1
PENGARUH PERBEDAAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN Tubifex sp. TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU PERTUMBUHAN BENIH IKAN GABUS (Channa striata) Jumi Kharyadi1), Abdullah Munzir2) dan Lisa Deswati2) 1)
Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universitas Bung Hatta, Padang. 25132 2) Dosen Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universitas Bung Hatta, Padang. 25132 e-mail :
[email protected]
ABSTRACT
The purpose of the study was to determine feeding frequency of Gabus juvenile (Channa striata) using Tubifex sp. The study was conducted from May 21th to June 17th 2014. In integrated Laboratory, Faculty of Fisheries and Marine Sciences, University of Bung Hatta, Padang, West Sumatra. The researcher applied Complete Random Design consisting of 4 treatments : A, B, C and D and 3 replications. Treatment A using frequency 2 times a day, treatment B using frequency 3 times a day, treatment C using frequency 4 times a day and treatment D using frequency 5 times a day. The samples are 240 juveniles of Gabus fish 2.5 to 4.5 cm, with a stocking density for each treatment was 20 fish / unit of observation. The data was analysis by One-way ANOVA using SPSS software version 13. Results of the analysis of variance showed that the differences of feeding frequency do not significantly affect the survival of fish seed Gabus, but the growth of the seed weight and length of Gabus juveniles affect. Keywords: Gabus, Channa striata, Frequency, Silk Worms, Tubifex sp. mengimbangi kegiatan penangkapan di
PENDAHULUAN Ikan
Gabus
(Channa
striata)
merupakan salah satu komoditas air tawar yang
bernilai
ekonomis,
yang
permintaannya terus meningkat sepanjang tahun karena harga jualnya yang sangat tinggi yaitu berkisar Rp 60.000 – 80.000 /Kg. Sementara ini pemenuhan kebutuhan di pasar hanya bergantung pada hasil penangkapan di alam. Jika hal tersebut terus
menerus
dilakukan
akan
menyebabkan kepunahan. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha budidaya guna
alam. Untuk meningkatkan produksi dan menjaga dilakukan
kelestariannya, usaha
maka
budidaya
perlu yang
kegiatannya meliputi pembenihan dan pembesaran. Dalam usaha pembenihan, pemberian pakan yang baik merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu usaha budidaya. Keberhasilan pemeliharaan benih tergantung pada ketersediaan pakan yang dapat dikonsumsi benih sesuai ukuran mulut.
Agar
dapat
mempercepat
2 pertumbuhan, pakan yang diberikan harus
Universitas Bung Hatta, Padang, Sumatera
disesuaikan dengan kebutuhan nutrien dari
Barat.
ikan, baik jumlah maupun mutunya. Selain
Wadah
jumlah
dan
mutu
juga
diperhatikan
Wadah
yang
digunakan
dalam
persentase dan frekuensi pemberian pakan
penelitian adalah 12 buah bak terpal
agar penggunaan pakan menjadi efisien
dengan ukuran 150 x 110 x 10 cm, dengan
sehingga dapat mengurangi jumlah pakan
ketinggian air 5 cm yang dilengkapi
yang tidak dicerna dan dibuang melalui
dengan tanaman air/ Kiambang (Pistia
feces.
stratiotes) Djajasewaka
mengemukakan
(1985) bahwa
Alat
frekuensi
Alat
yang
digunakan
selama
pemberian pakan berpengaruh terhadap
penelitian adalah bak terpal, ember, serok,
pertumbuhan organisme kultur, untuk itu
kertas millimeter, timbangan digital, kertas
pakan yang diberikan harus seefektif
lakmus, thermometer dan DO meter.
mungkin. Oleh karena itu kita harus mengetahui frekuensi pemberian pakan yang terbaik untuk ikan. Sukaeni (1998) menyatakan bahwa frekuensi pemberian pakan 4 kali sehari adalah yang terbaik untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan Mas (Cyprinus carpio L), jumlah pakan yang diberikan terlalu sedikit dan kurang frekuensi pemberian pakan nya akan
mempertinggi
memperoleh
makan
persaingan yang
dalam
akibatnya
pertumbuhan ikan menjadi lambat dengan ukuran yang bervariasi. MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2014 di Laboratorium Terpadu, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Metode Penelitian Metode
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah metode eksperimen dan
menggunakan
Rancangan
Acak
Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan.
Adapun
perlakuan
dalam
pemberian
pakan
penelitian ini adalah : Perlakuan
A
yaitu
Tubifex sp. 2 kali sehari pada pukul (08.00 dan 17.00 WIB) Perlakuan
B
yaitu
pemberian
pakan
Tubifex sp. 3 kali sehari pada pukul (08.00, 14.00 dan 20.00 WIB) Perlakuan
C
yaitu
pemberian
pakan
Tubifex sp. 4 kali sehari pada pukul (08.00, 11.00, 14.00 dan 17.00 WIB) Perlakuan
D
yaitu
pemberian
pakan
Tubifex sp. 5 kali sehari pada pukul (08.00, 11.00, 14.00, 17.00 dan 20.00 WIB)
3 pada tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1.
Tingkat Kelangsungan Hidup Dari hasil pengamatan didapatkan data kelangsungan hidup benih ikan Gabus
Tabel 1. Rata-rata kelangsungan hidup (%) benih ikan Gabus. Ulangan
A 100 100 100 300 100
1 2 3 Jumlah Rata-rata
Perlakuan (%) B C 100 100 95 95 95 100 290 295 96.66 98.33
Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa
Dari
D 90 95 95 280 93.33
hasil
analisis
varians
rata-rata persentase kelangsungan hidup
menunjukkan bahwa perbedaan frekuensi
benih ikan Gabus yang tertinggi terdapat
pemberian
pada perlakuan A yaitu 100 % dan diikuti
berpengaruh
perlakuan C yaitu 98,33 %, kemudian
kelangsungan hidup benih ikan Gabus.
diikuti perlakuan B yaitu 96,66 %, sedangkan
rata-rata
pakan
Untuk
persentase
Tubifex
nyata
(p>0,05)
lebih
jelasnya
sp.
tidak
terhadap
tentang
kelangsungan hidup benih ikan Gabus
kelangsungan hidup benih ikan Gabus
dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini :
yang terendah terdapat pada perlakuan D
Kelangsungan Hidup Benih (%)
yaitu 93,33 %. 102 100 98 96 94 92 90 88
100 98.33 96.66 93.33
A
B
C
D
Perlakuan Gambar 1. Diagram kelangsungan hidup benih ikan Gabus pada masing-masing perlakuan selama penelitian.
Tingginya
rata-rata
persentase
atas 90 %, diduga karena benih ikan dapat
kelangsungan hidup benih ikan Gabus
memanfaatkan
pakan
yang
diberikan
Pada masing-masing perlakuan yaitu di
sehingga benih ikan dapat bertahan hidup.
4 Effendi (1979) mengatakan bahwa pakan
al., (2010) dalam Yulisman (2012), benih
berfungsi untuk mempertahankan hidup
ikan Gabus yang diberi pakan hidup
dan kelebihannya baru dimanfaatkan untuk
berupa cacing Tubifex sp. memiliki nilai
pertumbuhan ikan tersebut. Halver (1989),
kelangsungan
juga mengemukakan bahwa perlakuan
dibandingkan benih ikan Gabus yang
dengan pemberian berbagai jenis pakan
diberi pakan buatan dan pakan ikan rucah.
alami,
yaitu
Tubifex
sp.
tidak
rata-rata berat benih ikan Gabus selama
dikomsumsi dan digunakan oleh benih sumber
energi
baik
Dari hasil pengamatan diketahui
ikan, karena pakan yang diberikan dapat
sebagai
lebih
Pertumbuhan Berat Mutlak
mempengaruhi kelangsungan hidup benih
ikan
hidup
penelitian pada masing-masing perlakuan
untuk
yang dapat dilihat pada tabel 2.
metabolisme. Pada penelitian Sarowar et.
Tabel 2. Rata-rata pertumbuhan berat mutlak (gr) benih ikan Gabus. Perlakuan
Awal
Akhir
Pertumbuhan Berat (gr) ± SD
A B C D
0.51 0.48 0.54 0.51
2.78 2.75 3.49 3.57
2.27 ± 0.29a 2.27 ± 0.06a 2.95 ± 0.32b 3.06 ± 0.16b
Pada tabel 2 terlihat bahwa rata-
Dari hasil analisis varians rata-rata
rata pertumbuhan berat mutlak ikan uji
pertumbuhan berat
pada
perlakuan
menunjukkan bahwa perbedaan frekuensi
menunjukkan berat yang berbeda-beda.
pemberian pakan Tubifex sp. memberikan
Berat ikan uji yang tertinggi terdapat pada
pengaruh berbeda nyata (p<0,05) terhadap
perlakuan D yaitu 3,06 gr, kemudian
pertumbuhan berat mutlak.
masing-masing
diikuti perlakuan C yaitu 2,95 gr, dan yang
individu ikan uji
Untuk lebih jelasnya perbedaan
paling rendah terdapat pada perlakuan A
pertumbuhan
berat
mutlak
dan B dengan yaitu 2,27 gr.
perlakuan selama penelitian ditampilkan pada Gambar 2 berikut ini :
antara
Berat Mutlak (gr)
5 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
2.27
2.27
A
B
2.95
3.06
C
D
Perlakuan Gambar 2. Diagram rata-rata pertumbuhan berat mutlak (gr) pada masing-masing perlakuan selama penelitian.
