PERBEDAAN SIFAT-SIFAT WIRAUSAHA ANTAR ETNIS DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL (PIK) PULOGADUNG, JAKARTA TIMUR
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh: Rahmi Ulfah 106070002292
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Yunita Faela Nisa, M.Si
Desi Yustari Muchtar, M,Psi
NIP: 19770608 200501 2 003
NIP: 19821214 200801 2 006
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H /2010
i
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “PERBEDAAN SIFAT-SIFAT WIRAUSAHA ANTAR ETNIS DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL (PIK) PULOGADUNG, JAKARTA TIMUR” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 10 Desember 2010. Skripsi telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi. Jakarta, 10 Desember 2010
Sidang Munaqasyah Dekan/
Pembantu Dekan/
Ketua merangkap anggota
Sekretaris merangkap anggota
Jahja Umar, Ph.D
Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si
NIP. 130 885 522
NIP. 19561 223 198303 2 001 Anggota:
Abdul Rahman Shaleh, M.Si
Ikhwan Luthfi, M.Psi
NIP. 19720823 199903 1 002
NIP. 19730710 200501 1 006
Yunita Faela Nisa, M.Si
Desi Yustari Muchtar, M.Psi
NIP. 19770608 200501 2 003
NIP. 19821214 200801 2 006
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Rahmi Ulfah NIM : 106070002292
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PERBEDAAN SIFATSIFAT WIRAUSAHA ANTAR ETNIS DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL (PIK) PULOGADUNG, JAKARTA TIMUR” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka dan telah diuji kebenarannya.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan UndangUndang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, 14 Desember 2010
Rahmi Ulfah 106070002292
iii
Moto dan persembahan
MOTTO :
Nikmatilah kehidupan, karena kehidupan hanya satu kali. Syukurilah keadaan, karena keadaan adalah rasa kehidupan. Pujilah Allah, karena Dia Lah …. pemberi kehidupan dan keadaan ini untuk kita agar selalu dinikmati dan disyukuri.
PERSEMBAHAN : Skripsi ini Ku persembahkan untuk semua orang yang kusayang dan menyayangiku yang selalu memberikan kasih sayang dan doa tiada henti.
PENGUSAHA Karya: Purdi E. Chandra (Pendiri Bimbingan Belajar Primagama).
iv
Seribu jadi satu juta. Satu juta jadi satu milyar. Satu milyar jadi satu trilyun. Satu trilyun jadi bangkrut. Itulah Pengusaha.
Modalnya adalah dengkulnya. Tak punya dengkul pun, Bisa pinjam dengkul orang lain. Pengalaman kerjanya adalah Tak pernah melamar pekerjaan. Keberaniannya adalah optimisme Terhadap duitnya orang lain. Itulah pengusaha.
Kemandirian adalah jiwanya. Memulai usaha sendiri. Mengangkat dirinya sendiri Sebagai direktur di perusahaannya sendiri. Tidak lakuu dibeli sendiri. Itulah pengusaha.
Perjuangan adalah hari-harinya. Hutang adalah darahnya. Keuntungan adalah keringatnya. Tak berhutang pun hidupnya terasa hampa. Baginya, hutang pun tetap mulia. Itulah pengusaha.
Hidungnya panjang. Matanya tajam. Senyumnya mekar. Telinganya lebar. Itulah pengusaha. ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi C) Rahmi Ulfah
B) 10 Desember 2010
v
D) Perbedaan Sifat-sifat Wirausaha Antar Etnis Di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur E) xvii + 171 hal (beserta lampiran) F) Isi abstrak Penelitian ini diawali dengan melihat masih banyaknya jumlah pengangguran yang ada di Negara Indonesia setiap tahunnya. Walaupun pemerintah telah mencanangkan berbagai macam cara untuk memperkecil jumlah angka pengangguran, namun hal tersebut belum bisa memperkecil atau bahkan menghilangkan jumlah pengangguran. Selain menanggulangi jumlah pengangguran dengan cara memberikan bekal keterampilan dan keahlian kepada masyarakat, tapi pemerintah juga perlu membuka lapangan pekerjaan baru yang mengutamakan kemandirian, kreatifitas dan inovasi. Maka dari itu, hal yang penting untuk dicanangkan adalah dengan mencanangkan kewirausahaan untuk segala lapisan masyarakat di seluruh nusantara. Etnis asli Indonesia yang lebih dahulu dikenal sebagai masyarakat yang memiliki jiwa kewirausahaan adalah etnis Minang. Etnis tersebut memang terkenal sebagai saudagar yang mahir berdagang. Menurut Sukardi (1991) Orang Padang (Minang) sering diasosiasikan dengan profesi ke-antrepeneur-an. Banyak usaha mereka yang dapat dengan mudah kita temui disekitar kita, seperti adanya rumah makan Padang yang menawarkan masakan khas Padang. Selain etnis Minang, etnis Jawa pun juga terkenal dengan sifat mereka yang ulet dalam berusaha. Selain masyarakat dari kedua etnis tersebut, etnis-etnis lain juga berpotensi untuk menjadi wirausaha yang sukses di bidangnya. Variabel dalam penelitian ini adalah sifast-sifat wirausaha, yakni sifat instrumental, sifat prestatif, sifat keluwesan bergaul, sifat kerja keras, sifat keyakinan diri, sifat pengambilan resiko, sifat swa-kendali, sifat inovatif, dan sifat kemandirian. Populasi dalam penelitian ini adalah pengusaha yang ada di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur denga jumlah sampel sebanyak 122 orang respoden baik laki-laki mapun perempuan. Metode pengambilan sampel dengan menggunakan Accidental Sampling. Sedangkan pengumpulan data menggunakan alat ukur Sembilan sifat wirausaha yang telah divalidasi oleh Riyanti. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apakah terdapat perbedaan sifat-sifat wirausaha antar etnis di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur. Penelitian ini didasarkan pada delapan kelompok etnis dari pengusaha yang memiliki, mendirikan, dan mengelola usaha mereka sendiri Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik statistic Confirmatory Factor Analysis (CFA) untuk menguji validitas kontruk. Sedangkan untuk menguji hipetesis, peneliti menggunakan teknik pengujian Anova dengan one-way ANOVA. Hipotesis dalam penelitian ini sebanyak 9 butir untuk semua factor (sesuai dengan jumlah sifa-sifat wirausaha). Faktorfaktor tersebut diukur dengan jumlah item antara 9 sampai 13 butir item.
vi
Hasil pengujian hipotesis 1 diperoleh berdasarkan pengujian pengujian Hipotesa dengan menggunakan one-way ANOVA. Apabila nilai signifikansi > 0,05 maka hipotesis tersebut tidak signifikan. Seluruh hipotesis yang diuji menunjukkan hasil tidak signifikan. Dengan kata lain, hipotesis 1 hingga hipotesis 9 tidak memiliki perbedaan sifat-sifat wirausaha antar etnis di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung. Saran teoritis dalam penelitian ini adalah sebaiknya penelitian selanjutnya menggunakan jumlah sampel yang lebih banyak, minimal 200 responden agar hasil penelitian lebih komprehensif dan mewakili populasi. Selain itu, apabila memungkinkan, hindari penggunaan teknik pengambilan sampel dengan accidental. Akan lebih baik jika menggunakan teknik sampling berdasarkan random sampling. Hal itu bertujuan agar sampel yang diperoleh benar-benar dapat mewakili jumlah populasi. G) Bahan bacaan = 44 bahan (1974-2010)
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia, kasih sayang, dan pertolongan-Nya kepada peneliti
vii
untuk dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun peneliti dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan akhir menyelesaikan program studi strata 1 (S1) dan guna memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta salam peneliti haturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa umatnya dari zaman kebodohan ke zaman yang cerdas dan beradab seperti sekarang. Atas rahmat Beliau lah peneliti dapat menyelesaikan salah satu syarat akhir dalam menyelesaikan pendidikan S1 peneliti. Semoga apa yang telah peneliti capai dapat membawa kebaikan kepada setiap orang yang berada disekitarnya. Amin. Bermacam hambatan dan kekurangan yang dialami peneliti selama menyusun tugas akhir ini merupakan saat-saat dimana pertaruhan semangat, tekad dan perjuangan peneliti diuji. Kesemuanya telah peneliti lewati dengan baik dan akhirnya tiba di satu titik dimana semua itu berakhir, yaitu terselesaikannya skripsi. Peneliti sadar bahwa banyak kekurangan yang dialami peneliti dalam pengerjaan skripsi ini. Namun kekurangan tersebut tergantikan dengan kelebihan. Itu semua adalah hasil bantuan yang peneliti terima dari orang-orang hebat yang peneliti temui selama menyusun skripsi. Maka dengan rendah hati peneliti ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk mereka yang berada dibalik proses ini, yaitu: 1. Bapak Jahja Umar, Ph.D., Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Fadilah Suralaga, M.Si, Pembantu Dekan bidang akademik sekaligus sebagai dosen penasihat akademik peneliti. 3. Ibu Yunita Faela Nisa, M.Si (pembimbing 1). Terima kasih saya ucapkan atas semua dukungan dan nasihat ibu yang ibu curahkan selama penggarapan skripsi saya. Semoga Ibu selalu diberikan kesehatan dan selalu diberkahi Allah SWT. Amin 4. Ibu Desi Yustari Muchtar, M.Psi (pembimbing 2). Terima kasih banyak untuk semua dukungan dan nasihat yang ibu berikan, tertutama pada saat-saat terakhir dosen pembimbing 1 menitipkan
viii
saya untk dibimbing hingga selesai. Semoga kebaikan ibu dibalas Allah SWT dan selalu dilindungi-Nya. Amin 5. Seluruh dosen pengajar serta staf sekretariat Fakultas Psikologi yang tentunya tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu, atas segala ilmu yang telah kalian berikan maupun segala bantuan yang tak hentihentinya mendukung peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Untuk Prof. Dr. Benedicta Prihatin Dwi Riyanti, M.Psi. Guru Besar fakultas Psikologi dan ketua program studi magister profesi psikologi Universtas Atma Jaya Jakarta. Terima kasih peneliti sampaikan karena beliau telah mengizinkan peneliti untuk memakai alat ukur Sembilan sifat wirausaha yang telah divalidasi ulang oleh beliau. Semoga Tuhan YME membalas semua kebaikan yang ibu telah berikan kepada saya. Semoga kita bisa berjumpa, lebih dari sekadar berbincang-bincang via e-mail. 7. Untuk Bapak DR. Muhammad Tamar, M.Si (staf pengajar FISIP dan Kepala pusat bimbingan dan konseling Universitas Hasanuddin, Makassar) yang telah mengizinkan peneliti untuk memakai alat ukur sifat wirausaha yang telah beliau sederhanakan dari alat ukur PTPE 90 dari Sukardi. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan Bapak. Amin 8. Untuk Badan Layanan Usaha Daerah PPUMKMP Pulogadung. Terutama untuk Ibu Imelda Sari yang telah memberikan pengarahan kepada peneliti untuk mendapatkan izin dari lembaga tersebut. 9. Kepada seluruh pengusaha yang telah bersedia menjadi sampel penelitian, saya ucapkan terma kasih yang sebesar-besarnya untuk bapak/Ibu. Karena kalian semua-lah saya dapat menyelesaikan skripsi saya ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan Bapak/Ibu. Semoga usaha Bapak dan Ibu semua berjalan lancer dan terus berkembang sukses. Amin
ix
Peneliti juga mengucapkan terima kasih untuk mereka yang berjasa dalam membangun semangat dan tekad kuat kepada peneliti hingga sampai menuju titik akhir ini. Mereka adalah: 1.
Papa, Mama, kakak-kakak serta adik-adik ku, alhamdulillah ulfah telah menyelesaikan skripsi ulfah. Berkat doa, cinta dan semangat kalian semua ulfah mampu menyelesaikan ini semua. Semoga kesuksesan ulfah menjadi kebahagiaan pertama yang ulfah mampu berikan ke papa, mama. Semoga kesuksesan ini pula dapat menjadi kalian semua saudara-saudara ku, terutama untuk Hilal & Rizki; adikku.
2.
Untukmu, Heru. Orang yang berjasa meneguhkan niat, semangat dan kerja keras aku selama ini. Terima kasih untuk segala doa-doa yang kau mohonkan untuk aku dimana pun kamu berada. Semoga kesuksesan ini menjadi awal kita untuk selalu menemani selamanya. Amin. Terima kasih juga untuk kehangatan keluarga kamu setiap kali menyambut kedatanganku. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan kalian kepadaku. Amin
3.
Untukmu, Inaz. Terima kasih atas insight yang diberikan. Terima kasih juga sudah banyak meluangkan waktu untuk mengajarkan peneliti dalam mengolah data. Kamu teman yang memberikan banyak inspirasi untukku. Terimakasih pula peneliti sampaikan untuk para sahabatku, retha, arum, kadek, hani, resti, nisa, , syifa, adit cewe, adit cowo, awe, vika, terimakasih atas kebersamaan yang kalian berikan selama ini. Semoga kita sukses selalu setelah perjuangan kita yang akan dan atau telah kita lalui. amin
4.
Terima kasih teman-teman psikologi angkatan 2006, khususnya kelas D. semoga tugas akhir kita masing-masing ini bukan akhir dari kekompakan kita ya... Semoga kalian selesaikan skripsi tepat waktu. Semoga akan selalu ada cerita-cerita unik dan selalu berkesan untuk
x
kisah pertemanan kita semua. Semangat teman, jalan kita masih panjang, berjuanglah…… Akhir kata, peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini mungkin masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, peneliti berharap adanya segala kritikan dan masukan yang diberikan pembaca guna membangun dan melengkapi hal yang kurang dalam skripsi ini. Semoga penelitian ini menjadi manfaat bagi pembaca.
Bekasi, Mei 2010
Peneliti
xi
DAFTAR ISI Lembar Persetujuan Lembar Pengesahan Lembar Pernyataan Motto dan Persembahan Abstrak Kata pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Lampiran
BAB 1 1. 1. 1. 2. 1. 3. 1. 4. 1. 5.
1. 6. BAB 2 2. 1.
2. 2.
2. 3. 2. 4. 2. 5.
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pembatasan Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian 1.6.1 Manfaat Praktis 1.6.2 Manfaat Teoritis Sistematika Penulisan
KAJIAN PUSTAKA Sifat Wirausaha 2.1.1 Pengertian sifat 2.1.2 Pengaruh budaya terhadap sifat Wirausaha 2.2.1 Pengertian wirausaha 2.2.2 Karakteristik Wirausaha 2.2.3 Fungsi wirausaha 2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang berwirausaha 2.2.5 Kelebihan dan kekurangan menjadi wirausahawan Sifat wirausaha menurut Sukardi Kerangka Berpikir Hipotesis 2.5.1 Hipotesis null (Ho) 2.5.2 Hipotesis alternatif (Ha)
i ii iii iv v vii xi xiii xiv 1 1 13 14 14 14 14 15 15 17 17 17 20 23 23 26 30 31 34 35 39 42 42 43
xii
BAB 3 3. 1.
3. 2.
3. 3.
3. 4. 3. 5. 3. 6. 3. 7.
BAB 4 4. 1
4. 2
4. 3 4. 4
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian 3.1. 1. Pendekatan Penelitian 3.1. 2. Metode Penelitian Jenis Variabel Dan Definisi Operasional 3.2. 1. Variabel Penelitian 3.2. 2. Definisi Operasional Variabel Penelitian Subjek Penelitian 3.3.1. Populasi 3.3.2. Sampel Instrumen Pengumpulan Data Teknik Pengambilan Sampel Teknik Analisa Data Prosedur Penelitian 3.7.1. Tahap Persiapan 3.7.2. Tahap Pelaksanaan
44 44 44 44 45 45 46 48 48 49 49 51 52 54 55 56
57 HASIL DAN ANALISIS DATA Gambaran Umum Responden 57 4.1.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Etnis 57 4.1.2 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 58 4.1.3 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia 58 4.1.4 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 59 4.1.5 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Sentra Usaha 60 4.1.6 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Lama Usaha 60 4.1.7 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Omzet per tahun 61 Uji Validitas Konstruk 61 4.2.1 Uji Validatas Konstruk Sifat Instrumental 62 65 4.2.2 Uji Validatas Konstruk Sifat Prestatif 4.2.3 Uji Validatas Konstruk Sifat Keluwesan Bergaul 68 4.2.4 Uji Validatas Konstruk Sifat Kerja Keras 71 74 4.2.5 Uji Validatas Konstruk Sifat Keyakinan Diri 4.2.6 Uji Validatas Konstruk Sifat Pengambilan Resiko 77 4.2.7 Uji Validatas Konstruk Sifat Swa-kendali 80 83 4.2.8 Uji Validatas Konstruk Sifat Inovatif 4.2.9 Uji Validatas Konstruk Sifat Kemandirian 86 89 Deskripsi variabel penelitian Uji Hipotesis 91 93 4.4.1 Uji Hipotesis sifat Instrumental 4.4.2 Uji Hipotesis sifat Prestatif 93 xiii
4.4.3 4.4.4 4.4.5 4.4.6 4.4.7 4.4.8 4.4.9 BAB 5 5. 1. 5. 2. 5. 3.
Uji Hipotesis sifat Keluwesan bergaul Uji Hipotesis sifatKerja keras Uji Hipotesis sifat Keyakinan diri Uji Hipotesis sifat Pengambilan resiko Uji Hipotesis sifat Swa-kendali Uji Hipotesis sifat Inovatif Uji Hipotesis sifat Kemandirian
PENUTUP Kesimpulan Diskusi Saran 5.3.1 Saran metodologis 5.3.2 Saran praktis
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1 LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 3
94 94 95 95 96 96 97 98 98 100 102 102 104 107
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Jumlah pengusaha PIK tahun 2004
Tabel 2.1
Karakteristik kewirausahaan
Tabel 4.1
Jumlah responden berdasarkan etnis
Tabel 4.2
Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.3
Jumlah responden berdasarkan usia
Tabel 4.4
Jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan
Tabel 4.5
Jumlah responden berdasarkan sentra usaha
Tabel 4.6
Jumlah responden berdasarkan lama usaha
Tabel 4.7
Jumlah responden berdasarkan omzet per tahun
Tabel 4.8
Matriks korelasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item sifat Instumental
Tabel 4.9
Muatan faktor item variabel sifat instrumental
Tabel 4.10
Matriks korelasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item sifat prestatif
Tabel 4.11
Muatan faktor item variabel sifat prestatif
Tabel 4.12
Matriks korelasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item sifat keluwesan bergaul
Tabel 4.13
Muatan faktor item variabel sifat keluwesan bergaul
Tabel 4.14
Matriks korelasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item sifat kerja keras
Tabel 4.15
Muatan faktor item variabel sifat kerja keras
Tabel 4.16
Matriks korelasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item sifat keyakinan diri xv
Tabel 4.17
Muatan faktor item variabel sifat keyakinan diri
Tabel 4.18
Matriks korelasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item sifat pengambilan resiko
Tabel 4.19
Muatan faktor item variabel sifat pengambilan resiko
Tabel 4.20
Matriks korelasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item sifat swa-kendali
Tabel 4.21
Muatan faktor item variabel sifat swa-kendali
Tabel 4.22
Matriks korelasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item sifat inovatif
Tabel 4.23
Muatan faktor item variabel sifat inovatif
Tabel 4.24
Matriks korelasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item sifat kemandirian
Tabel 4.25
Muatan faktor item variabel sifat kemandirian
Tabel 4.26
Deskriptif variabel-variabel penelitian berdasarkan etnis
Tabel 4.27
Uji F untuk Sembilan sifat wirausaha
Tabel 4.28
Uji Hipotesis sifat isntrumental
Tabel 4.29
Uji Hipotesis sifat prestatif
Tabel 4.30
Uji Hipotesis sifat keluwesan bergaul
Tabel 4.31
Uji Hipotesis sifat sifat kerja keras
Tabel 4.32
Uji Hipotesis sifat keyakinan diri
Tabel 4.33
Uji Hipotesis sifat pengambilan resiko
Tabel 4.34
Uji Hipotesis sifat swa-kendali
Tabel 4.35
Uji Hipotesis sifat inovatif
Tabel 4.36
Uji Hipotesis sifat kemandirian xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Alur kerangka berpikir
Gambar 4.2
Analisis faktor konfimatorik dari variabel sifat instrumental
Gambar 4.3
Analisis faktor konfimatorik dari variabel sifat prestatid
Gambar 4.4
Analisis faktor konfimatorik dari variabel sifat keluwesan bergaul
Gambar 4.5
Analisis faktor konfimatorik dari variabel sifat kerja keras
Gambar 4.6
Analisis faktor konfimatorik dari variabel sifat keyakinan diri
Gambar 4.7
Analisis faktor konfimatorik dari variabel sifat pengambilan resiko
Gambar 4.8
Analisis faktor konfimatorik dari variabel sifat swa-kendali
Gambar 4.9
Analisis faktor konfimatorik dari variabel sifat inovatif
Gambar 4.10
Analisis faktor konfimatorik dari variabel sifat kemandirian
xvii
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian, pembatasan masalah, perumusan masalah, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
1.1
Latar Belakang Masalah Masih tingginya tingkat kemiskinan dan pengangguran merupakan
masalah utama di Indonesia. Penciptaan lapangan kerja merupakan salah satu solusi untuk mengurangi pengangguran dan peningkatan kesejahteraan keluarga. Data mengenai keadaan ketenagakerjaan di Indonesia pada semester kedua tahun 2010 (Berita Resmi Statistik No. 77/12/Th. XIII, 1 Desember 2010) menunjukkan adanya sedikit perbaikan yang digambarkan dengan adanya peningkatan kelompok penduduk yang bekerja, serta penurunan tingkat pengangguran.
Menurut Berita Resmi Statistik tersebut, pada bulan Agustus 2010, jumlah angkatan kerja mencapai 116,5 juta orang atau naik sekitar 530 ribu orang dibanding keadaan Februari 2010 dan naik 2,7 juta orang dibanding Agustus 2009. penduduk yang bekerja pada Agustus 2010 bertambah sebesar 800 ribu dibanding keadaan Februari 2010, dan bertambahnya 3,3 juta orang dibanding keadaan setahun yang lalu (Agustus 2009). Jumlah penganggur pada Agustus 2010 mengalami penurunan sekitar 270 ribu orang jika dibanding keadaan Februari 2010, dan mengalami penurunan 640 ribu orang dibanding keadaan
1
Agustus 2009. Peningkatan jumlah tenaga kerja serta penurunan angka pengangguran telah menaikkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 0,49 % selama periode satu tahun terakhir.
Harapan untuk diterima di dunia kerja tentunya tidaklah keliru, namun tidak dapat dipungkiri bahwa kesempatan kerja pun sangat terbatas dan tidak berbanding lurus dengan lulusan lembaga pendidikan baik dasar, menengah maupun pendidikan tinggi. Oleh sebab itu semua pihak harus terus berpikir dan mewujudkan karya nyata dalam mengatasi kesenjangan antara lapangan kerja dengan lulusan institusi pendidikan yang ada. Kesenjangan ini merupakan penyebab utama peningkatan angka pengangguran. Sedangkan pengangguran adalah salah satu permasalahan pembangunan yang sangat kritis khususnya di negara Indonesia yaitu di daerah-daerah pelosok nusantara.
Permasalahan dalam pengangguran akan terus berlangsung, namun bukan berarti pengangguran tidak dapat diatasi. Angka pengangguran yang akan selalu ada seiring dengan laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dapat diminimalisasi. Selain dengan cara membuka kesempatan kerja yang lebih banyak, pemerintah juga giat menyanangkan kewirausahaan. Sesuai dengan pernyataan McClelland, Lavador, Capati (Anggraini, 1995) yang mengatakan bahwa salah satu jalan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa adalaha melalui entrepreneurship. Hal ini terbukti dari pengalaman Negara-negara yang sudah maju, seperti Hongkong, Taiwan, Korea Selatan, dan Singapura.
2
Dengan berwirausaha, seseorang dapat membuka lapangan kerja sesuai dengan keahliannya dan kesenangannya akan bidang bisnis yang diminati. Dengan berwirausaha pula, seseorang akan memberikan peluang bekerja minimal kepada satu orang lain yang bekerja dalam bisnis yang dijalankan secara nyata. Oleh karena itu, berwirausaha merupakan langkah nyata yang dapat memengaruhi penurunkan angka pengangguran di Indonesia seiring dengan laju pertumbuhan penduduk yang semakin hari semakin bertambah.
