1
PERBEDAAN KECERDASAN EMOSIONAL PADA REMAJA PENGURUS OSIS DENGAN REMAJA ANGGOTA OSIS
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi
Oleh
ARI SINTA 041301103
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA GENAP, 2008/2009 Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
2
Perbedaan Kecerdasan emosional pada Remaja Anggota OSIS dan Remaja Anggota OSIS
Ari Sinta dan Eka Ervika, M.Si
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada perbedaan kecerdasan emocional pada remaja pengurus OSIS dengan remaja anggota OSIS. Kecerdasan emosional berperan penting untuk mencapai kesuksesan hidup. Kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan yang dimiliki seseorang berupa kemampuan dalam memahami perasaan diri sendiri dan orang lain, mampu mengendalikan emosi dan mampu berhubungan dengan orang lain sehingga dapat berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan. Kecerdasan emosional dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: lingkungan tempat tinggal, orang tua dan keluarga, sekolah, variasi aktivitas dan variasi teman sebaya. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik proportional random sampling dengan jumlah subjek sebanyak 341 orang berusia 15-18 tahun Alat ukur pada penelitian ini adalah skala kecerdasan emosional. Skala kecerdasan emosional disusun berdasarkan komponen kecerdasan emosional yang dikemukakan oleh Bar-On (Goleman, 2000) yaitu kemampuan interpersonal, kemampuan intrapersonal, penyesuaian diri, penanganan stres, dan suasana hati. Validitas alat ukur dalam penelitian ini menggunakan validitas muka dan logia. Reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan koefisien alpha cronnbach. Hasil uji coba yang diperoleh dengan menggunakan bantuan program SPSS 15 for windows menunjukkan reliabilitas skala kecerdasan emosional sebesar 0,921 dengan validitas bergerak dari -0,036 sampai dengan 0,594. data diolah dengan menggunakan perhitungan statistic independent sampel t-test. Diperoleh skor ttest (t=3,568, p=0,000) dengan mengacu pada nilai signifikansi (p=0,000) yang lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima yang berarti bahwa ada perbedaan kecerdasan emosional pada remaja pengurus OSIS dan remaja anggota OSIS. Hasil tambahan diperoleh bahwa ada perbedaan kecerdasan emosional subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin, tidak ada perbedaan kecerdasan emosional berdasarkan usia dan ada perbedaan kecerdasan emosional remaja pengurus OSIS berdasarkan jabatan.
Kata kunci: kecerdasan emosional, pengurus OSIS, anggota OSIS
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
3
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaanirrahim, segala puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Illahi Rabbi, berkat petunjuk dan kasih sayang-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana jenjang strata satu (S-1) di Fakultas Psikologi Sumatera Utara dengan judul : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus OSIS dan Remaja Anggota OSIS. Shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW, semoga kesabaran beliau dapat menjadi contoh teladan dalam perjalanan skripsi dan kerja-kerja selanjutnya. Terutama sekali peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua peneliti ayahanda Agus Salim dan ibunda Agustina yang telah memberikan begitu banyak pengorbanan, belaian kasih sayang, motivasi, dan perhatian yang berlimpah sehingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan banyak pihak, oleh karena itu peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Chairul Yoel, SpA(K) selaku Dekan Fakultas Psikologi USU. 2. Ibu Eka Ervika, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan ide, kritik, saran dan motivasi selama proses penyusunan skripsi ini. Terima kasih buat kesabaran dan perhatiannya ya Bu. 3. Ibu Etti Rahmawati, M.Si. Terima kasih telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan masukan, saran dan ilmunya pada penulis demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga bisa menjadi bekal penulis dikemudian hari dan menjadi amal jariyah bagi ibu nantinya, Amin Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
4
4. Ibu Sri Supriyantini M.Si dan Ibu Namora L. Lubis M.Sc selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan arahan dan dukungan selama saya kuliah. 5. Bapak dan Ibu Dosen staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Sumtera Utara. Terima kasih atas segala ilmu dan pengalaman yang telah diberikan. Semoga ilmu dan pengalaman yang diberikan menjadi bekal dikemudian hari 6. Seluruh Staf Pegawai Fakultas Psikologi Universitas Sumtera Utara. Bapak Iskandar, Bapak Aswan, Kak Ari, dan Kak Devi, yang telah banyak membantu penulis khususnya dalam hal administrasi. 7. Kakakku Kartini Aprilia atas dukungan dan semangatnya semoga bisa menjadi dokter yang soleha dan adikku Ali Akbar semoga berhasil mencapai cita-citanya masuk ITB dan selalu menjadi anak yang baik. 8. Kepala Sekolah dan Wakasek (SMA Negeri 6 Medan, SMA Negeri 1 Medan, dan SMA Negeri 2 Medan) beserta para staf, guru, dan para siswa atas kerjasamanya dalam penelitian ini Terima kasih telah memberikan saya izin. Kepada Bu Dewi, terimakasih atas saran dan arahannya. 9. Sahabat-sahabat ku: Laila Maya, Desi Maya Sari, Renny Tania, Hanifa Laura, Mutia Khairani, Debi Fadilah, Citra Swastika, Zuraida, Misbah, Kak Sari Astuti, Kak Dwi Khairani, Dara, Dona semua teman-teman di Psikologi USU yang tak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih atas masukan, dan semangatnya.
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
5
10. Terima kasih juga penulis ucapkan pada semua pihak yang telah memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis sehingga proposal penelitian ini dapat terselesaikan. Skripsi ini tentunya tidak luput dari kesalahan dan kekurangan.Oleh karena itu peneliti menerima saran dan kritik yang membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan skripsi ini. Harapan peneliti skripsi ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan psikologi, khususnya psikologi perkembangan. Medan, 12 Maret 2008
Ari Sinta
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
6
DAFTAR ISI ABSTRAK...............................................................................................................2 KATA PENGANTAR.............................................................................................3 DAFTAR ISI............................................................................................................6 BAB I. PENDAHULUAN.....................................................................................12 A. Latar Belakang.........................................................................................12 B. Rumusan Masalah....................................................................................20 C. Tujuan Penelitian.....................................................................................20 D. Manfaat Penelitian...................................................................................20 E. Sistematika Penulisan...............................................................................21 BAB II. LANDASAN TEORI...............................................................................10 A. Kecerdasan emosional.............................................................................23 1. Pengertian kecerdasan emosional..........................................................23 2. Komponen kecerdasan emosional.........................................................24 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional....................27 4. Ciri-ciri individu dengan kecerdasan emosional tinggi dan rendah......30 B. Remaja......................................................................................................31 1. Pengertian remaja..................................................................................31 2. Ciri-ciri remaja.......................................................................................32 3. Perkembangan Emosi remaja................................................................33 4. Kecerdasan emosi remaja......................................................................35 C.Kelompok remaja......................................................................................36 1. Pembagian kelompok.............................................................................36 Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
7
2. Penyebab timbulnya kelompok remaja...................................................37 D.OSIS............................................................................................................40 1. Pengertian OSIS……...............................................................................40 2. Dasar hukum OSIS………………………………………………….......41 3. Tujuan pokok OSIS……………..............................................................42 E. Pengurus OSIS............................................................................................42 1 Syarat pengurus OSIS………………………............................................42 2. Kewajiban pengurus OSIS…………………............................................43 3. Tugas dan tanggung jawab pengurus OSIS..............................................45 F. Anggota OSIS.............................................................................................49 G. Perbedaan kecerdasan emosional pada remaja pengurus OSIS dan remaja anggota OSIS.............................................................................................50 H. Hipotesa.....................................................................................................54 BAB III. METODE PENELITIAN........................................................................56 A. Identifikasi Variabel Penelitian................................................................56 B. Defenisi Operasional Variabel Penelitian................................................56 1. Kecerdasan emosional...........................................................................56 2. Keanggotaan dalam OSIS... .................................................................57 C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan.............................................58 1. Populasi …… ........................................................................................58 2.Sampel dan metode pengambilan sampel………………………...........58 D. Metode pengumpulan data.......................................................................59 E. Validitas, Uji Daya Beda dan Reliabilitas Alat Ukur…………………...62 Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
8
1. Validitas alat ukur.................................................................................62 2.Uji daya beda aitem...............................................................................63 3. Reliabilitas alat ukur.............................................................................64 F. Hasil uji coba alat ukur.............................................................................65 G. Prosedur penelitian...................................................................................67 1. Tahap persiapan penelitian....................................................................67 2. Tahap pelaksanaan penelitian...............................................................68 3. Tahap pengolahan data.........................................................................68 H. Metode analisa data................................................................................68 BAB IV ANALISA dan INTERPRETASI DATA...............................................71 A. Gambaran Subjek Penelitian...................................................................71 1.Usia subjek penelitian..........................................................................71 2. Jenis kelamin subjek penelitian...........................................................72 3. Kelas subjek penelitian.......................................................................72 4. Asal sekolah subjek penelitian............................................................72 B. Gambaran Kecerdasan Emosional Subjek Penelitian.............................73 C. Uji Asumsi..............................................................................................75 1. Uji normalitas sebaran........................................................................76 2. Uji homogenitas..................................................................................76 D. Uji Hipotesa Utama................................................................................77 E. Hasil Tambahan......................................................................................79 1. Perbedaan kecerdasan emosional berdasarkan jenis kelamin.............79 2. Perbedaan kecerdasan emosional berdasarkan usia............................79 Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
9
3. Perbedaan kecerdasan emosional remaja pengurus OSIS berdasarkan jabatan.................................................................................................80 BAB V KESIMPULAN, DISKUSI dan SARAN.................................................81 A. Kesimpulan.............................................................................................81 B. Diskusi.....................................................................................................82 C. Saran........... ............................................................................................85 Daftar Pustaka........................................................................................................87
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
10
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9 Tabel 10 Tabel 11 Tabel 12 Tabel 13 Tabel 14 Tabel 15 Tabel 16 Tabel 17
Cetak biru skala kecerdasan emosional................................................61 Distribusi aitem-aitem hasil uji coba skala kecerdasan emosional......66 Gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin......................71 Gambaran subjek penelitian berdasarkan usia.....................................72 Gambaran subjek penelitian berdasarkan kela.....................................72 Gambaran subjek berdasarkan asal sekolah.........................................73 Deskripsi skor kecerdasan emosional..................................................74 Kategori skor kecerdasan emosional....................................................75 Uji normalitas.......................................................................................76 Uji homogenitas...................................................................................77 Gambaran skor kecerdasan emosional.................................................78 Hasil perhitungan uji t kecerdasan emosional......................................78 Gambaran skor kecerdasan emosional berdasarkan jenis kelamin................................................................................................79 Hasil perhitungan uji t berdasarkan jenis kelamin...............................79 Hasil perhitungan Anova kecerdasan emosional berdasarkan usia.......................................................................................................80 Gambaran skor kecerdasan emosional remaja pengurus OSIS berdasarkan jabatan..............................................................................80 Hasil perhitungan uji t skor kecerdasaan emosional remaja pengurus OSIS berdasarkan jabatan....................................................................80
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
11
DAFTAR BAGAN
BAGAN 1
Struktur organisasi OSIS................................................................44
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
12
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan yang dialami oleh setiap individu. Membahas mengenai remaja merupakan pembahasan yang sangat menarik untuk dibicarakan. Remaja bukan lagi termasuk golongan anakanak, tetapi belum bisa dimasukkan ke golongan dewasa. Remaja secara psikologis merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Beberapa perubahan pada umumnya terjadi pada masa remaja seperti: perubahan fisik, perubahan emosi dan perubahan sosial. Perubahan fisik yang terjadi pada remaja seringkali menimbulkan kejutan pada diri remaja itu sendiri. Pakaian yang biasa dipakai remaja menjadi tidak muat lagi karena bentuk tubuh yang berubah seperti: pinggul yang membesar pada remaja wanita atau bahu yang melebar pada remaja pria (Gunarsa, 2003) Perubahan emosi yang terjadi pada remaja menyebabkan remaja pada umumnya memiliki kondisi emosi yang labil. Masa remaja merupakan periode storm and stress dimana
ketegangan emosi meningkat sehingga remaja
cenderung memiliki emosi yang negatif. Hal ini ditandai dengan banyaknya remaja yang melakukan hal-hal negatif seperti kasus geng nero yang baru-baru ini terjadi. Geng nero terdiri dari sekelompok remaja putri yang masih duduk di bangku SMU yang suka menganiaya remaja putri lainnya (Wordpress, 2008). Survey yang dilakukan oleh badan narkotika nasional pada 9 lembaga Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
13
pemasyarakatan dan 1 rumah tahanan negara pada tahun 2003 yaitu: 58% penyalah guna narkoba adalah remaja dan sekitar 94% remaja tersebut berusia 15 sampai 18 tahun (BNN, 2007). Cukup banyak remaja yang mengalami kesulitan emosi, namun banyak juga remaja yang dapat mengatasi kesulitan emosi dalam dirinya (kejarlah, 2004). Mengingat bahwa masa remaja merupakan masa yang paling banyak dipengaruhi oleh lingkungan dan teman-teman sebaya maka untuk menghindari hal-hal negatif yang dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain,
remaja
hendaknya memahami dan memiliki apa yang disebut kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional ini terlihat dalam hal-hal seperti bagaimana remaja mampu untuk memberi kesan yang baik tentang dirinya, mampu mengungkapkan dengan baik emosinya sendiri, berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan, dapat mengendalikan perasaan dan mampu mengungkapkan reaksi emosi sesuai dengan waktu dan kondisi yang ada sehingga interaksi dengan orang lain dapat terjalin dengan lancar dan efektif (Mu’tadin, 2002). Peranan IQ hanya sekitar 20 % untuk menopang kesuksesan hidup seseorang, sedangkan 80 % lainnya ditentukan oleh faktor lain, diantaranya kecerdasan emosional. Beberapa ahli dalam bidang tes kecerdasan menemukan bahwa seseorang yang memiliki IQ tinggi dapat mengalami kegagalan dalam bidang akademis, karir dan kehidupan social. Banyak orang yang memiliki kecerdasan rata-rata mendapatkan kesuksesan dalam hidupnya. (Goleman, 2001). Kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
14
emosi dan menunda kepuasan serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati (Goleman,2001). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional seseorang seperti: lingkungan tempat tinggal, orang tua dan keluarga, sekolah dan variasi teman sebaya dan aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Remaja yang tinggal dengan masyarakat yang sering tawuran, tindak kriminalitas yang tinggi akan mempengaruhi remaja tersebut dalam pengendalian emosinya. Lingkungan tempat tinggal dimana remaja itu berada akan membantu remaja tersebut mencapai kematangan emosional. Pengaruh orang tua dan keluarga juga dapat membantu remaja mencapai kematangan emosional. Remaja membutuhkan rasa aman yang diperoleh dari kelekatan secara emosional dari orang tua dan keluarga. Sekolah merupakan lembaga yang memiliki peran penting dalam perkembangan remaja. Perlakuan positif yang diberikan oleh pihak sekolah khususnya para guru dapat membantu remaja mencapai kematangan emosional. Remaja yang memiliki variasi teman sebaya dan aktivitas juga dapat membantu remaja mencapai kematangan emosional. Variasi teman sebaya dapat melatih remaja mengenal lebih banyak karakter orang lain. Variasi aktivitas dapat melatih remaja menangani aktivitas yang lebih banyak dengan tingkat kesukaran yang berbedabeda sehingga dapat membantu remaja mencapai kematangan emosional (Hurlock, 1998). Perubahan sosial yang terjadi pada remaja membuat remaja ingin memisahkan diri dari orang tua dan menuju teman sebaya. Remaja pada umumnya Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
15
lebih banyak berada di luar rumah dan berkumpul bersama teman sebayanya. Remaja biasanya membentuk kelompok dan mengekspresikan segala potensi yang dimilikinya. Remaja yang berkelompok pada umumnya terbagi menjadi 2 kelompok yaitu: kelompok formal dan kelompok informal. Kelompok formal mempunyai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta mempunyai tugas dan tanggung jawab yang dirumuskan secara tegas dan tertulis. Kelompok informal sebaliknya yaitu tidak mempunyai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta tidak mempunyai tugas dan tanggung jawab yang dirumuskan secara tegas dan tertulis. Misalnya kelompok arisan, geng, kelompok belajar dan teman dekat (Ahmadi, 1999). Kelompok formal biasanya disebut dengan organisasi remaja. Fenomena yang terjadi sekarang ini adalah bahwa setiap remaja yang berada di sekolah menengah yaitu SMP atau SMA merupakan anggota suatu organisasi yang sah di sekolah. Organisasi tersebut adalah Organisasi siswa intra sekolah, yang disingkat OSIS. Remaja yang berada pada tingkat SMP rata-rata berusia 12 sampai 15 tahun sedangkan remaja yang berada pada tingkat SMA rata-rata berusia 15 sampai 18 tahun. Remaja yang berada pada tingkat SMA berperilaku lebih matang dibanding remaja yang berada pada tingkat SMP karena berada pada ambang kedewasaan untuk melanjutkan pendidikan tinggi dan memasuki dunia kerja orang dewasa (Hurlock, 1990).Menurut Papalia (2001) remaja pada usia 15 sampai 18 tahun memiliki kecerdasan emosi yang sudah lebih matang dan kecerdasan paling besar dibentuk pada usia tersebut.
