PERBEDAAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN Tubifex sp TERHADAP SINTASAN DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI (Osphronemous goramy Lac)
Poppy Deftari, Hafrijal syandri, Azrita Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta E-mail :
[email protected] ABSTRAK This research was conducted to analyze the frequency of feeding different weighting towards growth of absolute, absolute lengths, weights daily, the daily length, specific weights, lengths, and survival. The method used is the method of experiment using Random Design complete (RAL) with 4 treatments and 3 replicates. Treatment a frequency the provision of feed 3 times a day , treatment b frequency the provision of feed 4 times a day, treatment c frequency the provision of feed five times a day, treatment d frequency the provision of feed six times a day. The result of the research indicated that treatment d the frequency of the feed about 6 times a day has the highest growth covering the absolute weight (4,13±0,43g), long absolute (3,48±0,26mm), daily weight (0,44±0,0037mg/hr), long daily (0,038±0,0025mm/hr), specific weight (4,46±0,37%) and the lowest found in a treatment and the absolute weight (2,29 ±0,28gr), long treatment absolute in (2,15±0,12mm), daily weight the lowest in treatment a including the frequency feed as much as 3 times a day (0,25±0,0032mg/hr), long daily (0,013±0,0078mm/hr) , specific weight (2,53±0,32 %), long specific (1,30±0,78%). Survival is highest in treatment a including the frequency feed as much as 3 times a day (94.66±2.30%), and the lowest in treatment d the frequency of the feed about 6 times a day (69.33±7.02 %).
Keywords : Gurami, Osphronemous goramy Lac, Frequency, Tubifex Sp
PENDAHULUAN Ikan gurami (Osphronemous goramy
Pertumbuhan ikan gurami yang relatif lambat
Lac) adalah salah satu komoditas budidaya air
karena sistem pemeliharaannya yang masih
tawar yang tergolong dalam famili ikan labirin
tradisional dengan pola pemberian pakan yang
(Anabantidae), ikan ini tersebar di kawasan
tidak teratur dan pakan yang diberikan berupa
tropis mulai dari India sampai Semenanjung
daun-daunan.
Malaya
mengatasi masalah pertumbuhan yang lambat
dan
Indonesia
(Effendi,
2006).
Salah
satu
usaha
untuk
1
tersebut adalah dengan memperbaiki mutu
di Nagari Mungo Jorong, Balai Gadang Ateh,
pakan yang diberikan baik pakan buatan
Kecamatan Luak, Kabupaten Lima Puluh
maupun
(1998)
Kota. Wadah yang digunakan pada penelitian
menyatakan bahwa pakan alami yang paling
ini adalah kolam beton yang berisi kotak yang
baik untuk benih ikan gurami post larva adalah
terbuat dari kerangka paralon dan waring yang
Tubifex sp karena mengandung nilai gizi 57%
berukuran 50 x 50 x 50 cm sebanyak 12 unit
pakan
alami.
Ningsih,
protein, 13,3% lemak, 2,04% serat kasar, 24% kadar air danq abu 3,6% (Sayuti, 2013). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Nugroho, (2015) menunjukkan bahwa larva gurami yang berumur 20 - 40 hari diberi pakan cacing Tubifex sp menghasilkan pertumbuhan relatif berat jika dibandingkan pakan Artemia sp beku maupun Artemia sp awetan. Hal ini diduga karena tingkat konsumsi cacing sutera yang lebih banyak serta kandungan nutrisi
Metoda Penelitian Metode
yang
digunakan
dalam
penilitian ini adalah motode eksperimen dengan
menggunakan
Rancangan
Acak
Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Adapun perlakuan yang akan di uji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Perlakuan A
: Pemberian pakan sebanyak 3 kali sehari pada pukul (08.00, 14.00, dan 17.000 WIB)
Perlakuan B
: Pemberian pakan sebanyak 4 kali sehari pada pukul (08.00, 11.00, 14.00 dan 17.00 WIB)
Perlakuan C
: Pemberian pakan sebanyak 5 kali sehari pada pukul (05.00, 08.00, 11.00, 14.00, dan 17.00 WIB)
Perlakuan D
: Pemberian pakan sebanyak 6 kali sehari pada pukul (05.00, 08.00, 11.00, 14.00, 17.00, dan 20.00 WIB)
terutama protein pada cacing sutera yang tinggi, sehingga bisa dimanfaatkan secara maksimal untuk pertumbuhan larva gurami.