Berdasarkan
gambar
2
diatas
Menurut Putra (2000), pemberian
terlihat bahwa rata-rata pertumbuhan berat
pakan
mutlak benih ikan Gabus tertinggi terdapat
pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan
pada perlakuan D yaitu 3,06 gram, diikuti
dengan pemberian pakan Artemia dan
perlakuan C yaitu 2,95 gram, hal ini
Moina sp, karena kandungan protein yang
disebabkan karena jumlah pakan yang
terdapat pada Tubifex sp. lebih tinggi
diberikan
secara
kandungan protein dibandingkan Artemia
effektif oleh benih ikan sehingga bukan
dan Moina sp, sehingga energi yang
hanya untuk mempertahankan hidup tetapi
dihasilkan
juga
banyak.
dapat
dapat
dimanfaatkan
menunjang
proses
Tubifex
untuk
sp.
memberikan
pertumbuhan
lebih
pertumbuhan. Semakin sering ikan diberi
Rendahnya rata-rata pertumbuhan
makan dalam jumlah yang optimal maka
berat mutlak benih ikan Gabus pada
pertumbuhannya akan semakin cepat. Hal
perlakuan B dan A yaitu 2,27 gram,
ini sesuai dengan pendapat Adrews dalam
disebabkan karena sedikit dan jarangnya
Zein (1984), yang menyatakan bahwa
jumlah pemberian pakan sehingga nutrisi
adanya
yang
hubungan
positif
antara
dibutuhkan
benih
ikan
kurang
pertumbuhan dengan frekuensi pemberian
mencukupi sehingga pertumbuhan benih
pakan yaitu : pertumbuhan akan semakin
ikan akan lambat.
meningkat dengan semakin banyaknya frekuensi pemberian pakan, jadi semakin sering pakan diberikan hasilnya semakin
Laju Pertumbuhan Bobot Harian Dari hasil pengamatan diketahui
baik bagi pertumbuhan ikan, dibandingkan
persentase
rata-rata
laju
dengan pemberian pakan yang jarang
bobot harian benih ikan Gabus selama
dalam jumlah yang sama.
penelitian pada tiap-tiap perlakuan yang dapat dilihat pada tabel 3.
pertumbuhan
6 Tabel 3. Rata-rata laju pertumbuhan bobot harian (%) benih ikan Gabus per minggu pengamatan. Perlakuan
Minggu Ke -
A 7.57 7.28 7.42 10.14 32.41 8.10
1 2 3 4 Jumlah Rata-rata
B 8 8.14 10.71 5.57 32.42 8.10
C 9 9.71 13.71 9.71 42.13 10.53
D 8.57 9.71 13 12.42 43.7 10.92
Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa
Hasil analisis varians menunjukkan
persentase rata-rata pertumbuhan bobot
bahwa perbedaan frekuensi pemberian
harian benih ikan Gabus selama penelitian
Tubifex sp. memberikan pengaruh berbeda
pada tiap-tiap perlakuan menunjukkan
nyata (p<0,05) terhadap laju pertumbuhan
hasil yang berbeda-beda. Perlakuan yang
bobot harian benih ikan Gabus.
tertinggi terdapat pada perlakuan D yaitu
Untuk
mendapatkan
gambaran
10,92%, diikuti perlakuan C yaitu 10,53 %,
yang lebih jelas mengenai pertumbuhan
dan pada perlakuan B dan perlakuan A
bobot harian benih ikan Gabus per minggu
yaitu 8 ,10 % merupakan yang terendah.
pengamatan selama
pada
penelitian
tiap-tiap dapat
perlakuan
dilihat
pada
Pertumbuhan Bobot Harian (%)
gambar 3 berikut ini : 15 10
Perlakuan A Perlakuan B
5
Perlakuan C Perlakuan D
0 1
2
3
4
Pengamatan Minggu KeGambar 3. Grafik laju pertumbuhan bobot harian (%) per minggu pengamatan pada tiap-tiap perlakuan selama penelitian.
