HUBUNGAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT AKTIVITAS FISIK PADA LANSIA DI PANTI WERDHA BHAKTI LUHUR CABANG SIDOARJO
Yefta Primasari., Antonius Catur Sukmono., S.Kep., Ns., M.Kep., Hidayatus Sya’diah., S.Kep., Ns., M.Kep., Dya Sustrami., S.Kep., Ns., M.Kes.
Mahasiswa Prodi S1 Keperawatan Tahun Ajaran 2015 ABSTRACT Physical activity is the movement of the body that can cause energy expenditure which is essential for the maintenance of physical and mental health. Personality refers to the person general nature, the mind, activities, and feelings that influence on the overall behaviour systems. The purpose of this study was to analyze the relationship between personality type to the level of physical activity in the elderly. This study design used correlational study design Cross-sectional. Simple data retrieved byrandom sampling technique, with total population 48 people and a sample of 43 respondents. The research instrument used questionnaire. Data were analyzed by Chi-square test with significance level ρ ≤ 0.05. The result of the study stated that elderly with introverted personality type (55.8%) has a light physical activity level (75%), while the elderly with extraverted personality type (46.5%) has a moderate level of physical activity (73.7%). Results of statistical test Chi-square showed that personality type has a relationship with the level of physical activity in older adults with the value ρ = 0.001 (ρ ≤ 0.05). Implications of the results showed that personality type has a role in the level of daily physical activity of the elderly. Expected for nursing administrators and nurses can provide the motivation for elderly to perform daily physical activity because it will be a lot of benefits derived by the elderly. Keywords: personality type, level of physical activity, elderly PENDAHULUAN Tipe kepribadian dapat menentukan tingkat aktivitas fisik lansia dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Kepribadian menunjuk kepada sifat umum seseorang, pikiran, kegiatan, dan perasaan yang berpengaruh secara sistemik terhadap keseluruhan tingkahlakunya (Alwisol, 2007). Tipe kepribadian menurut Jung ada
2 tipe, yaitu introvert dan ekstrovert. Masing-masing tipe kepribadian tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda yang dapat mempengaruhi tingkahlaku manusia dalam lingkungan sekitarnya. Lansia dengan tipe kepribadian introvert memiliki karakteristik yang mengarahkan pribadi ke pengalaman subjektif,
memusatkan diri pada dunia dalam dan privat di mana realita hadir dalam bentuk hasil amatan, cenderung menyendiri, pendiam/tidak ramah, bahkan antisosial. (Alwisol, 2011). Tipe kepribadian ekstravert lebih mengarahkan pribadi ke pengalaman obyektif, memusatkan perhatiannya ke dunia luar alih-alih berfikir mengenai persepsinya, cenderung berinteraksi dengan orang sekitarnya, aktif dan ramah (Gunarsa & Yulia, 2012). Aktivitas fisik merupakan gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik dapat menghambat atau memperlambat kemunduran fungsi alat tubuh yang disebabkan bertambahnya umur, sangat penting bagi individu lanjut usia untuk tetap aktivitas dan mencapai kepuasan hidup (Azizah, 2011). Aktivitas fisik yang tidak ada (kurangnya aktivitas fisik) merupakan faktor resiko independen untuk penyakit kronis dan secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010; Physical Activity. In Guide to Community Preventive Services Web site, 2008). Proses penuaan tidak selalu mengakibatkan ketergantungan dan ketidakmampuan, sebagian besar lansia tetap mandiri secara fungsional (Potter & Perry, 