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
16
OSIS adalah satu-satunya organisasi siswa yang sah di sekolah sebagai wadah siswa berorganisasi. Anggota OSIS adalah semua remaja yang masih aktif belajar pada sebuah sekolah. Anggota OSIS ini tidak memerlukan kartu anggota dan keanggotaan berakhir bila remaja tersebut tidak menjadi siswa lagi di sebuah sekolah. Pengurus OSIS adalah remaja yang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan sebagai pengurus, memiliki struktur dan rincian tugas serta tanggung jawab yang jelas pada setiap jabatan yang dipegang. (Depdikbud Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Kesiswaan, 1997). Remaja yang menjadi pengurus OSIS berbeda dengan remaja yang menjadi anggota OSIS dalam hal variasi aktivitas. Remaja pengurus OSIS memiliki aktivitas yang lebih banyak karena harus melaksanakan tugas sebagai pengurus OSIS dan biasa disibukkan dengan adanya berbagai macam rapat seperti: laporan pertanggungjawaban pengurus OSIS, penyusunan program kerja tahunan OSIS termasuk didalamnya penyelenggaraan acara hari besar keagamaan, hari kemerdekaan, perpisahan, bakti sosial dan buku tahunan. Berbeda dengan remaja anggota OSIS yang kegiatannya pada umumnya hanya pergi dan pulang dari sekolah. Berikut ini adalah wawancara dengan salah seorang bendahara OSIS yang bernama RR di sebuah SMA Negeri di Medan yang menyatakan: “Dengan rapat OSIS dapat melatih kita untuk berani berbicara dalam menyampaikan ide-ide yang kita miliki serta menanggapi ide yang dikemukakan oleh pengurus OSIS lainnya. Dapat juga melatih kita untuk mengendalikan emosi apabila ide yang kita anggap baik tidak diterima oleh pengurus OSIS lainnya sehingga tidak membuat kita menjadi minder ataupun marah dengan pengurus lainnya. Dalam hal penentuan waktu rapat pun harus diatur sedemikian rupa supaya Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
17
semuanya dapat hadir dalam rapat jadi kepentingan kelompoklah yang lebih diutamakan” (wawancara personal, 5 Januari, 2009). Remaja yang menjadi pengurus OSIS juga berbeda dengan remaja yang menjadi anggota OSIS dalam hal variasi teman sebaya. Remaja pengurus OSIS cenderung memiliki teman sebaya yang lebih bervariasi daripada remaja anggota OSIS. Remaja pengurus OSIS cenderung memiliki kesempatan yang lebih besar memiliki variasi teman sebaya yang berasal dari sekolah lain yang se-daerah ataupun se-Indonesia. Pelatihan kepemimpinan OSIS yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Departemen Pendidikan Nasional telah memberikan kesempatan para pengurus OSIS yang tersebar di seluruh Indonesia untuk berkumpul dan berbagi pengalaman. Pelatihan kepemimpinan OSIS memberikan kesempatan para pengurus OSIS untuk memperbanyak teman dari berbagai daerah. Para pengurus OSIS juga dapat mengetahui keanekaragaman budaya serta etnis yang juga mempengaruhi kultur organisasi sekolah masingmasing (Direktorat Pembinaan SMA, 2007).
Berikut ini adalah wawancara dengan salah seorang ketua OSIS yang bernama SK di SMA 3 Medan yang telah mengikuti pelatihan kepemimpinan OSIS yang menyatakan: “Kurang lebih 72 sekolah se-Indonesia diseleksi untuk mengikuti pelatihan kepemimpinan. Seleksinya berupa essay tentang ekonomi dan politik di Indonesia sekarang dan pemimpin seperti apa yang menurut kamu cocok?. Dari 72 sekolah tersebut hanya 30 orang siswa yang yang terbaik dari seluruh sekolah se-Indonesia yang dinilai berdasarkan hasil seleksi essay. Dalam pelatihan kepemimpinan tersebut kita bertemu dengan teman-teman yang berasal dari sekolah yang berbeda, suku, budaya dan etnis yang berbeda-beda. Dengan teman-teman yang berbeda-beda tersebut maka kita dapat berbagi Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
18
pengalaman dan menambah wawasan (wawancara personal, 5 Januari, 2009).
kita
masing-masing”
Para pengurus OSIS di SMA dan sederajat juga dapat saling berkomunikasi melalui suatu forum. Forum komunikasi antar pengurus OSIS tersebut memiliki berbagai macam nama seperti di Makasar dikenal dengan nama Forum OSIS Setingkat SMA Makassar atau disingkat dengan nama Forsisma Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki forum yang dikenal dengan nama Forum Komunikasi Pengurus OSIS atau disingkat dengan FKPO. Provinsi Sulawesi Utara memiliki forum yang dikenal dengan nama Forum Komunikasi Antar Pengurus OSIS yang disingkat FKAP. Provinsi Sumatra Utara sendiri forum tersebut dikenal dengan nama Perkumpulan OSIS SMA dan Sederajat atau disingkat dengan POSS. Melalui forum komunikasi pengurus OSIS dapat meningkatkan tali silahturahmi antar pengurus OSIS dan bekerjasama dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan seperti: bakti sosial (Setianigrum, 2008). Berikut ini adalah wawancara dengan salah seorang sekretaris OSIS di salah satu SMA swasta di Medan yang menyatakan: “Forum komunikasi pengurus OSIS di medan dikenal dengan nama perkumpulan OSIS SMA dan sederajat atau disingkat dengan POSS. Disini kita bisa berhubungan dan berkenalan dengan pengurus OSIS sekolah lain, jadi pada saat tertentu para pengurus OSIS akan berkumpul dan rapat untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan.” (wawancara personal, 5 Januari, 2009). Remaja anggota OSIS tidak memiliki kesempatan untuk mengikuti pelatihan kepemimpinan OSIS dan ikut dalam forum komunikasi OSIS sehingga pada umumnya remaja anggota OSIS cenderung memiliki teman yang hanya Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
19
terbatas pada sekolah yang sama. Menurut Anas (2004) remaja pengurus OSIS mempunyai kesempatan yang besar daripada remaja anggota OSIS untuk menjalin hubungan dengan orang lain baik yang berasal didalam sekolah seperti: seringnya berhubungan dengan kepala sekolah dan para guru maupun dengan pihak diluar sekolah dalam rangka menyukseskan suatu acara. Anas menambahkan bahwa remaja
pengurus
OSIS
harus
memiliki
kemampuan
intrapersonal
dan
interpersonal yang baik. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa remaja pengurus OSIS cenderung memiliki variasi aktivitas yang lebih banyak karena harus melaksanakan tugas sebagai pengurus OSIS dan biasa disibukkan dengan adanya berbagai macam rapat seperti: laporan pertanggungjawaban pengurus OSIS, penyusunan program kerja tahunan OSIS termasuk didalamnya penyelenggaraan acara hari besar keagamaan, hari kemerdekaan, perpisahan, bakti sosial dan buku tahunan. Berbeda dengan remaja anggota OSIS yang kegiatannya pada umumnya hanya pergi dan pulang dari sekolah. Remaja yang menjadi pengurus OSIS juga berbeda dengan remaja yang menjadi anggota OSIS dalam hal variasi teman sebaya. Remaja pengurus OSIS cenderung memiliki teman sebaya yang lebih bervariasi daripada remaja anggota OSIS. Remaja pengurus OSIS memiliki kesempatan yang lebih besar dalam variasi teman sebaya yang berasal dari sekolah lain yang se-daerah ataupun se-Indonesia dengan adanya pelatihan kepemimpinan OSIS tingkat nasional dan forum komunikasi antar anggota OSIS. Remaja anggota OSIS tidak memiliki kesempatan untuk mengikuti pelatihan kepemimpinan OSIS dan ikut dalam forum komunikasi OSIS sehingga Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
20
pada umumnya remaja anggota OSIS cenderung memiliki teman yang hanya terbatas pada sekolah yang sama. Variasi aktivitas dan variasi teman sebaya tersebut merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosional seseorang (Hurlock, 1998) sehingga dapat disimpulkan bahwa remaja pengurus OSIS akan memiliki kecerdasan emosional yang lebih tinggi dari remaja anggota OSIS. Bertolak dari latar belakang masalah diatas, peneliti ingin mengetahui bagaimana perbedaan kecerdasan emosional pada remaja pengurus OSIS dan remaja anggota OSIS.
B. Perumusan masalah Adapun permasalahan yang ingin diketahui pada penelitian ini adalah apakah ada perbedaan kecerdasan emosional pada remaja pengurus OSIS dengan remaja anggota OSIS?
C. Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan kecerdasan emosional pada remaja yang ikut organisasi dengan remaja yang tidak ikut organisasi.
D. Manfaat penelitian 1. Manfaat teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam pengembangan ilmu psikologi khususnya bidang psikologi perkembangan sehingga dapat Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
21
memperkaya wacana yang membahas tentang perbedaan kecerdasan emosional remaja pengurus OSIS dengan remaja anggota OSIS. 2. Manfaat praktis a. Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan rujukan referensi untuk penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan kecerdasan emosional. b. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi para remaja agar dapat memiliki variasi aktivitas dan teman sebaya yang dapat meningkatkan kecerdasan emosionalnya.
E. Sistematika Penulisan Penelitian ini dibagi atas tiga bab, dan masing-masing bab dibagi atas beberapa sub bab. Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah: Bab I : Pendahuluan Bab ini terdiri dari latar belakang yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti topik ini, tujuan penelitian yaitu merupakan hal yang menjadi fokus perhatian dalam penelitian ini, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II : Landasan teori Bab ini menguraikan teori-teori yang digunakan untuk mendukung penelitian yang terdiri dari teori kecerdasan emosional, teori mengenai masa remaja dan teori mengenai organisasi remaja.
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
22
Bab III : Metode Penelitian Bab ini menguraikan tentang desain penelitian yang meliputi identifikasi variabel-variabel penelitian, definisi variabel penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengambilan sampel, metode pengumpulan data penelitian, validitas & reliabilitas alat ukur dan metode analisa data. Bab IV : Interpretasi dan Analisa Data Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai analisa dan interpretasi data yang memuat gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian, dan interpretasi hasil penelitian utama serta analisa tambahan. Bab V : Kesimpulan dan Saran Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan hasil penelitian, diskusi yang merupakan pembahasan hasil penelitian dengan teoriteori, serta saran untuk penyempurnaan penelitian selanjutnya.
