HUBUNGAN TINGKAT RELIGIUSITAS DENGAN TINGKAT DEPRESI LANSIA BERAGAMA ISLAM DI PANTI TRESNA WERDHA BUDI MULIA 4 MARGAGUNA JAKARTA SELATAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh Runingga Andami Nafa 1111104000010
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M/1436 H
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE SCHOOL OF NURSING SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA Thesis, July 2015 Runingga Andami Nafa, NIM: 1111104000010 The Relationship Between The Level Reliogiosity And Level Depression On Elderly Moeslim In PSTW Budi Mulia 4 Margaguna South Jakarta Xi + 87 pages + 11 tables + 1 chart + 13 attachment ABSTRACT One of the problem faced by elderly people is depression. Generally, elderly people depression ranged from 20 % and in PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan around 30 – 40 %. Depression caused various problem such as suicide, decrease body function and accelerate of dead. One of handled for decrease of depression were increased religious activities such as pray. The purpose of this research is to find out relationship between religiosity level and depression level. This research has been conducted at PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan. Research used quantitative analytical research with cross sectional research design. Total of respondent are 61 people used sampling purposive technic. . The data was taken by instruments questionnaires Geriatric Depression Scale 30 items to measured depression level and questionnaire religiosity to measured religiosity level. Data analyzed by univariat and bivariat analysis ( Spearman Rank Correlation tested). The result of this research was shown that religiosity11,0 % level is good category, 65.5% is medium category and 16.4 is low category. While for 60,7 % depression level including in normal category, 27,9 % is low depression and 11,5 % is heavy depression. There is relation between religiosity level with depression level at PTSW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan (p value =0,000, r=0.558). It can used spirituality approach for decrease depression value with assisting elderly people in terms spirituality and religious foundations cooperation. Keywords: Religiosity Level, Depression Level, Elderly
iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Juli 2015 Runingga Andami Nafa, NIM: 1111104000010 Hubungan Tingkat Religiusitas Dengan Tingkat Depresi Lansia Beragama Islam Di Panti Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan Ix + 87 Halaman + 10 Tabel + 1 Bagan + 13 Lampiran
ABSTRAK Depresi salah satu masalah yang dialami lansia. Lansia didunia yang mengalami depresi berkisar 20% dan depresi lansia di panti sebesar 30-40%. Depresi dapat menimbulkan dampak seperti bunuh diri, penurunan fungsi tubuh, dan mempercepat kematian. Penanganan untuk mengurangi depresi salah satunya dengan cara kegiatan agama seperti beribadah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat religiusitas dengan tingkat depresi. Penelitian ini dilaksanakan pada lansia di Panti Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional. Responden berjumlah 61 orang yang diambil menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat depresi menggunakan kuesiener Geriatric Depression Scale 30 item dan untuk mengukur tingkat religiusitas menggunakan kuesioner religiusitas 22 item. Analisis data mengunakan analisis univariat dan bivariat (uji Korelasi Spearman Rank). Hasil penelitian menunjukan bahwa untuk tingkat religiusitas 11,0% termasauk ke dalam kategori baik, 65,6% kategori sedang dan 16,4% kategori buruk. sedangkan untuk tingkat depresi, 60,7% termasuk ke dalam normal, 27,9% depresi ringan, dan 11,5% depresi berat. Ada hubungan antara tingkat religiusitas dengan tingkat depresi lansia di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan (p value = 0,000, r = 0,558). Kata Kunci: Tingkat Religiusitas, Tingkat Depresi, Lansia Referensi: 53
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama
: Runingga Andami Nafa
Tempat, tanggal Lahir
: Pasaman Barat, 25 Juni 1992
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Alamat
: Depan Simpang MAN Rambah Jorong Ampek Koto Kinali Kabupaten Pasaman Barat Sumatera Barat
HP
: +6285210575615
Email
:
[email protected]
Fakultas/Jurusan
: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/ Program Studi Ilmu Keperawatan
PENDIDIKAN 1. Taman Kanak-Kanak Bakti V Rambah
1998-1999
2. Sekolah Dasar EL- MA‟ARIF Jambak Selatan
1999-2005
3. SMP Negeri 2 Kinali
2005-2008
4. SMA Negeri 1 Pasaman
2008-2011
5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2011-Sekarang
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah Subhanahuwata‟ala, kita memuji, meminta pertolongan dan memohon pengampunan kepada-Nya, dan kita berlindung kepada Allah dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan kita. Aku bersaksi tidak ada Dzat yang berhak diibadahi kecuali Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu Rasulullah Shollallahu „alaihi wasalam. Atas berkat rahmat, karunia, dan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal skiripsi yang berjudul “Hubungan Tingkat Religiusitas dengan Tingkat Depresi Terhadap Lansia yang Beragama Islam di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulya 04 Margaguna Jakarta Selatan”. Sesungguhnya banyak pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan yang tak terhingga nilainya hingga skripsi ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak dr. H. M. Djauhari Widjajakusumah, AIF., PFK selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan izin untuk penelitian di instansi terkait. 3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Ibu Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc selaku Dosen Pembimbing Akademik, terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah membimbing dan memberi motivasi selama 4 tahun duduk di bangku kuliah. 6. Ibu Ns. Eni Nur‟aini Agustini, S.Kep, Msc dan Ibu Ns.Gusrina Komara,
ix
S.Kep, MSN selaku Dosen Pembimbing, terima kasih sebesar-besarnya untuk
beliau
yang telah meluangkan waktu serta memberi arahan dan
bimbingan dengan sabar kepada penulis selama proses pembuatan skripsi ini. 7. Bapak / Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis serta seluruh staf dan karyawan di lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 8. Orang tuaku, Ibu Asmi dan Bapak Rismanto yang telah mendidik, mencurahkan semua kasih sayang tiada tara, mendo‟akan keberhasilan penulis, serta memberikan bantuan baik moril maupun materil kepada penulis selama proses menyelesaikan proposal skripsi ini. Abang, kakak dan adik-adik penulis Riski Andami Nafa ,RoyaFitrah Andami Nafa, Raditya Andami Nafa dan Iin Lidia Purtama Mursal, yang selalu memberikan semangat, insiprasi, canda tawa
selama penulis menyelesaikan proposal
skripsi ini. 9. Sahabat-sahabatku Deti Dwi Lestari, Anggita Puspita Delianty, Denok Ariska yang memberikan masukan, tempat berbagi pendapat, yang telah menghibur, menghilangkan kejenuhan, dan memberikan dukungan selama proses menyelesaikan proposal skripsi ini. 10. Teman-teman PSIK 2011 yang selama 4 tahun ini yang sama- sama berjuangan, berbagi pendapat selama ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, namun penulis harapkan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya. Wassalamu’alaykum. Wr. Wb Ciputat,
Juli 2015
Runingga Andami Nafa
x
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL......................................................................................... I LEMBAR PERNYATAAN.............................................................................. Ii ABSTRACT...................................................................................................... iii ABSTRAK........................................................................................................ iv PERNYATAAN PERSETUJUAN.................................................................. v DAFTAR RIWAYAT HIDUP......................................................................... vi KATA PENGANTAR...................................................................................... Vii DAFTAR ISI..................................................................................................... Vii DAFTAR TABEL............................................................................................. viii DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang.................................................................................. B. Rumusan Masalah............................................................................. C. Pertanyaan Penelitian........................................................................ D. Tujuan Penelitian............................................................................... 1. Tujuan Umum................................................................................ 2. Tujuan Khusus............................................................................... E. Manfaat Penelitian............................................................................ 1. Bagi Institusi Tempat Penelitian.................................................... 2. Bagi Pendidikan Keperawatan....................................................... 3. Bagi Peneliti................................................................................... D. Ruang Lingkup...................................................................................
1 7 8 8 8 8 9 9 9 9 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi............................................................................................... 11 1. Pengertian Depresi........................................................................... 11 2. Etiologi Depresi............................................................................... 12 3. Tingkat Depresi............................................................................... 13 4. Gejala-Gejala Depresi..................................................................... 15 B. Lansia............................................................................................... 18 1. Pengertian Lansia........................................................................... 18 2. Perubahan-Perubahan Pada Lansia................................................ 18 3. Faktor-Faktor Pencetus Depresi Pada Lansia................................ 28 4. Dampak Depresi............................................................................. 29 5. Penatalaksanaan Depresi Pada Lansia........................................... 31 6. Pengukuran Tingkat Depresi.......................................................... 33 C. Religiusitas........................................................................................ 34 1. Pengertian Religiusitas.................................................................... 32 2. Dimensi Religiusitas....................................................................... 35 xi
3. Perspektif Islam Tentang Religiusitas............................................ 4. Konsep dari Dimensi-dimensi Religiusitas..................................... 5. Fungsi Religiusitas.......................................................................... 6. Faktor Yang Mempengaruhi Religiusitas....................................... D. Kerangka Teori..................................................................................
37 39 42 44 46
BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep.............................................................................. 47 B. Hipotesis Penelitian........................................................................... 48 C. Definisi Operasional......................................................................... 49 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian............................................................................... 52 B. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................ 52 C. Populasi dan Sampel......................................................................... 52 1. Populasi........................................................................................... 52 2. Sampel............................................................................................ 53 3. Besar Sampel.................................................................................. 54 D. Prosedur Pengumpulan Data............................................................ 54 1. Metode Pengambilan Data............................................................. 54 2. Instrumen Penelitian........................................................................ 55 3. Uji Instrumen.................................................................................. 56 a. Uji Validitas............................................................................... 56 b. Uji Reabilitas.............................................................................. 57 E. Pengolahan Data............................................................................... 58 F. Analisis Data..................................................................................... 60 G. Etika Penelitian................................................................................. 61 BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Lokasi Penelitian............................................................. 1. Sejarah Panti Werdha..................................................................... B. Hasil Uji Validitas Konstruk Data.................................................... C. Hasil Uji Normalitas......................................................................... D. Hasil Analisis Univariat.................................................................... 1. Gambaran Demografi Lanjut usia di PSTW 4 Margaguna JakartaSelatan.................................................................................. 2. Gambaran Tingkat Religiusitas Lanjut Usia di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan................................................ 3. Gambaran Tingkat Depresi Lanjut Usia di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan................................................ E. Hasil Analisis Bivariat.......................................................................
xii
63 63 64 65 66 67 68 70 72
BAB VI PEMBAHASAN A. Pembahasan Univariat....................................................................... 1. Gambaran Demografi Lanjut Usia di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan................................................ 2. Gambaran Tingkat Religiusitas Lanjut Usia di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan............................................... 3. Gambaran Tingkat Depresi Lanjut Usia di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan................................................ B. Pembahasan Bivariat......................................................................... C. Keterbatasan Penelitian.....................................................................
74 74 76 78 82 84
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan....................................................................................... B. Saran................................................................................................. 1. Bagi Institusi Tempat Penelitian.................................................... 2. Bagi Keperawatan.......................................................................... 3. Bagi Peneliti.................................................................................... Daftar Pustaka Lampiran
xiii
85 86 86 86 86
Daftar Tabel Halaman Tabel 3.1 Definisi Operasional............................................................................... Tabel 5.1 Tabel Hasil Analisis Kontruk Validitas Intrument Tabel 5.1 Tabel Uji Normalitas.............................................................................. Tabel 5.2 Tabel Distribusi Frekuensi Usia Responden di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan......................................................................... Tabel 5.3 tabel distribusi Frekuensi Jenis Kelamin responden di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan................................................................ Tabel 5.4 Tabel Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan responden di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan.................................................... Tabel 5.5 Tabel Distribusi frekuensi Tingkat Religiusitas Responden di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan.................................................... Tabel 5.6 Tabel Presentase Jawaban Item Pernyataan Tingkat Religiusitas........... Tabel 5.7 Tabel Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi responden di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan.............................................................. Tabel 5.8 Tabel presentase jumlah jawaban item pertanyaan Tingkat Depresi...... Tabel 5.9 Tabel Analisis Univariat..........................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.
Lembar Informed Consent
Lampiran 2.
Kuesioner Tingkat Religiusitas
Lampiran 3.
Kuesioner Tingkat Depresi
Lampiran 4.
Hasil Uji Validitas dan Uji Reabilitas Kuesioner Tingkat Religiusitas
Lampiran 5.
Hasil Uji Normalitas Data
Lampiran 6.
Hasil Olahan Data Analisis Univariat
Lampiran 7.
Hasil Olahan Data Analisis Bivariat
Lampiran 8.
Presentase Jumlah Jawaban Item Pernyataan Tingkat Religiusitas
Lampiran 9.
Presentase Jumlah Jawaban Item Pertanyaan Tingkat Depresi
Lampiran 10. Transkip Percakapan Lampiran 11. Jadwal Wawancara Lampiran 12. Surat Izin Penelitian Lampiran 13. Surat Studi Pendahuluan
xv
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998 lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas. Berdasarkan sumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012 proporsi penduduk lansia dari tahun 1980 sampai tahun 2020 mengalami perkembangan. Tahun 1980 proporsi penduduk lansia sebesar 5,45 %, tahun 1990 sebesar 6,29 %, tahun 2000 sebesar 7,18 %, tahun 2010 sebesar 9,77 dan tahun 2020 sebesar 11,34 %.hal tersebut merupakan cerminan dari semakin tingginya rata-rata usia harapan hidup (UHH). Harapan hidup meningkat dari tahun ke tahun. Tingginya UHH dijadikan sebagai indikator keberhasilan pencapaian pembangunan dibidang kesehatan. Menurut Badan Pusat Statistik (2013) harapan hidup penduduk Indonesia naik dari 70,1 tahun pada periode 2010-2015 menjadi 72,2 tahun pada periode 2030-2035. Seiring dengan peningkatan harapan hidup pada lansia sesungguhnya lansia menghadapi berbagai perubahan yaitu fisik, mental,dan psikososial. Kesemua
perubahan
tersebut
membutuhkan
adaptasi
yang
pada
perjalanannya, proses adaptasi tersebut menimbulkan berbagai masalah. Perubahan pada fisik meliputi penurunan massa otot dan densitas tulang yang menyebabkan osteoporosis sehingga menyebabkan penurunan aktivitas atau gerak, pada kulit terjadi penurunan elastisitas dan kekeringan sehingga
`1
2
meningkat resiko cedera dan infeksi, penurunan produksi keringat dan penurunan ketebalan lemak menyebabkan gangguan regulasi suhu, penurunan peristaltik usus disertai hilangnya tonus lambung menyebabkan pengosongan lambung menurun sehingga lansia akan meresa penuh setelah makan meski dalam jumlah sedikit dan terjadinya konstipasi, penurunan fungsi kandung kemih menyebabkan peningkatan frekuensi miksi, nuktoria dan retensi urine, penurunan efisiensi kerja neuron reaction time akan melambat, perubahan keseimbangan, perubuhan istirahat dan kognisi merupakan fungsi vital yang mempengaruhi kemampuan pemenuhan ADL. Penurunan fungsi sensorik seperti perubahan indera penglihatan menyebabkan terganggu pemenuhan kebutuhan ADL, penurunan fungsi pendengaran, penurunan indera perasa sehingga lansia tidak peka terhadap rasa (Dewi,2014). Selain perubahan fisik lansia juga mengalami perubahan psikologis. Perubahan psikologis short term memory, frustasi, kesepian, takut kehilangan, takut menghadapi kematian, kecemasan dan depresi (Maryam et al,2008). Lansia juga mengalami perubahan psikososial. Perubahan psikososial yang paling umum adalah perubahan gaya hidup dan status sosial. Perubahan meliputi pensiun, kematian pasangan pindahnya anak atau cucu dan pindah ke lingkungan yang tidak dikenal. Kesedihan, kesepian, dan depresi bisa terjadi akibat hal-hal diatas (Bastable,2002). Perubahan-perubahan pada lansia menimbulkan berbagai masalah, salah satu lansia banyak mengalami depresi. Menurut American Association for Geriatric Psychiatric tahun 2008 prevalensi lansia di dunia yang
3
mengalami gangguan kesehatan mental berkisar 20% dan menurut Geriatric Mental Helath Foundation tahun 2008 15-20% lansia diatas 65 tahun mengalami depresi (CDC Health Program,2009). Adapun prevalensi depresi pada lansia yang menjalani perawatan di RS dan panti perawatan sebesar 3040%. 5-15% pasien lanjut usia yang mengunjungi klinik diduga menderita depresi (Santoso dan Ismail,2009). Menurut World Health Organization (WHO) (2012) depresi adalah gangguan mental yang umum, ditandai dengan kesedihan, kehilangan minat atau kesenangan, perasaan bersalah atau harga diri yang rendah, susah tidur atau nafsu makan, perasaan kelelahan, dan kurang konsentrasi. Depresi menyerang hampir semua kelompok usia, kelas sosial ekonomi, ras, dan budaya. Depresi terus menjadi masalah kesehatan mental yang serius pada lansia
meskipun pemahaman kita tentang penyebab dan perkembangan
pengobatan
farmakologis
dan
psikoterapi
sudah
sedemikian
maju
(Stanley&Gauntlett,2007). Menurut Black (1990) dalam Tamher & Noorkasiani (2009) gejala utama depresi terjadi pada sekitar 10 sampai 15% dari semua orang yang berusia lebih dari 65 tahun yang tidak diinstitusikan. Gejala gejala depresif ini sering berhubungan dengan penyesuaian yang terlambat terhadap kehilangan dalam hidup dan stresor-stresor dan penyakit fisik. Angka depresi meningkat secara drastis pada lansia yang berada diinstitusi sekitar 50 sampai 75%. Jadi kejadian depresi lebih banyak terjadi di Panti Werdha.
