PERBEDAAN KEPUASAN HIDUP PADA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN USIA DEWASA MADYA
OLEH ARTHA PURWA HARJANTI 802008017
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015
Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbedaan kepuasan hidup pada laki-laki dan perempuan usia dewasa madya. Subjek penelitian berjumlah 90 responden yang berusia dewasa madya yaitu 40 sampai 60 tahun yang bertempat tinggal di RW 08 Kelurahan Randuacir. Variabel kepuasan hidup diukur dengan menggunakan skala kepuasan hidup (SWLS) yang terdiri dari 5 item pernyataan. Hasil pengukuran reliabilitas diperoleh nilai alpha cronbach 0,788 yang tergolong cukup baik. Hasil nilai rata-rata pada laki-laki sebesar 23,31 dan nilai rata-rata perempuan sebesar 24,56 yang keduanya tergolong dalam kepuasan hidup tinggi. Berdasarkan hasil analisis data penelitian mengenai perbedaan kepuasan hidup pada laki-laki dan perempuan usia dewasa madya diperoleh nilai sig 0,275 (p > 0,05), yang artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kepuasan hidup laki-laki dan kepuasan hidup perempuan. Kata kunci :Kepuasan Hidup, Jenis Kelamin, Dewasa Madya
Abstract The aim of this study was to determine differences in life satisfaction in men and women aged middle adulthood. Subjects numbered 90 respondents aged middle age is 40 to 60 years residing in RW 08 Randuacir village. Variable life satisfaction was measured using life satisfaction scale (SWLS) which consists of 5 items statement. Reliability of measurement results obtained Cronbach alpha value of 0.788 which is quite good. Results of the average value in males at 23.31 and the average value of 24.56 women who both belong to the high life satisfaction. Based on the analysis of research on life satisfaction differences in men and women aged middle adulthood obtained sig value of 0.275 (p> 0.05), which means there is no significant difference in male life satisfaction and life satisfaction of women. Keywords: Life Satisfaction, Sex, Adult Associate
1
PENDAHULUAN Setiap orang menginginkan kebahagiaan di dalam hidupnya. Kebahagiaan itu sendiri dapat dicapai dengan terpenuhnya kebutuhan hidup. Bagi beberapa orang kebahagiaan mungkin berarti mempunyai kelimpahan materi atau mendapatkan semua yang diinginkan. Bagi sebagian orang lainnya ada pula yang akan merasa bahagia apabila bisa membuat orang lain bahagia. Ada pula yang menganggap dengan menikmati dan mensyukuri apa yang telah dimiliki dapat membuatnya merasakan bahagia. Kepuasan hidup sering dikaitkan dengan kebahagiaan dan kualitas hidup. Bagi sebagian orang kebahagiaan diukur dengan cara melihat kepuasan akan hidupnya. Bila mereka merasa puas maka mereka juga akan mengatakan dirinya bahagia. Sedangkan untuk menilai kepuasan hidup itu berbeda bagi tiap individu. Masing-masing individu mempunyai batasan ideal sendiri yang digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan hidup. Oleh karena itu kepuasan hidup menjadi sangat subjektif tergantung dengan batasan ideal yang dimiliki oleh masing-masing individu. Bila kita bicara mengenai kepuasan hidup maka tidak terlepas dari bagaimana seseorang menilai kualitas hidupnya. Penilaian kualitas hidup biasanya dilihat dari kepuasan individu terhadap hidupnya begitu pula sebaliknya. Pada kenyataannya masih ditemui orang yang merasa puas dengan segala yang dimiliki dalam hidup, seperti materi, jabatan, dan keluarga tetapi masih belum merasa bahagia dalam hidupnya. Ada juga yang merasa kualitas hidupnya buruk tetapi ternyata di dalam keterpurukannya itu masih bisa merasakan kebahagiaan. Maka dapat dikatakan bahwa bisa saja seseorang merasa puas tetapi tidak bahagia, merasa bahagia tetapi hidupnya buruk atau merasa bahagia walaupun tidak puas dengan hidupnya.
