PENGARUH SENAM HIPERTENSI TERHADAP TEKANAN DARAH LANSIA DI POSYANDU LANSIA DESA KRANDEGAN KABUPATEN WONOGIRI 1)
Sri Wahyuni 2)Wahyuningsih Safitri 3)Alfyana Nadya Rachmawati
Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta 2015 Abstrak
Faktor resiko yang mendorong terjadinya hipertensi adalah genetik, stress, obesitas, konsumsi makanan yang tinggi garam, merokok, konsumsi alkohol dan kurang olahraga. Cara pencegahan yang dapat dilakukan oleh lansia agar terhindar dari penyakit hipertensi dengan semboyan SEHAT yaitu seimbangkan gizi, enyahkan rokok, hindari stress, awasi tekanan darah dan teratur berolahraga. Teratur berolahraga dapat dilakukan dengan cara latihan fisik yang sesuai dengan lansia diantaranya berjalan-jalan, bersepeda, berenang, melakukan pekerjaan rumah dan senam hipertensi. Tujuan umum dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh senam hipertensi dengan tekanan darah lansia di Posyandu Lansia Desa Krandegan Kabupaten Wonogiri. Rancangan penelitian pra-eksperimen, dengan menggunakan pendekatan “one group pretest and posttest design”. Teknik sampling purposive sampling. Sampel penelitian sebanyak 64 lansia. Hasil penelitian menunjukkan tekanan darah lansia sebelum dilakukan senam hipertensi diperoleh nilai rata-rata sebesar 165/87 mmHg (hipertensi sedang). Tekanan darah lansia setelah dilakukan senam hipertensi diperoleh nilai rata-rata sebesar 164/87 mmHg (hipertensi sedang). Tidak ada pengaruh senam hipertensi dengan tekanan darah lansia di Posyandu Lansia Desa Krandegan Kabupaten Wonogiri yang ditunjukkan nilai rerata 69,27 dan postest sebesar 59,73 dengan Zhitung sebesar -1,542 (pvalue = 0,123 > 0,05). Lansia dengan hipertensi diharapkan untuk melaksanakan senam hipertensi sebagai alternative intervensi non farmakologis tanpa mengurangi atau menghindari terapi farmakologik yang sudah berjalan. Kata Kunci
: Senam Hipertensi, Lansia, Tekanan Darah.
1
ABSTRACT
The risk factors that contribute to hypertension are genetic, stress, obesity, consumption of food with high salt content, smoking, alcohol consumption, and lack of exercise. The prevention can be done by the elderly to avoid hypertension disease with the slogan SEHAT namely: nutritional balance, get rid of smoking, avoid stress, keep an eye on blood pressure, and regular exercise. Regular exercise can be done by having appropriate physical exercises for the elderly such as walking, cycling, swimming, doing household work, and doing hypertension exercise. The objective of this research is to investigate the effect of the hypertension exercise on the blood pressure of the elderly at Elderly Integrated Health Post of Krandegan Village, Wonogiri Regency. This research used the pre-experimental method with the "one-group pretest and posttest design". The samples of research consisted of 64 respondents and were taken by using the purposive sampling technique. The results shows that on average the blood pressure of the elderly prior to the hypertension exercise was 165/87 mmHg (moderate hypertension). Following the hypertension exercise, on average the blood pressure of the eldery became 164/87 mmHg (moderate hypertension). Thus, there was not any effect of the hypertension exercise on the blood pressure of the elderly at Elderly Integrated Health Post of Krandegan Village, Wonogiri Regency as indicated by the result of pre-test of 69.27 and that of post-test of 59.73 with the value Zcount = -1.542 (pvalue = 0.123> 0.05). Thus, the eldery with hypertension is expected to do a hypertension exercise as alternative non-pharmacological intervention without reducing or avoiding the on-going pharmacologic therapy. Keywords
: Hypertension exercise, elderly, blood pressure
2
seumur
1. PENDAHULUAN Saat
masyarakat
(Wolff,
2008).
lebih
Berdasarkan data dari Simpus (2014),
menyukai makanan siap saji, dimana
hipertensi merupakan yang sepuluh
makanan tersebut banyak mengandung
besar
lemak, protein, tinggi garam dan rendah
Puskesmas Bulukerto.
