PEMBERIAN PAKAN ALAMI YANG BERBEDA TERHADAP LAJU SINTASAN DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN BUJUK (Channa lucius Civier) Rabiati1, Yunaeidi Basri2 dan Azrita2 E-mail :
[email protected] 1 Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan 2 Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta, Jl. Sumatera Ulak karang, Padang, Sumatera Barat Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan alami yang berbeda yaitu Moina sp, Tubifek sp, dan Artemia salina terhadap laju sintasan dan pertumbuhan larva ikan Bujuk C, lucius Cuvier yang meliputi laju sintasan, pertumbuhan bobot ikan dan pertumbuhan panjang ikan. Penelitian ini dilakukan selama 40 hari, mulai dari tanggal 16 November sampai dengan 31 Desember 2013, bertempat di Laboratorium Terpadu Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Bung Hatta, Padang, Sumatera Barat. Metoda yang digunakan pada penelitian ini adalah metoda eksperimen rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Ikan uji yang digunakan ini adalah larva ikan bujuk berumur 15 hari sebanyak 180 ekor, dengan berat 0.04 gr dan pajang 1.2 mm, dengan padat tebar untuk masing perlakuan sebanyak 20 ekor/akuarium. Dari hasil pengamatan didapatkan rata-rata laju sintasan tertinggi terdapat pada pelakuan B yaitu 20 ± 0.00. Rata- rata petambahan bobot larva ikan bujuk yang terbaik adalah pada perlakuan D yaitu 2.20 ± 1.92aA. Sedangkan rata–rata pertambahan panjang ikan yang terbaik terdapat pada perlakuan B yaitu 3.17 ± 0.40a cm. Berdasarkan uji analisis statistik menunjukan bahwa pemberian pakan alami tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap laju sintasan dan pertumbuhan panjang ikan sedangkan berdasarkan analisis statistik untuk pertambahan bobot terhadap pakan alami yang berbeda berpengaruh nyata (P<0.05). Kata kunci : Ikan bujuk, Moina sp, Tubifek sp, Artemia salina.
Pendahuluan
Perkembangan populasi ikan saat ini
Indonesia merupakan negara maritim
sering dijumpai di rawa banjiran. Kondisi
dengan perairan yang meliputi laut, sungai,
perairan di zona rawa banjiran dipengaruhi
waduk, danau dan rawa. Jika kita berbicara
oleh dua musim yaitu musim hujan dan
tentang perairan sudah tentu tidak lepas dari
musim kemarau, sehingga kondisi perairan
organisme yang hidup di dalamnya seperti
menjadi tidak tetap dan mempengaruhi nilai
ikan dan jenis biota lainnya. Ikan secara
parameter kualitas air seperti kedalaman,
taksonomi adalah makhluk hidup bertulang
pH, suhu, dan oksigen terlarut. Adanya
belakang yang bernafas dengan insang,
perubahan kondisi lingkungan sangatlah
berdarah dingin, suhu tubuh sesuai dengan
berpengaruh
lingkungan dan hidup di air.
oganisme salah satunya ikan bujuk (Channa lucius Cuvier).
terhadap
aspek
biologi
Habitat ikan bujuk adalah rawa-rawa
yang baik juga menentukan keberhasilan
yang dipenuhi oleh tumbuhan air. Ikan ini
usaha budidaya, oleh karena itu perlu
memiliki sifat penyergap dan menunggu
diketahui
mangsanya hingga mendekat dalam jarak
kegiatan budidaya semakin berkembang.
teknik
pembenihan
supaya
serangannya. Saat ini ikan bujuk menjadi
Pakan alami sangat diperlukan dalam
ikan yang bernilai ekonomis tinggi dengan
budidaya ikan dan pembenihan, karena akan
kisaran
menunjang kelangsungan hidup benih ikan.
harga
45.000/kg
Rp
35.000
(Azrita
et.
sampai Rp al.,
2011).