2
Kebahagiaan dapat diartikan sebagai sebuah penilaian menyeluruh tentang kehidupan secara lengkap, yaitu meliputi aspek kognitif dan afektif (Galati, Manzano, dan Sotgiu, dalam Diponegoro, 2008). Sedangkan yang dimaksud dengan kepuasan hidup adalah penilaian subjektif atau kualitas hidup seseorang. Hurlock (1996:443) menyatakan bahwa kepuasan hidup adalah keadaan sejahtera dan adanya kepuasan hati yang merupakan kondisi menyenangkan dan timbul bila kebutuhan dan harapan tertentu individu dapat terpenuhi. Selain itu George (1981, dalam Krause, 2004), mendefinisikan kepuasan hidup sebagai penilaian kognitif dari kesesuaian antara tujuan yang diinginkan dalam hidup dan hasil nyata yang didapatkan. Hal ini berarti bahwa kepuasan hidup merupakan ringkasan penilaian dari tujuan dan hasil yang mencangkup perjalanan sepanjang hidup. Kepuasan hidup bersifat sangat subjektif, tergantung pada bagaimana individu memandang hidupnya sendiri. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan hidup, seperti gender, usia, kesehatan, hubungan sosial, pernikahan, agama, pekerjaan, relialisme, dan tingkat kesejahteraan. Dari faktor gender atau jenis kelamin terdapat pro dan kontra mengenai apakah jenis kelamin mempengaruhi kepuasan hidup. Penelitian yang dilakukan Forest (1996), menemukan bahwa tidak ada perbedaan kesejahteraan antara laki-laki dan perempuan. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Eddington & Shuman (tanpa tahun) juga menemukan bahwa tidak ada perbedaan kepuasan hidup secara global pada laki-laki dan perempuan. Berdasarkan penelitian Forest, hal ini disebabkan laki-laki dan perempuan tidak memiliki perbedaan dalam merespon peristiwa hidup yang tidak diinginkan. Namun demikian beberapa penelitian menunjukkan bahwa laki-laki lebih bahagia dibanding perempuan (Lewis, Maltby, dan Day, 2005).
3
Laki-laki dan perempuan memiliki sumber yang berbeda dalam hal memberikan penilaian terhadap kesejahteraan mereka. Kepuasan terhadap dirinya merupakan hal yang penting bagi kesejahteraan laki-laki, sedangkan pada perempuan hal itu tidak sepenuhnya berlaku. Pada perempuan, faktor lain yang berpengaruh adalah keterlibatan dalam hubungan yang seimbang dan saling menguntungkan. Perempuan dengan harga diri yang lebih tinggi menunjukkan lebih banyak afek positif dan afek negatif daripada perempuan dengan harga diri rendah (Kwan et al.; Suh; Suh et al, dalam Reid, 2004). Menarik untuk kemudian mengkaji kesejahteraan pada usia dewasa madya. Usia dewasa madya bisa menjadi perangkap atau sarang kosong. Bisa menjadi usia terbaik atau menjadi kemunduran. Bagi beberapa orang periode usia dewasa madya merupakan usia terbaik dalam hidupnya. Tetapi bagi orang lain periode dewasa madya adalah permulaan kemunduran. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melihat bagaimana gambaran kesejahteraan subjektif dewasa madya laki-laki dan perempuan serta perbedaan kesejahteraan subjektif yang dimiliki pada usia dewasa madya. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat perbedaan kepuasan hidup pada laki-laki dan perempuan usia dewasa madya?”