Tingginya persentase rata-rata laju
pertumbuhan benih ikan. Rivai dalam
pertumbuhan bobot harian pada perlakuan
Hartati (1982) menyatakan bahwa faktor
D dan perlakuan C disebabkan karena
yang nyata mempengaruhi pertumbuhan
tersedianya pakan yang cukup sepanjang
ikan adalah ruang gerak dan suplai pakan,
hari,
sehingga
dapat
mendukung
7 dimana ikan akan dapat tumbuh baik jika
yang
hal tersebut dapat dipenuhi.
jumlah pakan yang diberikan maka akan
Sedangkan pada perlakuan B dan perlakuan
A
persentase
laju
pertumbuhannya kurang baik, hal ini disebabkan karena frekuensi pemberian pakannya kurang mencukupi, sehingga menyebabkan
pertumbuhan
menjadi
lambat. Hal ini didukung oleh NRC (1979)
menjelaskan
bahwa
kurangnya
menyebabkan kompetisi tinggi terhadap pakan, yang bisa mengakibatkan variasi yang besar dalam ukuran perekor ikan. Pertumbuhan Panjang Mutlak Hasil
perhitungan
pertumbuhan
rata-rata panjang mutlak ikan Gabus dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini :
Tabel 4. Rata-rata pertumbuhan panjang mutlak (cm) benih ikan Gabus. Perlakuan
Awal
Akhir
A B C D
3.86 3.68 3.89 3.84
6.83 6.86 7.49 7.51
Pertumbuhan Panjang ± SD 2.97 ± 0.16a 3.17 ± 0.10a 3.59 ± 0.24b 3.76 ± 0.14b
Dari tabel 4 terlihat bahwa rata-rata
menunjukkan bahwa perbedaan frekuensi
pertumbuhan panjang mutlak tertinggi
pemberian pakan Tubifex sp. memberikan
terdapat pada perlakuan D yaitu 3,76 cm,
pengaruh berbeda nyata (p<0,05) terhadap
diikuti oleh perlakuan C yaitu 3,59 cm,
pertumbuhan panjang mutlak benih ikan
serta pada perlakuan B yaitu 3,17 cm, dan
Gabus. Untuk lebih jelasnya perbedaan
yang rendah terdapat pada perlakuan A
rata-rata pertumbuhan panjang mutlak
yaitu 2,97 cm. Hasil analisis varians rata-
benih ikan Gabus tiap-tiap perlakuan
rata pertumbuhan panjang mutlak ikan uji
selama
penelitian
dapat
dilihat
gambar 4 berikut ini :
Panjang Mutlak (cm)
4 3
2.97
3.59
3.67
C
D
3.17
2 1 0 A
B Perlakuan
Gambar 4. Diagram rata-rata pertumbuhan panjang mutlak (cm) benih ikan Gabus selama penelitian.
pada
8
Pertumbuhan panjang benih ikan
tidak hanya dipengaruhi oleh kuantitas dan
Gabus selama penelitian sejalan dengan
kualitas pakan, tetapi juga dipengaruhi
pertumbuhan berat dari ikan tersebut
oleh frekuensi dan kemampuan ikan dalam
dimana perlakuan D dengan frekuensi
memanfaatkan pakan untuk kelangsungan
pemberian Tubifex sp. 5 kali sehari
hidup,
mencapai rata-rata pertumbuhan panjang
pertumbuhan.
mutlak yang memberikan pertumbuhan yang lebih cepat, diikuti dengan perlakuan C, perlakuan B dan perlakuan A. Menurut
Mudjiman
(1984),
menyatakan bahwa pertumbuhan pada ikan
metabolisme,
pergerakan
dan
Kualitas Air Pengamatan parameter kualitas air media pemeliharaan ikan uji dilakukan 2 kali selama penelitian disajikan pada tabel 5.
Tabel 5. Parameter kualitas air selama penelitian No
Parameter
1 2 3 4
Suhu pH DO NH3
Satuan 0
C ppm mg/L
Awal Penelitian 27,2 - 29,6 7 5,6 0,25
Menurut Soeseno (1979), yang
Akhir Penelitian 27,2 - 29,6 7 5,4 0,40
(2013) bahwa pH
Baku Mutu 25-30 6-9 5 0,5 yang baik untuk
menyatakan bahwa suhu yang layak untuk
pemeliharaan benih ikan Gabus adalah
budidaya ikan diperairan tropis berkisar
dengan kisaran 4-9.