David McClelland (Riyanti, 2010) menyatakan bahwa suatu negara dapat dikatakan makmur bila terdapat minimal 2% wirausahawan dari jumlah populasi penduduknya. Amerika Serikat pada tahun 2009 memiliki 15% wirausaha, Eropa memiliki wirausaha yang mencapai 6%, dan di Asia sendiri, di Singapura misalnya, jumlah wirausaha bisa mencapai 7%.
Berbeda dengan Indonesia, pada tahun 2007 jumlah wirausaha diperkirakan mencapai 400.000 orang atau hanya 0,18% dari yang seharusnya. Jumlah ini belum mampu menyerap seluruh tenaga kerja yang ada. Data BPS (Badan Pusat Statistik) per Agustus 2008 menunjukkan adanya 9,39 juta penduduk Indonesia yang masih menganggur dari 102,55 juta angkatan kerja, serta 37 juta penduduk Indonesia yang masih hidup di bawah garis kemiskinan (Bisnis Indonesia, 21 Oktober 2008).
Saat ini, jumlah wirausaha Indonesia sebanyak 0,18 % dari total penduduk yang berjumlah 230 juta jiwa. Jumlah yang sangat jauh dibandingkan angka ideal wirausaha suatu negara yang mau maju dan berkembang, yaitu sekitar 2 % dari
3
jumlah penduduknya. Bahkan untuk negara maju, jumlah wirausaha umumnya sudah di atas 5 % dari penduduknya. Tentu ini menjadi suatu tantangan dan sekaligus peluang bagi Indonesia untuk mengembangkan kewirausahaan, mengingat bahwa wirausaha adalah motor penggerak perekonomian suatu negara dan merupakan salah satu solusi untuk mengatasi masalah tingginya angka pengangguran dan kemiskinan (www.ukmindonesiasukses.blogspot.com).
Bagi Indonesia, dengan kecilnya jumlah wirausaha, maka kewirausahaan menjadi suatu keharusan. Seperti disebutkan di atas, bahwa suatu negara dapat berkembang dan membangun secara ideal jika wirausahanya sudah mencapai 2 % dari jumlah penduduk (kriteria PBB untuk pengukuran kewirausahaan). Tentu saja, jumlah pengusaha mikro dan pengusaha kecil Indonesia sebanyak lebih dari 49 juta pada tahun 2008 bukan ukuran yang senilai dengan kriteria tersebut di atas.
Sedikitnya pelaku wirausaha ini sangat disayangkan mengingat wirausaha, terutama pada sektor kecil dan menengah, dapat memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pembangunan negara. Dari seluruh badan usaha di Indonesia, 99% diantaranya adalah sektor usaha kecil yang menyerap 71,35% tenaga kerja Indonesia (tempointeraktif.com).
Di Indonesia, peran wirausaha menjadi sangat penting dan dapat memberikan kontribusi yang sangat berarti terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Peran tersebut dimainkan oleh Usaha Kecil dan Menengan (UKM) yang dapat menyelamatkan perekonomian nasional dari keterpurukan. Sebagai katup
4
penyelamat perekonomian nasional, UKM dapat mendorong laju pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja dan penciptaan peluang usaha baru sejalan dengan pesatnya kegiatan ekonomi di suatu daerah. Oleh karena itu, gerakan memasyarakatkan kewirausahaan memiliki arti yang sangat strategis dalam menumbuhkan kegiatan ekonomi kelompok masyarakat ekonomi lemah yang menjadi komitmen mengangkat kegiatan ekonomi agar dapat tumbuh secara wajar. Sebagaimana Negara-negara lainnya, seyogyanya pengembangan program kewirausahaan dapat dijadikan momentum awal untuk memacu laju pertumbuhan usaha kecil yang tangguh dan mandiri.
Apabila kita mengingat masa lalu dimana Indonesia dilanda krisis ekonomi yang berkepanjangan pada tahun 1997 dan melihat kenyataan yang terjadi bahwa usaha skala mikro dan kecil justru dapat bertahan di era krisis tersebut dan dijadikan tulang punggung ekonomi nasional untuk tetap bertahan dalam situasi yang kurang menguntungkan. Sifat kekuatan usaha kecil adalah lebih fleksibel dan ulet, dimiliki oleh sebagian besar usaha kecil. Oleh karena itu, pemerintah bertekad untuk membangun sistem ekonomi yang berbasis kerakyatan (Zulkarnain, 2002).
Riyanti (2010) mengungkapkan alasan yang bisa menjadi indikasi mengapa kewirausahaan belum berkembang di Indonesia, yaitu: Pertama; Hanya sedikit orang yang berminat menekuni dunia wirausaha. Sedikitnya jumlah wirausaha di Indonesia mungkin karena mayoritas masyarakat Indonesia masih berada dalam struktur dan cara pikir agraris. Nilai agraris pada
5
umumnya masih didominasi oleh nilai-nilai yang lebih bergantung pada alam daripada bertumpu pada kemampuan diri sendiri. Nilai agraris lebih menekankan pada ketekunan kerja, yaitu terus menerus mengerjakan hal yang sama, belum menekankan olah pikir kreatif. Kedua; Masyarakat Indonesia masih cenderung mencari pekerjaan yang menciptakan rasa aman. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia cenderung lebih senang menjadi pegawai. Ketiga; dimensi-dimensi budaya Indonesia menghambat pembentukan perilaku berwirausaha (Meng & Liang, 1996; hofstede, 1991. Dalam Riyanti, 2010). Dimensi-dimensi itu antara lain adalah: 1.
Budaya power distance yang tinggi di Indonesia yang menyebabkan adanya distribusi kekuasaan yang tak seimbang dalam institusi-institusi dan organisasi-organisasi.
2.
Budaya uncertainty avoidance Indonesia yang rendah mengakibatkan fleksibilitas tinggi (Pareek, 1987; dalam Riyanti, 2010). Positifnya, seseorang mempunyai kelenturan untuk berubah dan cukup nyaman dengan ketidakpastian. Karakteristik ini akan membuat seseorang menjadi tidak fokus dan tidak konsisten dalam melakukan usahanya.
3.
Dalam kaitan dengan ciri budaya collectivism-individualism, kita merasakan kuatnya budaya kolektivisme di Indonesia. Dalam warna budaya seperti ini, masyarakat cenderung bersikap kompromistis. Karakteristik ini menghambat kewirausahaan dalam hal kemunculan gagasan-gagasan baru. Namun demikian, karakteristik ini sebetulnya bisa
6
berpotensi positif bila dalam kelompok tersebut terdapat leader yang mengarahkan anggotanya ke arah wirausaha. 4.
Dalam kaitan dengan ciri masculinity-feminity, kita merasakan warna budaya yang berorientasi feminitas di Indonesia. Di sini, hal terpenting dalam interaksi sosial adalah harmoni. Ciri ini menghambat tumbuhnya orientasi materi dengan memaksimalkan kesempatan dan sifat asertif yang memang penting bagi keberhasilan wirausaha. Namun demikian, karakteristik ini dapat menjadi potensi untuk membuka usaha yang menyejahterakan orang lain dan tidak menimbulkan dampak negatif pada lingkungan.
Keempat, usaha-usaha kecil di Indonesia masih didominasi oleh kegiatan yang bergerak pada sektor pertanian, kehutanan, peternakan, dan perikanan (53,5%), sementara usaha menengah banyak bergerak pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran (53,7%), dan usaha besar di industri pengolahan (35,4%). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kewirausahaan di Indonesia, meskipun mengalami lonjakan tajam pada tahun 2007 (dari 7000 usaha di tahun 1980 menjadi 40 juta usaha kecil) muncul karena faktor kebutuhan, bukan karena didorong oleh faktor inovasi. Kewirausahaan yang marak setelah krisis masih mengandalkan pada kerja keras, belum mengandalkan pada kreativitas dan inovasi.
Kajian mengenai wirausaha juga pernah dilakukan oleh Iman Santosa Sukardi (1991) dalam disertasinya. Ia memperkenalkan istilah antrepreneur untuk menyebut kata wirausaha atau entrepreneur. Menurutnya wirausaha adalah orang yang bersedia mengambil resiko pribadi untuk menemukan peluang berusaha,
7
mendirikan, mengelola, mengembangkan dan melembagakan perusahaannya sendiri, dimana kelangsungan hidupnya tergantung pada tindakannya sendiri.
Ia menganalisis sifat yang dimiliki pada wirausaha di Indonesia. Dari hasil penelitiannya tersebut, Ia menemukan bahwa calon antrepreneur dapat mempelajari keberhasilan seorang antrepreneur lain melalui tingkah laku mereka dalam kegiatan sehari-hari di perusahaan yang mereka rintis. Selanjutnya tingkah laku antrepreneur berhasil menampilkan karakteristik tertentu yang menjadi sifatsifat mereka (traits).
Dari penelitian tersebut juga diperoleh beberapa hasil penting, diantaranya adalah sifat-sifat antrepreneur itu meliputi sifat instrumental, sifat prestatif, sifat luwes bergaul, sifat kerja keras, sifat keyakinan diri, sifat pengambilan resiko, sifat kemandirian, sifat inovatif, dan sifat swa-kendali. Menurutnya sifat-sifat tersebut itu merupakan kesatuan kombinasi dengan tingkat ke-antrepreneur-an yang tidak selalu sama dalam proporsinya; dimana ditemukan lima sifat yaitu instrumental, prestatif, luwes bergaul, pengambilan resiko, dan swa-kendali yang merupakan sifat-sifat dominan pada seorang antrepreneur.
Pendapat Ward (Sukardi, 1991) khususnya tentang proses terjun seseorang dalam dunia antrepreneur melalui suatu cara yaitu confidence modality, mengatakan seseorang terjun dalam dunia antrepreneur karena kegiatan antrepreneur merupakan kebiasaan yang telah menjadi tradisi di lingkungannya. Dengan demikian seharusnya suatu tradisi atau kebiasaan tertentu di suatu
8
masyarakat dapat menjadi faktor pendorong seseorang untuk terjun dalam dunia keantrepreneuran.
Ward mengasumsikan bahwa seorang anak yang secara turun temurun menjadi wirausahawan akan berkembang menjadi seorang wirausahawan juga. Individu dari lingkungan yang mempunyai tradisi wirausaha, sejak dini sudah mendapatkan stimulus sosial yang berkaitan dengan wirausaha. Stimulus ini akan mempengaruhi perkembangan kepribadian sehingga setelah dewasa sebenarnya ia sudah mempunyai benih-benih wirausaha. Selain itu pada individu dengan tradisi wirausaha kemungkinan untuk mendapatkan kesempatan meneruskan usaha keluarha sangat besar sehingga kemungkinan ia menjadi seorang wirausahawa juga sangat besar.
Penelitian McClelland (1961) di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 50% pengusaha yang menjadi sampel penelitiannya berasal dari keluarga pengusaha. Penelitian Sulasmi (1989) yang dilakukan terhadap 22 orang pengusaha wanita di Bandung juga menunjukkan hal yang sama, yaitu sekitar 55% pengusaha tersebut memiliki keluarga pengusaha. Sedangkan penelitian yang dilakukan Mu’minah (2001) atas 8 pengusaha paling sukses di Pangandaran menunjukkan bahwa semua pengusaha tersebut memulai usahanya karena dorongan keterpaksaan.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Muhandri (2002) mengatakan bahwa pada umumnya pengusaha memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Orang yang masuk dalam kategori ini memang mempersiapkan diri untuk menjadi seorang
9
wirausaha, dengan banyak mempelajari keilmuan (akademik) yang berkaitan dengan dunia usaha. Dalam kategori ini, terdapat pengusaha yang langsung memulai usahanya (merasa cukup dengan dasar-dasar keilmuan yang dimiliki) dan ada yang bekerja terlebih dahulu untuk memahami dunia usaha secara riil.
Mencermati ketiga hasil penelitian yang tercantum di atas, kita mendapatkan gambaran bahwa jiwa wirausaha itu didapat dengan berbagai cara. Meskipun memang hasil penelitian tersebut tidak salah, mayoritas pengusaha yang sukses ternyata berasal dari keluarga dengan tradisi yang kuat di bidang usaha. Sehingga dapat kita garisbawahi bahwa kultur (budaya) berwirausaha suatu keluarga, suku, atau bahkan bangsa sangat berpengaruh terhadap kemunculan wirausaha baru. Secara
komunal,
kultur
beberapa
suku
di
Indonesia
memang
mengagungkan profesi wirausaha sehingga banyak wirausaha tangguh yang berasal dari suku tersebut. Namun juga kita tidak boleh memungkiri bahwa secara umum kultur masyarakat Indonesia juga masih mengagungkan profesi yang relatif tanpa resiko, misalnya menjadi Pegawai Negeri Sipil, dll.
Lain halnya seperti yang dikemukakan Riyanti (berdasarkan penelitian Meng & Liang, 1996; hofstede, 1991) di atas yang menyatakan bahwa justru pengaruh budaya lah yang menjadi penghambat perilaku berwirausaha di Indonesia. Namun kita tidak boleh memungkiri dan harus mengakui pula adanya kemungkinan bahwa terkadang ada satu etnis tertentu dengan budaya tertentu
10
yang lebih unggul dalam hal membangun bisnis dibandingkan dengan anggota kelompok etnis lain.
Di Indonesia orang padang atau orang Minang sering diasosiasikan dengan profesi ke-antrepreneur-an. Kajian dari Ward seharusnya ditemukan pula dalam masyarakat Minang (Sukardi, 1991). Selain suku Minang, Suku Jawa biasanya ditemukan dalam semua bidang, khususnya dalam pegawai negeri sipil dan tentera. Secara tradisi, kebanyakan orang Jawa adalah petani. Ini adalah sebabkan oleh tanah gunung berapi yang subur di Jawa. Walaupun terdapat juga banyak usahawan Indonesia yang berjaya yang berasal daripada suku Jawa, orang Jawa tidak
begitu
menonjol
dalam
bidang
perniagaan
dan
perindustrian
(www.ms.wikipedia.org).
Salah satu program pembinaan industri kecil yang lebih terpadu adalah melalui PIK (Perkampungan Industri Kecil) seperti yang berada di Kawasan Pulogadung di Jakarta Timur. Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung didirikan berdasarkan Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 532 Tahun 1981. Latar belakang pembangunan PIK karena pada tahun 1982, di seluruh DKI Jakarta terdapat lebih dari 30.000 pengusaha industri kecil yang tersebar di 50 lokasi dengan kondisi tempat yang sebagian besar jauh dari kondisi layak. Pemda DKI melalui Badan Pengelola Industri dan Pemukiman (BPLIP) – sekarang Badan Layanan Usaha Daerah (BLUD) Pengelola Kawasan Pusat Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Permukiman Pulogadung (PKPPUKMPP) – ditugaskan mendirikan PIK dengan tujuan agar dapat dilakukan pembinaan secara
11
terpadu antar institusional baik secara vertikal maupun horisontal antara lain dengan kantor Departemen Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Dinas Tenaga Kerja, Biro Bangproda, Biro Bangsareda dengan koordinasi Badan Pengelola PIK (Anggraini, 1995).
Data terakhir pada tahun 2004 mengenai jumlah pengusaha dan jenis usaha yang ada di kawan PIK Pulogadung adalah seperti yang dilihat dalam tabel di bawah ini: Tabel 1.1 Tabel jumlah pengusaha PIK Pulogadung tahun 2004 No. 1 2 3 4 5
Jenis Komoditi (Sentra) Garment Kulit Meubel Logam Aneka Komoditi
Jumlah Pengusaha 257 58 14 71 57
Sumber: Company Profile PIK Pulogadung, 2004
Jika dilihat dari tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa jumlah pengusaha terbanyak yang menjalankan usahanya tersebut berada pada sentra garment. Kemudian disusul oleh sentra logam, kulit, aneka komoditi, dan meubel.
Data di atas sebagian besar telah mengalami perubahan, baik dari jumlah pengusaha secara keseluruhan maupun komposisi pengusaha di tiap-tiap sentra. Dari hasil survey singkat di lapangan yang peneliti lakukan selama beberapa hari, selain usaha terbanyak di wilayah PIK Pulogadung didominasi oleh sentra garment, pengusaha dari etnis Minang juga mendominasi jumlah keseluruhan pengusaha di wilayah itu. Pengusaha etnis Minang hampir dapat dijumpai disetiap
12
toko atau barak kerja dan diseluruh sentra. Berbeda dengan pengusaha dari etnis lainnya yang tidak terlalu signifikan jumlahnya hingga hanya beberapa saja yang dapat dijumpai peneliti.
Melihat adanya perbedaan jumlah pengusaha dari etnis Minang yang sangat banyak dibandingkan dengan pengusaha lain yang berasal dari etnis yang berbeda, dan persebaran pengusaha etnis Minang tersebut di seluruh sentra, maka peneliti beranggapan bahwa perlu diadakan suatu penelitian empiris berupa studi perbandingan terhadap sifat-sifat wirausaha para pengusaha insustri kecil dari berbagai etnis yang ada di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur.
1.2
Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah yang peneliti lakukan adalah agar penelitian yang dilakukan tidak melebar ke arah yang lebih luas dan juga untuk tetap menjaga fokus penelitian. Pembatasan masalah tersebut antara lain adalah: 1.
Wirausaha
tersebut
didirikan
serta
dikelola,
dikembangkan
dan
dilembagakan di wilayah Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur. 2.
Wirausaha yang dimaksud dalam penelitian ini adalah wirausaha dari sentra garment, kulit, logam, meubel, dan aneka komoditi.
3.
Etnis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah etnis Minang, Jawa, Sunda, Betawi, Batak, Bugis, Melayu dan Campuran.
13
1.3
Rumusan Masalah
“Apakah terdapat perbedaan sifat-sifat wirausaha yang signifikan antar etnis di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur?”.
1.4
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apakah terdapat perbedaan sifat-sifat wirausaha antar etnis di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur.
1.5 1.5.1
Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis
Manfaat Teoritis dari penelitian ini adalah: 1.
Memberikan masukan tambahan akan wacana baru bagi pengembangan teori-teori psikologi, khususnya Psikologi Industri dan Organisasi (PIO) dalam pengembangan tentang perilaku dan sifat-sifat kepribadian yang terutama berhubungan tentang kewirausahaan (entrepreneurship).
2.
Dapat dijadikan dasar penelitian lain berikutnya yang berhubungan dengan kewirausahaan, khususnya mengenai sifat-sifat wirausaha yang dikaitkan dengan kebudayaan-kebudayaan yang ada di Indonesia.
3.
Menambah kekayaan studi karakteristik kebudayaan suku bangsa, terutama mengenai sifat-sifat wirausaha antar etnis.
14
4.
Diharapkan pula penelitian ini dapat mendorong minat peneliti lain untuk memperdalam penelitian mengenai sifat-sifat wirausaha pada pengusaha Industri Kecil.
1.5.2
Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah agar dapat menjadi suatu informasi bagi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Pulogadung dan pihak terkait lainnya, khususnya yang menangani pembinaan dan pengelolaan pengusaha Industri Kecil. Disamping itu juga, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian dan penerapan pengembangan kewirausahaan bagi pengusaha dari segala etnis, baik pada generasi muda maupun generasi tua, agar lebih terarah dalam mengembangkan dan mengelola usaha, seperti dengan diberikannya pelatihan (training) atau dengan kontribusi wirausaha, dll.
1.6
Sistematika Penulisan
Bab 1
Merupakan bab pendahuluan yang berisi gambaran singkat mengenai latar belakang timbulnya masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian.
Bab 2
Merupakan bab yang berisi kajian pustaka yang terdiri dari uraian pembahasan seluruh teori-teori yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, yaitu teori sifat, teori kewirausahaan, teori sembilan sifat wirausaha menurut Sukardi,
Bab 3
Merupakan bab yang membahas tentang metode penelitian yang digunakan oleh peneliti. Mulai dari jenis atau tipe disain penelitian, sampel dan karakteristik sampel penelitian, teknik pengambilan 15
sampel, sampai dengan metode pengumpulan dan pengolahan data penelitian tersebut. Bab 4
Merupakan bab yang membahas tentang hasil dan analisis data penelitian. Dimana didalamnya berisi mengenai gambarangambaran umum subyek berdasarkan data kontrol hingga hasil pengujian hipotesis.
Bab 5
Merupakan bab yang membahas keimpulan, diskusi dan saran mengenai hasil penelitian yang telah diperoleh peneliti selama penelitian, mendiskusikan hasil penelitian tersebut serta pemberian saran yang dapat meningkatkan kualitas dari penelitian-penelitian selanjutnya yang serupa ataupun yang berhubungan dengan penelitian ini di waktu yang akan datang.
16
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini akan membahas mengenai berbagai konsep yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian. Konsep atau teori yang pertama menjelaskan mengenai sifat. Selanjutnya adalah pembahasan sub bab mengenai wirausaha. Bab ini akan diakhiri dengan kerangka berpikir dan hipotesis dalam penelitian ini secara lebih rinci.
2.1.
Sifat Wirausaha
2.1.1
Pengertian Sifat (Trait) Konsep mengenai sifat (traits) disini akan dibahas dengan menggunakan
konsep sifat (traits) yang dikemukakan oleh Gordon W. Allport. Menurutnya struktur kepribadian itu terutama dinyatakan dalam sifat-sifat (traits) dan tingkah laku didorong itu oleh traits (Suryabrata, 2003).
Allport menjelaskan bahwa kepribadian sebagai totalitas menganut prinsip-prinsip integrasi (Sukardi, 1991). Dalam integrasi meliputi: 1
conditioned reflexes atau refleks-refleks, yaitu suatu bentuk tingkah laku adaptif yang paling sederhana dari individu dalam berhubungan dengan lingkunganya.
2
Habits atau kebiasaan, yaitu perpaduan dari respon-respon yang dipelajari dengan liputan yang lebih luas dan tampil dalam tingkah laku tipikal pada situasi yang sejenis sejenis. 17
3
Traits atau sifat, yaitu kecenderungan yang lebih dinamis dan fleksibel dari sekedar integrasi sejumlah kebiasaan sebagai cara-cara yang khas dari individu dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya.
4
Selves yaitu suatu sistem dari sifat yang saling berkaitan tetapi boleh jadi muncul dalam situasi-situasi yang saling berbeda.
5
Personality yaitu perpaduan terakhir yang progresif dari seluruh sistem tingkah
laku
yang
mewakili
penyesuaian
diri
individual
terhadap
lingkungannya.
Dari integrasi di atas, Sukardi (1991) merujuk bahwa karakteristik tingkah laku antrepreneur ini didasari oleh suatu disposisi tingkah laku yaitu traits atau sifat. Menurut Allport (Ryckman, 2008), trait adalah: “…..a geneneralized and focalized neurophyshic system (peculiar to the individual) with the capacity to render many stimuli functionally equivalent and to initiate and guide consistent (equivalent) forms of adaptive and expressive behavior…..”. Jadi menurutnya sifat adalah sistem neuropsikis yang digeneralisasikan dan diarahkan, dengan kemampuan untuk menghadapi bermacam-macam perangsang yang sama, memulai membimbing tingkah laku adaptif dan ekspresif secara bersama.
Selain Allport, Angleitner (Sukardi, 1991) mengatakan pengertian sifat secara jelas menekankan kesamaan respon individu terhadap stimulus yang sama (equivalent) dalam berbagai situasi. Artinya seseorang yang memiliki sifat tertentu akan menampilkan tingkah laku-tingkah laku yang konsisten dalam
18
berbagai situasi. Konsistensi inilah yang menajdi cirri khasnya. Dalam hal ini sifat menjadi pengarah tingkah laku tersebut.
Sukardi (1991) menunjukkan bahwa sifat sebagai dasar tingkah laku mempunyai liputan yang luas serta fokal yang menjadi kekhasan seseorang individu dimana individu tersebut mampu menanggapi banyak stimulus dari lingkungan dan ini berarti kemampuan sifat sebagai disposisi berbagai tingkah laku yang tampil pada berbagai situasi.
Allport (Sukardi, 1991) juga mengatakan bahwa adanya beberapa konsep penting mengenai traits atau sifat sebagai disposisi individu yang akan tampil dalam perilakunya, yaitu: a) Sifat merupakan salah satu aspek kepribadian baik bio-sosial maupun biophisikal yang menjadi penggerak, pengarah tingkah laku individu yang bersangkutan. b) Sifat sebagai penggerak, pengarah tingkah laku akan secara konsisten terwujud dalam tingkah laku sebagai respon terhadap satu kelompok stimulus pada berbagai situasi. c) Sifat sebagai disposisi untuk berespon sekaligus merupakan sesuatu yang unit dank has bagi individu yang bersangkutan. d) Sifat merupakan bagian dari kepribadian individu yang melekat pada yang bersangkutan, berbeda dengan karakter, tipe, sebagai atribut yang diberikan oleh lingkungan kepada individu itu.