2009). Aktivitas fisik yang dilakukan lansia di Panti Werdha Bhakti Luhur, yaitu senam lansia, membantu suster panti dalam memasak, dan membuat kerajinan tangan. Aktivitas tersebut hanya dilakukan oleh beberapa lansia saja, sedangkan lansia yang lain hanya melihat televisi, duduk menyendiri di taman, dan sebagainya. Keadaan seperti itu dapat disebabkan karena setiap lansia memiliki kepribadian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Penduduk lansia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup. Di seluruh dunia, jumlah lanjut usia diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun), dan pada tahun 2025, lanjut usia akan mencapai 1,2 milyar. Menurut perkiraan Biro Pusat Statistik (2005) di Indonesia terdapat 18.283.107 penduduk lansia. Tahun 2009 penduduk berusia 80 tahun atau lebih baru mencapai sekitar 11% dari penduduk dunia dan diprediksikan akan tumbuh menjadi sekitar 19% pada tahun 2050. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Indang Trihandini dalam Fatmah (2010) dimana pada tahun 1993 terdapat 94 (5,8%) responden tidak dapat melakukan aktivitas fisik dasar, meningkat menjadi 126 (7,7%) responden pada tahun 1997, dan meningkat lagi menjadi 171 (10,5%) responden pada tahun 2000. Hasil studi pendahuluan peneliti sebelumnya Triwibowo (2014) didapatkan 15 responden (75%) mengatakan malas mengikuti aktivitas fisik seperti berkebun, jalan-jalan di pagi hari, dan senam lansia mereka lebih senang berada di rumah, 3 responden (15%) mengatakan lebih memilih duduk santai di rumah sambil nonton tv daripada melakukan aktivitas fisik, 2 responden (10%) mengatakan tidak melakukan aktivitas fisik karena badannya mudah lelah jika melakukan aktivitas fisik. Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 15 Februari 2015, yang diambil dari 10 lansia di Panti Werdha Bakti Luhur Cabang Sidoarjo dengan observasi dan wawancara didapatkan hasil 10% dapat melakukan aktivitas berat seperti aktif mengikuti senam lansia setiap hari yang kemudian dilanjutkan dengan
kegiatan lain (membersihkan kamar, membantu memasak, dan sebagainya), 40% aktivitas sedang seperti jogging (berlari kecil, jalan-jalan di dalam panti), dan 50% aktivitas ringan seperti menyapu, duduk santai, membuat kerajinan tangan, dan sebagainya. Tipe kepribadian dari 10 lansia didapatkan hasil 40% memiliki tipe kepribadian ekstrovert dan 60% memiliki tipe kepribadian introvert. Manusia memiliki beberapa elemen dari dua sisi itu, artinya manusia umumnya dipengaruhi oleh dunia dalam dan dunia luar secara bersamaan, keduanya mempunyai masingmasing kelemahan dan kekuatan. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Dimasa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental, dan sosial secara bertahap. Proses penuaan lansia terjadi penurunan sistem imun tubuh mengakibatkan lansia tidak dapat bertahan terhadap jejas atau infeksi, sehingga pada lansia sering ditemukan penyakit degeneratif kondisi ini akan mempengaruhi kesehatan dan aktivitas fisik lanjut usia (Nugroho, 2008). Menurut Azizah (2011), semakin bertambahnya umur manusia terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia. Sukses atau tidaknya seseorang melewati tahap ini dipengaruhi oleh kematangan (maturitas) kepribadian pada fase perkembangan sebelumnya, dukungan dari lingkungan terdekatnya, dan tekanan hidup yang dialaminya. Kondisi di atas dapat mempengaruhi orang usia lanjut dalam melakukan aktivitas fisik dalam memenuhi aktivitas kehidupan sehari-hari. Apabila proses penyesuaian diri dengan lingkungan kurang berhasil maka timbulah berbagai dampak yang terjadi.