250C – 300C, apabila suhu air terlalu
Oksigen terlarut selama penelitian
rendah atau sebaliknya menyebabkan nafsu
yaitu 5,4 ppm, keadaan ini masih layak
makan ikan berkurang sehingga pakan
untuk kehidupan ikan. Asmawi (1983)
yang
tidak
dalam Fadli (2006), menyatakan bahwa
dimakan. Suhu air selama penelitian
kandungan oksigen terlarut yang baik
berada pada kisaran optimal yaitu 26,2 –
untuk memelihara ikan adalah 5 – 10 ppm.
diberikan
banyak
yang
0
29,6 C.
Amoniak merupakan hasil uraian
Derajat keasaman (pH) yaitu 7,
bahan organik dan pada kadar tertentu
dimana nilai derajat keasaman selama
merupakan racun bagi organisme air.
penelitian dinyatakan dalam taraf wajar
Menurut Boyd (1979) menyatakan bahwa
dan masih layak. Sebagaimana dinyatakan
kandungan amoniak untuk kehidupan ikan
Muflikhah et. al., (2008) dalam Extrada
adalah kurang dari 1 ppm. Sedangkan
9 kandungan amoniak selama penelitian yaitu 0,25 – 0,40 mg/L. Kandungan amoniak yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan serta organism lainnya.
Dari hasil penelitian ikan Gabus (Channa striata) yang dilakukan selama pengamatan dapat disimpulkan bahwa : 1. Kelangsungan hidup benih ikan Gabus pada semua perlakuan berada di atas 90%. Tertinggi pada perlakuan A yaitu 100%, diikuti perlakuan C yaitu 98,33%, perlakuan B yaitu 96,66% dan yang terendah terdapat pada perlakuan D yaitu 93,33%. 2. Perbedaan frekuensi pemberian pakan Tubifex sp. 5 kali sehari memberikan yang
terbaik
terhadap
pertumbuhan berat dan panjang benih ikan Gabus dibandingkan dengan frekuensi pemberian pakan Tubifex sp. 4, 3 dan 2 kali sehari. 3. Dari hasil analisis varians perbedaan frekuensi pemberian pakan Tubifex sp. tidak berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap kelangsungan hidup benih ikan
Gabus,
namun
memberikan
pengaruh berbeda nyata (p<0,05) terhadap
pertumbuhan
pertumbuhan Gabus.
Boyd, C. E and F. L Koppler. 1979. Water Quality Management In Pond Culture. Carf Master Printers, Inc. Alabana. Terjemahan. Djajasewaka, H. 1985. Pakan (Makanan Ikan). Penerbit Yasaguna. Jakarta.
KESIMPULAN
hasil
DAFTAR PUSTAKA
panjang
berat
dan
benih
ikan
Ikan CV.
Effendi, M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 112 Hlm. Extrada, E. 2013. Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Gabus (Channa striata) Pada Berbagai Tingkat Ketinggian Air Media Pemeliharaan. Jurnal Fakultas Pertanian. Universitas Sriwijaya. Palembang. Fadli, H. 2006. Frekuensi Pemberian Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Jelawat (Lepiobarbus hoeveni Blkr) Ukuran 5 – 8 Cm. Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Bung Hatta. Padang. Halver, J.E. 1989. Fish Nutrition. Second Edition. Academic press, Inc. San Diego, California Hartati, Y. 1982. Peningkatan Padat Penebaran Ikan Nila (Tilapia nilatica) Dalam Sangkar di Waduk Lido dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan dan Mortalitas. Skripsi Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Mudjiman. 1984. Makanan Ikan. Penerbit PT. Penebar Swadaya. Jakarta. National Research Council. 1979. Nutrient Reguirement Of Warnwater Fishes. Nat Aced Of Sei. Washington. Putra, 2000. Pengaruh Kepadatan Terhadap Persentase Menetas Cystae Artemia Salina Leach pada
10 Pemeliharaan di Laboraturium. Skipsi Fakultas Peternakan. Universitas Diponegoro. Semarang. Soeseno, S. 1979. Dasar-dasar Perikanan Umum. CV. Yasa Guna. Jakarta. Sukaeni. 1998. Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Terhadap Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus carpio L). Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Bung Hatta. Padang. Yulisman. 2012. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Gabus (Channa striata) yang Diberi Pakan Buatan Berbahan Baku Tepung Keong Mas (Pomacea sp.). Jurnal Ilmiah Pertanian Vol. 1, No.2: 158-162, Oktober 2012. Zein,
E. 1984. Pengaruh Frekuensi Pemberian Makanan Tiga, Lima, dan Tujuh Kali Sehari Terhadap Pertumbuhan Ikan Mas. Skripsi Fakultas Perikanan. IPB. Bogor.