19
Jadi, trait atau sifat dapat timbul karena penyebab beberapa factor, yaitu factor lingkungan dan keturunan. Namun bisa juga karena factor campuran dari kedua factor tersebut. Hal ini dikarenakan trait atau sifat merupakan suatu kecenderungan yang dapat mengarahkan perilaku seseorang dalam berhubungan dengan orang lain.
2.1.2
Pengaruh budaya terhadap sifat Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Allport mengemukakan bahwa
sifat tidak dapat dilepaskan dari lingkungan dan terbentuknya selalu didasari oleh hubungan yang aktif antara individu dengan lingkungannya. Maka dari itu sifat sebagai disposisi tingkah lagu tidak dengan sendirinya mendorong munculnya tingkah laku tertentu tetapi membutuhkan stimulus dari lingkungan untuk dapat terwujud dalam tingkah laku.
Stagner (Lie, 2004) mengungkapkan “…traits develop from an interaction of heredity an environmental influences…”. Pernyataan Stagner ini mempunyai implikasi bahwa sifat sebagai bagian dari kepribadian individu juga tidak dapat dilepaskan dari pengaruh kultur dimana sifat itu barkembang. Menurutnya, didalam pengembangan sifat juga terlibat proses persepsi, belajar selektif yang semuanya menunjukkan bahwa sifat itu semata-mata bukan sesuatu yang dibawa sejak lahir.
Berry (1992), seorang antropolog, menyatakan bagaimana budaya dapat berpengaruh terhadap sifat dapat dijelaskan melalui proses pewarisan budaya. Ia menyatakan bahwa dalam sebuah kebudayaan terdapat proses pewarisan budaya,
20
baik secara horizontal ataupun vertikal. Pewarisan secara vertikal datang dari orang tua, yang disebut dengan istilah enkulturasi dan sosialisasi dari orang tua. Pewarisan secara horizontal datang dari proses enkuturasi dan sosialisasi dari teman sebaya.
Enkuturasi menurut Herkovits (Lie, 2004) adalah adanya semacam pelingkupan atau pengelilingan (encompassing or surrounding) budaya terhadap individu. Karena individu adalah bagian dari budaya maka ia tidak akan terlepas dari proses pelingkupan atau pengelilingan ini. Secara langsung maupun tidak langsung ia akan bersentuhan dan dikelilingi oleh budaya yang ada di lingkungan. Dengan adanya pengalaman dan proses pembelajaran, maka individu akan mengetahui dan dapat memperoleh hal-hal penting menurut pandangan budayanya. Proses tersebut tidak selalu diberikan secara terencana (proses pengajaran secara khusus) melainkan terjadi tanpa direncanakan sehingga seringkali terjadi tanpa direncanakan sehingga seringkali terjadi pembelajaran yang alami.
Meng & Liang (1996); Hofstede (1991) yang dikutip oleh Riyanti (2003) mengidentifikasi empat cirri menonjol pada budaya Asia, termasuk Indonesia, yaitu: 1.
Power Distance (Jarak kekuasaan) Budaya power distance yang tinggi di Indonesia yang menyebabkan adanya distribusi kekuasaan yang tak seimbang dalam institusi-institusi dan organisasi-organisasi. Budaya ini paling jelas tampak dalam wujud “Bapak-
21
isme” atau orientasi ke atas. Orang terbiasa diperlakukan berbeda karena perbedaan status dan pangkat. Kondisi ini menciptakan hubungan kerja atasan-bawahan yang birokratis, dimana terdapat jarak dalam interaksi atasan dan bawahan. Jarak ini menghambat penyampaian ide kreatif dari atasan kepada bawahan. Jarak ini menghambat penyampaian ide kreatif dari atasan kepada bawahan ataupun sebaliknya dari bawahan kepada atasan. 2.
Uncertainty avoidance (penghindaran ketidakpastian) Menurut Yee (Riyanti 2003) salah satu ciri penting wirausaha yang berhasil adalah keberanian untuk mengambil resiko. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa uncertainty avoidance ini menghambat terbentuknya wirausaha yang inovatif. Dalam kaitannya dengan budaya Indonesia, masyarakat di Indonesia tampaknya masih menekankan nilai kehidupan yang “aman”, dan terhindar dari ketidakpastian. Hal ini tergambar dari preferensi masyarakat Indonesia yang kebanyakan memilih bekerja sebagai pegawai. Dari gambaran tersebut maka dapat disimpulkan bahwa budaya Indonesia cenderung memiliki tingkat avoidance yang tinggi yang dapat menghambat berkembangnya kewirausahaan.
3.
Collectivism-individualism Dalam kaitan dengan ciri budaya collectivism-individualism, kita merasakan kuatnya budaya kolektivisme di Indonesia. Dalam warna budaya seperti ini, masyarakat cenderung bersikap kompromistis sehingga munculnya gagasan-gagasan baru terhambat. Jelas, ini bertolak belakang dengan sifat wirausaha sebagai seorang inovator (Schumpeter dalam Meng & Liang, 1996)
22
yang memiliki self confidence tinggi (Niehouse dalam Meng & Liang, 1996) dan locus of control internal (Rotter dalam Meng & Liang, 1996) 4.
Masculinity-feminity Dalam kaitan dengan ciri masculinity-feminity, di Indonesia kita lebih merasakan budaya yang berorientasi feminity. Disini, hal terpenting dalam interaksi sosial adalah harmoni. Ciri ini menghambat tumbuhnya orientasi materi
2.1.3
Wirausaha
2.1.2.1 Definisi Wirausaha Istilah wiraswasta sering dipakai tumpang tindih dengan istilah wirausaha (Saiman, 2009). Di dalam berbagai literatur dapat dilihat bahwa pengertian wiraswasta sama dengan wirausaha. Demikian pula penggunaan istilah wirausaha seperti sama dengan pengertian wiraswasta. Namun, bila kata tersebut diurai akan muncul perbedaan antara wirausaha dengan wiraswasta.
Istilah wirausaha sebagai padanan kata entrepreneur dapat dipahami dengan menguraikan peristilahan “wira” adalah utama, gagah, luhur, berani, teladan, dan pejuang. Kemudian istilah “usaha” penciptaan kegiatan, dan atau berbagai aktivitas bisnis. Identik dengan wiraswasta yang berarti “wira” yaitu utama, gagah, luhur, berani, teladan dan pejuang. “Swa” yaitu sendiri, “sta” berdiri dan “swasta” yaitu berdiri di atas kaki sendiri, atau dengan kata lain berdiri di atas kemauan dan atau kemampuan sendiri.
23
Kata “wirausaha” atau “wiraswasta” dalam bahasa Indonesia (Riyanti, 2003) adalah padanan kata bahasa Prancis entrepreneur, yang sudah dikenal paling kurang sejak abad 17. Kata entrepreneur diturunkan dari kata kerja entreprendre. Kata entrepreneur dan entrepreneurship dalam bahasa Inggris, menurut Holt (Riyanti, 2003) berasal dari bahasa prancis.
Kamus Umum Bahasa Indonesia mengartikan wirausaha sebagai: “orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk mengadakan produk baru, mengatur permodalan operasinya, serta memasarkannya”. Menurut David E. Rye (Saiman, 2009) definisi tentang wirausaha adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha baru. Wirausaha berani mengambil resiko yang terkait dengan proses pemulaian usaha. Sedangkan menurut Schorborough & Zimmerer (Suryana, 2001): “an entrepreneur is one who creates a new business in the face of risk and uncertainty for the purpose of achieving profit and growth by identifying opportunities and assembling the necessary resources to capitalize on those opportunities”. Menurut Dan Steinhoff & John F. Burgess (Suryana, 2001) seorang wirausaha adalah : “a person who organizes, manages, and assumes the risk of a bussiness or entreprise is an entrepreneur. Entrepreneur is individual who risk financial, material, and human resources a new way to create a new bussiness concept or opportunities within an existing firm”. Ini berarti wirausaha adalah orang yang mengorganisir, mengelola, dan berani menanggung risiko untuk menciptakan usaha baru dan peluang usaha.
24
Selanjutnya, Sukardi (1991) menjelaskan konsep wirausaha sebagai: “seseorang yang bersedia mengambil risiko pribadi untuk menemukan peluang usaha, mendirikan, mengelola, mengembangkan, dan melembagakan perusahaan miliknya sendiri, dimana kelangsungan hidupnya tergantung pada tindakannya sendiri.” Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Usaha Kecil Nomor 961/KEP/M/XI/1995 dicantumkan bahwa: a. Wirausaha adalah orang yang mempunyai semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan kewirausahaan. b. Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, serta menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan/atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.
Dengan demikian, wirausaha mengarah kepada orang yang melakukan usaha/kegiatan sendiri dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Sedangkan kewirausahaan merujuk pada sikap mental yang dimiliki seorang wirausaha dalam melaksanakan usaha/kegiatan.
Dari berbagai pengertian kewirausahaan diatas kita ketahui bahwa wirausaha sangat dibutuhkan dalam pengembangan perekonomian. Tingkat kemajuan perekonomian suatu bangsa sangat tergantung pada jumlah ketersediaan dan kualitas para wirausaha yang ada pada bangsa tersebut. Permasalahannya
25
adalah bagaimana masyarakat mampu mengembangkan kewirausahaan di lingkungannya masing-masing.
2.1.2.2 Karakteristik Wirausaha Banyak
para
ahli
yang
mengemukakan
sifat
atau
karakteristik
kewirausahaan dengan konsep yang berbeda-beda. M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (Suryana, 2001) mengemukakan 8 karakteristik kewirausahaan. Yakni meliputi: 1.
Desire for responsibility; yaitu memiliki rasa tanggung jawab atas usahausaha yang dilakukannya. Seseorang yang memiliki rasa tanggung jawab akan selalu mawas diri.
2.
Preference for moderate risk; yaitu lebih memilih risiko moderat, artinya ia selalu menghindari risiko yang rendah dan menghindari risiko yang tinggi.
3.
Confidence in their ability to success; yaitu percaya akan kemampuan dirinya untuk berhasil.
4.
Desire for immediate feedback; yaitu selalu menghendaki umpan balik yang segera.
5.
High level of energy; yaitu memiliki semangat dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik.
6.
Future orientation; yaitu berorientasi ke masa depan, perspektif dan berwawasan jauh ke depan.
26
7.
Skill at organizing; yaitu memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah.
8.
Value achievement over money; yaitu selalu menilai prestasi dengan uang.
Ahli lain, seperti Geoffrey G. Meredith (Suryana, 2001: 8) misalnya mengemukakan ciri-ciri/karakteristik dan watak kewirausahaan seperti yang tercantum dalam Tabel 2.1. berikut: Tabel 2.1 Karakteristik Kewirausahaan. No. Ciri-ciri 1 Percaya diri 2
Berorientasikan tugas dan hasil
3
Pengambilan risiko
4
Kepemimpinan
5 6
Keorisinilan Orientasi masa depan
Watak Keyakinan, ketidaktergantungan, individualitas, optimisme Kebutuhan akan prestasi, berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekat kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energetik, dan inisiatif Kemampuan mengambil risiko yang wajar, suka pada tantangan. Perilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain, menanggapi saransaran dan kritik. Inovatif dan kreatif, fleksibel. Pandangan kedepan, perspektif.
Pengertian dan ciri-ciri kewirausahaan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Percaya diri Kepercayaan diri merupakan suatu paduan sikap dan keyakinan seseorang dalam menghadapi tugas dan pekerjaan (soesarsono Wijandi, 1988). Dalam praktek sikap dan kepercayaan diri ini merupakan sikap dan kepercayaan untuk memulai, melakukan dan menyelesaikan suatu tugas dan pekerjaan yang dihadapi. Oleh karena itu kepercayaan diri memiliki nilai keyakinan, optimisme, individualitas dan ketidaktergantungan.
27
2. Berorientasi tugas dan hasil Seseorang
yang
selalu
mengutamakan
adalah
orang
yang
selalu
mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energik dan berinisiatif. 3. Keberanian mengambil risiko. Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai risiko yang terlalu rendah atau yang terlalu tinggi. Risiko yang terlalu rendah akan memperoleh sukses yang relatif rendah. Sebaliknya, risiko yang tinggi kemungkinan memperoleh yang tinggi, tetapi dengan kegagalan yang sangat tinggi. Oleh sebab itu, ia akan lebih menyukai risiko yang paling seimbang (moderat). Dengan demikian, keberanian untuk menanggung risiko yang menjadi nilai kewirausahaan adalah pengambilan risiko yang penuh dengan perhitungan dan realistik. 4. Kepemimpinan Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan, keteladanan. Ia ingin selalu tampil berbeda, lebih dulu, lebih menonjol. Dengan menggunakan kemampuan dan keinovasiannya, ia selalu menampilkan barang dan jasa-jasa yang dihasilkannya dengan lebih cepat, lebih dulu dan segera berada di pasar. Ia selalu menampilkan produk dan jasa-jasa yang baru dan berbeda sehingga ia menjadi pelopor yang baik dalam proses produksi maupun pemasarannya. Ia selalu memanfaatkan perbedaan sebagai suatu yang menambah nilai. Karena itu, perbedaan bagi
28
seorang yang memiliki jiwa kewirausahaan merupakan sumber pembaharuan untuk menciptakan nilai. 5. Keorisinilan Keorisinilan terdiri dari kreativitas dan keinovasian. Nilai inovatif, kreatif dan fleksibel merupakan unsur-unsur keorisinilan seseorang. Wirausaha yang inovatif adalah orang yang kreatif dan yakin dengan adanya cara-cara baru yang lebih baik. 6. Berorientasi masa depan Orang yang berorientasi ke depan adalah orang yang memiliki perspektif dan pandangan ke masa depan. Karena ia memiliki pandangan yang jauh ke masa depan, maka selalu berusaha untuk berkarsa dan berkarya.
Sedangkan menurut Sukarrdi (1991) berpendapat bahwa sifat-sifat wirausaha terdiri dari sembilan sifat wirausaha (entrepreneur trait).
Sifat
wirausaha (entrepreneur trait) didefinisikan sebagai derajat sifat-sifat yang berada dalam diri seseorang dimana sifat-sifat tersebut merupakan modal bagi seorang wirausaha untuk berhasil dalam menyelami dunia kewirausahaan. Kesembilan sifat wirausaha tersebut adalah instrumental, prestatif, keluwesan bergaul, kerja keras,
keyakinan
diri,
pengambilan
resiko,
swa-kendali,
inovatif,
dan
kemandirian.
Dari berbagai karakteristik atau ciri-ciri diatas, peneliti menggunakan karakteristik wirausaha yang telah disampaikan oleh Sukardi (1991) sebagai variabel penelitian.
29
2.1.2.3 Fungsi Wirausaha Setiap wirausaha memiliki fungsi pokok dan fungsi tambahan (Saiman, 2009) sebagai berikut: 1. Fungsi pokok wirausaha, yaitu: a. Membuat keputusan-keputusan penting dan mengambil resiko tentang tujuan dan sasaran perusahaan. b. Memutuskan tujuan dan sasaran perusahaan. c. Menetapkan bisang usaha dan pasar yang akan dilayani. d. Menghitung skala usaha yang diinginkannya. e. Menentukan permodalan yang diinginkannya (modal sendiri dan modal dari luar) dengan komposisi yang menguntungkan. f. Memilih dan menetapkan criteria pegawai/karyawan dan memotivasinya. g. Mengendalikan secara efektif dan efisien. h. Mencari dan menciptakan berbagai cara baru. i. Mencari terobosan baru dalam mendapatkan masukan serta mengolahnya menjadi barang dan atau jasa yang menarik. j. Memasarkan barang dan atau jasa tersebut untuk memuaskan pelanggan dan sekaligus dapat memperoleh dan mempertahankan keuntungan maksimal. 2. Fungsi tambahan wirausaha, yaitu: a. Mengenali lingkungan perusahaan dalam rangka mencari dan menciptakan peluang usaha.
30
b. Mengendalikan lingkungan kea rah yang menguntungkan bagi perusahaan. c. Menjaga lingkungan usaha agar tidak merugikan masyarakat maupun merusak lingkungan akibat dari limbah usaha yang mungkin dihasilkannya. d. Meluangkan dan peduli atas CSR. Setiap pengusaha harus peduli dan turut serta bertanggungjawab terhadap lingkungan sosial disekitarnya.
2.1.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang berwirausaha Banyak faktor yang dapat memotivasi seseorang menjadi wirausaha, salah satu kunci untuk dapat mengetahui faktor tersebut adalah dengan memahami apa yang orang butuhkan. Orang dapat dimotivasi oleh apa saja, tetapi tidak semuanya dimotivasi oleh sesuatu yang sama.
Dalam “Entrepreneur’s Handbook”, yang dikutip oleh Yuyun Wirasasmita (Suryana, 2001) dikemukakan beberapa alasan mengapa seseorang berwirausaha, yakni: 1.
Alasan keuangan; yaitu mencari nafkah, untuk menjadi kaya, untuk mencari pendapatan tambahan, sebagai jaminan stabilitas keuangan.
2.
Alasan sosial; yaitu memperoleh gengsi/status, untuk dapat dikenal dan dihormati, untuk menjadi contoh bagi orangtua di desa, agar dapat bertemu dengan orang banyak.
3.
Alasan pelayanan; yaitu untuk memberi pekerjaan pada masyarakat, untuk menatar masyarakat, untuk membantu ekonomi masyarakat, demi masa
31
depan anak-anak dan keluarga, untuk mendapatkan kesetiaan suami/isteri, untuk membahagiakan ayah dan ibu. 4.
Alasan memenuhi diri; yaitu untuk menjadi atasan/mandiri, untuk mencapai sesuatu yang diinginkan, untuk menghindari ketergantungan pada orang lain, agar lebih produktif, dan untuk menggunakan kemampuan pribadi.
Berbeda dengan pernyataan diatas, menurut Lambing & Kuehl (2003) faktor yang menyebabkan seseorang menjadi wirausahawan adalah: 1. Individu Banyak ahli yang percaya bahwa seorang wirausahawan mempunyai kepribadian khusus yang membedakan antara mereka dengan orang lain yang memilih untuk tidak menjadi warausahawan dan hal ini dapat diajarkan. Apakah trait kepribadian ini didapat sejak lahir atau berkembang sesuai dengan perkembangan seseorang, hal tersebut masih menjadi pertentangan sampai sekarang. Namun yang pasti hal ini dibuktikan bahwa memang ada trait kepribadian tertentu yang melekat pada seorang wirausahawan yang sukses. 2. Pengauh budaya dengan trait kepribadian dapat saling tumpang tindih antara yang satu dengan yang lainnya. Akan tetapi harus diakui bahwa kadang kala ada suatu etnis tertentu dengan budaya tertentu yan lebih unggul dalam hal membangun bisnis daripada anggota kelompok etnis yang lain. Faktor budaya dapat terlihat jelas pada nilai belief yang dianut oleh anggita dari kelompok tersebut. Sebagai contoh belief mengenai
32
3. keadaan masyarakat pada beberapa masyarakat dapat kita temukan beberapa orang yang tidak berencana untuk menjadi wirausahawan. Namun mereka terpaksa menjadi wirausahawan karena tuntutan keadaan. Keputusan untuk menjadi wirausahawan dipicu oleh berubahnya keadaan pasar. Imigran di banyak Negara terpacu untuk menjadi wirausahawan karena tuntutan keadaan dalam masyarakat ini. Mereka terpacu menjadi wirausahawan karena keterbatasan dalam hal bahasa dan kemampuan kerja yang menyebabkan tenaga mereka tidak terserap oleh berbagai lapangan pekerjaan yang tersedia di Negara tersebt. Pola perilaku ini biasa disebut adaptive-response behavior. Bahkan apabila para imigran ini tidak berasal dari Negara dengan budaya yang mendukung wirausaha, mereka akan tetap berusaha untuk menjadi wirausaha sebagai wujud dari respon adaptif terhadap keadaan sebagai salah satu bentuk integrasi sosial. 4. Kombinasi dari berbagai faktor Seseorang memutuskan untuk menjadi wirausaha karena ketiga faktor yang sudah disebutkan diatas yang saling mempengaruhi satu sama
33
lain. Selain faktor-faktor di atas, ada juga suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk menjadi wirausahawan. Menurut Ward (Sukardi, 1991) kondisi dimana seseorang di dibesran dalam lingkungan keluarga dengan tradisi wirausaha dapat menjadi faktor yang mendorong seseorang untuk menjadi wirausahawan. Ward mengasumsikan bahwa seorang anak yang secara turun temurun menjadi wirausahawan akan berkembang menjadi seorang wirausahawan juga. Individu dari lingkungan yang mempunyai tradisi wirausaha, sejak dini sudah mendapatkan stimulus sosial yang berkaitan dengan wirausaha. Stimulus ini akan mempengaruhi perkembangan kepribadian sehingga setelah dewasa sebenarnya ia sudah mempunyai benih-benih wirausaha. Selain itu pada individu dengan tradisi wirausaha kemungkinan untuk mendapatkan kesempatan meneruskan usaha keluarha sangat besar sehingga kemungkinan ia menjadi seorang wirausahawa juga sangat besar.
2.1.2.5 Kelebihan dan kekurangan menjadi wirausahawan Berbagai keuntungan menjadi wirausahawan menurut Buchari Alma (Saiman, 2009), yaitu: 1. Tercapai peluang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki sendiri 2. Terbuka peluang untuk mendemonstrasikan potensi seseorang secara penuh 3. Terbuka peluang untuk memperoleh manfaat dan keuntungan secara maksimal 4. Terbuka peluang untuk membantu masyarakat dengan usaha-usaha konkret.
34
5. terbuka peluang untuk menjadi bos minimal bagi dirinya sendiri.
Selain keuntungan, ada pula kekurangan menjadi wirausahawan, antara lain: 1. memperoleh pendapatan yang tidak pasti dan memikul berbagai resiko. Jika resiko ini telah diantisipasi secara baik, wirausahawan telah mampu menggeser resiko tersebut. 2. bekerja keras dan atau jam kerja yang mungkin lebih panjang. 3. kualitas hidup mungkin masih rendah sampai usahanya berhasil, sebab pada tahap-tahap awal seorang wirausahawan harus bersedia untuk berhemat. 4. memiliki tanggung jawab sangat besar, banyak keputusan yang harus dibuat walaupun mungkin kurang menguasai permasalahan yang dihadapinya.
2.2.
Sifat wirausaha menurut Sukardi Sembilan sifat wirausaha (entrepreneur trait) yang dikemukakan oleh
Sukardi (1991) tersebut adalah: 1.
Sifat instrumental sebagai karakteristik antrepreneur menunjukkan bahwa dia dalam situasi selalu memanfaatkan segala sesuatu yang ada di lingkungannya untuk membantu mencapai tujuan pribadi dalam berusaha. Dia selalu mencari segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki kinerjanya. Hubungan interpersonal, kehadiran tokoh-tokoh masyarakat, maupun pakar dalam bidang tertentu selalu dimanfaatkan untuk membantu mencapai tujuan dalam berusaha. Dengan perkataan lain segala sesuatu yang ada di lingkungannya di pandang sebagai alat (instrumen) pencapaian tujuan pribadi.
35
2.
Sifat prestatif pada seorang antrepreneur menunjukkan bahwa dia dalam berbagai situasi selalu tampil lebih baik, lebih efektif dibandingkan dengan hasil yang tercapai sebelumnya. Dia selalu berbuat baik, tidak pernah puas dengan hasil yang dicapai sekarang, dan selalu membuat target yang lebih baik dan lebih tinggi dari sebelumnya. Oleh karena itu, dia senang bersaing dengan dirinya dan selalu berusaha mengalahkan prestasi sebelumnya. Baginya yang penting adalah tahapan dan proses pencapaian prestasi itu sendiri sedangkan keberhasilan atau kegagalan pencapaian prestasu dianggap sebagai feed back.
3.