Menurut Maas, et al (2008), kemampuan berinteraksi secara fisik dengan komponen dalam lingkungan untuk memenuhi kebutuhan manusia berkaitan erat dengan konsep diri dan harga diri. Hambatan mobilitas fisik dapat mengubah aktivitas peran individu dan tanggung jawab sosial yang biasanya membutuhkan aktivitas fisik. Akibat hambatan mobilitas, jaringan dukungan sosial terganggu, menyebabkan lansia memiliki kesempatan terbatas untuk dapat mempertahankan fungsi interaksi dan hubungan sosial yang optimal. Mengetahui tipe kepribadian diri sendiri dan orang lain merupakan bekal untuk menghadapi orang lain yang masing-masing memiliki kepribadian yang berbeda. Hal itu juga berguna untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar melalui analisis tipe kepribadian dalam memilih intervensi yang sesuai dalam melakukan aktivitas fisik. Dukungan sosial bagi lansia sangat diperlukan selama lansia sendiri mampu memahami makna dukungan sosial tersebut sebagai penyokong/penopang kehidupannya (Azizah, 2011). Perawat berperan penting dalam membantu klien lansia mengatasi dan memilih perilaku mempertahankan kesehatan, yang dapat meningkatkan kualitas hidup mereka. Dampak dari proses penuaan saja bukan penyebab utama ketunadayaan dan penyakit (Maas, 2011). Perawat harus mampu memahami tipe kepribadian dari lansia yang sangat diperlukan untuk memperhatikan kemampuan dan kebutuhan yang dapat mereka lakukan. Lansia yang mengalami keterbatasan fisik akibat pertambahan usia serta perubahan dan penurunan fungsi fisiologis memerlukan beberapa penyesuaian dalam melakukan aktivitas fisik sehari-hari. Berdasarkan latar belakang di atas, maka
peneliti ingin meneliti tentang hubungan tipe kepribadian dengan tingkat aktivitas fisik pada lansia di Panti Werdha Bhakti Luhur Cabang Sidoarjo. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Berdasarkan tujuan penelitian desain penelitian yang digunakan adalah korelasional cross-sectional mengkaji hubungan antara variabel yang menekankan waktu hanya satu kali pada satu saat. Ciri dari tipe ini adalah mencari hubungan antar variabel. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2015 di Panti Werdha Bhakti Luhur Cabang Sidoarjo. Populasi dalam penelitian adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Populasi terjangkau dalam penelitian ini sebanyak 74 lansia, populasi target 48 lansia, dan didapatkan sampel sebanyak 43 lansia di Panti Werdha Bhakti Luhur Cabang Sidoarjo. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Probability sampling dengan metode Simple random sampling. Pada teknik ini setiap responden yang memenuhi kriteria inklusi dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan atau masalah dalam penelitian) sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tipe kepribadian lansia. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah tingkat aktivitas fisik lansia. Teknik pengumpulan data adalah menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Pengukuran variabel independen yaitu tipe kepribadian diukur dengan menggunakan kuesioner EPI Form A-modifikasi (Eysenck’s Personality
Inventory). Pengukuran variabel dependen yaitu tingkat aktivitas fisik diukur dengan menggunakan kuesioner PAL (Physical Activity Level). Peneliti menjelaskan tentang pentingnya mengetahui tipe kepribadian dan tingkat aktivitas fisik bagi lansia, setelah itu responden diberikan lembar persetujuan menjadi reponden, kuesioner tipe kepribadian, dan kuesioner tingkat aktivitas fisik setelah itu diberikan waktu untuk pengisian kuisoner tersebut. HASIL PENELITIAN 1. Data Umum a. Karakteristik reponden berdasarkan usia. Usia 60-65 tahun 66-70 tahun 71-75 tahun >75 tahun Total
Frekuensi (f) 10 12 12 9 43
Prosentase (%) 23.3 27.9 27.9 20.9 100
Data umum responden bedasarkan karakteristik usia menunjukkan bahwa sebanyak 12 responden (27.9%) berusia 66-70 tahun, 12 responden (27.9%) berusia 71-75 tahun, 10 responden (23.3%) berusia 60-65 tahun, dan sisanya 9 responden (20.9%) berusia >75 tahun. b. Karakteristik reponden berdasarkan status perkawinan. Status Perkawinan Kawin Belum Kawin Janda Total
Frekuensi (f) 5 32 6 43
Prosentase (%) 11.6 74.4 14 100
Data diatas menunjukkan bahwa sebanyak 32 responden (74.4%) berstatus
belum kawin, 6 responden (14%) berstatus janda, dan sisanya 5 responden (11.6%) berstatus kawin. c. Karakteristik reponden berdasarkan pendidikan terakhir. Pendidikan Tidak Sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi Total
Frekuensi (f) 1 4 22 13
Prosentase (%) 2.3 9.3 51.2
3 43
7 100
30.2
Data diatas menunjukkan bahwa lansia berpendidikan SMP sebanyak 22 responden (51.2%), responden berpendidikan SMA sebanyak 13 responden (30.2%), responden berpendidikan SD sebanyak 4 responden (9.3%), sebanyak 3 responden (7.0%) berpendidikan Perguruan Tinggi, dan sisanya responden yang tidak sekolah sebanyak 1 responden (2.3%). d. Karakteristik reponden berdasarkan riwayat pekerjaan. Pekerjaan
Frekuensi (f) TNI/POLRI 0 PNS 0 Swasta/Wiraswasta 34 Lain-lain 9 Total 43
Prosentase (%) 0 0 79.1 20.9 100
Data diatas menunjukkan bahwa responden yang memiliki pekerjaan swasta/wiraswasta sebanyak 34 responden (79.1%), responden yang memiliki pekerjaan lain-lain seperti ibu rumah tangga sebanyak 9 responden (20.9%), responden yang memiliki pekerjaan PNS dan TNI/POLRI sebanyak 0 responden (0%).