4
Depresi banyak dialami oleh lansia dikarena beberapa faktor. Seiring bertambahnya usia pada lansia, terjadi beberapa perubahan pada lansia, seperti perubahan fisik, kehilangan pekerjaan karena pensiun, kehilangan tujuan hidup, kehilangan teman, risiko terkena penyakit, terisolasi dari lingkungan dan kesepian (Irawan,2013). Berdasarkan hasil penelitian Rezki dkk (2014) pada 50 responden lansia tentang faktor-faktor mempengaruhi tingkat depresi terhadap pasien lansia di panti sosial disimpulkan bahwa kehilangan dan kecemasan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat depresi. Depresi pada lansia dapat membawa dampak yang serius, seperti bunuh diri, penurunan fungsi keseharian yang dapat mempercepat kematian, dan peningkatan penggunaan pelayanan kesehatan (Blazer,1983 dalam Arjadi,2012). Penanganan yang dilakukan untuk mengatasi dampak tersebut yaitu mendorong aktvitas-aktivitas seperti aktivitas keagamaan, melakukan interaksi sosial atau hubungan baru, mengkomunikasikan perhatian, modalitas
kelompok
dan
penanganan
dengan
terapi
obat
(Stanley&Guantlett,2007). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sehanto (2013) tentang tingkat depresi pada lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang disimpulkan bahwa lansia dengan interaksi sosial kurang mengalami depresi berat sejumlah 71,4% sedangkan lansia dengan interaksi sosial sedang mengalami depresi berat sejumlah 31,4%, dan lansia dengan interaksi sosial baik mengalami depresi berat sejumlah 12,5%. Ini
5
menunjukan bahwa semakin baik lansia dalam interaksi sosial maka semakin kecil kemungkinannya mengalami depresi berat. Syukra (2012) melakukan penelitian tentang religiusitas dan depresi di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin Kabupaten Padang Pariaman dengan 50 responden. Penelitian ini mengukur depresi dengan kuesioner GDS 15 item dan religiusitas menggunakan skala religiusitas yang disesuaikan dengan ajaran agama islam. Hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat religiusitas seseorang dengan tingkat depresi. Semakin tinggi religiusitas seseorang maka akan semakin rendah depresi, sebaliknya semakin rendah religiusitas maka depresi yang dialami semakin meningkat (tinggi). Religiusitas adalah sebuah ekpresi spritual seseorang yang berkaitan dengan sistem keyakinan, nilai, hukum yang berlaku dan ritual. Religiulitas berasal dari bahasa latin religio yang akar katanya religure yang berarti mengikat (Driyarkara,1978 dalam Ismail,2009). Ini mengandung makna bahwa dalam religi atau agama pada umumnya memiliki aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh pemeluknya dan semua itu berfungsi untuk mengikat seseorang atau sekelompok orang dalam hubungan dengan Tuhan, sesama manusia dan alam sekitarnya. Religiusitas menunjukan pada tingkat keterikatan individu terhadap agamanya. Hal ini menunjukan bahwa individu telah menghayati dan menginternalisikan ajaran agamanya sehingga berpengaruh dalam segala tindakan dan pandangan hidupnya (Ismail, 2009). Dimensi religiusitas menurut Stark and Glock (1968) terdapat lima dimensi religiusitas adalah
6
dimensi: dimensi keyakinan, praktik keagamaan, pengalaman religiusitas, dimensi pengetahuan, dan dimensi konsekuensial (Ancok,2004). Menurut Stanley & Gauntlett (2007) religiusitas adalah derajat dan jenis ekspresi dan partisipasi religius dari lansia. Kehilangan fungsi tubuh dan kapasitas mental sering kali tidak diseimbangkan oleh pencapaian sosial dan spiritual yang baik. Kebanyakan lansia menderita sedikitnya satu penyakit kronis dan bahkan banyak di antaranya yang menderita lebih dari satu. Halhal tersebut menyebabkan angka depresi, ansietas, alkohol, dan bunuh diri banyak terjadi di kalangan lansia dengan berbagai ketidakmampuan fisik. Berduka, nyeri, dan kontrol kehilangan kendali mempengaruhi integritas lansia. Dampak ini dapat di netralisir atau dihilangkan dengan kehidupan spritual yang kuat (Stanley dan Gauntlett,2007). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Park & Roh tahun 2013 pada 200 responden lansia korea tentang pengalaman spritual, dukungan sosial dan depresi mengatakan bahwa kehidupan spiritual penting untuk mengurangi tingkat depresi pada lansia. Ji-Eun, et al juga melakukan penelitian tahun 2013 pada 284 pasien dengan kanker payudara tentang agama, depresi dan kualitas hidup disimpulkan bahwa religuisitas memainkan peran penting dalam keadaan emosional dan kualitas hidup wanita Korea dengan kanker payudara. Dari kedua penelitian disimpulkan religiusitas dapat mengurangi tingkat depresi pada lansia maupun terhadap wanita yang mengalami cancer.
7
Dilihat dari latar belakang ada banyak faktor pencetus terjadi depresi pada lansia seperti kehilangan, kesepian, interaksi sosial dan lain lain dan memiliki dampak yang serius pada lansia. Salah satu penanganan nya yaitu lansia
melakukan
aktivitas-aktivitas
bermanfaat
termasuk
akitivitas
keagamaan. Untuk itu perawat dapat melakukan asuhan keperawatan spritualitas
atau
religiulitas
pada
lansia
yang
dapat
membantu
mempertahankan serta memperbesar semangat hidup klien lansia termasuk kesehatan mental depresi. Untuk itu peneliti tertarik melakukan penelitian tentang “Hubungan Tingkat Religiusitas Dengan Tingkat Depresi pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha“ B. Rumusan Masalah Depresi merupakan salah satu masalah yang dialami lansia. menurut Geriatric Mental Health Foundation (2008) 15-20% lansia mengalami depresi dan 50-75% lansia mengalami depresi di panti. Depresi pada lansia menimbulkan dampak serius seperti bunuh diri, penurunan fungsi tubuh, dan mempercepat kematian. Penanganan yang dilakukakan untuk mengurangi depresi seperti melakukan interaksi sosial, mengkomunikasikan perhatian, modalitas
kelompok,
terapi
obat
dan
mendorong
aktivitas-aktivitas
keagamaan. Dilihat dari penelitian Syukra (2012) semakin tinggi religiusitas seseorang maka semakin rendah tingkat depresi. Park dan Roh (2013) juga melakukan penelitian mengatakan bahwa kehidupan spiritual penting untuk mengurangi tingkat depresi pada lansia.
8
Dari uraian tersebut diatas, penulis terdorong melakukan penelitian dengan metode ukuran, tempat dan jumlah responden yang berbeda dengen penelitian sebelumnya untuk mengetahui lebih jauh “apakah ada hubungan antara tingkat religiusitas dengan tingkat depresi pada lansia beragama islam di PSTW Budi Mulya 4 Margaguna ”. C. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran tingkat religiulitas pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha? 2. Bagaimana gambaran tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha ? 3. Adakah hubungan tingkat religiusitas pada lansia dengan tingkat depresi yang dialami? D. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui hubungan antara tingkat religiusitas dengan tingkat depresi pada lansia yang beragama islam. 2. Tujuan khusus a. Melihat gambaran tingkat religiusitas pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha b. Melihat gambaran tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha c. Mengidentifikasi hubungan tingkat religiusitas pada lansia dengan tingkat depresi yang dialami
9
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Intitusi tempat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi refernsi tentang penanganan depresi pada lansia dari segi religiusitas baik bagi keluarga maupun lansia itu sendiri. 2. Bagi Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian diharapkan diharapkan dapat menambahkan referensi terkait dengan keperawatan gerontik terutama dalam memberikan asuhan keperawatan dalam hal ini terkait dengan depresi. 3. Bagi peneliti Merupakan hal yang sangat menarik bagi peneliti, karena yang dihadapi yaitu lansia yang memerlukan perawatan yang komprehensif dan dapat menambah wawasan tentang pengetahuan dan sikap lansia tentang asuhan yang tepat pada lansia tentang masalah depresi pada lansia. F. Ruang Lingkup Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat religiusitas dengan tingkat depresi pada lansia yang beragama islam di panti sosial tresna werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan studi korelasi dan menggunakan uji Sperman Rank. Metode pengambilan data dengan menyebarkan kuesioner yang terdiri dari kuesioner tingkat religiuisitas 22
10
item pernyataan dan kuesioner depresi menggunakan Geriatric Depression Scale (GDS) 30 item. Subjek yang diteliti adalah lanjut usia Panti Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan. Waktu penelitian berkisar antara bulan Maret sampai Juni.
BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Depresi 1. Pengertian Depresi Depresi adalah reaksi psikologis terhadap hilangnya kesehatan, orang yang dicintai, atau rasa harga diri seseorang (Semiun,2010). Menurut Francis Bacon depresi adalah keadaan menyedihkan dari pikiran untuk memiliki sedikit hal diinginkan, dan banyak hal ditakuti. depresi adalah kondisi kesehatan yang tersebar luas. Depresi merupakan masalah sosial dan pribadi yang signifikan (McKay dan DinkMeyer,2008). Depresi termasuk dari kelainan afektif. Istilah kelainan afektif mencakup penyakit-penyakit dengan gangguan afek (mood) sebagai gejala primer, semua gejala lain bersifat sekunder. Afek bisa terus menerus depresi atau gembira (dalam mania) dan kedua episode ini bisa timbul pada orang yang sama, karena itu dinamai “psikosis manik depresf”. Penyakit hanya dengan satu jenis serangan dinamai unipolar , dan jika episode manik dan depresif keduanya ada disebut bipolar. Semua gejala ini adalah depresi primer. Depresi sekunder bisa mengikuti kelainan psiaktri lain atau penyakit fisik (Ingram,Timbury dan ,Mowbray 1995). Depresi termasuk salah satu diantara gangguan-gangguan hati (mood). Gangguan mood merupakan gangguan yang terjadi pada keadaan emosional atau mood seseorang. Orang dapat mengalami
11
12
gangguan ini dalam bentuk depresi yang ekstrem. Karakteristik utama gangguan depresi adalah individu merasa dysphoria atau kesedihan yang berlebihan. Untuk memahami dasar dari gangguan mood, hal yang penting untuk memahami konsep dari sebuah episode, periode waktu yang terbatas ketika simtom gangguan yang spesifik dan kuat terjadi. Pada beberapa kesempatan, suatu episode dapat terjadi dalam waktu yang lama, mungkin dua tahun atau lebih (Halgin dan Whitbourne,2010). 2. Etiologi depresi Depresi tidak memiliki penyebab tunggal. Sebaliknya, tampaknya disebabkan oleh kombinasi faktor genetik, biologi, lingkungan, dan psikologis. a. Faktor genetik yang diturunkan dari orang tua ke anak melalui gen. Para ilmuwan telah menemukan variasi genetik pada kromosom yang mungkin memainkan peran dalam depresi. Setiap variasi dengan sendirinya menganugerahkan hanya sedikit resiko. Depresi tampaknya hasil dari efek gabungan dari beberapa gen yang bertindak dalam konser dengan lingkungan dalam jangka pendek, baik nature dan nurture (Andrews,2010). b. Faktor psikologis memiliki dampak besar pada depresi. Sebuah gaya berfikir tidak rational negatif tampaknya menjadi inti penyakit. Gaya seperti kepribadian tertentu sebagai ketergantungan yang berlebihan
13
atau mengkritik diri sendiri juga mempengaruhi orang untuk mengalami depresi (Andrews,2010). c. Faktor biologis adanya ketidakseimbangan zat-kimia di otak menyebabkan sel-sel otak tidak berfungsi dengan baik. Ada keluarga dan orang tertentu yang yang lebih rentan terhadap zat-zat kimia ini sehingga pada kondisi tertentu mereka cenderung mengalami depresi. Pada saat-saat tertentu depresi ini gampang kambuh. Biasanya kekambuhan
berikutnya
tidak
memerlukan
pemicu
sebanyak
sebelumnya. Oleh karena itu, kemungkinan faktor turunan atau genetik dianggap sebagai penyebabnya (Hana&Ismail,2009). d. Faktor psikososial kegagalan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap berbagai perubahan atau kehilangan pada saat lanjut usia akan menjadi pencetus. Perubahan status ekonomi, struktur keluarga yang cepat berubah, cenderung kehilangan dukungan anak, menantu, cucu, dan juga teman-teman. Kurang berfungsinya sistem pendukung keluarga dan lingkungan teaman dapat mempermudah timbulnya depresi. Berbagai jenis kehilangan sebagai bagian dari proses menua dapat menimbulkan depresi. Masalah sosial yang dihadapi pada masa tua
biasa
biasanya
rumit,
kompleks,
dan
saling
berkaitan
(Hana&Ismail,2009). 3. Tingkat depresi Menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) tahun 2001 – III depresi dibagi atas beberapa tingkatan yaitu:
14
1. Depresi ringan, ciri-cirinya sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut diatas, ditambah sekurangkurangnya 2 dari gejala lainnya, tidak boleh ada gejala berat diantaranya, lamanya seluruh episode berlangsung sekurangkurangya sekitar 2 minggu, hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukan. 2. Depresi sedang, ciri-cirinya sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti pada depresi ringan, ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya, lama nya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu, menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga. 3. Depresi berat atas dua jenis: 1) Depresi berat tanpa gejala psikotik ciri-cirinya semua gejala utama harus ada, ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa diantaranya harus berintensitas berat, bila ada gejala penting ( misalnya agitasi atau reterdasi psikomotor) yang mencolok, maka pasien tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejala secara rinci.Dalam hal demikian, penilaian secar menyeluruh terhadap depresif berat masih dapat dibenarkan, episode depresi biasanya berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan tetapi bila gejalanya amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk
15
menegakan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu, sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas. 2) Depresi berat dengan gejala psikotik ciri-cirinya sama dengan depresi berat tanpa gejala psikotik, diserttai waham, halusinasi, atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu, halusinasi audotorik atau olfatorik biasanya berupa suara menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk, retardasi psikomotor yang berat dapat memicu pada stupor, jika diperlukan waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi dengan afek. 4. Gejala-gejala Depresi Menurut PPDGJ – III (2001) depresi mempunyai beberapa gejala yang akan dijadikan pedoman diagnostik, yaitu: 1. Gejala Utama pada derajat ringan, sedang, dan berat meliputi (1) afek
depresif,
(2)
kehilangan
minat
dan
kegembiraan,
(3)berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunya aktivitas.
16
2. Gejala lainnya meliputi (1)konsentrasi dan perhatian berkurang, (2)harga diri dan kepercayaan diri berkurang, (3)gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna, (4)pandangan masa depan yang suram dan pesimistis, (4)gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri, (5)tidur terganggu, (6)nafsu makan berkurang. Gejala-gejala depresi meliputi: a) gambaran emosi yaitu mood depresi, sedih atau murung, iritabilitas,
ansietas,
anhedonia,
kehilangan
minat,
kehilangan semangat, ikatan emosi berkurang, menarik diri dari hubungan interpersonal, preokupasi dengan kematian. b) Gambaran kognitif yaitu mengkritik diri-sendiri, perasaan tidak berharga, rasa bersalah, pesimis,tidak ada harapan, putus asa, perhatiannya mudah teralih, konsentrasi buruk, tidak pasti dan ragu-ragu, berbagai obsesi, keluhan somatik(terutama pada lansia), gangguan memori, waham dan halusinasi. c) Gambaran vegetatif yaitu lesu, tidak ada tenaga, insomnia atau hipersomnia, anoreksia atau hipereksia, penurunan berat badan atau penambahan berat badan, retardasi psikomotor, libido terganggu, variasi diurnal yang sering. Tanda-
tanda
depresi
yaitu
berhenti
dan
lambat
bergerak,wajah sedih dan selalu berlinang air mata, kulit dan mulut kering dan konstipasi.
17
Menurut Nevid dkk (2005) dalam buku Psikology Abnormal ciriciri umum dari depresi meliputi : 1. Perubahan pada kondisi emosional yaitu perubahan pada mood, penuh dengan air mata atau menangis, meningkatkan iritaabilitas
(mudah
tersinggung),
kegelisahan,
atau
kehilangan kesabaran. 2. Perubahan dalam motivasi yaitu perasaan tidak termotivasi, atau memiliki kesulitan untuk memulai kegiatan di pagi hari atau soe bahkan sulit untuk bangun dari tempat tidur, menurunnya tingkat partisipasi sosial atau minat pada aktivitas sosial, kehilangan kenikmatan atau minat dalam aktivitas menyenangkan, menurunya minat seks, gagal untuk berespon pada pujian atau reward. 3. Perubahan dalam fungsi dan perilaku motorik yaitu bergerak atau berbicara dengan perlahan dari pada biasanya, perubahan dalam kebiasaan tidur,
perubahan
dalam selera makan (makan terlalu banyak atau terlalu sedikit), perubahan dalam berat badan, berfungsi secara kurang efektif daripada biasanya ditempat kerja atau sekolah. 4. Perubahan kognitif yaitu kesulitan berkonsentrasi atau berfikir jernih, berfikir negatif mengenai diri sendiri dan
18
masa depan, perasaan bersalah atau menyesal mengenai kesalahan di masa lalu, kurangnya self-esteem atau merasa tidak adekuat, berfikir akan kematian atau bunuh diri. B. Lansia 1. Pengertian Lansia Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas (Setianto, 2004). Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan (Pudjiastuti, 2003). Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan kesimbangan terhadap kondisi stres fisiologi. Menurut Hawari (2001) dalam Efendi&Makhfudli (2009) kegagalan pada lansia, ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual. Menurut WHO, klasifikasi lansia adalah usia pertengahan 45-59 tahun, lansia (elderly) 60-74 tahun, lansia tua 75-90 tahun, dan lansia sangat tua di atas 90 tahun. Menurut Undang-Undungan Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas”.
19
2. Perubahan- Perubahan pada Lansia Menurut Stanley dan Gauntlett (2007) lansia mengalami penuaan pada semua sistem tubuh lansia seperti pada sensori, integumen, muskuloskeletal, neurologis, kardiovaskular, pulmonal, endokrin, renal dan urinaria, gastroinstestinal, dan pada reproduksi. a. Penuaan pada Sistem Sensoris Banyak lansia mempunyai masalah sensoris yang berhubungan dengan perubahan normal akibat penuaan. Perubahan sensoris dan permasalahan yang ditimbulkan mungkin merupakan faktor yang turut berperan paling kuat dalam perubahan gaya hidup yang bergerak kearah ketergantungan yang lebih besar dan persepsi negatif tentang kehidupan. Perubahan dalam penglihatan dan fungsi mata yang dianggap normal dalam proses penuaan termasuk penurunan kemampuan untuk melakukan akomodasi, kontriksi pupil akibat penuaan, dan perubahan warna serta kekeruhan lensa mata (katarak). Lansia harus didorong untuk menggunakan lampu yang terang dan tidak menyilaukan. Sensitivitas terhadap cahaya sering terjadi, menyebabkan lansia sering mengedipkan mata terhadap cahaya yang terang. Katarak juga mengakibatkan gangguan dalam persepsi kedalaman, yang menyebabkan masalah dalam menilai ketinggian. Lansia harus diajarkan cara menggunakan tangan mereka sebagai pemandu dalam pada tegangan tangga. Perubahan dalam persepsi
20
warna terjadi sering dengan terbentuknya katarak sehingga warnawarna yang muncul tumpul dan tidak jelas. Perubahan pada pendengaran adalah masalah kesehatan kedua yang
paling
umum
yang
mempengaruhi
lansia.
Kehilangan
pendengaran pada lansia disebut presbikusis. Perubahan dalam pengecapan dialami ketika seseorang telahg bertambah tua karena jumlah kuncup-kuncup perasa pada lidah mengalami pengurangi, kerusakan yang menurunkan sensitivitas terhadap rasa.Perubahan pada penciuman terjadi selama usia pertengahan, dan untuk sebagian orang, hal tersebut akan berkurang. b. Penuaan pada Sistem Integumen Secara struktural kulit terdiri dari epidermis, dermis dan subkutis. Penuaan pada kulit terlihat pada kulit seperti atropi, keriput, dan kulit yang kendur. Perubahan kulit pada lapisan epidermis seperti waktu penggantian sel meningkat yang mengakibatkan waktu penyembuhan luka lambat, penurunan melanosit mengakibatkan perlindungan dari sinar ultraviolet berkurang, penurunan sel langerhans mengakibatkan respon terhadap pemeriksaan kulit berkurang, pendataran rete ridge mengakibatkan kulit mudah terpisah dan mengalami kerusakan, kerusakan pada nukleus keratinosit mengakibatkan kulit kecendurungan kearah pertumbuhan yang abnormal.