Sifat keluwesan bergaul pada seorang antrepreneur ini menunjukkan bahwa dia selalu berusaha untuk cepat menyelesaikan diri dalam berbagai situasi hubungan antar manusia. Dia selalu aktif bergaul, membina kenalan-kenalannya dan mencari kenalan baru serta berusaha untuk dapat terlibat dengan mereka yang ditemui dalam kegiatan sehari-hari. Dia selalu menampilkan wajah yang ramah, akomodatif terhadap berbagai ajakan untuk berdialog. Secara halus dapat menjadikan dirinya pusat perhatian dan merangsang orang lain untuk berdialog. Pengendalian emosinya baik, terutama bila situasi pergaulan tidak mengena dengan situasi hatinya.
4.
Sifat kerja keras pada seorang antrepreneur yang memiliki sifat kerja keras ini selalu terlibat dalam situasi kerja, tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan selesai. Yaitu dia mengutamakan kerja dan mengisi waktu yang ada dengan perbuatan yang nyata untuk mencapai tujuan. Keterlibatannya dalam kerja tidak semata-mata demi hasil akhir apakah itu
36
kegagalan atau keberhasilan tetapi yang lebih penting dia tidak mau berpangku tangan saja dan lebih at-home bila terlibat dalam pekerjaan nyata. 5.
Sifat keyakinan diri pada seorang antrepreneur adalah selalu percaya pada kemampuan diri, tidak ragu-ragu dalam bertindak bahkan kecenderungannya dia akan melibatkan diri secara langsung dalam berbagai situasi dan ada semacam optimism dalam kegiatannya. Optimisme berate ada keyakinan bahwa tindakannya akan membawa keberhasilan. Bersemangat tinggi dalam bekerja, dan berusaha secara mandiri untuk menemukan alternative jalan keluar dari masalah-masalah yang dihadapi.
6.
Sifat pengambilan risiko menunjukkan bahwa antrepreneur selalu memperhitungkan kemungkinan keberhasilan dan kegagalan dalam pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan berusaha. Dia akan melangkah bila kemungkinan untuk gagal tidak terlalu besar (risiko kegagalan cukup kecil). Dengan keberanian mengambil risiko yang diperhitungkan antrepreneur tidak takut menghadapi situasi yang tidak menentu dimana tidak ada jaminan untuk keberhasilan. Segala tindakannya diperhitungkan dengan cermat, selalu mencoba membuat antisipasi adanya hambatan-hambatan yang dapat meninggalkan usahanya.
7.
Sifat swa-kendali (personal control) ini menunjukkan dalam menghadapi berbagai situasi antrepreneur selalu mengacu pada kekuatan dan kelemahan pribadi, batas-batas kemampuan dalam berusaha. Dia selalu
37
menyadari benar bahwa melalui pengendalian diri maka kegiatankegiatannya dapat lebih terarah pada pencapaian tujuan. Dengan pengendalian diri ini merujuk pada bahwa pribadi antrepreneurlah yang memutuskan kapan dia harus bekerja lebih keras, kapan dia harus berhenti untuk minta bantuan pada orang lain, dan kapan dia harus merubah strategi dalam bekerja bila menghadapi hambatan. 8.
Sifat inovatif menunjukkan bahwa dia selalu mendekati berbagai masalah dalam berusaha dengan cara-cara baru yang lebih bermanfaat. Terbuka untuk gagasan, pandangan dan penemuan baru yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kinerjanya. Tidak terpaku pada masa lampau, tetapi selalu berpandangan ke depan untuk mencari cara-cara baru atau memperbaiki cara-cara yang biasa dilakukan orang lain untuk peningkatan kinerja. Cenderung melakukan sesuatu dengan cara yang khas, unik dari hasil pemikirannya. Termasuk sifat inovatif ini adalah kecenderungan untuk selalu meniru tetapi melalui penyempurnaan-penyempurnaan tertententu (imitatif inovatif).
9.
Sifat kemandirian menunjukkan bahwa dia selalu mengembalikan perbutannya sebagai tanggung jawab pribadi. Keberhasilan dan kegagalan merupakan konsekuensi pribadi antrepreneur. Dia mementingkan otonomi dalam bertindak, pengambilan keputusan dan pemilihan berbagai kegiatan dalam mencapai tujuan. Dia lebih senang bekerja sendiri, menentukan dan memilih cara kerja yang sesuai dengan dirinya. Ketergantungan pada orang lain merupakan sesuatu yang bertentangan dengan kata hatinya. Dia
38
dapat saja bekerja dalam kelompok selama mendapatkan kebebasan bertindak dan pengambilan keputusan. Artinya dia lebih senang memegang kendali kelompok kerja, menentukan tujuan kelompok serta memilih alternatif tindakan dalam mencapai tujuan. Anggota kelompok lain lebih dipandang sebagai sarana yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
2.3.
Kerangka Berpikir Menurut Sukardi (1991) wirausaha adalah orang yang bersedia mengambil
resiko pribadi untuk menemukan peluang berusaha, mendirikan, mengelola, mengembangkan
dan
melembagakan
perusahaannya
sendiri,
dimana
kelangsungan hidupnya tergantung pada tindakannya sendiri. Menurutnya calon antrepreneur dapat mempelajari keberhasilan seorang antrepreneur lain melalui tingkah laku mereka dalam kegiatan sehari-hari di perusahaan yang mereka rintis. Selanjutnya tingkah laku antrepreneur berhasil menampilkan karakteristik tertentu yang menjadi sifat-sifat mereka (traits).
Ia mengemukakan bahwa sifat-sifat antrepreneur itu meliputi sifat instrumental, sifat prestatif, sifat keluwesan bergaul, sifat kerja keras, sifat keyakinan diri, sifat pengambilan resiko, sifat kemandirian, sifat inovatif, dan sifat swa-kendali. Menurutnya sifat-sifat tersebut itu merupakan kesatuan kombinasi dengan tingkat keantrepreneuran yang tidak selalu sama dalam proporsinya. Menurut
Lambing
&
Kuehl
(2003)
faktor
seseorang
menjadi
wirausahawan salah satunya adalah dari budaya. Menurutnya pengaruh
39
kebudayaan dengan trait kepribadian wirausaha dapat saling tumpang tindih antara satu dengan yang lainnya. Akan tetapi harus diakui bahwa terkadang ada satu etnis tertentu dengan budaya tertentu yang lebih unggul dalam hal membangun bisnis dibandingkan dengan anggota kelompok etnis lain.
Berbicara mengenai pengaruh budaya terhadap dunia wirausaha, Hofstede (Riyanti, 2003) mengidentifikasi empat ciri menonjol pada budaya Asia, termasuk Indonesia,
yakni
power
distance,
uncertainty
avoidance,
collectivism-
individualism, serta masculinity-feminity.
Temuan Hofstede ini tidak jauh berbeda dengan temuan para antropolog dan sejumlah peneliti lain dari Indonesia. Koentjaraningrat (Riyanti 2003) menyebutkan bahwa terdapat beberapa kelemahan mental Indonesia sesudah revolusi. Seperti
mentalitas yang meremehkan mutu, suka menerabas, tidak
percaya diri, tidak berdisiplin murni, dan suka mengabaikan tanggung jawab yang kokoh.
Selain itu, Soekarton (1992) yang juga dikutip oleh Riyanti (2003) menggarisbawahi sikap peternalistik dan musyawarah sebagai manifestasi jiwa gotong royong dalam budaya Indonesia. Di satu sisi, sifat ini dianggap positif karena merupakan faktor kebersamaan dan kekeluargaan. Tapi di sisi lain, sifat ini pula yang menjadikan masyarakat Indonesia lamban dalam mengambil keputusan dan kurang berani mengambil resiko. Hasil penelitian dan pendapat-pendapat di atas menunjukkan bahwa budaya Indonesia memang mengandung ciri-ciri yang berpotensi menghambat
40
munculnya perilaku berwirausaha yang inovatif. Namun, bila kita mencermati krisis ekonomi di Indonesia yang berkepanjangan sejak tahun 1997, dan melihat kenyataan bahwa usaha kecil dan koperasi justru menjadi penyelamat perekonomian Negara Indonesia. Temuan-temuan yang sebelumnya cenderung menganggap budaya Indonesia sebagai penghambat perilaku berwirausaha yang inovatif tersebut justru perlu dikaju ulang relevansinya di zaman sekarang. Untuk lebih memahami alur berpikir dalam penelitian ini, perhatikanlah bagan di bawah ini dengan seksama. Etnis Minang
Sifat-sifat wirausaha: 1. Instrumental 2. Prestatif 3. Keluwesan bergaul 4. Kerja keras 5. Keyakinan diri 6. Pengambilan risiko 7. Swa-kendali 8. Inovatif
Etnis Jawa Etnis Sunda Etnis Betawi Etnis Batak Etnis Bugis Etnis Melayu Etnis
Bagan 2.1: kerangka Berpikir Sifat-sifat wirausaha antar etnis
41
2.4.
Hipotesis
2.4.1 Hipotesis null (Ho) Ho1
: Tidak ada perbedaan yang signifikan sifat instrumental antar etnis di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur.
Ho2
: Tidak ada perbedaan yang signifikan sifat prestatif antar etnis di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur.
Ho3
: Tidak ada perbedaan yang signifikan sifat keluwesan bergaul antar etnis di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur.
Ho4
: Tidak ada perbedaan yang signifikan sifat kerja keras antar etnis di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur.
Ho5
: Tidak ada perbedaan yang signifikan sifat keyakinan diri antar etnis di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur.
Ho6
: Tidak ada perbedaan yang signifikan sifat pengambilan resiko antar etnis di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur.
Ho7
: Tidak ada perbedaan yang signifikan sifat swa-kendali wirausaha antar etnis di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur.
Ho8
: Tidak ada perbedaan yang signifikan sifat inovatif antar etnis di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur.
Ho9
: Tidak ada perbedaan yang signifikan sifat kemandirian antar etnis di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur.
42
2.4.2 Hipotesis alternatif (Ha) Ha1
: Ada perbedaan yang signifikan sifat instrumental antar etnis etnis di Pekampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur.
Ha2
: Ada perbedaan yang signifikan sifat prestatif antar etnis etnis di Pekampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur.
Ha3
: Ada perbedaan yang signifikan sifat keluwesan bergaul antar etnis etnis di Pekampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur.
Ha4
: Ada perbedaan yang signifikan sifat kerja keras antar etnis etnis di Pekampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur.
Ha5
: Ada perbedaan yang signifikan sifat keyakinan diri antar etnis etnis di Pekampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur.
Ha6
: Ada perbedaan yang signifikan sifat pengambilan resiko antar etnis etnis di Pekampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur.
Ha7
: Ada perbedaan yang signifikan pada sifat swa-kendalidari sifat-sifat wirausaha antar etnis etnis di Pekampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur.
Ha8
: Ada perbedaan yang signifikan sifat inovatif antar etnis etnis di Pekampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur.
Ha9
: Ada perbedaan yang signifikan sifat kemandirian antar etnis etnis di Pekampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur.
43
BAB 3 METODE PENELITIAN
Bab 3 ini akan membahas mengenai metode penelitian yang dilakukan peneliti mulai dari menentukan jenis penelitian, variabel penelitian, subjek penelitian, instrumen pengumpulan data, teknik analisa data, hingga prosedur penelitian. Berikut penjelasan tiap sub bab di bawah ini:
3.1.
Jenis Penelitian
3.1.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana hasil penelitian yang diperoleh nantinya adalah berupa data-data numerikal yang akan diolah serta dianalisis secara statistikal dengan menggunakan perhitungan yang telah ditetapkan. Kemudian hasil perhitungan tersebut akan dijelaskan secara deskriptif, yaitu dengan menjelaskan keadaan yang sebenarnya berdasarkan hasil dari data yang diperoleh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan sifat-sifat wirausaha antar etnis di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung Jakarta Timur. 3.1.2. Metode Penelitian Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan jenis penelitian ex post facto. Dalam penelitian ex post facto, peneliti menyelidiki permasalahan dengan mempelajari atau menninjau variablevariabel (Sevilla, 1993). Gay (1976) menyatakan bahwa dalam penelitiian ini,
44
peneliti berusaha untuk menentukan sebab, atau alasan adanya perbedaan dalam tingkah laku atau status kelompok individu (Sevilla, 1993).
3.2.
Jenis Variabel dan Definisi Operasional
3.2.1
Variabel Penelitian Variabel penelitian ini dalam penelitian ini adalah sifat-sifat wirausaha dan
Etnis. Wirausaha yang dimaksud disini ialah seseorang yang mengerahkan segala daya dan upaya secara mandiri dalam membangun suatu usaha, serta bersedia mengambil resiko pribadi untuk menemukan peluang berusaha, mendirikan, mengelola, mengembangkan, dan melembagakan perusahaan miliknya sendiri, dimana dalam tugasnya, segala tanggung jawab dan resiko menjadi tanggungan pribadi (Sukardi, 199). Etnis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu golongan manusia yang anggota-anggotanya mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya, biasanya berdasarkan garis keturunan yang dianggap sama. Sifat-sifat wirausaha dalam penelitian ini adalah: 1. Sifat Instrumental 2. Sifat Prestatif 3. Sifat Keluwesan Bergaul 4. Sifat Kerja Keras 5. Sifat Keyakinan Diri 6. Sifat Pengambilan Resiko 7. Sifat Swa-Kendali 45
8. Sifat Inovatif, dan 9. Sifat Kemandirian Etnis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Etnis Minang 2. Etnis Jawa 3. Etnis Sunda 4. Etnis Betawi 5. Etnis Batak 6. Etnis Bugis 7. Etnis Melayu 8. Etnis Campuran; yaitu etnis Tionghoa, etnis Piliang, etnis Mandailing
3.2.2
Definisi Operasional Variabel Penelitian Sifat-sifat wirausaha (entrepreneur trait) yang dikemukakan oleh Sukardi
tersebut adalah: 1. Sifat instrumental menunjukkan derajat ketanggapan terhadap peluang dan kesempatan berusaha yang berkaitan dengan perbaikan kinerja, yang dilihat dari skor domain sifat instrumental pada alat ukur sifat-sifat wirausaha. 2. Sifat
prestatif
menunjukkan
derajat
usaha
untuk
memperbaiki
prestasi, menggunakan umpan balik, menyenangi tantangan, dan berupaya agar hasil kerjanya selalu lebih baik dari sebelumnya, yang dilihat dari skor domain sifat prestatif pada alat ukur sifat-sifat wirausaha.
46
3. Sifat keluwesan bergaul menunjukkan derajat keaktifan bergaul dengan siapa saja, dan
membina
kenalan-kenalan,
mencari
kenalan
baru,
usaha menyesuaikan diri dalam berbagai situasi, yang dilihat dari
skor domain sifat keluwesan bergaul pada alat ukur sifat-sifat wirausaha. 4. Sifat kerja keras menunjukkan derajat usaha untuk terlibat dalam situasi kerja, tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan selesai, tidak pernah memberi dirinya mencurahkan
kesempatan
untuk
berpangku
tangan,
perhatian sepenuhnya pada pekerjaan, dan memiliki tenaga
untuk terlibat terus-menerus dalam kerja untuk mencapai tujuan, yang dilihat dari skor domain sifat kerja keras pada alat ukur sifat-sifat wirausaha. 5. Sifat keyakinan diri menunjukkan derajat optimisme bahwa usahanya akan berhasil dalam segala kegiatan, percaya diri dengan bergairah langsung terlibat dalam kegiatan konkret, ketidakraguan dalam bertindak, yang dilihat dari skor domain sifat keyakinan diri pada alat ukur sifat-sifat wirausaha. 6. Sifat pengambilan resiko menunjukkan derajat keberanian dalam menghadapi situasi yang serba tidak pasti dimana usahanya belum tentu membuahkan keberhasilan, berani mengambil resiko kegagalan dan selalu antisipasi
terhadap
kemungkinan-kemungkinan
kegagalan,kecermatan
memperhitungkan segala tindakannya, yang dilihat dari skor domain sifat pengambilan resiko pada alat ukur sifat-sifat wirausaha.
47
7. Sifat swa-kendali (personal control) menunjukkan derajat
tanggung
jawab pada dirinya sendiri, benar-benar menentukan apa yang harus dilakukan, yang dilihat dari skor domain sifat swa-kendali pada alat ukur sifat-sifat wirausaha. 8. Sifat
inovatif
untuk memperbaiki
menunjukkan
derajat
kinerjanya,
terbuka
pencarian untuk
cara-cara
gagasan,
baru
pandangan,
penemuan-penemuan baru yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kinerjanya, yang dilihat dari skor domain sifat inovatif pada alat ukur sifatsifat wirausaha. 9. Sifat kemandirian menunjukkan derajat ketidakbergantungan pada orang lain dalam memutuskan apa yang akan dilakukan, kebebasan dalam mengambil keputusan untuk bertindak, keterkaitan tindakan pribadi dengan keberhasilan atau kegagalan yang merupakan tanggung jawab pribadi, yang dilihat dari skor domain sifat kemandirian pada alat ukur sifat-sifat wirausaha.
3.3.
Subjek Penelitian
3.3.1. Populasi Populasi menurut Sugiyono (2008) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian diambil kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengusaha dari seluruh etnis yang ada di wilayah Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur. Menurut sumber yang ada, jumlah seluruh pengusaha yang ada di wilayah PIK 48
ini sudah mencapai ratusan orang pengusaha, mulai dari pengusaha dari sentra usaha skala kecil hingga skala besar. 3.3.2. Sampel Sampel menurut Ferguson (Sevilla, 1993) adalah beberapa bagian kecil atau cuplikan yang ditarik dari populasi. Sampel dalam penelitian ini berjumlah awalnya ingin memakai 200 orang pengusaha untuk menjadi sample. Namun karena keterbatasan waktu dan ketidakbersediaan sebagian besar para pengusaha untuk menjadi responden penelitian, maka jumlah sampel yang didapat sebanyak hanya sebanyak 122 orang.
3.4.
Instrumen Pengumpulan Data Metode yang digunakan untuk proses pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2008). Keuntungan menggunakan metode kuesioner adalah terdapat kemudahan dalam pengadministrasian, efisiensi waktu dan mudah dilakukan pemeriksaan kembali. Namun terdapat kelemahan dalam metode ini, yaitu kecenderungan subyek untuk memberikan jawaban yang memusat di tengah (central tendency) dan adanya kemungkinan subyek untuk memberikan jawaban-jawaban yang positif (Soemarjan & Koentjaraningrat, dalam Aurora, 2003).
49
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas (Sugiyono, 2008). Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan kuesioner yang terdiri dari tiga bagian, yaitu: 1.
Informed consent, lembar bagian pertama yang berisi pernyataan individu untuk bersedia menjadi responden penelitian.
2.
Lembar informasi responden, lembar bagian kedua yang berisi informasi tentang karakteristik subyek (keternagan identitas subyek) baik berupa pertanyaan-pertanyaan terbuka ataupun tertutup mengenai keterangan diri subyek yang dapat menunjang penelitian, antara lain: Etnis, jenis kelamin, usia, jenis usaha, dll.
3.
Skala, lembar bagian ketiga ini berisi skala Sifat-sifat wirausaha yang telah berhasil disusun kembali oleh Riyanti (2002), yang dikembangkan dari skala Sifat-sifat wirausahawan Tamar (1994) yang merupakan pengembangan dari inventori Sifat-sifat wirausaha yang dikemukakan oleh Sukardi (1991). Skala ini terdiri dari 98 pernyataan dengan 5 alternatif jawaban dan skala ini termasuk skala tertutup dimana setiap aitem dari skala-skala tersebut disusun dengan menyertakan pilihan jawaban lengkap yang berbentuk skala sehingga subyek tinggal memilih jawaban yang paling sesuai dengan dirinya. 5 alternatif pilihan jawaban tersebut adalah:
50
1.
SS = Sangat Sesuai
2.
S = Sesuai
3.
CS = Cukup Sesuai
4.
TS = Tidak Sesuai
5.
STS = Sangat Tidak Sesuai
Tabel 3.1 Tabel dimensi sifat-sifat wirausaha No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Dimensi tingkah laku Instrumental Prestatif Keluwesan bergaul Kerja keras Keyakinan diri Pengambilan resiko Swa-kendali Inovatif
Favorable 1, 17, 35, 44, 60, 76 11, 8, 27, 36, 61, 69 12, 19, 28, 46, 62, 78, 95 13, 20, 29, 38, 54, 79 5, 21, 39, 55, 64, 80, 96 14, 22, 48, 81, 90 7, 32, 49, 57, 74, 82,88, 94 8, 24, 42, 58, 83 9, 16, 25, 34, 43, 51, 59, 84
9
kemandirian
3.5.
Teknik Pengambilan Sampel
unfavorable 10, 26, 68, 85, 93 2, 45, 52, 77, 86 3, 37, 53, 70, 87 4, 63, 71 30, 47, 72, 89 6, 31, 40, 56, 65, 73, 97 23, 41, 66, 91, 98 15, 33, 50, 67, 92 75
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non-probability sampling. Menurut Prof. Dr. Sugiyono (2008) teknik non-probability sampling adalah teknik pengambilan sample yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik non-probability sampling ini menggunakan accidental sampling. Artinya, teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
51
3.6.
Teknik Analisa Data Untuk menguji validitas konstruk dari alat ukur sifat-sifat wirausaha dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan teknik statistik yang disebut Confirmatory Faktor Analysis (CFA). Adapun CFA itu adalah teknik analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis yang menyatakan bahwa sehimpunan item adalah valid mengukur konstruk yang ditetapkan. Dalam hal ini ada sembilan konstruk (disebut faktor) yang hendak diukur oleh himpunan item yang ada, yaitu sifat instrumental, sifat prestatif, sifat keluwesan bergaul, sifat kerja keras, sifat keyakinan diri, sifat pengambilan resiko, sifat swa-kendali, sifat inovatif, dan sifat kemandirian yang masing-masing memiliki jumlah item berbeda sifat satu dengan yang lainnya. Ada dua langkah yang akan penulis lakukan, yaitu: 1. Menguji hipotesis bahwa 98 item yang ada mengukur sembilan faktor yang diteorikan sesuai dengan peruntukkannya atau mengukur hal yang hendak diukur, misal: 11 item untuk sifat instrumental, dst (tiap-tiap faktor memiliki jumlah item yang tidak sama). Ini berarti bahwa peneliti akan menguji apakah model dengan sembilan faktor tersebut fit (sesuai) dengan data. Caranya adalah dengan menggunakan software LISREL versi 8.7 (Joreskog & Sorbom, 2004). Sesuai dengan konsep aslinya, diteorikan bahwa ada sembilan konstruk yang tidak saling berkorelasi satu sama lain. Kalau ternyata model asli ini didapati tidak fit dengan data, maka peneliti akan menguji model yang sama (sembilan faktor) tetapi dengan faktor yang saling berkorelasi satu sama lain.
52
2. Menguji validitas konstruk dari himpunan item yang ditujukan untuk mengukur masing-masing faktor. Dalam hal ini, peneliti akan melakukan CFA terhadap model unidimensional (satu faktor) untuk mengetahui apakah benar seluruh item yang dimiliki tiap-tiap faktor mengukur hal yang sama, yaitu kator yang dimaksud. Misalnya model satu fakto untuk sifat instrumental seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini:
Gambar 3.1 Model Satu Faktor Keterangan : INS : Instrumental (Faktor)
λ δ
: Koefisien muatan faktor : Kesalahan Pengukuran
Begitupun hal yang sama ini dilakukan terhadap kedelapan sifat lainnya. Jika model satu faktor ini fit dengan data, maka peneliti akan melihat (menguji secara statistik) item atau butir mana yang terbukti signifikan dalam mengukur hal yang hendak diukur. Analisis ini dilakukan sebanyak sembilan kali untuk masingmasing sembilan faktor yang ada, yang setiap faktornya menggunakan jumlah item yang berbeda-beda.
53
Baik langkah pertama maupun kedua di atas, peneliti menggunakan kriteria Chi square test untuk menentukan apakah model yang duji sudah fit (sesuai) dengan data. Dalam hal ini penulis menggunakan taraf signifikan 5%. Artinya, jika nilai Chi square memiliki nilai probabilitas sebesar 5% atau lebih (non signifikan) maka model diterima dan sebaliknya. Jika nilai probabilitas kurang dari 5% (signifikan) maka model ditolak. Namun jika ternyata tidak diperoleh model yang fit melalui uji Chi square, peneliti akan menggunakan kriteria kedua yaitu Root Mean Square Error of Approxination (RMSEA) (Du Toit & Du Toit, 2001). Dalam hal ini, jika nilai RMSEA mendekati 0 model dinilai fit (sesuai) dengan data. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan kriteria nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,05 sebagai ukuran untuk model fit. Sedangkan untuk uji signifikan terhadap muatan faktor (factor loading) peneliti menggunakan kriteri t-test (uji t) yang telah tersedia dalam output analisis. Untuk semua analisis ini, peneliti menggunakan program komputer LISREL versi 8.7 (Joreskog & Sorbom, 2004).