Pada saat embrio baru menetas larva masih
Keistimewaan lain dari ikan ini adalah
memiliki cadangan makanan berupa kuning
mampu
bertahan hidup di daerah rawa
telur yang dapat dimanfaatkan oleh larva
banjiran yang kadang-kadang mengalami
selama beberapa hari. Pada larva bujuk,
kekeringan, hal ini dikarenakan ikan bujuk
kuning telur akan habis dalam waktu 7 hari
memiliki alat pernapasan tambahan berupa
setelah itu larva ikan membutuhkan pakan
labirin. Ikan bujuk merupakan ikan yang
dari
belum dikembangkan secara luas (belum
Pemberian pakan yang tidak sesuai dengan
sampai pada taraf pembudidayaan), sehingga
bukaan mulut larva akan mengakibatkan
data tentang aspek biologi ikan bujuk masih
larva tidak mampu mengkonsumsi pakan
sangat terbatas.
tersebut
Produktifitas ikan bujuk saat ini telah mengalami
penurunan
akibat
kegiatan
luar
yang
berupa
sehingga
dapat
pakan
alami.
menyebabkan
kematian. Disamping itu pakan alami yang tidak termanfaatkan dapat menyebabkan
penangkapan yang tidak terkontrol dengan
tingginya
berbagai jenis alat tangkap, perubahan
mengakibatkan kualitas air media menurun.
lingkungan,
isolasi
geografis
maupun
kadar
amoniak,
yang
Untuk tahap awal pemberian pakan
degradasi genetis (Azrita et. al., 2011),
alami,
selanjutnya
menyatakan
bukaan mulut larva sehingga pakan alami
bahwa untuk melestarikan dan melindungi
yang diberikan dapat dikonsumsi oleh larva.
ikan tersebut maka perlu dilakukan upaya
Berbagai jenis pakan alami yang dapat
domestikasi
dikonsumsi larva antara lain Moina sp,
kedepannya
Azrita
(2012)
sehinggga dapat
dilakukan
diharapkan kegiatan
budidaya.
yang perlu diperhatikan adalah
Artemia salina, Tubifek sp. Saat
ini
Laboratorium
Terpadu
Salah satu usaha pengembangan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
budidaya ikan adalah dengan melakukan
Universitas Bung Hatta telah memulai
kegitan pembenihan sehingga menghasilkan
domestikasi
larva dalam jumlah yang cukup. Mutunya
pemijahan
dan ikan
telah bujuk
berhasil
dalam
tetapi
masih
mengalami
masalah
tingkat
uji adalah pakan yang berupa pakan alami
larva.
yang terdiri dari Moina sp didapatkan dari
Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik
alam yakni dari selokan yang ada di
untuk
tentang
lingkungan kampus 1 Universitas Bung
“Pengaruh Pemberian Pakan Alami Yang
Hatta, cara lain yaitu mengkulturnya pada
Berbeda
dan
kolam terpal, sedangkan Tubifek sp yang
Pertumbuhan Larva Ikan Bujuk (Channa
digunakan didapat dari petani pengumpul.
lucius Cuvier).
Pakan yang diberikan adalah Nauplius
kelangsungan
hidup
pada
melakukan
mengetahui
fase
penelitian
Terhadap
Penelitian
dalam
Laju
Sintasan
ini
bertujuan
untuk
artemia hasil penetasan dari Cyste artemia
pengaruh
pemberian
pakan
yang ditetaskan dengan air laut dengan
alami yang berbeda yaitu Moina sp, Tubifek
salinitas 30 ppt. Merek dagang
sp, dan Artemia salina terhadap laju sintasan
artermia yang digunakan adalah Supreme
dan pertumbuhan larva ikan Bujuk (Channa
Plus produksi Golden West Artemia, USA.