MATERI DAN METODA PENELITIAN Materi Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan
Agustus
-
November
2015
di
Laboratorium Terpadu, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Bung Hatta, Padang,
Sumatra
Barat.
Bahan
yang
digunakan adalah benih ikan gurami yang berumur 30 hari dengan rata-rata panjang awal 2.45 cm dan bobot 0.41 gr sebanyak 600 ekor yang diperoleh dari pembudidaya ikan gurami
Prosedur Penelitian 1.
Adaptasi ikan. Benih ikan gurami
terlebih dahulu diadaptasi dengan lingkungan baru selama 2 minggu. 2
2.
Persiapan
Wadah
wadah.
100%
SR =
pemeliharaan disusun secara acak sehingga diperoleh pengaruh lingkungan dan proses penanganan yang sama, diisi air dengan ketinggian 30cm (setara dengan 75 L air). 3.
Persiapan
mengukur
Ikan.
Menimbang dan
ikan
Gurami
benih
Keterangan : SR: Survival Rate ( Kelangsungan hidup ) Nt: Jumlah benih pada akhir penelitian (ekor) No: Jumlah benih pada awal penelitian (ekor) Pertumbuhan Bobot Multak
sebelum
Jumlah benih ikan yang bertahan hidup
dilakukannya penelitian. Kemudian benih ikan
setiap hari selama penelitian mulai dari awal
Gurami
peneltian sampai
dimasukkan
kedalam
wadah
akhir penelitan. Dapat
pemeliharaan dengan masing-masing wadah
diketahui dari selisih kepadatan awal dengan
berisi 50 ekor.
jumlah
4.
Pakan yang
Pemberian pakan.
yang mati
dengan rumus
yang
dikemukakan oleh Olurin et al,. (2012).
diberikan pada masing-masing perlakuan yaitu
SR =
100%
5% dari biomasa. 5.
Pengamatan Tingkat Pertumbuhan.
Tingkat pertumbuhan ikan diamati setiap 45 hari sekali untuk pengukuran berat dan panjang
semua
ikan
uji
masing-masing
Pengamatan
SR : Survival Rate ( Kelangsungan hidup ) Nt : Jumlah benih pada akhir penelitian (ekor) No : Jumlah benih pada awal penelitian (ekor) Pertumbuhan Panjang Mutlak
perlakuan dan ulangan. 6.
Keterangan :
sintasan.
Pengmatan
Effendi, (1978) menyatakan bahwa
sintasan ikan diamati setiap hari selam
pertumbuhan
penelitian dimulai dari awal penelitian sampai
pertumbuhan panjang selama penelitian, dan
akhir penelitian.
dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
panjang
mutlak
adalah
L = Lt – Lo Parameter yang diukur
Keterangan :
Kelngsungan Hidup Dapat diketahui dari selisih kepadatan awal dengan jumlah yang mati dengan rumus yang dikemukakan oleh Olurin et al,. (2012).
Lm = Pertumbuhan panjang (mm) Lt = Pertumbuhan panjang benih pada akhir penelitian (mm) Lo = Pertumbuhan panjang benih pada awal penelitian (mm) Pertumbuhan Bobot Harian 3
Menurut Le et al (2011) pertumbuhan bobot
harian
dapat
dihitung
dengan
menggunakan rumus : GR (mg/hari) = (
)
= Bobot benih ikan pada awal penelitian = Lama waktu Penelitian (hari)
Menurut Olurin et al (2012) laju
GR = Growth rate ( pertumbuhan bobot harian) TWt = Bobot benih ikan pada akhir penelitian (mg) TWo = Bobot benih ikan pada awal penelitian (mg) t = Lama waktu penelitian ( hari ) Pertumbuhan Panjang Harian Menurut Le et al (2011) pertumbuhan harian
= Laju pertumbuhan spesifik (%) = Bobot benih ikan pada akhir penelitian
Pertumbuhan Panjang Spesifik
Keterangan :
panjang
SGR Wt (mg) W0 (mg) t
dapat
dihitung
dengan
menggunakan rumus : GR (mm/hari) = (
)
Keterangan : GR = Growth rate ( pertumbuhan panjang harian) TLt = Panjang benih ikan pada akhir penelitian (mm) TLo = Panjang benih ikan pada awal penelitian (mm) t = Lama waktu penelitian ( hari )
pertumbuhan
panjang
harian
dihitung
menggunakan rumus : SGR (%) =
(
)
x 100%
Keterangan : SGR = Laju pertumbuhan panjang spesifik (%) Lt = Panjang benih ikan pada akhir penelitian (mm) Lo = Panjang benih ikan pada awal penelitian (mm) t = Hari pengamatan Pengamatan Kualitas Air Pengamatan parameter kualitas air dilakukan dua kali
selama penelitian yaitu
pada awal dan akhir penelitian. Parameter yang di ukur antara lain : suhu air, DO, COD, pH, alkalinitas, amoniak, nitrat dan nitrit.
