokasi: di Wisma Flamboyan.
65
menikmati pengajian yang diadakan malam Selasa, terkadang malam Rabu, terkadang malam Kamis.”3 Berdasarkan waktu yang sudah peneliti ikuti bahwa pengajian lebih sering diadakan di hari Senin malam Selasa. Dalam satu minggu, minimal satu kali pertemuan tetapi tidak menutup kemungkinan untuk diadakan dua kali jika pembimbing ada waktu karena peneliti pernah mengikuti pengajian selama dua kali dalam satu minggu yaitu pengajian pada tanggal 27 November 2014 dan 29 November 2014. Selain pada waktu tersebut, Ustadz Jufri juga melakukan pendekatan personal. Beliau berkeliling ke tiap-tiap kamar pada waktu kerjanya. Beliau senantiasa mengontrol klien yang pernah dihadapinya namun tidak menutup kesempatan untuk menghampiri lansia yang sekiranya terlihat memiliki masalah. Beliau senang berbincang dengan para lansia, dan beliau pun terkadang mengajak lansia untuk makan bersamanya di luar, agar lansia tidak merasa segan dan canggung untuk bercerita tentang perjalanan hidupnya. .Beliau juga memberikan solusi dengan menceritakan pengalaman hidupnya, sahabatnya atau siapa saja yang beliau anggap memiliki hikmah pada perjalanannya. Tidak jarang beliau juga mencontohkan kehidupan para Rasul dan para sahabatnya. Materi-materi yang telah disampaikan oleh pembimbing sewaktu diadakannya penelitian dari Kitab Terjemah Nashaihul Ibad
3
Wawancara pribadi dengan M. Jufri Halim, S. Ag., M. Si., Cipayung, 10 November 2014. Lokasi: Mushola PSTW Budi Mulia 1 Cipayung.
66
karya Ibnu Hajar al-Asqalany terbitan Pustaka Amani tahun 2002 ialah sebagai berikut: 1.
Tanggal 27 Oktober 2014: Tabel 4.4 Materi Pengajian Kitab Nashaihul Ibad Tanggal 27-1014
2.
Makalah
Halaman
Isi Makalah
24
125
25
126
Muhammad bin Ahmad dalam menjelaskan ayat mengatakan bahwa Allah menyebut Nabi Yahya sebagai “Sayyidun” padahal ia adalah seorang hamba Allah, karena Nabi Yahya dapat menguasai 4 hal: a. Menguasai hawa nafsu b. Menguasai iblis c. Menguasai lisan d. Menguasai kemarahan Ali ra. mengatakan, bahwa agama dan dunia akan selalu tegak, selama 4 golongan berfungsi, yakni: a. Selama orang kaya tidak kikir. b. Selama para ulama mengamalkan ilmunya. c. Selama orang-orang bodoh tidak takabur dari sesuatu yang tidak mereka ketahui. d. Selama orang-orang fakir tidak meninggalkan akhirat, karena mementingkan urusan dunia mereka.
Tanggal 29 Oktober 2014: Tabel 4.5 Materi Pengajian Kitab Nashaihul Ibad pada tanggal 2910-14 Makalah Halaman 26
126
Isi Makalah Nabi Saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala berhujjah nanti pada hari kiamat dengan 4 orang terhadap 4 golongan manusia lain: Allah berhujjah terhadap orang-orang yang kaya dengan kayanya Nabi Sulaiman bin Dawud, Allah berhujjah kepada hamba sahaya dengan Nabi Yusuf, 67
Makalah Halaman
27
128
28
129
29
129-130
Isi Makalah Allah berhujjah kepada orang yang sakit dengan sakitnya Nabi Ayyub, Allah berhujjah kepada orangorang fakir dengan fakirnya Nabi Isa. Saad bin Hilal ra. mengatakan, bahwa apabila manusia berbuat dosa, maka Allah memberikan anugerah kepadanya: a. Dia tidak dihalangi untuk mendapat rezeki. b. Dia tidak terhalang untuk sehat. c. Allah tidak memperlihatkan dosanya. d. Allah tidak menyiksanya di dunia. Dari Hatim al-Asam ra. mengatakan bahwa barangsiapa yang memanfaatkan 4 perkara dengan melakukan 4 perkara yang lain, tentu ia akan menemukan surga. a. Memanfaatkan waktu tidur untuk mengumpulkan bekal di alam kubur. b. Memanfaatkan kesempatan membanggakan diri dengan melakukan kebaikan. c. Memanfaatkan kesenangan, rileks, atau santai dengan melakukan amal yang dapat memudahkan menyeberangi shiratal mustaqim. d. Memanfaatkan kehendak nafsu dengan melakukan hal-hal yang dapat mengantarkan dia masuk surga. Hamid al-Lifaf berkata, “Saya telah mencari empat hal di dalam empat hal yang lain, tapi ternyata saya salah. Kemudian saya baru menemukannya di dalam empat hal yang lainnya, yaitu: a. Saya mencari kekayaan di dalam harta, tapi saya menemukannya dalam hidup hemat. b. Saya mencari kesenangan dalam kekayaan, tapi kami menemukannyya dalam harta yang sedikit. c. Saya mencari kenikmatan dalam sesuatu yang dianggap nikmat, tapi saya menemukannya pada badan yang sehat. d. Saya mencari ilmu dalam keadaan perut kenyang, tapi saya menemukannya dalam keadaan perut yang lapar.”
68
3.
Tanggal 10 November 2014: Tabel 4.6 Materi Pengajian Kitab Nashaihul Ibad pada tanggal 1011-14 Makalah Halaman 31
131-132
Isi Makalah Hatim al-Asam mengatakan, bahwa ada 4 hal yang ukurannya hanya diketahui oleh 4 golongan, yaitu: a. Masa muda tak terasakan nikmatnya, kecuali oleh mereka yang sudah tua. b. Keselamatan tak terasakan nikmatnya, kecuali oleh mereka yang terkena musibah. c. Kesehatan badan tak terasakan nikmatnya, kecuali oleh mereka yang sudah jatuh sakit. d. Hidup tak terasakan nikmatnya, kecuali oleh mereka yang sudah mati. Seorang penyair, yaitu Abu Nuas/Abu Nawas, nama aslinya Ibnu Hani mengatakan sebagai berikut: “Apabila dosaku dihitung sungguh banyak sekali, tetapi rahmat Tuhanku lebih luas daripada dosaku. Aku tidak mengharapkan apa-apa dari amal baik yang aku lakukan, aku hanya mengharapkan rahmat Allah. Dialah Allah, pengurus yang telah menjadikan aku, dan sesungguhnya aku baginya adalah seorang hamba yang mengaku (banyak dosa) dan merendahkan diri. Apabila Allah memberikan maaf itu adalah rahmat, apabila terjadi sesuatu yang lain, maka aku tak dapat berbuat apa-apa.” Nabi Saw. bersabda, “Barangsiapa yang menghendaki agar Allah tidak menempatkannyacdalam amalnya yang jelek dan dihapus catatan amalnya, hendaklah ia berdoa dengan doa ini selepas salat lima waktu, yaitu: Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya ampunan-Mu lebih diharapkan daripada mengharapkan amalku, dan sesungguhnya rahmat-Mu lebih luas daripada banyaknya dosaku. Ya Allah, apabila aku bukan seorang ahli untuk mencapai kasih sayang-Mu, maka kasih sayang-Mu adalah ahli untuk menyampaikan aku pada keridhaan-Mu. Karena sesungguhnya rahmat-Mu tersebar pada segala sesuatu, wahai Zat yang sangat kasih sayang (kepada makhluknya).” 69
Makalah Halaman 32
133-134
Isi Makalah “Pada hari kiamat kelak akan disediakan timbangan amal. Ahli salat dihadirkan, kemudian diberikan kepada mereka pahalanya. Kemudian ahli puasa dan diserahkan pahalanya kepada mereka. Kemudian orang-orang yang terkena musibah tetapi tanpa timbangan amal dan buku catatan amal diberlakukan bagi mereka. Mereka diberi pahala tanpa dihisab, sehingga orang-orang yang selamat mengharapkan agar termasuk ke dalam golongan mereka, karena banyak memperoleh pahala dari Allah.”
Kesimpulan dari pengajian yang telah disampaikan bahwa manusia akan memperoleh keselamatan apabila mentaati nasehat para sahabat dan ulama. Manusia diajarkan untuk senantiasa bersyukur dalam setiap keadaan karena seseorang baru menyadari bahwa semua pemberian Allah itu nikmat ketika waktu telah berlalu. Allah tidak menghentikan pemberian anugerah kepada manusia walaupun manusia tersebut berbuat dosa tetapi sebagai makhluk ciptaan-Nya tidak boleh lupa kalau seluruh perbuatan kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah.
C. Analisis Intrakasus C.1. Analisis Nenek Sri Handayani a. Hasil Observasi Pada tiga kali pertemuan pengajian yang diikuti oleh peneliti, peneliti hanya menemukan 2 kali pertemuan Nenek Sri mengikuti pengajian yaitu pada tanggal 27 Oktober 2014 dan tanggal 10
70
November 2014. Nenek Sri terlihat aktif ketika mengikuti pengajian. Beliau menjawab ketika Pak Ustadz memberikan pertanyaan. Beliau menjawab pertanyaan wawancara secara ramah namun ketika peneliti sedang melakukan wawancara terhadap Nenek Ning Sundasih pada tanggal 10 November 2014 yang ditempatkan di kamar yang sama yaitu kamar Asoka, Nenek Sri terlihat marah dan berkata kasar terhadap Nenek yang terkadang terkena gangguan jiwa yang memarahinya tanpa sebab. b. Hasil Wawancara Berdasarkan tujuan penelitian yang dilakukan yaitu untuk mengetahui pemahaman makna nikmat dan kebersyukuran serta mengetahui bentuk amalan dari perilaku bersyukur para lansia peserta pengajian kitab nashaihul ibad di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung, dilakukan wawancara diantaranya yaitu terhadap Nenek Sri. Menurut Nenek Sri, nikmat yaitu semua yang didapat seperti pengetahuan dan pengalaman. Cara mensyukuri nikmat yang kita dapat yaitu diterima dengan tangan terbuka, apapun yang kita dapat dan apapun yang kita hadapi. Dapat dipahami bahwa bersyukur menurut Nenek Sri adalah menerima apapun dengan tangan terbuka. Secara teori, Nenek Sri memahami bagaimana harus berperilaku syukur yaitu menerimanya apapun yang didapat maupun yang dihadapi. Kalau menerima musibah dihadapi dengan pasrah, ketika ada yang meledek tak perlu marah, kalau bersalah meminta maaf. Secara ilmu, 71
Nenek Sri dapat dikatakan bersyukur namun secara hal (keadaan) dan amal Nenek Sri belum dapat dikatakan bersyukur karena beliau tidak menerima dengan tangan terbuka ketika ada orang yang datang memarahinya sedangkan dia mengetahui bahwa orang yang memakinya sedang ada gangguan jiwa, beliau belum bisa menerima datangnya keadaan tersebut dan tidak dapat menjaga lisannya.
C.2. Analisis Kakek Nur Syamsi a. Hasil Observasi Setiap kali diadakan pengajian dan selama dilakukan penelitian, Kakek Nur Syamsi terlihat selalu mengikuti pengajian. Setiap mendekati waktu sholat, Kakek Nur Syamsi hadir lebih awal. Beliau mengawali dan mengakhiri kedatangan beliau dengan berdzikir. Beliau peduli terhadap sesama terlebih kepada teman sekamarnya. Hal ini teramati ketika adanya acara kunjungan anak TK ke panti dan beliau mendapatkan bingkisan dan beliau pun menanyakan apakah Kakek Tamrin mendaptkan bagian. Tak lupa pula beliau mengucapkan hamdalah ketika menerima bingkisan. Beliau juga mau berbagi nikmat dengan menawarkan kepada peneliti untuk ikut menikmati rezeki yang diterimanya.
72
b. Hasil Wawancara Dari wawancara yang telah peneliti lakukan, menurut Kakek yang akrab dipanggil Kakek Syamsi, beliau mengartikan nikmat sebagai rasa puas dengan apa yang didapatkan dan wajib disyukuri dan sudah perintah dari Allah. Jawaban ini teramati ketika peneliti bertanya mengapa harus disyukuri dan beliau pun menjawab: “Ya kalau gak bersyukur mau apa lagi (sambil tersenyum), azab Allah kan amat pedih dan Allah akan menambahkan nikmat bagi orang yang bersyukur (mata kembali berkaca-kaca).” Jadi, dalam hidup ini harus selalu dilandasi rasa syukur karena tanpa syukur, manusia hanya merasakan penderitaan karena azab Allah amat pedih namun apabila mampu bersyukur maka akan selalu merasa bahagia dan puas dengan apa yang didapat. Dapat dipahami bahwa bersyukur menurut Kakek Syamsi adalah harus selalu puas dengan yang didapat berlandaskan ingat kepada Allah.
C.3. Analisis Kakek Kasmadi a. Hasil Observasi Kakek Kasmadi hanya mengikuti 2 kali pengajian selama berlangsungnya penelitian yaitu pengajian pada tanggal 27 Oktober 2014 dan 10 November 2014.Setiap kali mengikuti pengajian, Kakek Kasmadi selalu membawa buku dan terlihat begitu memperhatikan Pak
73
Uatadz ketika menyampaiakan pengajian. Beliau selalu ikut solat berjama’ah. b. Hasil Wawancara Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, menurut Kakek Kasmadi nikmat adalah apa-apa yang diberikan oleh Allah. Bagi beliau hidup pun sudah termasuk nikmat dari Allah. Dalam hidup ini harus selalu bersyukur. Cara Kakek Kasmadi bersyukur yaitu dengan bertaqwa kepada Allah. Manusia diciptakan dengan segala kekurangan dan suka berkeluh kesah karena sejatinya kesempurnaan hanya milik Allah namun hal itu tidak boleh menutup cara kita untuk bersyukur kepada Allah karena dibalik dari apa yang diberikan Allah terdapat manfaat untuk kita. Kejadian-kejadian yang telah terjadi dalam kehidupan penting untuk dijadikan cermin, boleh kita menyesalinya namun kita harus tetap berusaha memperbaiki diri untuk untuk menghadapi kehidupan yang sebenarnya yaitu di akhirat nanti. Dapat dipahami bahwa bersyukur menurut Kakek Kasmadi adalah bertaqwa kepada Allah karena Allah telah memberikan apa yang dibutuhkan bagi hidup manusia.
C.4. Analisis Kakek Abdullah a. Hasil Observasi Kakek Abdullah bin Karim memiliki kekurangan fisik yaitu hanya memiliki 1 kaki namun tidak terlihat raut kesedihan pada
74
wajahnya. Kekurangan pada fisiknya tidak menyurutkan niat beliau dalam beribadah. Selama dilakukan penelitian, beliau selalu terlihat mengikuti solat berjama’ah. Beliau juga terlihat selalu mengikuti pengajian. b. Hasil Wawancara Berdasarkan hasil wawancara, nikmat adalah segala-galanya, sesuatu yang bagus, indah dan suatu keuntungan yang bisa dinikmati. Menurut Kakek Abdullah, bersyukur yaitu cara seorang hamba mempertanggungjawabkan segala amalan kepada Yang Maha Kuasa, segala yang terjadi dalam kehidupan dihadapi dan dilaksanakan sebaik mungkin, urusan ganjaran merupakan hak Allah semata.