e. Karakteristik reponden berdasarkan riwayat penyakit. Penyakit Hipertensi Katarak Rematik Asam urat Diabetes Melitus Jantung Stroke Tidak ada riwayat Total
Frekuensi (f) 15 4 0 4 7 0 0 13 43
Prosentase (%) 34.9 9.3 0 9.3 16.3 0 0 30.2 100
Data diatas menunjukkan bahwa responden yang memiliki riwayat penyakit hipertensi sebanyak 15 responden (34.9%), sebanyak 13 responden (30.2%) tidak memiliki riwayat penyakit, responden yang memiliki riwayat penyakit diabetes melitus sebanyak 7 responden (16.3%), responden dengan riwayat penyakit katarak sebanyak 4 responden (9.3%), responden dengan riwayat penyakit asam urat sebanyak 4 responden (9.3%), responden dengan riwayat penyakit rematik sebanyak 0 responden (0%), responden yang memiliki riwayat penyakit jantung sebanyak 0 responden (0%), dan responden yang memiliki riwayat penyakit stroke sebanyak 0 responden (0%). 2. Data Khusus a. Karakteristik
responden
berdasarkan tipe kepribadian. Tipe Kepribadian Introvert Ekstravert Total
Frekuensi (f) 24 19 43
Prosentase (%) 55.8 44.2 100
Data diatas menunjukkan bahwa responden dengan tipe kepribadian introvert sebanyak 24 responden (55.8%)
dan yang memiliki kepribadian ekstravert sebanyak 19 responden (44.2%). b. Karakteristik
responden
berdasarkan tingkat aktivitas fisik. Tingkat Aktivitas Fisik Aktivitas ringan Aktivitas sedang Aktivitas berat Total
Frekuensi (f) 23 20 0 43
Prosentase (%) 53.5 46.5 0 100
Data diatas menunjukkan bahwa responden dengan tingkat aktivitas ringan sebanyak 23 responden (53.5%), tingkat aktivitas sedang sebanyak 20 responden (46.5%), dan tidak terdapat lansia dengan tingkat aktivitas berat. c. Hubungan tipe kepribadian dengan tingkat aktivitas fisik pada lansia di Panti Werdha Bhakti Luhur Cabang Sidoarjo.
Berdasarkan hasil uji Chi-Square didapatkan nilai ρ = 0.001 ≤ α = 0.05, yang artinya secara statistik terdapat hubungan yang signifikan antara tipe kepribadian dengan tingkat aktivitas fisik pada lansia di Panti Werdha Bhakti Luhur Cabang Sidoarjo. PEMBAHASAN 1. Tipe kepribadian lansia di Panti Werdha Bhakti Luhur Cabang Sidoarjo. Secara umum tipe kepribadian lansia di Panti Werdha Bhakti Luhur
Cabang Sidoarjo dari 43 responden (100%), sebanyak 24 responden (55.8%) memiliki tipe kepribadian introvert dan 19 responden (44.2%) memiliki tipe kepribadian ekstravert. Hal ini sesuai dengan pendapat Alwisol (2011) yang mengatakan bahwa banyak lansia yang cenderung menyendiri, pendiam/tidak ramah, antisosial, sibuk dengan kehidupan internalnya sendiri, pasif, ragu, daripada lansia yang cenderung berinteraksi dengan orang sekitar, aktif dan ramah, sosiabel, tertarik dengan dunia luar, bersemangat, dan lincah. Berdasarkan data penelitian tentang riwayat pekerjaan, sebagian besar lansia mempunyai riwayat pekerjaan sebagai wiraswasta. Lansia yang mempunyai riwayat pekerjaan sebagai wiraswasta sebanyak 18 lansia (52.9%) memiliki tipe kepribadian introvert dan 16 lansia (47.1%) memiliki tipe kepribadian ekstravert. Lansia yang memiliki riwayat pekerjaan lain-lain seperti ibu rumah tangga, sebanyak 6 lansia (66.7%) memiliki kepribadian introvert dan 3 lansia (33.3%) memiliki tipe kepribadian ekstravert. Peneliti berasumsi salah satu