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
23
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kecerdasan emosional 1. Pengertian kecerdasan emosional Kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati (Goleman,2001). Bar-On (Goleman, 2000) mendefenisikan kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan pribadi, emosi dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi tuntutan dari tekanan lingkungan. Cooper dan Sawaf (2000) menyatakan bahwa kecerdasan emosi adalah suatu fenomena manusiawi secara mendasar ada dalam diri manusia. Seseorang dapat mencapai keberhasilan hidup semaksimal mungkin melalui kecerdasan emosi, karena itu kecerdasan emosi sangat diperlukan oleh anak terutama remaja. Gardner (1996) menyebut istilah kecerdasan emosional dengan istilah kecerdasan intra pribadi dan kecerdasan antar pribadi, adapun definisi dari kedua istilah tersebut adalah sebagai berikut: Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
24
a. Kecerdasan intra pribadi adalah kemampuan untuk memahami diri sendiri yang wujudnya berupa kemampuan untuk membentuk suatu model diri sendiri yang teliti dan mengacu pada diri, serta kemampuan untuk menggunakan model tersebut sebagai alat untuk menempuh kehidupan secara efektif. b. Kecerdasan antar pribadi adalah kemampuan untuk memahami orang lain, yang wujudnya berupa pemahaman terhadap apa yang memotivasi mereka dan kemampuan untuk bekerjasama dengan orang lain. Salovey & Sluyter (dalam Prawita-sari, 1998) mendefinisikan kecerdasan emosi
sebagai
kemampuan
untuk
mengerti
emosi,
menggunakan
dan
memanfaatkan emosi untuk membantu pikiran, mengenal emosi dan pengetahuan emosi
serta
mengarahkannya
secara
reflektif
sehingga
menuju
pada
pengembangan emosi dan intelek. Berdasarkan definisi-definisi kecerdasan emosional diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa kecerdasan emosional adalah kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang dalam memahami perasaan diri sendiri dan orang lain, mampu mengendalikan emosi dan mampu berhubungan dengan orang lain sehingga seseorang dapat berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan. 2. Komponen kecerdasan emosional Bar-On (Goleman, 2000) menjabarkan kecerdasan emosional kedalam 5 kemampuan pokok yang dibagi kedalam 5 gugus umum, yaitu:
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
25
1. Kemampuan intrapersonal a. Kesadaran diri emosional Yaitu kemampuan untuk mengenal perasaan diri, memahami hal yang sedang dirasakan dan mengetahui penyebabnya. b. Asertivitas Yaitu kemampuan untuk mengungkapkan perasaan, gagasan, keyakinan secara terbuka, dan mempertahankan kebenaran tanpa berperilaku agresif. c.
Harga diri Yaitu kemampuan menghargai dan menerima diri sendiri sebagai esuatu yang baik, mensyukuri berbagai aspek dan kemampuan positif yang ada dan menerima keterbatasan diri.
d. Aktualisasi diri Yaitu kemampuan menyadari kapasitas potensial yang dimiliki untuk mengembangkan kemampuan bakat secara maksimal. e. Kemandirian Yaitu kemampuan mengatur dan mengarahkan diri dan mengendalikan diri dalam berfikir dan bertindak serta tidak tergantung pada orang lain secara emosional. 2. Kemampuan interpersonal, terdiri dari: a. Empati Yaitu kemampuan menyadari, memahami, dan menghargai perasaan orang lain dan juga kemampuan untuk peka terhadap perasaan orang lain.
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
26
b.
Hubungan interpersonal Yaitu kemampuan menjalin dan mempertahankan hubungan yang saling memuaskan yang dicirikan dengan keakraban serta memberi dan menerima kasih sayang.
c.
Tanggung jawab sosial Yaitu kemampuan menunjukkan diri sendiri dengan bekerjasama serta berpartisipasi dalam kelompok sosialnya. Hal ini meliputi bertindak secara bertanggung jawab walaupun kita tidak mendapatkan keuntungan apapun.
3. Penyesuaian diri, terdiri dari: a.
Pemecahan masalah Yaitu
kemampuan
mengenali
masalah
serta
menghasilkan
dan
melaksanakan solusi yang efektif. Kemampuan ini berkaitan dengan keinginan untuk melakukan yang terbaik dan tidak menghindari masalah. b.
Uji realitas Kemampuan menilai kesesuaian antara apa yang dialami atau dirasakan dengan kenyataan yang ada secara objektif, bukan sebagaimana yang kita harapkan.
c.
Fleksibilitas Yaitu kemampuan mengatur emosi, pikiran, dan tingkah laku
untuk
merubah situasi dan kondisi. Sikap fleksibel ini juga mencakup seluruh kemampuan kita untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang tidak terduga dan dinamis. Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
27
4. Penanganan stres, terdiri dari: a.
Ketahanan menanggung stres Yaitu kemampuan menahan peristiwa yang tidak menyenangkan dan situasi stres dengan aktif serta sungguh-sungguh mengatasi stres tersebut. Ketahanan menanggung stres ini berkaitan dengan kemampuan untuk tetap tenang dan sabar dalam menghadapi setiap permasalahan.
b.
Pengendalian impuls Yaitu kemampuan menahan dan menunda gerak hati, dorongan dan godaan untuk bertindak.
5. Suasana hati, terdiri dari: a. Kebahagiaan Yaitu kemampuan untuk merasa puas dengan kehidupannya, menikmati kebersamaan dengan orang lain dan bersenang-senang. b. Optimisme Yaitu kemampuan untuk melihat sisi terang dalam hidup dan membangun sikap positif sekalipun dihadapkan dengan kesulitan. Optimisme mengasumsikan adanya harapan dalam menghadapi kesulitan. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional Goleman (2001) mengemukakan bahwa terdapat empat faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional, yaitu:
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
28
1. Pengalaman Kecerdasan emosional dapat meningkat sepanjang perjalanan hidup individu. Ketika individu belajar untuk menanganai suasana hati, menangani emosi yang menyulitkan, semakin cerdaslah emosi individu dan mampu membina hubungan yang baik dengan orang lain. 2. Usia Semakin tua usia individu maka kecerdasan emosinya akan lebih baik dibanding dengan usia yang lebih muda. Hal ini dipengaruhi oleh proses belajar yang dialami oleh individu seiring dengan pertambahan usianya. Menurut Goleman (Papalia, 2001), pembentukan kecerdasan emosional pada saat remaja paling besar terjadi pada masa remaja pertengahan. 3. Jenis kelamin Tidak ada perbedaan antara kemampuan pria dan wanita dalam meningkatkan kecerdasan emosionalnya. Tetapi rata-rata wanita memiliki keterampilan emosi yang lebih baik dibandingkan pria. 4. Jabatan Semakin tinggi jabatan maka semakin tinggi juga kecerdasan emosional seseorang, maka semakin penting keterampilan antar pribadinya dalam membuatnya menonjol dibanding mereka yang berprestasi biasa-biasa saja. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional menurut Hurlock (1999), antara lain:
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
29
1. Lingkungan tempat tinggal Lingkungan tempat tinggal yang dapat mengontrol tingkah laku dan mengendalikan emosi remaja dapat membantu remaja untuk mencapai kematangan emosionalnya. 2. Orang tua dan keluarga Dalam mencapai kematangan emosionalnya remaja membutuhkan rasa aman yang diperoleh dari kelekatan secara emosional pada orang tua atau anggota keluarga lainnya. 3. Sekolah Sekolah merupakan lembaga yang memiliki peran penting dalam perkembagan remaja. Perlakuan positif yang diberikan oleh pihak sekolah khususnya guruguru dapat membantu remaja mencapai kematangan emosionalnya. 4. Teman-teman sebaya dan aktivitas-aktivitas yang dilakukan sehari-hari Variasi teman-teman sebaya dapat melatih remaja mengenal lebih banyak macam karakter orang lain dan belajar memahami lingkungan yang lebih bervariasi dapat membantu mereka untuk mencapai kematangan emosionalnya. Disamping itu variasi aktivitas sehari-hari dapat membantu remaja berlatih untuk menangani aktivitas yang lebih banyak dengan tingkat kesukaran yang bermacam-macam dan dapat melatih mereka untuk mengembangkan kecerdasan emosionalnya.
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
30
4. Ciri-ciri individu dengan kecerdasan emosional tinggi dan rendah Berdasarkan teori Goleman (2000), Steven Stein (2002) membedakan individu dengan kecerdasan emosional tinggi dan rendah berdasarkan atas ciri khas, yaitu: Ciri-ciri individu dengan tingkat kecerdasan emosional yang tinggi, yaitu: 1. Tidak menyalahkan orang lain atau situasi terhadap apa yang dialaminya. 2. Mampu membedakan mana yang merupakan pikiran dan mana yang merupakan perasaan. 3. Bertanggung jawab terhadap perasaan yang dialami. 4. Menggunakan perasaan mereka untuk membantu dalam membuat suatu keputusan. 5. Respek terhadap apa yang dirasakan orang lain. 6. Bersemangat dan tidak mudah marah. 7. Mengakui perasaan orang lain. 8. Berupaya untuk memperoleh nilai-nilai positif dari emosi negatif. 9. Tidak bertindak otoriter, menggurui ataupun memerintah. Ciri-ciri individu dengan tingkat kecerdasan emosional yang rendah, yaitu: 1. Tidak berani bertanggung jawab terhadap perasaan yang dimiliki, tetapi lebih menyalahkan orang lain terhadap apa yang dialami oleh dirinya. 2. Berlebihan ataupun menekan perasaan yang dimiliki 3. Cenderung menyerang, menyalahkan dan menilai orang lain 4. Merasa tidak nyaman apabila berada disekitar orang lain 5. Kurang memiliki rasa empati Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
31
6. Cenderung kaku, kurang fleksibel, cenderung membutuhkan suatu aturan yang sistematis agar merasa aman 7. Menghindari tanggung jawab dengan menyatakan tidak ada pilihan lain 8. Menghindari tanggung jawabnya dengan menyatakan tidak ada pilihan lain. 9. Pesimistis dan cenderung menganggap dirinya selalu bertindak adil. 10. Sering merasa kurang dihargai, kecewa hambar atau merasa jadi korban.
B. Remaja 1. Pengertian remaja Remaja adalah tumbuh menjadi dewasa. Masa remaja dibagi menjadi 2 bagian yaitu : masa remaja awal pada usia 13 s/d 16 tahun sedangkan masa remaja akhir pada usia 16 s/d 18 tahun (Hurlock, 1998). WHO (dalam Sarwono, 2001) mendefinisikan remaja lebih bersifat konseptual, ada tiga kriteria yaitu biologis, psikologi dan sosial ekonomi dengan batasan usia antara 10-20 tahun yang secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut : a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. b. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari anakkanak menjadi dewasa. c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
32
Monks (1999) memberikan batasan usia masa remaja adalah masa diantara 12-21 tahun dengan perincian 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun masa remaja akhir. 2.Ciri-ciri remaja Ciri-ciri perubahan yang terjadi pada masa remaja yaitu : a. Perubahan fisik Perubahan fisik berhubungan dengan aspek anotomi dan aspek
fisiologis, di
masa remaja kelenjar hipofesa menjadi masak dan mengeluarkan beberapa hormon, seperti hormon gonotrop yang berfungsi untuk mempercepat kemasakan sel telur dan sperma, serta mempengaruhi produksi hormon kortikortop
berfungsi
mempengaruhi
kelenjar
suprenalis,
testosterone,
oestrogen, dan suprenalis yang mempengaruhi pertumbuhan anak sehingga terjadi percepatan pertumbuhan (Monks dkk, 1999). b. Perubahan Emosional. Pola emosi pada masa remaja sama dengan pola emosi pada masa kanak-kanak. Pola-pola emosi itu berupa marah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira, sedih
dan
kasih
sayang.
Perbedaan terletak
pada
rangsangan
yang
membangkitkan emosi dan pengendalian dalam mengekspresikan emosi. Emosi remaja pada umumnya dari tahun ke tahun terjadi perubahan dimana emosi remaja akhir akan lebih matang daripada remaja awal (Hurlock, 1998). c. Perubahaan sosial Perubahan fisik dan emosi pada masa remaja juga mengakibatkan perubahan dan perkembangan remaja, Monks, dkk (1999) menyebutkan ada dua bentuk Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
33
perkembangan remaja yaitu, memisahkan diri dari orangtua dan menuju kearah teman sebaya. Remaja berusaha melepaskan diri dari otoritas orangtua dengan maksud menemukan jati diri. Remaja lebih banyak berada di luar rumah dan berkumpul bersama teman sebayanya dengan membentuk kelompok dan mengeksperesikan segala potensi yang dimiliki. Kondisi ini membuat remaja sangat rentan terhadap pengaruh teman dalam hal minat, sikap penampilan dan perilaku. 3. Perkembangan emosi remaja Hurlock (1998) mengatakan bahwa secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Tetapi tidak semua remaja mengalami masa “badai dan tekanan”. Namun sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagi konsekuensi dari penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan harapan sosial yang baru. Meskipun emosi remaja seringkali sangat kuat, tidak terkendali dan tampaknya irasional, tetapi pada umumnya dari tahun ke tahun terjadi perbaikan perilaku emosional. Pola emosi masa remaja adalah sama dengan pola emosi masa kanakkanak. Perbedaannya terletak pada rangsangan yang membangkitkan emosi dan derajat, dan khususnya pada pengendalian latihan individu terhadap ungkapan emosi mereka. Remaja tidak lagi mengungkapkan kemarahannya dengan cara gerakan amarah yang meledak-ledak, melainkan dengan menggerutu, tidak mau berbicara, atau dengan suara keras mengkritik orang yang menyebabkan amarah (Hurlock, 1998) Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
34
Hurlock juga menambahkan bahwa ada beberapa petunjuk seorang remaja yang mencapai kematangan emosi yaitu: jika remaja tersebut tidak meledakkan emosinya dihadapan orang lain tetapi menunggu saat yang tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara yang lebih dapat diterima. Petunjuk yang lainnya yaitu: jika remaja tidak lagi bereaksi tanpa berpikir sebelumnya sehingga remaja dapat mengabaikan banyak rangsangan yang dapat menimbulkan ledakan emosinya. Remaja yang emosinya matang memberikan reaksi emosional yang stabil, tidak berubah dari satu emosi ke emosi lain atau dari suasana hati satu ke suasana hati lainnya. Menurut Ali & Asrori (2004), pada setiap tahapan perkembangan terdapat karakteristik yang agak sedikit berbeda dalam hal perkembangan emosi remaja, yaitu: a. Periode remaja awal Selama periode ini perkembangan yang semakin tampak adalah perubahan seksual, yaitu perkembangan seksual primer dan sekunder. Hal ini menyebabkan remaja sering kali mengalami kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Akibatnya tidak jarang mereka cenderung menyendiri dan terasing, kurang perhatian dari orang lain, atau bahkan merasa tidak ada orang yang mau memperdulikannya. Kontrol terhadap dirinya bertambah sulit dan mereka cepat marah dengan cara-cara yang kurang wajar untuk menyakinkan dunia sekitarnya. Perilaku seperti ini sesungguhnya terjadi karena adanya kecemasan terhadap dirinya sendiri sehingga muncul dalam reaksi yang kadangkadang tidak wajar. Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
35
b. Periode remaja tengah Melihat fenomena yang sering terjadi dalam masyarakat yang seringkali juga menunjukkan adanya kontradiksi dengan nilai-nilai moral yang mereka ketahui, tidak jarang remaja mulai meragukan tentang apa yang disebut baik atau buruk. Akibatnya remaja seringkali ingin membentuk nilai-nilai mereka sendiri yang mereka anggap benar, abik, dan pantas untuk dikembangkan di kalangan mereka sendiri. c. Periode remaja akhir Pada periode ini emosi remaja sudah mulai stabil. Remaja mulai memandang dirinya sebagai orang dewasa dan mulai mampu menunjukkan pemikiran, sikap, perilaku yang semakin dewasa. Interaksi dengan orang tua juga menjadi lebih baik dan lancar karena mereka sudah memiliki kebebasan penuh. Oleh sebab itu, orang tua dan masyarakat mulai memberikan kepercayaan yang selayaknya kepada mereka. Pilihan arah hidup sudah semakin jelas dan mulai mampu mengambil pilihan dan keputusan tentang arah hidupnya secara lebih bijaksana meskipun belum bisa secara penuh. Mereka juga mulai memilih cara-cara hidup yang dapat dipertanggung jawabkan terhadap dirinya sendiri, orang tua dan masyarakat. 4. Kecerdasan emosi remaja Kecerdasan emosi pada remaja sudah mulai berkembang dengan baik pada masa remaja pertengahan, namun hal tersebut belum maksimal. Remaja masih memerlukan orang lain yang bisa membantunya dalam mengatasi emosi yang dirasakan. Remaja yang tidak dapat mengungkapkan dan memahami perasaannya Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
36
dengan tepat akan mengalami kerugian dalam pergaulan, sekolah, dan pekerjaan. Remaja yang merasa sedih cenderung akan murung atau menarik diri. Remaja yang merasa bahagia cenderung dalam cenderung menebarkan keceriaannya, dan ketika remaja merasa bosan justru marah-marah sebagai pelampiasan sehingga akan muncul masalah. Kemarahan frustrasi, kecemasan, kesedihan, dan emosi dapat mengganggu pembelajaran remaja. Untuk itu diperlukan bantuan orang lain, seperti orang tua sehingga remaja mampu mengendalikan perilaku-perilaku yang lebih baik (Gottman, 2003).