4
TINJAUAN PUSTAKA Kepuasan Hidup Kepuasan hidup diartikan sebagai penerimaan individu terhadap segala situasi dalam hidupnya serta evaluasi kognitif individu mengenai seberapa baik dan memuaskan hal-hal yang sudah dilakukan individu dalam kehidupannya secara menyeluruh berdasarkan standart yang dibuat oleh individu itu sendiri, sehingga penilaian terhadap kepuasan hidup seseorang bersifat subjektif (Diener, Scollon, & Lucas, 2003). Kepuasan hidup memiliki berbagai faktor yang mempengaruhinya. Beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya kebahagiaan secara umum dan khususnya kepuasan hidup pada seseorang individu antara lain gender, usia, kesehatan, hubungan sosial, pernikahan, agama, pekerjaan, relialisme dari konsep-konsep peran, dan tingkat kesejahteraan. Diener dan Biswas (2008) mengemukakan kepuasan hidup memiliki 5 komponen, yaitu keinginan untuk mengubah kehidupan, kepuasan terhadap kehidupan saat ini, kepuasan hidup di masa lalu, kepuasan terhadap kehidupan di masa mendatang, dan penilaian orang lain terhadap kehidupan seseorang. Kelima komponen tersebut mewakili 5 item pernyataan dalam Satisfaction with Life Scale oleh Diener (1985) yaitu : 1. Dalam banyak hal kehidupan saya mendekati ideal 2. Kondisi hidup saya bagus sekali 3. Saya sangat puas dengan hidup saya 4. Sejauh ini, saya telah memperoleh hal-hal penting yang diinginkan dalam hidup 5. Kalau saya menjalani hidup selamanya, tidak ada yang saya ubah
5
Michalos (dalam Amat dan Mahmud, 2009) menegaskan kepuasan hidup adalah melibatkan berbagai konstruk yang memerlukan seseorang itu menilai berbagai aspek kehidupannya seperti kesehatan, keuangan, kerja, serta hubungan interpersonalnya. Tetapi kebanyakan masyarakat meletakkan berbagai nilai tersebut terhadap salah satu aspek saja. Sementara itu Sousa dan Lyubomirsky (2001) menyatakan kepuasan hidup seseorang itu merujuk kepada penerimaan seseorang terhadap keadaan kehidupannya serta sejauh mana seseorang itu dapat memenuhi apa yang dikehendaknya secara menyeluruh. Secara umum kepuasan hidup merujuk kepada sejauh mana seseorang itu berpuas hati dengan apa yang diperolehnya selama ini. Dewasa Madya Menurut Hurlock (1999) orang dewasa
adalah individu
yang telah
menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama orang dewasa lainnya. Transisi peran adalah suatu hal yang harus dicapai untuk menjadi orang dewasa. Menurut Erikson (dalam Hoyer dan Roudin, 2003) masa dewasa ini terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu masa dewasa dini usia 20 sampai 35 tahun, masa dewasa madya usia 35 sampai 60 tahun, dan dewasa lanjut dimulai dari usia 60 tahun ke atas. Erikson (dalam Hurlock, 1999) mengatakan dewasa madya merupakan masa krisis antara generativitas dengan stagnasi yang berarti selama usia madya individu akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya, tidak akan mengerjakan apapun lagi. Dewasa madya adalah suatu masa menurunnya kondisi fisik dan semakin besarnya tanggung jawab, suatu masa individu menjadi semakin sadar akan polaritas muda-tua, semakin berkurangnya jumlah waktu yang tersisa dalam kehidupan, dan
6
individu berusaha meneruskan sesuatu yang berarti pada generasi berikutnya, serta masa ketika individu mencapai dan mempertahankan kepuasan dalam karirnya (Santrock, 2002). 1. Tugas-tugas Perkembangan Dewasa Madya Hurlock (1980) mengemukakan tugas perkembangan dewasa madya sebagai berikut: a. Tugas yang berkaitan dengan perubahan fisik Tugas ini meliputi untuk mau melakukan penerimaan akan dan penyesuaian dengan berbagai perubahan fisik yang normal terjadi pada usia madya. b. Tugas-tugas yang berkaitan dengan perubahan minat Orang yang berusia dewasa madya sering kali mengasumsikan tanggung jawab warga negara dan sosial serta mengembangkan minat pada waktu luang yang berorientasi pada kedewasaan pada tempat kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada keluarga dan biasa dilakukan pada masa dewasa dini. c. Tugas-tugas yang berkaitan dengan penyesuaian kejuruan Tugas ini berkisar pada pemantapan dan pemeliharaan standar hidup yang relatif mapan. d. Tugas-tugas yang berkaitan dengan kehidupan keluarga Tugas yang penting dalam kategori ini meliputi hal-hal yang berkaitan dengan seseorang sebagai pasangan, menyesuaikan diri dengan orang tua yang sudah lanjut usia dan membantu anak remaja untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan bahagia. Sedangkan menurut Havighurst, tugas perkembangan yang harus dipenuhi pada masa dewasa madya adalah : a.