21
Perubahan-perubahan pada dermis adalah penurunan elastisitas yang mengakibatkan kulit kurang lentur, kolagen kurang terorganisir mengakibatkan kulit kehilangan turgor, vaskularisasi berkurang mengakibatkan kulit terlihat pucat dan hilangnya termoregularasi, penurunan unsur-unsur sel makrofag, fibroblas, sel batang yang mengakibatkan respon imun yang lemah. Perubahan-perubahan yang pada subkutis seperti resorpsi lemak tubuh yang mengakibatkan peningkatan resiko hipertermia, redistribusi kembali lemak tubuh dari ekstermitas keabdomen yang mengakibatka terjadi peningkatan resiko cedera dan perubahan citra tubuh. Perubahan-perubahan lain yang terjadi seperti hilangnya melanosit sehingga rambut berubah, hilangnya folikel rambut mengakibatkan penipisan rambut pada kepala, perubahan jenis dan distribusi rambut, pertumbuhan kuku berkurang sehingga kuku lunak, rapuh, dan kurang berkilau, penurunan korpus meissener sehingga penurunan sensasi raba, penurunan korpus pacinii sehingga dapat menurunkan
sensasi
tekan,
penurunan
kelenjar
keringat
mengakibatkan kulit kering dan penurunan termoregulasi, penurunan kelenjar apokrin sehingga terjadi penurunan bau badan. Pada lansia juga terjadi penurunan kekuatan imun. Perubahan kompetensi imun mencerminkan perubahan dalam imunitas sel, seprti penurunan fungsi dan jumlah sel T dan B. Kecendurangan lansia mengalami kanker kulit juga akibat dari gangguan imun. Peningkatan
22
kerentanan terhadap virus perkutan dan infeksi jamur adalah konsekuensi lain dari penurunan kompetensi imun lansia. c. Penuaan pada Sistem Muskoskeletal Perubahan pada sistem muskoluskeltal pada lansia dapat dilihat dari penurunan tinggi badan yang progresif yang disebabkan oleh penyempitan diskus interverbrata sehingga postur tubuh lansia bungkuk dengan penampilan barrel-chest. Kekakuan rangka tulang dada pada keadaan mengembang mengakibatkan lansia rawan terhadap resiko jatuh. Penurunan fungsi tulang kortikal dan trabular mengakibatkan peningkatan resiko fraktur. Penurunan massa otot dengan kehilangan lemak subkutan sehingga kontur tubuh lansia tajam, pengkajian status dehidrasi sulit, penurunan kekuatan otot. Waktu kontraksi dan relaksasi muskular memanjang
sehingga
perlambatan waktu untuk bereaksi. Kekakuan ligament dan sendi mengakibatkan peningkatan risiko cedera. d. Penuaan pada Sistem Neurologis Perubahan struktural yan paling terlihat terjadi pada otak itu sendiri, walaupun bagian lain dari SSP juga terpengaruh. Perubahan ukuran otak yang diakibatkann oleh atrofi girus dan dilatasi sulkus dan ventrikel otak. Korteks serebral adalah daerah otak yang paling besar dipengaruhi oleh kehilangan neuron. Perubahan dalam sistem neurologis dapat termasuk kehilangan dan penyusutan neuron, denga potensial 10% kehilangan yang diketahui pada usia 80 tahun.
23
Distribusi neuron kolinergik, norepineprin, dan dopamin yang tidak seimbang, dikompensasi oleh hilangnya sel-sel, menghasilkan sedikit penurunan intelektual. Ada beberapa perubahan norma sisitem neurologis akibat penuaan seperti konduksi saraf perifer yang lebih lambat akibatnya refleks tendon dalam yang lebih lambat dan meningkatnya waktu reaksi.
Peningkatan
lipofusin
sepanjang
neuron-neuron
mengakibatkan vasokontriksi dan vasodilatsi yang tidak sempurna. Termoregulasi
oleh
hipotalamus
kurang
efektif
sehingga
menimbulkan bahaya kehilangan panas tubuh. e. Penuaan pada Sistem Kardiovaskular Meningkatnya usia, jantung dan pembuluh darah mengalami perubahan baik struktural maupun fungsional. Penurunan yang terjadi berangsur-angsur ini sering terjadi ditandai dengan penurunan tingkat aktivitas, yang mengakibatkan penurunan kebutuhan darah yang teroksigenasi. Perubahan normal pada sistem kardiovaskular akibat penuaan seperti ventrikel kiri menebal dan membentuk penonjolan hal ini menyebabkan penurunan kekuatan kontraktil dan gangguan aliran darah melalui katup. Jumlah pacemaker menurun umumnya terjadi distrimia. Arteri menjadi kaku dan tidak lurus pada kondisi dilatasi akibatnya penumpulan respon baroresptor dan penumpulan respon terhadap panas dan dingin. Vena mengalami dilatasi, katup-katup
24
menjadi tidak kompeten mengakibatkan edema pada ekstermitas bawah dengan penumpukan darah. f. Penuaan pada Sistem Pulmonal Perubahan anatomi yang terjadi dengan penuaan turut berperan terhadap perubahan fungsional pulmonal. Perubahan anatomis seperti penurunan komplikasi paru dan dinding dada turut berperan dalam peningkatan kerja pernapasan. Atrofi otot-otot pernapasan dan penurunan kekuatan otot-otot pernapasan dapat meningkatkan risiko perkembannya keletihan otot-otot pernapasan pada lansia. Perubahanperubahan tersebut turut berperan dalam penurunan konsumsi oksigen maksimum. Perubahan-perubahan pada intertisium parenkim dan penurunan pada daerah permukaan alveolar dapat menghasilkan penurunan difusi oksigen. Implikasi klinis dari perubahan pada sistem repirasi sangat banyak. Perubahan struktural, perubahan fungsi pulmonal
dan
perubahan
sistem
imun
mengakibatkan
suatu
kerentanan untuk mengalami kegagalan respirasi akibat infeksi, kanker paru, emboli pulmonal, dan penyakit kronis seperti asma dan penyakit paru obtruksi kronis. g. Penuaan pada Sistem Endrokin Menurunnya produksi ACTH, TSH, FSH, dan LH, aktivitas tiroid, basal metabolik rate (BMR), daya pertukaran gas, produksi aldosteron, serta sekresi hormon kelamin seperti progesteron, esterogen, dan testoteron.
25
h. Penuaan pada Sistem Renal dan Urinaria Sejumlah perubahan dalam penuan nefron dan sistem sirkulasi yang mempengaruhi proses pertukaran telah diketahui. Dalam nefron, perubahan terjadi dalam glomerulus dan sistem tubular. Dalam glomerulus, membrana basalis mengalami penebalan,ditemukan skelorosis pada area fokal, dan total permukaan glomerulus menurun, mengakibatkan filtrasi darah yang kurang efesien. Keseimbangan cairan menjadi lebih sulit pada lansia karena berbagai alasan. Kemampuan nefron untuk memekatkan urine pada lansia mengalami gangguan, respon terhadap sekresi ADH tidak efesien, dan sensasi haus mungkin berkurang atau bahkan tidak ada. Karena faktor-faktor ini, kondisi yang memicu kehilangan cairan yang melebihi yang berlebihan dapat mengganggu hemeostatis pada lansia dapat secara cepat menjadi serius karena mekasnisme kompensasi tidak efisien dam efektif. i. Penuaan Sistem Gastrointestinal Penuaan terlihat pada rongga mulut dimana gigi yang mulai tanggal akibat hilangnya tulang penyokong pada permukaan periosteal dan peridontal. Mukosa mulut tampak merah dan berkilat akibat dari atrofi. Pada esofagus, lambung, dan usus mengalami penuaan seperti dilatasi pada esofagus, sfingter esofagus bagian bawah kehilangan tonus sehingga peningkatan resiko aspirasi pada lansia.
26
Selain penuaan pada sistem tubuh, lansia juga mengalami perubahan pada psikososiologis. Ada beberapa teori yang mengemukan perubahan
psikososiologis.
Teori
psikososiologis
memusatkan
perhatian pada perubahan sikap dan perilaku. a. Teori kepribadian Jung mengembangkan suatu teori pengembangan kepribadian orang dewasa yang memandang kepribadiaan sebagai ekstrovert atau introvert. Dengan menurunya tanggung jawab dan tuntuntan dari keluarga dan ikatan sosial, yang sering terjadi di kalangan lansia sehingga menjadi intorvert b. Teori Tugas Perkembangan Tugas perkembangan adalah adalah aktivitas dan tantangan yang harus dipenuhi oleh seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan yang sukses. Erickson menguraikan tugas utama lansia adalah mampu melihat kehidupan seseorang sebagai kehidupan yang dijalani dengan integritas. Pada kondisi tidak adanya pencapaian perasaan maka lansia mengalami resiko untuk disibukan dengan rasa penyesalan atau putus asa. c. Teori Disengagement Teori ini menggambarkan penarikan diri oleh lansia dari peran masyarakat dan tanggung jawabnya.
27
d. Teori Aktivitas Teori ini dikemukan oleh Havighurst. Dia menuliskan bahwa pentingnya tetap aktif secara sosial sebagai alat untuk penyesuaian diri yang sehat untuk lansia. Kesempatan untuk turut berperan dengan cara yang penuh arti bagi kehidupan seseorang yang penting bagi dirinya merupakan suatu komponen kesejahteraan yang penting bagi lansia. hilangnya fungsi peran pada lansia secara negatif memengaruhi kepuasan hidup. e. Teori Kontinuitas Teori ini menekankan pada kemampuan koping individu sebelumnya dan kepribadian sebagai dasar untuk memprediksi bagaimana seseorang akan dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan akibat penuaan. Ketika perubahan gaya hidup dibebankan pada lansia oleh perubahan sosial ekonomi atau faktor kesehatan, permasalahan mungkin akan timbul. f. Perubahan Psikologis Ada beberapa perubahan psikologis normal yang mengikuti proses penuaan. Lansia biasanya tidak melakukan aktivitas sebanyak orang muda. Hal ini mungkin disebabkan oleh kesehatan, pendapatan, pensiun yang kurang atau berkurangnya dorongan dan ambisi. Kemahiran mereka dalam keterampilan yang baru dan respon mereka terhadap situasi yang baru tidak sebaik sebelumnya (Hibbert dkk,2009).
28
Pensiun menjadi pengalaman yang sangat membuat stress. Terdapat kehilangan pendapatan, rutinitas, tantangan, perusahaan dan status. Kemudian terjadi kehilangan lebih lanjut, seperti kehilangan seseorang,
dan
hilangnya
kesehatan
dan
kebugaran
dengan
meningkatnya usia (Hibbert dkk,2009). Penyakit psikiatrik pada usia lanjut sering berkaitan erat dengan penyakit fisik dan kecacatan, atau pengobatan medis mereka. Oleh karena itu, banyak terdapat stressor dalam penuaan yang dapat mencetuskan penyakit psikatrik. Namun, baik orang itu mengalami penyakit psikiatrik atau tidak, akan bergantung pada sifat kepribadian mereka, strategi mereka mengatasi masalah dan dukungan yang mereka peroleh. Depresi sangat sering terjadi pada lansia, mereka mungkin tidak menyadari bahwa mereka sedang depresi (Hibbert dkk,2009) 3. Faktor- faktor Pencetus terjadinya Depresi pada Lansia Ada beberapa faktor pencetus depresi pada lansia dalam Stanley dan Gauntlett (2007) 1. Menurut Erickson tentang perkembangan psikososial, lansia yang tidak berhasil menyelesaikan tahap-tahap perkembangan yang diperlukan dan tidak berada pada tingkat kohesi, kedamaian di dalam diri, dan kepuasan hidup berisiko mengalami keputusaan 2. Bagi lansia yang menghadapi banyak stresor, sering kali kumulatif, yang dapat mencetuskan depresi. Stresor-stresor
29
tersebut dapat berupa stresor ekonomi, sosial, fisik, dan emosional dan kehilangan aktivitas. 3. Ahli teori psikoanalisis mengemukan bahwa kehilangan objek, agresi ke dalam, dan kehilangan harga diri merupakan faktorfaktor kritis dalam awitan gejala depresif. 4. Teori-teori kognitif mengemukakan bahwa pengaturan kognitif negatif lansia dan distorsi
interpretasi terhadap diri dan
lingkungan menyebabkan dan memperkuat depresi. 5. Ketidakberdayaan akibat stimuli yang tidak menyenangkan dan yang menyebabkan hukuman merupakan dasar terjadinya depresi. 6. Neurotransmiter
keempat
dan
disregulasi
dan
malfungsi
neuroendokrin merupakan penyebab depresi. 7. Beberapa penyakit fisik yang sering terjadi pada lansia dapat menyebabkan gejala-gejala depresi 4. Dampak Depresi Pada Lansia Depresi pada lansia dapat membawa dampak sebagai berikut (Blazer, 1982 dalam Arjadi,2012): a. Bunuh diri Sama seperti dampak depresi yang dapat muncul pada populasi lain, lansia juga dapat melakukan aksi bunuh diri akibat tekanan depresi. Depresi pada lansia seringkali tidak dapat dideteksi dan diantisipasi sejak dini. Keluarga para lansia depresi yang melakukan aksi bunuh diri melaporkan bahwa mereka tidak terlihat ataupun
30
mengatakan keinginan untuk bunuh diri. Faktor resiko yang dapat membuat lansia depresi memutuskan bunuh diri antara lain adanya penyakit fisik yang mereka alami, ditinggalkan pasangan karena kematian, merasa kesepian, dan mengkonsumsi alkohol secara berlebihan. b. Penurunan fungsi keseharian yang dapat mempercepat kematian Lansia yang mengalami depresi biasanya akan mengalami penurunan fungsi keseharian karena mereka tidak bersemangat untuk beraktivitas. Kondisi ini akan semakin menggangu fungsi keseharian mereka karena lansia yang depresi dan malas beraktivitas biasanya mengisi
kesehariannya
dengan
kegiatan-kegiatan
yang
tidak
menyenangkan. Penurunan fungsi keseharian yang terjadi secara terus menerus dapat berdampak buruk bagi kondisi lansia tersebut selanjutnya, termasuk dapat mempercepat kematian. c. Peningkatan penggunaan pelayanan kesehatan Depresi
pada
lansia
meningkatkan
kebutuhan
penggunaan
pelayanan kesehatan, termasuk penggunaan obat-obatan anti-depresan. Selain untuk menangani depresi itu sendiri, para lansia pun biasanya membutuhkan pelayanan kesehatan karena masalah kesehatan lain yang muncul terkait depresi yang mereka alami. Misalnya saja depresi dapat memperparah kondisi kesehatan lansia.
31
5. Penatalaksanaan Depresi pada Lansia Menurut Stanley dan Gauntlett (2007) lansia banyak menghadapi depresi karena berbagai stesor. Intervensi yang tepat untuk mengatasi depresi pada lansia dengan mengarahkan kembali minat-minat mereka, mendorong aktivitas-aktivitas, termasuk melakukan aktivitas keagamaan
dan hubungan baru yang penuh makna. Selain itu
intervensi lain juga dapat dilakukan yaitu: a. Mengkomunikasi perhatian Perawat harus terus sensitif terhadap perasaan lansia yang mengalami depresi dan mengetahui stigma yang melekat pada berbagai bentuk penyakit mental. Klien harus diberitahu bahwa perawat peduli terhadap mereka. Ada banyak cara mudah untuk mengkomunikasikan penerimaan terhadap lansia depresi dan permasalahannya, seperti bersikap tidak menghakimi dan tidak menghukum, menyampaikan ketertarikan,dan mengisinkan mereka mengungkapan emosi-emosi yang kuat. b. Membantu klien menyadari bahwa mereka mengalami kesedihan yang tidak wajar.Perawat membantu klien depresi meyadari bahwa mereka mengalami kesedihan yang tidak wajar dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membantu mereka mengidentifikasi hal-hal yang mereka sedihkan, seperti kehilangan dan duka cita yang mereka alami. Mengungkapkan kenangan dan tinjauan hidup terbimbing yang berfokus terhadap pada kejadian-kejadian di masa
32
lalu ( mis. kunjungan keluarga, hobi dan aktivitas-aktivitas yang menyenangkan) juga membantu orang depresi melihat hal-hal terjadi
tidak
sedemikian
buruk.
Seringkali
perawat
perlu
menunjukan hal-hal positif yang mereka lihat pada diri klien depresi yang memperkuat pemikiran bahwa mereka masih berarti. c. Memberikan informasi tentang depresi Klien berhak mendapatkan informasi yang akurat tentang depresi, termasuk fakta bahwa depresi dapat terjadi di semua golongan usia. Lansia depresi perlu mengetahui bahwa gejala-gejala adalah bagian dari depresi dan dapat hilang jika teratasi d. Memodifikasi lingkungan fisik dan sosial Sejumlah strategi lingkungan dapat digunakan untuk lansia depresi. Contohnya antara lain meningkatkan input sensori dengan menyalakan
lampu,
Memberikan
struktur,
meningkatkan keamanan,
sentuhan dan
dan
pijatan.
konsistensi
dengan
menjelaskan rutinitas institusi dengan jelas meningkatkan rasa aman pada diri klien. Perawat harus mendorong partisipasi klien depresi dalam perawatan diri dan aktivitas-aktivitas lain serta meningkatkan konsep dirinya dengan memberikan kesempatan kepada klien untuk melakukan sesuatu dan melakukan dengan benar.
33
e. Penatalaksanaan pengobatan Menggunakan obat antidepresi dan perawat harus mendorong lansia meminum obat sesuai resep, mengingatkan mereka f. Modalitas kelompok Terapi kelompok sering berhasik digunakan di antara lansia karena bersama dengan orang lain merupakan hal yang penting dalam proses asuhan dan rehabilitasi depresi berkelanjutan. Berbagai jenis terapi rehabilitatif sosial mungkin dilakukan: terapi yang berfokus pada aktivitas dan meningkatkan rasa keterkaitan dengan orang lain, terapi yang mendorong ingatan atau tinjauan hidup dan oleh karena itu membantu penyelesaian masalahmasalah yang sama dan meningkatkan identifikasi dengan pencapaian dimasa lalu, terapi yang mengajarkan tentang penatalaksanaan kesehatan dan stres, terapi yang menstimulasi rasa dan perbaikan respon terhadap lingkungan, terapi yang membantu memenuhi kebutuhan akan mencintai dan di cintai. 6. Pengukuran tingkat depresi Geriatric Depression Scale di tulis oleh Yesvage et al pada tahun 1983. Geriatric Depression Scale (GDS) dirancang untuk lansia, untuk menilai gejala depresi dan termasuk berbagai pertanyaan tentang suasana hati . GDS cepat dan handal dan menghindari kelebihan pertanyaan dari gejala fisik(Cress,2007). GDS adalah instrument yang telah digunakan secara luas pada klinik dan penelitian sejak
34
kemunculanya pertama kali lebih dari 20 tahun lalu. GDS adalah skala depresi primer pertama yang telah digunakan sebagai instrument skreening yang didesain secara spesifik untuk populasi geriatrik.GDS menjadi
terkemuka
pada
literatur
gerontological.