lucius Cuvier). Penelitian
Penelitian ini
diharapkan
dapat
ini
Nauplius
dilakukan
dengan
metode eksperimen dan menggunakan RAL
menambah informasi mengenai pemberian
(Rancangan
pakan alami yang sesuai untuk memperoleh
perlakuan dan 3 ulangan. Adapun perlakuan
tingkat
yang akan digunakan adalah :
kelangsungan
hidup
dan
pertumbuhan larva ikan bujuk sehingga dapat menambah perkembangan kegiatan budidaya. MATERI DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan mulai dari bulan November sampai Desember 2013. Wadah yang di gunakan dalam penelitian adalah 12 buah akuarium yang berukuran 40 x 20 x 20 cm dengan volume air sebanyak 8 liter. Ikan uji yang digunakan adalah larva ikan bujuk yang berjumlah 180 ekor, dengan padat tebar pada masing-masing perlakuan dibagi sebanyak 20 ekor/akuarium. Pakan uji yang diberikan pada ikan
Acak Lengkap)
Perlakuan A = Pemberian
dengan 4
Moina
sp
Tubifek
sp
selama 40 hari. Perlakuan B = Pemberian
selama 40 hari. Perlakuan C = Pemberian
Artemia
sp
selama 40 hari. Perlakuan D = Pemberian Artemia selama 10 hari, Moina sp selama 10 hari
Tubifek
sp
selama
20hari. Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Persiapan 12 buah akuarium sebagai wadah dengan ukuran 40 x 20 x 20 cm yang telah dibersihkan.
Wadah pemeliharaan disusun secara
pertama di lakukan pada awal penelitian,
acak sehingga diperoleh pengaruh
yaitu data berat awal dan panjang awal,
lingkungan dan proses penangganan
kemudian pengambilan data yang kedua
yang sama.
dilakukan pada akhir pemeliharaan, yaitu
Pengisian wadah dengan volume air sebanyak 8 liter.
data berat akhir, panjang akhir, dan jumlah ikan akhir.
Kemudian masukan larva ikan bujuk
Semua data yang diperoleh dari hasil
ke dalam wadah dengan padat tebar
penelitian terlebih dahulu dilakukan uji
20 ekor/akuarium.
homogenitas.
Apabila
data
homogen
Pengamatan awal dilakukan dengan
selanjutnya dianalisa dengan uji statistik F (
menimbang berat dan mengukur
Anava ). Apabilah hasil analisis menunjukan
panjang, dan juga di amati bobot,
bahwa F hitung < F tabel pada taraf 95%
panjang pada akhir penelitian.
berarti tidak ada pengaruh pemberian pakan
Pakan
yang
dipergunakan
yaitu
alami yang berbeda terhadap laju sintasan
berupa pakan alami yang terdiri dari
dan pertumbuhan larva ikan bujuk (channa
Artemia Salina, Moina sp, Tubifek sp
lucius), H0 diterima dan Hi ditolak. Jika F
yang diberikan secara ad-libitum.
hitung > F tabel pada taraf 95% berarti ada
Makanan diberikan 5 kali sehari (
pengaruh pemberian pakan alami yang
jam 8.00, 11.00, 14,00, 17.00, 20.00
berbeda
WIB)
pertumbuhan larva ikan bujuk (channa
secara ad-libitum (sampai
kenyang). Peubah
terhadap
laju
sintasan
dan
lucius), H0 ditolak dan H1 diterima. Untuk yang
diamati
dalam
melihat
adanya
pengaruh
pelakuan
penelitian ini adalah kelangsungan hidup dan
dilakukan uji duncan’s (DMNRT). Data di
pertambahan
analisis
panjang
bobot
dihitung
dan
pertambahan
dengan
menggunakan
rumus Effendie, 1978. Pengamatan kualitas air dilakukan 2 kali selama penelitian, yaitu pada awal dan akhir penelitian. Kualitas air yang diukur adalah parameter kelas III untuk perikanan meliputi suhu, pH, DO. Pengambilan data pada penelitian dilakukan dua kali, pengambilan data yang
dengan
SPSS versi 14.
menggunakan
program
HASIL DAN PEMBAHASAN
berbeda
Hasil Laju Sintasan Larva Ikan Bujuk.
2,192 < F tabel 3,20 berarti H0 diterima Hi
Hasil laju sintasan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada
terhadap laju sintasan. F hitung
ditolak. Tabel 1. Pengaruh pakan alami terhadap laju sintasan larva ikan bujuk.
pengaruh pemberian pakan alami yang Perlakuan suhu Kelangsungan hidup (%) ± SD A 17 ± 2.08 B 20 ± 0.00 C 17 ± 2.08 D 13 ± 7.37 Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf superscript yang sama pada kolam yang sama, tidak berbeda nyata berdasarkan uji one way anova (P<0.05). Keterangan : A = Pemberian Moina sp selama 40 hari. B = Pemberian Tubifek sp selama 40 hari. C = Pemberian Artemia sp selama 40 hari D = Pemberian Artemia selama 10 hari, Moina sp selama 10 hari, Tubifek selama 20 hari.