Mencapai tanggung jawab sosial dan dewasa sebagai warga negara.
7
b.
Membantu anak-anak remaja belajar untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan bahagia.
c.
Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang untukorang dewasa.
d.
Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai seorang individu.
e.
Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi.
f.
Menyesuaikan diri dengan orang tua yang semakin tua.
2. Karakteristik Dewasa Madya Menurut Hurlock (1999) karakteristik individu pada masa dewasa madya adalah periode yang sangat ditakuti, masa transisi, masa stres, masa sepi, usia yang berbahaya, usia canggung, masa berprestasi, masa evaluasi, dan masa jenuh. Jenis Kelamin Jenis kelamin dalam kamus Bahasa Indonesia (2002), yang berarti sifat jasmani atau rohani yang membedakan dua makhluk sebagai betina dan jantan atau wanita dan pria, jenis laki-laki atau perempuan. Jenis kelamin merupakan aspek identitas yang sangat berarti. Wanita dan pria mempunyai pengalaman yang berbeda tentang pembentukan identitas jenis kelamin. Jenis kelamin atau gender adalah perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku. Santrock (2005) mengemukakan istilah seks (jenis kelamin) mengacu pada dimensi biologis seorang laki-laki dan perempuan. Artinya seks berarti perbedaan lakilaki dan perempuan sebagai makhluk yang secara kodrati memiliki fungsi-fungsi organisme yang berbeda. Dalam arti perbedaan jenis kelamin (seks) mengandung pengertian laki-laki dan perempuan terpisah secara biologis. Laki-laki memiliki fisik yang kuat, otot yang kuat, memiliki jakun, bersuara berat, memiliki penis, testis, sperma
8
yang berfungsi untuk alat reproduksi dalam meneruskan keturunan. Perempuan memiliki hormon yang berbeda dengan laki-laki, sehingga terjadi menstruasi, perasaan yang sensitif, serta ciri-ciri fisik dan postur tubuh yang berbeda dengan laki-laki, seperti bentuk pinggul yang lebih besar daripada laki-laki. Secara biologis hal ini akan terus melekat pada laki-laki dan perempuan selamanya dan fungsinya tidak dapat dipertukarkan. Hipotesa Penelitian Berdasarkan beberapa penjelasan di atas maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut : Ada perbedaan kepuasan hidup yang signifikan pada laki-laki dan perempuan usia dewasa madya.
METODE PENELITIAN Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi pada penelitian ini adalah warga RW 08 Kelurahan Randuacir yang berjumlah 215 orang. Sampel pada penelitian ini diambil dari seluruh populasi yang sesuai dengan kriteria yaitu laki-laki dan perempuan yang berusia 40 sampai 60 tahun berjumlah 90 orang.Cara pengambilan data yaitu dengan mendatangi subjek langsung. Dalam penelitian ini penulis menggunakan skala kepuasan hidup (Satisfaction With Life Scale) yang terdiri dari 5 item pernyataan. Pernyataannya disusun dengan 7 tingkat penilaian (skala Likert) yaitu nilai 1-7. Respon-respon subyek untuk pernyataan favourable diberikan bobot masingmasing nilai 1 untuk jawaban sangat tidak setuju, nilai 2 untuk jawaban tidak setuju, nilai 3 untuk jawaban agak tidak setuju, nilai 4 untuk jawaban netral, nilai 5 untuk
9