faktor yang mempengaruhi tipe kepribadian adalah pengalaman hidup lansia, meskipun lansia tersebut memiliki riwayat pekerjaan sebagai wiraswasta dimana sering terjadi interaksi dengan individu lain, tetapi sesuai dengan teori pelepasan menurut Fatmah (2010) menyebutkan bahwa pada usia lanjut terjadi penurunan partisipasi ke dalam masyarakat karena terjadi proses pelepasan ikatan atau penarikan diri secara perlahanlahan dari kehidupan sosialnya yang berdampak pada kepribadiannya saat ini. Noorkasiani dan S.Tamher (2009) mengatakan dalam masa lanjut usia akan terjadi penurunan kondisi fisik, kondisi
psikologis serta perubahan kondisi sosial, masyarakat akan menganggap seakan-akan tugas seorang yang lanjut usia telah usai dan mengundurkan diri dari pergaulan masyarakat. Riwayat penyakit juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepribadian lansia karena jika seseorang memiliki suatu riwayat penyakit yang dideritanya, maka lansia tersebut akan merasa rendah diri dibandingkan dengan yang lain. Menurut Maas, et al (2008) kemampuan berinteraksi secara fisik dengan komponen dalam lingkungan untuk memenuhi kebutuhan manusia berkaitan erat dengan konsep diri dan harga diri. Hal diatas sesuai dengan pendapat para ahli psikologi yang menyatakan bahwa psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari sifat, hakikat, dan hidup jiwa manusia (Plato, dalam Prawira, 2012). 2. Tingkat aktivitas fisik lansia di Panti Werdha Bhakti Luhur Cabang Sidoarjo. Tingkat aktivitas fisik lansia di Panti Werdha Bhakti Luhur Cabang Sidoarjo menunjukkan bahwa tingkat aktivitas fisik pada lansia dari 43 responden (100%) sebagian besar memiliki tingkat aktivitas fisik ringan sebanyak 23 responden (53.5%). Aktivitas fisik merupakan setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot-otot rangka dan yang menyebabkan pengeluaran energi yang meliputi pekerjaan, waktu senggang, dan aktivitas sehari-hari (Soegih, 2009). Kemampuan beraktivitas secara umum berhubungan dengan sistem muskuloskeletal, pada lansia tonus otot dan densitas tulang menurun terutama pada wanita yang mengalami osteoporosis. Osteoporosis umum dialami wanita lanjut
usia yang mempengaruhi ekstremitas bawah dan punggung yang menanggung beban (Kozier, et al, 2010). Seorang yang lanjut usia terjadi penurunan sistem imun tubuh sehingga ditemukan penyakit degeratif, kondisi ini akan mempengaruhi kesehatan yang akhirnya akan mempengaruhi tingkat aktivitas fisik lansia (Nugroho, 2008). Lansia harus menyesuaikan dengan perubahan fisik seiring terjadinya penuaan sistem tubuh, perubahan penampilan, dan fungsi (Potter & Perry, 2005). Pengukuran aktivitas fisik dilakukan terhadap jenis aktivitas yang dilakukan subyek dan lama waktu melakukan aktivitas dalam sehari. Berdasarkan WHO/FAO (2001), besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam Physical Activity Level (PAL) atau tingkat aktivitas fisik. PAL merupakan besarnya energi yang dikeluarkan (kkal) per kilogram berat badan dalam 24 jam. 3. Hubungan tipe kepribadian dengan tingkat aktivitas fisik pada lansia di Panti Werdha Bhakti Luhur Cabang Sidoarjo. Keterkaitan antara hubungan tipe kepribadian dengan tingkat aktivitas fisik pada lansia seperti yang tampak pada tabel 5.8 sesuai hasil uji Chi-Square didapatkan nilai ρ = 0.001 ≤ α = 0.05, artinya secara statistik terdapat hubungan tipe kepribadian dengan tingkat aktivitas fisik pada lansia di Panti Werdha Bhakti Luhur Cabang Sidoarjo. Kepribadian merupakan pemahaman tingkah laku, pikiran, perasaan, kegiatan manusia yang di dalamnya mempelajari individu secara spesifik, siapa dia, apa yang dimilikinya, dan apa yang dikerjakannya (Alwisol,
2011). Drs.Bimo Walgito, dalam Prawira (2012) mencatat bahwa psikologi merupakan suatu ilmu yang menyelidiki serta mempelajari tentang tingkah laku serta aktivitas-aktivitas, dimana tingkah laku serta aktivitas itu sebagai manifestasi hidup kejiwaan. Berdasarkan data penelitian menunjukkan 43 lansia (100%) yang memiliki tipe kepribadian introvert sebanyak 24 lansia dengan tingkat aktivitas fisik ringan sebanyak 18 lansia (75%), tingkat aktivitas sedang sebanyak 6 lansia (25%). Semakin bertambahnya umur manusia terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia. Kondisi di atas dapat mempengaruhi lansia dalam melakukan aktivitas fisik, sukses atau tidaknya lansia melewati tahap ini dipengaruhi oleh kematangan (maturitas) kepribadian pada fase perkembangan sebelumnya, dukungan dari lingkungan terdekatnya, dan tekanan hidup yang dialaminya (Azizah, 2011). Kepribadian menunjuk kepada sifat umum seseorang, pikiran, kegiatan, dan perasaan yang berpengaruh secara sistemik terhadap keseluruhan tingkahlakunya (Alwisol, 2007). Eysenck dan Wilson dalam Rubianti (2014) mengklasifikasikan ciriciri tingkah laku yang operasional pada tipe kepribadian menurut faktor-faktor yang mendasarinya yaitu : Activity, Sociability, Risk Taking, Impulsiveness, Expressiveness, Reflectiveness, dan Responsibility. Oleh karena hal tersebut lansia yang memiliki tipe kepribadian introvert lebih banyak yang memiliki tingkat aktivitas ringan dibanding dengan lansia yang memiliki tipe kepribadian ekstravert yang mayoritas lansia memiliki tingkat aktivitas sedang.
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Panti Werdha Bhakti Luhur Cabang Sidoarjo, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Tipe kepribadian lansia di Panti Werdha Bhakti Luhur Cabang Sidoarjo sebagian besar memiliki tipe kepribadian introvert. 2. Lansia di Panti Werdha Bhakti Luhur Cabang Sidoarjo sebagian besar memiliki tingkat aktivitas fisik ringan. 3. Ada hubungan antara tipe kepribadian dengan tingkat aktivitas fisik pada lansia di Panti Werdha Bhakti Luhur Cabang Sidoarjo dengan nilai ρ = 0.001. SARAN Berdasarkan temuan hasil penelitian, beberapa saran yang disampaikan pada pihak terkait adalah sebagai berikut : 1. Bagi lansia Lansia hendaknya menjaga aktivitas fisik sehari-hari sesuai kemampuan untuk tetap menjaga status fungsional dan kebugaran tubuh, karena banyak manfaat yang dapat diperoleh dari aktivitas fisik yang dilakukan. Selain itu, lansia diharapkan mampu untuk lebih berinteraksi sosial dengan baik dengan lansia yang lainnya maupun dengan orang lain. Hal tersebut dapat dilakukan salah satunya dengan cara melakukan aktivitas bersama saat waktu luang dan berbincang-bincang dengan lansia yang lain.
2.
3.
4.