Itu
telah
direkomendasikan sebagai standar pengukuran depresi pada lansia untuk memfasilitasi perbandingan penelitian dan pada pendidikan. GDS terdiri dari 30 item skala penilaian yang dirancang untuk memperbaiki beberapa masalah yang diklaim dalam skrining untuk depresi lansia(Davis,2008). Jawaban pada instrument ini dinyatakan dalam ya/tidak dengan score Ya=1 dan tidak-0. Skor dalam kisaran 09 dianggap normal, 10-19 menunjukan depresi ringan, dan 20-30 sedang sampai berat (Lam et al,2005). C. Religiusitas 1. Pengertian religiusitas Menurut Hardjana (2009) , religiusitas berasal dari kata latin “religiosos” yang merupakan kata sifat dari kata benda”religio”. Kata religio mempunyai 3 unsur yaitu: pertama, unsur memilih kembali ke sesuatu yang sebetulnya sudah ada, tapi dengan berjalannya waktu menjadi terlupakan. Kedua, unsur mengikat diri kembali pada sesuatu yang dapat dipercaya dan diandalkan, yang sebelumnya sudah ada tapi telah putus atau tidak di sadari. Ketiga, ketika sudah memilih kembali mengikat diri, manusia secara terus menurus berpaling pada sesuatu itu.
35
2. Dimensi religiusitas Keberagamaan atau religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Aktivitas beragama bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual (beribadah), tapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural. Bukan hanya yang berkaitan dengan aktivitas yang tampak dan dapat dilihat mata, tapi juga aktivitas yang tak tampak dan terjadi dalam hati seseorang. Karena itu, keberagamaan seseorang akan meliputi berbagai macam sisi atau dimensi. Dengan demikian, agama adalah sebuah sistem berdimensi banyak. Agama dalam pengertian Glock & Stark (1966), adalah sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang terlembagakan, yang semuanya itu berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi (ultimate meaning) Menurut Glock & Stark dalam Ancok (2004) , ada lima macam dimensi keberagamaan yaitu:
a.
Pertama,dimensi keyakinan. Dimensi ini berisi pengharapan-pengharapan di mana orang religius berpegang teguh pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran doktrin-doktrin tersebut. Setiap agama mempertahankan seperangkat kepercayaan di mana para penganut diharapkan akan taat. Walaupun demikian, isi dan ruang lingkup itu bervariasi tidak hanya
36
di antara agama-agama, tetapi seringkali juga di antara tradisi-tradisi dalam agama yang sama. b. Dimensi praktik agama. Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan , ketaatan, dan hal-hal yang dilakukakan orang untuk menunjukan komitmen terhadap agama yang dianut. c. dimensi pengalaman. Dimensi ini berisikan dan memperhatikan fakta bahwa semua agama mengandung pengharapan-pengharapan tertentu, meski tidak tepat jika dikatakan bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan subjektif dan langsung mengenai kenyataan terakhir (kenyataan terakhir bahwa ia akan mencapai suatu kontak dengan kekuatan supranatural). Seperti yang telah kita kemukan, dimensi ini berkaitan dengan pengalaman keagamaan, perasaan-perasaan, persepsi-persepsi dan sensasi-sensasi yang dialami seseorang atau didefinisikan oleh suatu kelompok keagamaan( atau masyarakat) yang melihat komunikasi, walaupun kecil, dalam suatu esensi ketuhanan, yaitu dengan Tuhan, kenyataan terakhir, dengan otoritas transdental. d. Dimensi pengetahuan agama. Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar, keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-
37
tradisi. Walaupun demikian, keyakinan tidak perlu tidak perlu diikuti oleh syarat pengetahuan, juga semua pengetahuan agama tidak selalu bersandar pada keyakinan. Lebih jauh, seseorang dapat berkeyakinan bahwa
kuat
tanpa
benar-benar
memahami
agamanya,
atau
kepercayaan bisa kuat atas dasar pengetahuan yang amat sedikit. e. Dimensi pengalaman atau konsekuensi. Dimensi ini mengacu pada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, pratik, pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Istilah kerja dalam pengertian teologis digunakan
disini.
Walaupun
agama
banyak
menggariskan
bagaimana pemeluknya seharusnya berpikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari, tidak sepenuhnya jelas sebatas mana konsekuensi-konsekuensi agama merupakan bagian dari komitmen keagamaan atau semata-mata berasal dari agama. 3. Perspektif Islam tentang Religiusitas Untuk memahami Islam dan umat islam , konsep yang tepat adalah konsep yang mampu memahami adanya beragam dimensi dalam Islam. Menurut Djamaludin Ancok (2004) rumusan Glock & Stark yang membagi keberagamaan menjadi lima dimensi dalam tingkat tertentu mempunyai kesesuaian dalam Islam. Walaupun tak sepenuhnya sama, dimensi keyakinan dapat disejajarkan dengan akidah, dimensi praktik agama disejajarkan dengan syariah dan dimensi pengalaman disejajarkan dengan akhlak.
38
Dimensi keyakinan atau akidah islam menunjukan seberapa tingkat keyakinan muslim terhadap kebenaran ajaran-ajaran agamanya, terutama terhadap ajaran-ajaran yang bersifat fundamental dan dogmatik. Di dalam keberislaman, isa dimensi keimanan menyangkut keyakinan tentang Allah, para malaikat, Nabi/Rasul, kitab-kitab Allah, surga dan neraka , serta qadha dan qadar. Dimensi peribadatan (atau praktek agama) atau syariah menunjukan
pada
seberapa
mengerjakan
kegiatan-kegiatan
tingkat ritual
kepatuhan
muslim
sebagaimana
disuruh
dalam dan
dianjurkan oleh agamanya. Dalam keberislaman, dimensi peribadatan menyangkut pelaksanaan shalat,puasa, zakat ,haji, membaca Al-quran, doa, zikir,ibadah kurban, iktikaf di masjid di bulan puasa, dan sebagainya. Dimensi pengalaman atau akhlak menunjuk pada seberapa tingkatan muslim berperilaku dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya, yaitu bagaimana individu berelasi dengan dunianya, terutama dengan manusia lain. Dalam keberislaman, dimensi ini meliputi perilaku suka menolong,
bekerjasama,
berderma,
menyejahterakan
orang
lain,
menegakkan keadilan dan kebenaran, berlaku jujur , memaafkan, menjaga lingkungan hidup, menjaga amanat, tidak mencuri dan mematuhi norma-norma islam dalam perilaku.
39
4. Konsep-konsep dari dimensi-dimensi religiusitas a. Konsep Aqidah Kata ‘aqidah diambil dari al-‘aqdu, yaitu ar-rabth (ikatan), alibraam (pengesahan), al-ihkaam (penguatan), at-tawatsuq (menjadi kokoh, kuat), asy-syaddu biquwwah (Pengikatan dengan kuat), attamaasuk (berpegangan/komitmen pada sesuatu), al- muraashshah (pengokohan) dan al-itsbaat (penetapan). ‘Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambilan keputusan. Sedangkan pengertian ‘aqidah dalam agama maksudnya berkaitan dengan keyakinan, bukan perbuatan, seperti ‘aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya para Rasul. Jadi kesimpulannya, apa yang telah menjadi ketetapan hati seseorang secara pasti adalah ‘aqidah; baik itu benar ataupun salah (Al-Atsari,2006). Pengertian ‘aqidah secara terminologi yaitu, perkara wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tentram karenya sehingga menjadi suatu keyakinan yang teguh dan kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan. Dengan kata lain, keimanan yang pasti tidak terkandung suatu keraguan apa pun pada orang yang meyakininya. Selain itu, harus sesuai dengan kenyataannya; yang tidak menerima keraguan atau pra-sangka. Jika hal tersebut tidak sampai pada tingkat keyakinan yang kokoh, maka tidak dinamakan ‘aqidah. Dinamakan ‘aqidah, karena orang itu mengikat hatinya di atas hal tersebut(Al-atsari,2006).
40
b. Konsep Ihsan Makna kata ihsan yaitu kebaikan. Begitu banyak ayat Alquran yang berbicara tentang ihsan. Sebagaimana didefinisikan oleh Nabi SAW., ihsan adalah beribadah dengan penuh kerendahan dan kehadiran hati (khudu dan khusyuk), seolah-olah kita melihat allah dan sadar bahwa Dia melihat (Kabbani,2007). Ihsan adalah ajaran tentang penghayatan yang pekat akan hadirnya Tuhan dalam hidup, melalui penghayatan diri sebagai sedang menghadapi dan berada di depan hadirat-Nya ketika beribadah. Ihsan adalah pendidikan atau latihan untuk mencapai makfirat dalam arti sesungguhnya. Sehingga ihsan adalah puncak tertingga keagamaan manusia. Ihsan adalah manusia yang sudah selalu berada dalam perbuatan kebajikan, dan tidak mudah untuk berbelok kembali dari jalan lurus tersebut (Sholikhin,2010). c. Konsep Ilmu Islam sangat memperhatikan, menghormati, dan menjunjung tinggi martabat ilmu dan orang yang memiliki ilmu, sebagaimana firman Allah SWT: “....niscaya Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat..” (Al Mujaadilah: 11)
41
Berdasarkan ayat itu dapat dikemukan bahwa dalam ajaran islam pengertian ilmu bukan hanya didasarkan pada jumlah ilmu yang dipelajarinya. Tetapi ilmu yang benar adalah ilmu yang dapat dirasakan manfaatnya oleh manusia pada umumnya, sebagaimana halnya ilmu menyempurnakan hikmah bagi pemiliknya hingga menjadi suatu sikap dan sifat yang menyatu dalam dirinya juga perilakunya tanpa ada paksaan. Di samping itu, ilmu dapat menjadi cahaya yang menerangi jalan dalam mencapai petunjuk dan kebaikan. d. Konsep Ibadah Ibadah berasal dari kata al-ibadah yang secara bahasa berarti pengabdian, penyembahan, ketaatan, menghina/merendahkan diri, dan doa adalah perbuatan yang dilakukan sebagai usaha menghubungkan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagai Tuhan yang disembah. Ulama fikih mendefinisikan ibadah sebagai ketaatan yang disertai dengan ketundukan dan kerendahan diri kepada Allah SWT. Redaksi lain menyebutkan bahwa ibadah adala semua yang dilakukan atau disembahkan untuk mencapai keridhaan Allah SWT dan mengharap imbalan pahala-Nya di akhirat kelak (Surur,2009). d. Konsep Akhlak Secara etimologis akhlak berarti “perbuatan” dan ada sangkut pautnya dengan kata khalik “pencipta”, dan Makhluk yang diciptakan. Pada garis besarnya akhlak Islam mencakup beberapa hal( Alatsari,2006):
42
1. Akhlak manusia terhadap khalik. 2. Akhlak manusia terhadap makhluk. 3. Makhluk bukan manusia, flora, fauna, dan lain-lain. 4. Makhluk manusia Kata “akhlak” menunjukan sejumlah sifat tabiat fitri (asli) pada manusia dan sejumlah sifat yang diusahakan hingga seolah-olah fitrah akhlak ini memiliki dua bentuk, pertama bersifat batiniyah(kejiwaan), dan yang kedua bersifat zahiriyah yang terwujud dalam perilaku. Inilah pengertian akhlak secara garis besar sebagaimana tersebut dalam beberapa kamus. Jadi akhlak ialah sejumlah mabda’ (prinsip) dan nilai yang mengatur perilaku seorang muslim, yang dibatasi oleh wahyu untuk mengatur kehidupan manusia dan menetapkan pedoman baginya demil merealisasikan tujuan keberadaannya di muka bumi, yaitu beribadah kepada Allah SWT, untuk meraih kebahagian di dunia dan akhirat (Mahmud,1996). 5. Fungsi religiusitas Fungsi religiusitas menurut Jalaaludin, 2004 dalam Widiana, 2013 adalah: a. Berfungsi sebagai edukatif Dalam agama terdapat ajaran-ajaran agama yang harus dipatuhi oleh penganutnya. Ajaran tersebut mengandung unsur suruhan dan larangan mempunyai latarbelakang mengarahkan bimbingan agar
43
pribadi penganutnya menjadi baik dan terbiasa dengan baik menurut ajaran agama masing-masing. b. Berfungsi sebagai penyelamat Agama mengajarkan kepada manusia untuk menyembah Tuhan. Hal tersebut dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk sesuai ajaran agama masing. Dan Tuhan memberikan keselamatan baik di dunia maupun diakhirat. c. Berfungsi sebagai pendamaian Melalui agama seseorang yang bersalah atau berdosa dapat mencapai kedamaian bathin melalui tuntunan agama. Rasa berdosa dan bersalah akan segera hilang ketika kita menebusnya dengan cara bertobat. d. Berfungsi sebagai sosial kontrol Para penganut agama sesuai dengan ajaran agama yang dipeluknya terikat batin kepada tuntunan ajaran tersebut, baik secara pribadi maupun secara kelompok. Ajaran agama oleh penganutnya dianggap sebagai norma, sehingga agama dapat berfungsi sebagai pengawas sosial secara individu maupun kelompok. e. Fungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas Para penganut agama yang sama secara psikologis akan merasa memiliki kesamaan dalam satu kesatuan, yaitu iman dan kepercayaan. Rasa ini akan membina rasa solidaritas dalam kelompok.
44
f. Fungsi transformatif Ajaran agama dapat mengubah kepribadian seseorang menjadi kehidupan baru sesuai ajaran agama yang dianut. Kehidupan baru yang diterima berdasarkan agama yang dipeluk kadang mampu mengubah kesetiaanya kepada adat atau norma kehidupan yang dianut nya sebelum itu. g. Fungsi Kreatif Ajaran agama mendorong dan mengajak para penganutnya untuk bekerja produktif bukan saja untuk kepentingan diri sendiri, tetapi juga untuk kepentingan orang lain. Penganutan agama bukan saja disuruh bekarja secara rutin dalam pola hidup yang sama, akan tetapi juga dituntut untuk melakukan inovasi dan penemuan baru. h. Fungsi sublimatif Ajaran agama mengkuduskan segala usaha manusia, bukan saja yang bersifat agama ukhrawi melainkan juga
yang bersifat
duniawi. Segala usaha manusia selama tidak bertentangan dengan norma-norma agama bila tidak dilakukan atas niat yang tulus, karena dan untuk Allah merupakan ibadah. 6. Faktor yang mempengaruhi religiusitas Menurut Thouless (1992) dalam Widiana, (2013) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan adalah: a. Pengaruh pendidikan atau pengajaran dan berbagai tekanan sosial(faktor sosial) ini mencakup semua pengaruh sosial dalam
45
perkembangan sikap keagamaan itu, termasuk pendidikan dari orang tua, tradisi-tradisi sosial, tekanan-tekanan lingkungan sosial untuk menyesuaikan diri dengan berbagai pendapat dan sikap yang disepakati oleh lingkungan. b. Berbagai pengalaman yang dialami oleh seseorang dalam membentuk sikap keagamaan terutama pengalaman-pengalaman seperti: keindahan, keselarasan dan kebaikan di dunia lain (faktor alamiah) seperti menjalin hubungan baik pada sesama dengan saling tolong menolong, adanya konflik moral seperti mendapatkan tekanan-tekanan dari lingkungan dan pengalaman emosional keagamaan (faktor efektif) seperti perasaan mendapat peringatan atau pertolongan dari Tuhan. c. Faktor-faktor
yang seluruhnya
atau
sebagian
timbul
dari
kebutuhan-kebutuhan yangtidak terpenuhi terutama kebutuhan terhadap keagamaan, cinta kasih, harga diri dan ancaman kematian. d. Berbagai proses pemikiran verbal atau proses intelektual dimana faktor ini juga dapat mempengaruhi religiusitas individu. Manusia adalah makhluk yang dapat berfikir, sehinga manusia akan memikirkan tentang keyakinan –keyakinan dan agama yang dianutnya.
46
D. Kerangka Teori Lansia
Perubahan Fisik (Stanley & Gauntlett,2008)
Perubahan Psikososiologis
Perubahan Psikologis (Hibbert,2009)
(Stanley & Gauntlett,2008)
Faktor yang pencetus depresi pada lansia
Depresi
Dampak Depresi
Bunuh diri
Tingkat depresi
-perkembangan psikososial(Teori erickson)
Normal -berbagai stresor-stresor
Penurunan fungsi keseharian yang dapt mempercepat kematian
Ringan
Peningkatan penggunaan pelayan kesehatan
Sedang
-kehilangan objek ,harga diri (teori psikoanalisa)
(Geriatric Depression Scale,1983)
-teori kognitif -ketidakberdayaan akibat stimuli yang tidak menyenangkan
Blazer,1982
-penyakit-penyakit fisik
Religiusitas
(buckwalter,1990 dalam Stanley & Gauntlett,2008)
1.Dimensi ideologi (aqidah) Penanganan depresi
2.Dimensi eksperiental (Ihsan) 3.Dimensi intelektual (Ilmu) 4.Dimensi ritual (ibadah) 5.Dimensi konsekuensial (amal dan akhlak) (Glock & Stark ,1966)
Mengembalikan minat, melakukan aktivitas-aktivitas ( termasuk keagamaan), menjalin hubungan sosial,modalitas kelompok, terapi obat (Stanley&Gauntlett,2007)
Bagan 2.1 Kerangka Teori
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka konsep Kerangka konsep merupakan justifikasi ilmiah terhadap penelitian yang dilakukan dan memberikan landasan kuat terhadap topik yang dipilih sesuai dengan identifikasi masalahnya (Hidayat,2008). Berdasarkan kerangka teori yang dibuat diatas, maka peneliti akan meneliti hubungan religiusitas dengan tingkat depresi, dimana variabel independennya adalah religiusitas dan variabel dependen adalah tingkat depresi dan diperoleh kerangka konsep seperti dibawah ini:
variabel Independen
variabel Dependen
Religiusitas 1. Dimensi ideologi (aqidah) 2. Dimensi eksperiental (Ihsan) 3. Dimensi intelektual (Ilmu) 4. Dimensi ritual (ibadah) 5. Dimensi konsekuensial (amal dan akhlak)
Tingkat depresi
47
Normal Ringan berat
48
B. Hipotesis Ho ( Hipotesis nol) diartikan sebagai tidak adanya hubungan atau perbedaan antara dua fenomena yang diteliti ( Setiadi,2007). Ho: Tidak ada hubungan antara tingkat religiusitas dengan tingkat depresi Ha ( Hipotesis alternatif) menyatakan adanya hubungan antara dua variabel atau lebih, bisa juga menyatakan adanya perbedaan dalam hal tertentu pada kelompok berbeda (Setiadi,2007). Ha: Ada hubungan antara tingkat religiusitas dengan tingkat depresi
C. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definsi Operasional No 1
Variabel Religiusitas
Definsi operasional Keadaan yang dialami individu meyakini ajaran-ajaran Tuhannya,merasakan kehadiran tuhan dalam hidupnya, dan mampu mengaplikasikannya dalam kegiatan seharihari dalam hidupnya.