serat
ini
hidup
(Muhammadun,
yang
terjadi
di
Hal
Cara pencegahan yang dapat
tersebut menyebabkan berbagai masalah
dilakukan oleh lansia agar terhindar dari
kesehatan antara lain adalah hipertensi.
penyakit hipertensi dengan semboyan
Hipertensi esensial (primer) merupakan
SEHAT
penyakit urutan kedua setelah infeksi
enyahkan rokok, hindari stress, awasi
saluran nafas bagian atas akut dari
tekanan darah dan teratur berolahraga.
sepuluh besar penyakit rawat jalan di
Teratur berolahraga dapat dilakukan
Rumah Sakit tahun 2010 (Kemenkes RI,
dengan cara latihan fisik yang sesuai
2012).
dengan lansia diantaranya berjalan-jalan,
Hasil
kecenderungan
2010).
penyakit
Riskesdas prevalensi
(2013) hipertensi
yaitu
bersepeda,
seimbangkan
berenang,
gizi,
melakukan
mengalami kenaikan dari 7,6% tahun
pekerjaan rumah dan senam hipertensi
2007 menjadi 9,5% pada tahun 2013.
(Maryam dkk, 2008). Hasil penelitian
Faktor resiko yang mendorong
Victor
Moniaga,
dkk
(2013)
terjadinya hipertensi adalah genetik,
menunjukkan adanya perbedaan yang
stress, obesitas, konsumsi makanan yang
bermakna pengukuran tekanan darah
tinggi
sistolik
garam,
merokok,
konsumsi
dan
kurang
olahraga
alkohol
(Muhammadun, 2010). Menurut Dirjen
subjek
sebelum
perlakuan
dengan minggu ketiga setelah perlakuan senam bugar lansia. Latihan fisik seperti senam yang
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan yaitu, menyatakan bahwa
teratur
31,7%
di
seperti hipertensi (Once, 2011). Senam
Indonesia, 60% penderita hipertensi
hipertensi adalah bagian dari usaha
mengalami stroke, sedangkan sisanya
untuk mengurangi berat badan dan
mengalami
mengelola stress yang merupakan dua
prevalensi
hipertensi
penyakit
jantung,
gagal
ginjal dan kebutaan (Aditama, 2009). Seseorang
yang
mengalami
hipertensi harus menggunakan obat
membantu mencegah
faktor
yang
mempertinggi
kronis
resiko
hipertensi (Vitahealth,2004). Dari
sepuluh
penyakit
maka
Bulukerto Wonogiri jumlah penderita
tersebut
bersifat
wilayah
besar
untuk mengendalikan tekanan darahnya, pengobatan
di
laporan
Puskesmas
2
hipertensi pada bulan Oktober sampai
pretest and posttest design”. Teknik
bulan Desember 2014 sejumlah 234
sampling dalam penelitian ini adalah
kasus atau 16% dari jumlah kunjungan
purposive sampling. Sample yang
pasien rawat jalan (Simpus Wonogiri,
digunakan sebanyak 64 orang yang
2014).
Posyandu
Krandegan
Kec.
Lansia
Desa
sebelumnya telah
Bulukerto
Kab.
inklusi untuk bisa diberikan perlakuan
Wonogiri pada bulan Desember 2014 penderita
hipertensi
penderita
(Catatan
sejumlah PTM
memenuhi kriteria
senam hipertensi.
76
Analisa data dalam penelitian
Desa
ini melalui prosedur bertahap yaitu
Krandegan, 2014).
analisis univariat dan analisis bivariat.
Berdasarkan data di Posyandu
Analisis
univariat
dilakukan
Lansia Desa Krandegan terdapat 18
secara deskriptif, yaitu menampilkan
orang
hipertensi
ringan,
32
orang
proporsi
dan
26
orang
senam hipertensi, tekanan darah lansia
hipertensi berat (Catatan PTM Desa
sebelum dan sesudah melaksanakan
Krandegan,
Berdasarkan
senam hipertensi dan jenis kelamin.
wawancara terhadap 20 lansia yang
Varian data dilakukan pada variabel
berkunjung
senam hipertensi dan tekanan darah.
hipertensi
sedang
2014).