3.7.
Prosedur penelitian
3.7.1. Tahap Persiapan Pada tahap persiapan penelitian, peneliti melakukan sebagai berikut: 1.
Peneliti mencari fenomena dengan cara studi literatur yang terkait dengan kewirausahaan dan etnis, kemudian mengaitkannya dengan Sifat-sifat wirausaha dari Sukardi (1991).
54
2.
Peneliti menentukan topik (judul) yang sesuai dengan fenomena yang didapat oleh peneliti, yaitu apakah Sifat-sifat wirausaha yang diteliti dari wirausaha etnis minang berbeda wirausaha etnis Jawa.
3.
Peneliti kemudian melakukan studi leiteratur kembali guna menguraikan dan menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan fenomena diatas. seperti menyusun rumusan masalah, kerangka berpikir.
3.7.2. Tahap Pelaksanaan Pada tahap ini, yang dilakukan peneliti adalah: 1.
Peneliti meminta surat izin untuk melakukan penelitian kepada Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Setelah mendapatkan surat izin, peneliti meminta izin ke Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) PIK Pulogadung, Jakarta Timur.
3.
Setelah mendapat izin dari BLUD PIK Pulogadung, peneliti mulai melakukan field test ke tempat tujuan.
4.
Setelah
mendapatkan
responden,
peneliti
memberikan
penjelasan
mengenai tujuan penelitian dan meminta kesediaan para responden untuk mengisi kuesioner. 5.
Setelah itu proses pelaksanaan pengambilan data dimulai dengan memberikan kuesioner yang telah disiapkan kepada responden penelitian.
55
3.7.3. Tahap pengolahan data 1.
Melakukan skoring terhadap hasil kuesioner yang telah diisi oleh responden.
2.
Menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh, kemudian membuat tabel data.
3.
Melakukan analisis data dengan menggunakan metode statistik untuk menguji hipotesis penelitian.
56
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Berikut di bawah ini akan peneliti paparkan isi dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Hal-hal yang akan dipaparkan berikut ini meliputi gambaran umum responden berdasarkan etnis, jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, sentra usaha, lama usaha, dan omzet pertahun. Selain itu, hal-hal lain yang akan dipaparkan disini juga meliputi uji validitas konstruk tiap-tiap sifat wirausaha dan juga uji hipotesis dari tiap-tiap sifat dengan menggunakan One-way Anova. Berikut di bawah ini penjelasan selengkapnya:
4.1.
Gambaran Umum Responden
4.1.1. Gambaran Umum Responden beradasarkan Etnis Dari 122 responden yang diteliti, etnis Minang menempati urutan jumlah responden terbanyak yaitu sebanyak 57 responden (46.7 %), disusul dengan etnis Jawa yang berjumlah 35 responden (28.7 %), etnis Sunda terdapat 13 responden (10.7 %), etnis Betawi sebanyak 5 responden (4.1 %), etnis Batak terdapat 4 responden (3.3 %), etnis Bugis dan Melayu masing-masing sebanyak 2 responden (1.6 %). Sedangkan sisanya sebanyak 4 orang (3.3 %) berasal dari etnis campuran.
57
Tabel 4.1 Jumlah responden berdasarkan Etnis
Valid
Frequency
Percent
Minang
57
46.7
Jawa
35
28.7
Sunda
13
10.7
Betawi
5
4.1
Batak
4
3.3
Bugis
2
1.6
Melayu
2
1.6
Campuran
4
3.3
Total
122
100.0
4.1.2. Gambaran Umum Responden berdasarkan Jenis Kelamin Dari 122 responden yang ditetabliti, sebanyak 87 responden (71.3 %) berjenis kelamin laki-laki dan sebanyak 35 responden (28.7%) berjenis kelamin perempuan. Tabel 4.2 Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin
Valid
Frequency
Percent
Laki-laki
87
71.3
Perempuan
35
28.7
Total
122
100.0
4.1.3. Gambaran Umum Responden beradasarkan Usia Dari 122 responden yang diteliti, sebanyak 12 responden (9.8 %) termasuk dalam kelompok yang berusia antara 20-30 tahun, 40 responden (32.8 %) termasuk dalam kelompok usia 31-40 tahun, 41 responden (33.6 %) termasuk dalam kelompok usia 41-50 tahun, 24 responden (19.7 %) termasuk dalam
58
kelompok usia 51-60 tahun, sedangkan sisanya sebanyak 5 responden (4.1 %) termasuk dalam kelompok usia 61-70 tahun. Tabel 4.3 Jumlah responden berdasarkan usia Frequency
Valid
Percent
20-30 tahun
12
9.8
31-40 tahun
40
32.8
41-50 tahun
41
33.6
51-60 tahun
24
19.7
61-70 tahun
5
4.1
Total
122
100.0
4.1.4. Gambaran Umum Responden beradasarkan Tingkat Pendidikan Dari 122 responden yang diteliti, sebanyak 1 responden (0.8 %) yang memiliki pendidikan terakhir pascasarjana, 36 responden (29.5 %) dari sarjana, 67 responden (54.9 %) berasal dari SMA, 9 responden (7.4 %) berasal dari SMP, 3 responden (4.9 %) berasal dari SD, dan sisanya sebanyak 6 responden (4.9 %) memilih kategori “lain-lain” untuk lulusan akademi. Tabel 4.4 Jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan Frequency
Valid
Percent
Pascasarjana
1
.8
Sarjana
36
29.5
SMA
67
54.9
SMP
9
7.4
SD
3
2.5
Lain-lain
6
4.9
Total
122
100.0
59
4.1.5. Gambaran responden berdasarkan sentra usaha Dari 122 responden yang diteliti, sebanyak 74 responden (60.7 %) berasal dari sentra usaha garment, sebanyak 24 responden (19.7 %) berasal dari sentra usaha kulit, 11 responden (9 %) berasal dari sentra usaha logam, 5 responden (4.1%) berasal dari sentra usaha meubel, dan sisanya sebanyak 8 responden (6.6 %) berasal dari sentra usaha aneka komoditi. Tabel 4.5 Jumlah responden berdasarkan sentra usaha
Valid
Frequency
Percent
Garment
74
60.7
Kulit
24
19.7
Logam
11
9.0
Meubel
5
4.1
Aneka Komoditi
8
6.6
Total
122
100.0
4.1.6. Gambaran responden berdasarkan lama usaha Dari 122 responden yang diteliti, sebanyak 34 responden (27.9 %) termasuk dalam kelompok responden yang memiliki lama usaha 1-5 tahun, sebanyak 48 responden (39.3 %) termasuk dalam kelompok yang memiliki lama usaha sekitar 6-10 tahun, sebanyak 12 responden (9.8 %) termasuk dalam kelompok yang memiliki lama usaha sekitar 11-15 tahun, sebanyak 12 responden (9.8 %) termasuk dalam kelompok yang memiliki lama usaha sekitar 16-20 tahun. Sedangkan sisanya yaitu sebanyak 16 responden (13.1 %) termasuk dalam kelompok yang memiliki lama usaha lebih dari 21 tahun.
60
Tabel 4.6 Jumlah responden berdasarkan lama usaha
Valid
Frequency
Percent
1-5 tahun
34
27.9
6-10 tahun
48
39.3
11-15 tahun
12
9.8
16-20 tahun
12
9.8
> 21 tahun
16
13.1
Total
122
100.0
4.1.7. Gambaran responden berdasarkan omzet per tahun Dari 122 responden yang diteliti, sebanyak 17 responden (13.9 %) pertahunnya memperoleh omzet lebih dari 500 juta. Sebanyak 31 responden (25.4 %) memiliki omzet per-tahun
sebesar 300 – 500 juta. Kemudian 74 responden
sisanya (60.7 %) memiliki omzet per-tahunnya kurang dari 300 juta. Tabel 4.7 Jumlah responden berdasarkan omzet /tahun
Valid
4.2.
Frequency
Percent
> 500 Juta
17
13.9
300 juta - 500 juta
31
25.4
< 300 juta
74
60.7
Total
122
100.0
Uji Validitas Konstruk Untuk menguji validitas konstruk setiap item maka peneliti melakukan uji
validitas dengan menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan bantuan Lisrel 8.7. Adapun penjelasannya akan dipaparkan dalam sub bab berikut.
61
4.3.1
Validitas Konstruk Sifat Instrumental Dalam hal ini, peneliti menguji apakah 11 item yang ada bersifat
unidimensional dalam mengukur sifat Instrumental. Dari hasil yang diperoleh dari faktor Instrumental, model satu faktor (unidimensional) tidak fit, yaitu dengan Chi-Square = 141.66, df = 44, P-Value = 0.00000, RMSEA = 0,135. Tetapi setelah dilakukan modifikasi terhadap model dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibolehkan atau dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka akhirnya diperoleh model fit seperti pada gambar 4.1 berikut ini:
Gambar 4. 1: Analisis faktor konfimatorik dari variabel sifat Instrumental.
62
Terlihat dari gambar 4.1, bahwa Chi-Square menghasilkan P>0,05 (tidak signifikan). Dengan demikian, model dengan hanya satu faktor dapat diterima, yang berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu sifat instrumental. Hanya saja, pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran pada beberapa item yang saling berkorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa beberapa item tersebut sebenarnya bersifat multidimensi pada dirinya masing-masing. Adapun butir-butir soal yang kesalahan pengukurannya saling berkorelasi disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 4.8 Matriks korelasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item sifat Instrumental
1 10 17 26 35 44 60 68 76 85 93
1 1 V V
10
17
26
35
44
60
68
76
85
93
1 1 V
1 1 1 1 V
V
1 V
1 V
V
V
1 1
Keterangan: tanda V menunjukkan item yang kesalahannya saling berkorelasi
Dari tabel di atas, terlihat bahwa kesalahan pengukuran terjadi pada item nomor 1 berkorelasi dengan item nomor 10 dan 17. Dan kesalahan pengukuran kesalahan pada item nomor 10 berkorelasi dengan item nomor 26 dan 93. item nomor 26 berkorelasi dengan item nomor 68. item nomor 35 berkorelasi dengan
63
item nomor 68. item nomor 44 berkorelasi dengan item nomor 76 dan 93. Dan item nomor 60 berkorelasi dengan item nomor 85. Item
Seperti
yang
dikemukakan
sebelumnya,
yaitu
item
yang
pengukurannya saling berkorelasi adalah bersifat multidimensional. Artinya, selain mengukur apa yang hendak diukur oleh sub tes yang bersangkutan, item tersebut juga mengukur hal lain. Makin banyak kesalahan pengukuran pada sebuah item berkorelasi dengan kesalahan pengukuran pada item lainnya, makin rendah atau tidak idealnya kualitas item tersebut. Pada sub tes ini, item yang bersifat multidimensional adalah item nomor 10, 26, 68 dan 93. Selanjutnya, kualitas item juga dapat dilihat dari signifikan tidaknya item tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur. Dalam hal ini, yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor pada setiap item. Pengujiannya dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 4.9 di bawah ini. Tabel 4.9 Muatan faktor item variabel sifat Instrumental
NO. STANDAR KOEFISIEN NILAI T SIGNIFIKAN ITEM ERROR 0,51 0,09 5,83 V 1 0,40 0,09 4,46 V 10 0,61 0,08 7,73 V 17 26 0,16 0,09 1,76 X 0,65 0,08 7,88 V 35 0,92 0,08 11,61 V 44 0,60 0,08 7,06 V 60 68 0,09 0,09 0,08 X 0,56 0,10 5,73 V 76 0,19 0,09 2,15 V 85 93 0,08 0,10 0,74 X Keterangan: tanda V= signifikan (t>1,96) X = tidak signifikan 64
Dilihat dari model faktor di atas, 3 dari 11 butir item yang mengukur sifat instrumental
adalah tidak signifikan. Hal tersebut dikarenakan ketiga item
tersebut memiliki nilai t yang lebih rendah dari 1.96, yaitu item nomor 26, 68 dan 93.
4.3.2
Uji Validitas Konstruk Sifat Prestatif Dalam hal ini, peneliti menguji apakah 11 item yang ada bersifat
unidimensional dalam mengukur sifat Prestatif. Dari hasil yang diperoleh dari faktor Instrumental, model satu faktor (unidimensional) tidak fit, yaitu dengan Chi-Square = 153.32, df = 44, P-Value = 0.00000, RMSEA = 0,143. Tetapi setelah dilakukan modifikasi terhadap model dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibolehkan atau dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka akhirnya diperoleh model fit seperti pada gambar 4.2 berikut ini:
Gambar 4.2 Analisis faktor konfimatorik dari variabel sifat Prestatif 65
Terlihat dari gambar 4.2, bahwa Chi-Square menghasilkan P>0,05 (tidak signifikan). Dengan demikian, model dengan hanya satu faktor dapat diterima, yang berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu sifat Prestatif. Hanya saja, pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran pada beberapa item yang saling berkorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa beberapa item tersebut sebenarnya bersifat multidimensi pada dirinya masingmasing. Adapun butir-butir soal yang kesalahan pengukurannya saling berkorelasi disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 4.10 Matriks korelasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item sifat Prestatif.
No. Item 2 11 18 27 36 45 52 61 69 77 86
2
11
18
27
36
45
52
61
69
1 V
1
77
86
1 1 1 1 V V
V
1 1 1
V
V V V
V
V
1 1
Keterangan: tanda V menunjukkan item yang kesalahannya saling berkorelasi
Dari tabel di atas, terlihat bahwa kesalahan pengukuran terjadi pada item nomor 2 berkorelasi dengan item nomor 36 dan 45. Kesalahan pengukuran kesalahan pada item nomor 18 berkorelasi dengan item nomor 36, 61 dan 86. Kesalahan pengukuran pada item nomor 36 berkorelasi dengan item nomor 69 dan 77. Kesalahan pengukuran pada item nomor 45 berkorelasi dengan item 66
nomor 61. Kesalahan pengukuran pada item nomor 52 berkorelasi dengan item nomor 77. Dan kesalahan pengukuran pada item nomor 61 berkorelasi dengan item nomor 69. Item
Seperti
yang
dikemukakan
sebelumnya,
yaitu
item
yang
pengukurannya saling berkorelasi adalah bersifat multidimensional. Artinya, selain mengukur apa yang hendak diukur oleh sub tes yang bersangkutan, item tersebut juga mengukur hal lain. Makin banyak kesalahan pengukuran pada sebuah item berkorelasi dengan kesalahan pengukuran pada item lainnya, makin rendah atau tidak idealnya kualitas item tersebut. Pada sub tes ini, item yang bersifat multidimensional adalah item nomor 36, 45, 61, 69, dan 77. Sedangkan item yang memiliki kualitas paling baik adalah item nomor 11 dan 27. Hal tersebut dikarenakan item tersebut tidak berkorelasi sama sekali dengan item lain. Selanjutnya, kualitas item juga dapat dilihat dari signifikan tidaknya item tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur. Dalam hal ini, yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor pada setiap item. Pengujiannya dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 4.11 di bawah ini:
67
Tabel 4.11 Muatan faktor item variabel sifat Prestatif NO ITEM 2 11 18 27 36 45 52 61 69 77 86
KOEFISIEN 0,30 - 0,70 - 0,34 - 0,82 - 0,43 - 0,33 -0,27 - 0,20 - 0,18 - 0,38 - 0,37
STANDAR ERROR 0,10 0,09 0,10 0,09 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10
NILAI T
SIGNIFIKAN
2,95 - 7,95 - 3,47 - 9,58 - 4,08 - 3,34 - 2,57 - 2,07 - 1,80 - 3,92 - 3,84
V V V V V V V V X V V
Keterangan: tanda V= signifikan (t>1,96) X = tidak signifikan
Dilihat dari model faktor di atas, dari 11 item yang mengukur sifat Prestatif, terdapat 1 item yang tidak signifikan (tidak bagus), karena koefisien muatan faktor yang paling rendah dan nilai t lebih kecil dari 1,96 (absolute) yaitu item nomor 69.
4.3.3
Uji Validitas Konstruk Sifat Keluwesan Bergaul Dalam hal ini peneliti menguji apakah 12 item yang ada bersifat
unidimensional dalam mengukur sifat keluwesan bergaul. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan, model satu faktor adalah tidak fit, dengan Chi-Square=271.31, df=54, p-value=0,00000, RMSEA= 0,182. Tetapi setelah dilakukan modifikasi terhadap model dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibolehkan atau dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka akhirnya diperoleh model fit seperti pada gambar 4.3 berikut ini:
68
Gambar 4.3 Analisis faktor konfimatorik dari variabel sifat Keluwesan Bergaul.
Terlihat dari gambar 4.3, bahwa Chi-Square menghasilkan P>0,05 (tidak signifikan). Dengan demikian, model dengan hanya satu faktor dapat diterima, yang berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu sifat instrumental. Hanya saja, pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran pada beberapa item yang saling berkorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa beberapa item tersebut sebenarnya bersifat multidimensi pada dirinya masing-masing. Adapun butir-butir soal yang kesalahan pengukurannya saling berkorelasi disajikan pada tabel di bawah ini:
69
Tabel 4.12 Matriks korelasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item sifat Keluwesan Bergaul
No. Item 3 12 19 28 37 46 53 62 70 78 87 95
3
12
19
28
37
1 V
1
46
53
62 70
78
87
1 V
1
95
1 1 1 V V V
V V V
1 V
V V
V
1 V
V V
V
V
1 V
1
1
Keterangan: tanda V menunjukkan item yang kesalahannya saling berkorelasi
Dari tabel 4.12 di atas, dapat dilihat bahwa kesalahan pengukuran pada item yang saling berkorelasi. Dari tabel tabel tersebut dapat disimpulkan mana item yang bagus dan item yang jelek. Item yang jelek, karena terlalu banyak dimensi yang diukur adalah item nomor 28, 37, 46, 53, 62, 70, dan 87. Sedangkan item yang bagus dalam hal ini adalah item nomor 95, dimana item tersebut tidak berkorelasi sama sekali. Selanjutnya, kualitas item juga dapat dilihat dari signifikan tidaknya item tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur. Dalam hal ini, yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor pada setiap item. Pengujiannya dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 4.9 di bawah ini:
70
Tabel 4.13 Muatan faktor item variabel sifat Keluwesan Bergaul
NO. STANDAR KOEFISIEN NILAI T SIGNIFIKAN ITEM EROR 0,48 0,09 5,17 V 3 0,05 0,09 5,95 V 12 0,20 0,10 2,03 V 19 0,53 0,09 5,86 V 28 0,37 0,09 3,95 V 37 0,47 0,09 3,95 V 46 - 0,30 0,10 - 3,03 V 53 0,47 0,09 5,03 V 62 0,47 0,09 5,04 V 70 0,82 0,08 9,95 V 78 0,33 0,10 3,23 V 87 0,74 0,08 8,83 V 95 Keterangan: tanda V= signifikan (t>1,96) X = tidak signifikan
Dilihat dari model faktor di atas, dari 12item yang mengukur sifat keluwesan bergaul, seluruh item ini menunjukkan angka yang signifikan. Hal ini dikarenakan koefisien muatan faktor tersebut memiliki nilai t yang ditunjukkan dalam tabel melebihi 1,96.
4.3.4
Uji Validitas Konstruk Sifat Kerja Keras Dalam sub bab ini peneliti menguji apakah 9 item yang ada bersifat
unidimensional dalam mengukur sifat kerja keras. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan, model satu faktor adalah tidak fit, dengan chi square =45.74 , df=27, pvalue=0,00000, RMSEA= 0,076. Namun setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimanan kesalahan pengukuran pada beberapa item dibolehkan atau dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti pada gambar di bawah ini:
71
Gambar 4.4 Analisis faktor konfimatorik dari variabel sifat Kerja Keras.
Terlihat dari gambar 4.4, bahwa Chi-Square menghasilkan P>0,05 (tidak signifikan). Dengan demikian, model dengan hanya satu faktor dapat diterima, yang berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu sifat instrumental. Hanya saja, pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran pada beberapa item yang saling berkorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa beberapa item tersebut sebenarnya bersifat multidimensi pada dirinya masing-masing. Adapun butir-butir soal yang kesalahan pengukurannya saling berkorelasi disajikan pada tabel di bawah ini.
72
Tabel 4.14 Matriks korelasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item sifat Kerja Keras
No. Item 4 13 20 29 38 54 63 71 79
4
13
20
29
38
54
63
71 79
1 1 1 1 1 V
1 1 1 1
Keterangan: tanda V menunjukkan item yang kesalahannya saling berkorelasi
Dari tabel 4.14 di atas, dapat dilihat bahwa kesalahan pengukuran pada item yang saling berkorelasi. Dengan demikian kita dapat menyimpulkan mana item yang bagus dan item yang jelek. Item yang jelek, karena terlalu banyak dimensi yang diukur adalah item nomor 13, yaitu terdapat kesalahan pengukuran pada item dengan berkorelasi dengan item nomor 54. Sedangkan item yang bagus dalam hal ini adalah item nomor 4, 20 29, 38, 63, 71, dan 79, dimana item tersebut tidak berkorelasi sama sekali dengan item-item lain. Selanjutnya, kualitas item juga dapat dilihat dari signifikan tidaknya item tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur. Dalam hal ini, yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor pada setiap item. Pengujiannya dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 4.15 di bawah ini:
73
Tabel 4.15 Muatan faktor item variabel sifat Kerja Keras
NO. STANDAR KOEFISIEN NILAI T SIGNIFIKAN Item ERROR 0,23 0,09 2,38 V 4 0,75 0,09 8,74 V 13 0,77 0,08 9,46 V 20 0,51 0,09 5,70 V 29 0,29 0,09 3,06 V 38 0,74 0,09 8,50 V 54 0,43 0,09 4,72 V 63 0,19 0,10 1,99 V 71 0,72 0,08 8,66 V 79 Keterangan: tanda V= signifikan (t>1,96) X = tidak signifikan
Dilihat dari model faktor di atas, dari 9 item yang mengukur sifat kerja keras, ternyata seluruh item ini menunjukkan angka yang signifikan. Hal ini dikarenakan koefisien muatan faktor tersebut memiliki nilai t yang melebihi 1,96 seperti yang ditunjukkan dalam tabel.
4.3.5
Uji Validitas Konstruk Sifat Keyakinan Diri Dalam sub bab ini peneliti menguji apakah 11 item yang ada bersifat
unidimensional dalam mengukur sifat keyakinan diri. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan, model satu faktor adalah tidak fit, dengan chi square =216,14 , df=44, p-value=0,00000, RMSEA= 0,180. Namun setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimanan kesalahan pengukuran pada beberapa item dibolehkan atau dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti pada gambar di bawah ini:
74
Gambar 4.5 Analisis faktor konfimatorik dari variabel sifat Keyakinan Diri.
Terlihat dari gambar 4.5, bahwa Chi-Square menghasilkan P>0,05 (tidak signifikan). Dengan demikian, model dengan hanya satu faktor dapat diterima, yang berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu sifat instrumental. Hanya saja, pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran pada beberapa item yang saling berkorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa beberapa item tersebut sebenarnya bersifat multidimensi pada dirinya masing-masing. Adapun butir-butir soal yang kesalahan pengukurannya saling berkorelasi disajikan pada tabel di bawah ini:
75
Tabel 4.16 Matriks korelasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item sifat Keyakinan Diri.