Dari Tabel 1 dapat diketahui rata-
C disebabkan karena rendahnya kandungan
rata persentase sintasan larva ikan bujuk
gizi pada pakan yang digunakan. Kandungan
tertinggi secara berurutan terdapat pada
gizi pada Artemia salina terdiri dari protein
perlakuan B dengan nilai rata-rata 20 ± 0.00
40%, karbohidrat 15%, lemak 15%, air 5%
diikuti perlakuan C dengan rata-rata 17 ±
dan abu 4%.
2.08, seterusnya perlakuan A dengan rata-
Persentase sintasan larva ikan bujuk
rata 14 ± 4.58 dan persentase terendah
selanjutnya adalah perlakuan A dengan nilai
terdapat pada perlakuan D dengan rata-rata
rata-rata 14 ± 4.58 yang diberi pakan Moina
13 ± 7.37.
Sp. Rendahnya persentase pada pelakuan A
Tingginya persentase sintasan larva
disebabkan oleh kandungan nutrisi pada
ikan bujuk pada perlakuan B disebabkan
pakan Moina sp lebih rendah dari pada
pemberian Tubifek sp pada fase awal dapat
Tubifek sp dan Artemia Salina. Kandungan
di manfaatkan oleh larva secara baik
gizi pada Moina sp yang terdiri dari protein
dibandingkan dengan pakan lainnya. Selain
37.8%, lemak 1.29%, karbohidrat 0% dan
itu Tubifek sp juga mengandung nilai gizi
abu 0%. Sedangkan persentase sintasan
yang tinggi yaitu protein 75%, lemak 13.3%,
larva ikan bujuk terendah terdapat pada
kadar air 87.19% dan abu 3.6%, nilai gizi
perlakuan D dengan nilai rata-rata 13 ± 7.37.
tersebut dapat dimanfaatkan olek larva
Dimana kematian larva meningkat dalam
sehingga memberi kelangsungan hidup yang
waktu peralihan pakan dari Artemia salina
tepat. Selanjutnya diikuti oleh perlakuan C
ke pakan Moina sp, begitu juga pada
(Artemia salina) dengan nilai rata-rata 17 ±
pergantian pakan dari Moina sp ke pakan
2.08, rendahnya laju sintasan pada perlakuan
Tubifek sp. Peningkatan kematian larva
disebabkan oleh pergantian pakan larva
dengan kebutuhan serta makanan tidak
yang sedang dalam masa kritis yaitu pada
sesuai dengan jenis, ukuran dan jumlah.
umur 24-30 hari. Pergantian pakan pada
Umur dan ukuran larva ikan juga sangat
masa kritis menyebabkan larva terganggu
berpengaruh terhadap kemampuan larva
sehingga nafsu makan larva berkurang
untuk mengkonsumsi jenis pakan alami
sementara
yang diberikan (Djangkaru, 1995).
larva
pada
fase
awal
membutuhkan energi yang tinggi untuk pertumbuhan. Yustina
Pertambahan Bobot Relatif Benih Ikan Bujuk.
(2003)
menyatakan
kematian larva yang tinggi disebabkan larva
Pertumbuhan rata-rata spesifik harian larva ikan bujuk dapat dilihat dari Tabel 2.
sudah kehabisan cadangan makanan berupa kuning telur, sedangkan pakan alami yang tedapat didalam media hidupnya tidak sesuai Tabel 2. Pengaruh pakan alami terhadap pertambahan bobot larva ikan bujuk (g). Perlakuan A B C D
Pertambahan bobot (g) ± SD 0.66 ± 0.12a 0.78 ± 0.22a 0.39 ± 0.23aA 2.20 ± 1.92aA
Keterangan : Angka yang di ikuti huruf superscript yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji anova, sedangkan 2 huruf superscript yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0.05).
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa
mutuh protein yang berbeda. Tidak hanya
larva ikan bujuk (Channa lucius Cuvier)
protein yang diperlukan untuk pertumbuhan
mengalami pertumbuhan lebih cepat dalam
ikan, tetapi lemak. Lemak merupakan salah
perlakuan D yaitu 2.20 ± 1.92 disusul
satu sumber energi yang harus tersedia
dengan perlakuan B yaitu 0.78 ± 0.22
dalam pakan. Jika lemak dalam pakan tidak
perlakuan A yaitu 0.66 ± 0.12 dan yang
mencukupi kebutuhan ikan, maka energi
terendah adalah perlakuan C yaitu 0.39 ±
untuk beraktivitas diambil dari protein
0.23.
sehingga pertumbuhan menjadi terhambat Pertumbuhan spesifik harian pada
perlakuan
D
lebih
cepat
dikarenakan
(Mokoginta et, al., 2000). Sedangkan
pertumbuhan
spesifik
pemberian pakan alami yang terdiri dari
harian terendah pada perlakuan A dengan
Artemia salina, Moina sp dan Tubifek sp. Di
rata-rata
sebabkan diduganya karena pada perlakuan
kandungan nutrisi yang terkandung di dalam
D terjadi kombinasi pakan yang mempunyai
pakan
0,705
moina
±
sp
0,11
rendah
disebabkan
sehingga
pertumbuhan
larva
ikan
bujuk
sangat
lambat.
Hasil penelitian Agus et, al., (2010) Perlakuan yang menggunakan cacing sutera
Arief
Menurut
et,
al.,
(2011)
menghasilkan pertumbuhan paling tinggi
Pemberian pakan yang berbeda berupa
pada
Tepung tubifex, pakan bentuk pasta, dan
perlakuan lainnya. Hal itu dikarenakan
kombinasi antara Tubifek tubifex dan pasta
kandungan nutrisi yang terdapat pada cacing
memberikan pengaruh yang nyata terhadap
sutera (Tubifex sp) lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan ikan sidat (Anguilla bicolor).
kandungan nutrisi yang terdapat pada jentik
Laju pertumbuhan harian tertinggi diperoleh
nyamuk dan Daphnia sp.
pada
perlakuan
pertumbuhan
E
(1,72%)
terendah
dan
diperoleh
ikan
cupang
hias
dibandingkan
laju pada
perlakuan C (1,25%). Pemberian pakan yang berbeda berupa Tepung tubifex, pakan bentuk pasta, dan kombinasi antara Tepung tubifex dan pasta memberikan pengaruh yang nyata terhadap rasio konversi pakan
Pertambahan Panjang Benih Ikan Bujuk Pertumbuhan panjang mutlak selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan uji statistik menunjukan bahwa tidak ada pengaruh pemberian pakan alami yang berbeda terhadap pertumbuhan panjang mutlak (P<0.05).
ikan sidat (Anguilla bicolor). Tabel 3. Pengaruh pakan alami terhadap pertambahan panjang larva ikan bujuk (cm). Perlakuan suhu A B C D
Pertambahan panjang (cm) ± SD 2.53 ± 0.63a 3.17 ± 0.40a 2.25 ± 0.09a 2.36 ± 0.71a
Keterangan : Angka yang di ikuti huruf superscript yang sama pada kolom yang sama tidak berdasarkan uji one way anova.(P<0.05)
bahwa Dari Tabel di atas didapat data rata-
pemberian
memberikan
pakan
pengaruh
berbeda nyata
alami
tidak
terhadap
rata pertumbuhan panjang mutlak benih ikan
pertumbuhan panjang benih ikan bujuk
Bujuk (Channa lucius Cuvier) selama
dimana F hitung 3.777 < F tabel 0,248
penelitian tertinggi pada perlakuan B yaitu
berarti H0 diterima Hi ditolak.