11
orang
menyatakan
prosentase
untuk
variabel
tekanan darah meningkat karena jarang
Analisis bivariat yang dilakukan
makan sayur, tidak pernah kontrol dan
terhadap dua variabel yang diduga
tidak olahraga, 4 orang menyatakan
berhubungan
karena merokok dan 5 orang kontrol dan
(Notoatmodjo, 2007). Pada penelitian ini
minum obat tidak teratur.
digunakan uji statistik Wilcoxon, karena
Berdasarkan latar belakang di
atau
berkorelasi
data berdistribusi tidak normal.
atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang
pengaruh
senam
hipertensi terhadap tekanan darah di Posyandu
Lansia
Desa
Krandegan
Kabupaten Wonogiri.
2. METODE Penelitian ini merupakan jenis penelitian
pra-eksperimen,
dengan
menggunakan pendekatan “one group
3. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Karakteristik Responden Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Posyandu Lansia Desa Krandegan Kabupaten Wonogiri Bulan Maret 2015 (n=64) Umur Lansia f % Usia lanjut 2 3,1% resiko tinggi (>70 thn)
3
Senium (65 tahun ke atas) Prasenium (5564 thn) Virilitas (45-54 thn) Jumlah
23
35,9%
27
42,2%
12
18,8%
64
100,0%
Hasilnya adalah gelombang denyut yang tidak terputus dengan puncak yang tinggi (sistolik) dan lembah yang
dalam
(diastolik)
(Wolff,
2008). Adanya peningkatan umur, akan
menyebabkan
peningkatan
Berdasarkan tabel 1 umur responden
resistensi
terbanyak yaitu pada kelompok usia
simpatik serta penurunan sensitivitas
lanjut dini prasenium (55-64 thn)
pengaturan tekanan darah (refleks
yaitu sebanyak 27 responden atau
baroreseptor)
42,2%,
sehingga tekanan darah cenderung
sedangkan
pertengahan
perifer
dan
pada
aktivitas
usia
lanjut
umur usia lanjut virilitas (45-54
meningkat (Anggaraini, 2009).
tahun) sebanyak 2 responden atau
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Posyandu Lansia Desa Krandegan Kabupaten Wonogiri Bulan Maret 2015 (n=64) Jenis Kelamin f % Laki-laki 11 17,2% Perempuan 53 82,8% Jumlah 64 100,0%
3,1%, senium (65 tahun ke atas) sebanyak 23 responden atau 35,9% dan usia lanjut resiko tinggi (>70 tahun) sebanyak 2 responden atau 3,1%. teoritis,
Secara
lansia
memang
cenderung mengalami peningkatan tekanan
darah
seiring
dengan
Berdasarkan tabel 2 jenis kelamin
bertambahnya usia. Kondisi yang
responden
berkaitan dengan usia ini adalah
perempuan
produk
keausan
responden atau 82,8% sedangkan
arteri-arteri
laki-laki sebanyak 11 responden
samping
arteriosklerosis
dari
dari
terbanyak yaitu
utama, terutama aorta, dan akibat
atau 17,2%.
dari
Menurut
berkurangnya
kelenturan.
adalah
sebanyak
Cortas
53
prevalensi
Dengan mengerasnya arteri-arteri ini
terjadinya hipertensi antara pria dan
dan menjadi semakin kaku, arteri
wanita
dan
terlindung
aorta itu kehilangan
daya
sama,
namun dari
wanita penyakit
penyesuaian diri. Dinding, yang kini
kardiovaskular sebelum menopause,
tidak
karena
elastis,
tidak
dapat
lagi
dilindungi
oleh
hormon
mengubah darah yang keluar dari
estrogen
jantung menjadi aliran yang lancar.
meningkatkan HDL, dimana HDL
yang
berperan
dalam
4
berperan penting dalam pencegahan aterosklerosis
(Sylvia
&
Price,
2007). Bagi wanita (terutama usia 45-55 tahun) merupakan masa premenopause sehingga tekanan darah menjadi meningkat. Hal tersebut disebabkan oleh sedikit
demi
mulai hilangnya sedikit
hormon
estrogen pada wanita yang berfungsi sebagai pelindung pembuluh darah dari kerusakan. Hormon estrogen tersebut
berperan
dalam
meningkatkan kadar kolesterol baik atau
High
Density
Lipoprotein
(HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi bermanfaat untuk melindungi dan mencegah terjadinya proses aterosklerosis pada pembuluh darah. Efek dari perlindungan hormon estrogen ini merupakan imunitas bagi wanita usia pre-menopause
Berdasarkan tabel 3 tekanan darah lansia sebelum dilakukan senam hipertensi diperoleh nilai minimum sebesar 130/80 mmHg, maksimum 210/105 mmHg dan nilai rata-rata sebesar 165/87 mmHg (hipertensi sedang), sedangkan tekanan darah lansia
setelah
sebesar 130/80 mmHg, maksimum 210/100 mmHg dan nilai rata-rata sebesar 164/87 mmHg (hipertensi sedang). Hal ini mengindikasikan bahwa nilai rata-rata tekanan darah lansia tidak ada penurunan tekanan darah lansia sebelum dan sesudah dilakukan senam hipertensi. Pada
latihan
Tekanan
Darah
Sebelum dan Sesudah Senam Hipertensi Tabel 3 Tekanan Darah Lansia Sebelum dan Sesudah Dilakukan Senam Hipertensi di Posyandu Lansia Desa Krandegan Kabupaten Wonogiri Bulan Maret 2015 (n=64) Nilai Sebelum Sesudah Mean 165/87 mmHg 164/87 mmHg Maksimum 210/105 mmHg 210/100 mmHg Minimum 130/80 mmHg 130/80 mmHg Jumlah 64 64
ringan
tidak
ada
perubahan kadar aktivitas rennin dalam
maupun b. Gambaran
senam
hipertensi diperoleh nilai minimum
plasma,
konsentrasi
(Anggaraini, 2009).
dilakukan
perubahan
aldosteron perubahan
serum, aktivitas
angiotensin converting enzyme yang bermakna, sehingga melalui latihan ringan
tekanan
darah
dapat
menurun. Dengan kata lain, efek stimulasi sistem rennin angiotensin bisa diatasi dengan latihan yang ringan. Kegagalan latihan untuk menurunkan tekanan darah pada beberapa individu mungkin karena perbedaan fungsi hemodinamik dan neuroendokrin (Kusmana, 2009).
5
Hasil analisa data menggunakan
fisik berlangsung secara teratur dalam
Wilcoxon, adapun hasil pretest dan
waktu cukup lama 20 menit sampai satu
posttest disajikan pada tabel berikut:
jam, serta dilakukan secara teratur
Tabel 4 Hasil Uji Beda Wilcoxon Kelompok Observasi
Rerata Pre Post test test
(Kusmana, 2009). Hasil penelitian yang berjudul
Zhitung
pvalue
-1,542
0,123
Pelatihan Senam Lansia Menurunkan Tekanan Darah Lansia di Banjar Tuka
Tekanan Darah Lansia
69,27
59,73
Dalung menunjukkan bahwa perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik, diastolik
Berdasarkan tabel 4 diketahuai bahwa nilai rerata kelompok pretest sebesar 69,27 dan postest sebesar 59,73 dengan Zhitung sebesar -1,542 (pvalue = 0,123 > 0,05) sehingga H0 diterima, artinya, tidak ada pengaruh senam hipertensi dengan tekanan darah lansia di Posyandu Lansia Desa Krandegan
dan
kelompok
Hasil analisis perbedaan tekanan darah diastolik pre test dan post test
senam hipertensi dengan tekanan darah Posyandu
Krandegan meskipun
Lansia
Kabupaten dalam
Desa
Wonogiri, rekapitulasi
pengukuran tekanan darah lansia dapat dilihat adanya penurunan tekanan darah setelah perlakuan senam hipertensi. Lansia
yang
sebelum
menunjukkan
rata-rata
antar
perlakuan
tidak
perbedaan
bermakna
setelah 3 minggu perlakuan, Sedangkan setelah
6
minggu,
dimana
pada
kelompok perlakuan diberikan latihan senam lansia sebanyak 3 kali seminggu, menunjukkan adanya perbedaan yang
diastolik dan tekanan arteri rata-rata antar kelompok (Mayuni, 2013). Peningkatan
menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh
di
arteri
bermakna pada tekanan darah sitolik,
Kabupaten Wonogiri.
lansia
tekanan
diberikan
perlakuan
sebelumnya belum pernah melakukan senam hiertensi sedangkan manfaat latihan fisik baru bisa didapat jika peningkatan aliran darah lewat aktivitas
atau
penurunan
tekanan darah diastolik dipengaruhi oleh lamanya waktu beristirahat sebelum dilakukan pengukuran tekanan darah setelah senam, besarnya peningkatan dalam penggunaan oksigen maksimum dan lamanya (dalam satuan minggu) senam dilakukan (Kelley dan Tran 2001). Sehubungan dengan hal tersebut maka tidak adanya perbedaan yang bermakna antara tekanan darah sebelum dan sesudah perlakuan senam hipertensi pada
penelitian
ini
kemungkinan
disebabkan karena waktu penelitian
6
singkat yang memakan waktu 3 minggu
hipertensi yang meliputi resiko yang
Sehingga diperlukan waktu yang lebih
tidak dapat dikendalikan (mayor) seperti
panjang.
keturunan, jenis kelamin, ras dan usia
Beberapa studi menunjukkan
dan
faktor
risiko
yang
dapat
bahwa olahraga membantu menurunkan
dikendalikan (minor). yaitu obesitas,
tekanan darah sistolik pada individu
kurang
yang hipertensi, tetapi tidak semua studi
merokok,
minum
kopi,
setuju dengan hal ini. Tidak semua
natrium,
kadar
kalium
individu akan mengalami penurunan
alkohollisme,
tekanan
melakukan
pendidikan dan pola makan (Suhadak,
program olahraga. Hal ini terjadi karena
2010), maka pengendalian hipertensi
ada beberapa orang yang tidak sensitif
tidak
olahraga
tidak
penatalaksanan saja tetapi pengendalian
mengikuti aturan pengobatan, dan juga
tekanan darah memerlukan terapi obat -
terjadi pada individu yang sensitif
obatan yang sesuai, disertai perubahan
terhadap
pola hidup dan pelaksanaan terapi anti
darah
dengan
(exercise-insensitive),
garam
(salt-sensitive)
cukup
raga
perancu
dalam
penelitian ini seperti pola makan, stres,
atau
stres,
hanya
hipertensi dengan
(Williams, 2005). Variabel
olah
aktivitas, sensitivitas rendah, pekerjaan,
dengan
satu
penetapan jadwal
rutin harian minum obat (Stoskslager, 2008).
aktivitas fisik, genetik serta pengobatan farmakologis dalam penelitian ini tidak dapat
dikendalikan
sepenuhnya,
sehingga masih banyak faktor yang
4.
SIMPULAN DAN SARAN a. Simpulan 1)
Tekanan
darah
lansia
dapat mempengaruhi tekanan darah pada
sebelum dilakukan senam
lansia di desa Krandegan. Berdasarkan
hipertensi diperoleh nilai
wawancara dan observasi, para lansia di
rata-rata
desa Krandegan hanya tinggal sendiri
mmHg (hipertensi sedang).
atau tinggal bersama anggota keluarga
2)
Tekanan
sebesar
darah
165/87
lansia
yang juga lansia sehingga tidak ada yang
setelah dilakukan senam
mengontrol pola konsumsi, aktifitas
hipertensi diperoleh nilai
fisik dan olah raga maupun pengobatan
rata-rata
para lansia penderita hipertensi.
mmHg (hipertensi sedang).
yang
Mengingat
banyaknya
berperan
untuk
faktor
terjadinya
3)
sebesar
164/87
Tidak ada pengaruh senam hipertensi dengan tekanan
7
darah lansia di Posyandu Lansia
Desa
b) Membandingkan efektifitas
Krandegan
pengaruh senam hipertensi
Kabupaten Wonogiri yang
terhadap penurunan tekanan
ditunjukkan
darah pada hipertensi ringan
nilai
rerata
69,27 dan postest sebesar
sedang dan berat.