C. Kelompok remaja 1. Pembagian kelompok Ada dua macam gerak dalam perkembangan sosial remaja yaitu: memisahkan diri dari orang tua dan menuju ke arah teman-teman sebaya, sehingga dapatlah kita mengerti bahwa remaja cenderung membentuk kelompok (Monks, 1999) .Remaja yang berkelompok pada umumnya terbagi menjadi dua kelompok (Ahmadi, 1999), yaitu: 1. Kelompok formal atau sering disebut organisasi Kelompok ini ditandai dengan adanya peraturan atau Anggaran Dasar (AD) atau Anggaran Rumah Tangga (ART), mempunyai pedoman-pedoman tingkah laku yang dirumuskan secara tegas dan tertulis serta bersifat tidak kekeluargaan, bercorak pertimbangan-pertimbangan rasional dan obyektif. Contoh dari kelompok ini adalah semua perkumpulan yang memiliki AD/ART.
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
37
2. Kelompok Informal Merupakan suatu kelompok yang tumbuh dari proses interaksi, daya tarik, dan kebutuhan-kebutuhan seseorang. Keanggotaan kelompok biasanya tidak teratur dan keanggotaan ditentukan oleh daya tarik bersama dari individu dan kelompok. Dalam kelompok ini terjadi pembagian tugas yang jelas tapi bersifat informal dan hanya berdasarkan kekeluargaan dan simpati. Misalnya kelompok arisan, geng, kelompok belajar dan teman dekat (Sarwono, 2001). 2. Penyebab timbulnya kelompok remaja Latar belakang timbulnya suatu kelompok merupakan hal yang penting untuk dibahas. Menurut Slamet Santoso (1999) latar belakang timbulnya kelompok remaja adalah: 1. Adanya perkembangan proses sosialisasi Pada masa remaja (usia anak SMP dan SMU) individu mengalami proses sosialisasi, dimana mereka itu sedang belajar memperoleh kemantapan sosial dalam mempersiapkan diri untuk menjadi dewasa yang baru, sehingga individu mencari kelompok yang sesuai dengan keinginannya, dimana individu bisa saling berinteraksi satu sama lain dan merasa diterima dalam kelompok. 2. Kebutuhan untuk menerima penghargaan Secara psikologis, individu butuh penghargaan agar mendapat kepuasan dari apa yang telah dicapainya. Oleh karena itu individu bergabung dengan kelompok teman sebaya yang mempunyai kebutuhan psikologis yang sama
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
38
yaitu ingin dihargai. Sehingga individu merasakan kebersamaan dan kekompakan dalam kelompok teman sebayanya. 3. Perlu perhatian dari orang lain Individu perlu perhatian dari orang lain terutama yang merasa senasib dengan dirinya. Hal ini dapat ditemui dalam kelompok sebayanya, dimana individu merasa sama satu lainnya, mereka tidak merasakan adanya perbedaan status seperti: jika mereka bergabung dengan dunia orang dewasa. 4. Ingin menemukan dunianya Di dalam kelompok yang diikutinya individu dapat menemukan dunianya, dimana berbeda dengan dunia orang dewasa. Mereka mempunyai persamaan pembicaraan disegala bidang. Remaja sering kali membangun interaksi sesama teman sebayanya secara khas dengan cara berkumpul untuk melakukan aktivitas bersama dengan membentuk geng. Oleh karena dorongan yang kuat ingin menemukan dan menunjukkan jati dirinya, remaja seringkali ingin melepaskan diri dari orang tuanya dan mengarahkan perhatiannya pada lingkungan di luar keluarganya dan cenderung lebih senang bergabung dengan teman sebaya. Kelompok teman sebaya memegang peranan penting dalam kehidupan remaja. Remaja sangat ingin diterima dan dipandang sebagai anggota kelompok teman sebaya baik di sekolah maupun di luar sekolah (Ali, 2004). Pembentukan suatu kelompok memiliki beberapa klasifikasi dasar. Menurut Ahmadi (1999) ada beberapa klasifikasi dasar pembentukan kelompok, yaitu:
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
39
1
Dasar psikologis Pada dasarnya semua manusia bersifat sosial, dalam arti bahwa tak seorang pun di dunia ini yang ingin hidup menyendiri terpisah dari orang lain. Mereka mengelompokkan dirinya dalam berbagai kelompok. Manusia bersifat sosial mengandung pengertian bahwa pertumbuhan dan perkembangan manusia itu baru mungkin terjadi di dalam hubungan sosial. Tiap-tiap individu mempunyai hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi antara individu dan kelompoknya dan sebaliknya. Pengaruh timbal balik itu mengandung nilai meninggikan atau meningkatkan baik dalam arti konstruktif maupun destruktif. Pengaruh konstruktif terjadi bila dapat meningkatkan kelompok itu umumnya, dan perkembangan individu khususnya. Pengaruh destruktif terjadi bila terjadi pengrusakan atau hambatan dalam hubungan sosial.
2
Dasar paedagogis Setiap kelompok seharusnya mengandung nilai paedagogis dalam arti bahwa dengan terbentuknya kelompok dapat ditingkatkan taraf perkembangan kepribadian seseorang, misalnya: rasa malu jadi berani, sifat malas menjadi rajin akibat disiplin kelompok yang terlatih, sifat egoisme dihilangkan karena adanya keharusan bekerjasama dalam tugas-tugas kelompok.
3
Dasar didaktis Kelompok juga memiliki nilai didaktis, yang digunakan sebagai alat untuk menjadi perantara, penyampaian materi yang baru kepada anggota, dan melalui kerja kelompok anggota dapat menguasai suatu materi dengan jalan diskusi.
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
40
D. Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) 1. Pengertian OSIS 1. Secara sistematis Menurut
surat
Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah Nomor 226/C/Kep/01993 disebutkan bahwa organisasi kesiswaan di sekolah adalah OSIS. Kepanjangan OSIS terdiri dari: organisasi, siswa, intra sekolah. Masing-masing mempunyai pengertian: a. Organisasi adalah kelompok kerjasama antara pribadi yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama. Organisasi dalam hal ini merupakan satuan atau kelompok kerjasama para siswa yang dibentuk dalam usaha untuk mencapai tujuan bersama, yaitu mendukung terwujudnya pembinaan kesiswaan. b. Siswa adalah peserta didik pada satuan pendidik jenjang pendidikan dasar dan menengah. c. Intra adalah berarti terletak di dalam dan di antara sehingga OSIS berarti suatu organisasi siswa yang ada di dalam dan di lingkungan sekolah yang bersangkutan. d. Sekolah adalah satuan pendidikan tempat menyelenggarakan kegiatan belajar secara berjenjang dan berkesinambungan. 2. Secara organisasi OSIS adalah satu-satunya wadah organisasi siswa yang sah di sekolah. Setiap sekolah wajib membentuk OSIS. OSIS tidak mempunyai hubungan
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
41
organisatoris dengan OSIS di sekolah lain dan tidak menjadi bagian atau alat dari organisasi lain yang ada di luar sekolah. 3. Secara fungsional OSIS adalah salah satu dari empat jalur pembinaan kesiswaan, disamping ketiga jalur yang lain yaitu: latihan kepemimpinan, ekstrakurikuler dan wawasan wiyatamandala. 4. Secara sistem OSIS adalah sekumpulan para siswa yang mengadakan koordinasi dalam upaya menciptakan suatu organisasi yang mampu mencapai tujuan. Berdasarkan
pengertian-pengertian
OSIS
diatas
maka
peneliti
menyimpulkan bahwa OSIS adalah satu-satunya wadah organisasi remaja yang sah di sekolah dan merupakan sarana remaja bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. 2. Dasar hukum OSIS Ada beberapa dasar hukum OSIS (Pedoman Pembinaan Kesiswaan, 1997), yaitu: 1. Tap MPR Nomor IV/MPR/1978 2. Tap MPR Nomor II/MPR/1983 3. Tap MPR Nomor II/MPR/1988 4. Tap MPR Nomor II/MPR/1993 5. UU Nomor 2 Tahun 1989 6. PP Nomor 28 Tahun 1990 7. PP Nomor 29 Tahun 1990 Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
42
8. Kepres Nomor 23 Tahun 1990 9. Kep. Mendikbud Nomor 0323/U/1978 10. Kep. Mendikbud Nomor 0461/U/1984 11. Kep. Dirjen Dikdasmen Nomor 226/C/Kep/0/1992 3. Tujuan pokok OSIS OSIS dibentuk dengan beberapa tujuan pokok (Pedoman Pembinaan Kesiswaan, 1997), yaitu: 1. Menghimpun ide, pemikiran, bakat, kreativitas serta minat para siswa ke dalam salah satu wadah yang bebas dari berbagai pengaruh negatif dari luar sekolah. 2. Mendorong sikap, jiwa dan semangat kesatuan dan persatuan diantara para siswa sehingga timbul satu kebanggaan untuk mendukung peran sekolah sebagai tempat terselenggaranya proses belajar mengajar. 3. Sebagai tempat, sarana untuk berkomunikasi, menyampaikan pikiran dan gagasan dalam usaha untuk lebih mematangkan kemampuan berpikir, wawasan dan pengambilan keputusan.
E. Pengurus OSIS 1. Syarat pengurus OSIS Ada beberapa persyaratan untuk menjadi pengurus OSIS (Pedoman Pembinaan Kesiswaan, 1997), yaitu:
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
43
1. Takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa 2. Memiliki budi pekerti yang baik dan sopan santun terhadap orang tua, guru dan teman 3. Memiliki bakat sebagai pemimpin 4. Memiliki kemauan, kemampuan dan pengetahuan yang memadai 5. Dapat mengatur waktu dengan sebaik-baiknya sehingga pelajarannya tidak terganggu karena menjadi pengurus OSIS 6. Pengurus dicalonkan oleh perwakilan kelas 7. Khusus untuk ketua OSIS SLTA, ditambah persyaratan: a. Mempunyai kemampuan berpikir jernih b. Memiliki wawasan mengenai kondisi yang sedang dihadapi bangsanya 2. Kewajiban pengurus OSIS Ada beberapa kewajiban pengurus OSIS (Pedoman Pembinaan Kesiswaan, 1997), yaitu: 1. Menyusun dan melaksanakan program kerja sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga 2. Selalu menjunjung tinggi nama baik, kehormatan dan martabat sekolahnya 3. Kepemimpinan pengurus OSIS bersifat kolektif 4. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada rapat perwakilan kelas pada akhir jabatannya 5. Selalu berkonsultasi dengan pembina
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
44
Bagan 1. Struktur Organisasi OSIS
Ketua
Wakil Ketua I
Wakil Ketua II
Sekretaris
Bendahara Wakil Sekretaris I
Wakil Bendahara Wakil Sekretaris II
Seksi Persepsi Apresiasi & Kreasi Seni
Seksi Kesegaran Jasmani dan Daya Kreasi Seksi Keterampilan dan Kewiraswastaan
Seksi Berorganisasi Dik. Politik & Kepemimpinan
Seksi Kepribadian Budi Pekerti Luhur
Seksi Pendidikan Pendahuluan Bela Negara
Seksi Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Seksi Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
45
3. Tugas dan tanggung jawab pengurus OSIS Struktur organisasi OSIS dalam melaksanakan Anggaran Rumah Tangga dan program kerjanya terlihat pada bagan 2. Ketua umum, wakil ketua I, wakil ketua, sekretaris, wakil sekretaris I, wakil sekretaris II, bendahara dan wakil bendahara disebut dengan pengurus harian sedangkan ketua, sekretaris dan anggota masing2 seksi disebut dengan non pengurus harian. Pengurus harian menjalankan kepengurusan dalam OSIS setiap hari sedangkan non pengurus harian hanya dilibatkan dalam beberapa kegiatan yang dilakukan tidak setiap hari. Ada beberapa tugas dan tanggung jawab pengurus OSIS (Pedoman Pembinaan Kesiswaan, 1997), diantaranya adalah: a. Ketua 1. Memimpin berorganisasi dengan baik dan bijaksana 2. Mengkoordinasikan semua aparat kepengurusan 3. Menetapkan kebijaksanaan yang telah dipersiapkan dan direncanakan oleh aparat kepengurusan 4. Memimpin rapat 5. Menetapkan
kebijaksanaan
dan
mengambil
keputusan
berdasarkan
musyawarah dan mufakat 6. Setiap saat mengevaluasi kegiatan aparat kepengurusan b. Wakil ketua 1. Bersama-sama ketua menetapkan kebijaksanaan 2. Memberikan saran kepada ketua dalam rangka mengambil keputusan 3. Menggantikan ketua jika berhalangan Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
46
4. Membantu ketua jika berhalangan 5. Bertanggung jawab kepada ketua 6. Wakil ketua I bersama dengan wakil sekretaris I mengkordinasi 4 seksi yaitu: I, II, III, dan IV. Wakil ketua II bersama-sama dengan wakil sekretaris II mengkoordinasi 4 seksi yaitu: V, VI, VII dan VIII. c. Sekretaris 1. Memberi saran atau masukan kepada ketua dalam mengambil keputusan 2. Mendampingi ketua dalam memimpin setiap rapat 3. Menyiapkan, mendistribusikan dan menyimpan surat serta arsip yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan 4. Menyiapkan laporan, surat, hasil rapat dan evaluasi kegiatan 5. Bersama ketua menandatangani setiap surat 6. Bertanggung jawab atas tertib administrasi 7. Bertindak sebagai notulis dalam rapat atau diserahkan kepada wakil sekretaris d. Wakil sekretaris 1. Aktif membantu pelaksanaan tugas sekretaris 2. Menggantikan sekretaris jika sekretaris berhalangan 3. Masing-masing wakil sekretaris membantu para wakil ketua mengkoordinir seksi I, II, III, IV, dan V, VI, VII, VIII. e. Bendahara dan wakil bendahara 1. Bertanggung jawab dan mengetahui segala pemasukan dan pengeluaran biaya yang diperlukan 2. Membuat tanda bukti kuitansi setiap pemasukan dan pengeluaran uang untuk Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
47
pertanggung jawaban 3. Bertanggung jawab atas investasi dan perbendaharaan 4. Menyampaikan keuangan secara berkala f. Ketua seksi 1. Bertanggunga jawab atas seluruh kegiatan seksi yang menjadi tanggung jawabnya 2. Melaksanakan kegiatan seksi yang telah diprogram 3. Memimpin rapat seksi 4. Menetapkan kebijaksanaan seksi dan mengambil keputusan berdasarkan musyawarah dan mufakat 5. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan seksi kepada ketua melalui coordinator g. Pokok-pokok kegiatan seksi 1. Seksi ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, antara lain: a. Melaksanakan ibadah sesuai dengan ketentuan masing-masing b. Memperingati hari-hari besar agama c. Mengadakan lomba yang bersifat keagamaan d. Kegiatan lainnya 2. Seksi kehidupan berbangsa dan bernegara, antara lain: a. Melaksanakan upacara bendera setiap hari senin pagi dan hari sabtu sore, serta hari-hari besar nasional b. Melaksanakan bakti social/masyarakat c. Memelihara kelestarian dan keindahan lingkungan sekolah Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
48
d. Kegiatan lainnya 3. Seksi pendidikan dan pendahuluan bela Negara, antara lain: a. Melaksanakan tata tertib sekolah b. Melaksanakan baris berbaris c. Melaksanakan wisata siswa, mendaki gunung, napak tilas d. Kegiatan lainnya 4. Seksi kepribadian dan budi pekerti luhur, antara lain: a. Melaksanakan Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (P4) b. Melaksanakan tata karma siswa c. Melaksanakan kegiatan amal untuk meringankan penyandang cacat, yatim piatu, orang jompo dan orang yang tertimpa bencana alam d. Kegiatan lainnya 5. Seksi berorganisasi pendidikan politik dan kepemimpinan, antara lain: a. Memantapkan OSIS dan mengembangkan program OSIS b. Melaksanakan latihan kepemimpinan c. Menyelenggarakan forum diskusi dan ilmiah d. Membantu pelaksanaan penataran P4 siswa e. Kegiatan lainnya 6. Seksi keterampilan dan kewiraswastaan, antara lain: a. Meningkatkan usaha koperasi sekolah b. Melaksanakan Praktek Kerja Nyata c. Membuat keterampilan dengan bahan bekas d. Kegiatan lainnya Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
49
7. Seksi kesegaran jasmani dan daya kreasi, antara lain: a. Menyelenggarakan lomba olahraga b. Menyelenggarakan senam pagi c. Melaksanakan pencegahan penyalahgunaan narkotika d. Pelestarian lingkungan hidup yang dikreasikan berupa kegiatan: penghijauan, perbaikan selokan, mandi cuci kakus (MCK) dan sebagainya e. Gerakan kebersihan lingkungan yang dikreasikan berupa kegiatan: membersihkan coret-coret ditembok /dinding/papan nama jalan/papan reklame/dinding, bis umum, memelihara telepon umum dan sebagainya f. Menciptakan barang-barang yang semula tidak berguna menjadi barang yang berguna dan bernilai 8. Seksi persepsi, apresiasi dan kreasi seni, antara lain: a. Menyelenggarakan berbagai pentas seni b. Menyelenggarakan lomba lawak, panggung remaja, deklamasi atau baca puisi c. Menyelenggarakan sanggar berbagai macam seni d. Kegiatan lainnya
F. Anggota OSIS Menurut Depdikbud Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Kesiswaan (1997) bahwa anggota OSIS adalah: 1. Anggota OSIS secara otomatis adalah siswa yang masih aktif belajar pada sekolah yang bersangkutan Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
50
2. Anggota OSIS ini tidak memerlukan kartu anggota 3. Keanggotaan berakhir apabila yang bersangkutan tidak menjadi siswa lagi di sekolah yang bersangkutan atau meninggal dunia Peneliti menyimpulkan bahwa anggota OSIS adalah setiap remaja yang sedang bersekolah di tingkat sekolah menengah yaitu SMP dan SMA
G. Perbedaan kecerdasan emosional pada remaja pengurus OSIS dengan remaja anggota OSIS Kelompok teman sebaya memegang peranan penting dalam kehidupan remaja. Kelompok remaja pada umumnya terbagi menjadi 2 kelompok yaitu: kelompok informal dan kelompok formal. Kelompok formal mempunyai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga dan mempunyai tugas dan tanggung jawab yang dirumuskan secara tegas dan tertulis. Kelompok informal sebaliknya yaitu tidak mempunyai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga dan tidak mempunyai tugas dan tanggung jawab yang dirumuskan secara tegas dan tertulis. Misalnya kelompok arisan, geng, kelompok belajar dan teman dekat (Sarwono, 2001). Kelompok formal biasanya disebut dengan organisasi remaja. Remaja pada umumnya berada pada tingkat sekolah menengah seperti SMP atau SMA. Fenomena yang terjadi sekarang ini adalah bahwa setiap remaja yang berada di sekolah menengah merupakan anggota suatu organisasi yang sah di sekolah. Organisasi tersebut adalah Organisasi siswa intra sekolah, yang disingkat OSIS. OSIS adalah satu-satunya organisasi siswa yang sah di sekolah sebagai wadah Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
51
siswa berorganisasi. Remaja yang masih aktif belajar pada sebuah sekolah merupakan anggota OSIS. Anggota OSIS ini tidak memerlukan kartu anggota dan keanggotaan berakhir bila remaja tersebut tidak menjadi siswa lagi di sebuah sekolah. Pengurus OSIS berbeda dengan anggota OSIS. Untuk menjadi pengurus OSIS maka remaja harus memenuhi syarat-syarat yang ditelah ditentukan dan melaksanakan tugas dan tanggung jawab pada setiap jabatan yang dipegang (Depdikbud Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Kesiswaan, 1997). Kelompok formal biasanya disebut dengan organisasi remaja. Remaja pada umumnya berada pada tingkat sekolah menengah seperti SMP atau SMA. Fenomena yang terjadi sekarang ini adalah bahwa setiap remaja yang berada di sekolah menengah merupakan anggota suatu organisasi yang sah di sekolah. Organisasi tersebut adalah Organisasi siswa intra sekolah, yang disingkat OSIS. OSIS adalah satu-satunya organisasi siswa yang sah di sekolah sebagai wadah siswa berorganisasi. Anggota OSIS adalah semua remaja yang masih aktif belajar pada sebuah sekolah. Anggota OSIS ini tidak memerlukan kartu anggota dan keanggotaan berakhir bila remaja tersebut tidak menjadi siswa lagi di sebuah sekolah. Pengurus OSIS adalah remaja yang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan sebagai pengurus, memiliki struktur dan rincian tugas serta tanggung jawab yang jelas pada setiap jabatan yang dipegang. (Depdikbud Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Kesiswaan, 1997). Remaja yang menjadi pengurus OSIS berbeda dengan remaja yang menjadi anggota OSIS dalam hal variasi aktivitas. Remaja pengurus OSIS Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
52
memiliki aktivitas yang lebih banyak karena harus melaksanakan tugas sebagai pengurus OSIS dan biasa disibukkan dengan adanya berbagai macam rapat seperti: laporan pertanggungjawaban pengurus OSIS, penyusunan program kerja tahunan OSIS termasuk didalamnya penyelenggaraan acara hari besar keagamaan, hari kemerdekaan, perpisahan, bakti sosial dan buku tahunan. Berbeda dengan remaja anggota OSIS yang kegiatannya pada umumnya hanya pergi dan pulang dari sekolah.
Remaja yang menjadi pengurus OSIS juga berbeda dengan remaja yang menjadi anggota OSIS dalam hal variasi teman sebaya. Remaja pengurus OSIS cenderung memiliki teman sebaya yang lebih bervariasi daripada remaja anggota OSIS. Remaja pengurus OSIS cenderung memiliki kesempatan yang lebih besar memiliki variasi teman sebaya yang berasal dari sekolah lain yang se-daerah ataupun se-Indonesia. Pelatihan kepemimpinan OSIS yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Departemen Pendidikan Nasional telah memberikan kesempatan para pengurus OSIS yang tersebar di seluruh Indonesia untuk berkumpul dan berbagi pengalaman. Pelatihan kepemimpinan OSIS memberikan kesempatan para pengurus OSIS untuk memperbanyak teman dari berbagai daerah. Para pengurus OSIS juga dapat mengetahui keanekaragaman budaya serta etnis yang juga mempengaruhi kultur organisasi sekolah masingmasing (Direktorat Pembinaan SMA, 2007).
Para pengurus OSIS di SMA dan sederajat juga dapat saling berkomunikasi melalui suatu forum. Forum komunikasi antar pengurus OSIS Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
53
tersebut memiliki berbagai macam nama seperti di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dikenal dengan nama Forum Komunikasi Pengurus OSIS atau disingkat dengan FKPO. Provinsi Sulawesi Utara memiliki forum yang dikenal dengan nama Forum Komunikasi Antar Pengurus OSIS yang disingkat FKAP. Di Sumatra Utara sendiri forum tersebut dikenal dengan nama Perkumpulan OSIS SMA dan Sederajat atau disingkat dengan POSS. Melalui forum komunikasi pengurus OSIS dapat meningkatkan tali silahturahmi antar pengurus OSIS dan bekerjasama dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan seperti: bakti sosial (Kedaulatan rakyat, 2007). Remaja anggota OSIS tidak memiliki kesempatan untuk mengikuti pelatihan kepemimpinan OSIS dan ikut dalam forum komunikasi OSIS sehingga pada umumnya remaja anggota OSIS cenderung memiliki teman yang hanya terbatas pada sekolah yang sama. Menurut Anas (2004) remaja pengurus OSIS mempunyai kesempatan yang besar daripada remaja anggota OSIS untuk menjalin hubungan dengan orang lain baik yang berasal didalam sekolah seperti: seringnya berhubungan dengan kepala sekolah dan para guru maupun dengan pihak diluar sekolah dalam rangka menyukseskan suatu acara. Anas menambahkan bahwa remaja
pengurus
OSIS
harus
memiliki
kemampuan
intrapersonal
dan
interpersonal yang baik. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa remaja pengurus OSIS cenderung memiliki variasi aktivitas yang lebih banyak karena harus melaksanakan tugas sebagai pengurus OSIS dan biasa disibukkan dengan adanya berbagai macam rapat seperti: laporan pertanggungjawaban pengurus Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
54
OSIS, penyusunan program kerja tahunan OSIS termasuk didalamnya penyelenggaraan acara hari besar keagamaan, hari kemerdekaan, perpisahan, bakti sosial dan buku tahunan. Berbeda dengan remaja anggota OSIS yang kegiatannya pada umumnya hanya pergi dan pulang dari sekolah. Remaja yang menjadi pengurus OSIS juga berbeda dengan remaja yang menjadi anggota OSIS dalam hal variasi teman sebaya. Remaja pengurus OSIS cenderung memiliki teman sebaya yang lebih bervariasi daripada remaja anggota OSIS. Remaja pengurus OSIS memiliki kesempatan yang lebih besar dalam variasi teman sebaya yang berasal dari sekolah lain yang se-daerah ataupun seIndonesia dengan adanya pelatihan kepemimpinan OSIS dan forum komunikasi antar anggota OSIS. Remaja anggota OSIS tidak memiliki kesempatan untuk mengikuti pelatihan kepemimpinan OSIS dan ikut dalam forum komunikasi OSIS sehingga pada umumnya remaja anggota OSIS cenderung memiliki teman yang hanya terbatas pada sekolah yang sama.Variasi aktivitas dan variasi teman sebaya tersebut merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosional seseorang (Hurlock, 1998) sehingga dapat disimpulkan bahwa remaja pengurus OSIS akan memiliki kecerdasan emosional yang lebih tinggi dari remaja anggota OSIS.