(3.17 ± 0.40 cm) diikuti oleh perlakuan A
Tinggi pertumbuhan panjang pada
yaitu (2.53 ± 0.63cm), kemudian perlakuan
perlakuan B dengan nilai rata-rata 3.17 ±
D yaitu (2.36 ± 0.71 cm), perlakuan yang
0.40a disebabkan karena kandungan nutrisi
terendah yaitu perlakuan C yakni (2.25 ±
pada cacing Tubifek sp lebih tinggi selain itu
0.09 cm). Hasil uji statistik menunjukkan
cacing tubifek sp juga memiliki ukuran yang
besar dan memiliki warna yang menarik bagi
protein 57 %, lemak 13,3 %, serat kasar
ikan.
21,04%, kadar air 87,19 % dan kadar abu 3,6 Lovell, 1989 dalam Setiawati et. al.,
% (Sayuti, 2003 dalam Imradani, 2007).
2013. Ikan akan tumbuh apa bila nutrisi
Pada
perlakuan
A
pertumbuhan
pakan yang dicerna dan diserap oleh tubuh
panjang mutlak adalah 3,735 ± 0,63cm
ikan lebih besar dari jumlah yang diperlukan
dengan perlakuan pemberian Moina sp 40
untuk memelihara tubuhny. Hal ini akan
hari menunjukkan hasil tidak jauh berbeda
terjadi apabila faktor pendukungnya dalam
dengan perlakuan C. Hal ini dikarenakan
keadaan optimal, berbeda halnya apabila
pakan yang diberikan dapat dikonsumsi dan
faktor pendukung misalnya suhu dibawah
digunakan oleh benih sebagai sumber energi
batas yang dapat ditolerir oleh ikan maka
untuk metabolisme basal.
pakan yang dimakan hanya digunakan untuk
Hasil pengukuran panjang mutlak
mempertahankan diri untuk hidup tidak
pada perlakuan C (3,48 ± 0,09 cm),
untuk tumbuh dan berkembang, Fujaya
rendahnya
(2004) menambahkan tidak semua makanan
selama penelitian disebabkan karena daya
yang dimakan oleh ikan digunakan untuk
tahan hidup Artemia pada salinitas 0 ppt
pertumbuhan. Sebagian besar energi dari
hanya dalam waktu terbatas sehingga benih
makanan digunakan untuk metabolisme
tidak dapat memanfaatakan pakan alami
(pemeliharaan), sisanya digunakan untuk
yang diberikan dengan optimal. Hal ini juga
aktivitas, pertumbuhan dan reproduksi.
sama dengan yang dikemukakan Haryati
Berdasarkan data yang diperoleh dari
angka
(1995) dalam
pertumbuhan
Imradani (2007)
panjang
yakni
semua perlakuan, pertumbuhan panjang
pemberian pakan Artemia salina kurang
mutlak
pada
efisien karena Artemia salina pada salinitias
perlakuan B (3.17 ± 0.40 cm), hal ini
0 ppt hanya dapat hidup dalam waktu
dikarenakan kandungan nutrisi Tubifex sp
terbatas.
ikan
tertinggi
terdapat
lebih tinggi dibandingkan pakan alami pada
Menurut Sumarni (1998) larva ikan
perlakuan lainnya sehingga pertumbuhan
bilih dengan pemberian pakan Tubifek Sp
pada perlakuan lain agak lambat, hal ini juga
selama
didukung oleh hasil penelitian (Bulanin,
pertumbahan sebesar 7,70 mm, sedangkan
2004) yang mengatakan kandungan nutrisi
pemberian
Moina sp lebih rendah yakni berupa protein
pertumbuhannya sebesar 7.26 mm dan
37,38%, lemak 13,29%, abu 11%, dengan
pemberian pakan pelet sebesar 4,70 mm.
kadar air sebanyak 90,6%, dibandingkan
Silendrian (2003), menyatakan larva ikan
kandungan nutrisi dalam Tubifex sp yakni
bilih pemberian pakan Artemia salina dan
15
hari
pakan
mengalami
Artemia
tingkat
tingkat
tubifek sp selama 15 hari mengalami tingkat
menggunakan cacing sutra menghasikan
pertumbuhan panjang sebesar 1,95 dan 1,33
pertumbuahan ikan cupang hias yang paling
mm. Yulianti (2006) menyatakan bahwa
tinggi dibandingkan pelakuan lainnya.