Pertumbuhan Bobot Spesifik Menurut Olurin et al (2012) laju
Analisis Data
pertumbuhan sfesifik dihitung menggunakan rumus : SGR (%) =
Hasil pengukuran yang diamati dengan menggunakan Analisa One Way Anova
(
)
x 100%
dengan
Rancangan
Acak
Lengkap
(RAL).Apabila dari hasil analisa F hitung < F Keterangan :
tabel pada taraf kepercayaan 95 % maka tidak 4
ada pengaruh padat tebar berbeda terhadap
kepercayaan 95% maka terdapat pengaruh
pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih
padat tebar berbeda terhadap pertumbuhan dan
ikan Gurami maka H0 diterima dan H1 ditolak
kelangsungan hidup benih ikan Gurami berarti
dan jika F hitung >F tabel pada taraf
H0
ditolak
dan
H1
diterima.
yang berbeda tercantum pada Tabel 2 berikut
HASIL DAN PEMBAHASAN
ini.
Tingkat Kelangsungan Hidup Hasil analisis dan kelangsungan hidup benih ikan Gurami dengan frekuensi pakan
Tabel 2. Rata-rata kelangsungan hidup benih ikan Gurami Perlakuan Awal Akhir A (frekuensi 3 kali sehari) 150 142 B (frekuensi 4 kali sehari) 150 138 C (frekuensi 5 kali sehari) 150 130 D (frekuensi 6 kali sehari) 150 104
Kelangsungan Hidup (%) 94.66 ± 2.30a 92.00 ± 2.00a 86.66 ± 4.16a 69.33 ± 7.02b
Keterangan : huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (p<0.05)
Berdasarkan
hasil
tabel
diatas
pemberian pakan 5 kali sehari dengan nilai
menunjukkan bahwa kelangsungan hidup dari
rataaan
awal penelitian sampai dengan akhir penelitian
pemberian pakan sebanyak 4 kali sehari
berkisar
dengan niali rataan 92.00%.
antara
69.33%
sampai
dengan
86.66%,
perlakuan
hidup
benih
B
dengan
Persentase
94.66%. tingkat kelangsungan hidup tertinggi
kelangsungan
ikan
Gabus
pada perlakuan A sebesar 94.66% hal ini
(Channa striata) yang tertinggi terdapat pada
diduga benih ikan Gurami mendapatkan pakan
pemberian pakan Tubifex sp 2 kali sehari yaitu
yang cukup (optimal) dan sesuai dengan
100% (Kharyadi, 2014), dan pada pemberian
kebutuhan benih ikan Gurami baik secara
pakan sebanyak 5 kali sehari pada ikan Gabus
kualitas dan kuantitas untuk kelangsungan
memberikan hasil survival rate mencapai 80%
hidupnya
(Aryzegovina, 2015).
Tingkat kelangsungan hidup benih ikan
Suhu mempunyai peranan penting
Gurami yang terendah terdapat pada perlakuan
dalam menentukan pertumbuhan ikan yang
D frekuensi pemberian pakan 6 kali sehari
dibudidaya. Hal ini didukung oleh Boyd
yaitu 69.33%. diikuti oleh perlakuan C
(1990) menyatakan bahwa ikan tropis dan 5
subtropics tidak tumbuh dengan baik saat
antropogenik
temperature dibawah 260 C sampai dengan
manusia dan tinja hewan (Notodarmojo,
280C. Hasil pengukuran kualitas air selama
2005). Dari hasil analisis didapat kadar nitrit
penelitian didapat suhu 27–290 C pH selama
(N-NO2) sebesar 0,11 mg/l. jika dibandingkan
penelitian rata-rata 7. Amoniak yang terdapat
dengan standar baku mutu 0,06 nilai dan nitrit
selama pemeliharaan sebesar 0,68 ppm.
pada pemeliharaan ini masih tergolong alami
Menurut
konsentrasi
untuk criteria budidaya ikan air tawar,
amoniak yang baik bagi kehidupan ikan
sedangkan alkalinitas yaitu sebesar 121,36
berkadar kurang dari 1,0 mg/l. Nitrat (NO3)
mg/l dan COD sebesar 15,04 mg/l.
Djajaredja
(1981)
adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrient utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat yang
yang berasal
dari
aktifitas
Pertumbuhan Bobot Mutlak Dari
hasil
pengamatan
diketahui
terdapat selama pemeliharaan sebesar 0,49
persentase rata-rata laju pertumbuhan bobot
mg/l.
mutlak benih ikan Gurami tercantum pada
kadar
nitrat
menggambarkan
lebih
terjadinya
dari
5
mg/l
pencemaran
Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata pertumbuhan bobot mutlak benih ikan Gurami Perlakuan bobot awal (mg) bobot akhir (mg)
bobot mutlak (mg)
A (frekuensi 3 kali sehari) 0,41±0,00 2,64±0,27 2,29±0,28a B (frekuensi 4 kali sehari) 0,41±0,00 3,07±0,44 2,63±0,42a C (frekuensi 5 kali sehari) 0,41±0,00 3,13±0,35 2,64±0,36a D (frekuensi 6 kali sehari) 0,41±0,00 3,09±0,50 4,13±0,43b Keteragan : huruf superskrip yng berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (p<0.05) pertumbuhan ikan tersebut, hal ini sesuai Dari Tabel 3, terlihat bahwa dengan pendapat Adrews dalam Fadli, (2006). Pertumbuhan bobot mutlak benih ikan Gurami yang menyatakan bahwa adanya hubungan tertinggi terdapat pada perlakuan D yaitu positif antara pertumbuhan dengan frekuensi 4,13±0,43 mg hal ini disebabkan karena pemberian pakan yaitu : pertumbuhan akan jumlah pakan yang diberikan dapat semakin meningkat dengan semakin dimanfaatkan secara efektif oleh benih ikan banyaknya frekuensi pemberian pakan, jadi sehingga tidak hanya untuk mempertahankan semakin sering pakan diberikan hasilnya hidup tetapi juga dapat menunjang proses semakin baik bagi pertumbuhan ikan, pertumbuhan. Semakin sering benih ikan diberi
makan
maka
semakin
bagus 6
dibandingkan dengan pemberian pakan yang jarang dalam jumlah yang sama.
Pertumbuhan dipengaruhi oleh factor internal dan eksternal (Effendi, 1978). Factor internal meliputi keturunan, umur dan tahan
Menurut
Putra
(2000),
pemberian
pakan Tubifex sp. Memberikan pertumbuhan yang
lebih
baik
dibandingkan
dengan
pemberian pakan Artemia dan Moina sp, karena kandungan protein yang terdapat pada Tubifex sp lebih tinggi kandungan protein dibandingkan Artemia dan Moina sp, sehingga energy yang dihasilkan untuk pertumbuhan lebih banyak. Rendahnya pertumbuhan bobot mutlak benih ikan Gurami pada perlakuan A yaitu
2,29±0,28
mg
diduga
frekuensi
pemberian pakan yang sedikit sehingga nutrisi yang dibutuhkan bagi benih ikan Gurami tidak
terhadap penyakit, sedangkan factor eksternal meliputi suhu perairan, oksigen terlarut, kimia air, mutu pakan yang diberikan (Asmawi, 1983). Kualitas air selama pengamatan yaitu suhu 27-290c, DO 5,20-6,13 mg/l, pH 7. Hal ini didukung oleh Boyd (1990) menyatakan bahwa ikan tropis dan sub tropis tidak tumbuh dengan baik apabila temperature dibawah 260c. Pertumbuhan Panjang Mutlak Hasil dari perhitungan pertumbuhan panjang
mutlak
benih
ikan
Gurami
dilampirkan pada Tabel 4.