H. Hipotesa Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Ada perbedaan kecerdasan emosional pada remaja pengurus OSIS
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
55
dengan remaja anggota OSIS, dimana kecerdasan emosional remaja pengurus OSIS lebih tinggi daripada remaja anggota OSIS.
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
56
BAB III METODE PENELITIAN
Metodelogi penelitian sangat menentukan suatu penelitian, karena menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data, analisa data dan pengambilan kesimpulan hasil penelitian. Pembahasan dalam metodelogi penelitian meliputi: identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, subyek penelitian, prosedur penelitian dan metode analisis data (Hadi, 2000).
A. Identifikasi variabel Ada 2 variabel yang terdapat dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel tergantung. Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini, yaitu: Dependent Variable : kecerdasan emosional Independent Variable : Keanggotaan dalam OSIS, dibedakan menjadi: 1. Pengurus OSIS 2. Anggota OSIS
B. Definisi Operasional Variabel penelitian Definisi operasional variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kecerdasan emosional Kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan yang dimiliki remaja berupa kemampuan dalam memahami perasaan diri sendiri dan orang lain, Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
57
mampu mengendalikan emosi dan mampu berhubungan dengan orang lain sehingga dapat berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan. Kecerdasan emosional diukur dengan menggunakan skala yang disusun berdasarkan komponen-komponen kecerdasan emosional yang dikemukakan oleh Bar-On (Goleman, 2000) yang meliputi: (1) Kemampuan intrapersonal; (2) Kemampuan interpersonal; (3) Penyesuaian diri; (4) Penanganan stres; (5) Suasana hati. Total skor yang diperoleh pada skala kecerdasan emosional menggambarkan tingkat kecerdasan emosional remaja.Semakin tinggi nilai total pada skala maka semakin tinggi kecerdasan emosional yang dimiliki oleh remaja. Sebaliknya, semakin rendah nilai total pada skala maka semakin rendah kecerdasan emosional yang dimiliki oleh remaja. 2. Keanggotaan dalam OSIS Keanggotaan dalam OSIS adalah keterlibatan remaja di dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah yang terdiri dari pengurus OSIS dan anggota OSIS. Pengurus OSIS adalah remaja yang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan sebagai pengurus berdasarkan Pedoman Pembinaan Kesiswaan (1997) yaitu: (1) Takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa; (2) Memiliki budi pekerti yang baik dan sopan santun terhadap orang tua, guru dan teman; (3) Memiliki Bakat sebagai pemimpin; (4) Memiliki kemauan, kemampuan dan pengetahuan yang memadai; (5) Dapat mengatur waktu dengan sebaik-baiknya sehingga pelajarannya tidak tergangggu karena menjadi pengurus OSIS; (6) Pengurus dicalonkan oleh perwakilan kelas; (7) Khusus untuk ketua OSIS SMA harus mempunyai kemampuan berpikir jernih dan memiliki wawasan mengenai kondisi yang sedang Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
58
dihadapi bangsanya. Anggota OSIS adalah setiap remaja yang sedang bersekolah di tingkat SMA
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Populasi adalah seluruh individu atau penduduk yang dimaksudkan untuk diteliti. Populasi dibatasi sebagai jumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai sifat yang sama (Hadi, 2000). Populasi dalam penelitian ini berjumlah 3038 orang dengan karakteristik sebagai berikut: Adapun Karakteristik populasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Remaja tengah yang berusia antara 15-18 tahun Hal ini diisebabkan oleh karena pada usia tersebut kecerdasan emosi seseorang sudah lebih matang dan kecerdasan emosi paling besar dibentuk pada masa ini. 2. Pengurus OSIS dan anggota OSIS Ingin dilihat perbedaan kecerdasan emosional antara remaja pengurus OSIS dengan anggota OSIS. 3. Kecamatan Medan Polonia Kota Medan 2. Sampel dan teknik pengambilan sampel Sampel adalah sebagian dari populasi atau sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi dan harus memiliki paling sedikit satu sifat yang sama (Hadi, 2000). Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
59
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian dari siswa SMA yang bersekolah di Kecamatan Medan Polonia. Diketahui jumlah populasi dalam penelitian ini 3038 orang berdasarkan tabel krejcie maka jumlah sampel yang akan digunakan adalah sebanyak 341 orang (Ott, 2003). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik proportional random
sampling. Dalam
proportional random
sampling besarnya jumlah
sampel yang diambil mengikuti proporsi besarnya jumlah anggota dari sub-sub populasi, dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan (Hadi, 2000). Proporsi jumlah remaja pengurus OSIS dan remaja anggota OSIS adalah 1:30.
D. Metode pengumpulan data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala psikologi. Metode skala digunakan karena data yang ingin diukur berupa konstruk atau konsep psikologis yang dapat diungkap secara tidak langsung melalui indikator-indikator perilaku yang diterjemahkan dalam bentuk item-item pernyataan (Azwar, 2002). Azwar (2002) mengemukakan kebaikan-kebaikan skala dan alasan-alasan penggunaannya, yaitu: 1. Pertanyaan disusun untuk memancing jawaban yang merupakan refleksi dari keadaan subjek sendiri yang tidak disadari. 2. Skala digunakan untuk mengungkap suatu atribut tunggal.
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
60
3. Subyek tidak menyadari arah jawaban yang sesungguhnya diungkap dari pertanyaan skala. Metode skala yang digunakan adalah skala kecerdasan emosional. Skala kecerdasan emosional disusun berdasarkan komponen kecerdasan emosional yang dikemukakan oleh Bar-On (Goleman, 2000) yaitu kemampuan interpersonal, kemampuan intrapersonal, penyesuaian diri, penanganan stres, dan suasana hati. Skala kecerdasan emosional diukur dengan model skala yang diadaptasi dari skala yang dibuat Finanda Sarah Siregar (2008) dengan menggunakan model skala likert. Masing-masing pernyataan terdiri dari empat alternatif jawaban yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Skala ini disajikan dalam bentuk pernyataan yang mendukung favourable yaitu: SS=4, S=3, TS=2, STS=1. Sedangkan bobot penilaian untuk pernyataan unfavourable, yaitu: STS=4, TS=3, S=2, SS=1.
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
61
Tabel 1. Cetak biru skala kecerdasan emosional No
Komponen
Sub Komponen
Aitem
Jumlah
%
21
28,8
18
24, 7
14
19,2
8
10,9
12
16,4
73
100
Favorable Unfavorable 1
Kemampuan intrapersonal
a. Kesadaran diri
49, 66
50, 65
b. Asertivitas
51, 64
21, 22
c. Harga diri
67, 72
23, 52,
d. Aktualisasi diri
53, 24, 47, 73
60
emosional
e. kemandirian 2
Kemampuan interpersonal
54, 61
25, 46
a. Empati
45, 55, 62
8, 11, 26
b. Hubungan
27, 44, 63
1, 5, 9
2, 28, 69
3, 10, 48
a. Pemecahan masalah
29, 43, 68
6, 20, 30
b. Uji realitas c. Fleksibilitas
32, 71 4, 56
31, 7, 12, 38
a. Ketahanan
34, 70
13, 33
14, 57,
17, 42,
a. Kebahagiaan
35, 36, 59
15, 18, 39
b. Optimisme
19, 40, 58
16, 37, 41
37
36
interpersonal c. Tanggung jawab sosial 3
4
Penyesuaian diri
Penanganan stres
menanggung stres b. Pengendalian impuls
5
Suasana hati
Jumlah
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
62
E. Validitas, Uji Daya Beda dan Reliabilitas Alat Ukur Salah satu masalah utama dalam kegiatan penelitian sosial khususnya Psikologi adalah cara memperoleh data yang akurat dan objektif. Hal ini menjadi sangat penting, artinya kesimpulan penelitian hanya akan dapat dipercaya apabila didasarkan pada info yang juga dapat dipercaya (Azwar, 2002). Dengan memperhatikan kondisi ini, tampak bahwa alat pengumpulan data memiliki peranan penting. Baik atau tidaknya suatu alat pengumpulan data dalam mengungkap kondisi yang ingin diukur tergantung pada validitas dan reliabilitas alat ukur yang akan digunakan. 1. Validitas alat ukur Pengujian validitas diperlukan untuk mengetahui apakah skala pada penelitian ini mampu menghasilkan data akurat sesuai dengan tujuan ukurnya. Validitas alat ukur yang dipakai dalam penelitian ini adalah validitas isi, yaitu validitas yang menunjukkan sejauh mana aitem dalam skala mencakup keseluruhan isi yang hendak diungkap oleh tes tersebut. Hal ini berarti isi alat ukur tersebut harus komprehensif dan memuat isi yang relevan serta tidak keluar dari batasan alat ukur (Azwar, 1997). Validitas isi memiliki dua tipe, yaitu validitas muka dan validitas logik. a. Validitas muka Validitas muka adalah tipe validitas yang paling rendah signifikansinya karena hanya didasarkan pada penilaian terhadap format penampilan tes. Apabila penampilan tes telah meyakinkan dan memberikan kesan mampu mengungkap apa yang hendak diukur maka dapat dikatakan bahwa validitas muka telah Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
63
terpenuhi. Tes yang memiliki validitas muka yang tinggi akan memancing motivasi individu yang dites untuk menghadapi tes tersebut dengan sungguhsungguh. Sebaliknya, tes yang tampangnya tidak meyakinkan karena dicetak di kertas murahan, misalnya, tentu tidak akan mendapatkan apresiasi dan respek dari calon responden (Azwar, 2000). b. Validitas logik validitas logik disebut juga validitas sampling. Validitas tipe ini menunjuk pada sejauh mana isi tes merupakan representasi dari ciri-ciri atribut yang hendak diukur. Untuk memperoleh validitas logik yang tinggi, suatu tes harus dirancang sedemikian rupa sehingga benar-benar berisi aitem yang relevan dan perlu menjadi bagian tes secara keseluruhan. Suatu objek ukur yang hendak diungkap oleh tes haruslah dibatasi lebih dahulu kawasan perilakunya secara seksama dan konkret. Batas-batas perilaku yang kurang jelas akan menyebabkan terikutnya aitem-aitem yang tidak relevan dan tertinggalnya bagian penting dari tes yang bersangkutan (Azwar, 2000). 2. Uji daya beda aitem Sebelum melakukan pengujian reliabilitas, hendaknya terlebih dahulu melakukan prosedur seleksi aitem dengan cara menguji karakteristik masingmasing aitem yang menjadi bagian tes yang bersangkutan. Aitem-aitem yang tidak memenuhi syarat kualitas tidak boleh diikutkan menjadi bagian tes (Azwar, 2000). Prinsip kerja yang dijadikan dasar untuk melakukan seleksi aitem dalam hal ini adalah memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur skala sebagaimana dikehendaki oleh penyusunnya. Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
64
Pengujian keselarasan fungsi aitem dengan fungsi tes menghendaki dilakukannya komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor pada setiap aitem dengan suatu criteria yang relevan yaitu distribusi skor total tes itu sendiri. Prosedur pengujian koefisien aitem total (r ix ) yang umum dikenal dengan indeks daya beda aitem. Indeks daya beda aitem adalah sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur (Azwar, 2000). 3. Uji reliabilitas Reliabilitas sebenarnya mengacu kepada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Reliabilitas ini ditunjukkan oleh konsistensi skor yang diperoleh subjek dengan memakai alat yang sama (Suryabrata, 2000). Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (r xx' ) yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00, maka semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya coefficient yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya. Tingkat koefisien reliabilitas yang dapat dianggap memuaskan tidak dapat ditentukan dengan memberikan satu angka yang pasti, karena koefisien reliabilitas yang diperoleh berdasarkan perhitungan terhadap data empiris dari sekelompok subjek yang merupakan estimasi dari reliabilitas yang sesungguhnya dan hanya berlaku bagi kelompok subjek yang dijadikan dasar perhitungan itu saja, namun, dengan koefisien reliabilitas 0,900 berarti perbedaan yang tampak pada skor tes Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
65
tersebut dapat mencerminkan 90% dari perbedaan yang terjadi pada skor murni subjek yang bersangkutan (Azwar, 2000).
F. Hasil Uji Coba Alat Ukur Uji coba skala kecerdasan emosional dilakukan pada 116 remaja tengah yang bersekolah di tingkat SMA. Adapun distribusi aitem-aitem hasil uji coba skala kecerdasan emosional akan dijelaskan dalam tabel 2.