jawaban agak setuju, nilai 6 untuk jawaban setuju, dan nilai 7 untuk jawaban sangat setuju. Reliabilitas dan Analisis Aitem Dalam penelitian ini digunakan Alpha Cronbach untuk alat ukur analisis item. Menurut penelitian Diener (2008) dalam The Satisfaction With Life Scale diperoleh koefisien korelasi item total sebesar 0,82 dannilai alpha cronbach0,87 yang tergolong cukup reliabel. HASIL PENELITIAN Analisis Deskriptif Berdasarkan data item yang valid yang ada, maka selanjutnya akan dibuat kategorisasi untuk menentukan tinggi rendahnya kepuasan hidup dalam penelitian ini akan dibuat 5 kategorisasi, yaitu kategori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, sangat tinggi. Berdasarkan data yang ada, menunjukkan bahwa jumlah item yang valid adalah 5 item. Setiap itemnya memiliki 5 pilihan jawaban dengan 1 merupakan nilai terkecil dan 7 nilai tertinggi. Jadi skor tertinggi dari 5 item yang valid adalah 5 x 7 = 35, dan skor terendah adalah 5 x 1 = 5. Sedangkan kategori yang digunakan terdiri dari 5 kategori. Berikut ini adalah perhitungannya : Interval = Jumlah Skor Tertinggi – Jumlah Skor Terendah Jumlah Kategori = 35-5 5 =6
10
Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh penjang interval 6 Sehingga dapat dibuat pengkategorian sebagai berikut : Sangat Tinggi
: 29< X ≤ 35
Tinggi
: 23 < X ≤ 29
Sedang
: 17< X ≤ 23
Rendah
: 11 < X ≤ 17
Sangat Rendah
: 5 ≤ X ≤ 11
Hasil pengukuran kepuasan hidup pada laki-laki usia madya dapat dilihat pada tabel 1 : Tabel 1 Kategorisasi Kepuasan Hidup pada Laki-laki Usia Madya
Kategori
Skor
F
%
Sangat Tinggi
29< X ≤ 35
7
15,55
Tinggi
23< X ≤ 29
11
24,4
Sedang
17 < X ≤ 23
21
46,66
Rendah
11< X ≤ 17
6
13,3
Sangat Rendah
5≤ X ≤11
0
0
Min
Max
Mean
35 23,31
13
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa variabel kepuasan hidup terdapat 7 subjek yang tergolong dalam kepuasan hidup yang sangat tinggi atau 15,55%, 11 orang masuk dalam kategori kepuasan hidup tinggi atau 24,4%, pada kategori sedang terdapat 21 orang atau 46,66% dan kategori rendah 6 orang atau 13,3%. Hasil pengukuran kepuasan hidup pada laki-laki dan perempuan usia dewasa madya dapat dilihat pada tabel 2.
11
Tabel 2 Kategorisasi Kepuasan Hidup Pada Perempuan usia Madya
Kategori
Skor
F
%
Sangat Tinggi
29< X ≤ 35
5
11,11
Tinggi
23< X ≤ 29
22
48,88
Sedang
17 < X ≤ 23
14
31,11
Rendah
11< X ≤ 17
2
4,44
Sangat Rendah
5 ≤ X ≤11
2
4,44
Min
Max
Mean
35 24,56
9
Berdasarkan tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa variabel kepuasan hidup terdapat 5 subjek yang tergolong dalam kepuasan hidup yang sangat tinggi atau 11,11%, 22 orang masuk dalam kategori kepuasan hidup tinggi atau 48,88%, pada kategori sedang terdapat 14 orang atau 31,11% dan kategori rendah 2 orang atau 4,44%. Dan pada kategorisasi sangat rendah terdapat 2 orang atau 4,44%. Uji Normalitas dan Homogenitas Dalam uji normalitas diperoleh nilai sig 0,200 pada kedua kelompok > 0,05 oleh karena itu data tiap kelompok berdistribusi normal. P value pada kelompok laki-laki sebesar 0,084> 0,05 dan pada kelompok perempuan sebesar 0,161> 0,05. Karena semua > 0,05 maka kedua kelompok sama-sama berdistribusi normal. Hasil uji homogenitas dengan metode Levene's Test. Nilai Levene ditunjukkan pada baris Nilai based on Mean, yaitu 0,040 dengan p value (sig) sebesar 0,841 di mana > 0,05 yang berarti terdapat kesamaan varians antar kelompok atau yang berarti homogen.
12
Pada Tabel Independent Samples Test di peroleh nilai sig 0,275. Karena nilai sig 0,275> 0,05, dengan demikiandapat diartikan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kepuasan hidup pada laki-laki dan perempuan pada usia madya. Tabel 3 Independent Samples Test Levene's Test
for
Equality of Variances t-test for Equality of Means Std.