C.5. Analisis Nenek Sa’adah a. Hasil Observasi Nenek Sa’adah merupakan salah satu lansia yang berada di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung. Beliau ditempatkan di kamar Bougenvil. Beliau tinggal di panti bersama suaminya. Suami beliau merupakan sepupu dari suami pertama. Setelah suami pertama Nenek Sa’adah meninggal, beliau kasihan dengan kondisi iparnya yang memiliki istri lumpuh serta perekonomian yang sulit maka Nenek Sa’adah memutuskan untuk menikah dengannya. Setelah istri pertama suami beliau meninggal, beliau beserta suaminya dirujuk untuk tinggal
75
di panti. Sudah satu tahun lebih Nenek Sa’adah berada di panti bersama suaminya.Walaupun terpisah kamar, Nenek Sa’adah tetap merawat suaminya yang kini terkena stroke. Selama dilakukan penelitian, Nenek Sa’adah selalu tampak mengikuti pengajian. Beliau juga suka berkonsultasi kepada narasumber pengajian kitab nashaihul ibad yaitu Pak Jufri jika ada permasalahan yang memberatkan batinnya. b. Hasil Wawancara Dari wawancara yang dilakukan, nikmat menurut Nenek Sa’adah merupakan kemampuan dirinya melakukan segala amal soleh seperti ibadah, berbuat baik terhadap orang lain serta menjaga kesucian hati. Perilaku syukur yang beliau tunjukan kepada Allah yaitu mengingat segala nikmat yang telah sampai kepadanya serta melakukan kebaikan yang ditunjukan Allah melalui batinnya. Banyak ujian hidup yang sampai kepadanya seperti ditinggal mati oleh suami pertamanya, halangan keluarga besarnya untuk menikah dengan iparnya, dibohongi, dihina sampai dengan ujian penyakit kepada suaminya kini. Beliau merasa lelah lahir batin namun beliau kembali kuat ketika semuanya disandarkan kepada Allah. Hidup dan segala ujian yang dihadapi dianggap olehnya sebagai bentuk kasih sayang dari Allah. Dapat dipahami bahwa bersyukur menurut Nenek Sa’adah adalah menerima apapun yang terjadi dalam hidupnya karena itu tanda kasih sayang Allah dan berbuat sebaik mungkin baik dalam hubungannya dengan Allah maupun terhadap makhluk ciptaan-Nya.
76
C.6. Analisi Nenek Ning a. Hasil Observasi Nenek Ning merupakan lansia yang terbilang rajin dan aktif. Beliau aktif dalam mengikuti kegiatan yang diberikan oleh panti baik kegiatan keterampilan maupun keagamaan. Walaupun beliau berjalan sudah dibantu tongkat namun semangat beliau tidak surut. Beliau terlihat selalu mengikuti pengajian Kitab Nashaihul Ibad saat sedang dilakukannya penelitian. Terlihat raut wajah yang menenangkan dari beliau. Selain itu beliau juga sangat ramah dan santun ketika berhadapan dengan orang lain. Disaat mengikuti pengajian Kitab Nashaihul Ibad, beliau terlihat begitu khusyu. Selain itu, beliau juga senang membantu mendoakan orang-orang yang datang kepada beliau, beliau menunjukan daftar orang-orang yang minta didoakan. b. Hasil Wawancara Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan kepada Nenek Ning, nikmat itu ketenangan maupun ketentraman yang dirasakan karena terimakasih yang selalu beliau haturkan kepada Sang Kuasa. Beliau bersyukur dengan selalu berdoa kepada Allah serta selalu berterimakasih atas apa saja yang telah Allah berikan kepadanya dan menyandarkan segala sesuatu kepada Allah karena segala urusan hanya milik Allah. Beliau memahami hakikat bersyukur yaitu beliau mengetahui bahwa segala sesuatu datang dari Allah dan semua merupakan urusan Allah, beliau harus selalu berdoa dan berterimakasih 77
kepada Allah agar mendapatkan ketenangan yang memang diharapkan oleh manusia. Beliau menerima keadaan beliau yang harus menjalani masa tua dipanti. Beliau ramah, santun serta rajin khususnya dalam beribadah. Dapat dipahami bahwa bersyukur menurut Nenek Ning adalah berterimakasih kepada Allah dengan cara menyadari bahwa dirinya bergantung kepada Allah (selalu berdoa) sampai datang ketenangan dalam batinnya.
D. ANALISIS ANTAR KASUS Dibawah ini terdapat beberapa aspek dalam penilaian terhadap sampel penelitian yang diterangkan ke dalam bagan.Dalam kasus ini juga disebutkan nama-nama sampel beserta aspek-aspek dari perilaku bersyukur yang dijelaskan sebagai berikut.. Gambar 4.1 Bagan Aspek Syukur
Sumber: Buku Terapi Sabar dan Syukur karya Imam Al-Ghazali diterjemahkan oleh Abdul Rosyad Shiddiq (Jakarta: KHATULISTIWA, 2013).
78
1. ILMU Tabel. 4.7 Analisis Aspek Syukur (Ilmu) dengan Indikator Subtansi Nikmat Indikator : Subtansi Nikmat (mengetahui bahwa semua nikmat berasal dari Allah) Nama
ANALISIS
Sri Handayani
Terjawab ketika peneliti menanyakan tentang nikmat, terdapat jawaban “Semua yang kita dapat, aku mensyukuri Allah.”
Nur Syamsi
Poin ini terjawab melalui wawancara dengan beliau ketika peneliti menanyakan tentang nikmat dan menurut beliau nikmat itu merasa puas dengan apa yang didapatkan dan disyukuri. Lalu peneliti menanyakan alasan mengapa perlu disyukuri dan beliau mengemukakan bahwa kalau gak bersyukur mau apa lagi, azab Allah kan amat pedih dan Allah akan menambahkan nikmat bagi orang yang bersyukur. Menurut peneliti, beliau mengetahui bahwa nikmat itu apa yang didapat dan berasal dari Allah. Menurut Kakek Kasmadi, nikmat itu banyak sekali bagaimana manusia mengartikannya. Hidup pun menurut beliau termasuk nikmat dari Allah. Berdasarkan kalimat yang terungkap dari beliau, beliau mengerti substansi nikmat. Menurut Kakek Abdullah, nikmat merupakan suatu keuntungan yang dirasakannya. Beliau tidak menjelaskan secara detail namun gambaran tentang substansi nikmat dapat ditelaah melalui pendapat beliau tentang pengajian Kitab Nashaihul Ibad. Menurut beliau, mengikuti pengajian tersebut merupakan keuntungan besar karena ada tambahan ilmu agama dan penjelasan petunjukpetunjuk mencapai kehidupan di surga dimana seorang hamba dapat berjumpa dengan Allah. Jadi, nikmat menurut beliau dapat diartikan sebagai keuntungan yang dapat menuntunnya betemu dengan penciptanya yaitu Allah. Jadi, beliau memiliki poin dalam hal ini. Menurut peneliti, gambaran nikmat menurut Nenek Sa’adah merupakan suatu kemampuan dan kekuatan sebagai bentuk pertolongan yang diberikan Allah dalam menjalani kehidupannya. Walaupun kehidupannya terasa pelik namun beliau berusaha untuk bersabar dan tetap bersyukur dalam merawat suaminya. Menurut peneliti, beliau mengetahui tentang substansi nikmat karena jika beliau tidak mengetahuinya, beliau tak mungkin berani mengambil keputusan untuk menikah dengan saudara iparnya yang sudah mempunyai istri dimana pasangan suami istri tersebut memiliki kondisi ekonomi dan kesehatan yang buruk. Jawaban beliau ketika peneliti memberikan pertanyaan tentang apa itu nikmat dan darimana memperoleh semua nikmat yaitu: “Ya, nikmat itu karena tenang.
Kasmadi
Abdullah bin Karim
Hj. Sa’adah
Ning Sundasih
79
Indikator : Subtansi Nikmat (mengetahui bahwa semua nikmat berasal dari Allah) Tentram, ayem. Ya dari Sing Kuoso.” Jadi, gambaran nikmat menurut peneliti yang ditelaah dari percakapan dengan beliau merupakan suatu ketenangan dalam melakukan sesuatu yang diberikan Allah. Beliau mengetahui tentang substansi nikmat.
Tabel. 4.8 Analisis Aspek Syukur (Ilmu) dengan Indikator Kapasitas Sebagai Nikmat Indikator : Kapasitas sebagai nikmat (semua yang datang, telah ditundukan Allah) Nama
ANALISIS
Sri Handayani
Penelitian ini dapat diwakilkan dari jawaban beliau ketika peneliti menanyakan bagaimana cara Nenek mensyukuri nikmat yaitu “Ya kita dikasih makan, dikasih, sehat, dikasih segala-galanya ya kita syukuri, kita terima dengan tangan terbuka. Apapun yang kita dapat, apapun yang kita hadapi.”
Nur Syamsi
Poin ini terwakilkan dengan jawaban yang telah dipaparkan pada poin sebelumnya. Beliau harus merasa puas dan bersyukur atas apa-apa yang telah didapat karena Allah amat dekat dengan makhluk-Nya, hal itu dapat dirasakan melalui azab atau karunia yang diberikan Allah kepada makhluk atas segala perbuatannya. Saat peneliti bertanya tentang perasaan beliau dalam menjalani kehidupannya, beliau merasa bahwa dirinya merupakan produk gagal. Kalau beliau ada biaya, beliau ingin sekolah tinggi dang a mungkin di panti namun beliau hanya seorang nelayan. Beliau mau menyesal namun semua percuma karena sudah merasa tua. Kalau ditelaah, beliau belum memahami kapasitas sebagai nikmat karena masih terdapat penyesalan atas apa yang Allah berikan pada perjalanan hidupnya. Beliau memiliki permasalahan dengan keluarganya. Keluarga dari istri beliau tidak bisa menyetujui menjual rumah warisan untuk membeli kaki palsu. Keluarga istrinya selalu mencemooh dirinya. Menurut beliau, mertuanya telah memberikan rumah yang menjadi sengketa tersebut kepadanya namun keluarga dari istri beliau tidak percaya. Untuk alasan itulah beliau memtuskan tinggal di panti supaya tidak terjadi keributan dalam rumahtangganya dan beliau tetap mengunjungi keluarga. Saat peneliti bertanya mengenai cara beliau bersyukur. Jawaban beliau adalah sebagai berikut: “Kita bersyukur kita tunjukan seakanakan kita berhadapan dengan Dia, baru kita jelaskan apa yang kita perbuat, kita khilaf. Mudah-mudahan Allah terima kebaikan kita sama orang, bantuan kita
Kasmadi
Abdullah bin Karim
80
Indikator : Kapasitas sebagai nikmat (semua yang datang, telah ditundukan Allah)
Hj. Sa’adah
Ning Sundasih
terhadap orang lain, persoalan kita terhadap orang lain seperti persoalan dengan keluarga yang sering terjadi, kita ga usah ungkit-ungkit, terserah Yang Maha Kuasa, Dia kan Maha Adil. Siapa yang benar Dia benarkan, siapa yang salah, Dia salahkan, Dia kan Maha Adil. Seperti masalah yang Kakek hadapi ini. Alhamdulillah malah ada orang dari Depok berkunjung ke Kakek dan mau membuatkan kaki palsu.” Jadi beliau tidak mempermasalahkan persoalan yang terjadi karena Allah telah mengaturnya. Dalam hal ini, beliau mengetahui kapasitas sebagai nikmat. Beliau berusaha untuk bersabar dalam menghadapi persoalan hidupnya terlebih dalam merawat suami beliau. Terkadang datang terpaan dari orang lain tapi beliau merasa tidak apa-apa. Menurut peneliti beliau mengetahui kapasitas sebagai nikmat yaitu mengetahui bahwa semua yang datang kepada kita telah ditundukan Allah karena beliau begitu teguh dan sabar dalam merawat suaminya. Beliau juga tidak merasa terpaan orang sebagai ancaman. Beliau rajin melaksanakan solat tahajud. Tidak ada orang yang membangunkan beliau namun beliau merasa seperti ada yang membangunkan. Beliau juga bercerita bahwa beliau menaruh uang di lemari kemudian hilang. Beliau berkata bahwa beliau mengetahui siapa yang mengambil namun beliau tidak ingin mempersalahkannya. Baginya segala urusannya langsung dengan Yang Maha Kuasa dan beliau pun tersenyum. Menurut peneliti, beliau mengetahui kapasitas sebagai nikmat karena jika tidak mengetahui bahwa semua yang terjadi padanya telah ditundukan Allah, beliau bisa saja menegur orang yang mengambil uangnya bahkan memintanya kembali karena beliau mengetahui pelakunya.
Tabel.4.9 Analisis Aspek Syukur (Ilmu) dengan Indikator Mengenal Zat dan Sifat Allah Swt. Indikator : Mengenal Zat dan Sifat Allah (selalu senang dengan apa yang didapat) Nama
ANALISIS
Sri Handayani
Nenek Sri tidak senang ketika seorang Nenek yang sedang terganggu jiwanya datang menghampiri Nenek Sri dengan ocehan yang bernada tinggi. Iya, beliau selalu terlihat senang menjalani hidup di panti. Tidak terlihat beban pada raut wajahnya dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Telah dijelaskan pada poin sebelumnya bahwa beliau merasa menyesal dan sedih atas apa yang telah terjadi dalam perjalanan hidupnya. Seseorang yang telah
Nur Syamsi Kasmadi
81
Indikator : Mengenal Zat dan Sifat Allah (selalu senang dengan apa yang didapat)
Abdullah bin Karim
Hj. Sa’adah
Ning Sundasih
mengenal Zat dan Sifat Allah tidak akan bersedih karena dari apa yang terjadi dan apa yang diberikan Allah terdapat makna serta manfaat untuk dirinya. Pada saat peneliti bertanya tentang amalan yang telah dilakukan dari materi yang disampaikan pada pengajian Kitab Nashaihul Ibad, terdapat kata-kata seprti berikut: “Kita ngasih sesuatu kepada orang lain itu kan pahala untuk kita tapi untuk pahala itu kita tidak boleh mengungkit, itu terserah kepada Yang Maha Menentukan, kita tidak boleh mengungkit pemberian kita terhadap orang lain.” Menurut peneliti, beliau berusaha melakukan yang terbaik yang bisa beliau lakukan, untuk balasan itu merupakan urusan Sang Kuasa. Untuk itu pada poin sebelumnya telah dijelsakan bahwa beliau tidak mempermasalahkan persoalan yang terjadi dalam hidupnya karena beliau yakin bahwa Allah Maha Adil. Jadi beliau mempunyai poin ini. Beliau tidak mengatakannya dalam wawancara namun dari perbuatannya, beliau begitu gigih dan sabar dalam merawat suaminya. Tidak tergambar beban maupun raut wajah lelah dalam mengurus suaminya. Beliau memiliki paras yang cantik dan beliau pun pernah bekerja sebagai sekretaris karena beliau merupakan lulusan Akademik Sekretaris. Jika beliau mau, beliau bisa mencari seseorang yang lebih baik untuk menjadi pendamping hidupnya namun beliau memutuskan untuk menikah dengan iparnya karena rasa kasihan yang diberikan Allah kepadanya. Kalau bukan karena Allah beliau tidak akan melakukannya. Jadi dapat dikatakan bahwa Nenek Sa’adah mendapatkan poin dalam hal ini. Pada saat peneliti bertanya tentang nikmat apa saja yang telah didapat dan alasannya, beliau menjawab sebagai berikut: “Kalau saya sih macam-macam, ga satu saja. Kalau dulu ditemani Bapak Ibu, sekarang sendirian juga nikmat.Ya nikmat, dulu dapat kasih sayang dari Bapak Ibu, sekarang dapat kesibukan (menunjukan daftar nama-nama orang yang minta didoakan oleh nenek dan tersenyum).” Pada poin sebelumnya juga telah dijelaskan masalah yang pernah menimpanya namun beliau menjawab dengan tenang yaitu : “Urusannya langsung sama Yang Maha Kuasa.” Jadi, beliau dapat menikmati segala keadaan dengan hati yang tenang dan senang karena beliau mengenal Allah dan menyandarkan segalanya kepada Allah.
82
2. HAL (KEADAAN) Tabel. 4.10 Analisis Aspek Syukur (Hal) dengan Indikator Tunduk (Taat Kepada Allah) Indikator : Tunduk (Taat Kepada Allah) Nama
ANALISIS
Sri Handayani
Nenek Sri rajin dalam beribadah dan mengikuti pengajian. Beliau taat kepada Allah dalam beribadah. Beliau rajin beribadah seperti selalu mengikuti sholat berjamaah tepat waktu bahkan selalu datang lebih awal dan pulang lebih akhir dari jama’ah lainnya dan mengisinya dengan berdzikir. Peneliti melihat sosok Kakek Kasmadi begitu rajin dan konsisten dalam beribadah khususnya solat lima waktu di Masjid secara berjama’ah. Pernyataan ini juga didukung dengan informasi yang diberikan oleh pendamping lansia yaitu Bapak Akhyar. Saat peneliti bertanya tentang perilaku bersyukur yang sering ditunjukan oleh para lansia pengajian Kitab Nashaihul Ibad, Pak Akhyar menjawab: “Terutama shalatnya konsisten dari subuh sampai isya ditambah lagi dengan dzikir. Seperti yang pernah dijelaskan Pak Jufri tentang lafadz Laa ilaha illallah, yang mengikuti Kek Syamsi dan Kek Kasmadi.” Beliau begitu serius dalam mencari ilmu agama khususnya mengikuti pengajian Kitab Nashaihul Ibad ini seperti pernyataan beliau berikut ini: ““Bagus sekali, luar biasa. Bisa menerangkan dari ga ngerti jadi ngerti. Maaf ya, kalau yang lain banyak bercanda jadi saya kurang suka. Kalau Pak Jufri begini (sambil mengacungkan jempol).” Beliau dapat dikatakan tunduk kepada Allah karena beliau berusaha konsisten dalam beribadah dan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Walaupun beliau memiliki fisik yang tidak sempurna namun beliau selalu mengikuti solat lima waktu berjama’ah di Masjid. Beliau juga selalu menghadiri pengajian. Ketaatan beliau juga sudah dilakukan saat beliau masih bekerja di kapal. Berikut pernyataan beliau: “Setiap hari kan sembahyang belajar sendiri. Tapi Kakek kerja di kapal-kapal asing pun sembahyang. Kalau waktu sembahyang tiba, kapten datang ngambil alih kerjaan Kakek, Kakek sembahyang. Kalau hari Jum’at merapat ke pelabuhan mencari masjid terdekat. Sembahyang lima waktu, kalau dalam perjalanan kita ketinggalan suatu waktu kita harus ganti. Kita kalau sudah mengerti betul tentang agama takut untuk meninggalkan apa yang harus kita lakukan dalam agama itu.” Nenek Sa’adah memang jarang terlihat solat berjama’ah di Masjid. Pada saat peneliti menanyakan pengaruh dari materi pengajian Kitab Nashaihul Ibad bagi
Nur Syamsi
Kasmadi
Abdullah bin Karim
Hj. Sa’adah
83
Indikator : Tunduk (Taat Kepada Allah)
Ning Sundasih
kehidupannya, beliau menjawab: “Ya pengaruhnya itu seperti yang Pak Jufri bilang kalau sholat dzuhur 4 rakaa’at, 2 raka’at sebelum dan 2 raka’at sesudah, pahalanya itu seperti kita sholat tahajud, tapi kalau isya, 2 raka’at sebelum dan 2 raka’at sesudah, pahalanya seperti sholat lailatul qadar, jadi saya lakukan itu walaupun saya sudah tidak bisa duduk berdiri-duduk berdiri, saya lakukan itu. Saya itu kenapa saya ga sering sholat di sana juga (menunjuk ke mushola), saya sudah ga kuat duduk berdiri-duduk berdiri, sholat duduk malu, makanya saya sholat saja di sana (menunjuk ke kamar Kakek).” Bagaimanapun kondisi beliau, beliau tetap berusaha menjalankan kewajiban solat lima waktu sesuai dengan kemampuannya dan beliau juga tetap merawat suaminya sebagai kewajiban seorang istri. Dengan demikian, beliau dapat dikatakan tunduk (taat kepada Allah). Beliau suka solat berjama’ah di Masjid. Walaupun beliau sudah tidak kuat untuk berdiri, tidak ada alas an bagi beliau meninggalkan solat lima waktu. Selain itu, beliau pun senang melaksanakan solat tahajud, karena jiwanya merasa nyaman melaksanakan tahajud seakan ada yang membangunkan dirinya walaupun sebenarnya tidak ada yang membangunkan.
Tabel. 4.11 Analisis Aspek Syukur (Hal) dengan Indikator Tawadhu (rendah hati/tidak takabur) Indikator : Tawadhu (rendah hati/tidak takabur) Nama
ANALISIS
Sri Handayani
Beliau tidak menempati point ini karena ketika sedang dilakukannya wawancara, beliau menjelekan Nenek yang berada didepannya. Seseorang yang tawadhu tidak akan berani menjelekan orang lain karena dirinya merasa jauh dari kesempurnaan Beliau merasa bahwa dirinya orang awam maka dari itu beliau merasa perlu menambah ilmu dari kegiatan-kegiatan di panti seperti pengajian Kitab Nashaihul Ibad. Beliau juga merasa dirinya bukan orang berpendidikan namun akhlaknya terlihat santun, beliau mohon maaf kepada peneliti jika tidak memahami bahasa yang diungkapkannya dalam wawancara namun peneliti merasa bahwa beliau seperti orang berpendidikan.
Nur Syamsi
84
Indikator : Tawadhu (rendah hati/tidak takabur) Kasmadi
Abdullah bin Karim
Hj. Sa’adah
Ning Sundasih
Saat peneliti bertanya kepada Kakek Kasmadi tentang perasaannya ketika mengikuti pengajian Kitab Nashaihul Ibad maka jawaban beliau adalah “Terang hatinya, namanya orang awam Mba. Dulu waktu kecil kan saya gak ngaji, gak sholat.” Peserta pengajian Kitab Nashaihul Ibad diberikan kitab secara geratis tetapi tidak setiap saat lansia membawanya ketika mengaji namun ini berbeda dengan Kakek Kasmadi, beliau selalu membawa kitabnya dan ketika peneliti bertanya kepada beliau mengapa beliau selalu membawa kitab, beliau menjawab sebagai berikut: “Maaf Mba ya, kalau yang lain mah mungkin sudah di luar kepala tapi saya mah belum.” Beliau merasa dirinya masih kurang namun tidak merendahkan orang lain. Peneliti merasa bahwa beliau memiliki poin tawadhu. Untuk dapat mengetahui apakah point tawadhu terdapat pada Kakek Abdullah, peneliti bertanya mengenai cara beliau bersyukur selama ini kepada Allah dan jawaban beliau sebagai berikut: ““Kita bersyukur kita tunjukan seakan-akan kita berhadapan dengan Dia, baru kita jelaskan apa yang kita perbuat, kita khilaf. Mudah-mudahan Allah terima kebaikan kita sama orang, bantuan kita terhadap orang lain, persoalan kita terhadap orang lain seperti persoalan dengan keluarga yang sering terjadi, kita ga usah ungkit-ungkit, terserah Yang Maha Kuasa, Dia kan Maha Adil.” Pada perkataannya mengandung makna bahwa dirinya adalah seorang hamba, makhluk ciptaan yang jauh dari kesempurnaan karena beliau tahu bahwa yang sempurna hanyalah Allah, hal ini ditunjukan melalui kata “kita jelaskan apa yang kita perbuat, kita khilaf. Mudah-mudahan Allah terima kebaikan kita sama orang, …” Kalimat tersebut juga merupakan kalimat penghambaan dimana beliau berharap Allah menerima amalannya. Jadi dapat dikatakan bahwa Kakek Abdullah memiliki poin tawadhu karena beliau menyadari posisinya sebagai hamba Allah. Beliau merupakan lulusan Akademik Sekretaris dan beliau berparas cantik. Beliau juga mempunyai uang pensiun dari mendiang suaminya. Atas dasar rasa kemanusiaan dan rasa kasih sayang yang timbul karena melihat kondisi ipar dan istrinya, beliau rela meninggalkan kemewahan yang ada pada dirinya demi merawat ipar yang kini telah menjadi suaminya. Menurut peneliti, beliau memiliki poin tawadhu. Beliau lebih mengutamakan kemanusiaan dibandingkan dengan kemewahan yang ada pada dirinya. Saat penelitti bertanya tentang cara Nenek Ning bersyukur kepada Allah, beliau menjawab: “Berdoa sama Yang Kuasa.” Seseorang yang masih berdoa kepada penciptanya, dia menyadari bahwa dirinya tak mampu berdiri sendiri, itu menandakan bahwa dirinya bergantung kepada Allah. Seseorang yang sadar bahwa dirinya bergantung dan akan selalu bergantung dengan selalu memanjatkan doa maka seseorang tersebut dapat dinyatakan tawadhu, dia sadar bahwa dia lemah tanpa pertolongan Allah. 85
3. AMAL Tabel. 4.12 Analisis Aspek Syukur (Amal) dengan Indikator Hati Bagian A Indikator : Hati (a. merasakan pemberian yang didapat sangat berharga sehingga meningkatkan motivasi untuk menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah) Nama
ANALISIS
Sri Handayani
Iya, beliau menghargai pemberian orang lain seperti obat-obatan, kitab dan lainnya, beliau giat mengaji dan beribadah. Iya, beliau selalu berusaha untuk bersyukur atas apa yang didapat dan selalu berusaha memperbaiki diri khususnya kepada Allah. Hal ini peneliti ketahui dari Pak Ustadz Jufri, menurut Pak Ustadz Jufri setelah beliau berbincang dengan Kakek Syamsi mengenai dzikir, Kakek Syamsi terlihat lebih giat dalam berdzikir dan ini teramati ketika Kakek Syamsi datang lebih awal sebelum adzan berkumandang dan beliau sholat sunah dan duduk memegang tasbih digital. Hal ini juga diperjelas oleh pernyataan pendamping lansia yaitu Bapak Akhyar sebagaimana berikut: “Terutama shalatnya konsisten dari subuh sampai isya ditambah lagi dengan dzikir. Seperti yang pernah dijelaskan Pak Jufri tentang lafadz Laa ilaha illallah, yang mengikuti Kek Syamsi dan Kek Kasmadi.” Setiap lansia yang mengikuti pengajian Kitab Nashaihul Ibad mendaparkan kitab secara gratis. Kakek Kasmadi begitu rajin dalam beribadah, beliau juga sangat rajin dalam mengikuti pengajian khususnya pengajian Kitab Nashaihul Ibad. Dari sekian peserta pengajian, beliau yang selalu terlihat membawa kitab. Setelah mendapatkan materi dari pengajian, beliau berusaha untuk meningkatkan ibadahnya yaitu konsisten melaksanakan solat berjama’ah dari subuh sampai isya dan mengamalkan dzikir Laa ilaha illallah sebagaimana peneliti ketahui informasi ini dari pendamping lansia yaitu Bapak Akhyar. Beliau juga berharap bahwa dengan beliau mengikuti pengajian Kitab Nashaihul Ibad beliau dapat mengetahui amalan yang bisa menjadi bekal di akhirat serta penghapus dosa-dosa beliau dan harapan meninggal secara husnul khotimah dapat terwujud. Perilaku bersyukur Kakek Abdullah pada poin ini terjawab melalui wawancara ketika peneliti menanyakan tentang amalan yang Kakek lakukan dari penyampaian materi Kitab Nashaihul Ibad, beliau menjawab: “Tidak ada yang kita buktikan. Kita menyimpan dalam ingatan, pikiran tentang penjelasan, tentang petunjuk-petunjuk ustadz itu. Sembahyang lima waktu, kalau dalam perjalanan kita ketinggalan suatu waktu kita harus ganti. Kita kalau sudah
Nur Syamsi
Kasmadi
Abdullah bin Karim
86
Indikator : Hati (a. merasakan pemberian yang didapat sangat berharga sehingga meningkatkan motivasi untuk menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah)
Hj. Sa’adah
Ning Sundasih
mengerti betul tentang agama takut untuk meninggalkan apa yang harus kita lakukan dalam agama itu. Ya seperti dalam penjelasan tentang pergaulan kita, tentang hal-hal yang harus kita ambil, yang tidak baik untuk kita, kita harus buang, kalau ketemu kawan-kawan kita ada rizki kita berikan. Misalnya kita ngasih sesuatu kepada orang lain itu kan pahala untuk kita tapi untuk pahala itu kita tidak boleh mengungkit, itu terserah kepada Yang Maha Menentukan, kita tidak boleh mengungkit pemberian kita terhadap orang lain.” Nenek Sa’adah memiliki kenikmatan harta yang bisa dibilang lebih. Kakak beliau juga serupa bahkan Nenek Sa’adah ditawari untuk menempati salah satu rumahnya. Namun karena Allah mempertemukan beliau dengan iparnya yang membutuhkan bantuan, Nenek Sa’adah rela menjual rumahnya dan tinggal di panti bersama iparnya yang kini menjadi suami. Walaupun beliau merasa menyesal dan tidak kuat dalam merawat suaminya namun beliau beristigfar. Beliau tidak ingin Kakek meninggal. Perasaan kasihan yang kuat kini menjadi motivasi beliau untuk tetap merawat Kakek. Secara hati, beliau dapat dikatakan bersyukur karena beliau lebih memilih membantu iparnya daripada kemewahan yang harus didapatkan dengan tidak memperdulikan nilai kemanusiaan yaitu menelantarkan ipar yang membutuhkan bantuan. Bagi Nenek Ning, nikmat yang didapatkan tidak hanya satu macam, misalnya kehidupan dahulu ditemani Bapak Ibu serta diberikan kasih sayang, kini kehidupan di panti terasa nikmat karena beliau merasa diberikan kepercayaan oleh Allah untuk membantu mendoakan orang-orang, hal itu diketahui dari catatan yang berisi daftar orang-orang yang minta didoakan. Dengan berdoa dan banyaknya orang yang minta didoakan secara otomatis akan semakin mengingatkan dan mendekatkan dirinya kepada Allah. Peneliti dapat medeskripsikan bahwa Nenek Ning bersyukur pada poin ini karena jawaban beliau dalam menjelaskan nikmat yang telah didapatkannya serta tersenyum bahagia ketika menunjukan daftar orang-orang yang meminta bantuan doanya.
87
Tabel. 4.13 Analisis Aspek Syukur (Amal) dengan Indikator Hati bagian B Indikator : Hati {b. Selalu ingat kepada pemberi nikmat sehingga merasa dekat dengan Allah (terlihat tenang)} Nama
ANALISIS
Sri Handayani
Nenek Sri terlihat tenang saat beliau sedang membaca buku terlebih jika sedang membaca al-qur’an. Kakek Syamsi senantiasa terlihat tenang. Dari jawaban beliau bahwa kita harus senantiasa bersyukur karena hanya ada dua pilihan yaitu nikmat akan ditambahkan jika kita senantiasa bersyukur dimana rasa syukur itu akan menambah kedekatan seorang hamba dengan pencipta-Nya atau azab Allah yang akan datang menimpanya jika dirinya tidak bersyukur atas apa yang telah Allah berikan kepadanya. Dari deskripsi jawaban beliau dapat dikatakan bahwa beliau senantiasa mengingat Allah karena beliau harus senantiasa bersyukur atas apa yang telah Allah berikan dan Allah tetapkan pada dirinya. Jika seseorang pandai bersyukur maka jiwanya akan merasa tenang dan akan terpancar pada fisiknya. Berdasarkan jawaban beliau mengenai cara bersyukur, beliau menjawab: “Ya dengan kita bertaqwa kepada-Nya.” Berdasarkan observasi yang dilakukan dan dari informasi yang peneliti dapatkan dari pendamping lansia yaitu Pak Akhyar, Kakek Kasmadi menunjukan perilaku yang baik dan tergolong konsisten dalam ibadah solat wajib berjama’ah. Jadi perkataan beliau sesuai dengan perbuatan yang teramati. Seseorang yang bertaqwa kepada Sang Pencipta, ia akan selalu berusaha mendekatkan diri kepada Allah. Dapat dikatakan bahwa Kakek Kasmadi memiliki poin ini. Berdasarkan permasalahan yang terjadi pada dirinya serta pengalaman dan ucapan, Kakek Abdullah selalu berusaha mengamalkan apa yang beliau dapatkan terutama solat. Walaupun beliau diberikan musibah yang menyebabkan kakinya harus diamputasi, beliau tidak pernah berputus asa. Beliau juga tidak menyimpan dendam kepada keluarganya. Beliau yakin bahwa Allah Maha Adil. Ketenangan juga selalu terpancar dari wajahnya. Dari ilmu yang beliau dapatkan dan beliau berikan bahwa kita beramal dengan sebaik mungkin tanpa mengungkit amalan kita dan tanpa melihat berpahala atau tidaknya amalan tersebut karena menurut beliau itu merupakan hak prerogative Allah. Berdasarkan hal tersebut, beliau dapat dikatakan bersyukur pada poin ini. Apabila masalah melanda dirinya serta dirinya sedang merasa terbebani dalam merawat Kakek, beliau senantiasa beristigfar. Berdasarkan pernyataan beliau dalam wawancara, beliau tidak dapat solat berdiri dan solat berjamaah di Masjid
Nur Syamsi
Kasmadi
Abdullah bin Karim
Hj. Sa’adah
88
Indikator : Hati {b. Selalu ingat kepada pemberi nikmat sehingga merasa dekat dengan Allah (terlihat tenang)}
Ning Sundasih
namun beliau senantiasa melaksanakan solat wajib di Kamar Kakek sekalian merawat Kakek. Sebelum wawancara dilakukan dan Nenek Sa’adah menceritakan permasalahan hidupnya, beliau tidak terlihat seperti ada masalah. Pembawaan beliau begitu tenang. Cara bersyukur yang dilakukan menurut Nenek Ning adalah berdoa kepada Yang Kuasa. Beliau selalu merasakan bahwa setiap keadaan merupakan nikmat, hal ini berdasarkan pernyataan beliau bahwa nikmat yang beliau dapatkan bermacammacam, kehidupan dahulu diberikan kesempatan merasakan kasih sayang orang tua bahkan masa tua dipanti pun beliau anggap nikmat karena mendapatkan ilmu serta kepercayaan dari orang-orang untuk mendoakan mereka. Jika peneliti perhatikan ekspresi wajah beliau dalam menjalankan aktifitasnya, tidak peneliti temukan raut wajah gelisah, beliau senantiasa tenang dalam setiap keadaan.
Tabel. 4.14 Analisis Aspek Syukur (Amal) dengan Indikator Lisan Bagian A Indikator : Lisan {a. Menyampaikan terimakasih (pujian)} Nama
ANALISIS
Sri Handayani
Mengucapkan terimakasih kepada mahasiswa yang sedang praktikum ketika membawakannya makan siang. Poin ini terjawab ketika sedang dilakukan wawancara, beliau mengucapkan hamdalah dan terimakasih kepada seseorang yang memberikan bingkisan dari suatu kegiatan kunjungan dimana beliau tidak dapat mengikuti kegiatan tersebut dikarenakan mendapatkan bangku. Selama penelitian, peneliti tidak mendengar ucapan pujian kepada Allah. Namun beliau memuji Pak Jufri dengan ucapan maupun acungan jempol karena Pak Jufri dianggap mampu menerangkan dan khusyu dalam menyampaikan materi sehingga Kakek Kasmadi menjadi mengerti mengenai materi yang disampaikan dalam pengajian Kitab Nashaihul Ibad. Terdengar ucapan Alhamdulillah ketika beliau bercerita bahwa ada orang yang mengunjungi beliau dan mau membuatkan kaki palsu. Peneliti tidak mendengar ucapan pujian kepada Allah, yang terdengar beberapa
Nur Syamsi
Kasmadi
Abdullah bin Karim Hj. Sa’adah
89
Indikator : Lisan {a. Menyampaikan terimakasih (pujian)}
Ning Sundasih
kali oleh peneliti adalah ucapan istigfar serta ucapan terimakasih saat wawancara berakhir. Cara berterimakasih dari perilaku bersyukur yang beliau lakukan adalah berdoa.
Tabel. 4.15 Analisis Aspek Syukur (Amal) dengan Indikator Lisan Bagian B Indikator : Lisan (b. Mendoakan orang yang telah berbuat baik) Nama
ANALISIS
Sri Handayani
Mendoakan orang yang memberikannya perhatian. Contohnya ketika ada mahasiswa yang mengajaknya berbicara, beliau mendoakan kesuksesan untuk orang tersebut. Beliau berharap semoga petugas yang bekerja dipanti diberikan petunjuk oleh Allah agar tetap berada dijalan-Nya sebagai wujud rasa terimakasih beliau telah diberikan perhatian di panti. Tidak terdapat pernyataan beliau yang mendoakan orang. Tidak terdapat pernyataan beliau yang mendoakan orang yang telah berbuat baik melainkan hanya terdapat doa amalan beliau kepada orang lain semoga diterima Allah. Tidak terdapat pernyataan beliau yang mendoakan orang lain, tetapi peneliti melihat bahwa beliau membantu mendoakan temannya melalui media air. Peneliti menyaksikannya ketika hendak menemui beliau di Kamar Bougenvil. Tidak hanya orang yang telah berbuat baik namun Nenek Ning senang mendoakan orang-orang yang minta didoakan.
Nur Syamsi
Kasmadi Abdullah bin Karim Hj. Sa’adah
Ning Sundasih
Tabel. 4.16 Analisis Aspek Syukur (Amal) dengan Indikator Lisan Bagian C Indikator : Lisan (c. Menceritakan nikmat yang diperoleh kepada orang lain) Nama
ANALISIS
Sri Handayani
Beliau mau menceritakan beberapa nikmat yang pernah diterimanya kepada peneliti. Menurut Nenek Sri nikmat yang telah beliau peroleh beraneka ragam 90
Indikator : Lisan (c. Menceritakan nikmat yang diperoleh kepada orang lain)
Nur Syamsi
Kasmadi
Abdullah bin Karim
Hj. Sa’adah
Ning Sundasih
seperti dibina di panti, diberikan ilmu berupa keterampilan maupun pengajian yang diadakan di panti. Beliau berkenan menceritakan pengalaman beliau kepada peneliti. Menurut beliau nikmat itu merasa puas dengan apa yang beliau dapatkan dan disyukuri. Beliau bercerita mengenai perjalanan hidupnya kalau beliau pernah bekerja sebagai Cady di sebuah lapangan golf. Dari pekerjaannya tersebut, beliau mempunyai pengalaman mendampingi orang asal Kanada untuk bermain golf dan orang Kanada tersebut membuat pernyataan bahwa orang Indonesia itu “pencuri, pemalas, pembohong.” Kakek Syamsi tidak marah tetapi kata-kata tersebut menjadi cambukan untuk dirinya bahwa orang Indonesia tidak seperti itu. Hal itu beliau buktikan dalam kehidupannya seperti menyampaikan bingkisan untuk kakek teman sekamarnya walaupun sebelumnya temannya tidak melihat. Hal ini membuktikan bahwa dirinya bukan seorang pencuri dan pembohong. Selain itu, beliau juga bersedia menyiapkan seragam untuk para petugas panti dan beliau selalu datang lebih awal untuk berdzikir dan solat berjamaah. Aktivitas tersebut juga membuktikan bahwa dirinya bukan seorang pemalas. Tidak menceritakan nikmat yang diperoleh secara lengkap. Saat peneliti bertanya tentang nikmat, beliau hanya menjawab: “Nikmat itu banyak sekali Mba ya kita hidup ini saja sudah nikmat dari Allah. Ya tinggal kitanya saja.” Saat peneliti bertanya tentang nikmat apa saja yang telah didapatkan, beliau menjawab: “Gimana ya, untuk jawaban seperti itu saya kurang ya Mba.” Tetapi peneliti menganggap beliau menempati poin ini karena beliau bersedia diwawancara dan menjawab beberapa pertanyaan yang peneliti ajukan. Kakek Abdullah mau bercerita tentang persoalan hidup beserta nikmat yang beliau peroleh kepada peneliti. Saat peneliti bertanya tentang nikmat, menurut Kakek Abdullah nikmat itu segala-galanya, sesuatu yang bagus dan indah yang dapat dinikmati dan merupakan keuntungan baginya. Beliau juga bercerita tentang kisah keluarganya serta perjalanan hidup yang telah dilaluinya serta bercerita pula bahwa ada seseorang dari Depok yang datang berkunjung dan bersedia membuatkan kaki palsu untuknya. Nenek Sa’adah tidak sungkan dalam menyampaikan nikmat serta perjalanan hidup yang telah dilaluinya kepada peneliti. Nikmat yang didapat dan diceritakan oleh beliau kepada peneliti yaitu berupa nikmat ibadah, berbuat baik serta menjaga kesucian hati serta nikmat jasmani yang masih bisa beliau rasakan sehingga dapat merawat Kakek. Nenek Ning bersedia berbincang dengan peneliti dan menceritakan pengalaman hidup serta nikmat yang didapat. Menurut beliau, nikmat yang didapat macammacam, dahulu ditemani serta mendapat kasih sayang Bapak&Ibu, kehidupan di
91
Indikator : Lisan (c. Menceritakan nikmat yang diperoleh kepada orang lain) panti kini pun beliau anggap karena banyak orang yang minta didoakan oleh Nenek Ning dengan menuliskan nama serta nama orang tua mereka pada catatan Nenek Ning.
Tabel. 4.17 Analisis Aspek Syukur (Amal) dengan Indikator Perbuatan Bagian A Indikator : Perbuatan (a. Menguasai hawa nafsu) Nama
ANALISIS
Sri Handayani
Beliau kurang mengontrol emosinya ketika seorang nenek datang memarahinya. Nenek Sri ikut terbawa marah. Beliau mau pergi ke Masjid terlebih dahulu menyempatkan diri untuk berdzikir, membantu mengantarkan pakaian dapat dikategorikan ke dalam poin ini karena beliau mampu menahan diri dari hawa nafsu bermalas-malasan. Beliau hidup dalam penyesalan namun beliau tidak larut dalam kemurungan. Kakek Kasmadi berusaha menguasai hawa nafsu beliau dengan memanfaatkan waktu yang masih Allah berikan untuk beribadah dan menuntut ilmu di panti. Kalau dikatakan menguasai hawa nafsu dalam menghadapi keluarga, beliau lebih kepada menghindarkan diri dari masalah yang terjadi karena beliau lebih memilih tinggal di panti untuk menghindari konflik yang lebih besar dengan keluarganya. Namun beliau juga dapat dikatakan menguasai hawa nafsu malas yang terdapat pada setiap manusia dengan tidak meratapi nasib serta berusaha melakukan ibadah serta hal bermanfaat lainnya yang masih dapat dilakukan tubuh seperti mengikuti solat berjamaah dan pengajian Kitab Nashaihul Ibad. Nenek Sa’adah sempat merasa lelah dan jenuh dalam merawat Kakek dan terbersit keinginan untuk meninggalkan Kakek namun beliau senantiasa mengingat Allah dengan beristigfar kepada-Nya sehingga terurungkanlah keinginan beliau tersebut. Nenek Ning pernah bercerita bahwa dahulu Nenek Ning suka solat berjamaah di Masjid namun karena ada beberapa nenek yang tidak menyukainya karena dianggap mengganggu saf dalam solat (Nenek Ning tidak dapat solat berdiri melainkan duduk), Nenek Ning memilih untuk soalt di kamarnya tetapi pada waktu tertentu seperti ketika waktu solat datang sebelum maupun setelah pengajian, Nenek Ning ikut solat berjamaah walaupun beliau harus solat di bangku yang disediakan di Masjid.
Nur Syamsi
Kasmadi
Abdullah bin Karim
Hj. Sa’adah
Ning Sundasih
92
Tabel. 4.18 Analisis Aspek Syukur (Amal) dengan Indikator Perbuatan Bagian B Indikator : Perbuatan (b. Menguasai lisan) Nama
ANALISIS
Sri Handayani
Ketika berlangsungnya wawancara terdengar ucapan Nenek Sri yang membicarakan kejelekan orang lain, yaitu Nenek yang tidur di depannya. Selama wawancara, peneliti tidak mendengar kata-kata yang tidak pantas tetapi yang senantiasa beliau ucapkan adalah permohanan maaf karena takut salah dalam bertutur kata. Selama observasi, jarang sekali peneliti menemukan Kakek Kasmadi menjalin komunikasi. Beliau terlihat pendiam. Selama terjadinya wawancara, tidak terdengar ucapan yang tidak pantas maupun perbuatan menjelekan orang lain. Walaupun Beliau mempunyai masalah dengan keluarga beliau, Kakek Abdullah tidak sedikitpun menjelekan keluarganya. Beliau lebih berserah diri kepada Allah karena beliau meyakini bahwa Allah Maha Adil. Terdengar keluh kesah beliau dalam merawat suaminya namun beberapa kali pula beliau mengucapkan istigfar. Beliau terlihat sangat berhati-hati dalam berbicara. Beliau berkata ketika ada yang bertanya. Dalam wawancara, tidak ditemukan kata-kata beliau yang mencela orang lain.
Nur Syamsi
Kasmadi
Abdullah bin Karim Hj. Sa’adah Ning Sundasih
Tabel. 4.19 Analisis Aspek Syukur (Amal) dengan Indikator Perbuatan Bagian C Indikator : Perbuatan (c. Menguasai kemarahan) Nama
ANALISIS
Sri Handayani
Beliau belum dapat menguasai amarahnya ketika beliau dimarahi. Hal ini peneliti temukan ketika peneliti sedang melakukan wawancara terhadap Nenek Ning yang memang satu kamar dengan Nenek Sri. Beliau marah ketika Nenek lainnya datang memarahinya. Selama penelitian dilakukan, belum ditemukan kondisi Kakek Syamsi dalam keadaan marah. Tidak ditemukan kondisi Kakek Kasmadi dalam keadaanmarah. Beliau menguasai emosinya dengan cara menghindari permasalahan yang terjadi dengan keluarganya dengan memilih tinggal di panti. Beliau tidak ingin terjadi pertengkaran hebat. Dalam menceritakan masalah keluarganya, tidak terdengar
Nur Syamsi Kasmadi Abdullah bin Karim
93
Indikator : Perbuatan (c. Menguasai kemarahan) Hj. Sa’adah
Ning Sundasih
nada marah pada suara beliau. Beliau berusaha menguasai amarahnya dengan senantiasa beristigfar dan berkonsultasi dengan orang yang paham dengan persoalan agama seperti Ustadz Jufri. Selain itu beliau juga berusaha mengingat nikmat yang telah Allah berikan kepadanya. Tidak ditemukan kondisi Nenek Ning dalam keadaan marah.
Tabel. 4.20Analisis Aspek Syukur (Amal) dengan Indikator Perbuatan Bagian D Indikator : Perbuatan (d. Berbagi kenikmatan) Nama
ANALISIS
Sri Handayani Nur Syamsi
Beliau menawarkan makan siang bareng kepada peneliti. Ketiaka wawancara sedang berlangsung, beliau menerima bingkisan makanan dari panitia acara kunjungan pihak luar dan beliau mengajak peneliti untuk menikmati bersama makanan tersebut. Ketika akan melakukan wawancara, Kakek Kasmadi menyambut dengan baik, beliau juga mempersilahkan peneliti untuk duduk di tempat yang lebih bersih. Beliau mau melakukan wawancara serta menceritakan pengalaman dapat dikatakan berbagi kenikmatan. Jika diamati dari perkataan beliau tentang materi yang disampaikan dalam pengajian Kitab Nashaihul Ibad serta amalan yang dilakukan, terdapat perkataan beliau bahwa ketika ada rizki dan beliau bertemu kawan-kawan, beliau memberikannya. Beliau mengatakan sebagai berikut : “Kalau ketemu kawankawan kita ada rizki kita berikan. Kita ngasih sesuatu kepada orang lain itu kan pahala untuk kita tapi untuk pahala itu kita tidak boleh mengungkit, itu terserah kepada Yang Maha Menentukan, kita tidak boleh mengungkit pemberian kita terhadap orang lain.” Dari kata-kata Beliau mengandung makna bahwa beliau mau berbagi kenikmatan seperti mengamalkan rizki yang beliau peroleh dan penggunaan kata ”kita” dalam kalimatnya mengandung makna juga kalau beliau sedang mengajarkan ilmu (berbagi nikmat ilmu) kepada peneliti. Saat peneliti berkunjung ke Kamar Bougenvil tempat Nenenk Sa’adah berada, peneliti melihat beliau sedang membaca air kemudian meniupkannya ke air, beliau memberikan air tersebut kepada seorang Nenek yang berada dihadapannya dan Nenek tersebut mengucapkan terimakasih. Dari perilaku yang beliau tampakan, dapat dikatakan bahwa beliau mau berbagi kenikmatan berupa terapi do’a yang bermanfaat untuk kesehatan.
Kasmadi
Abdullah bin Karim
Hj. Sa’adah
94
Indikator : Perbuatan (d. Berbagi kenikmatan) Ning Sundasih
Nenek Ning juga mempunyai kebiasaan seperti Nenek Sa’adah yaitu mendoakan orang yang membutuhkan. Bedanya kalau Nenek Sa’adah diterapkan pada media air namun Nenek Ning berdoa di waktu setelah solat tahajudnya. Perbuatan beliau dapat dikatakan sebagai perbuatan berbagi kenikmatan.
Tabel. 4.21 Analisis Aspek Syukur (Amal) dengan Indikator Perbuatan Bagian E Indikator : Perbuatan (e. Mengamalkan ilmunya) Nama
ANALISIS
Sri Handayani
Beliau mengamalkan ilmu yang telah didapatnya, contohnya ketika sebelumnya Pak Ustadz mengajak para jama’ah untuk terus meningkatkan ibadah dan mengisi waktu senggang dengan hal yang bermanfaat, dihari berikutnya beliau mengisi waktunya dengan membaca, baik itu buku maupun al-Qur’an. Pada masa dimana belum dilakukan penelitian, Ustadz Jufri pernah menyampaikan tentang amalan dzikir Laa ilaha illallah, Kakek Syamsi mengamalkannya sampai sekarang sebagaimana informasi ini peneliti dapatkan dari Ustadz Jufri dan keterangan dari pendamping lansia yaitu Bapak Akhyar, hingga. Hal ini dapat dikatakan bawaha Kakek Syamsi mengamalkan ilmunya. Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh Bapak Ahyar, Kakek Kasmadi juga termasuk yang mengamalkan dzikir Laa ilaha illallah. Menurut Kakek Abdullah, jika kita kalau sudah mengerti betul tentang agama takut untuk meninggalkan apa yang harus kita lakukan dalam agama itu. Perkataan tersebut dapat dijadikan landasan mengapa beliau lebih memilih solat wajib berjamaah di Masjid setiap waktu. Islam mengajarkan bahwa pria lebih utama solat berjama’ah di Masjid namun Islam juga tidak memberatkan pemeluknya dalam menjalankan ibadah, jika seseorang tidak kuasa maka orang tersebut dapat beribadah sesuai dengan kemampuannya. Walaupun Kakek Abdullah telah diamputasi sebelah kakinya (bisa dapat kemudahan dalam beribadah) namun Kakek Abdullah lebih memilih solat berjama’ah. Berdasarkan penuturan dari Nenek Sa’adah bahwa Ustadz Jufri pernah menyampaikan kalau solat sunah rowatib itu pahalanya seperti solat lailatul qodar maka Nenek Sa’adah selalu melakukannya. Perbuatan ini dapat dikatakan
Nur Syamsi
Kasmadi Abdullah bin Karim
Hj. Sa’adah
95
Indikator : Perbuatan (e. Mengamalkan ilmunya) Ning Sundasih
perbuatan dalam mengamalkan ilmu. Nenek Ning senang merajut. Di kala senggang, Nenek Ning melakukan apa yang telah pihak panti ajarkan. Perbuatan ini dapat dikatakan perbuatan dalam mengamalkan ilmu.
Tabel. 4.22 Analisis Aspek Syukur (Amal) dengan Indikator Perbuatan Bagian F Indikator : Perbuatan (f. Mengisi waktu luang dengan ibadah) Nama
ANALISIS
Sri Handayani
Iya, beliau terus menambah wawasannya khususnya mengenai bekal akhirat seperti membaca al-Qur’an, mengikuti pengajian. Kakek Syamsi dapat dikatakan orang yang aktif. Hari-hari beliau senantiasa dipenuhi aktifitas. Apabila dalam suatu acara tidak mendapatkan tempat duduk, beliau membantu pekerjaan yang dilakukan petugas panti seperti mengantarkan pakaian, membersihkan panti serta kegiatan lainnya. Sebelum adzan berkumandang, beliau hadir lebih dahulu di Masjid panti. Sembari menunggu adzan, beliau mengisi waktu dengan berdzikir bersama tasbih digitalnya. Kakek Kasmadi lebih cenderung mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan di panti. Kakek Abdullah mengikuti keadaan lingkungan sekitar. Peneliti pernah menemukan kondisi Kakek Abdullah sedang berbincang dan bermain kartu bersama kakek-kakek lainnya di sore hari. Bila waktu solat dan pengajian tiba, beliau tidak pernah absen dalam melaksanakannya. Nenek Sa’adah lebih memilih merawat suaminya yang terkena stroke. Karena usia Nenek Ning terbilang tua serta komunikasi beliau yang masih terarah, beliau sering dimintai waktu untuk wawancara. Beliau sangat terbuka dan mau menerima siapa saja yang memang membutuhkan bantuannya baik bantuan informasi maupun doa.
Nur Syamsi
Kasmadi Abdullah bin Karim
Hj. Sa’adah Ning Sundasih
96
Berdasarkan dari tujuan penelitian ini dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan yaitu sebagai berikut: a.
Makna Nikmat 1. Menurut Nenek Sri Handayani nikmat yaitu semua yang didapatkan seperti pengetahuan dan pengalaman. 2. Kakek Nur Syamsi mengartikan nikmat sebagai rasa puas dengan apa yang didapatkan dan wajib disyukuri dan sudah perintah dari Allah. 3. Menurut Kakek Kasmadinikmat adalah apa-apa yang diberikan oleh Allah 4. Menurut Kakek Abdullah bin Karim nikmat adalah segalagalanya, sesuatu yang bagus, indah dan suatu keuntungan yang bisa dinikmati. 5. Nikmat menurut Nenek Hj. Sa’adah merupakan kemampuan dirinya melakukan segala amal soleh seperti ibadah, berbuat baik terhadap orang lain serta menjaga kesucian hati. 6. Menurut Nenek Ning nikmat itu ketenangan maupun ketentraman yang dirasakan karena terimakasih yang selalu beliau haturkan kepada Sang Kuasa.
97
b.
Makna Bersyukur 1. Bersyukur menurut Nenek Sri adalah menerima apapun dengan tangan terbuka. 2. Bersyukur menurut Kakek Syamsi adalah harus selalu puas dengan yang didapat berlandaskan ingat kepada Allah. 3. Bersyukur menurut Kakek Kasmadi adalah bertaqwa kepada Allah karena Allah telah memberikan apa yang dibutuhkan bagi hidup manusia. 4. Menurut Kakek Abdullah, bersyukur yaitu cara seorang hamba mempertanggungjawabkan segala amalan kepada Yang Maha Kuasa, segala yang terjadi dalam kehidupan dihadapi dan dilaksanakan sebaik mungkin, urusan ganjaran merupakan hak Allah semata. 5. Bersyukur menurut Nenek Hj. Sa’adah adalah menerima apapun yang terjadi dalam hidupnya karena itu tanda kasih sayang Allah dan berbuat sebaik mungkin baik dalam hubungannya dengan Allah maupun terhadap makhluk ciptaanNya. 6. Bersyukur menurut Nenek Ning adalah berterimakasih kepada Allah dengan cara menyadari bahwa dirinya bergantung kepada Allah (selalu berdoa) sampai datang ketenangan dalam batinnya.
98
c.
Bentuk Amalan Perilaku Bersyukur 1. Hati a) Nenek Sri dapat diberikan dua poin dalam amalan hati. b) Kakek Nur Syamsi dapat diberikan dua poin dalam amalan hati. c) Kakek Kasmadi dapat diberikan dua poin dalam amalan hati. d) Kakek Abdullah dapat diberikan dua poin dalam amalan hati. e) Nenek Hj. Sa’adah dapat diberikan dua poin dalam amalan hati. f) Nenek Ning dapat diberikan dua poin dalam amalan hati. Para lansia yang dijadikan informan dalam penelitian ini memenuhi seluruh kriteria dari aspek amalan hati dan dapat dikatakan semuanya memiliki perilaku bersyukur dalam bentuk amalan secara hati.
2. Lisan a) Nenek Sri dapat diberikan tiga poin dalam amalan secara lisan. b) Kakek Nur Syamsi dapat diberikan tiga poin dalam secara amalan lisan.
99
c) Kakek Kasmadi dapat diberikan dua poin dalam amalan secara lisan. d) Kakek Abdullah dapat diberikan tiga poin dalam amalan secara lisan. e) Nenek Hj. Sa’adah dapat diberikan tiga poin dalam amalan secara lisan. f) Nenek Ning dapat diberikan tiga poin dalam amalan secara lisan. Jadi, para lansia yang dijadikan informan dalam penelitian ini tidak keseluruhan memenuhi kriteria dari aspek amalan secara lisan dan dapat dikatakan bahwa mereka belum sempurna dalam memiliki perilaku bersyukur pada bentuk amalan secara lisan.
3. Perbuatan a) Nenek Sri dapat diberikan tiga poin dalam amalan secara perbuatan. b) Kakek Nur Syamsi dapat diberikan enam poin dalam amalan secara perbuatan. c) Kakek Kasmadi dapat diberikan enam poin dalam amalan secara perbuatan. d) Kakek Abdullah dapat diberikan enam poin dalam amalan secara perbuatan.
100
e) Nenek Hj. Sa’adah dapat diberikan enam poin dalam amalan secara perbuatan. f) Nenek Ning dapat diberikan enam poin dalam amalan secara perbuatan. Para lansia yang dijadikan informan dalam penelitian ini tidak seluruhnya memenuhi kriteria pada aspek amalan secara perbuatan. Mereka tetap dapat dikatakan memiliki perilaku bersyukur secara perbuatan namun tidak sesempurna amalan secara hati.
101
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Kitab Nashaihul Ibad merupakan kitab yang sesuai untuk dijelaskan kepada lansia karena mengandung nasehat-nasehat ibadah, cara mengolah hati, cara bersikap disertai dengan ayat-ayat al-Qur’an, haditsNabi, perkataan sahabat, atsar danpendapat-pendapat akhlul hikmah. Kitab Nashaihul Ibad merupakan psikologi yang bernuansa tasawuf sehingga menuntun seseorang memperoleh ketenangan yang sebenarnya khususnya diusia lansia. Selain itu, pendekatan personal serta pembawaan pembimbing dalam menyampaikan materi sangat dibutuhkan demi terserapnya ilmu kepada lansia. Berdasarkan tujuan dari penelitian yang telah dilakukan maka didapatkan kesimpulan dari ucapan serta perilaku para lansia yang menjadi informan penelitian yaitu sebagai berikut: 1. Pemahaman para lansia peserta pengajian Kitab Nashaihul Ibad di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung mengenai makna nikmat yaitu apa-apa yang telah diberikan oleh Allah baik berupa pengetahuan, pengalaman, maupun kemampuan diri yang wajib disyukuri karena merupakan perintah Allah. 2. Pemahaman para lansia peserta pengajian Kitab Nashaihul Ibad di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung mengenai makna bersyukur adalah ungkapan terimakasih kepada Allah atas nikmat yang telah dikaruniakan dengan cara 102
menerima apapun dengan tangan terbuka, selalu ingat serta bertaqwa kepada Allah sebagai bentuk pertanggungjawaban hamba kepada Tuhannya. 3. Bentuk amalan dari perilaku bersyukur lansia peserta pengajian Kitab Nashaihul Ibad di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung yang memiliki poin sempurna dari indikator yang telah disediakan adalah amalan bersyukur secara hati yaitu dengan indikator: a. Merasakan pemberian didapat sangat berharga, b. selalu ingat kepada pemberi nikmat sehingga merasa dekat dengan-Nya (terlihat tenang). Amalan secara lisan dan perbuatan tidak memiliki poin sempurna namun ada beberapa indikator yang memiliki poin baik yaitu: (1) Bentuk amal secara lisan dengan indikator: a. Menyampaikan terimakasih (pujian). b. Menceritakan nikmat yang diperoleh kepada orang lain. (2) Bentuk amal secara perbuatan dengan indikator: a. Berbagi kenikmatan. b. Mengamalkan ilmunya. c. Mengisi waktu luang dengan ibadah. B. Rekomendasi 1. Penelitian berikutnya lebih baik lagi dan dapat menjadi inspirasi penelitian.
Permasalahan
penelitian
yang
dapat
peneliti
rekomendasikan diantaranya yaitu: a. Mencari tahu perbandingan
103
antara perilaku bersyukur lansia yang mengikuti pengajian dengan lansia biasa; b. mencari tahu lebih lengkap mengenai faktor pendukung untuk memiliki perilaku bersyukur; c. manfaat kitab Nashaihul Ibad bagi penerapan perilaku bersyukur. 2. Untuk pelaksanaan pengajian Kitab Nashaihul Ibad dapat lebih konsisten dalam harinya. Untuk pembimbing pengajian Kitab Nashaihul
Ibad
bisa
mempertahankan
bahkan
meningkatkan
kepercayaan dan kepuasan dari para lansia di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung yang mengikuti bimbingan maupun lansia dari luar. 3. Untuk pengurus panti, selain bekerja di kantor alangkah baiknya dapat berbaur kedalam lingkungan lansia supaya dapat lebih memahami kondisi lahir maupun batin mereka dan pendamping lansia bagi para lansia wanita.
104
diharapkan adanya
DAFTAR PUSTAKA
Buku, Skripsi: Al-Asqalani, Ibnu Hajar. Terjemah Nashaihul Ibad. Penerjemah Drs. I. Solihin, cet ke-2. Jakarta: Pustaka Amani, 2002. Alba, Cecep. Tasawuf dan Tarekat. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012. Al-Ghazali. Terapi Sabar dan Syukur. Penerjemah Abdul Rosyad Shiddiq. Jakarta: Khatulistiwa Press, 2012. Aprianti, Nur. “Metode Bimbingan Islam Bagi Lanjut Usia dalam Meningkatkan Kualitas Ibadah Di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2011. Azwar, Saifuddin. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2011. Baharuddin. Paradigma Psikologi Islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007. Efendi, Ferry dan Makhfudli. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: SalembaMedika, 2009. Fidiyanti, Latifah. “Sabar dan Syukur Menurut Syaikh ‘Abd al-Qadir al-Jilani.” Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2008. Hasan, Aliah B. Purwakania. Psikologi Perkembangan Islami. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008. Isa, Abdul Qadir. Cetak Biru Tasawuf. Ciputat: Ciputat Press, 2007. 105
Iskandar, Dede. “ Peran Pembimbing Rohani dalam Memperbaiki Kesehatan Mental Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 2 Cengkareng.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2013. Lutfi, M. Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah , 2008. Mahjuddin. Akhlak Tasawuf I. Jakarta: KALAM MULIA, 2009. - - - -. Akhlak Tasawuf II. Jakarta: KALAM MULIA, 2010. Marlinton, Serli. “Gambaran Perilaku Bersyukur Pada Tunanetra Peserta Shalat Tahajjud (Study Di Yayasan Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir Pisangan Ciputat).” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2013. Maryam, R. Siti, dkk. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika, 2008. Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013. Nugroho, Wahyudi. Komunikasi dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC, 2009. OFM, Yustinius Semiun. Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik Freud. Yogyakarta: KANISIUS, 2006. Pieter, Herri Zan dan Namora Lumongga Lubis. Pengantar Psikoloogi untuk Kebidanan Jakarta: Kencana, 2010. R, M. Firmansyah. “ Respon Jama’ah terhadap Pengajian Kitab Fikih Shalat Di Masjid Riyadhul Jannah Gunung Putri Bogor.” Sripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah danI lmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2008. 106
Saputra, Andrian. “Peran Pembimbing dalam Membantu Lansia Menemukan Makna Hidup Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 2 Cengkareng.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2013. Sayyid, Rusyah Khalid. Menggapai Nikmatnya Beribadah dalam Konsep Pendidikan Islam. Jakarta: Darul Shafa’ Wal Marwah Li An-Nasr Wa AtTauzi, 2009. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan al-Qur’an: Tafsir Maudhu’I Atas Pelbagai Persoalan Umat. Bandung: Mizan, 1996. Sholeh, Moh. Terapi Shalat Tahajjud. Jakarta: Mizan Publika, 2006. Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008. Subagyo, P. Joko. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006. Subana, M. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah.Bandung: Pustaka Setia, 2005. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2012. Sunaryo. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: Kedokteran EGD, 2002. Syahputri, Wenny Hikmah. “Hubungan Syukur dan Sabar dengan Kebahagiaan pada Remaja Panti Asuhan.” Skripsi S1 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010. Usman, Husainidan Purnomo Setiadi Akbar. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008.
107
Media massa (internet): Abikusno, Nugroho. “Kelanjutusiaan Sehat Menuju Masyarakat Sehat untuk SegalaUsia,” Buletin Jendela Data&Informasi Kesehatan. Semester 1 (2013).
Artikel
ini
diakses
pada
6
Mei
2014
dari
http://www.depkes.go.id/downloads/Buletin%20Lansia.pdf Haryanto. “Perkembangan Psikososial Masa Dewasa Akhir.” Artikel ini diakses pada 30 Mei 2016 dari http://belajarpsikologi.com/perkembanganpsikososial-masa-dewasa-akhir/ Mariani dan Subhan Kadir. “Panti Werdha Sebuah Pilihan.” Artikel ini diakses pada 8 Mei 2014 dari http://subhankadir.wordpress.com/2007/08/20/pantiwerdha-adalah-pilihan/ Nisak dan Wantah. “Teori Perkembangan Psikososial Erick H. Erikson.” Artikel ini
diakses
pada
26
Agustus
2014
dari
http://rimatrian.blogspot.com/2013/12/teori-perkembangan-psikososialerick-h.html PSTW Budi Mulia 1 Cipayung. Profil PSTW Budi Mulia 1 Cipayung. Jakarta Timur: 2014. Santika, Adhi. “Lanjut Usia dalam Perspektif Hukum dan HAM.” Buletin Jendela Data&Informasi Kesehatan. Semester 1 (2013). Artikel ini diakses pada 6 Mei 2014 dari http://www.depkes.go.id/downloads/Buletin%20Lansia.pdf Siswantara, Dwi. “Teori Perkembangan Erik Erikson.” Artikel ini diakses pada 30 Mei 2016 dari http://www.academia.edu/8934685/Teori_Perkembangan_Erick_Erikson? auto=download
Wawancara: Wawancara pribadi dengan Sri Handayani. Cipayung, 28 Oktober 2014. Wawancara pribadi dengan Akhyar. Cipayung, 5 November 2014. 108
Wawancara pribadi dengan M. Jufri Halim. Cipayung, 10 November 2014. Wawancara pribadi dengan Ning Sundasih. Cipayung, 10 November 2014. Wawancara prbadi dengan Kasmadi. Cipayung, 12 November 2014. Wawancara pribadi dengan Nur Syamsi. Cipayung, 13 November 2014. Wawancara pribadi dengan Abdullah bin Karim. Cipayung, 15 November 2014. Wawancara pribadi dengan Hj. Sa’adah. Cipayung, 15 November 2014.
109
LAMPIRAN
HASIL WAWANCARA PEMBIMBING PESERTA PENGAJIAN KITAB NASHAIHUL IBAD DI PSTW BUDI MULIA 1 CIPAYUNG
Nama : M. Jufri Halim, S. Ag., M. Si. Usia : 41 tahun Jabatan : Pembimbing spiritual Tempat, tanggal lahir : Bondowoso, 26 Juli 1973 Alamat : Jl. Kebon Kopi Gang Benda No. 70 RT 02/04 Pondok Betung Pondok Aren Tangerang Selatan Agama : Islam Motto : Hidup hanya sekali maka berartilah Waktu wawancara : Senin, 10 November 2014 pukul 15.28- 16. 00 WIB.
Pembukaan: 1. Sejak kapan Bapak menjadi pembimbing pengajian Kitab Nashaihul Ibad di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung? Jawab: “Tahun terakhir ini, tepatnya bulan Oktober, setahun sebulan.” 2. Apakah Bapak sangat menikmati kegiatan ini? Kenapa? Jawab: “Oh iya, iya karena:Pertama kegiatan seperti ini tidak banyak dilakukan orang, kedua lansia ini seringkali tidak memperoleh perhatian yang cukup dari kaum muslimin, seringkali Umat Islam lebih cenderung mendukung kaum dhuafa yang produktif misalnyaanak-anak, remaja dan kaum sosial seperti lansia ini seringkali terabaikan, ketiga lansia ini sesungguhnya masa-masa istimewa seperti anak-anak. Oleh karena itu untuk mengukur keislaman seseorang itu tidak bisa dilihat pada masa muda, pada masa dia dewasa tetapi untuk melihatnya pada masa lansia karena kecenderungan spiritualitas padalansia itumeningkat karena dia takut akan kematian, dia berfikir tentang perjalanan hidup yang akan datang, dia ingin bahagia di akhirat nanti, karena itu ini merupakan fase yang menarik. Saya menemukan pelajaran penting dari perjalanan hidup Kakek dan Nenek dari diskusi, wawancara dan duduk-duduk santai bersama mereka.Karena itu menikmati betul.”
3. Menurut Bapak, mengapa isi Kitab Nashaihul Ibad perlu disampaikan kepada lansia di sini? Jawab: “Nashaihul Ibad kontennya itu berisi tentang nasehat-nasehat ibadah terutama bagaimana mengolah hati, karena di dalamnya itu banyak ayat-ayat, hadits Nabi, banyak perkataan (qoul) sahabat, banyak atsar, banyak pendapat-pendapat akhlul hikmah. Di sana itu merupakan perasan ilmu yang mana bagaimana mengelola ibadah, bagaimana mengolah hati, bagaimana cara bersikap, jadi hampir semua itu membantu lansia lebih tenang, lebih damai, nyaman dalam beribadah karena membantu dia cara bersikap pada Tuhan, cara dia bersikap kepada takdir, cara bersikap pada Nabinya, cara bersikap kepada lingkungan sosialnya, Jadi banyak pelajarannya. Tentu ini akan jauh mendamaikan hati, menyenangkan dan menenangkan. Kitab ini bernuansa tasawuf tidak bernuansa fiqih. Bernuansa fiqih itu mewancanakan boleh-tidak boleh, halal dan haram, mewancanakan sesuatu yang bersifat hukum, membuat seseorang kalau fiqih oriented itu cenderung menyalahkan orang lain. Nashaihul Ibad ini tidak akan mendorong orang menyalahkan orang karena setiap langkah itu adalah pilihan, stiap langkah itu tidak berdiri sendiri, ada takdir Tuhan di dalamnya. Oleh karena itu membuat hati setiap orang yang mempelajarinya membuat orang jadi tenang. Sesungguhnya bahasa lain dari psikologi namun bernuansa tasawuf.” 4. Berapa jumlah lansia yang mengikuti pengajian Kitab Nashaihul Ibad di sini? Jawab: “Lansia itu kira-kira ada 25.Ya sekitar 20-25 lah.”
Fokus Penelitian: 5. Apakah lansia yang menghadiri pengajian Kitab Nashaihul Ibad datang dengan kesadaran sendiri atau dengan paksaan? Jawab: “Saya rasa mereka atas dorongan sendiri ya karena pertama mereka tidak pernah digiring, hanya disampaikan diawal saja. Kedua kebetulan suaranya juga dikeluarin sehingga mereka yang di wisma-wisma diharapkan bisa ikut mendengarkan karena jangan dikira mereka yang tidak datang itu mereka tidak mau karena hambatan fisik sehinga membuat mereka tidak bisa datang. Ada yang berkeinginan cuma karena dia buta, tidak ada yang
bantuin oleh karena suaranya dikeluarin, di dalam digunakan, diluar juga tujuannya supaya mereka juga dapat menikmati pengajian yang diadakan malam Selasa, terkadang malam Rabu, terkadang malam Kamis.” 6. Menurut pengamatan Bapak selama ini, apakah para lansia dapat menyimak dan menikmati penyampaian materi dalam pengajian kitab nashaihul ibad? Tolak ukurnya dari apa? Jawab: “Iya, saya rasa iya. Pertama begini indikatornya sebagian mereka yang saya lihat yang berada di depan saya terkadang terlihat mendengarkan pengajian tertentu yang berhubungan dengan masalah kehidupan, dengan masalah di akhirat, dengan tanggung jawabnya dihadapan Allah itu ada yang sebagian menundukan kepala, ada yang sebagian menangis. Ada juga yang mengamalkan prinsip-prinsip yang dah dibahas seperti Laa ilaha illallah, mereka membeli tasbih supaya ketahuan jumlahnya. Ada juga yang ketika menyampaikan dia bertanya, dengan bertanya itu sebuah respon atas apa yang kita sampaikan. Untuk yang malam saya rasa tanpa diminta mereka datang dengan keikhlasan, yang siang lah yang ada informasi dan sosialisasi dan bersifat tematik.Untuk pengajian malam merupakan pengajian kitab dibutuhkan konsistensi sesuai dengan tahapan-tahapan yang ada di kitab.Mereka menikmati dengan indikator mereka menangis, bertanya walaupun dalam bertanya dengan menggunakan orang lain, sesungguhnya ada kepedulian dalam diri mereka.” 7. Menurut pendapat Bapak, bagaimana perilaku bersyukur para lansia sebelum dan sesudah mengikuti pengajian Kitab Nashaihul Ibad? Contohnya? Jawab: “Ya kalu ingin melihat perilaku bersyukur tentu kita harus bisa mendampingi mereka setiap saat, tidak bisa dilihat hanya dengan sepintas saat pengajian saja. Saat pengajian kita tidak bisa melihat rasa syukur mereka paling-paling yang bisa kita lihat hanya bagaimana efek dari pelajaran yang mereka terima. Untuk menditeksi perilaku mereka, kita bisa melihat dalam waktu 24 jam setelah pengajian. Ada yang ketika disampaikan bahwa sholat qabliah dan ba’diah dapat menyelamatkan dari api neraka dan sebanding dengan shalat malam itu tidak banyak yang mengamalkan, ada juga yang ketika disampaikan manfaat dzikir tidak
banyak yang melakukan. Untuk melihat efek dari pengajian ini mengenai perilaku bersyukur diperlukan proses 24 jam.” 8. Menurut Pengamatan Bapak, siapa saja nama lansia yang telah mengalami perubahan? Jawab: “Saya tidak hafal nama-namanya, saya melihatnya secara umum saja.Tapi ada yang salah satunya seperti Pak Nur Syamsi.Beliau mengamalkan dzikir Laa ilahaillallah setelah disampaikan mengenai cerita bahwa ada seorang pemuda yang diberikan kelebihan dapat melihat ibunya yang dimasukan ke dalam neraka.Pemuda tersebut menangis.Lalu ada seorang Syeikh yang mengamatinya dan mengetahui secara batin.Syeikh tersebut berniat mengamalkan pahala dari dzikir Laa ilahaillallah yang selalu diamalkannya.Lalu pemuda tersebut berdoa dan mengucapkan terimakasih kepada Allah karena ada seseorang yang telah berbaik hati menyelamatkan Ibunya.” 9. Pendekatan apa yang Bapak gunakan untuk mendekati dan mengetahui perilaku mereka? Jawab: “Banyak. Biasanya setelah selesai pengajian mereka duduk-duduk dan bertanya, mendiskusikan mengenai kehidupan mereka.Tetapi saya juga seringkali duduk-duduk bersama lansia, saya ajak pergi, diajak makan tujuannya untuk mendalami dan lebih dekat dengan mereka.Pada dasarnya mereka juga butuh penghargaan dan perhatian yang serius.”
Cipayung, 10 November 2014
Interviewer
(Nurul Fatimah)
Interviewe
(M. Jufri Halim, S. Ag., M. Si)
HASIL WAWANCARA PENDAMPING LANSIA PESERTA PENGAJIAN KITAB NASHAIHUL IBAD DI PSTW BUDI MULIA 1 CIPAYUNG
Nama : Akhyar Usia : 45 tahun Jabatan : Pelayanan sosial Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 9 Februari 1969 Alamat : Jl. Waringin 4 RT 004 RW 02 Kecamatan Matraman Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur Agama : Islam Motto : Mengamalkan ilmu yang pernah didapat Waktu wawancara : Rabu, 5 November 2014 pukul 15.30 – 15.50 WIB. Pembukaan: 1. Sejak kapan Bapak menjadi pendamping lansia di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung? Jawab: “Dari tahun 2005.” 2. Sejak kapan Bapak mengikuti pengajian Kitab Nashaihul Ibad? Jawab: “Sejak Pak Jufri pindah ke sini saja. Bulan puasa yang lalu.Belum lama Pak Jufri.Sekitar 6 bulanan.Pak Jufri juga ga tentu waktunya, kadang Senin malam, Selasa malam, Rabu malam, ya antara Senin sampai Kamis lah.” 3. Apakah Bapak sangat menikmati kegiatan ini? Kenapa? Jawab: “Alhamdulillah menikmati. Karena selagi dikasih umur, dikasih nikmat hidup ya jalani saja sekaligus menambah wawasan agama dan mengamalkan di tempat ini atau di masyarakat.” 4. Menurut Bapak, mengapa isi Kitab Nashaihul Ibad perlu disampaikan kepada lansia di sini? Jawab: “Karena sangat penting sekali Mba. Di usia lansia ini harus butuh siraman rohani dan jasmani untuk bekal menghadap Allah. Tujuan utamanya itu.Juga memperbaiki akhlak dan kepribadian dia, tadinya barangkali semasa pertengahan hidupnya menghadapi gejolak dan pada masa ini mereka ditempatkan di panti, kembali lagi keadaannya seperti semula.” 5. Berapa jumlah lansia yang konsisten mengikuti pengajian Kitab Nashaihul Ibad di sini?
Jawab: “Laki-laki sekitar 8 atau 10 orang lah, perempuan juga 10. Kurang lebih 20 orang lah.”
Fokus Penelitian: 6. Apakah lansia yang menghadiri pengajian kitab nashaihul ibad datang dengan kesadaran sendiri atau dengan paksaan? Jawab: “Alhamdulillah yang konsisten inilah yang sendiri Mba. Yang hadir ini konsisten, mereka gak pakai disuruh.Dengan motivasi sendiri.” 7. Menurut Bapak kenapa mereka mengikuti pengajian Kitab Nashaihul Ibad? Jawab: “ Karena untuk menambah wawasan dan mengingatkan mereka yag sudah lupa. Ratarata mereka minim pengetahuan agamanya.” 8. Menurut pengamatan Bapak selama ini, apakah para lansia dapat menyimak dan menikmati penyampaian materi dalam pengajian Kitab Nashaihul Ibad? Tolak ukurnya dari apa? Jawab: “Sangat menikmati. Dengan mereka khusyuk, khidmat, saya rasa mereka sudah merasakan kenikmatan pengajian, nyaman.Misalnya saja Usman, kalau pakai speker luar dia gak mau.Kek Syamsi ada responnya.” 9. Menurut pendapat Bapak, bagaimana perilaku bersyukur para lansia sebelum dan sesudah mengikuti pengajian Kitab Nashaihul Ibad? Contohnya? Jawab: “Ya Alhamdulillah mereka banyak perubahannya terutama ya…bagi yang sholatnya 3 (tiga) waktu, sekarang nambah lagi dari Subuh sampai Isya, contohnya saja Kek Dasni, Kek Dasni dulu dia hanya sholat dzuhur, sholat asar, Alhamdulillah setelah mengikuti pengajian dia jadi konsisten.” 10. Bagaimana dengan perilaku atau sikap para lansia terhadap sesamanya maupun para pegawai di sini? Jawab: “Ya baik. Mereka saling menghargai, saling menghormati, saling membantu, saling menolong.” 11. Perilaku bersyukur apakah yang sering ditunjukan oleh para lansia peserta pengajian Kitab Nashaihul Ibad di sini? Jawab: “Terutama shalatnya konsisten dari subuh sampai isya ditambah lagi dengan dzikir. Seperti yang pernah dijelaskan Pak Jufri tentang lafadz Laa ilaha illallah, yang mengikuti Kek Syamsi dan Kek Kasmadi.”
12. Apakah Bapak pernah menemukan atau menghadapi lansia yang menyampaikan keluhan kehidupannya ke Bapak? Kalau pernah, keluhannya seperti apa? Jawab: “Selama ini gak ada.”
Penutup: 13. Apa yang Bapak harapkan bagi para lansia peserta pengajian Kitab Nashaihul Ibad ke depan? Jawab: “Kalau bisa sih supaya tambah lagi jama’ahnya.”
Cipayung, 5 November 2014 Interviewer
(Nurul Fatimah)
Interviewe
(Akhyar)
HASIL WAWANCARA LANSIA PESERTA PENGAJIAN KITAB NASHAIHUL IBAD DI PSTW BUDI MULIA 1 CIPAYUNG
Nama Usia Tempat, tanggal lahir Agama Pendidikan terakhir Lama di panti Kamar Waktu wawancara
: Sri Handayani : 65 tahun : Surabaya, 27 Juli 1949 : Islam : SD :1 tahun : Asoka : Selasa, 28 Oktober 2014 pukul 13.58-14.45 WIB.
Pembukaan: 1. Sudah berapa lama Nenek mengikuti pengajian Kitab Nashaihul Ibad di panti ini? Jawab: “Baru 1 tahun, pertama masuk langsung ikut.” 2. Apa yang Nenek harapkan dari pengajian Kitab Nashaihul Ibad ini? Jawab: “Kita kan nyari ilmu, jadinya kalau pengajian, Pak Jufri nerangin ini itu kita kantongin, kita simpan.” 3. Bagaimana pendapat Nenek mengenai kegiatan pengajian Kitab Nashaihul Ibad yang diadakan di panti ini? Jawab: “Bagus, buat bekal nanti diakhirat.”
Fokus Penelitian: 4. Apa yang menjadi dorongan Nenek untuk mengikuti pengajian Kitab Nashaihul Ibad di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung ini? Jawab: “Ikut pengajian apa saja.” 5. Apa yang Nenek rasakan ketika mengikuti pengajian Kitab Nashaihul Ibad di sini? Jawab: “Ya namanya pengajian untuk bekal di akhirat ya senang, pokoknya mantap. Ya senang pengajiannya, ya senang materinya.”
6. Nek bagaimana mengenai materi pengajian yang baru disampaikan oleh Pak Ustadz? Jawab: “Itu kan yang semalam mengenai cerita di buku-buku, di sini ada ko bukunya (sambil mencari buku), dikasih sama Pak Jufri cuma semalam lupa membawa bukunya karena terburu-buru. Halaman 125 makalah 24 dan 25.” 7. Jadi, apa yang harus Nenek lakukan setelah mendengar materi pengajian dari Pak Ustadz? Jawab: “Ya kita berbuat baik sama teman, tolong menolong, ga boleh kasar, sebelum dan sesudah meminta tolong mohon maaf.” 8. Apakah materi pengajian Kitab Nashaihul Ibad mempunyai pengaruh bagi kehidupan Nenek? Kalau iya, bagaimana pengaruhnya? Jawab: “Gaklah, aku malah senang, ini sudah dibaca, semua sudah dibaca, aku senang.” (sambil menunjuk dan membaca kitab) 9. Selain materi yang baru disampaikan, materiapalagi yang masih Nenek ingat dari pengajian Kitab Nashaihul Ibad ini? Jawab: “Ingat kalau ditanya. Kalau pengajian ya aku kan menjawab. Dengar kan kamu kemarin waktu pengajian.”( tiba-tiba menunjuk dan membicarakan kejelekan Nenek Hj. Dasniar di depannya yang sedang tertidur). 10. Apakah Nenek mengamalkan materi yang telah disampaikan Pak Ustadz dalam kehidupan sehari-hari? Apa saja yang telah Nenek amalkan? Jawab: “Ya tentang lisan, tentang akhlak di sini kan dijelaskan (sambil menunjuk kitab), kalau ada salah ya dimaafin. Ya saya ngikutin dibuku.” 11. Menurut Nenek, nikmat itu apa sih? Jawab: “Yo nikmat itu kita di panti dibina bukan dipenjara, dikasih kesibukan, keterampilan, nenek bikin tempat handphone, tas (sambil menunjukan hasil kerajinan). Semua yang kita dapat, aku mensyukuri Allah.Berupa pengetahuan, pengalaman.” 12. Bagaimana cara Nenek mensyukurinya? Jawab: “Ya kita dikasih makan, dikasih, sehat, dikasih segala-galanya ya kita syukuri, kita terima dengan tangan terbuka. Apapun yang kita dapat, apapun yang kita hadapi.” 13. Nikmat apa saja yang telah Nenek dapatkan? Nikmat apa yang paling berkesan sehingga sulit untuk dilupakan?
Jawab: “Ya kalau diingat-ingat tentang Nabi Nuh, Nabi Yahya, Nabi Musa kemarin. (bercerita tentang kisah-kisah Nabi yang telah didapat.” 14. Dari mana Nenek memperoleh semua nikmat itu? Jawab: “Karena kita gaul. Aku suka ikut orang Kristen ke Gereja, ikut orang Budha ke Wihara ya aku menghormati tapi agama cuma satu yaitu Islam.Untuk pengalaman.” 15. Bagaimana perasaan Nenek ketika memperoleh nikmat? Jawab: “Ya dapat nikmat itu semua yang masuk ke dalam tubuh kita, pengalaman itu berkah, senang. Ada penyesalan pun aku terima, pasrah.Ketika mataku dioperasi kan aku pakai kacamata hitam dan bawa tongkat, diledekin tukang pijat tapi aku ga marah.” 16. Apa yang Nenek lakukan setelah memperoleh nikmat? Jawab: “Ya kita jalani aja, apa yang kita dapat kita ingat-ingat, berbuat baik, kalau ada salah kita minta maaf, doakan orangtua yang sudah meninggal.”
Penutup: 17. Apa harapan Nenek setelah mengikuti pengajian Kitab Nashaihul Ibad ini? Jawab: “Ilmu yang kita ambil untuk bekal dikehidupan nanti kalau kita sudah diambil sama Allah.”
Cipayung,28 Oktober 2014
Interviewer
Interviewe
(Nurul Fatimah)
(Sri Handayani)
HASIL WAWANCARA LANSIA PESERTA PENGAJIAN KITAB NASHAIHUL IBAD DI PSTW BUDI MULIA 1 CIPAYUNG
Nama Usia Tempat, tanggal lahir Agama Pendidikan terakhir Lama di panti Kamar Waktu wawancara
: Nur Syamsi : 61 tahun : Jawa Tengah, - Juni : Islam : : 3 tahun : Cytelia : Kamis, 13 November 2014 pukul 10.54-11.20 dan 12.30-13.00 WIB
Pembukaan: 1. Sudah berapa lama Kakek mengikuti pengajian Kitab Nashaihul Ibad di panti ini? Jawab: “Sejak Pak Jufri ada di sini saja.” 2. Apa yang Kakek harapkan dari pengajian kitab nashaihul ibad ini? Jawab: “Saya orang awam, saya ingin belajar. Ya ini memang kesalahan saya karena tidak belajar dari kecil.” (mata terlihat berkaca-kaca) 3. Bagaimana pendapat Kakek mengenai kegiatan pengajian Kitab Nashaihul Ibad yang diadakan di panti ini? Jawab: “Bagus.”
Fokus Penelitian: 4. Apa yang menjadi dorongan Kakek untuk mengikuti pengajian Kitab Nashaihul Ibad di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung ini? Jawab: “Ya itu tadi, karena saya merasa awam, sangat kurang pengetahuan saya karena tidak memanfaatkan masa muda saya untuk belajar.” 5. Apa yang Kakek rasakan ketika mengikuti pengajian kitab nashaihul ibad di sini? Jawab: “Saya jadi ingin menangis kalau ditanya serius. Saya mudah sekali menangis entah kenapa.Saya ingin berubah tapi belum tahu bagaimana.” (mata terlihat berkaca-kaca)
6. Kek bagaimana mengenai materi pengajian yang baru disampaikan oleh Pak Ustadz? Jawab: “Saya tidak ingat.” 7. Apakah materi pengajian Kitab Nashaihul Ibad mempunyai pengaruh bagi kehidupan Kakek? Kalau iya, bagaimana pengaruhnya? Jawab: “Saya sulit mengungkapkannya Mba. Saya bukan orang berpendidikan, saya sulit menggunakan bahasa.Mungkin ini juga Mba sulit memahaminya ya, saya mohon maaf.” (sambil tersenyum). 8. Menurut Kakek, nikmat itu apa sih? Jawab: “Nikmat itu merasa puas dengan apa yang kita dapatkan dan disyukuri.” 9. Kenapa harus disyukuri Kek? Jawab: “Ya kalau gak bersyukur mau apa lagi (sambil tersenyum), azab Allah kan amat pedih dan Allah akan menambahkan nikmat bagi orang yang bersyukur (mata kembali berkaca-kaca).”
Cipayung, 13 November 2014
Interviewer
Interviewe
(Nurul Fatimah)
(Nur Syamsi)
HASIL WAWANCARA LANSIA PESERTA PENGAJIAN KITAB NASHAIHUL IBAD DI PSTW BUDI MULIA 1 CIPAYUNG
Nama Usia Tempat, tanggal lahir Agama Pendidikan terakhir Lama di panti Kamar Waktu wawancara
: Kasmadi : 69 tahun : Tuban, Desember 1954 : Islam : SD : 2 tahun : Cytelia : Rabu, 12 November 2014 pukul 12.35-13.00 WIB.
Pembukaan: 1. Sudah berapa lama Kakek mengikuti pengajian Kitab Nashaihul Ibad di panti ini? Jawab: “Sejak Ustadz Jufri di sini ngajar ngaji ya saya ikut ngaji.” 2. Apa yang Kakek harapkan dari pengajian Kitab Nashaihul Ibad ini? Jawab: “Ya…..1. penghapus dosa, 2. Kalau saya meninggal bisa husnul khotimah, 3.Untuk bekal akhirat.” 3. Bagaimana pendapat Kakek mengenai kegiatan pengajian Kitab Nashaihul Ibad yang diadakan di panti ini? Jawab: “Bagus sekali, luar biasa. Bisa menerangkan dari ga ngerti jadi ngerti. Maaf ya, kalau yang lain banyak bercanda jadi saya kurang suka. Kalau Pak Jufri begini (sambil mengacungkan jempol).”
Fokus Penelitian: 4. Apa yang menjadi dorongan Kakek untuk mengikuti pengajian Kitab Nashaihul Ibad di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung ini? Jawab: “Ya itu tadi, untuk akhirat, mengurangi dosa, dapat ridho dan khusnul khotimah dari Allah.”
5. Apa yang Kakek rasakan ketika mengikuti pengajian Kitab Nashaihul Ibad di sini? Jawab: “Terang hatinya, namanya orang awam Mba. Dulu waktu kecil kan saya gak ngaji, gak sholat.” 6. Kek bagaimana mengenai materi pengajian yang disampaikan oleh Pak Ustadz? Jawab: “Ya bagus semua Mba, apa yang Pak Jufri sampaikan cocok semua. Gak ada yang gak bagus.” 7. Materi apa yang masih Kakek ingat dari pengajian Kitab Nashaihul Ibad ? Jawab: “Sudah lupa saya, sudah pikun.” 8. Apakah Kakek mengamalkan materi yang telah disampaikan Pak Ustadz dalam kehidupan sehari-hari? Apa saja yang telah Kakek amalkan? Jawab: “Tekun sholat ditambah sholat sunah dan banyak lagi Mba. Pokoknya apa yang disampaikan itu bagus semua Mba.” 9. Oya kalau saya perhatikan setiap mengaji Kakek selalu membawa buku sedangkan yang lain tidak, itu mengapa Kek? Jawab: “Maaf Mba ya, kalau yang lain mah mungkin sudah di luar kepala tapi saya mah belum.” 10. Menurut Kakek, nikmat itu apa sih? Jawab: “Nikmat itu banyak sekali Mba ya kita hidup ini saja sudah nikmat dari Allah. Ya tinggal kitanya saja.” 11. Nikmatapa saja yang telah Kakek dapatkan? Nikmat apa yang paling berkesan sehingga sulit untuk dilupakan? Jawab: “Gimana ya, untuk jawaban seperti itu saya kurang ya Mba.” 12. Apakah selama ini Kakek sudah merasa bersyukur kepada Allah? Jawab: “Ya bersyukur sekali Mba, benar-benar bersyukur.” 13. Bagaimana cara Kakek bersyukur kepada-Nya? Jawab: “Ya dengan kita bertaqwa kepada-Nya.” 14. Bagaimana perasaan Kakek dalam menjalani hidup ini, apakah ada penyesalan atau bagaimana Kek?
Jawab: “Saya ini produk gagal. Kalau saja saya ada biaya, saya sekolah tinggi dan ga mungkin di panti.Tapi dulu saya ini cuma nelayan.Ya kalau dibilang nyesal karena sudah tua gini, percuma.Mumpung masih ada sisa usia saya gunakan untuk ibadah terus.” (terlihat raut wajah yang sedih)
Cipayung, 12 November 2014
Interviewer
Interviewe
(Nurul Fatimah)
(Kasmadi)
HASIL WAWANCARA LANSIA PESERTA PENGAJIAN KITAB NASHAIHUL IBAD DI PSTW BUDI MULIA 1 CIPAYUNG
Nama
: Abdullah bin Karim
Usia
: 71 tahun
Tempat, tanggal lahir : Toli-toli, 1 Februari 1943 Agama
: Islam
Pendidikan terakhir
: Akademi Ilmu Pelayaran
Lama di panti
: 6 tahun
Kamar
: Flamboyan
Waktu wawancara
: Sabtu, 15 November 2014 pukul 13.35-14.00 WIB.
Pembukaan: 1. Sudah berapa lama Kakek mengikuti pengajian Kitab Nashaihul Ibad di panti ini? Jawab: “Selama di sini, sejak Pak Jufri di sini.” 2. Apa yang Kakek harapkan dari pengajian Kitab Nashaihul Ibad ini? Jawab: “Kita kan menambah didikan agama kita, beliau menyampaikan yang belum tahu dan menjelaskan jadi suatu keuntungan didikan tentang agama.” 3. Bagaimana pendapat Kakek mengenai kegiatan pengajian Kitab Nashaihul Ibad yang diadakan di panti ini? Jawab: “Bagus, lebih bagus sekali. Itu kan menambah pengetahuan kita dalam agama. Pokoknya pendidikan agama itu semua bagus.”
Fokus Penelitian: 4. Apa yang menjadi dorongan Kakek untuk mengikuti pengajian Kitab Nashaihul Ibad di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung ini? Jawab: “Karena ingatan didikan agama. Setiap hari kan sembahyang belajar sendiri. Tapi Kakek kerja di kapal-kapal asing pun sembahyang.Kalau waktu sembahyang tiba, kapten
datang ngambil alih kerjaan Kakek, Kakek sembahyang.Kalau hari Jum’at merapat ke pelabuhan mencari masjid terdekat.” 5. Apa yang Kakek rasakan ketika mengikuti pengajian Kitab Nashaihul Ibad di sini? Jawab: “Ya rasakan suatu keuntungan, ada tambahan tentang agama buat kita.” 6. Kek bagaimana mengenai materi pengajian yang baru disampaikan oleh Pak Ustadz? Jawab: “Keuntungan besar. Dalam pengajian dijelaskan petuntuk-petunjuk untuk kehidupan mencapai surga.” 7. Apakah materi pengajian Kitab Nashaihul Ibad mempunyai pengaruh bagi kehidupan Kakek? Kalau iya, bagaimana pengaruhnya? Jawab: “Ya pengaruh besar, tentang agama terutama.Contohnya dalam pengajian.Di dalam pengajian kan dijelaskan tentang petunjuk-petunjuk untuk sampai di surga, jadi dijelaskan apa yang harus kita pelajari.” 8. Apakah Kakek mengamalkan materi yang telah disampaikan Pak Ustadz dalam kehidupan sehari-hari?Apa saja yang telah Kakek amalkan? Jawab: “Tidak ada yang kita buktikan. Kita menyimpan dalam ingatan, pikiran tentang penjelasan, tentang petunjuk-petunjuk ustadz itu. Sembahyang lima waktu, kalau dalam perjalanan kita ketinggalan suatu waktu kita harus ganti. Kita kalau sudah mengerti betul tentang agama takut untuk meninggalkan apa yang harus kita lakukan dalam agama itu.Ya seperti dalam penjelasan tentang pergaulan kita, tentang hal-hal yang harus kita ambil, yang tidak baik untuk kita, kita harus buang, kalau ketemu kawan-kawan kita ada rizki kita berikan. Misalnya kita ngasih sesuatu kepada orang lain itu kan pahala untuk kita tapi untuk pahala itu kita tidak boleh mengungkit, itu terserah kepada Yang Maha Menentukan, kita tidak boleh mengungkit pemberian kita terhadap orang lain.” 9. Menurut Kakek, nikmat itu apa sih? Jawab: “Nikmat itu segala-galanya. Apa yang bagus, apa yang indah kita bisa nikmati.Keuntungan kita.” 10. Bagaimana cara Kakek bersyukur kepada Allah selama ini? Jawab: “Kita bersyukur kita tunjukan seakan-akan kita berhadapan dengan Dia, baru kita jelaskan apa yang kita perbuat, kita khilaf. Mudah-mudahan Allah terima kebaikan kita sama orang, bantuan kita terhadap orang lain, persoalan kita terhadap orang lain seperti persoalan dengan keluarga yang sering terjadi, kita ga usah ungkit-ungkit, terserah Yang Maha Kuasa, Dia kan Maha Adil. Siapa yang benar Dia benarkan, siapa yang salah, Dia salahkan, Dia kan
Maha Adil.Seperti masalah yang Kakek hadapi ini.Alhamdulillahmalah ada orang dari Depok berkunjung ke Kakek dan mau membuatkan kaki palsu.”
Cipayung, 15 November 2014
Interviewer
(Nurul Fatimah)
Interviewe
(Abdullah bin Karim)
HASIL WAWANCARA LANSIA PESERTA PENGAJIAN KITAB NASHAIHUL IBAD DI PSTW BUDI MULIA 1 CIPAYUNG
Nama
: Hj. Sa’adah
Usia
: 62 tahun
Tempat, tanggal lahir : Kendari, 28 Juni 1952. Agama
: Islam
Pendidikan terakhir
: Akademi Sekretaris
Lama di panti
: 1 tahun
Kamar
: Bougenvil
Waktu wawancara
: Sabtu, 15 November 2015 pukul 15.30-16.00 WIB.
Pembukaan: 1. Sudah berapa lama Nenek mengikuti pengajian Kitab Nashaihul Ibad di panti ini? Jawab: “Sejak Pak Jufri ada.” 2. Apa yang Nenek harapkan dari pengajian Kitab Nashaihul Ibad ini? Jawab: “Pak Jufri kalau menjelaskan bagus, cocok aja. Kalau siang pengajian di sini juga banyak tapi saya ga bisa, saya ga kuat panas matahari, jarang-jarang sholat ke mushola.Jadi harapan saya itu ya banyak yang saya harus ulangi lagi.Kalau yang siang kurang kuat duduknya.Kalau yang malam habis magrib sampai isya, sudah sedang.Kalau siang terlalu lama.”
Fokus Penelitian: 3. Apa yang menjadi dorongan Nenek untuk mengikuti pengajian Kitab Nashaihul Ibad di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung ini? Jawab: “Karena Beliau bagus saja, sering ngobatin Kakek juga. Kita di panti kan harus mengikuti peraturan, saya termasuk tidak mengikuti peraturan karena ini tadi, pada waktu dia (Kakek) BAB maaf ya, dari pagi sampai sore baru selesai. Jadi pada waktu saya angklung, pada waktu saya mau panggung gembira atau pada waktu saya mau senam sudah saya ga ikut. Di sini sholat saya juga ga kuat panas, tapi kan hatinya itu lebih bagus di rumah.
Perempuan kan lebih bagus sholat di rumah ya. Saya di sini termasuk bandel, tidak bisa ngikutin tapi karena setiap orang tidak harus ngadu ini ngadu itu, saya cape, tidak ada perasaan itu. Tapi saya benar-benar ga kuat karena siang itu full banget di sana (menunjuk ke kamar Kakek). Di sini saya tidur Cuma 3 (tiga) jam, di sini jam 3 (tiga) semua sudah pada bangun.” 4. Perasaan Nenek ketika merawat Kakek bagaimana Nek? Jawab: “Perasaannya kasihan. Jijik ga, kasihan saja.Menyesal dalam hati “Ya Allah” (sambil merintih) tapi langsung istigfar “Astagfirullahalazim” karena takut Allah langsung bertindak.Saya sudah tidak kuat, tadinya sudah mau saya tinggalin tapi siapa yang mau sayang sama dia, ga bisa kita tinggalin begitu saja.” 5. Apa yang Nenek rasakan ketika mengikuti pengajian Kitab Nashaihul Ibad di sini? Jawab: “Keikhlasan Pak Jufri saja, jadi saya pun ikhlas, saya terima beliau. Cara menerangkannya enak.” 6. Apakah materi pengajian Kitab Nashaihul Ibad mempunyai pengaruh bagi kehidupan Nenek? Kalau iya, bagaimana pengaruhnya? Jawab: “Hm……gini, saya dulu juga kan gini, Bapak saya kan ulama, saya juga kan PGAP, SDI, beliau tau cara mengupas. Sebenarnya dulu kalau saya belajar ayat-ayat, saya ingin jadi penceramah.Beliau itu bisa mengupas, saya suka gitu loh.Sayabaca segini tapi beliau bisa kupas yang lebih mendalam. Ya pengaruhnya itu seperti yang Pak Jufri bilang kalau sholat dzuhur 4 rakaa’at, 2 raka’at sebelum dan 2 raka’at sesudah, pahalanya itu seperti kita sholat tahajud, tapi kalau isya, 2 raka’at sebelum dan 2 raka’at sesudah, pahalanya seperti sholat lailatul qadar, jadi saya lakukan itu walaupun saya sudah tidak bisa duduk berdiri-duduk berdiri, saya lakukan itu. Saya itu kenapa saya ga sering sholat di sana juga (menunjuk ke mushola), saya sudah ga kuat duduk berdiri-duduk berdiri, sholat duduk malu,makanya saya sholat saja di sana (menunjuk ke kamar Kakek). Tapi saya malu banget sholat duduk. Ga kuat sholat berdiri, dada saya juga deg-deg-deg, mungkin capek merawat si Kakek, sudah menyerahlah, tapi Tuhan memberikan kepada saya kasih sayang. (Tiba-tiba menangis).Saya sedih sekali.Saya ga kuat merawat Kakek.Tapi jangan-jangan saya ga kuat terus diambil, saya ga mau.Saya sudah sayang walaupun sudah dalam keadaan lumpuh begitu.Saya itu sudah sayang karena dia itu sudah 2 tahun saya rawat, kasih minum kasih makan segala macam.Kalau ga saya apa-apain pasti dia mati, bukan pasti dia mati kita ga ada Allah, saya ngomong sendiri aja gitu.” 7. Nenek ketemu Kakek tahun berapa? Jawab: “Kakek itu ipar saya dulu, kan suami saya jaksa. Sepupunya beliau, jaksa kan sudah meninggal. Jaksa kan meninggal saya masih mudadan saya masih kerja, banyak yang mau
kawin dengan saya.Terus saya ketemu dengan ini dalam keadaan terlantar, istrinya dalam keadaan sakit kakinya bengkak, tapi keluarga saya ga ngebolehin lagi merid, buat beribadah saja.Tapi saya bukan meridnya, saya ga mau merid, saya kasihan saja.Terus saya keluar, saya ngontrak terus saya rawat. Tahun kedua saya ngontrak rumah, uang saya dibawa lari sama yang punya rumah. Terus saya ke ulama terus ulama bilang ke kelurahan saja dulu, terus saya cerita dan ulama bilang “Tinggal di panti ya…”, akhirnya saya bilang iya.” 8. Menurut Nenek, nikmat itu apa? Jawab: “Nikmat menurut saya itu, saya bisa ibadah, saya baik sama orang, saya bisa berbuat baik, sucilah hati kita jangan sampai ada salah, itu rasanya nikmat. Saya baik sama orang tapi saya merasa orang ga bisa baik sama saya, tapi saya ga apa-apa. Mungkin nasib saya begini, orang semua suka menuduh saya yang tidak-tidak, saya bandel, saya tidak ikut ini itu, saya sudah jungkir balik jatuh bangun tapi saya masih bisa bangun, masih bisa jalan seperti orang sehat seperti orang segar padahal saya sudah capek banget, saya capek lahir-batin, moral materil.” 9. Selama ini Nenek bersyukur kepada Allah bagaimana Nek? Jawab: “Saya (tiba-tiba istigfar: “astagfirullahalazim), saya masih dikasih kesehatan, masih bisa jalan, masih bisa ngurus Kakek, itu kenikmatan. Saya masih bisa jalan, masih bisa bicara, makan enak, apapun enak tapi kadang-kadang suka ada terpaan dari orang lain ya saya sabar saja, ga apa-apa. Karena selama saya masih di sini saya rawat Kakek.Saya minta rumah di kasih. Waktu Ahok datang saya di kasih, dekat kantor Walikota Jakarta Timur. Dulu saya punya rumah terus saya jual.Kakak saya kebetulan punya rumah banyak, dan saya ngisi yang di Condet tapi karena saya rawat Kakek saya tidak dikasih izin jadi ya ga apa-apa, saya tinggal di panti. Saya kanada pensiun dari Bapak (Jaksa), sebetulnya saya tidak boleh menikah lagi tapi saya nikah siri dengan Kakek, saya hanya ingin merawat Kakek. Buat merawat saja.”
Cipayung, 15 November 2014
Interviewer
Interviewe
(Nurul Fatimah)
(Hj. Sa’adah)
HASIL WAWANCARA LANSIA PESERTA PENGAJIAN KITAB NASHAIHUL IBAD DI PSTW BUDI MULIA 1 CIPAYUNG
Nama
: Ning Sundasih
Usia
: 84 tahun
Tempat, tanggal lahir : Pekalongan, 23 Desember 1930 Agama
: Islam
Pendidikan terakhir
: SMA
Lama di panti
: 10 tahun
Kamar
: Asoka
Waktu wawancara
: Senin, 10 November 2014 pukul 12.52-13.30 WIB.
Pembukaan: 1. Sudah berapa lama Nenek mengikuti pengajian Kitab Nashaihul Ibad di panti ini? Jawab: “Kan itukan baru saja tuh. Belum ada setahun.” 2. Apa yang Nenek harapkan dari pengajian Kitab Nashaihul Ibad? Jawab: “Ya itu ceramah saja, dari buku juga.” 3. Bagaimana pendapat Nenek mengenai kegiatan pengajian Kitab Nashaihul Ibad yang diadakan di panti ini? Jawab: “ Bagus. Terang.”
Fokus Penelitian: 4. Apa yang menjadi dorongan Nenek untuk mengikuti pengajian Kitab Nashaihul Ibad di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung ini? Jawab: “Kemauan sendiri. Karena ingin jelas agama gimana.” 5. Apa yang Nenek rasakan ketika mengikuti pengajian kitab nashaihul ibad di sini? Jawab: “Senang. Bagus, emang bagus ko.”
6. Materi apa yang masih Nenek ingat dari pengajian Kitab Nashaihul Ibad? Jawab: “Ceramah, caranya hidup nabi-nabi.” 7. Apakah Nenek mengamalkan materi yang telah disampaikan Pak Ustadz dalam kehidupan sehari-hari? Apa saja yang telah Nenek amalkan? Jawab: “Semua saya laksanakan. Tahajud.Ga ada yang membangunkan.Sudah lama saya laksanakan bahkan sebelum itu.Dari dulu, ada saja seperti yang membangunkan.Saya taruh uang di sini (menunjuk ke lemari) tapi hilang.Saya tahu siapa yang ngambil tapi biarkan saja. Urusannya langsung sama Yang Maha Kuasa (sambil tersenyum).” 8. Menurut Nenek, nikmat itu apa Nek? Jawab: “Ya, nikmat itu karena tenang. Tentram, ayem.” 9. Nikmat apa saja yang telah Nenek dapatkan? Nikmat apa yang paling berkesan sehingga sulit untuk dilupakan? Jawab: “Kalau saya sih macam-macam, ga satu saja. Kalau dulu ditemani Bapak Ibu, sekarang sendirian juga nikmat.” 10. Kenapa nikmat Nek? Jawab: “Ya nikmat, dulu dapat kasih sayang dari Bapak Ibu, sekarang dapat kesibukan (menunjukan daftar nama-nama orang yang minta didoakan oleh nenek dan tersenyum).” 11. Dari mana Nenek memperoleh semua nikmat itu? Jawab: “Ya dari Sing Kuoso.” 12. Bagaimana cara Nenek bersyukur kepada Allah? Jawab: “Berdoa sama Yang Kuasa, terimakasih. Yang saya lakuin ya bukti. Buktinya tenang… Hidup ga usah ikut-ikut.Sudah tua.Wong nanti kembali juga sendiri.”
Cipayung, 10 November 2014 Interviewer
Interviewe
(Nurul Fatimah)
(Ning Sundasih)
DAFTAR HADIR PESERTA PENGAJIAN KITAB NASHAIHUL IBAD DI PSTW BUDI MULIA 1 CIPAYUNG
Tanggal
:
No
27 Oktober 2014 Nama
Pukul Usia
:18.15-19.15 WIB
Lama Di
Pendidikan
Panti
Terakhir
Kamar
1
Nur Syamsi
61
3 tahun
SMA
Cytelia
2
Tamrin
62
1 tahun
SMA
Cytelia
3
Usman
64
2 tahun
SMA
Cytelia
4
Muin
63
3 tahun
SD
Cytelia
5
Kasmadi
69
2 tahun
SD
Cytelia
6
Dasni
65
1 tahun
SMA
Flamboyan
7
Wandi
69
4 tahun
SMA
Flamboyan
8
Abdullah bin Karim
71
6 tahun
Akademi Ilmu
Flamboyan
Pelayaran 9
Husein
69
9 tahun
SR
Flamboyan
10
Sumarni
70
2 tahun
SD
Asoka
11
Hj. Dasniar
71
6 bulan
S3 Ekonomi
Asoka
12
Nurhayati
65
2 tahun
SMA
Asoka
13
NN
-
-
-
Asoka
14
Amah
64
3 tahun
SMA
Asoka
15
Darsinah
69
1 tahun
SMA
Asoka
16
Munah
64
2 tahun
SMA
Asoka
17
Sri Handayani
65
1 tahun
SD
Asoka
18
Ning Sundasih
84
1 tahun
SMA
Asoka
19
Hj. Sa’adah
62
1 tahun
Akademi
Bougenvil
Sekretaris
DAFTAR HADIR PESERTA PENGAJIAN KITAB NASHAIHUL IBAD DI PSTW BUDI MULIA 1 CIPAYUNG
Tanggal
:
No
29 Oktober 2014 Nama
Usia
Pukul
:18.20-19.15 WIB.
Lama Di
Pendidikan
Panti
Terakhir
Kamar
1
Tamrin
62
1 tahun
SMA
Cytelia
2
Usman
64
2 tahun
SMA
Cytelia
3
Nur Syamsi
61
3 tahun
SMA
Cytelia
4
Wandi
69
4 tahun
SMA
Flamboyan
5
Abdullah bin Karim
71
6 tahun
Akademi Ilmu
Flamboyan
Pelayaran 6
Sumarni
70
2 tahun
SD
Asoka
7
Hj. Dasniar
71
6 bulan
S3 Ekonomi
Asoka
8
Nurhayati
65
2 tahun
SMA
Asoka
9
Hj. Sa’adah
62
1 tahun
Akademi
Bougenvil
Sekretaris 10
Ning Sundasih
84
1 tahun
SMA
Asoka
DAFTAR HADIR PESERTA PENGAJIAN KITAB NASHAIHUL IBAD DI PSTW BUDI MULIA 1 CIPAYUNG
Tanggal
:
No
10 November 2014 Nama
Usia
Pukul
:18.20-19.15 WIB.
Lama Di
Pendidikan
Panti
Terakhir
Kamar
1
Kasmadi
69
2 tahun
SD
Cytelia
2
Nur Syamsi
61
3 tahun
SMA
Cytelia
3
Tamrin
62
1 tahun
SMA
Cytelia
4
Usman
64
2 tahun
SMA
Cytelia
5
Abdullah bin Karim
71
6 tahun
Akademi Ilmu
Flamboyan
Pelayaran 6
Sri Handayani
65
1 tahun
SD
Asoka
7
Ning Sundasih
84
1 tahun
SMA
Asoka
8
Hj. Sa’adah
62
1 tahun
Akademi
Bougenvil
Sekretaris 9
Amah
64
3 tahun
SMA
Asoka
10
Hj. Dasniar
71
6 bulan
S3 Ekonomi
Asoka
Gambar 1.1 (Dokumentasi Pribadi)
Gambar 1.2 (Dokumentasi Pribadi)
Gambar 1.3 (Dokumentasi Pribadi)
Gambar 1.4 (Dokumentasi Pribadi)
PENILAIAN OBSERVASI PERILAKU BERSYUKUR LANSIA PESERTA PENGAJIAN KITAB NASHAIHUL IBAD DI PSTW BUDI MULIA 1 CIPAYUNG APEK SYUKUR
INDIKATOR
SUBJEK 1
ILMU
HAL (KEADAAN)
AMAL
1. Substansinikmat (mengetahuibahwa semuanikmatberas aldari Allah) 2. Kapasitassebagai nikmat (semua yang datangkepadakitate lahditundukan Allah) 3. MengenalZat&Si fat Allah (selalusenangdeng anapa yang didapat) 1. Tunduk (Taatkepada Allah) 2. Tawadhu (rendahhati/tidakta kabur) 1. Hati: a. Merasakanpemberi andidapatsangatber hargasehinggamen ingkatkanmotivasi
2
3
4
5
6
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
X
Y
Y
Y
X
Y
X
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
X
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
b.
2. a. b.
c.
3.
untukmenjalankan perintahpemberini kmatdanmenjauhil arangan-Nya. Selaluingatkepada pemberinikmatsehi nggamerasadekatd engan-Nya (terlihattenang). Lisan: Menyampaikanteri makasih (pujian) Mendoakan orang yang telahberbuatbaik Menceritakannikm at yang diperolehkepada orang lain. Perbuatan:
a. Menguasaihawana fsu b. Menguasailisan c. Menguasaikemara han d. Berbagikenikmata n e. Mengamalkanilmu nya f. Mengisiwaktuluan gdenganibadah
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
X
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
X
Y
Y
Y
Y
Y
X X
Y Y
Y Y
Y Y
Y Y
Y Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y