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
66
Tabel 2. Distribusi aitem-aitem hasil uji coba skala kecerdasan emosional No
Komponen
Sub Komponen
Aitem
Jumlah
%
10
23,8%
12
28,6%
8
19,0%
3
7,2%
9
21,4%
42
100%
Favorable Unfavorable 1
Kemampuan intrapersonal
a. Kesadaran diri
-
20
b. Asertivitas
10
-
c. Harga diri
19
25
24, 4,
22
emosional
d. Aktualisasi diri
26, 17 e. kemandirian 2
Kemampuan interpersonal
11
-
a. Empati
27, 12, 15
37
b. Hubungan
9, 40, 18
1, 3, 33
5, 16
-
a. Pemecahan masalah
32, 28, 42
34
b. Uji realitas c. Fleksibilitas
6 2, 13
31 -
a. Ketahanan
30, 21
-
23
-
7
36, 38, 41
35, 29, 14
39, 8
28
14
interpersonal c. Tanggung jawab sosial 3
4
Penyesuaian diri
Penanganan stres
menanggung stres b. Pengendalian impuls
5
Suasana hati
a. Kebahagiaan b. Optimisme Jumlah
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
67
G. Prosedur Penelitian Sebelum dilaksanakan penelitian di lapangan maka peneliti perlu melakukan beberapa prosedur, yaitu: tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian, dan tahap pengolahan data. 1. Tahap persiapan penelitian a. Persiapan alat ukur Sebelum melakukan uji coba alat ukur, peneliti terlebih dahulu menyiapkan alat ukur yang akan digunakan. Alat ukur penelitian yaitu skala kecerdasan emosional. Penyusunan skala ini didahului dengan membuat cetak biru yang kemudian dilanjutkan dengan operasionalisasi dalam bentuk aitem-aitem pernyataan yang jumlah aitemnya 73 buah aitem. Sebelum skala tersebut dijadikan alat ukur yang sebenarnya dalam penelitian, maka terlebih dahulu skala tersebut diujicobakan kepada remaja yang berusia 1518 tahun. Jumlah skala yang dipersiapkan untuk disebar adalah sebanyak 120 skala. Uji coba skala kecerdasan dilaksanakan pada tanggal 18 dan 19 Pebruari 2008 pada siswa dan sisiwi SMA Negeri 6 Medan. Setelah skala diujicobakan, maka data yang diperoleh selanjutnya diuji validitas dan reliabilitasnya. Kemudian peneliti menentukan aitem-aitem mana saja yang dapat digunakan sebagai aitem dalam penelitian yang sebenarnya. b. Perizinan
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
68
Sebelum melakukan persiapan dalam hal perizinan peneliti menentukan tempat penelitian. Kemudian peneliti meminta surat izin pengambilan data kepada pihak Fakultas Psikologi untuk diajukan kepada Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan. Selanjutnya peneliti meminta surat dari Kepala Dinas Pendidikan Kota Medanuntuk memberikan izin melakukan penelitian disekolah yang menjadi sampel penelitian. Disertai dengan surat dari Dinas Pendidikan kemudian peneliti meminta izin kepada Kepala Sekolah yang terkait agar memberi izin dan mengatur jadwal untuk melakukan penelitian. 2. Tahap pelaksanaan penelitian Pelaksanaan penelitian diadakan dengan menyebarkan skala pada remaja tengah yang telah memenuhi karakteristik populasi yang telah ditentukan sebelumnya. Para remaja tengah diberikan skala kecerdasan emosional. Skala disebarkan kepada siswa dan siswi SMA Negeri 1 Medan pada tanggal 25 sampai 26 Pebruari dan SMA Negeri 2 Medan pada tanggal 23
sampai dengan 27
Pebruari 2008. 3. Tahap pengolahan data Pengolahan data penelitian ini seluruhnya menggunakan bantuan program komputer SPSS 15.0
H. Metode Analisa Data
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
69
Data yang telah diperoleh dalam penelitian kemudian akan dianalisis dengan metode statistik. Keseluruhan analisis dilakukan dengan menggunakan Program SPSS versi 15.0 for windows.
Analisis data yang dilakukan adalah: 1. Korelasi item total Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem total digunakan batasan ≥0,3. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,3 daya bedanya dianggap memuaskan. Aitem yang memiliki koefisien korelasi kurang dari 0,3 diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya diskriminasi rendah (Azwar, 2000). 2. Reliabilitas alpha cronbach Data untuk menghitung koefisen reliabilitas alpha diperoleh lewat penyajian satu bentuk skala yang dikenakan hanya sekali pada sekelompok responden. Reliabilitas bergerak dalam rentang dari 0 sampai 1,00. Pada umumnya reliabilitas dianggap memuaskan bila koefisiennya mencapai minimal 0,900 (Azwar, 2000). 3. Uji Normalitas Uji normalitas adalah pengujian bahwa sampel yang dihadapi berasal dari populasi yang terdisrtibusi normal. Hal ini penting dilakukan karena kalau Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
70
populasi sampel diambil tidak bersifat normal maka tes statistik yang bergantung pada asumsi normalitas itu menjadi cacat sehingga kesimpulannya menjadi tidak berlaku ( Kerlinger, 2002 ). Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan disrtibusi Kolmogorof-Smirnov Test. Data penelitian dikatakan terdistribusi secara normal jika nilai p>α, dimana α = 0,05.
4. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah subjek yang digunakan dalam penelitian ini homogen atau tidak. Uji homogenitas pada penelitian ini, dilakukan dengan menggunakan Uji Levene. Populasi dikatakan homogen jika nilai p>α, dimana α = 0,05. 5. Uji-t sample bebas Uji-t digunakan untuk menguji hipotesis, apakah ada perbedaan yang signifikan antara 2 kelompok yang berbeda terhadap satu variable. Taraf signifikansi yang digunakan pada penelitian ini adalah 95% (0,05).
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
71
BAB IV ANALISA dan INTERPRETASI DATA
Pada bab ini akan diuraikan mengenai keseluruhan hasil penelitian. Pembahasan akan dimulai dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian dilanjutkan dengan analisa dan interpretasi data penelitian serta hasil penelitian.
A. Gambaran Subjek Penelitian Subjek penelitian berjumlah 341 orang remaja yang terdiri dari 330 orang remaja anggota OSIS dan 11 orang remaja pengurus OSIS. Berdasarkan hal tersebut diperoleh gambaran subjek penelitian berdasarkan usia, jenis kelamin, kelas, keanggotaan dalam OSIS dan asal sekolah. 1. Usia subjek penelitian Berdasarkan usia, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 3.
Usia 15 tahun 16 tahun 17 tahun
Tabel 3 Penyebaraan Subjek Berdasarkan Usia Pengurus OSIS Anggota OSIS Jumlah 2 orang 96 orang 98 orang 5 orang 121 orang 126 orang 3 orang 97 orang 100 orang
Persentase 28,7% 37% 29,3%
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
72
18 tahun Jumlah
1 orang 11 orang
16 orang 330 orang
17 orang 341 orang
5% 100 %
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa subjek terbanyak adalah subjek dengan usia 16 tahun sebanyak 126 orang (37%), sedangkan yang paling sedikit adalah subjek yang berusia 18 tahun, yaitu sebanyak 17 orang (5%).
2. Jenis kelamin subjek penelitian Berdasarkan jenis kelamin, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 4.
Jenis kelamin
Tabel 4 Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin Pengurus OSIS Anggota OSIS Jumlah
Persentase
Laki-laki
5 orang
155 orang
160 orang
46,9%
Perempuan
6 orang
175 orang
181 orang
53,1%
Jumlah
11 orang
330 orang
341 orang
100%
Berdasarkan tabel 4 dapat disimpulkan bahwa subjek terbanyak adalah jenis kelamin perempuan yang berjumlah 181 orang (53,1%), sedangkan yang lebih sedikit adalah subjek berjenis kelamin laki-laki yang berjumlah 160 orang (53,1%). 3. Kelas subjek penelitian Berdasarkan kelas, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5 Penyebaran Subjek Berdasarkan Kelas Kelas
Pengurus
Anggota OSIS
J umlah
Persentase
110 orang
113 orang
33,2%
OSIS X
3 orang
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
73
XI
4 orang
110 orang
114 orang
33,5%
XII
4 orang
109 orang
113 orang
33,2%
Jumlah
11 orang
330 orang
341 orang
100 orang
Berdasarkan tabel 5 dapat disimpulkan bahwa subjek pada kelas X, XI dan XII tersebar secara merata. Subjek pada kelas X sebanyak 113 (33,2%) orang, pada kelas XI sebanyak 114 orang (33,4%) dan pada kelas XII sebanyak 113 orang (33,2%) 4. Asal sekolah subjek penelitian Berdasarkan asal sekolah, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6 Penyebaran Subjek Berdasarkan Asal Kelas Asal sekolah
Pengurus
Anggota OSIS
Jumlah
persentase
OSIS SMA I
5 orang
166 orang
171 orang
50,1%
SMA 2
6 orang
164 orang
170 orang
49,9&
Jumlah
11 orang
330 orang
341 orang
100%
Berdasarkan tabel 6 dapat disimpulkan bahwa subjek yang berasal dari SMA 1 DAN SMA 2 tersebar secara merata. Subjek yang berasal dari SMA 1 sebanyak 171 orang(50,1%) sedangkan subjek yang berasal dari SMA 2 sebanyak 170 orang (49,9%).
B. Gambaran Kecerdasan Emosional Subjek Penelitian
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
74
Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang kecerdasan emosional remaja sebagai subjek yang diteliti. Dari hasil penelitian yang diperoleh, diketahui bahwa skor tertinggi yang berhasil didapatkan subjek adalah 154 dan skor terendah adalah 100 dengan deskripsi total sebagai berikut:
Tabel 7 Deskripsi Skor Skala Kecerdasan Emosional Pengurus OSIS Anggota OSIS
Empirik
N 330
Mean 140,8182
SD 7, 35959
Min 132
Max 154
Hipotetik Empirik
330 11
105 129,4879
21 10,43790
42 100
168 149
Hipotetik
11
105
21
42
168
Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa baik pengurus OSIS dan anggota OSIS memiliki mean empirik lebih besar daripada mean hipotetik sehingga dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosi pada subjek penelitian lebih tinggi dari ratarata kecerdasan emosional umumnya berdasarkan skala kecerdasan emosional yang dibuat oleh peneliti. Berdasarkan mean empirik yang diperoleh dari skala kecerdasan emosi dapat dibuat kategorisasi kecerdasan emosional dalam 3 kategori (Azwar, 2000) dengan rumus sebagai berikut: X < (μ-1,0σ) (μ-1,0σ) ≤ X < (μ+1,0σ) (μ+1,0σ) ≤ X
Rendah Sedang Tinggi
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
75
Sehingga diperoleh gambaran skor kecerdasan emosional remaja pengurus OSIS dan remaja anggota OSIS sebagai berikut:
Tabel 8 Kategori Skor Kecerdasan Emosional Rentang skor Remaja Pengurus OSIS Remaja Anggota OSIS
Kategori
X<133,5 Rendah 133,5≤X<148,2 Sedang 148,2≤X Tinggi Jumlah X<119,05 Rendah 119,05≤X<139,93 Sedang 139,93≤ X Tinggi Jumlah
Jumlah responden 3 orang 5 orang 3 orang 11 orang 60 orang 206 orang 64 orang 330 orang
% 27,27% 45,46% 27,27% 100% 18,2% 62,4% 19,4% 100%
Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa remaja pengurus OSIS yang memiliki kecerdasan emosional rendah sebanyak 3 orang (27,27%), yang memiliki kecerdasan emosional sedang sebanyak 5 orang (45,46%), dan yang memiliki kecerdasan emosional tinggi sebanyak 3 orang (27,27%). Jumlah remaja anggota OSIS yang memiliki kecerdasan emosional rendah sebanyak 60 orang (18,2%), yang memiliki kecerdasan emosional sedang sebanyak 206 orang (62,4%), dan yang memiliki kecerdasan emosional tinggi sebanyak 64 orang (19,4%). Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
76
C. Uji Asumsi Pengujian hipotesa dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan independent sample t-test. Untuk itu sebelumnya dilakukan terlebih dahulu uji normalitas sebaran dan uji homogenitas untuk melihat apakah sebaran normal dan populasi sampel homogen atau tidak. Syarat digunakannya t-test adalah jika sebaran normal dan populasi sampel homogen (Kerlinger, 1995).
1. Uji normalitas sebaran Uji normalitas sebaran dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian masing-masing variabel terdistribusi secara normal. Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan one sample kolmogorov smirnov dengan bantuan SPSS (Statistical Package For the Social Science) 15.0. Kaidah yang digunakan yaitu jika p>0,05 maka sebaran data tersebut normal. Tabel 9. Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters(a,b)
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
kecerdasan_emosi onal 341 129,85337 10,537422 ,068 ,040 -,068 1,260 ,083
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
77
Hasil analisa data pada tabel menunjukkan bahwa nilai z kecerdasan emosional adalah sebesar 1,260 dengan p=0,083 (p>0,05) berarti distribusi populasi hasil skala kecerdasan emosional adalah normal. 2. Uji homogenitas Uji homogenitas digunakan untu mengetahui apakah populasi sampel penelitian adalah homogen. Pengukuran dilakukan dengan Anava melalui Levene Statistik. Berikut ini adalah hasil uji Levene Statistik untuk mengetahui homogenitas dalam kelompok sampel penelitian. Kaidah yang digunakan adalah jika nilai signifikansi p>0,05 maka kelompok sampel dikatakan homogen, sedangkan jika p>0,05 maka kelompok sampel dikatakan tidak homogen. Tabel 10. Uji Homogenitas Test of Homogeneity of Variances kecerdasan_emosional Levene Statistic 2,218
Df1
df2 1
339
Sig. ,137
Hasil Anava menunjukkan angka pada Levene Statistic adalah sebesar 2,218 dengan signifikansi p=0,137 (>0,05). Berdasarkan nilai ini maka kelompok sampel bersifat homogen.