Cara ukur Wawancara
Alat ukur Kuesioner
Hasil ukur Baik = X> mean + standar deviasi (SD) Sedang= mean-SD≤X≤ mean + SD Buruk= X<mean – SD (Riwidikdo,2009)
skala ordinal
Menjelaskan sejauh mana hubungan manusia dengan keyakinannya terhadap rukun iman Dimensi Ihsan atau penghayatan Eksperiental merupakan dimensi (Ihsan) yang menjelaskan sejauh mana seseorang merasa dekat dan lihit oleh Allah dalam melakukan kegiatan
Wawancara
Kuesioner
ordinal
Wawancara
Kuesioner
Baik = X> mean + standar deviasi (SD) Sedang= mean-SD≤X≤ mean + SD Buruk= X<mean – SD (Riwidikdo,2009) Baik = X> mean + standar deviasi (SD) Sedang= mean-SD≤X≤ mean + SD Buruk= X<mean – SD (Riwidikdo,2009)
Dimensi aqidah
47
ordinal
50
sehari-hari Menjelaskan sejauh Wawancara mana tingkat kepatuhan seseorang dalam menjalankan kegiatan ritual-ritual sesuai sengan agama islam Dimensi Menjelaskan seseorang Wawancara konsekuensi yang beragama harus (amal dan merealisasikan ajaranakhlak) ajaran agama yang telah dipelajarainya dalam kehidupan sehari-hari Dimensi Sejauh mana seseorang Wawancara intelektual mengetahui dan (ilmu) memahami ajaran agamanya terutama yang terdapat dalam kitab suci Dimensi ritual (ibadah)
Kuesioner
Baik = X> mean + standar deviasi (SD) Sedang= mean-SD≤X≤mean + SD Buruk= X<mean – SD (Riwidikdo,2009)
ordinal
Kuesioner
Baik = X> mean + standar deviasi (SD) Sedang= mean-SD≤X≤ mean + SD Buruk= X<mean – SD (Riwidikdo,2009)
ordinal
Kuesioner
Baik = X> mean + standar deviasi (SD) Sedang= mean-SD≤X≤ mean + SD Buruk= X<mean – SD (Riwidikdo,2009)
Ordinal
51
2
Tingkat depresi
Gangguan
Wawancara
Lembar quisioner
0-9 = normal 10-19=depresi ringan 20-30=depresi berat
ordinal
52
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan pendekatan kuantitatif,
karena data yang diperoleh merupakan data langsung yang dapat dihitung atau dikelola dengan data statistik. Dengan desain penelitian crossectional pengambilan data terhadap beberapa variabel penelitian dilakukan pada satu waktu. Hal ini bertujuan untuk melihat hubungan variabel (Dharma,2011). Pada penelitian peneliti melihat hubungan antara tingkat religiusitas dengan tingkat depresi pada lansia beragama islam. B. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di Panti Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan. Alasan peneliti melakukan penelitian di panti werdha karena tingkat depresi pada lansia di panti cukup tinggi dibandingkan lansia di komunitas (Tamher & Noorkasiani,2009). Waktu penelitian efektif dilakukan selama 1 minggu, mulai tanggal 07 - 14 Mei 2015. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti tersebut (Notoadmojo,2010). Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang berusia 60 tahun keatas beragama Islam, mandiri, tidak ada gangguan psikotik yang berada di panti werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta. Jumlahnya yang ada adalah 72 orang.
52
53
2. Sampel Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojdo,2010). Sampel pada penelitian ini adalah lansia yang berumur 60 tahun keatas, beragama islam, dan tidak mengalami gangguan psikotik. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah teknik purposive sampling. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap
anggota
populasi
yang
dapat
diambil
sebagai
sampel
(Notoatmodjo,2010). Kriteria inklusi dari sampel: 1) Lansia berusia >60 tahun 2) Lansia yang bertempat tinggal di Panti werdha Budi Mulia 4 Margaguna 3) Lansia yang berada di ruang mandiri 4) Lansia beragama islam 5) Sehat jasmani dan rohani 6) Memahami bahasa Indonesia 7) Mau diwawancara Kriteria eksklusi adalah kriteria yang tidak boleh ada atau kriteria yang tidak boleh dimiliki sampel yang akan digunakan untuk penelitian . Kriteria eksklusi dari sampel: 1) Beragama non islam 2) Mengalami gangguan psikotik
54
3. Besar Sampel Penghitungan jumlah sampel menggunakan rumus Slovin(Siregar,2013) n= N 1+Nα2 Keterangan n= jumlah sampel yang dibutuhkan N= jumlah populasi Nα2=taraf signifikan Jadi n= 72 1+72.0,0025 =61,01 D. Pengumpulan data 1. Metode Pengambilan Data Sebelum melakukan pengambilan data, penelitian mengajukan izin terlebih dahalu ke ketua Panti Trisna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna untuk melakukan survei jumlah lansia yang ada dipanti, lalu menyeleksi calon responden sesuai yang telah dibuat penelitian. Setelah mendapatkan responden sesuai dengan kriteria yang telah di tentuakan, peneliti melakukan pendekatan dengan mendatangi calon responden dan memilih responden sesuai kriteria inklusi. Peneliti menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian untuk mendapatkan data dari responden. Kuesioner ini telah
di susun secara
55
struktural yang berisi pernyataan-pernyataan yang harus di jawab oleh responden. 2. Instrumen Penelitian Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner dapat diisi langsung oleh responden atau tanyakan secara lisan kepada responden melalui wawancara dan yang mengisi kuesioner itu adalah interviewer berdasarkan jawaban lisan dari responden (Notoatmodjo,2010). Instrument yang digunakan pengumpulan data adalah : 1. Mengukur tingkat depresi pada lansia menggunakan Geriatric Depression Scale oleh Yesvage et al pada tahun 1983 yang terdiri dari 30 item skala penilaian. Jawaban pada instrument ini dinyatakan dalam ya/tidak dengan nilai skor jika jawaban responden tidak sesuai dengan jawaban maka skor 1 dan jika jawaban responden sesuai dengan jawaban maka skor 0. Skor dalam kisaran 0-9 dianggap normal, 10-19 menunjukan depresi ringan, dan 20-30 sedang sampai berat (Lam et al,2005). 2. Instrument penelitian yang digunakan untuk mengukur tingkat religiusitas menggunakan kuesioner yang pembuatannya dibantu oleh Prof.DR H.M Ridwan Lubis, M.A, Prof. Dr. Hamdani Anwar dan DR.H.Ahmad Tholabi Kharlie, yang berisi 22 item pernyataan positif yang terdiri dari 6 pernyataan dimensi aqidah (pernyataan no 1-6), 4 pernyataan dimensi ihsan, amal, dan akhlak (pernyataan no 7-10), 5 pernyataan dimensi ilmu( pernyataan no 11-15) dan 7 pernyataan dimensi ibadah (pernyataan no 16-
56
22). Penilaian kuesioner tingkat religiusitas ini menggunakan skala likert yaitu: Selalu: 4, Sering: 3, Jarang: 2, Tidak Pernah: 1 3. Uji Instrumen a. Uji Validitas Uji instrument dilakukan untuk apakah instrumen yang digunakan oleh peneliti sesuai digunakan untuk untuk responden.. Uji instrument penelitian yang dilakukan peneliti adalah uji face validity. Face validity adalah validitas yang menunjukan apakah instumen penelitian dari segi rupanya nampak mengukur apa yang ingin diukur. Instrumen ini umumnya ditentukan berdasarkan pendapat responden tentang item pertanyaan apakah sudah mengukur apa yang seharusnya diukur (Dharma,2011). Uji validitas instrumen ini dilakukan dengan meminta pendapat kepada tiga ahli dibidangnya yaitu Prof.DR H.M Ridwan Lubis, M.A, Prof. Dr. Hamdani Anwar dan DR.H.Ahmad Tholabi Kharlie. Prof.DR.HM Ridwan Lubis, M.A beliau adalah salah satu Professor dan Guru Besar di Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta dengan latar belakang pendidikan Pemikiran Islam. Prof. Dr. Hamdani Anwar beliau adalah Professor dan Guru Besar di pasca sarjana Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta dengan latar belakang pendidikan mengambil gelar Sarjana Strata 1 (S1) sampai Sarjana Strata 3 (S3) di IAIN Jakarta( UIN Jakarta dan keahlian di bidang tafsir. DR.H.Ahmad Tholabi Kharlie beliau adalah dosen di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta dengan latar belakang pendidikan mengambil gelar S1 sampai S3 di IAIN Jakarta (UIN Jakarta).
57
Uji validitas dilakukan dengan cara, pertama peneliti menemui Prof.DR H.M Ridwan Lubis untuk meminta pendapat beliau tentang ciri-ciri dari religiusitas, hasil wawancara dari Prof Ridwan peneliti mendapatkan indikator-indikator
dari
religiusitas.
Indikator-indikator
tersebut
di
klarifikasikan kepada Prof.Dr.Hamdani Anwar. Beliau berpendapat ada sedikit tambahan dari indikator tersebut. Terakhir peneliti melakukan klarifikasi kepada DR.H.Ahmad Tholabi Kharlie, dan beliau memberikan sedikit pendapat dari indikator-indikator tersebut. Hasil wawancara dengan ketiga narasumber terlampir dalam bentuk transkip percakapan. b. Uji Reabilitas Reabilitas adalah tingkat konsistensi dari suatu pengukuran. Reabilitas menunjukan apakah pengukuran menghasilkan data yang konsisten jika instrumen digunakan kembali secara berulang (Dharma,2011). Jenis pengujian reabilitas isntrumen yang digunakan yaitu dengan Alpha Cronbach dimana menganalisi reabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran. Hasil uji reabilitas dikatakan reliable jika nilai Alpha Cronbach > 0,6 (Siregar,2013). Pada penelitian ini, didapatkan hasil uji reabilitas kuesioner tingkat religiusitas dengan nilai a=0,830 jadi intrumen ini reliabel. E. Pengolahan Data Penelitian ini menggunakan media elektronik komputer dalam proses pengolahan datanya. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data dengan komputer dalam Notoatmodjo (2010) adalah sebagai berikut:
58
1. Editing (penyunting Data) Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan penyunting (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian atau kuesioner tersebut: 1) Apakah lengkap, dalam artian semua pertanyaan sudah terisi. 2) Apakah jawaban atau tulisan masing-masing pertanyaan cukup jelas atau terbaca. 3) Apakah jawabannya relevan dengan pertanyaannya. 4) Apakah jawaban-jawaban pertanyaan konsiste dengan jawaban pertanyaan. Apabila ada jawaban yang belum lengkap, kalau memungkinkan perlu dilakukan pengambilan data ulang untuk melengkapi jawaban tersebut. Tetapi apabila tidak memungkinkan, maka pertanyaan yang jawabnya tidak lengkap tidak diolah atau dimasukan dalam pengolahan “data missing” 2. Coding Setelah semua kuesioner di edit atau disunting, selanjutnya dilakukan peng”kodean” atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Koding atau pemberian kode ini sangat berguna dalam memasukkan data (data entry. 3. Memasukan data (data Entry) atau Processing
59
Data, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukan ke dalam program atau “software” komputer. Software yang digunakan dalam entri data adalah paket program SPSS for Window. Dalam proses ini juga dituntut ketelitian dari orang yang melakukan”data entry” ini. Apabila tidak maka akan terjadi bias, meskipun hanya memasukan data saja. 4. Pembersihan data (Cleaning) Apabila semua data dari setisp sumber data atau responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini disebut pembersihan data (data cleaning). Cara yang dilakukan dalam proses ini adalah membuat distribusi frekuensi masing-masing variabel untuk mengetahui adanya data yang hilang (missing) dan mendeteksi apakah data yang dimasukin benar atau salah. F. Analisis Data Analisis data suatu penelitian, biasanya melalui prosedur bertahap antara lain: 1. Analisis Univariate ( Analisis Deskriptif ) Analisis Univariate adalah suatu prosedur pengolahan data dengan menggambarkan dan meringkas data dengan cara ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik (Setiadi,2007). Analisis univariat pada penelitian menghasilkan
60
distribusi frekuensi dan persentase data demografi, tingkat religiusitas dan tingkat depresi. 2. Analisis Bivariat Apabila telah dilakukan analisis univariate tersebut diatas, hasilnya akan diketahui karakteristik atau distribusi setiap variabel, dan dapat dilanjutkan analisis bevariate (Notoatmodjo,2010). Analisis ini diperlukan untuk menjelaskan hubungan dua variabel yaitu antara variabel bebas dengan variabel terikat (Budiharto,2008). Analisis bivariat pada penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara tingkat religiusitas dengan tingkat depresi pada lansia. Pada penelitian ini , peneliti sudah melakukan uji normalitas dan didapatkan hasil untuk untuk tingkat religiuisitas data yang didapat berdistribusi normal
sedangkan tingkat depresi didapat data
berdistribusi tidak normal. Pada penelitian ini uji yang digunakan adalah uji non parametrik dimana uji non parametrik digunakan untuk menganalisis data berskala nominal atau ordinal (Dharma,2011).Teknik yang digunakan untuk analisis bivariat ini adalah uji Spearman Rank. Uji Sperman Rank digunakan untuk menguji hubungan antara variabel independen dan dependen berskala ordinal untuk data non parametrik (Dharma,2011). G. Etika Penelitian Etika penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan sebuah penelitian mengingat penelitian keperawatan akan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penulisan harus diperhatikan karena manusia mempunyai hak asasi dalam penelitian (hidayat,2003).
61
Masalah dalam etika keperawatan: 1. Lembar Persetujuan (informed consent) Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Pemberian lembar ini agar subjek bersedia, mereka harus menandatangani lembar persetujuan dan jika responden tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak mereka. 2. Tanpa nama ( Anonimity ) Merupakan masalah etika dalam penelitian keperawatan dengan cara tidak memberikan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data. 3. Kerahasian ( Confidentially ) Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang dihasilkan pada kelompok riset.
BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Sejarah Panti Werdha Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 merupakan unit pelaksana teknis bidang kesejahteraan sosial lanjut usia Dinas Bintal Dan Kesos Provinsi DKI Jakarta. Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 4 beralamat di jalan Margaguna 1 No.1 Jakarta Selatan. PSTW Budi Mulia 4 berdiri pada tanggal 12 Juli 2002 dengan luas tanah 17952 M2, luas bangunan 1320 M2. PSTW Budi Mulia 4 berkapasitas 200 orang. PSTW Budi Mulia 4 berlandasan hukum Undang-undang No. 1 Thaun 1998 Tentang Lanjut Usia. Keputusan Gubenur Provinsi DKI Jakarta No.41 tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejakteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta. Keputusan Gubenur Provinsi DKI Jakrta No.163 tahun 2002 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis di Lingkungan Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta. PSTW Budi Mulia 4 Margaguna berpenghuni sebanyak 230 lansia yang sebenarnya kapasitas hanya 200 lansia. para lansia kebanyakan masuk karena terkena razia. Sebelum di tempatkan di panti, lansia ditampung dulu di Panti Sosial Bina Insani dan baru dirujuk ke panti-panti. PSTW Budi Mulia 4 Margaguna memiliki beberapa ruangan untuk warga binaan sosial (WBS). WBS dibagi bagi atas mandiri, setengah renta, dan renta. Ruangan yang
62
63
digunakan oleh peneliti yaitu ruangan mandiri( Melati, Mawar, Merpati, Cendrawasih, Tulip, Lily, dan Ruangan Subsidi Silang). Adapun kegiatankegiatan yang dilakukan oleh warga binaan sosial di PSTW Budi Mulia 4 adalah bimbingan rohani, olahraga, senam lansia, bimbingan keterampilan, pelayanan kesehatan, kesenian, rekreasi dan penyaluran. B. Hasil Uji Konstruk Validitas Intrument Religiusitas Tabel 5.1 Hasil Uji Konstruk Instrumen No Item 17. 15.
11. 19. 13. 20.
10. 9. 6. 4. 7. 1. 16. 18.
Item variabel
Saya melaksanakan sholat sunah Menurut saya belajar merupakan bagian dari ajaran agama Saya memiliki rasa ingin tahu terhadap ilmu agama Saya rutin membaca Al-quran Saya suka mengikuti ceramah agama atau pengajian Selesai sholat saya melaksanakan dzikir dan berdoa Saya rendah hati sehingga memiliki banyak teman Saya hormat kepada pemimpin panti Saya sabar dalam menghadapi penyakit Saya selalu tenang dalam sholat Saya suka membantu teman Saya yakin kalau rezeki diatur oleh Allah Saya selalu melaksanakan sholat tepat waktu Saya suka melaksanakan sholat berjemaah
Komponen 1 .781
2
3
Alpha Cronbach 4
5
.733 .772 .683 .568 .470 .464
.748 .742 .749
.655 .571 .468 .418 .820
.704 .806
64
22.
21. 2. 8.
.900
Saya selalu memperhatikan hal-hal yang membatalkan puasa Saya selalu mengerjakan puasa ramadhan Saya memiliki kemauan untuk bekerja Saya menghargai teman non muslim melaksanakan ibadah
.855 .791 .769
Dari hasil diatas pertanyaan no.22,21,2,8 didapatkan hasil uji kontruk validitas intrument didapat data nya tidak valid karena tidak masuk kedalam komponen mana pun. Pernyataan tersebut juga tidak valid untuk responden peneliti karena faktor usia lansia yang tidak bisa melakukan kegiatan diatas. Jadi ada 14 pertanyaan yang valid. C. Hasil Uji Normalitas Sebelum dilakukan analisis univariat dan bivariat, kenormalan data terlebih dahulu diuji. Uji normalitas ini digunakan untuk melihat apakah data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov Smirnov karena jumlah sampel besar (>50) dengan nilai kemaknaan p >0,05. Berikut ini adalah hasil uji normalitas pada masing-masing variabel penelitian: Tabel 5.2 Tabel Uji Normalitas Variabel
Kolmogorov Smirnov
Distribusi Data
Tingkat Religiusitas
0,064
Normal
Tingkat Depresi
0,000
Tidak Normal
65
Dari tabel diatas untuk variabel tingkat religiusitas distribusi data normal dan untuk variabel tingkat religiusitas distribusi data tidak normal. D. Hasil Analisis Univariat Analisis univariat pada penelitian ini dilakukan secara deskriptif, yaitu menampilkan tabel distribusi frekuensi data tingkat religiusitas dan tingkat depresi di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan. 1. Gambaran Distribusi Frekuensi Demografi Responden a. Gambaran Distribusi Frekuensi Usia Responden PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan Pengkategorian usia responden menurut WHO yaitu klasifikasi lansia 60-74 tahun, lansia tua 75-90 tahun, dan lansia sangat tua diatas 90 tahun. Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Usia Responden PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan Usia Frekuensi Presentase(%) Lansia (60-74 tahun) 44 72,1 Lansia Tua (75-90 tahun) 17 27,9 Total 61 100 Dari tabel diatas menunjukan hasil responden kategori lansia (60-74) paling banyak yaitu sebesar 44 responden.