No. Item 5 21 30 39 47 55 64 72 80 89 96
5 1 V
21
30
1 V V
1 V
39
47
1 V
1
55
64
72 80 89 96
1 1 1 V
V
V V
1 V V
1 1
Keterangan: tanda V menunjukkan item yang kesalahannya saling berkorelasi
Dari tabel 4.16 di atas, dapat dilihat bahwa kesalahan pengukuran pada item yang saling berkorelasi. Dengan demikian kita dapat menyimpulkan mana item yang bagus dan item yang jelek. Item yang jelek, karena terlalu banyak dimensi yang diukur adalah item nomor 30, 39, 47, 89, dan 96. Sedangkan item yang bagus dalam hal ini adalah item nomor 55 dan 64, dimana item tersebut tidak berkorelasi sama sekali dengan item-item lain. Selanjutnya, kualitas item juga dapat dilihat dari signifikan tidaknya item tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur. Dalam hal ini, yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor pada setiap item. Pengujiannya dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 4.17 di bawah ini:
76
Tabel 4.17 Muatan faktor item variabel sifat Keyakinan Diri
NO. STANDAR KOEFISIEN NILAI T SIGNIFIKAN Item ERROR 0,69 0,09 7,99 V 5 0,87 0,08 10,67 V 21 0,33 0,10 3,49 V 30 0,74 0,08 8,69 V 39 47 - 0,05 0,10 - 0,47 X 0,65 0,08 7,85 V 55 0,65 0,08 7,74 V 64 0,39 0,09 4,55 V 72 0,55 0,09 6,33 V 80 89 - 0,06 0,09 - 0,69 X 0,34 0,09 3,69 V 96 Keterangan: tanda V= signifikan (t>1,96) X = tidak signifikan
Dilihat dari model faktor di atas, dari 11 item yang mengukur sifat kerja keras, 2 item diantaranya ternyata menunjukkan angka yang tidak signifikan. Kedua item tersebut adalah nomor 47 dan 89. Hal ini dikarenakan koefisien muatan faktor tersebut memiliki nilai t kurang dari 1,96 seperti yang ditunjukkan dalam tabel.
4.3.6
Uji Validitas Konstruk Sifat Pengambilan Resiko Dalam sub bab ini peneliti menguji apakah 12 item yang ada bersifat
unidimensional dalam mengukur sifat pengambilan resiko. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan, model satu faktor adalah tidak fit, dengan chi square =381,50 , df=5, p-value=0,00000, RMSEA= 0,156. namun setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimanan kesalahan pengukuran pada beberapa item dibolehkan atau dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti pada gambar di bawah ini:
77
Gambar 4.6 Analisis faktor konfimatorik dari variabel sifat Pengambilan Resiko.
Terlihat dari gambar 4.6, bahwa Chi-Square menghasilkan P>0,05 (tidak signifikan). Dengan demikian, model dengan hanya satu faktor dapat diterima, yang berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu sifat instrumental. Hanya saja, pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran pada beberapa item yang saling berkorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa beberapa item tersebut sebenarnya bersifat multidimensi pada dirinya masing-masing. Adapun butir-butir soal yang kesalahan pengukurannya saling berkorelasi disajikan pada tabel di bawah ini:
78
Tabel 4.18 Matriks korelasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item sifat Pengambilan Resiko.
No. Item 6 14 22 31 40 48 56 65 73 81 90 97
6 1 V
14
22
1 V
1
V
31
40
48
56
65 73 81 90 97
1 1
V
1 V
V
V
1 1
V V
1 1 V
V V
V
1 V
1
Keterangan: tanda V menunjukkan item yang kesalahannya saling berkorelasi
Dari tabel 4.18 di atas, dapat dilihat bahwa kesalahan pengukuran pada item yang saling berkorelasi. Dengan demikian kita dapat menyimpulkan mana item yang bagus dan item yang jelek. Item yang jelek, karena terlalu banyak dimensi yang diukur adalah item nomor 14, 22, 31, 56, 90 dan 97. Sedangkan item yang bagus dalam hal ini adalah item nomor 65, dimana item tersebut tidak berkorelasi sama sekali dengan item-item lain. Selanjutnya, kualitas item juga dapat dilihat dari signifikan tidaknya item tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur. Dalam hal ini, yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor pada setiap item. Pengujiannya dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 4.19 di bawah ini:
79
Tabel 4.19 Muatan faktor item variabel sifat Pengambilan Resiko.
NO. STANDAR KOEFISIEN NILAI T SIGNIFIKAN Item ERROR 0,68 0,09 7,75 V 6 0,68 0,09 7,98 V 14 22 0,11 0,09 1,22 X 0,78 0,08 9,35 V 31 0,72 0,08 9,01 V 40 48 - 0,12 0,10 - 1,21 X 0,70 0,08 8,28 V 56 0,78 0,08 9,96 V 65 0,51 0,09 5,60 V 73 - 0,22 0,10 - 2,28 V 81 0,36 0,09 3,91 V 90 0,37 0,09 4,15 V 97 Keterangan: tanda V= signifikan (t>1,96) X = tidak signifikan
Dilihat dari model faktor di atas, dari 12 item yang mengukur sifat kerja keras, 2 item diantaranya ternyata menunjukkan angka yang tidak signifikan. Kedua item tersebut adalah nomor 22 dan 48. Hal ini dikarenakan koefisien muatan faktor tersebut memiliki nilai t kurang dari 1,96 seperti yang ditunjukkan dalam tabel.
4.3.7
Uji Validitas Konstruk Sifat Swa-Kendali Dalam sub bab ini peneliti menguji apakah 11 item yang ada bersifat
unidimensional dalam mengukur sifat swa-kendali. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan, model satu faktor adalah tidak fit, dengan chi square =200.82, df=65, p-value=0,00000, RMSEA= 0,131. Namun setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimanan kesalahan pengukuran pada beberapa item dibolehkan atau dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti pada gambar di bawah ini: 80
Gambar 4.7 Analisis faktor konfimatorik dari variabel sifat Swa-kendali.
Terlihat dari gambar 4.7, bahwa Chi-Square menghasilkan P>0,05 (tidak signifikan). Dengan demikian, model dengan hanya satu faktor dapat diterima, yang berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu sifat instrumental. Hanya saja, pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran pada beberapa item yang saling berkorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa beberapa item tersebut sebenarnya bersifat multidimensi pada dirinya masing-masing. Adapun butir-butir soal yang kesalahan pengukurannya saling berkorelasi disajikan pada tabel di bawah ini:
81
Tabel 4.20 Matriks korelasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item sifat Swa-kendali.
No. Item 7 23 32 41 49 57 66 74 82 88 91 94 98
7
23
32
41
49
57
1 V
1
66
74 82 88 91 94 98
1 1 V
1 V
V
1
V
1 V
1
V
V V
V V V
V V
1 1 1
V V
V
1 1
Keterangan: tanda V menunjukkan item yang kesalahannya saling berkorelasi
Dari tabel 4.20 di atas, dapat dilihat bahwa kesalahan pengukuran pada item yang saling berkorelasi. Dengan demikian kita dapat menyimpulkan mana item yang bagus dan item yang jelek. Item yang jelek, karena terlalu banyak dimensi yang diukur adalah item nomor 32, 41, 57, 74, 82, 88, 91, dan 98. Sedangkan item yang tidak berkorelasi antar item lain tidak ditemukan. Selanjutnya, kualitas item juga dapat dilihat dari signifikan tidaknya item tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur. Dalam hal ini, yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor pada setiap item. Pengujiannya dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 4.21 di bawah ini.
82
Tabel 4.21 Muatan faktor item variabel sifat Swa-kendali.
NO. STANDAR KOEFISIEN NILAI T SIGNIFIKAN Item ERROR 0,59 0,09 6,72 V 7 0,23 0,10 2,44 V 23 0,23 0,10 2,42 V 32 41 - 0,18 0,10 - 1,76 X 0,57 0,09 6,25 V 49 0,45 0,10 4,60 V 57 0,33 0,09 3,51 V 66 0,63 0,09 7,01 V 74 0,78 0,08 9,59 V 82 0,55 0,09 6,32 V 88 - 0,29 0,10 - 3,00 V 91 0,66 0,09 6,79 V 94 98 - 0,15 0,10 - 1,62 X Keterangan: tanda V= signifikan (t>1,96) X = tidak signifikan
Dilihat dari model faktor di atas, dari 13 item yang mengukur sifat kerja keras, 2 item diantaranya ternyata menunjukkan angka yang tidak signifikan. Kedua item tersebut adalah nomor 41 dan 98. Hal ini dikarenakan koefisien muatan faktor tersebut memiliki nilai t kurang dari 1,96 seperti yang ditunjukkan dalam tabel.
4.3.8
Uji Validitas Konstruk Sifat Inovatif Dalam sub bab ini peneliti menguji apakah 10 item yang ada bersifat
unidimensional dalam mengukur sifat Instrumental. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan, model satu faktor adalah tidak fit, dengan chi square =109.41, df=35, p-value=0,00000, RMSEA= 0,133. namun setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimanan kesalahan pengukuran pada beberapa item dibolehkan atau
83
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti pada gambar di bawah ini:
Gambar 4.8 Analisis faktor konfimatorik dari variabel sifat Inovatif.
Terlihat dari gambar 4.8, bahwa Chi-Square menghasilkan P>0,05 (tidak signifikan). Dengan demikian, model dengan hanya satu faktor dapat diterima, yang berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu sifat instrumental. Hanya saja, pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran pada beberapa item yang saling berkorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa beberapa item tersebut sebenarnya bersifat multidimensi pada
84
dirinya masing-masing. Adapun butir-butir soal yang kesalahan pengukurannya saling berkorelasi disajikan pada tabel di bawah ini: Tabel 4.22 Matriks korelasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item sifat Inovatif.
No. Item 8 15 24 33 42 50 58 67 83 92
8
15
1 V V
1
24
33
42
50
58
67 83 92
1 V
1 1 1 1 V
V
1 V
1 V
1
Keterangan: tanda V menunjukkan item yang kesalahannya saling berkorelasi
Dari tabel 4.20 di atas, dapat dilihat bahwa kesalahan pengukuran pada item yang saling berkorelasi. Dengan demikian kita dapat menyimpulkan mana item yang bagus dan item yang jelek. Item yang jelek, karena terlalu banyak dimensi yang diukur adalah item nomor 15, 33 dan 67. Sedangkan item yang tidak berkorelasi antar item lain tidak ditemukan. Selanjutnya, kualitas item juga dapat dilihat dari signifikan tidaknya item tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur. Dalam hal ini, yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor pada setiap item. Pengujiannya dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 4.22 di bawah ini:
85
Tabel 4.23 Muatan faktor item variabel sifat Inovatif.
NO. STANDAR KOEFISIEN NILAI T SIGNIFIKAN Item ERROR 0,51 0,09 5,78 V 8 0,39 0,09 4,42 V 15 0,63 0,08 7,42 V 24 33 0,14 0,09 1,57 X 0,65 0,08 7,83 V 42 0,91 0,08 11,59 V 50 0,60 0,09 7,05 V 58 67 0,10 0,09 1,07 X 0,56 0,10 5,75 V 83 0,18 0,09 2,01 V 92 Keterangan: tanda V= signifikan (t>1,96) X = tidak signifikan
Dilihat dari model faktor di atas, dari 10 item yang mengukur sifat Inovatif, 2 item diantaranya ternyata menunjukkan angka yang tidak signifikan. Kedua item tersebut adalah nomor 33 dan 67. Hal ini dikarenakan koefisien muatan faktor tersebut memiliki nilai t kurang dari 1,96 seperti yang ditunjukkan dalam tabel.
4.3.9
Uji Validitas Konstruk Sifat Kemandirian Dalam sub bab ini peneliti menguji apakah 9 item yang ada bersifat
unidimensional dalam mengukur sifat kemandirian. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan, model satu faktor adalah tidak fit, dengan chi square =114.08, df=27, p-value=0,00000, RMSEA= 0,163. namun setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimanan kesalahan pengukuran pada beberapa item dibolehkan atau dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti pada gambar di bawah ini:
86
Gambar 4.9 Analisis faktor konfimatorik dari variabel sifat Kemandirian.
Terlihat dari gambar 4.9, bahwa Chi-Square menghasilkan P>0,05 (tidak signifikan). Dengan demikian, model dengan hanya satu faktor dapat diterima, yang berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu sifat instrumental. Hanya saja, pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran pada beberapa item yang saling berkorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa beberapa item tersebut sebenarnya bersifat multidimensi pada dirinya masing-masing. Adapun butir-butir soal yang kesalahan pengukurannya saling berkorelasi disajikan pada tabel di bawah ini:
87
Tabel 4.24 Matriks korelasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item sifat Kemandirian.
No. Item 9 16 25 34 43 51 59 75 84
9
16
25
34
43
51
59
75 84
1 1 1 V
1 1 V
V V
1 1 V
1 1
Keterangan: tanda V menunjukkan item yang kesalahannya saling berkorelasi
Dari tabel 4.22 di atas, dapat dilihat bahwa kesalahan pengukuran pada item yang saling berkorelasi. Dengan demikian kita dapat menyimpulkan mana item yang bagus dan item yang jelek. Item yang jelek, karena terlalu banyak dimensi yang diukur adalah item nomor 34 dan 51. Sedangkan item yang baik adalah item nomor 9, 43, 75 dan 84 yang tidak memiliki korelasi satu sama lain. Selanjutnya, kualitas item juga dapat dilihat dari signifikan tidaknya item tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur. Dalam hal ini, yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor pada setiap item. Pengujiannya dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 4.22 di bawah ini:
88
Tabel 4.25 Muatan faktor item variabel sifat kemandirian
NO. STANDAR KOEFISIEN NILAI T SIGNIFIKAN Item ERROR 0,21 0,08 2,71 V 9 0,40 0,09 4,32 V 16 0,48 0,08 5,71 V 25 0,96 0,09 10,22 V 34 0,56 0,08 6,90 V 43 0,70 0,10 6,78 V 51 0,60 0,09 6,66 V 59 - 0,45 0,08 - 5,39 V 75 0,28 0,08 3,57 V 84 Keterangan: tanda V= signifikan (t>1,96) X = tidak signifikan
Dilihat dari model faktor di atas, dari 9 item yang mengukur sifat kemandirian, ternyata seluruh item ini menunjukkan angka yang signifikan. Hal ini dikarenakan koefisien muatan faktor tersebut memiliki nilai t yang melebihi 1,96 seperti yang ditunjukkan dalam tabel.
4.3
Deskripsi variabel penelitian
Tabel 4.26 Tabel ringkasan deskripsi variabel penelitian berdasarkan etnis 95% Confidence Sifat-sifat Etnis Interval for Wirausaha Mean
Sifat Instrumental
Std. Std. Deviation Error
Lower Bound
Upper Bound
Min
Max
.597
28.06
30.45
20
39
5.983
1.011
26.12
30.23
13
38
N
Mean
Minang
58
29.26
4.544
Jawa
35
28.17
Sunda
13
28.77
4.531
1.257
26.03
31.51
20
36
Betawi
5
26.80
8.526
3.813
16.21
37.39
12
33
Batak
4
28.00
1.633
.816
25.40
30.60
26
30
Bugis
2
25.00
1.414
1.000
12.29
37.71
24
26
Melayu
2
31.50
6.364
4.500
-25.68
88.68
27
36
Campuran
3
28.67
6.658
3.844
12.13
45.21
21
33
Total
122
28.70
5.111
.463
27.79
29.62
12
39
89
Sifat Prestatif
Sifat Keluwesan Bergaul
Sifat Kerja Keras
Sifat Keyakinan Diri
Sifat Pengmbilan Resiko
Minang
58
37.00
4.146
.544
35.91
38.09
27
44
Jawa
35
37.00
4.187
.708
35.56
38.44
27
44
Sunda
13
36.31
3.728
1.034
34.05
38.56
30
44
Betawi
5
36.40
3.362
1.503
32.23
40.57
33
42
Batak
4
35.25
1.708
.854
32.53
37.97
33
37
Bugis
2
37.50
.707
.500
31.15
43.85
37
38
Melayu
2
32.50
2.121
1.500
13.44
51.56
31
34
Campuran
3
34.67
4.163
2.404
24.32
45.01
30
38
Total
122
36.72
3.967
.359
36.01
37.43
27
44
Minang
58
46.28
4.920
.646
44.98
47.57
36
55
Jawa
35
45.60
5.922
1.001
43.57
47.63
30
58
Sunda
13
42.62
5.189
1.439
39.48
45.75
33
53
Betawi
5
44.40
5.857
2.619
37.13
51.67
38
53
Batak
4
44.00
3.742
1.871
38.05
49.95
39
48
Bugis
2
41.50
.707
.500
35.15
47.85
41
42
Melayu
2
47.00
4.243
3.000
8.88
85.12
44
50
Campuran
3
41.67
6.658
3.844
25.13
58.21
34
46
Total
122
45.36
5.315
.481
44.41
46.31
30
58
Minang
58
35.21
3.910
.513
34.18
36.24
28
45
Jawa
35
34.80
4.562
.771
33.23
36.37
25
45
Sunda
13
33.69
5.298
1.469
30.49
36.89
21
45
Betawi
5
37.60
6.465
2.891
29.57
45.63
27
44
Batak
4
33.50
2.380
1.190
29.71
37.29
31
36
Bugis
2
33.00
2.828
2.000
7.59
58.41
31
35
Melayu
2
36.50
2.121
1.500
17.44
55.56
35
38
Campuran
3
33.33
6.028
3.480
18.36
48.31
27
39
Total
122
34.91
4.335
.392
34.13
35.69
21
Minang
58
34.26
5.149
.676
32.90
35.61
23
45 45
Jawa
35
33.17
5.159
.872
31.40
34.94
19
45
Sunda
13
32.15
5.352
1.484
28.92
35.39
25
45
Betawi
5
35.40
3.975
1.778
30.46
40.34
32
42
Batak
4
34.50
1.291
.645
32.45
36.55
33
36
Bugis
2
35.00
2.828
2.000
9.59
60.41
33
37
Melayu
2
39.50
6.364
4.500
-17.68
96.68
35
44
Campuran
3
31.00
6.245
3.606
15.49
46.51
24
36
Total
122
33.80
5.079
.460
32.88
34.71
19
45
Minang
58
36.95
4.586
.602
35.74
38.15
29
49
Jawa
35
35.94
6.987
1.181
33.54
38.34
18
49
Sunda
13
34.00
5.930
1.645
30.42
37.58
25
49
Betawi
5
34.80
5.357
2.396
28.15
41.45
27
40
Batak
4
36.50
1.732
.866
33.74
39.26
35
38
Bugis
2
37.50
.707
.500
31.15
43.85
37
38
Melayu
2
36.50
2.121
1.500
17.44
55.56
35
38
Campuran
3
36.00
5.196
3.000
23.09
48.91
30
39
90
Sifat Swa-Kendali
Sifat Inovatif
Sifat Kemandirian
4.4
Total
122
36.22
5.436
.492
35.25
37.20
18
49
Minang
58
40.55
4.496
.590
39.37
41.73
30
54
Jawa
35
39.77
4.809
.813
38.12
41.42
30
54
Sunda
13
40.54
6.912
1.917
36.36
44.72
29
54
Betawi
5
40.80
4.382
1.960
35.36
46.24
35
45
Batak
4
39.75
2.986
1.493
35.00
44.50
37
44
Bugis
2
35.50
3.536
2.500
3.73
67.27
33
38
Melayu
2
38.50
2.121
1.500
19.44
57.56
37
40
Campuran
3
40.67
6.658
3.844
24.13
57.21
33
45
Total
122
40.20
4.801
.435
39.34
41.06
29
54
Minang
58
28.09
3.158
.415
27.26
28.92
22
36
Jawa
35
27.29
3.667
.620
26.03
28.55
19
33
Sunda
13
25.31
6.033
1.673
21.66
28.95
13
34
Betawi
5
25.60
4.278
1.913
20.29
30.91
21
30
Batak
4
26.25
3.862
1.931
20.10
32.40
22
30
Bugis
2
27.50
.707
.500
21.15
33.85
27
28
Melayu
2
25.00
2.828
2.000
-.41
50.41
23
27
Campuran
3
29.67
2.517
1.453
23.42
35.92
27
32
Total
122
27.38
3.786
.343
26.70
28.06
13
36
Minang
58
29.52
4.268
.560
28.39
30.64
21
37
Jawa
35
28.57
4.901
.828
26.89
30.25
20
37
Sunda
13
30.92
5.866
1.627
27.38
34.47
18
38
Betawi
5
30.20
4.207
1.881
24.98
35.42
25
35
Batak
4
31.00
1.826
.913
28.09
33.91
29
33
Bugis
2
26.50
3.536
2.500
-5.27
58.27
24
29
Melayu
2
28.50
3.536
2.500
-3.27
60.27
26
31
Campuran
3
26.33
2.517
1.453
20.08
32.58
24
29
Total
122
29.33
4.546
.412
28.51
30.14
18
38
Uji Hipotesis Dalam rangka pengujian hipotesis yang ada dalam bab 2, maka pengujian
dilakukan dengan menggunakan analisis one way ANOVA dengan menggunakan SPSS statistics 17.0. Selanjutnya dalam rangka penentuan tingkat signifikansi maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji dua sisi dengan tingkat signifikansi a = 5%. Tingkat signifikansi dalam hal ini berarti kita mengambil
91
risiko salah dalam mengambil keputusan untuk menolak hipotesis yang benar sebanyak-banyaknya 5%. Atau 0,05.
Langkah selanjutnya adalah dengan menentukan F hitung untuk setiap sifat-sifat wirausaha. Sebagai hasil dari penentuan F hitung, maka diperoleh nilai F hitung seperti pada tabel di bawah ini: Tabel 4.27 Table signifikansi untuk 9 Sifat Wirausaha F
Sig.
Sifat Instrumental
.483
.845
Sifat Prestatif
.604
.751
Sifat Keluwesan Bergaul
1.212
.302
Sifat Kerja Keras
.661
.704
Sifat Keyakinan Diri
.923
.492
Sifat Pengmbilan Resiko
.524
.815
Sifat Swa-Kendali
.409
.895
Sifat Inovatif
1.353
.232
Sifat Kemandirian
.781
.605
Pengujian dengan menggunakan uji dua sisi dengan tingkat signifikansi a = 5%. Tingkat signifikansi dalam hal ini berarti mengambil risiko salah dalam mengambil keputusan untuk menolak hipotesis yang benar sebanyak-banyaknya 5%. Berikut perincian selengkapnya:
92
4.3.1
Sifat Instrumental Tabel 4.28 Uji Anova Sifat Instrumental Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
91.011
7
13.002
.483
.845
Within Groups
3070.366
114
26.933
Total
3161.377
121
Karena F hitung < F tabel (0,483 < 2,10), maka Ho1 diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada tidak ada perbedaan antara sifat Instrumental etnis Minang, Jawa, Sunda, Betawi, Batak, Bugis, Melayu dan Campuran.
4.3.2
Sifat Prestatif Tabel 4.29 Uji Anova sifat Prestatif Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
68.139
7
9.734
.604
.751
Within Groups
1836.386
114
16.109
Total
1904.525
121
Karena F hitung < F tabel (0,604 < 2,10), maka Ho2 diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada tidak ada perbedaan antara sifat Prestatif etnis Minang, Jawa, Sunda, Betawi, Batak, Bugis, Melayu dan Campuran.
93
4.3.3
Sifat Keluwesan Bergaul Tabel 4.30 Uji Anova sifat Keluwesan Bergaul Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
236.701
7
33.814
1.212
.302
Within Groups
3181.430
114
27.907
Total
3418.131
121
Karena F hitung < F tabel (1,212 < 2,10), maka Ho3 diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada tidak ada perbedaan antara sifat Keluwesan Bergaul etnis Minang, Jawa, Sunda, Betawi, Batak, Bugis, Melayu dan Campuran.
4.3.4
Sifat Kerja Keras Tabel 4.31 Uji Anova sifat Kerja Keras Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
88.755
7
12.679
.661
.704
Within Groups
2185.253
114
19.169
Total
2274.008
121
Karena F hitung < F tabel (0,661 < 2,10), maka Ho4 diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada tidak ada perbedaan antara sifat Kerja Keras etnis Minang, Jawa, Sunda, Betawi, Batak, Bugis, Melayu dan Campuran.
94
4.3.5
Sifat Keyakinan Diri Tabel 4.32 Uji Anova sifat Keyakinan Diri Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
167.393
7
23.913
.923
.492
Within Groups
2954.484
114
25.917
Total
3121.877
121
Karena F hitung < F tabel (0,923 < 2,10), maka Ho5 diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada tidak ada perbedaan antara sifat Keyakinan Diri etnis Minang, Jawa, Sunda, Betawi, Batak, Bugis, Melayu dan Campuran.
4.3.6
Sifat Pengambilan Resiko Tabel 4.33 Uji Anova sifat Pengambilan Resiko Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
111.494
7
15.928
.524
.815
Within Groups
3463.531
114
30.382
Total
3575.025
121
Karena F hitung < F tabel (0,524 < 2,10), maka Ho6 diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada tidak ada perbedaan antara sifat Pengambilan Resiko etnis Minang, Jawa, Sunda, Betawi, Batak, Bugis, Melayu dan Campuran.
95
4.3.7
Sifat Swa-kendali Tabel 4.34 Uji Anova sifat Swa-kendali Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
68.315
7
9.759
.409
.895
Within Groups
2720.964
114
23.868
Total
2789.279
121
Karena F hitung < F tabel (0,409 < 2,10), maka Ho7 diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada tidak ada perbedaan antara sifat Swa-kendali etnis Minang, Jawa, Sunda, Betawi, Batak, Bugis, Melayu dan Campuran.
4.3.8
Sifat Inovatif Tabel 4.35 Uji Anova sifat Inovatif Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
133.058
7
19.008
1.353
.232
Within Groups
1601.598
114
14.049
Total
1734.656
121
Karena F hitung < F tabel (1,353 < 2,10), maka Ho8 diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada tidak ada perbedaan antara sifat Inovatif etnis Minang, Jawa, Sunda, Betawi, Batak, Bugis, Melayu dan Campuran.
96
4.3.9
Sifat Kemandirian Tabel 4.36 Uji Anova sifat Kemandirian Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
114.441
7
16.349
.781
.605
Within Groups
2386.444
114
20.934
Total
2500.885
121
Karena F hitung < F tabel (0,781 < 2,10), maka Ho9 diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada tidak ada perbedaan antara sifat Instrumental etnis Minang, Jawa, Sunda, Betawi, Batak, Bugis, Melayu dan Campuran.
97
BAB 5 PENUTUP
Bab ini akan membahas mengenai kesimpulan dari hasil penelitian. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan mengenai diskusi, dan yang terakhir yang akan dibahas adalah sub bab saran. Berikut di bawah ini selengkapnya:
5.1
Kesimpulan Pada bab ini akan dipaparkan kesimpulan dari sembilan pengujian
hipotesis yang telah diuraikan pada bab empat. Kesimpulan dari ke sembilan sifatsifat wirausaha yang diuji perbedaannya antar etnis ternyata seluruhnya tidak signifikan. Artinya, seluruh sifat-sifat wirausaha etnis minang dengan etnis-etnis yang lain tidak memiliki perbedaan yang berarti. Perincian kesimpulan dari pengujian hipotesis dapat dilihat di bawah ini: 1. Hipotesis pertama menunjukkan tidak signifikan dengan nilai signifikansi sebesar 0,845. Artinya tidak ada perbedaan sifat instrumental antara etnis Minang, Jawa, Sunda, Betawi, Batak, Bugis, Melayu, dan Campuran. 2. Hipotesis kedua menunjukkan tidak signifikan dengan nilai signifikansi sebesar 0,751 Artinya tidak ada perbedaan sifat prestatif antara etnis Minang, Jawa, Sunda, Betawi, Batak, Bugis, Melayu, dan Campuran. 3. Hipotesis ketiga menunjukkan tidak signifikan dengan nilai signifikansi sebesar 0,302. Artinya tidak ada perbedaan sifat keluwesan bergaul antara etnis Minang, Jawa, Sunda, Betawi, Batak, Bugis, Melayu, dan Campuran. 98
4. Hipotesis keempat menunjukkan tidak signifikan dengan nilai signifikansi sebesar 0,704. Artinya tidak ada perbedaan sifat kerja keras antara etnis Minang, Jawa, Sunda, Betawi, Batak, Bugis, Melayu, dan Campuran. 5. Hipotesis kelima menunjukkan tidak signifikan dengan nilai signifikansi sebesar 0,492. Artinya tidak ada perbedaan sifat keyakinan diri antara etnis Minang, Jawa, Sunda, Betawi, Batak, Bugis, Melayu, dan Campuran. 6. Hipotesis keenam menunjukkan tidak signifikan dengan nilai signifikansi sebesar 0,815. Artinya tidak ada perbedaan sifat pengambilan resiko antara etnis Minang, Jawa, Sunda, Betawi, Batak, Bugis, Melayu, dan Campuran. 7. Hipotesis ketujuh menunjukkan tidak signifikan dengan nilai signifikansi sebesar 0,895. Artinya tidak ada perbedaan sifat swa-kendali antara etnis Minang, Jawa, Sunda, Betawi, Batak, Bugis, Melayu, dan Campuran. 8. Hipotesis
kedelapan
menunjukkan
tidak
signifikan
dengan
nilai
signifikansi sebesar 0,232. Artinya tidak ada perbedaan sifat inovatif antara etnis Minang, Jawa, Sunda, Betawi, Batak, Bugis, Melayu, dan Campuran. 9. Hipotesis kesembilan menunjukkan tidak signifikan dengan nilai signifikansi sebesar 0,605. Artinya tidak ada perbedaan sifat kemandirian antara etnis Minang, Jawa, Sunda, Betawi, Batak, Bugis, Melayu, dan Campuran.
99
5.2
Diskusi Dari 200 responden yang direncanakan untuk diambil datanya sebagai
subjek penelitian, ternyata hanya bisa didapati sebanyak 122 responden yang bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi sampel penelitian. Hal itu disebabkan karena tidak tersedianya waktu luang pada setiap pengusaha untuk membantu peneliti mengisi kuesioner. Para responden tersebut adalah pengusaha yang juga turut serta memproduksi dan menjalankan usaha yang dipimpinnya. Maka dari itu, dari sekitar ratusan pengusaha yang ada di wilayah Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, hanya 122 orang pengusaha yang bersedia menjadi sampel penelitian. Selain jumlah sampel yang kurang dari target, teknik pengambilan sampel secara accidental juga mempengaruhi hasil penelitian ini. Akan lebih baik jika penyebaran sampel heterogen. Artinya untuk melakukan penyebaran pada pengusaha-pengusaha dari seluruh etnis penelitian, sentra, dan seluruh wilayah di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa seluruh sifat wirausaha menunjukkan tidak signifikan, artinya seluruh sifat-sifat wirausaha tidak memiliki perbedaan terhadap seluruh etnis yang menjadi kajian penelitian. Hal tersebut terjadi karena jumlah sampel dari setiap etnis berbeda-beda. Seperti yang diketahui pada bab sebelumnya pula, jumlah responden pada etnis Minang mendominasi sebesar 46.7 % atau sebanyak 57 orang pengusaha dari 122 jumlah pengusaha yang dijadikan sampel. Hal tersebut berbeda dengan jumlah responden pada etnis Bugis dan Melayu, masing-masing dari etnis tersebut berjumlah 2 100
responden saja. Apabila jumlah responden dari setiap etnis tersebut seimbang satu sama lain, maka hasil yang didapat akan lebih baik (signifikan). Walaupun hasil penelitian seluruh sifat wirausaha tidak signifikan, tetapi nilai signifikansi tiap-tiap sifat tersebut memiliki taraf yang berbeda-beda. Yang paling mendekati dengan signifikansi adalah sifat inovatif, sedangkan yang paling jauh dari signifikan adalah sifat swa-kendali. Seperti yang telah kita ketahui bersama pada bab sebelumnya bahwa sifat inovatif adalah sifat yang mengutamakan terbuka untuk gagasan, serta pandangan dan penemuan baru yang dapat pengusaha manfaatkan untuk meningkatkan kinerjanya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Meredith yang menyatakan bahwa salah satu karakteristik wirausaha adalah keorisinilan yang terdiri dari inovatif dan kreatif. Menurut Faelanisa (2002) dalam penelitiannya mengenai wirausaha pada para pengusaha tas dan koperdi Sidoarjo mengungkapkan bahwa sifat yang paling diperlukan untuk berhasil adalah sifat kreatif dan inovatif. Pengusaha tas dan koper sering mengalami oversupply karena cenderung memproduksi barang yang seragam, dan pernah mendapatkan gugatan dari salah satu perusahaan tas internasional karena meniru produknya, sehingga pengusaha tas dan koper ini amat memerlukan sifat kreatif dan inovatif. Mengenai swa-kendali dalam penelitian ini yang memiliki taraf yang paling rendah diantara sifat-sir=fat wirausaha yang lain, hal ini berbeda sekali dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (1995) pada 115 pengusaha kecil dari sentra garment di PIK Pulogadung menunjukkan bahwa pengusaha atau antrepreneur yang berhasil memiliki sifat swa-kendali dan
101
prestatif yang lebih unggul daripada antrepreneur yang statis dan tidak berhasil. Hal itu dikarenakan bahwa pengusaha yang memiliki sifat swa-kendali tahu kapan ia harus bekerja lebih keras, kapan dia harus berhenti untuk meminta bantuan kepada orang lain, dan kapan ia harus merubah strategi dalam bekerja bila menghadapi hambatan. Apabila kita telisik lebih mendalam lagi, ternyata sifat swa-kendali memiliki taraf yang lebih rendah dibandingkan sifat-sifat wirausaha yang lain karena disebabkan dari dalam pribadi seorang pengusaha juga memiliki sifat inovatif yang rendah untuk keberhasilan usahanya. Hal itu terkait dengan pernyataan swa-kendali yang seharusnya mengetahui kapan ia harus mengubah strategi bila menghadapi hambatan. Teknik pengambilan sampel secara accidental terjadi karena peneliti tidak mendapatkan data lengkap dari badan pengelola wilayah PIK mengenai seberapa banyak jumlah pengusaha yang ada di wilayah tersebut, nama pengusaha serta nama usaha yang menempati setiap blok, dll (minimal untuk hal-hal yang diperlukan dalam penelitian). Bila saja ada data yang akurat mengenai pengusaha disana, dapat dipastikan penelitian ini tidak lagi menggunakan teknik accidental. Dengan menggunakan teknik lain, misalkan menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian lain yang serupa adalah penelitian yang mengukur perbedaan intensi berwirausaha pada siswa SMA dan SMK berdasarkan suku, seperti suku Tionghoa, Jawa, Betawi, Sunda, dll. Penelitian tersebut ternyata ditemukan bahwa siswa suku Tionghoa memiliki intensi paling tinggi untuk menjadi wirausahawan. Siswa suku Betawi menduduki peringkat kedua. Siswa suku Jawa berada diurutan
102
ketiga. Sedangkan siswa suku Sunda paling rendah intensinya menjadi wirausaha. Hasil penelitian berdasarkan suku tersebut hampir serupa dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti meskipun variabel yang diteliti berbeda. Pada penelitian ini didapati bahwa seluruh variabel yang diteliti tidak signifikan pada semua suku yang di teliti. Hal ini jauh berbeda dengan hasil penelitian Riyanti. Selain itu, penelitian lain yang dilakukan oleh Elfina (2008) yang mengkaji perbedaan kesembilan sifat wirausaha antara etnis Minang yang merantau dan tidak merantau. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa kesembilan sifat tersebut tidak signifikan, artinya tidak terdapat perbedaan kesembilan sifat wirausaha tersebut pada etnis Minang yang merantau dan tidak merantau. Hal tersebut senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Namun bedanya, peneliti tidak meneliti berdasarkan faktor demografis para responden.
5.3
Saran Berdasarkan hasil penelitian, analisis dan kesimpulan dari data-data yang
digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dipertimbangkan saran-saran sebagai berikut: 5.3.1
Saran Metodologis
1. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya sampel yang digunakan harus dapat melebihi dari jumlah sampel yang dipakai dalam penelitian ini. Akan lebih baik jika jumlah sampel yang digunakan minimal 200 orang responden dengan jumlah sampel yang lebih bervariasi. Hal ini
103
dikarenakan jumlah sampel akan mempengaruhi hasil penelitian supaya hasil
yang
diperoleh
lebih
komprehensif
dan
memperoleh
representativeness sesuai dengan apa yang hendak diukur, apalagi bila penelitian tersebut menggunakan teknik analisis dengan menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA). 2. Untuk penelitian serupa, sebaiknya peneliti selanjutnya mencari dan mendapati data responden terbaru mengenai pengusaha-pengusaha yang ada di wilayah tersebut dari badan pengelola lingkungan yang mengelola PIK Pulogadung. Hal ini dimaksudkan agar tidak lagi menggunakan teknik pengambilan sampel secara accidental. Dengan menggunakan tenik sampling berdasarkan random, maka diharapkan peneliti selanjutnya mendapatkan hasil gambaran diri responden agar lebih represetative. 3. Peneliti juga mengharapkan penelitian serupa dapat dilakukan dengan cara memperkaya topik tersebut dengan menambahkan variabel-variabel lain yang akan diukur agar dapat menghasilkan pengetahuan baru mengenai kewirausahaan di Indonesia. 4. mengingat jumlah pernyataan dalam kuesioner terlalu banyak, sebaiknya peneliti selanjutnya lebih meningkatkan hubungan yang lebih baik dan tidak memaksakan kepada responden untuk bersedia menjadi sampel penelitian. Hal tersebut peneliti sarankan karena peneliti menyadari bahwa tidak seluruh jumlah pengusaha di wilayah tersebut bersedia meluangkan waktu (walaupun sebentar) untuk mengisi kuesioner yang akan diisinya. Oleh karena itu, apabila menemukan subjek (pengusaha) yang tidak
104
sepenuh hati meluangkan waktunya, maka carilah responden yang benarbenar dapat meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner. Hal itu dapat menghindarkan atau memperkecil kemungkinan peneliti mendapatkan data yang unrepresentative dalam menggambarkan diri responden. 5. sebaiknya peneliti selanjutnya menggunakan teknik sampling berdasarkan teknik random sampling. Hal itu bertujuan agar sampel yang diperoleh bener-benar mewakili jumlah populasi.
5.3.2
Saran Praktis Dari hasil penelian ini, peneliti menyarankan: a. Apabila badan pengelola tidak memiliki data terbaru mengenai pengusaha-pengusaha
di
wilayah
tersebut,
peneliti
sebaiknya
melakukan pendataan ulang mengenai hal-hal yang akan diperlukan sebelum melakukan penelitian. b. Ada baiknya jika badan pengelola wilayah PIK melakukan pendataan ulang secara bekala terhadap pengusaha-pengusaha di wilayah yang mereka kelola, minimal pendataan ulang tersebut dilakukan dalam kurun waktu 1 tahun sekali. Hal ini ditujukan untuk perolehan informasi yang lebih akurat apabila ada penelitian lain yang akan mengkaji kewirausahaan terhadap pengusaha-pengusaha tersebut. Hal tersebut juga baik dilakukan mengingat setiap pengusaha atau pemilik hunian di wilayah tersebut memiliki hak untuk memindahtangankan rumah atau barak kerja mereka untuk dijual atau disewakan kepada
105
orang lain dalam kurun waktu tertentu, sehingga pergantian penduduk atau pengusaha disana dapat tercatat lebih rapi dan akurat dibandingkan dengan tidak melakukan. c. Alat ukur mengenai sifat-sifat wirausaha ini memang telah banyak dipakai oleh peneliti-peneliti di Indonesia. Namun seperti yang diketahui peneliti, alat ukur ini belum memiliki ukuran atau norma baku untuk interpretasi sifat-sifat wirausaha. Maka dari itu peneliti berharap ada penelitian selanjutnya yang mengkaji khusus pembuatan norma atau ukuran baku untuk alat ukur ini.
106
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. 2004. Psikologi kepribadian. Malang: UMM Press. Anggraini, Nenny. 1995. Perbandingan sikap kewirausahaan diantara pengusaha Industri Kecil yang “berhasil, statis, dan tidak berhasil” (studi pada Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur). Tesis. Depok: Universitas Indonesia. Bisnis Indonesia, edisi 21 Oktober 2008. diambil pada tanggal 4 Mei 2010. Bisnis Indonesia, 21 Oktober 2008. Diambil pada tanggal 4 Mei 2010. Berita Resmi Statistik, No. 21/VII/24 Maret 2004. Berry, J. W. 1992. Psikologi lintas budaya: riset dan aplikasi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Company Profile Badan Pengelola Lingkungan dan Pemukiman (BPLIP) Pulogadung tahun 2004. Feist, J., Feist, G.J. 2009. Theories of personality. 7th Ed. New York: McGraw Hill. Fitranie, S. Y. 2006. Uji Validitas dan Reliabilitas alat ukur Sembilan sifat wirausaha pada wirausaha di Jakarta dan sekitarnya. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Atma Jaya Jakarta. Hakim, Rusman. (1998). Kiat sukses berwirausaha. Jakarta: PT. Gramedia. Hall, C. S., Lindzey, G. (1993). Psikologi kepribadian 3 : Teori Sifat Dan Behavioristik. Yogyakarta: Kanisius. http://ukmindonesiasukses.blogspot.com. Diunduh pada tanggal 4 Mei 2010 http://ms.wikipedia.org, Diakses pada tanggal 23 Juni 2010 http://timur.jakarta.go.id. Diakses pada tanggal 12 Desember 2010 Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2007. Jakarta: Pustaka Phoenix Koentjaraningrat 1991. Kebudayaan, mentalitas, dan pembangunan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Lambing, P.A., Kuehl, C. (2000). Entrepreneurship. United States: Prentice Hall. Lie, J. 2004. Gambaran intensi dan sifat-sifat kewirausahaan mahasiswa Bali. Skripsi Fakultas Psikologi Atma Jaya Jakarta. Riyanti, B. P. D. (2010). Kontribusi psikologi dalam penciptaan kewirausahaan di Indonesia (pidato pengukuhan jabatan Guru Besar Tetap Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya). Jakarta: Penerbit UNIKA Atma Jaya. Riyanti, B. P. D. (2003). Kewirausahaan dari sudut pandang psikologi kepribadian. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo). Riyanti, B. P. D. (-). Metode experiential Learning berbasis pada peningkatan rasa diri mampu, kreatif & berani dalam mata pelajaran kewirausahaan untuk SMK. Jakarta: Universitas Atma Jaya. Riyanti, B. P. D. 2003. Pengembangan model pembinaan calon wirausaha berdasarkan pada Sembilan sifat wirausaha dan intensinya untuk menjadi wirausaha. Program penelitian antar perguruan tinggi. Ryckman, R. M. (2008). Theories of personality. 9th edition. USA : Thomson Wadsworth. Saiman, Leonardus. (2009). Kewirausahaan: Teori, Praktik, dan Kasus-kasus. Jakarta: Salemba Empat. Suryana. (2001). Kewirausahaan. Jakarta: Salemba Empat. Suryabrata, S. 2003. Psikologi kepribadian. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada . Sugiyono. (2008). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sevilla, dkk. (2006). Pengantar metode penelitian. Jakarta: UI-Press. Tri, Bambang Cahyono. (1983). Teori dan praktek kewirausahaan (tinjauan psikologi industri). Yogyakarta: Penerbit Liberty. Tobing, Meirthon Togar. 2004. Pembinaan Usaha Kecil dan Menengah melalui pendekatan community development: studi kasus di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung. Tesis. Depok: Universitas Indonesia. Warnaen, Suwarsih. (2002). Stereotip etnis dalam masyarakat multietnis. Yogyakarta: Mata Bangsa.
Aurora. 2003. Sikap terhadap uang dan tendensi perilaku tidak etis karyawan etnis Batak dan Tionghoa. Skripsi Fak. Psikologi. Depok: Universitas Indonesia. Elfina, M. 2008. Perbedaan sembilan sifat wirausaha antara etnis Minang yang merantau dan tidak merantau. Skripsi Fakultas Psikologi Atma Jaya Jakarta. Fitrani, Y. (2006). Uji validitas dan reliabilitas alat ukur Sembilan sifat wirausaha pada wirausaha di Jakarta dan sekitarnya. Skripsi. Jakarta: Universitas Atma Jaya Jakarta. Riyanti, B.P.D. 2002. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan usaha skala kecil. Disertasi Program Pascasarjana Fakultas Psikologi. Depok: Universitas Indonesia. Riyanti, B.P.D. (-). Metode experiential learning berbasis pada peningkatan rasa diri mampu, kreatif & berani beresiko dalam mata pelajaran kewirausahaan untuk SMK. Universitas Atma Jaya Jakarta. Sari, D.A. 2010. Uji validitas alat ukur Big Five Personality (adaptasi dari IPIP) pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi Fakultas Psikologi UIN syarif Hidayatullah Jakarta. Sinar Harapan, edisi 4 Mei 2010. Diambil pada tanggal 4 Mei 2010. Sukardi, I. S. (1991). Intervensi terencana faktor-faktor lingkungan terhadap pembentukan sifat-sifat antrepreneur (Entrepreneur Traits). Disertasi Program Pascasarjana Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Depok. Tamar, M. (1994). Hubungan antara persepsi terhadap lingkungan tugas dan tingkah laku antrepreneur dengan unjuk kerja manager Koperasi Unit Desa (KUD) Di Sulawesi Selatan. Tesis. Depok: Universitas Indonesia. Tempointeraktif.com diunduh pada tanggal 6 Mei 2010 Warnaen, Suwarsih. (1974). Stereotip etnis dalam masyarakat multietnis. Disertasi Program Pascasarjana Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Depok. Zulkarnain. (-). Program pemberdayaan pengaruhnya terhadap pertumbuhan usaha kecil di propinsi Riau. Pekan Baru: Fakultas Ekonomi Universitas Riau.