D. Uji Hipotesa Utama Uji hipotesa utama dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Independent sample t-test. Untuk melakukan pengujian statistik dilakukan perumusan hipotesa statistik, yaitu:
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
78
1. Ho: μ1=μ2, artinya tidak ada perbedaan kecerdasan emosional aantara remaja pengurus OSIS dan remaja anggota OSIS. 2. Ha:
μ1≠μ2, artinya ada perbedaan kecerdasan emosional antara remaja
pengurus OSIS dan remaja anggota OSIS. Kriteria Ho ditolak jika p<α; α=0,05. Pada penelitian ini taraf signifikansi yang digunakan adalah 0,05 sedangkan pengetesan signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengetesan 2 pihak (2-tailed). Dari hasil analisis uji t diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05). Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang menyatakan bahwa ada perbedaan kecerdasan emosional antara remaja pengurus OSIS dan remaja anggota OSIS, dimana remaja pengurus OSIS memiliki kecerdasan emosional yang lebih tinggi dibanding remaja anggota OSIS. Hasil uji statistik kecerdasan emosional dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 11 Gambaran Skor Kecerdasasan Emosional Keanggotaan N Mean Std. Deviation dalam OSIS Kecerdasan Pengurus 11 140,8182 7,35959 emosional OSIS Anggota 330 129,4879 10,43790 OSIS
Std. Error Mean 2,21900 ,57459
Tabel 12 Hasil Perhitungan Uji T Levene's Test for t-test for Equality of Means Equality of Variances Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
79
F
Sig.
t
df
Std. Error Difference
Sig.(2Mean tailed) Difference
95% Confidence Interval of the Difference
Lower
Kecerdasan emosional
Equal variances assumed Equal variances not assumed
2,218
,137
3,568
339
0,000
4,943
11,384
0,000
11,33030
11,33030
Upper
3,17535
5,08443
17,57618
2,29219
6,30594
16,35467
E. Hasil Tambahan 1. Perbedaan kecerdasan emosi berdasarkan jenis kelamin Pada penelitian ini diperoleh gambaran kecerdasan emosional berdasarkan jenis kelamin. Dari hasil analisis statistik dengan menggunakan independent sample t-test diperoleh p=0,13, dimana p>0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan kecerdasan emosional antara laki-laki dan perempuan. Tabel 13 Gambaran Skor Kecerdasan Emosional Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin Kecerdasan Laki-laki emosional Perempuan
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
160 181
128,35000
11,135642
,880350
131,18232
9,819194
,729855
Tabel 14 Hasil Perhitungan Uji T Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
80
F
Sig.
t
df
Std. Error Difference
Sig.(2Mean tailed) Difference
95% Confidence Interval o Difference
Lower Equal variances assumed Equal variances not assumed
Kecerdasan emosional
1,259
,263
Upper
-2,496
339
,013
-2,832320
1,134743
-5,064344
-,600297
-2,477
319,398
,014
-2,832320
1,143549
-5,082160
-,582481
2. Perbedaan kecerdasan emosional berdasarkan usia Gambaran subjek penelitian berdasarkan usia juga digunakan menjadi hasil tambahan dalam penelitian ini. Analisa statistik yang digunakan adalah Anava dengan p=0,05. Dari hasil analisa statistika diperoleh F=2,002 dan p=0,113, dimana p>0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kecerdasan emosional subjek penelitian berdasarkan usia. Tabel 15 Hasil perhitungan ANOVA Kecerdasan Emosi Berdasarkan Usia
Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares 661,011
Df 3
37091,657 37752,669
Mean Square 220,337
337 340
F 2,002
Sig. ,113
110,064
3. Perbedaan kecerdasan emosional remaja pengurus OSIS berdasarkan jabatan Gambaran subjek penelitian remaja pengurus OSIS berdasarkan jabatan merupakan hasil tambahan dalam penelitian ini. Dari hasil analisis statistik dengan menggunakan independent sample t-test diperoleh p=0,016 dimana p<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan kecerdasan emosional remaja pengurus OSIS berdasarkan jabatan. Table 16 Gambaran Skor Kecerdasan Emosional Remaja Pengurus OSIS Berdasarkan Jabatan Kecerdasan
Jabatan Pengurus
N 6
Mean 136,3333
Std. Deviation 4,76095
Std. Error Mean 1,94365
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
81
emosional
harian Non pengurus harian
5
146,2000
6,37966
2,85307
Tabel 17 Hasil Perhitungan Uji T Levene's Test for Equality of Variances F
Kecerdasan emosional
Equal variances assumed Equal variances not assumed
Sig.
,616
,453
t-test for Equality of Means
t
df
Sig.(2 tailed )
mean differnce
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of theDifference
Lower
-2,942
9
,016
-9,86667
3,35408
-2,858
7,314
,023
-9,86667
3,45221
-17,454133 -17,95933
BAB V KESIMPULAN dan SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut: “Ada perbedaan kecerdasan emosional antara remaja pengurus OSIS dengan remaja anggota OSIS, dimana remaja pengurus OSIS memiliki kecerdasan emosional lebih tinggi dibanding remaja anggota OSIS”. Penelitian ini juga memperoleh beberapa hasil tambahan, yaitu: 1. Persentase jumlah remaja pengurus OSIS yang memiliki kecerdasan emosional rendah sebesar 18,2%, sedang sebesar 62,4% dan tinggi sebesar 19,4%.
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
Upper -2,27920 -1,77400
82
2. Persentase jumlah remaja anggota OSIS yang memiliki kecerdasan emosional rendah sebesar 27,27%, sedang sebesar 45,46%, dan tinggi sebesar 27,27%. 3. Ada perbedaan kecerdasan emosional remaja berdasarkan jenis kelamin, dimana wanita memiliki kecerdasan emosional lebih tinggi dibanding pria.. 4. Tidak ada perbedaan kecerdasan emosional remaja bila ditinjau dari usia. 5. Ada perbedaan kecerdasan emosional remaja pengurus OSIS berdasarkan jabatan, dimana jabatan sebagai pengurus harian memiliki kecerdasan emosional yang lebih tinggi dibanding non pengurus harian.
B. Diskusi Asumsi peneliti pada penelitian ini adalah menyatakan bahwa ada perbedaan kecerdasan emosional pada remaja pengurus OSIS dan remaja anggota OSIS. Asumsi tersebut didasarkan pada salah satu faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional yaitu variasi teman sebaya dan variasi aktivitas (Hurlock, 1999). Remaja pengurus OSIS cenderung memiliki variasi aktivitas yang lebih banyak karena harus melaksanakan tugas sebagai pengurus OSIS dan biasa disibukkan
dengan
adanya
berbagai
macam
rapat
seperti:
laporan
pertanggungjawaban pengurus OSIS, penyusunan program kerja tahunan OSIS termasuk didalamnya penyelenggaraan acara hari besar keagamaan, hari kemerdekaan, perpisahan, bakti sosial dan buku tahunan. Berbeda dengan remaja
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
83
anggota OSIS yang kegiatannya pada umumnya hanya pergi dan pulang dari sekolah. Remaja pengurus OSIS cenderung memiliki teman sebaya yang lebih bervariasi daripada remaja anggota OSIS. Remaja pengurus OSIS memiliki kesempatan yang lebih besar dalam variasi teman sebaya yang berasal dari sekolah lain yang se-daerah ataupun se-Indonesia dengan adanya pelatihan kepemimpinan OSIS dan forum komunikasi antar pengurus OSIS. Remaja anggota
OSIS
tidak
memiliki
kesempatan
untuk
mengikuti
pelatihan
kepemimpinan OSIS dan ikut dalam forum komunikasi OSIS sehingga pada umumnya remaja anggota OSIS cenderung memiliki teman yang hanya terbatas pada sekolah yang sama. Menurut Anas (2004) remaja pengurus OSIS mempunyai kesempatan yang besar daripada remaja anggota OSIS untuk menjalin hubungan dengan orang lain baik yang berasal didalam sekolah seperti: seringnya berhubungan dengan kepala sekolah dan para guru maupun dengan pihak diluar sekolah dalam rangka menyukseskan suatu acara. Anas menambahkan bahwa remaja
pengurus
OSIS
harus
memiliki
kemampuan
intrapersonal
dan
interpersonal yang baik. Hasil penelitian ternyata menunjukkan bahwa ada perbedaan kecerdasan emosional pada remaja pengurus OSIS dan remaja anggota OSIS. Kesimpulan ini sesuai dengan pernyataan Hurlock (1999) dan Anas (2004). Hasil penelitian tambahan menunjukkan bahwa ada perbedaan kecerdasan emosional remaja berdasarkan jenis kelamin, dimana kecerdasan emosional perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Hal ini sesuai dengan pendapat Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
84
Goleman (2001) yang mengatakan bahwa walaupun pada dasarnya tidak ada perbedaan antara kemampuan perempuan dan laki-laki dalam meningkatkan kecerdasan emosionalnya, tetapi rata-rata perempuan memiliki keterampilan emosi yang lebih baik dibanding laki-laki. Dari hasil penelitian tambahan diperoleh hasil bahwa tidak ada perbedaan kecerdasan emosional berdasarkan usia. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Goleman (2001) yang mengatakan bahwa semakin tua usia seseorang maka kecerdasan emosinya akan lebih baik. Hal ini dipengaruhi oleh proses belajar yang dialamioleh individu seiring dengan pertambahan usianya. Subjek pada penelitian ini berada pada rentang usia 15 samapai 18 tahun, yang menurut Monks berada pada tahap remaja madya sehingga kecerdasan emosional mereka juga sama bila dilihat dari usia karena berada pada rentang usia yang sama. Hasil penelitian tambahan menunjukkan bahwa ada perbedaan kecerdasan emosional pada remaja pengurus OSIS berdasarkan jabatan, dimana kecerdasan emosional pengurus harian OSIS lebih tinggi daripada non pengurus harian OSIS. Pengurus harian OSIS memiliki jabatan yang lebih tinggi daripada non pengurus harian OSIS. Pengurus harian OSIS seperti: ketua umum, wakil-wakil ketua, sekretaris, wakil-wakil sekretaris, bendahara dan wakil bendahara sedangkan non pengurus harian seperti: ketua, sekretaris dan anggota masing-masing bidang OSIS yang terbagi kedalam delapan seksi. Hal
ini sesuai dengan pendapat
Goleman (2001) yang mengatakan bahwa semakin tinggi jabatan seseorang dalam
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
85
suatu pekerjaan maka harus semakin tinggi pula kecerdasan emosional yang dimilikinya. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan skala psikologis karena metode ini tidak memerlukan waktu yang lama dan biaya yang besar bila dibandingkan dengan metode lain seperti: obsevasi, eksperimen maupun metode lainnya (Azwar, 2000). Akan tetapi skala psikologis hanya mengungkap hal yang ingin diungkap secara dangkal tanpa mampu menggali lebih dalam informasi yang diperlukan.
C. Saran 1.Saran metodologis Peneliti menyadari bahwa hasil yang diperoleh belum maksimal karena belum tergali secara mendalam. Untuk itu disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melengkapi data dengan observasi dan wawancara yang lebih mendalam api metode pengambilan untuk memperkaya hasil penelitian. Hal-hal yang perlu digali lebih dalam diantaranya adalah pengalaman berorganisasi yang dilakukan remaja dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kecerdasan emosional remaja seperti: lingkungan tempat tinggal, orang tua dan keluarga serta perlakuan positif yang diberikan para guru kepada remaja. Pada penelitian selanjutnya juga disarankan untuk meneliti lebih dalam tentang kecerdasan emosional dengan Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
86
menggunakan sampel penelitian pada usia yang lebih bervariasi untuk melihat sejauh mana pengaruh usia terhadap kecerdasan emosional. 2. Saran praktis a. Saran untuk sekolah Sekolah merupakan lembaga yang memiliki peran yang penting dalam perkembangan remaja. Sekolah merupakan rumah kedua bagi remaja diaharapkan dapat membantu remaja dalam mengembangkan kecerdasan emosional. Pihak sekolah sebaiknya mengadakan pelatihan-pelatihan untuk mengembangkan kecerdasan emosional tidak hanya bagi remaja pengurus OSIS tetapi bagi remaja anggota OSIS juga.
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
87
b. Saran untuk remaja Kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesuksesan hidup seseorang. Remaja harus melakukan hal-hal yang dapat mempengaruhi perkembangan kecerdasan emosional, salah satunya diantaranya adalah dengan memiliki variasi aktivitas dan teman sebaya.
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
88
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. (1999). Psikologi Sosial. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.
Ali, M & Asrori , M. (2005). Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta didik. Estacan kedua. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Anas, (2004). Berorganisasi, banyak manfaatnya. http://www.republika.co.id/ASP/koran detail.arp?id=161693&kat id=253&kat id=&kat&id2. Tanggal akses: 15 November 2008
Azwar, S. (1997). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
(2000). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
(2002). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Coopeer, R.K. & Shawaf, A. (2000). Executive EQ: Kecerdasan Emosi dalam Kepemimpinan Organisasi (terjemahan). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Departement Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Kesiswaan. (1997). Petunjuk pelaksanaan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Jakarta
Direktorat Pembinaan SMA [On-line].(2007, 28 May). Peserta Kepemimpinan OSIS Tingkat Nasional 2007. http://www.dikmenum.go.id/index.php?page=11&entr=69 (11 Januari 2009). Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
89
Imas Setianigrum. (2008, 26 Februari). Kaca: Komunitas: FKPO: Sarana Komunikasi Pengurus OSIS SMA se-DIY. Kedaulatan Rakyat. Available email:
[email protected].
Gunarsa, S.D. (2003). Psikologi Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Goleman, D. (2000). Working With Emotional Intelligence. Kecerdasan Emosi Untuk Meraih Puncak Prestasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. (2001). Emotional Intelligence. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Gottman, J. & DeClaire, J. (2003). Kiat-Kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan emosi. Terjemahan . Cetakan keenam. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hadi, S. (2000). Metodologi Research. Yogyakarta : Penertbit Andi.
Hurlock, E. B. (1998). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Edisi kelima). Jakarta : Penerbit Erlangga.
Kejarlah EQ, Sukses Kau Tangkap. (2004, 9 Desember). Kompas. Available FTP: http://www.kompas.com/kesehatan/news/0412/09/072115.htm
(10
Februari 2008).
Kumpulan Hasil-hasil Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Di Indonesia Tahun 2003-2006 (2005, 7 Mei). http://www.bnn.go.id/konten.php?nama=HasilPenelitian&op=dlhasil penelitian&namafile=kumpulan%20hasil%20Litbang%20BNN%2020032006 update%20050507 doc (29 November, 2008)
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009
90
Kerlinger, F.N. (2002). Asas-asas Penelitian Behavioral. (3th edition). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Mu’tadin. (2002). Mengenal Kecerdasan Emosional Remaja. http://www.epsikologi.com/remaja/250402.htm.
Monks, F.J. (1999). Psikologi Perkembangan; alih bahasa, Siti Rahayu Haditono. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Papalia, D. E., Old, S. W. & Feldman, R.D. (2001). Human Development (8 th ed). New York: McGraw Hill Inc.
Pedoman Pokok Pembinaan Kesiswaan. Dinas pendidikan Provinsi Sumatera Utara. (1997)
Prawitasari, J.E. (1998). Kecerdasan Emosi : Buletin Psikologi Vo 1 No 21-31.
Santoso, S. (2003). Perilaku Organisasi. Jakarta : PT. Indeks.
Sarwono. (2001). Psikologi Sosial. Jakarta : Balai Pustaka.
Stein, S & Book, H. (2002). Ledakan EQ : 15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional Meraih Sukses ; alih bahasa, Trinanda Rainy Januarsari dan Yudhi Murtanto. Bandung : Penerbit Kaifa.
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009. USU Repository © 2009