59,73 dengan Zhitung sebesar
c) Membandingkan
-1,542 (pvalue = 0,123 >
senam dalam menurunkan
0,05).
tekanan darah dengan terapi
b. Saran 1)
pengaruh
nonfarmakologi
lainnya,
Bagi puskesmas dan masyarakat
seperti diet rendah garam
Program Senam Hipertensi agar
dan tinggi serat.
tetap
dilaksanakan
tujuan
sebagai
intervensi
dengan alternative
yang
dimanfaatkan
d) Mempertimbangkan sarana komunikasi
dapat
oleh
agar
tenaga
sebagai
untuk
digunakan
penatalaksanaan
non
pesan
tersampaikan
kesehatan, khususnya perawat komunitas
yang
efektif bisa dengan
kepada para lansia. 4)
Bagi peneliti Dapat
menambah
wawasan
farmakologi untuk menurunkan
mengenai
pengaruh
senam
tekanan darah pada penderita
hipertensi
terhadap
tekanan
hipertensi
darah lansia.
atau
tanpa
mengurangi
menghindari
farmakologik
terapi
yang
sudah
DAFTAR PUSTAKA
berjalan. 2)
Bagi institusi pendidikan Sebagai
referensi
khususnya
bahan ajar Perawatan Kesehatan Komunitas mengenai pengaruh senam
hipertensi
terhadap
tekanan darah lansia 3)
Bagi peneliti lain a)
Diharapkan ada penelitian yang sama dengan rentang waktu yang lebih lama.
Aditama, T. A. (2009). Profil Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan tahun 2008, Diakses 15 Januari 2015: http://www.pppl.depkes.go.id/i mages_data/PROFIL%20%20P P&PL%202008.pdf. Astari, dkk. (2012). Pengaruh Senam Lansia terhadap Tekanan Darah Lansia dengan Hipertensi pada Kelompok Senam Lansia di Banjar Kaja Sesetan Denpasar Selatan. Skripsi. Program Studi Ilmu
8
Keperawatan. Fakultas Kedokteran. Universitas Udayana Denpasar. Catatan PTM Desa Krandegan. (2014).
Kusmana, D. (2009). Hipertensi: Definisi, Prevalensi, Farmakoterapi dan Latihan Fisik. Cermin Dunia Kedokteran. Maryam, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika. Muhammadun. (2010). Hidup Bersama Hipertensi. Yogjakarta: In Books. Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.(http://repository.usu.ac.id /bitstream/123456789/3595/1/ke perawatan-ismayadi.pdf, diakses 31 Agustus 2013).
System Informasi Puskesmas (Simpus). (2014). Data Pasien Penderita Penyakit Rawat Jalan: Hipertensi. Kab Wonogiri. Jateng. Victor Moniaga, dkk. (2013). Pengaruh Senam Bugar Lansia terhadap Tekanan Darah Penderita Hipertensi di BPLU Senja Cerah Paniki Bawah. Jurnal eBiomedik (eBM), Volume 1, Nomor 2, Juli 2013, hlm. 785789. Vitahealth. (2004). Hipertensi (Informasi Lengkap untuk Keluarga dan Penderitanya). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Williams MS. (2005). Nutrition for Health, Fitness and Sport. New York: The Megraw-Hill Companies. Wolff, Hanns Peter. (2008). Hipertensi Cara Mendeteksi dan Mencegah Tekanan Darah Tinggi Sejak Dini. Jakarta Ilmu Populer.
Stockslager, J.L. (2010). Buku Saku Asuhan Keperawatan Geriatrik. Diterjemahkan oleh Nike B S. Jakarta: EGC.
Suhadak. (2010). Pengaruh Pemberian Teh Rosella Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tinggi Pada Lansia Di Desa Windu Kecamatan Karangbinangun Kabupaten Lamongan. Lamongan. BPPM STIKes Muhammadiyah Lamongan.
9