DATE: 11/10/2010 TIME: 21:09
L I S R E L
8.70
BY Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively by Scientific Software International, Inc. 7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100 Lincolnwood, IL 60712, U.S.A. Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140 Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004 Use of this program is subject to the terms specified in the Universal Copyright Convention. Website: www.ssicentral.com The following lines were read from file H:\spss\New Folder\INS3.LS8: UJI VALIDITAS SIFAT INSTRUMENTAL DA NI=11 NO=122 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITREM9 ITEM10 ITEM11 PM SY FI=INS.COR SE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11/ MO NX=11 NK=1 PH=ST LX=FR TD=SY,FI LK INS FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9 TD 10 10 TD 11 11 FR TD 2 1 TD 9 6 TD 10 7 TD 11 2 TD 3 1 TD 8 4 TD 4 2 TD 8 5 TD 11 6 PD OU AD=OFF IT=500 TV SS MI UJI VALIDITAS SIFAT INSTRUMENTAL Number Number Number Number Number Number
of of of of of of
Input Variables 11 Y - Variables 0 X - Variables 11 ETA - Variables 0 KSI - Variables 1 Observations 122
UJI VALIDITAS SIFAT INSTRUMENTAL Number of Iterations = 18 LISREL Estimates (Maximum Likelihood) LAMBDA-X
ITEM1
INS -------0.51 (0.09)
5.83 ITEM2
0.40 (0.09) 4.46
ITEM3
0.61 (0.08) 7.33
ITEM4
0.16 (0.09) 1.76
ITEM5
0.65 (0.08) 7.88
ITEM6
0.92 (0.08) 11.61
ITEM7
0.60 (0.08) 7.06
ITEM8
0.09 (0.09) 0.98
ITREM9
0.56 (0.10) 5.73
ITEM10
0.19 (0.09) 2.15
ITEM11
0.08 (0.10) 0.74 Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 35 Minimum Fit Function Chi-Square = 50.47 (P = 0.044) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 47.31 (P = 0.080) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 12.31 90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 34.40) Minimum Fit Function Value = 0.42 Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.10 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.28) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.054 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.090) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.41 Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.90 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.80 ; 1.09)
ECVI for Saturated Model = 1.09 ECVI for Independence Model = 4.33 Chi-Square for Independence Model with 55 Degrees of Freedom = 501.58 Independence AIC = 523.58 Model AIC = 109.31 Saturated AIC = 132.00 Independence CAIC = 565.43 Model CAIC = 227.24 Saturated CAIC = 383.07 Normed Fit Index (NFI) = 0.90 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.95 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.57 Comparative Fit Index (CFI) = 0.97 Incremental Fit Index (IFI) = 0.97 Relative Fit Index (RFI) = 0.84 Critical N (CN) = 138.47 Root Mean Square Residual (RMR) = 0.069 Standardized RMR = 0.068 Goodness of Fit Index (GFI) = 0.93 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.87 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.50
Maximum Modification Index is UJI VALIDITAS SIFAT INSTRUMENTAL Standardized Solution LAMBDA-X
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITREM9 ITEM10 ITEM11
INS -------0.51 0.40 0.61 0.16 0.65 0.92 0.60 0.09 0.56 0.19 0.08
PHI INS -------1.00
3.88 for Element ( 5, 3) of THETA-DELTA
UJI VALIDITAS SIFAT PRESTATIF DA NI=11 NO=122 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITREM9 ITEM10 ITEM11 PM SY FI=PRE.COR SE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11/ MO NX=11 NK=1 PH=ST LX=FR TD=SY,FI LK PRE FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9 TD 10 10 TD 11 11 FR TD 9 8 TD 11 3 TD 8 3 TD 5 3 TD 10 5 TD 5 1 TD 9 5 TD 10 7 TD 6 1 TD 8 6 PD OU AD=OFF IT=500 TV SS MI UJI VALIDITAS SIFAT PRESTATIF Number Number Number Number Number Number
of of of of of of
Input Variables 11 Y - Variables 0 X - Variables 11 ETA - Variables 0 KSI - Variables 1 Observations 122
UJI VALIDITAS SIFAT PRESTATIF Number of Iterations = 24 LISREL Estimates (Maximum Likelihood) LAMBDA-X
ITEM1
PRE -------0.30 (0.10) 2.95
ITEM2
-0.70 (0.09) -7.96
ITEM3
-0.34 (0.10) -3.47
ITEM4
-0.82 (0.09) -9.58
ITEM5
-0.43 (0.10) -4.08
ITEM6
-0.33 (0.10) -3.34
ITEM7
-0.27 (0.10) -2.67
ITEM8
-0.20 (0.10) -2.07
ITREM9
-0.18 (0.10) -1.80
ITEM10
-0.38 (0.10) -3.92
ITEM11
-0.37 (0.10) -3.84 Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 34 Minimum Fit Function Chi-Square = 46.60 (P = 0.073) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 45.55 (P = 0.089) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 11.55 90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 33.26) Minimum Fit Function Value = 0.39 Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.095 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.27) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.053 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.090) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.42 Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.91 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.81 ; 1.08) ECVI for Saturated Model = 1.09 ECVI for Independence Model = 2.82 Chi-Square for Independence Model with 55 Degrees of Freedom = 319.26 Independence AIC = 341.26 Model AIC = 109.55 Saturated AIC = 132.00 Independence CAIC = 383.11 Model CAIC = 231.28 Saturated CAIC = 383.07 Normed Fit Index (NFI) = 0.85 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.92 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.53 Comparative Fit Index (CFI) = 0.95 Incremental Fit Index (IFI) = 0.96 Relative Fit Index (RFI) = 0.76 Critical N (CN) = 146.56 Root Mean Square Residual (RMR) = 0.073
Standardized RMR = 0.072 Goodness of Fit Index (GFI) = 0.94 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.88 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.48
Maximum Modification Index is
3.95 for Element (11, 1) of THETA-DELTA
UJI VALIDITAS SIFAT PRESTATIF Standardized Solution LAMBDA-X
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITREM9 ITEM10 ITEM11
PRE -------0.30 -0.70 -0.34 -0.82 -0.43 -0.33 -0.27 -0.20 -0.18 -0.38 -0.37
PHI PRE -------1.00
UJI VALIDITAS SIFAT KELUWESAN BERGAUL DA NI=12 NO=122 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12 PM SY FI=LWS.COR SE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12/ MO NX=12 NK=1 PH=ST LX=FR TD=SY,FI LK LWS FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9 TD 10 10 TD 11 11 TD 12 12 FR TD 11 7 TD 8 7 TD 6 2 TD 5 4 TD 8 5 TD 4 3 TD 11 5 TD 7 5 TD 7 2 TD 8 6 TD 8 2 TD 9 8 TD 8 4 FR TD 11 4 TD 9 1 TD 7 1 TD 5 1 TD 11 10 PD OU AD=OFF IT=500 TV SS MI UJI VALIDITAS SIFAT KELUWESAN BERGAUL Number Number Number Number Number Number
of of of of of of
Input Variables 12 Y - Variables 0 X - Variables 12 ETA - Variables 0 KSI - Variables 1 Observations 122
UJI VALIDITAS SIFAT KELUWESAN BERGAUL Number of Iterations = 47 LISREL Estimates (Maximum Likelihood) LAMBDA-X
ITEM1
LWS -------0.48 (0.09) 5.17
ITEM2
0.55 (0.09) 5.95
ITEM3
0.20 (0.10) 2.03
ITEM4
0.53 (0.09) 5.86
ITEM5
0.37 (0.09) 3.95
ITEM6
0.47 (0.09) 5.08
ITEM7
-0.30 (0.10) -3.03
ITEM8
0.47 (0.09) 5.03
ITEM9
0.47 (0.09) 5.04
ITEM10
0.82 (0.08) 9.95
ITEM11
0.33 (0.10) 3.23
ITEM12
0.74 (0.08) 8.83
Goodness of Fit Statistics Degrees of Freedom = 36 Minimum Fit Function Chi-Square = 51.37 (P = 0.047) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 47.36 (P = 0.097) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 11.36 90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 33.33) Minimum Fit Function Value = 0.42 Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.094 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.28) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.051 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.087) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.45 Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 1.09 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.99 ; 1.27) ECVI for Saturated Model = 1.29 ECVI for Independence Model = 6.75 Chi-Square for Independence Model with 66 Degrees of Freedom = 793.14 Independence AIC = 817.14 Model AIC = 131.36 Saturated AIC = 156.00 Independence CAIC = 862.79 Model CAIC = 291.13 Saturated CAIC = 452.71 Normed Fit Index (NFI) = 0.94 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.96 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.51 Comparative Fit Index (CFI) = 0.98 Incremental Fit Index (IFI) = 0.98 Relative Fit Index (RFI) = 0.88 Critical N (CN) = 139.07 Root Mean Square Residual (RMR) = 0.065 Standardized RMR = 0.066 Goodness of Fit Index (GFI) = 0.94 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.87 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.43
Maximum Modification Index is
4.49 for Element ( 4, 1) of THETA-DELTA
UJI VALIDITAS SIFAT KELUWESAN BERGAUL Standardized Solution LAMBDA-X
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6
LWS -------0.48 0.55 0.20 0.53 0.37 0.47
ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12
-0.30 0.47 0.47 0.82 0.33 0.74
PHI LWS -------1.00
UJI VALIDITAS SIFAT KERJA KERAS DA NI=9 NO=122 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 PM SY FI=KRJ.COR SE 1 2 3 4 5 6 7 8 9/ MO NX=9 NK=1 PH=ST LX=FR TD=SY,FI LK KRJ FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9 FR TD 6 2 PD OU AD=OFF IT=500 TV SS MI UJI VALIDITAS SIFAT KERJA KERAS Number Number Number Number Number Number
of of of of of of
Input Variables 9 Y - Variables 0 X - Variables 9 ETA - Variables 0 KSI - Variables 1 Observations 122
UJI VALIDITAS SIFAT KERJA KERAS Number of Iterations = 12 LISREL Estimates (Maximum Likelihood) LAMBDA-X
ITEM1
KRJ -------0.23 (0.09) 2.38
ITEM2
0.75 (0.09) 8.74
ITEM3
0.77 (0.08) 9.46
ITEM4
0.51 (0.09) 5.70
ITEM5
0.29 (0.09) 3.06
ITEM6
0.74 (0.09) 8.50
ITEM7
0.43 (0.09) 4.72
ITEM8
0.19 (0.10) 1.99
ITEM9
0.72 (0.08) 8.66 Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 26 Minimum Fit Function Chi-Square = 32.09 (P = 0.19) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 30.16 (P = 0.26) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 4.16 90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 22.02) Minimum Fit Function Value = 0.27 Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.034 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.18) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.036 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.084) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.63 Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.56 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.53 ; 0.71) ECVI for Saturated Model = 0.74 ECVI for Independence Model = 3.39 Chi-Square for Independence Model with 36 Degrees of Freedom = 392.52 Independence AIC = 410.52 Model AIC = 68.16 Saturated AIC = 90.00 Independence CAIC = 444.75 Model CAIC = 140.44 Saturated CAIC = 261.18 Normed Fit Index (NFI) = 0.92 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.98 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.66 Comparative Fit Index (CFI) = 0.98 Incremental Fit Index (IFI) = 0.98 Relative Fit Index (RFI) = 0.89 Critical N (CN) = 173.09
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.057 Standardized RMR = 0.057 Goodness of Fit Index (GFI) = 0.95 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.91 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.55
Maximum Modification Index is
7.42 for Element ( 4, 1) of THETA-DELTA
UJI VALIDITAS SIFAT KERJA KERAS Standardized Solution LAMBDA-X
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9
KRJ -------0.23 0.75 0.77 0.51 0.29 0.74 0.43 0.19 0.72
UJI VALIDITAS SIFAT KEYAKINAN DIRI DA NI=11 NO=122 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITREM9 ITEM10 ITEM11 PM SY FI=YKN.COR SE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11/ MO NX=11 NK=1 PH=ST LX=FR TD=SY,FI LK YKN FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9 TD 10 10 TD 11 11 FR TD 11 8 TD 10 8 TD 2 1 TD 10 5 TD 5 4 TD 3 2 TD 4 2 TD 5 3 TD 10 3 TD 11 9 TD 10 9 PD OU AD=OFF IT=500 TV SS MI UJI VALIDITAS SIFAT KEYAKINAN DIRI Number Number Number Number Number Number
of of of of of of
Input Variables 11 Y - Variables 0 X - Variables 11 ETA - Variables 0 KSI - Variables 1 Observations 122
UJI VALIDITAS SIFAT KEYAKINAN DIRI Number of Iterations = 15 LISREL Estimates (Maximum Likelihood) LAMBDA-X
ITEM1
YKN -------0.69 (0.09) 7.99
ITEM2
0.87 (0.08) 10.67
ITEM3
0.33 (0.10) 3.49
ITEM4
0.74 (0.08) 8.69
ITEM5
-0.05 (0.10) -0.47
ITEM6
0.65 (0.08) 7.85
ITEM7
0.65 (0.08) 7.74
ITEM8
0.39 (0.09) 4.55
ITREM9
0.55 (0.09) 6.33
ITEM10
-0.06 (0.09) -0.69
ITEM11
0.34 (0.09) 3.69
Goodness of Fit Statistics Degrees of Freedom = 33 Minimum Fit Function Chi-Square = 47.81 (P = 0.046) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 43.43 (P = 0.11) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 10.43 90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 31.65) Minimum Fit Function Value = 0.40 Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.086 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.26) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.051 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.089) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.45
Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.90 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.82 ; 1.08) ECVI for Saturated Model = 1.09 ECVI for Independence Model = 6.07 Chi-Square for Independence Model with 55 Degrees of Freedom = 712.08 Independence AIC = 734.08 Model AIC = 109.43 Saturated AIC = 132.00 Independence CAIC = 775.92 Model CAIC = 234.96 Saturated CAIC = 383.07 Normed Fit Index (NFI) = 0.93 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.96 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.56 Comparative Fit Index (CFI) = 0.98 Incremental Fit Index (IFI) = 0.98 Relative Fit Index (RFI) = 0.89 Critical N (CN) = 139.64
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.069 Standardized RMR = 0.070 Goodness of Fit Index (GFI) = 0.94 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.88 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.47
Maximum Modification Index is
3.86 for Element ( 8, 4) of THETA-DELTA
UJI VALIDITAS SIFAT KEYAKINAN DIRI Standardized Solution LAMBDA-X
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4
YKN -------0.69 0.87 0.33 0.74
ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITREM9 ITEM10 ITEM11
-0.05 0.65 0.65 0.39 0.55 -0.06 0.34
UJI VALIDITAS SIFAT PENGAMBILAN RESIKO DA NI=12 NO=122 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12 PM SY FI=RSK.COR SE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12/ MO NX=12 NK=1 PH=ST LX=FR TD=SY,FI LK RSK FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9 TD 10 10 TD 11 11 TD 12 12 FR TD 3 2 TD 12 3 TD 4 1 TD 11 4 TD 7 4 TD 6 1 TD 9 1 TD 10 1 TD 11 2 TD 11 3 TD 12 7 TD 7 5 FR TD 7 3 TD 2 1 PD OU AD=OFF IT=500 TV SS MI UJI VALIDITAS SIFAT PENGAMBILAN RESIKO Number Number Number Number Number Number
of of of of of of
Input Variables 12 Y - Variables 0 X - Variables 12 ETA - Variables 0 KSI - Variables 1 Observations 122
UJI VALIDITAS SIFAT PENGAMBILAN RESIKO Number of Iterations = 51 LISREL Estimates (Maximum Likelihood) LAMBDA-X
ITEM1
RSK -------0.68 (0.09) 7.75
ITEM2
0.68 (0.09) 7.98
ITEM3
0.11 (0.09) 1.22
ITEM4
0.78 (0.08)
9.35 ITEM5
0.72 (0.08) 9.01
ITEM6
-0.12 (0.10) -1.21
ITEM7
0.70 (0.08) 8.28
ITEM8
0.78 (0.08) 9.96
ITEM9
0.51 (0.09) 5.60
ITEM10
-0.22 (0.10) -2.28
ITEM11
0.36 (0.09) 3.91
ITEM12
0.37 (0.09) 4.15 Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 40 Minimum Fit Function Chi-Square = 55.84 (P = 0.049) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 53.09 (P = 0.080) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 13.09 90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 36.15) Minimum Fit Function Value = 0.46 Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.11 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.30) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.052 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.086) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.44 Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 1.07 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.96 ; 1.26) ECVI for Saturated Model = 1.29 ECVI for Independence Model = 7.27 Chi-Square for Independence Model with 66 Degrees of Freedom = 855.36 Independence AIC = 879.36 Model AIC = 129.09 Saturated AIC = 156.00 Independence CAIC = 925.01
Model CAIC = 273.65 Saturated CAIC = 452.71 Normed Fit Index (NFI) = 0.93 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.97 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.57 Comparative Fit Index (CFI) = 0.98 Incremental Fit Index (IFI) = 0.98 Relative Fit Index (RFI) = 0.89 Critical N (CN) = 139.00 Root Mean Square Residual (RMR) = 0.053 Standardized RMR = 0.053 Goodness of Fit Index (GFI) = 0.93 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.87 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.48
Maximum Modification Index is
5.65 for Element ( 7, 6) of THETA-DELTA
UJI VALIDITAS SIFAT PENGAMBILAN RESIKO Standardized Solution LAMBDA-X
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12
RSK -------0.68 0.68 0.11 0.78 0.72 -0.12 0.70 0.78 0.51 -0.22 0.36 0.37
PHI RSK -------1.00
UJI VALIDITAS SIFAT SWA-KENDALI DA NI=13 NO=122 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12 ITEM13 PM SY FI=SWA.COR SE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13/ MO NX=13 NK=1 PH=ST LX=FR TD=SY,FI LK
LWS FR TD 1 1 TD 2 2 TD 11 11 TD 12 12 FR TD 13 6 TD 10 10 7 TD 12 4 TD 6 FR TD 8 4 TD 4 2 PD OU AD=OFF IT=500
TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9 TD 10 10 TD 13 13 2 TD 9 3 TD 11 2 TD 6 1 TD 12 5 TD 12 8 TD 3 1 TD 6 2 TD 5 TD 12 6 TD 11 5 TD 9 7 TV SS MI
UJI VALIDITAS SIFAT SWA-KENDALI Number Number Number Number Number Number
of of of of of of
Input Variables 13 Y - Variables 0 X - Variables 13 ETA - Variables 0 KSI - Variables 1 Observations 122
UJI VALIDITAS SIFAT SWA-KENDALI Number of Iterations = 23 LISREL Estimates (Maximum Likelihood) LAMBDA-X
ITEM1
LWS -------0.59 (0.09) 6.72
ITEM2
0.23 (0.10) 2.44
ITEM3
0.23 (0.10) 2.42
ITEM4
-0.18 (0.10) -1.76
ITEM5
0.57 (0.09) 6.25
ITEM6
0.45 (0.10) 4.60
ITEM7
0.33 (0.09) 3.51
ITEM8
0.63 (0.09) 7.01
ITEM9
0.78 (0.08) 9.59
ITEM10
0.55 (0.09) 6.32
ITEM11
-0.29 (0.10) -3.00
ITEM12
0.66 (0.09) 6.97
ITEM13
-0.15 (0.10) -1.62
Goodness of Fit Statistics Degrees of Freedom = 48 Minimum Fit Function Chi-Square = 71.80 (P = 0.015) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 61.56 (P = 0.090) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 13.56 90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 37.87) Minimum Fit Function Value = 0.59 Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.11 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.31) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.048 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.081) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.51 Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 1.22 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (1.11 ; 1.42) ECVI for Saturated Model = 1.50 ECVI for Independence Model = 4.72 Chi-Square for Independence Model with 78 Degrees of Freedom = 545.25 Independence AIC = 571.25 Model AIC = 147.56 Saturated AIC = 182.00 Independence CAIC = 620.71 Model CAIC = 311.13 Saturated CAIC = 528.17 Normed Fit Index (NFI) = 0.87 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.92 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.53 Comparative Fit Index (CFI) = 0.95 Incremental Fit Index (IFI) = 0.95 Relative Fit Index (RFI) = 0.79 Critical N (CN) = 125.18
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.070 Standardized RMR = 0.070 Goodness of Fit Index (GFI) = 0.93 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.86 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.49
Maximum Modification Index is
3.37 for Element ( 2, 1) of THETA-DELTA
UJI VALIDITAS SIFAT SWA-KENDALI Standardized Solution LAMBDA-X
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12 ITEM13
LWS -------0.59 0.23 0.23 -0.18 0.57 0.45 0.33 0.63 0.78 0.55 -0.29 0.66 -0.15
PHI LWS -------1.00
UJI VALIDITAS SIFAT INOVATIF DA NI=10 NO=122 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 PM SY FI=INS.COR SE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10/ MO NX=10 NK=1 PH=ST LX=FR TD=SY,FI LK INO FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9 TD 10 10 FR TD 2 1 TD 9 6 TD 10 7 TD 3 1 TD 8 4 TD 8 5 TD 4 2 PD OU AD=OFF IT=500 TV SS MI UJI VALIDITAS SIFAT INOVATIF Number Number Number Number Number Number
of of of of of of
Input Variables 10 Y - Variables 0 X - Variables 10 ETA - Variables 0 KSI - Variables 1 Observations 122
UJI VALIDITAS SIFAT INOVATIF Number of Iterations = 17 LISREL Estimates (Maximum Likelihood) LAMBDA-X
ITEM1
INO -------0.51 (0.09) 5.78
ITEM2
0.39 (0.09) 4.42
ITEM3
0.63 (0.08) 7.42
ITEM4
0.14 (0.09) 1.57
ITEM5
0.65 (0.08) 7.83
ITEM6
0.91 (0.08) 11.59
ITEM7
0.60 (0.09) 7.05
ITEM8
0.10 (0.09) 1.07
ITEM9
0.56 (0.10) 5.75
ITEM10
0.18 (0.09) 2.01 Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 28 Minimum Fit Function Chi-Square = 44.04 (P = 0.028) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 41.18 (P = 0.052) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 13.18 90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 34.43)
Minimum Fit Function Value = 0.36 Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.11 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.28) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.062 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.10) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.29 Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.79 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.68 ; 0.96) ECVI for Saturated Model = 0.91 ECVI for Independence Model = 4.14 Chi-Square for Independence Model with 45 Degrees of Freedom = 481.04 Independence AIC = 501.04 Model AIC = 95.18 Saturated AIC = 110.00 Independence CAIC = 539.08 Model CAIC = 197.89 Saturated CAIC = 319.22 Normed Fit Index (NFI) = 0.91 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.94 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.57 Comparative Fit Index (CFI) = 0.96 Incremental Fit Index (IFI) = 0.96 Relative Fit Index (RFI) = 0.85 Critical N (CN) = 133.64
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.070 Standardized RMR = 0.070 Goodness of Fit Index (GFI) = 0.94 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.87 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.48
Maximum Modification Index is UJI VALIDITAS SIFAT INOVATIF Standardized Solution LAMBDA-X
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10
INO -------0.51 0.39 0.63 0.14 0.65 0.91 0.60 0.10 0.56 0.18
PHI
3.32 for Element ( 5, 3) of THETA-DELTA
INO -------1.00
UJI VALIDITAS SIFAT KEMANDIRIAN DA NI=9 NO=122 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 PM SY FI=MAN.COR SE 1 2 3 4 5 6 7 8 9/ MO NX=9 NK=1 PH=ST LX=FR TD=SY,FI LK MAN FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9 FR TD 4 2 TD 7 4 TD 8 6 TD 6 3 TD 6 4 PD OU AD=OFF IT=500 TV SS MI UJI VALIDITAS SIFAT KEMANDIRIAN Number Number Number Number Number Number
of of of of of of
Input Variables 9 Y - Variables 0 X - Variables 9 ETA - Variables 0 KSI - Variables 1 Observations 122
UJI VALIDITAS SIFAT KEMANDIRIAN Number of Iterations = 20 LISREL Estimates (Maximum Likelihood) LAMBDA-X
ITEM1
MAN -------0.21 (0.08) 2.71
ITEM2
0.40 (0.09) 4.32
ITEM3
0.48 (0.08) 5.71
ITEM4
0.96 (0.09) 10.22
ITEM5
0.56 (0.08) 6.90
ITEM6
0.70 (0.10) 6.78
ITEM7
0.60 (0.09) 6.66
ITEM8
-0.45 (0.08) -5.39
ITEM9
0.28 (0.08) 3.57 Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 22 Minimum Fit Function Chi-Square = 32.79 (P = 0.065) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 31.32 (P = 0.090) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 9.32 90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 28.28) Minimum Fit Function Value = 0.27 Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.077 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.23) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.059 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.10) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.34 Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.64 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.56 ; 0.80) ECVI for Saturated Model = 0.74 ECVI for Independence Model = 2.49 Chi-Square for Independence Model with 36 Degrees of Freedom = 283.85 Independence AIC = 301.85 Model AIC = 77.32 Saturated AIC = 90.00 Independence CAIC = 336.09 Model CAIC = 164.81 Saturated CAIC = 261.18 Normed Fit Index (NFI) = 0.88 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.93 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.54 Comparative Fit Index (CFI) = 0.96 Incremental Fit Index (IFI) = 0.96 Relative Fit Index (RFI) = 0.81 Critical N (CN) = 149.66
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.065 Standardized RMR = 0.065 Goodness of Fit Index (GFI) = 0.95 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.89 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.46
Maximum Modification Index is UJI VALIDITAS SIFAT KEMANDIRIAN Standardized Solution LAMBDA-X
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9
MAN -------0.21 0.40 0.48 0.96 0.56 0.70 0.60 -0.45 0.28
PHI MAN -------1.00
8.86 for Element ( 8, 5) of THETA-DELTA
Jakarta, 30 Agustus 2010 Kepada YTH, DR. Muhamammad Tamar, M.Si Di Tempat
Dengan hormat, Perkenalkan nama saya Rahmi Ulfah. Saya adalah mahasiswi semester 9 Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang sedang merampungkan skripsi. Adapun judul skripsi saya berjudul Perbedaan Sifat-Sifat Wirausaha Antar Etnis Di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur. Dalam penelitian ini, saya menggunakan alat ukur sembilan sifat wirausaha yang berhasil disusun oleh Iman Santosa Sukardi atau P.T.P.E 90. Berdasarkan literatur yang telah saya kaji sebelumnya bahwa terdapat alat ukur P.T.P.E 90 yang telah disederhanakan oleh Bapak pada tahun 1994 kedalam bentuk skala Likert. Kemudian telah saya ketahui pula ada beberapa validasi alat ukur dalam bentuk skala Likert tersebut di Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya Jakarta, salah satunya yang telah berhasil divalidasi kembali oleh Prof. Dr. Benedicta P. Riyanti, M,Psi., Psi (2002). Sebelumnya saya mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada Bapak karena saya tidak secara langsung bertatap muka untuk menyampaikan perihal ini. Tujuan saya mengirimkan surat ini adalah untuk meminta izin kepada Bapak karena saya akan menggunakan alat ukur yang telah Bapak sederhanakan sebagai alat ukur tunggal dalam penelitian skripsi saya. Penggunaan alat ukur tersebut nantinya akan saya validasi kembali dengan menggunakan confirmatory factor analysis (CFA) dengan jumlah sampel sebanyak 200 orang pengusaha dari seluruh etnis yang ada di wilayah PIK tersebut. Demikianlah kiranya perihal yang ingin saya sampaikan, saya berharap Bapak berkenan mengizinkan saya untuk menggunakan alat ukur tersebut. Saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan dan kerjasama yang telah Bapak berikan kepada saya. Mohon maaf apabila ada kata-kata saya yang kurang sopan atau tidak berkenan di hati Bapak. Semoga Bapak selalu dalam Lindungan-Nya. Amin
Hormat saya,
Rahmi Ulfah 10607002292
LAMPIRAN 3