Bagi pengurus Panti Werdha Pengurus Panti Werdha selain bertugas untuk menjaga dan membantu lansia dalam melakukan aktivitas fisik sehari-hari, diharapkan para pengurus mengarahkan lansia yang memiliki tipe kepribadian introvert maupun ekstravert untuk saling membangun interaksi sosial yang baik. Interaksi sosial yang baik antar lansia akan membantu lansia dalam beraktivitas, mereka dapat melakukan aktivitas bersama sehingga lansia yang memiliki tipe kepribadian introvert dapat meningkatkan tingkat aktivitas fisiknya karena mendapat support dari lingkungan sekitarnya. Bagi tenaga kesehatan Tenaga kesehatan hendaknya dapat memberikan health education mengenai pentingnya melakukan hubungan sosial dengan orang lain disekitar agar lansia dapat membuka diri dan tidak hanya mengarahkan diri pada kehidupan internal lansia saja. Selain itu health education tentang pentingnya aktivitas fisik dilakukan dengan mempraktikkan beberapa aktivitas fisik atau terapi yang bermanfaat bagi lansia. Bagi peneliti selanjutnya Mengembangkan penelitian selanjutnya untuk mengambil judul perbedaan tingkat aktivitas fisik lansia yang tinggal bersama keluarga dengan lansia yang tidak tinggal bersama keluarga berdasarkan tipe kepribadian lansia.
DAFTAR PUSTAKA Alwisol. (2007). Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. Malang : UMM Press . (2011). Edisi Revisi Psikologi Kepribadian. Malang : UMM Press Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC . (2008). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika Azizah, L. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu Basford, Lynn dan Oliver Slevin. (2006). Teori & Praktik Keperawatan Pendekatan Integral pada Asuhan Pasien. Jakarta : EGC Fatmah. (2010). Gizi Usia Lanjut. Jakarta : Erlangga Firdaus, Nur. (2013). Perbedaan Tingkat Kecanduan Situs Jejaring Sosial Facebook pada Mahasiswa dengan Tipe Kepribadian Introvert dan Ekstravert. www.repository.upi.edu/S_PSI_08 06943_CHAPTER3.pdf. Diunduh tanggal 30 Maret 2015 jam 17.00 WIB Ghautami, Alfarani Devina. 2003. Gambaran Tipe Kepribadian Penyiar Radio Berdasarkan Eysenck’s Personality Inventory (EPI) Format A. Tesis. Universitas Indonesia : Jakarta. www.digital_20344410-T-Devina-AlfaraniGhautami.pdf. diunduh tanggal 30 Maret 2015 jam 13.00 WIB Gunarsa, Singgih D dan Yulia Singgih D Gunarsa. 2012. Psikologi Perawatan. Jakarta : Libri
Kozier,
et al. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Maas, Meridean L, et al. (2008). Asuhan Keperawatan Geriatrik. Jakarta : EGC Mahardikawati, Venny Agustiani dan Katrin Roosita. (2008). Aktivitas Fisik, Asupan Energi Dan Status Gizi Wanita Pemetik Teh Di PTPN VIII Bandung, Jawa Barat. Juli 2008 3(2): 79 – 85. Jurnal Gizi dan Pangan: Jawa Barat. Nugroho, W. (2008). Gerontik Geriatrik. Jakarta : EGC
&
Prawira, Purwa Atmaja. (2012). Psikologi Umum Dengan Perspektif Baru. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media Potter dan Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik Edisi 4. Jakarta: EGC . (2009). Fundamental Of Nursing Fundamental Keperawatan Buku 1 Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika Rubianti, Liana. (2014). Minat Membeli Di Media Online Ditinjau Dari Tipe Kepribadian. Jurnal Online Psikologi Vol. 02, No. 01, Tahun 2014 ISSN : 2301-8259. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang : Malang Soegih, Rachmad et all. (2009). Obesitas Permasalahan dan Terapi Praktis. Jakarta : CV Sagung Seto Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC
S.
Tamher, Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Setiadi. (2013). Konsep Dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan Edisi 2. Yogyakarta : Graha Ilmu Suryabrata, S. (2005). Psikologi Kepribadian. Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada Triwibowo, Heri dan Kiki Puspitasari. (2014). Hubungan Aktivitas Fisik dengan Fungsi Kognitif pada Lansia di Desa Tanjungan Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto Wade, Carole dan Carol. (2007). Psikologi Edisi Kesembilan Jilid 2. Jakarta : Erlangga www.scribd.com/21799155/EysenckPersonality-InventoryInterpretation.scribd. diunduh tanggal 30 Maret 2015 jam 12.51 WIB Yamin, Sofyan dan Heri Kurniawan. (2011). SPSS Complete Teknik Analisis Statistik Terlengkap dengan Software SPSS. Jakarta : Salemba Infotek