95% Confidence
Sig. F
Sig. T
Df
Mean
Error Interval
of
Difference
Differ Difference
the
(2tailed) ence
Lower
Upper
Nilai Equal variances
.040 .841 -1.098 88
.275
-1.244
1.133 -3.497
1.008
-1.098 87.979 .275
-1.244
1.133 -3.497
1.008
assumed Equal variances not assumed
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data penelitian diperoleh hasil nilai sig 0,275> 0,05 (p > 0,05), dengan demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kepuasan hidup pada laki-laki dan perempuan pada usia madya. Tidak terdapat perbedaan karena
13
bukan hanya usia dan gender saja yang mempengaruhi kepuasan hidup seseorang melainkan terdapat faktor-faktor yang lain. Faktor kepuasan hidup yang lain adalah kesehatan, menurut Diener (2009) ketidakmampuan fisik dan kesehatan buruk dapat menjadi penghalang untuk mencapai kepuasan hidup seseorang. Hubungan sosial, menurut Bacoon (2001) semakin tinggi tingkat dukungan sosialnya semakin tinggi pula kepuasan hidupnya. Pernikahan, hubungan yang romantic merupakan sumber kebahagiaan (Weiten & Liyod, 2006). Agama bermafaat bagi kehidupan psikologi yang berdampak pada kepuasan hidup seseorang (Diener et al, 2009). Pekerjaan, menurut Sousa & Lyubomirsky (2001) status pekerjaan mampu menggambarkan kepuasan hidup seseorang. Relialisme, keberhasilan seseorang menjalankan tugasnya mempengaruhi kepuasan hidupnya (Hurlock, 1997). Dan tingkat kesejahteraan, menurut Sousa & Lyubomirsky (2001) semakin tinggi tingkat kesejahteraan hidup seseorang semakin tinggi juga tingkat kepuasan hidupnya. Hasil penelitian ini juga hampir sama dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Forest (1996) yang hasilnya bahwa tidak terdapat perbedaan kepuasan hidup secara global pada laki-laki dan perempuan. Hal ini disebabkan laki-laki dan perempuan tidak memiliki perbedaan dalam merespon peristiwa hidup yang tidak diinginkan. Berdasarkan hasil analisis deskriptif kepuasan hidup pada laki laki dan perempuan usia dewasa madya terdapat 13,33% yang tergolong memiliki tingkat kepuasan hidup yang sangat tinggi. Pada kategori kepuasan hidup yang tinggi terdapat 36,66%. Kategori kepuasan hidup sedang terdapat 38,88%. Pada kategorisasi kepuasan
14
hidup rendah terdapat 8,88%. Dan pada kategorisasi kepuasan hidup yang sangat rendah terdapat 2,22%.
PENUTUP KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian kepuasan hidup pada laki-laki dan perempuan pada usia madya yang telah dilakukan di Kelurahan randuacir Kecamatan Argomulyo khususnya RW VIII diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1.
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kepuasan hidup laki laki dan perempuan pada usia madya.
2.
Pada analisis deskriptif diperolehnilai rata-rata sebanyak 23,31 pada laki-laki dan 24,56 pada perempuan yang masuk dalam kategori kepuasan hidup tinggi.
SARAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti memberikan saran sebagai berikut : 1.
Bagi laki-laki dan perempuan usia dewasa madya. Bagi laki-laki dan perempuan yang berusia dewasa madya diharapkan dapat meningkatkan kepuasan hidupnya dengan mempertimbangkan beberapa faktor, seperti faktor kesehatan, pernikahan, pekerjaan, tingkat kesejahteraan, hubungan sosial. Misalnya saja dilihat dari faktor kesehatan. Mereka yang berusia dewasa madya hendaknya tetap memeriksa kesehatannya secara rutin dan juga disarankan berolahraga agar tidak ada penyakit yang dapat menurunkan kinerja seseorang tersebut. Apabila orang tersebut memiliki kesehatan yang baik, maka bisa dikatakan
15
orang tersebut memiliki kepuasan hidup yang baik pula, walaupun masih ada faktor lain yang harus ditingkatkan agar tercipta kepuasan hidup yang tinggi. 2.