pemberian pakan Tubifek sp 30 hari yaitu
Kualitas Air
11,3 mm dapat meningkatkan laju sintasan
Effendi
larva ikan baung sebesar 78,66%.
menyatakan bahwa ikan cupang sebagai ikan kanivora membutuhkan lebih banyak protein yakni sebesar 50% untuk pertumbuhan badannya. Hal ini sangat relevan dengan kandungan protein yang terdapat pada sutra
kandungan
sebesar
protein
48%.
tersebut
Dengan perlakuan
penting,
Dari hasil pengukuran suhu air media pemeliharaan benih ikan bujuk diperoleh data berkisar 27 – 28 °C. Sejalan dengan yang dikemukakan Soetomo (1987) bahwa suhu yang dikehendaki lele antara 24 30°C, sedangkan untuk pertumbuhan larva diperlukan suhu berkisar antara 26 - 30°C. Sementara pada pengukuran konsentrasi
diperoleh
terlarut
(Dissolved
konsentrasi
5,4
–
Oxygen) 6
ppm.
Kandungan oksigen terlarut yang optimal adalah 5 ppm namun lebih baik jika 7 ppm. Nilai pH pada saat pemeliharaan benih
dimana
laju
pertumbuhan
dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi keturunan, umur dan ketahanan terhadap penyakit. Sedangkan faktor eksternal meliputi suhu perairan, oksigen terlarut, ukuran ikan, padat tebar serta jumlah mutu pakan. Parameter kualitas air yang diamati setiap perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Parameter kualitas air media pemeliharaan benih ikan bujuk Awal Penelitian Parameter Kualitas Air A B C Suhu (0C) 27 27 27 DO (ppm) 5,4 5,4 5,4 pH 7,2 7,2 7,2
oksigen
mengungkapkan
bahwa pertumbuhan merupakan parameter
Atmadjaja dan Sitanggang (2008)
cacing
(1979)
(Channa lucius Cuvier) selama penelitian. Akhir Penelitian D A B C D 27 28 28 28 28 5,4 6 6 6 6 7,2 7 7 7 7 masih berada pada kisaran nilai yang baik untuk kegiatan budidaya. (Sutamihardja, 1978 dalam Aska, 2012). Secara keseluruhan dari parameter kualitas air media pemeliharaan masih dalam batas toleransi benih ikan uji. Hal ini yang mendukung benih ikan Bujuk tetap bertahan hidup karena nilai amoniak tidak diikuti oleh nilai suhu dan pH yang tinggi, sebab apabila suhu dan pH tinggi maka amoniak akan beracun bagi benih ikan tersebut.
3. Bahwa tingkat kelangsungan hidup
KESIMPULAN DAN SARAN
dan pertambahan panjang yang paling
KESIMPULAN Berdasar kan hasil penelitian tentang
baik untuk larva ikan bujuk umur 15 –
pengaruh perbedaan pakan alamiterhadap
40 hari adalah pada perlakuan B.
kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih
4. Bahwa pada pertambhan bobot relatif
ikan bujuk selama 15 hari maka dapat
yang paling baik untuk larva ikan
diambil kesimpulan sebagai berikut :
bujuk umur 15 – 40 hari adalah pada perlakuan D.