mencukupi sehingga pertumbuhan benih ikan Gurami lambat. Tabel 4. Rata-rata pertumbuhan panjang mutlak (cm) benih ikan Gurami. Perlakuan Awal (cm) Akhir (cm) Pertumbuhan Panjang±SD A (frekuensi 3 kali sehari) 2,45±0,00 1,18±0,69a 3,64±0,68 B (frekuensi 4 kali sehari) 2,45±0,00 1,48±0,47 a 3,85±0,36 C (frekuensi 5 kali sehari) 2,45±0,00 2,15±0,12 a 4,70±0,30 D (frekuensi 6 kali sehari) 2,45±0,00 3,48±0,26b 5,99±0,11 Keterangan : huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (p<0.05).
dimanfaatkan secara efektif oleh benih ikan Tabel
4
terlihat
bahwa
rata-rata
pertumbuhan panjang mutlak tertinggi terdapat pada perlakuan D dengan rataan (3,48±0,26 cm), diikuti oleh perlakuan C
rata-rata
(2,15±0,12 cm) dan yang terendah pada perlakuan A (1,18±0,69 cm). Tingginya pertumbuhan panjang mutlak pada perlakuan
sehingga tidak hanya untuk mempertahankan hidup tetapi juga dapat menunjang proses pertumbuhan.
Menurut
pertumbuhan
pada
Mudjiman
ikan
tidak
(1984) hanya
dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas pakan, tetapi juga dipengaruhi oleh frekuensi dan kemampuan ikan dalam memanfaatkan pakan
D karena jumlah pakan yang diberikan dapat 7
metabolisme,
berkisar antara 27-290c. menurut soeseno
pergerakan dan pertumbuhan.. Pada penelitian
(1971) suhu yang layak untuk budidaya ikan
yang
(2014)
tropis adalah 25-300c. apabila suhu air terlalu
memperoleh laju perumbuhan mutlak terbaik
rendh atau sebaliknya menyebabkan nafsu
pada perlakuan pemberian frekuensi pakan
makan ikan berkurang, sehingga pakan yang
sebanyak 5 kali sehari yaitu 3.76. dan yang
diberikan banyak yang tidak termakan.
untuk
kelangsungan
dilakukan
hidup,
oleh
Khayardi
terndah pada perlakuan pemberian frekuensi pakan sebanyak 2 kali sehari. Kualitas
air
sangat
Pertumbuhan Bobot harian Benih Ikan Gurami
penting
Dari
bagi
hasil
pengamatan
diketahui
pertumbuhan organism parairan, dan sangat
persentase rata-rata laju perumbuhan bobot
berpengaruh terhadap kelangsungan hidup
harian benih ikan Gurami selama penelitian
ikan. Suhu memiliki peranan penting untuk
pada tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada
pertumbuhan,
Tabel
selama
pengamatan
suhu
5.
Tabel 5. Rata-rata laju pertumbuhan bobot harian (%) benih ikan Gurami Perlakuan
bobot awal (mg)
bobor akhir (mg)
bobot harian (mg/hari)
A (frekuensi 3 kali sehari)
0,41±0,00
2,64±0,27
0,25±0,0032a
B (frekuensi 4 kali sehari)
0,41±0,00
3,07±0,44
0,29±0,0045 a
C (frekuensi 5 kali sehari)
0,41±0,00
3,13±0,35
0,29±0,0043 a
D (frekuensi 6 kali sehari)
0,41±0,00
3,09±0,50
0,44±0,0037b
Keterangan : huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (p<0.05).
Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa persentase rata-rata pertumbuhan bobot harian
(0,29±0,0043 mg/hr), dan yang terendah pada perlakuan A yaitu 0,25±0,0032 mg/hr.
benih ikan Gurami selama penelitian pada tiap-tiap perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda-beda.
Perlakuan
yang
tertinggi
terdapat pada perlakuan D yaitu (0,44±0,0037 mg/hr)
diikuti
oleh
perlakuan
C
yaitu
Tingginya persentase laju pertumbuhan bobot harian pada perlakuan D (0,44±0,0037 mg/hr) Disebabkan karena jumlah pakan yang diberikan dapat dimanfaatkan secara efektif oleh benih ikan sehingga bukan hanya untuk mempertahankan hidup tetapi juga dapat 8
menunjang proses pertumbuhan. Rivai dalam
dalam menentukan pertumbuhan ikan yang
Hartati (1982) menyatakan bahwa factor yang
dibudidaya,
nyata mempengaruhi perumbuhan ikan adalah
menunjang pertumbuhan yang baik adalah
ruang gerak dan suplai makanan yang cukup
28 – 320 C.
kisaran
yang
baik
untuk
dimana ikan akan dapat tumbuhn dengan baik. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Khayardi mendapatkan hasil yang tertinggi
Pertumbuhan Panjang Harian Benih Ikan Gurami
pada perlakuan pemberian pakan 5 kali sehari
Hasil analisis panjang harian benih
yaitu 10,92%. Dari hasil pengukuran kualitas
ikan Gurami dengan frekuensi pemberian
0
air selama penelitian didapat suhu 27–29 C,
pakan yang berbeda tercantum pada Lampiran
dengan oksigen terlarut berkisar antara 5,20–
2 dan rataan panjang harian dapat dilihat pada
6,13 mg/l. Suhu mempunyai peranan penting
Tabel 6 berikut ini.
Tabel 6. Rataan pertumbuhan Panjang Harian Benih Ikan Gurami panjang awal (mm)
Perlakuan A (frekuensi 3 kali sehari) B (frekuensi 4 kali sehari) C (frekuensi 5 kali sehari) D (frekuensi 6 kali sehari)
panjang akhir (mm)
Panjang harian (mm/hari)
3,64±0,68 3,85±0,36 4,70±0,30 5,99±0,11
0,013±0,0078a 0,016±0,0055a.b 0,023±0,0015b 0,038±0,0025c
2,45±0,00 2,45±0,00 2,45±0,00 2,45±0,00
Keterangan : huruf yang sama satu huruf di rataan hasil memiliki hasil yang tidak berbeda (P>0.05)
dan pakan dapat dimanfaatkan secara optimal.. Dari Tabel 6 menunjukkan bahwa hasil pertumbuhan panjang harian benih ikan Gurami yang terbaik adalah pada perlakuan D dengan rataan (0,038±0,0025 mm/hr). Diikuti dengan perlakuan C dengan nilai rataan 0,023±0,0015
mm/hr,
perlakua
B
(0,016±0,0055 mm/hr) dan yang terendah pada
perlakuan
A
dengan
nilai
rataan
(0,013±0,0078 mm/hr). Tingginya pertumbuhan panjang harian pada perlakuan D diduga karena tersedianya
Menurut
Mudjiman
(1984),
menyatakan
bahwa pertumbuhan pada ikan tidak hanya dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas pakan, tetapi juga dipengaruhi oleh frekuensi dan kemampuan ikan dalam memanfaatkan pakan untuk
kelangsungan
hidup,
metabolisme,
pergerakan dan pertumbuhan. Kualitas air juga mempengaruhi
kelangsungan
hidup
dan
pertumbuhan ikan, kualitas air yang optimal akan
meningkatkan
nafsu
makan
ikan
sehingga pertumbmg/luhan akan meningkat.
pakan yang cukup setiap hari bagi benih ikan 9
Kulits air selama pengamatan adalah suhu 27290c, DO 5,13, dan pH 7.
Hasil analisi data pertumbuhan bobot benih ikan Gurami dengan frekuensi pakan yang berbeda dicantumkan pada Tabel 7.
Laju Pertumbuhan Bobot Spesifik Tabel 7. Rataan pertumbuhan bobot spesifik benih ikan Gurami Perlakuan
bobot awal (mg)
bobot akhir (mg)
Bobot spesifik (%)
A (frekuensi 3 kali sehari)
0,41±0,00
2,64±0,27
2,53±0,32a
B (frekuensi 4 kali sehari)
0,41±0,00
3,07±0,44
2,90±0,45 a
C (frekuensi 5 kali sehari)
0,41±0,00
3,13±0,35
2,90±0,43 a
D (frekuensi 6 kali sehari)
0,41±0,00
3,09±0,50
4,46±0,37 b
Keterangan : huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (p<0.05).
Nilai laju pertumbuhan bobot spesifik
karena jumlah pakan yang diberikan berlebih
benih ikan Gurami yang tertinggi diperoleh
sehingga pakan tidak seluruhnya dikonsumsi
pada perlakuan D sebesar (4,46±0,37%),
(termakan). Hasil penelitian Hastuti (1984)
selanjutnya diikuti pada perlakuan C sebesar
menunjukkan bahwa pemberian pakan 5 kali
(2,90±0,43%), pada perlakuan B sebesar
sehari memberikan laju pertumbuhan bobot
(2,90±0,45%),
benih ikan lele yang baik yaitu sebesar
dan
yang
terendah
pada
perlakuan A yaitu sebesar (2,53±0,32%).
18,97%. Suhu air selama penagamata berkisar
Frekuensi pemberian pada perlakuan D
antara 27-290c, pH 7. Menurut Muslim dan M
memberikan pertumbuhan bobot yang terbaik.
syaifudin (2012) bahwa pH yang baik untuk
Hal ini diduga karena jumlah pakan yang
pemeliharaan adalah dengan kisaran 6-7.
diberikan mendekati kapasitas lambung ikan sehingga
pakan
yang
diberikan
dapat
dimanfaatkan dan dicerna dengan sempurna oleh ikan. Pada frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari memperoleh hasil yang kurang baik terhadap pertumbuhan bobot benih ikan
Laju Pertumbuhan Panjang Spesifik Hasil analisis data laju pertumbuhan panjang spesifik benih ikan Gurami dengan frekuensi pemberian pakan yang berbeda tercantum pada Tabel 8.
gurami, kemungkinan hal ini disebabkan Tabel 8. Rata-rata pertumbuhan panjang spesifik benih ikan gurami 10
Perlakuan
panjang awal (mm)
panjang akhir (mm)
Panjang spesifik (%)
A (frekuensi 3 kali sehari)
2,45±0,00
3,64±0,68
1,30±0,78a
B (frekuensi 4 kali sehari)
2,45±0,00
3,85±0,36
1,60±0,55a.b
C (frekuensi 5 kali sehari)
2,45±0,00
4,70±0,30
2,36±0,15b
D (frekuensi 6 kali sehari)
2,45±0,00
5,99±0,11
3,83±0,25c
Keterangan : huruf yang sama satu huruf di rataan hasil memiliki hasil yang tidak berbeda (P>0.05)
Tabel 7 menunjukkan pertumbuhan
tropis adalah 25-300c. apabila suhu air terlalu
panjang spesifik benih ikan Gurami tertinggi
rendh atau sebaliknya menyebabkan nafsu
terdpt pada perlakuan D dengan rataan
makan ikan berkurang, sehingga pakan yang
(3,83±0,25%), dan yang terendah terdapat
diberikan banyak yang tidak termakan. pH
pada perlakuan A dengan rataa (1,30±0,78%).
sekaama pengamatan yaitu 7. Menurut Muslim
Tingginya perlakuan D dikarenakan pakan
dan M syaifudin (2012) bahwa pH yang baik
yang diberikan dapat dimanfaatkan dengan
untuk pemeliharaan adalah dengan kisaran 6-
efektif sehingga menunjang pertumbuhan
7. Oksigen terlarut 5,20, didukung oleh
benih ikan. Mudjiman (1984) menyatakan
Asmawi (1983) menyatakan bahwa kandungan
bahwa pertumbuhan pada ikan tidak hanya
oksigen terlarut yang baik untuk memelihara
dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas pakan,
ikan adalah 5-10 ppm.
tetapi juga dipengaruhi oleh frekuensi dan kemampuan ikan dalam memanfaatkan pakan untuk
kelangsungan
hidup,
metabolisme,
pergerakan dan pertumbuhan. Kualitas
air
sangat
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari
hasil
penelitian
yang
telah
dilakukan tentang frekuensi pemberian pakan penting
bagi
yang berbeda dapat disimpulkan bahwa :
pertumbuhan organism parairan, dan sangat
1.
berpengaruh terhadap kelangsungan hidup
berbeda memberikan pengaruh yang berbeda
ikan. Suhu memiliki peranan penting untuk
nyata
pertumbuhan,
hidup,pertumbuhan
selama
pengamatan
suhu
0
berkisar antara 27-29 c. menurut soeseno
Frekuensi
pemberian
terhadap
pakan
yang
kelangsungan bobot
mutlak,
pertumbuhan panjang mutlak, pertumbuhan
(1971) suhu yang layak untuk budidaya ikan 11
bobot harian, pertumbuhan panjang harian, dan pertumbuhan bobot spesifik. 2.