66
b. Gambaran Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden PSTW Budi Mulia 4 Marguna Jakarta Selatan Jenis Kelamin Pria Wanita Total
Frekuensi 19 42 61
Presentase (%) 31,1 68,9 100
Dilihat dari tabel 5.3 diatas sebagian besar responden penelitian berjenis kelamin wanita sebanyak 42 reponden atau 68,9%. c. Gambaran Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi Total
Frekuensi
Presentase (%)
27 19 10 3 1 61
44,3 31,1 16,4 4,9 1,6 100
Dari tabel 5.4 diatas disimpulkan bahwa sebagian besar tingkat pendidikan responden penelitian adalah tidak sekolah yaitu sebesar 27 responden atau 44,3%. 2. Gambaran Tingkat Religiusitas Lanjut Usia di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan
67
Pengkategorian tingkat religiusitas responden menggunakan nilai mean dan standar deviasi (SD) dikarenakan data terdistribusi normal (p>0,005), dimana nilai mean adalah 65,46 dan nilai standar deviasi adalah
8,449.
Responden
yang dikategorikan
memiliki
tingkat
religiusitas baik adalah yang mempunyai skor > mean + SD atau yang mempunyai skor > 73,91 , yang dikategorikan memiliki tingkat religiusitas sedang adalah yang mempunyai skor mean – SD ≤ X ≤ mean + SD atau yang mempunyai skor 57,01 ≤ X ≤ 73,91 , dan yang dikategorikan buruk adalah yang mempunyai skor X < mean – SD atau yang mempunyai skor X < 57,01 .Berikut ini distribusi frekuensi tingkat religiusitas responden pada penelitian Tabel 5.6 Tabel Distribusi Frekuensi Tingkat Religiusitas Responden PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan (n=61) Tingkat Religiusitas (Mean & SD)
Frekuensi
Presentase(%)
Baik (>73,91) Sedang (57,01≤ x ≤ 73,91) Buruk (< 57,01) Total
11 40 10 61
18,0 65,6 16,4 100
Tabel 5.2 diatas menunjukan sebagian besar tingkat religiusitas responden di PSTW Budi Mulia 4 adalah sedang sebesar 40 dari 61 orang responden (65%) . Presentase item pertanyaan tingkat religiusitas yang dijawab oleh responden dapat dilihat pada tabel
68
Tabel 5.7 Frekuensi Jawaban Item Pernyataan Tingkat Religiusitas (n=61) No
Item Pertanyaan
Selalu Sering
Jarang
Tidak Pernah
1.
Saya yakin kalau rezeki sudah diatur oleh Allah SWT Saya memiliki kemauan untuk bekerja Saya tidak lekas putus asa Saya selalu tenang dalam sholat Saya tenang ketika di timpa musibah Saya sabar dalam menghadapi penyakit Saya suka membantu teman- teman Saya menghargai teman-teman non muslim melaksanakan ibadah Saya hormat kepada pemimpin panti Saya rendah hati sehingga saya memiliki banyak teman Saya memiliki rasa ingin tahu terhadap ilmu agama Saya suka mendengarkan radio atau menyaksikan siaran tv tentang ceramah agama Saya suka mengikuti ceramah atau pengajian Saya membaca buku tentang agama Menurut saya belajar merupakan bagian dari ajaran agama Saya selalu melaksanakan sholat tepat waktu Saya melaksanakan sholat sunah Saya suka melaksanakan sholat berjamaah Saya rutin membaca Al-quran setiap hari Selesai sholat saya melaksanakan dzikir dan berdoa Saya selalu mengerjakan puasa ramadhan Saya selalu memperhatikan hal-hal yang membatalkan puasa baik yang haram dan makruh
30
31
0
0
12 11 28 8 13
32 34 30 36 43
14 10 3 12 5
3 6 0 5 0
10 13
33 31
15 10
3 7
25 14
35 39
1 7
0 1
15
25
8
3
14
19
19
9
32
23
4
2
5 8
10 44
20 6
26 3
33
19
7
2
19 24
10 16
18 17
14 4
16
14
18
13
26
25
4
6
30
23
5
3
18
33
6
4
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.
69
Dari
tabel
diatas disimpulkan bahwa pernyataan
yang
jawabannya selalu paling banyak adalah pernyataan nomor 16 sebanyak 33 responden, pernyataan yang jawabannya sering paling banyak adalah pertanyaan nomor 15 sebanyak 44 responden, pernyataan yang jawabannya jarang dan tidak pernah paling banyak adalah pernyataan nomor 14 sebanyak 20 dan 26 responden. 3. Gambaran Tingkat Depresi Lanjut Usia di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan Berikut distribusi frekuensi tingkat depresi responden pada penelitian
Tabel 5.8 Tabel Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Responden PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan (n=61) Tingkat Depresi Normal(0-9) Depresi Ringan(10-19) Depresi Berat(20-30) Total
Frekuensi 37 17 7 61
Presentase (%) 60,7 27,9 11,5 100
Dilihat dari tabel 5.4 diatas menunjukan bahwa sebagian besar tingkat depresi responden di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna adalah normal dengan frekuensi 37 dari 61 responden (60,7%). Jumlah item pertanyaan yang dijawab oleh responden dapat dilihat pada tabel di bawah
70
Tabel 5.9 Frekuensi Jumlah Jawaban Item Pertanyaan Tingkat Depresi (n=61) No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Item Pertanyaan Merasa puas dengan kehidupan yang dijalani? Banyak meninggalkan kesenangan/minat dan aktifitas anda? Merasa bahwa kehidupan anda hampa ? Sering merasa bosan? Penuh pengharapan akan masa depan? Mempunyai semangat yang baik setiap waktu? Diganggu oleh pikiran-pikiran yang tidak dapat diungkapkan? Merasa bahagia disebagian besar waktu? Merasa takut sesuatu akan terjadi pada anda? Sering kali merasa tidak berdaya? Sering merasa gelisah dan gugup? Memilih tinggal dikamar dari pada pergi melakukan sesuatu yang bermanfaat di panti? Sering kali merasa khawatir akan masa depan? Merasa mempunyai lebih banyak masalah dengan daya ingat dibandingkan orang lain? Berfikir bahwa hidup ini sangat menyenangkan sekarang? Sering kali merasa merana ? Merasa kurang bahagia? Sangat khawatir terhadap masa lalu? Merasa hidup ini sangat menggairahkan? Merasa berat untuk memulai sesuatu yang baru? Merasa dalam keadaan penuh semangat ? Berfikir bahwa keadaan anda tidak ada harapan? Berfikir bahwa banyak orang yang lebih baik daripada anda? Sering kali merasa menjadi kesal dengan hal yang sepela? Sering kali merasa ingin menangis? Merasa sulit untuk berkonsentrasi? Menikmati tidur? Memilih menghindar dari perkumpulan sosial? Mudah mengambil keputusan? Mempunyai pikiran yang jernih?
Iya 53 20
Tidak 8 41
21 23 15 45 18
40 38 46 16 43
44 9 21 18 18
17 52 40 43 43
11 25
50 36
39
22
21 21 14 44 15 42 12 22
40 40 47 17 46 19 49 39
24
37
22 23 43 43 34 51
39 38 18 18 27 10
71
Dari hasil tabel diatas pertanyaan yang jawaban benar paling banyak adalah pertanyaan nomor 1 sebesar 53 responden. E. Analisis Uji Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk menganalisis data dari dua variabel yang berbeda. Analisis bivariat pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat religiusitas dengan tingkat depresi lansia di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna. Analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan uji Korelasi Spearman Rank (Rho). Berikut hasil analisis hubungan antara tingkat religiusitas dengan tingkat depresi pada penelitian:
Tabel 5.10 Tabel Analisis Univariat (n=61) Tingkat religiusitas
Baik Sedang Buruk Total
Tingkat depresi Normal Ringan N % N % 11 100 0 0 23 57,5 13 32,5 3 30 4 40 37 60,7 17 27,9
Total N 0 4 3 7
Berat % 0 10 30 11,5
N 11 40 10 61
% 100 100 100 100
pValue
r
0,000
0,558
Dari tabel diatas hasil uji statistik didapatkan nilai p-value = 0,000. Hal tersebut menunjukan bahwa ada hubungan antara variabel tingkat religiusitas dengan tingkat depresi (p< 0,05). Sedangkan hasil koefisien korelasi didapatkan nilai koefisien korelasi atau nilai r - 0,558 hal itu berarti hubungan antara variabel tingkat religiusitas dengan tingkat depresi merupakan hubungan yang kuat karena berada pada rentang koefisien korelasi antara 0,41-0,70. Sementara itu, koefisien korelasi dalam penelitian ini bernilai negatif (-), yang
72
artinya bahwa hubungan antara variabel tingkat religiusitas dengan tingkat depresi merupakan hubungan berbanding terbalik, dimana jika variebel tingkat religiusitas meningkat maka variebel depresi akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya.
BAB VI PEMBAHASAN Bab ini menguraikan pembahasan dari hasil penelitian yang meliputi interpretasi dan diskusi hasil yang membahas kesenjangan maupun kesesuaian antara hasil penelitian yang dilakukan dengan hasil penelitian terkait disertai teori yang mendasarinya. Selain itu, juga dibahas tentang keterbatasan yang ada dalam penelitian ini. A. Analisis Univariat Analisis univariat yang akan dibahas pada penelitian ini adalah variabel independen yaitu tingkat religiusitas dan variabel dependen adalah tingkat depresi. 1. Gambaran Demografi responden di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan a. Usia Usia responden pada penelitian ini berkisar antara 60-90 tahun. Pengkategorian usia responden berdasarkan WHO. Dari hasil analisis didapat jumlah lansia yang kategori lansia (60-74) sebanyak 72,1 % dan lansia tua (75-90) sebanyak 27,9%.
Pada lansia mengalami perubahan-
perubahan seperti perubahan fisik, mental, dan psikologis. Perubahan fisik terjadi disemua organ dan sistem tubuh lansia(Dewi,2014). Lansia juga mengalami
perubahan
psikologis
dkk,2008)(Bastble,2002).
73
dan
psikososial
(Maryam
74
Perubahan-perubahan tersebut dapat memicu berbagai masalah pada lansia termasuk depresi jika tidak diikuti adaptasi yang baik dan ditambah dengan dukungan sosial yang buruk, perpisahan (Maryam dkk,2008). Menurut penelitian Wulandari (2011) mengatakan bahwa proporsi lanjut usia yang mengalami depresi meningkat seiring bertambahnya usia. b. Jenis Kelamin Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar lansia berjenis kelamin perempuan, yaitu sebesar 68,9%, sedangkan responden laki-laki sebesar 31,1%. Hal ini menggambarkan bahwa terdapat perbedaan proporsi antara lansia perempuan dan laki-laki. Hal ini dikarenakan lebih tingginya usia harapan hidup perempuan daripada laki-laki yaitu sebesar 8,2 % perempuan dan 6,9 % laki-laki. Tidak ada proses penerimaan antara lansia laki-laki dan perempuan. Menurut pihak panti lansia diterima dari operasi yang dilakukan oleh satpol PP dan di bawa ke panti. Di panti dilakukan proses registrasi dan penempatan di panti. c. Tingkat Pendidikan Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagaian besar tingkat pendidikan responden adalah tidak sekolah yaitu sebesar 44,3%. Dari hasil wawancara responden mengatakan ilmu agama mereka dapat sewaktu kecil. 2. Variabel Tingkat Religiusitas
75
Religiusitas adalah sebuah ekpresi spritual seseorang yang berkaitan dengan
sistem
(Driyarkara,1978
keyakinan, dalam
nilai,
hukum
Ismail,2009).
yang
berlaku
Keberagamaan
atau
dan
ritual
religiusitas
diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Aktivitas beragama bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual, tapi juga ketika melakukan
aktivitas
lain
yang
terdorong
oleh
kekuatan
supranatural(Ancok,2004). Thouless (1992) dalam Widiana (2013) berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan(religiusitas) seseorang. Faktor tersebut antara lain: 1) pengaruh pendidikan atau pengajaran dan berbagai tekanan sosial (faktor sosial) seperti pendidikan dari orang tua, tradisi-tradisi sosial, tekanan-tekanan sosial, 2) pengalaman yang dialami seseorang dalam membentuk sikap keagamaan terutama pengalaman kebaikan, keindahan dan juga pengalaman peringatan atau pertolongan dari Tuhan, 3) faktor yang timbul dari kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi seperti kebutuhan terhadap keagamaan, cinta kasih, ancaman kematian,) berbagai proses pemikiran verbal atau proses intelektual. Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas tingkat religiusitas lanjut usia sedang yaitu sebanyak 40 responden (65,6%), dibandingkan dengan tingkat religiusitas baik yaitu sebanyak 11 responden (18%) dan buruk sebanyak 10 responden (16,4%). Trisnawati (2011) juga melakukan penelitian tentang aktivitas religi dan depresi pada 100 orang responden lansia mendapatkan hasil 51,1 % baik, 20% cukup, dan 28,9% kurang. Tingkat
76
religisusitas ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah pengaruhi pendidikan dan berbagai tekanan sosial (faktor sosial), pengalaman yang pernah dialami yang mempengaruhi sikap keagamaan seperti perasaan mendapatkan peringatan dari atau pertolongan dari Tuhan, faktor kebutuhan dan proses pemikiran atau intelektual (Thouless, 1992 dalam Widiana, 2013). Dari segi pengaruh pendidikan, 44,3% tingkat pendidikan responden di PSTW Budi 4 tidak lulus Sekolah Dasar. Berdasarkan wawancara dengan responden, pengetahuan agama mereka dapat dari orangtua. Menurut Nafis (2003)
dalam
pengetahuan
agama
bertujuan
untuk
membersihkan,
mengingatkan, dan menggugah, serta mengaktifkan kembali fitrah manusia, sehingga fitrah itu mampu mempengaruhi dan mengarahkan pola pikir dan perbuatan/tindakan seseorang(FIP-UPI,2011). PSTW Budi Mulia 4 Margaguna memiliki jadwal khusus dalam kegiatan keagamaan. Hal ini sejalan dengan penelitian Trisnawati (2011) mengatakan bahwa sebagian besar aktivitas religi dari responden baik ini dikarenakan para lansia melaksanakan sholat, puasa, zakat, berdoa dan berdzikir. Tingkat religiusitas lansia berbagai hal, dilihat dari analisis item pernyataan, terlihat yang jawabannya selalu paling banyak adalah pernyataan nomor 16 yaitu pernyataan saya selalu melaksanakan sholat tepat waktu. Disini terlihat bahwa lansia selalu melaksanakan sholat tepat waktu, hal tersebut dikarenakan lansia melaksanakan sholat berjemaah lima waktu. Pihak panti juga memfasilitasi kegiatan sholat berjemaahan untuk lansia, dimana pihak panti menjadi imam disetiap sholat.
77
Item pernyataan yang jawabannya selalu juga banyak yaitu item penyataan nomor 13 yaitu pernyataan saya suka mengikuti ceramah atau pengajian. Pihak panti memfasilitasi lansia dengan mengadakan kegiatan ceramah agama mingguan dan bulanan dengan mendatangkan penceramah agama. Lansia juga mengikuti pengajian yang diadakan panti dimana guru mendatangi kamar-kamar lansia. Terlihat juga pada item pernyataan yang jawabannya jarang dan tidak pernah tertinggi terdapat pada pernyataan nomor 14 yaitu saya suka membaca buku tentang agama. di lihat dari jawaban jarang dan tidak pernah hal tersebut disebabkan kurangnya fasilitas dari panti untuk menyediakan bahan bacaan agama dan ditambah juga ada lansia tidak bisa membaca. Sehingga sumber ilmu lansia hanya didapat dari ceramah agama. Hal yang mempengaruhi religiusitas seseorang salah satunya adalah pengalaman yang pernah dialami baik itu pengalaman pertolongan atau peringatan dari Allah SWT (Thouless,1996). Berdasarkan wawancara, responden mengatakan hidup sebatang kara atau tidak memiliki keluarga ataupun anak, mereka yang mengatakan pasrah dengan kehidupan di panti dan hal ini merupakan pertolongan dari Allah SWT sehingga mereka mempunyai tempat tinggal dan keluarga di panti, jika tidak mereka sudah terlunta-lunta di jalan Walaupun sebagian yang tidak terima di bawa ke panti dan menginginkan untuk keluar.
78
Religiusitas mempunyai fungsi yaitu berfungsi sebagai edukatif, berfungsi sebagai penyelamat, berfungsi sebagai pendamaian, berfungsi sebagai kontrol sosial, berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas dan berfungsi sebagai fungsi transformatif(Jalaaudin,1995 dalam Widiana, 2013). Dilihat dari hasil wawancara pada para responden, sebagaian responden memiliki bawaan tenang, ketika ditanya apakah suka sedih atau putus asa, mereka menjawab tidak karena semua sudah diatur oleh Allah. Hal ini sejalan dengan fungsi dari religiusitas yaitu fungsi kedamaian dimana ketenangan bathin didapat melalui tuntunan agama. Mereka juga meyakini jika kita menjalankan semua perintah Allah SWT, kehidupan dunia dan akhirat akan selamat. Hal ini terlihat dari item pernyataan jawaban seringnya cukup tinggi yaitu pernyataan nomor 5 dan yang pernyataannya saya tenang ditimpa musibah. 3. Variabel Tingkat Depresi Tingkat depresi di ukur menggunakan skala pengukuran Geriatric Depression Scale (GDS). GDS di tulis oleh Yesvage et al pada tahun 1983. Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa lanjut usia yang tingkat depresi normal sebanyak 37 dari 61 responden (60,7%), depresi ringan sebanyak 17 dari 61 responden dan depresi berat sebanyak 7 dari 61 responden ( 11,5%). Dari hasil penelitian tersebut sebagian besar lanjut usia memiliki depresi normal sebanyak 37 orang. Tapi hampir dari setengah jumlah responden mengalami depresi. Pradnyandari dan Diniari (2013) melakukan penelitian tentang perbandingan status depresi pada 70 responden lansia didapatkan hasil
79
sebanyak 11,4 % lansia mengalami depresi ringan dan 11,4 % juga mengalami depresi berat. Depresi adalah reaksi psikologis terhadap hilangnya kesehatan, orang yang dicintai, atau rasa harga diri seseorang(Semiun, 2010). Menurut Bacon depresi adalah keadaan menyedihkan dari pikiran untuk memiliki sedikit hal diinginkan, dan banyak hal ditakuti(McKay dan DinkMeyer,2008). Faktorfaktor pencetus depresi pada lansia menurut Ericson karena tidak berhasilnya menyelesaikan tahap-tahap perkembangannya, bagi lansia banyak menghadapi stressor ekonomi, sosial, fisik, dan emosinal, menurut ahli psikoanalisis karena kehilangan objek, pengaturan kognitif negatif, ketidakberdayaan, malfungsi endrokin dan beberapa penyakit fisik menyebabkan lansia mengalami depresi. (Stanley&Gauntlett,2007). Lansia yang mengalami depresi di PSTW 4 Budi Mulia yaitu depresi ringan sebanyak 17 dari 61 responden dan depresi berat sebanyak 7 dari 61 responden ( 11,5%) disebabkan oleh berbagai faktor. Menurut penelitian yang dilakukan Rezki dkk (2014) pada 50 responden lansia tentang faktor-faktor yang mempengaruhi depresi mengatakan bahwa depresi dipengaruhi beberapa yang saling berkaitan seperti faktor kehilangan dan faktor kecemasan. Menurut teori faktor-faktor yang menyebabkan depresi salahsatunya faktor kehilangan objek (Stanley & Guanttley 2007). Depresi dapat terjadi karena faktor kehilangan pada lansia yang tidak dapat beradaptasi dengan baik. Kehilangan objek disini seperti kehilangan pekerjaan, kehilangan pasangan, dan kehilangan
80
keluarga (Bastable,2002). Dari hasil wawancara responden mengatakan rindu kepada anak dan cucu dan ingin kembali ke keluarga. Hasil penelitian didapat 60,7 %
tingkat depresi lansia adalah normal.