1. Bahwa tidak ada pengaruh pakan alami terhada media pemeliharaan kelangsungan hidup dan pertumbuhan panjang larva ikan bujuk (P< 0,05). 2. Bahwa ada pengaruh pakan alami media
pemeliharaan
terhadap
pertumbuhan bobot relatif larva ikan bujuk (P < 0,05). DAFTAR PUSTAKA Agus. M, tri yusup M, Bisrul Nafi 2010. pengaruh perbedaan jenis pakan alami daphnia, jentik nyamuk dan cacing sutera terhadap pertumbuhan ikan cupang hias Tingkat Kelulushidupan Ikan Sidat (Anguilla bicolor) Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 3,No. 1. hal 3. Azrita. 2011. Potensi Ekonomis Ikan Bujuk (Channa lucius, Cuvier) Sebagai Peluang Calon Induk Ikan Budidaya di Perairan Umum Daratan. Prosiding Seminar Nasional Forum Perairan Umum Daratan Indonesia 26-27 September 2011 di Palembang. 325 Halaman. Azrita. 2012. Variasi Genetik dan Biologi Reproduksi Ikan Bujuk (Channa lucius Cuvier) (Actinopterygil : Channidae) Pada Habitat Perairan
Saran Dari hasil penelitian, disarankan agar dalam
pemeliharaan
larva
ikan
bujuk
sebaiknya menggunakan cacing Tubifek sp supaya dalam pemeliharaan larva tersebut mencapai hasil yang maksimal. ( betta splendens ) jurna PENA Akuatika Volume 2 N0.1, hal 1-9 Arief,M. Dwi Kukuh Pertiwi dan Yudi 2011. Pengaruh Pemberian Pakan Buatan, Pakan Alami, dan Kombinasinya terhadap Pertumbuhan, Rasio Konservasi Pakan dan. Yang Berbeda Dalam Upaya Domestikasi. Desertasi Pasca Serjana Universitas Andalas. Tidak Dipublikasihkan, 221 hal. Aska, O.V 2012. Pemberian Vitasym Dalam Pakan Terhadap Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Larva Ikan Lele (Clarias Batrachus). Skripsi Fakultas Perikana Dan Ilmu Kelautan , Universitas Bung Hatta. Bulanin, S. 2004. Pengaruh Pemberian Berbagi Jenis Pakan Alami Terhadap Ikan Cupang Hias. Djangkaru. Z. 1995. Pemeliharaan Ikan Mas (Cyprinus carpio) Secara Intensif Dalam Kolam Air Deras Lembaga
Penelitian Perairan Darat (LPPD). Bogor. 2012. Effendie. M. I. 1978, dalam Bambang, 2006. Biologi Perikanan. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor, 102 Hal. Efendie,
M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Penerbit Dwi Sri Bogor.
Fujiya, Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Imran. 2007., Pengaruh Pemberian Pakan Alami Tubifek sp dan Artemia Salina Terhadap Laju Pertumbuhan Larva Ikan Bilih (Mystacoleucus Padangensis Blkr). Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan, Volume I No2 Februari 2013, ISSN : 2302-3600. Sumarni T. 1998. Uji Coba Berbagi Jenis Pakan Terhadap Pertumbuhan Larva Ikan Bilih (Mystacoleus Padangensis Blkr). Skripsi Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Bunghatta Padang. Silendriana. 2003. Pemberian Pakan Yang Berbeda (Artemia Salin) dan Tubifek Sp Terhadap Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Panjang Larva Ikan Bilih (Mystacoleus Padangensis Blkr). Skripsi Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Bunghatta Padang. Sitanggang, M. 2008. Panduan Lengkap Budidaya dan Perawatan Cupang Hias. Jakarta : Agromedia (htt : // books. goole.co.Id//). Yulianti. V. 2006. Pergantian Pemberian Pakan Alami Yang Berbeda Artemia Salina Dengan Tubifek Sp Terhadap Laju Sintasan Dan
Matty
AJ. 1981. Fish Endocrinology. Timber Press. Portland.
Mokoginta, I., D. Jusadi, M. Setiawati, T. Takeuchi & M. A. Suprayudi. 2000. The effect of different levels of dietary n-3 fatty acid on the egg quality of catfish (Pangasius hypophthalmus). JSPS-DGHE International Symposium, Sustainable Fisheries in Asia in the New Millenium. pp: 252-256. Setiawati, J.E., Tarsim, Adiputra, Y,T, Hudaibah, S. 2013. Pengaruh Penambahan Probiotik Pada Pakan dengan Dosis Berbeda Terhadap Pertumbuhan, Kelulushidupan, Efisiensi Pakan dan Retensi Protein Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus). Jurnal Pertumbuhan Larva Ikan Baung (Mystus nemurus C.V). Skripsi fakultas perikanan dan ilmu kelautan universitas bung hatta. Padang. Yusnita,
2003. Kultur Jaringan Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien. Agromedia Pustaka, Jakarta