Bagi peneliti selanjutnya. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan dan mengembangkan disarankan untuk meneliti mengenai faktor-faktor lain yang mempengaruhi kepuasan hidup. Adapun faktor tersebut yaitu usia, kesehatan, hubungan sosial, pernikahan, agama, pekerjaan, serta tingkat kesejahteraan. Peneliti selanjutnya juga disarankan untuk mempertimbangkan partisipan yang akan dijadikan subyek penelitian, karena keadaan subyek tertentu dapat berpengaruh terhadap kepuasan hidup mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, S. (2010). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar. S. (2012).Penyusunan skala psikologi . Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Balai Pustaka (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi 3. Jakarta: Depdikbud.
Diener, E., Scollon, C. N., & Lucas, RE. (2003). The envolving concept of subjective well-being: the multifacted nature of happiness. Advances in Cell Aging and Gerontology, 15, 187-219.
Deci, E. L., & Ryan, R. M. (2008). Hedonia, eudaimonia and well-being: An introduction.Journal of Happiness Studies, 9, 1-11.
Diener, E. (1984). Subjective well-being. Psychological Bulletin, 95, 542-575.
16
Diener, E., Emmons, R.A., Larsen, R.J., & Griffin, S. (1985). The Satisfaction With Life Scale. Journal of Personality Assessment. Diunduh pada 27 Juli 2015 dari http://internal.psychology.illinois.edu/~ediener/Documents/Diener-EmmonsLarsen-Griffin_1985.pdf
Diener, E., Suh, M. E., Lucas, E. R., & Smith, L. H. (1999). Subjective wellbeing:Three decades of progress. Psychological Bulletin, 125 (2), 276-302.
Diener, Ed. & Biswas-Diener, R. (2008). Happiness: Unlocking The Mysteries of Psychological Wealth. Singapore: Blackwell publishing.
Diener, E., & Ryan, K. (2009). Subjective well-being: A general overview. South African Journal of Psychology, 39 (4), 391-406.
Eddingtong, N. & Shuman, R. (Tanpa tahun). Well-being (happiness). Continuing Psychological Education.
Eid, Michael. L, Randy J. 2008. The Science of Subjective Well-Being. New York : The Guilford Press
Forest, K. B. (1996). Gender and the pathways to ubjective well-being. Social Behaviour and Personality, 24 (1), 19-34.
Hadi, S. (2000). Methodology Research Jilid 3. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Hurlock, E. (1999). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Hurlock, E. B. (2004). Developmental Psychology. Jakarta: Erlangga.
Hurlock, E. B. (1980). Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Hoyer, William. J.& Paul. A. R. (2003). Adult Development and Aging. New York : Mc. Graw-Hill.
17
Lewis, C. A., Maltby J., & Day, L. (2005). Religious orientation, religious coping and happiness among UK adults. Personality and Individual Defferences, 38, 11931202.
Mappiare, A. (1983). Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usaha Nasional.
Melendez, J. C., Tomas, J.M, Oliver, A, Navarro, E. (2009). Psychological well-being in old age. Journal of Health and Social Behavior.
Pavot, W. & E. Diener. (1993). Review of The Satisfaction with Life Scale. Journal of Psychological Assesment, Vol 5 (2), pp. 164-172.
Reid, A. (2004). Gender and sources of subjective well-being, sex roles, 51 (11-12), 617-629). Sousa, L., & Lyubomirsky, S. (2001). Life Satisfaction. In J. Worell (Ed.), Encylopedia of women and gender: Sex similarities and differences and the impact of society on gender (Vol. 2, pp.667-676). San Diego, CA: Academic
Santrock, J.W. 2002. Life-Span Developmnet: Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5, Jilid II. Jakarta : Erlangga.
Santrock, J. W. (2005). Adolescence, eleven edition. New York: McGraw-Hill.
Sarwono, J. (2012). Buku metode riset skripsi pendekatan kuantitatif menggunakan prosedur SPSS. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta