perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN DAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP PRESTASI TOLAK PELURU (Study Eksperimen Metode Latihan Plyometrik Heavy Bag Thrust dan Medicine Ball Chest Pass pada Siswa Putra SMA Negeri Punung Kabupaten Pacitan)
TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan
Disusun Oleh :
NANGIM NIM: A.120809115
PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET commit to user SURAKARTA 2011 i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN DAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP PRESTASI TOLAK PELURU (Study Eksperimen Metode Latihan Plyometrik Heavy Bag Thrust dan Medicine Ball Chest Pass pada Siswa Putra SMA Negeri Punung Kabupaten Pacitan)
Disusun Oleh :
NANGIM NIM: A.120809115
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Pada tanggal :
Pebruari 2011
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr.H.M. Furqon H, M.Pd NIP : 19600727 198702 1 001
Prof. Dr.H. Muchsin Doewes, dr ,AIFO NIP. 19480531 197603 1 001
Mengetahui Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan
Prof. Dr.Sugiyanto NIP. 19491108 commit to197609 user 1 001 ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN DAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP PRESTASI TOLAK PELURU (Study Eksperimen Metode Latihan Plyometrik Heavy Bag Thrust dan Medicine Ball Chest Pass pada Siswa Putra SMA Negeri Punung Kabupaten Pacitan)
Disusun Oleh : NANGIM NIM: A.120809115
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Ketua
: Prof. Dr. Sugiyanto
............................
Sekretaris
: Dr. Kiyatno, M.Or,AIFO
.............................
Anggota Penguji
: 1. Prof. Dr. H. M. Furqon H, M.Pd.
.............................
2. Prof. Dr. H. Muchsin Doewes, dr, AIFO. ............................
Direktur PPs UNS,
Surakarta, Pebruari 2011 Mengetahui, Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan
Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D. NIP. 19570820 198503 1 004
Prof. Dr. Sugiyanto NIP. 19491108 197609 1 001 commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini, saya : Nama : N A N G I M NIM
: A.120809115 Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul :
PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN DAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP PRESTASI TOLAK PELURU (Study Eksperimen Metode Latihan Plyometrik Heavy Bag Thrust Medicine Ball Chest Pass pada Siswa Putra SMA Negeri Punung Kabupaten Pacitan)
dan
Adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan pada daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta,
Pebruari 2011
Pembuat Pernyataan
Nangim.
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Tidak ada simpanan yang lebih berguna daripada ilmu, tidak ada sesuatu yang lebih terhormat daripada adab dan tidak ada kawan yang lebih bagus daripada akal, tidak ada yang mulia kecuali Iman dan taqwa.
( Al Imam Al Mawardi )
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan Kepada : Ibu dan Bapak Tercinta, Isteri dan Anakku Tersayang, Saudara-saudaraku Tersayang, Almamaterku Tercinta
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat-Nya, sehingga penyusunan tesis ini dapat diselesaikan. Penyelesaian tesis mengalami berbagai kesulitan dan hambatan, berkat bantuan dari berbagai pihak berbagai kesulitan dan hambatan yang timbul tersebut dapat diatasi. Dalam kesempatan ini diucapkan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Prof. Dr. dr. M. Syamsulhadi, Sp. KJ (K). selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian. 2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D. selaku Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta atas pemberian pengarahan dan bantuannya. 3. Prof. Dr. Sugiyanto selaku Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Prof. Dr.H.M. Furqon H, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan pengarahan, saran dan koreksi dalam menyusun tesis. 5. Prof. Dr. H. Muchsin Doewes, dr,AIFO selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan pengarahan, saran dan koreksi dalam menyusun tesis. 6. Drs. Wachidin selaku Kepala SMA Negeri Punung Kab. Pacitan yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian. 7. Teman-teman yang telah membantu pelaksanaan penelitian. 8. Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan penulisan tesis ini. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan balasan-Nya kepada mereka dengan yang lebih baik. Amin. Surakarta, Pebruari 2011
commit to user vii
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
NANGIM, NIM: A.120809115, 2011. PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN DAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP PRESTASI TOLAK PELURU (Study Eksperimen Metode Latihan Plyometrik Heavy Bag Thrust dan Medicine Ball Chest Pass pada Siswa Putra SMA Negeri Punung, Kabupaten Pacitan) Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) Perbedaan pengaruh antara Latihan Heavy Bag Thrust dan Medecine Ball Chest Pass terhadap peningkatan prestasi tolak peluru. (2) Perbedaan prestasi tolak peluru antara siswa yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi dan rendah. (3) Pengaruh interaksi antara latihan Plyometric dan kekuatan otot lengan terhadap peningkatan prestasi tolak peluru. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri Punung Kab. Pacitan selama 2 bulan. Penelitian menggunakan metode eksperimen dengan rancangan faktorial 2 X 2. Populasi penelitian ini adalah siswa putra SMA Negeri Punung Kab. Pacitan yang berjumlah 64 siswa. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive random sampling, sampel yang diambil sebanyak 40 siswa, terdiri dari 20 siswa yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi dan 20 siswa yang memiliki kekuatan otot lengan rendah. Variabel yang diteliti yaitu variabel bebas : variabel manipulatif dan variabel atributif, serta satu variabel terikat. Variabel manipulatif terdiri dari latihan Heavy Bag Thrust dan latihan Medicine Ball Chest Pass. Variabel atributif terdiri dari kelompok sampel dengan kekuatan otot lengan tinggi dan rendah. Variabel terikat yaitu prestasi tolak peluru . Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis varians ( ANOVA ) dua jalur. Kesimpulan: (1) Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan Heavy Bag Thrust dan Medicine Ball Chest Pass terhadap prestasi tolak peluru (Fhitung = 13,4812 > F tabel = 4.11 ) . (2) Ada perbedaan hasil prestasi tolak peluru yang signifikan ( Fhitung = 10,3802 > F tabel = 4.11 ) antara siswa yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi dan rendah, dimana siswa yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi lebih baik dari siswa yang memiliki kekuatan otot lengan rendah. (3) Ada pengaruh interaksi yang signifikan antara latihan latihan dan kekuatan otot lengan terhadap peningkatan prestasi tolak peluru (Fhitung = 62,4512 > F tabel = 4.11 ), dimana latihan Heavy Bag Thrust lebih cocok diterapkan pada siswa yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi sedangkan latihan Medicine Ball Chest Pass lebih cocok diterapkan pada siswa yang memiliki kekuatan otot lengan rendah.
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kata Kunci : Latihan Plyometrics, Latihan Heavy Bag Thrust, Latihan Medicine Ball Chest Pass , Kekuatan otot lengan, Prestasi Tolak Peluru
ABSTRACT
NANGIM, NIM: A. 120809115, 2011. THE EFFEECT OF PLYOMETRICS TRAINING AND ARM MUSCLE POWER TO IMPROVING SHOOT PHUT ACHIEVEMENT. (Study Experiment Heavy Bag Thrust Training and Medicine Ball Chest Pass , Student SMA Negeri Punung Kab. Pacitan).
The aims of this research are to find out : (1) The differences of effect between Heavy Bag Thrust Training and Medicine Ball Chest Pass to improve shoot phut achievement. (2) The differences shoot phut achievement between student who have high and low arm muscle power. (3) The effect of interaction between Plyometric training and arm muscle power to improve shoot phut achievement. This research was held at SMA Negeri Punung Kab. Pacitan for two months. This research used experiment method 2 X 2 factorial design. The population of this research were 64 boys student to SMA Negeri Punung Kab. Pacitan. The sampling technique was purposive random sampling, the samples taken as 40 student, consisted of 20 student who have high arm muscle power and 20 student who have low arm muscle power. The variables were independent variables consisted of two factors, there were manipulative variable and attributive variables and one bound variable. Manipulative variables consisted of Heavy Bag Thrust Training and Medicine Ball Chest Pass . Attributive variables consists of groups of samples with high and low arm muscle power. Bound Variables in this research is shoot phut achievement. Technique of data analysis in this research were used varians analysis (ANAVA) two lanes. Conclusion: (1) There is a significant of difference effect between Heavy Bag Thrust. Training and Medicine Ball Chest Pass to shoot phut achievement, (Fhitung = 13,4812 > F tabel = 4.11 ) . (2)commit There to is user a significant difference of shoot phut
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
achievement ( Fhitung = 10,3802 > F tabel = 4.11 ) between student who have high and low arm muscle power, which student who have high arm muscle power was better than student who have low arm muscle power. (3) There is a significant interaction effect between Plyometric training and arm muscle power to improve shoot phut achievement (Fhitung = 62,4512 > F tabel = 4.11 ), where the Heavy Bag Thrust Training more suitable to be applied to the student who have high arm muscle power while Medicine Ball Chest Pass Training more suitable to be applied to the student who have low arm muscle power.
Key word
: Plyometric training, Heavy Bag Thrust Training, Medicine Ball Chest Pass Training, arm muscle power, Shoot Phut Achievement .
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berolahraga merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap orang untuk menunjang derajat kesehatan dan kebugaran jasmani nya. Pentingnya peran kesehatan, dalam lembaga pendidikan maka dilaksanakan kegiatan olahraga yang disebut pendidikan jasmani dan kesehatan .Pendidikan jasmani merupakan salah satu jenis pendidikan yang mengutamakan gerak tubuh atau aktivitas jasmani yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran secara keseluruhan. Pendidikan jasmani mempunyai tujuan untuk mengembangkan kemampuan jasmani anak dan potensi lainnya seperti afektif, kognitif dan psikomotor. Aktivitas gerak sebagai sarana untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani telah dituangkan dalam silabus pembelajaran. Mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan salah satu program pendidikan umum dalam kurikulum pendidikan yang diberikan pada setiap jenjang sekolah. termasuk mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan harus diberikan kepada siswa adalah cabang olahraga atletik, salah satu nomor atletik adalah tolak peluru. Cabang olahraga atletik perlu dikembangkan dan ditingkatkan prestasinya di masyarakat, termasuk di lingkup pendidikan sekolah. Hal ini tepat sekali karena selain sebagai sarana pembinaan fisik,mental dan sosial masyarakat sekolah adalah kader-kader penerus bangsa seperti yang disebutkan dalam commit to user GBHN (Tap MPR RI No. II/MPR/1993) sebagai berikut : xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pembinaan dan pengembangan Olahraga yang merupakan bagian upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia pada
peningkatan kesehatan
jasmani, mental dan rokhani ,serta ditunjukkan untuk pembentukan watak dan kepribadian,disiplin dan sportivitas yang tinggi serta peningkatan prestasi yang dapat membangkitkan rasa kebanggan Nosional. Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang wajib diajarkan dalam pendidikan jasmani. Atletik diajarkan dari tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SMP) Sekolah Menengan Atas (SMA/SMK). Nomor-nomor atletik yang diajarkan meliputi jalan, lari, lompat dan lempar. Dari tiap-tiap nomor tersebut didalamnya terdapat beberapa nomor yang dilombakan atau dipertandingkan. Untuk nomor lari terdiri atas : lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung dan lari cross country. Nomor lompat meliputi lompat jauh, lompat tinggi, lompat jangkit, lompat tinggi galah. Nomor lempar meliputi lempar cakram, lempar lembing, tolak peluru dan lontar martil. Berkaitan dengan nomor-nomor atletik tersebut, penelitian ini akan mengkaji dan meneliti nomor lempar . Melempar merupakan salah satu aktivitas pengembangan kemampuan daya gerak siswa yaitu bertindak melakukan suatu bentuk gerakan dengan anggota badan nya secara lebih terampil. Tolak peluru merupakan salah satu nomor lempar yang mempunyai istilah berbeda dengan nomor lempar lainnya. Hal ini karena gerakan menolak tidak melempar. Ditinjau dari gaya tolak peluru dibedakan atas dua gaya yaitu : gaya ortodhox (menyamping) dan gaya obrein (membelakang). Dikatakan gaya to usermenolak menyamping dari sektor menyamping karena, sikap badancommit pada waktu xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lemparan, sedangkan dikatakan gaya mebelakangi karena pada waktu menolak posisi badan membelakangi sektor lemparan. Berkaitan dengan gaya tolak peluru, penelitian ini akan mengkaji dan meneliti tolak peluru gaya menyamping (orthodox). Untuk menolakkan peluru sejauh-jauhnya tidaklah mudah. Ada beberapa unsur yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi tolak peluru. Kemampuan fisik yang memadai dan menguasai teknik yang benar merupakan bagian yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi tolak peluru. Kemampuan fisik dan teknik merupakan komponen yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Teknik tolak peluru dapat dikuasai dengan baik, jika didukung kemampuan fisik yang memadai. Hal ini karena, dalam pelaksanaan teknik tolak peluru pasti melibatkan kemampuan fisik. Adapun teknik tolak peluru terdiri dari : cara memegang dan meletakkan peluru, sikap badan pada waktu akan menolak, cara menolak peluru dan sikap akhir setelah menolak. Untuk mencapai tolakkan yang sejauh-jauhnya, maka teknik-teknik tersebut harus dikuasai. Untuk dapat menolakkan peluru sejauh-jauhnya tidaklah mudah . kemampuan fisik yang memadai dari otot-otot lengan sangat dibutuhkan. Pada saat menolakkan peluru otot-otot lengan harus dikerahkan secara maksimal. Sadoso Sumosardjuno (1994:58) menyatakan bahwa “otot-otot bagian atas yang sangat penting untuk gerakan melempar adalah otot punggung bagian atas, otot trapesius, otot pektoralis bagian atas, otot deltoideus, otot tricep, serta otot pada lengan dan pergelangan”. Hal ini berarti, untuk menolakkan peluru secara commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
maksimal otot-otot lengan dan otot pergelangan tangan harus dikerahkan secara maksimal dalam satu pola gerakan yang tepat. Pada umumnya seorang atlet tolak peluru memiliki perawakan tubuh yang tinggi besar dan kuat. Tamsir Riyadi ( 1985:121 ) menyatakan “ Dalam usaha pencapaian prestasi secara maksimal, bentuk tubuh seseorang (besar,tinggi,kekar dan berat) juga sangat besar pengaruhnya terhadap hasil lemparan “ Hal ini berarti, bentuk tubuh yang tinggi dan kekar sudah barang tentu disertai bagianbagian tubuh yang ideal diantaranya lengan dan tungkai nya panjang. Lengan yang panjang harus mampu dimanfaatkan secara optimal pada teknik yang benar. Lengan yang panjang tentu mempunyai jarak jangkauan yang lebih panjang, sehingga hal ini dapat mempengaruhi jauhnya tolakan. Ditinjau dari Gerakan tolak peluru gaya ortodhok terdiri atas pada gerakan kaki berdiri dengan satu kaki dan kaki lainnya diayun, untuk selanjutnya digeser kedepan. Hal ini berarti, kemampuan berdiri dengan stabil sangat penting untuk dapat melakukan teknik menolak dengan baik. Kemampuan seseorang atlet berdiri dengan stabil dengan tetap menjaga keseimbangan akan mendukung gerakan menolakkan peluru. Semakin tubuh seimbang saat akan menolakkan peluru, maka gerakan menolakkan peluru dapat dilakukan dengan baik, sehingga dapat mendukung pencapaian prestasi yang optimal. Peningkatan prestasi merupakan salah satu tujuan pendidikan dan olahraga. Salah satu nomor dalam cabang atletik yang belum mampu menunjukkan prestasi terbaiknya diarena Internasional adalah di nomor tolak peluru salah satu jalan dapat ditempuh adalah dengan berlatih yang teratur dan terus menerus dengan commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
asuhan seorang pelatih atau guru olahraga yang profesional, dalam arti mempunyai pengetahuan yang luas dan memahami dengan benar azas-azas olahraga untuk tujuan prestasi yang diharapkan. Berusaha dan terus berusaha mendapatkan jalan baru untuk meningkatkan prestasi keolahragaan di Indonesia adalah tanggung jawab Negara, sebagai pelatih,guru olahraga, pembinaan olahraga dan ilmuwan olahraga khususnya atlet itu sendiri. . Untuk mencapai prestasi tinggi pada nomor tolak peluru maka unsur kekuatan otot lengan dengan usaha eksplosif (ledakan) sangat diperlukan. Sedangkan dua gerak yang dimaksud adalah gaya gerak otot atau muscule explosive power. Dari pendapat diatas apabila diamati pada atletik tolak peluru akan terlihat sekali pada saat setelah melakukan awalan dengan membungkuk, lalu dengan cepat dan tenaga sekuat-kuatnya melontarkan peluru terjadilah daya ledak otot lengan yang diikuti dengan kaki kanan bagi pelontar yang menggunakan tangan kanan) berfungsi untuk mendorong tubuh naik keatas yang diikuti dengan meluruskan lengan pemegang peluru sedangkan lengan satunya sebagai keseimbangan. Dalam berbagai cabang olahraga, kualitas unsur gerak fisik yang dituntut mencapai prestasi secara khusus berbeda-beda. Sama halnya dengan ciri-ciri biologis yang diperlukan dalam gerak menyangkut kualitas serta ketetapan dalam melaksanaakan suatu gerak olahraga. Demikian halnya dalam suatu latihan fisik, meskipun dalam latihan prinsip-prinsip sama, tetapi dalam latihan pada unsur commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
geraknya tertentu akan berbeda atau porsi latihan yang diberikan kepada setiap cabang olahraga. Dengan mengenal dan mengetahui uraian tenatang analisis gerakan dari suatu cabang olahraga diharapkan pelatih atau guru olahraga untuk selanjutnya menganalis sendiri tentang teknik olahraga yang diajarkan. Mengingat tolak peluru sebagian besar telah diajarkan disekolah-sekolah baik disekolah negeri maupun swasta, maka untuk memperbaiki prestasi tolak peluru di Indonesia sebaiknya juga dimulai dari sekolah dasar. Selanjutnya tolak peluru itu sendiri salah satu faktor pokok yang mempengaruhi prestasi adalah struktur dan postur tubuh. Hal ini dapat dibuktikan memperhatikan penampilan bagi sebagian besar atlet yang mengikuti nomor lempar dan tolak peluru di arena Sea Games, Asean Games, maupun Olimpiade memperhatikan bentuk tubuh yang besar dan kuat. Sebab tubuh yang besar dan kuat dengan otot-otot tubuh, utamanya otot lengan dan bahu akan menghasilkan lemparan maupun tolakan yang terjauh. Sedangkan di nomor tolak dan lempar yang menjadi ukuran prestasi adalah jauh lemparan atau tolakan nya. Sehingga untuk melakukanya menuntut kekuatan otot dan teknik lemparan atau menolak yang tepat. Mengenai pentingnya kekuatan otot pada nomor-nomor lempar dan tolak peluru menurut Sadoso Sumosardjono (1990:27) dikatakan bahwa: “Nomor tolak peluru adalah kegiatan olahraga yang lebih condong kekuatan terutama dengan usaha eksplosif (ledakan)”. commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahawa untuk mencapai prestasi tinggi pada nomor tolak peluru maka unsur kekuatan otot lengan dengan usaha ekssplosif (ledakan) sangat diperlukan. Sedangkan gaya gerak yang dimaksud daya gerak otot atau muscule explosive power.
B.
Identivikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut : 1. Pendidikan jasmani dan kesehatan belum dioptimalkan di sekolah untuk meningkatkan derajat kesehatan pada siswa. 2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi untuk meningkatkan tolak peluru.
3.
Siswa belum diketahui kondisi fisiknya dan kekuatan otot lengan yang dapat mendukung kemampuan tolak peluru.
4.
Siswa belum memanfaatkan kemampuan kekuatan otot lengan secara maksimal dalam melakukan tolak peluru.
5.
Untuk meningkatkan prestasi tolak peluru dengan melakukan latihan plyometrik.
6.
Jenis latihan plyometrik Heavy Bag Thrust dan Medicine Ball Chest Pass C.
Pembatasan Masalah.
Pembatasan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Perbedaan pengaruh Metode latihan Heavy Bag Thrust dan Medicine Ball commit to user Chest Pass terhadap prestasi tolak peluru. xvii
perpustakaan.uns.ac.id
2.
digilib.uns.ac.id
Perbedaan prestasi tolak peluru antara siswa yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi dan kekuatan otot lengan rendah.
3.
Pengaruh interaksi antara metode latihan
dan kekuatan otot lengan
terhadap prestasi tolak peluru. D.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, peneliti dapat merumuskan sebagai berikut : 1.
Adakah perbedaan pengaruh metode latihan Heavy Bag Thrust dan Medicine Ball Chest Pass terhadap prestasi tolak peluru.
2.
Adakah perbedaan prestasi tolak peluru antara siswa yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi dan kekuatan otot lengan rendah.
3.
Adakah pengaruh interaksi antara metode latihan
dan kekuatan otot
lengan terhadap prestasi tolak peluru. E.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui : 1.
Perbedaan pengaruh metode latihan Heavy Bag Thrust dan
Medicine
Ball Chest Pass terhadap prestasi tolak peluru pada siswa putra kelas XI SMA Negeri Punung, Kabupaten Pacitan. 2.
Perbedaan prestasi tolak peluru antara siswa yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi dan kekuatan otot lengan rendah.
3.
Pengaruh interaksi antara metode latihan terhadap prestasi tolak peluru. commit to user xviii
dan kekuatan otot lengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F.
Manfaat Penelitian.
Adapun penelitian ini diharapkan bermanfaat ; 1.
Bagi Guru dan pelatih dapat memberikan dan menambah wawasan tentang pengaruh metode latihan Heavy Bag Thrust dan Medicine Ball Chest Pass terhadap prestasi tolak peluru.
2.
Memberikan sumbangan pengetahuan kepada para pelatih / guru pendidikan jasmani tentang pentingnya metode latihan yang tepat untuk meningkatkan prestasi tolak peluru.
commit to user xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Tolak Peluru
a. Pengertian Tolak Peluru Tolak peluru adalah salah satu nomor lempar yang terdapat dalam cabang olahraga siswaik. Meski pun termasuk dalam nomor lempar, namun penggunaan istilahnya bukan lempar peluru, tetapi tolak peluru. Hal ini karena, peluru tidak dilemparkan, tetapi ditolakkan atau didorong dari bahu. Menurut istilah tolak peluru, Aip Syarifuddin (1992:144) “ Tolak peluru adalah suatu bentuk gerakan menolak atau mendorong suatu alat yang bundar dengan berat tertentu yang terbuat dari logam (peluru) yang dilakukan dari bahu dengan satu tangan untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya” Berdasarkan pengertian tolak peluru tersebut menunjukkan bahwa, peluru adalah suatu alat yang bundar terbuat dari logam, tembaga atau kuningan yang memiliki berat tertentu yang dalam pelaksanaannya harus ditolakkan dari bahu untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya. Adapun berat peluru yang dipergunakan dalam perlombaan resmi yang diselenggarakan PASI peluru untuk putra sebesar 7,257 kg dan bagi peserta wanita 4 kg, menurut Soegito (1992:22) yaitu “ Pengguanaan peluru yang digunakan di sekolah-sekolah menengah, bagi anak laki-laki digunakan peluru seberat 5 kg dan untuk anak perempuan seberat 3 kg” Sedangkan dalam pelaksanakan commit to user xx
9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menolakkan peluru dapat dilakukan dengan menyamping (gaya orthodox) atau membelakangi sektor lemparan (gaya obrein) b. Tolak Peluru Gaya Ortodhox Untuk mencapai prestasi tolak peluru yang maksimal adalah dengan menolakkan peluru sejauh-jauhnya dan dinyatakan sah berdasarkan peraturan yang berlaku. Dalam pelaksanaan menolakkan peluru disebut dengan gaya tolak peluru ada dua macam yaitu gaya ortodhox dan gaya obrein. Dikatakan gaya orhodhox atau menyamping karena sikap saat akan melakukan tolakan menyamping sektor lemparan. Menurut Tamsir Riyadi (1985:126) disebut gaya menyamping karena :”sikap permulaan berdiri miring, sehingga arah tolakan disebelah samping”. Hal senada dikemukakan Jonath U Haag E, dan Krempel R (1988:46) bahwa “teknik ortodhox yaitu menolak peluru lepas kesamping setelah loncatan datar” Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, tolak peluru gaya ortodhox atau gaya menyamping merupakan cara menolak peluru, dimana posisi badan saat akan menolakkan peluru menyamping dari sektor lemparan. Gaya ortodhox ini sering digunakan untuk siswa-siswa sekolah, karena gerakannya lebih mudah dan sederhana jika dibandingkan dengan gaya membelakangi atau obrein. Seperti dikemukakan Tamsir Riyadi (1985:126) bahwa “Gaya menyamping masih sering dipakai, terutama bagi siswa anakanak sekolah (SMP,SMA) . c. Teknik Tolak Peluru commit to user xxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Teknik merupakan pelaksanaan suatu kegiatan secara efektif dan rasional yang memungkinkan tercapainya hasi-hasil yang baik didalam suatu perlombaan maupun latihan. Peningkatan prestasi dalam olahraga menuntut adanya perbaikan dan pengembangan unsur teknik untuk mencapai tujuannya. Peningkatan prestasi tolak peluru selalu menuntut perubahan teknik dari gaya depan, gaya menyamping, dan gaya membelakang. Hal ini berarti, setiap saat teknik selalu berkembang sesuai dengan tuntutan peningkatan prestasi olahraga atau terjadi sebaliknya dengan diketemukan nya teknik-teknik baru, maka prestasi olahraga menjadi meningkat. Untuk mencapai prestasi tolak peluru gaya orthodox, maka harus menguasai teknik tolak peluru dengan baik dan benar. Dengan menguasai teknik tolak peluru akan memberi peluang pencapaian prestasi yang optimal. Menurut Aip Syarifudin (1992:145) “ teknik tolak peluru yaitu :(1) cara memegang peluru, (2) sikap badan pada waktu akan menolak peluru, (3) cara menolak peluru, (4) sikap badan setelah menolakkan peluru”. Untuk lebih jelas teknik pelaksanaan tolak peluru gaya ortodhox dijelaskan secara singkat sebagai berikut : 1). Cara Memegang Peluru Cara memeggang peluru merupakan tahap awal dalam gerakan tolak peluru. Menurut Jerver J,(2005:80) salah satu tujuan memegang peluru yaitu “mendapatkan pegangan yang paling efisien, sehingga penyaluran commit to user xxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tenaga cukup efektif sewaktu peluru tersebut ditolak kan”. Adapun cara memegang peluru meurut Agus Mukholid (2004:109) sebagai berikut: (1)Peluru diletakkan pada telapak tangan bagian atas atau pada ujung telapak tangan, yang dekat dengan jari-jari tangan. Jari-jari tangan direnggangkan atau dibuka. Jari kelingking dan ibu jari digunakan untuk memegang atau menahan bagian samping agar peluru tidak tergelincir kedalam atau keluar, sedangkan jari-jari yang lain bertugas menahan, menekan dan memegang peluru bagian belakang, ibu jari menahan ke dalam dan jari kelingking menahan keluar. (2) Setelah peluru dapat di pegang dengan baik, letakkan pada bahu dan menempel (melekat) di leher. Siku diangkat ke samping sedikit agak serong kedalam. Lengan yang tidak memegang peluru menjaga keseimbangan. Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi cara memegang peluru sebagai berikut :
Gamb ar 1. Cara Memegang Peluru (Agus Mukholid, 2004:108) 2). Sikap Badan pada Waktu Akan Menolak Peluru. Sikap badan pada waktu akan menolakkan peluru berkaitan dengan gaya tolak peluru, Seperti telah dijelaskan di atas bahwa, cara menolakkan peluru to user ada dua cara yaitu menyampingcommit dan membelakangi sektor lemparan. Dalam hal xxiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ini akan diuraikan cara atau sikap padan pada waktu akan menolakkan peluru menyamping. Menurut Agus Mukholid (2004:109) sikap badan pada waktu akan menolakkan peluru menyamping sebagai berikut: (1)Berdiri tegak menyamping kearah tolakan, kedua kaki di buka lebar. Kaki kiri lurus kedepan, sedangkan kaki kanan lututnya dibengkokkan kedepan sedikit agak serong ke samping kanan,badan agag condong kesamping kanan. (2)Tangan kanan memegang peluru pada bahu, sedangkan lengan kiri dengan siku dibengkokkan didepan sedikit agak serong keatas. (3)Tangan dan lengan kiri berfungsi untuk membantu dan menjaga keseimbangan, pandangan ditunjukkan ke arah tolakan. Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi sikap badan pada waktu akan menolakkan peluru sebagai berikut:
Gambar : 2 Sikap Badan pada Waktu Akan Menolak Gaya Menyamping commit to user2004:109) (Agus Mukholid, xxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3). Cara Menolakkan Peluru Cara menolakkan peluru merupakan tahapan ke tiga dari serangkaian gerakan tolak peluru. Menurut Aip Syarifudin (1992:148) pelaksanaan cara menolakkan peluru gaya ortodhox sebagai berikut : (1)
Bersamaan dengan memutar ke arah tolakan, siku ditarik serong ke atas ke belakang (ke arah samping kiri), pinggul dan pinggang serta perut didorong ke depan agak keatas hingga dada terbuka menghadap ke depan serong ke atas ke arah tolakan. Dagu di angkat atau agak ditengadahkan, pandangan ke arah tolakan.
(2)
Pada saat seluruh badan (dada) menghadap kearah tolakan, secepatnya peluru itu ditolakkan sekuat-kuatnya ke atas ke depan ke arah tolakan (parabola) bersamaan dengan bantuan menolakkan kaki kanan dan melonjakkan seluruh badan ke atas serong kedepan (kalau menolak dengan tangan kanan, sedangkan jika dengan tangan kiri sebaliknya) Untuk lebih jelas berikut ini disajiakn ilustrasi gerakan cara
menolakkan peluru gaya menyamping sebagai berikut:
commit to user xxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar : 3 Cara Menolakkan Peluru Gaya Ortodhox. (Agus Mukholid, 2004:110) 4). Sikap Badan Setelah Menolakkan Peluru Sikap akhir setelah menolakkan peluru merupakan salah satu faktor yang menentukan sah dan tidaknya tolakan yang dilakukan. Menurut Agus Mukholid (2004:110) sikap badan setelah menolakkan peluru sebagai berikut: (1)
Setelah peluru lepas dari tangan kanan, secepatnya kaki yang digunakan untuk menolak itu diturunkan dan diletakkan kembali pada tempat bekas injakan kaki kiri , dengan lutut agak dibengkokkan.
(2)
Kaki yang berada didepan (kaki kiri) diangkat kebelakang lurus dan santai, untuk
(3)
membantu menjaga keseimbangan.
Badan condong ke depan, dagu diangkat dan badan agak miring ke samping kiri, pandangan kearah jatuhnya peluru.
(4)
Tangan kanan dengan siku agak dibengkokkan berada di depan sedikit agak dibawah badan, lengan kiri lemas dan lurus kebelakang untuk membantu menjaga keseimbangan.
Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi sikap badan menolakkan peluru sebagai berikut.
commit to user xxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar : 4 Sikap Badan Setelah Menolakkan Peluru (Agus Mukholid, 2004:111) Teknik pelaksanaan tolak peluru tersebut penting untuk dikuasai oleh setiap siswa tolak peluru. Penguasaan teknik yang baik akan dapat mendukung pencapaian prestasi tolak peluru lebih maksimal. Dalam pelaksanaannya teknik tolak peluru gaya ortodok tersebut harus dirangkaikan dengan baik dan harmonis. d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Tolak Peluru. Mencapai prestasi yang semaksimal mungkin adalah salah satu tujuan dalam perlombaan atletik termasuk tolak peluru. Untuk mencapai prestasi yang tinggi terlepas dari dukungan berupa faktor. Menurut Jonath U. Haag E. and Krempel R. (1988:44- 45) faktor-faktor terpenting yang menentukan prestasi pada tolak peluru antara lain: “(1) lintasan percepatan pelurunya, (2) tinggi berangkat dan sudut berangkat peluru, (3) putaran antara poros bahu dan poros pinggangnya, (4) percepatan peluru dan waktu mulai ditolak dan, (5) pengakhiran semua tolakan tenaga bagian serta bersama dan pada saat yang tepat, dan terutama koordinasi antara gerak lengan dan kaki”. Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, untuk mencapai prestasi tolak peluru yang maksimal seorang siswa harus mampu menolak peluru sejauh-jauhnya pada teknik yang tepat. Dalam hal ini seorang siswa harus menguasai teknik menolak yang benar, pola gerakan yang benar dan sudut tolakan yang tepat, sehingga peluru dapat terlontar sejauh mungkin. commit to user xxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kesalahan teknik menolak dapat mempengaruhi kualitas tolakan yang dilakukan. 2. Hakikat Latihan Menurut Nossek. J (1995:3) “ Latihan adalah suatu proses atau dinyatakan dengan kata lain, periode waktu yang berlangsung selama beberapa tahun,sampai siswa tersebut mencapai standar penampilan yang tinggi ”. Menurut Sukadiyanto (2002:1) menerangkan bahwa,” Pada prinsipnya latihan merupakan suatu proses perubahan ke
arah yang lebih baik, yaitu untuk
meningkatkan: kualitas fisik kemampuan fungsional peralatan tubuh dan kualitas psikis anak latih”. Sedangkan menurut Harsono, (1988:102) menyatakan bahwa,” Latihan juga bisa dikatakan sebagai sesuatu proses berlatih yang sistematis yang dilakukan secara berulang-ulang yang kian hari jumlah beban latihannya kian bertambah ”. Bompa Tudor O. (1990:3) menyatakan pula, “ Latihan adalah merupakan kegiatan yang sistematis dalam waktu yang lama ditingkatkan secara progresif dan individual yang mengarah pada cirri-ciri fisiologis dan psikologis manusia untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan ”. Namun ada pula yang menyatakan
bahwa, “Latihan adalah suatu proses yang sistematis dengan
tujuan meningkatkan fitness/kesegaran seorang siswa dalam suatu aktivitas yang dipilih. Ini adalah proses jangka panjang yang semakin meningkat (progresif)
dan
mengakui
kebutuhan
individu-individu
siswa
dan
kemampuanya. Program latihan dilakukan mengunakan latihan atau praktik commit to user xxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk mengembangkan kualitas yang dituntut oleh suatu even ”. (Thomson, Peter,J.L. 1993:61) Latihan secara luas diartikan sebagai suatu intruksi yang diorganisasikan dengan tujuan meningkatkan kemampuan fisik, psikis serta keterampilan baik intelektual maupun keterampilan gerak olahraga. Dalam pembinaan olahraga prestasi latihan didefinisikan sebagai persiapan fisik, teknik, intelektual, psikis, dan moral. Selanjutnya dikatakan bahwa, ” Latihan adalah proses persiapan secara sistematis dalam mempersiapkan siswa menuju kearah tingkat keterampilan yang paling tinggi ” (Harre D. 1982:11).
Melalui latihan
kemampuan seseorang dapat meningkatkan sebagian besar sestem dapat menyesuaikan diri pada tuntutan fungsi yang melebihi dari apa yang biasa dijumpai dari biasanya. ” Latihan dapat didefinisikan sebagai peran serta yang sistematis yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas fungsional fisik dan daya tahan ”. (Pate R., Clenaghan M.B., 1993:317) Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa latihan (olahraga) adalah suatu proses kegiatan olahraga yang dilakukan secara sadar, sistematis, bertahap dan berulang-ulang, dengan waktu yang relatif lama, untuk mencapai tujuan akhir dari suatu penampilan yaitu peningkatan prestasi yang optimal. Agar latihan mencapai hasil prestasi yang optimal, maka program/bentuk latihan disusun hendaknya mempertimbangkan kemampuan dasar individu, dengan memperhatikan dan mengikuti prinsip-prinsip atau azas-azas pelatihan. commit to user xxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Prinsip-Prinsip Latihan Keberhasilan dalam mencapai prestasi tertinggi bagi seorang siswa banyak dipengaruhi oleh kesiapan program latihan, kemampuan pelatih serta kemampuan fisik siswa. Semakin spesifik program latihan tersebut, semakin besar pengaruh yang dicapai dalam penampilan. Untuk mencapai tujuan latihan haruslah menganut prinsip-prinsip latihan. Prinsip-prinsip latihan merupakan pedoman untuk menyusun program latihan yang terorganisir dengan baik. Untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan fisik, serta efektifitas latihan dapat dicapai, maka dalam pelaksanaanya harus memperhatikan prinsip-prinsip latihan. Menurut Nossek. J (1995: 4) prinsip-prinsip dalam latihan adalah terdiri dari: 1) Prinsip pembebanan (loading) sepanjang tahun latihan tersebut 2) Prinsip periodisasi dan penataan beban selama peredaran waktu latihan tersebut 3) Prinsip hubungan antara persiapan yang bersifat umum dan khusus dengan kemajuan spesialisasi 4) Prinsip pendekatan indivudal dan pembebanan individual 5) Prinsip hubungan terbaik antara kondisi fisik, teknik, taktik dan intelektual (kecerdikan) termasuk kemauan. Menurut Sukadiyanto (2002:12-22) menjelaskan bahwa ada beberapa prinsip-prinsip latihan yang seluruhnya dapat dilaksanakan sebagai pedoman dalam satu kali tatap muka antara lain: (a) Prinsip kesiapan (readiness), (b) Prisip individual, (c) Prinsip adaptasi, (d). Prisip beban lebih (Overload), (e). Prinsip progresif (peningkatan), (f) Prinsip spesifikasi (kekhususan), (g) Prinsip variasi, (h) Prinsip pemanasan dan commit to user pendinginan, (i) Prinsip latihan jangka panjang (Long Term Training), (j) xxx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Prinsip berkebalikan (Reversibility), (k) Prinsip tidak berlebihan (Moderat), (l) Prinsip sistematik. Menurut Suharno HP. (1993: 7-13) prinsip-prinsip latihan adalah: 1) Latihan sepanjang tahun tanpa berseling (prinsip kontinyu dalam latihan) 2) Kenaikan beban latihan secara teratur 3) Prinsip individual (perorangan siswa) 4) Prinsip interval 5) Prinsip stress (penekanan) 6) Prinsip spesialisasi Sedangkan menurut Harsono (1998:102-112) adalah: 1) 2) 3) 4)
Prinsip beban lebih (overload principle) Prinsip perkembangan menyeluruh Prinsip spesialisasi Prinsip individualisasi
Menurut Nossek. J (1982:14) prinsip-prinsip dalam latihan adalah terdiri dari: 1) Prinsip pembebanan (loading) sepanjang tahun latihan tersebut 2) Prinsip periodesasi dan penataan beban selama peredaran waktu latihan tersebut 3) Prinsip hubungan antara persiapan yang bersifat umum dan khusus dengan kemajuan spesialisasi 4) Prinsip pendekatan individual dan pembebanan individual 5) Prinsip hubungan terbaik antara kondisi fisik, teknik, taktik dan intelektual (kecerdikan) termasuk kemauan. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip latihan adalah kaidah-kaidah atau prosedur yang harus diperhatikan dalam melaksanakan latihan agar sasaran latihan dapat tercapai dengan maksimal. Prinsip-prinsip tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Prinsip latihan sepanjang tahun Karena sifat adaptasi siswa terhadap beban latihan yang diterima adalah labil to user dan sementara, maka untuk commit mencapai suatu prestasi maksimal, perlu ada xxxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
latihan sepanjang tahun dan terus menerus secara teratur, terarah, dan berkesinambungan. Terus menerus dan berkesinambungan bukan berarti tidak ada istirahat sama sekali. Agar dapat diketahui dengan jelas suatu latihan yang sistematis, perlu ada periode-periode latihan. 2) Prinsip beban lebih Beban latihan yang diberikan pada siswa harus cukup berat dan diberikan berulang-ulang dengan intensitas yang cukup tinggi sehingga merangsang adaptasi fisik terhadap beban latihan. Kenaikan beban harus bertahap sedikit demi sedikit agar tidak tejadi over training, dan proses adaptasi terhadap beban terjamin keteraturannya. 3) Prinsip perkembangan menyeluruh Prinsip perkembangan menyeluruh memberikan kebebasan kepada siswa untuk melibatkan diri dalam berbagai aspek kegiatan agar ia memiliki dasar yang kokoh guna menunjang ketrampilan khususnya kelak. Dengan melibatkan diri dalam berbagai aktivitas, siswa mengalami perkembangan yang komprehensif terutama dalam hal kondisi fisiknya seperti kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelincahan gerak dan sebagainya. 4) Prinsip individual Setiap orang berbeda-beda baik fisik, mental, potensi, karakteristik belajarnya, ataupun tingkat kemampuannya, karena perbedaan-perbedaan tersebut harus diperhatikan oleh pelatih agar di dalam memberikan beban dan dosis latihan, commit to user xxxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
metode latihan, serta cara berkomunikasi dapat sesuai dengan keadaan dan karakter siswa sehingga tujuan prestasi dapat tercapai. 5) Prinsip interval Prinsip interval sangat penting dalam merencanakan latihan, karena berguna dalam pemulihan fisik dan mental siswa. Dalam prinsip ini latihan-latihan yang dilakukan menggunakan interval berupa waktu istirahat. Istirahat dapat dilakukan dengan istirahat aktif maupun istirahat pasif. Perbandingan waktu kerja atau latihan dengan waktu istirahat dapat pula menjadi beban latihan untuk meningkatkan kemampuan fisik. 6) Prinsip tekanan Prinsip tekanan atau stress menuntut latihan harus menimbulkan kelelahan secara sungguh-sungguh baik kelelahan lokal maupun kelelahan total jasmani dan rohani. Hal ini penting untuk meningkatkan prestasi, beban yang berat berguna meningkatkan kemampuan organisme, situasi dan kondisi yang berat untuk
menggembleng
mental
yang
diperlukan
dalam
menghadapi
pertandingan-pertandingan, meskipun demikian pemberian tekanan harus disesuaikan dengan kondisi siswa. 7) Prinsip kekhususan Latihan harus mempunyai bentuk dan ciri yang khusus sesuai dengan sifat dan karakter masing-masing cabang olahraga. b. Tujuan Latihan commit to user xxxiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tujuan serta sasaran utama dari latihan adalah mencapai prestasi yang maksimal, di samping itu Harre D. (1982:10) secara rinci mengemukakan tujuan utama latihan adalah: 1) Untuk meningkatkan kekuatan, kecepatan, kekuatan dan daya tahan fisik 2) Untuk meningkatkan teknik dan koordinasi gerakan yang sesuai dengan teknik dasar setiap cabang olahraga 3) Untuk meningkatkan taktik individu maupun kelompok 4) Untuk meningkatkan mental siswa 5) Untuk mengembangkan kepribadian siswa. Latihan fisik mempunyai tujuan memberikan tekanan fisik secara teratur, sistematik dan berkesinambungan, sehingga meningkatkan kemampuan di dalam melakukan kerja atau atkivitas gerak. Tanpa kondisi fisik yang baik siswa tidak dapat mengikuti proses latihan kondisi fisik dengan sempurna. Latihan teknik bertujuan untuk mengembangkan dan membentuk sikap dan gerak melalui pengembangan motorik dan sistem saraf menuju gerakan otomatis. Kesempurnaan teknik dasar tiap cabang olahraga akan menentukan kesempurnaan gerak keseluruhan. Karenanya teknik dasar yang diperlukan oleh tiap cabang olahraga harus dipelajari dan dikuasai dengan baik oleh siswa. Taktik dapat diartikan sebagai suatu siasat yang digunakan untuk memperoleh
keberhasilan
atau
kemenangan
secara
sportif
dengan
menggunakan kemampuan teknik individu. Teknik-teknik gerakan yang telah dikuasai dengan baik, dikembangkan dan dilatih lebih keras lagi dalam setiap latihan, sedangkan kekurangan-kekurangan atau kelemahan-kelemahan yang ada sebisa mungkin ditekan dan dicari suatu cara untuk menutup kekurangan commit to user atau kelemahan tersebut. Dengan mengetahui kelebihan dan kekurangan yang xxxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ada maka dapat dikembangkan suatu taktik untuk dapat menguasai dan mengalahkan lawan atau mencapai kemenangan, bahkan dengan senjata kekurangan yang ada sekalipun. Latihan mental bertujuan untuk menjaga kestabilan emosi dan meningkatkan motivasi. Harsono (1988:101) mengemukakan bahwa “Latihan mental adalah latihan yang menekankan pada perkembangan kedewasaan siswa, emosional, dan impulsif guna mempertinggi efisiensi mental siswa terutama apabila siswa dalam situasi stress yang kompleks”. Jadi pada prinsipnya latihan mental adalah untuk menghilangkan atau mengurangi beban psikologis itu mental siswa yang dapat mengganggu penampilan atau prestasi selama berlomba atau bertanding. Mental yang tinggi merupakan modal tambahan yang sangat penting untuk menuju tahap kematangan juara, karena sifat-sifat yang berupa semangat bertanding yang bernyala-nyala, tak kenal menyerah dan berputus asa, selalu waspada, dan rasa percaya diri yang tinggi menandakan bahwa siswa siap untuk menjadi seorang berkuasa. Demikian pentingnya latihan sehingga para ahli olahraga dan ilmuwan berusaha untuk meneliti lebih jauh cara metode yang dapat meningkatkan kemampuan fisik yang lebih efektif dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta penemuan-penemuan sebelumnya. Aktivitas latihan dipengaruhi oleh bentuk latihan, jenis latihan dan waktu pelaksanaan latihan. Dengan demikian latihan akan merangsang kemampuan commit to user xxxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
adaptasi fisik terhadap perkembangan fisiologis maupun psikologis untuk melawan tekanan dalam latihan. c. Metode Latihan Metode adalah suatu cara yang dalam fungsinya merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan. Pada dasarnya latihan adalah sama dengan belajar, dimana latihan adalah belajar dalam skala yang lebih intesif
Rusli Lutan, (1988:397)
mendefinisikan ” Metode sebagai suatu cara untuk melangsungkan proses belajar mengajar sehingga tujuan dapat tercapai ”. Hal yang senada dikemukakan oleh Winarno Surakhmad (1994:96) bahwa ” Metode adalah cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan ”. Dalam kamus bahasa Indonesia ” Metode diartikan sebagai cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya ”.
Mengadopsi pendapat Singer , Robert, N (1980:25) jika dihubungkan dengan latihan, maka ” Untuk mencapai tujuan latihan secara efektif dan efisien, prosedur dan teknik yang harus dikerjakan pelatih dan siswa mencakup tiga aspek, yakni akurat, efisien dan komunikatif ”. Akurat mengandung arti bahwa informasi mengenai program latihan yang disusun harus dapat dipahami dan diterima siswa dengan mudah, serta tepat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Efisien berarti bahwa penggunaan waktu dan tenaga diusahakan sesingkat mungkin tetapi diharapkan tujuan dapat dicapai dengan baik dan hasil yang maksimal tanpa kelelahan yang berarti. commit to user xxxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Komunikasi dalam hal ini adalah situasi lingkungan latihan yang diciptakan harus dapat memberikan motivasi latihan yang baik bagi siswa, ada kesepahaman antara pelatih dengan siswa dalam melaksanakan program latihan yang disusun. Bila ada bentuk komunikasi antara pelatih dan siswa akurat, efisien dan menarik maka semangat latihan dapat meningkat. Keberhasilan pelatih dalam melatih didukung atas beberapa faktor diantaranya adalah metode latihan. Dalam masalah metode latihan fisik, dapat dibedakan menjadi dua macam program latihan. Pertama program latihan peningkatan kondisi fisik, baik per komponen maupun secara keseluruhan untuk meningkatkan status kondisi fisik siswa bersangkutan untuk menghadapi pertandingan. Kedua, program latihan mempertahankan kondisi fisik, yatu program latihan yang disusun sedemikian rupa untuk mempertahankan kondisi fisik siswa berada dalam puncaknya. Peningkatan kondisi fisik yang diperoleh melalui latihan dapat dilihat berupa peningkatan kemampuan gerak, tidak cepat merasa lelah, dan peningkatan ketrampilan. Untuk itu diperlukan suatu program latihan yang benar dan sesuai dengan tujuan dari latihan itu sendiri. Memperhatikan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara yang sistematis untuk kelancaran pelaksanaan proses belajar atau berlatih dalam mencapai suatu tujuan yang diharapkan. Pada kenyataannya latihan harus mempunyai sasaran dan tujuan yang nyata, yang mana pemenuhan sasaran dan tujuan jangka pendek maupun commit to user xxxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
jangka panjang sangat penting untuk memotivasi seorang siswa dan memungkinkan pelatih mendapatkan umpan balik apakah latihan yang direncanakan itu efektif meningkatkan prestasi atau tidak.
d. Program Latihan Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip dasar latihan maka program latihan disusun. Dalam penyusunan program latihan perlu diperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan program latihan tersebut dalam meningkatkan prestasi. Faktor-faktor tersebut adalah: 1). Intensitas latihan Intensitas pelatihan adalah suatu dosis (jatah) pelatihan yang harus dilakukan seorang siswa menurut program yang telah ditentukan. Intensitas pelatihan yang dilakukan setiap kali berlatih harus cukup, apabila intensitas suatu pelatihan tidak memadai, maka pengaruh pelatihan terhadap peningkatan kualitas fisik sangat kecil atau bahkan tidak sama sekali. Sebaliknya apabila intensitas pelatihan terlalu tinggi kemungkinan dapat menimbulkan cidera atau sakit (M.Sajoto, 1995: 133). Menurut Djoko Pekik Irianto (2002:54) “ Intensitas pelatihan adalah ukuran kualitas latihan meliputi prosentase kinerja maksimum (Kg.m/detik), prosentase detak jantung maksimal, prosentase VO2 max, kadar laktat darah dan lain-lain “. Dalam menentukan dosis latihan ada tiga cara yang bisa dicapai sebagai patokan ambang rangsang, yaitu: denyut nadi, asam laktat, dan ambang rangsang anaerobik. “ Cara yang termudah untuk mengetahui intensitas commit to user xxxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pelatihan sudah cukup atau belum yaitu dengan menghitung denyut nadinya pada waktu pelatihan” Ngurah Nala, (1998:45). Selanjutnya kualitas suatu intensitas yang menyangkut kecepatan atau kekuatan dari suatu aktivitas ditentukan berdasarkan persentase dari denyut nadi. Makin kecil persentasenya disebut intensitas rendah, sedangkan makin tinggi persentasenya disebut intensitas supermaksimal. Tingkat intensitas ini terdiri dari terendah sampai tertinggi Ngurah Nala, (1998: 45), terdiri atas : a). Intensitas Rendah : 30% - 50%
Denyut Nadi
b). Intermedium
: 50% - 70%
Denyut Nadi
c). Medium
: 70% - 80%
Denyut Nadi
d). Submaksimal
: 80% - 90%
Denyut Nadi
e). Maksimal
: 90% - 100% Denyut Nadi
f). Supermaksimal
: 100% - 105% Denyut Nadi
Ngurah Nala (1992:38) menyatakan bahwa apabila intensitas suatu pelatihan diambil berdasarkan denyut nadi maka, dapat diukur dengan menggunakan dalil sebagai berikut:
Denyut Nadi Maksimal : 220 – Umur. Denyut Nadi Optimal
: (220 – Umur) – 10.
Teknik menghitung denyut nadi yang digunakan adalah dengan cara memegang dan merasakan denyut nadi dengan menggunakan ketiga jari tangan (telunjuk, jari tengah, jari manis) pada nadi pergelangan tangan, pada daerah pengumpul, radialis, lalu dirasakan dan setelah detakan baru dihitung selam 30 detik. Hitungan selama 30 detik, lalu dikalikan 2, sehingga hasil perkalian tersebut commit to user merupakan jumlah denyutan per menit Ngurah Nala, (1992:72). xxxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sedangkan penghitungan denyut nadi yang lain biasanya dilakukan dengan palpasi pada arteri radialis atau arteri coratid selama 15 detik selanjutnya hasilnya dikalikan empat. Tabel 1. Zona Latihan Berdasarkan Denyut Nadi Zona
Tingkat
Denyut Nadi (Dt/Mnt)
01
Rendah
120-150
02
Sedang
150-170
03
Tinggi
170-185
04
Maksimum
> 185
Sumber : Djoko Pekik Irianto, 2002:57 Dari pendapat ahli tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa: “ Pelatihan Plyometric Heavy Bag Trhust dan Medicine Ball Chest Pass
dapat
meningkatkan daya ledak (power) otot lengan secara efektif, apabila intensitas pelatihan adalah 50% - 70% “. Ngurah Nala, (1992:38). 2) Lama latihan Lama latihan atau durasi latihan adalah berapa minggu atau bulan program latihan itu dijalankan sehingga seorang siswa dapat mencapai kondisi yang diharapkan. Lama latihan ditentukan berdasarkan kegiatan latihan per minggu, per bulan atau aktivitas latihan yang dilakukan dalam jangka waktu per menit atau jam. Lama latihan berbanding terbalik dengan intensitas latihan. commit to user Bila intensitas latihan tinggi maka durasi latihan lebih singkat, sebaliknya bila xl
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
intensitas latihan rendah maka durasi latihan lebih panjang. Fox E.L, Mathew, DK dalam M. Sajoto (1995:70) menyatakan bahwa “ Lama latihan hendaknya dilakukan 4 – 8 minggu ”, sedangkan Harsono (1988:117) berpendapat bahwa “ Untuk tujuan olahraga prestasi, lama latihan 45-120 menit dan untuk olahraga kesehatan lama latihan 20-30 menit dan training zone ”. Berdasarkan uraian di atas, maka waktu pelatihan pada penelitian ini adalah 2 bulan atau selama 18 kali pelatihan dengan frekuensi pelatihan 3 kali seminggu dimana tidak termasuk tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test). “Pelatihan yang diberikan adalah pelatihan Plyometrik Heavy Bag Thrus dan Medicine Ball Chest Pass , hingga mencapai daerah pelatihan (training zone), yaitu 50% - 70% .” Ngurah Nala, (1992:38) 3) Frekuensi latihan Yang dimaksud dengan frekuensi latihan adalah jumlah latihan intensif yang dilakukan dalam satu minggu. Untuk menentukan frekuensi latihan harus memperhatikan kemampuan seseorang, sebab kemampuan setiap orang tidak harus memperhatikan kemampuan seseorang, sebab kemampuan setiap orang tidak sama dalam beradaptasi dengan program latihan. Bila frekuensi latihan terlebih dapat mengakibatkan cedera, tetapi bila frekuensi kurang maka tidak memberikan hasil karena otot sudah kembali pada kondisi semula sebelum latihan. Jumlah frekuensi latihan bergantung pada jenis, sifat dan karakter olahraga yang dilakukan. Latihan sebaiknya dilakukan 3 kali dalam satu commit to user xli
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
minggu untuk memberi kesempatan bagi tubuh beradaptasi dengan beban latihan. M.Sajoto (1995:35) mengemukakan bahwa: ” Program latihan yang dilaksanakan 4 kali setiap minggu selama 6 minggu cukup efektif, namun para pelatih cenderung melaksanakan 3 kali setiap minggu untuk menghindari terjadinya kelelahan yang kronis, dengan lama latihan yang dilakukan selama 6 minggu atau lebih ”. Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa latihan dalam penelitian ini adalah suatu program latihan berbeban secara isotonik yang disusun dengan sistematis guna meningkatkan daya ledak otot, khususnya daya ledak otot tungkai. Adapun penentuan berat beban, repetisi, ulangan dan jumlah latihannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip latihan berbeban dan pendapat para ahli di atas. Pelaksanaan masing-masing berat beban untuk program latihan plyometrik dalam penelitian ini dilakukan selama 6 minggu. Hal ini disesuaikan dengan pendapat Pate R., Clenaghan M.B. (1984:324) bahwa: ” Lama latihan 6-8 minggu akan memberikan efek yang cukup berarti bagi siswa, yaitu untuk latihan power dapat meningkat 10%-25%. Untuk frekuensi latihannya sebanyak 3 kali perminggu ”. Hal ini untuk memberi kesempatan pada tubuh untuk beradaptasi terhadap beban yang diterima otot. Selanjutnya untuk peningkatan beban latihan perminggu adalah kurang dari 5% beban sebelumnya. Untuk penambahan beban adalah dengan jenjang bergelombang seperti gambar 1. Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa latihan minggu ke dua
user meningkat sedikit dari commit mingguto pertama, kemudian minggu ke tiga xlii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
meningkat sedikit dari minggu ke dua, selanjutnya minggu ke empat turun yaitu dengan berat beban sama dengan minggu ke dua, demikian dilanjutkan sampai masa latihan selesai.
Beban Latihan
Kecepatan Beban Latihan Prestasi
Gambar 5. Kurva Kecepatan Beban Latihan yang Diikuti Dengan Peningkatan Prestasi (Bompa Tudor O., 1994:46). Metode latihan yang akan dilibatkan dalam penelitian ini yaitu metode latihan plyometric dengan model latihan Heavy Bag Trhus dan Medicine Ball Chest Pass , yang nantinya diharapkan metode latihan ini dapat meningkatkan prestasi tolak peluru.
e. Sistematis Latihan. Pelatihan akan menghasilkan suatu manfaat yang maksimal apabila mengikuti sistem pelatihan yang tepat. Sistematika pelatihan yang salah akan menyebabkan terjadinya suatu cidera. Adapun sistematika yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut Kanca, (1990:22). 1) Pelatihan Peregangan (Streching). Sebelum melakukan pelatihan yang berat, sebaiknya terlebih dahulu melakukan pelatihan peregangan karena bermanfaat untuk :
commit to user xliii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Meningkatkan kelenturan (elastisitas) otot-otot, sendi dan menambah mutu gerakan. b) Mengurangi ketegangan otot dan membantu tubuh merasa rileks, serta mencegah terjadinya cidera. c) Meningkatkan kesiap-siagaan tubuh, serta melancarkan sirkulasi darah. Peregangan mutlak harus dilakukan, gerakan peragangan tidak boleh dilakukan secara tiba-tiba harus perlahan - lahan. Peregangan dapat dilakukan secara aktif dan juga bisa dilakukan secara pasif dengan bantuan orang lain. ”Pada setiap akhir dari usaha peregangan otot pada satu sendi posisinya ditahan selama 20-30 detik ”. Ngurah Nala, (1998:51). 2) Pelatihan Pemanasan (Warning-Up). Pemanasan atau warming-up amat perlu dilakukan oleh setiap siswa baik sebelum berlatih (pra-latihan) maupun sebelum bertanding (pra-pertandingan). “Sistem tubuh pada saat istirahat berada dalam keadaan tidak begitu aktif (inersia). Untuk mengaktifkan kembali maka perlu dilakukan pemanasan”. Ngurah Nala, (1998:49). Proses pemanasan ini sebenarnya berawal di tingkat lapisan luar otak atau korteks otak. Untuk mengantisipasi gerakan pada saat pemanasan, saraf simpatis dirangsang yang menyebabkan terjadinya vasodilatasi atau pelebaran pembuluh darah diseluruh pembuluh skeletal. Bila aktivitas sesungguhnya dimulai, maka akan terjadi vasokontriksi di organ otot skeletal yang tidak bekerja dan tetap terjadi vasodilatasi di otot skeletal yang berkontraksi.Ngurah Nala, (1998: 49) Selama pemanasan akan terjadi peningkatan intensitas secara progresif, menaikkan kapasitas kerja organ tubuh serta fungsi saraf, diikuti pula proses
commit to user
metabolik yang cepat. Akibat pemanasan aliran darah meningkat, suhu tubuh naik,
xliv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang akan merangsang pusat pernapasan untuk meningkatkan pemasokan oksigen kepada sel otot dan organ tubuh yang lainnya. Peningkatan oksigen dan aliran darah ini akan berdampak memperbesar potensi kerja organ tubuh sehingga penampilan dan kinerja siswa menjadi lebih efektif. Menurut Fox E.L, Mathew, DK, 1984, (1998:50) Prosedur pemanasan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu pemanasan aktif dan pemanasan pasif. Senam pemanasan (calisthenic) merupakan gerakan yang aktif. Sedangkan pemanasan dengan cara pasif yang bertujuan semata-mata untuk meningkatkan suhu tubuh, seperti mandi air panas, selimut tebal, infra merah bahan kimia dan pijat. Pelatihan pemanasan harus melibatkan kelompok otot utama, khususnya yang langsung menyangkut cabang olahraga yang bersangkutan. Intensitas dan durasi pelatihan sangat lah bervariasi sesuai dengan cabang olahraga. Intensitas dan durasi pelatihan menurut Ngurah Nala (1998:50) yang diambil dari berbagai penelitian ilmiah pakar olahraga, antara lain: a) Lama waktu pemanasan untuk menggerakkan seluruh otot tubuh yaitu berkisar 20-30 menit . Fox E.L, Mathew, DK, (1993:54) atau 10-20 menit Ngurah Nala, (1998:50), dimana 5 menit terakhir dipergunakan untuk pemanasan khusus sesuai dengan aktifitas yang akan dilakukan. b) Malahan menurut Ngurah Nala, (1998:49) pemanasan cukup dilakukan 5 menit saja apabila cuma melatih beberapa otot skeletal atau otot yang erat kaitannya dengan gerakan khas atau khusus dari cabang olahraga yang akan dilaksanakan. c) Pelatihan pemanasan dilakukan antara 5-30 menit tergantung berat ringannya pelatihan inti yang akan dilakukan (Fox E.L, Mathew, DK, 1984:89). d) Ada pula yang menggunakan patokan kenaikan frekuensi denyut nadi. Jika
commit to user
denyut nadi telah meningkat 20 – 40 denyutan diatas denyut nadi normal
xlv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(istirahat). Apabila denyut nadi istirahat yakni 60 denyutan pemanasan cukup dilakukan apabila denyut nadi mencapai 80 denyutan per menit Ngurah Nala, (1998: 50). Banyak faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan untuk menentukan lama dan tife gerakan pemanasan. ” Jadi pemanasan itu tidak selalu lama, bisa berkisar antara 10 – 15 menit ” Ngurah Nala, (1998:50). Lamanya pemanasan pada pelatihan ini selama 10 menit. 3) Aktivitas formal (Formal Activity). Fase terakhir dari pelatihan pemanasan adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan cabang olahraga yang akan dilatihkan. 4) Pelatihan inti. Pelatihan yang dilakukan merupakan aktivitas pokok dari cabang olahraga yang dilatihkan. Bentuk pelatihan inti ini adalah pelatihan Plyometric Heavy Bag Thrust dan Medicine Ball Chest Pass yang dilakukan dalam 4-6 set dengan repetisi 10-20 kali dimana istirahat antar set adalah 1-2 menit. Sedangkan intensitas pelatihannya adalah 50% sampai dengan 70% dari denyut nadi minimal. 5) Pelatihan Pendinginan (Cooling-Down), Pendinginan dilakukan setelah melakukan pelatihan atau aktivitas fisik lainnya. Pelatihan pendinginan yang dimaksud adalah melakukan pelatihan yang ringan sesudah masa berat. Dengan melakukan pelatihan pendinginan, derajat keasaman (Ph) darah menurun lebih cepat, sehingga kelelahan akibat dari pada pelatihan cepat hilang. “ Lamanya pendinginan tergantung cepatnya asam laktat dirubah, maka lama waktu dibutuhkan untuk pendinginan adalah 10-30 menit”, menurut Ngurah Nala, (1998:52). Lamanya pendinginan pada pelatihan ini adalah selam 5 menit.
commit to user xlvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
f. Latihan untuk Meningkatkan Kekuatan Otot Lengan. Menurut Harsono, (1988:200) “ Ada dua unsur dalam kekuatan : 1) Kekuatan otot, dan 2) Kecepatan otot dalam mengerahkan tenaga maksimal untuk mengatasi tahanan “. Dengan demikian secara singkat dapat disimpulkan batasan kekuatan sebagai berikut: Kekuatan adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang cepat. Kekuatan atau daya ledak adalah kemampuan otot didalam mengatasi tahanan beban dengan kecepatan tinggi dalam satu gerakan yang utuh. Dalam kegiatan olahraga, kekuatan melempar,
menendang
atau daya ledak digunakan untuk melompat,
dan
lain
sebagainya.
Didalam
mengembangkan kekuatan otot lengan ada beberapa
melatih
dan
hal yang harus
diperhatikan, antara lain adalah penerapan latihan yang cocok. Seorang pelatih harus mampu memilih bentuk latihan yang sesuai dan cocok untuk karakteristik dari olahraga yang dibinanya. Kecermatan dan ketepatan dalam memilih latihan yang sesuai merupakan factor yang sangat penting untuk memperoleh peningkatan kekuaran otot lengan yang lebih baik. Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa latihan Plyometric merupakan suatu latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesegaran biomotorik siswa termasuk kekuatan (strength), kecepatan (speed) dan kekuatan. Cara kerja latihan Plyometrics disebut dengan “reflek peregangan” (stretch reflex), juga disebut “refleks spindle” atau “reflek miotatik” (spindle reflek or miotatik reflek). Alat-alat atau perangkat reflek poros dan reflek regangan itu merupakan komponen-komponen utama dari kontrol keseluruhan sistem syaraf terhadap
commit to user xlvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
gerakan tubuh. Pada saat melakukan gerakan reaktif ekplosif , otot-otot mengalami peregangan yang cepat sebagai akibat adanya semacam beban yang dikenakan pada otot-otot tersebut. Ciri-ciri latihan eksplosif kekuatan menurut Suharno (1993:59) antara lain:1) Melawan beban relative ringan yaitu dengan berat badan sendiri atau dapat pula dengan tambahan beban luar yang ringan. 2) Gerakan latihan aktif, dinamis dan cepat. 3) Gerakannya merupakan satu gerakan yang singkat, serasi dan utuh. 4) Bentuk gerakannya bias cycic atau acyclic. 5) Intensitas kerja submaksimal atau maksimal.
3. Latihan Plyometric a. Pengertian Plyometric ” Plyometric merupakan suatu metode untuk mengembangkan daya ledak atau explosive kekuatan, yang merupakan komponen penting dari sebagian besar prestasi/kinerja olahraga ” (Radcliffe J. C & Farentinos R. C.,1985: 1). Dari sudut pandang praktis latihan plyometric memang relatif mudah diajarkan dan dipelajari, serta menempatkannya juga lebih sedikit tuntutan fisik tubuh daripada latihan kekuatan dan daya tahan. ”Plyometric berasal dari kata Yunani “pleythyein” yang berarti meningkatkan atau membangkitkan. kata ini berasal dari kata “plio” berarti lebih dan “metric” berarti pengukuran ” ( Radcliffe J. C & Farentinos R. C., 1985:3). ” Latihan plyometric menunjukkan karakteristik kekuatan penuh dari kontraksi otot dengan respon yang sangat cepat, beban dinamis (dynamic loading) atau penguluran otot yang sangat rumit ” (Radcliffe J. C commit to user and Farentinos R. C., 1985:111). xlviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Plyometric adalah latihan yang menghasilkan pergerakan otot isometric dan menyebabkan refleks regangan dalam otot. Perhatian latihan plyometric dikhususkan pada latihan yang menggunakan pergerakan otototot untuk menahan beban ke atas dan menghasilkan kekuatan atau kekuatan eksplosif. Plyometric adalah latihan yang tepat untuk orang-orang yang dikondisikan dan dikhususkan untuk menjadikan siswa dalam meningkatkan dan mengembangkan tolakan dan kekuatan maksimal. Menurut yang dikutip oleh Fauzi Idris (2000:7) Latihan plyometric memberikan keuntungan ganda yaitu; pertama, plyometric memanfaatkan gaya dan kecepatan yang dicapai dengan percepatan berat badan melawan grafitasi, ini menyebabkan gaya dan kecepatan latihan beban tersedia. Kedua, plyometric merangsang berbagai aktifitas olahraga seperti melompat, berlari dan melempar lebih sering dibanding dengan latihan beban. Ini adalah latihan khusus yang dapat menghasilkan kekuatan lebih besar dan kecepatan lebih tinggi. Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwa latihan plyometric adalah bentuk latihan explosive kekuatan dengan menggunakan kontraksi otot yang sangat cepat dan kuat dalam mengatasi tahanan, yakni otot selalu berkontraksi baik saat memanjang maupun pada saat memendek dalam waktu yang cepat. Menurut Sukadiyanto (2002:96) bentuk latihan plyometric dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu latihan dengan intensitas rendah (low impact) dan latihan dengan intensitas tinggi (high impact). 1. Bentuk latihan plyometric dengan intensitas rendah (low impact) antara lain: a) Skipping b) Rope Jumps ( lompat tali) c) Loncat-loncat ( Hops) atau lompat-lompat d) Melompat di atas bangku atau tali setinggi 25-35 cm commit to user e) Melempar ball medicine 2- 4 kg xlix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
f) Melempar bola tennis yang ringan. 2. Bentuk latihan plyometric dengan intensitas tinggi (high impact) meliputi: a) Lompat tinggi tanpa awalan (Standing Jump/ long jump) b) Triple Jump (lompat tiga kali) c) Lompat tinggi dan langkah panjang d) Loncat-loncat dan lompat-lompat e) Melempar bola medicine 5-6 kg f) Drop Jumps dan Reactive Jumps g) Melompat di atas bangku atau tali setinggi di atas 35 cm h) Melempar benda yang relatif berat. Latihan plyometric akan efektif apabila pelatih dapat menyusun periodisasi latihan yang tepat. Pelatih perlu memadukan antara frekuensi, volume, intensitas beserta pengembangannya. Perpaduan yang tepat akan menghasilkan penampilan yang maksimal. Tidak ada riset yang menunjukkan secara rinci mengenai aturan volume yang berkaitan dengan set dan repetisi. Literatur lebih menganjurkan agar pelatih menyesuaikan dengan kondisi dan tingkat keberhasilan latihan. ” Intensitas latihan dalam plyometric selalu diukur dengan tingkat kesulitan gerakan. Semakin sulit gerakan, intensitasnya semakin tinggi ” (Radcliffe J. C & Farentinos R. C., 1995:28). Untuk durasi latihan tergantung pada lamanya pemain mengeksekusi gerakan cabang olahraga tertentu. Tidak ada waktu pasti, tergantung pada tingkat kesulitan dan intensitas latihan dalam sistem energi predominan cabang olahraga tertentu, karena tiap cabang mempunyai sistem pedominan yang berbeda-beda. b. Sistem Energi Latihan Plyometric. Olahraga merupakan suatu aktivitas fisik yang memerlukan energi. Energi diartikan sebagai kapasitas atau kemampuan untuk melakukan kerja, sedangkan
commit usergaya melalui suatu jarak. Energi kerja didefinisikan sebagai penerapan daritosuatu l
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menurut Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin. (1996:113) didefinisikan ” Sebagai abilitas untuk melakukan kerja, sedangkan kerja (work) adalah produk dari sesuatu kekuatan (force) melalui suatu jarak (W = F x d) ”. Dengan demikian energi dan kerja tidak dapat dipisahkan. Banyaknya energi yang dikeluarkan untuk kerja otot tergantung pada intensitas, frekuensi, serta ritme dan durasi latihan. Menurut Pate R., Clenaghan M.B. (1993:237) mengatakan ” Kontraksi otot menyebabkan perubahan bentuk energi kimia menjadi energi mekanik yaitu ikatan energi ATP digunakan untuk menambah bahan bakar gerakan tubuh manusia. Tenaga maksimal berarti kecepatan terbesar dimana sistem energi dapat menyediakan energi bagi kerja otot”. Kalau kita kaji secara mendasar bahwa, seluruh energi yang digunakan oleh tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia berasal dari matahari. Manusia memeperoleh energi dari tumbuh-tumbuhan dan hewan, hidup kita tergantung dari mereka, oleh karena itu kita harus mengkonsumsi tumbuh-tumbuhan dan hewan. Sebagian besar energi yang kita dapatkan dari tumbuh-tumbuhan dan hewan kita gunakan untuk: mengalirkan darah, bernafas, pembuatan enzim, kontraksi otot-otot, bergerak dan aktivitas yang lain. Energi yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan yang kita konsumsi, di dalam tubuh kita dipecah, dimana peristiwa ini dikenal dengan istilah pemecahan makanan. ” Energi yang berasal dari pemecahan makanan digunakan untuk membentuk persenyawaan kimia adenosin trifosfat (ATP) yang ditimbun di dalam otot ” (Sukarman, 1987:21). ” Di dalam tubuh terdapat suatu zat kimia
yang
membuat otot dapat berkontraksi atau berrelaksasi, yaitu adenosin trifosfat atau ATP. Zat ini merupakan suatu senyawa yang selama aktivitas otot diubah menjadi
commit to user li
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
adenosine difosfat atau ADP sambil menghasilkan energi siap pakai untuk otot ” (Janssen, 1987:12). Secara sistematis proses ini dapat digambarkan sebagai berikut; ATP
ADP + energi.
Sumber energi yang sewaktu-waktu harus memenuhi kebutuhan untuk aktivitas otot adalah ATP. Bahan ini disimpan dalam jumlah yang terbatas dalam otot, dan diisi kembali bila diperlukan, dari bahan-bahan yang ada dalam tubuh untuk keperluan energi berikutnya. Menurut Janssen (1987:12) mengatakan jumlah ATP yang langsung tersedia adalah cukup untuk kira-kira 1-2 detik aktivitas maksimal, dan jumlah kreatin fosfat habis setelah kira-kira 6-8 detik . Otot yang aktif, energi yang dihasilkan dari glikogen ini memproduksi asam laktat (LA). LA mengakibatkan kelelahan. Aktivitas maksimal dalam waktu 45 – 60 detik menimbulkan akumulasi LA maksimal. Untuk menghilangkannya perlu waktu 45 – 60 detik.
Tabel 2 Prediksi Pulih Asal dan Diet (Fox E.L, Mathew, DK et al, 1981:235) Waktu Pulih Asal
Proses Pulih
Minimum
ATP-PC
1:2 (work 1: relief 2)
Cadangan fosfagen
Jenis Diet
Maksimum -
-
3 menit
5 menit
-
5 jam (cab. Or intermiten)
24 jam
Karbohidrat
10 jam (cab. Or. Kontinyu)
48 jam
karbohidrat
Cadangan glycogen hati
tidak diketahui
24 jam
-
Pengangkutan asam
30 menit (rest aktif)
1 jam
-
Laktat
1 jam (rest pasif)
2 jam
-
Cadangan 02
10 – 15 detik
-
-
Cadangan glycogen otot
Sumber energi yang sewaktu-waktu harus memenuhi kebutuhan untuk aktivitas otot adalah ATP. Bahan ini disimpancommit dalam to jumlah user yang terbatas dalam otot, dan diisi
lii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kembali bila diperlukan, dari bahan-bahan yang ada dalam tubuh untuk keperluan energi berikutnya. Tabel 3 Klasifikasi Aktivitas Maksimal pada Berbagai Durasi Serta Sistem Penyediaan Energi untuk Aktivitas (Janssen, 1987:14) Durasi
Aerob/Anaerob
Energi
Observasi
1 – 4 detik
Anaerob, alaktik
ATP
-
4 – 20 detik
Anaerob, alaktik
ATP + PC
-
Anaerob, alaktik
ATP + PC
Dengan meningkatkat nya durasi, produksi laktat menurun
20 – 45 detik
120 – 140 detik
240 – 600 detik
+ Anaerob
+ glikogen otot
Aerob
Glikogen otot
+ anaerob, laktik
Glikogen otot
Aerob
+ asam lemak
Dengan meningkatkat nya durasi, produksi laktat menurun Dengan meningkatkatnya durasi, dibutuhkan andil lemak yang tinggi
Sumber energi terpenting untuk melakukan olahraga secara intensif adalah karbohidrat. Karbohidrat mampu menyediakan energi terbanyak per unit waktu. Bilamana intensitas eksersi lebih rendah, pembakaran lemak mulai memegang peran penting. Tabel 4 Berbagai Substrat untuk Pasok Energi dan Ciri-Cirinya Substrat
Dekomposisi
Ketersediaan
Kecepatan produksi energi
Kreatin fosfat (CP)
Anaerob, alaktik
Sangat terbatas
Sangat cepat
Glikogen/glukosa
Anaerob, laktik
Terbatas
Cepat
Glukosa/glikogen
Aerob, alaktik
Terbatas
Lambat
Asam lemak
Aerob, alaktik
Tak terbatas
Sangat lambat
“ ATP dapat diberikan kepada sel otot dalam tiga cara, dua diantaranya secara
commit to user
anaerob, maksudnya adalah oksigen tidak mutlak diperlukan dalam menghasilkan ATP,
liii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yaitu sisten ATP-PC dan sistem LA, sedang yang ketiga adalah sistem aerob (memerlukan oksigen untuk menghasilkan ATP) ”. (Smith. 1983:184). ATP (Adenosin Tri Phosfat) dapat disediakan melalui 3 cara seperti gambar berikut;
Gambar 6 : Penyediaan ATP (Smith. 1983:184). Semua energi yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi tubuh berasal dari ATP-ATP yang banyak terdapat dalam otot. Apabila otot berlatih lebih banyak, maka persediaan ATP lebih besar. Padahal yang tersedia dalam otot sangat terbatas jumlahnya, maka untuk dapat berkontraksi berulang-ulang ATP yang digunakan otot harus dibentuk kembali. Pembentukan ATP kembali (resistensis ATP) juga diperlukan energi. Supaya otot dapat berkontraksi dengan cepat atau kuat maka ATP harus dibentuk lebih cepat guna membantu pembentukan ATP lebih cepat ada senyawa Phospho Creatin (PC) yang terdapat dalam otot. Phospho Creatin adalah senyawa kimia yang mengandung fosfat (P), maka senyawa tersebut disebut sebagai “Phosphagen system”. Apabila PC pecah akan keluar energi, pemecahan ini tidak memerlukan oksigen PC ini jumlahnya sangat sedikit tetapi PC merupakan sumber energi yang tercepat untuk membentuk ATP kembali. Dengan latihan yang cepat dan berat, jumlah ATP-PC tersebut dapat ditingkatkan. Energi yang tersedia dalam sistem ATP-PC hanya untuk bekerja yang cepat
commit to user liv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan energi cepat habis. Untuk pembentukan ATP lagi kalau cadangan PC habis, maka dilakukan pemecahan glukosa tanpa oksigen atau disebut sebagai “Anaerobics glycolisis”. Tabel 5 Kapasitas ATP dan Jumlah Tenaga Per Menit Dalam Sistem Energi Kapasitas ATP
Sistem Energi
(jumlah mol)
Tenaga Mol/Menit
Timbunan phospagen / ATP-PC
0,6
3,6
Glikolisis anaerobics
1,2
1,6
Aerobics
-
1,0
Penyediaan energi dalam tubuh dapat dipenuhi dengan sistem sebagai berikut : ” sistem ATP-PC (phosphagen), sistem glykolisis anaerobic (asam laktat), dan sistem aerobic”. (Yusuf Hadisasmita & Aip Syarifuddin,, 1996:113). 1) Sistem ATP-PC (phosphagen) Energi dari makanan diperlukan untuk melakukan aktivitas tidak dapat diserap langsung dari makanan tapi diperoleh dari persenyawaan kimia yang disebut ATP (Adenocine Tri Phosphat), ATP disimpan dalam otot dalam jumlah terbatas bila kurang akan terus ditambah melalui senyawa kimia dari zat-zat lain diantaranya PC (Phosfo Creatine) yang juga tersimpan dalam otot. Bila ATP diuraikan, seperti fosfat dilepas dari molekul, maka dengan sendirinya telah dilepaskan antara 7-12 kalori energi senyawa kimiawi dapat ditunjukkan sebagai berikut : ATP
ADP + Pi + Energi
commit to user lv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Disamping energi yang dilepas, sebagai produk sampingan adalah ADP (Adenosine Diphosphate) dan Pi (Phosphat Inorganic) energi dari ATP ini digunakan untuk kontraksi otot. Penampilan yang memakan waktu singkat dan intensitas tinggi energinya perlu disediakan segera. Energi ini didapat dari ATP dan PC. ATP dan PC keduanya mengandung kelompok fosfat, maka sistem ini disebut phosphagen. Produk akhir dari penguraian kedua kelompok ini adalah careatine (C) dan fosfat inorganic (Pi). Energi akan segera tersedia dan secara biokimia akan dirangkai untuk mensintesis ADP + P sebagai berikut :
ATP. Rangkaian reaksi kimia dapat digambarkan PC
Pi + C + Energi TP
ADP + Pi + Energi
Sistem energi ini berlangsung sekitar 8-10 detik pada latihan intensitas tinggi (Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin,, 1996:113-114). 2) Sistem anaerobic (asam laktat) Istilah glikolisis berarti menguraikan glikogen atau glukosa (karbohidrat), dan anaerobic berarti tanpa oksigen. Jadi dalam glikolisis anaerobic, glikogen atau glukosa diuraikan tanpa bantuan oksigen. Energi dilepas untuk mensintesis ATP dan hasil akhirnya adalah asam laktat. Waktu sistem ini berlangsung sekitar 40 detik. Bila asam laktat tertimbun dalam otot dan darah dalam jumlah yang tinggi maka akan menyebabkan kelelahan secara temporer. ” Sistem asam laktat pembentukan energinya lebih lambat dari sistem ATP-PC, jadi kontraksi otot yang
commit to user lvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
cepat mempergunakan sistem ATP-PC dan kontraksi otot lambat mempergunakaan sistem asam laktat ”. (Yusuf Hadisasmita & Aip Syarifuddin,, 1996:114) 3) Sistem aerobic (oksigen). Pembentukan ATP pada sistem ini terjadi dengan metabolisme aerobik. Metabolisme aerobik ini terjadi dalam otot, pengaruhnya juga lebih lambat dan tidak dapat digunakan secara cepat. Siswa yang memanfaatkan oksigen melalui latihan aerobik, hasil yang dicapai adalah : a) Jantung menjadi lebih kuat sehingga darah dapat dipompa lebih banyak. b) Pembuluh nadi akan bertambah lebih lebar sehingga banyak darah melaluinya. c) Sel darah merah akan meningkat jumlahnya sehingga oksigen bertambah. Sistem aerobik merupakan sumber energi untuk aktivitas yang lama antara 2 menit sampai 2-3 jam. Menurut Janssen dalam Mutalib Peni K.S. (1993:13) ”Jumlah ATP dalam otot terbatas, dan jika tidak terjadi pembentukan ATP, sumber energi akan segera habis. Dalam otot secara konstan ATP akan terbentuk kembali dari ADP yang sudah ada sehingga jumlah ATP tetap cukup bagi otot untuk melanjutkan aktivitas itu ”. Menurut Janssen dalam Mutalib Peni K.S. (1993:14) ATP dapat terbentuk dari :
a) Kreatin fosfat + ADP Kreatin + ATP Proses ini berlangsung secara anaerobik (tanpa menggunakan oksigen) dan alaktik (tanpa membentuk laktat). b) Glukosa + ADP laktat + ATP (glikolisis) Proses ini berlangsung secara anaerobik (tanpa menggunakan oksigen) dan laktik (membentuk laktat). commit to user c) Glukosa + oksigen + ADP air + karbon dioksida + ATP lvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Proses ini berlangsung secara aerobik (menggunakan oksigen) dan alaktik (tanpa membentuk laktat). d) Lemak + oksigen + ADP air + karbon dioksida + ATP Proses ini berlangsung secara aerobik (menggunakan oksigen) dan alaktik (tanpa membentuk laktat).
Dari menganalisa sistem pembentukan energi yang ada, aktivitas olahraga yang kita kerjakan ada kalanya bersifat anaerobik atau aerobik. Supaya kita dapat memepersiapkan sistem energi yang digunakan dalam olahraga tersebut, maka perlu diketahui sistem energi manakah yang dominan dalam olahraga tersebut. Secara garis besar dapat disimpulkan sebagai berikut, jika kita ingin mengetahui energi predominan dari berbagai macam olahraga: a) Kekuatan yang besar untuk jangka waktu yang pendek menggunakan energi yang berasal dari ATP-PC maupun asam laktat atau dikenal sebagai anaerobik. b) Kekuatan yang kecil atau sedang yang dapat dipertahankan untuk jangka waktu yang lama menggunakan energi yang berasal dari pembakaran dengan O2 atau sistem aerobik (Sukarman, 1987:53). Tabel 6. Berbagai Olahraga dan Aktifitas dan Sistem Energi yang Dominan (Fox E.L, Mathew, DK, 1981:263) ATP-FC & Lactic acid
Lactic acid O2
O2
1. Baseball
80
20
-
2. Basketball
85
15
-
3. Fencing
90
10
-
4. Field hockey
60
20
20
5. Football
90
10
-
6. Golf
95
5
-
7. Gymnastics
90
10
-
Kegiatan Olahraga
8. Ice hockey
commit to user lviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Forward, defense
80
20
-
b. Goalie
95
5
-
a. Goalie,defence,attackman
80
20
-
b. Midfielders, man-down
60
20
20
20
30
50
80
20
-
b. Cross-country
-
5
95
c. Pleasure skiing
34
33
33
a. Goalie, wings, strikers
80
20
-
b. Halfbacks, or link men
60
20
20
a. 50 m. diving
98
2
-
b. 100 m, 100 yd (all stroke)
80
15
5
c. 200 m,200 yd (all stroke)
30
65
5
d. 400m,400-500yd Free style
20
55
25
e. 1500, 1650 yd
10
20
70
70
20
10
a. 100m,100yd,200yd,200yd
98
2
-
b. Field events
90
10
-
c. 200m, 440 yd
80
15
5
d. 800m, 880 yd
30
65
5
e. 1500m, 1 miles
20
55
25
f. 2 miles
20
40
40
g. 3 miles, 5000 m
10
20
70
h. 6 miles (cross-country),
5
15
80
i. Marathon
-
5
95
16. Volleyball
90
10
-
17. Wrestling
90
10
-
9. Lacrosse
10. Rowing 11. Skiing a. Slalom, jumping, downhill
12. Soccer
13. Swimming and diving
14. Tennis 15. Track and field
commit to user lix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18. Softball
80
20
-
Dari tabel diatas Fox E.L, Mathew, DK , (1981:263) menarik kesimpulan antara lain:
a) Untuk siswa yang mengeluarkan seluruh tenaga dalam waktu yang pendek, seperti lompat tinggi, tolak peluru, angkat besi, maka yang diperlu diterapkan adalah sistem energi ATP-PC. b) Untuk siswa yang penampilannya 30 detik sampai setengah menit yang perlu didtingkatkan ATP-FC dan asam laktat. c) Untuk siswa dengan waktu penampilan setengah menit sampai dengan 3 menit, maka yang perlu ditingkatkan adalah asam laktat O2. d) Pada olahragawan aerobik, lebih dari 3 menit, maka yang perlu ditingkatkan adalah kapasitas aerobiknya. Jadi untuk pelatihan Plyometric Heavy Bag Thrust dan Medicine Ball Chest Passs menggunakan sistem energi predominanya adalah sistem ATP-PC (phosphagen) dan sistem anaerobic (asam laktat) karena memerlukan waktu singkat dalam melaksanakan Heavy Bag Thrust dan Medicine Ball Chest Pass .
c. Bentuk-Bentuk Latihan Plyometric Plyometric adalah sebuah metode untuk mengembangkan eksplosive kekuatan yang penting dalam komponen penampilan olahraga (Radcliffe dan Farentinos, 1985:1). Dengan melihat bentuk latihannya, sangatlah mudah untuk dilakukan. Ada beberapa bentuk gerakan dasar latihan atau bentuk latihan plyometric untuk panggul dan kaki. Bentuk latihan plyometric menurut Radcliffe J. C & Farentinos R. C., (1985:15-17), Bompa Tudor O., (1994:78141) adalah sebagai berikut:
commit to user lx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1). Swinging. Adalah merupakan gerakan-gerakan togok yang bersifat menyamping horisontal, atau vertikal, dengan keterlibatan sekunder pada bahu, dada, dan lengan. Otot yang terlibat anatomi fungsionalnya adalah : a) Putaran: spine dan pelvis Melibatkan otot-otot : Oblingus abdominus, transversus abdominus, seratus anterior dan posteor. b) Fleksi ekstensi punggung Melibatkan otot-otot : rectus abdominus, transversus abdominus, ablingus exsternus, spinalis, longisimus thoracis, racropinalis dan semispinalis. Untuk latihan ini dibutuhkan dumbell 15-2 pon, dumbel atau benda pemberat yang lain. Latihan ini melibatkan otot-otot bahu dan lengan serta togok
posterior lateral dan togok anterior. Sangat cocok untuk
mengembangkan kekuatan togok dan dapat diterapkan untuk olahraga bolavoli, hoky, tolak peluru, lempar cakram, sepak bola dan renang
commit to user lxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 7. Bentuk Latihan Swinging. ( Radeliffe J C dan Robert C Farentinos ,1985:65) Posis awal
: Kedua kaki dan pinggul harus membentuk segi empat denga tubuh pada posisi yang enak, kedua lengan dijulurkan, peganglah dumbell setinggi dada dengan kedua tangan dan lengan terentang didepan tubuh, kedua siku agak ditekuk.
Pelaksanaan : Mulailah gerakan togok dengan menarik kesalah satu sisi dengan bahu dan lengan. Begitu momentumnya meningkat, mulailah mengecek gerakan dengan menarik ke arah yang berlawanan dengan bahudan lengan yang lain. Mulailah gerakan-gerakan mengecek sebelum togok diayunkan sepenuhnya ke satu arah sebagai beban (gerakan mengangkat) untuk membangkitkan respons plaiometrik pada arah yang lain. Untuk itu gunakan bahu dan lengan serta torso, sedangkan keterlibatan pinggul dan tungkai hanya minimal. Lakukan 3-6 set dengan ulangan 10-20 kali dan istirahat kira-kira 1 menit di antara set. 2). Twisting. Adalah sebagai gerakan putaran dan atau menyamping dari togok tanpa melibatkan bahu dan tangan. Dalam kebanyakan olahraga hasil akhir kekuatan dibangkitkan oleh pinggul dan tungkai dan ditransfer melalui togok sebagai gerakan yang melibatkan dada, bahu, punggung dan lengan. Dengan demikian gerakan-gerakan seperti melempar, menangkap, mendorong, menarik dan mengayun merupakan aktivitas utama tubuh bagian atas , namun analisis yang commit to user lebih berhati-hati menyatakan bahwa togok, pinggul dan tungkai juga lxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memainkan peran penting yang menyangga, mentransfer beban dan memberikan keseimbangan. Mempercayai bahwa lemparan, pukulan pasing dan ayunan semuanya terkait dengan berbagai kelompok otot tubuh bagian atas. Dearajat gerakan lengan dan bahu yang membedakan rangkaian gerak. Menurut Radcliffe dan Farentinos (2002:15-16). Otot yang terlibat adalah : a) Fleksi Ekstensi dan Abduksi lengan melibatkan otot : pectoralis major, dan minor, serratus anterior, trichep brachii, brachialis dan biceps brachii. b)
Fleksi dan Ekstensi penyangga lengan. Deltoideus, rhomboideus major, dan minor trapecius coracobrachialis subclavius dan latissimus dorsi. Untuk latihan ini bola medesin (Medicine Ball) seberat 9-15 pon ideal
untuk latihan ini yang melatih otot perut, laticimus oblique, punggung bagian bawah, pinggul, biceps lengan dan pectoralis. Mediceni Ball dapat diterapkan latihan untuk lempar dan ayun.
commit to user Gambar 8. Bentuk Latihan Twisting. lxiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
( Radeliffe J C dan Robert C Farentinos ,1985:58)
Posisi Awal
: Buailah bola disamping tubuh kira-kira se tinggi pinggan. Kedua
kaki sedikit di renggangkan sehungga lebih lebar dari bahu. Pelaksanaan :Mulailah gerakan dengan cepat meliukkan togok ke arah yangberlawanan dengan arah lontaran. Segeralah mengecek gerakan pertama dengan liukan yang cepat dan kuat ke arah yangberlawanan,
kemidian
bola
dilepaskan
setelah
pilinan
maksimal tercapai, konsentrasikan pada kaki mengangkat yang cepat dan reaktif sebelum meliuk ke arah lemparan. Gunakan pinggul serta bahu dan lengan. Lakukan 3-6 set dengan ulangan 1020 kali dan istirahat kira-kira 1 menit di antara set. d. Latihan Heavy Bag Thrust Latihan ini membutuhkan sansak yang di gantungkan dengan tali dan melibatkan otot-otot triceps pectoralis, deltoid biceps (lengan) trapicius perut oblinques exsternal serta exsternal pinggul. Latihan ini sangat sesuai untuk siswa-siswa lempar cakram, tolak peluru, anggkat berat serta pemain sepak bola dan bola basket. Latihan Heavy Bag Thrust adalah latihan dengan kedua kaki diam dan terbuka doronglah sansak menjauh dari tubuh secepat mungkin lengan dan bahu terjulur penuh. Tangkaplah pentalan sansak dengan tangan terbuka dan pecahkan momentumnya dengan menggunakan togok, lengan dan bahu. Geserlah posisi dan ulangi dengan menitik beratkan kecepatan dan keekplositan.
commit to user lxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 9. Bentuk Latihan Heavy Bag Thrust. ( Radeliffe J C dan Robert C Farentinos ,1985:64)
Posisi Awal
: Menghadap ke sansak dengan kedua tungkai pada posisi setengah terbuka, kaki yang berada di samping dekat sansak ditarik kebelakang. Letakkan tangan bagian dalam setinggi dada pada sansak dengan jari-jari menunjuk keatas siku harus dekat dengan tubuh dan lengan harus di tekuk penuh.
Pelaksanaan
: Kedua kaki diam dan dengan menggunakan togok, doronglah sansak menjauh dari tubuh secepat mungkin, lengan dan bahu terjulur penuh. Tangkaplah pentalan sansak dengan tangan terbuka dan pecahkan momentumnya dengan menggunakan togok lengan dan bahu. Doronglah sansak kedepan lagi sebelum mencapai posisi awal, jaga agar posisi tubuh tetap sama
selama latihan. Geserlah posisi dan ulangi dengan
menitik beratkan kecepatan dan keekplositan.
commit to user lxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan rangkaian gerakan Heavy Bag Thrust diatas, kita bisa menyimpulkan beberapa faktor yang harus dipahami oleh pelatih atau siswa sendiri agar pada pelaksanaan latihan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan antara lain: 1. Sebelum melakukan latihan, badan dikondisi dalam keadaan siap, melalui aktifitas pemanasan/waming-up dan streaching yang cukup. 2. Latihan Heavy Bag Thrust merupakan salah satu dari latihan Plyometric dengan intensitas tinggi (Sukadiyanto, 2002:96) namun mempunyai beban yang lebih, karena pada saat melakukan gerakan dorongan sansak lengan menahan beban sansak. Hal ini sangat berbahaya apabila kondisi fisik sebelum latihan tidak dalam keadaan siap. 3. Dari latihan tersebut diharap kekuatan otot lengan akan meningkat baik dari kekuatan dan kecepatannya, yang dibarengi dengan peningkatan prestasinya dalam melakukan tolakan pada olahraga tolak peluru. 4. Memperhatikan beberapa hal diatas latihan Plyometric Heavy Bag Thrust ini sangat cocok untuk siswa yang mempunyai kekuatan otot lengan tinggi. Karena dalam latihan ini penekanannya pada beban yang lebih/ over load, bukan jumlah repetisi dari gerakan yang dilakukan. 5. Sebaliknya latihan Plyometric Heavy Bag Thrust ini kurang sesuai untuk siswa yang mempunyai kekuatan otot lengan rendah, karena beban yang lebih ini pada akhir latihan bukan meningkatkan daya eksplosifnya, melainkan akan menemui keadaan over load yang mengakibatkan kerusakan pada jaringan otot lengan.
commit to user lxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kelebihan dan Kekurangan Dari Latihan Heavy Bag Thrust adalah :
Kelebihan dari latihan Heavy Bag Thrust
Kekurangan dari Heavy Bag Thrust
a. Meningkatkan power otot lengan di a. Bagi siswa yang power otot antaranya : triceps pectoralis, deltoid
lengannya
rendah
akan
biceps
mengalami
hambatan
untuk
(lengan)
trapicius
perut
oblinques exsternal serta exsternal pinggul
melakukan dorongan sansak. b. Membutuhkan kesiapan yang
b. Tolakan kedua dan seterusnya sangat kuat dan cepat karena efek beban dari sansak.
lebih serius sebelum melakukan latihan. c. Siswa mudah sekali mengalami
c. Latihan ini lebih menekankan pada
cidera apabila sebelum latihan
beban otot lengan saat melakukan
tidak
dorongan.
streaching dan pemanasan yang
d. Saat mendorong dengan satu tangan
melakukan
cukup.
yang tinggi dan eksplosif akan d. Membutuhkan meningkatkan power otot lengan
latihan
pengerahan
tenaga yang banyak.
setimpal usaha latihan tersebut. e. Sehingga latihan ini sangat efektif sekali bagi siswa yang memiliki power lengan tinggi untuk lebih meningkat power otot lengan yang sebelumnya bisa dikategorikan sudah baik.
e. Latihan Medicine Ball Chest Pass Latihan Medicine Ball Chest Pass adalah latihan dengan mendorong bola secepatnya keluar oleh salah seseorang menjulurkan kedua lengan sepenuhnya. Yang seorang lagi mengecek momentum bolanya dan sebelum sepenuhnya commit to user lxvii
perpustakaan.uns.ac.id
melemaskan
digilib.uns.ac.id
kedua
tangannya,
mendorong
keluar
yang
berlawanan,
melintaskannya kembali denga gerak ikutan penuh urutan tersebut diulangulang dengan cara menangkap. Mendorong bola ada unsur menolak yang dibutuhka tolak peluru. Gunakan bola medesin seberat 9-15 pon untuk latihan ini, sebaiknya dilakukan dengan seorang pasangan. Otot-otot yang dilibatkan adalah triceps pictoralis, latissimus deltoid dan pergelangan tangan serta lengan bawah. Gerakannya cukup spisifik untuk operan bola dada pada bola basket, tetapi juga bermanfaat untuk angkat berat dan tolak peluru.
Gambar 10. Bentuk Latihan Medecine Ball Chest Pass. ( Radeliffe J C dan Robert C Farentinos ,1985:63)
Posisi awal
: Pasangan berdiri atau duduk saling berhadapan. Salah seorang memegang bola setinggi dada dengan kedua tangan sedikit dibelakang bola dan kedua lengan ditekuk dengan bagian belakang tangan menyentuh dada. Tangan yang satu lagi mengantisipasi tangkapan dengan kedua lengan telunjur kearah commit to user horisontal di dada. lxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pelaksanaan : Bola didorong secepatnya keluar oleh salah seorang peserta yang menjulurkan kedua lengan sepenuhnya. Yang seorang lagi mengecek momentum bolanya dan sebelum sepenuhnya melemaskan kedua tangannya, mendorong keluar kearah yang berlawanan, melintaskannya kembali dengan gerak ikutan penuh. Urutan tersebutdiulang-ulang dengan cara menangkap. Lakukan dalam 2 sampai 4 set dengan ulangan 20-30 kali dan istirahat 2 menit diantara set. Gerakan latihan plyometric Medicine Ball Chest Pass pada prinsipnya sama dengan gerakan latihan Heavy Bag Thrust, yang membedakan adalah alat yang digunakan. Pada latihan Heavy Bag Thrust menggunakan sansak sebagai alat yang di dorong, sedangkan pada latihan Medicine Ball Chest Pass , bola medesin yang didorong. Latihan Medicine Ball Chest Pass mempunyai beban yang lebih ringan dibandingkan dengan latihan Heavy Bag Thrust. Latihan Medicine Ball Chest Pass dilakukan dengan tidak menggunakan beban lebih (overload) untuk kelompok otot tertentu, tetapi
latihan ini ditekankan pada intensitas/repetisi dari latihan yang
dilakukan. Dengan menambah intensitas dan repetisi latihan, diharapkan akan meningkatkan daya eksplosif pada otot lengan. Secara fisiologis latihan Medicine Ball Chest Pass gerakannya tampak ringan, namun akan memberikan pengaruh yang baik dalam meningkatan kualitas power otot lengan, dimana power otot lengan sangat dibutuhkan untuk meningkatan prestasi siswa tolak peluru. Agar hasil latihan optimal, maka dalam melakukan gerakan Medicine Ball Chest Pass ada beberapa faktor yang harus dipahami oleh pelatih dan siswa, antara lain:
commit to user lxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Sebelum melakukan latihan, badan dikondisikan dalam keadaan siap, melalui aktifitas pemanasan/waming-up dan streaching yang cukup. 2. Latihan Medicine Ball Chest Pass merupakan salah satu dari latihan Plyometric dengan intensitas rendah (low impact) ( Sukadiyanto ( 2002:96). Oleh karena itu dalam melakukan latihan Medicine Ball Chest Pass
gerakan-gerakannya harus
benar, dengan gerak yang benar maka otot-otot yang digerakkan akan sesuai dengan tujuan latihan sehingga dihasilkan peningkatan prestasi yang diharapkan. 3. Latihan Medicine Ball Chest Pass akan efektif apabila pelatih dapat menyusun periodisasi latihan yang tepat. Indikator dari periodisasi yang tepat jika telah terjadi perpaduan antara frekuensi, volume, intensitas beserta pengembangannya. 4. Memperhatikan beberapa hal diatas latihan Plyometric Medicine Ball Chest Pass ini sangat cocok untuk siswa yang mempunyai kekuatan otot lengan rendah. Karena dalam latihan ini penekanannya pada jumlah repetisi gerakan yang dilakukan, bukan pada beban yang lebih/over load. 5. Sebaliknya latihan Plyometric Medicine Ball Chest Pass ini kurang sesuai untuk siswa yang mempunyai kekuata otot lengan tinggi, karena kondisi kekuatan lengan yang tinggi cenderung memerlukan beban latihan yang lebih berat sehingga kurang cocok apabila kepada siswa diberikan model latihan repetisi.
Kelebihan Dan Kekurangan Dari Latihan Medicine Ball Chest Pass adalah
Kelebihan dari latihan Medicine Ball Chest Pass
commit to user lxx
Kekurangan dari latihan Medicine Ball Chest Pass
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Meningkatkan power otot lengan di a. Dengan antaranya
:
triceps
pictoralis,
dorongan
eksplosif
yang kurang maksimal akan
latissimus deltoid dan pergelangan
menghasilkan
tangan serta lengan bawah.
power yang kurang maksimal
b. Dapat dilakukan dengan mudah oleh
peningkatan
juga.
siswa yang memiliki power otot b. Membutuhkan kesiapan yang lengan rendah.
serius dengan tujuan latihan
c. Dengan dorongan yang eksplosif akan
meningkatkan
lengan
setimpal
power
usaha
otot
latihan
tersebut.
lebih
terpusat
meningkatkan
untuk kemampuan
kekuatan dan daya tahan otototot yang terlibat.
d. Latihan ini lebih menekankan pada banyaknya repetisi dilakukan. Jadi penambahan beban pada otot lengan dilakukan dengan latihan gerakan yang sama berkali-kali. e. Banyaknya
jumlah
ulangan
dorongan akan meningkatkan daya tahan anaerobik otot lengan. f. Jumlah dorongan lebih banyak. g. Pengerahan tenaga untuk mendorong lebih efisien karena beban otot lengan yang ditimbul dari saat mendorong, tidak seberat dorongan pada Heavy Bag Thrust. Berdasarkan uraian di atas maka muncul pemikiran untuk mengetahui dengan mengkaji lebih jauh tentang perbedaan pengaruh latihan plyometric Heavy Bag Thrust dan Medicine Ball Chest Pass terhadap peningkatan prestasi tolak peluru
commit to user lxxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pada siswa SMA Negeri Punung Kab. Pacitan dengan membandingkan siswa yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi dan kekuatan otot lengan rendah.
f. Latihan Biomotorik a) Pengertian Latihan Biomotorik Definisi latihan menurut Bompa (1990:3), adalah latihan merupakan kegiatan yang sistematis dalam waktu yang lama ditingkatkan secara progresif dan individual yang mengarah kepada ciri-ciri fungsi fisiologis dan psikologis manusia untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Melalui latihan kemampuan seseorang dapat meningkatkan sebagian besar sistem fisiologi dapat menyesuaikan diri pada tuntutan fungsi yang melebihi dari apa yang biasa dijumpai dari biasanya (Pate, Rottela dan Clenaghan. 1993:318). Peningkatan kemampuan tubuh tersebut terjadi sebagai wujud dari adaptasi tubuh terhadap beban yang diberikan. Latihan merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan
berulang-ulang
dan dengan tujuan untuk meningkatkan respon fisiologi terhadap intensitas, durasi dan frekwensi latihan, keadaan lingkungan dan status fisiologis individu. Namu ada pula yang menyatakan bahwa latihan adalah suatu proses yang sistematis dengan tujuan meningkatkan fitness/kesegaran seorang siswa dalam suatu aktivitas yang dipilih. Ini adalah proses jangka panjang yang semakin meningkat (progresif) dan mengakui kebutuhan individu-individu siswa dan kemampuanya. Program latihan dilakukan mengunakan latihan atau praktek untuk mengembangkan kualitas yang dituntut oleh suatu even. (Thompson, commit to user Peter, 1993:61) lxxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Latihan secara luas diartikan sebagai suatu intruksi yang diorganisasikan dengan tujuan meningkatkan kemampuan fisik, psikis serta keterampilan baik intelektual maupun keterampilan gerak olahraga. Dalam pembinaan olahraga prestasi latihan didefinisikan sebagai persiapan fisik, teknik, intelektual, psikis, dan moral. Selanjutnya dikatakan bahwa latihan adalah proses persiapan secara sistematis dalam mempersiapkan siswa menuju kearah tingkat keterampilan yang paling tinggi. (Harre 1982:11) Berdasarkan didaktik umum, terdapat tiga bentuk metode dasar untuk mengarjakan keterampilan olahraga, yakni (1) Prestasi (2), peguasan gerak, dan (3) penyempurnaan gerak. Untuk setiap metode dasar terserbut beberapa metode dapat ditambah, bahkan dapat dipilah-pilah menjadi beberapa tindakan metode yang berbeda (Harre 1982:161). Latihan merupakan metode utama dalam tahap penguasaan dan penyempurnaan suatu keterampilan olahraga. Karena itu latihan ialah seperangkat kegiatan fisik yang wujudnya teramati secara langsung, dilakukan secara berulang ulang, sistematis, dan makain lama makin bertambah beban dan intensitas kerjanya. Tentunya, repetiasi kegiatan fisik yang dilakukan terus menerus dan relatif lama akan menimbulkan konsikuensi
logis,
baik
secara
fisiologis
maupun
Psikologis,
seperti
kelelahan,kebosanan dan kejenuhan. Dari hal-hal tersebut di atas, maka dapat diuraikan bahwa latihan olahraga adalah suatu aktivitas olahraga yang dilakukan dengan berulang-ulang secara kontinyu dengan peningkatan beban secara periodik dan berkelanjutan commit to user lxxiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang dilaksanakan berdasarkan pada jadwal, pola dan sistem serta metodik tertentu yang mengarah pada fungsi fisiologis dan psikologis untuk mencapai tujuan yaitu meningkatkan prestasi olahraga. b). Tujuan Latihan Tujuan latihan menurut Bompa (1990:3-5) disampaikan bahwa dalam rangka mencapai tujuan utama latihan yaitu puncak penampilan prestasi yang lebih, perlu kiranya memperhatikan tujuan-tujuan latihan sebagai berikut : 1) Mencapai dan merperluas perkembangan fisik secara menyeluruh. Tujuan ini merupakan dasar-dasar latihan yang sangat Penting karena menyangkut peningkatan daya tahan umum, kekuatan dan kecepatan, memperbaiki fleksibilitas untuk pelaksanaan gerak memiliki tingkat koordinasi yang tinggi dan akhirnya mencapai perkembangan tubuh secara harmonis. 2) Menjamin dan memperbaiki perkembangan fisik khusus sebagai
suatu
kebutuhan yang telah ditentukan di dalam praktik olahraga.Pengembangan yang perlu ditekankan adalah pengembangan kekuatan absolut dan relatif, masa otot dan elastisitasnya, pengembangan kekuatan daya tahan otot, memperbaiki waktu reaksi dari pengembangan terhadap koordinasi dan fleksibilitas. 3) Menanamkan kualitas kemauan melalui latihan yang mencukupi serta disiplin untuk tingkah laku, ketekunan dan keinginan untuk menanggulangi kerasnya latihan dan menjamin persiapan psikologis yang cukup. commit to user lxxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Mempertahankan keadaan kesehatan. Realisasi tujuan ini menuntut tes kesehatan yang teratur, tepat antara intensitas latihan dengan kapasitas usaha individual, latihan berat yang secara selangseling dengan fase program yang diperhatikan dengan tepat, menelusuri penyakit atau cidera, dan yang lebih penting adalah melalui latihan harus membuat orang menjadi lebih sehat. 5) Mencegah cidera melalui pengamanan terhadap penyebabnya dan juga meningkatkan fleksibilitas di atas tingkat tuntutan untuk melaksanakan gerakan yang lebih penting, memperluas otot, tendon dan ligamen khususnya selama fase-fase awal, mengembangkan kekuatan dan elastisitas otot sampai tingkat tertentu sehingga akan mengnindarkan diri dari kemungkinan cidera sewaktu melakukan gerakan-gerakan yang tak terbiasa. 6) Memberikan sejumlah pengetahuan teoritis yang berkaitan dengan dasar-dasar fisiologis dan psikologis latihan, perencanaan gizi dan regenerasi. Pendekatan yang perlu mendapat perhatian untuk mencapai tujuan latihan yang utama adalah mengembangkan dasar-dasar latihan secara fungsional yang diarahkan untuk mencapai tujuan khusus sesuai dengan kebutuhan cabang olahraga tertentu. Pengembangan daya tahan mnum kemudian menuju pada persiapan yang lebih khusus atau anaerobiknya. c). Prinsip- prinsip Latihan
commit to user lxxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Agar dapat mencapai hasil
sesuai yang diharapkan
latihan yang
dilakukan hams memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikui: 1) Prinsip pemanasan dan pendinginan Setiap latihan harus didahului dengan latihan pendahuluan, hal ini penting yaitu untuk mempersiapkan kondisi fisik siswa untuk melakukan aktivitas yang lebih berat di dalam latihan inti. Sejalan dengan hal tersebut Fox
(1998:278) Menyebutkan
latihan
pemanasan
atau warming-up
meningkatkan suhu badan dan otot, meningkatkan enzira, meningkatkan jumlah darah dan oksigen ke otot rangka. Efek lain dari suhu yang meningkat adalah peningkatan kontraksi dan kecepatan refleks dari otot. Cidera pada otot dan sendi akan jarang terjadi apabila selama berlatih atau bertanding didahului dengan pemanasan. Pada umumnya pemanasan bagi siswa yang akan berlatih dilakukan dengan latihan pemanasan baik aktif maupun pasif seperti peregangan, senam dan sebagainya. Kemudian setelah latihan inti diakhiri dengan latihan pendinginan yaitu dengan tujuan untuk mengembalikan kondisi fisik siswa ke keadaan semula dan juga untuk mempercepat penggusuran zat kelelahan (asam laktat) dari tubuh sehingga kelelahan yang amat sangat setelah berlatih dapat lebih cepat berkurang. Hal ini sesuai pendapat Fox (1998:279) bahwa "keadaan asam laktat akan menurun lebih cepat selama pulih kerja". 2) Prinsip intensitas tinggi
commit to user lxxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Intensitas merupakan faktor penting dalam latihan, kecepatan pelaksanaan dengan kerja maksimal sangat penting untuk memperoleh efek latihan yang optimal. Kecepatan peregangan otot lebih penting daripada besarnya peregangan. Respons refleks yang dicapai makin besar jika otot diberi beban yang cepat. Karena latihan-latihan harus dilakukan dengan sungguh-sungguh (intensif), maka penting untuk diberikan kesempatan beristirahat yang cukup diantara serangkaian latihan yang terus menerus. 3) Prinsip beban lebih secara progresif Dengan pemberian beban tubuh akan beradaptasi dengan beban yang diberikan tersebut jika itu sudah terjadi maka beban tersebut harus ditambah
sedikit
demi
sedikit
untuk
meningkatkan
kemungkinan
perkembangan kemampuan tubuh. Sebab sesuai pendapat Bompa (1990:44) yaitu penggunaan beban secara overload, akan merangsang penyesuaian fisiologis dalam tubuh, selain itu juga peningkatan prestasi terus menerus hanya dapat dicapai dengan peningkatan beban latihan. Dengan demikian dalam latihan harus ada pemberian beban yang lebih berat secara terprogram untuk dapat meningkatkan prestasinya. 4) Prinsip memaksimalkan gaya / meminimalkan waktu Baik gaya maupun waktu sangat penting dalam latihan. Dalam berbagai hal, titik beratnya adalah kecepatan. 5) Prinsip pengulangan
commit to user lxxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gerakan yang dilatihkan harus dilakukan berulang-ulang sehingga terjadi otomatisasi gerakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Harsono (1988:102) bahwa dengan berlatih secara sistematis dan melalui pengulangan-pengulangan (repetition) yang konstan maka organisasi mekanisme neurophysiologis akan menjadi bertambah baik, gerakan-gerakan yang diulang lama kelamaan akan merupakan gerakan yang otomatis maka gerakan tersebut akan dapat dilakukan dengan cepat dan efisien dalam penggunaan tenaga hal ini akan memungkinkan pencapaian prestasi olahraga yang lebih baik. 6) Prinsip Istirahat yang Cukup Periode istirahat 1-2 menit di sela-sela set biasanya sudah memadai untuk sistem neuromuskuler yang mendapat tekanan karena latihan untuk pulih kembali. Periode istirahat yang cukup juga penting untuk pemulihan yang semestinya untuk otot, ligemen, dan tendon. 7) Prinsip bangun landasan yang kuat terlebih dahulu Karena dasar atau landasan penting dan bermanfaat dalam latihan maka suatu program latihan harus dirancang untuk mendukung, dan bukannya menghambat pergembangan keterampilanya. Mewujudkan landasan sebelum latihan tidak perlu berlebihan. Tetapi pemberian resep program latihan harus dipertimbangkan dengan matang. Permulaan seyogyanya memulai dengan latihan-latihan rendah,sedang, kemudian sampai yang lebih tinggi. 8) Prinsip perbedaan individu
commit to user lxxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Manfaat latihan akan lebih berarti jika program latihan tersebut direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan karakteristik dan kondisi siswa. Oleh karena itu faktor-faktor karakteristik individu siswa harus dipertimbangkan dalam menyusun dan memberikan latihan secara rinci. Bompa (1990:36 - 37) mengemukakan bahwa faktor-faktor seperti umur, jenis kelamin, bentuk tubuh kedewasaan, latar belakang pendidikan, kemampuan berlatih, tingkat kesegaran
jasmani,
ciri-ciri
psikologisnya
semua
itu
harus
ikut
dipertimbangkan dalam mendesain program latihan. 9) Prinsip kekhususan Untuk mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan latihan harus bersifat khusus yaitu khusus mengembangkan kemampuan tubuh sesuai dengan tuntutan dalam cabang olahraga yang akan dikembangkan. Menurut Pyke, (1990:119) latihan harus ditujukan khusus terhadap sistem energi atau serabut otot yang digunakan juga dikaitkan dengan peningkatan ketrampilan motorik khusus. Maka latihan yang dilakukan akan mendapat hasil sesuai dengan yang diharapkan jika latihan tersebut mengembangkan kemampuan tubuh dan ketrampilan sesuai akteristik cabang olahraga yang bersangkutan. 10) Prinsip makanan yang baik (Nutrisium) Untuk menunjang tercapainya tujuan latihan fisik, maka prinsip ini harus diperhatikan. Sebab dalam melakukan aktivitas olahraga sangat dibutuhkan energi yang cukup. Dimana dalam hal ini menurut Pate, commit tobahwa user makanan olahragawan harus Clanaghan, Rottela, (1993:272) lxxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menyediakan cukup masukan energi untuk memelihara keseimbangan kalori dan mengandung cukup zat makanan yang dibutuhkan untuk mendukung metabolisme tubuh. Maka aktivitas fisik dengan makanan yang baik dan memadai merupakan faktor yang tak boleh diabaikan untuk pertumbuhan otot dan tulang. Dengan demikian unsur gizi harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh di dalam proses latihan olahraga. d). Pengaruh Latihan. Latihan yang dilakukan secara sistematis, teratur dan kontinyu dengan dosis yang cukup akan menyebabkan perubahan-perubahan tubuh yang mengarah pada peningkatan kemampuan tubuh untuk melaksanakan kerja yang lebih berat dengan lebih baik. Perubahan-perubahan ini antara lain adalah : 1) Perubahan sistem dan fungsi organisme dalam tubuh. Pengaruh latihan terhadap perubahan sistem dan fungsi organisme dalam tubuh tersebut terdiri dari: a) Perubahan biokimia dan sistem otot rangka. Kegiatan fisik yang dilakukan secara teratur dan kontinyu dapat merangsang kerja enzim di dalam tubuh dan merangsang pertumbuhan sel otot (hypermetropi). Hal ini sesuai dengan pendapat Guyton (1983:190) bahwa dengan latihan akan terdapat peningkatan jumlah mitochondria dalam otot rangka dan meningkatkan aktivitas enzim untuk metabolisme energi baik secara aerobik maupun commit anaerobik. Selanjutnya disampaikan pula otot to user lxxx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang terlatih pada umumnya menjadi lebih besar dan lebih kuat daripada yang tidak terlatih karena ukuran penampang lintang maupun volumenya menjadi lebih besar. b) Perubahan kardiorespirasi. Latihan secara fisik akan dapat meningkatkan kapasitas total paru-paru dan volume jantung, sehingga kesegaran siswa akan meningkat pula. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya rangsangan yang diberikan terhadap tubuh. Sehubungan dengan hal ini Fox. (1998:24) menyampajkan bahwa adaptasi siswa yang baik ditandai adanya perubahan fisiologis, yaitu : -
Frekwensi denyut nadi berkurang dan denyut jantung keras waktu istirahat.
-
Pengembangan otot jantung (delatasi)
-
Haemoglobin (HB) dan glikogen dalam otot bertambah.
-
Frekwensi pernapasan turun dan kapasitas vita bertambah. Dari uraian tersebut bahwa dengan latihan fisik akan dapat
menyebabkan kemampuan kerja jantung dan pernapasan. Sehingga hal itu akan dapat meningkatkan kesegaran jasmani siswa secara umum. 2) Perubahan mekanisme organisme sistem syaraf. Dalam melakukan latihan olahraga gerakan yang dilatih selalu diulang-ulang secara teratur. Melalui pengulangan gerakan secara teratur tersebut akan dapat memperoleh koordinasi gerakan sehingga terjadi commit to user lxxxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
otomatisasi dalam gerakan. Hal tersebut sesuai dengan, pendapat Bompa (1990:132) bahwa dengan berlatih secara teratur dan waktu pengulangan (repetition)
yang
resisten,
maka
organisme-organisme
mekanisme
neurophysiologis kembali akan bertambah baik gerakan yang semula sukai- dilakukan lama-kelamaan akan merupakan gerakan yang otomatis dari reflektif yang semakin kurang membutuhkan konsentrasi pasif syaraf daripada sebelum melakukan latihan tersebut.
e). Latihan Kekuatan Otot Cara yang paling populer dan paling berhasil dalam meningkatkan kekuatan adalah dengan latihan-latihan tahanan (resestence exercises). Latihan adalah latihan dimana seseorang siswa harus mengangkat mendorong menarik suatu beban, baik itu badan siswa itu sendiri maupun bobot lain dari luar (external resistence). Latihan eksternal harus dilakukan sedemikian rupa sehingga siswa harus mengeluarkan usaha maksimal atau submaksimal untuk menahan beban tersebut. Beban harus sedikit demi sedikit bertambah berat, agar perkembangan otot terjamin. Karena itu latihan tahanan harus selalu merupakan latihan yang kian meningkat bobot latihannya. Latihan tahanan, menurut kontraksi ototnya dapat digolongkan dalam dua katagori, yaitu kontraksi isotonis dan kontraksi isometris. Dalam kontraksi isotonis akan tampak terjadi suatu gerakan dari anggota tubuh yang disebabkan oleh karena otot memanjang dan memendek sehingga terdapat perubahan dalam panjangnya otot. commit to user Kontraksi ini disebut kontrksi dinamis (dinamic contraction). lxxxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam kontraksi isometris tidak tampak suatu gerakan yang nyata karena otot tidak memanjang atau memendek, dengan kata lain tidak ada jarak yang ditempuh, kontraksi demikian disebut kontraksi statis. Meskipun telah dibuktikan bahwa kontraksi isometris, dapat mengembangkan kekuatan yang paling populer adalah latihan isotonis, karena bentuk latihan ini mempunyai keuntungan – keuntungan yang lebih bila dibandingkan dengan bentuk latihan kontraksi isometris, diantaranya adalah : 1) Ruang geraknya lebih luas, hal ini menjamin tetap terlatihnya fleksibilitas. 2) Perbaikan daya tahan bersamaan dengan perkembangan kekuatan. 3) Lebih memberikan kepuasan dalam mengatasi bobot–bobot yang ditahan, dan yang sedikit demi sedikit bertambah. 4) Lebih memberikan kepuasan dalam menggerakan bagian-bagian tubuh terhadap suatu beban. 5) Gerakan-gerakannya lebih menjamin fungsi peredaran zat-zat dalam alat-alat tubuh kita. Salah satu macam latihan tahanan isotonis yang paling populer dalam olahraga adalah weight training. Weight training yang dimaksud disini, haruslah dibedakan dengan latihan tahanan lainnya yang disebut angkat besi (weight lifting). Untuk menghindarkan salah pengertian tentang latihan beban dengan latihan angkat besi, diterangna terlebih dahulu tentang perbedaan kedua bentuk latihan tahanan tersebut. Weight lifting adalah latihan yang menekankan pada beban-beban latihan yang berat. Sedangkan weight training adalah latihan-latihan yang sistematis, dimana beban commit to user hanya dipakai sebagai alat untuk menambah tahanan terhadap kontraksi otot, untuk lxxxiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mencapai tujuan tertentu. Pelaksanaan dan penerapan latihan beban, harus dilakukan dengan tepat, dan memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan agar tujuan latihan beban, benar-benar tercapai. Dengan demikian akan dapat memberikan kepercayaan kepada pelatih, maupun kepada siswa tentang kegunaan yang sebenarnya dari latihan beban. Latihan beban, kalau dilaksanakan dengan benar, kecuali dapat mempertinggi kesehatan fisik secara keseluruhan, akan dapat mengembangkan kecepatan, daya ledak otot, kekuatan dan keuletan, yang merupakan faktor-faktor penting untuk meningkatkan prestasi tolak peluru. Beberapa syarat dan prinsip yang penting diperhatikan dalam latihan beban untuk meningkatkan prestasi tolak peluru adalah : 1) Latihan beban harus didahului oleh pemanasan yang menyeluru. 2) Prinsip beban lebih, harus diterapkan. 3) Sebagai patokan, dianjurkan untuk melakukan tidak lebih dari 12 tidak kurang dari 8 ulangan, untuk setiap bentuk latihan. 4) Setiap mengangkat, mendorong beban, harus dilaksanakan dengan teknik yang benar. 5) Ulangan dorongan sedikit, dengan beban maksimal akan menghasilkan adaptasi terhadap kekuatan, artinya akan membentuk kekuatan otot lengan, sedangkan ulangan banyak dengan beban ringan, pada umumnya daya tahan otot lengan. 6) Setiap bentuk latihan harus dilakukan dalam ruang gerak seluas-luasnya, yaitu sampai batas gerak sendi-sendi, sehingga otot-otot lengan tersa tertarik. 7) Setelah latihan, pengaturan pernafasan harus diperhatikan. commit to user lxxxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8) Pada akhir melakukan suatu bentuk latihan, siswa harus berada dalam keadaan lelah otot lengan yang berlangsung hanya untuk sementara. 9) Latihan beban sebaikknya dilakukan tiga kali dalam seminggu dan diselingi dengan satu hari istirahat. 10) Latihan beban harus diawasi oleh pelatih, pembina yang mengerti betul dengan latihan beban. Dari uraian diatas latihan beban dan latihan Plyometric Heavy Bag Thrust dan Medicine Ball Chest Pass sangat berperan untuk meningkatkan prestasi tolak peluru 4. Kekuatan Otot Lengan a. Pengertian Kekuatan Kekuatan merupakan kemampuan fisik yang menyangkut kekuatan dan kecepatan kontraksi otot dinamik dan eksplosif serta melibatkan pengeluaran kekuatnan otot maksimal. Dalam satu durasi waktu yang singkat. Berkaitan dengan kekuatan Harsono (1988:200) menyatakan “ Kekuatan adalah kemampuan otot untuk menggerakkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat “. Sudjarwo
(1993:27)
menyatakan
“ekplosive
kekuatan
merupakan
kemampuan otot (segerombolan otot) untuk melakukan beban / tahanan dengan kecepatan tinggi dalam satu gerakan (penggunaan force dan velocity)”. Menurut Iskandar Z Sapoetra dkk (1999:9)
menyatakan, “
Kekuatan adalah kemampuan yang memungkinkan otot atau sekelompok otot untuk menghasilkan kerja fisik secara eksplosif”. commit to user lxxxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada prinsipnya pendapat yang dikemukakan oleh ketiga ahli tersebut mempunyai pengertian yang hampir sama. Bertolak dari pengertian kekuatan tersebut dapat disimpulkan kekuatan otot lengan adalah kemampuan otot atau kelompok otot lengan menghasilkan kerja fisik dengan mengarahkan kekuatan dari otot – otot lengan secara maksimal dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Kekuatan otot lengan ini penting untuk cabang-cabang olahraga dimana siswa harus mengarahkan tenaga secara ekplosif dari otot-otot lengan. b. Komponen Otot Lengan. Otot merupakan bagian tubuh yang sangat penting untuk aktivitas sehari-hari. Hampir sebagian berat badan kita terdiri dari banyaknya otot dalam tubuh. Soekarman (1987:27) menyatakan “Otot merupakan 40-45 % dari berat badan tubuh seseorang. Didalam tubuh kita terdapat 217 pasang otot rangka”. Otot adalah jaringan yang mempunyai kemampuan khusus yaitu kontraksi,dan dengan jalan berkonstrasi maka gerakan terlaksana. Menurut Waharsono (1999:98) “otot adalah suatu sel yang mempunyai sifat tersendiri yaitu jaringan yang bersifat dapat mengkerut (kontraksi) dan memanjang (steigrung). Kontraksi ke satu arah sesuai dengan arah serabutnya”. Hal senada di kemukakan Syarifudin (1997:35) bahwa “otot merupakan suatu organ atau alat yang memungkinkan tubuh dapat bergerak. Lengan merupakan anggota gerak atas yang terdiri dari seluruh lengan, mulai dari pangkal lengan sampai ujung jari tangan. Menurut Doewes H, commit to user lxxxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(2008: 22) bahwa “rangka daripada anggota gerak atas dibagi 3 bagian besar : (1) sceleton brachii, (2) shelaton ante brachii, (3) sceleton mani”. Tulangtulang pada lengan tersebut dilapisi berbagai macam otot. Otot-otot yang terdapat pada lengan menurut Evelyn Pearce (1993:112) yaitu :” otot deltoid, otot trisep, otot brochioradialis, otot exstensor karpi radialis longus, otot exstensor digitorum, otot exstensor dan abduktor ibu jari, otot ankonecus, otot exstensor karpiulnaris, otot exstensor retinakulum”.
Gambar : 11 Bagian Lengan (Evelyn Pearce ,1993:112) c.
Kontraksi Otot Lengan Terjadinya kontraksi otot dalam tubuh manusia akibat otot bekerja melawan beban yang diterimanya. Misalnya mendorong atau menolak suatu commitbenda to userdan lain sebagainya. Syaifudin benda, manahan beban, menarik lxxxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(1997:35) menyatakan bahwa, “ otot dapat mengadakan kontraksi dengan cepat, apabila mendapat rangsangan dari luar”. Mekanisme kontraksi otot tidak sederhana, tetapi cukup komplek. Hal terpenting dan harus diperhatikan saat otot berkontraksi adalah dibutuhkannya cadangan energi. Berdasarkan cara kerjanya, kerja otot dibedakan menjadi dua yaitu bekerja
secara
aerobik
an
aerobik.
Menurut
Soekarman
(1987:29)
mengistilahkan sistem kerja otot yaitu “serabut otot yang aerobik dinamakan tipe I, serabut otot lambat, otot merah, serabut oksidasi lambat (slow twitch). Yang anaerobik dinamakan Tipe II, otot putih, serabut cepat (flast twitch FT) atau otot glikolisis cepat (fast glycolitic FG) Distribusi otot cepat dan lambat sangat beraneka ragam”. Menurut M. Furqon H. (1995:41) bahwa, “Berdasarkan jenis serabut otot dibedakan menjadi dua. Serabut dengan kontraksi lambat dengan warna merah dan serabut dengan kontraksi cepat berwarna putih. Serabut-serabut yang merah berkontraksi secara pelahan-lahan, tetapi untuk waktu lebih lama daripada serabut-serabut yang putih, yang berkontraksi dengan cepat, tetapi segera menjadi lelah”. Berdasarkan jenis kerja otot tersebut menunjukkan bahwa, pada gerakan tolak peluru gaya ortodhox, maka keterlibatan serabut otot merah mempunyai peran yang penting untuk memperoleh daya tolak yang maksimal. Jika seorang siswa memiliki serabut otot merah yang banyak akan mampu mengerahka kekuatan disertai kecepatan untuk melakukan gerakan secara maksimal dalam waktu yang singkat. commit to user lxxxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bertolak dari definisi kekuatan yang dikemukakan para ahli diatas menunjukkan bahwa unsur utama kekuatan adalah kekuatan dan kecepatan. Seperti dikemukakan M. Sajoto (1995:9) bahwa, “kekuatan adalah hasil perkalian antara kekuatan dan kecepatan (P = F x V). Menurut hasil penelitian Sarwono dan Ismaryati (1999:6) bahwa,” unsur-unsur penentu kekuatan adalah kekuatan otot, kecepatan rangsangan syaraf, kecepayan kontraksi otot, produksi energi secara biokimia dan pertimbangan mekanik gerak.” Pendapat lain dikemukakan Suharno HP (1993:59-60) faktor yang menentukan baik tidaknya power adalah: 1) Banyak sedikitnya macam fibril otot putih dari siswa. 2) Kekuatan dan kecepatan otot siswa Ingat rumus P = F x V P = Power, F = force, V = velocity 3) Waktu rangsangan maksimal 34 detik, misalnya waktu rangsangan hanya 15 detik, power akan lebih baik dibandingkan dengan waktu rangsangan selama 34 detik. 4) Koordinasi gerakan yang harmonis antara kekuatan dan kecepatan. 5) Tergantung banyak sedikitnya zat kimia dalam otot (ATP). Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi power tersebut dapat disimpulkan bahwa, unsur penentu baik tidaknya power yang dimiliki dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Kemampuan otot untuk berkontraksi secara maksimal dalam waktu yang singkat setelah menerima rangsangan serta produksi energi biokimia dalam otot akan sangant commit to user lxxxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menentukan kekuatan yang dihasilkan. Jika unsur-unsur seperti diatas dimiliki seseorang, maka ia akan memiliki kekuatan yang baik. Namun sebaliknya jika unsur-unsur tersebut tidak dimiliki maka kekuatan yang dihasilkan juga tidak baik. d.
Peranan Kekuatan Otot Lengan Terhadap Kemampuan Tolak Peluru Kemampuan fisik yang baik selalu dibutuhkan dalam setiap cabang olahraga termasuk tolak peluru. Prestasi tolak peluru dapat dicapai jika peluru terlontar sejauh-jauhnya dan dinyatakan sah berdasarkan peraturan yang berlaku. Untuk menolakkan peluru sejauh-jauhnya membutuhkan tenaga yang besar. Dalam hal ini kemampuan lengan sangat dibutuhkan untuk menolakkan peluru sejauh-jauhnya. Otot lengan harus dikerahkan secara maksimal dalam satu pola gerakan yang baik dan benar. Ditinjau dari gerakan tolak peluru terutama saat peluru ditolakkan yaitu peluru didorong atau ditolakkan dengan kekuatan penuh dan diakhiri lecutan dari pergelangan tangan. Tamsir Riyadi (1985:125) menyatakan teknik pelaksanaan menolakan peluru yaitu :” setelah meluruskan kaki dengan kuat, dan saat itu pula lengan kanan diluruskan untuk menolak peluru, disertai dengan lecutan pergelangan tangan dan jari-jari terutama (jari telunjuk, jari tengah dan jari manis)”. Menurut Jerver J, (2005:85) salah satu hal yang harus dipeerhatikan dalam menolakkan peluru yaitu “ gerakan menolakkan peluru merupakan suatu gerakan bahu mendorong dengan sekuat tenaga, disertai dengan gerakan merentangkan lengan, dan pergelangan tangan serta jari-jari yang terarah.
commit to user xc
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa,keberadaan power otot lengan berperan terutama saat menolakkan peluru. Pada saat menolakkan peluru otot-otot lengan harus dikerahkan secara maksimal saat menolakkan peluru pada teknik yang benar, maka peluru akan dapat terlontar semaksimal mungkin. Pengerahan kekuatan otot lengan dan lecutan pergelangan tangan ini dilakukan dalam satu rangkaian gerakan yang eksplosif. Salah satu hal yang harus diperhatikan saat menolakkan peluru dengan sudut yang tepat, maka akan mendukung pencapaian prestasi tolak peluru lebih optimal. Menurut Soegito (1992:25) bahwa,” Untuk memperoleh tolakkan yang maksimal usahakan agar sudut tolakkannya ± 45º
e. Panjang Lengan a) Pengertian Panjang Lengan Pada umumnya setiap cabang olahraga menuntut syarat-syarat khusus, salah satu diantaranya proporsi tubuh yang ideal dengan cabang olahraga yang dipelajarinya. Menurut hasil penelitian Sarwono dan Ismaryati (1999:13) bahwa, “Tipe tubuh merupakan kapasitas fisik umum dan hanya sebagai satu indikasi kecocokan seorang siswa dengan prestasi yang tinggi. Dengan demikian tipe tubuh memainkan peran yang penting, tidak hanya dalam pemilihan cabang tetapi juga pemilihan posisi pada cabang olahraga tertentu guna mencapai prestasi yang tinggi”. Untuk mencapai prestasi tolak peluru menurut proporsi tubuh yang tinggi besar memiliki otot-otot yang kuat. Hal ini karena, pada cabang commit to user xci
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
olahraga siswaik khususnya nomor tolak peluru membutuhkan kekuatan dan power. Mulyono B (1994:51) menyatakan bahwa, “kelompok mesomorph memperoleh nilai tinggi dalam nomor-nomor yang memerlukan streight dan power”. Menurut Sheldon dalam Mulyono B (1994:50) kelompok mesomorph ini memiliki ciri antara lain : “tubuh tinggi besar memiliki otototot yang kuat, tulang-tulang yang besar dan tertutup otot-otot yang tebal pula”. Berdasarkan ciri-ciri tersebut berarti seorang yang memiliki tubuh yang tinggi dan besar tentunya disertai bagian-bagian tubuh yang ideal yaitu, lengan dan tungkai yangnya panjang. Lengan yang panjang dan tulangnya besar disertai otot-otot yang kuat mempunyai peran penting dalam cabang olahraga tolak peluru. Ditinjau dari anatomis, lengan merupakan anggota gerak atas yang terdiri dari seluruh lengan mulai dari pangkal lengan sampai dengan ujungjari tangan. Berkaitan panjang lengan Amari (1996:155) menyatakan, “panjang lengan diukur dari acromion sampai di ujung jari tengah”. Hal senada dikemukakan Hasnan Said (1997:57) “panjang lengan adalah dari sudut sendi bahu (osacraminon) sampai ke ujung jari”. Berdasarkan pengertian panjang lengan yang dikemukakan dua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, panjang lengan adalah proporsi lengan yang diukur dari sendi bahu sampai dengan ujung jari. Lengan yang panjang mempunyai peran penting dalam usaha mencapai prestasi yang tinggi termasuk tolak peluru. Hal ini karena lengan yang panjang memiliki jarak jangkauan commit to user xcii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang lebih panjang. Jarak jangkauan panjang mempunyai peluang yang besar untuk menolakkan peluru lebih jauh. Oleh karena itu seorang siswa tolak peluru yang memiliki lengan panjang harus mampu dimanfaatkan serta maksimal pada teknik yang benar sat menolakkan peluru agar peluru dapat dilontarkan sejauh-jauhnya. b) Faktor-Faktor yang Mempegaruhi Panjang Lengan Meningkatkan struktur tubuh seseorang seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Pada usia balita dan remaja mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Pertumbuhan dan perkembangan yang pesat tersebut tidak terlepas dari makanan organ lainnya. Dangsina Moeloek dan Arjatmo Tjikronegoro (1984:47) menyatakan “ keadaan gizi dan kesehatan pada saat pertumbuhan akan menentukan kesiapan otot rangka dan organ tubuh lainnya untuk menerima beban olahraga”. Pendapat lain dikemukakan Sugiyanto (1998:37) bahwa, “ Pengaruh gizi terhadap pertumbuhan fisik dibedakan menjadi 4 macam pengaruh yaitu, (1) kecepatan pertumbuhan, (2) ukuran tubuh setelah dewasa, (3) bentuk tubuh dan, (4) komposisi jaringan tubuh”. Selain faktor gizi, keturunan merupakan faktor yang sangat menentukan keadaan fisik seseorang. Keturunan mempunyai pengaruh yang dominan terhadap keadaan seseorang. Seperti dikemukakan Sugiyanto (1998:37) bahwa,” Terhadap sifat dan pertumbuhan fisik, faktor keturunan sangat berpengaruh. Pengaruh yang nyata adalah terhadap ukuran, bentuk dan kecepatan atau irama pertumbuhan.” Hal ini berarti, jika kedua orang tuanya commit to user xciii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tinggi-tinggi, maka anak-anaknya cenderung tinggi pula. Namun sebaliknya, jika kedua orang tuanya pendek maka anak-anaknya juga pendek. Berdasarkan faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan dapat disimpulkan bahwa, kondisi atau segmen tubuh seseorang (termasuk panjang lengan) dipengaruhi oleh faktor keturunan dan faktor gizi atau makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Jika kedua orang tuanya tinggi-tinggi kemungkinan besar memiliki postur tubuh yang tinggi. Postur tubuh yang tinggi umumnya disertai segmen-segmen tubuh yang panjang termasuk tungkai dan lengannya. Dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi, maka pertumbuhan dan perkembangan akan berjalan dengan normal dan baik postur tubuh maupun bagian-bagian tubuh lainnya. c)
Peranan Panjang Lengan Terhadap Kemampuan Tolak Peluru Lengan merupakan salah saru bagian tubuh yang dominan dalam tolak peluru. Untuk menolakkan peluru sejauh-jauhnya lenganharus dimanfaatkan secara maksimal baik kemampuannya maupun proporsinya. Kemampuan lengan harus dikerahkan secara maksimal dan mampu memanfaatkan panjang lengan yang dimiliki pada teknik yang benar. Lengan yang panjang mempunyai nilai lebih jika dibandingkan dengan lengan pendek. Ditinjau dari mekanika gerakan dalam tolak peluru bahwa, bila suatu benda dilemparkan ke depan, maka kecepatan awalnya berbanding langsung dengan panjang radius. Hal ini berarti,sebagai radiusnya adalah panjang lengan, sehingga lengan yang panjang akan dapat mempengaruhi pencapaian jarak tolakan. Seperti dikemukakan Dangsina Moeloek dan commit to user xciv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Arjatmo Tjokronegoro (1984:81) bahwa,” Penolak peluru, pelempar lembing dan cakram, sebaiknya berlengan panjang, bertungkai panjang dan berotot kuat. sudut lemparan sebaiknya 45º “. Oleh karena itu, seorang siswa yang memiliki lengan yang panjang harus mampu dimanfaatkan secara optimal dengan teknik menolak yang benar agar dapat diperoleh jarak tolakan sejauhjauhnya.
eimbangan 1) Pengertian Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan sistem neuromuscular dalam kondisi statis atau mengontrol sistem neuromuscular tersebut dalam suatu posisi atau sikap yang efisien selagi bergerak. Berkaitan dengan keseimbangan Dangsina Moeloek dan Arjatmo Tjokronegoro (1984:10)
menyatakan
bahwa,
‘keseimbangan
adalah
kemampuan
mempertahankan sikap tubuh yang tepat pada saat melakukan gerakan’. Menurut
Waharsono
(1999:133)
bahwa,”
keseimbangan
merupakan
kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ syaraf otot”. Berdasarkan batasan keseimbangan tersebut dapat disimpulkan bahwa, keseimbangan merupakan kemampuan seseorang untuk mempertahankan sikap dan posisi tubuh secara tepat pada saat berdiri atau pada saat melakukan gerakan. Keseimbangan ini dibutuhkan tidak hanya dalam kegiatan olahraga, tetapi juga dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan jenisnya keseimbangan dikelompokkan menjadi dua macam. Seperti dikemukakan Sarwono dan Ismaryati commit to user xcv
(2006:47) bahwa, “
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Terdapat dua macam keseimbangan yaitu keseimbangan statis dan dinamis”. Keseimbangan statis adalah kemampuan mempertahankan posisi tubuh tertentu tanpa
atau
sekecil
mungkin
terjadi
gerakan
bergoyang,sedangkan
keseimbangan dinamis adalah kemampuan mempertahankan postur tubuh agar tidak terjatuh selama melakukan gerakan ketrampilan. Berdasarkan
jenis
keseimbangan
tersebut
menunjukkan
bahwa,
keseimbangan dinamis merupakan bagian yang penting dalam tolak peluru. Hal ini dapat dilihat terutama pada gerakan menggeser atau menolakkan kaki kanan ke depan dan dilanjutkan menolakkan peluru tersebut, menjaga keseimbangan tubuh sangat penting agar tolakan dapat dilakukan dengan mantap dan setelah peluru terlontar badan atau tubuh masuk ke dalam sektor lemparan. 2) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Keseimbangan merupakan unsur kondisi fisik yang sangat kompleks. Keseimbangan beroperasi tidak hanya terdiri dari satu unsur saja, melainkan beroperasi dengan unsur lainnya. Sarwono dan Ismaryati
(2006:47)
menyatakan bahwa, “ Kualitas keseimbangan dinamis bergantung pada mekanisme dalam saluran semisirkular, persepsi kinestik, tendon, dan persendian, persepsi visual selama melakukan gerakan dan kemampuan koordinasi”. Menurut Suharno HP. (1993:67) bahwa untuk mempertahankan keseimbangan perlu memperhatikan faktor-faktor yaitu : “(1) tingginya letak titik berat badan. (2) luas tempat tumpu, (3) Hubungan antara garis berat dan temapat menumpu. (4) Gaya yang bekerja pada badan, (5) Susunan anatomis commit susunan to user syaraf otot dan indera. secara segmental dan, (6) Koordinasi xcvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, faktor yang mempengaruhi keseimbangan bersifat internal dan eksternal. Baik faktor internal maupun faktor eksternal keduanya saling mempengaruhi baik tidaknya keseimbangan yang dimiliki seseorang. 3) Keseimbangan Terhadap Kemampuan Tolak Peluru Keseimbangan sangat dibituhkan kegiatan olahraga maupun aktivitas sehari-hari. Keseimbangan berperan pada keadaan atau posisi diam maupun bergerak. Dengan keseimbangan yang dimiliki, maka aktivitas yang dilakukan hasilnya akan lebih baik dan efisien. Tolak peluru merupakan cabang olahraga yang membutuhkan keseimbangan. Keseimbangan ini berperan pada teknik gerakan mengayunkan kaki yang satu, sedangkan kaki lainnya manumpu menahan tubuh dan selanjutnya bergeser untuk menolakkan peluru. Gerakan mengayunkan kaki ini sebagai gerakan pendahuluan untuk memperoleh keseimbangan yang stabil, sehingga memudahkan gerakan menolakkan kaki kanan ke depan. Seperti dikemukakan Tamsir Riyadi (1985:128) “ayunan kaki kiri ini hanya merupakan gerakan pendahuluan saja, untuk mencari keseimbangan”. Apabila pada sat gerakan mengayun atau menggerak-gerakkan kaki kiri tersebut keseimbangan tetap terjaga dengan stabil, untuk gerakan menggeser kaki kanan ke depan dan menolakkan peluru dapat dilakukan dengan baik dan mantap. Selain itu juga dengan menjaga keseimbangan akan mencegahtubuh masuk sektor lemparan, sehingga akan didiskualifikasi. Seperti dikemukakan Rusli Lutan dkk, (1992:140) bahwa, “segera setelah peluru commit to user xcvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ditolakkan, tubuh tetap seimbang dan tidak ada bagiannya yang menyentuh daerah diluar lingkaran tempat tolak peluru dilakukan’. B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dibutuhkan dalam mendukung kajian teori yang dikemukan, hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah Penelitian yang dilakukan oleh Rumpis Agus Sudarko, 2003 dengan menggunakan sampel penelitian sejumlah 75 siswa putra umur antara 15-18 tahun. Hasil kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut : (1) Latihan Mendorong dan Latihan melempar keduanya dapat meningkatkan kekuatan otot lengan sangat signifikan (p<0,01), (2) Latihan mendorong dan melempar tidak diperoleh adanya perbedaan yang signifikan (p>0,05) dalam meningkatkan hasil tolak peluru, (3) Latihan mendorong lebih efektif dalam meningkatkan kekuatan otot lengan dibanding dengan Latihan melempar (p<0,01).
C. Kerangka Pemikiran Dari kajian teori yang diuraikan diatas, maka dapat disusun kerangka pemikiran sebagai berikut : 1. Perbedaan pengaruh latihan Heavy Bag Thrust
dan Medicine Ball Chest Pass
terhadap prestas tolak peluru. Prestasi tolak peluru bisa meningkat jika latihan-latihan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan gerak kekuatan dan kecepatan. Heavy Bag Thrust dan Medicine Ball Chest Pass adalah latihan yang sangat tepat terutama untuk meningkatkan power otot lengan dalam tolak peluru, tetapi masing-masing memiliki kelemahan dan kekurangan dalam pelaksanaan penerapan latihannya sehingga dapat dipastikan akan menimbulkan pengaruh yang berbeda pula.
commit to user xcviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Latihan Heavy Bag Thrust memiliki kelebihan membiasakan mendorong beban sansak yang berat menggerakkan mendorong dan menekuk siku lengan akan menambah kekuatan otot lengan.Kelemahannya jika diterapkan pada kekuatan otot tinggi kecepatannya mendorong kurang efektif karena fleksibelitasnya ke depannya kecil. Latihan Medicine Ball Chest Pass memiliki kelebihan gerak kecepatan karena beban dorongan bola bebannya lebih ringan dibandingkan mendorong sansak gerakan dorongan dengan mudah dilakukan. Kelemahannya adalah ketika diterapkan pada siswa yang kekuatan otot lengannya tinggi kecepatannya kurang kareana fleksibelitasnya otot tangan kurang. 2. Perbedaan prestasi tolak peluru antara siswa yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi dan rendah. Berdasarkan pembahasan kekuatan otot lengan di atas, menyebutkan bahwa orang yang kekar umumnya mempunyai kekuatan otot lengan yang kuat, Prestasi tolak peluru membutuhkan postur tubuh yang kekar sehingga menambah kekuatan dan kecepatan untuk menolak. Apalagi ditunjang dengan latihan yang benar yang bisa meningkatkan power dan kecepatan lengan tangan maka akan dicapai prestasi yang diharapkan. Kekuatan otot lengan tinggi dan rendah memiliki kelebihan dan kelemahan sehingga akan menimbulkan perbedaan prestasi. Jika menyangkut perbandingan kekuatan dan kecepatan, untuk siswa yang kekuatan otot lengan tinggi jika diberi latihan kecepatan akan lebih efektif hasil tolakannya.
commit to user xcix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Untuk siswa yang memilki kekuatan otot lengan rendah memiliki kelebihan jika diberi latihan plyometric dengan kategori mendorong dapat meningkatkan kekuatan otot lengan yang optimal. Kelemahannya adalah jika diberikan latihan yang membutuhkan kecepatan yang ditimbulkan kecil jadi kurang efektif. 3. Pengaruh interaksi antara latihan Plyometric dan kekuatan otot lengan terhadap prestasi tolak peluru. Setiap siswa memiliki kekuatan otot lengan yang berbeda-beda, sehingga memiliki karakteristik yang berbeda pula, apalagi diberi latihan yang berbeda maka hasil prestasinya pasti berbeda. Jadi pengaruh interaksinya dapat dipastikan selalu ada. Sesuai dengan kajian teori yang disebutkan di atas untuk Heavy Bag Thrust lebih cocok diterapkan pada siswa dalam kelompok sampel yang memiliki kekuatan otot lengan rendah, karena gerakannya ada unsur gerak mendorong dengan beban sehingga cocok pada siswa yang kekuatannya kurang yang bisa sangat efektif dalam pencapaian kekuatan otot lengan. Latihan Medicine Ball Chest Pass lebih cocok diterapkan pada siswa yang kekuatan otot tinggi, gerakan Medicine Ball Chest Pass membutuhkan gerakan kecepatan yang besar. Jika diterapkan pada kelompok kekuatan otot lengan tinggi maka akan terjadi beban kecepatan semakin besar dan akan menjadi gerakan yang efektif.
Tolak peluru merupakan salah satu nomor lempar pada cabang olahraga siswaik. Untuk mencapai prestasi yang tinggi dalam tolak peluru dibutuhkan beberapa unsur baik, fisik, teknik, mental dan proporsi tubuh yang ideal. Dalam tolak peluru ada dua macam gaya yang sering digunakan yaitu, gaya ortodhox dan commit to user c
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
gaya obrein. Pada prinsipnya gaya tersebut merupakan usaha agar peluru dapat terlontar sejauh-jauhnya. Ditinjau dari gerakan dalam tolak peluru gaya ortodhox ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi diantaranya power otot lengan, panjang lengan dan keseimbangan. Faktor-faktor tersebut beroperasi dalam satu rangkaian gerakan yang harus dikerahkan pada teknik yang benar agar diperoleh hasil tolakan yang maksimal. Alat untuk mengukur kekuatan otot lengan dan otot bahu menggunakan alat Hendy Dynamometer dilakukan pre test dan post test untuk memperoleh data penelitian. Dengan pembebanan metode latihan Heavy Bag Thrust
dan Medicine Ball
Chest Pass dapat meningkatkan kekuatan atau power otot lengan dan otot bahu untuk meningkatkan hasil prestasi tolak peluru. D. Perumusan Hipotesis
Dari deskripsi teori dan kerangka pemikiran, maka hipotesis penelitian yang diajukan adalah : 1. Ada perbedaan pengaruh latihan Plyometric Heavy Bag Thrust dan Medicine Ball Chest Pass terhadap prestasi tolak peluru. 2. Ada perbedaan prestasi tolak peluru antara siswa yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi dan rendah. 3. Ada pengaruh interaksi antara latihan Plyometric dan kekuatan otot lengan terhadap prestasi tolak peluru.
commit to user ci
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri Punung, Kabupaten Pacitan Propinsi Jawa Timur 2. Waktu Waktu penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2010/2011, selama 2 bulan mulai akhir bulan Nopember 2010 sampai bulan Januari 2011. Pelaksanaan perlakukan selama 8 minggu dengan frekuensi 3 kali seminggu dan 2 minggu untuk pretes dan postes. Pertemuan dilaksanakan pada hari Senin, Rabu dan Jumat selama 90 menit tiap pertemuan yang dilaksanakan pada sore hari pukul 15.00 – 16.30 WIB agar tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar di sekolah. Secara keseluruhan pertemuan dilaksanakan sebanyak 18 kali pertemuan dengan pertemuan awal untuk pretes dan akhir untuk postes. Sehingga untuk pelaksanaan program latihan inti sebanyak 18 kali pertemuan. B. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen, dasar penggunaan metode ini adalah kegiatan percobaan yang diawali dengan memberikan perlakuan pada subyek yang diakhiri dengan suatu bentuk tes guna mengetahui pengaruh perlakuan yang telah diberikan. Isaac Stephen and William commit to user B, (1984:77) menjelaskan bahwa:”Desain faktorial 2 x 2 untuk meneliti pengaruh cii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dari dua perlakuan, di mana masing-masing perlakuan atau variabel terdiri dari dua level.”Menurut Hadi Sutrisno (2000:462) mengatakan bahwa:” Desain faktorial adalah suatu yang menyediakan kemungkinan bagi penyelidik untuk sekaligus menyelidiki pengaruh dari dua jenis variabel eksperimen atau lebih”. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen dua faktor dan dua level. Faktor pertama merupakan variabel manipulatif, yaitu latihan Plyometric. Sedangkan faktor kedua adalah variabel atribut, yaitu kekuatan otot lengan. Latihan Plyometric terdiri dari latihan Plyometric Heavy Bag Trust dan Medicine Ball Chest Pass, sedangkan variabel atribut terdiri dari power otot lengan tinggi dan rendah. Sebuah faktor dikombinasikan atau disilangkan dengan semua level yang ada dalam eksperimen. Desain faktorial dua atau lebih variabel dimanipulasi secara simultan untuk mengetahui pengaruh masing-masing terhadap variabel terikat “(Furchan, 1982:362). Dan secara skematis rancangan penelitian ini dapat digambarkan pada tabel berikut : Tabel : 7 Rancangan Faktorial 2 x 2 LATIHAN PLYOMETRICS (A)
KEKUATAN OTOT LENGAN
Heavy Bag Thrust
Medicine Ball Chest Pass
( a1 )
( a2 )
Kekuatan Otot Lengan Tinggi
a1 b1
a2 b1
( b1 )
(10)
(10)
a1 b2
a2 b2
(B)
Kekuatan Otot Lengan Rendah
commit to user ciii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
( b2 )
(10)
(10)
Keterangan : a1b1
: Latihan Heavy Bag Thrust dengan kekuatan otot lengan tinggi
a1b2
: Latihan Heavy Bag Thrust dengan kekuatan otot lengan rendah
a2b1
: Latihan Medicine Ball Chest Pass dengan kekuatan otot lengan tinggi
a2b2
: Latihan Medicine Ball Chest Pass dengan kekuatan otot lengan rendah
C. Variabel Penelitian Variabel penelitian terdiri atas dua variabel bebas (independen) dan satu variabel terikat (dependen) dengan perincian sebagai berikut : 1. Variabel bebas (independen) yaitu variabel yang mempengaruhi veriabel yang lain : a. Variabel manipulatif, yaitu : latihan plyometrics yang terdiri dari dua level : 1) Latihan Plyometric Heavy Bag Thrust 2) Latihan Plyometric Medicine Ball Chest Pass . b. Variabel atributif, yaitu kekuatan otot lengan yang terdiri dari : 1) Kekuatan otot lengan tinggi 2) Kekuatan otot lengan rendah commit to user civ
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Variabel terikat (dependen) Variabel yang dipengaruhi oleh variabel yang lain adalah prestasi tolak peluru D. Definisi Operasional Variabel 1. Latihan Plyometric adalah salah satu bentuk latihan yang didalamnya terdapat kontraksi dan regangan otot secara cepat yang memungkinkan otot mencapai kekuatan maksimal dalam waktu yang singkat
a. Heavy Bag Thrust Latihan Heavy Bag Thrust adalah latihan dengan kedua kaki diam dan terbuka doronglah sansak menjauh dari tubuh secepat mungkin lengan dan bahu terjulur penuh. Tangkaplah pentalan sansak dengan tangan terbuka dan pecahkan momentumnya dengan menggunakan togok, lengan dan bahu. Geserlah posisi dan ulangi dengan menitik beratkan kecepatan dan keekplositan. b. Medicine Ball Chest Pass Latihan Medicine Ball Chest Pass adalah latihan dengan mendorong bola secepatnya keluar oleh salah seseorang menjulurkan kedua lengan sepenuhnya. Yang seorang lagi mengecek momentum bolanya dan sebelum sepenuhnya melemaskan kedua tangannya, mendorong keluar yang berlawanan, melintaskannya kembali denga gerak ikutan penuh urutan tersebut diulang- ulang dengan cara menangkap. Mendorong bola ada unsur menolak yang dibutuhka tolak peluru. 2. Kekuatan Otot Lengan
commit to user cv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kekuatan dan kecepatan dari otot-otot lengan harus dikerahkan pada teknik yang benar agar diperoleh tolakan sejauh-jauhnya. Perpaduan antara kekuatan dan kecepatan dari otot-otot lengan harus dikerahkan dalam satu rangkaian gerakan yang kuat dan eksplosif. Dalam hal ini kekuatan otot lengan yang
dimiliki
seorang
siswa
akan
mempengaruhi
pencapaian
hasil
tolakan.Kekuatan otot ini berorientasi pada saat lengan diluruskan mendorong peluru hingga mencapai tolakan + 45º. Pada akhir tolakkan diakhiri dengan lecutan dari pergelangan tangan dan jari-jari tangan untuk memperoleh tolakkan sejauh-jauhnya. Pengerahkan kekuatan otot-otot lengan dan lecutan pergelangan tangan ini harus dilakukan dalam satu pola gerakan yang utuh dan eksplosif. Kemampuan mengerahkan kekuatan dan kecepatan dari otot-otot lengan secara baik dan benar akan mendukung pencapaian prestasi tolak peluru lebih optimal. Untuk memperoleh hasil tolakan yang baik peneliti melakukan pengukuran kekuatan otot lengan dengan menggunakan tes alat pengukur kekuatan otot lengan (Hendy Dynamometer). 3. Prestasi tolak peluru : hasil tolakan diperoleh siswa melalui tes awal, dan tes akhir melakukan tolak peluru setelah diberi latihan. E. Populasi dan Sampel 1. Populasi penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas XI SMA Negeri Punung Kabupaten Pacitan yang berjumlah 64 orang. 2. Sampel penelitian commit to user cvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive random sampling (Sutrisno Hadi, 1982:81-83). Yang menggunakan sampel penelitian berdasarkan ketentuan-ketentuan antara lain : a. Jenis kelamin laki-laki b. Berminat mengikuti latihan plyometric c. Sehat jasmani dan rohani d. Bersedia menjadi sampel penelitian e. Memiliki gerak dasar yang baik, didasarkan dari hasil observasi dan informasi. Dari jumlah 64 anak yang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan sebelumnya, selanjutnya dilakukan tes kekuatan otot lengan untuk mengetahui anak yang memiliki
kekuatan otot lengan tinggi dan rendah. Kemudian siswa disusun
berdasarkan urutan rangking hasil tes kekuatan oto lengan. Sampel yang diambil yaitu siswa yang berkekuatan otot lengan tinggi sebanyak 20 dan siswa yang berkekuatan otot lengan rendah sebanyak 20, sedangkan 20 siswa dengan kekuatan otot lengan sedang (di tengah) tidak diambil sebagai sampel dengan tujuan untuk memberikan rentang perbedaan yang nyata antara kekuatan otot lengan tinggi dan kekuatan otot lengan rendah. Selanjutnya 20 orang siswa yang termasuk ketegori kekuatan otot lengan tinggi dan 20 orang kategori kekuatan otot lengan rendah, masing-masing dilakukan random untuk mendapatkan dua bentuk Latihan Plyometric Heavy Bag Thrust dan Medicine Ball Chest Pass .
commit to user F. Teknik Pengumpulan Data cvii
Plyometric
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Instrumen tes penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Kekuatan otot lengan Dalam pengukuran kekuatan otot lengan, alat yang digunakan adalah Pull
Dynamometer. Ketentuan dalam pengukuran otot lengan adalah
sebagai berikut : 1). Testee berdiri tegak, posisi kaki terbuka kurang lebih 30 centimeter. 2). Alat dipegang oleh kedua buah tangan di muka dada, posisi push dynamometer menghadap ke depan dan kedua lengan atas dan bawah fleksi sejajar dengan bahu. 3). Lakukan gerakan menarik (pull) pada alat Dynamometer oleh kedua tangan sekuat-kuatnya dengan gerakan perlahan dan badan berdiri tegak. Gerakan dianggap gagal apabila Dynamometer menyentuh dada, posisi lengan atas dan bawah tidak sejajar dengan bahu dan melakukan gerakan sentuhan 4). Dari hasil tes yang dilakukan dua kali diambil yang terbaik, dinyatakan dalam satuan ukuran kilogram (Kg). 5). Petugas mencatat hasil dalam blangko pengukuran. b. Data prestasi tolak peluru Dengan melakukan pretes dan postes tolak peluru dengan kesempatan masing-masing dua kali dan diambil tolakan terjauh. c. Mencari reliabilitas commit to user cviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sebelum data hasil penelitian dianalisis terlebih dahulu data kekuatan otot lengan dengan Pull Dynamometer harus dicari reliabilitasnya sesuai dengan karakteristik dari populasi penelitian. “Penghitungan koefisien reliabilitas intraklas dicari dengan ANAVA ( Baumgartner, 1998:84). Rumus reliabilitasnya adalah: MS P - MSW MS P
R=
R
= Reliabilitas
MSP
= Mean Square antar subyek
MSW
= Mean Square di dalam subyek
Tabel . 8 Koefisien Korelasi Reliabilitas KOEFISIEN
RELIABILITAS
95 - 99
Excellent
90 - 94
Very good
80 - 89
Acceptable
70 - 79
Poor
60 - 69
Questionable
( Stand et all. 1993 dalam Mulyono, 1984:38) G. 1. Uji Prasyarat Analisis
Teknik Analisis Data commit to user cix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Uji Normalitas Pengujian ini dilakukan terhadap setiap sel untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Teknik yang digunakan adalah statistik Anderson-Darling yang dilakukan dengan menggunakan bantuan software MINITAB (Siswandari, 2009:202).
b. Uji Homogenitas Tujuan pengujian ini adalah untuk menaksir selisih rata-rata dan menguji kesamaan atau perbedaan dua rata-rata. Perlu ditekankan adanya asumsi bahwa kedua kelompok mempunyai variansi yang sama agar kegiatan menaksir dan menguji dapat berlangsung. Untuk menghitung uji homogenitas digunakan rumus uji Bartlett pada taraf signifikansi α = 0.05. Kriteria pengujian yang digunakan adalah jika X2h < X2t pada taraf signifikansi α = 0.05 yang berarti penyebaran data dalam penelitian bersifat homogen. 2. Uji Hipotesis Setelah dilakukan uji homogenitas variansi dan uji normalitas, maka pemanfaatan ANAVA dalam analisis data sudah bisa dilakukan. Data hasil tes akhir hasil tolak peluru dianalisis dengan statistika ANAVA DUA JALUR dan pengujian hipotesis dengan perhitungan uji F pada taraf signifikan 0,05% yang sebelumnya telah dilakukan uji prasyarat. Welkowitz, (1982:271), mengemukakan prosedur ANAVA DUA JALUR secara rinci sebagai berikut : Tabel : 9
commit to user
Analisis Variansi Dua Jalur
cx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Source of Variance
SS
Df
MS
F
Between groups
SSB
dfB
MSB
FB
A
SS1
Df1
MS1
F1
B
SS2
Df2
MS2
F2
A*B
SS1x2
df1x2
MS1x2
F1x2
Within groups
SSw
dfw
MSw
Total
SST
dfT
Langkah-langkah perhitungannya : a. Sum of Square (1)
Total Sum of Square (SSr)
(å X ) -
2
SS r = å X (2)
2
N
Between Group Sum of Square (SSB)
(å X ) (å X ) (å X ) (å X ) = + + 2
SS B (3)
2
1
N1
2
2
N2
Nk
Within group Sum Square (SSw)
SS w = SS r - SS B (4)
2
k
Sum of Square for Factor 1 (SS1)
commit to user cxi
N
perpustakaan.uns.ac.id
SS 1 = å
digilib.uns.ac.id
2 (sum of eachcolumn )2 - (å X )
N in eachcolumn
N
(5)
Sum of Square for Factor 2 (SS2) SS 2 = å
(6)
Sum of Square for Interactions (SS1x2)
2 (sum of eachcolumn )2 - (å X )
N in eachcolumn
. SS1x2 = SSB – SS1 – SS2 b. Degrees of Freedom (1)
Total Degrees of Freedom dfr = N – 1
(2)
Degrees of Freedom Within Groups dfw = N – K
(3)
Degrees of Freedom for Factor 1 df1 = one less than the number of levels for factor 1
(4)
Degrees of Freedom for Factor 2 df1 = one less than the number of levels for factor 2
(5)
Degrees of Freedom for Interaction df1x2 = df1 x df2
(6)
Degrees of Freedom between Groups dfB = k – 1
c. Mean Square (1)
Mean Square between Group (MSB)to user commit
cxii
N
perpustakaan.uns.ac.id
MS B =
(2)
SS B df B
Mean Square Within Group (MSW)
SSW dfW
MSW =
(3)
Mean square for factor 1 (MS1)
MS B =
(4)
SS1 df1
Mean Square for Factor 2 (MS2)
MS B =
(5)
digilib.uns.ac.id
SS 2 df 2
Mean Square for Interaction (MS1x2)
MS1x 2 =
SS1x 2 df1x 2
d. F rations and Tests of Significance (1)
Effect of Between Group (FB)
F=
(2)
MS B MSW
Effect of factor 1 (F1)
F=
MS1 MSW
commit to user cxiii
perpustakaan.uns.ac.id
(3)
Effect of Factor 2 (F2)
F=
(4)
MS 2 MSW
Effect of Interaction (F1x2)
F=
·
digilib.uns.ac.id
MS1x 2 MSW
Penggunaan Anava harus memenuhi persyaratan : 1) observasi untuk masingmasing kelompok independent, 2) setiap kelompok perlakuan memiliki variansi yang sama (homogen), 3) populasi berdistribusi normal. Namun demikian analisis variansi (Anava) tetap tegar (Robust) dan akan tetap memberikan hasil yang akurat walaupun variansi tidak homogen Welkowitz (1982:251).
H. Validitas Rancangan Penelitian Untuk mendapatkan keyakinan bahwa skor peningkatan kemampuan prestasi tolak peluru merupakan hasil perlakuan yang dapat digeneralisasikan ke populasi yang ada, maka dilakukan pengontrolan terhadap kemungkinan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, yaitu validitas internal dan eksternal. 1. Validitas internal Pengontrolan validitas internal adalah pengendalian terhadap variabelvariabel pengganggu yeng meliputi : a. Pengaruh sejarah Selama mengikuti program pelatihan sampel tidak diperbolehkan mengikuti aktivitas angkat besi di luar jadwal eksperimen. Hal ini dilakukan dengan tidak memberikan materi tersebut pada saat kegiatan commit to user cxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
belajar mengajar dan siswa ditekankan untuk tidak melakukan aktivitas angkat berat pada waktu senggang. b. Pengaruh pertumbuhan, perkembangan dan kematangan Untuk menghindari adanya pengaruh proses pertumbuhan, perkembangan dan kematangan motorik, perlakuan diberikan dalam waktu tidak terlalu lama yaitu selama 8 minggu atau selama dua bulan. c. Testing Hasil dari sebuah percobaan berurutan dengan pengambilan dari tes yang sama d. Pengaruh instrumen Sebelum instrumen digunakan, terlebih dahulu diuji tingkat keajegannya. e. Pengaruh pemilihan subyek Dikontrol dengan penempatan subyek yang memiliki kemampuan awal yang sama dan berimbang terhadap kelompok eksperimen. f. Pengaruh kehilangan peserta eksperimen Dikontrol terus-menerus memotivasi dan memonitor kehadiran sampel melalui daftar hadir yang ketat sejak awal sampai akhir eksperimen. g. Pengaruh perlakuan Dikontrol dengan memberikan perlakuan yang sama kepada kelompok eksperimen. h. Penurunan statistik
commit to user cxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Suatu kenyataan bahwa grup yag terpilih berdasarkan skor yang tinggi sebenarnya tidak mempunyai tinggi skor yang sama dalam percobaan selanjutnya. i. Dugaan/ harapan Dikontrol dengan cara mengantisipasi pelaku percobaan terhadap penampilan partisipan-partisipan tertentu yang mungkin akan lebih bagus. 2. Validitas eksternal Pengontrolan validitas eksternal adalah pengendalian terhadap beberapa faktor agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan. Hal ini dilakukan dengan tindakan sebagai berikut : a. Pengaktifan kembali atau efek balik dari percobaan Pre tes mungkin akan membuat partisipan lebih waspada atau sensitif dengan percobaan yang akan datang sehingga perlakuan tidak efektif tanpa tes awal. b. Interaksi terhadap prasangka dan perlakuan percobaan Ketika grup dipilih berdasarkan beberapa karakteristik percobaan mungkin hanya berlaku pada grup yang mempunyai karakteristik tersebut. c. Efek balik dari penyusunan percobaan Perlakuan yang efektif dalam situasi yang bebas dan dalam seting yang leluasa seperti kenyataan. d. Gangguan percobaan yang berlipat Ketika para partisipan menerima lebih dari satu percobaan efek dari percobaan yang lebih dulu mungkin mempengaruhi percobaan selanjutnya. commit to user cxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan hasil tes dan pengukuran dengan menggunakan instrument pengukuran yang sudah diukur tingkat validitasnya, selanjutnya hasil pengukuran dari latihan
Plyometrics, kekuatan otot lengan dan
prestasi tolak peluru akan dijelaskan dalam deskripsi data selanjutnya diuraikan mengenai hasil penelitian beserta interpretasinya. Pengambilan data dilakukan pada tes awal dan tes akhir prestasi tolak peluru. Penyajian hasil penelitian berdasarkan hasil analisis statistik yang dilakukan dengan manual dan agar lebih yakin tentang kebenaranya dari hasil yang diperoleh dilanjutkan dengan uji statistik dengan bantuan software MINITAB (Siswandari, 2009 : 202). Berturut-turut berikut disajikan mengenai deskripsi data, uji persyaratan analisis, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian. A. Deskripsi Data Deskripsi hasil analisis data prestasi tolak peluru dilakukan sesuai dengan sel/kelompok perlakuan, dalam penelitian diberikan latihan plyometric dihubungkan dengan kekuatan otot lengan, yang disajikan pada tabel 8. Yang berisikan tentang deskripsi data hasil tes prestasi tolak peluru tiap kelompok berdasar kan penggunaan latihan plyometric dan kekuatan otot lengan.
commit to user cxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 10. Deskripsi Hasil Tes Prestasi Tolak Peluru Tiap Kelompok Berdasarkan 104 Penggunaan Latihan Plyometric dan Kekuatan Otot Lengan. Latihan
Kekuatan Lengan
Rendah Heavy Bag Thrust Tinggi
Rendah Medicine Ball Chest Pass Tinggi
Tolak Peluru (Pre-test)
Tolak Peluru (Post-test)
Jumlah
73,63
79,62
Mean
7,363
7,962
Std. Deviation
0,424
0,627
Jumlah
87,14
98,66
Mean
8,714
9,866
Std. Deviation
0,538
0,253
Jumlah
77,66
87,32
Mean
7,766
8,732
Std. Deviation
0,327
0,536
Jumlah
74
80,36
Mean
7,400
8,036
Std. Deviation
0,367
0,581
Statistik
commit to user cxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 12: Histogram Nilai Rata-Rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Prestasi Tolak Peluru Tiap Kelompok Berdasarkan Penggunaan Latihan dan Kekuatan Otot Lengan. Keterangan: Heavy Bag Thrust
= Kelompok pelatihan dengan latihan Heavy Bag Thrust
Medicine Ball Chest Pass
= Kelompok pelatihan dengan latihan Medicine Ball
Chest Pass Kekuatan Tinggi Kekuatan Rendah
= Kekuatan otot lengan tinggi = Kekuatan otot lengan rendah
= Hasil tes awal = Hasil tes akhir Agar lebih jelas dalam memahami tabel 10 diatas, gambaran menyeluruh dari
commit to user nilai rata-rata prestasi tolak peluru awal latihan (pre-test) dan sesudah latihan (Post-test) cxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dari keempat kelompok, maka dapat dibuat histogram perbandingan nilai-nilai yang ditunjukan pada gambar 12. Masing-masing sel (kelompok perlakuan) memiliki peningkatan prestasi tolak peluru yang berbeda. Nilai peningkatan prestasi tolak peluru masing-masing sel (kelompok perlakuan) adalah sebagai berikut: Tabel 11. Nilai Peningkatan Prestasi Tolak Peluru Masing-Masing Sel (Kelompok Perlakuan) Nilai peningkatan
No
Kelompok perlakuan (Sel)
1
A1B1 (KP1)
1,152
2
A1B2 (KP2)
0,599
3
A2B1 (KP3)
0,636
4
A2B2 (KP4)
0,966
prestasi tolak peluru ( Gain Score )
Agar lebih jelas gambaran nilai rata-rata peningkatan prestasi tolak peluru yang dicapai tiap kelompok perlakuan disajikan dalam bentuk histogram sebagai berikut:
commit to user cxx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 13 : Histogram Nilai Rata-Rata Peningkatan Prestasi Tolak Peluru pada Tiap Kelompok Perlakuan. Keterangan : KP1 = Kelompok siswa dengan latihan Heavy Bag Thrust pada kekuatan otot lengan tinggi KP2 = Kelompok siswa dengan latihan Heavy Bag Thrust pada kekuatan otot lengan rendah KP3 =
Kelompok siswa dengan latihan Medicine Ball Chest Pass pada kekuatan otot lengan tinggi
KP4 =
Kelompok siswa dengan latihan Medicine Ball Chest Pass pada kekuatan otot lengan rendah Latihan Heavy Bag Thrust dan latihan Medicine Ball Chest Pass memberikan
pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan prestasi tolak peluru. Jika antara kelompok siswa yang mendapat latihan dengan latihan Heavy Bag Thrust dan dengan
commit to user
latihan Medicine Ball Chest Pass dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa kelompok
cxxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perlakuan latihan dengan latihan Heavy Bag Thrust memiliki peningkatan prestasi tolak peluru yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok dengan perlakuan latihan dengan latihan Medicine Ball Chest Pass. Antara kelompok siswa yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi dan rendah juga memiliki peningkatan prestasi tolak peluru yang berbeda. Jika antara kelompok siswa yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi dan rendah dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa kelompok siswa yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi memiliki peningkatan prestasi tolak peluru yang lebih baik ( Gain score = 1,152 ) dibandingkan kelompok siswa yang memiliki kekuatan otot lengan rendah ( Gain score = 0,966 ). Tapi perlu diperhatikan dari hasil bacaan grafik diatas juga ditunjukkan bahwa, tidak selamanya siswa yang mempunyai kekuatan otot lengan tinggi akan mengalami peningkatan lebih baik jika dibandingkan dengan siswa yang mempunyai kekuatan otot lengan rendah, sebagai hasil digambarkan dalam grafik bahwa siswa yang mempunyai kekuatan otot lengan tinggi diberikan perlakuan dengan latihan Medicine Ball Chest Pass (Gain score = 0,599) peningkatan prestasinya lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang mempunyai kekuatan otot lengan rendah dengan diberikan perlakuan latihan Medicine Ball Chest Pass ( Gain score = 0,966 ).
B. Pengujian Persyaratan Analisis Sebelum data dianalisis dengan ANOVA, terlebih dahulu dilakukan pengujian persyaratan, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas variansi terhadap semua kelompok yang akan dibandingkan. Asumsi-asumsi bahwa populasi berdistribusi normal
commit to user cxxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan homogenitas varians telah melancarkan teori dan latihan, sehingga banyak persoalan yang dapat diselesaikan dengan lebih mudah. 1. Uji Normalitas Tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui sebaran data dari setiap variabel penelitian normal atau tidak. Adapun data penelitian yang diuji normalitasnya adalah meliputi data keseluruhan latihan (latihan Heavy Bag Thrust dan Medicine Ball Chest Pass) yang dihubungkan dengan kekuatan otot lengan tinggi dan kekuatan otot lengan rendah. Selanjutnya menurut Siswandari (2009:134) seandainya dalam melakukan uji persyaratan analisis maka peneliti dapat menggunakan uji Anderson Darling (pendekatan grafis) untuk uji normalitas. a. Uji normalitas pada kelompok perlakuan latihan Plyometrics Heavy Bag Thrust dengan kekuatan otot lengan tinggi. Uj Norm Dt Tes Harvey & Pwr Tg Uji Normalitas Heavy Bag Thrust dan Kekuatan Otot Tinggi Normal Normal
99 99
Mean 9,866 Mean 7,962 StDev 0,2526 StDev 0,6270 N 10 N 10 AD 0,118 AD 0,244 P-Value 0,983 P-Value 0,685
95 95 90 90
tn t n ee c re rc Pe P
80 80 70 70 6060 5050 4040 3030 2020 1010 5 5
1 1
9,2 6,5
9,4 7,0 9,6
7,5 9,8
8,010,0 C1 C1
commit to user cxxiii
8,510,2
9,0 10,4
9,5 10,6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 14 : Uji Normalitas Latihan Plyometrics Heavy Bag Thrust dengan Kekuatan Otot Lengan Tinggi Berdasarkan gambar diatas karena nilai p-value > 0.05 atau 0,621 > 0,05 maka Ho diterima dan ini berarti bahwa residu berdistribusi normal. b. Uji normalitas kelompok perlakuan latihan Plyometrics Heavy Bag Thrust kekuatan otot lengan rendah.
Uji Normalitas Heavy BagThrust dan Kekuatan Otot Redah Normal 99
Mean StDev N AD P-Value
95 90
7,962 0,6270 10 0,244 0,685
80
tn e c re P
70 60 50 40 30 20 10 5
1
6,5
7,0
7,5
8,0 C1
8,5
9,0
9,5
Gambar 15: Uji Normalitas Latihan Plyometrics Heavy Bag Thrust
dengan
Kekuatan Otot Lengan Rendah Berdasarkan gambar diatas karena p-value > 0.05 atau 0,685 > 0,05 maka Ho diterima dan ini berarti bahwa residu berdistribusi normal. c. Uji normalitas pada kelompok perlakuan latihan Plyometrics Medicine Ball Chest Pass dengan kekuatan otot lengan tinggi
commit to user cxxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Uji Normalitas Medicine Ball Chest Pass & Kekuatan Tinggi Normal 99
95 90
Mean
9,866
StDev N AD
0,2526 10 0,118
P-Value
0,983
80
tn e c re P
70 60 50 40 30 20 10 5
1
9,2
9,4
9,6
9,8
10,0
10,2
10,4
10,6
C1
Gambar 16 : Uji Normalitas Latihan Plyometrics Medicine Ball Chest Pass dengan Kekuatan Otot Lengan Tinggi Berdasarkan gambar diatas karena nilai p-value > 0.05 atau 0,983 > 0,05, maka Ho diterima dan ini berarti bahwa residu berdistribusi normal. d. Uji normalitas kelompok perlakuan latihan Plyometrics Medicine Ball Chest Pass dengan kekuatan otot lengan rendah
commit to user cxxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Uji Normalitas Medicine Ball Chest Pass & Kekuatan Otot Rendah Normal 99
Mean StDev N AD P-Value
95 90
8,732 0,5363 10 0,257 0,636
80
tn e c r e P
70 60 50 40 30 20 10 5
1
7,5
8,0
8,5
9,0
9,5
10,0
C1
Gambar 17 : Uji Normalitas Latihan Plyometrics Medicine Ball Chest Pass dengan Kekuatan Otot Lengan Rendah Berdasarkan gambar diatas karena nilai p-value > 0.05 atau 0,636 > 0,05 maka Ho diterima dan ini berarti bahwa residu berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas Variansi Uji homogenitas vasiansi dimaksudkan untuk menguji kesamaan varians antara kelompok A dengan kelompok B. Uji homogenitas pada penelitian ini dilakukan dengan uji Bartlet. Hasil uji homogenitas antara kelompok
A dan
kelompok B adalah sebagai berikut Tabel 12 : Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Variansi ∑ Kelompok
Ni
SD2gab
χ2o
χ2tabel 5%
Kesimpulan
4
10
0,4993
2,070
7.81
Varians homogeny
commit to user cxxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari hasil uji homogenitas diperoleh nilai χ2o 2,070. Sedangkan dengan K - 1 = 4 – 1 = 3, angka χ2tabel 5% = 7,81, yang ternyata bahwa nilai χ2o = 2,070 lebih kecil dari χ2tabel 5%
= 7.81. Sehingga dapat disimpulkan bahwa antar kelompok dalam penelitian ini
memiliki varians yang homogen. ( Penghitungan uji homoginitas varians. Lampiran 25: Hal 187).
C. Pengujian Hipotesis Setelah melakukan uji normalitas dan homogenitas data hasil penelitian, maka syarat untuk analisis varians (ANOVA) telah terpenuhi. Agar uji hipotesis dapat dilaksanakan dengan baik maka terlebih dahulu harus ditentukan bagaimana penerimaan dan penolakan hipotesis. Perhitungan lengkap ANOVA desain Faktorial blok 2 x 2, digunakan untuk melihat perbedaan pengaruh antara latihan Plyometrc Heavy Bag Thrust dan latihan Medicine Ball Chest Pass, juga untuk melihat interaksi antara latihan dengan kekuatan otot lengan. Hasil perhitungan lengkap terdapat pada lampiran 25, hal 187. Sesuai dengan rumusan dalam BAB III bahwa hipotesis yang akan diuji adalah; Menurut Siswandari (2009:125)
1. Hipotesis 1 :
H
01
:
α = 0 Versus
H
11
:
α±0
Atau dengan kata lain: Latihan Plyometrics tidak berpengaruh terhadap prestasi (Ho) versus latihan Plyometrics berpengaruh terhadap prestasi (H1),
2. Hipotesis 2 :
H
02
:
β = 0 Versus
H
3. Hipotesis 3 :
H
03
:
Hto13 user commit αβ = 0 Versus αβ ± 0
12
:
β±0
:
cxxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hasil analisis data, yang diperlukan untuk pengujian hipotesis sebagai berikut: Tabel 13. Ringkasan Hasil Analisis Varians Dua Faktor ( Prestasi Tolak Peluru ) Sumber Variasi
dk
JK
RJK
Fo
Ft
Rata-rata Perlakuan
1
2992,2080
2992,2080
A
1
3,6482
3,648
13,4812
*
4,11
B
1
2,8090
2,809
10,3802
*
4,11
AB
1
16.9000
16,900
62,4512
*
4,11
Kekeliruan
36
9,7420
0,271
Total
40
3025,3072
Keterangan : Yang bertanda * signifikan pada P £ 0,05. Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat dilakukan pengujian hipotesis sebagai berikut:
1. Perbedaan Pengaruh Antara Latihan Heavy Bag Thrust dan Medicine Ball Chest Pass Terhadap Peningkatan Prestasi Tolak Peluru. Untuk menguji hipotesis yang menyatakan ada perbedaan pengaruh antara latihan
Heavy Bag Thrust dan Medicine Ball Chest Pass terhadap peningkatan
prestasi tolak peluru, digunakan analisis variansi Two Way. Berdasarkan hasil perhitungan analisis variansi dua jalan, diperoleh Fobservasi = 13,4812. Hasil perhitungan ini kemudian dikonsultasikan dengan tabel F dengan Dk pembilang = 1 dan Dkpenyebut = 36, dan taraf signifikansi 0,05 diperoleh F tabel to = 4,11, commit user karena F observasi > F tabel atau 13,4812
cxxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
> 4,11, sehingga dapat dikatakan ada perbedaan pengaruh antara latihan Heavy Bag Thrust dan Medicine Ball Chest Pass terhadap peningkatan prestasi tolak peluru. 2. Perbedaan Pengaruh Prestasi Tolak Peluru Antara Siswa yang Memiliki Kekuatan Otot Lengan Tinggi dengan Rendah. Untuk menguji Hipotesis yang menyatakan ada perbedaan pengaruh prestasi tolak peluru antara siswa yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi dengan rendah digunakan analisis variansi Two Way. Berdasarkan hasil perhitungan analisis variansi dua jalan, diperoleh Fobservasi = 10,3802. Hasil perhitungan ini kemudian dikonsultasikan dengan tabel F dengan Dk
pembilang
= 1 dan Dkpenyebut = 36, dan taraf
signifikansi 0,05 diperoleh F tabel = 4,11, karena F observasi > F
tabel
atau 10,3802 > 4,11,
sehingga dapat dikatakan ada perbedaan pengaruh prestasi tolak peluru antara siswa yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi dengan rendah. 3. Pengaruh Interaksi Antara Latihan Plyometric dan Kekuatan Otot Lengan Terhadap Peningkatan Prestasi Tolak Peluru. Untuk menguji hipotesis yang menyatakan ada pengaruh interaksi antara latihan dan kekuatan otot lengan terhadap peningkatan prestasi tolak peluru, digunakan analisis variansi two Way. Berdasarkan hasil perhitungan analisis variansi dua jalan, diperoleh Fobservasi = 62,4512, Hasil perhitungan ini kemudian dikonsultasikan dengan tabel F dengan Dk pembilang = 1 dan Dkpenyebut = 36, dan taraf signifikansi 0,05 diperoleh F
tabel
= 4,11, karena F
observasi
>F
tabel
atau 62,4512 > 4,11, sehingga dapat dikatakan
ada pengaruh interaksi Antara latihan dan kekuatan otot lengan terhadap peningkatan prestasi tolak peluru.
commit to user cxxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Rangkuman Pengujian Hipotesis Dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel maka dapat diketahui keputusan ditolak atau diterimanya hipotesis nihil. Untuk itu secara keseluruhan dapat dilihat rangkuman dari hasil uji statistik secara uji F seperti yang tampak dalam tabel berikut ini. Tabel 14. Tabel Kesimpulan Hasil Penelitian
No.
Hipotesis Nihil
Fhitung
Ftabel
Kesimpulan pada a=0,05
1.
Tidak ada perbedaan pengaruh antara latihan Heavy Bag Thrust dan Medicine Ball Chest Pass terhadap peningkatan prestasi tolak peluru.
13,4812
4,11
Ditolak
10,3802
4,11
Ditolak
62,4512
4,11
Ditolak
2.
Tidak ada perbedaan pengaruh prestasi tolak peluru antara siswa yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi dengan rendah Tidak ada pengaruh interaksi antara latihan Plyometric dan kekuatan otot lengan terhadap peningkatan prestasi tolak peluru
3.
Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan dapat diketahui adanya pengaruh
commit to user
interaksi antara latihan Plyometric dan kekuatan otot lengan terhadap peningkatan
cxxx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
prestasi tolak peluru, selanjutnya dilakukan analisis lanjut dengan menggunakan software MINITAB (Siswandari, 2009:210-212). untuk mengetahui sejauh mana perbedaan interaksi masing-masing kelompok perlakuan.. E. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Perbedaan Pengaruh Antara Latihan Heavy Bag Thrus dan Medicine Ball Chest Pass Terhadap Peningkatan Prestasi Tolak Peluru Berdasarkan pengujian hipotesis pertama ternyata ada perbedaan pengaruh yang nyata antara kelompok siiswa yang di latih dengan latihan Heavy Bag Thrus dan kelompok siswa yang mendapatkan pelatihan dengan latihan Medecine Ball Chest Pass terhadap peningkatan prestasi tolak peluru. Pada kelompok siswa yang mendapat pelatihan dengan latihan Heavy Bag Thrus mempunyai peningkatan prestasi tolak peluru yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang mendapat pelatihan dengan latihan Medicine Ball Chest Pass. Latihan Heavy Bag Thrust merupakan latihan fisik dengan cara melakukan mendorong sansak, kedua tungkai pada posisi setengah terbuka, kaki disamping dekat sansak ditarik kebelakang. Letakkan tangan bagian dalam setinggi dada pada sansak dengan jari-jari menunjuk keatas siku harus dekat dengan tubuh dan lengan harus ditekuk penuh. Doronglah sansak kedepan menjauh dari tubuh secepat mungkin. Gerakan mendorong dilakukan dengan tenaga eksplosif dan kecepatan penuh melalui kontraksi maksimal otot-otot triceps pectoralis, detoid biceps (lengan). Latihan ini akan memberi pengaruh yang baik terhadap peningkatan prestasi tolak peluru terutama pada siswa yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi dari
commit to userrendah, karena pada saat melakukan pada siswa yang memiliki kekuatan otot lengan cxxxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tolakan beban lengan lebih berat sehingga pada latihan ini bisa dikatakan lebih mengutamakan beban tolakan, bukan repetisi/pengulangan latihan. Dengan latihan yang terus menerus diharapkan akan dapat merangsang kemampuan otot yang dibutuhkan untuk mencapai hasil prestasi tolak peluru yang maksimal. Selain latihan Heavy Bag Thrust dalam penelitian ini juga diterapkan latihan Medicine Ball Chest dimana latihan Medicine Ball Chest Pass adalah latihan fisik dengan mendorong bola berpasangan duduk saling berhadapan, pegang bola setinggi dada dengan kedua tangan sedikit dibelakang bola dan kedua lengan ditekuk dengan bagian belakang tangan menyentuh dada, Gerakan meledak ke depan dilakukan dengan tenaga eksplosif dan kecepatan penuh melalui kontraksi maksimal otot yang dilatih adalah triceps pictoralis, lattisimus deltoid dan pergelangan tangan serta lengan bawah. Latihan Medicine Ball Chest Pass juga memberi pengaruh yang baik terhadap peningkatan prestasi tolak peluru terutama pada siswa yang memiliki kekuatan otot lengan rendah dibading siswa yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi, karena pada saat melakukan tolakan beban tangan lebih ringan dibandingkan dengan latihan Heavy Bag Thrust, sehingga pada latihan ini bisa dikatakan lebih mengutamakan repetisi/pengulangan latihan, bukan beban tolakan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dengan latihan Heavy Bag Thrust prestasi tolak peluru akan lebih dapat ditingkatkan dibandingkan dengan latihan dengan latihan Medicine Ball Ches Passt, hal ini dapat dilihat dari rerata yang menunjukkan bahwa dengan latihan Heavy Bag Thrust ( 8,914 ) lebih baik
commit user dibandingkan dengan Medicine Ball Chestto Pass ( 8,384). cxxxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Perbedaan pengaruh prestasi tolak peluru antara siswa yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi dengan rendah Selain latihan yang sangat penting dalam peningkatan prestasi tolak peluru, selain itu juga sangatlah penting adanya kemampuan dasar beberapa anggota badan untuk menghasilkan tingkat gerak yang tinggi. Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan kemampuan siswa pada kekuatan otot lengan. Dalam kemampuan dasar tubuh kekuatan otot lengan merupakan kemampuan seseorang dalam melaksanakan gerakan otot lengan dengan kekuatan dan kecepatan sejauh-jauhnya (Eksplosive). Faktor penentu baik dan tidaknya kekuatan yang dimiliki seseorang bergantung pada intensitas kontraksi otot dan kemampuan otot untuk berkontraksi secara maksimal dalam waktu yang singkat setelah menerima rangsangan serta produksi energi biokimia dalam otot sangat menentukan kekuatan yang dihasilkan. Jika unsur-unsur seperti tersebut diatas dimiliki seseorang, maka ia akan memiliki kekuatan yang baik. Namun sebaliknya jika unsur-unsur tersebut tidak dimiliki maka kekuatan otot yang dihasilkan pun juga tidak baik. Berdasarkan uraian di atas bahwa kekuatan otot lengan sangatlah penting dalam nomor tolak peluru yakni pada saat melakukan awalan ataupun pada saat siswa melakukan tolakan.apabila tumpuan/tolakan dilakukan dengan cepat dan kuat sehingga untuk mencapai tolakan yang jauh sangat memungkin sekali. Siswa yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi, akan mampu melakukan awalan dengan baik dan tolakan yang jauh, dalam hal ini prestasi tolak peluru. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi akan mendapatkan hasil prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan
commit to user
siswa yang memiliki kekuatan otot lengan yang rendah. Hal ini dapat dilihat dari rerata
cxxxiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang menunjukkan bahwa kekuatan otot lengan yang tinggi (8,951) lebih baik dibandingkan dengan kekuatan otot lengan rendah (8,347). Pengaruh interaksi antara latihan dan kekuatan otot lengan terhadap peningkatan prestasi tolak peluru. Dari tabel ringkasan hasil analisis varian dua faktor, nampak bahwa faktor-faktor utama penelitian dalam bentuk dua faktor menunjukkan interaksi yang nyata antara faktor model latihan (A) dan faktor kekuatan otot lengan (B). Untuk kepentingan pengujian bentuk interaksi AB terbentuklah tabel berikut ini.
Tabel 15 . Interaksi Antar A dan B Terhadap Peningkatan Prestasi Tolak Peluru Faktor
A = Latihan Plyometric Taraf
A1
A2
Rerata
A1 – A2
B1
9,886
8,036
8,961
1,85
B2
7,962
8,732
8,347
-0,77
8,924
8,204
8,654
0,72
1,924
-0,696
0,614
B = Kekuatan Otot lengan
Rerata B1 – B2
Interaksi Antara Dua Faktor Penelitian Dapat Dilihat pada Gambar Berikut:
commit to user cxxxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KEKUATAN OTOT LENGAN
LATIHAN PLYOMETRIC
Heavy Bag
LATIHAN PLYOMETRIC
KEKUATAN OTOT LENGAN
Kek Tggi
Gambar 18 :Bentuk Interaksi Perubahan Besarnya Peningkatan Prestasi Tolak peluru
Keterangan : : A1 = Latihan Heavy Bag Thrust : A2 = Latihan Medicine Ball Chest Pass : B1 = Kekuatan otot lengan tinggi : B2 = Kekuatan otot lengan rendah
commit to user cxxxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Atas dasar gambar di atas, bahwa bentuk garis perubahan memiliki suatu titik pertemuan atau persilangan. Antara latihan Plyometric dan kekuatan otot lengan memiliki titik persilangan. Berarti terdapat interaksi yang signifikan diantara keduanya. Gambar tersebut menunjukkan bahwa latihan Plyometric dan kekuatan otot lengan berpengaruh terhadap peningkatan nilai akhir prestasi tolak peluru. Nilai akhir prestasi tolak peluru pada masing-masing sel dapat dibandingkan sebagai berikut : Siswa yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi mendapatkan latihan Heavy Bag Thrust, memiliki rata-rata nilai akhir prestasi tolak peluru sebesar 9,866. Siswa yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi mendapatkan latihan Medicine Ball Chest Pass memiliki rata-rata nilai akhir prestasi tolak peluru sebesar 7,962. Siswa yang memiliki kekuatan otot lengan rendah mendapatkan latihan Heavy Bag Thrust memiliki rata-rata nilai akhir prestasi tolak peluru sebesar 8,036. Siswa yang memiliki kekuatan otot lengan rendah mendapatkan latihan Medicine Ball Chest Pass memiliki rata-rata nilai akhir prestasi tolak peluru sebesar 8,732 Berdasarkan hasil penelitian yang dicapai, Siswa yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi lebih cocok jika diberikan pelatihan dengan latihan Heavy Bag Thrust. Siswa dengan kekuatan otot lengan rendah lebih cocok jika diberikan pelatihan dengan latihan Medicine Ball Chest Pass
commit to user cxxxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tersebut diatas serta dengan adanya keterbatasan yang ada maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan Heavy Bag Thrust dan Medicine Ball Chest Pass terhadap prestasi tolak peluru. 2. Ada perbedaan peningkatan prestasi tolak peluru yang signifikan antara kekuatan otot lengan tinggi dan kekuatan otot lengan rendah terhadap prestasi tolak peluru. 3. Ada pengaruh interaksi antara latihan Plyometrics dengan kekuatan otot lengan terhadap peningkatan prestasi tolak peluru. a. Latihan Heavy Bag Thrust lebih efektif apabila diterapkan pada siswa yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi. b. Latihan Medicine Ball Chest Pass lebih efektif apabila diterapkan pada siswa yang memiliki kekuatan otot lengan rendah. B. Implikasi Kesimpulan dari hasil penelitian ini dapat mengandung pengembangan ide yang lebih luas jika dikaji tentang implikasi yang ditimbulkan. Atas dasar kesimpulan yang
commit to user cxxxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
telah diambil, dapat dikemukakan implikasinya dalam upaya meningkatkan prestasi tolak peluru, sebagai berikut: Latihan Plyometric dapat memberikan pengaruh yang lebih baik dalam meningkatkan prestasi tolak peluru. Kelebihan latihan Plyometric dapat dipergunakan sebagai solusi bagi pembina dan pelatih dalam upaya meningkatkan prestasi tolak peluru. Latihan Plyometric Heavy Bag Thrust dan Medicine Ball Chest Pass dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi tolak peluru .Kekuatan otot lengan tinggi dan rendah dapat ditingkatkan dengan Plyometric Heavy Bag Thrust dan Madicine Ball Chest Pass untuk meningkatkan prestasi tolak peluru. Untuk peningkatan prestasi tolak peluru dengan latihan Heavy Bag Thrust lebih efektif dibandingka dengan latihan Medicine Ball Chest Pass jika diterapkan pada materi tolak peluru. C. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini maka kepada pengajar,pelatih dan pembina olahraga khususnya tolak peluru diberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Upaya meningkatkan prestasi tolak peluru bisa ditempuh melalui proses latihan plyometric yang tepat disesuaikan dengan kemampuan kekuatan otot lengan siswa. 2. Pada dasarnya latihan plyometric Heavy Bag Thrust dan Medicine Ball Chest Pass masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, tetapi pembina dan pelatih bisa memilih latihan plyometric sebagai alternatif yang bisa dipilih untuk
commit to user cxxxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
meningkatkan prestasi tolak peluru dengan latihan Heavy Bag Thrust
karena
memberikan pengaruh yang lebih baik dalam meningkatkan prestasi tolak peluru. 3. Pembina dan pelatih disarankan agar latihan Heavy Bag Thrust
dalam rangka
meningkatkan kekuatan otot lengan, diharapkan kekuatan otot lengan yang baik dapat meningkatkan prestasi tolak peluru. 4. Sebelum melakukan latihan Heavy Bag Thrust dan Medicine Ball Chest Pass harus diperhatikan pembina dan pelatih pada saat melakukan latihan: a. Membuat program latihan berdasarkan prinsip-prinsip latihan, tujuan latihan dan cocok dengan metode latihan plyometrics, yang selanjutnya dilaksanakan sesuai dengan sistematika latihan. b. Sebelum latihan dilaksanakan,penjelasan gerakan latihan Heavy Bag Thrust dan Medicine Ball Chest pass yang benar terlebih dahulu agar siswa melakukan latihan dengan gerakan yang benar sehingga hasil latihan bisa tercapai dengan maksimal. c. Sebelum melakukan latihan inti, sebaiknya terlebih dahulu melakukan latihan peregangan (Streaching) dan latihan pemanasan (Warning-Up) dengan intensitas yang cukup ( sesuai berat ringannya latihan inti ), hal ini untuk mempersiapkan kondisi fisik siswa sehingga terhindar dari cedera pada saat melakukan latihan inti. d. Lakukan latihan inti, dalam hal ini latihan Heavy Bag Thrust dan Medicine Ball Chest pass yang sesuai dengan program latihan.
commit to user cxxxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e. Lanjutkan dengan Aktivitas formal (Formal Activity), tahap ini adalah bentuk latihan yang sesuai dengan cabang olahraga yang sedang dilatihkan khususnya tolak peluru. f.
Kemudian lakukan penenangan (cooling down ) yang dilanjutkan dengan pengarahan dan koreksi dari latihan yang telah dilaksanakan.
g. Pantau hasil latihan masing-masing dengan sesuai program latihan dan melakukan tes tolak peluru . h. Lanjutkan latihan sesuai dengan program latihan yang telah ditetapkan dan terus dipantau sesuai dengan interval waktu yang telah direncanakan.
commit to user cxl
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Agus Mukholid. 2004. Pendidikan Jasmani. Penerbit Yudistia Aip Syarifuddin1992, Atletik, Jakarta; Depdikbud, Dirjendikti, Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Aip Syarifuddin.1997. Pengetahuan Olahraga. Jakarta : CV Baru Amari, 1996, Pengukuran dalam Bidang Olahraga, Surabaya ; CV. Toko Mawar Baumgartner, T.A. & Jackson, A.S. 1998. Measurement For Evaluation In Physical Education and Exercise Science. New York: Brown Communications, inc. Bompa Tudor.O, 1983. Theori and methodologi of Training. The Key to Atletics Performance Dubugue, lowa : Kendall Hunt. Publishing Company. Bompa Tudor.O.1984. Power Training For Spot. Plyometrics For Maximum Power Development. Dubugu, Lowa : Kendall Hunt. Publishing Company. Bompa Tudor.O.1990. Theory and Methodology of Training. Kendall/Hant: IOWA of University Bompa Tudor.O,1994. Theory and Methodology of Training. The Key to Athletic Performance. Kendall/Hunt Publishing Company. Dagsina Moeloek & Arjatmo Tjokronegoro, 1984. Kesehatan dan Olahraga. Jakarta: Fakultas Kedokteran UniversitAs Indonesia. Djoko Pekik Irianto. 2002. Dasar Kepelatihan. Yogyakarta : Perpustakaan FIK Universitas Yogyakarta. Doewes. 2008. Metode Olahraga II . Bahan mengajar PPS IOR Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Evelyn, Pearce. 1993. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia Pusat Utama. commit to user cxli
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Fauzi Idris. 2000. Pengaruh Latihan Plyometric Terhadap Peningkatan Power Lengan Atlet Bolavoli Selabora. Laporan Penelitian. Yogyakarta. FIK UNY. Fox, Edward L. & Mathew, D. 1981. The Physiological Basic of Physical Educations and Athletics,4th Edition, Philadelphia : Sounder College Publishing. Fox, Edward L. & Mathew, D. 1984. Sport Physiology. Saunders College Publishing. Fox, Edward L. & Mathew, D. 1988. The physiological basic Of Physical Education and Athletics. New York : Sounders College Publishing. Fox, Edward L. & Mathew, D. 1993. The physiological Basic For Exercise and Sports. Winconsin : WBC. Brown and Bechmak. Fox, Edward L. & Mathew, D. 1998. Physiological Basic for Exercise and Sport, New York: McGraw-Hill Companies, Inc., Furchan, 1982 , Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional. Gayton, Arthur C. M. D. 1983. Text Book of Medical Physiologi. Fifth Edition Toronto : W.B. Sounders Campany. GBHN Tap MPR RI No. II/MPR/1993. Jakarta Hadi Sutrisno, 2000, Metodologi Riset. Jilid IV. Yogyakarta : Penerbit Andi Offset. Harre, D. 1982. Principles of Sport Training : Introduksion to Theory of Methodes Training. Berlin : Sport Verlag. Harsono.1988. Coaching dan Aspek-aspek Psikologi Dalam Coaching. Jakarta : PT. Raja Grafindo. Hasnan Said. 1997. Tes Kesegaran Jasmani A.S.C.P.T.B. Jakarta : KONI Pusat. Isaac, S. & Mitchel, William B. 1984, Handbook in Research and Evaluation. San Diego, California : Edits Publishers. commit to user cxlii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Iskandar Z. Saputra dkk. 1999. Panduan Teknis Tes dan Latihan Kesegaran Jasmani. Jakarta : Pusat Pengkajian dan Pengembangan Iptek Olahraga Kantor Menteri Pemuda dan Olahraga. Janssen, Peter,GJM. 1987. Training Lactate Pulse Rate by Electro Polar: Publisher. Jerver,J. 2005, Belajar dan Berlatih Atletik (Terjemahan BE. Handoko). Bandung : CV. Pionir Jaya. Johnson, Barry L. & Nelson, Jack K. 1969. Practical Measurements For Evaluation In Physical Education. Burgess Publishing Company. Johnson, Barry L. and Nelson, Jack K. 1986. Practical Measurement for Evaluation in Phisycal Education. New York : Macmillan Publishing Company, a devision of Macmillan, Inc. Jonath U. Haag E. & Krempel R. 1987. Atletik: Lari dan loncat,Lempar ; Latihan, Teknik, Taktik (Edisi terjemahan oleh Soeparmo). Jakarta: PT. Rosda Jayaputra. Jonath U. Haag E. & Krempel R. 1988. Atletik II (Edisi terjemahan oleh Soeparmo). Jakarta: PT. Rosda Jayaputra. Kanca, I Nyoman. 1990. Pengaruh pelatihan Aceleration Sprint dan Pelatihan Hollow Sprint Terhadap Power Dan Speed. Fakultas Pasca sarjana, UNAIR, Surabaya. M. Furqon H. 1995. Teori Umum Latihan. Surakarta : UNS Press. M. Sajoto, 1988. Perkembangan dan Penbinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Jakarta : Depdikbud, Dirjen Dikti. P2LPTK M. Sajoto. 1995. Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Semarang: Effhar & Dahara Prize Offset. M. Sajoto. 2002. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik dalam Olahraga.. Semarang: Dahara Prize. Mulyono B. 1994. Tes & Pengukuran Dalam Olahraga. Surakarta : UNS Press. Ngurah Nala,. 1992. Kumpulan Tulisan Olahraga. DENPASAR: KONI Propinsi Bali. commit to user cxliii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ngurah Nala. 1998. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Denpasar: Program Pasca Sarjana Studi Fisiologi Olahraga Universitas Udayana Denpasar. Nossek, Josef. 1982. General Theory of Training. Lagos: Pan Afrikan Press Ltd. Nossek, Josef. 1995. General Theory of Training. Lagos: Pan Afrikan Press Ltd. Pate R., Clenaghan M.B. 1984, Dasar-Dasar Kepelatihan (Terjemahan Kasiyo DW). Semarang : IKIP Semarang Press. Pate R., Clenaghan M.B. 1993. Dasar-dasar Ilmiah Kepelatihan (Edisi terjemahan olah Kasiyo Dwijonoto). Semarang: IKIP Semarang Press. Pyke, Fs. 1980. Towards Better Coaching: The Art and Science of Coaching. Canberra: Australian Goverenment Publishing Service Pyke, Fs. . 1991. Batter Coaching: Advanced Coachs Manual. Autralia: Coaching Caucil Ins. Radcliffe, J. C. & Farentinos, R. C. (1985). Plyometrics Explosive Power Training, 2nd ed. Champaign, Illionis: Human kinetics Published, Inc. Rusli Lutan dkk. 1992 Manusia dan Olahraga. Bandung : ITB dan FPOK/IKIP Bandung Rusli Lutan. 1988: Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Jakarta : Depdikbud, Dirjendikti Proyek Pengembangan LPTK.
Sadoso Sumasardjuno. 1994. Pengetahuan Praktis Kesehatan Dalam Olahraga. Jakarta : PT Gramedia. Sarwono & Ismaryati, 1999. Laporan Penelitian Pengaruh Metode Kombinasi Latihan Sirkuit Pliometrik Berat Badan dan Waktu Reaksi Terhadap Kelincahan, Surakarta; FKIP UNS. Sarwono & Ismaryati. 2006. Tes & Pengukuran Olahraga. LPP & UPT UNS. Surakarta Singer, Robert N. 1980. Motor Learning and Human Performance. New York: Me M i l l an Publishing Company, Inc. Siswandari, 2009, Statistika Computer Based. Surakarta : UNS Press. commit to user cxliv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Smith, N.J. 1983. Sports Medicine: Health Care for Young Athletes. Evanston Illinois: American Academy of Pediatrics. Soegito. 1992. Atletik I. Surakarta : UNS Press. Soekarman. 1987. Dasar Olahraga Untuk Pembina, Pelatih dan Atlet. Jakarta : Haji Masagung. Sudjarwo. 1993. Ilmu Kepelatihan Dasar. Surakarta : UNS Press. Sugiyanto. 1998. Perkembangan dan Belajar Motorik.Deparyemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta Suharno HP. 1985. Ilmu Kepelatihan Olahraga. Jakarta : KONI Pusat. Suharno HP. 1993, Metodologi Pelatihan. Yogyakarta : FPOK IKIP. Sukadiyanto. (2002). Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik. Yogyakarta: FIK UNY. Sutrisno Hadi. 1982. Analisis Regresi. Yogyakarta : Andi Offset. Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta : Penerbit Kedokteran EGC. Tamsir Riyadi . 1985. Petunjuk Atletik. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta. Thompson, Peter, J.L. 1993. Pengenalan Kepada Teori Kepelatihan, terjemahan Suyono. Jakarta: Persatuan Atletik Seluruh Indonesia. Waharsono. 1999. Materi Pelatihan Guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan SD/Pelatih Klub Olahraga Usia Dini. Jakarta : Depdikbud. Direktoral Pendidikan Dasar. Welkowitz, Joan, Ewen, Robert B, and Cohen, Jacob. 1982. Measurement and Evaluation for Physical Education, Second Edition. Champaign Illionos: Human Kinetic Publishers, Inc Winarno Surakhmad. 1994. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito. Yusuf Hadisasmita & Aip Syarifuddin, 1996, Ilmu Kepelatihan Dasar. Jakarta : Depdikbud.
commit to user cxlv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user cxlvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user cxlvii