Analisis dari item pertanyaan sebanyak 53 lansia merasa puas dengan kehidupan yang dijalani sekarang. Hasil pengamatan saat dilakukan penelitian lansia terlihat senang tinggal di panti, mengikuti semua kegiatan panti mulai dari senam, karaoke, kesenian dll. Sebanyak 44 lansia merasa bahagia di sebagian besar waktu. Tidak terlihat wajah sedih, murung pada lansia di panti karena lansia bersosialisasi dengan baik. Wulandari (2011) melakukan penelitian tentang kejadian tingkat depresi pada lansia dengan 52 responden di panti dan 50 responden di komunitas disimpulkan bahwa berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya depresi pada lansia yaitu partisipasi sosial kurang dan gangguan fungsional. Lansia yang mengalami depresi sebanyak 39,4% Analisis item pertanyaan yang menunjukan lansia mengalami depresi yaitu sebanyak 23 lansia yang sering merasa bosan dan 21 lansia merasa hidup ini hampa. Dari hasil pengamatan lansia yang mengalami depresi terlihat lebih banyak menyendiri dikamar, tidak mengikuti aktivitas, terlihat murung, sedih. Dari analisis item jawaban, 18 orang lansia mengatakan lebih memilih tinggal di kamar dari pada mengikuti kegiatan dan menghindari perkumpulan sosial. Diantara lansia yang mengalami depresi, 11,5 % atau 7 orang lansia mengalami depresi berat. Gejala yang terlihat dari hasil pengamatan, lansia yang mengalami depresi berat
81
terlihat sangat murung, menangis ketika diwawancara, mengatakan hidupnya tidak bahagia, dan tidak mau bersosialisasi sesama lansia. Menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) tahun 2001 menguraikan ciri-ciri dari depresi ringan, sedang dan berat. Ciriciri dari depresi ringan adalah sekurang-kurang nya memiliki 2 dari 3 gejala utuma depresi, ditambah sekurang-kurang 2 dari gejala lain dan tidak ada gejala depresi berat. Ciri-ciri depresi sedang meiliki 2 gejala utama depresi, ditambah sekurang-kurangnya 3 gejala lain. Ciri-ciri depresi berat harus memiliki semua gejala utama ditambah sekurang-kurangnya 4 gejala lainnya. Gejala utama meliputi afek depresif, kehilangan minat/kegembiraan, dan berkurangnya energi sehingga mudah lelah/menurunnya aktivitas. Gejala lain meliputi konsentrasi dan perhatian berkurang, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna, pandangan tentang masa depan yang suram,perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri, tidur terganggu dan nafsu makan berkurang. Dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2011) tentang kejadian depresi di panti werdha dan komunitas dengan jumlah responden 52 lanjut usia di panti werdha dan 50 lanjut usia dikomunitas disimpulkan bahwa tingkat depresi di panti werdha sebanyak 38,5%. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari (2012) tentang gambaran tingkat depresi di panti werdha dengan jumlah responden 143 responden didapatkan 40,6 % lansia mengalami depresi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pradnyandari dan Diniari (2013) tentang perbandingan kejadian depresi lanjut usia di keluarga dengan di panti
82
dengan jumlah responden 35 lanjut usia di panti dan 35 lanjut usia di komunitas didapatkan hasil 22,8 % jumlah lansia yang mengalami depresi di panti. Hasil dari tiga penelitian tersebut menyatakan masih banyak lanjut usia yang mengalami depresi di panti sama halnya dengan hasil penelitian peneliti dimana lanjut usia yang mengalami depresi sebanyak 39,4 % yang disebabkan berbagai faktor. Hal yang dilakukan panti untuk penanganan depresi pada para lansia yaitu mengadakan kegiatan-kegiatan yang dapat diikuti oleh lansia. kegiatan tersebut adalah olahraga senam yang diadakan 2 kali seminggu, bimbingan keterampilan (menjahit, membuat keset, membuat bunga), kegiatan kesenian. Menurut Stanley & Gauntley (2007) salah satu penanganan depresi yang dapat dilakukan pada lansia adalah memodifikasi lingkungan fisik dan sosial. Lansia dianjurkan untuk mengikuti aktivitas-aktivitas yang bermanfaat untuk meningkatkan konsep diri lebih baik. B. Analisis Bivariat 1. Hubungan Tingkat Religiusitas dengan Tingkat depresi Hasil uji statistik menunjukan hasil nilai p-value = 0,000 , r = - 0,558 yang membuktikan bahwa ada hubungan yang kuat antara tingkat religiusitas dengan tingkat depresi pada lanjut usia di PSTW 4 Budi Mulia Margaguna Jakarta Selatan. Sementara itu, koefisien korelasi dalam penelitian ini bernilai negatif (-), yang artinya bahwa hubungan antara tingkat religiusitas dengan tingkat depresi merupakan berbanding terbalik,
83
dimana jika variabel tingkat religiusitas meningkat maka variebel tingkat depresi akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Dari hasil pengamatan terlihat lansia yang rajin dalam melaksanakan sholat, sholat berjemaah, mengikuti ceramah agama, mengikuti pengajian lebih tenang dalam menjalani kegiatan sehari-hari. Mereka lebih rajin mengikuti kegiatan di panti, bersosialisasi dengan sesama penghuni panti. Hal sebalik nya, lansia yang tidak melaksanakan perintah agama lebih terlihat murung, sedih, menangis dan tidak mau bersosialisasi dengan sesama penghuni panti. Hubungan yang kuat antara tingkat religiusitas dengan tingkat depresi sejalan juga dengan teori, dimana fungsi religiusitas menurut Jalaaludin (2004) yaitu fungsi edukatif, fungsi penyelamat, fungsi perdamaian, fungsi sosial kontrol, fungsi solidaritas, fungsi transformatif, fungsi kreatif dan fungsi sublimatif. Salah satu fungsi nya yaitu fungsi perdamaian dimana melalui agama seseorang yang bersalah atau berdosa dapat mencapai kedamaian bathin dengan bertobat melalui tuntunan agama. sehingga gangguan hati, pikiran seperti depresi. Menurut Prof Hamdani Anwar, M.A (2015) dalam kutipan wawancara mengatakan jika religiusitas tinggi depresi yang dialami akan minim karena ketika ditimpa masalah langsung menghadapa ke Allah dengan doa, dzikir, sholat dan jadi lebih tenang. Beliau juga menambahkan keyakinan bahwa Allah maha kuasa selalu menjaga hati dan ketika seseorang berserah diri kepada Allah maka Allah akan memberikan anugerahNya.
84
Penanganan depresi pada lansia dapat dilakukan dengan cara mengkomunikasikan perhatian, membantu klien menyadari bahwa mereka mengalami kesedihan yang tidak wajar, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membantu mereka mengidentifikasi hal-hal yang mereka sedihkan, memberikan informasi tentang depresi, memodifikasi lingkungan fisik dan sosial, penatalaksanaan pengobatan, modalitas kelompok dan melakukan aktifitas keagamaan(sholat, dzikir kepada Allah, berbuat baik, membaca AlQuran) (Stanley&Guantley,2007). Sehingga depresi dapat berkurang dengan melakukan penanganan-penanganan termasuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan cara melakukan semua perintahNya dan meninggalkan semua laranganNya. Firman Allah dalam surat Ar-Ra’d(13):28 yang artinya: “Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram” Ayat diatas melihat hanya dengan mengingat Allah SWT hati akan menjadi tentram. Cara mengingat Allah tentunya dengan mengerjakan sholat
wajib
maupun
sunat,
memperbanyak
membaca
Al-quran,
memperbanyak dzikir. Depresi merupakan gangguan psikologis (kejiwaan) manusia, menurut Francis Bacon dalam McKay dan DinkMeyer tahun 2008 mengatakan depresi adalah keadaan menyedihkan. Hasil penelitian ini sejalan dengan terdahulu seperti penelitian Trisnawati (2011) tentang aktivitas religi dan
depresi dengan jumlah
85
responden lanjut usia 100 orang mengatakan ada hubungan aktivitas religi dengan tingkat depresi. Juga pada penelitian Gupta et al (2011) tentang hubungan religiusitas dan psikopatologi pada pasien depresi dengan jumlah responden 60 orang mengatakan pada pasien depresi, putus asa dan niat bunuh diri berbanding terbalik dengan tingkat religiusitas. C. Keterbatasan Penelitian Dalam melaksanakan penelitian terdapat keterbatasan penelitian yaitu Peneliti menyadari adanya kekurangan dalam pelaksanaan penelitian ini. 1. Responden sedikit susah untuk dimintai wawancara karena sehingga peneliti harus berusaha melakukan pendekatan kepada responden. 2. Pada saat pengambilan data, peneliti bentrok dengan kegiatan di panti seperti pengajian dan setelah pengajian para responden kebanyakan langsung tidur. 3. Waktu wawancara menjadi memanjang karena saat diwawancara lansia ada yang menangis sehingga peneliti menggunakan komunikasi teraupetik yang baik. 4. Kuesioner hanya berupa self report karena kuesioner menilai aktifitas religi secara subjektif, sehingga aktifitas religi secara objektif tidak ternilai.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil uraian penelitian yang telah dikemukan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai hasil dari keseluruhan temuan dan pengujian hasil penelitian sebagaian berikut: 1. Gambaran tingkat religiusitas lanjut usia di PSTW 4 Budi Mulia Margaguna Jakarta Selatan yaitu lanjut usia yang memiliki tingkat religiusitas baik sebesar 11 orang (18,0%), lanjut usia yang memiliki tingkat religiusitas sedang 40 orang (65,6%) dan lanjut usia yang memiliki tingkat religiusitas buruk sebesar 10 orang (16,4%). 2. Gambaran tingkat depresi lanjut usia di PSTW 4 Budi Mulia Margaguna Jakarta Selatan yaitu lanjut usia yang tingkat depresi normal sebesar 37 orang (60,7%). Lanjut usia yang tingkat depresi ringan sebesar 17 orang (27,9%) dan lanjut usia yang tingkat depresi berat sebesar 7 orang (11,5%). 3. Hasil uji statistik di peroleh p-value sebesar 0,000 dan nilai r sebesar 0,558 maka H0 ditolak, artinya ada hubungan yang signifikan antara tingkat religiusitas denga tingkat depresi lanjut usia di PSTW 4 Budi Mulia Margaguna Jakarta Selatan.
86
87
B. Saran 1. Bagi Institusi tempat penelitian Panti sebagai tempat dilakukan penelitian sudah bagus dalam mengadakan kegiatan-kegiatan kerohanian, mungkin lebih dimodifikasi agar lansia tidak merasa cepat merasa bosan. Panti juga bisa melakukan pendekatan spiritualitas untuk mengurangi angka depresi dengan cara mendampingan lansia dari segi spritualitas dan bekerjasama dengan yayasan-yayasan keagamaan. 2. Bagi Keperawatan Perawat perlu meningkatkan peran untuk dapat memberikan asuhan keperawatan dan memberikan intervensi keperawatan islami yang tepat dalam menangani depresi. 3. Bagi peneliti Bagi penelitian selanjut nya diharapkan dapat melakukan penelitian lebih dalam lagi seperti di bidang religi melihat sholat yang dilakukan,
membaca
Al-guran,
dan
etiologi-etiologi
lain
yang
menyebabkan depresi sehingga dapat dilakukan penanganan yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Atsari, Abdullah bin Abdil Hamid. Intisari Aqidah Ahlus sunnah Wal Jama’ah. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 1973. Alimul, Hidayat. Riset keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah Edisi. Jakarta: Salemba Medika, 1975. Ancok,Djamaludin dan Fuat Nashori Suroso. Psikologi Islam Solusi Islam Atas Problem-Problem Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004. Andrews, Linda Wasmer. Enyclopedia of Depression, Greenwood, USA: Publishing Group, 2010. Arjadi,Retha. ”Terapi Kognitif-Perilaku untuk Menangani Depresi Pada Lanjut Usia.” Skripsi Program Megister Profesi Psikologi. Universitas Indonesia, 2012. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035. Jakarta: Badan Pusat Stastik, 2013. Bappenas. “Angka Harapan Hidup Penduduk Indonesia.” Di akses tanggal 03 November 2014 dari http://www.bappenas.go.id/berita-dansiaran-pers/berita/tahun-2025-angka-harapan-hidup-pendudukindonesia-737-tahun/. Bastable, Susan B. Perawat Sebagai Pendidik:Prinsip-Prinsip Pengajaran dan Pembelajaran. Jakarta: EGC, 2002. BKKBN. “Penduduk Indonesia Tahun 2010,” Dikutip pada tanggal 22 Maret 2015dari http://www.bkkbn.go.id/kependudukan/default.aspx Budiharto. Metodologi Peneltian Kesehatan. Jakarta: EGC, 2008. Cress,Jo Cathy. Handbook of Geriatric Care Management Second Edition. USA: Malloy, 2007. Davis,E Tommy. “The Effectiveness of the Geriatris Depression Scale to Dsitinguish Apathy from depression in alzheimer’s disease and related dementias.” Dissertation, Doctor Programme, university of north texas, 2008.
Dewi, Sofia Rhosma. Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Yogyakarta: Deepublish, 2014. Dharma, Kelana Kusuma. Metedologi Penelitian Keperawatan Panduan Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian, Jakarta: Trans Info Media, 2011. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial . Di akses tanggal 23 Januari 2015. http://rehsos.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=article &sid=1594 Direktur Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial. Kebijakan dan Program Pelayanan Sosial Lanjut Usia di Indonesia. Jakarta: Departemen Sosial RI, 2003. Efendi, Ferry dan Makhfudli. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika, 2009. FIP-UPI. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bandung: IMTIMA, 2007. Gupta et al. “Relationship Between Religiosity and psychopatology in patien with Depression, Indian J Psychiatry, 53(4) (2011), 330 335 Halgin,P Richard dan Susan Krauss Whitbourne. Psikologi Abnormal Perspektif Klinis Pada Gangguan Psikologis Ed.6 Buku 2.Jakarta: Salemba Humanika, 2010. Hibbert,Allison dkk. Rujukan Cepat Psikiatri.Jakarta:EGC, 2009. Hidayat, A. Aziz Alimul. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika, 2008. Ingram,I.M et al. Pskiatri:Catatan Kuliah. Jakarta: EGC, 1995. Ismail,Wahyuni. “Analisis Komparatif Perbedaan Tingkat Religiusitas Siswa di lembaga Pendidikan Pesantren, MAN , dan SMU.”,Lentera Pendidikan.12(1) (2009) ,87-102 Jang, Ji-Eun, et al. “Religiosity, Depression, and quality of life in Korea Patiens with breast cancer: a I-year prospective longtudinal study”, Psycho-Oncology, 22 (2012) ,h.922-929.
Kabbani, Syekh Muhammad Hisyam. Encyclopedia of Islam Dictrine Vol .5. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2007. Keliat, Budi Anna. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 1. Jakarta: EGC, 1999. Lam et al. Assesment Scales in Depression, Mania and Anxiety. USA: Inform Healthcare, 2005. Maryam, Siti dkk. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatanya. Jakarta: Salemba Medika, 2008. Maslim, Rudi. Diagnosis Gangguan Jiwa,Rujukan Ringkas PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedoktern Jiwa FK Unika Atma Jaya, 2001. Nevid,Jeffrey S et al. Psikologi Abnormal, Diterjamahkan oleh tim alih bahasa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Jakarta : Penerbit Erlangga, 2005. Notoatmodjo, Soekidjo. Metedologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Nurhidayah,Siti dan Rini Agistini. ”Kebahagian Lansia ditinjau Dari Dukungan Sosial dan Spirutualitas.” Jurnal Soul 5(2)(2011), h.1632. Park, Jisung and Soonhee Roh. “Daily spiritual experiences, social support, and depression among elderly Korean immigrants.” Aging & Mental Health 17(1)(2013), h.102-107. Pradnyandari, Ni Ketut Dita dan Diniari, Ni Ketut Sri. “Perbandingan Kejadian dan Status Depresi Lansia yang Tinggal Bersama Keluarga dengan yang Tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar Bali.” Skripsi Program Strata 1 Universitas Udayana Fakultas Kedokteran, 2013. Rezki,Ezi ,Murtiani, dan Ilyas. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Depresi Terhadap pasien lansia Di panti sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa.” Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis 5(1)(2014), h. 20-27. Riwidikdo,Handoko. Statistik Kesehatan Belajar Mudah Teknik Analisis Data dalam Penelitian Kesehatan. Jogyakarta: Mitra Cendikia Press, 2009.
Santoso, Hana dan Ismail, Andar. Memahami Krisis Lanjut Usia: Uraian Medis Dan Padogogi-Pastoral. Jakarta: Gunung Mulia, 2009. Sari, Kartika. Gambaran Tingkat Depresi Pada Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur, Skripsi, Program Strata 1, Universitas Indonesia Fakultas Ilmu Keperawatan, 2013.