Pertumbuhan
bobot
dan
panjang
tertinggi terdapat pada frekuensi pemberian pakan 6 kali sehari, dan yang terendah pada frekuensi pemberian pakan sebanyak 3 kali sehari. 3.
Kelangsungan hidup tertinggi terdapat
pada frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari dan yang terendah pada frekuensi pemberian pakan 6 kali sehari.
Saran Untuk pemberian
usaha
pakan
budidaya dengan
frekuensi
menggunakan
Tubifex Sp terhadap pertumbuhan benih ikan Gurami sebaiknya
(Osphronemus digunakan
gouramy pada
Boyd. Ce. 1990. Water Quality In Ponds For Aquaculture. Auburn University. Alabama.
Lac)
frekuensi
Djajaredja. R. dan Jangkaru, Z. 1981.. mekanisme Dalam Usaha Peningkatan Daya Guna Air Tawar Untuk Budidaya Ikan Secara Intensif. Lokakarya Nasional Teoat Guna Pengembangan Budidaya air Tawar. IPB. Bogor. Effendi. M.J. 1978. Biologi Perikanan Bagian 1: Study Natural History. Fakultas Perikanan.Ipb. Bogor. Effendi. M.J. Bugri Dan Widonarni. 2006. Pengaruh Padat Penebarn Terhadap Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurami Ukuran 2 Cm. Jurnal Akuakultur Indonesia. 5 (2) : 127-135. Fadli, 2006. Frekuensi Pemberian Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Jelawat (Leptobarbus hoeveni Blkr) Universitas bung hatta, Padang
pemberian pakan 6 kali sehari. Hartati, DAFTAR PUSTAKA Aryzegovina. R. 2015. Pengaruh Perbedaan Frekuensi Pemberian Pakan Komersil Terhadap Kelangsungan Hidup Dan Laju Pertumbuhan Benih Ikan Gabus (Channa striata). Skripsi. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Universitas Bug Hatta. Padang. Asmawi. S. 1983. Pemeliharaan Ikan Keramba. Penerbit PT. gramedia, Jakarta. ISBN 0-876666-543-1.
Y. 1982. Peningkatan PAdat Penebaran Ikan Nila (Tilapia nilaticus) Dalam Sangkar di Waduk Lido dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan dan Mortalitas. Skripsi Fakultas Perikanan. Institute Pertanian Bogor.
Kharyadi. J .2014. Pengaruh Perbedaan Frekuensi Pemberian Pakan Tubifex Sp Terhadap Kelangsungan Hidup Dan Laju Petumbuhan Benih Ikan Gabus (Channa striata). Skripsi. Fakulta Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Universitas Bung Hatta. Padang.
12
Le, Ye., Yun, Y. S., Ming, Z, X., Min, Liu., Yi, L. J., and Chang, W.K., 2011. Efeect of temperature on survival, development, growth and feeding of larvae Ecologica Sinica, 31 : 241-245.
dalam Pendederan Secara Indoor Dengan Sistem Resirkulasi. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pertanian Bogor.
Mudjiman, 1984. Makanan Ikan. Penerbit PT. penebar Swadaya. Jakarta. Notodarmojo, Suprihanto. 2005. Pencemaran Air Tanah dan Tanah. Bandung. ITB. Nugroho. I.S, Subandiyono, Vivi Endar Herawati. 2015. Tingkat Pemanfaatan Artema Sp Beku, Artemia Sp Awetan Dan Cacin Sutera Untuk Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Gurami (Osphronemous Goramy Lac). Jurnal Of Aquaculture Management And Technology. Vol 4, Nomor 2. Hal 117-124. Olurin, K. B., Iwuchukwu, P. O., and Oladapo, O., 2012 Larval rearing of African cathfish, Clarias gariepinus fed decapsulated Artemia, wild copepods or commercial starter diet. African journal of food Sience and Technology, 3 (8) : 182-185. Putra. H.Y. 2000. Pengaruh Pemberian Pakan Alami Yang Berbeda Terhadap Laju Sintasan Dan Pertumbuhan Larva Ikan Jambal Siam (Pangasius sutchi Fow). Skripsi. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Universitas Bung Hatta. Padang. Sayuti. 2013. Budidaya Koki Pengalaman Dari Tulung Agung. Agromeda Pustaka. Jakarta. Soeseno. D. 2005. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias Sp) Pada Padat Penebaran 15, 20, 25 dan 30 ekor/Liter 13