Sehanto dkk. Hubungan Interaksi Sosial dengan Tingkat Depresi Pada Lanjut Usia Di Desa Leyangan,Skripsi,Program Strata 1,STIKES Ngudi Waluyo Ungaran, 2013. Semiun, Yustinus. Kesehatan Mental 2, Yogyakarta: Kanisius, 2010. Setiadi. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan, Yogyakarta: ANDI, 2007. Sholikhin,Muhammad. Menyatu Diri dengan Ilahi, Yogyakarta: Narasi, 2010. Siti , R. Maryam dkk. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya, Jakarta: Salemba Medika, 2008. Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2, Jakarta: EGC, 2007. Surur, Misbahus.Dasyatnya Shalat Tasbih.Jakarta:QultumMedia, .2009. Sykura,Anita. Hubungan antara religiusitas dengan kejadian Depresi pada lansia di Panti sosial tersna wredha(PSTW) sabai aluih sicincin kabupaten Padang pariaman, Skripsi, Program Strata 1, Universitas Andalas, 2010. Tamber,S dan Noorkasiani. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika,2009. Trisnawati,Dewi. Hubungan Aktivitas Religi dengan Tingkat Depresi Pada Lanjut Usia Di Panti Tresna Werdha Unit Budi Luhur Yogyakarta, Jurnal KesMaDasKa 2(2):1-5, 2011. WHO.http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs369/en/. tanggal 17 Januari 2015, 2012.
Di
akses
Widiana,Nina.Hubungan Antara Kadar Religiusitas Dengan Kesehatan Mental(Studi Pada Mahasiswa Program Studi PAI Semester 6 STAIN Salatiga Tahun 2013),Skripsi,Program Strata 1,STAI, 2013. Wulandari,Ayu Fitri. Kejadian Tingkat Depresi Pada Lanjut Usia: Studi Perbandingan di Panti Werdha dan Komunitas, Artikel Penelitian Ilmiah. Universitas Diponegoro Fakultas Kedokteran, 2011. Yosep,Iyus.Keperawatan Jiwa, Bandung: Refika Aditama, 2007.
Lampiran 1 Uji Reabilitas
No Item
Scale Mean if Item
Scale Variance if Item
Corrected Item-Total
Cronbach's Alpha if
Deleted
Deleted
Correlation
Item Deleted
p1
61.97
67.166
.480
.822
p2
62.59
66.513
.333
.825
p3
62.64
64.801
.430
.821
p4
62.05
65.581
.573
.818
p5
62.69
70.818
-.003
.839
p6
62.33
67.191
.449
.823
p7
62.64
65.968
.390
.823
p8
62.64
65.168
.370
.824
p9
62.07
68.562
.293
.827
p10
62.38
66.405
.438
.822
p11
62.44
63.884
.567
.816
p12
62.84
66.306
.249
.831
p13
62.07
63.396
.613
.814
p14
63.56
68.417
.129
.836
p15
62.52
65.120
.552
.818
p16
62.10
64.423
.480
.819
p17
62.90
62.390
.416
.823
p18
62.48
64.254
.396
.823
p19
62.92
63.243
.394
.824
p20
62.30
60.778
.668
.809
p21
62.15
66.028
.348
.825
p22
62.39
66.143
.346
.825
Lampiran 2 Uji Normalitas Data a
Kolmogorov-Smirnov Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
tingkat rekigi
.110
61
.064
.968
61
.109
tingkat depresi
.167
61
.000
.898
61
.000
Lampiran 3 Hasil Analisis Univariat jenis kelamin Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Pria
19
31.1
31.1
31.1
wanita
42
68.9
68.9
100.0
Total
61
100.0
100.0
tingkat pendidikan Cumulative Frequency Valid
Missing
Percent
Valid Percent
Percent
tidak sekolah/SR
27
44.3
45.0
45.0
SD
19
31.1
31.7
76.7
SMP
10
16.4
16.7
93.3
SMA
3
4.9
5.0
98.3
Kuliah
1
1.6
1.7
100.0
Total
60
98.4
100.0
1
1.6
61
100.0
System
Total
usia responden Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Lansia
44
72.1
72.1
72.1
lansia tua
17
27.9
27.9
100.0
Total
61
100.0
100.0
tingkat religi Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Baik
11
18.0
18.0
18.0
Sedang
40
65.6
65.6
83.6
Buruk
10
16.4
16.4
100.0
Total
61
100.0
100.0
tingkat depresi Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
normal
37
60.7
60.7
60.7
depresi ringan
17
27.9
27.9
88.5
depresi berat
7
11.5
11.5
100.0
61
100.0
100.0
Total
Lampiran 4 Hasil nilai mean dan standar deviasi tingkat religiusitas tingkat rekigi N
Valid Missing
61 0
Mean
65.46
Std. Deviation
8.449
Lampiran 5 Hasil Analisis Bivariat Correlations tingkat rekigi Spearman's rho
tingkat rekigi
Correlation Coefficient
tingkat depresi
1.000
Sig. (2-tailed) N tingkat depresi
Correlation Coefficient
N
**
.
.000
61
61
**
1.000
.000
.
61
61
-.558
Sig. (2-tailed)
-.558
tingkat religi * tingkat depresi Crosstabulation tingkat depresi normal tingkat religi
baik
Count % within tingkat religi
sedang
Count % within tingkat religi
buruk
Count % within tingkat religi
Total
Count % within tingkat religi
depresi ringan
depresi berat
Total
11
0
0
11
100.0%
.0%
.0%
100.0%
23
13
4
40
57.5%
32.5%
10.0%
100.0%
3
4
3
10
30.0%
40.0%
30.0%
100.0%
37
17
7
61
60.7%
27.9%
11.5%
100.0%
Lampiran 6 Frekuensi Jumlah Item Pernyataan Kuesioner Presentase Jawaban Item Pernyataan Tingkat Religiusitas (n=61) No
Item Pertanyaan
Selalu Sering
Jarang
Tidak Pernah
1.
Saya yakin kalau rezeki sudah diatur oleh Allah SWT Saya memiliki kemauan untuk bekerja Saya tidak lekas putus asa Saya selalu tenang dalam sholat Saya tenang ketika di timpa musibah Saya sabar dalam menghadapi penyakit Saya suka membantu teman- teman Saya menghargai teman-teman non muslim melaksanakan ibadah Saya hormat kepada pemimpin panti Saya rendah hati sehingga saya memiliki banyak teman Saya memiliki rasa ingin tahu terhadap ilmu agama Saya suka mendengarkan radio atau menyaksikan siaran tv tentang ceramah agama Saya suka mengikuti ceramah atau pengajian Saya membaca buku tentang agama Menurut saya belajar merupakan bagian dari ajaran agama Saya selalu melaksanakan sholat tepat waktu Saya melaksanakan sholat sunah Saya suka melaksanakan sholat berjamaah Saya rutin membaca Al-quran setiap hari Selesai sholat saya melaksanakan dzikir dan berdoa Saya selalu mengerjakan puasa ramadhan Saya selalu memperhatikan hal-hal
30
31
0
0
12 11 28 8 13
32 34 30 36 43
14 10 3 12 5
3 6 0 5 0
10 13
33 31
15 10
3 7
25 14
35 39
1 7
0 1
15
25
8
3
14
19
19
9
32
23
4
2
5 8
10 44
20 6
26 3
33
19
7
2
19 24
10 16
18 17
14 4
16
14
18
13
26
25
4
6
30
23
5
3
18
33
6
4
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.
yang membatalkan puasa baik yang haram dan makruh Presentase Jumlah Jawaban Item Pertanyaan Tingkat Depresi (n=61) No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Item Pertanyaan Merasa puas dengan kehidupan yang dijalani? Banyak meninggalkan kesenangan/minat dan aktifitas anda? Merasa bahwa kehidupan anda hampa ? Sering merasa bosan? Penuh pengharapan akan masa depan? Mempunyai semangat yang baik setiap waktu? Diganggu oleh pikiran-pikiran yang tidak dapat diungkapkan? Merasa bahagia disebagian besar waktu? Merasa takut sesuatu akan terjadi pada anda? Sering kali merasa tidak berdaya? Sering merasa gelisah dan gugup? Memilih tinggal dikamar dari pada pergi melakukan sesuatu yang bermanfaat di panti? Sering kali merasa khawatir akan masa depan? Merasa mempunyai lebih banyak masalah dengan daya ingat dibandingkan orang lain? Berfikir bahwa hidup ini sangat menyenangkan sekarang? Sering kali merasa merana ? Merasa kurang bahagia? Sangat khawatir terhadap masa lalu? Merasa hidup ini sangat menggairahkan? Merasa berat untuk memulai sesuatu yang baru? Merasa dalam keadaan penuh semangat ? Berfikir bahwa keadaan anda tidak ada harapan? Berfikir bahwa banyak orang yang lebih baik daripada anda? Sering kali merasa menjadi kesal dengan hal yang sepela? Sering kali merasa ingin menangis? Merasa sulit untuk berkonsentrasi? Menikmati tidur? Memilih menghindar dari perkumpulan sosial? Mudah mengambil keputusan? Mempunyai pikiran yang jernih?
Benar 53 41
salah 8 20
40 38 46 45 43
21 23 15 16 18
44 52 40 43 43
17 9 21 18 18
50 36
11 25
39
22
40 40 47 44 46 42 49 39
21 21 14 17 15 19 12 22
37
24
39 38 43 43 34 51
22 23 18 18 27 10
Descriptive Statistics N Merasa puas dengan kehidupan yang dijalani?
Minimum
Maximum
Sum
Std. Deviation
61
0
1
8
.340
61
0
1
20
.473
61
0
1
21
.479
61
0
1
23
.489
61
0
1
15
.434
61
0
1
16
.444
61
0
1
18
.460
61
0
1
17
.452
61
0
1
9
.358
61
0
1
21
.479
61
0
1
18
.460
61
0
1
18
.460
61
0
1
11
.388
61
0
1
25
.496
Banyak meninggalkan kesenangan/minat dan aktifitas anda? Merasa bahwa kehidupan anda hampa ? Sering merasa bosan? Penuh pengharapan akan masa depan? Mempunyai semangat yang baik setiap waktu? Diganggu oleh pikiran-pikiran yang tidak dapat diungkapkan? Merasa bahagia disebagian besar waktu? Merasa takut sesuatu akan terjadi pada anda? Sering kali merasa tidak berdaya? Sering merasa gelisah dan gugup? Memilih tinggal dikamar dari pada pergi melakukan sesuatu yang bermanfaat di panti? Sering kali merasa khawatir akan masa depan? Merasa mempunyai lebih banyak masalah dengan daya ingat dibandingkan orang lain?
Berfikir bahwa hidup ini sangat menyenangkan
61
0
1
22
.484
Sering kali merasa merana ?
61
0
1
21
.479
Merasa kurang bahagia?
61
0
1
21
.479
61
0
1
14
.424
61
0
1
17
.452
61
0
1
15
.434
61
0
1
19
.467
61
0
1
12
.401
61
0
1
22
.484
61
0
1
24
.493
61
0
1
22
.484
61
0
1
23
.489
61
0
1
18
.460
61
0
1
18
.460
61
0
1
27
.501
61
0
1
10
.373
sekarang?
Sangat khawatir terhadap masa lalu? Merasa hidup ini sangat menggairahkan? Merasa berat untuk memulai sesuatu yang baru? Merasa dalam keadaan penuh semangat ? Berfikir bahwa keadaan anda tidak ada harapan? Berfikir bahwa banyak orang yang lebih baik daripada anda? Sering kali merasa menjadi kesal dengan hal yang sepela? Sering kali merasa ingin menangis? Merasa sulit untuk berkonsentrasi? Menikmati tidur? Memilih menghindar dari perkumpulan sosial? Mudah mengambil keputusan? Mempunyai pikiran yang jernih? Valid N (listwise)
61
Lampiran 7 Nilai Mean Tingkat Religiusitas Descriptive Statistics N Saya yakin kalau rezeki sudah diatur oleh Allah SWT Saya selalu tenang dalam sholat Saya hormat kepada pemimpin panti Saya suka mengikuti ceramah atau pengajian Saya selalu melaksanakan sholat tepat waktu Saya selalu mengerjakan puasa ramadhan
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
61
3
4
3.49
.504
61
2
4
3.41
.588
61
2
4
3.39
.525
61
1
4
3.39
.759
61
1
4
3.36
.817
61
1
4
3.31
.827
61
1
4
3.16
.934
61
2
4
3.13
.532
61
1
4
3.08
.640
61
1
4
3.07
.814
61
1
4
3.02
.764
61
1
4
2.98
.975
61
1
4
2.93
.655
Selesai sholat saya melaksanakan dzikir dan berdoa Saya sabar dalam menghadapi penyakit Saya rendah hati sehingga saya memiliki banyak teman Saya selalu memperhatikan hal-hal yang membatalkan puasa baik yang haram dan makruh Saya memiliki rasa ingin tahu terhadap ilmu agama Saya suka melaksanakan sholat berjamaah Menurut saya belajar merupakan bagian dari ajaran agama
Saya memiliki kemauan untuk bekerja Saya tidak lekas putus asa
61
1
4
2.87
.785
61
1
4
2.82
.847
61
1
4
2.82
.904
61
1
4
2.82
.764
61
1
4
2.77
.783
61
1
4
2.62
1.003
61
1
4
2.56
1.162
61
1
4
2.54
1.104
61
1
4
1.90
.961
Saya menghargai temanteman non muslim melaksanakan ibadah Saya suka membantu teman- teman Saya tenang ketika di timpa musibah Saya suka mendengarkan radio atau menyaksikan siaran tv tentang ceramah agama Saya melaksanakan sholat sunah Saya rutin membaca Alquran setiap hari Saya membaca buku tentang agama Valid N (listwise)
61
Lampiran 8 Hasil Uji Validitas Konstruk Lampiran 1 Pattern Matrix
a
Component 1 Saya melaksanakan sholat sunah
2
3
4
5
.781
-.203
.046
.167
-.154
.733
-.053
-.015
-.145
.280
.683
.211
-.304
-.051
.294
.568
-.006
.091
-.087
-.082
.470
-.144
.373
.249
.089
.464
-.003
.393
.159
.083
.007
.748
-.166
.133
.142
-.265
.742
.093
.177
-.072
.193
.655
.126
-.279
-.075
.493
.571
.056
-.020
-.289
-.279
.468
.307
-.035
.448
.354
.418
.002
.107
-.080
-.025
.083
.820
.147
-.029
Menurut saya belajar merupakan bagian dari ajaran agama Saya memiliki rasa ingin tahu terhadap ilmu agama Saya rutin membaca Alquran setiap hari Saya suka mengikuti ceramah atau pengajian Selesai sholat saya melaksanakan dzikir dan berdoa Saya rendah hati sehingga saya memiliki banyak teman Saya hormat kepada pemimpin panti Saya sabar dalam menghadapi penyakit Saya selalu tenang dalam sholat Saya suka membantu teman- teman Saya yakin kalau rezeki sudah diatur oleh Allah SWT Saya selalu melaksanakan sholat tepat waktu
Saya suka melaksanakan sholat berjamaah
.102
.026
.806
-.259
.064
.061
-.039
-.072
.900
.075
-.052
.182
.003
.855
-.014
.069
-.190
.154
-.042
.791
.029
.105
-.128
.133
.769
Saya selalu memperhatikan hal-hal yang membatalkan puasa baik yang haram dan makruh Saya selalu mengerjakan puasa ramadhan Saya memiliki kemauan untuk bekerja Saya menghargai temanteman non muslim melaksanakan ibadah
Lampiran 9 Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN Hubungan Tingkat Religiusitas dengan Tingkat Depresi Lansia Beragama Islam di PSTW Budi Mulya 04 Margaguna
Petunjuk pengisian : 1. Bacalah dengan teliti pertanyaan terlebih dahulu. 2. Jawablah semua pertanyaan dengan cara memberikan tanda checklist (√) pada pilihan jawaban yang paling benar. Kode Responden
:............................ (Diisi oleh peneliti)
Tanggal Pengambilan data :............................ A. Data Demografi 1. Usia : ..........Tahun 2. Jenis Kelamin :
1. Pria (
)
2. Wanita (
)
1. Tidak sekolah/tidak tamat SD (
)
3. Agama: ........... 4. Pendidikan :
2. SD (
)
3. SMP (
)
4. SMA (
)
5. Perguruan Tinggi ( )
B. Kuesioner Tingkat Religiusitas No Pernyataan
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
1.
Saya yakin kalau rezeki sudah diatur oleh Allah SWT
2.
Saya memiliki kemauan untuk bekerja
3.
Saya tidak lekas putus asa
4.
Saya selalu tenang dalam sholat
5.
Saya tenang ketika di timpa musibah
6.
Saya sabar dalam menghadapi penyakit
7.
Saya suka membantu teman- teman
8.
Saya menghargai teman-teman non muslim melaksanakan ibadah
9.
Saya hormat kepada pemimpin panti
10. Saya rendah hati sehingga saya memiliki banyak teman 11. Saya memiliki rasa ingin tahu terhadap ilmu agama
12. Saya suka mendengarkan radio atau menyaksikan siaran tv tentang ceramah agama 13. Saya suka mengikuti ceramah atau pengajian 14. Saya membaca buku tentang agama 15. Menurut saya belajar merupakan bagian dari ajaran agama 16. Saya selalu melaksanakan sholat tepat waktu 17. Saya melaksanakan sholat sunah 18. Saya suka melaksanakan sholat berjamaah 19. Saya rutin membaca Al-quran setiap hari 20. Selesai sholat saya melaksanakan dzikir dan berdoa 21. Saya selalu mengerjakan puasa ramadhan 22. Saya selalu memperhatikan hal-hal yang membatalkan puasa baik yang haram dan makruh
C. Kuesioner Tingkat Depresi No Apakah Bapak/Ibu dalam SATU MINGGU TERAKHIR 1.
Merasa puas dengan kehidupan yang dijalani?
2.
Banyak meninggalkan kesenangan/minat dan aktifitas anda?
Iya
Tidak
3.
Merasa bahwa kehidupan anda hampa ?
4.
Sering merasa bosan?
5.
Penuh pengharapan akan masa depan?
6.
Mempunyai semangat yang baik setiap waktu?
7.
Diganggu oleh pikiran-pikiran yang tidak dapat diungkapkan?
8.
Merasa bahagia disebagian besar waktu?
9.
Merasa takut sesuatu akan terjadi pada anda?
10. Sering kali merasa tidak berdaya? 11. Sering merasa gelisah dan gugup? 12. Memilih tinggal dikamar dari pada pergi melakukan sesuatu yang bermanfaat di panti? 13. Sering kali merasa khawatir akan masa depan?
Ya 14. Merasa mempunyai lebih banyak masalah dengan daya ingat dibandingkan orang lain? 15. Berfikir bahwa hidup ini sangat menyenangkan sekarang? 16. Sering kali merasa merana ? 17. Merasa kurang bahagia? 18. Sangat khawatir terhadap masa lalu? 19. Merasa hidup ini sangat menggairahkan?
Tidak
20. Merasa berat untuk memulai sesuatu yang baru? 21. Merasa dalam keadaan penuh semangat ? 22. Berfikir bahwa keadaan anda tidak ada harapan? 23. Berfikir bahwa banyak orang yang lebih baik daripada anda? 24. Sering kali merasa menjadi kesal dengan hal yang sepela? 25. Sering kali merasa ingin menangis? 26. Merasa sulit untuk berkonsentrasi? 27. Menikmati tidur? 28. Memilih menghindar dari perkumpulan sosial? 29. Mudah mengambil keputusan? 30. Mempunyai pikiran yang jernih?